Anda di halaman 1dari 105

Chapter 438 : Amarah Wanita dan Melankoli Pria

“Kalian saja yang pergi? Eh, kenapa?” (Touya)

“Kami sudah mendengar semuanya dari Putri Pafia. Melihat dari makhluk panggilan tadi dan juga
perkataannya, jelas sekali kala Sekertari Pertahanan Kanaza adalah seorang okultis. Dia telah
menggunakan roh jahat untuk merasuki orang-orang dan membuat mereka mematuhinya.” (Rin)

Rin menjawab menggantikan Yumina, tapi aku masih belum paham apa maksudnya. Okultis?

Linze kemudian menambahkan penjelasannya.

“Aku pernah membacanya di [Perpustakaan] Babylon sebelumnya. Okultis menggunakan sihir yang
bisa merasuki orang yang lemah iman atau mereka yang punya kegelapan di hatinya. Lingkungan
kerajaan biasanya dipenuhi oleh orang-orang yang penuh siasat dan licik. Oleh sebab itu dia pasti
bisa merasuki siapa saja yang diinginkannya.” (Linze)

Ah, aku jadi ingat kalau aku juga pernah mendengar soal itu sebelumnya. Kurasa itu adalah sihir
kuno yang lahir dari sihir atribut kegelapan, dan meskipun dia tak bisa mengendalikan mayat, tapi
dia bisa mengendalikan orang hidup dan menjadikan mereka menjadi boneka yang penurut atau
semacamnya? Aku tidak terlalu ingat.

“Etto... jadi dengan sihir perasuk atau apalah namanya itu, pria yang bernama Kanaza itu bisa naik
jabatan dengan cepat di Nokia, begitu?” (Touya)
“Bukan hanya itu, sepertinya dia juga mengendalikan wanita muda dan melakukan apapun yang dia
inginkan pada mereka. Dia benar-benar contoh pria rendahan.” (Hilda)

Hilda mengatakannya dengan nada mencemooh. Putri kesatria Restia yang selalu jujur dan berterus
terang itu pasti tidak bisa memaafkan hal semacam itu. Aku bisa melihat api amarah di matanya.

Kemampuan untuk mengendalikan orang lain. Kebanyakan orang yang memiliki kekuatan itu pasti
akan menggunakannya untuk memenuhi hasrat mereka. Kanaza adalah salah satu contoh pria
malang yang kehilangan arah dan dikalahkan oleh ketamakannya.

“Si Kanaza itu juga sering melakukan sesuatu seperti memerintahkan bangsawan yang
dikendalikannya untuk menyerahkan putri mereka. Dia membuat wanita yang disenanginya untuk
melayaninya, dan kemudian membuang mereka yang sudah membuatnya bosan tanpa ragu.” (Elze)

“Tak bisa dimaafkan. Dia adalah musuh para wanita! Darahku jadi mendidih karena emosi!” (Rue)

“Benar sekali-degozaru na. Hukuman dewa saja tak akan cukup bagi bedebah yang suka
mempermainkan kehendak orang lain seperti itu.” (Yae)

Elze, Rue, dan Yae juga terlihat sangat marah. Meskipun kemarahan itu tidak diarahkan kepadaku,
kenapa aku jadi ikut merinding... memang sih, aku juga bisa “Mempermainkan kehendak orang lain”
menggunakan sihir atribut kegelapan yang kuketahui.

“Untungnya, sang raja dan putri pertama Nokia adalah orang yang teguh, jadi mereka sepertinya
masih belum bisa dirasuki.” (Rin)

Rin kemudian melirik ke arah Putri Pafia.


“Kazana menggunakan bangsawan senat dan membuat agar kakakku menjadi tunangannya.
Kebanyakan anggota senat telah mendukung usulan Kanaza. Kalau kupikir lagi mungkin saat itu
mereka semua telah dikendalikan olehnya. Ayahku yang saat itu sedang sakit, tak bisa menentang
keputusan itu. Terlebih lagi, Kanaza juga mulai menargetkanku. Kakakku, yang mengetahui hal itu,
segera membantuku untuk melarikan diri dari Nokia. Dia mengatakan bahwa hanya dia saja yang
perlu mengorbankan diri. Akan tetapi saat aku sedang melarikan diri, suruhan Kanaza berhasil
mengejar dan aku pun jatuh ke jurang dan terseret oleh aliran sungai di bawahnya bersama Lycia
saat sedang bertarung melawan mereka.” (Pafia)

Musuh mereka mengira kalau mereka berdua telah mati dan akhirnya kembali, ya... Eh... lalu
bagaimana dengan tubuh palsu itu?

“Kemungkinan besar... itu semua adalah siasat Kanaza untuk membuat kakakku goyah.” (Pafia)

“Saat hal yang menyokong hati seseorang hancur, maka pertahanannya pasti akan berlubang.
Pikirannya akan melemah, dan akhirnya bisa dirasuki oleh spectre.” (Rin)

Rin menjawab sambil melipat kedua tangannya. Di kakinya, terlihat Pola yang sedang
menghentakkan kaki ke tanah sambil bersikap marah. Kenapa kau malah ikut marah meskipun kau
Cuma boneka? Maksudku, memang sih dia itu sangat menjijikkan, tapi tetap saja...

“Jadi, bukankah itu berarti Putri Pertama sudah menjadi boneka Kanaza?” (Touya)

“Tidak, kakakku bukanlah orang yang selemah itu. Meskipun dia mendengar tentang kematianku, dia
pasti tak akan membiarkan emosinya terlihat demi negaranya. Itulah sebabnya Kanaza berencana
untuk memaksakan pernikahan dengan kakakku. Jika ayah mati, maka kakakku akan otomatis
mewarisi tahta. Sebagai suaminya, Kanaza pasti akan menjadi keluarga kerajaan. Dan kemudian...”
(Pafia)

“Jika Putri Pertama juga mati, maka kekuasaan akan jatuh ke tangan Kanaza, ya...” (Touya)

Putri Pafia mengangguk. Jadi pada akhirnya ini semua demi mengambil alih tahta ya...

Saat aku bertanya kepada utusan Yanche soal kenapa dia tidak meminta Xenoas untuk
memperkenalkannya pada kami sebelum datang ke Brunhild, dia bilang kalau saat dia sedang
membahas soal diriku pada Raja Iblis, saat itu dia membuat moodnya menjadi buruk. Itulah
sebabnya Yanche memutuskan untuk langsung datang saja ke sini. Bukan berarti kami saling
membenci loh ya. Hanya saja dia pasti iri karena terus saja mendapat perlakuan dingin dari putrinya.

Yah, sekarang aku sudah mengerti tentang keadaan keluarga kerajaan Nokia.

“Jadi, kenapa Cuma kalian saja yang pergi, Yumina?” (Touya)

“Musuh para wanita harus dihukum oleh tangan wanita.... potong!” (Sakura)

Sakura mengatakan hal mengerikan itu dengan ekspresi datar dan memperagakan seolah sedang
memotong sesuatu dengan tangan yang menirukan sebuah gunting.

“Atas permohonan dari Putri Kedua Nokia, Yang Mulia Pafia, kami akan pergi menuju Nokia dan
mengkonfirmasi apakah informasi yang diberikannya kepada kami memang benar atau tidak, sudah
menjadi kenyataan bahwa makhluk panggilan Mentri Pertahanan Nokia, Kanaza, telah melakukan
penyerangan kepada tunangan dari penguasa Brunhild, Touya-sama. Dia harus menerima ganjaran
atas tindakan kriminal tersebut.” (Hilda)

Menyerang tunanganku... bukannya malah tunanganku yang—

“Apa?” (Elze)

“Eng-Enggak kok.” (Touya)

Aku mengalihkan pandanganku saat Elze melotot padaku. Y-Yah, memang tadi dia mengatakan hal
seperti ‘aku akan merasukimu!’ sih... jadi dia memang berniat mencelakai kan...

“Tapi kurasa akan lebih baik jika aku ikut menemani kalian... lawan kalian adalah seorang okultis, loh.
Apa yang akan kalian lakukan jika salah satu dari kalian sampai terasuki? Terlebih lagi Sue juga
ikut...” (Touya)

“Berhentilah menganggapku sebagai anak kecil! Aku sudah jadi wanita dewasa! Percayalah padaku.
Atau Touya sama sekali tidak percaya pada kami?” (Sue)

“Aku percaya sih, tapi...” (Touya)

Sue menatapku sambil cemberut. Akhir-akhir ini dia akan marah jika aku memperlakukannya seperti
anak kecil.
Tapi meskipun aku percaya pada mereka, tetap saja aku merasa khawatir...

“Aku juga akan ikut menemani mereka, jadi jangan khawatir...” (Tokie obaa-chan)

“Eh?” (Touya)

Aku mendengar sebuah suara dari belakang. Saat aku berbalik, di sana berdiri Dewi Ruang Waktu...
atau Tokie obaa-chan, yang sedang memakai selendang rajutan.

“Tokie obaa-chan juga akan ikut?” (Touya)

“Sekali-sekali aku ingin menggerakkan tubuhku. Selain itu aku juga bisa membawa mereka semua
menggunakan teleportasi. Akan lebih mudah saat pergi dan kembali dari sana, kan?” (Tokie obaa-
chan)

Obaa-chan tertenyum dengan hangat. Eh, aku juga bisa melakukan itu kan, mengirim mereka ke
sana dan kembali ke sini.

“Aku mengerti kalau kau sangat mengkhawatirkan mereka, tapi hanya melindungi saja bukanlah
cinta yang sebenarnya. Menunggu dan mempercayai mereka juga merupakan bentuk cinta. Situasi
seperti ini pasti akan sering muncul di masa depan, jadi kau harus mempersiapkan dirimu sedini
mungkin. Anggap saja kali ini sebagai latihan.” (Tokie obaa-chan)
Aku jadi sadar setelah diberitahu oleh obaa-chan. Jika aku menjadi dewa dan mengurus dunia ini,
tentu saja kejadian seperti ini pasti akan sering muncul. Saat dimana aku ingin menolong tapi tidak
bisa membantu secara langsung dan hanya bisa memberikan bantuan kecil yang tidak sampai
melanggar aturan.

Yumina dan yang lainnya juga telah menjadi dependan berkat “cinta dewa” yang mereka peroleh
dariku dan juga kelompok Karen nee-san. Kurasa aku tak perlu khawatir karena Tokie obaa-chan juga
akan pergi bersama mereka.

“... baiklah. Tapi tolong jangan gegabah. Segera hubungi aku jika terjadi sesuatu.” (Touya)

“Sudah. Kubilang. Kalau kami akan baik-baik saja, kan? Jangan khawatir begitu dong.” (Elze)

Uh... Elze mengatakannya sambil menghela nafas. Kurasa aku memang terlalu terdengar
menyebalkan.

“Jadi, kami akan membantumu. Serahkan saja pada kami.” (Rin)

“Semuanya... demi orang sepertiku... terima kasih banyak! Sungguh... terima kasih banyak...” (Pafia)

Mendengar perkataan Rin, Putri Pafia menundukkan wajahnya sambil berurai air mata. Utusan
Yanche dan Lycia-san juga ikut menundukkan kepalanya kepada Yumina dan yang lainnya.
“...malahan jika Touya-san yang membantu, nanti Putri Pafia pasti malah jadi yang kesepuluh.”
(Yumina)

“Entah kenapa, aku jadi teringat tentang kasus Rue dulu.” (Elze)

“J-Jangan katakan itu seolah kasusku itu hal yang biasa terjadi!” (Rue)

“Bukankah malah bagus kalau tunangan Touya bertambah lagi?” (Sue)

“Naif sekali Sue. Kalau bertambah lagi bisa-bisa jatah kita jadi kurang.” (Rin)

“Apa maksudmu dengan ‘jatah’-de gozaru?” (Yae)

“Pokoknya, lebih baik jika kita segera menyingkirkan sampah itu.” (Sakura?)

Aku mendengar beberapa kata yang berbahaya. Tapi sebaiknya aku pura-pura tidak mendengarnya
saja.

***

“Jadi begitulah apa yang telah terjadi.” (Touya)

“Begitu... sepertinya kau banyak melalui hal yang menyulitkan...” (End)

End meneguk habis jus buah di gelasnya dan meminta bartender untuk mengisi gelasnya lagi.
Bar yang ada di sebelah guild petualang, [Valkyrie Wing], dipenuhi oleh banyak orang hari ini. Salah
satu meja yang berada di pojok ruangan telah menjadi tempat biasa kami untuk nongkrong dan
membicarakan hal-hal bodoh atau mendengarkan keluh kesah satu sama lain.

Karena anggota orde kesatria kami juga sering datang ke sini, aku pun mengubah penampilanku
menggunakan [Mirage]. Aku merasa tidak enak kalau mereka harus bersikap disiplin karena
kehadiranku.

“Mungkin itu bisa menjadi sarana untuk memperdalam hubungan antar sesama wanita. Kami juga
seperti itu.” (End)

“Eh, kalian juga?” (Touya)

“Akhir-akhir ini Mel lebih sering pergi bersama Rize dan Nei, yah, meskipun aku tidak terlalu
khawatir seperti seseorang sih.” (End)

Guh. Yah, maaf saja kalau aku terlalu khawatir. Soalnya itu tidak sama dengan seperti berbelanja
bareng di kota sebelah. Tapi aku juga akan khawatir kalau yang berbelanja itu seorang anak yang
baru saja mendapat tugas pertamanya sih.

“Seorang pria itu harus tegar. Dengan begitu wanita-wanitanya juga akan merasa tenang. Apa kau
mengerti, Touya?” (End)

“... aku tak menyangka kalau perkataan seperti itu keluar dari mulut pria yang diusir karena
mengganggu acara menginap gadis di rumahnya.” (Touya)

“Guh!” (End)

End terkulai lemas di atas meja sambil memegang dadanya. Selain tunanganku, Mel dan yang
lainnya sepertinya juga telah berteman dengan orang-orang seperti Mika dan Fleur-san dari [Silver
Moon], atau Rebecca-san dan Spica-san dari orde kesatria kami, atau petualang seperti Sonia-san
dan juga Est-san dari [Red Cat]. Sepertinya hari ini mereka sedang mengadakan acara menginap. Dan
End yang sudah jelas tak mungkin boleh ikut berpartisipasi pun diusir dari rumah agar tidak
mengganggu mereka.

“Aku senang karena Mel telah mendapat teman, tapi... tak masalah kan kalau kita juga berpesta
antara sesama pria?” (End)

“Maaf, aku sudah melakukannya semalam.” (Touya)

“Kenapa kau tidak mengajakku?” (End)

Tidak, itu bukan seperti harapanmu loh, kami hanya bermain mahjong. Yah, baiklah, aku akan
mengajakmu lain kali.

Aku pun mengambil keripik kentang yang ada di atas meja dan memasukkannya ke dalam mulutku.
Hm. Enak sekali.

“Maaf menunggu.” (Bartender)


Bartender datang menghampiri meja kami dan mengisi kembali jus buah ke dalam gelas End,
kemudian meletakkan tiga buah piring cemilan pendamping alkohol, dan sebuah gelas berisi alkohol
dingin di atas meja. Eh?

“Eh? Kami tidak memesan ini.” (Touya)

“Nyahaha~ Aku sudah lama menunggu kesempatan untuk mencicipi miras dari Regulus ini. Stok
miras ini sangat langka, dan Karina-chan juga sangat pelit dan gak mau memberiku uang jajan. Sip,
dimulai dengan menyeruputnya terlebih dahulu.” (Suika)

Suika yang telah duduk di meja kami tanpa kusadari pun meraih gelas itu. Jadi itu pesananmu ya,
sialan.

Setelah dia menikmati aromanya, aku pun segera menggenggam tangannya sebelum dia sempat
meminum miras itu.

“Aku tak pernah bilang kalau kau boleh minum.” (Touya)

“Nyahaha... Ku-Kupikir kau akan mentraktir adikmu yang manis ini...” (Suika)

“Kau ingat tentang janji kita, kan?” (Touya)

“Etto.. jangan pergi minum di malam hari... ya?” (Suika)


Meskipun Suika adalah Dewi Alkohol, tapi penampilannya menyerupai anak berumur 7 tahun.
Meskipun tak masalah jika di siang hari, tapi akan terlihat aneh bagi seorang anak kecil berkeliaran di
malam hari. Dan itu juga akan menyebabkan banyak masalah nantinya. Oleh sebab itu, aku melarang
Suika untuk berada di bar setelah matahari terbenam.

“Sebenarnya aku sedang mencari Touya nii-chan. Dan kudengar kalau nii-chan sedang bersama End
nii-chan di bar, jadi...” (Suika)

“Dan kau pikir kau bisa tak sengaja minum?” (Touya)

“T-Tak sengaja... ya, ini cuma kebetulan saja...” (Suika)

Suika tertawa meskipun terlihat sudah tidak sabar. Haah... apa boleh buat karena dia sudah
memesannya.

“...Hanya untuk hari ini saja, oke?” (Touya)

“Horee.... Touya onii-chan memang baik banget~” (Suika)

Suika segera menenggak isi gelasnya setelah mendapat izin dariku.

“Kuhaaah~ Miras ini merasuk di sekujur tubuhku~ nikmat sekali!” (Suika)

“Berhentilah berkomentar seperti seorang pria tua pemabuk.” (Touya)


Gadis yang satu ini benar-benar menikmati mirasnya. End hanya bisa tersenyum melihatnya. Apa
mungkin ini juga termasuk kekuatan Dewi Alkohol? Untuk membuat suasana minum menjadi syahdu
atau semacamnya?” (Touya)

“Lalu, kenapa kau mencariku? Bukankah kau bisa langsung menghubungiku lewat smartphone?”
(Touya)

“Nyahaha~ Pilihan itu langsung menghilang saat kudengar kalau kau sedang berada di bar. Jadi
begini, ada dewa yang akan segera turun ke sini, jadi aku datang untuk memberitahumu terlebih
dahulu.” (Suika)

“Eh? Salah satu undangan pernikahan?” (Touya)

“Nn, bukan. Dia datang untuk berbicara denganmu, Touya nii-chan.” (Suika)

Suika mengatakannya dengan enteng, tapi... kau tak akan bisa mendapat izin untuk turun ke dunia
dari Kami-sama kecuali kau adalah seorang dewa peringkat tinggi, kan? Dewa apa yang akan datang?

Aku pun menanyakan hal itu sambil meminum jus buah di gelasku.

“Etto... Dewa Kehancuran.” (Suika)

“Bufuu!?” (Touya)

“Oi!” (End)
Aku menyemburkan jus buah yang ada di mulutku ke arah wajah End yang ada di hadapanku.

De-Dewa Kehancuran? Dewa yang akan menghancurkan dunia tak berguna dan dunia yang telah
terpisah dari manajemen dewa, maksudmu Dewa Kehancuran yang itu?

“Tu-Tu-Tunggu dulu! Kenapa Dewa Kehancuran menghubungiku melalui dirimu dan bukan melalui
Kami-sama?” (Touya)

“Eh? Soalnya kami teman minum.” (Suika)

Serius? Kalian seakrab itu?

“Lalu, ada urusan apa Dewa Kehancuran denganku?” (Touya)

“Entahlah. Mungkin dia ingin memberimu sedikit nasihat sebagai seniormu, atau semacamnya?
Soalnya dia juga dependan dari Dewa Dunia.” (Suika)

Begitu, ya... berarti dia memang seniorku... kira-kira ada apa ya?
“Touya, kurasa aku baru saja mendengar sesuatu yang semestinya tak boleh kudengar.... dunia ini
tak akan hancur, kan? Kalau memang seperti itu, berarti aku harus segera membawa Mel kabur dari
sini.” (End)

“Tidak, itu tak akan terjadi... mungkin....” (Touya)

Aku dan End saling berbicara dengan senyum terpaksa di wajah kami. Maksudku, meskipun dia
disebut Dewa Kehancuran, bukan berarti dia akan menghancurkan sebuah dunia tanpa alasan,
kan?... Mungkin...

Ini tak akan menjadi seperti “Mochizuki Touya, pegawai baru di perusahaan Dewa, dibully oleh
seniornya, Dewa Kehancuran.”, kan?

Sekarang aku jadi punya hal baru yang harus dikhawatirkan selain soal Yumina dan yang lainnya...

Aku pun segera menghabiskan jus buah yang tersisa di gelasku.


Chapter 439 : Kegelapan Nokia dan Jalur Melarikan Diri

“Hm, Iptimas telah dikalahkan, ya... dasar bodoh, menghabisi satu gadis saja tidak bisa...” (Kanaza)

Dia menghardik makhluk panggilannya yang baru saja terputus dari saluran telepati. Saat dia
berjalan ke beranda istana, angin dingin berhembus disertai penampakan jalan yang dibangun di
sepanjang lereng terjal pergunungan. Ibukota Kerajaan Nokia, Shambhala, adalah sebuah benteng
natural yang berada di tengah wilayah pegunungan. Saat berada di kota tersebut, kemanapun kau
memandang,terlihat bendera segitiga berwarna kuning milik negara ini berkibar tertiup angin.

Pria itu adalah Sekretaris Pertahanan negara ini yang bertugas mengomandoi seluruh pasukan
militer. Pakaian changpao hitam yang dikenakannya, serta perhiasan yang terbuat dari logam mulia
yang berada di lehernya menunjukkan betapa penting posisinya di negara ini.

Umurnya berkisar dua puluh tahunan. Dia adalah pria bertubuh tinggi dengan rambut merah tanpa
adanya kumis maupun janggut. Kedua matanya yang kecil sedang melihat ke arah kota.

Pintu ruangan kemudian terbuka dengan bunyi klik, lalu seorang pria masuk ke dalam ruangan. Pria
itu memiliki tubuh yang pendek dan punggung yang membungkuk. Dia mengenakan sebuah jubah
berwarna biru. Jubah itu menandakan bahwa dia adalah salah seorang perwira militer. Dengan kata
lain, dia adalah anak buat Sekretaris Pertahanan.

“Apa Anda memanggilku, Kanaza-sama?”

“Iptimas telah dikalahkan. Sepertinya Pafia berhasil membuat Brunhild menjadi rekannya. Sungguh
menjengkelkan. Seharusnya dia menyerah dan menjadi bonekaku saja...” (Kanaza)

“Benar sekali.”
Pria kecil yang memakai jubah biru itu berbicara tanpa menggerakkan mulutnya. Yang berbicara
sebenarnya bukan pria itu, melainkan spectre yang telah merasukinya atas perintah Kanaza.

Kesaradan pria itu sendiri telah menghilang dan saat ini dia tak lebih dari sekedar boneka Kanaza.

“Zebeta. Ambil alih tugas Iptimas. Temukan Pafia dan segera bawa dia kepadaku. Jika itu tidak
memungkinkan, bunuh saja dia.” (Kanaza)

“Baik.” (Zebeta)

“Dan juga, cepat singkirkan wanita yang ada di atas tempat tidur. Seperti biasa, jual dia ke pedagang
budak.” (Kanaza)

Pria kecil yang bernama Zebeta itu kemudian melirik ke arah wanita telanjang yang sedang terbaring
tak sadarkan diri di atas tempat tidur. Wanita itu dulunya adalah anak seorang count. Atas siasat
Kanaza, sang count jadi terlibat banyak utang dan akhirnya bunuh diri.

Kalau tidak salah, Kanaza mendapatkan wanita itu sebagai ganti menanggung utang count tersebut.

“Apa tak masalah? Bukankah Anda telah menghabiskan banyak usaha untuk mendapatkannya?”
(Zebeta)

“Aku tak butuh wanita yang tak mau menuruti perintahku. Satu malam saja sudah cukup.” (Kanaza)

Kanaza mengatakannya tanpa peduli lalu keluar meninggalkan ruangan.


Saat Zebeta yang masih berada di ruangan melihat wanita tersebut, dia dapat melihat bekas
cambukan di sekujur tubuhnya. Dia pasti telah menunjukkan perlawanan yang kuat terhadap
Kanaza.

Teknik merasuki milik Kanaza tidak bekerja pada orang yang memiliki tekad yang kuat. Hati gadis ini
pasti tetap tegar meskipun ayahnya telah hancur oleh utang yang besar.

Itulah sebabnya, sosok yang berada di hadapannya ini adalah hasil perlakuan yang dilakukan Kanaza
agar bisa menghancurkan hatinya.

“Seperti biasa, dia tidak ahli dalam meluluhkan hati seseorang. Dia pasti bisa menjadi okultis yang
hebat kalau dia mau sedikit belajar tentang cara menghancurkan hati orang lain.” (Zebeta)

Sambil mengkritik tuannya tersebut, Zebeta membuat wanita yang terbaring di atas tempat tidur itu
melayang. Tubuhnya terlihat memiliki banyak sekali luka. Zebeta menghela nafas karena tahu
meskipun wanita itu dulunya adalah anak seorang count, tapi kalau begini harga jualnya pasti akan
menurun drastis.

“Hohou... jadi ini ibukota Kerajaan Nokia ya- degozaru ka.” (Yae)

Yae melihat ke sekeliling dengan penasaran.


Ibukota Nokia, Shambhala, memiliki nuansa yang sama dengan ibukota Misumide yang berwarna
krem. Bedanya, bangunannya tidak terbuat dari bata melainkan balok kayu dan plester. Malahan
lebih terlihat menyerupai arsitektur Ishen. Berbagai jenis bangunan berdiri bersebelahan dan
bendera bebentuk segitiga kuning bisa terlihat berkibar di berbagai tempat.

Dengan menggunakan kemampuan transfer milik Dewi Ruang Waktu a.k.a Tokie obaa-chan, para
tunangan Touya yakni Yumina, Rue, Elze, Linze, Yae, Hilda, Sue, Rin, dan Sakura, beserta pemandu
mereka, Putri Pafia dan maidnya Lycia, ditambah lagi sebuah boneka beruang sehingga berjumlah
total 13 orang, akhirnya menginjakkan kaki di ibukota Nokia.

Karena Putri Nokia sedang menjadi buronan di negara tersebut, dia menutupi dirinya dengan sebuah
jubah berkerudung. Sebenarnya yang lainnya juga mengenakan pakaian yang sama.

Karena Nokia adalah negara yang tertutup dari dunia luar, hal itu menyebabkan tidak banyak budaya
luar yang masuk ke sini. Itu membuat kelompok mereka menjadi terlihat mencolok. Pertama-tama,
mereka harus mencari pakaian yang biasa digunakan oleh penduduk lokal.

Karena Putri Pafia hanya memiliki beberapa set pakaian bersamanya, dan tentu saja karena ukuran
mereka berbeda-beda, mereka pun memutuskan untuk segera membeli pakaian saat baru tiba di
sana.

“Ayo ke sana.” (Lycia)

Semuanya lalu segera menuju ke toko pakaian yang disarankan oleh maid sang putri, Lycia. Toko
pakaian tersebut cukup luas, dan ada banyak sekali pakaian yang dipajang di rak pakaian. Bukan
hanya baju, mereka juga menjual topi, selendang, dan bahkan aksesoris.

“Pakaian Nokia sangat warna-warni ya.” (Rue)

“Iya. Saat aku melihat penduduk di jalanan, mereka mengenakan pakaian yang dipenuhi berbagai
warna. Mungkin tren berpakaian di sini lebih memilih pakaian dengan banyak warna daripada hanya
satu warna saja.” (Linze)

Saat Rue mengatakan itu sambil memilih pakaian di depannya, Linze sedikit mengangguk dan
membalas perkataannya. Tentu saja, pilihan kombinasi warnanya dibuat dengan
mempertimbangkan tampilannya. Mana mungkin baju-baju yang dibuat dengan seenaknya
mencampurkan berbagai warna begitu saja bisa terlihat bagus.
“Ada banyak sekali aksesoris yang juga cocok dipakai bersamaan dengan baju-baju ini. Tapi aku tidak
begitu suka berjalan dengan memakai banyak aksesori di tubuhku.” (Sue)

Sue mengatakan itu sambil melihat sejumlah besar jenis kalung yang digantung di dinding.

“Perhiasan dan batu permata yang dipakai juga memiliki beragam makna. Contohnya, bagi pria dan
wanita, batu akik memiliki makna bahwa mereka masih lajang. Sedangkan batu giok bermakna
bahwa mereka telah menikah. Kalau bagi yang berbeda jenis kelamin, contohnya putra tertua dalam
suatu keluarga akan memakai batu mata harimau, sedangkan putri tertua akan memakai batu
kecubung. Dan sebagainya.” (Lycia)

“Begitu ya, jadi kita bisa mengetahui status seseorang hanya dalam sekali lihat.” (Yumina)

Yumina mengangguk setelah mendengar penjelasan Lycia. Meski begitu, rasanya bodoh sekali
memperlihatkan informasi pribadi di wilayah musuh seperti ini, jadi pada akhirnya mereka
menyerahkan pemilihan perhiasan kepada Putri Pafia saja.

Tali pinggangnya yang ini saja, topinya yang itu saja. Para gadis dengan semangat membicarakan
kombinasi pilihan mereka. Jika Touya ikut bersama mereka, sudah pasti dia akan merasa lelah
menunggu para gadis selesai memilih pakaian mereka.

Tokie, yang dengan cepat memilih pakaian untuk dipakainya, membantu Sue yang terlihat kesulitan
dalam menentukan pakaiannya.
“Oke, kau pasti akan terlihat bagus jika mengenakan pakaian ini.” (Tokie Obaa-chan)

“Obaa-chan, terima kasih!” (Sue)

Sue memeluk Tokie sambil tersenyum. Dia sudah benar-benar lengket pada Tokie. Lagian Sue
memang tipe cucu kesayangan nenek, jadi dia bisa dengan mudah mengakrabkan diri dengan Tokie
yang baik dan elegan. Sue juga berpikir kalau dia ingin belajar merajut pada Tokie seperti Linze dan
kelompok Mel.

Semuanya telah selesai berganti pakaian. Sebaliknya Pafia dan Lycia masih menggunakan jubah yang
tadinya mereka pakai sejak awal.

Meskipun mereka mengenakan pakaian yang sama dengan yang lainnya di bawah jubah tersebut,
tapi bisa gawat kalau identitasnya sebagai seorang putri diketahui. Soalnya mereka tidak tahu
dimana mata-mata Kanaza. Bukan berarti Lycia tidak punya kenalan di ibukota, hanya saja untuk
berjaga-jaga, dia juga ikut mengenakan jubah tersebut.

Jika Touya ada di sini, dia pasti bisa mengubah penampilan mereka menggunakan sihir non atribut
[Mirage]. Mereka bisa saja menggunakan sihir atribut cahaya [Invisible] untuk menyembunyikan
sosok Putri Pafia dan Lycia, tapi jika begitu, yang lainnya juga tak akan bisa melihat mereka, dan itu
akan menyebabkan banyak sekali masalah nantinya. Terlebih lagi, sihir [Invisible] sangat tidak efektif
digunakan di tempat ramai.

Saat semuanya telah selesai mengganti baju, Yumina dan yang lainnya segera membayar belanjaan
mereka dan pergi meninggalkan toko. Mereka masih terlihat mencolok sebagai kelompok yang
memiliki suasana berbeda dari orang-orang lainnya, meski begitu tidak banyak orang yang
mempedulikan mereka.
“Nah, masalahnya mulai dari sini ya.” (Elze)

Sambil memperbaiki kerah baju yang baru saja dibelinya, Elze melihat ke arah istana Kerajaan Nokia
di kejauhan.

Istana itu dibangun di atas sebuah gunung yang kecil dan tinggi. Istana itu berwarna kapur yang
dikelilingi oleh tembok tinggi berwarna putih. Daripada disebut dibangun di atas gunung, bentuk
istana itu malah memberi kesan bahwa gunung tersebutlah istananya kepada orang yang
melihatnya.
Menurut Putri Pafia, istana kerajaan Nokia dibangun di atas reruntihan kuno, sehingga sampai saat
ini masih bisa ditemukan beberapa ruang bawah tanah di bawah istana tersebut. Sihir komposit yang
dia gunakan juga berasal dari kitab sihir yang ditemukan di sana.

“Pertama-tama kita harus menghubungi ayah dan kakakku...” (Pafia)

“Tapi bukankah Sekretaris Pertahanan yang bernama Kanaza itu juga berada di istana saat ini?”
(Hilda)

“Dan juga orang-orang yang telah diubahnya menjadi boneka-de gozaru. Saat ini istana kerajaan
sudah sama seperti sarang musuh-degozaru.” (Yae)

Hilda dan Yae berbicara setelah Putri Pafia.

Tentu saja, ada banyak orang di istana kerajaan yang mengenali Putri Pafia. Itu juga berarti bahwa
risiko ketahuan oleh Kanaza juga semakin besar. Dan kemungkinan terburuknya akan ada banyak
korban tak bersalah yang berjatuhan akibat konflik kali ini. Lagipula bukan berarti orang-orang yang
dikendalikan Kanaza adalah orang yang jahat.

“Kalau saja Touya-san ada di sini, kita bisa menggunakan sihir transfernya untuk menyusup...” (Linze)

Sambil mengatakan itu, Linze melirik ke arah Tokie yang juga bisa menggunakan sihir transfer.
Wanita tua itu kemudian tersenyum dan berkata.
“Memang benar kalau aku bisa mengirim kalian ke dalam istana, tapi apa kalian yakin? Setelah
mengatakan hal seperti menggunakan kekuatan kalian sendiri kepada Touya, bukankah tidak baik
jika kalian langsung meminjam kekuatanku untuk melakukannya?” (Tokia)

“... memang... rasanya sedikit memalukan.” (Linze)

“Benar sekali. Aku yakin kita bisa melakukannya tanpa bantuan Tokia-sama.” (Rue)

Semuanya mengangguk mendengar perkataan Rue. Kemudian Sakura mengangkat tangannya.

“Mungkin aku bisa masuk ke sana menggunakan [Teleport]. Tidak seperti [Gate]. [Teleport] akan
sulit untuk dihadang.” (Sakura)

“Memang benar kalau [Teleport] juga tidak membutuhkan penggunanya untuk pernah sekali
mendatangi tempat tujuan seperti [Gate], tapi apa kau bisa melakukannya dengan beberapa orang
sekaligus seperti Darling?” (Rin)

“...Uh, aku mungkin bisa kalau satu atau dua orang sekaligus.” (Sakura)

“Karena kau tak tahu kemana tujuan teleportasimu, bisa saja kau muncul langsung di hadapan
Kanaza loh.” (Rin)

“Uh...” (Sakura)

[Teleport] adalah sihir dimana pengguna berteleportasi menggunakan arah dan jarak yang
sebelumnya telah ditentukan. Penetapan itu tergantung dari intuisi penggunanya sendiri. Jika
diibaratkan itu sama dengan melempar kaleng kosong ke tong sampah di kejauhan.
Jika kau beruntung dan bidikanmu bagus, maka kaleng itu pasti akan masuk. Sebaliknya, kaleng itu
pasti akan meleset. Tentu saja, kau bisa melemparnya dengan tepat jika kau sering berlatih, tapi
berbeda dengan [Teleport], kau sama sekali tak tahu keadaan tempat tujuannya. Itu sama saja
dengan melempar kaleng sambil menutup mata.

Karena hal itulah sihir ini jarang dipakai untuk pergerakan jarak jauh. Tentu saja, kalau hanya sebatas
jarak pandang atau kau tak peduli dimana tempat tujuannya, maka sihir ini pasti akan sangat
berguna.

“Jika kita dengan gegabah berteleportasi lalu ketahuan, itu hanya akan membuat penjagaan mereka
semakin ketat. Itu bisa sangat buruk. Kita harus berhati-hati.” (Hilda)

“Untuk sekarang tujuan kita adalah menjalin kontak, jadi bagaimana kalau Yumina ane-sama atau
Sakura menggunakan makhluk panggilan dan menyuruh mereka masuk ke istana?” (Sue)

“Energi sihir dari cincin yang kuterima dari Touya-sama terhubung langsung dengan Nyantaro, dan
kalau aku memanggil makhluk panggilan lain selain dirinya, energi sihirku pasti tidak akan cukup.
Dan juga, Nyantaro tidak ahli dalam menyusup... meskipun dia seekor kucing.” (Sakura)

“Aku juga tidak punya makhluk panggilan yang cocok untuk menyusup. Dan juga meskipun aku
memanggil makhluk panggilan baru kali ini, bisa saja yang muncul tidak seperti yang kita harapkan.”
(Yumina)

“Ah, benar juga. Aku benar-benar lupa karena Touya bisa melakukannya dengan mudah.” (Elze)

“Biasanya kita tak akan tahu makhluk apa yang muncul. Tapi Touya-san bisa memanggilnya sesuka
hatinya.” (Linze)

“Hmmmm.... apa yang harus kita lakukan – degozaru ka na...” (Yae)

“A-Anu...” (Pafia)
Para gadis mendiskusikan hal itu seperti sekelompok ibu-ibu yang lagi bergosip. Putri Pafia yang
berada di luar kelompok tersebut mengangkat tangannya dengan ragu dan memanggil mereka.

“Anu, sebenarnya ada sebuah jalan rahasia yang hanya diketahui oleh keluarga kerajaan. Jika kita
menggunakannya, maka kita pasti bisa menyusup ke istana tanpa ketahuan... Ma-Maafkan aku, aku
tidak dapat waktu yang tepat untuk mengatakannya.” (Pafia)

Pafia merasa ciut setelah ditatap oleh kesembilan orang dalam diam seolah mengatakan ‘katakan
daritadi dong!’

“Ehm... jadi, seperti apa jalan rahasia itu?” (Rue)

Rue bertanya setelah berdeham kecil.

“Itu adalah jalur melarikan diri saat musuh telah menguasai istana. Jalan itu hampir... atau lebih
tepatnya, tidak pernah digunakan sebelumnya, jadi aku tak terlalu yakin soal bagaimana
keadaannya.” (Pafia)

Kerajaan Nokia dibangun di atas wilayah yang berbahaya dan telah mengisolasi diri sejak didirikan.
Dalam sejarah panjangnya, mereka hanya pernah diserang oleh Yuuron beberapa kali, dan setiap
serangan itu tak pernah berhasil mencapai ibukota. Wajar saja jika jalur melarikan diri itu tak pernah
digunakan. Lebih tepatnya, jika sampai jalur itu digunakan, berarti negara itu sudah berhasil
dikuasai. Hal yang sama juga berlaku bagi negara lain di seluruh dunia.

Tentu saja istana kerajaan pasti memiliki jalur rahasia yang dibuat sebagai jalur melarikan diri bagi
keluarga kerajaan dalam keadaan darurat. Belfast juga memiliki hal yang sama, dan tentu saja, di
Brunhild juga ada jalur melarikan diri karena istananya dibangun berdasarkan istana Belfast sebagai
acuan.

Dengan begitu, saran Putri Pafia adalah untuk menggunakan jalur melarikan diri itu berlawanan
dengan tujuannya dibuat, yaitu untuk masuk ke dalam istana.

“Jalur melarikan diri keluarga kerajaan, ya- degozaru ka. Apa kau yakin tak masalah bagi kami untuk
mengetahuinya?” (Yae)

“Kita sudah tak punya piliha lain. Terlebih lagi, karena jalur itu dibangun menggunakan bagian dari
ruang bawah tanah, maka jalur itu tidak terlalu bagus untuk digunakan sebagai jalur melarikan diri.
Setelah semua ini berakhir, kami akan membuat jalur yang baru.” (Pafia)

Biasanya hal seperti itu harus melalui persetujuan oleh ayahnya, sang raja. Tapi situasi kali ini sudah
bisa dikatakan bahwa negaranya sudah hampir jatuh ke tangan orang lain. Pafia berpikir kalau dia
sampai ragu dalam hal semacam ini, maka mereka tak akan bisa maju. Jika mereka tidak melakukan
apapun, maka Nokia pasti akan berakhir di tangan Kanaza. Dia tak boleh salah dalam menentukan
prioritasnya. Pertama-tama dia harus memastikan keselamatan ayah dan kakaknya terlebih dahulu.

“Lalu, dimana jalur melarikan diri itu berada?” (Yumina)

“Di utara ibukota. Di sana terdapat sebuah tambang yang dimiliki oleh keluarga kerajaan. Jalur
melarikan diri itu berada di dalam tambang tersebut.” (Pafia)

“Begitu ya! Baiklah! Ayo segera berangkat!” (Sue)


“Tunggu dulu, Sue. Kau bilang kalau tambang itu milik keluarga kerajaan, berarti di sana ada
pengawal yang berjaga. Mungkin sebaiknya kita menunggu malam tiba.” (Yumina)

“Benar sekali. Jika kita berkeliaran di sekitar sana dengan orang sebanyak ini di siang hari, tentu saja
itu akan menarik perhatian. Terlebih lagi, pasti hanya ada sedikit orang di dalam istana saat malam
hari.” (Rue)

Yumina dan Rue menghentikan Sue saat dia ingin segera bertindak. Meskipun terlihat kecewa, tapi
Sue mengerti alasan mereka, jadi dia hanya diam dan mengikuti saran mereka.

“Kalau begitu, apa yang akan kita lakukan sampai malam tiba?” (Elze)

“Mencari penginapan dan tidur untuk mempersiapkan diri.” (Sakura)

Sakura dengan cepat menjawab pertanyaan Elze. Itu adalah pilihan yang bagus. Mengumpulkan
tenaga juga merupakan hal yang penting.

“Sebelum itu, bagaimana kalau kita makan dulu? Karena kita sudah jauh-jauh datang ke sini, aku jadi
ingin mencoba hidangan lokal Nokia!” (Rue)

“Ide bagus-degozaru na! Kita tak akan bisa bertarung kalau perut lapar. Semuanya dimulai dengan
mengisi perut terlebih dahulu-degozaru!” (Yae)

Yae segera setuju atas saran Rue. Mereka berdua sangat kompak kalau menyangkut soal makanan.

Saat di istana juga begitu, setiap kali Rue mencoba resep hidangan baru, hasil buatannya selalu saja
masuk ke perut Yae. Rue ingin mendapat pengalaman dari banyak percobaan, tapi dia tidak mau
membuang-buang makanan. Akan tetapi selama si rakus Yae ada, maka semua makanan itu tak akan
terbuang sia-sia. Selama itu bukan kesalahan yang parah, maka Yae dengan senang hati melahap
apapun yang diberikan padanya. Terlebih lagi, Yae juga bisa memberi opini terkait rasanya. Jadi Rue
sangat berterima kasih padanya.

Sudah sewajarnya jika mereka berdua sama-sama memiliki ketertarikan terhadap kuliner Nokia.

Yang lainnya juga tak punya masalah untuk mencoba beberapa makanan, jadi mereka tidak
menolaknya.

“Kalau begitu, bagaimana kalau kita makan daging domba? Di sini terdapat hidangan dimana daging
domba diiris tipis lalu digoreng bersama sayuran segar serta bumbu yang pedas dan manis. Setelah
itu dibungkus menggunakan adonan yang terbuat dari tepung terigu. Ada juga jenis hidangan
lainnya.” (Lycia)

Maid Pafia, Lycia, mengusulkan hal itu kepada mereka. Meskipun Pafia lahir dan dibesarkan di
ibukota, tapi dia sama sekali belum pernah masuk ke restoran atau tempat makan lainnya di sini.
Sebaliknya, Lycia kerap kali pergi makan di luar saat dia masih menjadi murid, jadi dia lebih tahu
banyak soal hal itu. Meski begitu, pengetahuannya hanya sebatas ‘biasa’ karena dia juga berasal dari
keluarga bangsawan.

Pokoknya, mereka segera bergerak karena mereka telah memutuskan untuk mencari makan.
Selanjutnya mereka akan mencari penginapan, dan menghabiskan waktu hingga malam tiba.

Operasi akan dimulai saat senja tiba, itu akan menjadi malam yang panjang bagi mereka.
Chapter 440 : Jalan Bawah Tanah dan Istana Kerajaan Nokia

Sekelompok orang beranggotakan dua belas gadis berjalan dalam diam di bawah sinar rembulan.

Rasanya cukup beruntung dan tidak beruntung karena malam itu sangat terang akibat sinar bulan
yang cukup terang. Tapi jika mereka tidak berhati-hati, bsa saja kaki mereka tersandung sesuatu.

Mereka berhasil menyusup ke dalam tambang milik keluarga kerajaan yang berada di utara ibukota
Nokia dengan mudah. Lagipula, mineral dan batu mulia di tempat itu sudah hampir habis ditambang,
jadi tambang tersebut sudah jarang digunakan.

“Lewat sini. Jalan masuk ke reruntuhan bawah tanah di bawah istana seharusnya ada di sekitar sini.”
(Pafia)

Sambil mengikuti tuntunan dari Putri Pafia, tak lama kemudian mereka behasil menemukan sebuah
terowongan di sudut tambang yang digali dan diperkuat menggunakan sihir atribut tanah.

Terowongan itu setinggi 3 meter, dan terus mengarah ke dalam tanah. Tentu saja, di dalamnya
sangat gelap sehingga kau tak bisa melihat apapun di sana.

“[Muncullah Cahaya, penerangan kecil, Light]” (Linze)


Linze membuat sebuah bola cahaya kecil di tangannya. Dengan mengandalkan sumber cahaya itu,
mereka pun turun di jalur menurun yang sedikit berbatu hingga akhirnya mereka berhasil
menemukan terowongan yang lebih luas.

Jalan di depan berakhir dalam persimpangan berbentuk T, dengan jalan yang mengarah ke sebelah
kiri dan kanan. Kaki Pafia terhenti saat berada di persimpangan tersebut.

“Seharusnya... ada di sini. Seharusnya ada sebuah jalur bawah tanah di depan yang dibuat sehingga
orang dari luar tidak bisa masuk ke dalamnya.” (Pafia)

“Jalannya ada di depan? Aku hanya bisa melihat dinding batu biasa-degozaru ga...” (Yae)

Yae mengatakan itu sambil menepuk dinding di depannya. Rin juga meletakkan tangannya di dinding
dan mulai mengetuknya.

“Sepertinya bukan sihir tipe ilusi seperti [Mirage]. Bagaimana kalau kita langsung hancurkan saja?”
(Rin)

“Kudengar kalau di jalan itu ada semacam batu sihir yang hanya bereaksi pada kekuatan sihir
anggota keluarga kerajaan, dan saat diaktifkan, maka sebuah pintu akan terbuka.” (Pafia)

“Oh begitu, jadi mereka menggunakan semacam sihir atribut tanah, ya.” (Rin)

Rin mengangguk. Sejak jaman dahulu, reruntuhan bawah tanah dan ruang bawah tanah semacam ini
biasanya menggunakan sihir atribut sihir untuk membuat berbagai jebakan dan gimik. Ini mungkin
salah satu contohnya.
“Apa yang harus kita lakukan? Menghancurkannya?” (Elze)

“Bagaimana kalau kita ledakkan menggunakan [Explosion]?” (Linze)

Sang kakak mengepalkan tinjunya, sedangkan sang adik bersiap-siap merapal sihir. Mungkin karena
mereka saudari kembar sehingga mereka memiliki pemikiran yang sama.

“Bisa gawat kalau kita menghancurkannya. Itu akan menjadi bukti bahwa seseorang telah menyusup
lewat sini.” (Yumina)

Selagi Yumina menjawab sambil tersenyum kaku kepada kedua kakak beradik itu, Sakura mengambil
sebuah batu yang berada di kakinya dan mulai mengetuk dinding menggunakan batu itu. Sue
bertanya kepadanya dengan ekspresi bingung.

“Apa yang kau lakukan?” (Sue)

“Memukul dinding.” (Sakura)

“Aku juga tahu dengan melihatnya.” (Sue)

“Ada perbedaan dalam gemanya. Mungkin tebalnya kurang dari 50cm. Aku bisa melewatinya
menggunakan [Teleport].” (Sakura)
Sosok Sakura kemudian tiba-tiba menghilang.

“Ah!”

Saat semua orang selain Tokia terlihat kaget, Sakura kembali muncul di tempat yang sama setelah
beberapa detik.

“Tak ada masalah. Ada sebuah jalan di depan sana. Sepertinya tidak ada monster, jadi aku bisa
membawa dua orang sekaligus.” (Sakura)

“Eh? Sakura-dono?” (Yae)

“Sakura-san?” (Hilda)

“[Teleport]” (Sakura)

Dengan seketika, Sakura kembali menghilang setelah meraih tangan Yae dan Hilda. Dia memilih
mereka berdua untuk berjaga-jaga jika sesuatu yang tak terduga terjadi di tempat tujuan mereka.

Setelah kembali, kini Sakura meraih tangan Rin dan Rue, kemudian kembali berteleportasi.

Kemudian Pafia dan Lycia, Yumina dan Sue, Elze dan Linze. Sakura memindahkan mereka semua
dalam berpasangan silih berganti. Tokie berteleportasi dengan sendirinya.
“... Capek.” (Sakura)

Meskipun dia berkata begitu, namun ekspresi wajahnya sama sekali tidak terlihat lelah. Sejujurnya
dia sama sekali tidak merasa lelah.

Jumlah energi sihir yang digunakan dalam [Teleport] tergantung pada jarak berpindah. Jumlah orang
yang dibawa saat berteleportasi juga berpengaruh, tapi dalam kasus teleportasi yang jaraknya
kurang dari satu meter, konsumsi energi sihir yang diperlukan tidak terlalu berarti. Jadi ‘capek’ nya
Sakura tadi mungkin berasal dari mentalnya yang membutuhkan keakuratan dalam menentukan
koordinat ruang saat berpindah.

“Hm, ini memang terlihat seperti sebuah jalur bawah tanah di reruntuhan tua.” (Sue)

Sue melihat ke sekeliling dan mengatakan pendapatnya. Ada sebuah batu atribut sihir yang tertanam
di dinding tempat mereka berhenti tadi. Jika kekuatan sihir dituangkan ke batu itu, kemungkinan
besar dinding tersebut akan membuat sebuah jalan bagi mereka.

Jalur bawah tanah itu terlihat sangat mirip dengan dungeon yang berada di pulau yang dimiliki oleh
Brunhild. Lantai dan dinding batu yang mengelilinginya sangat jelas terlihat dibuat menggunakan
sihir atribut tanah. Meski tanpa [Light] yang digunakan Linze, ada sedikit cahaya yang dipancarkan
dari dinding di sana.

“Apa mereka mencampur sihir atribut cahaya saat membuat batu ini menggunakan sihir atribut
tanah?” (Rin)
“Sihir komposit, ya. Kurasa tempat ini sudah ada sejak jaman peradaban sihir kuno dulu.” (Linze)

Linze dan Rin mendiskusikan komposisinya sambil menyentuh dinding tersebut. Jalur tersebut
mengarah lurus dengan sebuah belokan ke kanan.

Yae dan Hilda meminpin jalan dan berjalan di atas tanah berbatu. Jalur itu memiliki luas dan tinggi
sekitar 4 meter, jadi tak sulit bagi mereka untuk mengayunkan pedang di sana.

Yumina kemudian bertanya kepada Putri Pafia yang berjalan di depannya.

“Jalur bawah tanah ini merupakan ruang bawah tanah dari reruntuhan kuno, kan?” (Yumina)

“Sebagian darinya. Ada sebuah jalan masuk ke reruntuhan itu di bawah istana.” (Pafia)

“Ruang bawah tanah itu terhubung dengan istana kerajaan? Apa tak masalah? Bagaimana kalau ada
monster yang masuk ke istana melewati jalur ini.” (Yumina)

“Tenang saja. Ada beberapa lapis barier di sekitaran istana dan monster sama sekali tak bisa
mendekatinya. Terkadang ada monster yang muncul di jalur ini, tapi biasanya mereka hanyalah
monster lemah seperti slime dan semacamnya.” (Pafia)

Pafia tersenyum dengan maksud mengatakan ‘tenang saja’, tapi Yumina, Elze, Linze, dan juga Yae
tiba-tiba berhenti.
“Ayo segera musnahkan semua slime yang kita temukan...” (Yumina)

“Ya... sampai habis...” (Linze)

“Jangan sampai satupun tersisa...” (Elze)

“Kalahkan dalam sekejap-degozaru na...” (Yae)


Mereka berempat mengatakannya dengan ekpresi kosong.

Mereka berempat pernah menderita akibat slime di masa lalu, jadi sekarang mereka memiliki
kebencian yang sama terhadap slime.

Putri Pafia yang tak tahu soal hal itu hanya bisa tersenyum dan sedikit mundur saat melihat suasana
mereka berempat tiba-tiba berubah.

“Ah, ada slime.” (Sue)

“[Muncullah Es yang menusuk, duri beku tajam, Ice Needle].” (Linze)

Di saat yang bersamaan dengan ditemukannya sebuah slime hijau oleh Sue, beberapa duri es
ditembakkan oleh Linze. Slime yang dengan seketika terlihat seperti landak, tertusuk di tempat dan
kehilangan core-nya. Kemudian mati dalam seketika.

“Mengerikan sekali...” (Sue)

“Slime hijau adalah musuh para wanita... sama seperti Kanaza!” (Rin)

“Musuh wanita?” (Sue)

“Slime hijau suka memakan kain seperti pakaian dan semacamnya. Mereka adalah musuh alami para
petualang wanita.” (Rin)
Rin menjelaskan kepada Sue yang terlihat bingung. Sue kemudian mengangguk, lalu berlari mengejar
gadis lain yang sudah mulai berjalan di depan.

Setelah itu, ada beberapa perubahan pada jalur tersebut, seperti tangga dan percabangan, tapi
Yumina dan yang lainnya tetap berjalan menuju ke arah istana.

Hal itu disebabkan karena Putri Pafia dengan jelas mengingat jalur yang digunakan untuk melarikan
diri tersebut.

Kakaknya, Refia, yang telah mengira jika suatu saat kemungkinan itu terjadi, telah berkali-kali
mengingatkan Pafia soal hal itu. Namun Pafia sangat yakin kalau kakaknya tak pernah mengira kalau
jalur ini tidak digunakan sebagai jalur melarikan diri, tapi sebagai jalur menyusup demi mengalahkan
Kanaza.

“Percabangan lagi.” (Hilda)

“Etto... kiri. Lewat sini.” (Pafia)

Alasan kenapa dia terdiam sejenak sebelum menjawab pertanyaan Hilda, yang berjalan di depan
adalah karena mereka menelusuri jalan dengan arah yang berlawanan. Mereka semua kemudian
belok kiri mengikuti arahan dari Pafia.

“Jalannya panjang sekali ya. Kita sudah lama berjalan, tapi...” (Linze)

“sedikit lagi. Seharusnya kita sudah berada di bawah istana kerajaan saat ini.” (Pafia)

“Begitu ya... kalau begitu, kita harus berjalan dengan hati-hati mulai sekarang.” (Linze)
Linze yang tidak terlalu atletik mencoba memberi kekuatan lagi kepada kakinya sambil berbicara
dengan Pafia. Memang benar kalau monster seperti slime sudah mulai jarang terlihat sejak beberapa
waktu yang lalu. Barier yang mengelilingi istana kerajaan pasti sudah mulai menunjukkan efeknya.

Tak lama kemudian, Yae dan Hilda yang berada di depan menghentikan langkah mereka.

“Apa terjadi sesuatu?” (Rue)

Rue yang berada tepat di belakang mereka mengintip dari balik bahu Yae. Tepat di depan mereka
terdapat sebuah tangga yang mengarah ke atas, namun menghilang saat mencapai langit-langit.

“Akhirnya sampai juga ya-degozaru ka.” (Yae)

Yae memanjat ke tangga itu dan mengetuk langit-langit.

“Suaranya berbeda. Mungkin langit-langit di situ sangat tipis.” (Sakura)

Saat Yae menyelidiki langit-langit itu atas laporan Sakura, dia berhasil menemukan celah berbentuk
persegi. Pafia yang berada di belakang kemudian membuka mulutnya dan berkata.

“Di atas sini kemungkinan besar adalah salah satu ruang tak terpakai yang berada di istana.” (Pafia)

“Begitu ya. Berarti kita hanya harus mengangkat ini-de gozaru na? ...Funuu!” (Yae)
Saat Yae meletakkan tangannya di langit-langit dan mencurahkan tenaga ke lengannya untuk
mendorong, batu berbentuk persegi tersebut mulai sedikit terangkat. Akan tetapi meskipun tipis,
tapi itu tetaplah sebuah batu. Yae mencoba mengangkatnya dengan wajah yang sudah merah
padam, namun dia sama sekali tidak berhasil. Sepertinya batu itu sangat berat.

“Fununununununu!” (Yae)

“Y-Yae-san? Wajahmu mulai terlihat seperti wajah yang tidak seharusnya kau tunjukkan pada orang
lain, loh!” (Hilda)

“Buhah!” (Yae)

Menanggapi komantar Hilda, Yae pun akhirnya menyerah dan berlutut. Sekarang gantian Elze yang
terlihat ingin mencoba sambil mengayunkan kedua tangannya.

“Serahkan hal seperti ini padaku, oke? Aku akan mengangkatnya dalam satu kali coba.” (Elze)

“Nu, sungguh mengesalkan-degozaru...” (Yae)

Setelah menepuk pelan telapak tangan Elze, Yae pun segera mundur dari tangga itu.

Elze kemudian meletakkan tangannya di langit-langit dengan pose yang sama dengan Yae tadi, lalu
menarik nafas dalam-dalam.
“[Boost]!” (Elze)

Bersamaan dengan suara batu yang mulai bergerak, batu berbentuk persegi di atas Elze kemudian
terdorong dalam satu kali percobaan.

Elze berdiri masih sambil memegang batu tersebut dan melihat interior sebuah ruangan yang dalam
keadaan gelap gulita di atas langit-langit tadi.

Kemudian dia menurunkan batu yang berada di atas tangannya ke depan, dan mulai memanjat
lubang itu. Ketika dia telah memanjat barulah dia sadar kalau tempatnya berada adalah di dalam
sebuah perapian.

Ruangan itu terlihat seperti sudah lama tidak digunakan dan hanya memiliki perabotan seadanya.
Perapian itu juga terlihat kosong.

Dia melihat ke sekeliling dengan waspada dan menyimpulkan bahwa tak ada seorang pun di sana.

“Sepertinya baik-baik saja. Sip, naiklah.” (Elze)

“[Muncullah Angin, hadang dan datangkanlah ketenangan, Mute]” (Rin)

Seakan menjawab ajakan Elze, Rin pun mengaktifkan sihir dari bawah tanah. Dengan begini, tak akan
ada orang dari luar ruangan yang bisa mendengar suara di dalam ruangan tersebut.
Itu adalah sebuah sihir atribut angin yang telah ditemukan di [Perpustakaan] Babylon dan memiliki
efek yang sama dengan sihir tanpa atribut [Silence] milik Touya.

Semuanya kemudian keluar satu persatu dari dalam perapian. Akan tetapi Tokie dan Sakura keluar
dengan cara berteleportasi.

“Untuk sekarang, kurasa penyusupan telah berhasil.” (Pafia)

“Apa yang akan kita lakukan selanjutnya?” (Sue)

“Aku ingin berbicara dengan ayah dan kakakku soal keadaan saat ini dan lalu mengevakuasi mereka
ke suatu tempat. Kemudian aku ingin menghajar Kanaza dengan tanganku ini!” (Pafia)

Pafia mengepalkan tangannya. Api amarah terlihat di kedua matanya.

“Lalu, dimana kamar Yang Mulia Raja?” (Elze)

“Kamar tidurnya berada di ruang paling dalam di lantai ketiga, etto...” (Pafia)

Sambil menjawab pertanyaan Elze, Pafia berjalan di dalam ruangan yang gelap menuju ke sebuah
jendela. Dia kemudian menyibakkan sedikit celah di gorden untuk melihat keluar.

“Kita bisa melihatnya dari ruangan ini. Itu adalah ruangan yang berada paling jauh di lantai ketiga di
bangunan tersebut.” (Pafia)
Jendela tempat Pafia mengintip berhadapan langsung dengan taman dalam istana yang diterangi
sinar rembulan. Pafia kemudian menunjuk ke sebuah bangunan yang berada di diagonal sebelah kiri
dari taman istana.

“Ternyata cukup dekat, ya.”

“Aku bisa menggunakan [Teleport] selama aku bisa melihatnya.” (Sakura)

Sakura juga ikut mengintip dari celah tersebut dan mengukur jarak ke sana. Tidak seperti [Gate],
[Teleport] tak perlu tujuannya bebas dari halangan. Jadi sihir tersebut tak akan bisa dihalangi oleh
jimat atau semacamnya. Masalahnya hanyalah, apakah ada orang lain selain raja di ruangan itu...

“Kurasa tak masalah. Bahkan ajudan ataupun maid istana tidak diperbolehkan memasuki ruangan itu
oleh Kanaza. Yang bisa masuk ke sana hanyalah kami bersaudari serta kepala dokter istana. Tentu
saja, dokter tersebut juga telah menjadi salah satu boneka Kanaza.” (Pafia)

Kenyataan bahwa kepala dokter istana telah menjadi boneka Kanaza berarti bahwa dia bisa saja
membunuh sang raja kapanpun dia mau. Atau mungkin dia masih ingin menjaga situasi seperti
sekarang untuk menambah keputusasaan dan membuat hati sang raja menjadi semakin lemah.

“Baiklah kalau begitu, Sakura-san akan berteleportasi ke sana bersama Pafia-san dan... Rin-san.
Tolong aktifkan [Mute] saat kalian tiba di ruangan tersebut.” (Yumina)
“Ee, baiklah.” (Sakura)

Sakura kemudian meraih tangan Pafia dan Rin. Pola juga ikut menempel di salah satu kaki Rin.
Sakura lalu melihat sekali lagi ke arah kamar raja untuk memastikan jarak dan posisinya.

“[Teleport].” (Sakura)

Mereka bertiga kemudian berteleportasi ke ruangan itu dalam sekejap. Ruangan itu hampir sama
gelapnya dengan ruangan sebelumnya. Sepertinya mereka berteleportasi tepat ke pojok ruangan. Di
belakang mereka ada sebuah dinding, dan di depan mereka terdapat sebuah tempat tidur
berkanopi.

“[Muncullah Angin, hadang dan datangkanlah ketenangan, Mute].” (Rin)

Rin segera mengaktifkan sihir penghalang suara. Yang pertama kali beraksi saat mendengar suaranya
bukanlah Pafia ataupun Sakura, melainkan orang yang berada di dalam ruangan ini.

“Siapa di sana?” (???)

Bersamaan dengan suara berdentum, seseorang telah bangkit dari tempat tidur dan bertanya
kepada mereka bertiga.
Itu bukanlah suara raja, melainkan suara seorang wanita. Sepertinya ada orang lain yang berada di
ruangan tersebut selain sang raja. Akan tetapi sebelum Rin berhasil mengaktifkan sihir untuk
menetralisir orang tersebut, Pafia yang berada di sebelahnya segera melompat maju.

“Refia ane-sama!” (Pafia)

“Pafia...? Apa itu kau, Pafia? Aah, syukurlah kau baik-baik saja.” (Refia)

Meskipun Rin hanya bisa melihat sekilas sosok orang tersebut, tapi sepertinya dia adalah kakak
Pafia, Putri Pertama Refia.

Refia memeluk Pafia, yang melompat ke pelukannya dengan erat. Soalnya sudah tiga bulan sejak
terakhir kali mereka bertemu.

Tiga bulan yang lalu, Kanaza telah mempersiapkan mayat palsu dan memberitahunya bahwa Pafia
telah meninggal, akan tetapi Regia sama sekali tak gentar. Tak peduli seberapa mirip mayat tersebut,
dia tak akan pernah salah mengenali adiknya. Dia selalu percaya bahwa Kanaza tidak memiliki mayat
adiknya berarti bahwa Pafia masih hidup.

Dan sekarang, Refia memeluk harta paling berharga baginya dan bahagia karena semua firasatnya
ternyata benar.

Putri pertama Kerajaan Nokia, Refia, terlihat sangat mirip dengan adiknya.

Umurnya terlihat lebih dari 20 tahun, dan mengenakan pakaian etnis Nokia yang berwarna putih.
Seperti Pafia, rambut berwarna kastanye miliknya menjulur hingga pinggangnya. Matanya tidak
setajam Pafia, namun dia masih memberi kesan sebagai wanita yang kuat.
“Sepertinya di sini baik-baik saja. Serahkan padaku dan segeralah bawa yang lainnya ke sini.” (Rin)

“Nn.” (Sakura)

Sakura sedikit mengangguk atas perkataan Rin dan segera menghilang dari ruangan.

Setelah sekitar 30 detik, dia kembali muncul bersama Elze dan Linze, lalu kembali menghilang lagi.
Rafia terlihat kaget melihat orang-orang yang tak dikenalnya terus menerus muncul di kamar raja.

“Pafia... si-siapa mereka?” (Refia)

“Orang-orang yang kali ini membantuku. Mereka adalah para tunangan Yang Mulia Penguasa
Brunhild.” (Pafia)

“Eh? Orang tua itu juga?” (Refia)

“Ah, tidak, beliau adalah nenek Yang Mulia.” (Pafia)

Pafia segera membenarkan Refia yang terkejut setelah melihat Tokie berteleportasi dengan
sendirinya tanpa disadari oleh siapapun.

Kecuali Tokie dan maid Pafia, Lycia, Refia terkejut dan tak tahu harus berkata apa setelah melihat
sembilan orang yang berada di hadapannya.

Sejak kehancuran Yuuron, kabar dari dunia luar terus masuk ke negaranya sedikit demi sedikit. Dan
di antara kabar tersebut, yang paling sering dibicarakan adalah, tentu saja soal siapa yang telah
menghancurkan Yuuron yang mereka benci (setidaknya itulah yang mereka pikir), yaitu Brunhild
Dukedom. Dan diantaranya, ada banyak sekali kabar tentang penguasanya.

‘Dia telah mengalahkan iblis raksasa seorang diri’, ‘dia telah menghabisi sekelompok naga hanya
dengan sedikit prajurit’, ‘dia berhasil menaklukkan putri kerajaan iblis Xenoas’, ‘dia telah
menghancurkan kekuatan militer terhebat di benua baru’, dll. Ada banyak sekali kabar yang seakan
tak mungkin benar adanya.

Dan diantara kabar-kabar tersebut, yang paling sering dibicaraka adalah bahwa ‘si penguasa adalah
playboy kelas kakap’. Ada yang bilang kalau seorang pria hebat pasti sangat menyukai wanita, tapi
sejak kasus Kanaza, Refia telah kehilangan pendapat baik terhadap penguasa Brunhild.

Meskipun tidak seperti Kanaza, sang penguasa telah menunjukkan niat untuk bertanggung jawab
dan menikahi mereka semua serta memperlakukan mereka dengan baik. Jadi kabar tersebut
sebenarnya telah menjadi pujian baginya.

“Apa benar Anda adalah Refia-sama?” (Yumina)

“Ah, ya.” (Refia)

“Sekretaris Pertahanan negaramu, Kanaza, telah mengirim makhluk panggilan ke negara kami dan
berniat mencelakai tunangan Yang Mulia Penguasa Brunhild. Oleh sebab itu, Kanaza harus menerima
hukuman atas perbuatannya. Itu adalah alasan luarnya. Jujur saja kami datang ke sini untuk
membantu hanya karena Pafia-sama terlihat sangat menderita.” (Yumina)

Yumina berbicara kepada Refia dengan nada ceria. Refia, yang mendengar hal itu, kemudian
menundukkan kepalanya kepada Yumina. Itu adalah pernyataan bahwa mereka berniat
mengalahkan Kanaza meskipun telah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di Nokia. Tak ada
rekan yang lebih bisa dipercaya daripada mereka.
“Terima kasih banyak... Sebagai Putri Pertama Nokia, aku ingin memberikan rasa terima kasih
kepada semuanya dan juga Brunhild.” (Refia)

“Brunhild... jadi kalian ingin menghalangi Kanaza-sama... tak bisa dimaafkan... tak bisa
dimaafkaaaaaaaaan!” (???)

Tiba-tiba sebuah suara yang seakan berasal dari dasar bumi bergema di ruangan tersebut. Ruangan
ini telah berada dalam efek [Mute]. Itu berarti apapun yang berbicara tadi berasal dari dalam
ruangan ini.

“Di sana!” (Yumina)

Di tempat yang ditunjuk oleh Yumina, ada sebuah asap putih yang keluar dari mulut sang raja yang
sedang terbaring di atas tempat tidur.

Asap itu kemudian semakin membesar, dan dua buah mata berwarna emas muncul di dalamnya.
Sosok itu sangat mirip dengan spectre yang telah muncul di Brunhild.
Chapter 441 : Pertempuran yang Kacau dan Naga Mekanik

“Namaku adalah Garaberam. Pelayan Kanaza-sama...” (Garaberam)

“Tak mungkin... tak kusangka ayahku telah dirasuki!” (Pafia)

“Aku tidak bisa mengambil alih tubuhnya, tapi atas perintah Kanaza-sama, aku telah sedikit demi
sedikit mengikis kesehatannya! Sehingga dia bisa dibunuh kapan saja!” (Garaberam)

Spectre itu menjawab Pafia yang terlihat terkejut dengan nada mencemooh. Dia juga merupakan
salah satu dari makhluk panggilan Kanaza.

Agar bisa mengendalikan beberapa makhluk panggilan di saat yang bersamaan, pemanggil harus
membuat kontrak dengan pemimpin dari kelompok makhluk panggilan tersebut.

Tentu saja, spectre-spectre ini juga pasti memiliki pemimpin di kelompoknya. Dengan membuat
kontrak dengan pemimpin tersebut, Kanaza pun bisa mengendalikan spectre yang berada di
bawahnya.

“Untuk sementara, bisakah kau segera keluar dari sana? [Muncullah Cahaya, cahaya pengusir,
Banish].” (Rin)

“Guh!” (Garaberam)

Setelah menerima sihir atribut cahaya milik Rin, Garaberam dipaksa keluar dari tubuh sang raja.
“Sialan... pengguna sihir atribut cahaya! Dasar gadis kecil tak tahu diri!” (Garaberam)

“Siapa yang kau panggil gadis kecil. Mungkin aku bahkan lebih tua dari dirimu!” (Rin)

Kemudian Rin mulai merapal mantra lain sambil menatap ke arah spectre yang sedang melayang di
langit-langit. Lima buah panah cahaya kemudian muncul dari setiap ujung jari Rin.

“[Muncullah Cahaya, hujan panah bersinar, Light Arrow].”(Rin)

“Ugyaaah!” (Garaberam)

Seluruh panah cahaya itu kemudian tepat mengenai sasarannya, dan spectre itu kemudian
menghilang seperti kabut sambil meninggalkan lubang di bagian tubuhnya yang menyerupai gas.
Spectre kelas rendah seperti itu sudah pasti bukan tandingan bagi Rin.

“Fuh. Jangan berlagak sombong kalau kau hanya bisa bersembunyi di dalam tubuh orang lain seperti
itu.” (Rin)

Setelah melihat sosok Gabaream yang menghilang, Refia dan Pafia kemudian tersadar dari
kekagetan mereka dan segera berlari ke arah ayah mereka.
“Ayahanda! Apa kau bisa mendengarku?” (Pafia)

“Ah, mungkin sebaiknya kau tidak menggerakkan tubuhnya. Karena kondisi fisiknya telah lama
dilemahkan oleh spectre itu, sebaiknya kita tidak membuatnya banyak bergerah untuk beberapa
hari.” (Rin)

“Syukurlah...” (Pafia)

Berbeda dari kedua putri yang mengelus dada karena merasa lega, Yumina dan yang lainnya
memasang ekspresi tegang. Sakura, yang memiliki pendengaran tajam telah menyadari bahwa
kondisi istana di luar ruangan telah menjadi ricuh. Meskipun [Mute] bisa menghalangi semua suara
keluar, tapi bukan berarti suara dari luar juga terhalang untuk masuk.

“Soalnya spectre tadi juga salah satu bawahan dari Kanaza...” (Yumina)

“Padhaal kita sudah capek-capek menyelinap dengan hati-hati-degozaru na.” (Yae)

“Kurasa saat ini dia sedang membawa semua bawahannya dan sedang menuju ke sini.” (Yumina)

Bukannya mereka tidak bisa bertahan melawan musuh, tapi saat ini mereka sedang berada di dalam
sebuah ruangan. Selain sang raja, di sana juga ada putri Refia, Pafia, dan juga maidnya Lycia. Akan
sulit untuk bertarung sambil melindungi mereka.

“Apa boleh buat. Aku yang akan melindungi mereka, jadi kalian bisa bertarung tanpa perlu khawatir.
Aku tak akan membiarkan satupun dari mereka terluka.” (Tokie obaa-chan)
Tokie memberitahu mereka seakan telah membaca apa yang mereka pikirkan. Tokie adalah Dewi
yang menguasai ruang dan waktu. Oleh sebab itu dia pasti bisa menggunakan sihir barier yang
menggunakan konsep ruang. Jika dia mau, dia bahkan bisa membuat barier yang jauh lebih kuat dari
[Prison] milik Touya.

“Aku merasa lega karena Obaa-chan ada di sini.” (Sue)

“Kalau begini sudah tak ada yang perlu dikhawatrikan. Ayo segera buru mereka.”

“Ada banyak langkah kaki mendekat. Hati-hati.” (Sakura)

Seperti yang dikatakan oleh Sakura, ada banyak suara langkah kaki mendekat dari luar ruangan.

Yae dan Hilda yang berdiri di depan kemudian menghunus katana dan pedang mereka. Elze juga
memasang sarung tinju yang digantungnya di pinggangnya.

Setelah Tokie menggumamkan sesuatu di belakang mereka, sebuah dinding transparan seperti
[Prison] milik Touya kemudian melingkupi tempat tidur. Mungkin itu adalah semacam barier
pelindung.

“Mungkin sebaiknya aku juga membuat kami tidak terlihat.” (Tokie obaa-chan)
Kemudian sosok Tokie, raja Nokia, Refia, Pafia, dan juga Lycia menghilang dari dalam barier. Sang
raja yang seharusnya sedang terbaring di atas tempat tidur sudah menghilang. Kemudian permukaan
tempat tidur menjadi terlihat rata seolah tidak sedang dipakai. Melihat hal itu, kemungkinan besar
itu bukanlah sebuah sihir untuk membuat sebuah benda tidak terlihat, melainkan semacam sihir
yang menciptakan ilusi.

“Sungguh luar biasa.” (Linze)

“Fufu. Kau tak akan dapat hadiah meski memujiku loh.” (Tokie obaa-chan)

Suara Tokie datang entah dari mana dan menjawab perkataan Linze yang terlihat terkesan.

Setelah itu, beberapa pasukan yang memegang senjata kemudian menendang pintu yang terkunci
dengan keras dan masuk ke ruangan.

“Sebaiknya kita pindah ke tempat dimana kita bisa bertarung dengan mudah! Yae-san, Hilda-san,
Elze-san, ayo terjang kepungan mereka dari depan!” (Yumina)

“Baiklah!” (Yae)

“Aku mengerti!” (Hilda)

“Serahkan pada kami!” (Elze)


Mengikuti perintah Yumina, Yae dan yang lainnya kemudian bergerak ke arah para pasukan yang
masuk ke ruangan.

Katan Yae dan juga pedang Hilda terbuat dari bahan kristal sehingga memiliki ketajaman yang bisa
dengan mudah memotong baja. Namun setelah diberikan efek [Modeling] oleh Touya, sekarang
mereka bisa menumpulkan bilahnya hanya dengan sekali pikir. Dengan begitu mereka bisa
memutuskan sendiri apa yang boleh dan tidak boleh dipotong.

Apa boleh buat, soalnya bisa membawa masalah bagi raja Nokia jika mereka menebas para
prajuritnya. Yae dan Hilda yang sampai pada kesimpulan itu mau tak mau membuat tumpul senjata
mereka. Tapi tetap saja, senjata itu masih bisa membuat satu atau dua tulang mereka retak.

“Guha!?”

“Ugh!”

“Buheeh!”

Sambil mengalahkan satu demi satu prajurit yang masuk ke ruangan, mereka bertiga pun akhirnya
berhasil keluar ke lorong.

Karena lorong yang mengarah ke kamar raja Nokia berada jauh di dalam istana, maka tak ada
tempat untuk melarikan diri di sana. Dari arah sebelah kanan, ada banyak sekali prajurit yang datang
seperti ombak besar, dan di sebelah kiri hanya ada sebuah dinding. Di balik dinding tersebut pasti
adalah taman dalam istana.

Yae dan Hilda pergi menghadang prajurit yang datang dari sebelah kanan, sedangkan Elze berdiri
membelakangi mereka dan menghadap dinding yang ada di sebelah kiri.

“Elze-dono!” (Yae)

“Serahkan padaku! [Boost]!” (Elze)


Sebuah tinjuan yang sangat kuat menghancurkan dinding itu dalam sekali pukul.

Di balik dinding yang hancur tadi terlihat sebuah taman yang sangat luas. Angin malam yang dingin
berhembus melewati lubang di dinding lantai tiga itu.

[Muncullah Es, barikade beku, Ice Wall]!” (Linze)

Tanpa menunggu lama, Linze melompat dari kamar raja Nokia dan mengaktifkan sihir ke arah lubang
yang baru saja dibuat oleh kakaknya.

Sebuah dinding es tebal pun muncul dengan arah diagonal dari lubang di dinding yang dibuat Elze,
bentuknya menyerupai sebuah seluncuran. Memodifikasi bentuk [Ice Wall] menjadi seperti itu
bukan hal yang sulit bagi pengguna yang sangat mahir seperti Linze.

Elze kemudian segera meluncur turun sambil dalam keadaan berdiri dan akhirnya mendarat di
taman dalam istana.

Kemudian Linze, Yumina, Sakura, Sue, Rin dan Pola, beserta Rue pun mengikutinya. Yang terakhir
meluncur adalah Yae dan Hilda yang sejak tadi menahan para prajurit.

Tentu saja, para prajurit itu juga segera mengejar mereka dan ikut meluncur pada seluncuran yang
mengarah keluar itu.

Di saat yang sama, Yumina mengaktifkan sebuah sihir dari taman.


“[Muncullah Tanah, barikade tanah, Earth Wall]!” (Yumina)

Sebuah dinding tanah muncul secara vertikal dan menghancurkan dinding es yang tadinya dibuat
oleh Linze, lalu menutup lubang yang dibuat oleh Elze. Dinding tanah yang menjulang dari tanah
hingga ke lantai ketiga dengan sempurna menutup lubang tanpa sedikitpun celah.

Para prajurit yang menyadari bahwa mereka tidak bisa menghancurkan dinding tersebut, berbalik
dan segera bergegas menuju taman dalam istana menggunakan jalur lain.

“Kalau di sini, kita bisa bertarung tanpa perlu khawatir.” (Rue)

Rue mengatakan itu sambil menghunus kedua pedang kembar yang ada di pinggangnya. Mereka bisa
melihat sosok prajurit yang sedang bergegas melalui jendela lantai tiga tempat mereka berada tadi.

Mereka juga bisa melihat ada kelompok lain yang datang ke arah mereka. Yumina tiba-tiba saja
merasakan sensasi yang aneh pada diri mereka.

Prajurit Nokia biasanya menggunakan pakaian yang membuat mereka mudah untuk bergerak seperti
juga zirah kulit beserta pelindung tangan. Akan tetapi, kelompok yang sedang menuju ke arah
mereka ini memakai zirah besi dan terlihat seperti ksatria yang berasal dari negara lain.

Terlebih lagi, desain zirah tersebut belum pernah mereka lihat sebelumnya, dan juga warnanya
hitam keseluruhan. Karena bagian pelindung muka dari helmnya diangkat ke atas, mereka bisa
melihat wajah penggunanya. Ekspresi mereka terlihat kosong.

“Apa mungkin mereka juga dirasuki-degozaru ka na? Linze-dono, tolong gunakan [Banish].” (Yae)

“Baiklah. [Muncullah Cahaya, penerangan pengusir, Banish]!” (Linze)


Sebuah formasi sihir muncul di tanah dan mengelilingi ksatria hitam tersebut. Akan tetapi ksatria
hitam tersebut menghalau partikel cahaya dan menghancurkan formasi sihir itu dalam sekejap.

“Tidak berhasil?” (Linze)

“Sepertinya itu bukan zirah biasa. Artifak, ya... terlebih lagi, itu adalah artifak dari zaman peradaban
sihir kuno...” (Rin)

“Tepat sekali. Ini adalah artifak dari kerajaan sihir kuno, [Zirah Anti-Sihir]. Zirah ini memiliki
kemampuan pertahanan yang sangat kuat terhadap serangan sihir. Sihir atribut cahayamu itu tak
akan berguna untuk melawannya.” (Kanaza)

Yang menjawab analisis Rin tadi muncul dari belakang ksatria berzirah hitam tersebut. Seorang pria
tinggi berambut merah yang mengenakan baju changpao dengan beberapa perhiasan dari giok yang
tergantung di lehernya. Dia adalah sekretaris pertahanan Nokia, Kanaza Notolis.

“Jadi jalang-jalang Brunhild telah datang ke sini, ya. Di mana Pafia? Jawab aku!” (Kanaza)

Kanaza memandang rendah para gadis dengan sikap arogan dan bertanya kepada mereka dengan
nada memerintah. Baginya, para wanita adalah makhluk yang harus tunduk pada dirinya, dan
merupakan alat yang bisa diganti tak peduli berapapun yang ia butuhkan. Sifat tercelanya itu
tergambar dari sikapnya kepada wanita.
“Hm. Jadi kau adalah Kanaza, ya? Tuh kan, Linze, apa kubilang? Dia memang terlihat seperti pria
yang tak populer di kalangan wanita dengan wajah suramnya itu.” (Elze)

“Onee-chan... aku juga berpikiran begitu, tapi kalau dikatakan dengan terus terang seperti itu...
seorang pria tak hanya dilihat dari tampangnya saja, kan? Yah, meski sifatnya juga brengsek sih...”
(Linze)

Sang kakak yang mengejek pria yang baru saja pertama kali bertemu dengannya, sementara sang
adik, meskipun memperingati kakaknya, tapi tetap melemparkan kata-kata yang pedas. Saudari
kembar ini memang benar-benar sangat mirip.

Di lain pihak, Kanaza yang baru saja dihina oleh mereka berdua, melotot kepada mereka dengan raut
muka yang berkedut.

“Sialan... berani sekali kalian menghina diriku yang hebat ini!” (Kanaza)

“’Yang hebat ini’! Pfft... dia baru saja mengatakan ‘yang hebat ini’-de gozaru yo, Hilda-dono! Pede
sekali dia!” (Yae)

“Yae-san, itu tidak sopan. Pufu, aku setuju sih, tapi...” (Hilda)

Yae memukul-mukul pundak Hilda. Melihat mereka berdua yang mencoba menahan tawa, urat nadi
di wajah Kanaza seakan ingin meledak.
“... Kalian ini...! Baiklah kalau begitu, aku hanya harus menangkap kalian dan membuat kalian
memberitahuku dimana Pafia berada. Aku akan memberi rasa sakit dan rasa malu yang membuat
kalian berharap ingin mati saja!” (Kanaza)

“... Kau beruntung karena masih hidup, Kanaza atau siapalah namamu. Kalau Touya-sama ada di sini,
mungkin tinjunya sudah akan bersarang di wajahmu saat ini.” (Rue)

“Aah... aku bisa membayangkan Touya-san melakukan itu. Daripada soal dirinya, dia akan lebih
marah jika ada yang menghina kita...” (Yumina)

“Tapi aku jadi senang membayangkannya.” (Sakura)

Yumina dan Sakura mengangguk pada perkataan Rue. Mereka bahkan seakan sedang terlihat
bangga.

Urat nadi di kening Kanaza semakin bertambah saat dia mendengar perkataan para gadis itu. Dia,
yang merupakan mentri pertahanan sebuah negara, tak pernah diejek hingga sejauh ini dalam
hidupnya.

Sejak awal dia adalah pria yang jarang sekali marah. Terlebih lagi, ini adalah pertama kalinya wanita
yang dipandang rendah olehnya malah berbalik mengejeknya. Amarahnya sudah hampir meledak.
Dia sudah seperti gunung berapi yang siap meledak kapan pun.

Satu-satunya alasan yang membuatnya tidak menunjukkan amarah di wajahnya adalah karena harga
dirinya yang percaya bahwa tetap tenang dapat menunjukkan seberapa kuat dirinya. Intinya, dia
berpikir kalau berteriak kepada wanita yang dianggapnya rendah adalah sebuah hal yang
memalukan. Meski begitu, urat nadi di wajahnya sudah mengkhianatinya.

Kemudian, sosok Sue yang sedikit memiringkan kepalanya masuk dalam pandangan Kanaza.

“Bukankah kau terlihat sedikit botak?” (Sue)


....

“Tangkap mereka!” (Kanaza)

Atas perintah Kanaza yang amarahnya sudah tak terbentung lagi, para ksatria hitam tersebut
kemudian maju ke arah Yumina dan yang lainnya sambil memegang senjata mereka.

“Mereka telah maju. Saatnya membasmi hama.” (Elze)

Elze menjilat bibirnya dan segera mendekat dengan gerakan rendah dalam sekejap dan membuat
salah satu ksatria hitam tersebut terlempar dengan tinjuan uppercut ke dagunya.

Ksatria hitam itu terpelanting ke udara lalu jatuh ke tanah, dan berhenti bergerak.

Meskipun jika telah dirasuki oleh spectre, tapi tubuhnya tetaplah manusia. Gerakannya akan
menjadi lambat jika dia mendapat cedera, dan jika otaknya mendapat guncangan, spectre tersebut
tetap akan mendapat kesulitan untuk menggerakkan tubuhnya sesuai keinginannya. Itu sama seperti
seorang joki yang tak bisa melakukan apapun jika kudanya mendapat luka di kaki dan tak bisa
bergerak.

Spectre itu tidak menggerakkan tubuhnya secara langsung, melainkan memaksa pemilik tubuh untuk
bergerak sesuai keinginannya.
“Sialan!” (???)

“Apa kau bodoh? Apa mungkin karena kau adalah makhluk panggilan pria itu?” (Elze)

Elze kemudian mendaratkan pukulan ke spectre yang keluar dari mulut ksatria yang pingsan tadi.
Tentu saja, dengan tinjuan yang telah dibalut energi sihir beratribut cahaya.

“Ugyouaaaaaa!?”

“Saat kau telah keluar dari zirah itu, mengalahkan kalian akan jadi segampang mengalahkan slime.”
(Elze)

Spectre yang baru saja menerima tinjuan Elze tadi meneriakkan teriakan kematian sebelum akhirnya
menghilang. Di belakang Elze, ksatria hitam lainnya berniat untuk menyerangnya dengan
menggunakan sebuah pedang. Akan tetapi, kakinya tak bisa bergerak. Tanpa dia sadari, kakinya telah
membeku di tanah. Itu adalah sihir [Ice Bind] yang telah diaktifkan oleh Linze. Sungguh disayangkan
bagi mereka, para gadis ini memiliki banyak pengetahuan tentang cara mengatasi lawan yang kebal
terhadap sihir.

“Sekarang, Onee-chan!” (Linze)

“Bagus sekali, Linze!” (Elze)


Elze kemudian melompat dan melakukan setengah putaran di udara sebelum menghantam ksatria
yang sudah tak bisa bergerak tadi dengan tendangannya. Itu adalah gerakan yang ditirunya dari
seorang pendekar bertopeng macan yang dulu pernah ditunjukkan oleh Touya.

Ksatria hitam, dengan zirah yang telah penyok itu kemudian pingsan. Namun kali ini tidak ada
spectre yang keluar dari mulutnya. Mungkin spectre yang merasukinya telah melihat bagaimana
akhir riwayat temannya di tangan Elze. Yang ini sepertinya seorang pecundang.

“Mereka tidak ada bedanya dengan prajurit biasa selain sihir tidak bekerja pada mereka-de gozaru
na.” (Yae)

“Ini lebih mudah karena mereka tidak menembakmu dengan laser seperti yang dilakukan oleh
Fraze.” (Rue)

“Mereka juga tidak bisa beregenerasi.” (Hilda)

Yae, Rue, dan juga Hilda menghabisi ksatria hitam tersebut dengan kecepatan yang tidak kalah dari
Elze.

“[Muncullah Tanah, jurang bagi orang bodoh, Pitfall]!” (Yumina)

“[Muncullah Air, aliran penyuci, Waterfall]!” (Sakura)

“[Muncullah Petir, tombak teratai putih, Thunder Spear]!” (Rin)

Yumina menggunakan sihir atribut tanah untuk membuat lubang di bawah kaki para ksatria hitam.
Setelah itu, Sakura menyiram mereka menggunakan sejumlah besar air, dan diakhiri dengan
serangan penghabisan berupa tombak petir yang diaktifkan oleh Rin tidak pada ksatria tersebut,
melainkan pada air yang dibuat oleh Sakura.
Jika serangan mereka tidak bekerja pada zirah ksatria hitam tersebut, maka mereka hanya perlu
menyerang mereka secara tidak langsung. Para ksatria yang jatuh ke lubang menerima kejutan listrik
dan pingsan tak bergerak.

Di antara mereka, ada beberapa spectre yang keluar dari tubuh yang dirasukinya, tapi mereka semua
dihabisi tanpa ampun oleh Sue dengan [Shining Javelin] miliknya.

Melihat ksatria hitamnya yang dikalahkan satu demi satu, amarah Kanaza menjadi semakin besar.

“Zebeta!” (Kanaza)

“Ya, aku di sini!” (Zebeta)

Saat Kanaza berteriak, seorang pria kecil dengan tubuh bungkuk dan mengenakan jubah biru muncul
di belakangnya.

“Apa yang terjadi? Bukankah zirah tersebut kebal terhadap sihir?” (Kanaza)

“Tidak, zirah tersebut hanya bisa menetralisir sihir atribut cahaya yang merupakan kelemahan kami
dan tidak bisa meningkatkan kemampuan penggunanya. Lagipula, orang yang telah dirasuki oleh
spectre seharusnya memiliki kekuatan fisik dua kali lipat dari aslinya.” (Zebeta)

“Eei, jangan banyak alasan! Cepat lakukan sesuatu!” (Kanaza)

“Ha! Kalau begitu tolong gunakan nomor 8 dari ‘Peninggalan Elks’” (Zebeta)
Menjawab usulan dari Zebeta, Kanaza kemudian mengeluarkan sebuah kotak kecil dari kantung di
badannya. Setelah membuka penutupnya, dia kemudian mengeluarkan sebuah bola kecil
berdiameter 4cm dengan angka “8” yang tercetak di permukaannya.

“Yang ini, kan?” (Kanaza)

Kanaza kemudian menghancurkan bola itu di tanah. Dia tidak kehilangan kesabaran atau
semacamnya. Bola itu adalah sebuah artifak sihir yang berfungsi untuk menyimpan sesuatu di
dalamnya. Dan untuk mengeluarkan benda itu, pengguna harus menghancurkan bola tersebut
terlebih dahulu.

Di saat yang bersamaan dengan hilangnya pecahan bola tersebut, sebuah naga raksasa tiba-tiba
muncul entah dari mana.

“I-Ini kan...” (Kanaza)

“Ini adalah sebuah naga mekanik.” (Zebeta)

Itu adalah seekor naga biasa. Berbagai macam mesin yang terbuat dari baja tertanam di sekujur
tubuhnya. Mungkin lebih tepat jika menyebutnya naga cyborg atau naga yang memakai zirah di
tubuhnya.

Tubuhnya setinggi 15 meter. Naga itu tidak memiliki sayap, jadi itu adalah naga berjenis naga tanah.
Dia memiliki empat buah cakar di masing-masing kakinya, dan juga sebuah ekor yang panjang. Duri-
duri tajam mencuat dari ujung kepala hingga ke ujung ekornya. Taring-taring tajam bersarang di
mulutnya. Dua buah mata kamera memberikan sinar redup di setiap sisi kepalanya.
“Kalau begitu, permisi dulu.” (Zebeta)

Sebuah zat seperti ektoplasma kemudian keluar dari mulut pria bungkug tersebut. Setelah
mengeluarkan zar itu dari mulutnya, pria kecil itu kemudian jatuh pingsan dengan mata putih. Zat itu
kemudian masuk ke dalam naga mekanik itu melalui mulutnya.

Sebuah benda mirip kipas angin yang terpasang di punggungnya perlahan bergerak, dan berputar
semakin cepat. Dengan menyerap partikel sihir di udara sekitar, naga mekanik itu pun kemudian
mulai bergerak.

Naga mekanik itu mengangkat kepalanya ke atas. Dengan kilatan merah di matanya, dia pun
melepaskan raungan yang menggelegar ke udara.

Gas berupa uap keluar dari mulutnya. Kenyataan bahwa naga ini adalah seekor makhluk hidup dan
juga terbuat dari mesin membuatnya mirip dengan Cesca dan Nomor Babylon lainnya.

“Baiklah para gadis, izinkan Zebeta ini untuk menjadi lawan kalian.” (Zebeta)

Suara yang sama dengan pria bungkuk tadi keluar dari mulut naga mekanik itu.

[Naga Mekanik]. Sebuah peninggalan kerajaan sihir kuno ya

Chapter 442 : Pemberantasan Spectre dan Kena Batunya

[Naga Mekanik] adalah sebuah artifak bertarung yang dibuat oleh sang Meister, Profesor Deborah
Elks lima ribu tahun yang lalu.
Naga yang sejak awal memiliki kemampuan fisik yang sangat kuat kemudian dicuci otaknya, dan
tubuhnya dimodifikasi dengan bertahap, hingga akhirnya menciptakan sebuah senjata biologis.
Karena didesain untuk melawan serangan Fraze, senjata itu dibuat agar memiliki kekuatan yang
cukup untuk menghancurkan tubuh keras mereka.

Yang baru saja dipanggil oleh Kanaza adalah salah satu dari [Naga Mekanik] tersebut. Dan saat ini,
bawahan Kanaza, Zebeta, telah memindahkan dirinya ke dalam tubuh naga tersebut.

“Mari kita coba.” (Zebeta)

Saat Naga Mekanik Zebeta megarahkan salah satu lengannya ke dinding istana di sebelahnya, lengan
itu kemudian terbang dengan memanfaatkan ledakan lalu menusuk dinding dan akhirnya
menghancurkannya hingga berkeping-keping.

“Oooh!” (Kanaza)

Setelah mendengar suara kagum Kanaza, lengan yang terlepas tadi kemudian kembali ke tubuhnya
dengan bantuan sebuah tali yang ada di dalamnya.

“Sepertinya tak ada masalah. Kalau begitu ayo kita mulai.” (Zebeta)
Zebeta kemudian melihat ke arah sembilan orang yang ada di hadapannya dan menentukan siapa
targetnya. Mengurangi jumlah musuh adalah langkah yang paling tepat saat ini. Zebeta kemudian
memilih target yang terlihat paling lemah dan bisa membuat yang lainnya panik saat dia di serang.
Zebeta pun mengarahkanlengan kanannya dan menembakkan cakarnya.

Cakar itu kemudian terbang mengarah ke arah Sue, yang terlihat hanya berdiam di tempat.

Sesaat sebelum cakar itu mengenai dada Sue, dia pun memutar tubuhnya ke samping dan dengan
mudah menghindari serangan itu.

“Apa?” (Zebeta)

Melihat serangan yang seharusnya tidak bisa dengan mudah dihindari oleh wanita atau anak-anak
sepertinya dihindari membuat Zebeta kaget.

“Lambat sekali. Dibandingkan dengan pedang Moroha nee-sama ini tidak ada apa-apanya.” (Sue)

Delapan orang yang lainnya berpikir ‘jangan samakan dengan itu dong!’. Tapi sebenarnya mereka
juga sependapat kalau serangan itu sangatlah lambat.

“Kuh, kalau begitu bagaimana dengan ini!” (Zebeta)


Dari bahu naga tersebut, sebuah benda berbentuk bulan sabit ditembakkan secara beruntun. Pisau
shuriken berbahan mithril itu kemudian berputar dengan kecepatan tinggi dan terbang dengan
gerakan yang tidak menentu mengarah ke arah para gadis.

Akan tetapi, Yae dan Hilda yang berdiri paling depan berhasil menangkis semua tembakan itu.
Mereka tidak menghancurkannya karena bisa merepotkan kalau pecahannya masih bisa terbang.

“Benda ini memiliki banyak sekali senjata yang ditembakkan- degozaru na!” (Yae)

“Apa mungkin profesor akan senang jika kita membawanya kembali dengan utuh?” (Hilda)

Hilda mengatakannya sambil sedikit tertawa. Akan tetapi, Profesor Babylon sebenarnya sudah
pernah melihat [Naga Mekanik] ini 5000 tahun yang lalu. Saat dia melihatnya, dia langsung
mencapnya sebagai sampah dan membuat Profesor Elk sangat marah. Meskipun mereka
membawanya pulang, itu sama sekali tak akan membuat profesor senang.

Salah satu alasan kenapa Profesor Babylon mencapnya sebagai sampah adalah karena benda ini
sangat sulit untuk diproduksi masal. Karena dasarnya adalah seekor naga, mau bagaimanapun juga
pasti akan sulit untuk mengumpulkannya dalam jumlah besar. Dan juga, melakukan hal semacam ini
sudah pasti akan membuat para naga marah. Kesampingkan naga liar yang telah menyerang
manusia, jika mereka menangkap naga lainnya lalu memodifikasinya menjadi sebuah senjata, itu
sama saja dengan mengajak perang ras naga. Sebelum Fraze bisa melakukan sesuatu, mereka
mungkin akan binasa duluan di tangan para naga. Kenyataannya, rencana untuk membuat [Naga
Mekanik] ini dihentikan juga karena mereka telah menyulut kemarahan ras naga seperti yang
diperingatkan oleh Profesor Babylon.

Yang ada di hadapan mereka saat ini adalah salah satu model yang berhasil selamat.

“[Muncullah Air, gelembung meledak, Bubble Bomb]!” (Linze)


Banyak gelembung sabun bermunculan di udara di sekitar Naga Mekanik Zebeta. Saat dia
menyentuhnya, gelembung itu meledak seperti ranjau dan kemudian membuat rantai ledakan.

“Guh!” (Zebeta)

Zebeta kemudian menembakkan duri mirip pisau yang tumbuh di leher hingga ekornya ke arah
gelembung-gelembung itu. Semua gelembung itu kemudian meledak dan menghilang setelah
terkena duri-duri tersebut.

Dengan memanfaatkan celah tersebut, Zebeta kemudian memutar tubuh naganya dan melibaskan
ekornya ke arah para gadis. Gadis biasa pasti akan langsung mati jika terkena sabetan ekor yang
tebuat dari logam tersebut.

Akan tetapi, pemikiran Zebeta itu dengan mudah dihancurkan.

Seorang gadis yang menggunakan sarung tinju di tangannya telah menghentikan serangan ekor
tersebut.

“A-Apa?” (Zebeta)

“Aku baru sadar akhir-akhir ini, tapi sepertinya kemampuan dependanku adalah ‘tahan menerima
serangan’... rasanya biasa sekali ya.” (Elze)

Elze mengatakannya sambil menahan ekor yang lebih tebal dari batang pohon itu. Kemampuan
Dependan, kemampuan yang diberikan oleh para Dewa kepada Dependan mereka. Saat ini yang
sudah jelas bangkit adalah [Penglihatan Masa Depan] Yumina, [Pendengaran Super] Sakura, [Perasa
Absolut] Rue.

Dalam kasus Elze, daripada disebut ‘tahan menerima serangan’. Kemampuan yang sebenarnya
adalah dalam bentuk touki yang bercampur dengan kekuatan surgawi lalu menyelubungi seluruh
tubuhnya. Itu adalah bentuk lebih rendah dari pelepasan kekuatan surgawi milik Touya dan dewa
lainnya. Mungkin lebih tepat kalau menyebutnya [Baju Perang Surgawi].

“Hahah, kalau dipikir lagi, mungkin itu sangat cocok buat Elze-dono degozaru na.” (Yae)

“Mengatakannya seperti itu mungkin terdengar sedikit tidak sopan... tapi yah, karena ini mirip
dengan [Boost] jadi aku bisa lebih mudah menggunakannya.” (Elze)

“Guo!” (Zabeta)

Sambil memegang ekor tersebut, Elze kemudian memutar tubuhnya dan dengan mudah
mematahkan ekor itu. Kemudian dia menendang ekor yang telah bengkok itu. Zebeta yang
kehilangan keseimbangannya pun mulai goyah.

“Apa-apaan para wanita ini! Sial, apa yang sebenarnya terjadi? Lakukan sesuatu! Zebeta!” (Kanaza)

Kanaza berteriak kepada Zebeta saat melihat kondisi yang tidak menguntungkannya itu.

Akan tetapi, sebelum Zebeta bisa merespon perintah itu, Hilda melompat ke perut naga dengan
sekali lompatan dan melepaskan tebasan dengan pedang di tangannya.

“Teknik Pedang Restia, ketiga – [Iron Slash]!” (Hilda


)“Ap-“ (Zebua)
Kepala [Naga Mekanik] itu pun putus dalam sekali tebas. Kepala yang ditutupi oleh zirah itu pun
bergelinding di taman dalam istana sebelum akhirnya berhenti.

Di saat yang bersamaan, tubuh yang kehilangan kepala itu pun tumbang tak bernyawa seperti
boneka tali yang telah diputus talinya.

“Ohh. Dengan begini mungkin Hilda juga bisa menyebut dirinya Dragon Slayer.” (Sue)

“Menyebut benda ini sebagai naga rasanya sedikit tidak sopan.” (Sakura)

Sakura membalas gumamaman Sue tersebut. Memang benar, melihat tubuh yang bahkan tak
meneteskan setitik darah pun dari leher putusnya itu tak bisa menyebutnya sebagai naga asli.

“Khhh!” (Zebeta)

Sebuah kabut gelap muncul dari tubuh naga itu. Zebeta, yang telah meninggalkan tubuh Naga
Mekanik yang sudah tak berguna itu pun kembali ke sisi Kanaza.

“Brengsek! Aksi memalukan macam apa itu? Bisa dikalahkan oleh sekelompok gadis seperti mereka!
Dasar tak berguna!” (Kanaza)

“... Nomor 3” (Zebeta)


“Apa maksudmu.” (Kanaza)

“Nomor 3 dari ‘Peninggalan Elk’. Cepat keluarkan.” (Zebeta)

“Ti-Tiga?” (Kanaza)

Meskipun kesal mendengar suara monoton Zebeta, Kanaza akhirnya mengeluarkan sebuah bola
berlabel angka 3 dari dalam kotak dan lalu menghancurkannya di tanah.

Di saat yang bersamaan dengan pecahnya bola tersebut, satu set zirah mirip dengan yang dipakai
oleh para kesatria hitam tadi pun muncul. Akan tetapi zirah ini tidak berwarna hitam, melainkan
bening seperti sebuah kristal.

“Hm?”

“Itu kan...”

Yae dan yang lainnya berhenti bergerak. Mereka semua sangat yakin dengan wujud sebenarnya dari
zirah itu, atau lebih tepatnya, terbuat dari bahan apa zirah tersebut.

Zirah kristal itu kemudian terbang di udara menuju Kanaza, yang telah melepas changpaonya,
kemudian zirah itu terpakai satu demi satu di tubuhnya.

Mulai dari sarung tinju hingga ke bagian lengan bawah, siku, lengan atas, bahu. Kemudian dari
sepatu hingga ke betis, lutut, paha, pinggang, perut, dada, leher, dan akhirnya helm yang terpasang
dengan sendirinya dan membuat zirah kristal itu terpakai sepenuhnya di tubuh Kanaza.
“O-Ooh! Ini kan!” (Kanaza)

“Zirah terkuat yang terbuat dari iblis kristal (Fraze). Zirah hebat yang bisa menangkis serangan fisik
dan serangan sihir. Zirah itu sekarang telah sepenuhnya menjadi milikmu, Kanaza-sama.” (Zebeta)

Sosok Kanaza yang mengenakan zirah kristal di seluruh tubuhnya lebih terlihat seperti seseorang
yang mengenakan pakaian bertenaga dibandingkan dengan seorang ksatria yang mengenakan zirah.

Meskipun zirah itu terlihat sangat berat, tapi Kanaza tidak sedikitpun merasakan beratnya. Mungkin
ada semacam sihir pengurang berat yang ditambahkan pada zirah tersebut.

Sebuah pedang tersarung di pinggangnya, dan sebuah perisai juga terdapat di punggungnya. Saat
Kanaza mencoba meraih keduanya, dia merasa keduanya sangat ringan bahkan seperti sedang
memegang senjata yang terbuat dari kayu.

“Oh! Indah sekali!” (Kanaza)

Saat Kanaza mencoba menebaskan pedang itu ke dinding istana, dinding itu terpotong dengan
mudah seperti saat memotong sebuah kertas.

“Fu...Fuhahahaha! Luar biasa! Dengan zirah ini, tak akan ada seorang pun di dunia ini yang bisa
menghentikanku yang hebat ini!” (Kanaza)
Awalnya Kanaza hanyalah seorang prajurit biasa yang mengabdi pada kerajaan ini. Kenyataan bahwa
dia bisa dengan cepat naik pangkat menjadi menteri pertahanan dalam beberapa tahun tentu saja
sangat mencengangkan.

Itu semua disebabkan oleh ‘Peninggalan Elks’. Ditemukannya benda itu oleh Kanaza di sebuah
reruntuhan yang berada di utara Nokia tak lain hanyalah sebuah kebetulan saja.

Saat dia tak sengaja menjatuhkan bola yang berlabelkan angka ‘1’ setelah mengeluarkannya dari
kotak yang digunakan untuk menyimpan peninggalan tersebut, nasib Kanaza pun berubah untuk
selamanya.

Yang keluar dari dalam bola yang hancur itu adalah spectre yang menyebut dirinya Zebeta.

Dia adalah seekor makhluk panggilan yang telah disegel selama lima ribu tahun dan bertugas untuk
menjelaskan perihal cara menggunakan ‘Peninggalan Elks’ kepada pewarisnya.

Setelah itu, Kanaza belajar soal okultisme dari Zebeta , mulai merasuki orang-orang yang berada di
istana dan menggunakan mereka sesuka hatinya. Mereka yang berguna baginya akan dimanfaatkan
olehnya, sementara yang tidak berguna akan disingkirkannya.

Tak lama kemudian, dia mulai berpikir bahwa dirinya adalah orang yang spesial. Sang terpilih di
antara manusia lainnya. Seseorang yang ditakdirkan untuk memimpin mereka yang bodoh dan
lemah.

Pada akhirnya dia akan mengendalikan kerajaan ini, lalu menguasai negara tetangga yang telah
berbuat seenaknya di dunia luar seolah dunia adalah milik mereka. Sebagai seorang okultis, dia telah
ditakdirkan untuk menjadi raja dunia ini. Itulah delusi yang dia percayai.

Seorang raja dunia tak boleh goyah di tempat ini. Dia harus segera menghancurkan gadis-gadis kecil
ini dan membuat mereka menderita karena telah berani melawan sang raja dunia.

Kanaza pun mempersiapkan pedang dan tamengnya lalu maju ke arah gadis-gadis tersebut.
“Aku akan bertanya sekali lagi. Dimana Pafia? Jika kalian menjawab dengan jujur dan memohon
ampun, mungkin aku akan berbaik hati dan membiarkan kalian hidup sebagai budak.” (Kanaza)

“Sebelum itu, kurasa kau harus mencari cermin dan ngaca dulu. Kau terlihat sangat bodoh saat
mengenakan zirah yang transparan seperti itu.” (Rin)

Rin mengatakannya dengan nada sarkas. Bahkan Touya sendiri tidak membuat zirah orde kesatria
Brunhild menggunakan bahan kristal melainkan bahan mithril. Soalnya menggunakan zirah
transparan dari ujung kepala hingga kaki itu memang terlihat bodoh. Kalau zirahnya dibuat
transparan, maka zirah itu sama sekali tak terlihat, kan? Malah lebih baik kalau membuatnya sedikit
bening saja.

“Dan juga satu hal lagi. Apa matamu itu hanya digunakan sebagai dekorasi saja?” (Hilda)

“Daripada itu, bukankah dia tipe orang yang lupa sekitar kalau sedang marah?” (Elze)

“Tipe orang yang tak cocok jadi penguasa, ya.” (Yumina)

“Terlebih lagi, dia juga sangat mudah dipancing-degozaru shi.” (Yae)

“Intinya dia itu idiot.” (Sakura)

“Sakura-san...” (Linze)

Sejumlah urat nadi yang muncul di kening Kanaza bertambah setelah mendengar perkataan mereka.
“Sialan! Persiapkan diri kalian!” (Kanaza)

Kanaza mengacungkan pedangnya dan mulai berlari ke arah para gadis itu.

“Kurasa matanya memang sebuah dekorasi saja.” (Hilda)

“Ee... atau jangan-jangan dia masih belum sadar meskit telah melihat senjata kita?” (Yae)

Yae dan Hilda menggenggam pedang ‘kristal’ mereka. Sudah jelas terlihat kalau pedang mereka
terbuat dari bahan yang sama dengan zirah yang dipakai Kanaza. Mungkin Kanaza telah dibutakan
oleh amarahnya.

Hilda kemudian mencoba menghentikan pedang Kanaza dengan pedangnya sendiri. Akan tetapi dia
gagal, daripada menghentikan, dia malah memotong pedang tersebut menjadi dua bagian.

“Apa?” (Kanaza)

Di hadapan Kanaza, yang tak percaya melihat pedangnya bisa dengan mudah dihancurkan, Yae pun
maju dengan katana kesayangannya ‘Touka’.
“Kokonoe Shinmei ryuu ougi, Hien Reppa!” (Yae)

Beberapa kilat cahaya berkelebat di depan mata Kanaza. Sesaat kemudian, zirah kristal yang
dipakainya di seluruh tubuhnya pun hancur berkeping-keping dan terjatuh ke tanah. Katana milik
Yae telah berhasil menebas hanya zirah yang ada di tubuh Kanaza.

Meskipun keduanya terbuat dari bahan kristal dari Fraze, namun jumlah energi sihir yang dituangkan
pada zirah Kanaza dan katana Yae tidak sebanding. Perbedaan antara ketahanan dan ketajamannya
bagai langit dan bumi.

“Ti-Tidak mungkin....” (Kanaza)

Kanaza yang baru saja kehilangan zirahnya hanya bisa menjatuhkan gagang pedang yang masih
dipegangnya tanpa tenaga.

Di saat yang bersamaan, Elze melompat dan mengayunkan tinjunya ke arah Kanaza.

“Terbang sana!” (Elze)

“Gobuh!” (Kanaza)

Meskipun dia sudah menahan diri agar tidak menghancurkan organ dalamnya, namun tinju uppercut
Elze mesih bisa membuat Kanaza terpelanting hingga 10 meter ke udara.
Wajah Kanaza terlihat tak karuan karena menahan rasa sakit di perutnya saat berada di udara. Di
sudut pandangannya dia menyadari bahwa ada seseorang yang sedang berdiri di teras kamar raja
yang berada di lantai tiga istana.

“Rasakanlah... perasaan mereka yang telah kau kendalikan selama ini!” (Pafia)

“Pa... fia....” (Kanaza)

“[Muncullah Petir dan Angin, badai moonson yang bergemuruh, Plasma Storm]!” (Pafia)

Sihir komposit dari Putri Pafia dilepaskan tanpa ampun kepada Kanaza yang sudah tak berdaya.
Kanaza kemudian berteriak kepada sosok yang berada di tanah, yang merupakan satu-satunya
rekannya.

“Ze-Zebeta! Cepat selamatkan aku!” (Kanaza)

“Maafkan aku, tapi aku menolak.” (Zebeta)

“Apa?” (Kanaza)

Kanaza masih tidak percaya saat mendengar penolakan dari pelayan yang dianggapnya setia itu.
Sesaat kemudian, gemuruh petir dan badai menyerang tubuhnya.
“Aaaaaagrh!” (Kanaza)

Setelah dihantam oleh sihir tersebut, akhirnya Kanaza terlempar ke arah dinding istana di arah yang
berlawanan.

Begitulah, pria yang merupakan mentri pertahanan kerajaan ini akhirnya jatuh ke tanah seperti
mainan yang telah rusak. Dia masih hidup, namun telah tak sadarkan diri.

Sebuah kotak yang hancur terjatuh dari area sekitar perutnya. Mungkin kotak itu telah rusak saat dia
jatuh tadi. Bola-bola yang berada di dalamnya berserakan di atas tanah.

“Tadi itu sangat sempurna, Pafia-san, Tokie-sama.” (Yumina)

Dengan begitu, Yumina mengakhiri panggilan di smartphonenya. Mata Yumina bisa melihat masa
depan Kanaza beberapa detik setelah dia terpelanting ke udara. Itu adalah penglihatan masa depan
yang merupakan kemampuan dependan miliknya.

Itulah sebabnya dia memanggil Tokie yang berada di dalam barier dan memintanya agar menyuruh
Pafia bersiaga di teras. Soalnya sentuhan terakhir harus dilakukan oleh orang yang sangat mencintai
negeri ini.

“Mari kesampingkan hukuman bagi orang ini terlebih dahulu...” (Yae)


Yae melirik sekali ke arah Kanaza, yang sedang mengeluarkan asap hitam dari bajunya yang terbakar,
dan mengalihkan katananya ke arah Zebeta.

“Bagaimanapun juga aku merasa kecewa melihat caramu mengkhianati tuanmu di akhir tadi.” (Yae)

“Tolong jangan salah paham. Tuanku yang sesungguhnya bukanlah pria yang berada di sana itu.”
(Zebeta)

“Apa?” (Yae)

Makhluk panggilan biasanya akan memperlakukan pemanggil mereka sebagai tuan. Sebagaimana
kontrak yang mereka lakukan, makhluk panggilan harus mematuhi segala perintah tuannya selama
masih dalam batas kontrak tersebut. Seperti itulah sihir pemanggilan yang biasanya.

Oleh sebab itu, Kanaza seharusnya juga telah membuat kontrak dengan spectre yang bernama
Zebeta dan membuatnya sebagai pelayannya. Akan tetapi Zebeta sendiri membantah hal tersebut,
dan membuat Yumina dan yang lainnya menjadi bingung.

“Tuanku yang sesungguhnya hanyalah Debora Elks dan tak ada yang lain. Aku hanya mengikuti
perintah pria yang ada di sana karena itulah yang diperintahkan oleh Deborah kepadaku.” (Zebeta)

“Deborah Elks? Rasanya tidak asing...” (Yumina)

“Bukankah dia adalah orang yang membuat artifak [Jarum Pengendali] atau apalah namanya itu...
tunggu, bukankah dia hidup lima ribu tahun yang lalu?” (Rin)
Rin menunjukkan ekspresi terkejut saat mengingat nama yang pernah dia dengar dari Shesca dan
anggota Babylon lainnya.

“Aku telah diperintahkan untuk mematuhi perintah orang yang mewarisi [Peninggalan Elks]... akan
tetapi sepertinya ini adalah akhirnya...” (Zebeta)

Mereka tidak bisa mengetahui ekspresi spectre dari penampilan luarnya, tapi entah mengapa
mereka seakan mengerti kalau dia merasa lelah.

“Lepaskan gelang emas yang terpasang pada dirinya. Dengan begitu, orang-orang yang
dikendalikannya juga akan terbebas...” (Zebeta)

Pola kemudian berlari dengan langkah mungil ke arah Kanaza, mengangkat tangannya, kemudian
melepaskan gelang emas yang terpasang di sana. Dengan seketika, asap berwarna gelap mulai keluar
dari mulut ksatria hitam dan menghilang dengan raungan.

Pola segera berlari kembali kepada Rin sambil ketakutan dan bersembunyi di balik kakinya.

Rin kemudian mengambil gelang emas dari Pola, dan menyipitkan matanya. Gelang itu adalah
sebuah artifak, dan Rin langsung mengerti apa guna artifak tersebut hanya dengan sekali lihat.

Ada banyak individu yang ahli menilai di kalangan ras peri, akan tetapi Rin merasa kalau dirinya
sudah menjadi semakin jeli akhir-akhir ini. Kemungkinan besar itu dikarenakan oleh Kemampuan
Dependan miliknya. Mungkin lebih cocok menamaiinya sebagai [Mata Penilai] atau semacamnya.
“Begitu ya. Sumber sihirnya ada di sini. Jadi dia telah mensuplai sihir kepada makhluk panggilannya
menggunakan benda ini. Dan jika kau melepaskannya, maka dia tak bisa lagi mensuplai semua
spectre tersebut.” (Rin)

“Sperti yang kau katakan. Pria itu bagaimanapun juga memiliki bakat sebagai okultis. Benda itu
hanya memperkuat bakatnya itu.” (Zebeta)

Intinya, semua spectre yang ada di bawah kendali Kanaza telah dipanggil balik karena pemanggilnya
tidak memiliki energi sihir yang cukup lagi untuk memanggil mereka.

Energi sihir yang digunakan Zebeta untuk menjaga dirinya tetap terpanggil berasal dari kotak yang
menjadi wadah ‘Peninggalan Elks’, oleh sebab itu dia tidak menghilang seperti mereka. Akan tetapi
sekarang kotak itu telah rusak saat Kanaza jatuh tadu dan perlahan mulai kehabisan energi sihir
tersebut. Jadi tinggal menunggu waktu saja hingga Zebeta menghilang.

Akhirnya dia akan bebas. Zebeta sudah terjebak selama lebih dari lima ribu tahun bersama kotak itu
seperti jin lampu yang ada dalam sebuah dongeng. Dan ketika dia terbangun, dia malah harus
mematuhi perintah orang yang tingkahnya seperti anak kecil dan membuatnya harus melakukan
banyak hal yang tak berguna. Dia ingin menggerutu kepada Deborah yang telah memenjarakannya di
dalam kotak tersebut, tapi semua tak ada gunanya lagi saat ini.

“Masih ada beberapa gadis yang terperangkap di kediaman milik Kanaza. Kalian bisa membebaskan
mereka. Nah, sekarang sudah saatnya...” (Zebeta)

Zebeta yang sudah tak bisa mempertahankan keberadaannya lagi mulai menghilang bersama angin
malam. Akhirnya dia terbebas dari rantai yang telah mengikatnya selama lebih dari lima ribu tahun.

Saat angin telah berlalu, sudah tak ada lagi terlihat sosok Zebeta di sana.

“...Dia mengatakan apa yang ingin dia katakan dan seenaknya saja menghilang ya...”

“Rasanya sedikit mengecewakan.” (Sue)


“Yah, setidaknya kita telah berhasil memberantas akar permasalahannya, jadi tak masalah, kan?”
(Elze)

Elze kemudian berpaling kepada Kanaza yang sedang pingsan. Pria ini sudah tak punya kekuatan lagi.
Para bangsawan yang telah dia kendalikan juga sudah kembali normal, dan sang raja juga akan
segera tersadar di kemudian hari. Dia tak akan bisa mengelak dari hukuman mati. Tapi sebelum itu,
dia harus membayar seluruh kejahatan yang telah dilakukannya kepada para wanita.

Jika kau membayangkan soal para wanita yang telah dibuatnya menderita, maka hukuman mati
mungkin masih terdengar terlalu ringan.

Saat Kanaza membuka matanya, dia sedang berada di sebuah ruangan yang remang-remang. Saat
dia melihat ke sekelilingnya, dia sadar bahwa dia sedang terbaring di atas tempat tidur yang ada di
penjara bawah tanah. Dengan hilangnya kalung giok yang ada di lehernya, sudah jelas kalau dia telah
dicopot dari jabatannya dan dilempar ke penjara ini.

“Zebeta! Cepat tunjukkan dirimu, Zebeta!” (Kanaza)


Tak ada yang menjawab teriakan Kanaza. Dia mendecakkan lidahnya dan mencoba memanggil salah
satu makhluk panggilannya, namun tersadar kalau dia tak bisa menggunakan sihir. Sebagai penjara
bawah tanah yang masih digunakan, tentu saja tempat ini memiliki penangkal sihir.

“Sial! Para jalang sialan dari Brunhild itu! Ingat saja! Aku akan menyiksa dan membunuh kalian jika
lain kali kita bertemu lagi!” (Kanaza)

Kanaza mengumpat sendirian dalam tahanan dan tidak menyadari situasi macam apa yang saat ini
sedang dialaminya. Mungkin saja otaknya tidak bisa bekerja dengan baik akibat kemarahannya. Yah,
itu sudah biasa...

Tiba-tiba saja, Kanaza mendengar sebuah suara aneh dan membuatnya terdiam.

Bufuu—Bufuu— sepertinya itu adalah suara nafas seekor hewan.

Ada sesuatu di sana.

Akhirnya Kanaza menyadari bahwa ada seekor makhluk besar di pojok ruangan penjara.

“Se-Seekor kuda?” (Kanaza)

Sosok yang bisa terlihat di ruangan yang remang-remang itu memanglah sosok seekor kuda. Akan
tetapi kuda biasa tidak memiliki tanduk di keningnya. Itu bukanlah kuda biasa. Meskipun tanduknya
sedikit pendek, namun makhluk itu adalah seekor unicorn.

“Kenapa ada unicorn...” (Kanaza)

Rasa takut menghantui pikiran Kanaza dan membuatnya berdiri tersentak. Kalau membicarakan soal
unicorn, itu adalah seekor monster yang cukup jinak dan penurut terhadap gadis perawan, namun
akan menunjukkan sikap mengancam kepada pria.

Akan tetapi unicorn yang ada di hadapannya ini sama sekali tidak terlihat mengancam. Unicorn itu
hanya berdiri di sana memandang Kanaza. Entah kenapa Kanaza merasa tidak enak saat melihat
caranya memandangnya.

Unicorn itu perlahan mulai mendekat kepada Kanaza. Meskipun Kanaza ingin melarikan diri, namun
tidak ada banyak ruang di dalam ruang penjara ini. Pada akhirnya Kanaza berhasil terpojok ke sudut
ruangan.
“Hiii!” (Kanaza)

Unicorn tersebut menaruh salah satu tapaknya di dinding yang ada di belakang kepala Kanaza. Itu
adalah sebuah kabedon. Biasanya kau tak akan melihat unicorn melakukan kabedon. Ya, itu
bukanlah hal yang biasa dilakukan oleh unicorn.

“Aku lebih suka kalau dia memiliki sedikit otot, tapi yah... tak apalah. Begini juga bagus.” (Unicorn)

“Unicornnya bisa bicara?” (Kanaza)

Di hadapan Kanaza yang sedang kaget, unicorn itu kemudian meraih kerah baju Kanaza dengan
mulutnya lalu kemudian menarik bajunya. Dengan begitu Kanaza menjadi bertelanjang dada.

“Oho, ternyata tubuhmu bagus juga ya? Jadi kau adalah tipe yang terlihat kurus saat mengenakan
pakaian, ya? Bagus, bagus sekali, aku jadi senang!” (Unicorn)

“Hiii” (Kanaza)

Dadanya dijilat perlahan. Kanaza akhirnya menyadari kalau unicorn yang ada di depannya ini
bersikap aneh.

Ada apa? Kenapa bisa begini?

Sebelum dia bisa menyadarinya, celana beserta celana dalamnya pun dirobek. Untuk pertama
kalinya Kanaza merasakan bahaya mengancam tubuhnya.

“Ja-Jangan mendekat! Hentikan! Tolong hentikan!” (Kanaza)

“Tenang saja. Tidak akan sakit kok. Semua akan berakhir dalam sekejap.” (Unicorn)

“Apanya?” (Kanaza)
Unicorn tersebut kemudian mengejar Kanaza yang berlarian di dalam ruang tahanan sambil
telanjang. Kanaza bisa mendengar dengus nafas unicorn yang mulai semakin berat. Tak diragukan
lagi, unicorn itu pasti sedang sange.

“Zebeta! Zebetaaa! Cepat keluarlah!” (Kanaza)

“Siapa itu? Aku jadi merasa cemburu... aku akan membuatmu melupakannya!” (Unicorn)

“Tunggu—!” (Kanaza)

Pada hari itu, sebuah teriakan histeris bisa terdengar sepanjang hari dari penjara bawah tanah
Nokia.

Chapter 443 : Kunjungan Dewa Kehancuran dan Persiapan Pernikahan

“Begitu, jadi semuanya sudah diselesaikan dengan baik, ya.” (Touya)

“Ya. Karena kesehatan raja Nokia masih belum pulih, beliau memutuskan untuk mewariskan
tahtanya kepada putri pertama, Refia-sama. Adiknya, Pafia-sama juga akan membantunya sebagai
ajudannya.” (Yumina)

Aku menghela nafas lega saat mendengar laporan dari Yumina. Si Kanaza itu telah dijatuhi hukuman
mati dan semua orang yang dikendalikannya juga telah kembali normal.

[Peninggalan Elks] yang dimiliki oleh Kanaza juga telah dihancurkan oleh Putri.... maksudku, Ratu
Refia, agar kejadian yang sama tidak terulang kembali. Dia benar-benar melakukannya dengan
serius, kurasa dia tidak ingin ada Kanaza kedua atau ketiga yang muncul lagi.
“Yah, pokoknya, syukurlah kalian baik-baik saja.” (Touya)

“Ara, apa kau merasa khawatir?” (Rin)

Rin menatapku dengan senyum di wajahnya.

“EE... Eng, Enggak kok, aku yakin kalau kalian akan baik-baik saja... ya.” (Touya)

“Tuanku tak bisa tenang dan tidak bisa fokus saat para Nyonya sedang pergi. Setiap kali
smartphonenya berdering, Tuanku terus saja melihat nama orang yang menelpon dan selanjutnya
terlihat kecewa.” (Kohaku)

“Kohaku....” (Touya)

Kohaku yang sedang duduk di pangkuan Yumina mengatakan hal yang tidak perlu. Yah, memang sih
aku merasa sedikit khawatir karena mereka tidak menghubungiku sama sekali

Tunanganku yang lainnya yang juga sedang duduk di sekeliling meja bundar di teras pun melihat ke
arahku.Elze kemudian menghela nafas sambil tersenyum.

“Pengkhawatir sekali. Sudah kubilang kalau kami akan baik-baik saja, kan?” (Elze)

“Ah, eng... aku tahu... tapi karena tak ada satupun dari kalian yang tinggal, rasanya... bagaimana ya
mengatakannya... aku jadi tidak bisa tenang atau semacamnya...” (Touya)
Aku belum pernah merasakan hal seperti ini saat aku pergi sendirian sebelumnya. Hanya memikirkan
mereka tidak sedang berada di istana saja sudah membuatku khawatir. Bagaimana mungkin aku bisa
tidur saat mereka semua sedang bertarung? Pemikiran seperti itu kerap kali muncul di kepalaku dan
membuatku tidak mengantuk lagi. Aku sudah tak tahu lagi sudah berapa kali aku mengambil
smartphone milikku dan mencoba untuk menghubungi mereka.

Sekarang saat kupikirkan lagi, mungkin beginilah yang mereka rasakan selama ini... hal ini
membuatku jadi sadar.

“Yah, pihak Nokia sudah berjanji untuk meningkatkan hubungan diplomatik mereka dengan negara
lain, jadi kurasa semua sudah berakhir dengan bagus.”

“Degozaru-na. Omong-omong, Touya-dono, ada hal yang membuatku penasaran sejak tadi-de
gozaru ga...” (Yae)

Yae mengatakan itu sambil melirik ke arah sosok yang sedang duduk berseberangan dengan Tokie
obaa-chan. Yah, wajar saja sih...

“Kau terlihat baik-baik saja ya. Kupikir kau sudah mati, nenek ruang waktu.” (???)

“Fufufu. Sepertinya ada yang salah dengan kepalamu ya, bocah tengik. Apa mulutmu itu mau
kujahit?” (Tokie obaa-chan)

Jika kau hanya mendengarkan percakapan mereka, yang bisa kau dengar hanyalah kalimat umpatan
dan saling mengejek. Tapi karena mereka mengatakannya sambil tersenyum, berarti hal ini sudah
biasa terjadi di antara mereka berdua.
Meskipun Tokie obaa-chan memanggil lawan bicaranya dengan sebutan ‘bocah tengik’, namun
penampilan orang itu sama sekali tidak terlihat seperti seorang bocah.

Umurnya sendiri terlihat hampir mendekati umur Obaa-chan, akan tetapi tubuhnya dipenuhi dengan
otot kekar. Mungkin dia bisa menjadi rival pak tua Baba. Dengan mata, rambut dan janggut yang
berwarna hitam, membuatku berpikir kalau dia adalah orang Jepang. Terlebih lagi dia memakai
pakaian mirip samue dan sendal.

“Apa orang itu juga ada hubungannya dengan para dewa?” (Linze)

“Um, yah... aku juga tidak menyangka kalau beliau akan turun ke sini...” (Touya)

Aku menjawab pertanyaan Linze dengan senyum yang terpaksa.

“Jadi, beliau itu dewa apa?” (Hilda)

“Etto... um... Dewa Kehancuran.” (Touya)

“Kehan—“ (Hilda)

Saat aku menjawab pertanyaan Hilda, mereka semua pun mendadak terdiam di tempat. Tuh, kan,
seperti yang kuduga.

Rue kemudian menaruh cangkir tehnya dengan tangan gemetar, lalu bertanya...
“La-Lalu, ada urusan apa Dewa Kehancuran turun ke sini...” (Rue)

“Sepertinya dia ingin menyampaikan sesuatu padaku. Tapi saat dia baru tiba di sini, dia langsung
meminta alkohol, jadi kuberikan saja dan akhirnya malah jadi seperti ini.” (Touya)

Di meja yang ada di hadapan Dewa Kehancuran ada sebotol besar sake beserta cangkirnya. Dan
meskipun aku tak perlu mengatakan ini, tapi Suika juga sedang duduk di sebelahnya sambil
menemaninya minum.

“Jangan katakan kalau dia... ingin mengisi posisi sebagai ayah Touya-san atau semacamnya...”
(Yumina)

“Jadi Dewa Kehancuran adalah ayah mertua kita?” (Sakura)

“Kedengarannya kuat sekali...” (Sue)

“Tidak, bukan begitu...”

Kurasa tidak... soalnya aku telah menolak seseorang yang ingin mengisi posisi itu sebelumnya. Paling
tidak mungkin dia akan menjadi pamanku yang lain. Meski begitu aku tidak bisa membayangkan
Dewa Pertanian, Kousuke ojii, bersaudara dengan Dewa Kehancuran. Lagian umur dan penampilan
mereka juga terlalu jauh untuk menjadi saudara...

Ah, Tokie obaa-chan memanggilku.

“Aku pergi untuk berbicara dengan mereka sebentar.” (Touya)


“Semoga berhasil...” (Yae)

“Tidak, tidak... aku cuma akan berbicara dengan mereka saja kok.” (Touya)

Aku pun segera mendekat ke meja para dewa sambil menerima dukungan dari Yae.

“Duduklah.” (Tokie obaa-chan)

Aku pun duduk di sebelah obaa-chan setelah disuruh olehnya. Tepat di hadapanku duduk Dewa
Kehancuran, yang sedang menenggak botol sakenya.

“Apa kau juga mau minum?” (Dewa Kehancuran)

“Ah, tidak, aku tidak terlalu suka alkohol.” (Touya)

“Hm.” (Dewa Kehancuran)

Setelah mengatakan itu, Dewa Kehancuran membariskan beberapa botol sake dan meminumnya
sekaligus.
“Ada satu hal yang ingin kubicarakan denganmu. Kau... apa kau mau menjadi penerusku?” (Dewa
Kehancuran)

“Eh?” (Touya)

Menjadi penerus.... maksudnya?

“Aku bertanya apa kau ingin meneruskan posisiku sebagai Dewa Kehancuran.” (Dewa Kehancuran)

“Eh? Tidak tidak... kenapa aku?” (Touya)

Kenapa beliau bertanya apakah aku ingin menjadi Dewa Kehancuran atau tidak? Apa mungkin para
dewa sedang kekurangan personil?

“Aku tidak memintamu untuk menjadi penerusku sekarang juga. Hanya menawarkan posisi setelah
aku pensiun nanti. Jujur saja kau punya potensi. Kau ini terlihat seperti orang berdarah dingin yang
bisa menghancurkan sebuah dunia.” (Dewa Kehancuran)

Eh, eng, meskipun kau mengatakan itu... aku menjadi Dewa Kehancuran sudah bukan lelucon lagi.
Lagian, apa maksudmu dengan “orang berdarah dingin yang bisa menghancurkan dunia”? Apa kau
pikir aku ini iblis atau semacamnya?
“Kau akan mendapat banyak keuntungan jika menjadi Dewa Kehancuran loh. Kau tak akan punya
kesibukan kecuali ada suatu insiden yang terjadi. Selain itu kau tidak bisa diperintah oleh dewa lain.
Karena kau diberikan beberapa otonomi khusus, kau juga bisa menghancurkan dunia yang tidak kau
senangi.” (dewa kehancuran)

“Kenapa kau bisa mengatakan hal seperti itu dengan entengnya?” (Touya)

Gawat, nih dewa sepertinya sering melakukan apapun seenaknya saja.

“Jangan salah paham. Meski begitu, keberadaan Dewa Kehancuran sangat dibutuhkan. Dunia-dunia
yang telah lepas dari manajemen para dewa akan menjadi dunia yang berbahaya bagaikan neraka.
Kita perlu seseorang yang bertugas untuk menghancurkan dunia seperti itu. Lagian itu juga
diperlukan untuk membuat dunia baru.” (Tokie obaa-chan)

Eh, benarkah? Apa itu sama dengan ‘penciptaan selalu didahului oleh kehancuran?’

“Yah, pikirkan saja dulu. Masih belum terlambat saat dunia ini berakhir.”

“Jangan mengatakan hal yang mengerikan seperti itu dong!” (Touya)

Mana mungkin aku akan membiarkan dunia ini berakhir dengan mudahnya. Yah... meski kami baru
saja mengelak dari kehancuran dunia berkat kerja keras semua orang sih.

Dewa Kehancuran menghabiskan semua sake di botolnya kemudian berdiri.

“Baiklah, urusanku di sini sudah selesai, mungkin sudah saatnya mengunjungi bar. Dewa Alkohol,
tunjukkan jalannya.” (Dewa Kehancuran)
“Ooh! Ah, Touya onii-chan, minta uang dong.” (Suika)

“Aku yang bayar?” (Touya)

Buruan balik dong! Memikirkan bagaimana Dewa Kehancuran berjalan di atas dunia ini rasanya
sangat mengkhawatirkan.

Meski begitu, dia bilang kalau dia akan kembali besok, dan kalau aku tidak memberi mereka uang,
rasanya mereka pasti akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan minuman. Jadi dengan
berat hati aku memberi mereka uang. Eh... bukankah ini malah terkesan seperti aku diancam agar
memberi mereka uang?

Aku memberi Suika sejumlah uang dan mengingatkannya agar segera memanggilku jika sesuatu
terjadi. Kuharap sesuatu itu adalah hal yang masih bisa kuselesaikan...

Meskipun Dewa Kehancuran juga seharusnya terikat pada peraturan selama berada di atas dunia—
dengan kata lain dia tidak bisa menggunakan banyak kekuatan surgawinya—kuharap dia tidak
mencari alasan bodoh seperti lupa karena saat itu dia sedang mabuk atau semacamnya. Jadi mabuk
bukan berarti kau tidak bersalah atas kejahatan yang kau perbuat.

Seperti mengatakan ‘aku tidak ingat karena waktu itu aku mabuk’ setelah memaki dan menghajar
orang lain dalam keadaan mabuk. Bisa dimaklumi kalau itu adalah pertama kalinya kau mabuk, tapi
kalau kau sadar akan berlaku kasar saat sedang mabuk, lebih baik kau tidak minum sejak awal, kan?

Pada akhirnya orang-orang seperti itu hanya mau melempar kesalahan pada alkohol yang mereka
minum. Aku jadi merasa tidak enak pada mereka yang bekerja keras untuk membuat alkohol
tersebut agar bisa dinikmati oleh orang lain.

Yah, tak ada gunanya menceramahi Suika soal masalah ini.

Bersama dengan Dewa Kehancuran, Suika pun keluar dari ruangan sambil melompat-lompat kecil.
Kurasa setelah ini mereka akan berkeliling mengunjungi bar yang ada di kota. Mungkin aku harus
menghubungi End untuk berjaga-jaga. Kalau mereka tak sengaja bertemu, Takeru ojii mungkin akan
memaksanya ikut juga. Kurasa kemungkinannya kecil sih, tapi untuk jaga-jaga saja.

Ironisnya, hal itu menjadi kenyataan.

Bukan hanya Takeru ojii, Karen nee-san, Moroha nee-san, Kousuke ojii, Karina nee-san dan Sousuke
nii-san juga. End mengatakan kepadaku kalau itu sudah menjadi pesta mengerikan yang kesemua
pesertanya adalah dewa. Dia juga bilang kalau dia tak bisa minum sama sekali karena suasananya.

“Padahal aku sudah berkali-kali meneleponmu, Touya, kau mematikan smartphone-mu, kan?” (End)

“Satu korban sudah cukup.” (Touya)

“Dasar tidak berperikemanusiaan!” (End)

Aku juga punya banyak urusan yang perlu diselesaikan. Aku tak punya waktu untuk menemani para
dewa melakukan apa yang mereka inginkan.

“Uuuuuum....” (Touya)

Aku kebingungan sambil duduk di ruanganku mencari berbagai hal di beberapa situs di smartphone-
ku.
Aku sedang meriset berbagai topik karena sebentar lagi kami akan melangsungkan acara pernikahan.
Sepertinya di bumi, ada banyak sekali hal yang perlu dipersiapkan sebelum menikah.

Yah, bukan berarti aku harus melakukannya seperti yang orang lakukan di bumi sih.

Sebagai catatan, inilah beberapa “Hal yang perlu dilakukan sebelum menikah” :

· Melamar (tentu saja)

· Mengunjungi orang tua mempelai dan mendapat restu mereka.

· Memutuskan tanggal dan lokasi acara pernikahan.

· Memilih cincin pertunangan

· Menentukan tempat tinggal kami nanti

· Menentukan tempat bulan madu.

· Menentukan acara dan berbagai detil resepsi pernikahan.

· Membuat daftar tamu undangan.

· Melapor kepada atasan tempatmu bekerja

· Menentukan gaun pernikahan.

· Memilih cinderamata
· Membuat undangan

· Mempersiapkan foto dan video

· Menu makanan saat pernikahan dan resepsi

· Menentukan lokasi dan koordinator acara seusai pernikahan

· Memesan karangan bunga

· Menentukan urutan tempat duduk

· Menentukan siapa yang bertanggung jawab menangani resepsi dan membawakan pidato

· Mempersiapkan cincin pernikahan.

· Latihan makeup dan setelan gaya rambut

· Mengambil foto pre-wed

· Mempersiapkan surat untuk mempelai.

· Dan lain-lain

Aku mengerti kalau ini adalah acara sekali seumur hidup, tapi tetap saja...

Yah, dalam kasusku, lokasinya sudah pasti di istana, dan tempat tinggal kami juga adalah istana ini.
Tempat kerjaku juga di sini.

Terlebih lagi, bukan berarti aku harus mempersiapkannya seorang diri. Perdana Menteri kami,
Kousaka-san, dan juga kepala pelayan Laim-san juga akan ikut membantuku.
Meski begitu masih banyak hal yang harus kulakukan.

“Pertama-tama soal cincin pernikahan. Aku sudah memberi mereka cincin tunangan, mungkin untuk
cincin pernikahan sebaiknya memiliki desain yang lebih simpel dan tidak mengganggu kegiatan
sehari-hari. Orichalcum warnanya lebih ke emas dan terlihat sangat mencolok, jadi kurasa aku akan
menggunakan mithril yang berwarna perak dan terlihat lebih elegan.” (Touya)

Dan sepertinya mithril juga bahan yang biasa digunakan oleh keluarga kerajaan dan bangsawan kelas
atas. Meski terkadang ada kasus dimana seorang raja memnggunakan orichalcum sedangkan
ratunya menggunakan mithril sih.

Aku pun merencanakan pembuatan cincin pernikahan menggunakan [Modelling] dalam pikiranku.

“Setelah itu, bulan madu...” (Touya)

Sebenarnya aku sudah punya rencana soal itu. Aku ingin mempertemukan mereka semua dengan
orang tua asliku saat aku menikah nanti.

Tentu saja, karena aku telah dianggap mati di bumi, jadi aku harus menggunakan cara khusus seperti
“ini adalah mimpi” dan semacamnya.

Ada juga perasaan ingin menunjukkan dunia tempatku lahir kepada mereka semua.

Jika aku menggunakan kekuantan surgawiku untuk melakukan [Dimensional Transfer], maka kami
pasti bisa pergi ke bumi saat ini juga.
Jujur saja, mungkin hal inilah yang paling membuatku senang saat menjadi dewa. Soalnya aku
awalnya sudah tak bisa lagi kembali ke bumi, kan.

“Yah, yang pertama adalah menikah dulu.” (Touya)

Tentu saja ini bukanlah pernikahan biasa. Para pemimpin dari berbagai negara akan hadir. Tentu
saja, kami juga harus mempertimbangkan soal keamanan untuk acara seperti itu. Tapi lebih dari itu,
tak mungkin kami bisa membuat acaranya memalukan di hadapan tamu penting seperti mereka.

Kalau membicarakan soal itu, tentu saja martabat Brunhild akan bergantung pada kesuksesan
acaranya. Aku tak masalah jika orang-orang menertawaiku, tapi aku tidak bisa membiarkan mereka
menertawakan Yumina dan yang lainnya yang telah bekerja keras demi acara ini.

Oleh sebab itu, aku akan mengerahkan seluruh kemampuanku demi acara ini. Kousaka-san akan
bertanggung jawab dalam memilih tamu undangan, tapi aku juga punya daftar tamu undangan yang
perlu kupertimbangkan.

“Dewa Kekuatan... adalah paman tetangga yang bangga atas kekuatannya. Dewa Kacamata... paman
tetangga yang suka kacamata...” (Touya)

Aku mencatat hal itu di smartphone milikku. Aku mengerti apa yang ingin kalian katakan, tapi ini
sudah yang terbaik yang bisa kulakukan, oke? Membuat catatan profil bagi para dewa seperti ini saja
sudah sangat membuatku pusing... bukan berarti aku malas memikirkannya, oke?

“Uwah!” (Touya)
Smartphone di tanganku tiba-tiba berdering. Lapis-san, ya...

“Ya, halo?” (Touya)

“Yang Mulia, Zanack-dono telah datang untuk menemui Anda. Dia mengatakan kalau baju
pengantinnya telah selesai.” (Lapis)

“Ah, oke. Aku akan segera ke sana.” (Touya)

Aku pun mengakhiri telepon setelah memberitahukan hal itu. Yang dimaksud bukan milikku, tapi
milik para pengantinku.

Aku segera mengirim pesan grup kepada yang lainnya. Ini lebih cepat daripada harus memanggil
mereka satu persatu.

Kemudian aku membereskan mejaku dan segera pergi meninggalkan ruangan. Saat aku memasuki
ruang ganti yang berada di sebelah ruang penyimpanan pakaian, para tunanganku sudah berada di
sana dan bersama para maid, sedang mengecek gaun pengantin yang telah mereka terima dari
Zanack-san. Cepat sekali mereka.

Tapi yah, ini memang sebuah pemandangan yang menakjubkan saat melihat sembilan buah gaun
pengantin serba putih di bariskan di hadapanmu seperti ini.

“Apa aku boleh mencoba menyentuhnya?” (Touya)

“Apa kau sudah mencuci tanganmu terlebih dahulu?” (Elze)


“Sudah. Sudah.” (Touya)

Aku dengan perlahan menyentuh gaun pengantin milik Elze. Bahannya seperti kain jaring. Sangat
lembut dan ringan saat di sentuh. Dan sepertinya gaun ini juga berbeda dari milik Linze yang ada di
sebelahnya.

“Apa semuanya dibuat dengan bahan yang berbeda?” (Touya)

“Tentu saja. Semua gaun ini memiliki karakteristik masing-mmasing, dan dibuat oleh ahlinya dengan
mempertimbangkan bahan yang paling cocok dengan desainnya. Ini adalah produk [Raja Fashion
Zanack] buat dengan segenap kemampuan kami.” (Zanack)

Zanack-san membusungkan dadanya sambil terlihat bangga. Tokonya sudah menjadi sangat besar
dibandingkan dengan saat pertama kali aku bertemu dengannya dulu. Dia bahkan telah membuka
cabang di Rifurizu dan Regulus.

Selain diriku, Yumina dan yang lainnya juga sering memakai pakaian dari toko Zanack-san. Yah,
semuanya merupakan desain yang meniru pakaian di bumi sih. Dan para pemimpin negara yang
melihat mereka saat konferensi dunia langsung memesan pakaian yang sama ke toko Zanack-san,
dan membuatnya memiliki koneksi dengan para bangsawan dari negara lain. Setelah itu toko
miliknya bisa berkembang dengan sangat mudah.

“Sekarang kami akan melakukan pengecekan terakhir soal ukuran dan detail lainnya, jadi bisakah
para tuan yang ada di sana segera keluar dari ruangan?” (Lapis)

“Ah.” (Touya)
Mengikuti perintah dari kepala maid kami, Lapis-san, aku dan juga Zanack-san pun segera diusir dari
ruangan. Yah, apa boleh buat.

Saat aku berbincang dengan Zanack-san sambil duduk di kursi yang diletakkan di koridor, aku
mengetahui bahwa akhir-akhir ini Zanack-san telah mulai menggunakan ristleting di desain pakaian
yang dibuatnya. Jujur saja aku kaget mendengarnya.

“Darimana kau mengetahui teknik itu?” (Touya)

“Hahaha, apa yang Anda maksud. Bukankah benda itu ada di pakaian yang Anda berikan kepada saya
saat pertama kali kita bertemu, Yang Mulia?” (Zanack)

Ah. Ahh! Benar juga! Ada ristleting di celana seragam sekolahku!

Guh... rasanya sedikit menyebalkan saat mengetahui kalau dia mendapat teknologi itu dari
selangkanganku...

Sepertinya dia telah meminta bantuan para dwarf untuk membuat bagian besinya. Luar biasa sekali.

Saat kami sedang membicarakan lebih lanjut soal ristleting itu, pintu ruang ganti pun terbuka dan
semua tunanganku keluar dari ruangan.

“Eh? Kalian tidak akan menunjukkan padaku penampilan kalian saat mengenakan gaunnya?” (Touya)

“Hal seperti itu sebaiknya disimpan sampai acaranya nanti. Bukankah begitu lebih seru?” (Yumina)
Yumina tersenyum jahil. Kuh. Yah, apa boleh buat. Aku akan sabar menunggu sampai harinya tiba.

“Yang Mulia~, kita juga harus mencocokkan pakaian Yang Mulia. Jadi mohon segera ke sini~” (Cecil)

Salah satu maid kami, Cecil-san, mengintip dari balik pintu dan memanggilku. Ah, aku juga ya...

Aku telah memesan desain yang sesimpel mungkin, tapi aku masih belum melihat bagaimana
hasilnya. Semoga saja tidak senorak yang waktu itu. Yang penting jangan memakai bahan kain
lame....

(tln : https://id.wikipedia.org/wiki/Lam%C3%A9_(kain) )

Yah, terserahlah. Lagian pemeran utama acara adalah pengantin wanita. Pengantin pria tak lebih
dari sekedar pemeran pendukung...

Setelah mengatakan hal itu, aku pun menghela nafas dan masuk ke ruang ganti...

Anda mungkin juga menyukai