PENTINGNYA KAJIAN PANCASILA MELALUI PENDEKATAN SEJARAH
NAMA : I Gusti Ngurah Surya Ari Nugraha
NOTAR : 2101159 NO ABSEN : 10 KELAS : TRANSDAR 1.2
Dosen pengampu : Sulistyo Sutanto
POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT – STTD
TRANSPORTASI DARAT SARJANA TERAPAN 1. Latar belakang sikap beberapa pihak dalam masyarakat yang menolak Pancasila sebagai dasar negara Pada hakikatnya suatu individu maupun kelompok akan menolak keberadaan pancasila sebagai dasar Negara Indonesia, karena hilangnya suatu kepercayaan pada negara ataupun pemerintah yang menjalankannya. Ketidakadilan yang terjadi dimana-mana, sistem pengelolaan Negara yang kurang baik, serta para penguasa mengedepankan kepentingan pribadi. Setelah semua hal diatas terjadi mereka pun mulai berfikir tentang suatu ideologi yang sekiranya akan dapat menguntungkan dirinya ataupun kelompoknya, dan disitulah para oknum-oknum akan menyuarakan suatu ideologi ataupun dasar negara yang baru, sebagai bentuk keresahan akibat ketidakadilan yang terjadi. Selain itu juga, sistem hukum yang termuat dalam Badan Pancasila bisa dibilang tidak sempurna, hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya badan kepemerintahan yang berlaku tidak adil kepada masyarakat. Terlihat bahwa orang yang kaya semakin kaya dan orang yang miskin semakin miskin akibat sistem kapitalis yang diterapkan oleh Indonesia. 2. Alasan banyak pihak yang tetap ingin mempertahan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia namun tidak sedikit juga warga negara Indonesia yang bersifat Pancasilais ataupun mereka yang akan membela Pancasila sampai titik darah penghabisan. Kebanyakan dari mereka berpendapat bahwa Pancasila sudah sesuai dan mencerminkan kepribadian bangsa ataupun diangkat dari nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia itu sendiri. Selain itu pancasila juga merupakan pedoman hidup bangsa Indonesia dan merupakan jiwa bangsa Indonesia, karena sudah ada sejak dahulu kala bersamaan dengan lahirnya Bangsa Indonesia. Dan mereka yang pancasilais pun meyakini bahwasannya hanya Pancasila lah ideologi ataupun dasar negara yang me Alasan Banyak Pihak yang Tetap Ingin Mempertahankan Pancasila Sebagai Dasar Negara Indonesia miliki nilai-nilai Toleransi yang tinggi, serta cocok dengan sistem demokratis yang Indonesia anu Alasan Banyak Pihak yang Tetap Ingin Mempertahankan Pancasila Sebagai Dasar Negara Indonesia 3. Kemukakan pendapat dan penilaian Anda tentang perbedaan pandangan tersebut Perbedaan pendapat antara suatu kelompok dengan kelompok lain saya ika wajar, karena setiap individu tentunya mempunyai kepentingannya masing masing, dan ketika individu- individu tersebut yang mempunyai pemikiran ataupun pandangan yang sama dipertemukan maka terbentuklah suatu kelompok yang tentunya siap menyuarakan kepentingannya. Alfabet pertama dari sebuah perubahan adalah Keresahan, jika suatu kelompok berniat mengubah suatu ika p negara, sudah dapat dipastikan bahwa ada keresahan yang menyelimuti hatinya, dan ika jadi ada sebuah hak yang seharusnya ia dapatkan namun tidak dapat dipenuhi oleh negara. Dan ika jadi pula ada sebuah janji yang dilontarkan namun tak kunjung direalisasikan 4. Bagaimana Sikap anda Dalam Menghadapi Perbedaan Tersebut Ketika perbedaan pendapat ataupun pandangan tersebut muncul di tengah masyarakat, maka hal yang harus kita lakukan adalah dengan cara mengajak dialog kelompok yang ingin mengganti sistem negara tersebut. Serta musyawarahkan, sebagai itikad baik dalam menyelesaikan suatu problematika, karena yang saya tau, pemberontak akan semakin memberontak ketika kita salah mengkondisikannnya. Yang jelas anggaplah individu ataupun kelompok tersebut tetap sebagai Warga Negara yang sedang menyuarakan pendapatnya, yang sedang mengkritik suatu kebijakan pemerintah. Dan seharusnya kita juga harus memikirkan secara matang-matang bila ikut menyuarakan “Ganti Sistem Pemerintahan” apakah kita tau esensi dari mengganti suatu sistem pemerintahan itu apa ?, apakah kita sudah memikirkan dampak baik-buruknya terhadap bangsa ini ? Intinya jangan mau diperdaya oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung Jawab, dan bertindaklah sesuai dengan hati nurani. survei terbatas untuk menjajagi pengetahuan mahasiswa tentang sejarah terbentuknya teks proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Sejarah Perumusan Teks Proklamasi Rombongan tiba kembali di Jakarta pada pukul 23.00 waktu Jawa. Setelah Soekarno- Hatta singgah di rumah masing-masing. Rombongan kemudian menuju ke rumah Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1, Jakarta (sekarang Perpustakaan Nasional). Hal itu juga disebabkan Laksamana Tadashi Maeda telah menyampaikan kepada Ahmad Subardjo (sebagai salah satu pekerja di kantor Laksamana Maeda) bahwa ia menjamin keselamatan mereka selama berada di rumahnya. Sebelum mereka memulai merumuskan naskah proklamasi, terlebih dahulu Soekarno dan Hatta menemui Somubuco (Kepala Pemerintahan Umum) Mayor Jenderal Nishimura untuk menjajaki sikapnya mengenai proklamasi kemerdekaan. Mereka ditemani oleh Laksamana Maeda, Shigetada Nishijima, Tomegoro Yoshizumi serta Miyoshi sebagai penerjemah. Pertemuan itu tidak mencapai kata sepakat. Nishimura menegaskan bahwa garis kebijakan Panglima Tentara Ke-16 di Jawa adalah, “dengan menyerahnya Jepang kepada Sekutu berlaku ketentuan bahwa tentara Jepang tidak diperbolehkan lagi merubah status quo (status politik Indonesia)”. Berdasarkan garis kebijakan itu Nishimura melarang Soekarno-Hatta untuk mengadakan rapat PPKI dalam rangka proklamasi kemerdekaan. Sampailah Soekarno-Hatta pada kesimpulan bahwa tidak ada gunanya lagi membicarakan kemerdekaan Indonesia dengan pihak Jepang. Akhirnya, mereka hanya mengharapkan pihak Jepang tidak menghalang-halangi pelaksanaan proklamasi yang akan dilaksanakan oleh rakyat Indonesia sendiri. Maka mereka kembali ke rumah Laksamana Maeda. Sebagai tuan rumah Maeda mengundurkan diri ke lantai dua, sedangkan di ruang makan, naskah proklamasi dirumuskan oleh tiga tokoh golongan tua, yaitu : Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan Mr. Ahmad Subardjo. Peristiwa ini disaksikan oleh Miyoshi sebagai orang kepercayaan Nishimura, bersama dengan tiga orang tokoh pemuda lainnya, yaitu : Sukarni, Mbah Diro dan B.M. Diah. Sementara itu, tokoh-tokoh lainnya, baik dari golongan muda maupun golongan tua menunggu di serambi depan. Ir. Soekarno yang menuliskan konsep naskah proklamasi, sedangkan Drs. Moh. Hatta dan Mr. Ahmad Subardjo menyumbangkan pikiran secara lisan. Kalimat pertama dari naskah proklamasi merupakan saran dari Mr. Ahmad Subardjo yang diambil dari rumusan BPUPKI, sedangkan kalimat terakhir merupakan sumbangan pikiran dari Drs. Moh. Hatta. Hal itu disebabkan menurut beliau perlu adanya tambahan pernyataan pengalihan kekuasaan (transfer of sovereignty). Pada pukul 04.30, konsep naskah proklamasi selesai disusun. Selanjutnya mereka menuju ke serambi muka menemui para hadirin yang menunggu. Soekarno memulai membuka pertemuan dengan membacakan naskah proklamsi yang masih merupakan konsep. Ia meminta kepada hadirin untuk menandatangani naskah proklamasi selaku wakil-wakil bangsa Indonesia. Usulan tersebut ditentang oleh tokoh-tokoh pemuda. Mereka beranggapan bahwa sebagian tokok-tokoh tua yang hadir adalah “kepanjangan tangan” jepang. Selanjutnya, Sukarni, salah seorang tokoh golongan muda, mengusulkan agar yang menandatangani naskah proklamasi cukup Soekarno- Hatta atas nama bangsa Indonesia. Setelah usulan Sukarni disetujui, Soekarno meminta kepada Sajuti Melik untuk mengetiknya. Setelah itu, timbul persoalan mengenai tempat penyelenggaraan proklamasi. Sukarni mengusulkan agar Lapangan Ikada (sekarang bagian tenggara lapangan Monumen Nasional) dijadikan tempat membacakan proklamasi. Namun, Soekarno menyampaikan dugaan, jika proklamasi dilakukan dilapangan tersebut akan menimbulkan bentrokan antara rakyat dan pihak militer Jepang. Karena itu, Bung Karno mengusulkan upacara proklamasi dilaksanakan di rumahnya, Jalan Pegangasan Timur No.56. Usulan itu disetujui oleh para hadirin.