GINA - LAPORAN LENGKAP BISMILLAH JILID Terakhir Fix
GINA - LAPORAN LENGKAP BISMILLAH JILID Terakhir Fix
SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN
KARTU KONTROL
LEMBAR ASISTENSI
LEMBAR ASISTENSI
LEMBAR ASISTENSI
LEMBAR ASISTENSI
LEMBAR ASISTENSI
LEMBAR ASISTENSI
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, saya panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan Laporan Pengolahan Limbah Padat ini sebagai salah satu syarat
penyelesaian studi Mata Kuliah Pengolahan Limbah Padat Departemen Teknik
Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Untuk itu tidak lupa
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan tugas besar ini terutama Dosen Mata Kuliah sekaligus
pembimbing.
Namun tidak lepas dari semua itu, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa
terdapat banyak kekurangan pada tugas besar ini. Oleh karena itu, penyusun
menerima saran dan kritik pembaca sehingga dapat menjadi lebih baik kedepannya.
Akhir kata penyusun mengharapkan semoga dari laporan ini kita dapat
mengambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan edukasi dan
inspirasi kepada pembaca.
Gowa, 29 November 2023
Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL ................................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
KARTU KONTROL ............................................................................................ iii
LEMBAR ASISTENSI ........................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi
BAB I ...................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan............................................................................................................ 2
1.3 Manfaat ......................................................................................................... 3
1.3.1 Bagi mahasiswa ...................................................................................... 3
1.3.2 Bagi universitas ...................................................................................... 3
1.3.3 Bagi masyarakat ..................................................................................... 3
BAB II .................................................................................................................... 4
2.1 Definisi Sampah ............................................................................................ 4
2.2 Jenis-Jenis Sampah........................................................................................ 5
2.3 Sumber Sampah ............................................................................................ 6
2.4 Karakteristik Sampah .................................................................................... 7
2.4.1 Karakteristik fisik ................................................................................... 7
2.4.2 Karakteristik kimia ................................................................................. 8
2.4.3 Karakteristik biologi........................................................................ 10
2.5 Komposisi Sampah ................................................................................. 10
2.6 Timbulan Sampah.........................................................................................11
2.7 Dampak Sampah ..........................................................................................11
2.8 Teknologi Pengolahan Limbah Padat .......................................................... 13
2.8.1 Secara fisik ........................................................................................... 13
2.8.2 Secara kimia ......................................................................................... 14
2.8.3 Secara biologi ....................................................................................... 15
2.8.4 Secara thermal...................................................................................... 17
2.8.4 Teknologi lain....................................................................................... 20
3.2.6 Pirolisis................................................................................................. 40
3.3.2 Uji Karakteristik Sampah (Kadar Volatil, Kadar Air dan Kadar Abu) . 41
3.3.5 Pirolisis................................................................................................. 48
3.4.2 Uji Karakteristik Sampah (Kadar Volatil, Kadar Air dan Kadar Abu) . 50
3.4.5 Pirolisis................................................................................................. 52
BAB IV ................................................................................................................. 53
4.1 Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah
Perkotaan (SNI 19-3964-1994) ......................................................................... 59
4.2 Pengujian Karakteristik Sampah (Kadar Air, Kadar Volatil, dan Kadar Abu)
........................................................................................................................... 72
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Sampah menjadi salah satu masalah krusial yang dihadapi oleh kota-kota besar
di Indonesia khususnya kota dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Masalah
persampahan di Indonesia belum menjadi fokus utama dalam pembangunan,
perencanaan, dan pengembangan suatu kota. Belum lagi tidak adanya kejelasan
kebijakan dan transparansi dalam pengelolaan masalah persampahan. Salah satu
sumber timbulan sampah berasal dari kawasan pendidikan khususnya perguruan
tinggi dengan jenis sampah yang didominasi oleh sampah kertas dan plastik (Ismi,
2020).
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah, bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari
manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah merupakan masalah
penting yang sampai saat ini belum terselesaikan. Saat ini, sampah hanya
dikumpulkan untuk pembuangan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), kemudian
ditimbun atau dibakar begitu saja. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengelolaan
sampah serta penerapan zero waste untuk mengurangi timbulan sampah
(Hidayanti, 2022).
Timbulan sampah adalah banyaknya sampah yang timbul dari masyarakat
dalam satuan volume maupun berat per kapita per hari, atau per luas bangunan, atau
per panjang jalan (SNI 19-3964-1994). Timbulan sampah di Indonesia mencapai
35,95 ton/tahun (SIPSN MENLHK, 2022). Menurut SIPSN MENLHK dan Badan
Pusat Statistik, bahwa pada tahun 2021 total produksi sampah nasional telah
mencapai 29,5 juta ton/tahun dari jumlah penduduknya 272, 68 juta penduduk. Pada
sumber website yang sama juga tercatat bahwa Indonesia memproduksi sampah
sebanyak 35,95 juta ton pada tahun 2022 dengan jumlah penduduk 275,77 juta
penduduk, dimana terjadi korelasi berbanding lurus ketika meningkatnya jumlah
penduduk maka timbulan sampah juga meningkat.
Permasalahan sampah bisa ditangani oleh pengolahan sampah setempat yang
mana dilansir dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik fisik meliputi berat jenis, nilai kalor, kadar volatil, kadar air, kadar
abu dan distribusi ukuran partikel, dan permeabilitas buangan terkompaksi.
1. Berat jenis didefinisikan sebagai berat material per satuan volume. Data ini
dibutuhkan sebagai alat menghitung beban massa dan volume total dari
timbulan sampah yang akan dikelola. Faktor yang mempengaruhi berat jenis
adalah komposisi sampah, musim dan durasi penyimpanan
2. Kelembapan sampah diukur dua cara yaitu dengan ukuran berat basah dan berat
kering. Metode basah dinyatakan dalam persen berat basah bahan, dan metode
kering dinyatakan sebagai persen berat kering bahan. Data kelembapan sampah
berguna dalam perencanaan bahan wadah, periodisasi pengumpulan, dan desain
sistem pengolahan.
3. Ukuran partikel adalah Penentuan ukuran dan distribusi partikel sampah
dilakukan agar dapat menentukan jenis fasilitas pengolahan sampah,
dikhususkan untuk memisahkan partikel besar dengan partikel kecil.
4. Field Capacity, jumlah air yang dapat tertahan dalam sampah, dan dapat keluar
dari sampah akibat daya grafitasi.
5. Kepadatan sampah diperlukan untuk mengetahui gerakan cairan dan gas dalam
landfill.
menggunakan bahan bakar gas, batu bara dan minyak. Pengukuran kadar air,
volatil, abu, total karbon, perbandingan unsur C dan N dan uji biodegradabilitas
sampah (fraksi biodegradabilitas) menggunakan metode pemanasan dengan
memakai furnace. Pengurangan berat sampel yang terjadi setelah dilakukan
pemanasan akan ditimbang menggunakan neraca analitik (Fauzi dkk., 2022).
3. Rasio C/N merupakan perbandingan antara karbohidrat (C) dan nitrogen (N).
Rasio C/N tanah berkisar antara 10-12. Apabila bahan organik mempunyai rasio
C/N mendekati atau sama dengan rasio C/N tanah, maka bahan tersebut dapat
digunakan tanaman. Namun pada umumnya bahan organik segar mempunyai
rasio C/N tinggi (jerami 50-70; dedaunan tanaman 50-60; kayu-kayuan >400;
dan lain-lain). Prinsip pengomposan adalah untuk menurunkan rasio C/N bahan
organik hingga sama dengan C/N tanah.
4. Nilai Kalori Analisis nilai kalor (Calorific value) dilakukan dengan
menggunakan bomb calorimeter. Prinsip yang digunakan mengacu pada ASTM
D5865 yang berjudul, “Standard Test Method for Gross Calorific Value”.
Sampel yang digunakan sebanyak ±0,5 gram dan menggunakan alat bom
kalorimeter. Bom kalorimeter digunakan untuk menentukan nilai kalor dari
reaksireaksi pembakaran.
Volume Berat
No. Klasifikasi Kota
(Liter/orang/hari) (Kg/orang/hari)
Sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga yang dihasilkan
dari penggunaan suatu barang yang tidak dapat digunakan kembali tanpa adanya
daur ulang. Dengan meningkatnya jumlah sampah, maka akan berdampak pula
pada lingkungan masyarakat. Hal tersebut dapat menimbulkan sumber penyakit dan
juga lingkungan yang tidak terkontrol kebersihannya (Rahmah dkk, 2021).
Berikut adalah dampak yang ditimbulkan sampah pada masyarakat dan
lingkungan:
1. Dampak Positif
Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang positif
terrhadap masyarakat dan lingkungannya, antara lain:
a. Sampah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk
b. Dapat diberikan makanan ternak melalui proses pengelolaan
c. Berkurangnya tempat berkembang biak serangga
d. Menurunnya insiden penyakit menular yang erat hubungannya dengan sampah
e. Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup
masyarakat
f. Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuan kebudayaan
masyarakat
2. Dampak Negatif
Terhadap Kesehatan
a. Pengelolaan sampah yang kurang baik Dapat menyebabkan gangguan
psikosomatis seperti sesak nafas, insomnia, stress dan lainnya.
b. Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata
c. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas-gas
tertentu yang menimbulkan bau busuk
d. Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan bahaya
kebakaran yang lebih luas
e. Pembuangan sampah ke saluran-saluran air akan menyebabkan aliran terganggu
dan saluran air akan menjadi dangkal
1. Pemadatan
2. Magnetic separation
Magnetic separation adalah perangkat proses pemisahan satu mineral atau lebih
dengan mineral lainnya yang memanfaatkan perbedaan sifat kemagnetan dari
mineral-mineral tersebut. Mineral-meneral yang terdapat dalam bijih akan
memberikan respon terhadap medan magnet sesuai dengan sifat kemagnetan yang
dimilikinya. Mineral yang akan tertarik oleh medan magnet dikelompokkan sebagai
1. Kompos takakura
2. Biogasifikasi
Gambar 5 Biogasifikasi
Sumber: Google search, 2023
Larva Black Soldier Fly (BSF) merupakan metode pengolah alternatif yang
mempunyai percepatan reduksi mencapai 62,68-73,98%. Nilai percepatan reduksi
bervariatif disebabkan oleh perbedaan karakteristik sampah yang diberikan pada
larva BSF. Sampah organik yang memiliki karakteristik keras, lebih sukar proses
reduksinya. Pemanfaatan larva BSF dapat dinilai dari reduksi sampah organik yang
dapat dilihat dari persentase reduksi sampahnya. Larva BSF dapat lebih cepat
mereduksi sampah organik yang bertekstur lunak seperti sisa makanan, sayur, buah,
dan sampah organik terfermentasi (Rofi dkk., 2021).
1. Insinerasi
Incinerator adalah tungku pembakaran yang digunakan untuk mengolah limbah
padat menjadi materi gas dan abu (bottom ash dan fly ash). Pengolahan sampah
dengan insinerasi dapat mengurangi volume dan massa serta mengurangi sifat
berbahaya dari sampah infeksius. Faktor yang memegang peranan penting dalam
insinerasi adalah temperatur pembakaran dan waktu pembakaran sampah tersebut
(Pratama dkk, 2023).
2. Pirolisis
Pirolisis adalah sebuah proses dekomposisi material oleh suhu. Proses pirolisis
dimulai pada suhu tinggi dan tanpa kehadiran O2. Umpan pada proses pirolisis dapat
berupa material bahan alam tumbuhan atau dikenal sebagai biomassa, atau berupa
polimer. Dengan proses pirolisis, biomassa dan polimer akan mengalami pemutusan
ikatan membentuk molekul-molekul dengan ukuran dan stuktur yang lebih ringkas.
Pirolisis biomassa secara umum merupakan dekomposisi bahan organik
menghasilkan bahan padat berupa arang aktif, gas dan uap serta aerosol (Febriyanti
dkk, 2019).
3. Gasifikasi
Dalam gasifikasi plasma, material sampah organik diubah menjadi sintetik gas
yang dapat digunakan untuk menghasilkan energi melalui mesin generator, turbin,
dan boiler. Gasifikasi plasma dapat digunakan untuk mengubah berbagai jenis
limbah sampah menjadi bentuk energi yang efisien (Rahayu dkk., 2018).
Proses kerja teknologi gasifikasi plasma ini terbagi menjadi tiga reaksi yaitu
Thermal Cracking, Oksidasi parsial, Reforming.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Mulai
Observasi awal
Menyiapkan Peralatan
Selesai
3.1.2 Uji karakteristik sampah (kadar air, kadar volatil, kadar abu)
A. Kadar air
Mulai
Sampel sampah
Selesai
B. Kadar volatil
Mulai
Sampel sampah
Selesai
C. Kadar abu
Mulai
Sampel sampah
Selesai
Sampah organik
Kompos
Selesai
Mulai
Kompos
Selesai
Mulai
Kompos
Kadar Nitrogen
Selesai
Mulai
Selesai
3.1.5 Pirolisis
Mulai
A
k
o
Menyalakan kompor elektrikmdan diatur
dengan suhu 300oC p
o
r
e
Minyak dan wax l
e
k
t
Menghitung persentase penurunan massa
r
bahan uji, volume asap cair dan wax
i
k
d
Mengulangi Langkah di atas auntuk tiap
jenis bahan uji LDPEn
d
i
Selesai a
t
u
r
d
e
n
g
a
n
s
u
h
u
3
0
0
o
3.2.6 Pirolisis
sebagai berikut:
1. Bagikan kantong plastik yang sudah diberi tanda kepada sumber sampah 1 hari
sebelum dikumpulkan;
2. Catat jumlah unit masing-masing penghasil sampah;
3. Kumpulkan kantong plastik yang sudah terisi sampah,
4. Angkut seluruh kantong plastik ke tempat pengukuran,
5. Timbang kotak pengukur,
6. Tuang secara bergiliran contoh tersebut ke kotak pengukur 40 liter;
7. Hentak 3 kali kotak contoh dengan mengangkat kotak setinggi 20 cm. Lalu
jatuhkan ke tanah;
8. Ukur dan catat volume sampah (Vs);
9. Timbang dan catat berat sampah (Bs);
10. Timbang bak pengukur 500 liter;
11. Campur seluruh contoh dari setiap lokasi pengambilan dalam bak pengukur
500 liter;
12. Ukur dan catat berat sampah;
13. Timbang dan catat berat sampah;
14. Pilah contoh berdasarkan komponen komposisi sampah
15. Timbang dan catat berat sampah;
16. Hitunglah komponen komposisi sampah
3.3.2 Uji Karakteristik Sampah (Kadar Volatil, Kadar Air dan Kadar
Abu)
2. Timbangan;
3. Cawan petri,
4. Desikator,
5. Oven 105°C,
6. Lumpang alu,
7. Furnace,
8. Penjepit (tang krus)
b. Cara kerja
1. Timbang cawan kosong yang telah dipanaskan selama 1 jam dalam oven
dengan suhu 105°C, sebanyak tiga kali penimbangan (A gram).
2. Siapkan sampel yang telah ditentukan kemudian potong kecil-kecil;
3. Sampel sampah dibagi menjadi empat bagian menurut jenisnya, lalu
campurkan untuk sampel sebanyak ± 4gram ke dalam cawan yang telah
ditimbang, lalu timbang kembali (x gram),
4. Panaskan cawan isi tersebut di dalam oven dengan suhu 105°C selama 1
jam
5. Setelah 1 jam keluarkan cawan. Biarkan agak dingin, masukkan ke dalam
desikator lalu biarkan selama 15 menit, kemudian timbang beratnya (y
gram).
6. Lakukan penimbangan selama 3 kali penimbangan
7. Catat hasil penimbangan
2. Kadar Volatil
Prinsip percobaan pada kadar volatil sampah dimana sampah dipanaskan pada
suhu 600oC di mana bagian volatil sampah akan terpijarkan dan menguap dan
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kadar volatil yang dikandung sampel
sampah tertentu.
a. Alat dan bahan
1. Sampel sampah dari penetapan sebelumnya,
2. Timbangan,
3. Cawan petri,
4. Desikator,
5. Oven 600°C,
6. Lumpang alu;
7. Furnace;
8. Penjepit (tang krus).
b. Cara kerja
1. Sampel sampah kering hasil penetapan kadar air digerus sampai halus.
2. Timbang sampel kering dan halus + 4 gram dalam cawan krus, lalu dicatat,
3. Masukkan cawan krus dalam oven 600°C selama 2 jam. Lebihkan jam
untuk pencapaian temperatur 600°C,
4. Matikan furnace, biarkan dingin, masukkan dalam desikator. Lalu timbang,
lakukan sebanyak tiga kali penimbangan.
3. Kadar Abu
Prinsip percobaan kadar abu dimana sampah dipanaskan pada temperatur 900oC
di mana bagian abu sampah akan terpijarkan dan menguap dan dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui kadar abu yang dikandung sampel sampah tertentu.
a. Alat dan bahan
1. Sampel sampah dari penetapan sebelumnya;
2. Timbangan;
3. Cawan petri;
4. Desikator
5. Oven 900°C;
6. Lumping alu,
7. Furnace;
8. Penjepit (tang krus).
b. Cara kerja
1. Sampel sampah kering hasil penetapan volatil digerus sampai halus,
2. Timbang sampel kering dan halus + 4 gram dalam cawan krus, lalu dicatat,
3. Masukkan cawan krus dalam oven 900°C selama 2 jam. Lebihkan jam
untuk pencapaian temperatur 900°C;
4. Matikan furnace, biarkan dingin, masukkan dalam desikator. Lalu timbang,
lakukan sebanyak tiga kali penimbangan.
Dalam praktikum kali ini metode yang digunakan adalah takakura dengan
prinsip penguraian bahan organik secara aerob oleh mikroba yang memanfaatkan
bahan organik sebagai sumber energi.
a. Alat
1. 1 buah keranjang dan penutup dengan ventilasi berlubang
2. Kardus
3. 1 buah pengaduk
4. 2 buah bantal sekam
5. 1 buah kain berpori warna hitam
6. Gunting
7. 1 buah soil meter
8. Wadah berupa botol sprayer 600 ml
9. Timbangan
b. Bahan
1. 1,4 kg kompos sebagai aktivator/starter
2. 40 ml EM4 sebagai mikroorganisme pengurai
3. 100 gram gula merah
4. 200 gram sampah organik
5. 450 ml air
d. Cara kerja
1) Pembuatan Bioaktivator EM4
a. Siapkan wadah dan larutkan gula merah dan air sebanyak 1:1 atau 100 gram
gula merah dan 100 ml air.
b. Larutan gula merah sebanyak 200 ml dicampurkan dengan air biasa 350 ml
dan EM4 sebanyak 40 ml.
c. Aduk hingga merata dan diamkan selama 2-3 hari.
2) Pembuatan Kompos Dengan Takakura
a. Siapkan keranjang takakura dengan memotong kardus sesuai ukuran
keranjang
b. Cacah sampah organik yang terkumpul
c. Masukkan bantal sekam pertama
Dalam praktikum kali ini data dalam pengujian Maggot Black Soldier Fly
(BSF) menggunakan data primer dengan prinsip percobaan mengamati proses
degradasi sampah dan pertumbuhan magot selama enam hari pengukuran dengan
menggunakan dua sampel yaitu sampah organik rumah tangga (domestik) dan
sampel kedua yaitu sampel limbah buah/sayur dengan rasio 50:50.
a. Alat
1. Timbangan digital
2. Kontainer
3. Penutup kontainer berpori
4. Karet
5. Sendok
6. Cutter
7. Lembar pengamatan
b. Bahan
1. 250 gram sampah buah/sayur
2. 250 gram sampah organik rumah tangga (domestik)
3. Maggot
c. Cara Kerja
1) Reduksi Sampah oleh Maggot
1. Cacah sampah domestik dan sampah buah/sayur
2. Siapkan satu buah kontainer sebagai wadah pertumbuhan maggot lalu
ditimbang berat kontainer tersebut.
3. Masukkan sampah yang sudah dicacah sebelumnya ke dalam kontainer
sesuai dengan berat sesuai dengan rasio yang diberikan.
4. Ratakan sampah lalu masukkan maggot yang berumur 7 hari ke dalam
kontainer
5. Tutup kontainer dengan penutup yang telah diberi lubang dan dieratkan
dengan karet
6. Setiap hari selama pengukuran timbang magot sebanyak 10 ekor dan
juga ditimbang pula berat kontainernya. Ulangi sampai tiba pada
praktikum hari ketujuh.
7. Pada hari ke tujuh lakukan perhitungan jumlah sampah yang terurai
untuk memperoleh persentase sampah terurai dan hitung jumlah serta
timbang berat magot yang terdapat di kontainer
3.3.5 Pirolisis
Dalam praktikum kali ini data dalam pengujian Pirolisis menggunakan data
sekunder.
a. Alat
1. Reaktor Pirolisis
2. Termometer
3. Gunting
4. Timbangan
5. Gelas Ukur
6. Stopwatch
b. Bahan
1. Plastik High-Density Polyethylene (HDPE) 500g
2. Plastik Low-Density Polyethylene (HDPE) 500g
9. Amati warna minyak tersebut dan catat beserta volume pada lembar kerja
10. Mengulangi langkah 6-9 dengan variasi suhu 500°C
11. Ulangi langkah 6-10 dengan jenis plastik Low-Density Polyethylene
(LDPE)
12. Timbang 3 gelas ukur kosong kemudian masukkan tiap jenis cairan ke
dalam masing-masing gelas tersebut
13. Timbang 3 gelas ukur berisi cairan kemudian berat dari cairan dibagi
volume
a. Volume Sampah
c. Densitas
Berat sampah
D𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 = Volume sampah (3)
3.4.2 Uji Karakteristik Sampah (Kadar Volatil, Kadar Air dan Kadar
Abu)
a. Reduksi sampah
W0 − W1
%Reduksi = × 100% (8)
W0
Dimana:
W0 = Berat Awal (kg)
W1 = Berat Akhir (kg)
b. Kadar C
Kadar C (%) = 𝑝𝑝𝑚 × 0,01 × fk (9)
Dimana:
Ppm kurva = Kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan antara
kadar deret standar dengan pembacaan setelah dikoreksi
blanko.
101 = Konversi Ke %
fk = Faktor Koreksi Kadar Air = 100/(100 - %kadar air)
c. Kadar N
Kadar N (%) = (Vc − Vb) × N × 14 × 100 × mg contoh − 1 × fk (10)
Dimana:
Vc,b = mL Titar Contoh dan Blanko
N = Normalitas Larutan Baku H2SO4
100 = Konversi Ke %
fk = Faktor Koreksi Kadar Air = 100/(100 - %kadar air)
Dimana:
D = Tingkat degradasi sampah
c. Survival rate
Jumlah larva hidup akhir pemeliharaan
Survival rate = × 100 (13)
Jumlah larva hidup awal pemeliharaan
3.4.5 Pirolisis
Dimana:
W1 = Berat kering sebelum degradasi (gram)
W2 = Berat kering setelah degradasi (gram)
b. Densitas
𝑚
Ρ= v (15)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
LEMBAR ASISTENSI
LEMBAR ASISTENSI
LEMBAR KUNING
LEMBAR KUNING
LEMBAR KUNING
A. Hasil Pengamatan
Pengambilan dan Pengukuran contoh Timbulan dan Komposisi Sampah
Perkotaan (SNI 19-3964-1994). Berdasarkan data yang ada di Gedung CoT (Center
of Technology), Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin diperoleh data pengguna
fasilitas sejumlah 55 orang. Pengukuran timbulan sampah menggunakan bak
pengukur dengan kapasitas 40 liter dan 500 liter selama 8 hari. Pada Senin, 16
Oktober 2023, dibagikan trash bag pada masing-masing tempat sampah yang telah
disediakan di Gedung CoT.
Pada Selasa, 17 Oktober 2023 sampah yang telah terkumpul diangkut menuju
TPS 3R Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin untuk diukur berat dan
volumenya. Pertama, sediakan bak ukur 40 liter (0,2 m x 0,2 m x 1m) dan 500 liter
(1 m x 0,5 m x 1 m) kemudian ditimbang beratnya untuk mendapatkan berat awal
(Wo), setelah itu sampah dari trash bag dimasukkan dan dihentakan sebanyak 3
kali. Setelah bak 40 liter penuh, bak tersebut ditimbang untuk mendapatkan berat
akhirnya. Setelah seluruh sampah telah diukur pada bak 40 liter, selanjutnya
dimasukan ke bak berukuran 500 liter. Pengukuran contoh timbulan dan volume
sampah dapat dilihat pada perhitungan berikut:
1. Perhitungan Timbulan Sampah Bak 40 Liter
a. Berat Sampah
Berikut perhitungan berat sampah bak 40 liter pada hari pertama
𝑊𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ = W1 − 𝑊0
Keterangan :
Wsampah = berat bersih sampah (kg)
W1 = berat bak 40 liter yang telah diisi sampah (kg)
W0 = berat awal bak 40 liter (kg)
Diketahui:
W1 = 2,78 kg
W0 = 1,95 kg
Perhitungan:
𝑊𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ = 𝑊1 − 𝑊0
= 2,78 − 1,95
= 0,83 𝑘𝑔
b. Perhitungan Volume Sampah Bak 40 Liter
Berikut perhitungan volume sampah bak 40 liter pada hari pertama
𝑉 = 𝑃×𝐿×𝑇
Keterangan:
V = volume sampah (m³)
P = panjang sampah (m)
L = lebar sampah (m)
T = tinggi sampah (m)
Diketahui:
P = 0,2 m
L = 0,2 m
T =1m
Perhitungan:
𝑉 = 𝑃×𝐿×𝑇
= 0,2 × 0,2 × 1
= 0,04 𝑚3
c. Perhitungan Berat Timbulan Sampah
Berikut perhitungan berat timbulan sampah pada hari pertama
Diketahui:
Wsampah = 3,28 Kg
Jumlah Jiwa = 55 orang
Perhitungan:
Wsampah(𝐾𝑔)
Berat Timbulan Sampah = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑖𝑤𝑎
3.28 kg
= 55 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
= 0,060 Kg/orang/hari
d. Perhitungan Volume Timbulan Sampah
Berikut perhitungan volume timbulan sampah pada hari pertama
Diketahui:
Vsampah = 0,09 Kg
Jumlah Jiwa = 55 orang
Perhitungan:
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ
Volume Timbulan Sampah = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑖𝑤𝑎
0.09
= 55 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
= 0,018 L/orang/hari
e. Berat Jenis Sampah (Densitas)
Berikut perhitungan berat jenis sampah pada hari pertama
Diketahui:
Wsampah = 3,5 kg
Vsampah = 0,14 m3
Perhitungan:
Wsampah
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 =
Vsampah
3,5
=
0,14
= 25,93 𝑘𝑔/𝑚3
Sehingga data yang diperoleh selama 8 hari perhitungan berat dan volume
sampah di Gedung CoT (Center of Technology) dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4 Timbulan sampah pada bak 40 liter
Berat Volume Volume
Jumlah Berat Timbulan Densitas
Tanggal Sampah Sampah Timbulan
Layanan (Kg/org/hari) (Kg/𝒎𝟑 )
(Kg) (m3) (L/org/hari)
17/10/2023 55 3,28 0,092 0,060 0,0182 35,65
18/10/ 2023 55 3,75 0,051 0,068 0,0208 73,24
19/10/2023 55 3,45 0,036 0,063 0,0191 96,91
20/10/2023 55 9,20 0,223 0,167 0,0510 41,18
21/10/2023 55 6,10 0,136 0,111 0,0338 44,70
22/10/2023 55 2,00 0,069 0,036 0,0111 28,90
23/10/2023 55 3,00 0,048 0,055 0,0166 61,98
24/10/2023 55 6,15 0,206 0,112 0,0341 29,83
Sumber: Hasil perhitungan, 2023
a. Berat Sampah
Perhitungan berat sampah pada bak 500 liter diperoleh dari jumlah berat tiap
komposisi sampah. Berikut perhitungan berat sampah bak 500 liter pada hari
pertama.
𝑊𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ = ∑ 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ
Diketahui:
Worganik= 0,65 kg
Wkertas = 1,3 kg
Wlogam = 0 kg
Wplastik = 1,1 kg
Wtekstil = 0 kg
Wkayu = 0 kg
Wkaca = 0 kg
WB3 = 0,05 kg
Wdll = 0,1 kg
Perhitungan:
W = ∑ Berat tiap jenis sampah
= 0,65 + 1,3 + 0 + 1,1 + 0 + 0 + 0 + 0,05 + 0,1
= 3,1 𝑘𝑔
b. Perhitungan Volume Sampah Bak 500 Liter
Berikut perhitungan volume sampah bak 500 liter pada hari pertama
Diketahui:
P =1m
L = 0,5 m
T = 0,27 m
Perhitungan:
𝑉 = 𝑃×𝐿×𝑇
= 1 × 0,5 × 0,27
= 0,14 𝑚3
c. Perhitungan Berat Timbulan Sampah
Berikut perhitungan beerta timbulan sampah pada hari pertama:
Diketahui:
Wsampah = 3,28 Kg
Jumlah Jiwa = 55 orang
Perhitungan:
Wsampah(𝐾𝑔)
Berat Timbulan Sampah =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑖𝑤𝑎
3.28 kg
= 55 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
= 0,060 Kg/orang/hari
d. Perhitungan Volume Timbulan Sampah
Diketahui:
Vsampah = 0,09 Kg
Jumlah Jiwa = 55 orang
Perhitungan:
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ
Volume Timbulan Sampah = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑖𝑤𝑎
0.09
= 55 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
= 0,018 L/orang/hari
Tabel 5 Timbulan dan komposisi sampah pada bak 500 liter
∑ Berat Jenis Sampah
tiap jenis
Tanggal Organjk Kertas Logam Plastik Kain Kayu B3 Gelas Dll
sampah
(Kg) (Kg) (Kg) (Kg) (Kg) (Kg) (Kg) (Kg) (Kg) (Kg)
sampah dengan berat sampah pada bak 500 liter. Berikut perhitungan persentase
komposisi sampah pada hari pertama:
𝑊𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
%𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ = × 100%
𝑊
Diketahui:
Wkomponen = berat komponen sampah (kg)
W = berat sampah (kg)
Diketahui:
Worganik = 0,65 kg
Wkertas = 1,3 kg
Wlogam = 0 kg
Wplastik = 1,1 kg
Wtekstil = 0 kg
Wkayu = 0kg
Wkaca = 0 kg
WB3 = 0,005 kg
Wdll = 0 kg
Perhitungan:
Worganik
% Organik = × 100%
𝑊
0,65
= × 100%
3,1
= 21%
Wkertas
% Kertas = × 100%
𝑊
1,30
= 3,1 × 100%
= 42%
Wlogam
% Logam = × 100%
𝑊
0,0
= 3,1 × 100%
=0%
Wplastik
% Plastik = × 100%
𝑊
1,1
= × 100%
3,1
=35%
Wtekstil
% Tekstil = × 100%
𝑊
0,0
= 3,1 × 100%
= 0%
Wkayu
% Kayu = × 100%
𝑊
0,0
= 3,1 × 100%
= 0%
Wkaca
% Kaca = × 100%
𝑊
0,0
= 3,1 × 100%
= 0%
WB3
% B3 = × 100%
𝑊
0,05
= 3,1
× 100%
= 1,6%
Wkaret
% Karet = × 100%
𝑊
0,0
= 3,1 × 100%
= 0%
Wdll
% Dll = × 100%
𝑊
0,0
= × 100%
3,1
= 0%
Sehingga didapat komposisi rata-rata sampah selama 8 hari berturut-turut
adalah 45,80% organik; 20,34% kertas; 2,97% logam; 22,14% plastik; 0% tekstil;
3,54% kayu; 0% kaca; 0,35% B3; 0% karet dan 7,46% dan lain-lain. Persentase
jenis sampah selama 8 hari dapat dilihat pada gambar berikut:
Logam (%);
2,97%
Kertas (%);
20,34%
Organik (%) Kertas (%) Logam (%) Plastik (%)
Kain/ Tekstil (%) Kayu (%) Gelas/ kaca (%) B3 (%)
Karet/ Kulit (%) dll (%)
B. Pembahasan
Setiap lantai yang ada di gedung CoT (Center of Technology) telah dilengkapi
dengan tempat sampah di setiap sudutnya, sehingga mempermudah pengambilan
sampah selama 8 hari. Berdasarkan pengamatan dan pengukuran yang telah
dilakukan, berat dan volume timbulan sampah tertinggi ada pada tanggal 20
Oktober 2023 sebesar 0,167 kg/orang/hari dan 0,0514 L/orang/hari. Tinggi timbulan
sampah pada hari tersebut disebabkan oleh kemungkinan adanya kegiatan yang
terlaksana di Gedung CoT pada hari sebelumnya, hal ini dibuktikan dengan jenis
komposisi sampah yang dihasilkan berupa sampah organik dari sisa makanan
dengan berat 3,15 kg dan sampah plastik dengan berat 1,4 kg. Kedua jenis sampah
tersebut merupakan sampah yang berasal dari sisa konsumsi kegiatan, yang mana
semakin banyak aktivitas yang terjadi, maka semakin banyak pula sampah yang
dihasilkan.
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan densitas terbesar pada hari Kamis, 19
Oktober 2023 sebesar 96,91 kg/m3. Densitas sampah adalah berat sampah yang
diukur dengan satuan kilogram berbanding terbalik dengan volume sampah yang
diukur tersebut. Berdasarkan hal tersebut, sesuai dengan data yang didapatkan
dimana volume sampah pada hari Rabu lebih kecil yaitu 0,36 m 3, sedangkan berat
sampahnya sebesar 3,45 Kg. Densitas yang tinggi menunjukan bahwa lebih banyak
massa sampah dapat diakomodasi dalam volume yang lebih kecil. Hal ini dapat
terjadi karena pada saat penimbangan kemungkinan adanya sisa air dari sampah
botol plastik yang terikut sehingga menambah berat sampah namun tidak
mempengaruhi volumenya.
Sementara itu, komposisi sampah di Gedung CoT (Center of Technology) selama
8 hari pengukuran didominasi oleh sampah organik, kertas dan plastik. Sampah
organik mencapai 45,80% hal ini terjadi karena sisa konsumsi makanan dari para
pegawai di Gedung CoT. Adapun sampah kertas sebesar 20,34%, dan plastik
sebesar 22,14%. Hal ini disebabkan karena plastik dan kertas merupakan kemasan
produk sehari-hari. Dengan komposisi ini, yang berpotensi untuk diolah kembali
ialah sampah organik yang dapat diubah menjadi kompos, serta sampah kering
seperti kertas dan juga plastik yang dapat didaur ulang menjadi bentuk yang lain.
LEMBAR ASISTENSI
LEMBAR ASISTENSI
LEMBAR KUNING
LEMBAR KUNING
Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah gravimetri. Pinsip analisis
gravimetri ialah yang didasarkan pada pengukuran berat dengan cara penimbangan.
Berikut perhitungan kadar air, kadar volatil, dan kadar abu dengan menggunakan
metode triplo, hal ini dilakukan dengan tujuan mendapatkan hasil pengujian yang
lebih akurat. Apabila ketiga pengukuran mendapatkan hasil yang sama maka hasil
pengukuran dapat diyakini dan ketiga pengukuran itu dapat di rata-ratakan sebagai
hasil analisis dari ketiga pengujian kadar berikut.
1. Kadar Air
Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan
berdasarkan berat basah atau berdasarkan berat kering.
Berikut data yang diperoleh.
Cawan kosong : 41,423 gr
Cawan Panas : 43,82 gr
Berat Sampel : 4 gr
Cawan Isi : Cawan kosong + berat sampel
: 45,423 gr
Kadar Air % : 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑖𝑠𝑖 −𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑖𝑠𝑖 105°𝑐
𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑖𝑠𝑖 −𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
: 45,423−43,823
x 100%
45,423−41,423
: 40%
Kadar Kering % : 100% - Kadar Air %
: 100%-40%
: 60%
2. Kadar Volatil
Kadar volatil sampah adalah jumlah zat uap yang terkandung dalam suatu
sampah kering yang mengalami pemanasan.
Berikut data yang diperoleh.
Cawan kosong : 41,423 gr
Cawan Panas : 43,066 gr
Berat Sampel : 4 gr
Cawan Isi : Cawan kosong + berat sampel
: 43,823 gr
Kadar Volatil % : 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑖𝑠𝑖 105°𝑐−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑖𝑠𝑖 600°𝑐
𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑖𝑠𝑖 −𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
: 43,823−43,066
x 100%
43,823−41,423
: 32%
3. Kadar Abu
Kadar abu mengacu pada persentase massa yang tersisa setelah proses
pembakaran sampah.
Berikut data yang diperoleh.
Cawan kosong : 41,423 gr
Cawan Panas : 43,023 gr
Berat Sampel : 4 gr
Cawan Isi : Cawan kosong + berat sampel
: 43,066 gr
Kadar Abu % : 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑖𝑠𝑖 600°𝑐−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑖𝑠𝑖 900°𝑐
𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑖𝑠𝑖 −𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
: 43,066−43,023
x 100%
43,066−41,423
: 3%
Teknologi pengukuran kadar air, kadar volatil, dan kadar abu yang biasa
digunakan adalah furnace. Kadar air, kadar volatil dan kadar abu dalam sampah
penting untuk diketahui. Dengan mengetahui kadar air, volatil dan abu dalam
sampah, pengelola sampah dapat memperkirakan berat dan volume sampah yang
sebenarnya dari sampah yang dikelola serta membantu dalam merencanakan
pengolahan yang efisien. Berdasarkan hasil percobaan diperoleh hasil bahwa
sampah tersebut mengandung 40% kadar air yang diukur pada suhu 105⁰C pada
suhu dan waku yang telah ditentukan maka akan menyebabkan air yang terkandung
dalam sampel sampah akan berkurang karena akan terjadi pengeringan dan
penguapan. Kadar air yang tinggi menurunkan nilai kalor dan juga akan mencegah
pembakaran lebih lanjut begitupun sebaliknya. Selama pembakaran, kadar air
dalam bahan bakar akan menyerap panas atau kalor untuk proses penguapan
sehingga akan mengurangi nilai kalor secara signifikan yang menyebakan
pembakaran tidak sempurna, selanjutnya dari hasil perhitungan diperoleh 32%
kadar volatil pada pemanasan dengan suhu 600⁰C, berdasarkan dengan literatur
Analisis kadar air ini bertujuan untuk mengetahui persentase kandungan air
yang terdapat pada setiap komponen sampah. Semakin tinggi kadar air di dalam
sampah, maka semakin banyak pula energi yang dibutuhkan untuk menguapkan air
tersebut dan kalor yang dihasilkan dalam pembakaran juga akan semakin rendah.
Kadar volatil merupakan materi yang menguap pada temperatur 600⁰C dan
menyisahkan sisa pembakaran. Kadar volatil yang tinggi menunjukkan tingginya
nilai kalor pada material tersebut. Semakin tinggi kadar volatil pada suatu
komponen maka semakin mudah komponen tersebut untuk terbakar. Sehingga laju
pembakaran akan semakin cepat. Ketika sisa pembakaran dibakar kembali pada
temperatur 900⁰C, masih ada materi yang menguap yang disebut fixed carbon dan
juga menyisahkan abu. Tinggi rendahnya kadar abu yang terdapat pada sampah
menunjukkan besarnya residu yang dihasilkan setelah terjadinya pembakaran.
Kadar air berbanding lurus dengan kadar volatil atau semakin banyak kadar air
maka semakin besar kadar volatil sedangkan kadar volatil berbanding terbalik
dengan kadar abu karena kadar abu diperoleh dari sisa kadar volatil yang menguap
(Raharjani, 2019).
Kandungan kadar air, kadar volatil dan kadar abu dapat mempengaruhi
pengolahan sampah. Apabila kadar air terlalu tinggi, seperti pada sampah yang
basah atau organik yang membusuk dapat menyebabkan pembusukan yang cepat
dan produksi gas metana yang berlebihan. Kondisi ini dapat mengganggu proses
daur ulang kompos ataupun pembakaran menjadi tidak efisien. Menurut Damanhuri
dan Padmi (2019), kadar air optimum untuk pengolahan pengomposan sampah
yaitu 50-65% , kadar air optimum untuk pengolahan biodigester yaitu >60% agar
kadar air dalam aerator lebih banyak dibandingkan dengan udara, sehingga
menimbulkan kondisi anaerob.Berdasarkan dari perolehan kadar air maka
pengolahan yang tepat digunakan ialah pengolahan biodigister. Apabila kadar
volatil dalam sampah tinggi dapat diolah dengan pengolahan termal seperti
insenerasi. Sedangkan sampah dengan kadar abu tinggi maka teknologi pengolahan
yang dapat digunakan adalah insenerasi dan gasifikasi.
LEMBAR ASISTENSI
LEMBAR ASISTENSI
LEMBAR KUNING
LEMBAR KUNING
b. Perhitungan
Reduksi Sampah
Diketahui
Berat Kompos (Aktivator) (Wkompos) : 1,4 kg Berat Sampah Organik
(Worganik) : 0,2 kg
Berat Yang Lolos Saringan (Wa) : 0,6 kg Berat Yang Tidak
Lolos Saringan (Wb) : 0,7 kg
Berat awal (W0) : Wkompos + Worganik
: 1,4 + 0,2
: 1,6 kg
Berat akhir (W1) : Wa + Wb
: 0,6 kg + 0,7 kg
: 1,3 kg
𝑊0 − 𝑊1
Reduksi sampah : × 100%
𝑊0
: (1,6-1,3)/1,6 × 100%
: 18.75 %
c. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengukuran, bau pada kompos pada hari pertama hingga
hari ketiga berbau tanah dengan campuran buah-buahan dari sampah organik
dan memasuki hari keempat bau buah-buahan tersebut sudah hilang sehingga
dapat disimpulkan bahwa bau pada proses pengomposan sudah sesuai dengan
standar kualitas kompos yang sudah ditetapkan pada SNI 19-7030-2004 yaitu
berbau tanah.
Dilihat dari hasil pengukuran kadar kelembapan kompos yang selalu merujuk
di keterangan dry+ meskipun telah disemprotkan oleh bioaktivator EM4
memberi kesimpulan bahwa terdapat gangguan pada soil meter yang dipakai
sehingga hasil analisis untuk kadar kelembapan pada kompos tidak terlalu
valid.
5) Hasil Analisis pH
Rasio C/N
Berdasarkan hasil pengamatan Kompos Takakura pada poin 4.2 didapatkan
hasil pengamatan untuk percobaan Rasio C/N yaitu sebagai berikut:
A. Hasil Pengamatan
Perhitungan
1. Perhitungan Kadar C
Keterangan:
x = variabel bebas
y = variabel terikat
a = nilai konstanta
b = koefisien regresi
(∑ yi)(∑xi2− (∑xi)(∑xiyi)
a = 𝑛 ∑ 𝑥𝑖2−( ∑xi)2
a = 0,052
Dan nilai b dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
n∑xiyi − (∑ xi)(∑ xiyi)
b = 𝑛 ∑ 𝑥𝑖 2 −( ∑xi)2
5 458,60)− (1100)(458,60)
(
b = 5(1100)− (1100)2
𝑏 = 0,001
Sehingga nilai a dan b dapat diperoleh dari persamaan estimasi hubungan
antara variabel bebas (xi) dan variabel terikat (yi) yaitu: Y = 0.001x + 0.0524.
Dimana persamaan regresi digunakan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan semua variabel bebas menjelaskan variasi dari variabel terikat
sehingga perlu juga untuk menghitung koefisien determinasinya. Semakin tinggi
nilai koefisien determinasi maka semakin baik kemampuan variabel bebas
menjelaskan variabel terikat. Dari analisis regresi tersebut, dapat digambarkan
grafik hubungan konsentrasi dengan adsorbansi sebagai berikut
Regresi Linear Kurva
0.600
0.500 y = 0.001x + 0.0524
0.400 R² = 0.9403
0.300
0.200
𝑦 = 𝑎 + 𝑏𝑥
𝑦−𝑎
x = 𝑏
0,609 − 0,052
x = 0.001
x = 541,41 𝑝𝑝𝑚
Diketahui:
Kadar air = 38,8%
Faktor koreksi kadar air = 1,63
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐶 − 𝑂𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘 (%) = 𝑝𝑝𝑚 𝑘𝑢𝑟𝑣𝑎 × 0.01 × 𝑓𝑘
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐶 − 𝑂𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘 (%) = 541,41 × 0.01 × 1.63
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐶 − 𝑂𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘 (%) = 8,85%
2. Perhitungan Kadar N
Berdasarkan hasil pengukuran kadar nitrogen telah didapatkan hasil dan
akan dimasukkan pada persamaan berikut:
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑁𝑖𝑡𝑟𝑜𝑔𝑒𝑛 (%) = (𝑉𝑐 − 𝑉𝑏) × 𝑁 × 14 × 100 × 𝑚𝑔 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ−1 × 𝑓𝑘
Dimana:
Vc,b : mL titar contoh dan blanko
N : normalitas larutan baku H2SO4
14 : bobot setara nitrogen
100 : konversi ke %
Fk : faktor koreksi kadar air = 100/(100-%kadar air)
Dari hasil pengukuran kadar nitrogen telah didapatkan hasil dan kemudian
dimasukkan pada persamaan di atas.
Diketahui:
Vc : 16 ml
Vb : 2.45
(Vc – Vb) : (16 – 2,45) = 13,55
N : 0,05
100
Fk :(100−40) = 1.67
Mg contoh : 1000 mg
Berdasarkan standar kualitas kompos yang terdapat pada SNI 19-7030- 2004,
kadar C-Organik yang ideal berkisar pada rentang 9,8% - 32% dan kadar
nitrogen minimum adalah 0,40%. Sehingga dapat disimpulkan pada kadar C-
Organik sampel tidak masuk ke dalam rentang yang disebutkan dan kadar N pada
kompos melebihi standar yang diberikan. Rendahnya kadar karbon pada kompos
dapat disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme tanah yang memanfaatkan
senyawa karbon untuk pembentukan sel-sel tubuhnya dan sebagian lagi
dibebaskan dalam bentuk CO2 selama proses dekomposisi sehingga kadar C
organik menjadi berkurang. Setelah dihitung rasio antara didapatkan hasil yaitu
rasio 5.6 dan dapat disimpulkan bahwa rasio C/N pada kompos tidak memenuhi
standar kualitas kompos berdasarkan SNI 19-7030-2004 yaitu pada rentang 10-
20, hal ini disebabkan karena kandungan dan aktivitas mikroorganisme. Semakin
lama proses fermentasi yang dilakukan maka rasio C/N semakin kecil. Nilai rasio
C/N kompos yang rendah menunjukkan bahwa bahan organik sudah
terdekomposisi dan hampir menjadi kompos.
LEMBAR ASISTENSI
LEMBAR ASISTENSI
LEMBAR KUNING
LEMBAR KUNING
A. Hasil Pengamatan
Hari 2
Hari/Tanggal = Jum’at, 27 Oktober 2023
10% Jumlah maggot = 10 ekor
Berat Maggot (10% dari populasi) = 9 gr
Berat reaktor + sampah + maggot = 750 gr
Berat sampah hari ini = 456 gr
Tabel 11 Kemampuan reduksi maggot
Jenis Sampel Sampah Tereduksi (g) Waktu Reduksi (jam)
50% Domestik
44 24
50 % Sayur Buah
Sumber: Hasil perhitungan, 2023
Hari 3
Hari/Tanggal = Sabtu, 28 Oktober 2023
10% Jumlah maggot = 10 ekor
Berat Maggot (10% dari populasi) = 12 gr
Berat reaktor + sampah + maggot = 650 gr
Berat sampah hari ini = 353 gr
Tabel 12 Kemampuan reduksi maggot
Jenis Sampel Sampah Tereduksi (g) Waktu Reduksi (jam)
50% Domestik
103 24
50 % Sayur Buah
Sumber: Hasil perhitungan, 2023
Hari 4
Hari/Tanggal = Minggu, 29 Oktober 2023
10% Jumlah maggot = 10 ekor
Berat Maggot (10% dari populasi) = 16 gr
Berat reaktor + sampah + maggot = 550 gr
Berat sampah hari ini = 249 gr
Tabel 13 Kemampuan reduksi maggot
Jenis Sampel Sampah Tereduksi (g) Waktu Reduksi (jam)
50% Domestik
104 24
50 % Sayur Buah
Sumber: Hasil perhitungan, 2023
Hari 5
Hari/Tanggal = Senin, 30 Oktober 2023
10% Jumlah maggot = 10 ekor
Berat Maggot (10% dari populasi) = 17 gr
Berat reaktor + sampah + maggot = 450 gr
Berat sampah hari ini = 148 gr
Tabel 14 Kemampuan reduksi maggot
Jenis Sampel Sampah Tereduksi (g) Waktu Reduksi (jam)
50% Domestik
101 24
50 % Sayur Buah
Sumber: Hasil perhitungan, 2023
Hari 6
Hari/Tanggal = Selasa, 31 Oktober 2023
10% Jumlah maggot = 10 ekor
Berat Maggot (10% dari populasi) = 20 gr
Berat reaktor + sampah + maggot = 400 gr
Berat sampah hari ini = 95 gr
Tabel 15 Kemampuan reduksi maggot
Jenis Sampel Sampah Tereduksi (g) Waktu Reduksi (jam)
50% Domestik 53 24
Sumber: Hasil perhitungan, 2023
Hari 7
Hari/Tanggal = Rabu, 1 November 2023
10% Jumlah maggot = 10 ekor
Berat Maggot (10% dari populasi) = 20 gr
Berat reaktor + sampah + maggot = 400 gr
Berat sampah hari ini = 95 gr
Tabel 16 Kemampuan reduksi maggot
Jenis Sampel Sampah Tereduksi (g) Waktu Reduksi (jam)
50% Domestik 0 24
Sumber: Hasil perhitungan, 2023
WRI = 𝐷
X 100
𝑡
= 3,38 %
𝑌
𝑍
X 100
SR =
= 100
B. Pembahasan
Black Soldier Fly (BSF) atau dalam bahasa latin Hermetia illucens
merupakan spesies lalat dari ordo Diptera dan famili Stratiomyidae dengan
genus Hermetia. Black Soldier Fly adalah spesies lalat tropis yang mempunyai
kemampuan mengurai materi organik dengan sangat baik. Larva lalat Black
soldier Fly (BSF) dapat dimanfaatkan untuk mengkonversi materi organik sehingga
memiliki potensi ekonomi. Larva BSF mampu mendegradasi sampah organik, baik
SAMPAH TEREDUKSI
120
BERAT SAMPAH TEREDUKSI (GR)
100
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7
LAMA PENGAMATAN (HARI)
proses metabolismenya. Sehingga berat sampah yang diperoleh hasil dari reduksi
sampah selama tujuh hari berturut-turut yaitu 500 gram, 456 gram, 353 gram, 249
gram, 148 gram, 95 gram, 95 gram.
20
Berat Maggot (gr)
15
10
0
1 2 3 4 5 6 7
Lama Pengamatan (Hari)
LEMBAR ASISTENSI
LEMBAR ASISTENSI
LEMBAR KUNING
LEMBAR KUNING
4.5 Pirolisis
Teknologi pengolahan pirolisis merupakan suatu proses dekomposisi kimia
bahan organik melalui pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau reagen lainnya.
Proses ini dapat mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak, karbon,
dan gas. Pirolisis dilakukan di dalam tabung pirolisis yang dipasang di tungku
pembakaran, dimana bahan baku dimasukkan ke dalam tabung pirolisis, sementara
bahan bakar dimasukkan ke dalam tungku pembakaran. Proses ini menghasilkan
produk berupa bahan bakar padat (karbon), cairan (campuran tar dan beberapa zat
lainnya), dan gas (karbon dioksida, metana, dan beberapa gas lainnya).
Densitas adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi
densitas suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Massa
jenis rata-rata suatu benda adalah total massa dibagi dengan total volumenya.
Sebuah benda yang memiliki massa jenis yang lebih tinggi akan memiliki volume
yang lebih rendah daripada benda bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih
rendah (Landi & Arijanto, 2017).
Polietilena (PE) adalah plastik yang paling sederhana dan juga paling murah.
Selain itu tidak berbau, tidak berwarna dan tidak beracun. Jika PE dipanaskan
secara kuat maka ikatannya menjadi silang, diikuti pemutusan ikatan secara acak
pada suhu lebih tinggi, tapi tidak terjadi pada depolimerisasi. Depolimerisasi adalah
upaya untuk mendapatkan kembali senyawa dasar polimer plastik. Karena ikatan
itulah, PE di bedakan menjadi dua jenis : LDPE (Low Density Polyethelene) dan
HDPE (High Density Polyethelene). LDPE bersifat lebih plastis, ikatannya tidak
rapat dan rantainya bercabang. Sedangkan HDPE bersifat kaku, ikatannya rapat dan
rantainya lurus (Hanani, 2015).
Berdasarkan praktikum dihasilkan data densitas minyak pada plastik LDPE dan
HDPE sebagai berikut:
Tabel 18 Densitas minyak pada plastik LDPE dan plastik HDPE
Densitas Minyak (kg/m3)
Waktu (menit)
LDPE HDPE
30 821,026 774,233
60 886,294 873,475
Sumber: Data sekunder, 2023
Berdasarkan data densitas yang didapatkan, nilai densitas minyak jenis plastik
LDPE untuk waktu 30 dan 60 menit lebih tinggi dibandingkan jenis plastik HDPE.
Tinggi rendahnya densitas dari minyak yang dihasilkan melalui proses pirolisis
dipengaruhi oleh kandungan panas akibat lilin yang ada pada minyak, dimana
semakin tinggi densitas minyak maka kandungan panas yang dimiliki rendah dan
mengandung banyak kandungan lilin sedangkan jika densitas bernilai rendah maka
kandungan panas yang dimiliki tinggi dan mengandung lilin yang lebih sedikit
(Zikri dkk., 2019).
Diketahui:
Massa Awal (W1): 500 gram
Massa Akhir (W2): 0 gram
Suhu: 300°C
(𝑾𝟏−𝑾𝟐)
%𝐾𝑒ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 = × 𝟏𝟎𝟎%
𝑾𝟏
𝟓𝟎𝟎
%𝐾𝑒ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 = 𝟓𝟎𝟎 × 𝟏𝟎𝟎%
Berdasarkan produk hasil tabel di atas, didapatkan minyak lebih banyak pada
plastik LDPE daripada plastik HDPE, sedangkan plastik HDPE menghasilkan lebih
banyak produk wax daripada HDPE. Plastik LDPE menghasilkan lebih banyak
minyak daripada plastik HDPE karena perbedaan dalam struktur molekul dan sifat
fisik keduanya. LDPE (Low Density Polyethylene) lebih fleksibel dan memiliki titik
leleh yang lebih rendah daripada HDPE (High Density Polyethylene). Sebaliknya,
HDPE lebih kaku dan memiliki titik leleh yang lebih tinggi.
Berdasarkan data yang didapatkan maka dapat dilihat bahwa pengaruh waktu
terhadap wax pada waktu pembakaran 30 menit lebih besar daripada pembakaran
60 menit di plastik LDPE maupun HDPE, di mana pada plastik LDPE
menghasilkan wax yang lebih banyak yaitu 29,1 gram pada pembakaran 30 menit
dibandingkan pada pembakaran 60 menit sebanyak 27,8 gram. Begitupun pada
plastik HDPE menghasilkan wax yang lebih tinggi pada waktu pembakaran 30
menit yaitu 33,8 gram wax sedangkan waktu pembakaran 60 menit menghasilkan
30,8 gram wax. Dari produk yang didapatkan terbukti bahwa ketika kandungan
densitas minyak yang dihasilkan melalui proses pirolisis lebih tinggi maka
dihasilkan wax atau lilin yang lebih sedikit dibandingkan dengan densitas yang
lebih rendah. Selain itu dapat dilihat juga pengaruh waktu pirolisis yang dilakukan
dimana semakin lama waktu pembakaran maka densitas minyak yang dihasilkan
semakin tinggi (Ridhuan dkk., 2019). Hal tersebut terjadi karena ada peningkatan
nilai densitas pada setiap proses pirilosis yang dilakukan pada percobaan ini.
Pada data sekunder hasil Praktikum Pirolisis pada plastik LDPE dan HDPE
didapatkan densitas minyak sebesar 774,233 kg/m3; 821,026 kg/m3; 886,294 kg/m3;
dan 873,475 kg/m3 dibandingkan dengan bahan bakar di pasaran. Maka, produk
minyak yang dihasilkan bisa menjadi alternatif bahan bakar karena nilai densitas
minyaknya termasuk seperti tabel berikut:
Tabel 20 Densitas bahan bakar
Bahan bakar Densitas (kg/m3)
Permium 710-770
Pertalite 715-770
Pertamax 715-770
Solar 815-870
Biodisel 856-877
Sumber: Google search, 2023
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
satunya ialah rasio C/N. Jika rasio C/N terlalu tinggi maka dekomposisi akan
berproses lambat karena kekurangan N sebagai sintesis protein. Berdasarkan
hasil praktikum, persentase reduksi sampah dengan kompos Takakura sebesar
18,75% dengan kadar C sebesar 8,85% dan kadar N sebesar 1,58%.
Berdasarkan standar kualitas kompos yang terdapat pada SNI 19-7030- 2004,
kadar C-Organik yang ideal berkisar pada rentang 9,8% - 32% dan kadar
nitrogen minimum adalah 0,40%. Sehingga dapat disimpulkan pada kadar C-
Organik sampel tidak masuk ke dalam rentang yang disebutkan dan kadar N
pada kompos melebihi standar yang diberika dengan rasio C/N yang diperoleh
5.6 dan tidak memenuhi standar kualitas kompos yaitu pada rentang 10- 20.
c. Pengolahan sampah dengan bantuan organisme Black Soldier Fly (BSF)
merupakan proses pengolahan dengan kemampuan mengurai materi organik
dengan sangat baik. Kemampuan mendegradasi sampah larva BSF dinilai lebih
baik dibandingkan serangga lainnya serta keberadaan larva BSF dinilai cukup
aman bagi kesehatan manusia karena lalat ini bukan termasuk binatang vektor
penyakit. Pada praktikum ini digunakan persentase sampah sebesar 50%
sampah domestik dan 50% sampah sayur dan buah sehingga diperoleh
kesimpulan dari hasil pengamatan selama 7 hari berturut-turut larva BSF
mampu mereduksi sampah sebesar 77%, tingkat degradasi sampah sebesar 0,81
gram, waste reduction index sebesar 3,38%, dan survival rate sebesar 100%.
d. Pengolahan dengan metode pirolisis merupakan salah satu teknologi
pengolahan termal dengan menggunakan sumber panas eksternal. Percobaan
ini mengamati pengaruh jenis plastik, pengaruh suhu serta persentase
penurunan massa limbah plastik yaitu Hight-Density Polyethylene (HDPE) dan
Low-Density Polyethylene (LDPE). Dari hasil perhitungan diperoleh hasil
persentase kehilangan berat sebesar 100%, dimana hal ini menunjukkan bahwa
sampah plastik tereduksi dengan sempurna. Pada plastik LDPE didapatkan
minyak lebih banyak daripada plastik HDPE, sedangkan plastik HDPE
menghasilkan lebih banyak produk wax daripada HDPE. Plastik LDPE
menghasilkan lebih banyak minyak daripada plastik HDPE karena perbedaan
dalam struktur molekul dan sifat fisik keduanya. LDPE (Low Density
Polyethylene) lebih fleksibel dan memiliki titik leleh yang lebih rendah
DAFTAR PUSTAKA