Anda di halaman 1dari 17

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KEBERHASILAN DESA WISATA KUNGKUK


DENGAN PENDEKATAN SUSTAINABLE
LIVELIHOOD APPROACH

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Dina Sisilia Nilasari


175020101111001

JURUSAN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN DESA WISATA
KUNGKUK DENGAN PENDEKATAN SUSTAINABLE LIVELIHOOD APPROACH
Dina Sisilia Nilasari
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Email: dina.s.nilasari@gmail.com

ABSTRAK
Desa mempunyai peran yang begitu besar pada pembangunan daerah yang berkelanjutan.
Pembangunan desa yang berkelanjutan sangat penting supaya sumber daya yang tersedia tetap ada,
tidak terjadi kelangkaan yang telah dimanfaatkan oleh individu atau kelompok elit bahkan asing.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi pembangunan Desa Wisata Kungkuk dalam
perspektif Sustainable Livelihood Approach (SLA) dan mengetahui faktor internal yang
mendominasi di Desa Wisata Kungkuk. Latar belakang terbentuknya Desa Wisata Kungkuk yaitu
pada tahun 2000 pertanian jeruk dan apel sudah tidak berjaya seperti dulu karena harga apel
menurun, selain itu produktivitas apel dan jeruk menurun karena umur pohon apel dan jeruk sudah
tua yaitu sekitar 40-50 tahun. Dengan latar belakang terbentuknya Desa Wisata Kungkuk itu, maka
terdapat problem yaitu pengelolaan Desa Wisata oleh masyarakat yang tidak mengerti tentang
konsep wisata, dari yang sebelumnya bermatapencaharian sebagai petani. Metode analisis data
yang digunakan adalah metode statistik deskriptif berisi pengujian-pengujian data yang diperoleh
dari hasil jawaban responden yang diterima kemudian dianalisis dengan menggunakan spss dan
excel secara deskriptif kuantitatif dilakukan dengan memberi skor 1 sampai 5 dengan skala likert.
Teknik scoring digunakan untuk mengukur aset, kemudian menggunakan diagram pentagon yang
dimiliki desa wisata kungkuk. Hasil dari penelitian ini adalah diperoleh hasil faktor yang paling
mempengaruhi keberhasilan desa wisata Kungkuk yaitu aset alam sebesar 93.53%, aset sosial
sebesar 79.08%, yang ketiga aset aset fisik 68,37%, aset manusia 64,97% , aset keuangan 58,43%.

Kata Kunci: Desa Wisata Kungkuk, Sustainable Livelihood Approach, Desa wisata

ABSTRACT

Villages have a considerable contribution to sustainable regional developments. Sustainable


village development is essential for preventing resource scarcity after being used by individuals,
elites, or even foreigners. The purposes of this research are to identify the condition of Kungkuk
tourism village development in the perspective of Sustainable Livelihood Approach (SLA) and to
identify the dominating internal factor in the village. The background of the development of the
tourism village is that the declining success of orange and apple farming caused by the decreasing
price of apples and productivity of the trees due to their age, 40 to 50 years. However, the
development is hampered by problems that the tourism effort is managed by people who worked as
farmers and do not know about the concept of tourism. The data of this research were harvested
from 5-point Liker scaled questionnaires and analyzed using quantitative descriptive statistics in
SPSS and Microsoft Excel. Scoring technique and a pentagon diagram were used to identify and
measure the village’s assets. This study finds that the dominant factor for the village’s success in
developing itself into a tourism village is the natural asset (93.53%), followed by social asset
(79.08%), physical asset (68.37%), human asset 64,97% and financial asset (58.43%).

Keywords: Kungkuk Tourism Village, Sustainable Livelihood Approach, Tourism Village

A. PENDAHULUAN
Desa mempunyai peran yang begitu besar pada pembangunan daerah yang berkelanjutan. Desa
mempunyai sumberdaya alam yang melimpah, pembangunan desa yang berkelanjutan sangat
penting supaya sumber daya yang tersedia tetap ada, tidak terjadi kelangkaan yang telah
dimanfaatkan oleh individu atau kelompok elit bahkan asing. Tantangan pembangunan desa yang
berkelanjutan adalah mencari upaya guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan
mempergunakan sumberdaya alam sebaik-baiknya dan tidak merusak lingkungan.
Salah satu kota di Jawa Timur yang identik dengan sektor pariwisata yaitu Kota Batu yang
dikenal dengan sebutan Belanda sebagai De klein Switzerland, memiliki banyak desa wisata.
Berjarak 6 km dari pusat Kota Batu, terdapat Desa Wisata Kungkuk yang sudah dikembangkan
sejak tahun 2007. Kungkuk terletak di Kecamatan Bumiaji, diantara gunung Arjuno di sebelah
Utara dan Gunung Panderman di sebelah selatan. Matapencaharian masyarakat adalah petani apel,
jeruk dan sayur-sayuran. Pada zaman dahulu Desa Wisata Kungkuk dijadikan perkebunan jeruk
dan apel yang dirawat sejak tahun 1970 oleh masyarakat sampai tahun 2000.
Latar belakang terbentuknya Desa Wisata Kungkuk yaitu pada tahun 2000 pertanian jeruk dan
apel sudah tidak berjaya seperti dulu karena harga apel menurun, selain itu produktivitas apel dan
jeruk menurun karena umur pohon apel dan jeruk sudah tua yaitu sekitar 40-50 tahun. Dengan
latar belakang terbentuknya Desa Wisata Kungkuk itu, maka terdapat problem yaitu pengelolaan
Desa Wisata oleh masyarakat yang tidak mengerti tentang konsep wisata, dari yang sebelumnya
bermatapencaharian sebagai petani. Selain itu Desa Wisata Kungkuk umumnya dikelola oleh
masyarakat dengan pendidikan SMA. Terdapat lembaga - lembaga yang terlibat dalam
pengembanagan desa wisata, yaitu struktur organisasi desa wisata kungkuk yang terdiri dari 3
anggota, POKDARWIS (Kelompok Sadar Wisata), dan karang taruna Desa Wisata Kungkuk.
Pengelolaan desa wisata dengan modal sosial yang cukup baik yang ditunjukkan dengan
kerukunan dan gotong royong antar warga, dukungan dari instansi pemerintah seperti Perhutani,
masyarakat Kungkuk, dan karang taruna. Menurut data BPS Kota Batu (BPS, 2017) terdapat
kunjungan sekitar 4.852 pengunjung, dan pada tahun 2018 terdapat 13.656 pengunjung.

Gambar 1. 1: Jumlah Kunjungan Wisatawan menurut Tempat Wisata dan Wisata Oleh-Oleh
di Kota Batu tahun 2017

Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu

Gambar 1. 2: Jumlah Kunjungan Desa Wisata Kungkuk menurut Tempat Wisata dan Wisata
Oleh - Oleh di Kota Batu Tahun 2018
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu

Permasalahan dalam pengembangan Desa Wisata Kungkuk yaitu terdapat peningkatan jumlah
wisatawan lokal pada tahun 2018, dan terdapat 176 wisatawan mancanegara, hal tersebut menjadi
kendala karena kemampuan masyarakat dalam berbahasa Inggris sangat minim. Selain itu pro dan
kontra masyarakat ada beberapa yang tidak mau lagi lahannya dijadikan dalam paket wisata,
karena pernah terjadi kerusakan pada lahan mereka, misalnya pohon jeruk yang patah, sehingga
pemilik lokasi lahan merasa dirugikan. Beberapa masyarakat ada yang tidak mau rumahnya
dijadikan homestay, karena wisatawan yang tidak menjaga kebersihan. Selain itu, permasalahan
yang dialami di Desa Wisata Kungkuk yaitu wisatawan datang hanya pada moment-moment
tertentu saja.
Berdasarkan masalah tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Desa Wisata Kungkuk, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu
dengan Pendekatan Sustainable Livelihood Approach”. Pendekatan berkelanjutan di Desa Wisata
Kungkuk, Kota Batu bertumpu pada lima aspek dalam pengembangan model, yaitu, sosial, alam,
manusia, fisik, dan ekonomi dengan rumusan masalah bagaimana kondisi pembangunan Desa
Wisata Kungkuk dalam perspektif SLA ? dan faktor internal apa yang paling mendominasi di Desa
Wisata Kungkuk ?. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan desa wisata
berdasarkan pendekatan SLA.

B. TINJAUAN PUSTAKA
Teori Human Capital
Human Capital didefinisikan sebagai investasi dalam konteks manusia yang meliputi
keterampilan, nilai, dan kesehatan yang dihasilkan dari expenditure dengan memperoleh
pendidikan, acara pelatihan di tempat kerja, dan pelayanan untuk kesehatan. Modal manusia
menurut (Rosen, 1999) adalah penanaman modal yang dibuat oleh individu untuk meningkatkan
produktivitas mereka. Modal manusia menurut (Fitzsimons, 1999) merupakan sebuah konsep yang
pertama kali muncul pada tahun 1776 di bidang ilmu ekonomi klasik.
Indikator yang paling umum digunakan untuk mengukur status komparatif pembangunan sosio-
ekonomi dipaparkan pada laporan tahunan UNDP dengan judul Human Development Report.
Intisari pada laporan Human Development dimulai pada tahun 1990, adalah penciptaan dan
penyempurnaan Human Development Index (HDI). Human Development Index disingkat HDI
adalah indeks yang menghitung perolehan pembangunan sosio-ekonomi suatu negara, yang
menggabungkan bidang kesehatan, pendidikan, dan pendapatan riil per kapita yang disesuaikan.
Teori Dualisme Ekonomi
Sir Arthur Lewis (1954) menggunakan konsep ekonomi dualistik sebagai dasar teori penawaran
tenaga kerja tentang migrasi desa-kota. Lewis membedakan antara sektor subsisten pedesaan
berpenghasilan rendah dengan populasi surplus, dan sektor kapitalis perkotaan yang berkembang.
Ekonomi perkotaan menyerap tenaga kerja dari daerah pedesaan (menahan upah perkotaan)
sampai surplus pedesaan habis. Berdasarkan model Lewis, perekonomian terbelakang terdiri atas
dua sektor: sektor subsisten pedesaan yang tradisional dan kelebihan penduduk, yang dicirikan
produktivitas marginal tenaga kerja yang sama dengan nol (zero marginal labor productivity),
situasi yang digolongkan Lewis sebagai surplus tenaga kerja karena tenaga kerjanya dapat diambil
dari sektor pertanian tradisional tanpa mengakibatkan kerugian ourput apapun, dan sektor industri
modern perkotaan yang sangat produktif sebagai sektor yang menampung transfer tenaga kerja
dari sektor subsisten secara berangsur-angsur.

Sustainable Livelihood Approach


Ide sustainable livelihoods pertama kali diperkenalkan oleh Brundtland Commission on
Environment and Development sebagai cara untuk menghubungkan pertimbangan sosial ekonomi
dan ekologi dalam struktur yang kohesif dan relevan dengan kebijakan. UNCED tahun 1992
memperluas konsep tersebut, terutama dalam konteks Agenda 21, dan mengadvokasi pencapaian
mata pencaharian yang berkelanjutan sebagai tujuan luas untuk pengentasan kemiskinan.
Dinyatakan bahwa sustainable livelihood dapat berfungsi sebagai faktor pengintegrasian yang
memungkinkan kebijakan untuk menangani pembangunan, pengelolaan sumber daya
berkelanjutan, dan pengentasan kemiskinan secara bersamaan.(Morse, McNamara and Acholo,
2013).

Konsep Desa Wisata


Menurut Lane, pariwisata pedesaan murni diartikan sebagai jenis pariwisata yang ada di wilayah
pedesaan. Pedford mengartikan pariwisata pedesaan meliputi adat istiadat, nilai, tradisi,
kepercayaan, dan warisan bersama. OECD (Muryadi and Christensen, Clayton M., Bower, 1994)
menyatakan pariwisata pedesaan harus:
a. Terletak di daerah pedesaan;
b. Secara fungsional pedesaan, dibangun di atas fitur-fitur khusus pedesaan: usaha kecil,
ruang terbuka, kontak dengan alam, warisan budaya masyarakat "tradisional", adat
istiadat, kepercayaan.
c. Skala pedesaan, baik dalam hal bangunan dan permukiman biasanya berskala kecil;
d. Berkarakter tradisional dan terhubung dengan masyarakat lokal. Dikembangkan untuk
kebaikan jangka panjang daerah tersebut;
e. Berkelanjutan - dalam arti bahwa perkembangannya harus membantu keberlanjutan
karakter pedesaan khusus dari suatu daerah, dan dalam arti bahwa itu pembangunan harus
berkelanjutan dalam penggunaan sumber dayanya.

C. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif yang dilakukan di desa Kungkuk
yang berada di Jalan Semeru, Dusun Kungkuk, Desa Punten, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Data
yang digunakan merupakan data primer pada masyarakat desa wisata Kungkuk data tersebut
meliputi Lima aset dalam SLA yang terdiri dari aset alam, aset manusia, aset keuangan, aset sosial
dan aset fisik merupakan variabel pada konsep aset penghidupan, Populasi dalam penelitian adalah
RT 005 masyarakat Desa Wisata Kungkuk Jalan Semeru yang berjumlah 60 rumah tangga. Pada
penelitian ini menggunakan teknik probability sampling jenis simple random sampling. Cara
menentukan ukuran sampel dalam penelitian yaitu dengan melihat tabel penentuan jumlah sampel
dari populasi tertentu yang dikembangkan dari Issac dan Michael, untuk tingkat kesalahan 1%, 5%,
dan 10%. Pada penelitian ini menggunakan tingkat kesalahan 5%. Berdasarkan tabel dari Issac dan
Michael dengan menggunakan tingkat kesalahan 5%, dengan jumlah populasi 60, maka jumlah
sampelnya 51.
Metode pengumpulan data menggunakan teknik survei melalui penyebaran kuisioner. Skala
pengukuran menggunakan skala likert yang berfungsi untuk menilai pemikiran, dan tanggapan
narasumber mengenai kejadian sosial. Metode analisis dalam penelitian yaitu uji validitas, uji
reliabilitas dan metode statistik deskriptif berisi pengujian-pengujian data yang diperoleh dari hasil
jawaban responden yang diterima kemudian dianalisis dengan menggunakan spss dan excel secara
deskriptif kuantitatif dilakukan dengan memberi skor 1 sampai 5 dengan skala likert. Teknik
skoring digunakan untuk mengukur aset, jawaban diberikan skoring, berikut contoh skoring:
1. Sangat Setuju (SS) diberikan skor 5
2. Setuju (S) diberikan skor 4
3. Cukup Setuju (CS) diberikan skor 3
4. Tidak Setuju (TS) diberikan skor 2
5. Sangat Tidak Setuju (STS) diberikan skor 1
Kemudian menggunakan diagram pentagon yang dimiliki desa wisata kungkuk yang
didapatkan dari hasil skoring, hasil skoring pada aset alam dijumlahkan, kemudian dicari skor
maksimal, skor maksimal berdasarkan jumlah pertanyaan. Pada penelitian aset alam terdapat 2
pertanyaan, sehingga skor maksimal yang didapatkan yaitu 2X5=10, dikalikan 5 karena skor
maksimal yang didapatkan pada setiap pertanyaan yaitu 5 sangat setuju. Setelah dimasukkan skor
maksimal, kemudian dibentuk kedalam % dengan rumus total skoring responden/skor maksimal
dikalikan 100. Setelah muncul hasilnya dalam % pada setiap jawaban responden, kemudian di
rata-rata pada excel dengan rumus =AVERAGE(hasil persen responden 1: hasil persen responden
51). Kemudian cara tersebut dilakukan pada aset manusia, aset keuangan, aset fisik, dan aset sosial.
Setelah muncul hasil persen dalam setiap aset, kemudian dimasukkan pada diagram pentagon
sesuai dengan jumlah angka persenannya.

Gambar 3. 1: Diagram Pentagon Aset

Sumber: Diolah Penulis, 2020

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kota Batu secara astronomis terletak diantara 122°17’ sampai dengan 122°57’ Bujur Timur dan
7°44’ sampai dengan 8°26’ Lintang Selatan, memiliki tiga kecamatan diantarannya yaitu
Kecamatan Batu, Kecamatan Junrejo dan Kecamatan Bumiaji. Desa Wisata Kungkuk merupakan
lokasi dalam penelitian, salah satu dusun yang terletak di Desa Punten, Kecamatan Bumiaji dekat
dengan Gunung Arjuno di ketinggian 800 m - 1.150 m. Luas Desa Punten 2.46 km2, terdiri dari 8
RW dan 36 RT, batas wilayah administratif Desa Punten yaitu disebelah utara berbatasan dengan
Desa Tulungrejo, di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sidomulyo, sebelah timur berbatasan
dengan Desa Sumbergondo dan Desa Bulukerto, sebelah barat berbatasan dengan Desa
Gunungsari, memiliki 4 dusun yaitu: Dusun Kungkuk, Dusun Gempol, Dusun Payan, dan Dusun
Krajan.
Gambar 4. 1: Lokasi Penelitian

Sumber: Google Maps,2020

Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian merupakan warga desa wisata Kungkuk yang berjumlah 51 orang.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap responden didapatkan data identitas responden berdasarkan
jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan kepala rumah tangga, pekerjaan, penghasilan, dan
kepemilikan lahan. Berikut karakteristik responden dengan jumlah 51 orang hasil dari penelitian di
desa wisata Kungkuk:
1. Jenis Kelamin
Jenis kelamin responden dalam penelitian di desa wisata Kungkuk yang berjumlah 51 orang
yaitu perempuan. Bertempat tinggal di Dusun Kungkuk jalan semeru RT 005/RW 006.

2. Usia
Gambar 4.2 menggambarkan usia responden dalam penelitian yang dilakukan di desa wisata
Kungkuk dalam persen. Dari gambar 4.2 responden yang berusia 24-30 tahun 4%. Responden
yang berusia 31-37 tahun berjumlah 27%, responden dengan usia 38-44 tahun berjumlah 12%.
Responden dengan usia 45-51 tahun berjumlah 24%, dan responden dengan usia >51 tahun
berjumlah 33%.

Gambar 4. 2: Daftar Responden berdasarkan Usia (%)

Sumber: Penulis, 2020

3. Tingkat Pendidikan Kepala Rumah Tangga


Gambar 4.3 merupakan tingkat pendidikan kepala rumah tangga dalam %. Tingkat pendidikan
kepala rumah tangga responden lulusan SD sebesar 61%. Tingkat pendidikan kepala rumah tangga
lulusan lulusan SMP sebesar 19%, lulusan SMA sebesar 16%. Tingkat pendidikan kepala rumah
tangga lulusan sarjana sebesar 4%.
Gambar 4. 3: Tingkat Pendidikan Kepala Rumah Tangga (%)

Sumber: Penulis, 2020

4. Pekerjaan
Gambar 4.4 menjelaskan tentang pekerjaan kepala rumah tangga responden penelitian di desa
wisata Kungkuk dalam %. Pekerjaan kepala rumah tangga sebagai petani sebesar 86%, sebagai
wiraswasta sebesar 10%. Pekerjaan kepala rumah tangga sebagai pegawai negeri sipil/karyawan
swasta sebesar 4%. Mayoritas pekerjaan kepala rumah tangga responden penelitian di desa wisata
Kungkuk bekerja sebagai petani, pertanian tersebut meliputi pertanian buah-buahan (apel, jeruk,
jambu merah), pertanian sayuran, dan pertanian bunga. merupakan tingkat pendidikan kepala
rumah tangga dalam %.
Gambar 4.5 menjelaskan tentang pekerjaan responden sebagai petani sebesar 21%, pekerjaan
responden sebagai wiraswasta sebesar 18%. Pekerjaan responden sebagai pegawai
negeri/karyawan swasta sebesar 2%. Pekerjaan responden lainnya sebesar 59%, lainnya disini
tidak bekerja melainkan menjadi ibu rumah tangga.

Gambar 4. 4: Pekerjaan Kepala Rumah Tangga (%)

Sumber: Penulis, 2020

Gambar 4. 5: Pekerjaan Responden (%)

Sumber: Penulis, 2020


5. Penghasilan Keluarga
Gambar 4.6 menunjukkan penghasilan keluarga responden dalam %, penghasilan keluarga
<1.000.000 sebesar 25%. Penghasilan keluarga sebesar 1.000.000-3.000.000 sebesar 65%.
Penghasilan keluarga 4.000.000-6.000.000 sebesar 8% dan penghasilan keluarga 7.000.000-
9.000.000 sebesar 2%.

Gambar 4. 6: Penghasilan Keluarga (%)

Sumber: Penulis, 2020

6. Kepemilikan Lahan
Kepemilikan lahan responden di kampung wisata Kungkuk dijelaskan pada gambar 4.7.
Kepemilikan lahan responden sebesar 0.5 hektar berjumlah 41 orang. Kepemilikan lahan
responden 0.5-1 hektar berjumlah 7 orang, dan kepemilikan lahan responden >1 hektar berjumlah
3 orang.

Gambar 4. 7: Kepemilikan Lahan (%)

Sumber: Penulis, 2020

Hasil
1. Uji Validitas
Instrumen pertanyaan pada penelitian dilakukan uji validitas, hasil uji validitas dilihat dari nilai
signifikansi. Uji validitas menggunakan Pearson Correlation. Instrumen pertanyaan dikatakan
valid apabila nilai signifikansi menunjukkan <0.05 dan Pearson Correlation bernilai positif. Pada
tabel 4.8 menunjukkan hasil validitas pada 16 item pertanyaan. Hasil nilai signifikansi 16
pertanyaan menunjukkan <0.05 dan Pearson Correlation menunjukkan positif. Hal tersebut
menunjukkan bahwa instrumen pertanyaan dengan jumlah 16 pertanyaan penelitian valid.

Tabel 4.1: Hasil Uji Validitas


Pertanyaan Nilai Signifikansi Keterangan
Pertanyaan 1 .000 VALID
Pertanyaan 2 .000 VALID
Pertanyaan 3 .000 VALID
Pertanyaan 4 .000 VALID
Pertanyaan 5 .009 VALID
Pertanyaan 6 .007 VALID
Pertanyaan 7 .000 VALID
Pertanyaan 8 .001 VALID
Pertanyaan 9 .010 VALID
Pertanyaan 10 .000 VALID
Pertanyaan 11 .000 VALID
Pertanyaan 12 .000 VALID
Pertanyaan 13 .009 VALID
Pertanyaan 14 .000 VALID
Pertanyaan 15 .000 VALID
Pertanyaan 16 .000 VALID
Sumber: Peneliti, 2020

2. Uji Reliabilitas
Instrumen pertanyaan pada penelitian dilakukan uji reliabilitas, hasil uji reliabilitas dilihat dari
nilai signifikansi. Instrumen pertanyaan dikatakan reliable atau konsisten apabila nilai
CronbachAlpha>0.60. Pada tabel 4.9 menunjukkan hasil reliabilitas pada 16 item pertanyaan.
Hasil nilai CronbachAlpha 16 pertanyaan menunjukkan >60. Hal tersebut menunjukkan bahwa
instrumen pertanyaan dengan jumlah 16 pertanyaan penelitian valid.

Tabel 4.2: Hasil Uji Reliabilitas


Pertanyaan Nilai Cronbach's Alpha Keterangan
Pertanyaan 1 .816 RELIABEL
Pertanyaan 2 .817 RELIABEL
Pertanyaan 3 .831 RELIABEL
Pertanyaan 4 .805 RELIABEL
Pertanyaan 5 .824 RELIABEL
Pertanyaan 6 .844 RELIABEL
Pertanyaan 7 .805 RELIABEL
Pertanyaan 8 .826 RELIABEL
Pertanyaan 9 .833 RELIABEL
Pertanyaan 10 .817 RELIABEL
Pertanyaan 11 .805 RELIABEL
Pertanyaan 12 .805 RELIABEL
Pertanyaan 13 .824 RELIABEL
Pertanyaan 14 .817 RELIABEL
Pertanyaan 15 .831 RELIABEL
Pertanyaan 16 .824 RELIABEL
Sumber: Peneliti,2020

3. Diagram Pentagon Aset


Tabel 4.10 menunjukkan hasil dari penelitian, diperoleh hasil faktor yang paling mempengaruhi
keberhasilan desa wisata Kungkuk yang paling besar yaitu aset alam sebesar 93.53%, yang kedua
aset sosial sebesar 79.08%. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan desa wisata Kungkuk urutan
ketiga yaitu aset fisik. Urutan ke 4 faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan desa wisata
Kungkuk adalah aset manusia, dan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan desa wisata
Kungkuk yang paling rendah yaitu aset keuangan.

Tabel 4.3: Hasil Penelitian


Aset %
Aset Alam 93,53%
Aset Manusia 64.97%
Aset Keuangan 58.43%
Aset Sosial 79.08%
Aset Fisik 68.37%
Sumber: Peneliti, 2020
Gambar 4.8 menunjukkan diagram pentagon desa wisata Kungkuk, hasil dari penelitian berupa
aset yang dimiliki desa wisata Kungkuk digambarkan melalui diagram pentagon aset. Dari hasil
penelitian ke 5 aset yaitu aset alam, aset manusia, aset keuangan, aset fisik, dan aset sossial,
kemudian dimasukkan dalam diagram pentagon. Pada diagram pentagon apabila garis pentagon
menunjukkan semakin keluar, maka aset tersebut yang memiliki level tertinggi terlihat pada
gambar 4.9, dari kelima aset yang memiliki level tertinggi atau mendominasi adalah aset alam, dan
yang tidak mendominasi atau paling rendah yaitu aset keuangan.

Gambar 4. 8: Diagram Pentagon Desa Wisata Kungkuk

Sumber: Penulis, 2020

4. Kondisi pembangunan Desa Wisata Kungkuk dalam perspektif SLA


Sustainable livelihood dapat berfungsi sebagai faktor pengintegrasian yang memungkinkan
kebijakan untuk menangani pembangunan, pengelolaan sumber daya berkelanjutan, dan
pengentasan kemiskinan secara bersamaan. Demi tercapainya tujuan pembangunan desa wisata
Kungkuk kelima aset sustainable livelihood approach yaitu aset alam, aset manusia, aset keuangan,
aset sosial dan aset fisik harus dimanfaatkan secara maksimal. Apabila pembangunan desa wisata
sudah dilakukan secara maksimal, dampaknya akan sangat besar terhadap masyarakat desa wisata
Kungkuk.
a) Aset Alam
Aset alam di desa wisata Kungkuk adalah dataran tinggi sehingga masyarakat mayoritas
bermatapencaharian sebagai petani, diantarannya petani buah-buahan (apel,jeruk,dan lain-lainnya),
sayuran, dan petani bunga. Di desa wisata Kungkuk tersedia air bersih, dan air untuk irigasi yang
sangat melimpah karena dekat dengan sumber air brantas. Aset alam sangat penting dalam desa
wisata Kungkuk, selain karena pekerjaan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidup, aset alam
dalam pengembangan desa wisata sangat dibutuhkan karena paket-paket wisata yang tersedia
merupakan paket-paket yang berasal dari alam, contohnya paket wisata edukasi pertanian, petik
apel, petik jeruk, berkemah, outbound paket trail dan lain sebagainya.
Dalam pengembangan dan pembangunan desa wisata Kungkuk tentunya tidak hanya dampak
positif saja yang dirasakan oleh warga, tetapi dampak negatif dari wisata juga dirasakan oleh
masyarakat. Diantarannya kurangnya kesadaran pengunjung dalam menjaga kebersihan,
menyebabkan kerusakan lahan dan tanaman, contohnya pada saat wisata petik jeruk lahan menjadi
padat karena banyak pengunjung yang datang, selain itu menyebabkan ranting-ranting dari pohon
jeruk banyak yang patah. Paket petik buah-buahan seperti apel, jeruk ketika banyak pengunjung
yang datang pengunjung kurang menjaga kebersihan, seperti sampah setelah memetik kemudian
memakan buah banyak berserakan, meskipun sudah disediakan tempat sampah oleh pengelola,
kesadaran akan kebersihan pengunjung masih kurang.
Sumber daya alam yang dimiliki desa wisata Kungkuk agar berkelanjutan yaitu
mensosialisasikan kepada pengunjung desa wisata Kungkuk untuk tetap menjaga kebersihan, dan
melestarikan lingkungan. Dengan adanya paket pertanian dan petik buah dapat dilakukan
rehabilitasi terhadap lahan untuk menjaga kesuburan tanah dan tetap produktif khususnya dalam
produk pertanian seperti buah-buahan, sayuran, dan tanaman. Selain itu, menjaga daerah resapan
di kampung wisata Kungkuk sangat penting, lokasi desa wisata Kungkuk yang tinggi berpotensi
terjadi longsor. Maka dari itu, reboisasi dengan menanami pohon dan tidak menebang pohon
secara liar di hutan desa wisata Kungkuk yang biasanya dijadikah alih fungsi lahan untuk
pertanian. Penggunaan pupuk yang tidak berlebihan supaya tidak terjadi pencemaran air, untuk
menjaga kesuburan tanah menggunakan pupuk organik.

b) Aset Manusia
Aset manusia sangat dibutuhkan dalam mengelola desa wisata, di desa wisata Kungkuk
berdasarkan data penelitian pada gambar 4.4 tingkat pendidikan kepala rumah tangga mayoritas
lulusan SD dengan presentase 61%. Dari data tersebut menggambarkan bahwa masyarakat desa
wisata Kungkuk pendidikannya rendah, sehingga dapat berpengaruh terhadap aset manusia dalam
mengelola desa wisata Kungkuk. Dengan pendidikan yang rendah, pekerjaan masyarakat desa
wisata Kungkuk yaitu di bidang pertanian dijelaskan pada gambar 4.5 bahwa 86% pekerjaan
kepala rumah tangga sebagai petani. Masyarakat bekerja sebagai petani karena tidak
membutuhkan keterampilan dan pengetahuan yang tinggi, apabila dihubungkan dengan tingkat
pendidikan. Masyarakat mendapatkan pengetahuan tentang pertanian secara turun temurun dari
orang tua. Dari gambar 4.5 menunjukkan 14% masyarakat yang bekerja diluar sektor pertanian.
Pendidikan yang rendah mencerminkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki rendah,
contohnya dalam keterampilan berbahasa asing. Dalam pembangunan desa wisata Kungkuk,
keterampilan berbahasa sangat penting karena terdapat pengunjung luar negeri yang datang di
kampung wisata Kungkuk. Pada gambar 4.3 dari data peneliti usia responden mayoritas >51 tahun
sebesar 33 % hal itu menunjukkan dengan usia masyarakat >51 tahun untuk menerima
pengetahuan keterampilan berbahasa inggris sangat sedikit. Ketika ada pengunjung luar negeri
yang datang ke desa wisata Kungkuk, pemilik homestay kesulitan untuk berbicara dengan bahasa
asing. Sumber daya manusia agar bekelanjutan yaitu meningkatkan keterampilan dalam berbahasa
asing kepada pengelola, dan masyarakat agar keuntungan lebih maksimal tidak perlu bekerja sama
dengan pihak luar.
Selain itu dengan adanya desa wisata Kungkuk bisa membuka lapangan pekerjaan bagi orang-
orang dengan pendidikan rendah ataupun bisa untuk menambah penghasilan pendapatan keluarga
misalnya menjadi pedagang ketika ada wisatawan, selain itu di desa wisata Kungkuk terdapat
home industry, masyarakat bisa bekerja di home industry untuk menambah penghasilan. Selain itu
pelatihan kepariwisataan untuk pengelola dan masyarakat perlu dilakukan agar desa wisata
Kungkuk pengelolaannya lebih baik dan dapat bersaing dengan desa wisata lainnya yang ada di
Kota Batu.

c) Aset Keuangan
Pada Gambar 4.7 dari data penelitian responden di desa wisata Kungkuk, 65% masyarakat
berpendapatan antara 1.000.000-3.000.000. Masyarakat dengan pendapatan <1.000.000 sebesar
25%, masyarakat dengan pendapatan <1.000.000 memperoleh bantuan dari pemerintah.
Pendapatan yang diperoleh dari desa wisata Kungkuk yang dirasakan masyarakat cukup membantu
untuk menambah penghasilan, paket-paket wisata mayoritas dengan harga 25.000/orang. Apabila
pengunjungnya banyak dan wisata dilakukan beberapa hari, pendapatan yang diterima masyarakat
desa wisata Kungkuk akan banyak. Dampaknya ekonomi keluaga baik, dan mempunyai tabungan
dari tambahan pekerjaan. Penambahan pendapatan untuk masyarakat desa wisata Kungkuk dapat
dimaksimalkan dengan promosi-promosi di internet, web, media sosial, iklan, dan lain-lain serta
pelayanan dan fasilitas di desa wisata Kungkuk dapat dimaksimalkan agar pengunjung bisa
rekreasi dengan waktu yang lama, dan kembali lagi untuk rekreasi di kampung wisata Kungkuk.

d) Aset Sosial
Organisasi untuk pembangunan dan pengembangan desa wisata Kungkuk sangat diperlukan dan
harus jelas agar mempermudah dalam pengelolaan. Gambar 4.2 merupakan struktur organisasi
pengelolaan desa wisata Kungkuk, lembaga desa wisata kungkuk yang terdiri dari 25 orang pada
tahun 2014 pernah diubah menjadi sistem kelompok kerja (POKJA), dengan tujuan untuk
mempermudah ketua dalam mengkoordinir, karena sebelum diubah menjadi sistem pokja sering
terjadi kecemburuan sosial dikarenakan pembagian tugas yang tidak merata. Sistem pokja adalah
sistem komunitas yang diseusaikan dengan paket-paket wisata. Misalnya paket budaya, yang
terlibat dalam komunitas tersebut adalah komunitas seni desa wisata Kungkuk, contoh lainnya
paket homestay, yang terlibat dalam komunitas adalah komunitas pemilik homestay. Selain itu ada
organisasi Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) sesuai amanat walikota Batu pada tahun 2010,
organisasi POKDARWIS merupakan organisasi yang dibentuk Desa Punten dengan anggota setiap
dusun. Tugas POKDARWIS yaitu membentuk program desa wisata dengan potensi yang dimiliki
setiap desa.
Pembangunan desa wisata Kungkuk juga melibatkan seluruh masyarakat desa wisata Kungkuk.
Masyarakat desa wisata Kungkuk setiap hari Kamis selalu berkumpul di acara tahlilan. Dengan
acara tahlilan yang diselenggarakan setiap 1 minggu sekali setiap hari Kamis masyarakat
berdiskusi dengan pengelola desa wisata Kungkuk. Diskusi tersebut biasanya membahas tentang
kedatangan tamu seperti jumlah tamu, jenis paket yang dipilih dan penempatan wisatawan di lahan
dan dirumah masyarakat, sehingga masyarakat mengetahui apabila akan kedatangan wisatawan.
Dengan adanya diskusi diharapkan bisa meningkatkan partisipasi masyarakat untuk
pengembangan desa wisata Kungkuk, apabila akan ada kunjungan ke desa wisata Kungkuk,
masyarakat biasanya membersihkan jalan supaya bersih
Kesuksesan pembangunan dibutuhkan kerjasama semua pihak, diantaranya dukungan
pemerintah. Dukungan dari pemerintah Kota Batu melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
memberikan bantuan kepada desa wisata Kungkuk berupa pembangunan fisik seperti gazebo,
toilet, dan outdoor outbound. Pemerintah Kota Batu juga sering mengadakan seminar-seminar
tentang pengelolaan pariwisata yang diselenggarakan oleh kota ataupun provinsi. Biasanya
diadakan pelatihan di hotel-hotel, masyarakat desa wisata Kungkuk sering mengikuti kegiatan
pelatihan yang diadakan kota ataupun provinsi. Masyarakat yang mengikuti bergantian,
disesuaikan dengan tema pelatihan.

e) Aset Fisik
Kualitas jalan di desa wisata Kungkuk dalam kondisi baik, jalan menanjak terbuat dari semen
yang sangat tebal. Jalan di gazebo sudah berpaving, transportasi umum sepanjang desa wisata
Kungkuk tersedia, petunjuk jalan sepanjang desa wisata Kungkuk juga sudah jelas. Tempat
beribadah pengunjung yang data di kampung wisata Kungkuk sudah tersedia. Selain itu, jarak ke
tempat pendidikan dan kesehatan dekat, mudah dijangkau. Bantuan aset fisik dari pemerintah Kota
Batu seperti gazebo, toilet, dan outdoor outbond sudah terawat dengan baik sampai sekarang.
Meskipun jalanan di sepanjang desa wisata Kungkuk bersih, tidak ada sampah yang berserakan,
jumlah tempat sampah yang tersedia di jalan hanya sedikit. Dengan adanya covid pada zaman
sekarang, sarana prasarana di desa wisata Kungkuk kurang, contohnya seperti tempat mencuci
tangan yang tersedia. Bantuan aset fisik berupa outdoor outbond sistemnya masih bongkar pasang,
pengelola desa wisata Kungkuk berharap bisa meningkatkan sarana dan prasarana untuk
kenyamanan pengunjung. Diharapkan pemerintah Kota Batu bisa memfasilitasi pengelolaan desa
wisata.

5. Gambaran peningkatan kesejahteraan masyarakat dari keberadaan Desa Wisata


Kungkuk
Desa wisata Kungkuk memberikan manfaat secara langsung bagi kesejahteraan masyarakat
dengan adanya kegiatan usaha pariwisata. Masyarakat desa wisata Kungkuk pekerjaan utamanya
sebagai petani dan dalam kegiatan pariwisata melibatkan masyarakat secara langsung sebagai
pekerja pariwisata. Keikutsertaan masyarakat dalam desa wisata Kungkuk memberikan
peningkatan kesejahteraan khususnya dalam bidang ekonomi yaitu bertambahnya variasi dalam
pekerjaan dan menjadi sumber pendapatan bagi keluarga. Variasi lapangan usaha pariwisata pada
masyarakat desa wisata Kungkuk yaitu, tempat penginapan (home stay), home industry, jasa
pramuwisata (pemandu). Masyarakat menjadikan usaha pariwisata sebagai pekerjaan tambahan
atau pekerjaan sampingan. Pemandu adalah pekerjaan yang paling banyak memerlukan orang
dalam kegiatan wisata di desa wisata Kungkuk.
Model dua sektor oleh Lewis merupakan teori yang megemukakan bahwa surplus tenaga kerja
dari sektor pertanian tradisional ditransfer ke sektor industri modern yang pertumbuhannya
menyerap kelebihan tenaga kerja, mendorong industrialisasi, dan menggerakkan pembangunan
berkelanjutan. Dengan adanya desa wisata Kungkuk menyebabkan dualisme ekonomi pada
masyarakat, masyarakat sudah tercukupi untuk bekerja di desa wisata Kungkuk tidak harus bekerja
ke luar. Apabila masyarakat mengalami pengangguran musiman karena bekerja di sektor pertanian,
masyarakat biasanya ikut bekerja di home industry CV Putri Alin Jaya. CV. Putri Alin Jaya
mendirikan usaha rumahan yang memproduksi keripik tempe, keripik bayam dan emping jahe
yang memiliki 15 karyawan. Masyarakat yang bekerja di home industry bekerja selama 8 jam
dengan mendapatkan upah tiap harinya yaitu Rp. 35.000. Untuk pemasaran produk CV. Putri Alin
Jaya di seluruh tempat wisata yang ada di kota Batu, Jombang, Kediri dan menggunakan social
media seperti internet seperti facebook, blog, dan pemesanan lewat whatsapp.

Gambar 4. 9: Home Industry Alin Jaya

Sumber: Pemilik Alin Jaya, 2018

Sumber: Peneliti, 2021

Jenis usaha home stay pada masyarakat desa wisata Kungkuk merupakan paket wisata yang
paling menguntungkan. Seperti rumah Ibu Jumiati dan Bapak Arifin yang memiliki rumah yang
terdapat dua kamar, pada setiap kamar terdapat kamar mandi yang sudah ada water heater. Harga
paket home stay ada 2, yaitu paket home stay dengan tidur lesehan dan tidak lesehan. Biasanya
tidur lesehan dikhususkan tamu anak-anak, sedangkan yang tidur tidak lesehan dikhususkan tamu
dewasa. Harga paket home stay tidur lesehan tiap orang yaitu Rp 70.000/hari, sedangkan paket
home stay tidur tidak lesehan yaitu Rp 100.000/hari. Biasanya tamu yang sering menginap adalah
anak sekolah dengan jumlah pada 1 rumah yaitu 10 orang, rata-rata anak sekolah yang menginap 2
hari, Ibu Jumiati dalam 2 hari mendapatkan Rp 1.400.000

Gambar 4. 12: Home Stay Ibu Jumiati dan Bapak Arifin

Sumber: Peneliti,2021
Pekerjaan sebagai pemandu yang paling banyak memerlukan orang dalam kegiatan wisata di
desa wisata Kungkuk. Pemandu ada dalam jenis paket wisata edukasi pertanian sayur, edukasi
bisnis, wisata petik apel, jeruk dan tanaman, pemandu outbond. Masyarakat tidak hanya bekerja di
satu pekerjaan saja yaitu pertanian, tetapi masyarakat ketika ada pengunjung yang datang ke desa
wisata Kungkuk dijadikan paket wisata misalnya dalam pertanian terdapat wisata edukasi
pertanian. Masyarakat desa wisata kungkuk yang lahannya dijadikan paket wisata menjadi
pemandu kepada pengunjung menjelaskan bagaimana cara menanam pada pertanian, merawat dan
memanen. Selain itu terdapat paket wisata petik apel dan jeruk, masyarakat yang memiliki lahan
yang ditanami apel dan jeruk mendapatkan keuntungan dari paket wisata petik buah.
Petik apel dan petik jeruk merupakan wisata yang disediakan oleh desa wisata kungkuk yang
berasal dari kebun milik petani. Harga paket apel di desa wisata Kungkuk yaitu Rp.25.000 untuk 1
kg. Petani akan mendapatkan uang dari tiket masuk dan dari buah yang dibeli pengunjung untuk
dibawa pulang. Biaya tiket masuk paket wisata tanaman yaitu Rp 15.000, paket wisata tanaman.
Jika dalam 1 hari terdapat wisatawan 10 orang untuk memetik apel, jeruk, ataupun tanaman maka
pemilik lahan mendapatkan Rp 250.000/hari

Gambar 4. 13: Wisata Edukasi Pertanian

Sumber: Pengelola Desa Wisata Kungkuk, 2018

D. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
1 Aset yang paling mempengaruhi keberhasilan desa wisata Kungkuk yang paling besar
yaitu aset alam dengan presentase 93,53%, yang kedua aset sosial dengan presentase 79.08%,
ketiga aset fisik dengan presentase 68.37%, keempat aset manusia dengan presentase 64.97% dan
kelima aset keuangan dengan presentase 58.43%. Aset alam yang mempengaruhi keberhasilan
desa wisata Kungkuk dengan presentase tinggi dikarenakan paket wisata mayoritas dari alam,
selain pertanian merupakan pekerjaan masyarakat karena lahan di desa wisata Kungkuk yang
subur dan tersedia air yang melimpah, pertanian dijadikan paket wisata. Agar tetap berkelanjutan,
pemerintah daerah Kota Batu mengatur tentang perlindungan lahan pertanian berkelanjutan pada
peraturan daerah Kota Batu nomor 14 tahun 2012
2 Masyarakat menjadikan usaha pariwisata sebagai pekerjaan tambahan atau pekerjaan
sampingan. Keikutsertaan masyarakat dalam desa wisata Kungkuk memberikan peningkatan
kesejahteraan khususnya dalam bidang ekonomi yaitu bertambahnya variasi dalam pekerjaan dan
menjadi sumber pendapatan bagi keluarga. Variasi lapangan usaha pariwisata pada masyarakat
desa wisata Kungkuk yaitu, tempat penginapan (home stay), home industry, jasa pramuwisata
(pemandu). Terjadi dualisme ekonomi, masyarakat bekerja pada 2 sektor sehingga masyarakat
sudah tercukupi untuk bekerja di desa wisata Kungkuk, tidak perlu bekerja di luar desa wisata
Kungkuk.
Saran
1 Saran untuk pemerintah
Memberikan pelatihan berbahasa asing kepada masyarakat desa wisata Kungkuk secara rutin,
pelatihan keterampilan tentang agroindustri, pelatihan pengelolaan desa wisata, pelatihan tentang
teknologi untuk mendukung promosi desa wisata, dan dukungan pemerintah dalam hal promosi
desa wisata yang ada di Kota Batu
2 Saran untuk pengelola desa wisata
Lebih aktif dalam penggunaan sosial media, radio, dan web, agar lebih dikenal dan lebih up to
date.

UCAPAN TERIMA KASIH


Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga
panduan ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih khusus kami sampaikan kepada Asosiasi
Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya dan Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Universitas Brawijaya yang memungkinkan jurnal ini bisa diterbitkan

DAFTAR PUSTAKA
Andriani, D. R., Setiawan, B., Koestiono, D., & Muhaimin, A. W. (2019). Peningkatan Kinerja
Agroindustri Pisang dengan Pendekatan Sustainable Livelihoods. Jurnal Ekonomi
Pertanian Dan Agribisnis, 3(3), 647–666. https://doi.org/10.21776/ub.jepa.2019.003.03.20
Bull. A. 1995. The Economics of Travel and Tourism. Second Edition. Longman
Ivanova, M. (2019) Travel Marketing, Tourism Economics and the Airline Product. An
Introduction to Theory and Practice, Journal of Revenue and Pricing Management. doi:
10.1057/s41272-018-00173-3.
Kurnianingsih, N. A., & Wahyu, D. (2014). Sustainable livelihood : penanganan rural poor di india.
1, 75–82.
Morse, S., McNamara, N. and Acholo, M. (2013) Sustainable Livelihood Approach: A Critical
Analysis of Theory and Practice. Geographical Paper 189, University of Reading,
November.
Muryadi, A. D. and Christensen, Clayton M., Bower, J. L. (1994) ‘OECD’, 843(4), pp.963–
964.Available at:
http://repositorio.unan.edu.ni/2986/1/5624.pdf%0Ahttps://www.lhv.nl/actueel/nieuws/hui
sartsen-problemen-de-ggz-groter-dan-ooit.
Parmawati, R., Saktiawan, Y., Wibowo, F. A. A., & Kurnianto, A. S. (2018). Analysis of Village
Tourism Development in Sawahan, Trenggalek Regency, Indonesia: A Sustainable
Livelihood Approach. E-Journal of Tourism, 5(1), 46.
https://doi.org/10.24922/eot.v5i1.35181
Parmawati, R. et al. (2012) ‘Level of Sustainable Livelihood Approach at Central Agriculture City
of Batu’, J. Basic Appl. Sci. Res, 2(6), pp. 5631–5635. doi:
10.6084/m9.figshare.6265259.v1.
Putu Mardana, I. B. (2014). Model Pemberdayaan Masyarakat Miskin Dengan the Sustainable
Livelihood Approach Berbasis Budaya Lokal Di Daerah Lahan Kering Nusa Penida
Klungkung-Bali. Jurnal Ilmu Sosial Dan Humaniora, 3(1), 371–379.
https://doi.org/10.23887/jish-undiksha.v3i1.2927
Putu, P., Santoso, A., & Agustino, P. (2018). Pemberdayaan Masyarakat Kurang Mampu dengan
Metode Sustainable Livelihoods Approach ( SLA ) di Desa Penglumbaran ,. 2(April), 1–7.
Sati, V. P. and Vangchhia, L. (2017) A Sustainable Livelihood Approach to Poverty Reduction:An
Empirical Analysis of Mizoram, the Eastern Extension of the Himalaya.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Tang, Q., Bennett, S. J., Xu, Y., & Li, Y. (2013). Agricultural practices and sustainable livelihoods:
Rural transformation within the Loess Plateau, China. Applied Geography, 41, 15–23.
https://doi.org/10.1016/j.apgeog.2013.03.007
Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi (edisi kesebelas, jilid I).
Jakarta : Erlangga
Tribe, John. The Economics of Recreation, Leisure, and Tourism. Third Edition. Elsevier. Oxford.
2005
http://www.djpk.kemenkeu.go.id/wp-content/uploads/2017/12/2.-Menteri-Desa_Percepatan-
Pembangunan.pdf (online), diakses pada 4 Desember 2019 pukul 19:51 WIB
https://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_data_pub/0000/api_pub/43/da_02/1. diakses pada
4 Desember 2019 pukul 19:51 WIB
https://batukota.bps.go.id/statictable/2019/01/08/366/jumlah-kunjungan-wisatawan-menurut-
tempat-wisata-dan-wisata-oleh-oleh-di-kota-batu-2017.html diakses pada 4 Desember
2019 pukul 19:51 WIB
https://www.kemendesa.go.id/ diakses pada 4 Desember 2019 pukul 19:51 WIB

Anda mungkin juga menyukai