Anda di halaman 1dari 3

Kelahiran Tuhan Yesus

Dengan melangkah pelan-pelan karena sudah lelah, Yusuf dan Maria


menelusuri jalan yang naik turun di bukit-bukit Efrata. Sudah berhari-
hari lamanya mereka berjalan. Sekarang mereka hampir sampai ke
tempat tujuan. Di depan mereka tampak membentang rumah di
Betlehem dengan warna keputih-putihan kena sinar matahari yang
sudah condong ke barat. Bukan atas kemauan mereka sendiri mereka
pergi ke Betlehem.

Sebenarnya mereka lebih suka tinggal di Nazaret. Apalagi sudah


hampir waktunya Anak yang dijanjikan itu akan lahir. Tetapi, mereka
harus pergi, karena Kaisar Agustus, yang memerintah kerajaan
Romawi yang luas itu, mengeluarkan suatu perintah untuk
mengadakan sensus penduduk di seluruh kerajaannya.

Karena itu, di seluruh negeri Yahudi diumumkan agar tiap orang harus
pergi ke kotanya masing-masing untuk mendaftarkan namanya. Tidak
ada orang yang berani menentang perintah Kaisar. Demikianlah,
Yusuf dan Maria menempuh perjalanan yang sangat jauh dan sulit ke
Betlehem, kota Daud, karena mereka berasal dari keturunan Daud.
Jadi, mereka adalah keturunan raja.

Akhirnya mereka sampailah di pintu gerbang kota Betlehem!


Tak lama lagi, mereka dapat istirahat. Mereka keluar mausk
jalan-jalan yang penuh sesak dengan orang-orang yang datang
dari segala penjuru negeri ke kota itu. Lalu sampailah mereka
ke sebuah rumah penginapan. Mereka bertanya apakah di sana
ada tempat untuk bermalam. Ternyata sudah penuh sesak
dengan orang-orang dan ternak yang berjejal jejal. Suara-
suara yang memanggil manggil dan berteriak-teriak dengan
ributnya memusingkan kepala, apa lagi untuk Maria yang
sudah lelah itu.

Yusuf dan Maria berjalan ke sana ke mari mencari tempat,


tetapi sia-sia saja. Di mana-mana tidak ada tempat, sekali pun
untuk seorang ibu yang dalam keadaan hamil tua itu. Tidak
ada tempat yang kosong untuk ibu Tuhan. Akhirnya, mereka
mendapat tempat juga. Bukan di rumah penginapan atau
rumah seorang penduduk kota itu, melainkan di dalam sebuah
kandang.

Di sana pun jadilah, pikir mereka. Saat itu domba-domba


sedang merumput di padang rumput di luar kota, dijaga oleh
para gembala. Di dalam kandang itu ada sebuah palungan
tempat makanan ternak. Di sebelah pojok. Yusuf meletakkan
jerami dan mengaturnya untuk tempat tidur. Di sanalah
mereka duduk lalu makan.

Hari makin petang, gelap pun mulai turun. Bintang-bintang


mulai bertaburan di langit. Kota Betlehem diliputi kegelapan
malam. Pada malam yang gelap, di tempat yang sepi dan
tersembunyi itu terjadilah mukjizat yang paling besar, yang
belum pernah terjadi di dunia.

Di sana, lahirlah Anak Allah yang sudah dijanjikan berabad-


abad sebelumnya, sebagai seorang Bayi kecil dan lemah.
Ketika Juruselamat itu lahir tak ada orang lain yang hadir
kecuali Yusuf dan Maria. Dengan penuh kasih dan
kebahagiaan Maria mencium Bayi itu, dan Yusuf mengelus-
elus-Nya dengan tangannya yang kasar. Lebih daripada cinta
kasih, tak ada yang dapat mereka berikan kepada Anak itu.

Tak ada tempat tidur yang empuk untuk Dia. Maria


membungkus-Nya dengan kain lampin biasa. Yusuf menaruh
jerami di dalam palungan yang ada di situ, lalu Maria
meletakkan Bayi itu di dalamnya. Demikianlah, Anak Allah
berbaring dalam sebuah palungan, tempat makan ternak. Raja
di langit dan bumi lahir di dalam sebuah kandang. Siapakah
yang percaya akan hal tersebut?

Anda mungkin juga menyukai