Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NN.

S DENGAN THALASEMIA DI
RUANG NUSA INDAH RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN KEDIRI

Tanggal: 10 -15 Oktober 2022

DISUSUN OLEH :

Krisnawati (202101118)

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG S1 KEPERAWATAN


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
TAHUN AJARAN 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
THALASEMIA

A. Definisi
Thalasemia merupakan suatu sindrom kelainan darah yang diwariskan
(inherited) dan merupakan kelompok penyakit hemoglobinopati, yaitu kelainan
yang disebabkan oleh gangguan sintesis hemoglobin akibat mutasi di dalam atau
dekat gen globin.1 Kelainan hemoglobin pada penderita thalasemia akan
menyebabkan eritrosit mudah mengalami destruksi, sehingga usia sel-sel darah
merah menjadi lebih pendek dari normal yaitu berusia 120 hari. 2 Hal ini
menyebabkan penderita thalasemia mengalami anemia dan menurunnya
kemampuan hemoglobin mengikat oksigen (Wijayaningsih, 2013).
Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang diwariskan oleh orangtua
kepada anak. Thalasemia mempengaruhi kemampuan dalam menghasilkan
hemoglobin yang berakibat pada penyakit anemia. Hemoglobin adalah suatu
protein dalam sel darah merah yang mengangkut oksigen dan nutrisi lainnya ke
sel-sel lainnya dalam tubuh. Sekitar 100.000 bayi di seluruh dunia terlahir
dengan jenis thalasemia berbahaya setiap tahunnya.(Kliegam,2012)

Talasemia merupakan penyakit kronik yang diturunkan secara autosomal


resesif dari orang tua kepada anaknya yang disebabkan oleh defisiensi sintesis
rantai polipeptida yang mempengaruhi sumsum tulang produksi hemoglobin
dengan manifestasi klinis anemia berat (Potts & Mendleco, 2007). Thalasemia
adalah penyakit genetis yang terdeteksi disaat seseorang masih dalam usia anak-
anak. Penyakit genetic ini diakibatkan oleh ketidakmampuan sumsum tulang
membentuk protein yang dibutuhkan untuk memproduksi hemoglobin (Rosnia et
al., 2015).
Thalasemia merupakan penyakit kelainan darah yang di wariskan dan
merupakan kelompok penyakit hemoglobinopati (Marnis et al.,2018).
Thalasemia sebagai penyakit genetik yang diderita seumur hidup akan membawa
banyak masalah bagi penderitanya. Thalasemia merupakan kelainan 2 seumur
hidup yang disebabkan oleh kelainan gen autosom resesif, pada gen kromosom
ke-16 pada alfa thalasemia dan kromosom ke-11 pada beta thalassemia.
Thalasemia adalah suatu penyakit keturunan yang diakibatkan oleh kegagalan
pembentukan salah satu dari empat rantai asam amino yang membentuk
hemoglobin, sehingga hemoglobin tidak terbentuk sempurna. Tubuh tidak dapat
membentuk sel darah merah yang normal, sehingga sel darah merah mudah
rusak atau berumur pendek kurang dari 120 hari dan terjadilah anemia (Rahayuet
al., 2016).
B. Etiologi
Pada trimester pertama kehidupan intrauterin, zeta, epsilon, alpha, dan
rantai gamma berada pada kadar yang signifikan dan pada beberapa kondisi
membentuk Hb Gower I, Hb Gower II, Hb Portland, dan hemoglobin F. Hb
Gower dan Hb Portland segera menghilang, HbF akan menetap dan membentuk
pigmen respirasi selama kehidupan Perkawinan minor vs mayor Perkawinan
mayor vs mayor 11 intrauterin. Sebelum lahir, produksi rantai gamma (γ) mulai
berkurang sehingga setelah usia 6 bulan setelah kelahiran, hanya tersisa HbF
(<2%) dalam jumlah sedikit yang terdeteksi di dalam darah. Pada fase awal
kehidupan intrauterin, sintesis rantai beta dipertahankan dalam kadar rendah,
akan tetapi secara bertahap meningkat sampai kadar signifikan pada akhir
trimester ketiga dan berlanjut hingga neonatal dan dewasa. Sintesis rantai delta
tetap dipertahankan dalam kadar rendah sampai usia dewasa (<3%). Oleh karena
itu selama perkembangan normal, sintesis Hb Gower janin dan Portland
digantikan oleh sintesis HbF, dan nantinya digantikan oleh hemoglobin dewasa,
HbA dan HbA2 (Marengo-Rowe, 2007). Rantai γ yang digantikan rantai β akan
berikatan dengan rantai α membentuk HbA. Reduksi rantai globin β
menyebabkan penurunan sintesis dari HbA serta meningkatnya rantai globin α
bebas sehingga menyebabkan terbentuknya eritrosit hipokromik dan mikrositik
Ketidakseimbangan sintesis rantai globin α dan β mempengaruhi derajat
thalasemia. Presipitat yang terbentuk dari akumulasi rantai α membentuk badan
inklusi pada eritrosit, menyebabkan kerusakan membran eritrosit serta destruksi
dini eritroblas yang sedang berkembang di sumsum tulang. Kerusakan membran
menyebabkan imunoglobulin dan komplemen berikatan dengan membran,
memberi sinyal kepada makrofag untuk menyingkirkan prekursor eritroid dan
eritrosit yang rusak. Sel retikuloendotelial menyingkirkan eritrosit 12 abnormal
dari limpa, hati, dan sumsum tulang sebelum masa hidupnya berakhir, sehingga
tercipta keadaan anemia hemolitik. Eritropoiesis yang tidak efektif serta
hemolisis inilah tanda utama dari thalasemia β (Wijaya, Nency, & Farida, 2018).
Eritrosit masih dapat mempertahankan produksi rantai γ, berikatan dengan
rantai α bebas yang berlebihan membentuk HbF. Pengikatan tersebut
menyebabkan kadar rantai α bebas berkurang sehingga mengurangi gejala
penyakit dan menyediakan hemoglobin tambahan yang mampu mengikat
oksigen. Namun, kenaikan kadar HbF berakibat meningkatnya afinitas oksigen
sehingga terjadi hipoksia. Keadaan anemia dan hipoksia menstimulasi produksi
eritropoietin. Eritropoiesis yang tidak efektif meningkat, menyebabkan perluasan
dan deformitas tulang (Wijaya, Nency, & Farida, 2018).
Eritropoiesis yang tidak efektif menghambat produksi hepcidin oleh hati
yang bertugas menghambat absorpsi besi dan pelepasan besi dari makrofag serta
hepatosit. Maka, pada thalasemia beta terjadi peningkatan absorpsi besi serta
pelepasan besi dari makrofag, berakibat penumpukan besi pada sirkulasi dan
kemudian pada organ-organ. Besi disimpan dalam jaringan dalam bentuk
ferritin, yang kemudian terdegradasi menjadi hemosiderin, sehingga pada
thalasemia beta kadar ferritin serta hemosiderin meningkat (Wijaya, Nency, &
Farida, 2018).
C. Klasifikasi
Secara umum terdapat 2macam thalassemia menurut Hidayat (2017)
yaituThalassemia Mayor dan Thalassemia Minor :
a. Thalassemia Mayor memilikisifat gen dominan. Thalassemia mayor
adalahkelainan yang ditandai dengan kurangnya kadarHemoglobin (Hb) dalam
darah, yang membuat pasien thalassemia mengalami berkurangnyaeritrosit dan
dapat mengakibatkan terjadinya anemia. Resiko buruk yang mungkindapat terjadi
yaitueritrositmenjadi mudah hancur dan usia sel darah merah menjadi pendek,
maka para penderita thalassemia membutuhkan transfusi darah agar dapat
bertahan hidup. Pada penyandang thalassemia mayor umumnya dapat nampak
baikbaik saja saat terlahir, tetapi pada mencapai umur 3-18 bulan barulah
terlihatnyata ada dan gejala seperti anemia. Hal lain lagi yang juga dapat
terjadinya hal lain contohnya jantung berdebar dengan kencang serta adanya
facies cooley. Facies cooley merupakan ciri khaspadapenderita thalassemia
mayor, yaitu batangpada hidung seakan masuk ke dalam serta tulang pipi yang
menonjol keluar, ini disebabkan oleh sumsum pada tulang yang bekerja terlalu
keras agar terhindar darikekurangan hemoglobin. Dengan demikianorang dengan
mengidap penyakit thalassemia mayor akan seperti orang yang butuhperhatian
lebih banyak. Biasanyapenyandang thalassemia mayor wajib melakukan transfusi
darah dan pengobatan sepanjang hidupnya untuk mempertahankan kebutuhan
hemoglobinnya. Bila tidak adanya tindakan yang baik, makarentan hidup
penyandang thalassemia mayor hanya akan bertahan sekitar jangka 1 sampai 8
bulan. Hal ini berkaitan dengan seberapa rutin transfusi darah ini dilakukan dan
bergantung pada berat atau ringan penyakit yang diderita. Yang jelas yaitu
semakin beratnya penyakit yang dialami akan rutin juga penderita thalassemia
harus melakukan transfusi darah.
b. Thalassemia Minor, seseorang penderita yang membawa gen penyakit
thalassemia atau disebut juga carrier, karasteristik penyakit thalasemia minor ini
tidak dominan. Meski demikian walaupun Thalasemia minor tidak masalah,
tetapi jika penderita menikah dengan pembawa thalasemia minor atau
carriermakaakan penyebabkan thalassemia mayor pada keturunannya. Hal ini
bermungkinan hingga 25% pada anak mereka untuk menderita thalasemia mayor.
Pada keturunan yang akan di lahirkan pasangan tersebut dapat mengalami gejala
dengan berbagai macam keluhan. Penderita akan mengalami anemia, lemas, letih
dan juga mudahnya terjadi pendarahan. Thalassemia minor sudah terdeteksi
sedari lahir dan akan seperti itu sepanjang hidup penderitanya, tetapi terkadang
penderita tak perlu transfusi darah sama sekali di sepanjang hidupnya.

D. Manifestasi klinis
Pada beberapa kasus Thalassemia dapat ditemukan gejala-gejala seperti:
badan lemah, kulit kekuningan (jaundice), urin gelap, cepat lelah, denyut jantung
meningkat, tulang wajah abnormal dan 16 pertumbuhan terhambat serta
permukaan perut yang membuncit dengan pembesaran hati dan limpa Pasien
Thalassemia mayor umumnya menunjukkan gejalagejala fisik berupa hambatan
pertumbuhan, anak menjadi kurus, perut membuncit akibat hepatosplenomegali
dengan wajah yang khas, frontal bossing, mulut tongos (rodent like mouth), bibir
agak tertarik, dan maloklusi gigi. Perubahan ini terjadi akibat sumsum tulang
yang terlalu aktif bekerja untuk menghasilkan sel darah merah, pada Thalassemia
bisa menyebabkan penebalan dan pembesaran tulang terutama tulang kepala dan
wajah, selain itu anak akan mengalami pertumbuhan yang terhambat.
Akibat dari anemia kronis dan transfusi berulang, maka pasien akan
mengalami kelebihan zat besi yang kemudian akan tertimbun di setiap organ,
terutama otot jantung, hati, kelenjar pankreas, dan kelenjar pembentuk hormon
lainnya, yang dikemudian hari akan menimbulkan komplikasi. Perubahan tulang
yang paling sering terlihat terjadi pada tulang tengkorak dan tulang wajah.
Kepala pasien Thalassemia mayor menjadi besar dengan penonjolan pada tulang
frontal dan pelebaran diploe (spons tulang) tulang tengkorak hingga beberapa kali
lebih besar dari orang normal.
E. Patofisiologi.
F. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan laboratorium darah :
- Hb :
Kadar Hb 3 – 9 g%
- Pewarnaan SDM :
- Anisositosis, poikilositosis, hipokromia berat,target cell, tear drop cell.
 Gambaran sumsum tulang
-Eritripoesis hiperaktif
 Elektroforesis Hb :
- Thalasemia alfa : ditemukan Hb Bart’s dan Hb H
- Thalasemia beta : kadar Hb F bervariasi antara 10 – 90 % (N :<= 1% )
G. Fokus pengkajian
1. Pengkajian fisik
a. melakukan pemeriksaan fisik
b. kaji riwayat kesehatan, terutama yang berkaitan dengan anemia
(pucat, lemah, sesak, nafas cepat, hipoksia, nyeri tulang, dan dada,
menurunnya aktivitas, anorexia, epistaksis )
c. Kaji riwayat penyakit dalam keluarga.
2. Pengkajian umum
a. Pertumbuhan yang terhambat
b. Anemia kronik
c. Kematangan sexual yang tertunda.
3. Krisis vaso Occlusive
a. Sakit yang dirasakan
b. Gejala yang dirasakan berkaitan denganischemia daerah yang
berhubungan:
- Ekstrimitas : kulit tangan dan kaki yang mengelupas
disertai rasa sakit yang menjalar.
- Abdomen : terasa sakit
- Cerebrum : troke, gangguan penglihatan.
- Liver : obstruksi, jaundice, koma hepaticum.
- Ginjal : hematuria
c. Efek dari krisis vaso occlusive adalah:
 Cor : cardiomegali, murmur sistolik.
 Paru – paru : ganguan fungsi paru, mudah terinfeksi.
 Ginjal : Ketidakmampuan memecah senyawa urine,
gagal ginjal.
 Genital: terasa sakit, tegang.
 Liver : hepatomegali, sirosis.
 Mata :Ketidaknormalan lensa yang mengakibatkan
gangguan penglihatan, kadang menyebabkan terganggunya
lapisan retina dan dapat menimbulkan kebutaan.
 Ekstrimitas : Perubahan tulang – tulang terutama
menyebabkan bungkuk, mudah terjangkit virus Salmonella,
Osteomyelitis.
G. Diagnosa Keperawatan:
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan posisi tubuh yang menghambat
ekspansi paru (D.0005)
1) Definisi : Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat.
2) Gejala dan tanda Mayor
a) Subjektif : dyspnea
b) Objektif
(1) Penggunaan otot bantu pernapasan
(2) Fase ekspirasi memanjang
(3) Pola napas abnormal (mis. Takipnea, bradypnea,
hiperventilasi, kussmaul, Cheyne-stokes)

3) Gejala dan tanda Minor


a) Subjektif : Ortopnea
b) Objektif
(1) Pernapasan pursed-lip
(2) Pernapasan cuping hidung
(3) Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
(4) Ventilasi semenit menurun
(5) Kapasitas vital menurun
(6) Tekanan ekspirasi menurun
(7) Tekanan inspirasi menurun
(8) Ekskursi dada berubah
b. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan kosentrasi
Hemoglobin. (D.0009)
1) Definisi Masalah Penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat
mengganggu metabolism tubuh
2) Gejala dan Data Mayor
a) Subjektif : -
b) Objektif
(1) Pengisian kapiler > 3 detik
(2) Nadi perifer menurun atau tidak teraba
(3) Akral teraba dingin
(4) Warna kulit pucat
(5) Turgor Kulit menurun
3) Gejala dan Data Minor
a) Subjektif
(1) Parastesia
(2) Nyeri ekstermitas
b) Objektif
(1) Edema
(2) Penyembuhan luka lambat
(3) Indeks ankle- brachial 20% dari kondisi istirahat

3) Gejala dan Data Minor


a) Subjektif
(1) Dispnea saat/setelah aktivitas
(2) Merasa tidak nyaman setelah beraktifitas
(3) Merasa lemah
b) Objektif
(1) Tekanan darah berubah < 20% dari kondisi istirahat
(2) Gambaran EKG menunjukan aritmia saat/setelah aktivitas
(3) Gambaran EKG menunjukan iskemia
(4) Sianosis

c. Resiko gangguan integritas kulit /jaringan berhubungan dengan perubahan


sirkulasi (D.0139)
1) Definisi : Berisiko mengalami kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis)
atau jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang,
kartilago kapsul sendi dan/atau ligamen).

d. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh


sekunder penurunan hemoglobin (0142)
1) Definisi : Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik

e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh (D.0083)


1) Definisi : Perubahan persepsi tentang penampilan, struktur, dan fungsi fisik
individu
2) Gejala dan tanda Mayor
a) Subjektif : Mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh
b) Objektif :
(1) Kehilangan bagian tubuh
(2) Fungsi/struktur tubuh berubah/hilang

3) Gejala dan tanda Minor


a) Subjektif :
(1) Tidak mau mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian
tubuh
(2) Mengungkapkan perasaan negatif tentang perubahan tubuh
(3) Mengungkapkan kekhawatiran pada penolakan/reaksi
orang lain
(4) Mengungkapkan perubahan gaya hidup
b) Objektif
(1) Menyembunyikan/menunjukkan bagian tubuh secara
berlebihan
(2) Menghindari melihat dan/atau menyentuh bagian tubuh
(3) Focus berlebihan pada perubahan tubuh
(4) Respon non verbal pada perubahan dan persepsi tubuh
(5) Fokus pada penampilan dan kekuatan masa lalu
(6) Hubungan sosial berubah

f. Gangguan Tumbuh Kembang (D.0106)


1) Definisi : Kondisi individu mengalami gangguan kemampuan bertumbuh
danberkembang sesuai dengan kelompok usia.
2) Gejala dan tanda Mayor
a) Subjektif : (tidak tersedia)
b) Objektif
(1) Tidak mampu melakukan keterampilan atau perilaku khas
sesuai usia (fisik, bahasa, motorik, psikososial)
(2) Pertumbuhan fisik terganggu

(3) Gejala dan tanda Minor


a) Subjektif : (tidak tersedia)
b) Objektif :
(1) Tidak mampu melakukan perawatan diri sesuai usia
(2) Afek datar
(3) Respon sosial lambat
(4) Kontak mata terbatas
(5) Nafsu makan menurun
(6) Lesu
(7) Mudah marah
(8) Regresi
(9) Pola tidur terganggu (padabayi)

H. Intervensi keperawatan
NO SDKI SLKI SIKI
1. Pola nafas tidak Tujuan : setelah dilakukan Observasi
efektif tindakan keperawatan a) Monitor frekuensi,
berhubungan diharapkan pola nafas irama, kedalaman dan
dengan posisi klien membaik Kriteria upaya
tubuh yang Hasil : b) Monitor pola nafas
menghambat a) Frekuensi nafas (seperti bradipnea,
ekspansi paru dan membaik Takipnea, hiperventilasi,
penurunan energy b) Fungsi paru dalam batas kussmaul, cheyne-stokes,
normal biot, ataksik)
c) Tanda- tanda vital c) Palpasi kesimetrisan
dalam batas normal ekspansi paru
d) Auskultasi bunyi
Nafas
e) Monitor saturasi
oksigen

Terapeutik
a) Posisikan semi fowler
atau fowler
b) Berikan Oksigen jika
perlu
2 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Observasi
aktivitas keperawatan diharapkan a) Identifikasi gangguan
berhubungan toleransi aktivitas fungsi tubuh yang
dengan meningkat mengakibatkan lelah
ketidakseimbanga Kriteria Hasil : b) Kaji kemampuan
n antara suplai dan a) Keluhan lelah menurun pasien untuk melakukan
kebutuhan oksigen b) Perasaan lemah aktivitas,catat kelelahan
menurun dan kesulitan dalam
c) Tenaga Meningkat beraktivitas
c) Monitor kelelahan
fisik dan emosional
d) Catat respon terhadap
tingkat aktivitas

Terapeutik
a) Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus
b) Berikan aktivitas
distraksi yang
menyenangkan
c) Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpidah atau
berjalan
d) Libatkan keluarga
dalam aktvitas, jika perlu

Edukasi
a) Anjurkan Tirah baring
b) Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
c) Pilih periode istirahat
dengan periode aktivitas

3 Perfusi perifer Setelah diberikan tindakan Observasi


tidak efektif keperawatan diharapkan a) Periksa sirkulasi
berhubungan perfusi perifer meningkat perifer (mis. Nadi perifer,
dengan penurunan Kriteria hasil : edema, pengisian kapiler,
kosentrasi a) Warna Kulit pucat warna, suhu,
hemoglobin menurun anklebrachial index)
b) Pengisian kapiler b) Monitor
membaik panas,kemerahan,nyeri,
c) Akral membaik atau bengkak pada
d) Turgor kulit membaik extermitas
c) Observasi adanya
keterlambatan respon
verbal, kebingungan atau
gelisah

Terapeutik
a) Lakukan pencegahan
infeksi
b) Hindari pemakaian
benda-benda yang
berlebihan suhunya
(terlalu panas atau
dingin)

Edukasi
a) Anjurkan mengecek
air mandi untuk
menghindari kulit
terbakar
b) Anjurkan perawatan
kulit yang tepat
(mis.melembabkan kulit
kering pada Kaki)

4 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Observasi


berhubungan keperawatan diharapkan a) Monitor tanda dan
dengan tingkat infeksi menurun gejala infeksi local dan
ketidakadekuatan Kriteria hasil : sistmik
pertahanan tubuh a) Kebersihan tangan
sekunder meningkat Terapeutik
b) Kebersihan badan a) Perhatikan teknik
meningkat aseptic terhadap
c) Nafsu makan meningkat pemasangan transfusi
b) Cuci tangan sebelum
dan sesudah kontak
dengan pasien dan
lingkungan pasien
c) Pertahankan teknik
aseptic pada pasien
beresiko tinggi

Edukasi
a) Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
b) Ajarkan cuci tangan
dengan benar
c) Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi

5 Resiko gangguan Setelah dilakukan tindakan Observasi


integritas keperawatan diharapkan a) Identifikasi penyebab
kulit/jaringan integritas kulit dan gangguan integritas kulit
berhubungan jaringan klien meningkat (mis. perubahan sirkulasi,
dengan perubahan Kriteria hasil : perubahan status nutrisi,
sirkulasi a) Perfusi jaringan penurunan kelembaban,
meningkat suhu lingkungan ekstrem,
b) Kerusakan lapisan Kulit penurunan mobilitas)
menurun
Terapeutik
a) Ubah posisi tiap 2 jam
jika tirah baring
b) Hindari produk
berbahan dasar alcohol
pada kulit kering
c) Gunakan Produk
berbahan ringan/alami
dan hipoalergik
d) Gunakan produk
berbahan petroleum atau
minyak pada Kulit kering

Edukasi
a) Anjurkan
menggunakan pelembab
(Mis. lotion, serum)
b) Anjurkan minum yang
cukup
c) Anjurkan
meningkatkan asupan
buah dan sayur
d) Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrem

6 Gangguan citra Setelah pemberian Observasi


tubuh tindakan keperawatan a) Identifikasi harapan
berhubungan diharapkan citra tubuh citra tubuh berdasarkan
dengan perubahan klien meningkat Kriteria tahap perkembangan
fungsi tubuh hasil : b) Identifikasi perubahan
a) Melihat bagian tubuh citra tubuh yang
meningkat mengakibatkan isolasi
b) Vebralisasi perasaan social
negative tentang
perubahan tubuh menurun Terapeutik
c) Hubungan social a) Diskusikan perubahan
membaik tubuh dan fungsinya
b) Diskusikan perbedaan
penampilan fisik
terhadap harga diri
c) Diskusikan presepsi
pasien dan keluarga
tentang perubahan citra
tubuh

Edukasi
a) Anjurkan mengikuti
kelompok pendukung
(mis.kelompok sebaya)
b) Latih peningkatan
penampilan diri
(mis.berdandan)
c) Latih pengungkapan
kemampuan diri kepada
orang lain dan kelompok
7 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Observasi
Tumbuh Kembang keperawatan diharapkan a) Identifikasi pencapaian
berhubungan status perkembangan tugas perkembangan
dengan efek membaik Kriteria hasil : anak
ketidakmampuan a) Keterampilan/ prilaku
fisik sesuai dengan usia Terapeutik
b) Respon social a) Minimalkan
meningkat kebisingan ruangan
c) Kontak mata meningkat b) Pertahankan
d) Afek Membaik lingkungan yang
mendukung
perkembangan optimal
c) Motivasi anak
berinteraksi dengan anak
lain
d) Dukung anak
mengekspresikan diri
melalui penghargaan
positif atau umpan balik
atas usahanya
e) Mempertahankan
kenyamanan anak
f) Bernyanyi bersama
anak lagu-lagu yang
disukai

Edukasi
a) Jelaskan orang
tua/pengasuh tentang
milestone perkembangan
anak dan perilaku anak
b) Anjurkan orang tua
berinteraksi dengan anak
DAFTAR PUSTAKA

1. Kliegman Behrman. (20012). Ilmu Keperawatan Anak edisi 15, Alih Bahasa
Indonesia, A.Samik Wahab. Jakarta : penerbit Buku Kedokteran EGC
2. Nurarif & Kusuma. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 2. Jakarta: EGC.
3. Nurarif, Amin Huda, & Hardi Kusuma. (2016). NANDA NIC-NOC.
Jogjakarta: Percetakan Medication Publishing Jogjakarta.
4. PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan.
5. Rahayu,Yuyun,Endriani Mulyadi, & Supardi. (2016). Dukungan Keluarga
dalam Kepatuhan Terapi pada Pasien Thalasemia di Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Ciamis Tahun 2015 Family Support in Compliance
Therapy in Patients with Thalassemia in Ciamis District Hospital in 2015.
6. Rosnia Safitri, Juniar Ernawaty, Darwin. Karim. (2015). Hubungan
Kepatuhan Tranfusi dan Konsumsi Kelasi Besi Terhadap Pertumbuhan Anak.
7. Sausan, Nur Rahmi. (2020). Karya tulis ilmiah asuhan keperawatan pada
klien anak dengan thalasemia yang di rawat di rumah sakit. Diambil dari
http://repository.poltekkes kaltim.ac.id/1071/1/KTI%20NUR%20RACHMI
%20SAUSAN.pdf

Anda mungkin juga menyukai