Anda di halaman 1dari 13

Makalah

Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn)

IDENTITAS NASIONAL DALAM KEKINIAN

Oleh :
1. Weynand Kofes Wamaer 702014010
2. Hosea Elsafan 682014061
3. Nias Wenda 682014116
4. Muhammad Ainun Najib 682014124
5. Bagas Adjie Wicaksono 672014058
6. Muhamad Fahriza 672014255

Fakultas Teknologi Informasi


Universitas Satya Wacana
Salatiga, Jawa Tengah
Tahun 2015/2016
LATAR BELAKANG
I. Gambaran Umum
a. Identitas Nasional
Setiap bangsa memiliki karakter dan identitasnya masing-masing. Apabila
mendengar kata Barat, tergambar masyarakat yang individualis, rasional, dan
berteknologi maju. Mendengar kata Jepang tergambar masyarakat yang
berteknologi tinggi namun tetap melaksanakan tradisi ketimurannya. Bagaimana
dengan Indonesia? Orang asing yang datang ke Indonesia biasanya akan terkesan
dengan keramahan dan kekayaan budaya kita.
Identitas nasional (national identity) adalah kepribadian nasional atau jati
diri nasional yang dimiliki suatu bangsa yang membedakan bangsa satu dengan
bangsa yang lain (Tim Nasional Dosen Pendidikan Kewarganegaraan, 2011: 66).
Ada beberapa faktor yang menjadikan setiap bangsa memiliki identitas yang
berbeda-beda. Faktor-faktor tersebut adalah: keadaan geografi, ekologi, demografi,
sejarah, kebudayaan, dan watak masyarakat.
Faktor yang membedakan Indonesia dengan negara lain yaitu memiliki
letak geografis Diantara samudra hindia & samudra pasifik ; diantara benua asia &
benua asutralia, dan Demografis Negara kepulauan terbesar didunia 13.466 pulau,
ekologis Negara tropis (hanya dua musim) & memiliki kekayaan alam, sejarah
memiliki kekayaan rempah-rempah & menjadi pusat peyiaran berbagai agama;
Negara yang pernah dijajah portugis, belanda & jepang, dan memiliki karakter
masyarakat ras asli astronesia & melanesia ; masyarakat yang terbuka & ramah ;
memiliki watak yang beragam sesuai daerahnya ; masyarakat sosial.
Masyarakat Indonesia mempunyai kecenderungan membuat perkumpulan-
perkumpulan apabila mereka berada di luar daerah, misalnya: Persatuan Mahasiswa
Sulawesi, Riau, Aceh, Kalimantan, Papua dan lain-lain di Yoggjakarta . Ikatan
kelompok ini akan menjadi lebih luas jika masyarakat Indonesia di luar negeri.
Ikatan emosional yang terbentuk bukan lagi ikatan kesukuan, tetapi ikatan
kebangsaan. Masyarakat Indonesia jika berada di luar negeri biasanya mereka akan
membuat organisasi paguyuban Indonesia di mana mereka tinggal. Inilah ciri khas
Bangsa Indonesia yang bisa membangun identitas nasional. Nasional dalam hal ini
adalah dalam konteks bangsa (masyarakat), sedangkan dalam konteks bernegara,
identitas nasional bangsa Indonesia tercermin pada: bahasa nasional, bendera, lagu
kebangsaan, lambing negara gambar Garuda Pancasila dan lain-lain.
Selain faktor-faktor yang sudah menjadi bawaan sebagaimana disebut di
atas, identitas nasional Indonesia juga diikat atas dasar kesamaan nasib karena
sama-sama mengalami penderitaan yang sama ketika dijajah. Kemajemukan
diikat oleh kehendak yang sama untuk meraih tujuan yang sama yaitu
kemerdekaan. Dengan demikian ada dua faktor penting dalam pembentukan
identitas yaitu faktor primordial dan faktor kondisional. Faktor primordial
adalah faktor bawaan yang bersifat alamiah yang melekat pada bangsa tersebut,
seperti geografi, ekologi dan demografi, sedangan faktor kondisional adalah
keadaan yang mempengaruhi terbentuknya identitas tersebut. Apabila bangsa
Indonesia pada saat itu tidak dijajah oleh Portugis, Belanda dan Jepang bisa
jadi negara Indonesia tidak seperti yang ada saat ini.
Identitas nasional tidak bersifat statis namun dinamis. Selalu ada kekuatan
tarik menarik antara etnisitas dan globalitas. Etnisitas memiliki watak statis,
mempertahankan apa yang sudah ada secara turun temurun, selalu ada upaya
fundamentalisasi dan purifikasi, sedangkan globalitas memiliki watak dinamis,
selalu berubah dan membongkar hal-hal yang mapan, oleh karena itu, perlu
kearifan dalam melihat ini. Globalitas atau globalisasi adalah kenyataan yang
tidak mungkin dibendung, sehingga sikap arif sangat diperlukan dalam hal ini.
Globalisasi itu tidak selalu negatif. Kita bisa menikmati HP, komputer,
transportasi dan teknologi canggih lainnya adalah karena globalisasi, bahkan
kita mengenal dan menganut enam agama (resmi pemerintah) adalah proses
globalisasi juga. Sikap kritis dan evaluatif diperlukan dalam menghadapi dua
kekuatan itu. Baik etnis maupun globalisasi mempunyai sisi positif dan negatif.
Melalui proses dialog dan dialektika diharapkan akan mengkonstruk ciri yang
khas bagi identitas nasional kita.
Dalam masyarakat berkembang atau masyarakat Dunia Ketiga, pada
umumnya menghadapi tiga masalah pokok yaitu nation-building, stabilitas
politik dan pembangunan ekonomi. Nation-building adalah masalah yang
berhubungan dengan warsian masa lalu, bagaimana masyarakat yang beragam
berusaha membangun kesatuan bersama. Stabilitas politik merupakan masalah
yang terkait dengan realitas saat ini yaitu ancaman disintegrasi. Sedangkan
masalah pembangaunan ekonomi adalah masalah yang terkait dengan masa
depan yaitu (dalam konteks Indonesia) masyarakat adil dan makmur
(Darmaputra, 1988: 5).
Para pendiri bangsa melalui sidang BPUPKI berusaha menggali nilai-nilai
yang ada dan hidup dalam masyarakat, nilai-nilai yang existing maupun nilai-
nilai yang menjadi harapan seluruh bangsa. Melalui pembahasan yang didasari
niat tulus merumuskan pondasi berdirinya negara ini maka muncullah
Pancasila. Dengan demikian karena Pancasila digali dari pandangan hidup
bangsa, maka Pancasila dapat dikatakan sebagai karakter sesungguhnya bangsa
Indonesia.
Keberadaan bangsa Indonesia tidak lahir begitu saja, namun lewat proses
panjang dengan berbagai hambatan dan rintangan. Kepribadian, jati diri serta
identitas nasioanl Indonesia dapat dilacak dari sejarah terbentuknya bangsa
Indonesia dari zaman kerajaan Kutai, Sriwijaya serta kerajaan-kerajaan lain
sebelum kolonialisme dan imperialisme masuk ke Indonesia. Nilai-nilai
Pancasila sudah ada pada zaman itu, tidak hanya pada era kolonial atau pasca
kolonial. Proses terbentuknya nasionalisme yang berakar pada budaya ini
menurut Mohammad Yamin diistilahkan sebagai fase nasionalisme lama
(Kaelan, 2007: 52).
Pembentukan nasionalisme modern menurut Yamin dirintis oleh para tokoh
pejuang kemerdekaan dimulai dari tahun 1908 berdirinya organisasi
pergerakan Budi Utomo, kemudian dicetuskannya Sumpah Pemuda pada tahun
1928. Perjuangan terus bergulir hingga mencapai titik kulminasinya pada
tanggal 17 Agustus 1945 sebagai tonggak berdirinya negara Republik
Indonesia (Kaelan, 2007: 53). Indonesia adalah negara yang terdiri atas banyak
pulau, suku, agama, budaya maupun bahasa, sehingga diperlukan satu pengikat
untuk menyatukan keragaman tersebut. Nasionalisme menjadi syarat mutlak
bagi pembentukan identitas bangsa.

b. Kekinian
Kekinian menurut kamus besar bahasa indonesia dapat diartikan sebagai
keadaan kini atau sekarang. Dalam hal ini kami mengartiakan Kekinian sebagai
Politik Identitas yang terjadi pada era reformasi atau globalisasi.
Pada era reformasi, kebebasan berpikir, berpendapat dan kebebasan lain
dibuka. Dalam perkembangannya kebebasan (yang berlebihan) ini telah
menghancurkan pondasi dan pilar-pilar yang pernah dibangun oleh pemerintah
sebelumnya. Masyarakat tidak lagi kritis dalam melihat apa yang perlu diganti
dan apa yang perlu dipertahankan. Ada euphoria untuk mengganti semua.
Perkembangan lebih lanjut adalah menguatnya wacana hak asasi manusia dan
otonomi daerah yang memberikan warna baru bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara yang menunjukkan sisi positif dan negatifnya.
Sebagai negara –bangsa (National State), perbedaan-perbedaan tersebut
harus dilihat sebagai realitas yang wajar dan niscaya. Perlu dibangun jembatan-
jembatan relasi yang menghubungkan keragaman itu sebagai upaya
membangun konsep kesatuan dalam keragaman. Kelahiran Pancasila diniatkan
untuk itu yaitu sebagai alat pemersatu. Keragaman adalah mozaik yang
mempercantik gambaran tentang Indonesia secara keseluruhan. Idealnya dalam
suatu negara-bangsa, semua identitas dari kelompok yang berbeda-beda itu
dilampaui, idealitas terpenting adalah identitas nasional (Bagir, 2011: 18).
Politik identitas bisa bersifat positif maupun negatif. Bersifat positif berarti
menjadi dorongan untuk mengakui dan mengakomodasi adanya perbedaan,
bahkan sampai pada tingkat mengakui predikat keistimewaan suatu daerah
terhadap daerah lain karena alasan yang dapat dipahami secara historis dan
logis. Bersifat negatif ketika terjadi diskriminasi antar kelompok satu dengan
yang lain, misalnya dominasi mayoritas atas minoritas. Dominasi bisa lahir dari
perjuangan kelompok tersebut, dan lebih berbahaya apabila dilegitimasi oleh
negara. Negara bersifat mengatasi setiap kelompok dengan segala kebutuhan
dan kepentingannya serta mengatur dan membuat regulasi untuk menciptakan
suatu harmoni (Bagir, 2011: 20).

II. Problem Statement


1. Jelaskan mengapa Pluralitas merupakan identitas Nasional ?
2. Jelaskan, apakah masih relevan nilai-nilai Pancasila dalam era globalisasi ?
3. Analisa kasus penyerangan jamaah Ahamdiyah. Apa Ahmadiyah merupakan
identitas nasional dalam kasus tersebut? Jelaskan! Dan bagaimana seharusnya
warga negara & negara menghargai identitas nasional belajar dari kedua kasus
tersebut ?
PEMBAHASAN
1. Mengapa Pluralitas Merupakan Identitas Nasional
Pluralitas dalam kbbi memuat arti kata Plural yang berarti jamak atau lebih
dari satu, Seperti apa yang telah dijelaskan pada gambaran umum diatas bahwa
indonesia memiliki keunikan. Jika dilihat dari konteks kebangsaan yaitu Indonesia
memiliki Lebih dari 500 suku bangsa, Bermacam-macam bahasa, Banyak agama
termasuk agama etnis, Banyak budaya & adat istiadat, Memiliki varian berperilaku
sosial yang disatukan dalam Bhineka Tunggal ika dan Dasar Negara kita yaitu
Pancasila. Hal ini yang membuat Pluralitas menjadi Identitas Nasional Indonesia.
Jika di Analogikan kesatuan itu dapat digambarkan seperti tubuh manusia
yang terdiri atas kepala, badan, tangan dan kaki, yang meskipun masing-masing
organ tersebut berbeda satu sama lain, namun keseluruhan organ tersebut
merupakan kesatuan utuh tubuh manusia. Itulah gambaran utuh kesatuan bangsa
Indonesia yang diikat dengan semboyan Bhinneka Tungkal Ika, meskipun berbeda-
beda namun tetap satu, sebagai dasar kehidupan bersama ditengah kemajemukan
dan di kuatkan oleh Pancasila yang dibentuk dari varian perilaku sosial dari setiap
suku bangsa yang ada di Indonesia.

2. Nilai-Nilai Relevan Pancasial Di Era Globalisasi


Pancasila di era globalisasi, tidak terlepas dari peran pancasila sendiri
sebagai Dasar negara dan Ideologi negara Indonesia untuk menuntun warganya
dalam menaati pelaksanaan atau perintah-perintah yang berada dalam isi Pancasila
itu sendiri sebagai pedoman bermasyarakat dan bernegara yang baik dan peraturan
nyang ditaati bersama. Pancasila disepakati sebagai sumber dari segala sumber
hukum. Namun tak sebatas itu, termasuk juga sebagai nilai budaya yang menjiwai
setiap gerak langkah rakyatnya. Bangsa Indonesia mampu memaknai atau
memahami sumber dasarnya itu sendiri. Akan tetapi yang menjadi permasalahan
saat ini adalah semakin lama pemahaman terhadap nilai – nila pancasila justru
semakin memudar, oleh karena itu sepertinya kita perlu mempelajari kembali akan
nilai yang terkandung didalam pancasila. Pengaruh masuknya budaya asing di
tengah kehidupan masyarakat yang selalu dikuti tanpa adanya penyaringan kaidah
merupakan salah satu penyebab semakin terkikisnya rasa nasionalisme bangsa
Indonesia.
Demikian juga pada era sekarang, ada banyak kalangan yang bersikukuh
untuk mengganti ideologi yang telah sesuai dengan kondisi alam dan budaya
Indonesia itu, dengan ideologi baru, termasuk dari kelompok-kelompok garis keras.
Pancasila itu menggambarkan Indonesia, Indonesia yang penuh dengan nuansa
plural, yang secara otomatis menggambarkan bagaiaman multikulturalnya bangsa
kita. Ideologi pada dasarnya adalah suatu kesadaran kemanusiaan yang lahir dan
terbentuk karena diakibatkan adanya gesekan-gesekan kepentingan. Karena itu,
ideologi mesti mencerminkan dan harus relevan dengan kepentingan kelas sosial.
Boleh jadi Pancasila relevan dengan kepentingan masyarakat Indonesia pada saat
ideologi itu dibuat oleh para founding father.
Akan tetapi, saat Pancasila berbenturan dengan arus globalisasi, maka
ideologi dirasakan tak cukup lagi dapat mengakomodasi berbagai kepentingan
masyarakat Indonesia. Globalisasi juga menjadikan hubungan interpersonal kini tak
dibatasi lagi dengan letak geografis. Hubungan itu dapat dilakukan lewat dunia
maya, internet, telepon genggam, jaringan TV kabel, dan sebagainya. Dan
globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan
keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia.
Pancasila terlahir dalam nuansa perjuangan dengan melihat pengalaman dan
gagasan-gagasan bangsa lain, tetapi tetap berakar pada kepribadian dan gagasan-
gagasan bangsa Indonesia sendiri. Oleh sebab itu, Pancasila bisa diterima sebagai
dasar negara Indonesia merdeka. Sejarah telah mencatat, kendati bangsa Indonesia
pernah memiliki tiga kali pergantian UUD, tetapi rumusan Pancasila tetap berlaku
di dalamnya. Jangan lagi menjadikan Pancasila sekadar rangkaian kata-kata indah
tanpa makna. Untuk mangatasi dampak-dampak negative akibat globalisasi,
Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar Negara harus tetap menjadi pijakan
dalam bersikap. Karena pancasila dijadikan sebagai dasar Negara maka memiliki
posisi yang abadi dalam jiwa bangsa Indonesia. Pancasila bertugas menyaring
segala pengaruh yang datang dari luar Bangsa Indonesia harus memilah mana yang
baik dan mana yang buruk dari pengaruh globalisasi sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila. Dengan demikian, di era globalisasi seperti sekarang ini peran
pancasila tentulah sangat penting untuk tetap menjaga eksistensi kepribadian
bangsa Indonesia.
Dengan adanya globalisasi batasan-batasan diantara negara seakan tak
terlihat, sehingga berbagai kebudayaan asing dapat masuk dengan mudah ke
masyarakat. Sebagai konsekuensi dari hal tersebut, tentunya akan terjadi berbagai
perubahan dalam masyarakat Indonesia, baik perubahan yang bersifat positif
maupun perubahan yang bersifat negatif. Pengamalan Pancasila dalam kehidupan
sosial sehari-hari. Pada kenyataannya nilai-nilai Pancasila yang terkandung di
dalamnya sering diabaikan bahkan belum ditaati sebagaimana mestinya. Apalagi
mengingat perkembangan zaman yang semakin pesat, kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi yang semakin pesat tersebut memicu terjadinya
perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat di Indonesia.
Sila-sila dalam Pancasila yang ada menekankan pada prinsip-prinsip
kebaikan harus senantiasa dihidupkan dalam bangsa Indonesia. Sebagai sebuah
kesadaran maka Pancasila harus terus dipelihara dan dikembangkan dengan
melakukan kreasi di berbagai bidang kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi,
pendidikan, hukum, sejarah, ekonomi, industri dan sebagainya. Selain itu,
Pancasila adalah progress yang kita lakukan dalam berbagai sendi kehidupan
berbangsa dan bernegara yang hasilnya tahap demi tahap selalu bisa kita lihat dan
rasakan.
Presiden Soekarno menegaskan bahwa ideologi Pancasila tidak berdasarkan
faham liberalisme ala dunia Barat dan faham sosialis ala dunia Timur. Juga bukan
merupakan hasil kawinan keduanya. Tetapi, ideologi Pancasila lahir dan digali dari
dalam bumi Indonesia sendiri. Secara singkat Pancasila berintikan Ketuhanan Yang
Maha Esa (sila pertama), nasionalisme (sila kedua), internasionalisme (sila ketiga),
demokrasi (sila keempat), dan keadilan sosial (sila kelima). Dalam kehidupan
kebersamaan antar bangsa di dunia, dalam era globalisasi yang harus diperhatikan,
pertama, pemantapan jatidiri bangsa. Kedua, pengembangan prinsip-prinsip yang
berbasis pada filosofi kemanusiaan dalam nilai-nilai Pancasila, antara lain:
 Perdamaian bukan perang
 Demokrasi bukan penindasan
 Dialog bukan konfrontasi
 Kerjasama bukan eksploitasi
 Keadilan bukan standar ganda

Pancasila yang otentik, yakni dengan mempelajari kembali pemikiran-


pemikiran progressif para pendiri bangsa. Dalam soal demokrasi, misalnya, para
pendiri bangsa sudah mengetahui betul kegagalan demokrasi barat, yang hanya
menciptakan kebebasan politik semata dan tidak mendatangkan kesejahteraan.
Sesungguhnya, Pancasila bukan hanya sekadar fondasi nasional negara
Indonesia, tetapi berlaku universal bagi semua komunitas dunia internasional.
Kelima sila dalam Pancasila telah memberikan arah bagi setiap perjalanan bangsa-
bangsa di dunia dengan nilai-nilai yang berlaku universal. Tanpa membedakan ras,
warna kulit, atau agama, setiap negara selaku warga dunia dapat menjalankan
Pancasila dengan teramat mudah. Jika demikian, maka cita-cita dunia mencapai
keadaan aman, damai, dan sejahtera, bukan lagi sebagai sebuah keniscayaan, tetapi
sebuah kenyataan.
Peran Pancasila sangat penting dalam menghadapi arus globalisasi. Karena
Pancasila merupakan sebuah kekuatan ide yang berakar dari bumi Indonesia untuk
menghadapi nilai-nilai dari luar, sebagai sistem syaraf atau filter terhadap berbagai
pengaruh luar, nilai-nilai dalam Pancasila dapat membangun sistem imun dalam
masyarakat kita terhadap kekuatan-kekuatan dari luar sekaligus menyeleksi hal-hal
baik untuk diserap, dan sebagai sistem dan pandangan hidup yang merupakan
konsensus dasar dari berbagai komponen bangsa yang plural ini. Lewat Pancasila,
moral sosial, toleransi, dan kemanusiaan, bahkan juga demokrasi bangsa ini
dibentuk. Pancasila seharusnya dijadikan sebagai poros identitas untuk menghadapi
bermacam identitas yang ditawarkan dari luar. Tetapi sangat disayangkan jika
wacana Pancasila belakangan ini mulai berkurang. Mengingat berbagai potensi
yang tersimpan di dalamnya, wacana nasional ini perlu untuk dimunculkan
kembali, dibangkitkan kembali dan digali terus nilai-nilainya agar terus
berdialektika dalam jaman yang terus bergulir. Saran perlu ditanamkannya nilai–
nilai dalam Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat. Agar kita mampu
memfilterisasi arus globalisasi yang ada. Sesuaikah dengan nilai–nilai Pancasila.
Apakah masih ada nilai-nilai relevan pancasila di era globalisasi ? Menurut
kelompok kami, pancasila masih tepat/relavan di jadikan dasar negara kita dalam
era globolisasi ini. Pancasila dapat berperan dalam era globalisasi apabila dari diri
masing–masing sudah tertanam nilai–nilai luhur Pancasila. Tentu akan percuma
peran Pancasila dalam era globalisasi ini, apabila dalam diri sendiri tidak
mempunyai kesadaran akan pentingnya nilai–nilai Pancasila dalam kehidupan.
Karena itu, kita harus mempertahankan ideologi Pancasila. Upaya untuk
mempertahankan ideologi Pancasila dapat dilakukan antara lain sebagai berikut:
 Menumbuhkan kesadaran untuk melaksanakan nilai-nilai Pancasila, mangatasi
dampak-dampak negative akibat globalisasi.
 Melaksanakn ideologi Pancasila secara konsisten.
 Menempatkan Pancasila sebagai sumber hukum dalam pembuatan peraturan
perundangan nasional.
 Menempatkan Pancasila sebagai moral dan kepribadian bangsa Indonesia.
 Jalur yang dapat digunakan untuk mempertahankan Pancasila antara lain
melalui jalur pendidikan dan media massa.

Nilai-nilai Pancasila tidak saja sebagai pedoman atau landasan berbangsa


dan bernegara, namun juga cita-cita bangsa Indonesia yang disebutkan dalam
kelima sila Pancasila, kemerdekaan 1945 adalah pintu gerbang untuk mencapai
cita-cita, dengan tersingkirnya Pancasila dalam keseharian telah menyebabkan
bangsa ini kehilangan arah dan semakin jauh dari pintu gerbang atau cita-cita
kemerdekaan tersebut. Kesenjangan antara cita-cita kemerdekaan dengan
kenyataan hidup berkebangsaan dan bernegara seharusnya disikapi lebih serius
lagi, Pancasila tidak perlu diragukan karena digali, melandasi dan cita-cita bangsa
dan negara Indonesia tercinta, hidupkan kembali jiwa Pancasila

3. Analisis Kasus Penyerangan Jamaah Ahmadiyah


 Kronologi Kasus
Seperti yang di Kutip dalam situs berita onlien (m.Tempo.co) :
“ Kekerasan terhadap Jamaah Ahmadiyah kembali terjadi di Cikeusik,
Banten, Minggu (6/2). Sebanyak enam orang dikabarkan tewas akibat
penyerangan oleh ribuan warga Cikeusik tersebut. Namun menurut Kepala
Kepolisian Resor Pandeglang AKBP Alex Fauzy Rasyad, korban yang tewas
sebanyak tiga orang bukan enam orang. "Sementara yang luka ada 5 orang,
kini mereka tengah dirawat di Rumah Sakit," kata Alex.
Alex menjelaskan sebelum insiden terjadi, jamaah Ahmadiyah tengah
berkumpul di rumah salah seorang pimpinan Ahmadiyah Cikeusik, Parman.
Mereka mulai berdatangan sejak Sabtu (5/2) malam. Warga yang melihat
berkumpulnya jamaah Ahmadiyah ini kemudian meminta mereka untuk
membubarkan diri. Jamaah Ahmadiyah menolak.
Menurut Alex, jamaah Ahmadiyah mengatakan akan bertahan sampai titik
darah penghabisan. Mereka, lanjut Alex, juga mengatakan lebih baik mati
daripada membubarkan diri. Akhirnya ribuan warga dari berbagai
kecamatan datang. Bentrokan kemudian tidak terhindari. Akibatnya, kata
Alex, satu kendaraan roda empat dibakar massa. Sedangkan satu mobil jenis
APV didorong hingga masuk ke jurang.
Adapun Lukman, seorang tokoh masyarakat setempat mengatakan warga
yang datang tidak ingin melakukan penyerangan. Mereka hanya ingin jamaah
Ahmadiyah membubarkan diri. "Tapi saat itu, jamaah Ahmadiyah membacok
seorang warga Cikeusik, akhirnya warga tersulut emosi dan menyerang
mereka," kata Lukman.( Rabu, 09 Februari 2011 , 08:08:00)”

 Apakah Ahmadiyah merupakan identitas nasional


Jika kita tinjau dari identitas nasional NKRI yang adalah pluralitas, Jemaah
ahmadiyah merupakan bagian dari identitas nasional dalam konteks agama. Hal
ini juga dikuatkan dalam pancasila pada sila pertama yaitu “Ketuhanan yang
maha Esa”.
Jemaah Ahmadiya juga memiliki Tuhan yang mereka percaya, dan
beribadah kepada Tuhan mereka, Hal ini tidak menyimpang dari pancasila. Jadi
jemaah ahmadiya juga adalah bagian dalam identitas nasional NKRI.

 Bagaimana seharusnya Negara dan Warga negara menghargai Identitas


Nasional
o Negara
Jika kita tinjau dari nilai- nilai relevan pancasila seharusnya sebagai
ideology Negara. Negara harus membuat dasar Negara kita itu tumbuh dan
tercemin sehingga berdampak di era globalisasi saat ini.
Negara seharusnya dapat lebih menghargai identitas nasional bangsa kita
dengan cara memanfaatkan era globalisai saat ini sebagai jalan yang lebih
mudah digunakan untuk penyampaian identitas nasional bangsa Negara
kita Indonesia yaitu pancasila.
Karena jika sebagai Negara dapat dengan mudah menyampaikan nilai-nilai
pancasila maka besar pengikut atau warga negara tersebut dapat
mempercayai dan menjadikan ideology pancasila sebagai bagian dari
kehidupannya. Semakin kuat kepercayaan seseorang, maka semakin kuat
posisi ideologi tersebut. Dan jika dilihat dari kasus ini oknum-oknum
Negaralah yang harus bersifat lebih tegas cara penyampaian tersebut.

o Warga Negara
Sebagai warga Negara cara kita menghargai identitas nasional adalah
dengan mempraktekkan nilai-nilai pancasila dalam setiap kehidupan kita
sebagai warga Negara bangsa Indonesia, misalnya dilihat dari kasus
ahmadiyah sebagai contoh kita dapat menggunakan ideology bangsa kita
pancasila untuk menyelesaikannya dengan cara lebih damai seperti
musyawarah ketika musyawarah telah dilakukan dan telah ditemukan letak
kesalahan dan cara penyelesain yang tepat maka disitu telah terwujud
persatuan Indonesi yang demikian warga Negara telah mencerminkan
identitas sosial bangsa kita.

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah dilihat dari pembahasan kita sebelumnya, kami mau menyimpulkan
bahwa diera globalisasi, idelogi pancasila semakin hari semakin hilang karna
kurangnya penyampaian dan pencerminan dari warga Negara dan Negara
sendiri, tapi semua itu bisa dapat diteruskan ke generasi generasi muda dengan
cara menempatkan pancasila sebagai sumber hukum dalam penyelesaian
masalah yang terjadi dalam masyarakat dan menempatkan pancasila sebagai
moral dan kepribadian kita dalam kehidupan sehari.

B. SARAN
Dimasa era globalisai pancasila harus selalu diwujudkan.
Generasi – generasi yang selanjutnya harus selalu diperkenalkan dengan pancasila.
DAFTAR PUSTAKA
1. Azra, A., & Multikultural, D. (2006). Pancasila dan Identitas Nasional Indonesia:
Perspektif Multikulturalisme. Dalam Restorasi Pancasila: Mendamaikan Politik
Identitas dan Modernitas.(Bogor: Brighten Press2006).
2. http://professorabrar51.blogspot.co.id/2011/10/apakah-pancasila-masih-relevan-di-
era.html
3. http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi
4. http://www.berdikarionline.com/masih-relevankah-pancasila-sebagai-ideologi-
bangsa/
5. http://nimassusetyowati.blogspot.co.id/2015/12/normal-0-false-false-false-in-x-
none-x.html

Anda mungkin juga menyukai