PERSAMPAHAN
(STL 2319)
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I-A
KELURAHAN TANJUNG GUSTA
ARVIN (200407031)
DOSEN:
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I-A
ARVIN (200407031)
KELOMPOK I-A
KELURAHAN TANJUNG GUSTA
ARVIN (200407031)
DISETUJUI OLEH :
DOSEN MATA KULIAH PERSAMPAHAN
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK I-A
KELURAHAN TANJUNG GUSTA
Telah diperiksa dan disetujui untuk jilid “LAPORAN TUGAS BESAR PERSAMPAHAN”
dari
Dengan Praktikan :
Nama/NIM : ARVIN (200407031)
GABRIELLA SYALOMITHA S.S (200407062)
Fakultas : Teknik
Departemen : Teknik Lingkungan
I. PETUNJUK UMUM
1. Tugas Besar Persampahan terdiri dari:
a. Studi timbulan dan karakteristik sampah 10 tahun mendatang;
b. Proyeksi fasilitas, pelayanan, dan tahapan perencanaan;
c. Penetapan kriteria perencanaan yang terdiri dari dasar-dasar perencanaan, dan dasar-
dasar perhitungan;
d. Penentuan pewadahan, pengumpulan, jalur pengangkutan, teknik pengolahan sampah
terpadu dan pembuangan residu ke TPA;
e. Perhitungan dimensi luas TPA;
f. Gambar perencanaan jalur pengangkutan.
2. Data eksisting harus di asistensi sebelum masuk ke BAB I minimal 1 (satu) kali .
3. Asistensi dilakukan minimal 4 (tiga) kali setiap bab nya dan setiap praktikan wajib
menghadiri responsi umum yang jadwalnya ditentukan nanti dengan mengisi blanko
absen setiap kali responsi.
4. Kartu asistensi wajib diisi dan ditandatangani oleh setiap kali asistensi.
5. Asistensi terakhir paling lambat 1 (satu) hari sebelum responsi dimulai.
6. Responsi dadakan merupakan responsi tidak terjadwal.
7. Asistensi laporan dalam bentuk hard copy yang di print dalam kertas buram/tidak
terpakai.
8. Asistensi harus lengkap kelompoknya.
9. Keterlambatan ditoleransi maksimal 10 menit setelah responsi dimulai. Pengurangan
minus dua (-2) setiap keterlambatan.
10. Laporan dapat dijilid setelah di ACC oleh seluruh asisten.
11. Seluruh tugas disatukan dalam bentuk laporan dengan soft cover (warna cover sama
dengan Tugas Besar Persampahan tahun sebelumnya).
12. Pengumpulan laporan tidak boleh melebihi batas waktu yang ditetapkan. Pengurangan
minus dua (-2) setiap keterlambatan dihitung perhari.
13. Bagi yang tidak mematuhi semua persyaratan, harus bersedia menerima konsekuensi
yang ditetapkan oleh tim asisten.
14. Bobot penilaian sebagai berikut:
a. Asistensi (25%), melaksanakan tata tertib asistensi dengan baik dan benar.
b. Presentasi (25%), kriteria penilaian diantaranya:
1) Ketepatan sistematika presentasi;
2) Kelengkapan isi slide presentasi;
3) Tampilan slide jelas, sederhana dan inovatif, tulisan menggunakan font yang mudah
dibaca, jika diperlukan didukung dengan gambar dan video yang relevan;
4) Bahasa komunikatif, penguasaan materi, penguasaan audiensi, pengendalian waktu
(15 menit presentasi + >5 menit diskusi), kejelasan dan ketajaman paparan,
penguasaan media presentasi.
c. Laporan (15%), kejelasan redaksi, kelengkapan laporan, dan kerapian dalam sajian tulisan.
d. Sikap (25%), kriteria penilaian diantaranya:
1) Melaksanakan nilai, norma, dan etika akademik;
2) Menunjukkan sikap bertanggungjawab, berkontribusi atas tugas dan bagiannya secara
mandiri.
e. Responsi (10%), Responsi adalah kegiatan menguji dan mengevaluasi praktikan setelah
asistensi dilaksanakan hingga bab tertentu.
Soft cover
Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Lembar Asistensi
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Persamaan
Daftar Lampiran
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat Penulisan
1.5 Ruang Lingkup
1.6 Sistematika Penulisan
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kondisi Eksisiting
Lampiran 2 : Data Penduduk dan Fasilitas Perkotaan
Lampiran 3 : Foto Dokumentasi (BPS dan Kantor Kelurahan)
Lampiran 4 : Jawaban Pertanyaan/Notulensi
GAMBAR PERENCANAAN
Gambar perencanaan sistem penyaluran air buangan terdiri dari:
1. Peta Administrasi
2. Peta Tata Guna Lahan
3. Peta Pembagian Blok
4. Peta Jalur Sistem HCS
5. Peta Jalur Sistem SCS
6. Desain TPA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dari
Tuhan Yang Maha Esa, serta dukungan dari berbagai pihak, maka kami dapat menyelesikan
Laporan Tugas Besar Persampahan ini dengan baik.
Laporan ini kami susun berdasarkan hasil data-data yang didapat dan kemudian dilakukan
perhitungan serta perencanaan untuk wilayah studi kasus yaitu Kelurahan Tanjung Gusta,
Kecamatan Medan Helvetia, Kota Medan.
Dalan penyusunan laporan ini kami banyak memperoleh bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Maka pada kesempatan ini dengan rendah hati kami ingin menyampaikan terima kasih
kepada :
1. Bapak DR. ENG. Hafizul Khair, ST., MT dan Bapak Ronald Leonardo Siregar, ST.,
MT selaku dosen persampahan jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada kita sebagai praktikan Tugas
Besar Persampahan.
2. Abang-abang dan kakak-kakak selaku asisten Tugas Besar Persampahan yaitu: Kak
Indah Pratiwi, Bang Francius Abdinata Hutabarat, Bang Ahmad Muladi
Ansyah, Bang Jonathan Noventino M, Bang Hesekiel RP. Marpaung,
Bang Jesaya Given Pratama Purba,Kak Aini Nurul Arsya, Kak Friday
Hotmauli Aruan, Kak Emayanti Bancin, Kak Rona Adelya Br Gurusinga,
Kak Yerica Magdalena Silaen dan Kak Tresa Roselina Hutagalung.
Medan, Mei 2022
Penulis
Kelompok 1-A
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
ii
2.3.2 Aspek Pengaturan/Legalitas ..................................................................... II-21
2.3.2.1 Hierarki dan Payung Hukum Sistem Persampahan di Indonesia..II-21
2.3.3 Aspek Pembiayaan ....................................................................................II-23
2.3.4 Aspek Institusi...........................................................................................II-25
2.3.4.1 Kelembagaan yang Berwenang……………………………….…II-25
2.3.5 Aspek Peran Serta Masyarakat..................................................................II-26
2.4 Pemilihan Lokasi TPA........................................................................................II-26
iii
4.5.2 Timbulan………………………………………………………………..IV-14
4.5.3 Pewadahan ................................................................................................IV-15
4.5.3.1 Pola Pewadahan ...........................................................................IV-15
4.5.3.2 Kriteria Lokasi dan Penempatan..................................................IV-16
4.5.3.3 Persyaratan Bahan Wadah ...........................................................IV-16
4.5.3.4 Penentuan Ukuran Wadah ...........................................................IV-17
4.5.3.5 Pengadaan Wadah Sampah..........................................................IV-17
4.5.4 Pengumpulan ...........................................................................................IV-17
4.5.4.1 Pola Pengumpulan .......................................................................IV-18
4.5.4.2 Kriteria Lokasi dan Penempatan..................................................IV-18
4.5.4.3 Pelaksanaan Pengumpulan Sampah.............................................IV-18
4.5.5 Pengangkutan...........................................................................................IV-18
4.5.5.1 Pola Pengangkutan.......................................................................IV-18
4.5.5.2 Pola Pengangkutan Sampah Hasil Pemilahan ..............................IV-18
4.5.6 Pengolahan................................................................................................IV-19
4.5.7 Tempat Pembuangan Akhir ......................................................................IV-19
4.5.8 Peralatan ...................................................................................................IV-19
iv
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan ...........................................................................................................VI-1
6.2 Saran .....................................................................................................................VI-1
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................X
v
DAFTAR TABEL
vi
Tabel 5.1 Debit Satuan Timbulan Sampah.........................................................V-2
Tabel 5.2 Debit Satuan Timbulan Sampah Kelurahan Tanjung Gusta....................V-5
Tabel 5.3 Rencana Pewadahan Sampah Kelurahan Tanjung Gusta........................V-6
Tabel 5.4 Debit Satuan Sampah Per Blok Kelurahan Tanjung Gusta ……….…..V-7
Tabel 5.5 Jenis Sistem Pengumpulan di Kelurahan Tanjung Gusta ....................V-7
Tabel 5.6 Jumlah dan Lokasi Penempatan Kontainer (TPS) di Kelurahan Sempakata
...............................................................................................................V-8
Tabel 5.7 Penentuan Kecepatan a dan b Konstanta Hauled Speed .........................V-9
Tabel 5.8 Perhitungan Jumlah Ritasi Kendaraan perhari dengan Sistem HCS ......V-14
Tabel 5.9 Perhitungan Jumlah Ritasi Kendaraan perhari dengan Sistem HCS …..V-14
Tabel 5.10 Perhitungan Jumlah Ritasi Kendaraan perhari dengan Sistem HCS......V-15
Tabel 5.11 Jalur Pengangkutan Truk 1 dengan Sistem HCS Kelurahan Tanjung Gusta
………...................................................................................................V-16
Tabel 5.13 Perhitungan Jumlah Ritasi Truk 1 per Hari dengan Sistem SCS..........V-22
Tabel 5.14 Perhitungan Jumlah Ritasi Truk 2 per Hari dengan Sistem SCS..........V-22
Tabel 5.15 Perhitungan Jumlah Ritasi Truk 3 per Hari dengan Sistem SCS..........V-23
Tabel 5.16 Jalur Pengangkutan Truk 1 dengan Sistem SCS Kelurahan Tanjung Gusta
………...................................................................................................V-24
Tabel 5.17 Komposisi dan Volume Sampah Kelurahan Tanjung Gusta….............V-25
Tabel 5.18 Rekapitulasi Potensi Daur Ulang…………………………..….............V-29
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan sampah telah menjadi permasalahan nasional dan menjadi isu penting dalam
masalah lingkungan perkotaan. Timbulan sampah yang semakin besar dari hari ke hari akan
mengurangi ruang dan mengganggu aktivitas manusia sehingga tujuan manusia untuk
meningkatkan kualitas hidup justru membuat kualitas hidupnya menurun karena permasalahan
timbulan sampah. Sampah didefinisikan sebagai semua bentuk limbah berbentuk padat yang
berasal dari kegiatan manusia dan hewan kemudian dibuang karena tidak bermanfaat atau
keberadaannya tidak diinginkan lagi (Yuliesti, dkk. 2020).
Sampah yang tidak tertangani dengan baik dapat mengganggu estetika lingkungan,
menimbulkan bau serta mengakibatkan berkembangnya penyakit. Gangguan lingkungan oleh
sampah dapat timbul mulai dari sumber sampah, dimana penghasil sampah tidak melakukan
penanganan sampah dengan baik. Hal ini dapat terjadi pada penghasil sampah yang tidak mau
menyediakan tempat sampah di rumahnya dan lebih suka untuk membuang sampah dengan
seenaknya ke saluran air atau membakarnya sehingga mencemari lingkungan sekitarnya.
Tempat sampah yang disediakan di rumah tangga dan lokasi komersial seperti pasar, tidak
bertutup, sehingga sampah bercecer dan menjadi tempat berkembang biaknya lalat serta
menimbulkan bau (Yuliesti, dkk. 2020).
Kemudian dalam Peraturan Pemerintah No.81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga dijelaskan lagi tentang definisi
sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah
tangga yang tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah sejenis sampah rumah tangga
adalah sampah rumah tangga yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan
khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya.
Sampah rumah tangga dapat dikelompokkan berdasarkan bahannya, seperti kertas, plastik,
kaleng, kaca dan sampah organik. Sampah kaleng dan kaca dapat digunakan sebagai material
input bagi industri kaleng dan kaca. Pemanfaatan sampah kaleng dan kaca ini membutuhkan
pengumpulan terlebih dahulu agar dicapai jumlah ekonomis untuk dimanfaatkan kembali.
Sampah kertas, plastik dan sampah organik dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi dengan
menggunakan teknologi tertentu. Selain itu sampah plastik dan sampah organik juga
memungkinkan untuk dijadikan sumberdaya material input pada suatu kegiatan produksi
(Ismail, 2019).
BAB I : PENDAHULUAN
Berisikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan penulisan, ruang lingkup,
dan sistematika penulisan
BAB VI : PENUTUP
Berisikan kesimpulan dan saran untuk perbaikan sistem pengelolaan
persampahan yang telah dan atau akan dilakukan.
2.1 Umum
Sampah adalah bahan buangan sebagai akibat dari aktivitas manusia yang merupakan bahan
yang sudah tidak dapat dipergunakan lagi. Menurut Keputusan Dirjen Cipta Karya, nomor
07/KPTS/CK/1999: Juknis Perencanaan, Pembangunan dan Pengelolaan Bidang Ke-PLP-an
Perkotaan dan Perdesaan, sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan
zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan
lingkungan dan melindungi investasi pembangunan (Hasibuan, 2016).
Bertambahnya jumlah penduduk perkotaan yang terjadi tidak hanya tingginya kelahiran tetapi
juga adanya urbanisasi masyarakat. Dengan jumlah penduduk yang tinggi akan mengakibatkan
terhadap tingginya volume limbah yang dihasilkan dari rumah tangga. penduduk yang tinggi
akan mengakibatkan terhadap tingginya volume limbah yang dihasilkan dari rumah tangga
(Hasibuan, 2016).
Dalam Undang- Undang No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, Jenis dan Sumber
Sampah yang diatur adalah:
1. Sampah rumah tangga, yaitu sampah yang berbentuk padat yang berasal dari sisa kegiatan
sehari-hari di rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik dan dari proses alam
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
yang berasal dari lingkungan rumah tangga. Sampah ini bersumber dari rumah atau dari
komplek perumahan.
2. Sampah sejenis sampah rumah tangga, yaitu sampah rumah tangga yang berasal bukan dari
rumah tangga dan lingkungan rumah tangga melainkan berasal dari sumber lain seperti
pasar, pusat perdagangan, kantor, sekolah, rumah sakit, rumah makan, hotel, terminal,
pelabuhan, industri, taman kota, dan lainnya.
3. Sampah spesifik, yaitu sampah rumah tangga atau sampah sejenis rumah tangga yang karena
sifat, konsentrasi dan jumlahnya memerlukan penanganan khusus, meliputi, sampah yang
mengandung B3 (bahan berbahaya dan beracun seperti batere bekas, bekas toner, dan
sebagainya), sampah yang mengandung limbah B3 (sampah medis), sampah akibat bencana,
puing bongkaran, sampah yang secara teknologi belum dapat diolah, sampah yang timbul
secara periode (sampah hasil kerja bakti).
Sumber sampah di daerah perumahan, dibagi atas tiga kelompok yaitu (Ashar, 2019).
1. Perumahan masyarakat berpenghasilan tinggi (High income/HI).
2. Perumahan masyarakat berpenghasilan menengah (Middle income/MI).
3. Perumahan masyarakat berpenghasilan rendah/daerah kumuh (Low income/slum area/LI).
Dalam SNI 19- 11 3983-1995 tentang Spesifikasi Timbulan Sampah untuk Kota Kecil dan Kota
Sedang di Indonesia menyebutkan sumber sampah berasal dari:
1. Perumahan yaitu rumah permanen, rumah semi permanen dan rumah non permanen.
2. Non-perumahan yaitu kantor, toko/ruko, pasar, sekolah, tempat ibadah, jalan, hotel, restoran,
industri, rumah sakit dan fasilitas umum lainnya.
2. Berdasarkan Sifatnya
Adapun jenis-jenis sampah berdasarkan sifatnya dapat digolongkan sebagai berikut (Sabela
dkk, 2021).
a. Sampah organik
Sampah organik adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk secara alamiah,
misalnya: sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan dan sebagainya.
b. Sampah anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk/sulit terurai
secara biologis, misalnya: logam/besi, pecahan gelas, plastik dan sebagainya.
c. Sampah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya)
Sampah bahan berbahaya dan beracun adalah limbah dari bahan-bahan berbahaya dan
beracun yang mudah terbakar, mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan
Karakteristik sampah adalah sifat-sifat sampah yang meliputi sifat-sifat fisis, kimiawi dan
biologis. Jika ditinjau secara fisis, sukar untuk merinci sifat-sifat sampah, terutama sampah
berbentuk padatan. Hal ini disebabkan sampah padatan selalu tidak homogen. Lain halnya
dengan sampah cairan yang lebih mudah diidentifikasi sifat-sifatnya (Putra dkk, 2018).
2. Karakteristik Kimia
Karakteristik kimia sampah sangat penting dalam mengevaluasi proses alternatif dan pilihan
pemulihan energi.
a. Kandungan energi
Jumlah energi yang dibutuhkan untuk membakar limbah padat semuanya hingga menjadi
abu (sisa akhir), dipengaruhi oleh berat limbah padat dan kadar kelembaban didalamya.
Suatu perencanaan yang baik paling tidak memperhatikan dua aspek. Pertama, perencanaan
upaya untuk mengatasi masalah yang pernah dan masih dialami dan kedua, perencanaan
sebagai upaya untuk meningkatkan taraf kehidupan sosial budaya dan ekonomi penduduk yang
lebih baik. Masalah ini biasanya muncul sebagai akibat belum adanya kesesuaian dari jumlah
(ΣYi)(ΣXi2 )-(ΣXi)(ΣXiYi)
a= ........................................................................... (2.5)
n(ΣXi2 )-(ΣXi)2
n(XiYi)-(ΣXi)(ΣYi)
b= ........................................................................................... (2.6)
n(ΣXi2 )-(ΣXi)2
Dimana:
Yi = Nilai variabel Y berdasrkan garis regresi, populasi ke-n
Xi = Nilai independen, bilangan yang dihitung dari tahun ke tahun
a = Konstanta
b = Koefisien arah garis (gradien) regresi linier
n = Jumlah data
Menurut UU No.18 Tahun 2008, pengelolaan sampah didefinisikan sebagai kegiatan yang
sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan
sampah. Kegiatan pengurangan meliputi:
a. Pembatasan timbulan sampah.
b. Pendauran ulang sampah.
c. Pemanfaatan kembali sampah.
Sedangkan kegiatan penanganan meliputi:
a. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis,
jumlah, dan sifat sampah.
b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke
Tempat Penampungan sementara (TPS).
c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari tempat pengolahan sampah 3R terpadu
menuju ke Tempat Pemrosesan akhir (TPA).
d. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah.
e. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah atau residu hasil pengolahan
sebelumnya kemedia lingkungan secara aman.
Teknik operasional pengelolaan sampah kota meliputi dasar perencanaan untuk kegiatan:
1. Pewadahan sampah, yaitu suatu proses penampungan sampah sebelum dikumpulkan,
dipindahkan, diangkut dan dibuang ke TPA. Tujuannya adalah menghindari agar sampah
tidak berserakan sehingga tidak menggangu lingkungan. Faktor yang paling mempengaruhi
efektifitas tingkat pelayanan adalah kapasitas peralatan, pola penampungan, jenis dan sifat
bahan, serta lokasi penempatan.
2. Pengumpulan sampah, yaitu suatu proses pengambilan sampah mulai dari tempat
penampungan sampah sampai ke tempat pembuangan sementara. Pola pengumpulan sampah
pada dasarnya dikempokkan dalam 2 (dua) yaitu pola individual dan pola komunal.
a. Pola individual, yaitu proses pengumpulan sampah dimulai dari sumber sampah kemudian
diangkut ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) sebelum dibuang ke TPA.
b. Pola komunal, yaitu pengumpulan sampah dilakukan oleh penghasil sampah ke tempat
penampungan sampah komunal yang telah disediakan/ke truk sampah yang menangani
titik pengumpulan kemudian diangkut ke TPA tanpa proses pemindahan.
3. Pemindahan sampah, yaitu proses memindahkan sampah hasil pengumpulan ke dalam alat
pengangkutan untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir. Tempat yang digunakan untuk
pemindahan sampah adalah depo pemindahan sampah yang dilengkapi dengan kontainer
pengangkut/ram/kantor, dan bengkel. Pemindahan sampah yang telah terpilah dari
sumbernya diusahakan jangan sampai sampah tersebut bercampur kembali.
4. Pengangkutan sampah, yaitu kegiatan pengangkutan sampah yang telah dikumpulkan di
tempat penampungan sementara atau dari tempat sumber sampah ke tempat pembuangan
akhir. Pengangkutan sampah yang ideal adalah dengan truck container tertentu yang
dilengkapi alat pengepres, sehingga sampah dapat dipadatkan 2-4 kali lipat.
5. Pengolahan sampah, yaitu kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan
yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah, yang bertujuan untuk meminimalisir
tumpukan sampah.
2.3.1.1 Timbulan
Berdasarkan SNI 19-2454-2002, timbulan sampah adalah banyaknya sampah yang timbul dari
masyarakat dalam satuan volume maupun berat per kapita per hari atau perluas bangunan atau
perpanjang jalan. Sementara menurut Kementerian PU tahun 2013, timbulan sampah dapat
didasarkan pada berat dan volume. Satuan berat ditunjukkan dalam kilogram per orang per hari
(kg/orang/hari), atau kilogram per meter persegi bangunan per hari (kg/m2/hari). Sedangkan
satuan volume ditunjukkan dalam satuan liter/orang/hari atau liter per meter persegi bangunan
per hari (liter/m2/hari).
Berdasarkan data pada SK SNI S-00-1993-03 tentang spesifikasi timbulan sampah untuk
kota kecil dan sedang di Indonesia berdasarkan komponen-komponen sumber sampah
adalah sebagai berikut:
Adapun besaran timbulan sampah berdasarkan klasifikasi kota adalah sebagai berikut:
Satuan
No. Klasifikasi Kota
Volume (L/org/hr) Berat (Kg/org/hr)
Kota Besar (500.000 -
1 1.000.000 jiwa) 2,75 - 3,25 0,70 - 0,80
Kota sedang (100.000 -
2 500.000 jiwa) 2,75 – 3,25 0,70 – 0,80
Kota kecil (20.000 -
3 100.000) 2,5 – 3,75 0,625 – 0,75
Sumber: SK SNI S-04-1993-03
Pewadahan sampah sesuai dengan jenis sampah yang telah terpilah, yaitu:
1. Sampah organik seperti daun sisa, sayuran, kulit buah lunak, sisa makanan dengan wadah
warna gelap.
2. Sampah anorganik seperti gelas, plastik, logam, dan lainnya, dengan wadah warna terang.
3. Sampah bahan barbahaya beracun rumah tangga (jenis sampah B3), dengan warna merah
yang diberi lambang khusus atau semua ketentuan yang berlaku.
Pola pewadahan sampah dapat dibagi dalarn individual dan komunal. Pewadahan dimulai
dengan pemilahan baik untuk pewadahan individual maupun komunal sesuai dengan
pengelompokan pengelolaan sampah.
2) Pola individual tidak langsung adalah kegiatan pengambilan sampah dari masing-masing
sumber sampah dibawa ke lokasi pemindahan untuk kemudian diangkut ke tempat
pemrosesan akhir, dengan persyaratan sebagai berikut:
a. Bagi daerah yang partisipasi masyarakatnya pasif, lahan untuk lokasi pemindahan
tersedia.
b. Bagi kondisi topografi relatif datar (rata-rata < 5%) dapat menggunakan alat pengumpul
non-mesin (gerobak/becak).
c. Alat pengumpul masih dapat menjangkau secara langsung.
d. Kondisi lebar gang dapat dilalui alat pengumpul tanpa mengganggu pemakai jalan
lainnya.
e. Harus ada organisasi pengumpulan sampah
Pengangkutan sampah dengai sistem pengumpulan individual langsung (door to door) atau
dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Truk pengangkut sampah dari pool menuju titik sumber sampah pertama untuk mengambil
sampah.
Pengumpulan sampah melalui sistem pemindahan di transfer depo type I dan II dengan pola
pengangkutan sebagai berikut:
a. Kendaraan pengangkut sampah keluar dari pool langsung menuju lokasi pemindahan di
transfer depo untuk mengangkut sampah ke TPA.
b. Dari TPA kendaraan tersebut kembali ke transfer depo untuk pengambilan pada rit.
c. berikutnya untuk pengumpulan sampah dengan sistem kontainer (transfer tipe III), pola
pengangkutan adalah sebagai berikut.
Menurut SNI 19-2452-2002 Tentang Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan
dapat berupa:
1. Pengomposan:
a. Berdasarkan kapasitas (individual, komunal, skala lingkungan).
b. Berdasarkan proses (alami, biologis dengan cacing, biologis dengan mikro organisme
tambahan).
2. Insinerasi yang berwawasan lingkungan.
3. Daur ulang:
2.3.1.5.3 Biodigester
Biodigester adalah teknologi pengolahan dengan penambahan mikroorganisme sebagai starter
agar mempercepat proses dekomposisi material organik tanpa udara. Darinya terbentuk biogas
dan senyawa-senyawa lain yang dihasilkan melalui pembusukan anaerob. Biogas tersebut dapat
digunakan untuk bahan bakar memasak, memanaskan, pembangkit listrik, juga menjalankan
mesin. Dengan kebermanfaatan tersebut, biodigester kini menjadi salah satu alternatif terbaik
untuk memanfaatkan dan mengurangi jumlah sampah. Sebuah solusi yang tidak hanya
mengurangi sampah tapi juga menghasilkan green energy yang bisa digunakan oleh
masyarakat. Biodigester dapat menghasilkan gas dan pupuk cair organik serta mengurangi
timbulan sampah.
2.3.1.5.4 Insenerasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia nomor 03/PRT/M/2013,
teknologi pengolahan sampah meliputi teknologi pengolahan secara fisik, teknologi pengolahan
secara kimia, teknologi pengolahan secara biologi, teknologi pengolahan secara termal dan
teknologi pengolahan lain yang dapat menghasilkan bahan bakar. Dari sekian jenis teknologi
Menurut Yuliani (2016), pada proses insinerasi, pasokan bahan bakar sampah baik dari segi
kualitas maupun kuantitas harus diperhatikan. Tidak semua sampah bisa menjadi bahan bakar
proses insinerasi. Ada persyaratan yang berkaitan dengan sampah sebagai bahan bakar
insinerasi yang harus dipenuhi agar proses pembakaran dapat berjalan dengan baik. Persyaratan
tersebut antara lain:
1) Bahan bakar sampah minimal harus memiliki nalai kalori sebesar 7 MJ/ kg. Jika nilai kalori
dari sampah kurang dari nilai kalori yang disyaratkan, maka diperlukan pre-treatment atau
bahan bakar tambahan agar nilai kalori meningkat dan proses insinerasi bisa berlanjut.
2) Pasokan yang stabil untuk proses insinerasi sampah adalah minimal 50.000 ton/ tahun.
Setiap teknologi pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan teknologi
insinerasi. Kelebihan dari teknologi insinerasi antara lain:
c) Jika dikelola dengan baik, polusi udara yang dilepaskan akan rendah.
a) Menghasilkan limbah berbahaya (residu APC) yang membutuhkan pembuangan yang aman.
b) Menghasilkan terak.
a. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis,
jumlah dan/atau sifat sampah.
b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke
tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu.
c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat
penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke
tempat pemrosesan akhir.
e. Pemprosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil
pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
Hirarki sampah telah memiiki beberapa konsep sejak beberapa dekade lalu, namun konsep
awal, yaitu strategi pengurangan sampah, telah lama berada di dekat ujung piramida hirarki.
Tujuan utama hirarki sampah adalah untuk memanfaatkan produk sebesar-besarnya dan
menghasilkan sampah yang sesedikit mungkin, karena pencegahan sampah adalah titik tertinggi
dari piramida hierarki sampah. Beberapa ahli manajemen sampah megkonsepkan 4R dengan
menambah satu R, diantaranya adalah:
1. Reduce (Mengurangi)
Sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin
banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
2. Reuse (Memakai kembali)
Setiap lapisan pada Gambar 2.10 mengilustrasikan pilihan pengelolaan sampah yang dapat
meminimisasi biaya, dampak sosial dan lingkungan. Empat lapisan teratas merupakan langkah-
langkah yang dimaksudkan untuk menghindari sampah ke tempat pembuangan akhir. Pada
hirarki pengelolaan sampah, lapisan teratas merupakan lapisan prioritas yang perlu dilakukan
dan semakin turun ke lapisan bawah merupakan lapisan opsi yang semakin dihindari.
Menurut Hendra (2016), aspek pengaturan didasarkan atas kenyataan bahwa Indonesia adalah
negara hukum, di mana sendi-sendi kehidupan bertumpu pada hukum yang berlaku.
Manajemen persampahan kota di Indonesia membutuhkan kekuatan dan dasar hukum, seperti
dalam pembentukan organisasi, pemungutan retribusi, ketertiban masyarakat, dan sebagainya.
Peraturan yang diperlukan dalam penyelenggaraan sistem pengelolaan sampah di perkotaan
antara lain adalah yang mengatur tentang:
f. Kerjasama dengan berbagai pihak terkait, diantaranya kerjasama antar daerah, atau
kerjasama dengan pihak swasta.
Pengelolaan sampah saat ini menjadi permasalahan yang cukup pelik. Jika tidak dilakukan
dengan penanganan yang baik, dikhawatirkan mengganggu keseimbangan yang menimbulkan
kerugian danakan mencemari lingkungan, baik terhadap tanah, air, maupun udara.
Dasar Hukum:
3. Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
4. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 tentang
Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse dan Recycle melalui Bank Sampah.
5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2011 Nomor 1
Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adipura.
Retribusi Pelayanan Persampahan Kebersihan termasuk golongan retribusi jasa umum. Tingkat
Penggunaan Jasa Persampahan/Kebersihan diukur berdasarkan luas bangunan, volume sampah
yang dilayani serta kemudahan pelayanan. Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi
dimasukkan untuk biaya pengumpulan, pengangkutan, penampungan, pemusnahan/pengolahan
sampah, biaya penyediaan lokasi tempat penampungan akhir dan biaya administrasi yang
mendukung penyediaan jasa (Lubis, 2013).
Menurut SNI 3242:2008 tentang pengelolaan sampah di permukiman, aspek pembiayaan terdiri
dari:
b. Pengelolaan keuangan.
a. Pembiayaan pengelolaan sampah dari sumber sampah di pemukiman sampai dengan TPS
bersumber dari iuran warga.
Adapun ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi untuk menentukan lokasi TPA ialah sebagai
berikut (SNI 03-3241-1994):
Pemilihan lokasi TPA sampah harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Tahap regional yang merupakan tahapan untuk menghasilkan peta yang berisi daerah atau
tempat dalam wilayah tersebut yang terbagi menjadi beberapa zona kelayakan.
b. Tahap penyisih yang merupakan tahapan untuk menghasilkan satu atau dua lokasi terbaik
diantara beberapa lokasi yang dipilih dari zona-zona kelayakan pada tahap regional.
d. Jika dalam suatu wilayah belum bisa memenuhi tahap regional, pemilihan lokasi TPA
sampah ditentukan berdasarkan skema pemilihan lokasi TPA sampah
Adapun Kriteria untuk penentuan lokasi TPA sampah dibagi menjadi tiga bagian:
1. Kriteria regional, yaitu kriteria yang digunakan untuk menentukan zona layak atau tidak
layak sebagai berikut:
a. Kondisi geologi
b. Kondisi hidrogeologi
3) Jarak terhadap sumber air minum harus lebih besar dari 100 meter di hilir aliran.
4) Dalam hal tidak ada zona yang memenuffi kriteria-kriteria tersebut diatas, maka harus
diadakan masukan teknologi.
d. Jarak dari lapangan terbang harus lebih besar dari 3.000 meter untuk penerbangan turbojet
dan harus lebih besar dari 1.500 meter untuk jenis lain.
e. Tidak boleh pada daerah lindung/cagar alam dan daerah banjir dengan periode ulang 25
tahun.
2. Kriteria penyisih, yaitu kriteria yang digunakan untuk memilih lokasi terbaik yaitu terdiri
dari kriteria regional ditambah dengan kriteria berikut:
a. Iklim
2) Angin: arah angin dominan tidak menuju ke pemukiman dinilai makin baik
c. Lingkungan biologis:
d. Kondisi tanah
2) Kapasitas dan umur: dapat menampung lahan lebih banyak dan lebih lama dinilai lebih
baik
3) Ketersediaan tanah penutup: mempunyai tanah penutup yang cukup dinilai lebih baik
j. Ekonomi: semakin kecil biaya satuan pengelolaan sampah (m 3/ton) dinilai semakin baik.
3. Kriteria Penetapan, yaitu kriteria yang digunakan oleh instansi yang berwenang untuk
menyetujui dan menetapkan lokasi terpilih sesuai dengan kebijaksanaan Instansi yang
berwenang setempat dan ketentuan yang berlaku. Dalam menentukan lokasi TPA sampah
yang akan dipilih ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi yaitu sebagai berikut:
1) Tahap regional yang merupakan tahapan untuk menghasilkan peta yang berisi daerah
atau tempat dalam wilayah tersebut yang terbagi menjadi beberapa zona kelayakan;
2) Tahap penyisihan yang merupakan tahapan untuk menghasilkan satu atau dua lokasi
terbaik diantara beberapa lokasi yang dipilih dari zona-zona kelayakan pada tahap
regional;
3) Tahap penetapan yang merupakan tahap penentuan lokasi terpilih oleh instansi yang
berwenang.
3.1 Umum
Kelurahan Tanjung Gusta merupakan salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan Medan
Helvetia dengan luas wilayah 2,20 Km2 . Jumlah penduduk per tahun 2020 sebanyak 32.096
jiwa yang terdiri dari 16.669 orang laki-laki dan 15.427 perempuan dengan kepadatan penduduk
14.598 km2. (Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2022)
Peta administratif Kelurahan Tanjung Gusta dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut.
3.2 Topografi
Kelurahan Tanjung Gusta memiliki relief permukaan bumi yang relatif datar dan berada pada
ketinggian 18,05 meter diatas permukaan laut. Wilayahnya seluruhnya berupa daratan yang
mempunyai luas 2,20 km2. Secara geografis Kelurahan Tanjung Gusta berbatasan dengan
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
Kabupaten Deli Serdang di sebelah utara, Kecamatan Medan Sunggal di sebelah selatan,
Kecamatan Medan Sunggal di sebelah barat, serta Kecamatan Medan Barat dan Kecamatan
Medan Petisah di sebelah timur. (Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2022)
3.3 Iklim
Kota Medan mempunyai iklim tropis atau dengan persentase kelembapan udara yang tinggi.
Rata-rata suhu udara tahunan adalah sebesar 31 derajat celsius. Curah hujan tertinggi adalah
pada bulan November dan April dan terendah pada bulan Agustus dan November. Data
mengenai iklim dapat dilihat di table 3.1 di bawah ini:
3.4.2 Kependudukan
3.4.2.1 Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kelurahan Tanjung Gusta tahun 2020 adalah 32.096 dengan jumlah
penduduk berjenis kelamin laki-laki sebanyak 16.669 dan penduduk berjenis kelamin
perempuan adalah 15.427, dengan 6.149 banyaknya rumah tangga. Berikut ini tabel 3.3 Jumlah
Penduduk di Kelurahan Tanjung Gusta:
®
KABUPATEN DELI SERDANG
PERSAMPAHAN
LEGENDA
SUNGAI
JALAN
BATAS WILAYAH
KANTOR LURAH
TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
JUDUL GAMBAR
PETA ADMINISTRASI
KELURAHAN TANJUNG GUSTA
NAMA & NIM
ARVIN (200407031)
KELURAHAN CINTA DAMAI GABRIELLA SYALOMITHA S.S (200407062)
ASISTEN
AINI NURUL ARSYA
DOSEN MATA KULIAH
PETA ADMINISTRASI KELURAHAN TANJUNG GUSTA Dr. Eng. HAFIZHUL KHAIR AM., S.T., MT
RONALD LEONARDO SIREGAR., S.T., M.T
SKALA 1 : 15.000
NOMOR GAMBAR SKALA
3.1 1 : 15.000
TUGAS BESAR
®
KABUPATEN DELI SERDANG
PERSAMPAHAN
LEGENDA
BLOK I
BLOK II
BLOK III
BLOK I
TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
BLOK II BLOK III
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
JUDUL GAMBAR
PETA BLOK
KELURAHAN TANJUNG GUSTA
NAMA & NIM
ARVIN (200407031)
KELURAHAN CINTA DAMAI GABRIELLA SYALOMITHA S.S (200407062)
ASISTEN
AINI NURUL ARSYA
DOSEN MATA KULIAH
PETA BLOK KELURAHAN TANJUNG GUSTA Dr. Eng. HAFIZHUL KHAIR AM., S.T., MT
RONALD LEONARDO SIREGAR., S.T., M.T
SKALA 1 : 15.000
NOMOR GAMBAR SKALA
3.2 1 : 15.000
TUGAS BESAR
®
KABUPATEN DELI SERDANG
PERSAMPAHAN
LEGENDA
^ SARANA IBADAH
SARANA PENDIDIKAN
SUNGAI
^
JALAN
BATAS WILAYAH
PEMUKIMAN
^ LAHAN KOSONG
^ ^
^
^
^ TEKNIK LINGKUNGAN
^ FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
^
^ ^ ^ JUDUL GAMBAR
^
^
PETA TATA GUNA LAHAN
KELURAHAN TANJUNG GUSTA
NAMA & NIM
ARVIN (200407031)
KELURAHAN CINTA DAMAI GABRIELLA SYALOMITHA S.S (200407062)
ASISTEN
AINI NURUL ARSYA
DOSEN MATA KULIAH
PETA TATA GUNA LAHAN KELURAHAN TANJUNG GUSTA Dr. Eng. HAFIZHUL KHAIR AM., S.T., MT
RONALD LEONARDO SIREGAR., S.T., M.T
SKALA 1 : 15.000 NOMOR GAMBAR SKALA
3.3 1 : 15.000
BAB IV
KONDISI EKSISTING PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
4.1 Umum
Kelurahan Tanjung Gusta merupakan salah satu dari wilayah di Kecamatan Medan Helvetia
yang pengelolaan persampahannya dilayani oleh Dinas Kebersihan Kota Medan dan swadaya
masyarakat. Sampah di kelurahan ini berasal dari berbagai sumber, seperti pemukiman/
domestik, komersil, dan institusi. Sampah-sampah dari sumber domestik, komersil, dan
beberapa institusi dimasukkan ke dalam tempat sampah yaitu wadah sampah yang
menampung sampah langsung di sumbernya. Pengumpulan dilakukan secara door to door.
Dimana dari rumah ke rumah sampah diangkut dari wadahnya dengan gerobak pengangkut
sampah atau sejenisnya untuk terlebih dahulu dibawa ke lokasi pemindahan sementara
kemudian diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Pengumpulan dilakukan oleh
petugas kebersihan dari masing-masing titik wadah komunal kemudian dimuat ke kendaraan
langsung dibawa ke TPA. Sampah tersebut kemudian dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) dengan menggunakan truk pengangkut.
Penduduk Yrata-
Xi Tahun Xi2 Xi.Yi Y' (Yi - Y') (Yi -Y' )2 (Yi-Yrata) (Yi-Yrata)2 SD R
(Yi) rata
a = 28914
b = 289,08
Y = 53122 + 604,10 . Xi
Metode Aritmatika
36000
35000
34000
33000
32000
R² = 0,9942
31000
28000
27000
26000
2017
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
Grafik 4.1 Grafik Metode Aritmatika Kelurahan Tanjung Gusta
Sumber: Hasil perhitungan, 2022
Tabel 4.2 Proyeksi Penduduk Kelurahan Tanjung Gusta dengan Metode Geometri
Penduduk ln Xi
Xi Tahun ln Xi ln Xi2 ln Yi Y' (Yi - Y') (Yi - Y')2 Yi rata-rata Yi-Yrata (Yi-Yrata)2 SD R
(Yi) ln Yi
1 2011 29.336 0,000 0,000 10,287 0,00 28846 490,01 240109,92 -1167,90 1363990,41
2 2012 29.402 0,693 0,480 10,289 7,13 29590 -188,07 35368,81 -1101,90 1214183,61
3 2013 29.576 1,099 1,207 10,295 11,31 30034 -458,19 209936,76 -927,90 860998,41
4 2014 30.285 1,386 1,922 10,318 14,30 30353 -68,34 4669,72 -218,90 47917,21
5 2015 30.470 1,609 2,590 10,324 16,62 30603 -133,22 17747,13 30504 -33,90 1149,21
6 2016 30.644 1,792 3,210 10,330 18,51 30809 -164,91 27196,62 140,10 19628,01 352,38 0,91932
7 2017 30.891 1,946 3,787 10,338 20,12 30984 -92,91 8631,41 387,10 149846,41
8 2018 30.906 2,079 4,324 10,339 21,50 31136 -230,29 53034,89 402,10 161684,41
9 2019 31.433 2,197 4,828 10,356 22,75 31271 161,67 26137,03 929,10 863226,81
10 2020 32.096 2,303 5,302 10,376 23,89 31393 703,38 494740,92 1592,10 2534782,41
55 305039 15,10 27,65 103,25 156,13 305020 19,14 1117573,22 0,00 7217406,9
Sumber: Hasil perhitungan, 2022
a = 10,270
b = 0,0367
Y = 10,878.(X)0,0417
Metoda Geometri
33000
32000
31000
R² = 0,9341
30000
Hasil Proyeksi
29000
Power (Hasil Proyeksi)
28000
27000
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
Grafik 4.2 Grafik Metode Geometri Kelurahan Tanjung Gusta
Sumber: Hasil perhitungan, 2022
Tabel 4.3 Proyeksi Penduduk Kelurahan Tanjung Gusta dengan Metode Eksponensial
a = 10,273
b = 0,0095
Y = 10,822.(e)0,0107x
Metode Eksponensial
36000
35000
34000
33000
R² = 0,9945
32000
31000
30000
Hasil Proyeksi
29000
Expon. (Hasil Proyeksi)
28000
27000
26000
2013
2023
2011
2012
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
Grafik 4.3 Grafik Metode Eksponensial Kelurahan Tanjung Gusta
Sumber: Hasil perhitungan, 2022
Tabel 4.4 Proyeksi Penduduk Kelurahan Tanjung Gusta dengan Metode Logaritma
1 2011 29.336 0,000 0,00 0,00 28815 520,79 271225,31 -1168 1363990,41
2 2012 29.402 0,693 0,48 20379,91 29590 -188,15 35402,15 -1102 1214183,61
3 2013 29.576 1,099 1,21 32492,56 30043 -467,47 218528,07 -928 860998,41
4 2014 30.285 1,386 1,92 41983,92 30365 -80,10 6416,36 -219 47917,21
5 2015 30.470 1,609 2,59 49039,57 30615 -144,58 20903,25 -34 1149,21
30504
6 2016 30.644 1,792 3,21 54906,68 30818 -174,42 30421,44 140 19628,01 360,98 0,92
7 2017 30.891 1,946 3,79 60111,11 30991 -99,76 9952,03 387 149846,41
8 2018 30.906 2,079 4,32 64267,22 31140 -234,05 54779,27 402 161684,41
9 2019 31.433 2,197 4,83 69065,36 31272 161,27 26007,15 929 863226,81
10 2020 32.096 2,303 5,30 73903,77 31390 706,47 499103,95 1592 2534782,41
a = 28815
b = 1118,01
Y = 52901 + (2345,72 . ln Xi)
Metode Logaritma
33000
32000
31000 R² = 0,9304
30000
Hasil Proyeksi
28000
27000
2013
2023
2011
2012
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
Grafik 4.4 Grafik Metode Logaritma Kelurahan Tanjung Gusta
Sumber: Hasil perhitungan, 2022
Tabel 4.5 Perhitungan Korelasi ‘R’ dan Standar Deviasi Masing-masing Metode di Kelurahan
Tanjung Gusta
Perbandingan
Metode Proyeksi
Nilai SD Nilai R
Dari empat metode yang dilakukan, maka perhitungan proyeksi penduduk Kelurahan Tanjung
Gusta menggunakan metode Arimatika. Pemilihan metode ini berdasakan nilai Korelasi (R)
dan Standar Deviasi (SD), dimana metode yang dipilih memiliki nilai Standar Deviasi (SD)
terkecil dan nilai R yang paling mendekati satu. Untuk selengkapnya dapat dilihat metode
proyeksi penduduk terpilih di Kelurahan Tanjung Gusta pada tabel 4.6.
PROYEKSI PENDUDUK
NO TAHUN PENDUDUK
ARITMATIKA GEOMETRI EKSPONENSIAL LOGARITMA
35000
34000
33000
Jumlah Penduduk
32000
(Jiwa)
31000
30000
ARITMATIKA
GEOMETRI
29000 EKSPONENSIAL
LOGARITMA
28000
27000
26000
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
ARITMATIKA 29336 29402 29576 30285 30470 30644 30891 30906 31433 32096 32094 32383 32672 32961 33250 33539 33828 34117 34407 34696
GEOMETRI 29336 29402 29576 30285 30470 30644 30891 30906 31433 32096 31503 31604 31697 31783 31864 31939 32011 32078 32142 32202
EKSPONENSIAL 29336 29402 29576 30285 30470 30644 30891 30906 31433 32096 32122 32427 32736 33047 33361 33679 33999 34322 34649 34978
LOGARITMA 29336 29402 29576 30285 30470 30644 30891 30906 31433 32096 31496 31593 31683 31766 31843 31915 31983 32047 32107 32164
Tahun
Tabel 4.7 Tingkat Pelayanan Pengelolaan Persampahan Kelurahan Tanjung Gusta Tahun 2020
Tingkat Pelayanan
No. Kriteria Pelayanan
Ha Jiwa Persentase (%)
1. Luas wilayah total 2,20 - 100
2. Jumlah penduduk tahun 2020 - 32.096 100
3. Luas wilayah terlayani 2,20 - 100
4. Jumlah penduduk terlayani tahun 2020 - 32.096 100
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2022
Faktor penentu operasional pelayanan untuk Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan
Helvetia adalah sebagai berikut:
1. Tipe kota;
2. Sampah terangkut dari lingkungan;
3. Frekuensi pelayanan;
4. Jenis dan jumlah peralatan;
5. Peran aktif masyarakat;
6. Retribusi;
7. Timbulan sampah.
Kelurahan Tanjung Gusta merupakan daerah yang ramai karena hampir seluruhnya
merupakan kawasan pemukiman sehingga timbulan sampah di Kelurahan Tanjung Gusta juga
cukup tinggi. Kelurahan Tanjung Gusta sudah terlayani 100% oleh Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Medan yang dapat dilihat pada jam-jam tertentu terdapat dump truck yang
mengangkut sampah dari Kelurahan Tanjung Gusta menuju ke TPA Terjun. Namun masalah
banyaknya timbulan sampah di Kelurahan Tanjung Gusta belum dapat diatasi oleh masyarakat
karena kurang aktifnya peran masyarakat dalam berkontribusi yang terbukti dari tidak adanya
pemilahan sampah pada setiap rumah tangga serta tidak adanya Bank Sampah yang membantu
untuk mengelola sampah daur ulang yang ada sehingga timbulan sampah yang ada di
masyarakat dan yang diangkut ke TPA Terjun tidak ada perubahan jumlahnya.
4.5.2 Timbulan
Timbulan sampah yang dihasilkan di Kelurahan Tanjung Gusta bersumber dari
pemukiman/domestik, kawasan komersil, dan institusi. Untuk ketiga jenis sumber tersebut
dihasilkan timbulan sampah dengan komposisi yang berbeda. Sampah domestik yaitu sampah
yang dihasilkan rumah tangga, jenis sampahnya biasanya bercampur yaitu organik maupun
anorganik. Sampah organik biasanya merupakan sampah dari sisa makanan, daun- daun, kayu
Timbulan sampah komersil biasanya dihasilkan dari lingkungan pertokoan, warung, rumah
makan maupun tempat lain yang menjualkan dagangannya kepada pembeli. Sampah yang
dihasilkan beranekaragam, seperti plastik dan kertas untuk membungkus jualan maupun jenis
sayur-sayuran yang sudah membusuk dan tidak berguna lagi.
Berbagai institusi yang ada di Kelurahan Tanjung Gusta juga menghasilkan timbulan sampah.
Institusi tersebut berupa sekolah (TK, SD, SMP, SMA) dan kantor pemerintah, sarana
kesehatan seperti Puskesmas dan Posyandu. Sampah yang dihasilkan biasanya adalah jenis
sampah anorganik, seperti kertas, dan plastik. Sampah organik yang dihasilkan memang ada
tetapi dalam jumlah yang kecil dan hanya berupa sampah daun-daunan.
4.5.3 Pewadahan
4.5.3.1 Pola Pewadahan
Pola pewadahan pada Kelurahan Tanjung Gusta yaitu semua sampah dijadikan satu di dalam
kantong plastik atau keranjang sampah dan tidak dipilah berdasarkan jenisnya sehingga
sampah organik dan anorganik berada dalam satu kantong. Masyarakat di Kelurahan Tanjung
Gusta tidak ada yang melakukan pemilahan jenis sampah. Untuk wilayah
perumahan/domestik, sampah yang sudah dimasukkan dalam kantong plastik ditaruh di depan
rumah atau ditaruh di keranjang sampah depan rumah untuk diambil oleh petugas kebersihan.
Untuk wilayah komersial seperti pasar, biasanya para penjual menaruh sampah mereka pada
kantong plastik berukuran 10-30 liter lalu meletakannya di depan kios jualan mereka yang
akan diangkut oleh petugas kebersihan. Dan untuk wilayah institusi, sampah yang dihasilkan
biasanya berupa kertas yang ditaruh pada kantong plastik berukuran 10-30 liter yang biasanya
diletakkan di depan wilayah perkantoran dan akan diangkut oleh petugas kebersihan.
Kelurahan Tanjung Gusta juga memiliki rumah sakit dan sarana Kesehatan yang mana pola
pewadahan untuk sampah sarana kesehatan berbeda dengan yang lain. Sampah dari sarana
kesehatan yang berupa organik dan anorganik biasanya akan diangkut oleh Dinas Kebersihan
dan Pertamanan Kota Medan bersama dengan sampah dari sumber yang lain, sedangkan untuk
sampah B3 yang biasanya berupa bekas jarum suntik, infus maupun obat sisa dikumpulkan
pada wadah yang berada di wilayah rumah sakit tersebut dan akan diangkut ke tempat
pengumpulan limbah B3 di Kota Medan.
Lokasi penempatan kantong sampah di Kelurahan Merdeka untuk domestik yang dapat
terlewati oleh mobil pick-up sampah diletakkan di depan rumah masing-masing, untuk
wilayah yang berada di gang dan tidak dapat dilewati oleh mobil pick-up atau gerobak sampah,
kantong sampah diletakkan di depan gang-gang tersebut. Untuk kawasan komersial biasanya
ini berada di kawasan yang dapat dilewati oleh mobil pick-up sampah dan dump truck.
Sedangkan untuk wilayah institusi berupa sekolah dan perkantoran kantong sampah yang akan
diangkut oleh gerobak sampah. Sedangkan untuk wilayah sarana kesehatan yang berada di
wilayah yang dapat di lewati oleh dump truck sampah yang tidak berbahaya akan langsung
diangkut oleh dump truck dan diangkut menuju ke TPA Terjun dan untuk sampah B3, akan
diangkut ke tempat pengumpulan sampah B3 di Kota Medan. Untuk sampah yang berasal dari
tempat umum seperti taman, sampah yang ada di dalam bak sampah akan diangkut oleh becak
sampah dan akan dikumpulkan ke TPS terdekat dari lokasi.
Wadah yang digunakan untuk pewadahan sampah di Kelurahan Tanjung Gusta untuk
domestik/rumah tangga biasanya berupa kantung plastik bekas yang tidak digunakan lagi yang
mana jika terkena benda tajam sedikit kantong plastik tersebut akan mengalami kebocoran
Arvin (200407031) IV-16
Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
yang menyebabkan air pada kantong tersebut menetes. Untuk daerah komersial kantong yang
digunakan biasanya berupa trash bag yang tebal dan kuat sehingga mampu menahan beban
sampah dan air yang ada di kantong sampah tersebut serta tidak rentan sobek dan berlubang.
Pada wilayah institusi kantong plastik yang digunakan sama dengan yang digunakan pada
wilayah komersial sehingga kantong lebih kuat dan tidak rentan terjadinya lubang.
Penentuan ukuran wadah pada Kelurahan Tanjung Gusta untuk wilayah domestik biasanya
tergantung pada berapa banyak jumlah sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Kelurahan
Tanjung Gusta per harinya. Untuk wilayah komersial dan institusi biasanya kantong sampah
yang digunakan berukuran sekitar 10-30 liter.
4.5.4 Pengumpulan
Sistem pengumpulan di Kelurahan Tanjung Gusta untuk daerah domestik, komersil, dan
institusi menggunakan pelayanan door-to-door dengan menggunakan mobil pick-up dan
gerobak sampah. Kegiatan pengumpulan tidak tentu waktunya, tetapi biasanya dimulai rata-
rata pukul 07.00 WIB. Sampah-sampah yang dikumpulkan tersebut kemudian dibawa
langsung oleh petugas kebersihan dengan mobil pick-up ke Tempat Pembuangan Sementara
(TPS). Kemudian sampah diangkut oleh petugas dari Dinas Kebersihan Kota Medan ke TPA
dengan menggunakan dump truck.
5.1 Umum
Kelurahan Tanjung Gusta memiliki luas wilayah 2,20 km² dengan jumlah penduduk sebanyak
32.096 jiwa pada tahun 2020. Jumlah ini memiliki potensi yang cukup besar untuk
menghasilkan sampah setiap hari. Untuk itu dalam melakukan pengelolaan persampahan di
Kelurahan Tanjung Gusta direncanakan suatu detail sistem yang didasarkan pada kondisi
topografi, sarana perhubungan dan transportasi, serta kondisi pemukiman penduduk.
Perencanaan pengelolaan persampahan mencakup timbulan, pewadahan, penentuan metode
pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan penentuan luas TPA dalam kurun waktu 10
tahun ke depan.
1
34.696 10
∆𝑃 = ((32.096) − 1) 𝑥 100%
∆𝑃 = 0,78%
Keterangan:
Dari hasil di atas dapat kita tentukan debit satuan timbulan sampah pada tahun 2030 dengan
menggunakan persamaan (5.2) dibawah ini, yaitu:
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
1+ ⅓ (∆m+∆i+∆g)
∆q = ...................................................................................................... (5.3)
1+∆P
Keterangan:
Perhitungan:
(∆m+∆i+∆g)
∆q = 1 + ⅓ 1+∆P
(1% + 1% + 1%)
∆q =1 + ⅓ 1+ (0,78%)
∆q = 1,0099
Berikut dapat dilihat data debit satuan timbulan sampah pada Tabel 5.1.
5.2.1.1 Domestik
Timbulan sampah domestik dapat dihitung dengan mengalikan debit dengan satuan sampah
domestik dan jumlah penduduk hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Jumlah peduduk 2030 = 34.696 jiwa
Jumlah unit rumah 2030 = 6.940 unit
Satuan timbulan q2020 = 2,5 l/o/h
q2030 = q2020 + (1 + ∆q/100)n ..................................................................................... (5.4)
q2030 = 2,5 l/o/h + (1 + ∆q/100)10
= 2,5 l/o/h + (1 + 1,0099/100)10
= 3,605 l/o/h
5.2.1.1.2 Komersil
Timbulan sampah komersil didapat dengan mengalikan debit satuan sampah yang dihasilkan
oleh area komersil. Untuk mencari jumlah timbulan yang dihasilkan per hari, dibutuhkan data:
Satuan timbulan komersil tahun 2020 = 2.750 l/Ha/h
Luas daerah komersil dari data yang diperoleh 22,70 Ha
Maka satuan timbulan sampah komersil pada tahun 2030 adalah:
q2030 = q2020 + (1 + ∆q/100)n ..................................................................................... (5.5)
q2030 = 2.750 + (1 + 1,0099/100)10
= 2.751,1 l/Ha/hari
Sehingga, timbulan sampah komersil pada tahun 2030 secara keseluruhan adalah:
Q = 2.751,1 l/Ha/h x 22,70 Ha
= 62.449,97 l/h
= 62,44997 m3/h
5.2.1.1.3 Institusi
Untuk mencari jumlah timbulan yang dihasilkan per hari, dibutuhkan data satuan timbulan
institusi pada tahun 2020 = 550 l/Ha/h;
Luas daerah institusi yang diperbolehkan dari data = 17,66 Ha;
Maka satuan timbulan sampah komersil pada tahun 2030 adalah:
q2030 = q2020 + (1 + ∆q/100)n ..................................................................................... (5.6)
q2030 = 550 + (1 + 1,0099/100)10
= 551,1 l/Ha/hari
Maka timbulan sampah institusi yang dihasilkan pada tahun 2030 secara keseluruhan adalah:
Q = 551,1 l/Ha/hari x 17,66 Ha
= 9.732,4 l/h
= 9,7234 m3/h
Pada Tabel 5.2 dapat dilihat debit timbulan sampah di Kelurahan Tanjung Gusta pada tahun
2030.
Tabel 5.2 Debit Satuan Timbulan Sampah Kelurahan Tanjung Gusta Tahun 2030
Jumlah Satuan Timbulan Sampah
Kawasan Sumber Sampah
Penduduk/Luas Timbulan l/h m3/h
125.079,08 125,07908
Domestik Pemukiman 34.696 jiwa 3,605 l/o/h
l/h m3/h
Rumah/Warung 2.751,1 62,44997
Komersil 22,70 Ha 62.449,97 l/h
Makan, Pertokoan l/ha/h m3/h
Sarana Pendidikan
Institusi Sarana Peribadatan 17,66 Ha 551,1 l/ha/h 9.732,4 l/h 9,7324 m3/h
Sarana Kesehatan
TOTAL 197,2614
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
5.2.2 Pewadahan
Pewadahan sampah adalah penanganan sampah sebelum dikumpulkan atau dengan kata lain
pewadahan merupakan penanganan sampah di sumber timbulannya. Pewadahan yang baik
adalah pewadahan yang dapat menampung seluruh sampah yang dihasilkan dan praktis serta
mudah dalam pengumpulannya, serta memisahkan jenis sampak organik, sampah anorganik,
dan sampah B3 dari sumbernya. Dimana sampah organik terdiri dari sampah-sampah sisa
makanan dan sampah dapur sedangkan sampah lain tergolong sampah anorganik dan sampah
B3.
5.2.2.1 Domestik
Pewadahan sampah domestik di Kelurahan Tanjung Gusta direncanakan menggunakan kantong
plastik agar lebih mudah dan efisien dalam pengangkutan. Untuk menentukan ukuran/kapasitas
kantong plastik yang cocok, maka dihitung terlebih dahulu timbulan sampah rata-rata tiap
rumah. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
Timbulan Sampah Domsetik = 125.079,08 l/h
Jumlah rumah di Kelurahan Tanjung Gusta = 34.696 jiwa : 5 = 6.940 rumah
Rata-rata produksi sampah per rumah = (125.079,08 l/h)/(6.940 rumah)
= 19 l/rumah/hari
Dari perhitungan di atas diperoleh bahwa setiap harinya tiap rumah menghasilkan sampah rata-
rata 19 liter sampah per hari. Dimana sampah organik 7,8 liter, sampah anorganik 8,7 liter, dan
sampah B3 2,5 liter. Maka pewadahan yang diperlukan untuk sampah organik adalah kantong
plastik berukuran 10 liter, sampah anorganik menggunakan kantong plastik berukuran 10 liter,
dan sampah B3 menggunakan kantong plastik berukuran 10 liter (SNI 19-2454-2002).
5.2.2.2 Komersil
Pewadahan sampah di sarana komersil direncanakan menggunakan bin atau tong sampah
dengan roda dan penutup karena timbulan sampah dari komersil bernilai besar sehingga
membutuhkan wadah yang dapat menampung sampah dan tidak menggangu estetika
lingkungan. Dari data Badan Pusat Statistik Kota Medan diketahui bahwa terdapat 226
bangunan komersil sehingga dapat ditentukan besar timbulan sampahnya.
Timbulan Sampah = 62.449,97 l/h
Jumlah penduduk tahun 2030
Jumlah sarana komersil = Jumlah penduduk tahun 2020 x Jumlah unit komersil tahun 2020
= 34.696/32.096 x 226
= 1,082 x 226
= 245 unit
Rata-rata timbulan sampah per unit = (62.449,97 l/h)/(245 unit)
= 255 l/u/h
Dari perhitungan di atas didapat bahwa setiap harinya tiap rumah menghasilkan sampah rata-
rata 255 liter. Dimana sampah organik 175,1 liter, sampah anorganik 71,9 liter, dan sampah B3
8 liter. Maka pewadahan yang diperlukan untuk sampah organik adalah tong sampah/bin
berukuran 90 liter sebanyak 2 buah bin, sampah anorganik memerlukan bin berukuran 75 liter,
dan sampah B3 menggunakan bin berukuran 10 liter (SNI 19-2454-2002).
5.2.2.3 Institusi
Pewadahan sampah di sarana institusi direncanakan menggunakan bin atau tong sampah dengan
roda dan penutup karena timbulan sampah dari institusi bernilai besar sehingga membutuhkan
wadah yang dapat menampung sampah jumlah besar dan tidak mengganggu estetika
lingkungan. Untuk menentukan ukuran/kapasitas wadah yang cocok, maka dihitung terlebih
dahulu timbulan sampah rata-rata tiap unit. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
= 34.696/32.096 x 93 unit
= 1,082 x 93 unit
= 101 unit
Rata rata timbulan sampah per unit = (9.732,4 l/h)/(101 unit)
= 97 l/u/h
Dari perhitungan di atas didapat bahwa setiap harinya tiap rumah menghasilkan sampah rata-
rata 97 liter. Dimana sampah organik 54,8 liter, sampah anorganik 40 liter, dan sampah B3 2,2
liter. Maka pewadahan yang diperlukan untuk sampah organik adalah bin berukuran 55 liter,
sampah anorganik menggunakan bin berukuran 40 liter, dan sampah B3 menggunakan bin
berukuran 5 liter (SNI 19-2454-2002).
Rata- Jumlah
Jumla Rencana Jumlah Wadah per Unit
Kawasa Sumber Rata Wadah
h Pewadaha
n Sampah Timbula Keseluruha
(Unit) n Organi Anorgani B
n (l/unit) n
k k 3
Sampah
organik
kantong
plastik
berukuran
10 L,
Anorganik
Pemukima
Domestik 6.94 19 kantong 1 1 1 20.82
n
plastik
berukuran
10 L, dan
B3 kantong
plastik
berukuran
10 L.
5.2.3. Pengumpulan
Timbulan sampah total yang dihasilkan di Kelurahan Tanjung Gusta pada tahun 2030 adalah:
Q = timbulan sampah domestik + komersil + institusi
= 125,07908 m3/h + 62,44997 m3/h + 9,7324 m3/h
= 197,2614 m3/h
Dari perhitungan di atas direncanakan sistem pengumpulan door to door dengan gerobak dan
komunal dengan truk yang didalamnya terdapat sekat membagi sampah organik, anorganik dan
B3 tanpa membedakan sampah domestik, komersil, institusi. Pengumpulan dilakukan setiap
hari mulai 08.00-09.00 WIB. Untuk mengetahui debit satuan sampah per blok dapat dilihat pada
Tabel 5.4. Distribusi lingkungan pada masing-masing blok beserta timbulannya dapat dilihat
pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4 Debit Satuan Sampah Per Blok Kelurahan Tanjung Gusta
I 2.255 76 31 65,5
II 2.125 75 30 61,8
III 2.039 75 32 66,9
Total 6.419 226 93 197,2
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
Jumlah gerobak sampah dan petugasnya untuk masing-masing blok tergantung dari ada
tidaknya sistem pengumpulan komunal di setiap blok tersebut. Direncanakan untuk beberapa
blok tidak seratus persen sampahnya dikumpulkan oleh petugas dengan gerobak. Pertimbangan
ini dibuat berdasarkan adanya sebagian jalan di beberapa blok yang sulit dilalui oleh truk
kontainer karena sempit. Banyaknya truk kontainer dan gerobak per blok di Kelurahan Tanjung
Gusta dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Dari Tabel 5.6 dapat diketahui bahwa periode pengumpulan yang menggunakan gerobak
memiliki 1 trip/hari dengan volume gerobak 1,5 m3 sedangkan pengumpulan yang
menggunakan truk kontainer dengan volume 20 m3.
Perencanaan TPS berupa kontainer 20 m3. Dari timbulan sampah total sebanyak 197,2 m3/h di
ketiga blok, maka diperlukan setidaknya 3 buah truk yang masing-masingnya tersebar di ketiga
blok tersebut. Seperti yang diperhitungkan dibawah ini, yaitu:
Qblok I
Jumlah kontainer untuk blok I = kapasitas truk
68,5 m³ /h
= 20 m³
Qblok I
Jumlah kontainer untuk blok II = kapasitas truk
61,8 m³ /h
= 20 m³
Qblok I
Jumlah kontainer untuk blok III = kapasitas truk
66,9 m³ /h
= 20 m³
Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah kontainer yang dibutuhkan dan penempatannya dapat di
lihat pada Tabel 5.6 berikut ini.
Tabel 5.6 Jumlah dan Lokasi Penempatan Kontainer (TPS) di Kelurahan Tanjung Gusta
I 68,5 20 4 I
II 61,8 20 4 II
III 66,9 20 4 III
Sumber: Perencanaan dan Perhitungan, 2022
5.2.4 Pengangkutan
5.2.4.1 Sistem HCS
Pengangkutan yang menggunakan sistem HCS ini menggunakan arm roll truck. Truk akan
menjemput sampah yang berada pada kontainer pertama dan mengangkutnya ke TPA,
kemudian mengembalikan kontainernya ke tempat semula dan mengambil sampah ke kontainer
berikutnya. Penggunaan sistem HCS ini akan ditampilkan dalam beberapa data berikut. Data-
data asumsi untuk sistem HCS sebagai berikut:
1. Kecepatan kendaraan (v) menggunakan arm roll truck = 40 km/jam
2. Waktu hambatan/off route (w) = 0,166 jam
3. Waktu di tempat pembongkaran (s) = 0,25 jam/rit
4. Waktu pengosongan kontainer (Uc) = 0,2 jam/rit
5. Waktu untuk mengangkut kontainer isi (Pc) = 0,2 jam/rit
6. Untuk kecepatan (v) 40 km/jam:
a = 0,05 jam/rit
b = 0,025 jam/km
= 17,93 km/rit
c. PHCS = Pc + Uc
= 0,2 jam/rit + 0,2 jam/rit
= 0,4 jam/rit
e. THCS = PHCS + s + a + bx
= 0,4 jam/rit + 0,25 jam/rit + 0,49 jam/rit
= 1,14 jam/rit
f. 1 – w = 1 – 0,166 jam
= 0,834 jam
h. Nd = 4
(Nd x THCS)+(t1+t2)
i. H= 1-w
(4 x 1,14)+(0,21)
= 0,834
= 17,9 km/rit
c. PHCS = Pc + Uc
= 0,2 jam/rit + 0,2 jam/rit
= 0,4 jam/rit
e. THCS = PHCS + s + a + bx
= 0,4 jam/rit + 0,25 jam/rit + 0,49 jam/rit
= 1,14 jam/rit
f. 1 – w = 1 – 0,166 jam
= 0,834 jam
h. Nd = 4
(Nd x THCS)+(t1+t2)
i. H= 1-w
(4 x 1,14)+(0,125)
= 0,834
= 20,06 km/rit
c. PHCS = Pc + Uc
= 0,2 jam/rit + 0,2 jam/rit
= 0,4 jam/rit
e. THCS = PHCS + s + a + bx
= 0,4 jam/rit + 0,25 jam/rit + 0,55 jam/rit
= 1,2 jam/rit
f. 1 – w = 1 – 0,166 jam
= 0,834 jam
h. Nd = 4
(Nd x THCS)+(t1+t2)
i. H= 1-w
(4 x 1,2)+(0,19)
= 0,834
Tabel 5.8 Perhitungan Jumlah Ritasi Kendaraan per Hari dengan Sistem HCS
Pool ke
Kontainer 1
Kontainer 1
Hari TPS 1 ke TPA W Pc + Uc S Nd X PHCS THCS
TPS 1 a + bx 1-w Ttotal H
Kerja (Jam) (Jam/rit) (Jam) (Rit/h) (Km/rit) (Jam/rit) (Jam/rit)
Jarak T1 Jarak T2
(Km) (Jam) (Km) (Jam)
Senin 4,5 0,11 4 0,1 0,166 0,4 0,25 4 17,93 0,4 0,49 1,14 0,834 0,21 5,7
Selasa 4,5 0,11 4 0,1 0,166 0,4 0,25 4 17,93 0,4 0,49 1,14 0,834 0,21 5,7
Rabu 4,5 0,11 4 0,1 0,166 0,4 0,25 4 17,93 0,4 0,49 1,14 0,834 0,21 5,7
Kamis 4,5 0,11 4 0,1 0,166 0,4 0,25 4 17,93 0,4 0,49 1,14 0,834 0,21 5,7
Jumat 4,5 0,11 4 0,1 0,166 0,4 0,25 4 17,93 0,4 0,49 1,14 0,834 0,21 5,7
Sabtu 4,5 0,11 4 0,1 0,166 0,4 0,25 4 17,93 0,4 0,49 1,14 0,834 0,21 5,7
Minggu 4,5 0,11 4 0,1 0,166 0,4 0,25 4 17,93 0,4 0,49 1,14 0,834 0,21 5,7
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
Tabel 5.9 Perhitungan Jumlah Ritasi Kendaraan per Hari dengan Sistem HCS
Pool ke
Kontainer 1
Kontainer 1
Hari TPS 2 ke TPA W Pc + Uc S Nd X PHCS THCS
TPS 2 a + bx 1-w Ttotal H
Kerja (Jam) (Jam/rit) (Jam) (Rit/h) (Km/rit) (Jam/rit) (Jam/rit)
Jarak T1 Jarak T2
(Km) (Jam) (Km) (Jam)
Senin 3 0,075 2 0,05 0,166 0,4 0,25 4 17,9 0,4 0,49 1,14 0,834 0,125 5,6
Selasa 3 0,075 2 0,05 0,166 0,4 0,25 4 17,9 0,4 0,49 1,14 0,834 0,125 5,6
Rabu 3 0,075 2 0,05 0,166 0,4 0,25 4 17,9 0,4 0,49 1,14 0,834 0,125 5,6
Kamis 3 0,075 2 0,05 0,166 0,4 0,25 4 17,9 0,4 0,49 1,14 0,834 0,125 5,6
Jumat 3 0,075 2 0,05 0,166 0,4 0,25 4 17,9 0,4 0,49 1,14 0,834 0,125 5,6
Sabtu 3 0,075 2 0,05 0,166 0,4 0,25 4 17,9 0,4 0,49 1,14 0,834 0,125 5,6
Minggu 3 0,075 2 0,05 0,166 0,4 0,25 4 17,9 0,4 0,49 1,14 0,834 0,125 5,6
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
Tabel 5.10 Perhitungan Jumlah Ritasi Kendaraan per Hari dengan Sistem HCS
Pool ke
Kontainer 1
Kontainer 1
Hari TPS 3 ke TPA W Pc + Uc S Nd X PHCS THCS
TPS 3 a + bx 1-w Ttotal H
Kerja (Jam) (Jam/rit) (Jam) (Rit/h) (Km/rit) (Jam/rit) (Jam/rit)
Jarak T1 Jarak T2
(Km) (Jam) (Km) (Jam)
Senin 4 0,1 3,6 0,09 0,166 0,4 0,25 4 20,06 0,4 0,49 1,14 0,834 0,19 5,98
Selasa 4 0,1 3,6 0,09 0,166 0,4 0,25 4 20,06 0,4 0,49 1,14 0,834 0,19 5,98
Rabu 4 0,1 3,6 0,09 0,166 0,4 0,25 4 20,06 0,4 0,49 1,14 0,834 0,19 5,98
Kamis 4 0,1 3,6 0,09 0,166 0,4 0,25 4 20,06 0,4 0,49 1,14 0,834 0,19 5,98
Jumat 4 0,1 3,6 0,09 0,166 0,4 0,25 4 20,06 0,4 0,49 1,14 0,834 0,19 5,98
Sabtu 4 0,1 3,6 0,09 0,166 0,4 0,25 4 20,06 0,4 0,49 1,14 0,834 0,19 5,98
Minggu 4 0,1 3,6 0,09 0,166 0,4 0,25 4 20,06 0,4 0,49 1,14 0,834 0,19 5,98
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
Berikut ini dijelaskan mengenai jalur pengangkutan sampah dengan sistem HCS pada Tabel
5.11.
Tabel 5.11 Jalur Pengangkutan Truk 1 dengan Sistem HCS Kelurahan Tanjung Gusta
Jumlah Pola Pengangkutan (HCS)
Kontainer
Blok
yang
dikosongkan Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
A-1-B- A-1-B- A-1-B- A-1-B- A-1-B- A-1-B- A-1-B-
1-2-B-2- 1-2-B-2- 1-2-B-2- 1-2-B-2- 1-2-B-2- 1-2-B-2- 1-2-B-2-
I 4
3-B-3-4- 3-B-3-4- 3-B-3-4- 3-B-3-4- 3-B-3-4- 3-B-3-4- 3-B-3-4-
B-4-A B-4-A B-4-A B-4-A B-4-A B-4-A B-4-A
A-1-B- A-1-B- A-1-B- A-1-B- A-1-B- A-1-B- A-1-B-
1-2-B-2- 1-2-B-2- 1-2-B-2- 1-2-B-2- 1-2-B-2- 1-2-B-2- 1-2-B-2-
I 4
3-B-3-4- 3-B-3-4- 3-B-3-4- 3-B-3-4- 3-B-3-4- 3-B-3-4- 3-B-3-4-
B-4-A B-4-A B-4-A B-4-A B-4-A B-4-A B-4-A
A-1-B- A-1-B- A-1-B- A-1-B- A-1-B- A-1-B- A-1-B-
1-2-B-2- 1-2-B-2- 1-2-B-2- 1-2-B-2- 1-2-B-2- 1-2-B-2- 1-2-B-2-
III 4
3-B-3-4- 3-B-3-4- 3-B-3-4- 3-B-3-4- 3-B-3-4- 3-B-3-4- 3-B-3-4-
B-4-A B-4-A B-4-A B-4-A B-4-A B-4-A B-4-A
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
Keterangan:
A = Pool
B = TPA
Untuk lebih jelasnya mengenai jalur pengangkutan dapat dilihat pada Gambar 5.1 Peta Rute
Pengangkutan dengan Sistem HCS.
= 0,11 jam
Jarak kontainer 4 TPS 1 ke pool = 4 km
Jarak
t2 = Kecepatan
4 km
= 40 km/jam
= 0,1 jam
c. Ct × Uc = 1 × 0,167 = 0,167
= 0,075 jam
Jarak kontainer 4 TPS 2 ke pool = 2 km
Jarak
t2 = Kecepatan
2 km
= 40 km/jam
= 0,05 jam
c. Ct × Uc = 1 × 0,167 = 0,167
= 0,1 jam
= 0,05 jam
c. Ct × Uc = 1 × 0,167 = 0,167
Keterangan:
CT = jumlah kontainer yang dikosongkan/rit (kontainer/rit)
Uc = waktu pengosongan kontainer (jam/rit)
Np = jumlah lokasi kontainer yang diambil per rit (lokasi/rit)
dbc = waktu terbuang untuk bergerak dari satu lokasi ke lokasi kontainer lain (jam/lokasi)
V = volume mobil pengumpul (m3/rit)
C = volume kontainer (m3/kontainer)
Nd = jumlah ritasi per hari (rit/hari)
Pengangkutan dengan menggunakan sistem SCS direncanakan menggunakan dump truck dengan
kapasitas 20 m³. Jumlah pengambilan kontainer dengan sistem SCS di Kelurahan Tanjung Gusta
dapat dilihat pada Tabel 5.12.
Tabel 5.13 Perhitungan Jumlah Ritasi Truk 1 per Hari dengan Sistem SCS
Pool ke
Kontainer 1
Kontainer 1
Hari TPS 1 ke TPA V c Dbc (Np- X Nd
TPS 1 r f Ct Uc Ct.Uc TSCS a+bX 1-w
Kerja (m3/rit) (m3) (Jam) 1)dbc (Km/jam) (Rit/hari)
Jarak T1 Jarak T2
(Km) (Jam) (Km) (Jam)
Senin 4,5 0,11 4 0,1 20 0,8 20 0,8 3 4 0,167 0,45 0,498 1,413 17,93 0,498 0,834 4
Selasa 4,5 0,11 4 0,1 20 0,8 20 0,8 3 4 0,167 0,45 0,498 1,413 17,93 0,498 0,834 4
Rabu 4,5 0,11 4 0,1 20 0,8 20 0,8 3 4 0,167 0,45 0,498 1,413 17,93 0,498 0,834 4
Kamis 4,5 0,11 4 0,1 20 0,8 20 0,8 3 4 0,167 0,45 0,498 1,413 17,93 0,498 0,834 4
Jumat 4,5 0,11 4 0,1 20 0,8 20 0,8 3 4 0,167 0,45 0,498 1,413 17,93 0,498 0,834 4
Sabtu 4,5 0,11 4 0,1 20 0,8 20 0,8 3 4 0,167 0,45 0,498 1,413 17,93 0,498 0,834 4
Minggu 4,5 0,11 4 0,1 20 0,8 20 0,8 3 4 0,167 0,45 0,498 1,413 17,93 0,498 0,834 4
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
Tabel 5.14 Perhitungan Jumlah Ritasi Truk 2 per Hari dengan Sistem SCS
Pool ke
Kontainer 1
Kontainer 1
Hari TPS 2 ke TPA V c Dbc (Np- X Nd
TPS 2 r f Ct Uc Ct.Uc TSCS a+bX 1-w
Kerja (m3/rit) (m3) (Jam) 1)dbc (Km/jam) (Rit/hari)
Jarak T1 Jarak T2
(Km) (Jam) (Km) (Jam)
Senin 3 0,075 2 0,05 20 0,8 20 0,8 3 4 0,167 0,45 0,498 1,413 17,9 0,498 0,834 4
Selasa 3 0,075 2 0,05 20 0,8 20 0,8 3 4 0,167 0,45 0,498 1,413 17,9 0,498 0,834 4
Rabu 3 0,075 2 0,05 20 0,8 20 0,8 3 4 0,167 0,45 0,498 1,413 17,9 0,498 0,834 4
Kamis 3 0,075 2 0,05 20 0,8 20 0,8 3 4 0,167 0,45 0,498 1,413 17,9 0,498 0,834 4
Jumat 3 0,075 2 0,05 20 0,8 20 0,8 3 4 0,167 0,45 0,498 1,413 17,9 0,498 0,834 4
Sabtu 3 0,075 2 0,05 20 0,8 20 0,8 3 4 0,167 0,45 0,498 1,413 17,9 0,498 0,834 4
Minggu 3 0,075 2 0,05 20 0,8 20 0,8 3 4 0,167 0,45 0,498 1,413 17,9 0,498 0,834 4
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
Tabel 5.15 Perhitungan Jumlah Ritasi Truk 3 per Hari dengan Sistem SCS
Pool ke
Kontainer 1
Kontainer 1
Hari TPS 3 ke TPA V c Dbc (Np- X Nd
TPS 3 r f Ct Uc Ct.Uc TSCS a+bX 1-w
Kerja (m3/rit) (m3) (Jam) 1)dbc (Km/jam) (Rit/hari)
Jarak T1 Jarak T2
(Km) (Jam) (Km) (Jam)
Senin 4 0,1 3,6 0,05 20 0,8 20 0,8 3 4 0,167 0,45 0,498 1,413 17,9 0,498 0,834 4
Selasa 4 0,1 3,6 0,05 20 0,8 20 0,8 3 4 0,167 0,45 0,498 1,413 17,9 0,498 0,834 4
Rabu 4 0,1 3,6 0,05 20 0,8 20 0,8 3 4 0,167 0,45 0,498 1,413 17,9 0,498 0,834 4
Kamis 4 0,1 3,6 0,05 20 0,8 20 0,8 3 4 0,167 0,45 0,498 1,413 17,9 0,498 0,834 4
Jumat 4 0,1 3,6 0,05 20 0,8 20 0,8 3 4 0,167 0,45 0,498 1,413 17,9 0,498 0,834 4
Sabtu 4 0,1 3,6 0,05 20 0,8 20 0,8 3 4 0,167 0,45 0,498 1,413 17,9 0,498 0,834 4
Minggu 4 0,1 3,6 0,05 20 0,8 20 0,8 3 4 0,167 0,45 0,498 1,413 17,9 0,498 0,834 4
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
Berikut ini dijelaskan mengenai jalur pengangkutan sampah dengan sistem SCS.
Tabel 5.16 Jalur Pengangkutan Truk 1 dengan Sistem SCS Kelurahan Tanjung Gusta
Keterangan:
A = Pool
B = TPA
Untuk lebih jelasnya mengenai jalur pengangkutan dapat dilihat pada Gambar 5.2 Peta Rute
Pengangkutan Sampah dengan Sistem SCS.
5.2.4.3 Komparasi
Dari kedua sistem pengangkutan yaitu HCS dan SCS, sistem pengangkutan HCS merupakan
sistem pengangkutan yang paling cocok untuk pengangkutan sampah di Kelurahan Tanjung
Gusta. Sistem HCS memiliki sistem kerja yang lebih efisien dan tepat penggunaannya pada
Kelurahan Tanjung Gusta sehingga jam kerja HCS lebih cepat yaitu 1 jam dibandingkan dengan
sistem SCS yaitu selama 7 jam kerja per harinya.
5.2.5 Pengolahan
Sistem pengelolaan limbah yang tidak efektif dan efisien akan berdampak pada akumulasi limbah
di lokasi pemrosesan akhir. Tumpukan besar sampah berpotensi menghasilkan gas yang
berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Hal ini menunjukkan pentingnya manajemen sampah
di suatu kota atau wilayah, karena jika pengelolaan sampah di suatu kota baik, maka akan dapat
mewujudkan lingkungan perkotaan yang baik juga. Tetapi sebaliknya jika pengelolaan sampah
tidak dilakukan dengan baik, hal itu akan menyebabkan berbagai masalah (Harjanti dan
Anggraini, 2020).
Berdasarkan Tabel 5.17 tersebut, sisa sampah yang tidak mendapat pengolahan seperti yang
diuraikan di atas akan diurug di TPA dalam bentuk Sanitary Landfill.
Debit sampah dapat dihitung dengan mengalikan timbulan dengan jumlah penduduk Kelurahan
Tanjung Gusta. Berdasarkan data pada Tabel 5.17 tentang komposisi dan volume sampah di
Kelurahan Tanjung Gusta tahun 2030, maka perhitungan untuk potensi daur ulang tiap-tiap
komposisi sampah yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
1. Debit timbulan sampah untuk daerah domestik = 125,07908 m3/h
a. Sampah organik = 41,53% x 125,07908 m3/h
= 51,945 m3/h
Potensi daur ulang = 70,1% x 51,9453 m3/h
= 36,413 m3/h
Sisa = 51,945 m3/h – 36,413 m3/h
= 15,532 m3/h
Berikut merupakan hasil rekapitulasi potensi daur ulang komposisi sampah di Kelurahan
Tanjung Gusta.
Tabel 5.18 Rekapitulasi Potensi Daur Ulang
Debit Timbulan Potensi Sisa/Diurug
Jenis % Timbulan % Potensi
(m3/h) (m3/h) (m3/h) (m3/h)
Domestik
Organik 41,53 51,945 70,1 36,413 15,532
Plastik 18,43 23,052 24,5 5,647 17,405
Kertas 16,33 20,425 5,45 1,113 19,312
Kain 125,07908 11,1 13,883 3,1 0,43 13,453
Karet 0 0 0 0 0
Logam 0 0 11,93 0 0
Lain-lain 12,61 15,772 0 0 15,772
Total 125,077 43,603 81,474
Komersil
Organik 68,66 42,878 70,1 30,057 12,821
Plastik 11,37 7,1005 24,5 1,739 5,361
Kertas 12,45 7,775 5,45 0,423 7,352
Kain 62,44997 2,83 1,767 3,1 0,0547 1,712
Karet 1,22 0,737 0 0 0,737
Logam 0,33 0,206 11,93 0,024 0,182
Lain-lain 3,14 1,9609 0 0 1,9609
Total 62,4244 32,2977 30,1259
Institusi
Organik 56,56 5,504 70,1 3,858 1,646
Plastik 9,7324 23,67 2,303 24,5 0,564 1,739
Kertas 13,35 1,2992 5,45 0,07 1,229
2. Sampah Kering
Berdasarkan data dan perhitungan diatas, diketahui bahwa sampah kering yang dihasilkan tidak
semuanya berpotensi untuk di daur ulang. Kertas dan plastik direncanakan akan di daur ulang,
sedangkan logam dan kaca akan dijual ke pengumpul atau perusahaan yang bergerak di bidang
recycling. Material balance untuk pengolahan sampah di Kelurahan Tanjung Gusta dapat dilihat
pada Gambar 5.10.
Gambar 5.10 Diagram Material Balance Pengolahan Sampah Kelurahan Tanjung Gusta
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
Dari material balance sampah basah dan sampah kering yang telah disajikan diatas maka total
sampah yang tidak digunakan pada daur ulang (dibuang ke TPA) adalah:
Sampah Basah = Timbulan sampah basah – potensi
= 100,327 m3/h – 70,328 m3/h
= 29,999 m3/h
Dimana:
A = Luas area landfill (Ha)
Lk = Faktor perkalian lahan kosong
Rd = Faktor reduksi dekomposisi
Kp = Kapasitas pengelolaan
P = Jumlah populasi (jiwa)
q = Jumlah timbulan sampah (m3/h)
s = Perbandingan sampah
t = Perbandingan tanah penutup
n = Tahun desain (tahun)
h = Tinggi akhir timbulan (meter)
Rumusan lain yang perlu diketahui adalah persamaan di bawah ini antara lain:
Pnd + (r × Pd)
Rd = ..................................................................................................................... (5.7)
100
Dimana:
Pnd = % sampah rata-rata non dekomposisi
Pd = % sampah rata-rata dekomposisi
R = Kecepatan produksi
1 60
r = ( 100 x n ) × ∑ni ( ) + 20 ................................................................................................. (5.8)
i
Dari data-data diatas maka dapat ditentukan luas TPA yang dibutuhkan, berdasarkan rumusan di
atas dengan perhitungannya sebagai berikut:
= 0,6875
FCS = 1,2
FCW = 2
t:s =1:8
t = 1 x FCS = 1 x 1,2 = 1,2
s = 8 x FCW = 8 x 2 = 16
Maka, t : s = 1,2 : 16 = 1 : 13,3
Pnd + (r × Pd)
Rd = 100
60 + (0,6875 × 40)
= 100
= 0,875
Timbulan sampah dari Kelurahan Tanjung Gusta yang tidak diolah di TPA atau diurug
berdasarkan Diagram 5.10.
116.800 l/h
q = 34.696 jiwa
Maka luas TPA yang dibutuhkan untuk perencanaan 10 tahun kedepan adalah:
1,2
365 × 10-7 × 2,5 × 1 × 0,875 × 34.696 × 4 × 10 × (13,3 + )
0,875
A=
4 × 13,3
= 3 Ha
Jadi, luas TPA yang diperlukan untuk menimbun sampah dari Kelurahan Tanjung Gusta dalam
jangka waktu 10 tahun adalah 3 Ha.
®
KABUPATEN DELI SERDANG
PERSAMPAHAN
LEGENDA
TPS 3
TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
TPS 2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
JUDUL GAMBAR
ARVIN (200407031)
KELURAHAN CINTA DAMAI GABRIELLA SYALOMITHA S.S (200407062)
ASISTEN
AINI NURUL ARSYA
DOSEN MATA KULIAH
PETA JALUR HCS KELURAHAN TANJUNG GUSTA Dr. Eng. HAFIZHUL KHAIR AM., S.T., MT
RONALD LEONARDO SIREGAR., S.T., M.T
SKALA 1 : 15.000
NOMOR GAMBAR SKALA
5.1 1 : 15.000
TUGAS BESAR
®
KABUPATEN DELI SERDANG
PERSAMPAHAN
LEGENDA
POOL - TPS 1
TPS 1 - TPS 2
TPS 1
TPS 2 - TPS 3
TPS 3
TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
TPS 2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
JUDUL GAMBAR
ARVIN (200407031)
KELURAHAN CINTA DAMAI GABRIELLA SYALOMITHA S.S (200407062)
ASISTEN
AINI NURUL ARSYA
DOSEN MATA KULIAH
PETA JALUR SCS KELURAHAN TANJUNG GUSTA Dr. Eng. HAFIZHUL KHAIR AM., S.T., MT
RONALD LEONARDO SIREGAR., S.T., M.T
SKALA 1 : 15.000
NOMOR GAMBAR SKALA
5.2 1 : 15.000
TUGAS BESAR
PERSAMPAHAN
LEGENDA
BLOK
BLOKI I
LAPISAN GEOMEMBRAN
BETON
TANAH DASAR
BLOK I I
BLOK
SAMPAH
PIPA LINDI
PIPA GAS DENGAN
PELINDUNG GRAVEL
TANAH ANTARA TANAH PELINDUNG
TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
JUDUL GAMBAR
PETA RANCANGAN TPA
KELURAHAN TANJUNG GUSTA
KECAMATAN MEDAN HELVETIA
TANAH DASAR KOTA MEDAN
TANAH PELINDUNG
NAMA & NIM
PENGUMPUL LINDI TANAH HARIAN ARVIN (200407031)
PRIMER
GABRIELLA SYALOMITHA S.S (200407062)
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian perencanaan detail sistem pengolahan persampahan di Kelurahan Tanjung
Gusta dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:
1. Untuk Kelurahan Tanjung Gusta jumlah timbulan sampah dari domestik 3,605 l/o/h,
jumlah timbulan sampah komersial senilai 62,44997 l/ha/h dan jumlah timbulan sampah
institusi sebesar 9,7234 m3/h.
2. Manajemen TPA yang baik di Kelurahan Tanjung Gusta adalah Pewadahan yang
direncanakan untuk masing-masing sumber sampah pada tahun 2030. Untuk Kelurahan
Tanjung Gusta jumlah timbulan sampah dari dosmetik 125079,08 l/h, jumlah timbulan
sampah komersial senilai 62449,97 l/h dan jumlah timbulan sampah institusi sebesar
9732,4 l/h. Perencanaan penanganan timbulan sampah yang ada di Tanjung Gusta
direncanakan menggunakan 12 unit kontainer yang memiliki ukuran 20 m3. Dan disetiap
bloknya memiliki 4 unit kontainer.
3. Dari hasil perancangan, sistem pengolahan sampah di Kelurahan Tanjung Gusta dirancang
menggunakan sanitary landfill. Jumlah sampah di Kelurahan Tanjung Gusta yang terolah
di TPA antara lain yaitu: 100327 l/h sampah organik akan diolah menjadi kompos. Sampah
kertas, logam, kain, dan plastik sebanyak 96904,4 l/h akan didaur ulang dan sampah yang
akan masuk ke TPA sebanyak 116800 l/h. pengolahan sampah direncanakan secara
keseluruhan berlangsung di TPA.
6.2 Saran
Sebagai bahan perhatian untuk penulisan Tugas Besar Persampahan dan berdasarakan hasil
yang diperoleh selama penulisan tugas besar tersebut, maka dapat diperhatikan beberapa hal,
yaitu:
1. Dalam merencanakan sebuah sistem pengolahan persampahan untuk suatu wilayah selain
faktor ekonomi atau biaya, juga perlu dipertimbangkan faktor penting lainnya seperti
keadaan wilayah, estetika, dan faktor kesehatan lingkungan, terutama untuk bagian
pewadahan, pengumpulan dan pengangkutan.
2. Untuk mewujudkan pelaksanakan suatu sistem pengolahan persampahan yang baik di suatu
wilayah, diperlukan kerja sama dan peran serta masyarakat dengan pihak-pihak yang
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
terkait dalam masalah ini, seperti Lurah di wilayah tersebut serta Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Medan.
Yasin. (2021). Analisa Kebutuhan Air Besih Masyarakat Dusun Labuhan Jontal Desa Teluk
Santong Kecematan Plampang Kabupaten Sumbawa. Universitas Muhammadiyah. Mataram
Yuliesti, K. D., Suripin, S., & Sudarno, S. (2020). Strategi Pengembangan Pengelolaan
Rantai Pasok Dalam Pengelolaan Sampah Plastik. Jurnal Ilmu Lingkungan, 18(1), 126–132.
https://doi.org/10.14710/jil.18.1.126-132
Pada Kelurahan Tanjung Gusta pola pewadahan pada rumah masyarakat umumnya memakai
kantong plastik/karung plastik atau tong sampah pribadi dan tidak ada proses pemilahan
sampah yang dilakukan oleh masyarakat. Proses pengumpulan sampah pada Kelurahan
Tanjung Gusta dilakukan dengan cara diangkut oleh petugas kebersihan dengan becak/motor,
diangkut sendiri ke TPS, ataupun mobil Dinas Kebersihan yang mengangkut langsung dari
rumah-rumah masyarakat ke TPS. Lokasi TPS di Kelurahan Tanjung Gusta berada di pinggir
jalan sebagai tempat pembuangan sampah sementara sebelum diangkut ke TPA. Sistem
pengumpulan di TPS ini yaitu masyarakat dan petugas kebersiha diperbolehkan untuk
mengumpulkan sampah sebelum jam 10.00 pagi. Setelah jam 10.00 sampah akan diangkut ke
TPA Terjun dan tidak diperbolehkan lagi mengumpulkan sampah setelah jam 10.00 pagi.
LAMPIRAN II
2. Perbedaan dump truck dan arm roll (Bang Jesaya Given P. Purba)
Dump truck adalah truk dengan bak terbuat dari plat besi/baja yang bisa ditumpahkan dengan
alat hidrolik. Dapat mengangkut sampah sampai dengan 8 m3 . Pemuatan sampah di tempat
pembuangan sementara lebih lama dibandingkan dengan arm-roll truck, karna dikerjakan
dengan manual, tetapi pembongkaran di tempat pembuangan akhir lebih cepat dibandingkan
dengan truk datar. Dump truck jauh lebih murah dibandingkan dengan arm roll truck, tetapi
lebih mahal dibandingkan dengan truk datar. Jumlah rit yang dapat ditempuh dump truck
dihitung berdasarkan jarak menuju TPA. Untuk jarak dibawah 20 km jumlah rit maksimal
sebanyak 4 kali, dan 2-3 rit untuk jarak antara 30-40 km. Namun perhitungan ini juga
tergantung dengan waktu memuat sampah
Arm roll truck adalah truk chasis yang dilengkapi dengan lengan tarik hidrolik untuk
mengangkat kontainer. Kontainer yang dibawa oleh arm roll truck dibedakan menjadi 2 jenis
berdasarkan volumenya, yaitu kontainer bervolume 6 m 3 dan kontainer 8 m3 . Arm roll truck
relatif efektif dan efisien untuk mengangkut kontainer sampah karena waktu memuat dan
membongkar sampah lebih singkat dibandingkan dengan alat pengangkut sampah yang lainnya
sehingga harganya pun jauh lebih mahal. Jumlah rit arm roll truck dihitung sebanyak 6 kali
sehari untuk jarak dibawah 20 km, dan 3-4 rit untuk jarak 30-40 km.
3. Perbedaan standar deviasi dan standar korelasi (Bang Jesaya Given P. Purba)
Standar deviasi adalah nilai yang dipakai utk nentukan kedekatan sampel dengan rata rata dari
data
Sedangkan koefisien korelasi merupakan nilai yang menunjukan kuat atau tidaknya hubungan
linear antar variabel
10. Ukuran dump truck dan arm roll truck (Kak Yerica Magdalena)
Untuk ukuran dump truck dan arm roll truck disesuaikan dengan jumlah timbulan yang
dihasilkan dan tetap menggunakan ukuran yang digunakan dipasaran