Anda di halaman 1dari 15

Dampak Penyakit Mulut dan Kuku Pada Bisnis Peternakan Hewan Sapi Pada Daerah

Jawa Timur Di Tengah Situasi Pandemi Covid-19

Hanifah Aulia Ariani

NIM : 1901489576
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada pertengahan tahun 2022 pada bulan Mei hingga Juni, muncul fenomena
kemunculan penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Indonesia tepatnya lebih
banyak tersebar pada daerah Jawa Timur dan sekitar. Dimana yang kita ketahaui bahwa
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya adalah beragama Islam yaang
merayakan Lebaran Idul Adha (Qurban), membuat masyarakat panik dalam rangka perayaan
dan terlebih lagi akan sangat berdampak pada para peternak terutatama pada peternak hewan
Sapi yang di takutkan akan mengalami kerugian yang begitu besar. PMK merupakan
penyakit dari virus aphthovirus yang mengancam hewan berkaki belah seperti sapi, kambing,
babi dan sebagainya, yang menyebar dari hewan ke hewan dengan gejala umum yang sering
terjadi pada hewan diawali dengan demam disertai luka – luka melepuh pada mulut, lidah,
bibir dan kuku.

Bisnis perternakan ini merupakan bisnis yang banyak diminati oleh sebangian besar
masyarakat Indonesia, dimana sebagian besar penduduk Indonesia masyrakat yang
mengomsumsi produk hewani. Maka bisnis peternakan ini merupakan sebuah peluang bagi
kebnayakan masyarakat Indonesia. Pada kasus ini sebagian penggelut dunia bisnis peternakan
ini juga diminati oleh masyarakat menegah kebawah untuk menyambung hidup. Khususnya
pada ternak hewan Sapi dan Kambing, besar harapan mereka dalam melakukan usaha
peternakan ini. Dalam menyikapi permasalahan Penyakit Kuku dan Mulut (PMK) yang
sedang terjadi saat ini akan sangat bepengaruh pada sosial ekonomi para pelaku usaha.
Karena kebanyakan dari para pelaku usaha peternakan ini adalah masyarakat kurang mampu
dan UMKM menengah kebawah, maka dengan adanya penyakit ini akan sangat membabani
para pelaku usaha dimana mereka telah menaruh harapan hidupnya pada usaha ternak
tersebut. Pada penelitan yang di lakukan oleh pemerintah pusat usaha atau bisnis peternakan
hewan sapi yang menghasilkan produk daging sapi memiliki keterkaitan erat terhadap 120
sektor ekonomi lainnya dan memiliki daya ungkit tertinggi dari 175 sektor ekonomi lainnya.
Maka sangat besar pengaruh para pelaku usaha ternak pada sosial ekonimi yang terjadi di
masyrakat Indonesia
UMKM sendiri adalah sebagai salah satu entitas dari produsen dan konsumen yang
mempunyai pengaruh besar terhadap perekonomian. Hal tersebut ditandai dengan perputaran
uang dimasyarakat yaitu dari dan oleh UMKM itu sendiri. Karena hal tersebut UMKM
memiliki peran yang sangat penting untuk meningkatkan ekonomi masyarakat yang ada di
kota maupun kabupaten (Hamza & Agustien, 2019). Terlebih lagi usaha peternakan ini sangat
di senangi oleh kebanyakan masyarakat indonesia, selain memiliki pasar konsumuen yang
cukup besar. Maka sangatlah virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) ini sangatlah berdampak
pada dunia ekonomi para pelaku UMKM. Banyak masyarakt yang mengeluhkan kurangnya
penanganan pada kasus PMK ini oleh pemerintah dikarenakan sangatlah banyak sebagian
pelaku usaha ini adalah termasuk masyarakat kurang mampu yang menggantungka hidupnya
pada usaha ternak ini, yang dimana dalam waktu dekat akan terjadinya Lebaran Idul Adha
sebagai lapak proses perdagangan mereka. Dengat tinggi nya kasus PMK ini dan banyak
terjadinya kematian pada hewan ternak ini maka perlu adanya keseriusan dalam penanganan
kasus penyebaran PMK ini di tengah wabah pandemi Covid-19 yang juga sudah berdampak
sangat besar pada perekonomian masyarakat Indonesia.

Pada Maret 2020, Pandemi wabah virus Covid-19 yang telah menyerang hampir
seluruh negara-negara pada dunia global merupakan hal yang perlu menjadi fokus utama
dunia saat ini, negara-negara harus mampu menghadapi dan beradaptasi dengan kondisi New
Normal. Analisa ini melihat bahwa Presiden Jokowi memiliki peranan penting sebagai
Kepala Negara yang memiliki kekuasaan tertinggi di Indonesia, maka pernyataan yang beliau
keluarkan sangatlah berpengaruh untuk dapat menentukan langkah-langkah apa yang perlu di
ambil terkait wabah virus Covid-19 tidak hanya di Indonesia. Kita tidak bisa menutup mata
bahwa covid-19 ini memiliki dampak yang sangat besar pada dunia internasional, baik dalam
sektor kesehatan, ekonomi, pariwisata, dan pendidikan. Dengan situasi pandemi Covid-19 ini
jelas yang memberikan banyak dampak signifikan kepada kehidupan masyarakat, terutama
pada bidang ekonomi, kesehatan, sosial, pendidikan, dan lain-lain. Dampak yang diberikan
berimbas kepada sebagain besar negara yang ada di dunia, termasuk Indonesia.

Di mulai dengan memberlakukan peraturan new normal yang bertujuan menghimbau


masyarakat untuk membatasi aktivitas sosial diluar rumah. Maka jelas dengan adanya
regulasi tersebut adaya pembatasan aktifitas sosial antar orang yang dapat menyebabkan
kurang optimalnya penanggulangan keadaan penyebaran wabah PMK tersebut. Dengan
begitu wabah PMK ini akan cepat tidak terkontrol yang dapat memberikan dapat negatif pada
sektor perekonomian yang cukup besar pada pelaku bisnis ternak dan peternakan ini.
1.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa dan mengetahui dampak dari
merebahnya penyakit Kuku dan Mulut (PMK) pada hewan ternak yang memiliki dampak
pada para pelaku usaha peternakan atau UMKM dalam situasi pandemi COVID-19
khususnya di daerah Jawa Timur Indonesia dan bertujuan agar dapat memberikan solusi saran
atas permasalahan tersebut.

1.3 Ruang Lingkup Materi

Karena Penelitian ini secara khusus akan membahas pada analisa dampak yang terjadi
pada para pelaku bisnis atau UMKM di bidang peternakan yang terkena wabah Penyakit
Mulut dan Kuku (PMK) khususnya di daerah Jawa Timur,Indonesia. Serta mengetahui
langkah –alangkah apa yang dapat di lakukan baik oleh para pelaku bisnis maupun oleh
pemerintah dalam bertindak menanggulangi masalah wabah PMK ini. Serayanya juga dapat
memberikan saran-saran dalam mengalasia faktor rasional yang dapat di ambil untuk
menyelesaikan permasalah PMK ini untuk menyelamatkan sektor ekonomi baik pada
masyarakat pelaku usaha peternakan, konsumen dan juga pemerintahan. Namun perlu di
ketahui dalam situasi saat ini yang terjadi di dunia adalah masih dalam kondisi Pandemi
Covid-19 maka dapak perekonomian ini tidak hanya terdampak dari kasus penyakit PMK ini
pada pelaku usaha peternakan namun juga sudah terdampak dari Pandemi Covid-19 yang
menyebabkan penurunan pada perekonomian masyarakat seperti keterbatasan dana, sarana
produksi. Kta ketahui juga bahwa sebagian besar para pelaku usaha ternak ini adalah pelaku
UMKM menengah kebawah yang kebnayakan adalah masyarakat kurang mampu dan
kebanyakan adalah masyarakat yang sudah tua atau cukup umur dimana adanya kelemahan
pada keahlian dan ketrampilan dalam melakukan inovasi dalam menghadapi masalah-
masalah baru, serta kendala eksternal seperti terbatasnya layanan dan fasilitas pemerintah,
belum ada implementasi pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya yang efektif dan
berjangka panjang. Masih penting untuk memperkuat kerjasama dalam penyusunan
perencanaan pembangunan dan pengambilan keputusan oleh instansi pemerintah Jakarta.
Sebagian besar masyarakat kesulitan dalam mempertahankan bisnis karena kondisi ekonomi
yang memburuk sehingga berdampak kepada perekonomian.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)


Penyakit mulut dan kuku disingkat PMK merupakan penyakit hewan menular yang
menyerang hewan berkuku belah baik hewan ternak maupun hewan liar seperti sapi, kerbau,
domba, kambing, babi, rusa/kijang, onta dan gajah. Penyakit ini menimbulkan kerugian
ekonomi yang sangat tinggi. Di dunia internasional, penyakit PMK disebut foot and mouth
disease yang disingkat dengan FMD. Penyakit PMK atau FMD disebabkan oleh virus yang
dinamai virus penyakit mulut dan kuku (virus PMK) atau foot and mouth diseases virus
(FMDV). Virus ini masuk dalam famili Picornaviridae dan genus Aphtovirus (MacLachlan &
Dubovi 2017). Gejala penyakit yang biasanya terlihat pada hewan ternak seperti menunjukan
gejala: demam tinggi (mencapai 39°C) selama beberapa hari, tidak mau makan dan terjadi
luka/lepuh pada daerah mulut (termasuk lidah, gusi, pipi bagian dalam dan bibir) dan
keempat kakinya (pada tumit, celah kuku dan sepanjang coronary bands kuku atau batas kuku
dengan kulit). Luka/lepuh juga bisa terjadi pada liang hidung, moncong, dan puting susu.
(Widhi Luthfi, 2020)
Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) menular dengan cepat. Virus masuk ke
dalam tubuh hewan melalui mulut atau hidung dan virus memperbanyak diri pada sel-sel
epitel di daerah nasofaring (Arzt et al. 2011), virus PMK kemudian masuk ke dalam darah
dan memperbanyak diri pada kelenjar limfoglandula dan sel-sel epitel di daerah mulut dan
kaki (teracak kaki) mengakibatkan luka/lepuh. Penularan PMK dari hewan sakit ke hewan
lain terutama hewan yang peka dapat terjadi dengan dua cara yaitu secara langsung dan
secara tidak langsung. Untuk mencegah masuknya penyakit ini yang akan membahayakan
sapi bali di Bali dan menimbulkan kerugian ekonomi yang tinggi. Biosekuriti merupakan
serangkaian tindakan yang meliputi: 1.). Perlindungan pada zona bebas dengan membatasi
gerakan hewan, pengawasan lalu lintas dan pelaksanaan surveilans, 2). Melarang pemasukan
ternak dari daerah lain, terutama daerah tertular, 3). Melakukan tindakan karantina dengan
ketat, 4). Menjaga kondisi ternak dengan manajemen pemeliharaan yang baik, 5).
Meningkatkan sanitasi dan mendesinfeksi kandang dan sekitarnya secara berkala. (Adjid,
2020)

2.2 Pandemi Covid-19


Infeksi Sars-CoV-2 atau Novel Covidvirus-19 pertama kali terdengar pada akhir
Desember 2019 yang menyerang di kota Wuhan, Hubei, China. Berdasarkan laporan WHO
virus Corona-19 atau Novel Coronavirus adalah salah satu jenis infeksi saluran pernafasan
yang menyerang manusia yang memilki gejala ringan hingga akut berat. (WHO, 2020) Virus
Corona ini telah banyak menelan korban, baik dari gejala ringan hingga terjadinya kematian
pada beberapa warga negara di belahan dunia. (Lone & Ahmad, 2020) Presiden Jokowi
Widodo pertama kali mengumumkan wabah virus Corona-19 terdeteksi masuk ke Indonesia
pada 2 Maret 2020 dengan 2 (dua) kasus pertama di Indonesia, sehingga menimbulkan
berbagai respon dari seluruh lapisan masyarakat. (Setpres, 2020) Virus Covid-19 ini
mengubah keadaan di dunia yang berdampak langsung pada berbagai sektor; sektor
kesehatan, ekonomi, pariwisata, dan pendidikan.
Dengan ditetapkannya status penyebaran virus Corona-19 ini sebagai Pandemi, maka
berbagai tindakan penangan dilakukan dengan cepat oleh berbagai negara termasuk
Indonesia. Tindakan pertama yang diambil oleh Pemerintahan Indonesia untuk
mengendalikan situasi Pandemi virus covid-19 ini adalah membuat regulasi baru yang di
sebut “New Normal” dalam menghadapi Pandemi virus covid-19 (Muhyiddin, 2020). Wabah
global pandemi COVID-19 telah menyebar ke seluruh dunia, mempengaruhi hampir semua
negara dan wilayah. Dan memberlakukan peraturan untuk “new normal” pada masyarakat
seperti cuci tangan, memakai masker, physical distancing, dan menghindari pertemuan
massal. Strategi untuk mengurangi aktivitas diluar rumah telah dilakukan sebagai tindakan
yang diperlukan untuk meratakan kurva dan mengendalikan penularan penyakit (Sintema,
2020).

2.3 Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang No 20 Tahun 2008 maka definisi dari Usaha


Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah :
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha
Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang ini.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih
atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang- Undang ini.
Dari definisi diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah merupakan bentuk dari usaha ekonomi yang produktif, yang diperankan oleh
badan usaha ataupun perorangan serta harus memenuhi syarat-syarat yang ada.

2.4 Bisnis Peternakan

Berdaarkan peraturan pemerintah bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 76 ayat


(5) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan;
Bisnis Peternakan yang di lakukan oleh perorangan atau korporasi adalah adalah
kegiatan usaha budidaya Ternak untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, dan
kepentingan masyarakat lainnya di suatu tempat tertentu secara terus menerus. Dalam
peraturan pemerintah Pemberdayaan Peternak adalah segala upaya yang dilakukan oleh
Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan pemangku kepentingan di
bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan untuk meningkatkan kemandirian, memberikan
kemudahan dan kemajuan usaha, serta meningkatkan daya saing dan kesejahteraan Peternak.
Kemitraan Usaha adalah kerjasama yang saling menguntungkan dan saling
memperkuat antara usaha kecil dan usaha menengah/besar di bidang Peternakan atau di
bidang Kesehatan Hewan. Ternak adalah Hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan
sebagai penghasil pangan, bahan baku industri, jasa, dan/atau hasil ikutannya yang terkait
dengan pertanian. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik,
benih, bibit dan/atau bakalan, pakan, alat dan mesin Peternakan, budidaya Ternak, panen,
pascapanen, pengolahan, pemasaran, dan pengusahaannya. Berikut, jenis-jenis usaha
Peternakan, yaitu ;
a. Peternakan Tradisional : Salah satu jenis usaha peternakan yang mempunyai ciri-
ciri dengan jumlah ternak yang tergolong sedikit, menggunakan tenaga kerja dari orang
dalam seperti keluarga dari pemilik ternak, teknologi yang digunakan pun tingkat
kecanggihannya rendah, serta imbal hasil yang dihasilkan juga tak banyak.
b. Peternakan Backyard : Usaha ternak yang menggunakan tanah lapang atau halaman
belakang rumah, jumlah ternak relatif sedikit, menggunakan teknologi dengan tingkat
kecanggihan menengah, serta menggunakan tenaga kerja dari orang dalam yang cenderung
menghasilkan imbal hasil rendah.
c. Peternakan Modern : Usaha peternakan yang sudah menggunakan teknologi
canggih, cenderung berbentuk pabrik, tenaga kerja yang digunakan jumlahnya banyak dan
ahli dalam bidangnya, imbal hasil yang diperoleh pun tinggi.

2.5 Kerangka Penelitian

Dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis untuk menjawab rumusan masalah
diatas, penulis menggunakan kerangka pemikiran yang akan membantu penulis untuk
menganalisa topik yang penulis angkat. Penulis menggunakan teori Analisa dalam esai ini
akan mempergunakan teori Dampak Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di tengah pandemi
Covid-19 sebagai variabel independen terhadap bisnis atau Usaha Peternakan di Jawa Timur
sebagai variabel dependen. Sesuai kerangka teori yang diuraikan, maka disederhanakan
dalam bentuk kerangka penulisan yang digambarkan sebagai berikut :

Variabel
Dependen
Dampak Penyakit Mulut Dan
Kuku Usaha Peternakan (Y)
Pandemi Covid-19

Variable
Independen

Gambar 2.1. Kerangka Penelitian


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Dalam menjawab rumusan masalah diatas pada penelitian ini menggunakan


metode kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami,menggali,
mengungkap fenomena atau situasi tertentu. Memfokuskan dalam mendefinisikan
dan membatasi agar lebih fokus terhadap analisanya. Melengkapi dengan kajian
ilmiah melalui variable-variable data. dalam meganalisa menetapkan suatu situasi
atau fenemona tanpa sebelumnya melakukan sebuah perhintungan terlebih dahulu
dalam menanggapi fenomena tersebut, namun dapat dengan cara deksripsi,
ekeplanative, atau eksploration menanggapi masalah yang ada. (Tobing, 2016)

3.1.2 Tipe Penelitian

Penelitian menggunakan tipe deskriptif yaitu bertujuan menganalisa atau


menggambarkan situasi, fenomena, masalah yang terjadi secara penjelasan yang
sistematis dalam memberikan informasi terkait suatu situasi atau fenomena
masalah. Metode analisis data yang penulis gunakan adalah deskriptif kualitatif,
yaitu dimana setelah data dikumpulkan kemudian dilakukan penganalisaan secara
kualitatif lalu digambarkan dalam bentuk uraian. Analisis data dilakukan dengan
tiga tahap yaitu: reduksi data, sajian data, kemudian penarikan kesimpulan

3.1.3 Teknik Pengumpulan

Dalam memperkuat penelitan diatas, teknik pengumpulan data yang


digunakan untuk melengkapi informasi-informasi yang akan di sampaikan dalam
analisa dengan penggunaan pengumpulan data Sekunder. Pengumpulan data
sekunder ini di dapatkan melalui media online dalam memperoleh sumber data
seperti e-book, jurnal, artikel, berita, penelitian sebelumnya, dan publikasi
pelaporan pemerintah dalam melengkapi penelitian.
BAB IV

ANALISA DAN SARAN

4.1 Dampak Penyakit Mulut dan Kuku Pada Pelaku Bisnis Peternakan

Penyebaran Penyakit Kuku dan Mulut (PMK) dikenal juga sebagai “airborne desease”
sehingga penanganannya pun memerlukan kecepatan dan ketepatan dalam bertindak.
Menurut Nasipospos (2014) bahwa untuk kasus di Indonesia setelah 2 minggu, jumlah desa
terinfeksi akan meningkat dari awalnya hanya 1 desa menjadi 14 desa; apabila tindakan
terlambat maka dalam 4 minggu jumlah desa terinfeksi naik menjadi 84 desa; setelah lebih
dari 8 minggu menjadi lebih dari 500 desa. Menurut Jonathan Rushton & Theo Knight-Jones
(2012) dan Naipospos (2012) bahwa dampak PMK di suatu wilayah dapat terjadi secara
langsung maupun tidak langsung, secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut (Tawaf, 2022):
A. Dampak langsung:

 Dapat terlihat secara kasat mata; misalnya, pengaruh langsung kepada sistem

produksi ternak (ternak tidak mau makan, Penurunan berat badan, Penurunan
produksi susu, Kematian hewan/keguguran dan Penurunan produktivitas
tenaga kerja ternak)

 Tidak terlihat secara kasat mata : misalnya, Penurunan fertilitas dan

perubahan struktur populasi ternak, yang berakibat dalam jangka panjang


penurunan produksi ternak.
B. Dampak Tidak langsung :

 Tambahan biaya; misalnya, Biaya pemotongan/pemusnahan, Biaya

kompensasi, Biaya pengawasan lalu lintas dan tindak karantina, Biaya


surveilans dan Biaya vaksinasi.

 Biaya kehilangan pendapatan : Misalnya, Kehilangan/penurunan pendapatan

tenaga kerja, Gangguan industri, Kehilangan peluang ekspor, kehilangan


peluang masuknya wisatawan.

 Panjangnya Calving interval/service periode, menurunnya aktivitas pasar

dan pengaruh harga, penurunan pendapatan peternak.


Dari penjelasan di atas sangatlah berdampak pada pelaku bisnis ternak dimana dengan
sangat cepatnya penyebaran virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di luar dugaan ini yang
menyebabkan banyaknya kematian pada hewan khususnya pada hewan ternak sapi yang
terjadi di Jawa Timur. Dalam sektor sosial dan ekonomi akan jelas terjadi pada masyarakat
dikemudian hari sebagai dampak terjadinya wabah Penhyakit Mulut dan Kaki (PMK) ini.
Sehingga jelas Pemerintah tidak bisa bersantai dalam penangan kasus PMK ini, dalam kasus
yang terjadi di Indonesia ini seperti yang kita ketahaui adalah pelaku UMKM atau
masyarakat kelas menengah kebawah yang dimana keadaan ekonominya saja sudah kesulitan
apalagi di tengah situasi Pandemi Covid-19 ini. Dengan terjadinya wabah PMK ini jelas
menimbulkan kepanikan bagi para pelaku usaha yang jelas akan terdampak ketika hewan
ternaknya sakit atau pun hingga terjadinya kematian. Akan terjadinya penurunan drastis pada
sektor ekonomi yang sangat besar.
Dalam penjelasan yang di berikan oleh Kementerian Peternakan akan segera
melakukan pembagian obat-obatan untuk menanggulangi virus PMK pada hewan Termak ini
namun, dengan sangat cepatnya penyebaran wabah PMK ini pada daerah Jawa Timur,
Indonesia menyebabkan kurangnya ketersedian obat-obatan ini. Sehingga dapat
menyebabkan sebagian besar hewan-hewan ternak yang tidak mendapatkan obat-obatan ini
dapat terjadinya kematian pada hewan ternak. Maka Pemerintah juga mengeluarkan
kebijakan bantuan terhadap para pelaku bisinis ternak yang terdampak wabah PMK hingga
terjadinya kematian adalah biaya ganti rugi sebesar Sepulu Juta Rupiah (RP 10.000.000,00)
per satu ekor hewan ternak sapi. Namun ini di nilai masih belum cukup di lihat dari modal
awall para peternak untuk membeli hewan ternak sapi yang mencapai Dua Puluh Juta Rupiah
(RP 20.000.000,00) untuk satu hewan ternak sapi dewasa.
Dimana penyebaran wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) ini terjadi berdekatan
dengan Lebaran Idul-Adha dimana adalah hari yang angat di tumggu-tunggu oleh
kebanyakan pelaku usaha ternak ini. Dengan adanya kasus wabah PMK ini jelas akan sangat
menimbulakan panik di masyarakat dan kekacauan pada sektor ekonomi para pelaku usaha
ternak atapun peternakan yang akan menyebabkan kerugian yang besar.

4.2 Dampak Wabah Penyakit Mulut dan Kuku Di Tengah Pandemi Covid-19
Di tengah ketidakpastian keadaan dunia global saat ini terkait Pandemi Covid-19 ini
jelas sangat berpengaruh dalam sektor-sektor utama dunia seperti sektor kesehatan, ekonomi,
sosial, pendidikan. Dengan adanya regulasi pemberlakuan new normal ini juga sangat
membuat kasus penyebaran PMK ini menjadi kurang optimal dalam penanganannya.
Dampak ekonomi yang terjadi dikarenakan Pandemi Covid-19 ini sudah sangat merugikan
masyarakat dan pemerintah, terjadinya defisit besar-besaran di mana-mana. Maka dengan di
tambahnya kasus wabah PMK ini jelas akan menambah kepanikan maysrakat khususnya para
pelaku bisnis peternakan yang berusaha untuk bangkit kembali pasca hancurnya usaha-usaha
mereka di karenakan Pandemi Covid-19 ini, sekarang muncul wabah PMK ini yang sangat
merugikan para pelaku bisnis terutama pada masyarakat kalangan mengeanh kebawah. Maka
harapan mereka hanya pada pemerintah dalam penanganan kasus wabah PMK ini.
Dengan kondisi pandemi Covid-19 ini maka tidak bisa melakukan penanggulangan
seperti biasanya mengingat regulasi protokol kesehatan yang baru dalam penceahan kasus
covid-19 juga yang di takutkan juga akan meningkat. Maka dari himbauan Kementerian
Peternakan Yang bisa di lakukan adalah dengan pembagian obat-obatan massal untuk para
hewan ternak namu juga masih terkendala pembagiannya yang tdak bisa di lakukan dengan
cepat di karenakan menjaga protokol kesehatan covid-19. Pemerintah pun menghimbau untuk
khususnya pada daerah Jawa Timur untuk memberlakukan social distancing pada hewan-
hewan ternaknya untuk mencegahnya penularan penyakut dan tidak di perboehkannya keluar
dari daerah Jawa Timur. Kebijakan tersebut juga sangatlah menimbulkan keresahan pada
pelaku usaha ternak dan peternakan mengenai omset mereka yang akan menurun drastis.
Di lihat dari kondisi tersebut terjadinya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di
tengah situasi Pandemi Covid-19 ini sangatlah berdampak buruk bagi sektok perekonomian
pelaku bisnis ternak dan peternakan khususnya di Jawa Timur Indonesia.

4.3 Strategi Dalam Penanganan Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) Pada Pelaku
Bisnis Ternak Di Tengah Pandemi Covid-19

a) Bantuan dan Sosialisasi oleh Pemerintah


Peran Pemerintah sangatlah di butuhkan dimana keadaaan penyebaran wabah Penyakit
Mulut dan Kuku yang sangat cepat ini, perlu adanya aksi tanggap dari Pemerintah.
Peranaan pemerintah dalam melakukan bantuan baik dalam sosialisasi penanggulangan,
regulasi yang baru dalam menyikapi fenomena PMK tersebut dan bantuan vaksin obat-
obatan dalam penanggulangan wabah PMK dan bantuan secara langsung ekonomi
b) Inovasi dalam Pengembangan Usaha Ternak
Perlu adanya Inovasi dalam pelaku bisnis peternakan ini dan harus di tangani secara
serius. Dengan adanya wabah PMK ini merupaka cambukan untuk pelaku bisnis terutama
bisnis ternak dimana merupakan bisnis makhluk hidup yang mudah terserang penyakit
dan dapat terjadinya kematian. Maka perlu ada nya inovasi dalam pemeliharaan usaha
bisnis peternakan ini, baik secara invasi kandang ternak untuk menghindari hal-hal yang
hal-hal yang tidak di inginkan seperti wabah PMK ini. Lalu invovasi terhadap pangan dan
obat-obatan vitamin para hewan ternak agar tejaga kesehatannya. Untuk dapat
mempertahankan bisnis peternakan ini maka di perlukannya inovasi-inosi baru untuk
keberlangsungan hidup hewan ternak yang sehat.
c) Mengikuti Pelatihan Pengembangan Bisnis Ternak
Kita ketahui kebanyakan pelaku bisnis ternak ini di lakukan oleh masyarakat-masyrakat
yang sudah tua jarang kita teui para peternak milineal maka sangat lah di oerlukan adanya
program pelatihan atau sosialisai yang dapat di manfaatkan oleh para pelaku bisnis ternak
ini. Baik dalam menciptakan inovasi-inovasi dalam penjualan, inovasi dalam
pengembangan bisinis ternak, dan juga pentingnya pelatihan dalan pengeloaan keuangan
dalam berbisnis ternak. Sehingga bisa tidak terjadinya dampak negativ yang terlalu besar
pada sektor ekonomi para pelaku usaha ketika terkena wabah PMK seperti ini.
BAB V

KESIMPULAN

Wabah Penyakit Mulut Dan Kuku (PMK) yang terjadi di saar mendekati hari Lebaran
Idul-Adha ini, jelas sangatlah menimbulkan kepanikan. Kita ketahui kebanyakan pelaku
bisnis ternak ini di lakukan oleh masyarakat-masyrakat atau UMKM menegah kebawah
yang dimana keadaan ekonminya yang juga tidak bagus, dimana mereka berusaha bangkit
pasca Pandemi Covid-19. Perlu di sadari bahwa bisnis peternakan ini memiliki dampak
cukup besar bagi seluruh masyarakat Indonesia dan juga Pemerintah, dimana sebagian
besar penduduk masyarakat Indonesia adalah konsumen produk hewani. Maka denga
terjadinya wabah PMK ini di tengah situasi Pandemi Covid-19 ini jelas menimbulkan
keresahan dan kepanikan pada mayarakat khususnya para pelaku usaha ternak dan
peternakan di daerah Jawa Timur Indonesia. Sangat jelas dampak yang akan terjadinya
dampak negatif pada sektor perekonomian para pelaku bisnis ternak ini terkait wabah
PMK yang sangat lah cepat tersebar luas. Dan dengan situasi Pandemi Covid-19 ini jelas
sangatlah menghambat penanggulangan wabah PMK ini oleh Pemerintah pada
masyarakat Jawa Timur yang tidak bisa di hindari, di karenakan adanya regulasi protokol
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Bibliography

Adjid, A. (2020). Penyakit Mulut dan Kuku: Penyakit Hewan Eksotik yang Harus
Diwaspadai Masuknya ke Indonesia. Retrieved from WARTAZOA Vol. 30 No. 2 Th.
2020 Hlm. 61-70. : https://medpub.litbang.pertanian.go.id

Lone, S. A., & Ahmad, A. (2020). Covid-19 Pamdemic-an African Prespective. Emerging
Microbes and Infections, 1-10.

Muhyiddin. (2020). Covid-19, New Normal dan Perencanaan Pembangunan di Indonesia.


Kementeran Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas Republik Indonesia, 1-
13.

Setpres. (2020, March Wednesday). Keterangan Pers Presiden Republik Indonesia Mengenai
Dua Warga Negara Indonesia Yang Positif Korona. Retrieved from Presiden
Republik Indonesia: https://www.presidenri.go.id/transkrip/keterangan-pers-presiden-
republik-indonesia-mengenai-dua-warga-negara-indonesia-yang-positif-korona/

Tawaf, R. (2022). DAMPAK SOSIAL EKONOMI EPIDEMI PENYAKIT MULUT DAN


KUKU TERHADAP PEMBANGUNAN PETERNAKAN DI INDONESIA.
Prosiding Seminar Nasional Agroinovasi Spesifik Lokasi Untuk Ketahanan Pangan
Pada Era Masyarakat Ekonomi ASEAN, 1-13.

Tobing, D. H. (2016). METODE PENELITIAN KUALITATIF. Program Studi Psikolog


iFakultas KedokteranUNIVERSITAS UDAYANA, 1-10.

WHO. (2020, Januari). Coronavirus disease (COVID-19). Retrieved from Whorld Health
Organizations: https://www.who.int/health-topics/coronavirus#tab=tab_1

Widhi Luthfi. (2020). Success Story Pembebasan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di
Indonesia. . Retrieved from IPTEK: https://www.goodnewsfromindonesia.id

Anda mungkin juga menyukai