Anda di halaman 1dari 2

Aliran Seni Rupa Murni

Romantisme
Romantisme dalam seni rupa murni adalah salah satu aliran atau periode dalam sejarah seni yang
muncul pada akhir abad ke-18 hingga pertengahan abad ke-19. Aliran ini berasal dari gerakan
Romantisme yang berkembang dalam sastra dan seni pada masa itu. Romantisme mengutip emosi,
imajinasi, dan perasaan individu sebagai sumber inspirasi dan menolak pandangan rasionalisme
yang lebih dominan pada masa sebelumnya.

Ciri utama dari Romantisme dalam seni rupa murni adalah:

1. Eksplorasi Emosi: Seni rupa Romantis mengekspresikan emosi dan perasaan individu dengan
intensitas, mengutip kegembiraan, kesedihan, cinta, dan kegelisahan sebagai sumber inspirasi.
2. Imajinasi dan Fantasi: Mengedepankan imajinasi dan fantasi sebagai sarana untuk menciptakan
karya seni yang kuat dan penuh makna, dengan elemen-elemen tidak realistis atau surreal.
3. Keterkaitan dengan Alam: Menggambarkan pemandangan alam dengan keindahan dan
ketakjuban, menyimbolkan keagungan dan keindahan alam semesta.
4. Penghargaan terhadap Sejarah dan Budaya: Mencari inspirasi dari sejarah dan tradisi budaya,
serta mengangkat nilai-nilai kebudayaan yang ada.
Contoh-contoh Romantisme dalam Seni:
Dalam seni rupa murni, contoh-contoh karya seni Romantis antara lain "The Wanderer Above the
Sea of Fog" karya Caspar David Friedrich, "Liberty Leading the People" karya Eugène Delacroix,
"The Nightmare" karya Henry Fuseli, "Ophelia" karya John Everett Millais, dan "The Hay Wain"
karya John Constable. Karya-karya ini mencerminkan eksplorasi emosi, fantasi, keterkaitan dengan
alam, serta mengandung nilai-nilai budaya dan sejarah.
Ekspresionisme
Ekspresionisme dalam Seni Rupa Murni adalah gerakan seni yang muncul pada awal abad ke-20,
terutama di Jerman.. Aliran ini menekankan ekspresi emosional dan psikologis yang kuat, serta
mengekspresikan pandangan subjektif seniman tentang dunia. Seniman ekspresionis mencari cara
untuk mengekspresikan perasaan, emosi, dan konflik batin secara mendalam, sering kali dengan
gaya yang tidak realistis dan ekspresif.

Ciri-ciri Ekspresionisme:
1. Ekspresi Emosi yang Kuat: Seniman ekspresionis mengekspresikan perasaan mereka
dengan intensitas yang tinggi, menciptakan karya seni yang menggambarkan suasana hati
yang bergejolak dan emosi yang mendalam.
2. Vereinfachung (Pengurangan): Seniman ekspresionis sering menggunakan bentuk-bentuk
yang disederhanakan dan menggeometri untuk menyampaikan pesan secara kuat dan
langsung.
3. Penggunaan Warna yang Ekspresif: Warna digunakan secara bebas dan tidak realistis untuk
mengekspresikan emosi dan menyampaikan suasana hati yang berbeda.
4. Distorsi dan Karikatur: Seniman ekspresionis sering mendistorsi bentuk manusia dan objek
untuk mengekspresikan perasaan, dan dalam beberapa kasus, mereka menggunakan
karikatur untuk menyampaikan pesan sosial dan politik.
5. Perhatian terhadap Subyektivitas: Ekspresionisme menekankan pandangan subyektif
seniman tentang dunia dan kehidupan, yang mengutip pengalaman pribadi dan psikologis
mereka.
Contoh-contoh Seni Rupa Ekspresionisme:
1. "The Scream" (Edvard Munch): Salah satu karya paling terkenal dari aliran ekspresionisme,
lukisan ini menggambarkan sosok yang sedang berteriak dengan latar belakang langit merah yang
berkesan menakutkan.
2. "Self-Portrait with Cropped Hair" (Frida Kahlo): Lukisan potret karya Frida Kahlo yang
mengekspresikan identitas, kepribadian, dan emosinya dengan distorsi bentuk dan penggunaan
warna yang ekspresif.
3. "The Blue Rider" (Wassily Kandinsky): Lukisan yang abstrak, menggunakan warna dan bentuk
untuk menyampaikan perasaan emosional dan spiritual dari seniman.
4. "Street, Berlin" (Ernst Ludwig Kirchner): Lukisan yang menggambarkan pemandangan
perkotaan yang sibuk dengan ekspresi yang khas dan warna yang mencolok.

Anda mungkin juga menyukai