Anda di halaman 1dari 12

1.

CONTOH FORMULIR 1721-A1 DAN FORMULIR 1721-A2


CONTOH FORMULIR 1721-A2

FORMULIR 1721-A1 FORMULIR 1721-A2


Bukti Potong PPh Pasal 21 menggunakan Bukti Potong PPh Pasal 21 menggunakan
Formulir 1721-A1 ini diperuntukkan bagi Formulir 1721-A2 diperuntukkan bagi
pegawai tetap atau penerima pensiun atau pegawai negeri sipil atau anggota Tentara
tunjangan hari tua/jaminan hari tua berkala. Nasional Indonesia (TNI) atau anggota Polisi
Republik Indonesia (POlri) atau pejabat
negara atau pensiunan.
2. PERBEDAAN FORMULIR 1721-A1 DAN 1721-A2

3. LANGKAH-LANGKAH DAN FUNGSI TIAP TAHAPAN

Berikut langkah-langkah pengisian Formulir 1721-A1

1) Nomor
Bagian nomor diisi dengan nomor bukti pemotongan PPh Pasal 21 bagi pegawai tetap atau
penerima pensiun atau tunjangan hari tua/jaminan hari tua berkala dengan format penulisan:
1. 1-mm . yy-xxxxxxx.
Adapun penjelasannya, sebagai berikut .
1. 1 : kode bukti pemotongan PPh Pasal 21 bagi pegawai tetap atau penerima pensiun
atau tunjangan hari tua/jaminan hari tua.
mm : diisi masa pajak.
yy : diisi dua digit terakhir dari tahun pajak.
xxxxxxx : diisi nomor urut.
Nomor urut berlanjut selama satu tahun pajak. Saat memasuki masa pajak berikutnya.
Nomor urut dimulai kembali dari 0000001.
2) Masa perolehan penghasilan
Pada bagian masa perolehan penghasilan yang terdapat disamping nomor diisi dengan masa
perolehan penghasilan dalam tahun kalender yang bersangkutan, dengan format penulisan
mm-mm. Misalnya: Apabila masa perolehan penghasilannya sejak bulan Januari sampai
dengan bulan Desember 2019 ditulis 01-12.
3) NPWP pemotong
Bagian NPWP pemotong diisi dengan NPWP pemotong.
4) Nama pemotong
Bagian nama pemotong diisi dengan nama pemotong.
5) Bagian huruf A
Huruf A menunjkan identitas penerima penghasilan yang dipotong. Adapun pengisian pada
bagian ini, sebagai berikut.
a) Angka 1 diisi dengan NPWP penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21.
b) Angka 2 diisi dengan Nomor Induk Kependudukan (NIK) dalam hal penerima penghasilan
yang dipotong PPh Pasal 21 merupakan Wajib Pajak dalam negeri atau diisi dengan nomor
paspor dalam hal penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 merupakan Wajib
Pajak luar negeri.
c) Angka 3 diisi dengan nama penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21.
d) Angka 4 diisi dengan alamat penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21.
e) Angka 5 diisi dengan silang (X) sesuai dengan jenis kelamin.
f) Angka 6 status K: Kawin, TK: Tidak Kawin, HB: Wajib Pajak kawin yang hidup berpisah.
Isikan jumlah tanggungan pada status yang sesuai, yaitu setiap anggota keluarga sedarah
dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi
tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang.
g) Angka 7 diisi dengan nama jabatan.
h) Angka 8 diisi dengan silang (X) dalam hal merupakan karyawan asing.
i) Angka 9 diisi dengan kode negara domisili dalam hal merupakan karyawan asing. Daftar
kode negara domisili terdapat pada petunjuk pengisian Bukti Pemotongan PPh Pasal 21
(Formulir 1721-VI).
6) Bagian huruf B
Huruf B menunjukan rincian penghasilan dan penghitungan PPh Pasal 21. Adapun yang perlu
diisikan pada huruf B, sebagai berikut.
a) Kode objek pajak
Diisi dengan tanda silang pada kotak pilihan kode yang sesuai, yaitu:
21-100-01 : untuk penghasilan yang diterima oleh pegawai tetap.
21-100-02 : untuk penghasilan yang diterima oleh penerima pensiun secara teratur.
b) Angka 1 - angka 12
Diisi sesuai dengan keterangan yang terdapat dalam formulir.
c) Angka 13
Bagian ini hanya diisi dalam hal pegawai yang bersangkutan merupakan pindahan dari
kantor pusat atau kantor cabang atau merupakan peserta dana pensiun yang baru dalam
tahun pajak berjalan. Jumlah yang diisikan, yaitu sesuai dengan jumlah pada angka 12 dari
Formulir 1721-A1 yang dibuat oleh pemberi kerja sebelumnya.
d) Angka 14
Apabila masa perolehan penghasilan meliputi satu tahun kalender, yaitu Januari sampai
dengan Desember, maka bagian ini diisi sesuai dengan jumlah pada angka 12.
Apabila masa perolehan penghasilan kurang dari satu tahun kalender, maka:
(1) Dalam hal pegawai yang bersangkutan pada akhir masa perolehan penghasilan
dipindahkan ke kantor pusat atau ke kantor cabang dari pemberi kerja yang sama,
maka oleh pemotong yang lama bagian ini diisi dengan: (jumlah pada angka 8 -
jumlah pada angka 11 kemudian disetahunkan).
(2) Dalam hal pegawai yang bersangkutan pada akhir masa perolehan penghasilan
berhenti menjadi pegawai namun tidak meninggalkan indonesia untuk selama-
lamanya, atau berhenti menjadi pegawai karena pensiun atau pindah ke pemberi kerja
lainnya di indonesia, maka bagian ini diisi dengan jumlah sesuai dengan jumlah pada
angka 12.
(3) Dalam hal pegawai yang bersangkutan pada akhir masa perolehan berhenti menjadi
pegawai dan meninggalkan indonesia untuk selama-lamanya, atau berhenti menjadi
pegawai karena meninggal dunia atau pegawai dari luar negeri (ekspatriat) yang baru
berada di indonesia dalam tahun yang bersangkutan maka bagian ini diisi dengan:
jumlah pada angka 8 - jumlah pada angka 11 kemudian disetahunkan.
(4) Dalam hal pegawai yang bersangkutan adalah pegawai baru (baru mulai bekerja), di
mana pada tanggal 1 Januari tahun yang bersangkutan telah berada atau bertempat
tinggal di indonesi, maka bagian ini diisi sesuai dengan jumlah pada angka 12.

(5) Dalam hal pegawai yang bersangkutan adalah pindahan dari kantor pusat atau kantor
cabang dari pemberi kerja yang sama atau baru pensiun, maka bagian ini diisi oleh
pemotong yang baru dengan hasil penjumlahan angka 12 dan angka 13.
e) Angka 15
Diisi dengan jumlah PTKP setahun dengan memerhatikan jumlah tanggungan. Bagi Wajib
Pajak kawin yang hidup berpisah, penghitungan PTKP meliputi PTKP untuk diri pegawai
yang bersangkutan ditambah PTKP untuk tanggungan.
f) Angka 16
Pada bagian ini diisi dengan jumlah Penghasilan Kena Pajak (PKP) setahun.
g) Angka 17
Diisi dengan besarnya penghitungan PPh atas Penghasilan Kena Pajak (PKP) dengan
menggunakan tarif Pasal 17 UU PPh.
h) Angka 18
Bagian ini hanya diisi dalam hal pegawai yang bersangkutan merupakan pindahan dari
kantor pusat atau kantor cabang lainnya, baik dari pemberi kerja yang sama maupun dari
pemberi kerja yang berbeda dalam tahun pajak berjalan, atau merupakan peserta dana
pensiun yang baru dalam tahun pajak berjalan. Jumlah yang diisikan, yaitu sesuai dengan
jumlah pada angka 19 dari Formulir 1721-A1 yang dibuat pemberi kerja sebelumnya.
i) Angka 19
Pada PPh Pasal 21 terutang yang terdapat pada angka 19 perlu diperhatikan beberapa hal,
sebagai berikut.
(1) Dalam hal penghasilan neto untuk penghitungan PPh Pasal 21 adalah jumlah yang
tidak disetahunkan, maka bagian ini diisi sesuai dengan jumlah pada angka 17.
(2) Dalam hal pegawai yang bersangkutan merupakan pindahan kantor dari kantor pusat
atau kantor cabang lainnya (baik dari pemberi kerja yang sama maupun pemberi kerja
yang berbeda) atau merupakan peserta dana pensiun yang baru dalam tahun pajak
berjalan, maka bagian ini diisi dengan hasil pengurangan dari jumlah pada angka 17
dengan jumlah pada angka 18.
(3) Dalam hal penghasilan neto untuk penghitungan PPh Pasal 21 adalah jumlah yang
deisetahunkan, maka bagian ini diisi jumlah yang sebanding, sesuai dengan banyaknya
masa perolehan penghasilan, terhadap PPh terutang pada angka 17.
j) Angka 20
Berisi jumlah PPh Pasal 21 dan 26 yang telah dipotong dan dilunasi.
7) Bagian C
Bagian pada huruf C berisi identitas pemotong. Penandatanganan bukti pemotongan ini
dilakukan oleh pemotong/pemimpin/pihak yang ditunjuk atau kuasa. Adapun pengisiannya,
sebagai berikut.
a) Angka 1 diisi dengan NPWP yang menandatangani bukti pemotongan ini.
b) Angka 2 diisi dengan nama yang menandatangani bukti pemotongan ini.
c) Angka 3 diisi dengan tanggal pembuatan bukti pemotongan PPh Pasal 21 bagi pegawai
tetap atau penerima pensiun atau tunjangan hari tua/jaminan hari tua, dengan format
penulisan dd-mm-yyyy.
d) Kotak : Diisi dengan tanda tangan dan cap.

Berikut adalah langkah pengisian Formulir 1721-A2.

1) Nomor
Diisi dengan nomor bukti pemotongan PPh Pasal 21 bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS),
anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI), anggota Polisi Republik Indonesia (POLRI),
pejabat negara atau pensiunannya dengan format penulisan: 1 . 2-mm . yy-xxxxxxx.
Adapun penjelasan dari format penulisan, sebagai berikut.
1.2 : kode bukti pemotongan PPh Pasal 21 bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS),
anggota Tentara Republik Indonesia (TNI)/Polisi Republik Indonesia (POLRI),
pejabat negara atau pensiunannya.
mm : diisi masa pajak.
yy : diisi dua digit terakhir dari tahun pajak.
xxxxxxx : diisi nomor urut.
Nomor urut berlanjut selama satu tahun pajak. Saat memasuki masa pajak berikutnya.
Nomor urut dimulai kembali dari 0000001.
2) Masa perolehan penghasilan
Diisi dengan masa perolehan penghasilan dalam tahun kalender yang bersangkutan, dengan
format penulisan mm-mm.
Misalnya: Apabila masa perolehan penghasilannya sejak bulan Januari sampai dengan bulan
Desember 2019 ditulis 01-12.
3) Nama instansi/badan lain
Diisi dengan nama instansi/badan lain dari Bendahara Pemotong PPh Pasal 21.
4) Nama bendahara
Diisi dengan nama bendahara, misalnya Bendahara Pengeluaran Gaji Kantor Pelayanan.
5) NPWP bendahara
Diisi dengan NPWP bendahara.
6) Pengisian huruf A
Huruf A menunjukkan identitas penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21. Adapun
pengisiannya, sebagai berikut.
a) Angka 1 diisi dengan NPWP penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21.
b) Angka 2 diisi dengan NIP/NRP penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21.
c) Angka 3 diisi dengan nama penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21.
d) Angka 4 diisi dengan pangkat/golongan penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21
e) Angka 5 diisi dengan alamat penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21.
f) Angka 6 diisi dengan silang (X) sesauai dengan jenis kelamin.
g) Angka 7 diisi dengan Nomor Induk Kependudukan (NIK) penerima penghasilan yang
dipotong PPh Pasal 21.
h) Angka 8 status K: Kawin, TK: Tidak Kawin, HB: Wajib Pajak kawin yang hidup berpisah.
Isikan jumlah tanggungan pada status yang sesuai, yaitu setiap anggota keluarga sedarah
dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi
tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang.
i) Angka 9 diisi dengan nama jabatan.
7) Pengisian pada huruf B
Huruf B berisi rincian penghasilan dan penghitungan PPh Pasal 21. Adapun pengisiannya,
sebagai berikut.
a) Kode objek pajak
Diisi dengan tanda silang pada kotak pilihan kode yang sesuai, yaitu:
21-100-01 : untuk penghasilan yang diterima oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS),
anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI), anggota Polisi Republik
Indonesia (POLRI) atau pejabat negara.
21-100-02 : untuk penghasilan yang diterima oleh penerima pensiun secara teratur.
b) Angka 1 - angka 15
Diisi sesuai keterangan yang terdapat dalam formulir.
c) Angka 10
Penghasilan tetap dan teratur lainnya yang pembayarannya terpisah dari pembayaran gaji,
meliputi baik karena ditugaskan pada satuan kerja lain maupun adanya tambahan tunjangan
tertentu.
d) Angka 16
Bagian ini diisi dalam hal Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI, anggota POLRI, pejabat
negara merupakan pindahan dari unit/instansi lain (bendahara pembayar berbeda) atau
pensiunan yang menjadi peserta dana pensiun baru dalam tahun berjalan.
Jumlha yang diisikan adalah jumlah penghasilan neto sesuai angka 15 dari formulir 1721-
A2 yang dibuat bendahara unit/instansi sebelumnya.
e) Angka 17
Apabila masa perolehan penghasilan meliputi satu tahun kalender, maka bagian ini diisi
sesuai dengan jumlah pada angka 15 (jumlah penghasilan neto). Apabila masa perolehan
penghasilan kurang dari satu tahun kalender, maka:
(1) Dalam hal Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI, anggota POLRI, pejabat negara pada
akhir masa perolehan penghasilan dipindahkan ke unit/instansi atau memasuki masa
pensiun dalam tahun berjalan, maka oleh bendahara unit/instansi lama bagian ini diisi
dengan jumlah pada angka 11 dikurangi jumlah pada angka 14 kemudian
disetahunkan.
(2) Dalam hal pegawai negeri sipil, anggota TNI, anggota POLRI, pejabat negara
merupakan Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI, anggota POLRI, pejabat negara baru
(baru mulai bekerja), maka jumlah ini diisi sesuai dengan angka 15.
(3) Dalam hal Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI, anggota POLRI, pejabat negara
merupakan pindahan dari uni/instansi lain atau baru pensiun, maka bagian ini diisi
oleh bendahara/pemotong yang baru dengan hasil penjumlahan angka 15 dan angka 16
f) Angka 18
Diisi dengan jumlah PTKP setahun dengan memerhatikan jumlah tanggungan. Bagi Wajib
Pajak kawin yang hidup berpisah, penghitungan PTKP meliputi PTKP untuk diri pegawai
yang dibersangkutan ditambah PTKP untuk tanggungan.
g) Angka 19
Diisi dengan Penghasilan Kena Pajak (PKP) setahun.
h) Angka 20
Diisi dengan besarnya penghitungan PPh atas penghasilan kena pajak dengan
menggunakan tarif Pasal 17 UU PPh.
i) Angka 21
Bagian ini diisi dalam hal Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI, anggota POLRI, pejabat
negara merupakan pindahan unit/instansi lain (bendahara pembayar berbeda) atau
pensiunan yang menjadi peserta dana pensiun baru dalam tahun berjalan. Jumlah yang
diisikan adalah jumlah penghasilan neto sesuai angka 22 dari formulir 1721-A2 yang
dibuat bendahara unit/instansi sebelumnya.
j) Angka 22
Dalam pengisian PPh Pasal 21 terutang terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan
antara lain:
(1) Dalam hal penghasilan neto untuk penghitungan PPh Pasal 21 adalah jumlah yang
tidak disetahunkan, maka bagian ini diisi sesuai dengan jumlah pada angka 20.
(2) Dalam hal Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI, anggota POLRI, pejabat negara
merupakan pindahan dari unit/instansi lain atau pensiunan yang menerima uang
pensiun dalam tahun berjalan, maka bagian ini diisi dengan jumlah hasil pengurangan
antara angka 20 dengan angka 21.
(3) Dalam hal penghasilan neto untuk penghitungan PPh Pasal 21 adalah jumlah yang
disetahunkan, maka bagian ini diisi jumlah yang sebanding sesuai dengan banyaknya
masa perolehan penghasilan, terhadap jumlah PPh terutang pada angka 20.
k) Angka 23 berisi PPh yang telah dipotong dan dilunasi
Pada angka 23 yang menunjukan PPh Pasal 21 yang dipotong terdapat dua bagian, yaitu
angka 23 A dan 23 B. Adapun keterangannya, sebagai berikut.

(1) Angka 23 A
Pada angka 23 dalam formulir 1721-A2 menunjukan cara penghitungan atas gaji dan
tunjangan.
(2) Angka 23 B
Pada angka 23 B menunjukan cara penghitungan PPh atas penghasilan tetap dan
teratur lainnya yang pembayarannya terpisah dari pembayaran gaji mengacu pada
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262/PMK.03/2010 tentang Tata Cara
Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI,
Anggota POLRI, dan Pensiunannya atas Penghasilan yang Menjadi Beban Aanggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD).
8) Bagian C
Bagian ini hanya diisi dalam hal masa perolehan penghasilan kurang dari satu tahun kalender
dengan cara memberi tanda silang pada kotak yang sesuai.
9) Pengisia bagian huruf D
Pada formulir 1721-A2 bagian D menunjukkan tanda tangan bendahara. Pada bagian ini
terdapat identitas lengkap bendahara mulai dari NPWP, nama, NIP/NRP, serta tanggal dan
tanda tangan. Adapun cara pengisian pada bagian ini, sebagai berikut.
a) Angka 1 : diisi dengan NPWP bendahara.
b) Angka 2 : diisi dengan nama bendahara.
c) Angka 3 : diisi dengan NIP/NRP bendahara.
d) Angka 4 : diisi dengan tanggal pembuatan bukti pemotongan PPh Pasal 21 bagi
Pegawai Negeri Sipil (PNS), anggota TNI, anggota POLRI, pejabat negara dan
pensiunannya, dengan format penulisan dd-mm-yyyy.
e) Kotak di bagian samping paling bawah diisi tanda tangan bendahara dan cap instansi.

2. ISI DARI MASING-MASING FORMULIR (1721-I, 1721-II, 1721-III, 1721-


IV,1721-V, 1721-VI)
1) Formulir 1721-I
Formulir 1721-I merupakan daftar bukti pemotongan PPh Pasal 21 pegawai tetap/penerima
pensiun. Formulir ini digunakan untuk melaporkan pemotongan PPh untuk:
a) Satu masa pajak, yaitu dilakukan pada setiap masa pajak (Januari sampai Desember).
b) Satu tahun pajak, yaitu dilakukan pada masa pajak Desember.

Oleh karena itu, pada masa pajak Desember pemotong melaporkan pemotongan PPh dengan
menggunakan formulir ini yang meliputi dua set, yaitu untuk pelaporan masa pajak Desember
dan untuk perlaporan satu tahun pajak.
2) Formulir 1721-II
Formulir 1721-II merupakan daftar perubahan pegawai tetap dan hanya dilampirkan pada saat
ada pegawai tetap yang keluar atau masuk dan ada pegawai tetap yang baru memiliki NPWP.
Formulir ini digunakan untuk melaporkan pemotongan PPh yang dilakukan dengan
menggunakan formulir 1721-VI.
3) Formulir 1721-III
Formulir 1721-III digunakan untuk melaporkan pemotongan PPh yang dilakukan dengan
menggunakan formulir 1721-VII.
4) Formulir 1721-IV
Formulir 1721-IV Daftar Surat Setoran Pajak (SSP) dan/atau Bukti Pemindahbukuan (Pbk)
untuk pemotongan PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 digunakan untuk melaporkan penyetoran
dan pemindahbukuan PPh Pasal 21 dan Pasal 26 dengan menggunakan SSP dan Bukti Pbk.
Formulir 1721-IV Daftar Surat Setoran Pajak (SSP) dan/atau Bukti Pemindahbukuan (Pbk)
untuk Pemotongan PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 tidak perlu dilampirkan dalam pelaporan
SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 apabila tidak ada penyetoran dan/atau
pemindahbukuan PPh Pasal 21 dan Pasal 26 dengan menggunakan SSP dan Bukti Pbk.
5) Formulir 1721-V
Formulir 1721-V hanya disampaikan pada masa pajak Desember oleh Wajib Pajak yan tidak
wajib menyampaikan SPT Tahunan, antara lain Wajib Pajak cabang, bentuk kerja sama
operasi (joint operation), dan lain-lain.
6) Formulir 1721-VI
Formulir 1721-VI adalah bukti pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final. Apabila mengacu
perincian kode objek pajak dalam Formulir 1721-VI, yang dimaksud dengan PPh Pasal 21
tidak final pada formulir ini terdiri atas 12 jenis penghasilan.

Anda mungkin juga menyukai