Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn)
Oleh :
1. Weynand Kofes Wamaer 702014010
2. Hosea Elsafan 682014061
3. Nias Wenda 682014116
4. Muhammad Ainun Najib 682014124
5. Bagas Adjie Wicaksono 672014058
6. Muhamad Fahriza 672014255
b. Kekinian
Kekinian menurut kamus besar bahasa indonesia dapat diartikan sebagai
keadaan kini atau sekarang. Dalam hal ini kami mengartiakan Kekinian sebagai
Politik Identitas yang terjadi pada era reformasi atau globalisasi.
Pada era reformasi, kebebasan berpikir, berpendapat dan kebebasan lain
dibuka. Dalam perkembangannya kebebasan (yang berlebihan) ini telah
menghancurkan pondasi dan pilar-pilar yang pernah dibangun oleh pemerintah
sebelumnya. Masyarakat tidak lagi kritis dalam melihat apa yang perlu diganti
dan apa yang perlu dipertahankan. Ada euphoria untuk mengganti semua.
Perkembangan lebih lanjut adalah menguatnya wacana hak asasi manusia dan
otonomi daerah yang memberikan warna baru bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara yang menunjukkan sisi positif dan negatifnya.
Sebagai negara –bangsa (National State), perbedaan-perbedaan tersebut
harus dilihat sebagai realitas yang wajar dan niscaya. Perlu dibangun jembatan-
jembatan relasi yang menghubungkan keragaman itu sebagai upaya
membangun konsep kesatuan dalam keragaman. Kelahiran Pancasila diniatkan
untuk itu yaitu sebagai alat pemersatu. Keragaman adalah mozaik yang
mempercantik gambaran tentang Indonesia secara keseluruhan. Idealnya dalam
suatu negara-bangsa, semua identitas dari kelompok yang berbeda-beda itu
dilampaui, idealitas terpenting adalah identitas nasional (Bagir, 2011: 18).
Politik identitas bisa bersifat positif maupun negatif. Bersifat positif berarti
menjadi dorongan untuk mengakui dan mengakomodasi adanya perbedaan,
bahkan sampai pada tingkat mengakui predikat keistimewaan suatu daerah
terhadap daerah lain karena alasan yang dapat dipahami secara historis dan
logis. Bersifat negatif ketika terjadi diskriminasi antar kelompok satu dengan
yang lain, misalnya dominasi mayoritas atas minoritas. Dominasi bisa lahir dari
perjuangan kelompok tersebut, dan lebih berbahaya apabila dilegitimasi oleh
negara. Negara bersifat mengatasi setiap kelompok dengan segala kebutuhan
dan kepentingannya serta mengatur dan membuat regulasi untuk menciptakan
suatu harmoni (Bagir, 2011: 20).
o Warga Negara
Sebagai warga Negara cara kita menghargai identitas nasional adalah
dengan mempraktekkan nilai-nilai pancasila dalam setiap kehidupan kita
sebagai warga Negara bangsa Indonesia, misalnya dilihat dari kasus
ahmadiyah sebagai contoh kita dapat menggunakan ideology bangsa kita
pancasila untuk menyelesaikannya dengan cara lebih damai seperti
musyawarah ketika musyawarah telah dilakukan dan telah ditemukan letak
kesalahan dan cara penyelesain yang tepat maka disitu telah terwujud
persatuan Indonesi yang demikian warga Negara telah mencerminkan
identitas sosial bangsa kita.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah dilihat dari pembahasan kita sebelumnya, kami mau menyimpulkan
bahwa diera globalisasi, idelogi pancasila semakin hari semakin hilang karna
kurangnya penyampaian dan pencerminan dari warga Negara dan Negara
sendiri, tapi semua itu bisa dapat diteruskan ke generasi generasi muda dengan
cara menempatkan pancasila sebagai sumber hukum dalam penyelesaian
masalah yang terjadi dalam masyarakat dan menempatkan pancasila sebagai
moral dan kepribadian kita dalam kehidupan sehari.
B. SARAN
Dimasa era globalisai pancasila harus selalu diwujudkan.
Generasi – generasi yang selanjutnya harus selalu diperkenalkan dengan pancasila.
DAFTAR PUSTAKA
1. Azra, A., & Multikultural, D. (2006). Pancasila dan Identitas Nasional Indonesia:
Perspektif Multikulturalisme. Dalam Restorasi Pancasila: Mendamaikan Politik
Identitas dan Modernitas.(Bogor: Brighten Press2006).
2. http://professorabrar51.blogspot.co.id/2011/10/apakah-pancasila-masih-relevan-di-
era.html
3. http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi
4. http://www.berdikarionline.com/masih-relevankah-pancasila-sebagai-ideologi-
bangsa/
5. http://nimassusetyowati.blogspot.co.id/2015/12/normal-0-false-false-false-in-x-
none-x.html