26 Yesvica
26 Yesvica
Vol. 7, No.2, Sep. 2022 Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
ABSTRACT
The purpose of this study was to find out how politeness in spoken language is in speech between sellers and
buyers at the Saka Selabung traditional market., Muaradua District, Sounth Oku Regency. This research uses
descriptive qualitative analysis method. Data collection techniques in this study used observation techniques,
listening techniques SBLC (Simak Bebas Libat Cakap), recording techniques and note-taking techniques. The
data sources in this study were the utterances of sellers and buyers at the Saka Selabung market, Muaradua
District, and the research informants consisted of vegetable traders, fish traders, sweet traders, and clothing
traders. Based on the research conducted, there are 12 utterances analyzed in this study, namely 9 polite
speeches that comply with and fulfill the principles of polite language and 3 speeches that are not polite or
violate so that they do not comply or meet the principles of language politeness.
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kesantunan berbahasa lisan dalam
tuturan antara penjual dan pembeli di pasar tradisional Saka Selabung Kecamatan Muaradua
Kabupaten Oku Selatan. Pada penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif deskriptif.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, teknik simak SBLC
(Simak Libat Cakap), teknik rekam dan teknik catat. Sumber data dalam penelitian ini adalah tuturan
penjual dan pembeli di pasar tradisional Saka Selabung Kecamatan Muaradua, dan informan
penelitian terdiri dari pedagang sayuran, pedagang ikan, pedagang manisan, dan pedagang pakaian.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terdapat 12 tuturan yang dianalisis dalam penelitian ini yaitu
9 tuturan santun yang mematuhi dan memenuhi prinsip-prinsip kesantunan berbahasa yang dan 3
tuturan yang tidak santun atau melanggar sehingga tidak mematuhi atau memenuhi prinsip-prinsip
kesantunan berbahasa.
How to Cite: Yesvica Apryanti, Rukiyah, S., & Fitriani, Y. (2022). ANALISIS KESANTUNAN
BERBAHASA LISAN ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI DI PASAR TRADISIONAL SAKA
SELABUNG KECAMATAN MUARADUA KABUPATEN OKU SELATAN. Bahtera Indonesia;
Jurnal Penelitian Bahasa Dan Sastra Indonesia, 7(2), 579–591. https://doi.org/10.31943/bi.v7i2.261.
DOI: https://doi.org/10.31943/bi.v7i2.261
dalam sebuah tuturan. Bisa saja apa yang agar dapat memberikan informasi yang jelas
dituturkan oleh si penutur telah dianggap baik, kepada pembeli. Hal ini tentu tidak bisa
namun ketika terdengar oleh lawan tutur malah dipisahkan dengan kesantunan dan kesopanan
dianggap kurang santun dan sebaliknya. Salah berbahasa, karena dengan berbicara
satu faktor yang harus diperhatikan para pemakai menggunakan kesantunan berbahasa yang tepat
bahasa Indonesia guna mencengah terjadi hal-hal maka dapat menyampaikan maksud dan tujuan
tersebut, dengan menjaga pola kesantunan dengan jelas.
berbahasa dalam berkomunikasi, (Masnunah, Dalam penelitian ini peneliti memiliki
2018, hal. 23). Menurut Yule (Muharudin, ketertarikan terhadap tuturan berbahasa yang
Badarudin, & Israhayu, 2022), santun bukan dilakukan saat interaksi antara beberapa penjual
hanya sekedar diperhatikan dengan tingkah laku, dan pembeli di Pasar Tradisional, khusunya di
namun santun harus juga disesuaikan dengan Pasar Tradisional Saka Selabung, Kecamatan
tutur bahasa yang baik. Kesantunan merupakan Muaradua, Kabupaten Oku Selatan. Karena
aturan perilaku yang ditetapkan dan disepakati dalam keseharian saat proses jual beli sedang
bersama oleh suatu masyarakat tertentu sehingga berlangsung di pasar tersebut tentu mereka
kesantunan sekaligus menjadi prasyarat yang melayani atau bertemu banyak orang dengan
disepakati oleh perilaku sosial. watak yang berbeda. Mereka juga tetap harus
Tindak tutur yang dilakukan ketika memiliki kesantunan berbahasa yang baik agar
berinteraksi di tempat keramaian dapat terciptanya situasi yang menyenangkan.
menciptakan kesantunan berbahasa, salah satu Penelitian ini menggunakan teori kesantunan
tempat tersebut yaitu pasar. Pasar merupakan berbahasa Leech, yang terdiri dari enam maksim
tempat orang jual beli atau pekan, (KBBI, 1990, yaitu maksim kebijaksanaan, maksim
hal. 23). Sedangkan tradisional dapat diartikan penerimaan, maksim kemurahan, maksim
sebagai tradisi (adat). Dengan demikian, pasar kerendahan hati, maksim kecocokan, dan
tradisional adalah tempat orang-orang maksim kesimpatian.
melakukan transaksi jual beli yang memiliki adat Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti
tertentu. Sebagai ciri khasnya pasar tradisional termotivasi untuk melakukan penelitian yang
yaitu proses jual belinya yang masih tradisional membahas tentang kesantunan berbahasa antara
dengan bertatap muka secara langsung antara penjual dan pembeli saat melakukan proses jual
penjual dan pembeli. Selain proses transaksinya beli di Pasar Tradisional Saka Selabung,
yang harus bertatap muka secara langsung, pasar Kecamatan Muaradua, Kabupaten Oku Selatan.
tradisional juga memiliki adat yaitu tawar Adapun alasan peneliti melakukan penelitian di
menawar harga antara penjual dan pembeli. lokasi tersebut, yaitu 1) karena peneliti ingin
Sebagai bentuk pelayanan kepada pembeli, maka mengetahui bagaimana penggunaan bahasa yang
si penjual harus bisa berkomunikasi dengan baik digunakan oleh beberapa penjual dan pembeli di
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
581
BAHTERA INDONESIA: ISSN 2541-3252
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 7, No. 2 Sep. 2022
lokasi tersebut, apakah dalam tuturan Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan
mereka sudah menunjukan prinsip kesopanan data yang mendalam, suatu data yang
dan kesantunan atau masih tedapat hambatan dan mengandung makna. Makna adalah data yang
permasalahan dalam penggunaan prinsip sebenarnya, data yang pasti merupakan suatu
kesopanan dan kesantunan. 2) dipilihnya Pasar nilai dibalik data yang tampak. Oleh karena itu,
Tradisional Saka Selabung, Kecamatan dalam penelitian kualitatif tidak menekankan
Muaradua, Kabupaten Oku Selatan karena pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada
peneliti merasa jika pasar merupakan tempat makna (Sugiyono, 2014 hal. 8-9).
umum masyarakat ketika melakukan aktivitas
jual beli sehingga sering terjadi interaksi antara
HASIL PEMBAHASAN
penjual dan pembeli. 3) penelitian tentang
kesantunan berbahasa lisan belum pernah Deskripsi Hasil Pembahasan
dilakukan oleh peneliti lain di Pasar Tradisional
Penelitian ini tentang prinsip kesantunan
Saka Selabung, Kecamatan Muaradua,
berbahasa lisan dalam tuturan antara penjual dan
Kabupaten Oku Selatan.
pembeli di pasar tradisional Saka Selabung,
Kecamatan Muaradua, Kabupaten Oku Selatan
METODE PENELITIAN
saat proses jual beli berlangsung. Penelitian ini
Metode penelitian pada dasarnya melibatkan penjual di pasar tradisional Saka
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data Selabung yang dipilih sebagai informan dalam
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. penelitian dan pembeli yang melakukan proses
Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata jual beli di lokasi tersebut. Data penelitian berupa
kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, tuturan antara penjual dan pembeli di pasar
data, tujuan, dan kegunaan (Sugiyono, 2014 hal. tradisional Saka Selabung. Teknik pengumpulan
2). Metode dalam penelitian ini adalah metode data dalam penelitian ini menggunakan teknik
deskriptif kualitatif. observasi, teknik simak, teknik rekam, dan teknik
Metode penelitian kualitatif adalah catat. Teknik observasi dalam penelitian ini
metode penelitian yang berlandaskan pada dilakukan untuk melihat secara langsung
filsafat postpositivisme, digunakan untuk komunikasi yang dilakukan penjual terhadap
meneliti pada kondisi objek yang alamiah, pembeli saat proses jual beli sedang berlangsung.
(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana Teknik simak dilakukan dengan menyadap
peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pemakaian bahasa dari informan, sebagai teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi dasar dalam teknik simak ini memiliki teknik
(gabungan), analisis data bersifat lanjutan, yaitu teknik simak bebas libat cakap.
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif Teknik simak bebas libat cakap (SBLC) yaitu,
lebih menekankan makna daripada generalisasi. peneliti melakukan penyadapan terhadap bahasa
di dalam suatu peristiwa tutur tanpa (Jangan lah Kak, coba tambah
terlibat dalam peristiwa tutur tersebut. Jadi, lima ribu lagi jadi delapan puluh
peneliti hanya sebagai pengamat saja. Teknik ribu saja)
rekam peneliti dilakukan untuk mendapatkan Pembeli : Tujuh limo tulah, ambek kalo di
data berupa tuturan tuturan antara penjual dengan enjuk.
pembeli di pasar tradisonal Saka Selabung yang (Tujuh puluh lima ya, saya ambil
di dalamnya mengandung prinsip kesantunan. kalau dikasih)
Maksim dalam prisip kesantunan Leech terdiri Penjual : Yo sudah ambek lah Yuk, rugi
dari enam maksim, yaitu maksim kebijaksanaan, dikit dak ngapo.
maksim penerimaan, maksim kemurahan, (Ya ambil sudah Kak, walau rugi
maksim kerendahan hati, maksim kecocokan, sedikit tidak apa-apa)
dan maksim kesimpatian. Pada tuturan tersebut terlihat bahwa
penutur (penjual) meminimalkan keuntungan diri
Analisis pematuhan dalam tuturan antara
sendiri dan memaksimalkan kerugian bagi diri
penjual dan pembeli di pasar tradisional Saka
sendiri. Cara bertutur seperti inilah yang
Selabung Kecamatan Muaradua Kabupaten
menunjukkan prinsip maksim
Oku Selatan berdasarkan prinsip
penerimaan/kedermawanan diterapkan. Penjual
kesantunan.
mengatakan rugi sedikit atau tidak mengambil
1. Maksim Penerimaan keuntungan maksudnya adalah penjual
memberikan harga yang semurah-murahnya.
A) Situasi: Peristiwa tutur terjadi di pasar Saka
Dengan demikian, terlihat dalam tuturan tersebut
Selabung Kecamatan Muaradua Kabupaten Oku
bahwa penjual berusaha memaksimalkan
Selatan pada hari Senin, 09 Mei 2022. Tuturan
keuntungan kepada pembeli dan mengurangi
terjadi pada saat ada seorang anak remaja wanita
keuntungan bagi diri sendiri.
(pembeli) yang datang ke salah satu penjual
pakaian kemudian melakukan proses tawar B) Situasi: Peristiwa tutur terjadi di pasar
menawar harga dengan penjual tersebut. tradisional Saka Selabung Kecamatan Muaradua
Kabupaten Oku Selatan pada hari Senin , 09 Mei
Pembeli : Yo sudah kalo dak di enjuk tujuh
2022. Saat itu ada seorang ibu-ibu yang sedang
limo, nyari tempat lain dulu yo.
menawar harga tahu dari salah satu pedagang
(Ya sudah jika tidak dikasih tujuh
sayuran yang ada di pasar tersebut.
puluh lima ribu, saya coba cari di
tempat lain dulu ya) Pembeli : Berapo tahu ni?
Penjual : Jangan lah Yuk, nambah lah (Berapa tahu ini?)
limo ribu lagi jadi lapan puluh Penjual : Yang mano?
bae. (Yang mana?)
tutur (pembeli), Tetapi pembeli tersebut Oku Selatan, peneliti menemukan pematuhan
tetap bersikukuh dengan harga yang ditawar dari dalam kesantunan berbahasa dan pelanggaran
awal dan penjual tidak sepakat dengan harga dalam kesantunan berbahasa. Dari hasil analisis
tersebut. Oleh karena itu, terjadi ketidaksetujuan data yang sudah dilakukan maka peneliti
diantara kedua pihak, sehingga dapat dilihat menemukan sebanyak 9 tuturan yang memenuhi
terdapat pelanggaran maksim kecocokan pada prisip kesantunan berbahasa yang terdiri dari 2
tuturan tersebut. data pematuhan maksim penerimaan, 1 data
Tabel 2. Jenis Tuturan Tidak Santun yang pematuhan maksim kemurahan/pujian, 1 data
Melanggar Maksim Kecocokan pematuhan maksim kebijaksaan, 4 data
No. Tuturan yang Tuturan yang santun pematuhan maksim kecocokan dan 1 data
tidak santun pematuhan maksim kesimpatian.
1. Segitulah, - Maaf Pematuhan maksim penerimaan terlihat
apakah jadi? ibu/bapak bahwa dalam tuturan tersebut penutur berusaha
harganya memaksimalkan keuntungan kepada mitra tutur
memang dan mengurangi keuntungan bagi diri sendiri.
sudah begitu, Pematuhan maksim kemurahan/pujian tuturan
apakah tersebut menunjukan bahwa penutur
ibu/bapak memaksimalkan rasa hormat kepada orang lain
mau? dan meminimalkan rasa tidak hormat kepada
2. Belum dapat - Maaf orang lain, sehingga dalam tuturan tersebut
kalo segitu ibu/bapak penutur telah menerapkan maksim sesuai prinsip
harganya kesantunan yaitu maksim kemurahan/pujian.
memang Pematuhan maksim kebijaksanaan terlihat bahwa
segitu, dalam tuturan tersebut penutur berusaha
belum bisa memaksimalkan keuntungan terhadap lawan
jika sesuai tutur. Pematuhan maksim kecocokan terlihat dari
dengan semua tuturan tersebut terdapat
harga kecocokan/kesepakatan antara penutur dan
tawaran lawan tutur sehingga tuturan tersebut mematuhi
tersebut. maksim kesepakatan. Pematuhan maksim
SIMPULAN kesimpatian terlihat bahwa tuturan yang
diungkapkan penutur kepada lawan tutur dengan
Berdasarkan analisis data dalam tuturan
penuh kesimpatian dengan menawarkan harga
antara penjual dan pembeli di pasar tradisional
yang telah dikurangi dari harga biasanya.
Saka Selabung Kecamatan Muaradua Kabupaten
DAFTAR PUSTAKA
Selain tuturan yang memenuhi prinsip
Abidin, Y. (2019). Konsep Dasar Bahasa
kesantunan berbahasa yang terjadi dalam
Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
transaksi jual beli di pasar tradisional Saka
Selabung Kecamatan Muaradua, terdapat juga Astika, I. M., & Yasa, I. N. (2014). Sastra
tuturan yang melanggar atau menyimpang dari Lisan; Teori dan Penerapannya.
prinsip kesantunan berbahasa. Prinsip Yogyakarta: Graha Ilmu.
kesantunan berbahasa yang dimaksud terjadi
KBBI. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
pada 1 tuturan yang melanggar maksim
Jakarta: Balai Pustaka.
kemurahan dan 2 tuturan yang melanggar
maksim kecocokan. Penyimpangan maksim Masnunah. (2018). Strategi Kesantunan
kemurahan karena dalam tuturan terlihat bahwa Berbahasa di Pengadilan ( Penelitian
penutur sudah berlaku tidak hormat kepada orang Etnografi Komunikasi). Jurnal
lain. Oleh sebab itu, tuturan tersebut melanggar Pembelajaran Bahasa dan Sastra
salah satu prinsip kesantunan berbahasa yaitu Indonesia Vol.8 No. 2, 23.
maksim kemurahan. Karena dalam maksim
Muharudin, E., Badarudin, & Israhayu, E. S.
kemurahan setiap peserta pertuturan harus
(2022). Kesantunan Berbahasa Indonesia
memaksimalkan rasa hormat kepada orang lain
Siswa Sekolah Dasar Dalam
dan meminimalkan rasa tidak hormat kepada
Pembelajaran Daring (Online) di masa
orang lain. Penyimpangan maksim kecocokan
Pandemi Covid-19. Bahtera Indonesia
karena dalam tuturan tersebut terjadi
Vol.7 No.1, 231-232.
ketidaksetujuan diantara kedua pihak, sehingga
dapat dilihat dalam tuturan tersebut juga terdapat Purba, A. (2011). Tindak Tutur dan Pristiwa
pelanggaran maksim kecocokan. Tutur. Pena vol.1 no.1, 79.