Anda di halaman 1dari 13

ISSN 2541-3252 BAHTERA INDONESIA:

Vol. 7, No.2, Sep. 2022 Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA LISAN ANTARA PENJUAL


DAN PEMBELI DI PASAR TRADISIONAL SAKA SELABUNG
KECAMATAN MUARADUA KABUPATEN OKU SELATAN
Yesvica Apryanti1, Siti Rukiyah2, Yessi Fitriani3
1
Universitas PGRI Palembang, Prodi Bahasa Indonesia
yesvica19@gmail.com
2
Universitas PGRI Palembang, Prodi Bahasa Indonesia
sitirukiyahpgri@gmail.com
3
Universitas PGRI Palembang, Prodi Bahasa Indonesia
yessifitriani931@gmail.com

ABSTRACT

The purpose of this study was to find out how politeness in spoken language is in speech between sellers and
buyers at the Saka Selabung traditional market., Muaradua District, Sounth Oku Regency. This research uses
descriptive qualitative analysis method. Data collection techniques in this study used observation techniques,
listening techniques SBLC (Simak Bebas Libat Cakap), recording techniques and note-taking techniques. The
data sources in this study were the utterances of sellers and buyers at the Saka Selabung market, Muaradua
District, and the research informants consisted of vegetable traders, fish traders, sweet traders, and clothing
traders. Based on the research conducted, there are 12 utterances analyzed in this study, namely 9 polite
speeches that comply with and fulfill the principles of polite language and 3 speeches that are not polite or
violate so that they do not comply or meet the principles of language politeness.

Keyword (s) : Politeness, Spoken, Traditional Market

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kesantunan berbahasa lisan dalam
tuturan antara penjual dan pembeli di pasar tradisional Saka Selabung Kecamatan Muaradua
Kabupaten Oku Selatan. Pada penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif deskriptif.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, teknik simak SBLC
(Simak Libat Cakap), teknik rekam dan teknik catat. Sumber data dalam penelitian ini adalah tuturan
penjual dan pembeli di pasar tradisional Saka Selabung Kecamatan Muaradua, dan informan
penelitian terdiri dari pedagang sayuran, pedagang ikan, pedagang manisan, dan pedagang pakaian.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terdapat 12 tuturan yang dianalisis dalam penelitian ini yaitu
9 tuturan santun yang mematuhi dan memenuhi prinsip-prinsip kesantunan berbahasa yang dan 3
tuturan yang tidak santun atau melanggar sehingga tidak mematuhi atau memenuhi prinsip-prinsip
kesantunan berbahasa.

Kata Kunci : Kesantunan, Berbahasa Lisan, Pasar Tradisional

How to Cite: Yesvica Apryanti, Rukiyah, S., & Fitriani, Y. (2022). ANALISIS KESANTUNAN
BERBAHASA LISAN ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI DI PASAR TRADISIONAL SAKA
SELABUNG KECAMATAN MUARADUA KABUPATEN OKU SELATAN. Bahtera Indonesia;
Jurnal Penelitian Bahasa Dan Sastra Indonesia, 7(2), 579–591. https://doi.org/10.31943/bi.v7i2.261.

DOI: https://doi.org/10.31943/bi.v7i2.261

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


579
BAHTERA INDONESIA: ISSN 2541-3252
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 7, No. 2 Sep. 2022

PENDAHULUAN mengkritik, meminta dan lain-lain. Suatu tindak


tutur dapat didefinisikan sebagai unit terkecil
Bahasa itu arbitrer, artinya bahasa disusun
aktivitas berbicara yang dapat dikatakan
secara manasuka sesuai dengan konversi para
memiliki fungsi, (Purba, 2011, hal. 79).
penggunanya. Arbitrer juga dapat diartikan
Saat sedang terlibat dalam percakapan
secara kebetulan. Jadi bahasa lahir secara
seseorang tidak selalu meyampaikan tuturan
kebetulan akibat adanya interaksi komunikasi
yang baik, terkadang terjadi kesalahan yang
oleh para penuturnya. Meskipun demikian, bunyi
dapat menimbulkan tindak tutur yang kurang
bahasa yang manasuka dan lahir secara kebetulan
baik. Perbedaan tersebut dapat terjadi karena
ini tentunya mengandung makna. Oleh sebab itu,
latar belakang kebudayaan dan norma-norma
selain arbitrer bahasa juga simbolik. Hal ini
yang berlaku dalam suatu masyarakat atau bisa
berarti bahasa merupakan simbol-simbol tertentu
juga karena aspek sosial yang berbeda antara
yang memiliki makna bagi para penuturnya,
masyarakat satu dengan masyarakat lainnnya.
(Abidin, 2019, hal. 15). Bahasa terbagi menjadi
Untuk meminimalisir tindak tutur yang kurang
dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Bahasa
baik, maka penutur dan lawan tutur diharapkan
lisan adalah kesusatraan yang mencakup ekspresi
bisa memahami dan memperlajari hal apa saja
kesusatraan warga suatu kebudayaan yang
yang harus diperhatikan menyangkut kesantunan
disebarkan dan diturun-menurunkan sastra lisan
berbahasa saat sedang melakukan komunikasi
(dari mulut ke mulut). Sedangkan sastra tulis
dan interaksi.
berupa karya sastra yang dicetak atau ditulis.
Kesantunan atau kesopanan adalah
Sebagai bagian dari kebudayaan, bahasa lisan
perlakuan suatu konsep yang tegas yang
tidak lepas dari pengaruh nilai-nilai yang hidup
berhubungan dengan tingkah laku sosial yang
dan berkembang pada masyarakat, (Astika &
sopan yang terdapat dibudaya atau suatu
Yasa, 2014, hal. 2).
masyarakat. Khususnya dalam bahasa, sopan
Dalam bahasa lisan terdapat suatu tuturan
santun dan tatakrama berbahasa adalah
dari penutur atau sering disebut dengan tindak
menghargai dan menghormati pesapa, (Sulistyo,
tutur. Tindak tutur merupakan kemampuan
2013, hal. 26). Dalam komunikasi terdapat
seseorang dalam menggunakan bahasa untuk
kesopansantunan terhadap kejelasan dan
menyampaikan pesan-pesan atau tujuan-tujuan
kesingkatan pilihan kata yang bermaksud untuk
dari penutur kepada mitra tutur, (Sulistyo, 2013,
menyampaikan fakta yang diungkapkan.
hal. 6). Ketika kita terlibat dalam percakapan,
Pendapat lawan tutur sangat berpengaruh dalam
kita melakukan beberapa tindakan seperti:
menentukan apakah kesantunan itu terdapat
melaporkan, mengusulkan, menyarankan,

580 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


ISSN 2541-3252 BAHTERA INDONESIA:
Vol. 7, No.2, Sep. 2022 Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

dalam sebuah tuturan. Bisa saja apa yang agar dapat memberikan informasi yang jelas
dituturkan oleh si penutur telah dianggap baik, kepada pembeli. Hal ini tentu tidak bisa
namun ketika terdengar oleh lawan tutur malah dipisahkan dengan kesantunan dan kesopanan
dianggap kurang santun dan sebaliknya. Salah berbahasa, karena dengan berbicara
satu faktor yang harus diperhatikan para pemakai menggunakan kesantunan berbahasa yang tepat
bahasa Indonesia guna mencengah terjadi hal-hal maka dapat menyampaikan maksud dan tujuan
tersebut, dengan menjaga pola kesantunan dengan jelas.
berbahasa dalam berkomunikasi, (Masnunah, Dalam penelitian ini peneliti memiliki
2018, hal. 23). Menurut Yule (Muharudin, ketertarikan terhadap tuturan berbahasa yang
Badarudin, & Israhayu, 2022), santun bukan dilakukan saat interaksi antara beberapa penjual
hanya sekedar diperhatikan dengan tingkah laku, dan pembeli di Pasar Tradisional, khusunya di
namun santun harus juga disesuaikan dengan Pasar Tradisional Saka Selabung, Kecamatan
tutur bahasa yang baik. Kesantunan merupakan Muaradua, Kabupaten Oku Selatan. Karena
aturan perilaku yang ditetapkan dan disepakati dalam keseharian saat proses jual beli sedang
bersama oleh suatu masyarakat tertentu sehingga berlangsung di pasar tersebut tentu mereka
kesantunan sekaligus menjadi prasyarat yang melayani atau bertemu banyak orang dengan
disepakati oleh perilaku sosial. watak yang berbeda. Mereka juga tetap harus
Tindak tutur yang dilakukan ketika memiliki kesantunan berbahasa yang baik agar
berinteraksi di tempat keramaian dapat terciptanya situasi yang menyenangkan.
menciptakan kesantunan berbahasa, salah satu Penelitian ini menggunakan teori kesantunan
tempat tersebut yaitu pasar. Pasar merupakan berbahasa Leech, yang terdiri dari enam maksim
tempat orang jual beli atau pekan, (KBBI, 1990, yaitu maksim kebijaksanaan, maksim
hal. 23). Sedangkan tradisional dapat diartikan penerimaan, maksim kemurahan, maksim
sebagai tradisi (adat). Dengan demikian, pasar kerendahan hati, maksim kecocokan, dan
tradisional adalah tempat orang-orang maksim kesimpatian.
melakukan transaksi jual beli yang memiliki adat Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti
tertentu. Sebagai ciri khasnya pasar tradisional termotivasi untuk melakukan penelitian yang
yaitu proses jual belinya yang masih tradisional membahas tentang kesantunan berbahasa antara
dengan bertatap muka secara langsung antara penjual dan pembeli saat melakukan proses jual
penjual dan pembeli. Selain proses transaksinya beli di Pasar Tradisional Saka Selabung,
yang harus bertatap muka secara langsung, pasar Kecamatan Muaradua, Kabupaten Oku Selatan.
tradisional juga memiliki adat yaitu tawar Adapun alasan peneliti melakukan penelitian di
menawar harga antara penjual dan pembeli. lokasi tersebut, yaitu 1) karena peneliti ingin
Sebagai bentuk pelayanan kepada pembeli, maka mengetahui bagaimana penggunaan bahasa yang
si penjual harus bisa berkomunikasi dengan baik digunakan oleh beberapa penjual dan pembeli di
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
581
BAHTERA INDONESIA: ISSN 2541-3252
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 7, No. 2 Sep. 2022

lokasi tersebut, apakah dalam tuturan Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan
mereka sudah menunjukan prinsip kesopanan data yang mendalam, suatu data yang
dan kesantunan atau masih tedapat hambatan dan mengandung makna. Makna adalah data yang
permasalahan dalam penggunaan prinsip sebenarnya, data yang pasti merupakan suatu
kesopanan dan kesantunan. 2) dipilihnya Pasar nilai dibalik data yang tampak. Oleh karena itu,
Tradisional Saka Selabung, Kecamatan dalam penelitian kualitatif tidak menekankan
Muaradua, Kabupaten Oku Selatan karena pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada
peneliti merasa jika pasar merupakan tempat makna (Sugiyono, 2014 hal. 8-9).
umum masyarakat ketika melakukan aktivitas
jual beli sehingga sering terjadi interaksi antara
HASIL PEMBAHASAN
penjual dan pembeli. 3) penelitian tentang
kesantunan berbahasa lisan belum pernah Deskripsi Hasil Pembahasan
dilakukan oleh peneliti lain di Pasar Tradisional
Penelitian ini tentang prinsip kesantunan
Saka Selabung, Kecamatan Muaradua,
berbahasa lisan dalam tuturan antara penjual dan
Kabupaten Oku Selatan.
pembeli di pasar tradisional Saka Selabung,
Kecamatan Muaradua, Kabupaten Oku Selatan
METODE PENELITIAN
saat proses jual beli berlangsung. Penelitian ini
Metode penelitian pada dasarnya melibatkan penjual di pasar tradisional Saka
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data Selabung yang dipilih sebagai informan dalam
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. penelitian dan pembeli yang melakukan proses
Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata jual beli di lokasi tersebut. Data penelitian berupa
kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, tuturan antara penjual dan pembeli di pasar
data, tujuan, dan kegunaan (Sugiyono, 2014 hal. tradisional Saka Selabung. Teknik pengumpulan
2). Metode dalam penelitian ini adalah metode data dalam penelitian ini menggunakan teknik
deskriptif kualitatif. observasi, teknik simak, teknik rekam, dan teknik
Metode penelitian kualitatif adalah catat. Teknik observasi dalam penelitian ini
metode penelitian yang berlandaskan pada dilakukan untuk melihat secara langsung
filsafat postpositivisme, digunakan untuk komunikasi yang dilakukan penjual terhadap
meneliti pada kondisi objek yang alamiah, pembeli saat proses jual beli sedang berlangsung.
(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana Teknik simak dilakukan dengan menyadap
peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pemakaian bahasa dari informan, sebagai teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi dasar dalam teknik simak ini memiliki teknik
(gabungan), analisis data bersifat lanjutan, yaitu teknik simak bebas libat cakap.
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif Teknik simak bebas libat cakap (SBLC) yaitu,
lebih menekankan makna daripada generalisasi. peneliti melakukan penyadapan terhadap bahasa

582 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


ISSN 2541-3252 BAHTERA INDONESIA:
Vol. 7, No.2, Sep. 2022 Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

di dalam suatu peristiwa tutur tanpa (Jangan lah Kak, coba tambah
terlibat dalam peristiwa tutur tersebut. Jadi, lima ribu lagi jadi delapan puluh
peneliti hanya sebagai pengamat saja. Teknik ribu saja)
rekam peneliti dilakukan untuk mendapatkan Pembeli : Tujuh limo tulah, ambek kalo di
data berupa tuturan tuturan antara penjual dengan enjuk.
pembeli di pasar tradisonal Saka Selabung yang (Tujuh puluh lima ya, saya ambil
di dalamnya mengandung prinsip kesantunan. kalau dikasih)
Maksim dalam prisip kesantunan Leech terdiri Penjual : Yo sudah ambek lah Yuk, rugi
dari enam maksim, yaitu maksim kebijaksanaan, dikit dak ngapo.
maksim penerimaan, maksim kemurahan, (Ya ambil sudah Kak, walau rugi
maksim kerendahan hati, maksim kecocokan, sedikit tidak apa-apa)
dan maksim kesimpatian. Pada tuturan tersebut terlihat bahwa
penutur (penjual) meminimalkan keuntungan diri
Analisis pematuhan dalam tuturan antara
sendiri dan memaksimalkan kerugian bagi diri
penjual dan pembeli di pasar tradisional Saka
sendiri. Cara bertutur seperti inilah yang
Selabung Kecamatan Muaradua Kabupaten
menunjukkan prinsip maksim
Oku Selatan berdasarkan prinsip
penerimaan/kedermawanan diterapkan. Penjual
kesantunan.
mengatakan rugi sedikit atau tidak mengambil
1. Maksim Penerimaan keuntungan maksudnya adalah penjual
memberikan harga yang semurah-murahnya.
A) Situasi: Peristiwa tutur terjadi di pasar Saka
Dengan demikian, terlihat dalam tuturan tersebut
Selabung Kecamatan Muaradua Kabupaten Oku
bahwa penjual berusaha memaksimalkan
Selatan pada hari Senin, 09 Mei 2022. Tuturan
keuntungan kepada pembeli dan mengurangi
terjadi pada saat ada seorang anak remaja wanita
keuntungan bagi diri sendiri.
(pembeli) yang datang ke salah satu penjual
pakaian kemudian melakukan proses tawar B) Situasi: Peristiwa tutur terjadi di pasar
menawar harga dengan penjual tersebut. tradisional Saka Selabung Kecamatan Muaradua
Kabupaten Oku Selatan pada hari Senin , 09 Mei
Pembeli : Yo sudah kalo dak di enjuk tujuh
2022. Saat itu ada seorang ibu-ibu yang sedang
limo, nyari tempat lain dulu yo.
menawar harga tahu dari salah satu pedagang
(Ya sudah jika tidak dikasih tujuh
sayuran yang ada di pasar tersebut.
puluh lima ribu, saya coba cari di
tempat lain dulu ya) Pembeli : Berapo tahu ni?
Penjual : Jangan lah Yuk, nambah lah (Berapa tahu ini?)
limo ribu lagi jadi lapan puluh Penjual : Yang mano?
bae. (Yang mana?)

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 583


BAHTERA INDONESIA: ISSN 2541-3252
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 7, No. 2 Sep. 2022

demikian, terlihat dalam tuturan tersebut bahwa


Pembeli : Yang putih. penjual berusaha memaksimalkan keuntungan
(Yang putih) kepada pembeli dan mengurangi keuntungan
Penjual : Seribu sikok. bagi diri sendiri.
( satu)
2. Pematuhan Maksim Kemurahan/Pujian
Pembeli : Alangke mahal nyo Uni, disano
bae murah. Situasi: Peristiwa tutur terjadi di pasar
(Mahal sekali uni, disana saja tradisional Saka Selabung Kecamatan Muaradua
murah) Kabupaten Oku Selatan pada hari Selasa, 10 Mei
Penjual : Yo sudah nak berapo 2022. Seorang pedagang yang sedang
memangnyo? menawarkan dagangannya kepada calon pembeli
(Ya sudah emang mau berapa?) yang lewat. kemudian ada perempuan yang
Pembeli : Disano kemaren tujuh tahu limo mampir sebagai pembeli. Kemudian mereka
ribu. melakukan transaksi yaitu tawar menawar harga.
(Kemarin beli disana tujuh tahu
Penjual : Mampirlah cantik, cari apo.
cuma lima ribu)
Liat-liat dulu boleh, cari apo?
Penjual : Nak ngambek berapo ribu?
(Silahkan mampir cantik, mau
(Mau beli berapa?)
cari apa. di lihat-lihat dahulu juga
Pembeli : Nak ngambek sepuluh ribu bae.
boleh, mau cari apa?)
(Mau beli sepuluh ribu saja)
Pembeli : Tante ado jilbab pashmina inner
Penjual : Yo sudah ambeklah.
dak?
(Ya sudah sana ambil)
(Tante ada jilbab pashmina inner
Pada tuturan tersebut terlihat bahwa
tidak?)
penutur (penjual) memberikan harga yang lebih
(Setelah proses tawar menawar dan terjadi
murah sesuai dengan harga yang diberikan oleh
kesepakatan harga)
penjual yang lain. Sehingga terlihat bahwa
Pembeli : Duo limo lah Tante, jadilah.
penutur (penjual) meminimalkan keuntungan diri
(Dua puluh lima ribu saja Tante
sendiri dan memaksimalkan kerugian bagi diri
ya)
sendiri. Cara bertutur seperti inilah yang
Penjual : Tambahlah dikit sayang, dak
menunjukkan prinsip maksim
balik modal Tante.
penerimaan/kedermawanan diterapkan. Penjual
(Tambah sedikit lagi sayang,
menanyakan harga yang dikasih oleh penjual
nanti Tante tidak balik modal)
yang lain, kemudian penjual tersebut
Pembeli : Yo sudah tigo puluh bae yo
menurunkan harga dagangannya sesuai dengan
Tante?
harga yang diberikan oleh penjual lain. Dengan

584 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


ISSN 2541-3252 BAHTERA INDONESIA:
Vol. 7, No.2, Sep. 2022 Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

(Harga tawar ini seratus Sembilan


(Ya sudah tiga puluh ribu ya puluh lima ribu tapi masih bisa
Tante?) dikurang)
Penjual : Yo sudah ambeklah cantik. Pembeli : Samo besak nyo dengan yang ini
(Ya sudah ambillah cantik) kan
Dalam percakapan di atas terlihat bahwa (Sama besarnya dengan yang ini)
peserta tutur sedang melakukan proses tawar Penjual : Cubo bae, kagek tu amen
menawar. Pembeli bertanya dan menawar harga kekecikan tuker bae.
barang yang akan dibeli, kemudian akhirnya (Coba aja dulu, nanti kalau
penjual memberikan barang tersebut dengan kekecilan bisa di tukar aja)
harga yang jauh lebih murah dari harga awal. Pembeli : Iyo kalo dio kekecikan yo.
Namun, penjual masih memberikan pujian (Iya kalau dia kekecilan ya)
dengan pangggilan “cantik”. Tuturan ini Penjual : Iyo, ini sampai nomor tigo duo.
menunjukan bahwa penjual memaksimalkan rasa (Iya, ini ada sampai nomor tiga
hormat kepada orang lain dan meminimalkan puluh dua)
rasa tidak hormat kepada orang lain, sehingga Pada tuturan penjual toko pakaian
dalam tuturan ini penjual telah menerapkan tersebut terlihat jelas bahwa penutur (penjual)
maksim sesuai prinsip kesantunan yaitu maksim menyatakan kesediaanya bahwa pakaian yang
kemurahan/pujian. sudah dibeli bisa ditukar kembali jika memang
ukurannya tidak sesuai. Dari tuturan tersebut kita
3. Pematuhan Maksim Kebijaksanaan
dapat melihat bahwa penutur berusaha
Situasi: Peristiwa tutur terjadi di pasar memaksimalkan keuntungan kepada orang lain,
tradisional Saka Selabung Kecamatan Muaradua dengan memaksimalkan kerugian kepada dirinya
Kabupaten Oku Selatan pada hari Minggu, 24 sendiri. Sehingga tuturan tersebut dapat
April 2022. Seorang ibu-ibu yang berusia sekitar dikatakan mematuhi maksim kebijaksanaan.
34 tahun, seorang pembeli yang datang ke salah
4. Pematuhan Maksim Kecocokan
satu toko pakaian di pasar tradisional Saka
Selabung untuk membeli celana panjang anak A) Situasi: Peristiwa tutur terjadi di pasar
remaja. Dia menanyakan beberapa model celana tradisional Saka Selabung Kecamatan
panjang remaja yang sedang kekinian kepada Muaradua Kabupaten Oku Selatan pada hari
penjual di toko pakaian tersebut. Kamis, 14 April 2022. Tuturan terjadi pada
saat ada seorang ibu-ibu yang datang ke
Pembeli : Berapo ini?
penjual ikan kemudian melihat ada ikan mas
(Berapa ini?)
besar.
Penjual : Tawaran nyo ini seratus
sembilan limo tapi biso kurang.
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 585
BAHTERA INDONESIA: ISSN 2541-3252
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 7, No. 2 Sep. 2022

B) Pembeli : Pikha harga cabi?


(Berapa harga cabe?)
Pembeli : Galak lah palaknye tu sandi
Penjual : Tiga puluh.
teloknye.
(Tiga puluh ribu)
(Lebih suka kepalanya daripada
Pembeli : Mintak setengah gawoh Bik.
telurnya itu)
(Minta setengah kilo saja Bi)
Penjual : Nak bedaging dide?
Penjual : Awu tini pai yu.
(Mau dagingnya juga tidak?)
(Iya, tunggu sebentar ya)
Pembeli : Bedaging dikit saje Bik.
Pada tuturan tersebut terlihat bahwa
(Dagingnya sedikit saja Bi)
penutur (penjual) berusaha menjawab pertanyaan
Penjual : Semak ini?
dari lawan tutur (pembeli) dan terjadi
(Seperti ini?)
kesepakatan antara penutur dan lawan tutur.
Pembeli : Jadilah, dide nak besak benau.
Lawan tutur menanyakan harga cabe dan penutur
(Iya cukup, tidak perlu terlalu
menjawabnya kemudian lawan tutur ingin
besar)
membeli cabe tersebut. Dari tuturan tersebut
Penjual : Ini?
terdapat kecocokan/kesepakatan antara penutur
(Ini?)
dan lawan tutur sehingga tuturan tersebut
Pembeli : Au ajung sekilu saje Bik.
mematuhi maksim kesepakatan.
(Iya, pas kan satu kilo saja Bi)
Pada tuturan tersebut terlihat bahwa D) Situasi: Peristiwa tutur terjadi di pasar
penutur (penjual) berusaha memastikan bahwa tradisional Saka Selabung Kecamatan
orang tersebut mau membeli kepala ikan yang Muaradua Kabupaten Oku Selatan pada hari
banyak dagingnya atau tidak, kemudian lawan Jumat, 15 April 2022. Saat itu ada seorang
tutur (pembeli) hanya minta kepala ikan dengan ibu-ibu dengan membawa anaknya datang ke
sedikit dagingnya dijadikan satu kilo saja dan sebuah toko pakaian untuk membelikan
penutur (penjual) menyetujuinya. Dari tuturan pakaian anaknya tersebut dan sedang
tersebut terjadi kecocokan antara penutur dan melakukan proses tawar menawar kepada
lawan tutur sehingga tuturan tersebut mematuhi penjual.
maksim kesepakatan/maksim kecocokan.
Pembeli : Tujuh puluh lah Dek yo?
C) Situasi: Peristiwa tutur terjadi di pasar (Tujuh puluh ribu aja ya Dek)
tradisional Saka Selabung Kecamatan Penjual : Lapan puluh lah.
Muaradua Kabupaten Oku Selatan pada hari (Delapan puluh ribu aja)
Kamis, 14 April 2022. Ada seorang ibu-ibu Pembeli : Jadilah tujuh puluh sekalian nak
yang datang ke salah satu penjual sayuran jingok baju kaos nyo.
untuk menanyakan harga cabe.

586 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


ISSN 2541-3252 BAHTERA INDONESIA:
Vol. 7, No.2, Sep. 2022 Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

perlengkapan bayi di salah satu toko pakaian


(Jadilah tujuh puluh ribu sekalian yang ada di pasar tersebut.
mau lihat baju kaos nya)
Penjual : Behape, nak behape nah Yuk.
Penjual : Lapan puluh.
Tawar kiah.
(Delapan pluh ribu)
(Berapa. mau berapa Kak?
Pembeli : Dak pacak nian tujuh puluh?
Silakan tawar saja)
(Tidak bisa tujuh puluh ribu?)
Pembeli : Itu tadi empat puluh baju nga
(Kemudian mereka melihat-lihat baju kaos yang
celane ini mangke enam lime.
ada di toko tersebut)
(Itu tadi empat puluh ribu sama
Pembeli : Ini seratus tujuh puluh yo samo
yang ini jadi enam puluh lima
baju tiduk tadi sikok?
ribu)
(Ini seratus tujuh puluh ribu ya
Penjual : Memang yang bagusnyo nian
sama baju tidur yang tadi?)
baju samo celanonyo ni. Tigo
Penjual : Yang warno itulah apo?
puluh lah nah biarlah.
(Mau tetap yang warna itu?)
(Memang baju sama celananya ini
Pembeli : Itulah eh, yang warno nyo
yang bagus, tiga puluh ribu aja)
itulah.
Penjual : Tujuh puluh lah au Yuk, mintak
(Itu aja, tetap warna yang itu)
lime ribu lah.
Pada tuturan tersebut terlihat bahwa
(Tujuh puluh aja ya Kak, minta
penutur (pembeli) sedang melakukan negosiasi
lima ribu)
harga kepada lawan tutur. Penutur menawar
Pembeli : Enduk Yuk ude enam lime Yuk
harga baju tidur menjadi tujuh puluh ribu rupiah,
eh.
kemudian menawar 2 pakaian yaitu baju kaos
(Sudah Kak enam puluh lima
dan baju tidur tersebut menjadi seratus tujuh
sudah ya)
puluh ribu rupiah. Akhirnya lawan penutur
Penjual : Mintak lime ribu Yuk.
(penjual) menyetujui harga tersebut. Dari tuturan
(Minta lima ribu rupiah Kak.)
tersebut terdapat kecocokan/kesepakatan antara
Pembeli : Dide bie nian nah, pas duitnye
penutur dan lawan tutur sehingga tuturan tersebut
ude.
mematuhi maksim kesepakatan.
(Tidak ada, duitnya sudah pas.
E) Situasi: Peristiwa tutur terjadi di pasar Udah ya)
tradisional Saka Selabung Kecamatan (Akhirnya penjual menyepakati harga yang
Muaradua Kabupaten Oku Selatan pada hari sudah di tawar oleh pembeli
Selasa, 10 Mei 2022. Saat itu ada seorang tersebut)
wanita muda yang sedang menanyakan Pada tuturan tersebut terllihat bahwa
penutur (pembeli) sedang melakukan negosiasi
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 587
BAHTERA INDONESIA: ISSN 2541-3252
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 7, No. 2 Sep. 2022

harga dengan lawan tutur (penjual). Terlihat (Iya)


dalam tuturan tersebut bahwa penutur menawar Dalam tuturan “Itu pelaris bae hargonyo,
harga dua pakaian tersebut menjadi enam puluh hargo pagi” terlihat rasa simpati penjual kepada
lima ribu rupiah, namun lawan tutur tetap pembeli, karena harga yang di tawarkan dari
menawarkan harga awal yaitu tujuh puluh ribu awal sudah sedikit dikurang dari harga biasanya
rupiah. Namun, akhirnya lawan tutur menyetujui karena penjual menganggap bahwa pembeli
harga yang di negosiasi oleh penutur (pembeli) tersebut sebagai pelarisnya di pagi hari tersebut.
tersebut. Dari tuturan tersebut terdapat Tuturan yang diungkapkan penjual kepada
kecocokan/kesepakatan antara penutur dan pembeli dengan penuh kesimpatian dengan
lawan tutur sehingga tuturan tersebut mematuhi menawarkan harga yang telah dikurangi dari
maksim kesepakatan. harga biasanya.

5. Pematuhan Maksim Kesimpatian Analisis pelanggaran dalam tuturan antara


penjual dan pembeli di Selabung Kecamatan
Situasi: Peristiwa tutur terjadi di pasar
Muaradua Kabupaten Oku Selatan
tradisional Saka Selabung Kecamatan Muaradua
berdasarkan prinsip kesantunan.
Kabupaten Oku Selatan pada hari Senin, 09 Mei
2022. Tuturan antara penjual dan pembeli terjadi 1. Pelanggaran Maksim Kemurahan
di saat ada seorang Ibu-ibu yang sedang
Situasi: Peristiwa tutur terjadi di pasar
melakukan proses tawar menawar harga dengan
tradisional Saka Selabung Kecamatan Muaradua
salah satu penjual telur di pasar tersebut.
Kabupaten Oku Selatan pada hari Selasa, 24
Pembeli : Yo sudah mintak yang duo ratus April 2022. Tuturan antara penjual dan pembeli
limo puluh tu jadi. terjadi di saat ada seorang ibu-ibu yang datang ke
(Ya sudah mau yang dua ratus salah satu toko pakaian dan menanyakan model
lima puluh ribu itu) pakaian untuk anak-anak.
Penjual : Yang besak eh, yang duo ratus
Pembeli : Ini warno nyo ado lagi warno
limo puluh.
lain?
(Yang besar ya, yang dua ratus
(Ini apakah ada warna yang lain?)
lima puluh ribu)
Penjual : Ado, sabar !
Pembeli : iyo, sudah.
(Ada, sabar)
(Iya sudah)
Pada tuturan tersebut terlihat kurang
Penjual : Itu pelaris bae hargonyo, hargo
santun dan menggunakan nada bicara yang ketus
pagi.
(kasar) saat menjawab pertanyaan dari seorang
(Itu harga pelaris saja, sebagai
pembeli, dengan tuturan “Ada, sabar” karena
harga pagi)
penjual menyatakan kepada pembeli harus sabar
Pembeli : Iyo.

588 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


ISSN 2541-3252 BAHTERA INDONESIA:
Vol. 7, No.2, Sep. 2022 Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

tetapi memakai nada bicara yang Penjual : Belum.


terbilang tidak sopan atau tidak hormat. Oleh Pada tuturan tersebut penutur (penjual)
sebab itu, tuturan tersebut melanggar salah satu berusaha menanyakan pemikirannya kepada
prinsip kesantunan berbahasa yaitu maksim lawan tutur dan lawan tutur menjawab
kemurahan. pertanyaan tersebut tetapi tidak terjadi
kesepakatan/kecocokan antara pertanyaan
Tabel 1. Jenis Tuturan Tidak Santun yang
penutur dan lawan tutur. Ketidakcocokan ini
Melanggar Maksim Kemurahan
terjadi karena ketidaksetujuan lawan tutur
No. Tuturan yang Tuturan yang santun terhadap pemikiran penutur. Sehingga dapat
tidak santun dilihat terdapat pelanggaran maksim kecocokan
1. Ada, sabar ! - Untuk model pada tuturan tersebut.
pakaian yang
B) Situasi: Peristiwa tutur terjadi di pasar
lain bisa saya
tradisional Saka Selabung Kecamatan Muaradua
ambilkan,
Kabupaten Oku Selatan pada hari Senin, 09 Mei
silakan
2022. Tuturan tersebut terjadi ketika ada seorang
ditunggu
laki-laki yang sedang menawar harga baju
terlebih dahulu
dengan penjual di salah satu toko pakaian.
kak.
Pembeli : Cak nyo kurang warno nyo itu.
(Sepertinya kurang warna nya itu)
2. Pelanggaran Maksim Kecocokan
Penjual : Tanyolah kak berapo, jangan
A) Situasi: Peristiwa tutur terjadi di pasar kalo seratus.
tradisional Saka Selabung Kecamatan Muaradua (Tanya saja kak, tapi jangan kalau
Kabupaten Oku Selatan pada hari Kamis, 14 seratus ribu)
April 2022. Tuturan antara penjual dan pembeli Pembeli : Kagek dulu lah.
terjadi di saat ada seorang laki-laki yang (Nanti saja)
menanyakan harga sayuran dan sedang Penjual : Iyo Kak berapo lah nambahnyo?
melakukan proses negosiasi harga kepada salah (Iya Kak, tambah berapa lah?)
satu pedagang sayur di pasar tersebut. Pembeli : Mak itulah.
(Segitu saja.)
Penjual : Jadi?
Penjual : Dak dapat seratus.
Pembeli : Dide kurang?
(Belum bisa kalau seratus ribu)
(Tidak bisa kurang?)
Pada tuturan tersebut penutur (penjual)
Penjual : Cak itulah, jadi?
mencoba untuk menanyakan kembali berapa
(Segitu lah, apakah jadi?)
tambahan harga yang bisa disepakati oleh lawan
Pembeli : Belum.
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 589
BAHTERA INDONESIA: ISSN 2541-3252
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 7, No. 2 Sep. 2022

tutur (pembeli), Tetapi pembeli tersebut Oku Selatan, peneliti menemukan pematuhan
tetap bersikukuh dengan harga yang ditawar dari dalam kesantunan berbahasa dan pelanggaran
awal dan penjual tidak sepakat dengan harga dalam kesantunan berbahasa. Dari hasil analisis
tersebut. Oleh karena itu, terjadi ketidaksetujuan data yang sudah dilakukan maka peneliti
diantara kedua pihak, sehingga dapat dilihat menemukan sebanyak 9 tuturan yang memenuhi
terdapat pelanggaran maksim kecocokan pada prisip kesantunan berbahasa yang terdiri dari 2
tuturan tersebut. data pematuhan maksim penerimaan, 1 data
Tabel 2. Jenis Tuturan Tidak Santun yang pematuhan maksim kemurahan/pujian, 1 data
Melanggar Maksim Kecocokan pematuhan maksim kebijaksaan, 4 data
No. Tuturan yang Tuturan yang santun pematuhan maksim kecocokan dan 1 data
tidak santun pematuhan maksim kesimpatian.
1. Segitulah, - Maaf Pematuhan maksim penerimaan terlihat
apakah jadi? ibu/bapak bahwa dalam tuturan tersebut penutur berusaha
harganya memaksimalkan keuntungan kepada mitra tutur
memang dan mengurangi keuntungan bagi diri sendiri.
sudah begitu, Pematuhan maksim kemurahan/pujian tuturan
apakah tersebut menunjukan bahwa penutur
ibu/bapak memaksimalkan rasa hormat kepada orang lain
mau? dan meminimalkan rasa tidak hormat kepada
2. Belum dapat - Maaf orang lain, sehingga dalam tuturan tersebut
kalo segitu ibu/bapak penutur telah menerapkan maksim sesuai prinsip
harganya kesantunan yaitu maksim kemurahan/pujian.
memang Pematuhan maksim kebijaksanaan terlihat bahwa
segitu, dalam tuturan tersebut penutur berusaha
belum bisa memaksimalkan keuntungan terhadap lawan
jika sesuai tutur. Pematuhan maksim kecocokan terlihat dari
dengan semua tuturan tersebut terdapat
harga kecocokan/kesepakatan antara penutur dan
tawaran lawan tutur sehingga tuturan tersebut mematuhi
tersebut. maksim kesepakatan. Pematuhan maksim
SIMPULAN kesimpatian terlihat bahwa tuturan yang
diungkapkan penutur kepada lawan tutur dengan
Berdasarkan analisis data dalam tuturan
penuh kesimpatian dengan menawarkan harga
antara penjual dan pembeli di pasar tradisional
yang telah dikurangi dari harga biasanya.
Saka Selabung Kecamatan Muaradua Kabupaten

590 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


ISSN 2541-3252 BAHTERA INDONESIA:
Vol. 7, No.2, Sep. 2022 Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

DAFTAR PUSTAKA
Selain tuturan yang memenuhi prinsip
Abidin, Y. (2019). Konsep Dasar Bahasa
kesantunan berbahasa yang terjadi dalam
Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
transaksi jual beli di pasar tradisional Saka
Selabung Kecamatan Muaradua, terdapat juga Astika, I. M., & Yasa, I. N. (2014). Sastra
tuturan yang melanggar atau menyimpang dari Lisan; Teori dan Penerapannya.
prinsip kesantunan berbahasa. Prinsip Yogyakarta: Graha Ilmu.
kesantunan berbahasa yang dimaksud terjadi
KBBI. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
pada 1 tuturan yang melanggar maksim
Jakarta: Balai Pustaka.
kemurahan dan 2 tuturan yang melanggar
maksim kecocokan. Penyimpangan maksim Masnunah. (2018). Strategi Kesantunan
kemurahan karena dalam tuturan terlihat bahwa Berbahasa di Pengadilan ( Penelitian
penutur sudah berlaku tidak hormat kepada orang Etnografi Komunikasi). Jurnal
lain. Oleh sebab itu, tuturan tersebut melanggar Pembelajaran Bahasa dan Sastra
salah satu prinsip kesantunan berbahasa yaitu Indonesia Vol.8 No. 2, 23.
maksim kemurahan. Karena dalam maksim
Muharudin, E., Badarudin, & Israhayu, E. S.
kemurahan setiap peserta pertuturan harus
(2022). Kesantunan Berbahasa Indonesia
memaksimalkan rasa hormat kepada orang lain
Siswa Sekolah Dasar Dalam
dan meminimalkan rasa tidak hormat kepada
Pembelajaran Daring (Online) di masa
orang lain. Penyimpangan maksim kecocokan
Pandemi Covid-19. Bahtera Indonesia
karena dalam tuturan tersebut terjadi
Vol.7 No.1, 231-232.
ketidaksetujuan diantara kedua pihak, sehingga
dapat dilihat dalam tuturan tersebut juga terdapat Purba, A. (2011). Tindak Tutur dan Pristiwa
pelanggaran maksim kecocokan. Tutur. Pena vol.1 no.1, 79.

Sulistyo, E. T. (2013). Pragmatik; Suatu Kajian


Awal. Surakarta: UNS Press.

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 591

Anda mungkin juga menyukai