Anda di halaman 1dari 15

Kelompok 1

Penggabungan dan
Penghapusan Daerah
Anggota Kelompok :
1. I Ketut Par Ditha Samahudha (D1A021432)
2. I Made Yudistira Arya Pratama (D1A021433)
3. I Gede yoga wijaya (D1A021431)
4. I Gede Divbodhi Adiguna (D1A021430)
5. I Gde Putu Vigneswara Angga Wiradharma (D1A021429)
6. Hayden Firman Gani (D1A021424)
7.
8.
9.
Pengertian Penggabungan dan Penghapusan
Daerah
Penggabungan daerah adalah penyatuan daerah yang dihapus ke
dalam daerah lain yang bersandingan. Kajiannya sendiri meliputi
daerah provinsi dan kabupaten/kota disusun oleh Tim yang dibentuk
oleh kepala daerah untuk menilai kelayakan pembentukan daerah
secara obyektif yang memuat penilaian kuantitatif terhadap faktor-
faktor teknis yang dilengkapi dengan penilaian kualitatif terhadap
faktor lainnya yang memiliki karakteristik tersendiri. Pembentukan
daerah dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau bagian
daerah yang bersandingan atau pemekaran dari satu daerah menjadi
dua daerah atau lebih. Pembentukan daerah sebagaimana yang
dimaksudkan tadi dapat berupa pembentukan daerah provinsi atau
kabupaten/kota.
Dasar Hukumnya :
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 78 tahun 2007
tentang Tata Cara Penghapusan dan Penggabungan Daerah.
Syarat Administratif
Pembentukan Daerah
berupa Pemekaran
dan Penggabungan Syarat Teknis

harus memenuhi 3
syarat, yaitu:
Syarat Fisik Kewilayahan
Syarat Administratif Pembentukan
Daerah Provinsi :
keputusan masing masing DPRD kabupaten atau kota yang akan
menjadi cakupan wilayah calon provinsi tentang persetujuan
pembentukan calon provinsi berdasarkan hasil rapat paripurna.
keputusan bupati atau walikota ditetapkan dengan keputusan
Bersama bupati atau walikota wilayah calon provinsi tentang
persetujuan pembentukan calon provinsi.
keputusan DPRD provinsi induk tentang persetujuan pembentukan
calon provinsi berdasarkan hasil rapat paripurna.
keputusan gubernur tentang pembentukan calon provinsi.
1. rekomendasi dari Menteri.
Syarat Administratif Pembentukan
Daerah Kabupaten/Kota :
Keputusan DPRD kabupaten/kota induk tentang persetujuan
pembentukan calon kabupaten/kota.
Keputusan bupati atau walikota induk.
Keputusan dprd provinsi tentang persetujuan pembentukan kab
atau kota.
Keputusan gubernur tentang persetujuan pembentukan kab atau
kota.
1. Rekomendasi Menteri.
Syarat Teknis
Meliputi faktor kemampuan ekonomi, potensi daerah,
sosial budaya, sosial politik, kependudukan, luas daerah,
pertahanan, keamanan, kemampuan keuangan, tingkat
kesejahteraan masyarakat, dan rentang kendali
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Faktor yang
dimaksud adalah faktor yang dinilai berdasarkan hasil kajian
daerah terhadap indikator sebagaimana tercantum dalam
lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Pemerintah ini.
Syarat Fisik Kewilayahan
Sedangkan syarat fisik kewilayahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 meliputi cakupan wilayah, lokasi calon ibukota,
sarana dan prasarana pemerintahan
Cakupan wilayah sebagaimana yang dimaksud adalah :
1. Pembentukan provinsi paling sedikit 5 kabupaten/kota
2. Pembentukan kabupaten paling sedikit 5 kecamatan
3. Pembentukan kota paling sedikit 4 kecamatan
Lokasi calon ibukota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ditetapkan dengan keputusan gubernur dan keputusan DPRD
provinsi untuk ibukota provinsi, dengan keputusan bupati dan
keputusan DPRD kabupaten untuk ibukota kabupaten yang
penetapannya hanya untuk 1 lokasi ibukota. Penetapan lokasi
ibukota sebagaimana dimaksudkan sebelumnya dapat
dilakukan setelah adanya kajian daerah terhadap aspek tata
ruang, ketersediaan fasilitas, aksesibilitas, kondisi dan letak
geografis, kependudukan, sosial ekonomi, sosial politik, dan
sosial budaya.
Sarana dan prasarana pemerintahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 meliputi bangunan dan lahan untuk kantor
kepala daerah, kantor DPRD, dan kantor perangkat daerah
yang dapat digunakan untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat, kemudian untuk bangunan dan lahan yang
dimaksud berada di dalam wilayah calon daerah.
Tata Cara Pembentukan Daerah
Kemudian untuk tata cara pembentukan daerah dalam hal ini daerah provinsi
sebagaimana yang dimaksudkan pada pasal 2 ayat 3 huruf a diatur pada pasal 14
Peraturan Pemerintah No 78 Tahun 2007 dengan tahapan sebagai berikut :
1. Aspirasi sebagian besar masyarakat setempat dalam bentuk Keputusan BPD untuk
Desa dan Forum Komunikasi Kelurahan atau nama lain untuk Kelurahan di wilayah
yang menjadi calon cakupan wilayah provinsi atau kabupaten/kota yang akan
dimekarkan.
2. Keputusan DPRD kabupaten/kota berdasarkan aspirasi sebagian besar masyarakat
setempat
Bupati/walikota dapat memutuskan untuk menyetujui atau menolak aspirasi
sebagaimana dimaksud pada point pertama dalam bentuk keputusan bupati/walikota;
Keputusan masing-masing bupati/walikota sebagaimana dimaksud dalam point ke 3
disampaikan kepada masing-masing gubernur yang bersangkutan dengan
melampirkan:
a. dokumen aspirasi rakyat
b. Keputusan DPRD kabupaten/kota dan keputusan bupati/walikota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a dan huruf b(syarat administrative
pembentukan provinsi)
Kemudian untuk tata cara pembentukan daerah kabupaten/kota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4) huruf a dilaksanakan sebagai berikut :

1. Aspirasi sebagian besar masyarakat setempat dalam bentuk Keputusan BPD untuk
Desa dan Forum Komunikasi Kelurahan atau nama lain untuk Kelurahan di wilayah
yang menjadi calon cakupan wilayah kabupaten/kota yang akan dimekarkan.
2. DPRD kabupaten/kota dapat memutuskan untuk menyetujui atau menolak aspirasi
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dalam bentuk Keputusan DPRD berdasarkan
aspirasi sebagian besar masyarakat setempat yang diwakili oleh BPD untuk desa atau
nama Iain dan Forum Komunikasi Kelurahan untuk kelurahan atau nama lain.
3. Bupati/walikota memutuskan untuk menyetujui atau menolak aspirasi sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dalam bentuk keputusan bupati/ walikota berdasarkan hasil
kajian daerah.
4. Bupati/walikota mengusulkan pembentukan kabupaten/kota kepada gubernur
untuk mendapatkan persetujuan dengan melampirkan :
a. dokumen aspirasi masyarakat di calon kabupaten/kota.
b. hasil kajian daerah.
c. peta wilayah calon kabupaten/kota.
d. Keputusan DPRD kabupaten/kota dan keputusan bupati/walikota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a dan huruf b.
Penghapusan dan Penggabungan Daerah
Terkait dengan penghapusan dan penggabungan daerah diatur dalam pasal 22,
sebagai berikut :
1. Daerah otonom dapat dihapus, apabila daerah yang bersangkutan dinyatakan
tidak mampu menyelenggarakan otonomi daerah.
2. Penghapusan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah
melalui proses evaluasi terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintahan
daerah dan evaluasi kemampuan penyelenggaraan otonomi daerah dengan
mempertimbangkan aspek kesejahteraan masyarakat, pelayanan publik dan
daya saing daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Daerah yang dihapus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digabungkan
dengan daerah lain yang bersandingan berdasarkan hasil kajian.
Terkait dengan tata cara penghapusan dan penggabungan daerah diatur dalam pasal 23 :
1. Berdasarkan proses evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2), Menteri
menyampaikan hasil evaluasi kemampuan penyelenggaraan otonomi daerah kepada
DPOD.
2. DPOD bersidang untuk membahas hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Dalam hal sidang DPOD menilai daerah tertentu tidak mampu menyelenggarakan
otonomi daerah, DPOD merekomendasikan agar daerah tersebut dihapus dan
digabungkan ke daerah lain.
3. Menteri meneruskan rekomendasi DPOD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada
Presiden.
4. Apabila Presiden menyetujui usulan penghapusan dan penggabungan daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Menteri menyiapkan rancangan undang-undang
tentang penghapusan dan penggabungan daerah.
Sekian dan Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai