Anda di halaman 1dari 6

NAMA : TIARA NOVITA ARYANI

NIM : 190711637264

OFF : D

PERTEMUAN : 7

MATA KULIAH : PEMERINTAHAN DAERAH DAN DESA

RESUME

Pembentukan Daerah Otonom Baru Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2014 Tentang


Pemerintahan Daerah dan UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa

1. UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah


Pengaturan mengenai pembentukan daerah dalam Undang-Undang No. 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dimulai pada Bagian Kedua Pembentukan
Daerah pasal 32. Pada pasal ini tercantum bahwasanya pembentukan daerah dapat
berupa pemekaran daerah dan penggabungan daerah. Pembentukan yang
dimaksudkan di sini merupakan pembentukan Daerah provinsi dan pembentukan
Daerah kabupaten/kota.
Pada Paragraf 1 dari pasal 33 sampai pasal 43 mulai dijelaskan mengenai
maksud pemekaran daerah; persyaratan dasar pemekaran daerah yang meliputi
persyaratan dasar kewilayahan dan persyaratan dasar kapasitas daerah; persyaratan
administratif yang harus dipenuhi dalam pemekaran daerah; pembentukan Daerah
Persiapan; ketentuan dan teknis Daerah Persiapan; kewajiban yang mengikat Daerah
induk, Daerah Persiapan, dan masyarakat Daerah Persiapan; peran Pemerintah Pusat,
DPR-RI, DPD-RI terhadap Daerah Perisiapan; serta evaluasi akhir Daerah Persiapan
untuk menentukan layak tidaknya dijadikan Daerah Baru. Yang pertama maksud
pemekaran daerah yaitu pemecahan Daerah provinsi atau Daerah kabupaten/kota
untuk menjadi dua atau lebih Daerah baru, atau juga bisa berupa penggabungan
bagian Daerah dari Daerah yang bersanding dalam 1 (satu) Daerah provinsi
menjadi satu Daerah baru di mana dilakukan dengan melalui tahapan Daerah
Persiapan provinsi atau Daerah Persiapan kabupaten/kota, serta harus memenuhi
persyaratan dasar dan persyaratan administratif. Persyaratan dasar yang terdiri dari
persyaratan dasar kewilayahan dan persyaratan dasar kapasitas daerah merupakan
kemampuan daerah untuk berkembang guna mensejahterakan masyarakatnya.
Persyaratan dasar kewilayahan meliputi luas wilayah minimal; jumlah penduduk
minimal; batas wilayah; cakupan wilayah; dan batas usia minimal Daerah provinsi,
Daerah kabupaten/kota, dan kecamatan. Luas wilayah minimal dan jumlah penduduk
minimal ditentukan berdasarkan pengelompokkan pulau/kepulauan yang
ketentuannya diatur dalam peraturan pemerintah dan batas wilayahnya dibuktikan
dengan titik koordinat pada peta. Cakupan wilayah untuk pembentukan Daerah
provinsi minimal 5 Daerah kabupaten/kota; untuk pembentukan Daerah kabupaten
minimal 5 Kecamatan; dan untuk pembentukan Daerah kota minimal 4 Kecamatan.
Untuk daerah Persiapan yang terdiri dari pulau-pulau dalam cakupan wilayah
ditambahkan rincian nama pulau dalam wilayahnya. Batas usia minimal Daerah
provinsi adalah 10 tahun dan Daerah kabupaten/kota 7 tahun, sedangkan batas usia
minimal kecamatan yang menjadi cakupan wilayah Daerah kabupaten/kota ialah 5
tahun. Semuanya terhitung sejak pembentukan Daerah. Selanjutnya persyaratan dasar
kapasitas Daerah mencakup geografi (lokasi ibu kota, hidrografi, dan kerawanan
bencana); demografi (kualitas SDM dan distribusi penduduk); keamanan (tindakan
kriminal umum dan konflik sosial); sosial politik, adat, dan tradisi (partisipasi dalam
Pemilu, kohesivitas sosial, dan organisasi kemasyarakatan); potensial ekonomi
(pertumbuhan ekonomi dan potensi unggulan Daerah); keuangan daerah (kapasitas
pendapatan asli Daerah induk, potensi pendapatan asli calon Daerah Persiapan,
pengelolaan keuangan dan aset Daerah); dan kemampuan penyelenggaraan
pemerintahan (aksesibilitas pelayanan dasar pendidikan, aksesibilitas pelayanan dasar
kesehatan, aksesibilitas pelayanan dasar infrastruktur, jumlah pegawai aparatur sipil
negara di Daerah induk, dan rancangan tata ruang wilayah Daerah Persiapan). Lalu
persyaratan administratif untuk Daerah provinsi meliputi persetujuan bersama
DPRD kabupaten/kota dengan bupati/wali kota yang akan menjadi cakupan
wilayah Daerah Persiapan provinsi; dan persetujuan bersama DPRD provinsi
induk dengan gubernur Daerah provinsi induk. Untuk Daerah kabupaten/kota
persyaratannya meliputi keputusan musyawarah Desa yang akan menjadi
cakupan wilayah Daerah kabupaten/kota; persetujuan bersama DPRD
kabupaten/kota induk dengan bupati/wali kota Daerah induk; dan persetujuan
bersama DPRD provinsi dengan gubernur dari Daerah provinsi yang mencakupi
Daerah Persiapan kabupaten/kota yang akan dibentuk. Pembentukan Daerah
Persiapan diawali dengan pengusulan oleh gubernur kepada Pemerintah Pusat, Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, atau Dewan Perwakilan Daerah Republik
Indonesia setelah memenuhi persyaratan dasar kewilayahan dan dengan berdasarkan
usulan tersebut, Pemerintah Pusat akan melakukan penilaian terhadap pemenuhan
persyaratan dasar kewilayahan dan persyaratan administratif yang nantinya hasil
penilaian tersebut akan disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia dan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia. Ketika usulan
pembentukan Daerah Persiapan memenuhi syarat-syarat dan disetujui oleh DPR-RI
dan DPD-RI, Pemerintah Pusat akan membentuk tim kajian independen untuk
mengkaji persyaratan dasar kapasitas daerah dan hasilnya akan disampaikan kepada
Pemerintah Pusat untuk dikonsultasikan kepada DPR-RI dan DPD-RI. Kemudian
hasil konsultasi tersebut akan dijadikan pertimbangan oleh Pemerintah Pusat dalam
menetapkan kelayakan pembentukan Daerah Persiapan penetapannya melalui
peraturan pemerintah. Daerah Persiapan dengan jangka waktu 3 tahun akan dipimpin
oleh kepala daerah persiapan. Kepala Daerah Persiapan provinsi diisi dari pegawai
negeri sipil yang memenuhi persyaratan dan diangkat atau diberhentikan oleh
Presiden atas usul Menteri, sedangkan Kepala Daerah Persiapan kabupaten/kota diisi
dari pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan dan diangkat atau diberhentikan
oleh Menteri atas usul gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat di mana semua
persyaratan Kepala Daerah Persiapan tercantum dalam peraturan pemerintah. Untuk
masalah pendanaan dalam penyelenggaraan pemerintahan Daerah Persiapan
semuanya berasal dari bantuan pengembangan Daerah Persiapan yang bersumber dari
APBN; bagian pendapatan dari pendapatan asli Daerah induk yang berasal dari
Daerah Persiapan; penerimaan dari bagian dana perimbangan Daerah induk; dan
sumber pendapatan lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di mana seluruhnya ditetapkan dalam anggaran pendapatan dan belanja
Daerah induk dan pendanaan. Berikutnya Kewajiban Daerah induk terhadap Daerah
persiapan meliputi membantu penyiapan sarana dan prasarana pemerintahan Daerah
Persiapan; melakukan pendataan personel, pembiayaan, peralatan, dan dokumentasi;
membuat pernyataan kesediaan untuk menyerahkan personel, pembiayaan,
peralatan, dan dokumentasi apabila Daerah Persiapan ditetapkan menjadi
Daerah baru; dan menyiapkan dukungan dana. Untuk kewajiban Daerah Persiapan
diantaranya menyiapkan sarana dan prasarana pemerintahan; mengelola personel,
peralatan, dan dokumentasi; membentuk perangkat Daerah Persiapan; melaksanakan
pengisian jabatan aparatur sipil negara pada perangkat Daerah Persiapan;
mengelola anggaran belanja Daerah Persiapan; dan menangani pengaduan
masyarakat. Masyarakat di Daerah Persiapan juga berkewajiban untuk bepartisipasi
dan mengawasi penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan
yang dilakukan oleh Daerah Persiapan. Pada tahapan terakhir, pemerintah pusat akan
membina, mengawasi dan mengevaluasi Daerah Persiapan, sedangkan DPR-RI, dan
DPD-RI juga ikut dalam melakukan pengawasan terhadap Daerah Persiapan tersebut.
Setelah itu, Pemerintah Pusat akan menyampaikan hasil evaluasi kepada DPR-RI dan
DPD-RI dan dilakukan evaluasi terakhir (dikonsultasikan juga kepada DPR-RI dan
DPD-RI). Jika dianggap layak berdasarkan hasil evaluasi terakhir maka Daerah
Persiapan akan ditetapkan dengan undang-undang menjadi Daerah Baru dan harus
menyelenggarakan pemilihan kepala daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, sedangkan jika tidak layak maka akan dicabut statusnya sebagai
Daerah Persiapan dan dikembalikan ke Daerah induk.
Pada paragraf 2 dari pasal 44 sampai pasal 47 dijelaskan mengenai
Penggabungan Daerah. Dalam pasal-pasal ini termuat maksud penggabungan Daerah;
dasar penggabungan Daerah; persyaratan administratif; persyaratan dasar kapasitas
Daerah;mdan teknis penggabungan Daerah. Di awal paragraf 2 diawali dengan
maksud dari penggabungan Daerah, yaitu penggabungan dua Daerah
kabupaten/kota atau lebih yang bersanding dalam satu Daerah provinsi menjadi
Daerah kabupaten/kota baru; dan penggabungan dua Daerah provinsi atau lebih
yang bersanding menjadi Daerah provinsi baru. Penggabungan Daerah didasarkan
pada kesepakatan Daerah yang bersangkutan dan hasil evaluasi akhir Pemerintah
Pusat. Penggabungan Daerah yang didasarkan pada kesepakatan Daerah yang
bersangkutan harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan dasar
kapasitas Daerah. Jika memenuhi persyaratan administratif maka penggabungan
Daerah kabupaten/kota yang didasarkan pada kesepakatan Daerah yang bersangkutan
akan diusulkan oleh gubernur kepada Pemerintah Pusat, DPR-RI, atau DPD-RI.
Penggabungan Daerah provinsi yang didasarkan pada kesepakatan Daerah yang
bersangkutan setelah memenuhi persyaratan administratif akan diusulkan secara
bersama oleh gubernur yang daerahnya akan digabungkan kepada Pemerintah Pusat,
DPR-RI, atau DPD-RI. Setelahnya Pemerintah Pusat akan menilai berkenaan dengan
pemenuhan persyaratan administratif yang kemudian hasilnya akan disampaikan
kepada DPR-RI dan DPD-RI. Jika memenuhi persyaratan administratif maka
Pemerintah Pusat dengan persetujuan DPR-RI dan DPD-RI akan membentuk tim
kajian independen guna mengkaji persyaratan kapasitas Daerah yang kemudian
hasilnya akan disampaikan kepada Pemerintah Pusat dan dikonsultasikan kepada
DPR-RI dan DPD-RI. Hasil konsultasi akan dijadikan pertimbangan oleh Pemerintah
Pusat, DPR-RI dan DPD-RI dalam pembentukan undang-undang penggabungan
daerah. Jika dinyatakan tidak layak, maka Pemerintah Pusat, DPR-RI, atau DPD-RI
akan menyampaikan penolakan secara tertulis dengan mencantumkan alasan
penolakan penggabungan daerah kepada gubernur. Penggabungan daerah akan
dilakukan dalam Daerah atau beberapa daerah yang tidak mampu menyelenggarakan
otonomi daerah yang penilaian atas kemampuan tersebut dilakukan oleh Pemerintah
Pusat. Pemerintah Pusat mengajukan rancangan undang-undang penggabungan daerah
kepada DPR-RI dan DPD-RI di mana jika disetujui maka rancangan tersebut akan
ditetapkan menjadi undang-undang.

2. UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa


Pada bab III pasal 7 sampai pasal 17 UU No. 6 Tahun 2014 membahas tentang
penataan desa. Penataan desa oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/kota dilakukan berdasarkan evaluasi tingkat
perkembangan Pemerintah Desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Mewujudkan efektivitas penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa, mempercepat
peningkatan kualitas pelayanan publik, meningkatkan kualitas tata kelola
PemerintahanDesa, dan meningkatkan daya saing Desa merupakan tujuan
dilakukannya penataan desa yang terdiri dari pembentukan, penghapusan,
penggabungan, perubahan status, dan penetapan desa. Pembentukan Desa merupakan
tindakan untuk mengadakan Desa baru di luar Desa yang ada, yang dalam
pelaksanaannya ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dengan
mempertimbangkan prakarsa masyarakat Desa, asal usul, adat istiadat, kondisi sosial
budaya masyarakat Desa, serta kemampuan dan potensi desa. Syarat pembentukan
desa meliputi batas usia Desa induk paling sedikit 5 tahun terhitung sejak
pembentukan; jumlahpenduduk (meliputi wilayah Jawa paling sedikit 6.000 jiwa atau
1.200 kepala keluarga, wilayah Bali paling sedikit 5.000 jiwa atau 1.000 kepala
keluarga, wilayah Sumatera paling sedikit 4.000 jiwa atau 800 kepala keluarga,
wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara paling sedikit 3.000 jiwa atau 600
kepala keluarga, wilayah Nusa Tenggara Barat paling sedikit 2.500 jiwa atau 500
kepala keluarga, wilayah Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara,
Gorontalo, dan Kalimantan Selatan paling sedikit 2.000 jiwa atau 400 kepala
keluarga, wilayah Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
dan Kalimantan Utara paling sedikit 1.500 jiwa atau 300 kepala keluarga, wilayah
Nusa TenggaraTimur, Maluku, dan Maluku Utara paling sedikit 1.000 jiwa atau
200 kepala keluarga, dan wilayah Papua dan Papua Barat paling sedikit 500 jiwa
atau 100 kepala keluarga); wilayah kerja yang memiliki akses transportasi
antarwilayah; sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan hidup
bermasyarakatnsesuai dengan adat istiadat Desa; memiliki potensi yang meliputi
sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya ekonomi
pendukung; batas wilayah Desa yang dinyatakan dalam bentuk peta Desa yang
telah ditetapkan dalam peraturan Bupati/Walikota; sarana dan prasarana bagi
Pemerintahan Desa dan pelayanan publik; dan tersedianya dana operasional,
penghasilan tetap, dan tunjangan lainnya bagi perangkat Pemerintah Desa sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Di dalam desa terdapat dusun (atau
nama lain sesuai asal usul, adat istiadat dan nilai sosial budaya masyarakat desa).
Desa dibentuk melalui Desa Persiapan yang merupakan bagian dari wilayah Desa
induk yang dalam jangka waktu 1-3 tahun berdasarkan hasil evaluasi dapat menjadi
Desa. Penghapusan desa dapat dilakukan dengan alasan bencana alam dan/ atau
kepentingan program nasional yang strategis. Kesepakatan desa yang bersangkutan
dan pemenuhan terhadap syarat-syarat dalam undang-undang menjadi dasar
penggabungan dua desa atau lebih menjadi desa baru. Desa dapat berubah status
menjadi kelurahan didasarkan pada prakarsa Pemerintah Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa melalui Musyawarah Desa yang kemudian berdampak pada
seluruh barang milik desa dan sumber pendapatan desa juga berubah menjadi
kekayaan atau aset Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang digunakan untuk
menyejahterakan masyarakat di kelurahan tersebut dan pendanaan kelurahan akan
dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.
Berdasarkan prakarsa masyarakat dan pemenuhan terhadap persyaratan yang
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan, Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dapat mengubah status Kelurahan menjadi Desa sehingga sarana dan
prasarana menjadi milik Desa yang dikelola untuk kepentingan masyarakat Desa dan
pendanaannya akan dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten/Kota. Lalu untuk pembentukan Desa di kawasan khusus dan strategis bagi
kepentingan nasional, yang dapat memprakarsai yaitu Pemerintah. Pembentukan,
penghapusan, penggabungan, dan/atau perubahan status dari Desa menjadi Kelurahan
atau sebaliknya semuanya akan diatur dalam Peraturan Daerah. Untuk rancangan
peraturan daerah tentang hal tersebut pada status Desa menjadi Kelurahan atau
sebaliknya akan diajukan kepada Gubernur setelah disetujui oleh Bupati/Walikota
bersama dengan DPRD yang kemudian oleh Gubernur akan dievaluasi berdasarkan
urgensi, kepentingan nasional, kepentingan daerah, kepentingan masyarakat desa,
dan/atau peraturan perundang-undangan. Gubernur diberikan waktu maksimal 20 hari
setelah Rancangan peraturan daerah diterima untuk menyatakan persetujuannya
terhadap Rancangan Peraturan Daerah. Jika sudah disetujui, dalam waktu maksimal
20 hari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota akan menyempurnakan dan menetapkan
ramcangan tersebut menjadi Peraturan Daerah, sedangkan jika ditolak maka
Rancangan Peraturan Daerah tidak dapat disahkan dan tidak dapat diajukan kembali
selama 5 tahun setelah penolakan gubernur. Jika Gubernur tidak menyatakan
persetujuan atau penolakan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan maka Bupati/
Walikota berhak mengesahkan Rancangan Peraturan Daerah dan diundangkan oleh
sekretaris daerah dalam Lembaran Daerah. Jika Bupati/Walikota tidak menetapkan
Rancangan Peraturan Daerah yang telah disetujui Gubernur maka dalam waktu 20
hari setelah tanggal persetujuan Gubernur Rancangan tersebut akan berlaku
sendirinya. Peraturan Daerah tersebut dapat diundangkan setelah mendapat nomor
registrasi dari Gubernur dan kode desa dari Menteri. Dalam Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota tentang pembentukan, penghapusan, penggabungan, dan perubahan
status Desa menjadi Kelurahan atau sebaliknya tersebut di dalamnya juga disertai
lampiran peta batas wilayah Desa.

Anda mungkin juga menyukai