Anda di halaman 1dari 7

NASKAH FILM KARTINI

Muncul sebuah narasi yang menjelaskan biodata kartini

Scene #1 Shoot Kartini melihat jendela di kamarnya lalu narator menjelaskan tradisi pingitan.

Lalu Scene #2 Kartini jalan jongkok diiringi suara narator menjelaskan terkait tradisi jawa yang
merendahkan perempuan.
Yu ngasirah : Satu, dua, tiga, empat.
Jangan terburu buru. Senyum ni, ayo senyum.

Scene #3
Suara gamelan
Sosrokartono : Ni, ngapain?
Sosrokartono : Aku punya hadiah untukmu.
Kartini : Kalo kamu bisa membuatku tidak menjadi raden ayu, itu hadiah yang terbaik.
Kartini seperti ingin beranjak pergi
Sosrokartono : Tunggu dulu
Kartini : Tidak mau!
Sosrokartono : Tunggu dulu, mau keluar dari kamar pingitan tidak?
Kartini mengangguk
Sosrokartono: Masuklah kekamarku (sambil menunjukkan kunci) disana ada pintu untuk keluar
dari pingitan.
#Scene3a Sosrokartono beranjak pergi, lalu berbalik ke arah Kartini
Sosrokartono : Aku tunggu di belanda ya, ni.

#Scene3b Kartini membuka lemari kakaknya yakni Sosrokartono. Lalu ia menemukan buku dan
membacanya.

Scene #4
Suatu ketika, datang kedua adik kartini bersama Soelastri (Istri kedua ayah Kartini)

Soelastri : Sudah waktunya adik-adikmu dipingit


Soelastri : Ayo masuk *sambil mengucapkan kepada Rukmini dan Kardinah
Adik kartini pose seakan menyembah Kartini sambil berlutut.
#Scene4a pintu ditutup oleh Soelastri.
Kartini : Sejak semua Kangmas dan Mbakyu kita menikah, aku lah yang paling berkuasa. Kalian
mengerti kan, harus nurut sama siapa?
Kardina : Paham Mbakyu
Rukmini : Tapi kalo sampe nyembah sampai kayak gini, baru kualami sekarang Mbakyu.
Kartini : Apa katamu?
Kartini : Nah itu! kamu akan pegel, menjadi raden ayu itu berarti kamu harus melayani lelaki yang
bukan pilihanmu.
Kardinah : Tidak ada pilihan lain mbak yu?
Kartini : Tidak.
Kartini : Tapi kita bisa menjadi raden ayu yang berbeda. Turunkan tangan kalian! *ucap Kartini
menepis tangan adik-adiknya
Kartini : Panggil aku kartini, tidak usah panggil Mbakyu
Kartini : Kar-ti-ni
Roekmini : Trinil, hahaha
Mereka bertiga tertawa.

#Scene4b Kartini membawa buku-bukunya dan ia berikan kepada adiknya.


Kartini : Nih buat kalian, bacalah. Sudah saatnya kita jadi diri sendiri.
Kedua adiknya mengangguk, ucap mereka "Nggeh Mbakyu"

#Scene4c Mereka membaca bersama, dll.

Scene #5
Di Keraton, orang Belanda yang sedang bertamu, mereka berbincang dengan bupati Jepara yaitu
ayah Kartini
Sosroningrat: Apa kabar puteri anda, tuan baron?
Baron: dia sekolah di prancis, disekolah pendidikan guru. impiannya sejak dia duduk disekolah
dengan puteri anda
Baron : Lalu kartini, sekarang dia dimna?
Sosroningrat: Dia masih dalam pingitan
Ovink-Soer: Anda mengurung anak anda?
Datanglah Kartini membawa baki yang berisikan kudapan untuk tamu.
Kartini: Ayah tidak benar-benar mengurung saya
Kartini: Kami boleh bermain dan membaca
Marie Ovink-Soer : Saya ingin mengundang putri tuan ke rumah, boleh kah?
Ovink-Soer : Tuan Sosroningrat mengatakan bahwa Kartini masih dalam pingitan, hargailah tradisi
mereka
Ovink-Soer : Maafkan kami tuan
Sosroningrat tersenyum

Scene #6
Kartini, Kardinah dan Roekmini di rumah Marie Ovink-Soer.
Marie Ovink-Soer sambil memegang kain batik: Ini karya mu? *sambil menatap Roekmini.
Roekmini: Iya, bu.
Marie Ovink-Soer: Apa ini? Wayang?
Kardinah: Benar ibu. Itu karya saya.
Marie Ovink-Soer: Kalian sangat kompak
Kartini : Bimbing saya agar bisa menjadi penuh seperti ibu.
Kartini: Saya ingin tulisan saya diterbitkan.
Marie Ovink-Soer: Bisa kira coba, saya punya beberapa kawan redaktur majalah dan koran.

Mereka bertukar pikiran, belajar dan memamerkan hasil karyanya kepada Marie. Diiringi dengan
backsound khas jaman dulu.

Scene #7
Ayah Kartini, Ovink-Soer dan Marie sedang berbincang
Marie Ovink-Soer : Bolehkah anda membaca artikel ini?
Sosroningrat membacanya
Sosroningrat: Bagus! artikel ini milik anda?
Marie Ovink-Soer: Tidak, ini milik kartini.
Ovink-Soer: Bagaimana jika kami kirim artikel putri kepada lembaga kerajaan jepang untuk ilmu
bahasa dan antropologi?
Ovink-Soer: Dengan izin kartini, artikel ini bisa di publikasikan dengan nama anda.
Sosroningrat : Ya, Boleh *mengangguk sambil tersenyum
Ovink dan Marie saling bertatapan dan tersenyum

#Scene7a Kartini berlutut dan menghadap ayahnya


Kartini: Maaf romo, bukannya Ni tidak mau.. Tapi, Apakah romo yakin? Tulisan Ni sama baiknya
dengan tulisan Paman Hadiningrat
Sosroningrat : Oalah, nduk nduk.. yang menilai tulisanmu, biarkan orang lain saja.
Sosroningrat : Malah, romo sekarang mau meminta izin.. Kepadamu, romo yang akan menerbitkan
Sosroningrat : Piye?
Kartini mengangguk

#Scene7b Kartini menerima artikel tersebut. Ia dan kedua adiknya duduk berlutut sambil
tersenyum saat membuka satu-persatu halamannya. Serta scene ayahnya yang tersenyum. Diiringi
musik ceria.


Scene #8 Slamet dan sosroningrat sedang berada di satu meja.
Slamet : Saya mohon izin, untuk ikut membantu romo menjaga adik-adik. Sambil menunggu surat
rekomendasi saya menjadi Bupati dari Residen Sitjhoff

#Scene8a Kartini menuliskan artikel keduanya dengan susah payah. Kartini sdh selesai menulis
artikelnya dan ingin mengirimnya ke Marie Ovink-Soer.

#Scene8b Kartini menemui penjaga istana


Kartini : Aku mau antarkan tulisanku. Yang akan terbit besok. Ke rumah Nyonta Ter horst.
Penjaga istana : Biarkan saya yang mengantarkannya.
Kartini memberikan kertas itu ke Penjaga

#Scene8c Penjaga istana memberikan kertas itu kepada Slamet.


Slamet : Dibakar! jangan sampai aristokrat tahu, kalau putri keluarga Sosroningrat jadi gadis liar
pemikirannya.

Penjaga Istana pun membakar kertas tersebut

Scene #9 Kardinah dan Roekmini sedang berbincang di tembok pagar


Kardinah: Aku sudah yakin, aku tidak akan nikah.
Roekmini : Aku juga sependapat, aku tidak akan menikah. Soalnya kita sudah membantu orang
banyak tanpa bantuan suami, Ya toh?
Kartini datang menghampiri mereka yang duduk di atas pagar bata.
Roekmini : Apa itu nil?
Kartini sambil memegang kertas : Lihat, lihat ini.
Roekmini dan Kardinah berdebat ingin melihat kertas itu lebih dulu dibanding yang lain.
Kartini : Aku menulis iklan, cari korespodensi ke negara Belanda
Kardinah : Apa itu
Roekmini : Ini *menyodorkan kertas
Kartini : Menyebarluaskan pertemanan.
Kartini : Eh, aku ingin mendirikan sekolah kecil disini, siapa tau berguna? bagaimana menurut
kalian?
Roekmini & Kardinah : Setuju!!

#Scene9a Kartini mengajarkan aksara Belanda kepada perempuan dan orang-orang miskin di
papan tulis jadul yang menggunakan kapur.
Kartini : Jadi hari ini kita akan belajar aksara belanda, Huruf A, ini aksara A.. ini huruf a yang kecil.
Coba dibaca
Semua murid: A...
• TIME SKIP •

Scene #10 Kartini, Roemini, dan Kardinah sedang mengintip di samping pintu.
Roekmini : Raden Mas Hadiningrat dan keluarganya. Sedang apa ya?
Kardinah : Iya, tidak biasanya ia kesini.

Roekmini datang kepada Kartini


Roekmini : Nil, Nil... Raden Mas Hadiningrat datang sekeluarga. Mau apa ya?

Suara bapak Kartini : Haryono? saya nyaris tidak mengenali. Bagaimana kabarnya?
Suara lelaki : Baik Pakde, sekarang saya sudah menjabat sebagai wakil bupati pemalang.

Roekmini : Dia bersama istrinya *sambil berbisik


Kartini, Kardinah dan Roekmini pergi dan mengakhiri untuk mengintip percakapan tersebut.

•TIME SKIP•

Scene #11 Menampilkan surat diatas meja.


Seorang lelaki: Ini surat dari wakil bupati pemalang
Kemudian menampilkan Sosroningrat sedang berfikir, ekspresinya terlihat cukup frustasi.

#Scene11a Kardinah berlutut di depan Sosroningrat


Sostroningrat : Nduk Kardinah.. calon suami mu itu sebentar lagi jadi Bupati Pemalang. Dia orang
baik
Kardinah terus menangis terisak
Kardinah: Tapi dia sudah punya isteri, Romo..
Sosroningrat: Romo mengerti, namun perjodohanmu sudah ditentukan sebelum kamu masuk
pingitan.. Romo sudah terlanjur janji, Nduk.
Sostroningrat: Romo, sebagai bangsawan. Tidak bisa mencederai janji.

#Scene11b kartini mendengarnya dari luar ruangan dan menahan tangis.

#Scene11c di hutan, Kardinah berlari sambil menangis, ia dikejar oleh Roekmini


Kardinah: Aku mau mati saja.
Kardinah dipeluk oleh Kartini dan Roekmini.

#Scene12 Roekmini memohon di paha ibunya sambil berlutut.


Roekmini : Tolong, ibu!
Soelastri: Tidak!
Roekmini : Ibu, ibu, Saya cuman mau sekolah ibu.. Bukan hanya nikah! Saya tetep jad Raden Ayu
seperti yang ibu mau
Soelastri : Dengar ibu, ibu sudah menekan perasaan. Dinikahi bapakmu tanpa cinta. Demi menjaga
martabat keluarga, jadi Raden ayu. Apakah londo-londo itu bisa menggantikan perjuangan ibu
dengan menyekolahkanmu?

Scene #13 Kartini memberikan proposal kepada ayahnya


Sosroningrat : Aku restui proposalmu.
Kartini : Terima kasih sekali, romo.
Sosroningrat : Hati-hati di Belanda ya, nduk.

#Scene13a di meja berkumpul penasehat, Kakak Kartini, Ayahnya.


Penasehat 1: Biar bagaimana pun, kalo Kangmas merestui Kartini. Itu salah.
Sosroningrat: Apa karena Kartini anak perempuan?
Penasehat 1: Bukan begitu, Kangmas.. Putri-putrimu itu, sudah merusak tradisi.
Penasehat 1 : Bersembunyi dengan nama pena nya, mengejek-ejek nama para leluhur.
Sosroningrat: Perubahan pasti akan terjadi, saya percaya itu. Marilah kita semua mawas diri.
Penasehat 2 : Kalo Kangmas, nurutin permintaan anak perempuan untuk sekolah tinggi. Nantinya
mereka minta jabatan jadi bupati. Selanjutnya piye? orang-orang miskin itu akan mengikuti. Ini
kacau!
Sosroningrat: Perubahan pasti akan terjadi. Kalo Kangmas-kangmas tidak mau memulainya.
Jangan jadikan anak saya sebagai tameng. Itu namanya pengecut!

#Scene13b Kartini, Soelastri dan Slamet berkumpul di meja.


Kartini : Apa yang harus saya syukuri,
Soelastri : Sudah bagus bupati yang melamarmu!
Kartini : Saya akan tetap menunggul balasan proposal saya di negri Belanda.
Soelastri: Proposalmu itu belum tentu disetujui, bahkan mungkin ditolak. Lamaranmu ini, harus
kamu jawab selama tiga hari. Mestinya kamu itu..
Kartini: Saya tidak mau membuat kecewa romo.
Soelastri: Sekarang sudah jelas. Kamu hanya mementingkan dirimu sendiri.
#Scene13c Kartini pergi dan melamun di kamarnya

#Scene14 Kartini dan ibu nya menuju hutan


Kartini: Kenapa yu?
Ibu : Panggil aku ibu, kita tidak sedang berada di pendopo.
Kartini : Nggeh, bu.
Ibu: Selama ini, ibu tahan dipisahkan dengan anak-anak ibu dengan tembok kehidupan. Harapan
ibu, anak-anak bisa sekolah. Dan derajatnya lebih tinggi dari ibunya.
Ibu : Yang kuat ya ni.
Ibu memeluk Kartini.
#LASTScene Kartini menghampiri keluarganya dan duduk di satu meja
Sosroningrat: Ni, apa kamu siap? nyandang nama Raden Ayu?
Kartini: Iya pak, saya menerima lamaran dari bupati Rembang.
Kartini : Tetapi, aku punya syarat
Soelastri: Apa lagi??!
Sosroningrat: Wes toh.. Teruskan Ni.
Kartini. Pertama, saya tidak mau untuk mencuci kakinya. Yang kedua, saya tidak mau dibebani
dengan peradaban sopan santun istri yang rumit, dan saya mau diperlakukan seperti orang biasa
saja. Yang ketiga…
Soelastri : Cukup ni! kamu mikirin dirimu sendiri terus! Ibu tidak membiarkan, semua syaratmu
itu!
pintu terbuka
Soelastri: Lastri?
Lastri: Iya ibu.
Soelastri menghampiri Lastri, lalu Lastri sujud di hadapan ibunya dan menangis.
Lastri: Aduh ibu.. Suami saya menikah lagi bu… Lastri ngerti, Mas Cokro lebih mencintai istri
mudanya yang lebih pintar, perempuan yang lebih terpelajar.
Lastri : Kartini benar…. Ni… Teruskan.. Mbakyu must ini mendukung kamu.
Kartini: Syarat yang ketiga, saya mengharuskan calon suami saya untuk membantu saya mendirikan
sekolah buat perempuan dan orang miskin.
Sosroningrat: Udah, itu aja?
Kartini : Sekali lagi, saya ingin. Ibuku, Yu Ngasirah. Tidak lagi tinggal di rumah belakang. Tetapi
tinggal dirumah depan, dan saya ingin putra dan putri romo memanggil Yu Ngasirah dengan
sebutan “Mas Ajeng”, bukan “Yu” lagi.
Sosroningrat : Ya wes, cepet tulis syarat-syaratnya. Lalu, dikirim ke Bupati Rembang
Slamet : Izinkan sya menulis surat ini romo. Saya anak tertua, sudah jadi bakti saya sebagai kakak
untuk melindungi adik-adiknya.
Musik bahagia dan semua orang tersenyum

Narasi terkait Kartini telah menikah, lalu di karuniai seorang anak dan meninggal setahun
berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai