Anda di halaman 1dari 128

LAPORAN TUGAS BESAR

PERSAMPAHAN
(STL 2319)
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I-A
KELURAHAN TANJUNG GUSTA

ARVIN (200407031)

GABRIELLA SYALOMITHA S.S (200407062)

DOSEN:

Dr. Eng. HAFIZHUL KHAIR AM, S.T., M.T


RONALD LEONARDO SIREGAR, ST., MT

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
STL 2319
SEMESTER B 2021/2022

DIAJUKAN SEBAGAI SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN MATA KULIAH


PERSAMPAHAN YANG WAJIB DILAKSANKAN OLEH
SELURUH MAHASISWA TEKNIK LINGKUNGAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK I-A

KELURAHAN TANJUNG GUSTA

ARVIN (200407031)

GABRIELLA SYALOMITHA S.S (200407062)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN TUGAS BESAR
PERSAMPAHAN
STL 2319
SEMESTER B 2021/2022
DISUSUN OLEH :

KELOMPOK I-A
KELURAHAN TANJUNG GUSTA

ARVIN (200407031)

GABRIELLA SYALOMITHA S.S (200407062)

MEDAN, MEI 2022

DISETUJUI OLEH :
DOSEN MATA KULIAH PERSAMPAHAN

Dr. Eng. HAFIZHUL KHAIR AM, S.T., M.T.

RONALD LEONARDO SIREGAR, S.T., M.T.


(STL 2319)
SEMESTER B 2021/2022

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK I-A
KELURAHAN TANJUNG GUSTA

ARVIN GABRIELLA SYALOMITHA S.S


(200407031) (200407062)

MEDAN, MEI 2022


DISETUJUI OLEH :
ASISTEN TUGAS BESAR PERSAMPAHAN

(INDAH PRATIWI) (FRANCIUS ABDINATA HUTABARAT)

(AHMAD MULADI ANSYAH) (JONATHAN NOVENTINO MANIHURUK)


(HESEKIEL RP. MARPAUNG) (JESAYA GIVEN PRATAMA PURBA)

(AINI NURUL ARSYA) (FRIDAY HOTMAULI ARUAN)

(EMAYANTI BANCIN) (RONA ADELYA BR GURUSINGA)

(YERICA MAGDALENA SILAEN) (TRESA ROSELINA HUTAGALUNG)


ASISTENSI JILID
LAPORAN TUGAS BESAR PERSAMPAHAN
STL 2319
SEMESTER B 2021/2022

Telah diperiksa dan disetujui untuk jilid “LAPORAN TUGAS BESAR PERSAMPAHAN”
dari

Kelompok : I-A (KELURAHAN TANJUNG GUSTA)


Semester : B 2021/2022

Dengan Praktikan :
Nama/NIM : ARVIN (200407031)
GABRIELLA SYALOMITHA S.S (200407062)
Fakultas : Teknik
Departemen : Teknik Lingkungan

Dilanjutkan untuk dijilid sebanyak 3 (dua) buah.

MEDAN, MEI 2022


ASISTEN TUGAS BESAR
PERSAMPAHAN

(AINI NURUL ARSYA)


TUGAS BESAR
PERSAMPAHAN
(STL 2319)

I. PETUNJUK UMUM
1. Tugas Besar Persampahan terdiri dari:
a. Studi timbulan dan karakteristik sampah 10 tahun mendatang;
b. Proyeksi fasilitas, pelayanan, dan tahapan perencanaan;
c. Penetapan kriteria perencanaan yang terdiri dari dasar-dasar perencanaan, dan dasar-
dasar perhitungan;
d. Penentuan pewadahan, pengumpulan, jalur pengangkutan, teknik pengolahan sampah
terpadu dan pembuangan residu ke TPA;
e. Perhitungan dimensi luas TPA;
f. Gambar perencanaan jalur pengangkutan.
2. Data eksisting harus di asistensi sebelum masuk ke BAB I minimal 1 (satu) kali .
3. Asistensi dilakukan minimal 4 (tiga) kali setiap bab nya dan setiap praktikan wajib
menghadiri responsi umum yang jadwalnya ditentukan nanti dengan mengisi blanko
absen setiap kali responsi.
4. Kartu asistensi wajib diisi dan ditandatangani oleh setiap kali asistensi.
5. Asistensi terakhir paling lambat 1 (satu) hari sebelum responsi dimulai.
6. Responsi dadakan merupakan responsi tidak terjadwal.
7. Asistensi laporan dalam bentuk hard copy yang di print dalam kertas buram/tidak
terpakai.
8. Asistensi harus lengkap kelompoknya.
9. Keterlambatan ditoleransi maksimal 10 menit setelah responsi dimulai. Pengurangan
minus dua (-2) setiap keterlambatan.
10. Laporan dapat dijilid setelah di ACC oleh seluruh asisten.
11. Seluruh tugas disatukan dalam bentuk laporan dengan soft cover (warna cover sama
dengan Tugas Besar Persampahan tahun sebelumnya).
12. Pengumpulan laporan tidak boleh melebihi batas waktu yang ditetapkan. Pengurangan
minus dua (-2) setiap keterlambatan dihitung perhari.
13. Bagi yang tidak mematuhi semua persyaratan, harus bersedia menerima konsekuensi
yang ditetapkan oleh tim asisten.
14. Bobot penilaian sebagai berikut:
a. Asistensi (25%), melaksanakan tata tertib asistensi dengan baik dan benar.
b. Presentasi (25%), kriteria penilaian diantaranya:
1) Ketepatan sistematika presentasi;
2) Kelengkapan isi slide presentasi;
3) Tampilan slide jelas, sederhana dan inovatif, tulisan menggunakan font yang mudah
dibaca, jika diperlukan didukung dengan gambar dan video yang relevan;
4) Bahasa komunikatif, penguasaan materi, penguasaan audiensi, pengendalian waktu
(15 menit presentasi + >5 menit diskusi), kejelasan dan ketajaman paparan,
penguasaan media presentasi.
c. Laporan (15%), kejelasan redaksi, kelengkapan laporan, dan kerapian dalam sajian tulisan.
d. Sikap (25%), kriteria penilaian diantaranya:
1) Melaksanakan nilai, norma, dan etika akademik;
2) Menunjukkan sikap bertanggungjawab, berkontribusi atas tugas dan bagiannya secara
mandiri.
e. Responsi (10%), Responsi adalah kegiatan menguji dan mengevaluasi praktikan setelah
asistensi dilaksanakan hingga bab tertentu.

II. TATA TERTIB ASISTENSI


1. Hadir sesuai dengan jadwal Asistensi
2. Berpakaian yang rapi dan sopan
3. Membawa bahan yang akan di Asistensikan
4. Laporan tugas besar dibuat oleh tiap-tiap kelompok
5. Menjaga kebersihan dan ketenangan saat Asistensi
6. Jika pratikkan / Asisten terlambat maksimal 10 menit tanpa keterangan (Asistensi
dibatalkan)
7. Asistensi dilakukan di kampus Teknik dan di tempat lain yang telah disepakati
8. Dilarang merokok selama Asistensi

III. FORMAT PENULISAN


Pengetikan laporan Tugas Besar Persampahan mengikuti ketentuan sebagai berikut:
1. Laporan diketik dengan komputer menggunakan perangkat lunak Microsoft Word pada
kertas ukuran A4 (210 x 297) mm, 70 gram; print hitam putih.
2. Jarak spasi 1,5;
3. Jarak tepi (margin):
a. tepi atas : 3 cm
b. tepi bawah : 2,5 cm
c. tepi kanan : 2 cm
d. tepi kiri : 3 cm
4. Laporan diketik dengan menggunakan font Times New Roman ukuran 12, naskah diketik
dalam satu kolom dengan paragraf rata kiri kanan. Jarak dengan paragraf berikutnya (space
before and after paragraph adalah 10 pt);
5. Judul bab ditulis dengan menggunakan angka romawi besar seperti Bab I, Bab II, Bab III
dst;
6. Penomoran halaman untuk:
a. Daftar isi, kata pengantar, daftar gambar, daftar tabel, diletakkan pada tengah bawah
halaman dengan menggunakan angka romawi kecil seperti : i, ii, iii, iv dst.
b. Isi laporan, diletakkan pada sudut kanan atas halaman dengan menggunakan gabungan
angka romawi per Bab dan angka latin untuk nomor halaman seperti untuk Bab I; I-1, I-
2, kemudian untuk Bab II: II-1, II-2, dstnya.
c. Penomoran pada halaman pertama sebuah bab ditiadakan dan pada halaman selanjutnya
baru diberi nomor.
7. Dalam penulisan laporan ini, tinjauan pustaka bersumber dari jurnal penelitian yang
relevan, buku-buku wajib, pendukung, skripsi, majalah, thesis dan ensiklopedi dengan
ketentuan penulisan sebagai berikut :
a. Daftar kepustakaan diurutkan berdasarkan abjad, dengan nama keluarga terlebih dahulu.
Contoh: Abdul Hakim, menjadi Hakim, Abdul.
b. Daftar kepustakaan diketik dengan jarak 1 spasi.
c. Penulisannya tersusun atas 3 bagian yaitu nama pengarang dan tahun terbit, judul
buku/jurnal serta edisinya yang dicetak miring, nama penerbit dan kota tempat penerbit.
d. Setiap bagian diakhiri dengan tanda titik.
8. Untuk penulisan tabel, judul font tabel ukuran 11, isi tabel 10 dan sumber 10
(dimiringkan);
9. Semua istilah asing dimiringkan;
10. Menggunakan penulisan header dan footer standar tugas besar, ukuran font 11 dan
bercetak miring
11. Penulisan laporan disesuaikan dengan EYD Bahasa Indonesia.
IV. FORMAT LAPORAN TUGAS BESAR PERSAMPAHAN

Soft cover
Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Lembar Asistensi
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Persamaan
Daftar Lampiran

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat Penulisan
1.5 Ruang Lingkup
1.6 Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Umum
2.1.1 Sumber-Sumber Sampah
2.1.2 Jenis-Jenis Sampah
2.1.3 Karakteristik Sampah
2.1.4 Program Sanitasi di Kementerian PUPR
2.2 Metode Proyeksi Penduduk
2.2.1 Metode Aritmatika
2.2.2 Metode Geometri
2.2.3 Metode Eksponensial
2.2.4 Metode Logaritma
2.3 Sistem Pengelolaan Persampahan
2.3.1 Aspek Teknik Operasional
2.3.1.1 Timbulan
2.3.1.2 Sistem Pewadahan
2.3.1.3 Sistem Pengumpulan
2.3.1.4 Sistem Transfer dan Transportasi
2.3.1.5 Sistem Pengolahan Sampah
2.3.1.5.1 Open Dumping
2.3.1.5.2 Sanitary Landfill
2.3.1.5.3 Biodigester
2.3.1.6 Sistem Pengolahan Sampah
2.3.2 Aspek Pengaturan/Legalitas
2.3.2.1 Hirarki dan Payung Hukum Sistem Persampahan Indonesia
2.3.3 Aspek Pembiayaan
2.3.4 Aspek Institusi
2.3.4.1 Kelembagaan yang Berwenang
2.3.5 Aspek Peran Serta Masyarakat
2.4 Pemilihan Lokasi TPA

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI


3.1 Umum
3.2 Kondisi Geografis
3.2.1 Batas Wilayah
3.2.2 Topografi
3.3 Iklim
3.4 Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya
3.4.1 Tata Guna Lahan
3.4.2 Kependudukan
3.4.2.1 Jumlah Penduduk
3.4.2.2 Mata Pencaharian
3.5 Sarana Prasarana
3.5.1 Sarana Pendidikan
3.5.2 Sarana Kesehatan
3.5.3 Sarana Peribadatan
3.5.4 Sarana Perdagangan
3.5.5 Sarana Transportasi
3.5.6 Sarana Listrik Air Bersih
3.5.7 Sarana Hiburan atau Wisata

BAB IV KONDISI EKSISTING PENGELOLAAN PERSAMPAHAN


4.1 Umum
4.2 Periode Desain
4.3 Proyeksi Penduduk
4.3.1 Metode Aritmatika
4.3.2 Metode Geometri
4.3.3 Metode Eksponensial
4.3.4 Metode Logaritma
4.4 Penentuan Metode Proyeksi
4.5 Sistem Pengelolaan Persampahan
4.5.1 Aspek Teknik Operasional
4.5.1.1 Daerah Pelayan
4.5.1.2 Tingkat Pelayanan
4.5.1.3 Frekuensi Pelayanan
4.5.1.4 Faktor Penentu Kualitas Operasional Pelayanan
4.5.2 Timbulan
4.5.3 Pewadahan
4.5.3.1 Pol Pewadahan
4.5.3.2 Kriteria Lokasi dan Penempatan
4.5.3.3 Persyaratan Bahan Wadah
4.5.3.4 Penentuan Ukuran Wadah
4.5.3.5 Pengadaan Wadah Sampah
4.5.4 Pengumpulan
4.5.4.1 Pola Pengumpulan
4.5.4.2 Kriteria Lokasi dan Penempatan
4.5.4.3 Pelaksana Pengumpulan Sampah
4.5.5 Pengangkutan
4.5.5.1 Pola Pengangkutan
4.5.5.2 Pola Pengangkutan Sampah Hasil Pemilahan
4.5.6 Pengolahan
4.5.7 Tempat Pembuangan Akhir
4.5.8 Peralatan

BAB V RENCANA DETAIL SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN


5.1 Umum
5.2 Sistem Pengelolaan Persampahan di Wilayah Studi
5.2.1 Timbulan Sampah
5.2.1 Domestik
5.2.2 Komersil
5.2.3 Institusi
5.2.2 Pewadahan
5.2.3 Pengumpulan
5.2.4 Pengangkutan
5.2.4.1 Sistem HCS
5.2.4.2 Sistem SCS
5.2.5 Pengolahan
5.2.5.1 Teknologi Pengolahan Sampah Terpadu
5.2.5.2 Material Balance dan TeknologiPengolahan Sampah
5.2.6 Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kondisi Eksisiting
Lampiran 2 : Data Penduduk dan Fasilitas Perkotaan
Lampiran 3 : Foto Dokumentasi (BPS dan Kantor Kelurahan)
Lampiran 4 : Jawaban Pertanyaan/Notulensi

GAMBAR PERENCANAAN
Gambar perencanaan sistem penyaluran air buangan terdiri dari:
1. Peta Administrasi
2. Peta Tata Guna Lahan
3. Peta Pembagian Blok
4. Peta Jalur Sistem HCS
5. Peta Jalur Sistem SCS
6. Desain TPA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dari
Tuhan Yang Maha Esa, serta dukungan dari berbagai pihak, maka kami dapat menyelesikan
Laporan Tugas Besar Persampahan ini dengan baik.

Laporan ini kami susun berdasarkan hasil data-data yang didapat dan kemudian dilakukan
perhitungan serta perencanaan untuk wilayah studi kasus yaitu Kelurahan Tanjung Gusta,
Kecamatan Medan Helvetia, Kota Medan.

Dalan penyusunan laporan ini kami banyak memperoleh bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Maka pada kesempatan ini dengan rendah hati kami ingin menyampaikan terima kasih
kepada :

1. Bapak DR. ENG. Hafizul Khair, ST., MT dan Bapak Ronald Leonardo Siregar, ST.,
MT selaku dosen persampahan jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada kita sebagai praktikan Tugas
Besar Persampahan.
2. Abang-abang dan kakak-kakak selaku asisten Tugas Besar Persampahan yaitu: Kak
Indah Pratiwi, Bang Francius Abdinata Hutabarat, Bang Ahmad Muladi
Ansyah, Bang Jonathan Noventino M, Bang Hesekiel RP. Marpaung,
Bang Jesaya Given Pratama Purba,Kak Aini Nurul Arsya, Kak Friday
Hotmauli Aruan, Kak Emayanti Bancin, Kak Rona Adelya Br Gurusinga,
Kak Yerica Magdalena Silaen dan Kak Tresa Roselina Hutagalung.
Medan, Mei 2022
Penulis

Kelompok 1-A
LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI ..........................................................................................................i

DAFTAR TABEL ..................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................vi

DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................................................................I-1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................I-2
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................I-2
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................................I-2
1.5 Ruang Lingkup ................................................................................................I-3
1.6 Sistematika Penulisan ......................................................................................I-3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum .....................................................................................................................II-1


2.1.1 Sumber-Sumber Sampah ..........................................................................II-1
2.1.2 Jenis-Jenis Sampah ...................................................................................II-2
2.1.3 Karakteristik Sampah................................................................................II-4
2.1.4 Program Sanitasi di Kementrian PUPR………………………………....II-5
2.2 Metode Proyeksi Penduduk ................................................................................II-5
2.2.1 Metode Aritmatika.....................................................................................II-6
2.2.2 Metode Geometri ......................................................................................II-6
2.2.3 Metode Eksponensial.................................................................................II-7
2.2.4 Metode Logaritma .....................................................................................II-7
2.3 Sistem Pengelolaan Persampahan......................................................................II-7
2.3.1 Aspek Teknik Operasional .......................................................................II-9
2.3.1.1 Timbulan................................................................................................II-10
2.3.1.2 Sistem Pewadahan ......................................................................II-12
2.3.1.3 Sistem Pengumpulan ..................................................................II-13
2.3.1.4 Sistem Transfer dan Transportasi ...............................................II-16
2.3.1.5 Sistem Pengolahan ......................................................................II-17
2.3.1.5.1 Open Dumping ............................................................II-18
2.3.1.5.2 Sanitary Landfill ..........................................................II-18
2.3.1.5.3 Biodigester……………………………………………II-19
2.3.1.5.4 Insenerasi……………………………………………..II-19
2.3.1.6 Sistem Pemprosesan Akhir .........................................................II-23

ii
2.3.2 Aspek Pengaturan/Legalitas ..................................................................... II-21
2.3.2.1 Hierarki dan Payung Hukum Sistem Persampahan di Indonesia..II-21
2.3.3 Aspek Pembiayaan ....................................................................................II-23
2.3.4 Aspek Institusi...........................................................................................II-25
2.3.4.1 Kelembagaan yang Berwenang……………………………….…II-25
2.3.5 Aspek Peran Serta Masyarakat..................................................................II-26
2.4 Pemilihan Lokasi TPA........................................................................................II-26

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

3.1 Umum ...............................................................................................................III-1


3.2 Topografi ………. .............................................................................................III-1
3.3 Iklim..................................................................................................................III-2
3.4 Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya................................................................III-2
3.4.1 Tata Guna Lahan......................................................................................III-2
3.4.2 Kependudukan .........................................................................................III-3
3.4.2.1 Jumlah Penduduk ........................................................................III-3
3.5 Sarana Prasarana ...............................................................................................III-3
3.5.1 Sarana Pendidikan ...................................................................................III-3
3.5.2 Sarana Kesehatan.....................................................................................III-4
3.5.3 Sarana Peribadatan...................................................................................III-4
3.5.4 Sarana Perdagangan.................................................................................III-5

BAB IV KONDISI EKSISTING PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

4.1 Umum ...................................................................................................................IV-1


4.2 Periode Desain ..................................................................................................IV-1
4.3 Proyeksi Penduduk ...........................................................................................IV-1
4.3.1 Metode Aritmatika ..................................................................................IV-2
4.3.2 Metode Geometri.....................................................................................IV-4
4.3.3 Metode Eksponensial ..............................................................................IV-6
4.3.4 Metode Logaritma ...................................................................................IV-8
4.4 Pemilihan Metode Proyeksi .............................................................................IV-10
4.5 Sistem Pengelolaan Persampahan.....................................................................IV-13
4.5.1 Aspek Teknik Operasional .....................................................................IV-13
4.5.1.1 Daerah Pelayanan ........................................................................IV-13
4.5.1.2 Tingkat Pelayanan .......................................................................IV-13
4.5.1.3 Frekuensi Pelayanan ....................................................................IV-13
4.5.1.4 Faktor Penentu Kualitas Operasional Pelayanan..........................IV-14

iii
4.5.2 Timbulan………………………………………………………………..IV-14
4.5.3 Pewadahan ................................................................................................IV-15
4.5.3.1 Pola Pewadahan ...........................................................................IV-15
4.5.3.2 Kriteria Lokasi dan Penempatan..................................................IV-16
4.5.3.3 Persyaratan Bahan Wadah ...........................................................IV-16
4.5.3.4 Penentuan Ukuran Wadah ...........................................................IV-17
4.5.3.5 Pengadaan Wadah Sampah..........................................................IV-17
4.5.4 Pengumpulan ...........................................................................................IV-17
4.5.4.1 Pola Pengumpulan .......................................................................IV-18
4.5.4.2 Kriteria Lokasi dan Penempatan..................................................IV-18
4.5.4.3 Pelaksanaan Pengumpulan Sampah.............................................IV-18
4.5.5 Pengangkutan...........................................................................................IV-18
4.5.5.1 Pola Pengangkutan.......................................................................IV-18
4.5.5.2 Pola Pengangkutan Sampah Hasil Pemilahan ..............................IV-18
4.5.6 Pengolahan................................................................................................IV-19
4.5.7 Tempat Pembuangan Akhir ......................................................................IV-19
4.5.8 Peralatan ...................................................................................................IV-19

BAB V RENCANA DETAIL SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

5.1 Umum ..................................................................................................................V-1


5.2 Sistem Pengelolaan Persampahan.....................................................................V-1
5.2.1 Timbulan Sampah ....................................................................................V-1
5.2.1.1 Domestik......................................................................................V-2
5.2.1.2 Komersil .....................................................................................V-3
5.2.1.3 Institusi ........................................................................................V-3
5.2.2 Pewadahan ..............................................................................................V-4
5.2.2.1 Domestik ....................................................................................V-4
5.2.2.2 Komersil .....................................................................................V-5
5.2.2.3 Institusi .......................................................................................V-5
5.2.3 Pengumpulan ..........................................................................................V-7
5.2.4 Pengangkutan ..........................................................................................V-9
5.2.4.1 Sistem HCS ................................................................................V-9
5.2.4.2 Sistem SCS .................................................................................V-16
5.2.4.3 Komparasi. .................................................................................V-24
5.2.5 Pengolahan ..............................................................................................V-24
5.2.5.1 Teknologi Pengolahan Sampah Terpadu.....................................V-25
5.2.5.2 Material Balance dan Teknologi Pengelolaan Sampah .............V-30
5.2.6 Tempat Pembuangan Akhir (TPA) ..........................................................V-31

iv
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan ...........................................................................................................VI-1
6.2 Saran .....................................................................................................................VI-1

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................X

v
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Iklim Kelurahan Tanjung Gusta………………………. ..................III-2


Tabel 3.2 Tata Guna Lahan Kelurahan Tanjung Gusta................. .............................III-3
Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Kelurahan Tanjung Gusta Tahun 2011-2020...............III-3
Tabel 3.4 Sarana Pendidikan Kelurahan Tanjung Gusta Tahun 2011- 2020.............III-4
Tabel 3.5 Sarana Keshatan Kelurahan Tanjung Gusta Tahun 2011-2020.................III-4
Tabel 3.6 Sarana Ibadah Kelurahan Tanjung Gusta 2011-2020 .................................III-4
Tabel 3.7 Sarana Perdagangan Kelurahan Tanjung Gusta 2011-2020 .......... ............III-5
Tabel 4.1 Proyeksi Penduduk Kelurahan Tanjung Gusta dengan Metode ArimatikaIV-2
Tabel 4.2 Proyeksi Penduduk Kelurahan Tanjung Gusta dengan Metode Geometri..IV-4
Tabel 4.3 Proyeksi Penduduk Kelurahan Tanjung Gusta dengan Metode
Eksponensial................................................................................................................IV-6
Tabel 4.4 Proyeksi Penduduk Kelurahan Tanjung Gusta dengan Metode LogaritmaIV-8
Tabel 4.5 Perhitungan Standar Deviasi dan Korelasi “r” Masing-masing
Metode di Kelurahan Tanjung Gusta.........................................................IV-10
Tabel 4.6 Metode Proyeksi Penduduk Terpilih Kelurahan Tanjung Gusta................IV-11
Tabel 4.7 Tingkat Pelayanan Pengeloloaan Persampahan Kelurahan Tanjung Gusta
Tahun 2020 ...............................................................................................IV-13

vi
Tabel 5.1 Debit Satuan Timbulan Sampah.........................................................V-2
Tabel 5.2 Debit Satuan Timbulan Sampah Kelurahan Tanjung Gusta....................V-5
Tabel 5.3 Rencana Pewadahan Sampah Kelurahan Tanjung Gusta........................V-6
Tabel 5.4 Debit Satuan Sampah Per Blok Kelurahan Tanjung Gusta ……….…..V-7
Tabel 5.5 Jenis Sistem Pengumpulan di Kelurahan Tanjung Gusta ....................V-7
Tabel 5.6 Jumlah dan Lokasi Penempatan Kontainer (TPS) di Kelurahan Sempakata
...............................................................................................................V-8
Tabel 5.7 Penentuan Kecepatan a dan b Konstanta Hauled Speed .........................V-9
Tabel 5.8 Perhitungan Jumlah Ritasi Kendaraan perhari dengan Sistem HCS ......V-14
Tabel 5.9 Perhitungan Jumlah Ritasi Kendaraan perhari dengan Sistem HCS …..V-14
Tabel 5.10 Perhitungan Jumlah Ritasi Kendaraan perhari dengan Sistem HCS......V-15
Tabel 5.11 Jalur Pengangkutan Truk 1 dengan Sistem HCS Kelurahan Tanjung Gusta
………...................................................................................................V-16
Tabel 5.13 Perhitungan Jumlah Ritasi Truk 1 per Hari dengan Sistem SCS..........V-22
Tabel 5.14 Perhitungan Jumlah Ritasi Truk 2 per Hari dengan Sistem SCS..........V-22
Tabel 5.15 Perhitungan Jumlah Ritasi Truk 3 per Hari dengan Sistem SCS..........V-23

Tabel 5.16 Jalur Pengangkutan Truk 1 dengan Sistem SCS Kelurahan Tanjung Gusta
………...................................................................................................V-24
Tabel 5.17 Komposisi dan Volume Sampah Kelurahan Tanjung Gusta….............V-25
Tabel 5.18 Rekapitulasi Potensi Daur Ulang…………………………..….............V-29

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kondisi Eksisting Kelurahan Tanjung Gusta............................................III-1


Gambar 4.1 Grafik Hasil Proyeksi Kelurahan Tanjung Gusta dengan Metode Aritmatika
tahun 2011-2020 ......................................................................................IV-3
Gambar 4.2 Grafik Hasil Proyeksi Kelurahan Tanjung Gusta dengan Metode Geometri
tahun 2011-2020 .....................................................................................IV-5
Gambar 4.3 Grafik Hasil Proyeksi Kelurahan Tanjung Gusta dengan Metode Eksponensial
tahun 2011-2020.......................................................................................IV-7
Gambar 4.4 Grafik Hasil Proyeksi Kelurahan Tanjung Gusta dengan Metode Logaritma
tahun 2011-2020 ......................................................................................IV-9
Gambar 4.5 Grafik Hasil Proyeksi Penduduk Kelurahan Tanjung Gusta tahun 2011- 2020
...................................................................................................................IV-12
Gambar 5.1 Diagram Material Balance Pengolahan Sampah Kelurahan Tanjung Gusta
...................................................................................................................V-31

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A: Data BPS

Lampiran B: Kondisi Eksisting Kelurahan Sempakata

Lampiran C: Pertanyaan Presentasi

ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan sampah telah menjadi permasalahan nasional dan menjadi isu penting dalam
masalah lingkungan perkotaan. Timbulan sampah yang semakin besar dari hari ke hari akan
mengurangi ruang dan mengganggu aktivitas manusia sehingga tujuan manusia untuk
meningkatkan kualitas hidup justru membuat kualitas hidupnya menurun karena permasalahan
timbulan sampah. Sampah didefinisikan sebagai semua bentuk limbah berbentuk padat yang
berasal dari kegiatan manusia dan hewan kemudian dibuang karena tidak bermanfaat atau
keberadaannya tidak diinginkan lagi (Yuliesti, dkk. 2020).

Pertambahan jumlah penduduk memberikan kontribusi peningkatan timbulan sampah dalam


jumlah maupun dalam jenis. Jenis sampah yang dihasilkan ditentukan oleh pola konsumsi dan
perilaku penduduk dalam mengelola sampah. Dari data di 6 kota metropolitan, 41 kota sedang
dan 82 kota kecil yang tersebar di seluruh Indonesia pada tahun 2015, diperoleh bahwa jumlah
timbulan sampah per jiwa adalah 0.8 kg/hari. Jika menggunakan jumlah penduduk Indonesia
pada bulan Juli 2017, yaitu 262 juta jiwa, berarti setiap hari akan dihasilkan sampah sebesar
209.600 ton atau dalam seminggu 1,5 juta ton. Jumlah sampah ini sangat besar, dan yang
sebenarnya akan lebih besar karena perkiraan itu hanya dari sebagian kota di Indonesia. Oleh
karena itu pengelolaan sampah dari masyarakat menjadi sangat penting dan mendesak (urgent)
(Ismail, 2019).

Sampah yang tidak tertangani dengan baik dapat mengganggu estetika lingkungan,
menimbulkan bau serta mengakibatkan berkembangnya penyakit. Gangguan lingkungan oleh
sampah dapat timbul mulai dari sumber sampah, dimana penghasil sampah tidak melakukan
penanganan sampah dengan baik. Hal ini dapat terjadi pada penghasil sampah yang tidak mau
menyediakan tempat sampah di rumahnya dan lebih suka untuk membuang sampah dengan
seenaknya ke saluran air atau membakarnya sehingga mencemari lingkungan sekitarnya.
Tempat sampah yang disediakan di rumah tangga dan lokasi komersial seperti pasar, tidak
bertutup, sehingga sampah bercecer dan menjadi tempat berkembang biaknya lalat serta
menimbulkan bau (Yuliesti, dkk. 2020).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, definisi


sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)

Kemudian dalam Peraturan Pemerintah No.81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga dijelaskan lagi tentang definisi
sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah
tangga yang tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah sejenis sampah rumah tangga
adalah sampah rumah tangga yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan
khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya.

Sampah rumah tangga dapat dikelompokkan berdasarkan bahannya, seperti kertas, plastik,
kaleng, kaca dan sampah organik. Sampah kaleng dan kaca dapat digunakan sebagai material
input bagi industri kaleng dan kaca. Pemanfaatan sampah kaleng dan kaca ini membutuhkan
pengumpulan terlebih dahulu agar dicapai jumlah ekonomis untuk dimanfaatkan kembali.
Sampah kertas, plastik dan sampah organik dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi dengan
menggunakan teknologi tertentu. Selain itu sampah plastik dan sampah organik juga
memungkinkan untuk dijadikan sumberdaya material input pada suatu kegiatan produksi
(Ismail, 2019).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun Rumusan Masalah dari penulisan tugas besar ini adalah:
1. Bagaimana kondisi eksisting sarana di Kelurahan Tanjung Gusta?
2. Bagaimana sistem pengolahan sampah di Kelurahan Tanjung Gusta?
3. Bagaimana rencana sistem pengolaan sampah di Kelurahan Tanjung Gusta?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun Tujuan Penulisan Laporan Tugas Besar Persampahan adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kondisi eksisting sarana di Kelurahan Tanjung Gusta.
2. Untuk menentukan sistem pengolahan sampah di Kelurahan Tanjung Gusta.
3. Untuk mengetahui rencana sistem pengolaan sampah di Kelurahan Tanjung Gusta.
4. Sebagai syarat kelulusan mata kuliah Persampahan di Jurusan Teknik Lingkungan,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun Manfaat dari Penulisan laporan Tugas Besar Persampahan adalah sebagai berikut:
1. Mengevaluasi sistem pengolaan persampahan di Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan
Medan Helvetia, Kota Medan.

Arvin (200407031) I-2


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)

2. Merancang atau merencanakan sistem persampahan, cara pengumpulan, lokasi bangunan


perlengkapan di Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia, Kota Medan.
3. Sebagai syarat untuk kelulusan mata kuliah Persampahan (STL 2319) di Program Studi
Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

1.5 Ruang Lingkup


Ruang lingkup permasalahan dalam merencanakan sistem pengelolaan persampahan pada
Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia, Kota Medan, meliputi hal-hal berikut:
1. Proyeksi penduduk 10 tahun mendatang, deskripsi daerah perencanaan, dan wilayah
perencanaan sistem.
2. Jumlah timbulan sampah di wilayah studi.
3. Penetapan kriteria perencanaan yang terdiri dari dasar-dasar perencanaan, dan dasar-dasar
perhitungan.
4. Perancangan sistem pengelolaan persampahan mulai dari sumber sampah (meliputi:
timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengelolaan) sampai ke
pembuangan akhir.
5. Evaluasi terhadap pengelolaan persampahan yang ada.

1.6 Sistematika Penulisan


Penulisan sistematika penelitian dibuat agar dapat memudahkan pembahasan tugas besar ini.
Penjelasan mengenai sistematika penulisan dapat dijelaskan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN
Berisikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan penulisan, ruang lingkup,
dan sistematika penulisan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


Menguraikan referensi dan literatur tentang pengelolaan persampahan yang
berhubungan dengan rencana desain yang akan dilakukan.

BAB III : GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI


Memuat data-data tentang batas wilayah, tata guna lahan, topografi, iklim,
kependudukan, sarana dan prasarana yang ada di Kelurahan Tanjung Gusta.

BAB IV : KONDISI EKSISTING PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

Arvin (200407031) I-3


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)

Berisikan tentang gambaran umum sistem pengelolaan persampahan yang ada


di Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia, Kota Medan mulai
dari timbulan, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, dan pengolahan baik
itu sampah domestik, komersil, institusi, industri, sampai ke Tempat
Pembuangan/Pemrosesan Akhir.

BAB V : RENCANA DETAIL SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN


Berisikan tentang desain yang meliputi perencanaan sistem pengelolaan
persampahan domestik, komersil, institusi dan industri yang akan diterapkan
dari sistem yang dipilih, mulai dari pemindahan sampai dengan sistem
pengangkutan ke Tempat Pembuangan/Pemrosesan Akhir.

BAB VI : PENUTUP
Berisikan kesimpulan dan saran untuk perbaikan sistem pengelolaan
persampahan yang telah dan atau akan dilakukan.

Arvin (200407031) I-4


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum
Sampah adalah bahan buangan sebagai akibat dari aktivitas manusia yang merupakan bahan
yang sudah tidak dapat dipergunakan lagi. Menurut Keputusan Dirjen Cipta Karya, nomor
07/KPTS/CK/1999: Juknis Perencanaan, Pembangunan dan Pengelolaan Bidang Ke-PLP-an
Perkotaan dan Perdesaan, sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan
zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan
lingkungan dan melindungi investasi pembangunan (Hasibuan, 2016).

Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Sedangkan
limbah rumah tangga adalah limbah yang dihasilkan dari satu atau beberapa rumah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 81 Tahun 2012 bahwa sampah rumah tangga adalah
sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga yang tidak termasuk tinjak
dan sampah spesifik.

Bertambahnya jumlah penduduk perkotaan yang terjadi tidak hanya tingginya kelahiran tetapi
juga adanya urbanisasi masyarakat. Dengan jumlah penduduk yang tinggi akan mengakibatkan
terhadap tingginya volume limbah yang dihasilkan dari rumah tangga. penduduk yang tinggi
akan mengakibatkan terhadap tingginya volume limbah yang dihasilkan dari rumah tangga
(Hasibuan, 2016).

2.1.1 Sumber-Sumber Sampah


Sampah berasal dari kegiatan penghasil sampah seperti pasar, rumah tangga, pertokoan
(kegiatan komersial/perdaganan), penyapuan jalan, taman, atau tempat umum lainnya, dan
kegiatan lain seperti dari industri dengan limbah yang sejenis sampah. Sampah yang dihasilkan
manusia sehari-hari kemungkinan mengandung limbah berbahaya, seperti sisa baterai, sisa
oli/minyak rem mobil, sisa bekas pemusnah nyamuk, sisa biosida tanaman, dan lain-lain
(Damanhuri, 2010).

Dalam Undang- Undang No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, Jenis dan Sumber
Sampah yang diatur adalah:

1. Sampah rumah tangga, yaitu sampah yang berbentuk padat yang berasal dari sisa kegiatan
sehari-hari di rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik dan dari proses alam
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
yang berasal dari lingkungan rumah tangga. Sampah ini bersumber dari rumah atau dari
komplek perumahan.
2. Sampah sejenis sampah rumah tangga, yaitu sampah rumah tangga yang berasal bukan dari
rumah tangga dan lingkungan rumah tangga melainkan berasal dari sumber lain seperti
pasar, pusat perdagangan, kantor, sekolah, rumah sakit, rumah makan, hotel, terminal,
pelabuhan, industri, taman kota, dan lainnya.
3. Sampah spesifik, yaitu sampah rumah tangga atau sampah sejenis rumah tangga yang karena
sifat, konsentrasi dan jumlahnya memerlukan penanganan khusus, meliputi, sampah yang
mengandung B3 (bahan berbahaya dan beracun seperti batere bekas, bekas toner, dan
sebagainya), sampah yang mengandung limbah B3 (sampah medis), sampah akibat bencana,
puing bongkaran, sampah yang secara teknologi belum dapat diolah, sampah yang timbul
secara periode (sampah hasil kerja bakti).

Sumber sampah di daerah perumahan, dibagi atas tiga kelompok yaitu (Ashar, 2019).
1. Perumahan masyarakat berpenghasilan tinggi (High income/HI).
2. Perumahan masyarakat berpenghasilan menengah (Middle income/MI).
3. Perumahan masyarakat berpenghasilan rendah/daerah kumuh (Low income/slum area/LI).

Dalam SNI 19- 11 3983-1995 tentang Spesifikasi Timbulan Sampah untuk Kota Kecil dan Kota
Sedang di Indonesia menyebutkan sumber sampah berasal dari:
1. Perumahan yaitu rumah permanen, rumah semi permanen dan rumah non permanen.
2. Non-perumahan yaitu kantor, toko/ruko, pasar, sekolah, tempat ibadah, jalan, hotel, restoran,
industri, rumah sakit dan fasilitas umum lainnya.

2.1.2 Jenis-Jenis Sampah


Adapun jenis-jenis sampah adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan Sumbernya
Jenis- jenis sampah berdasarkan sumbernya dapat digolongkan sebagai berikut (Damanhuri,
2010).
- Pemukiman
Biasanya berupa rumah atau apartemen. Jenis sampah yang ditimbulkan antara lain sisa
makanan, kertas, kardus, plastik, tekstil, kulit, sampah kebun, kayu, kaca, logam, barang
bekas rumah tangga, limbah berbahaya, dan sebagainya.
- Daerah komersial

Arvin (200407031) II-2


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
Meliputi pertokoan, rumah makan, pasar, perkantoran, hotel, dan lain-lain. Jenis sampah
yang ditimbulkan antara lain kertas, kardus, plastik, kayu, sisa makanan, kaca, logam, limbah
berbahaya dan beracun, dan sebagainya.
- Institusi
Meliputi sekolah, rumah sakit, penjara, pusat pemerintahan, dan lan-lain. Jenis sampah yang
ditimbulkan sama dengan jenis sampah pada daerah komersial.
- Konstruksi dan pembongkaran bangunan
Meliputi pembuatan konstruksi baru, perbaikan jalan, dan lain-lain. Jenis sampah yang
ditimbulkan antara lain kayu, baja, beton, debu, dan lain-lain.
- Fasilitas umum
Seperti penyapuan jalan, taman, pantai, tempat rekreasi, dan lain-lain. Jenis sampah yang
ditimbulkan antara lain rubbish, sampah taman, ranting, daun, dan sebagainya.
- Pengolah limbah domestik
Seperti instalasi pengolahan air minum, instalasi pengolahan air buangan, dan insinerator.
Jenis sampah yang ditimbulkan antara lain lumpur hasil pengolahan, debu, dan sebagainya.
- Kawasan industri
Jenis sampah yang ditimbulkan antara lain sisa proses produksi, buangan non industri, dan
sebagainya.
- Pertanian
Jenis sampah yang dihasilkan antara lain sisa makanan busuk dan sisa pertanian.

2. Berdasarkan Sifatnya
Adapun jenis-jenis sampah berdasarkan sifatnya dapat digolongkan sebagai berikut (Sabela
dkk, 2021).
a. Sampah organik
Sampah organik adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk secara alamiah,
misalnya: sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan dan sebagainya.
b. Sampah anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk/sulit terurai
secara biologis, misalnya: logam/besi, pecahan gelas, plastik dan sebagainya.
c. Sampah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya)
Sampah bahan berbahaya dan beracun adalah limbah dari bahan-bahan berbahaya dan
beracun yang mudah terbakar, mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan

Arvin (200407031) II-3


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
manusia, misalnya: batu baterai, bohlam, kemasan cat, pelumas kendaraan, dan
sebagainya.

2.1.3 Karakteristik Sampah


Karakteristik yang biasa ditampilkan dalam penanganan sampah adalah karakteritik fisika dan
kimia. Karakteristik tersebut sangat bervariasi, tergantung pada komponen-komponen sampah.
Kekhasan sampah dari berbagai tempat atau daerah serta jenisnya yang berbeda-beda
memungkinkan sifat-sifat yang berbeda pula (Aprillia dkk, 2019).

Karakteristik sampah adalah sifat-sifat sampah yang meliputi sifat-sifat fisis, kimiawi dan
biologis. Jika ditinjau secara fisis, sukar untuk merinci sifat-sifat sampah, terutama sampah
berbentuk padatan. Hal ini disebabkan sampah padatan selalu tidak homogen. Lain halnya
dengan sampah cairan yang lebih mudah diidentifikasi sifat-sifatnya (Putra dkk, 2018).

Sampah diklasifikasi dalam karakteristiknya sebagai berikut (Nurdihayanti, 2018).


1. Karakteristik Fisik
Karakteristik fisik sampah meliputi hal-hal dibawah ini:
a. Berat jenis sampah
Dinyatakan sebagai berat per unit (kg/m 3). Dalam pengukuran berat jenis sampah, harus
disebut dimana dan dalam keadaan bagaimana sampah diambil sebagai sampling untuk
menghitung berat spesifik sampah. Berat spesifik sampah dipengaruhi oleh letak geografis,
lokasi, musim dan lama waktu penyimpanan. Hal ini sangat penting untuk mengetahui
volume sampah yang diolah.
b. Kadar Kelembaban
Kadar Kelembaban didefinisikan sebagai massa air per unit massa sampah basah atau
sampah kering.
c. Ukuran partikel
Sangat penting untuk pengolahan akhir sampah, terutama pada tahap mekanis, untuk
mengetahui ukuran penyaringan dan pemisahan mekanik.

2. Karakteristik Kimia
Karakteristik kimia sampah sangat penting dalam mengevaluasi proses alternatif dan pilihan
pemulihan energi.
a. Kandungan energi
Jumlah energi yang dibutuhkan untuk membakar limbah padat semuanya hingga menjadi
abu (sisa akhir), dipengaruhi oleh berat limbah padat dan kadar kelembaban didalamya.

Arvin (200407031) II-4


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
b. Kandungan kimia
Kandungan kimia diperlukan untuk mengetahui bahan-bahan yang mudah terbakar dan tak
mudah terbakar.

2.1.4 Program Sanitasi di Kementrian PUPR


Sanitasi yang sehat adalah sebuah kebutuhan pokok bagi manusia dan lingkungan, sebab
kondisi sanitasi mencerminkan baik atau buruknya kesehatan manusia dan lingkungan
setempat. Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS) adalah program yang diselenggarakan
oleh Departemen Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sebagai respon terhadap
masalah sanitasi di permukiman padat perkotaan. Dengan menggunakan pendekatan
partisipatif, warga menjadi inisiator utama dalam penyusunan rencana, pembangunan fisik,
pengelolaan, perawatan dan pengawasan SANIMAS. Pembangunan Program Sanitasi Berbasis
Masyarakat (SANIMAS) akan dikatakan efektif apabila adanya keterlibatan masyarakat dalam
pembangunan program SANIMAS (Amaliah, 2020). Program Sanitasi Berbasis Masyarakat
(SANIMAS) yang dikendalikan oleh Satuan Kerja PSPLP dan Fasilitator Provinsi di provinsi
seluruh Indonesia. Pelaksanaan Program SANIMAS ini direncanakan, dilaksanakan,
dimanfaatkan, dan dipelihara oleh masyarakat dengan didampingi oleh Tenaga Fasilitator
Lapangan (TFL) Teknik dan Pemberdayaan dalam satu tim. Program ini dilaksanakan setiap
tahun selama 10 (sepuluh) bulan secara swakelola oleh Satuan Kerja PSPLP dengan dibantu
oleh Fasilitator Provinsi (Noorjenah, 2018).

2.2 Metode Proyeksi Penduduk


Proyeksi jumlah penduduk adalah perhitungan kondisi masa depan yang mungkin terjadi
dengan menggunakan beberapa asumsi, seperti bila angka kelahiran, kematian, dan migrasi saat
ini tidak berubah. Terdapat bermacam-macam metode yang dapat digunakan untuk
memproyeksikan penduduk, dimana metode-metode tersebut memiliki asumsi serta kelebihan
dan kelemahan masing-masing. Akan tetapi, dalam memilih metode yang akan digunakan
untuk proyeksi penduduk perlu mempertimbangkan beberapa hal, antara lain cakupan wilayah
studi dan wilayah perencaaan, jangka waktu proyeksi, dinamika perkembangan wilayah studi,
presisi dan tujuan penggunaan, serta ketersediaan data (Yasin, 2021).

Suatu perencanaan yang baik paling tidak memperhatikan dua aspek. Pertama, perencanaan
upaya untuk mengatasi masalah yang pernah dan masih dialami dan kedua, perencanaan
sebagai upaya untuk meningkatkan taraf kehidupan sosial budaya dan ekonomi penduduk yang
lebih baik. Masalah ini biasanya muncul sebagai akibat belum adanya kesesuaian dari jumlah

Arvin (200407031) II-5


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
dan struktur maupun penawaran dan permintaan dari penduduk itu sendiri. Jumlah dan struktur
penduduk pada masa mendatang dapat diperoleh dari proyeksi penduduk berdasarkan
komponen yang mempengaruhi perubahan jumlah penduduk itu sendiri, yakni kelahiran,
kematian, dan migrasi. Asumsi dari perkembangan ketiga variabel demografi selama jangka
waktu proyeksi disusun dapat berpengaruh terhadap jumlah dan struktur penduduk dari hasil
proyeksi. Proyeksi penduduk bukan merupakan ramalan di masa mendatang tetapi merupakan
suatu perhitungan ilmiah yang didasarkan pada asumsi tertentu dari variabel pertumbuhan
penduduk yakni kelahiran, kematian, dan migrasi (Pertiwi, 2021).

2.2.1 Metode Aritmatika


Metode aritmatika atau metode rata–rata hilang biasanya digunakan apabila laju pertumbuhan
populasi penduduk relatif konstan atau sama setiap tahunnya. Kondisi ini dapat terjadi pada
kota kecil, dimana tingkat pertumbuhan ekonomi rendah dan pertumbuhan kota yang tidak
terlalu pesat. Secara matematis, metode ini dapat dituliskan sebagai berikut:
Pt = P0 (1 +𝑟𝑡)...........................................................................................................(2.1)
Dimana:
𝑃𝑡 = Jumlah penduduk pada tahun t
𝑃0 = Jumlah penduduk pada tahun dasar
R = Laju pertumbuhan penduduk
t = Periode waktu antara tahun dasar dan tahun t (dalam tahun)

2.2.2 Metode Geometri


Metode geometri didasrkan pada rasio pertumbuhan penduduk rata-rata tahunan. Metode ini
digunakan untuk memperikirakan data yang perkembangannya melaju sangat cepat. Secara
matematis, metode ini dapat dituliskan sebagai berikut:
Pt = P0 (1 + 𝑟) 𝑡 ....................................................................................................................................... (2.2)
Dimana:
𝑃𝑡 = Jumlah penduduk pada tahun t
𝑃0 = Jumlah penduduk pada tahun dasar
R = Laju pertumbuhan penduduk
t = Periode waktu antara tahun dasar dan tahun t (dalam tahun)

Arvin (200407031) II-6


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
2.2.3 Metode Eksponensial
Metode exponensial dapat digunakan jika laju pertumbuhan penduduk proporsional dengan
jumlah penduduk asalnya. Metode eksponensial dapat dirumuskan dalam suatu persamaan
matematika, yaitu sebagai berikut:
Pt = P0 × ert ...............................................................................................................(2.3)
Dimana:
𝑃𝑡 = Jumlah penduduk pada tahun t
𝑃0 = Jumlah penduduk pada tahun dasar
R = Laju pertumbuhan penduduk
t = Periode waktu antara tahun dasar dan tahun t (dalam tahun)
𝑒 = Bilangan pokok dari sistem logaritma natural (ln) yang besarnya adalah 2,7182818

2.2.4 Metode Logaritma


Metode ini digunakan jika pertumbuhan penduduk terlalu besar akibat adanya pembatasan
jumlah penduduk. Metode logaritma dapat dirumuskan dalam suatu persamaan matematika,
yaitu sebagai berikut:
𝑌 = a + b.lnX ........................................................................................... (2.4)

(ΣYi)(ΣXi2 )-(ΣXi)(ΣXiYi)
a= ........................................................................... (2.5)
n(ΣXi2 )-(ΣXi)2

n(XiYi)-(ΣXi)(ΣYi)
b= ........................................................................................... (2.6)
n(ΣXi2 )-(ΣXi)2

Dimana:
Yi = Nilai variabel Y berdasrkan garis regresi, populasi ke-n
Xi = Nilai independen, bilangan yang dihitung dari tahun ke tahun
a = Konstanta
b = Koefisien arah garis (gradien) regresi linier
n = Jumlah data

2.3 Sistem Pengelolaan Persampahan


Menurut PP No. 81 tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga,
pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang
meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Pengelolaan sampah dimulai dari sumber,
pewadahan, pengumpulan, transfer/pemindahan dan transpor/pengangkutan, pengolahan serta
pembuangan akhir. Pengurangan meliputi pembatasan timbulan, pendaur ulangan sampah dan

Arvin (200407031) II-7


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
pemanfaatan kembali sampah. Penanganan sampah meliputi kegiatan pemilahan,
pengumpulan, pengangkutan, dan pemrosesan akhir sampah. Dalam perencanaan sistem
pengelolaan persampahan suatu kota perlu diketahui data awal berupa timbulan, komposisi dan
karakteristik sampah, sehingga pengelolaan persampahan mulai dari sumber, pewadahan,
pengumpulan, transfer dan transpor, pengolahan, serta pembuangan akhir akan lebih optimal
(PP No. 81, 2012). Timbulan (kuantitas) sampah merupakan volume sampah atau berat sampah
yang dihasilkan dari jenis sumber sampah di wilayah tertentu per satuan waktu (Hermansyah,
2021).

Menurut SNI 3242-2008 mengenai Pengelolaan Sampah Permukiman menjelaskan tentang


aspek/komponen sistem pengelolaan sampah yaitu:
1. Aspek Teknis Operasional.
2. Aspek Pembiayaan.
3. Aspek Kelembagaan.
4. Aspek Peraturan.
5. Aspek Partisipasi masyarakat.
6. Evaluasi.

Menurut UU No.18 Tahun 2008, pengelolaan sampah didefinisikan sebagai kegiatan yang
sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan
sampah. Kegiatan pengurangan meliputi:
a. Pembatasan timbulan sampah.
b. Pendauran ulang sampah.
c. Pemanfaatan kembali sampah.
Sedangkan kegiatan penanganan meliputi:
a. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis,
jumlah, dan sifat sampah.
b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke
Tempat Penampungan sementara (TPS).
c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari tempat pengolahan sampah 3R terpadu
menuju ke Tempat Pemrosesan akhir (TPA).
d. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah.
e. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah atau residu hasil pengolahan
sebelumnya kemedia lingkungan secara aman.

Arvin (200407031) II-8


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
2.3.1 Aspek Teknik Operasional
Menurut Hermansyah (2021), sampah perkotaan adalah sampah yang timbul di kota.
Berdasarkan SNI 19-3964-1994 tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh
Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan, teknik operasional pengolahan sampah perkotaan
yang terdiri dari kegiatan pewadahan sampai dengan pembuangan akhir sampah harus bersifat
terpadu dengan melakukan pemilihan sejak dari sumbernya.

Teknik operasional pengelolaan sampah kota meliputi dasar perencanaan untuk kegiatan:
1. Pewadahan sampah, yaitu suatu proses penampungan sampah sebelum dikumpulkan,
dipindahkan, diangkut dan dibuang ke TPA. Tujuannya adalah menghindari agar sampah
tidak berserakan sehingga tidak menggangu lingkungan. Faktor yang paling mempengaruhi
efektifitas tingkat pelayanan adalah kapasitas peralatan, pola penampungan, jenis dan sifat
bahan, serta lokasi penempatan.
2. Pengumpulan sampah, yaitu suatu proses pengambilan sampah mulai dari tempat
penampungan sampah sampai ke tempat pembuangan sementara. Pola pengumpulan sampah
pada dasarnya dikempokkan dalam 2 (dua) yaitu pola individual dan pola komunal.
a. Pola individual, yaitu proses pengumpulan sampah dimulai dari sumber sampah kemudian
diangkut ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) sebelum dibuang ke TPA.
b. Pola komunal, yaitu pengumpulan sampah dilakukan oleh penghasil sampah ke tempat
penampungan sampah komunal yang telah disediakan/ke truk sampah yang menangani
titik pengumpulan kemudian diangkut ke TPA tanpa proses pemindahan.
3. Pemindahan sampah, yaitu proses memindahkan sampah hasil pengumpulan ke dalam alat
pengangkutan untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir. Tempat yang digunakan untuk
pemindahan sampah adalah depo pemindahan sampah yang dilengkapi dengan kontainer
pengangkut/ram/kantor, dan bengkel. Pemindahan sampah yang telah terpilah dari
sumbernya diusahakan jangan sampai sampah tersebut bercampur kembali.
4. Pengangkutan sampah, yaitu kegiatan pengangkutan sampah yang telah dikumpulkan di
tempat penampungan sementara atau dari tempat sumber sampah ke tempat pembuangan
akhir. Pengangkutan sampah yang ideal adalah dengan truck container tertentu yang
dilengkapi alat pengepres, sehingga sampah dapat dipadatkan 2-4 kali lipat.
5. Pengolahan sampah, yaitu kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan
yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah, yang bertujuan untuk meminimalisir
tumpukan sampah.

Arvin (200407031) II-9


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
6. Pembuangan akhir sampah, yaitu suatu kegiatan memproses dan mengembalikan sampah ke
media lingkungan secara aman, di mana pada tahap ini sampah-sampah yang telah melewati
tahap-tahap sebelumnya akan ditimbun.

Gambar 2.1 Teknis Operasional Pengelolaan Sampah


Sumber: SNI 19-3694-1994
Catatan:
- Pengelolaan sampah B3 rumah tangga dikelola secara khusus sesuai aturan yang berlaku.
- Kegiatan pemeilihan dapat pula dilakukan pada kegiatan pengumpulan pemindahan.
- Kegiatan pemilahan dan daur ulang diutamakan di sumber sampah.

2.3.1.1 Timbulan
Berdasarkan SNI 19-2454-2002, timbulan sampah adalah banyaknya sampah yang timbul dari
masyarakat dalam satuan volume maupun berat per kapita per hari atau perluas bangunan atau
perpanjang jalan. Sementara menurut Kementerian PU tahun 2013, timbulan sampah dapat
didasarkan pada berat dan volume. Satuan berat ditunjukkan dalam kilogram per orang per hari
(kg/orang/hari), atau kilogram per meter persegi bangunan per hari (kg/m2/hari). Sedangkan
satuan volume ditunjukkan dalam satuan liter/orang/hari atau liter per meter persegi bangunan
per hari (liter/m2/hari).

Metode pengukuran timbulan sampah ada beberapa cara, antara lain:


a. Load-count analysis/analisis perhitungan beban, yaitu jumlah masing-masing volume
sampah yang masuk ke TPA dihitung dengan mencatat: volume, berat, jenis angkutan dan
sumber sampah, kemudian dihitung jumlah timbulan sampah kota selama periode tertentu.

Arvin (200407031) II-10


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
b. Weight-volume analysis/analisis berat volume, yaitu jumlah masing-masing volume
sampah yang masuk ke TPA dihitung dengan mencatat volume dan berat sampah, kemudian
dihitung jumlah timbulan sampah kota selama periode tertentu.
c. Material-balance analysis/analisis kesetimbangan bahan, material-balance analisis
menghasilkan data lebih lengkap untuk sampah rumah tangga, industri dan lainnya dan juga
diperlukan untuk program daur ulang.

Berdasarkan data pada SK SNI S-00-1993-03 tentang spesifikasi timbulan sampah untuk
kota kecil dan sedang di Indonesia berdasarkan komponen-komponen sumber sampah
adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Besaran Timbulan Sampah berdasarkan Komponen-Komponen Sumber Timbulan

No. Komponen Sumber Sampah Satuan Volume (Liter) Berat (Kg)

1 Rumah permanen per org/hr 2,25 – 2,50 0,35 – 0,40


2 Rumah semi permanen per org/hr 2,00 – 2,25 0,30 – 0,35

3 Rumah non permanen per org/hr 1,75 – 2,00 0,25 – 0,30

4 Kantor per peg/hr 0,50 – 0,75 0,025 – 0,10

5 Toko/ruko per ptgs/hr 2,50 – 3,00 0,15 – 0,35


6 Sekolah per mrd/hr 0,10 – 0,15 0,01 – 0,02

7 Jalan arteri per mtr/hr 0,10 – 0,15 0,02 – 0,10

8 Jalan kolektor per mtr/hr 0,10 – 0,15 0,10 – 0,05

9 Jalan lokal per mtr/hr 0,50 – 0,10 0,005 – 0,025


10 Pasar per mtr/hr 0,20 – 0,60 0,10-0,30
Sumber: SK SNI S-04-1993-03

Adapun besaran timbulan sampah berdasarkan klasifikasi kota adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Besaran Timbulan Sampah berdasarkan Klasifikasi Kota

Satuan
No. Klasifikasi Kota
Volume (L/org/hr) Berat (Kg/org/hr)
Kota Besar (500.000 -
1 1.000.000 jiwa) 2,75 - 3,25 0,70 - 0,80
Kota sedang (100.000 -
2 500.000 jiwa) 2,75 – 3,25 0,70 – 0,80
Kota kecil (20.000 -
3 100.000) 2,5 – 3,75 0,625 – 0,75
Sumber: SK SNI S-04-1993-03

Arvin (200407031) II-11


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
2.3.1.2 Sistem Pewadahan
Pewadahan menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03 Tahun 2013 adalah tempat
untuk menyimpan sampah sementaraa waktu disumber. Kriteria wadah sampah diuraikan
dalam SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah
Perkotaan adalah sebagai berikut:
1. Tidak mudah rusak dan kedap air.
2. Ekonomis dan mudah diperoleh/dibuat oleh masyarakat.
3. Mudah dikosongkan.

Pewadahan sampah sesuai dengan jenis sampah yang telah terpilah, yaitu:
1. Sampah organik seperti daun sisa, sayuran, kulit buah lunak, sisa makanan dengan wadah
warna gelap.
2. Sampah anorganik seperti gelas, plastik, logam, dan lainnya, dengan wadah warna terang.
3. Sampah bahan barbahaya beracun rumah tangga (jenis sampah B3), dengan warna merah
yang diberi lambang khusus atau semua ketentuan yang berlaku.

Pola pewadahan sampah dapat dibagi dalarn individual dan komunal. Pewadahan dimulai
dengan pemilahan baik untuk pewadahan individual maupun komunal sesuai dengan
pengelompokan pengelolaan sampah.

Kriteria lokasi penempatan wadah adalah sebagai berikut:


1) Wadah individual ditempatkan:
a. Di halaman muka.
b. Di halaman belakang untuk sumber sampah dari hotel restoran.
2) Wadah komunal ditempatkan:
a. Sedekat mungkin dengan sumber sampah.
b. Tidak mengganggu pemakai jalan atau sarana umum lainnya.
c. Di luar jalur lalu lintas, pada suatu lokasi yang mudah untuk pengoperasiannya.
d. Di ujung gang kecil.
e. Di sekitar taman dan pusat keramaian (untuk wadah sampah pejalan kaki); untuk pejalan
kaki minimal 100 m.
f. Jarak antar wadah sampah.

Arvin (200407031) II-12


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
Beberapa jenis wadah berdasarkan sumber sampahnya dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Jenis Pewadahan dan Sumber Sampahnya


Sumber Sampah Jenis Pewadahan

- Kantong plastik/kertas, volume sesuai yang tersedia di pasaran


- Bak sampah permanen, ukuran bervariasi, biasanya dari pasangan
Daerah Perumahan
- Bin plastik/tong, volume 40-60 liter dengan tutup, khususnya
permukiman yang pernah di bina oleh Dinas Kebersihan
- Bin/tong sampah, volume 50-60 liter
- Bin plastik, volume 120-140 liter dengan tutup dan memakai roda

Pasar - Gerobak sampah, volume 1,0 m3


- Kontainer dari Amroll kapasitas 6-10 m3
- Bak Sampah
- Kantong plastik
Pertokoan - Bin plastik/tong, volume 50-60 liter
- Bin plastik, volume 120-140 liter dengan roda
- Kontainer volume 1 m3
Perkantoran/Hotel
- Kontainer besar volume 6-10 m3
- Bin Plastik/tong volume 50-60 liter, yang dipasang secara
Tempat umum, jalan, dan taman
permanen
- Bin Plastik, volume 120-140 liter dengan roda
Sumber: Damanhuri, 2016

2.3.1.3 Sistem Pengumpulan


Pengumpulan sampah adalah aktivitas penanganan yang tidak hanya mengumpulkan sampah
dari wadah individual dan atau dari wadah komunal (bersama) melainkan juga mengangkutnya
ke tempat terminal tertentu, baik dengan pengangkutan langsung maupun tidak langsung (BSN,
2002). Pola pengumpulan sampah berdasarkan Badan Standarisasi Nasional nomor 19-2454-
2002 Tahun 2002 terdiri atas:
1) Pola individual langsung dengan persyaratan sebagai berikut:
a. Kondisi topografi bergelombang (>15-40%), hanya alat pengumpul mesin yang dapat
beroperasi.
b. Kondisi jalan cukup lebar dan operasi tidak mengganggu pemakai jalan lainnya.
c. Kondisi dan jumlah alat memadai.
d. Jumlah timbunan sampah > 0,3 m3/ hari.

Arvin (200407031) II-13


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
e. Bagi penghuni yang berlokasi di jalan protokol.

Gambar 2.2 Pola Individual Langsung


Sumber: BSN, 2002

2) Pola individual tidak langsung adalah kegiatan pengambilan sampah dari masing-masing
sumber sampah dibawa ke lokasi pemindahan untuk kemudian diangkut ke tempat
pemrosesan akhir, dengan persyaratan sebagai berikut:
a. Bagi daerah yang partisipasi masyarakatnya pasif, lahan untuk lokasi pemindahan
tersedia.
b. Bagi kondisi topografi relatif datar (rata-rata < 5%) dapat menggunakan alat pengumpul
non-mesin (gerobak/becak).
c. Alat pengumpul masih dapat menjangkau secara langsung.
d. Kondisi lebar gang dapat dilalui alat pengumpul tanpa mengganggu pemakai jalan
lainnya.
e. Harus ada organisasi pengumpulan sampah

Gambar 2.3 Pola Individual Tidak Langsung


Sumber: BSN, 2002

3) Pola komunal langsung dengan persyaratan sebagai berikut:


a. Bila alat angkut terbatas.
b. Bila kemampuan pengendalian personil dan peralatan relatif rendah.
c. Alat pengumpul sulit menjangkau sumber-surnber sampah individual (kondisi daerah
berbukit, gang /jalan sempit).
d. Peran serta masyarakat tinggi.
e. Wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan lokasi yang mudah dijangkau
oleh alat pengangkut (truk).

Arvin (200407031) II-14


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
f. Untuk permukiman tidak teratur.

Gambar 2.4 Pola Komunal Langsung


Sumber: BSN, 2002

4) Pola komunal tidak langsung dengan persyaratan berikut:


a. Peran serta masyarakat tinggi.
b. Wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan lokasi yang mudah dijangkau
alat pengumpul.
c. Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia.
d. Bagai kondisi topografi relatif datar (rata-rata <5%), dapat mengunakan alat. Pengumpul
non mesin (gerobak/becak) bagi kondisi topografi >5% dapat menggunakan cara lain seperti
pikulan, kontainer kecil beroda, dan karung.
e. Lebar jalan/gang dapat dilalui alat pengumpul tanpa mengganggu pemakai jalan lainnya.
f. Harus ada organisasi pengelola pengumpulan sampah.

Gambar 2.5 Pola komunal tidak langsung


Sumber : BSN, 2002

Arvin (200407031) II-15


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
5) Pola penyapuan jalan adalah kegiatan pengumpulan sampah hasil penyapuan jalan,
khususnya untuk jalan protokol, lapangan parkir, lapangan rumput dan Iain-lain. Hasil
penyapuan diangkut ke lokasi pemindahan untuk kemudian diangkut ke TPA, penanganan
dilakukan berbeda untuk setiap daerah sesuai fungsi daerah yang dilayani.

Gambar 2.6 Pola Penyapuan Jalan


Sumber: BSN, 2002

Keterangan untuk Gambar 2.2 sampai Gambar 2.6:


Sumber timbulan sampah pewadahan individual.
Pewadahan Komunal.
Lokasi Pemindahan.
Gerakan alatpengangkut.
Gerakan alat pengumpul.
Gerakan penduduk ke arah komunal.

2.3.1.4 Sistem Transfer dan Transportasi


Berdasarkan SNI 192454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah
Perkotaan dijelaskan beberapa syarat alat pengangkut, yaitu:
1. Alat pengangkut sampah harus dilengkapi dengan penutup sampah.
2. Tinggi bak maksimum 1,6 m.
3. Sebaiknya ada alat ungkit.
4. Kapasitas disesuaikan dengan kelas jalan yang akan dilalui.
5. Bak truk/dasar kontainer sebaiknya dilengkapi dengan pengaman air sampah.

Pengangkutan sampah dengai sistem pengumpulan individual langsung (door to door) atau
dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Truk pengangkut sampah dari pool menuju titik sumber sampah pertama untuk mengambil
sampah.

Arvin (200407031) II-16


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
b. Selanjutnya mengambil sampah pada titik-titik sumber sampah berikutnya sampai truk
penuh sesuai dengan kapasitasnya.
c. Selanjutnya diangkut ke TPA sampah.
d. Setelah pengosongan di TPA, truk menuju ke lokasi surnber sampah berikutnya, sampai
terpenuhi ritasi yang telah ditetapkan.

Pengumpulan sampah melalui sistem pemindahan di transfer depo type I dan II dengan pola
pengangkutan sebagai berikut:
a. Kendaraan pengangkut sampah keluar dari pool langsung menuju lokasi pemindahan di
transfer depo untuk mengangkut sampah ke TPA.
b. Dari TPA kendaraan tersebut kembali ke transfer depo untuk pengambilan pada rit.
c. berikutnya untuk pengumpulan sampah dengan sistem kontainer (transfer tipe III), pola
pengangkutan adalah sebagai berikut.

Gambar 2.1 Pola Pengumpulan Sampah

2.3.1.5 Sistem Pengolahan Sampah


Berdasarkan UU Nomor 18 tahun 2008 tentang pengolahan sampah, pengelolaan sampah
adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan dari pihak pengelola
dalam mengurangi dan menangani sampah yang dibuang. Berdasarkan undang-undang ini pula
diketahui bahwa sampah yang dikelola adalah sampah yang digolongkan ke dalam tiga
golongan yaitu: sampah rumah tangga, sampah sejenis rumah tangga maupun sampah spesifik.

Menurut SNI 19-2452-2002 Tentang Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan
dapat berupa:
1. Pengomposan:
a. Berdasarkan kapasitas (individual, komunal, skala lingkungan).
b. Berdasarkan proses (alami, biologis dengan cacing, biologis dengan mikro organisme
tambahan).
2. Insinerasi yang berwawasan lingkungan.
3. Daur ulang:

Arvin (200407031) II-17


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
a. Sampah anorganik disesuaikan dengan jenis sampah.
b. Menggunakan kembali sampah organik sebagai makanan ternak.
4. Pengurangan volume sampah dengan pencacahan atau pemadatan.
5. Biogasifikasi (pemanfaatan energi hasil pengolahan sampah).
6. Pembuangan akhir persyaratan umum dan teknis lokasi pembuangan akhir sampah sesuai
dengan SNI 03- 3241-1994 mengenai Tata Cara Pemilihan lokasi TPA.

2.3.1.5.1 Open Dumping


Open Dumping merupakan cara yang dilakukan dengan sistem yang sangat sederhana dengan
membuang sampah pada legokan atau cekungan tanpa menggunakan tanah sebagai penutup
sampah. Pemerintah sendiri telah mengeluarkan UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah yang mengatur tentang pengelolaan sampah terkait dengan perubahan paradigma
pengelolaan sampah, pembagian kewenangan dan penyelenggaraannya. Undang-Undang ini
mengamanatkan bahwa seluruh pemerintah kota dan kabupaten yang masih menggunakan TPA
cara open dumping harus merencanakan penutupannya paling lama setahun sejak
diberlakukannya UU tersebut dan harus menutup TPA jenis tersebut serta menggantinya
dengan landfill yang lebih baik, yaitu yang dikenal sebagai sanitary landfill paling lama sejak
berlakunya UU tersebut diundangkan (Izharsyah, 2020).

2.3.1.5.2 Sanitary Landfill


Sanitary Landfill merupakan sistem pembuangan sampah yang dilakukan dengan cara sampah
ditimbun di TPA sampah tersebut sudah di filter secara teknis menurut jenis sampahnya. Dalam
sistem ini penggunaan alat berat sangat dibutuhkan seperti bulldozer maupun track loader
untuk memdatkan sampah tersebut kemudian ditutup dengan tanah sebagai lapisan penutup
setiap hari pada setiap akhir kegiatan. Maka dengan beralihnya ke sistem sanitary landfill para
pemulung tidak dapat menjajaki sampah pada tahap pewadahan di lingkungan warga. Karena
sistem sanitary landfill langsung menggunakan alat berat ketika sampah datang dari TPA dan
langsung dipadatkan untuk tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Maka kesempatan
pemulung juga hampir tidak ada di TPA dengan sistem sanitary landfill ini. Sistem pengelolaan
sanitary landfill merupakan sistem yang banyak digunakan di Indonesia. Karena, sistem
tersebut dilakukan dengan menumpuk sampah di lokasi cekung, memadatkan dan kemudian
menimbunnya dengan tanah. Sistem zonasi TPA pada pengelolaan sanitary landfill ini harus
jauh dari pemukiman karena untuk menghindari masalah sosial seperti AMDAL dan
pencemaran lainnya (Izharsyah, 2020).

Arvin (200407031) II-18


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)

Gambar 2.9 Sanitary Landfill


Sumber: Izharsyah, 2020

2.3.1.5.3 Biodigester
Biodigester adalah teknologi pengolahan dengan penambahan mikroorganisme sebagai starter
agar mempercepat proses dekomposisi material organik tanpa udara. Darinya terbentuk biogas
dan senyawa-senyawa lain yang dihasilkan melalui pembusukan anaerob. Biogas tersebut dapat
digunakan untuk bahan bakar memasak, memanaskan, pembangkit listrik, juga menjalankan
mesin. Dengan kebermanfaatan tersebut, biodigester kini menjadi salah satu alternatif terbaik
untuk memanfaatkan dan mengurangi jumlah sampah. Sebuah solusi yang tidak hanya
mengurangi sampah tapi juga menghasilkan green energy yang bisa digunakan oleh
masyarakat. Biodigester dapat menghasilkan gas dan pupuk cair organik serta mengurangi
timbulan sampah.

Biodigester merupakan teknologi pengolahan dengan penambahan mikroorganisme sebagai


starter agar mempercepat proses dekomposisi material organik tanpa udara. Darinya terbentuk
biogas dan senyawa-senyawa lain yang dihasilkan melalui pembusukan anaerob. Biogas
tersebut dapat digunakan untuk bahan bakar memasak, memanaskan, pembangkit listrik, juga
menjalankan mesin. Dengan kebermanfaatan tersebut, biodigester kini menjadi salah satu
alternatif terbaik untuk memanfaatkan dan mengurangi jumlah sampah. Sebuah solusi yang
tidak hanya mengurangi sampah tapi juga menghasilkan green energy yang bisa digunakan oleh
masyarakat. Biodigester dapat menghasilkan gas dan pupuk cair organik serta mengurangi
timbulan sampah (Amandasari dkk, 2016).

2.3.1.5.4 Insenerasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia nomor 03/PRT/M/2013,
teknologi pengolahan sampah meliputi teknologi pengolahan secara fisik, teknologi pengolahan
secara kimia, teknologi pengolahan secara biologi, teknologi pengolahan secara termal dan
teknologi pengolahan lain yang dapat menghasilkan bahan bakar. Dari sekian jenis teknologi

Arvin (200407031) II-19


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
tersebut, teknologi termal khususnya teknologi insinerasi merupakan teknologi proven untuk
mengolah sampah campuran. Sudah banyak negara maju yang menggunakan teknologi
insinerasi untuk mengolah sampah kota mereka. Selain volume sampah bisa berkurang, energi
yang dihasilkan pun bisa dimanfaatkan (Yuliani, 2016).

Menurut Yuliani (2016), pada proses insinerasi, pasokan bahan bakar sampah baik dari segi
kualitas maupun kuantitas harus diperhatikan. Tidak semua sampah bisa menjadi bahan bakar
proses insinerasi. Ada persyaratan yang berkaitan dengan sampah sebagai bahan bakar
insinerasi yang harus dipenuhi agar proses pembakaran dapat berjalan dengan baik. Persyaratan
tersebut antara lain:

1) Bahan bakar sampah minimal harus memiliki nalai kalori sebesar 7 MJ/ kg. Jika nilai kalori
dari sampah kurang dari nilai kalori yang disyaratkan, maka diperlukan pre-treatment atau
bahan bakar tambahan agar nilai kalori meningkat dan proses insinerasi bisa berlanjut.

2) Pasokan yang stabil untuk proses insinerasi sampah adalah minimal 50.000 ton/ tahun.

Setiap teknologi pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan teknologi
insinerasi. Kelebihan dari teknologi insinerasi antara lain:

a) Mengurangi volume sampah hingga 90 %.

b) Adanya energy recovery.

c) Jika dikelola dengan baik, polusi udara yang dilepaskan akan rendah.

d) Membutuhkan lahan minimal.

Sedangkan kelemahan dari insinerator meliputi:

a) Menghasilkan limbah berbahaya (residu APC) yang membutuhkan pembuangan yang aman.

b) Menghasilkan terak.

c) Menghasilkan gas buang dengan volume besar.

d) Investasi dan biaya operasi yang tinggi

e) Biaya pemeliharaan tinggi.

f) Membutuhkan staf ahli.

f) Membutuhkan komposisi yang cocok untuk autocombustion.

Arvin (200407031) II-20


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
2.3.1.6 Sistem Pemprosesan Akhir
Dalam Pasal 22 UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah telah disebutkan bahwa
TPA di seluruh Indonesia sebaiknya melakukan:

a. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis,
jumlah dan/atau sifat sampah.

b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke
tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu.

c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat
penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke
tempat pemrosesan akhir.

d. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah.

e. Pemprosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil
pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

2.3.2 Aspek Pengaturan/ Legalitas

2.3.2.1 Hirarki dan Payung Hukum Sistem Persampahan Indonesia


Menurut BPSDM (2018), hirarki pengelolaan sampah memberikan kerangka kerja untuk
mengevaluasi pilihan terhadap strategi pengelolaan sampah. Hirarki sampah merujuk pada 3R,
yaitu Reuse, Reduce, dan Recycle yang mengklasifikasikan strategi manajemen sampah
menurut apa yang sesuai. Urutan hirarki sampah dari yang tertinggi ke yang terbawah yaitu
pencegahan, pengurangan sampah, penggunaan kembali, daur ulang, penghematan energi, dan
pembuangan.

Hirarki sampah telah memiiki beberapa konsep sejak beberapa dekade lalu, namun konsep
awal, yaitu strategi pengurangan sampah, telah lama berada di dekat ujung piramida hirarki.
Tujuan utama hirarki sampah adalah untuk memanfaatkan produk sebesar-besarnya dan
menghasilkan sampah yang sesedikit mungkin, karena pencegahan sampah adalah titik tertinggi
dari piramida hierarki sampah. Beberapa ahli manajemen sampah megkonsepkan 4R dengan
menambah satu R, diantaranya adalah:
1. Reduce (Mengurangi)
Sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin
banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
2. Reuse (Memakai kembali)

Arvin (200407031) II-21


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian
barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu
pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah. Daur ulang sampah melalui pemisahan dan
pengelompokan sampah, persiapan sampah untuk diguna ulang, diproses ulang, dan
dipabrikasi ulang; penggunaan, pemrosesan dan fabrikasi sampah.
3. Recycle (Mendaur ulang)
Sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak
semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan
industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
4. Recovery (Mengganti)
Teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang barang yang hanya bisa dipakai
sekali dengan barang yang lebih tahan lama dan lebih ramah lingkungan, Misalnya, ganti
kantong keresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam
karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami

Gambar 2.10 Hirarki Pengelolaan Sampah


Sumber: BPSDM, 2018

Setiap lapisan pada Gambar 2.10 mengilustrasikan pilihan pengelolaan sampah yang dapat
meminimisasi biaya, dampak sosial dan lingkungan. Empat lapisan teratas merupakan langkah-
langkah yang dimaksudkan untuk menghindari sampah ke tempat pembuangan akhir. Pada
hirarki pengelolaan sampah, lapisan teratas merupakan lapisan prioritas yang perlu dilakukan
dan semakin turun ke lapisan bawah merupakan lapisan opsi yang semakin dihindari.

Menurut Hendra (2016), aspek pengaturan didasarkan atas kenyataan bahwa Indonesia adalah
negara hukum, di mana sendi-sendi kehidupan bertumpu pada hukum yang berlaku.
Manajemen persampahan kota di Indonesia membutuhkan kekuatan dan dasar hukum, seperti
dalam pembentukan organisasi, pemungutan retribusi, ketertiban masyarakat, dan sebagainya.
Peraturan yang diperlukan dalam penyelenggaraan sistem pengelolaan sampah di perkotaan
antara lain adalah yang mengatur tentang:

Arvin (200407031) II-22


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
a. Ketertiban umum yang terkait dengan penanganan sampah.

b. Rencana induk pengelolaan sampah kota.

c. Bentuk lembaga dan organisasi pengelola.

d. Tata-cara penyelenggaraan pengelolaan.

e. Besaran tarif jasa pelayanan atau retribusi.

f. Kerjasama dengan berbagai pihak terkait, diantaranya kerjasama antar daerah, atau
kerjasama dengan pihak swasta.

Pengelolaan sampah saat ini menjadi permasalahan yang cukup pelik. Jika tidak dilakukan
dengan penanganan yang baik, dikhawatirkan mengganggu keseimbangan yang menimbulkan
kerugian danakan mencemari lingkungan, baik terhadap tanah, air, maupun udara.
Dasar Hukum:

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi

3. Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

4. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 tentang
Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse dan Recycle melalui Bank Sampah.

5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2011 Nomor 1
Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adipura.

2.3.3 Aspek Pembiayaan


Sesuai dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 bahwa perimbangan keuangan pusat dan daerah
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi fiskal mengandung pengertian bahwa kepada daerah
diberikan kewenangan untuk memanfaatkan sumber keuangan sendiri dan didukung dengan
perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. PAD salah satu komponen sumber penerimaan
keuangan daerah, disamping penerimaan lainnya yang berupa bagi hasil pajak dan bukan pajak,
sumbangan dan bantuan dari penerimaan dari pemerintah diatasnya, serta pinjaman daerah.
Praktek pengelolaan sampah yang efektif dan berkelanjutan terdiri dari 10-50% dari anggaran
pemerintah daerah/kota, tergantung pada sumber pendapatan dari pemerintah daerah/kota
tersebut. Dalam sebuah kabupaten/kota dengan daerah perkotaan yang lebih kecil dan sebagian
besar penduduk berada di pedesaan dengan daerah pedesaan yang besar perubahan persentase
anggaran cukup signifikan. Namun, untuk efektivitas, diasumsikan bahwa anggaran untuk

Arvin (200407031) II-23


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
pengelolaan sampah berkisar di antara 5-15% . Hal ini terlihat dari berbagai kabupaten di
Indonesia yang sebagian besar dari anggaran habis untuk gaji dan upah karyawan dan buruh
yang terlibat dan sisanya untuk kegiatan operasional dengan sedikit investasi modal yang
umumnya didukung dari luar. Persoalan yang bisa saja terjadi menyangkut pengelolaan sampah
terkait pembiayaan adalah:

1. Biaya operasional pengelolaan sampah yang belum mencukupi.

2. Pemasukan kas daerah dari retribusi masih belum optimal.

3. Sumber pembiayaan dari pihak ketiga, seperti CSR, masih.

4. Belum optimal dan berkelanjutan.

Retribusi Pelayanan Persampahan Kebersihan termasuk golongan retribusi jasa umum. Tingkat
Penggunaan Jasa Persampahan/Kebersihan diukur berdasarkan luas bangunan, volume sampah
yang dilayani serta kemudahan pelayanan. Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi
dimasukkan untuk biaya pengumpulan, pengangkutan, penampungan, pemusnahan/pengolahan
sampah, biaya penyediaan lokasi tempat penampungan akhir dan biaya administrasi yang
mendukung penyediaan jasa (Lubis, 2013).

Menurut SNI 3242:2008 tentang pengelolaan sampah di permukiman, aspek pembiayaan terdiri
dari:

1. Program dan Pengembangan Pembiayaan, terdiri dari:

a. Peningkatan kapasitas pembiayaan.

b. Pengelolaan keuangan.

c. Tarif iuran sampah.

d. Melaksanakan kesepakatan masyarakat dan pengelola serta konsultasi masaalah prioritas


pendanaan persampahan untuk mendapatkan dukungan komitmen Bupati/Walikota.

2. Sumber Biaya berasal dari:

a. Pembiayaan pengelolaan sampah dari sumber sampah di pemukiman sampai dengan TPS
bersumber dari iuran warga.

b. Pembiayaan pengelolaan dari TPS ke TPA bersumber dari retribusi/jasa pelayanan


berdasarkan Peraturan Daerah/Keputusan Kepala Daerah.

3. Jenis Pembiayaan terdiri dari:

a. Biaya investasi dan depresasi.

Arvin (200407031) II-24


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
b. Total biaya operasional dan pemeliharaan sampah yang berasal dari depresiasi ditambah
dengan biaya operasional dan pemeliharaan.

Menurut SNI-T-12-1991-03 tentang Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan, biaya


pengelolaan sampah dihitung berdasarkan biaya operasional dan pemeliharaan serta pergantian
peralatan. Perbandingan biaya pengelolaan dari biaya total pengelolaan sampah sebagai berikut:

1. Biaya pengumpulan 20%-40%

2. Biaya pengangkutan 40%-60%

3. Biaya pembuangan akhir 10%-30%

2.3.4 Aspek Institusi

2.3.4.1 Kelembagaan yang Berwenang


Menurut SNI Nomor 19-2454-2002 menyatakan bahwa standar jumlah personil dalam
mengumpulkan sampah adalah 1 orang untuk melakukan pelayanan sampah terhadap 1.000
jiwa penduduk. Sehingga idealnya jumlah pengumpul sampah harus disesuaikan dengan jumlah
penduduk dari sebuah daerah. Lebih lanjut, dari berbagai tipe kota di Indonesia, bentuk
kelembagaan yang mungkin dibentuk antara lain:
Tabel 2.2 Bentuk Kelembagaan Pengelolaan Persampahan
No. Kategori Kota Jumlah Penduduk (jiwa) Bentuk Kelembagaan
1. Kota Raya >1.000.000 Perusahaan Daerah
(metropolitan) Dinas Tersendiri
Besar 500.000-1.000.000
2. Kota Sedang 250.000-500.000 Dinas Tersendiri
3. Kota Sedang II 100.000-250.000 Dinas/Sudin,UPTD/PU,
Seksi/PU
4. Kota Kecil 20.000-100.000 UPTD/PU
Sumber : SNI T-13-1990
Bentuk lembaga atau instansi pengelola sampah di daerah saat ini masih beragam. Bentuk
lembaga pengelolaan persampahan kota yang dianut di Indonesia selama ini antara lain:
a. Seksi Kebersihan di bawah satu dinas, misal Dinas Pekerjaan Umum terutama apabila
masalah kebersihan kota masih bisa ditanggulangi oleh suatu seksi di bawah dinas tersebut.
b. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) di bawah suatu dinas, misalnya Dinas Pekerjaan
Umum terutama apabila dalam struktur organisasi belum ada seksi khusus di bawah dinas
yang mengelola kebersihan sehingga lebih memberikan tekanan pada masalah operasional,
dan lebih mempunyai otonomi daripada seksi.

Arvin (200407031) II-25


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
c. Dinas Kebersihan, merupakan SKPD yang akan memberikan percepatan dan pelayanan pada
masyarakat dan bersifat nirlaba. Dinas ini dibentuk karena aktivitas dan volume pekerjaan
yang sudah meningkat.
d. Perusahaan Daerah (PD) Kebersihan, merupakan organisasi pengelola yang dibentuk bila
permasalahan di kota tersebut sudah cukup luas dan kompleks. Pada prinsipnya PD
Kebersihan ini tidak lagi disubsidi oleh pemerintah daerah sehingga efektivitas penarikan
retribusi akan lebih menentukan.

2.3.5 Aspek Peran serta Masyarakat


Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah sangat penting. Dilihat dari beberapa lokasi
pemukiman melakukan sebatas pengumpulan sampah dari rumah. Lokasi-lokasi ini adalah
bekas dari pembinaan program pengelolaan sampah oleh UNDP. Selebihnya tidak ada peran
serta masyarakat dalam pengelolaan sampah baik dalam kategori pengumpulan, pemilahan,
pengangkutan maupun penyapu jalan. Pengelolaan sampah ditingkat kelurahan/kecamatan
menunjukkan peran serta masyarakat sangat rendah, ini disebabkan oleh kurangnya
infrastruktur persampahan, kurangnya kesadaran masyarakat. Dalam konteks keterlibatan
masyarakat di dalam pengelolaan sampah, masyarakat menganggap bahwa masalah
pengelolaan kebersihan adalah tanggung jawab pemerintah semata.

2.4 Pemilihan Lokasi TPA


Pemilihan lokasi TPA sampah harus mengikuti persyaratan hukum, ketentuan perundang-
undangan mengenai pengelolaan lingkungan hidup, analisis mengenai dampak lingkungan,
ketertiban umum, kebersihan kota/lingkungan, peraturan daerah tentang pengelolaan sampah
dan perencanaan tata ruang kota serta peraturan-peraturan pelaksanaannya.

Adapun ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi untuk menentukan lokasi TPA ialah sebagai
berikut (SNI 03-3241-1994):
Pemilihan lokasi TPA sampah harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1. TPA sampah tidak boleh berlokasi di danau, sungai, dan laut.

2. Penentuan lokasi TPA disusun berdasarkan 3 tahapan yaitu:

a. Tahap regional yang merupakan tahapan untuk menghasilkan peta yang berisi daerah atau
tempat dalam wilayah tersebut yang terbagi menjadi beberapa zona kelayakan.

b. Tahap penyisih yang merupakan tahapan untuk menghasilkan satu atau dua lokasi terbaik
diantara beberapa lokasi yang dipilih dari zona-zona kelayakan pada tahap regional.

Arvin (200407031) II-26


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
c. Tahap penetapan yang merupakan tahap penentuan lokasi terpilih oleh instansi yang
berwenang.

d. Jika dalam suatu wilayah belum bisa memenuhi tahap regional, pemilihan lokasi TPA
sampah ditentukan berdasarkan skema pemilihan lokasi TPA sampah

Adapun Kriteria untuk penentuan lokasi TPA sampah dibagi menjadi tiga bagian:

1. Kriteria regional, yaitu kriteria yang digunakan untuk menentukan zona layak atau tidak
layak sebagai berikut:

a. Kondisi geologi

1) Tidak berlokasi di zona holocene fault.

2) Tidak boleh di zona bahaya geologi.

b. Kondisi hidrogeologi

1) Tidak boleh mempunyai muka air tanah kurang dari 3 meter.

2) Tidak boleh kelulusan tanah lebih besar dari 10-6 cm/det.

3) Jarak terhadap sumber air minum harus lebih besar dari 100 meter di hilir aliran.

4) Dalam hal tidak ada zona yang memenuffi kriteria-kriteria tersebut diatas, maka harus
diadakan masukan teknologi.

c. Kemiringan zona harus kurang dari 20%.

d. Jarak dari lapangan terbang harus lebih besar dari 3.000 meter untuk penerbangan turbojet
dan harus lebih besar dari 1.500 meter untuk jenis lain.

e. Tidak boleh pada daerah lindung/cagar alam dan daerah banjir dengan periode ulang 25
tahun.

2. Kriteria penyisih, yaitu kriteria yang digunakan untuk memilih lokasi terbaik yaitu terdiri
dari kriteria regional ditambah dengan kriteria berikut:

a. Iklim

1) Hujan intensitas hujan makin kecil dinilai makin baik

2) Angin: arah angin dominan tidak menuju ke pemukiman dinilai makin baik

b. Utilitas: tersedia lebih lengkap dinilai lebih baik

c. Lingkungan biologis:

1) Habitat: kurang bervariasi dinilai makin baik

Arvin (200407031) II-27


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
2) Daya dukung: kurang menunjang kehidupan flora dan fauna, dinilai makin baik

d. Kondisi tanah

1) Produktivitas tanah: tidak produktif dinilai lebih tinggi

2) Kapasitas dan umur: dapat menampung lahan lebih banyak dan lebih lama dinilai lebih
baik

3) Ketersediaan tanah penutup: mempunyai tanah penutup yang cukup dinilai lebih baik

4) Status tanah: makin bervariasi dinilai tidak baik

e. Demografi: kepadatan penduduk lebih rendah dinilai makin baik

f. Batas administrasi: dalam batas administrasi dinilai makin baik

g. Kebisingan: semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baik

h. Bau: semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baik

i. Estetika: semakin tidak terlihat dari luar dinilai makin baik

j. Ekonomi: semakin kecil biaya satuan pengelolaan sampah (m 3/ton) dinilai semakin baik.

3. Kriteria Penetapan, yaitu kriteria yang digunakan oleh instansi yang berwenang untuk
menyetujui dan menetapkan lokasi terpilih sesuai dengan kebijaksanaan Instansi yang
berwenang setempat dan ketentuan yang berlaku. Dalam menentukan lokasi TPA sampah
yang akan dipilih ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi yaitu sebagai berikut:

a. TPA sampah tidak boleh berlokasi di danau, sungai dan laut;

b. Disusun berdasarkan 3 tahapan, yaitu:

1) Tahap regional yang merupakan tahapan untuk menghasilkan peta yang berisi daerah
atau tempat dalam wilayah tersebut yang terbagi menjadi beberapa zona kelayakan;

2) Tahap penyisihan yang merupakan tahapan untuk menghasilkan satu atau dua lokasi
terbaik diantara beberapa lokasi yang dipilih dari zona-zona kelayakan pada tahap
regional;

3) Tahap penetapan yang merupakan tahap penentuan lokasi terpilih oleh instansi yang
berwenang.

Arvin (200407031) II-28


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
BAB III
GAMBARAN UMUM KELURAHAN TANJUNG GUSTA

3.1 Umum
Kelurahan Tanjung Gusta merupakan salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan Medan
Helvetia dengan luas wilayah 2,20 Km2 . Jumlah penduduk per tahun 2020 sebanyak 32.096
jiwa yang terdiri dari 16.669 orang laki-laki dan 15.427 perempuan dengan kepadatan penduduk
14.598 km2. (Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2022)

Kelurahan Tanjung Gusta memiliki batas wilayah sebagai berikut:


Sebelah Utara : Kabupaten Deli Serdang
Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Sunggal
Sebelah Barat : Kecamatan Medan Sunggal
Sebelah Timur : Kecamatan Medan Barat dan Kecamatan Medan Petisah

Peta administratif Kelurahan Tanjung Gusta dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut.

Gambar 3.1 Kondisi Eksisting Kelurahan Tanjung Gusta


Sumber: Google Earth, 2022

3.2 Topografi
Kelurahan Tanjung Gusta memiliki relief permukaan bumi yang relatif datar dan berada pada
ketinggian 18,05 meter diatas permukaan laut. Wilayahnya seluruhnya berupa daratan yang
mempunyai luas 2,20 km2. Secara geografis Kelurahan Tanjung Gusta berbatasan dengan
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)

Kabupaten Deli Serdang di sebelah utara, Kecamatan Medan Sunggal di sebelah selatan,
Kecamatan Medan Sunggal di sebelah barat, serta Kecamatan Medan Barat dan Kecamatan
Medan Petisah di sebelah timur. (Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2022)

3.3 Iklim
Kota Medan mempunyai iklim tropis atau dengan persentase kelembapan udara yang tinggi.
Rata-rata suhu udara tahunan adalah sebesar 31 derajat celsius. Curah hujan tertinggi adalah
pada bulan November dan April dan terendah pada bulan Agustus dan November. Data
mengenai iklim dapat dilihat di table 3.1 di bawah ini:

Tabel 3.1 Tabel Iklim Kelurahan Tanjung Gusta


Jumlah Curah Rata-rata Rata-rata
Bulan Hujan (mm3) Kelembapan SuhuUdara (℃)
Udara (%)
Januari 163 84 26,9
Februari 105 82 27,3
Maret 96 78 27,8
April 282 87 28
Mei 163 81 28,2
Juni 323 83 27,6
Juli 74 78 27,8
Agustus 43 76 28
September 55 77 27,5
Oktober 208 84 27
November 316 86 26,9
Desember 178 89 26,6

3.4 Aspek Sosial, Ekonomi, Budaya, dan Kependudukan


3.4.1 Tata Guna Lahan
Kelurahan Tanjung Gusta dengan luas 2,20 km2 ini sebagian besar kawasannya diperuntukan
untuk lahan kosong. Berikutnya setelah lahan kosong adalah untuk permukiman, bangunan
sekolah ,ibadah, kemudian diikuti sarana perdagangan dan kesehatan. Adapun data mengenai
tata guna lahan dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini.

Arvin (200407031) III-2


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)

Tabel 3.2 Tata Guna Lahan Kelurahan Tanjung Gusta


No. Tata Guna Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
1. Permukiman 56,92 27,23
2. Bangunan Sekolah 9,00 10,86
3. Sarana Perdagangan 22,70 4,31
4. Sarana Kesehatan 1,10 0,53
5. Sarana Ibadah 7,56 3,62
6. Lahan Kosong 122,72 55,78
Jumlah 220 100%
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2021

3.4.2 Kependudukan
3.4.2.1 Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kelurahan Tanjung Gusta tahun 2020 adalah 32.096 dengan jumlah
penduduk berjenis kelamin laki-laki sebanyak 16.669 dan penduduk berjenis kelamin
perempuan adalah 15.427, dengan 6.149 banyaknya rumah tangga. Berikut ini tabel 3.3 Jumlah
Penduduk di Kelurahan Tanjung Gusta:

Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Kelurahan Tanjung Gusta Tahun 2011-2020


Jumlah Penduduk
Jumlah Banyak Rata-Rata Kepadatan Luas
Berdasarkan Jenis
Tahun Penduduk Rumah Per Rumah Penduduk Wilayah
Kelamin
(Jiwa) Tangga Tangga Per km2 (km2)
Lk Pr
2011 29.336 15.281 14.055 5.867 5 13.335 2,20
2012 29.402 15.295 14.107 5.880 5 13.365 2,20
2013 29.576 15.375 14.201 5.915 5 13.444 2,20
2014 30.285 15.886 14.399 6.057 5 13.766 2,20
2015 30.470 15.990 14.480 6.094 5 13.850 2,20
2016 30.644 16.081 14.563 6.128 5 13.850 2,20
2017 30.891 16.212 14.679 6.178 5 14.04 2,20
2018 30.906 16.444 14.989 6.181 5 14.048 2,20
2019 31.433 16.073 15.360 6.286 5 14.288 2,20
2020 32.096 16.669 15.427 6.419 5 14.589 2,20
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2021

3.5 Sarana dan Prasarana


3.5.1 Sarana Pendidikan
Kelurahan Tanjung Gusta memiliki sarana pendidikan berupa gedung sekolah yang permanen.
Sekolah yang terdapat pada kelurahan ini sebagian besar berstatus negeri dan Sebagian yang
lain dikelola oleh swasta. Tingkatan sekolah yang ada mulai dari tingkat TK sampai SMA
beserta jumlahnya dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut ini.

Arvin (200407031) III-3


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)

Tabel 3.4 Sarana Pendidikan Kelurahan Tanjung Gusta Tahun 2011-2020


Tahun PAUD/TK SD SMP SMA
2011 3 3 7 5
2012 3 3 7 5
2013 3 3 9 6
2014 3 3 9 6
2015 3 3 9 6
2016 3 3 9 6
2017 5 3 9 7
2018 5 3 9 7
2019 5 4 10 7
2020 5 4 10 7
Sumber: Badan Pusat Staitistik Kota Medan, 2021

3.5.2 Sarana Kesehatan


Pelayanan Kesehatan di Kelurahan Tanjung Gusta menyediakan 5 posyandu, 1 puskesmas, 4
praktek dokter, dan 6 praktek bidan. Adapun jumlah sarana Kesehatan pada Kelurahan Tanjung
Gusta dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut ini.

Tabel 3.5 Sarana Kesehatan Kelurahan Tanjung Gusta Tahun 2011-2020


Tahun Puskesmas Posyandu Praktek Dokter Praktek Bidan
2011 1 5 4 1
2012 1 5 4 1
2013 1 5 4 1
2014 1 5 4 1
2015 1 5 4 1
2016 1 5 4 1
2017 1 5 4 1
2018 1 5 4 1
2019 1 5 4 3
2020 1 5 4 6
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2021

3.5.3 Sarana Peribadatan


Tempat ibadah di Kelurahan Tanjung Gusta di dominasi oleh Masjid, hal itu sesuai dengan
yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Berikut Tabel 3.6 Sarana Ibadah di Kelurahan
Tanjung Gusta.

Tabel 3.6 Sarana Ibadah Kelurahan Tanjung Gusta Tahun 2011-2020


Tahun Masjid Langgar/Mushola Gereja Vihara Kuil/Pura
2011 8 3 7 8 3

Arvin (200407031) III-4


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)

Tahun Masjid Langgar/Mushola Gereja Vihara Kuil/Pura


2012 8 3 7 8 3
2013 8 3 7 8 3
2014 8 3 7 8 3
2015 9 5 7 9 5
2016 9 5 7 9 5
2017 11 5 7 11 5
2018 13 8 7 13 8
2019 13 9 7 13 9
2020 13 9 7 13 9
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2022

3.5.4 Sarana Perdagangan


Sarana perdagangan pada Kelurahan Tanjung Gusta ini terdiri dari toko milik warga setempat,
kios, warung toko serba ada. Karena Sebagian mata pencaharian masyarakat Kelurahan
Tanjung Gusta adalah berjualan atau dari warung dan tokonya. Berikut data sarana perdagangan
di Kelurahan Tanjung Gusta dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut ini.

Tabel 3.7 Sarana Perdagangan Kelurahan Tanjung Gusta Tahun 2011-2020


Door Smeer
Warung Bengkel
Tahu Rumah Industri Bengkel Mobil/
Makan/ Pertokoan Sepeda
n Makan Kecil Mobil Sepeda
Minum Motor
Motor
2011 1 65 4 2 10 8 0
2012 2 65 4 2 10 8 14
2013 3 91 4 2 10 12 14
2014 3 91 18 2 14 12 19
2015 3 92 18 2 14 12 19
2016 3 92 18 2 14 12 19
2017 5 92 18 2 14 12 19
2018 28 95 18 4 14 12 22
2019 28 95 18 4 16 14 22
2020 28 110 20 16 16 14 22
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2021

Arvin (200407031) III-5


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
TUGAS BESAR

®
KABUPATEN DELI SERDANG
PERSAMPAHAN
LEGENDA

SUNGAI
JALAN
BATAS WILAYAH

KECAMATAN MEDAN HELVETIA


KECAMATAN MEDAN BARAT

KANTOR LURAH

TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

JUDUL GAMBAR

PETA ADMINISTRASI
KELURAHAN TANJUNG GUSTA
NAMA & NIM

ARVIN (200407031)
KELURAHAN CINTA DAMAI GABRIELLA SYALOMITHA S.S (200407062)
ASISTEN
AINI NURUL ARSYA
DOSEN MATA KULIAH
PETA ADMINISTRASI KELURAHAN TANJUNG GUSTA Dr. Eng. HAFIZHUL KHAIR AM., S.T., MT
RONALD LEONARDO SIREGAR., S.T., M.T
SKALA 1 : 15.000
NOMOR GAMBAR SKALA
3.1 1 : 15.000
TUGAS BESAR

®
KABUPATEN DELI SERDANG
PERSAMPAHAN
LEGENDA

BLOK I
BLOK II
BLOK III

KECAMATAN MEDAN HELVETIA


KECAMATAN MEDAN BARAT

BLOK I

TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
BLOK II BLOK III
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

JUDUL GAMBAR
PETA BLOK
KELURAHAN TANJUNG GUSTA
NAMA & NIM

ARVIN (200407031)
KELURAHAN CINTA DAMAI GABRIELLA SYALOMITHA S.S (200407062)
ASISTEN
AINI NURUL ARSYA
DOSEN MATA KULIAH
PETA BLOK KELURAHAN TANJUNG GUSTA Dr. Eng. HAFIZHUL KHAIR AM., S.T., MT
RONALD LEONARDO SIREGAR., S.T., M.T
SKALA 1 : 15.000
NOMOR GAMBAR SKALA
3.2 1 : 15.000
TUGAS BESAR

®
KABUPATEN DELI SERDANG
PERSAMPAHAN
LEGENDA

^ SARANA IBADAH
SARANA PENDIDIKAN

SUNGAI
^

KECAMATAN MEDAN HELVETIA


KECAMATAN MEDAN BARAT

JALAN
BATAS WILAYAH
PEMUKIMAN
^ LAHAN KOSONG

^ ^
^
^
^ TEKNIK LINGKUNGAN
^ FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
^
^ ^ ^ JUDUL GAMBAR
^
^
PETA TATA GUNA LAHAN
KELURAHAN TANJUNG GUSTA
NAMA & NIM

ARVIN (200407031)
KELURAHAN CINTA DAMAI GABRIELLA SYALOMITHA S.S (200407062)
ASISTEN
AINI NURUL ARSYA
DOSEN MATA KULIAH
PETA TATA GUNA LAHAN KELURAHAN TANJUNG GUSTA Dr. Eng. HAFIZHUL KHAIR AM., S.T., MT
RONALD LEONARDO SIREGAR., S.T., M.T
SKALA 1 : 15.000 NOMOR GAMBAR SKALA
3.3 1 : 15.000
BAB IV
KONDISI EKSISTING PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

4.1 Umum
Kelurahan Tanjung Gusta merupakan salah satu dari wilayah di Kecamatan Medan Helvetia
yang pengelolaan persampahannya dilayani oleh Dinas Kebersihan Kota Medan dan swadaya
masyarakat. Sampah di kelurahan ini berasal dari berbagai sumber, seperti pemukiman/
domestik, komersil, dan institusi. Sampah-sampah dari sumber domestik, komersil, dan
beberapa institusi dimasukkan ke dalam tempat sampah yaitu wadah sampah yang
menampung sampah langsung di sumbernya. Pengumpulan dilakukan secara door to door.
Dimana dari rumah ke rumah sampah diangkut dari wadahnya dengan gerobak pengangkut
sampah atau sejenisnya untuk terlebih dahulu dibawa ke lokasi pemindahan sementara
kemudian diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Pengumpulan dilakukan oleh
petugas kebersihan dari masing-masing titik wadah komunal kemudian dimuat ke kendaraan
langsung dibawa ke TPA. Sampah tersebut kemudian dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) dengan menggunakan truk pengangkut.

4.2 Periode Desain


Periode perencanaan suatu sistem pengelolaan persampahan dianjurkan untuk di
sinkronisasikan dengan horison dan tahapan perencanaan induk kota dengan jangkauan ideal
sekitar 10 tahun. Perencanaan tersebut harus dibagi dalam beberapa tahapan, yaitu Tahapan
Jangka Pendek, Tahapan Jangka Menengah dan Tahapan Jangka Panjang. Hal ini bertujuan
mendapatkan jaminan pengelolaan serta pembangunan yang ekonomis. Sebaliknya periode
perencanaan yang lebih besar dari 10 tahun, akan kurang akurat terutama untuk daerah-daerah
yang tingkat pertumbuhannya pesat. Maka dari itu, dalam perencanaan sistem pengelolaan
persampahan di Kelurahan Tanjung Gusta akan diproyeksikan hinga 10 tahun kedepan.

4.3 Proyeksi Penduduk


Proyeksi penduduk adalah perhitungan kondisi masa depan yang mungkin terjadi dengan
menggunakan beberapa asumsi, seperti bila angka kelahiran, kematian, dan migrasi saat ini
tidak berubah. Terdapat empat metode proyeksi, yaitu metode aritmatika, geometri,
eksponensial, dan logaritma.
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
4.3.1 Metode Aritmatika
Metode ini didasarkan pada angka kenaikan penduduk rata-rata setiap tahunnya. Metode ini digunakan jika data berkala menunjukkan jumlah
penambahan yang relatif sama setiap tahunnya. Hasil perhitungan metode aritmatika dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Proyeksi Penduduk Kelurahan Tanjung Gusta dengan Metode Aritmatika

Penduduk Yrata-
Xi Tahun Xi2 Xi.Yi Y' (Yi - Y') (Yi -Y' )2 (Yi-Yrata) (Yi-Yrata)2 SD R
(Yi) rata

1 2011 29.336 1 29336 29203 132,98 17684,16 -1167,90 1363990,41


2 2012 29.402 4 58804 29492 -90,10 8118,56 -1101,90 1214183,61
3 2013 29.576 9 88728 29781 -205,19 42102,07 -927,90 860998,41
4 2014 30.285 16 121140 30070 214,73 46107,80 -218,90 47917,21
5 2015 30.470 25 152350 30359 110,64 12241,75 -33,90 1149,21
6 2016 30.644 30503,9 36 183864 30648 -4,44 19,74 140,10 19628,01 189,41 0,97738
7 2017 30.891 49 216237 30938 -46,53 2164,79 387,10 149846,41
8 2018 30.906 64 247248 31227 -320,61 102792,13 402,10 161684,41
9 2019 31.433 81 282897 31516 -82,70 6838,79 929,10 863226,81
10 2020 32.096 100 320960 31805 291,22 84808,03 1592,10 2534782,41
55 305039 385 1701564 305039 0,00 322877,81 0,00 7217406,9
Sumber: Perhitungan, 2022

a = 28914
b = 289,08
Y = 53122 + 604,10 . Xi

Arvin (200407031) IV-2


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
Grafik untuk metode proyeksi penduduk dengan metode aritmatika dapat dilihat pada grafik 4.1 sebagai berikut.

Metode Aritmatika
36000

35000

34000

33000

32000
R² = 0,9942
31000

30000 Hasil Proyeksi

29000 Linear (Hasil Proyeksi)

28000

27000

26000
2017
2011

2012

2013

2014

2015

2016

2018

2019

2020

2021

2022

2023

2024

2025

2026

2027

2028

2029

2030
Grafik 4.1 Grafik Metode Aritmatika Kelurahan Tanjung Gusta
Sumber: Hasil perhitungan, 2022

Arvin (200407031) IV-3


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
4.3.2 Metode Geometri
Proyeksi dengan metode ini menganggap bahwa perkembangan penduduk secara otomatis berganda. Untuk lebih jelasnya perhitungan penduduk
di Kelurahan Tanjung Gusta dengan menggunakan metode geometri dapat dilihat pada Tabel 4.2

Tabel 4.2 Proyeksi Penduduk Kelurahan Tanjung Gusta dengan Metode Geometri
Penduduk ln Xi
Xi Tahun ln Xi ln Xi2 ln Yi Y' (Yi - Y') (Yi - Y')2 Yi rata-rata Yi-Yrata (Yi-Yrata)2 SD R
(Yi) ln Yi
1 2011 29.336 0,000 0,000 10,287 0,00 28846 490,01 240109,92 -1167,90 1363990,41
2 2012 29.402 0,693 0,480 10,289 7,13 29590 -188,07 35368,81 -1101,90 1214183,61
3 2013 29.576 1,099 1,207 10,295 11,31 30034 -458,19 209936,76 -927,90 860998,41
4 2014 30.285 1,386 1,922 10,318 14,30 30353 -68,34 4669,72 -218,90 47917,21
5 2015 30.470 1,609 2,590 10,324 16,62 30603 -133,22 17747,13 30504 -33,90 1149,21
6 2016 30.644 1,792 3,210 10,330 18,51 30809 -164,91 27196,62 140,10 19628,01 352,38 0,91932
7 2017 30.891 1,946 3,787 10,338 20,12 30984 -92,91 8631,41 387,10 149846,41
8 2018 30.906 2,079 4,324 10,339 21,50 31136 -230,29 53034,89 402,10 161684,41
9 2019 31.433 2,197 4,828 10,356 22,75 31271 161,67 26137,03 929,10 863226,81
10 2020 32.096 2,303 5,302 10,376 23,89 31393 703,38 494740,92 1592,10 2534782,41
55 305039 15,10 27,65 103,25 156,13 305020 19,14 1117573,22 0,00 7217406,9
Sumber: Hasil perhitungan, 2022

a = 10,270
b = 0,0367
Y = 10,878.(X)0,0417

Arvin (200407031) IV-4


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
Grafik untuk metode proyeksi penduduk dengan metode geometri dapat dilihat pada grafik 4.2 sebagai berikut.

Metoda Geometri
33000

32000

31000

R² = 0,9341

30000

Hasil Proyeksi
29000
Power (Hasil Proyeksi)

28000

27000
2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019

2020

2021

2022

2023

2024

2025

2026

2027

2028

2029

2030
Grafik 4.2 Grafik Metode Geometri Kelurahan Tanjung Gusta
Sumber: Hasil perhitungan, 2022

Arvin (200407031) IV-5


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
4.3.3 Metode Eksponensial
Hasil Perhitungan Eksponensial dapat dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3 Proyeksi Penduduk Kelurahan Tanjung Gusta dengan Metode Eksponensial

Penduduk Yi rata- (Yi -


Xi Tahun Xi2 ln Yi Xi ln Yi Y' (Yi -Y') (Yi -Y' )2 (Yi -Yrata)2 SD R
(Yi) rata Yrata)

1 2011 29.336 1 10,29 10,29 29221 115,48 13336,29 -1167,90 1363990,41


2 2012 29.402 4 10,29 20,58 29498 -96,43 9298,76 -1101,90 1214183,61
3 2013 29.576 9 10,29 30,88 29779 -202,99 41203,38 -927,90 860998,41
4 2014 30.285 16 10,32 41,27 30062 222,79 49635,11 -218,90 47917,21
5 2015 30.470 25 10,32 51,62 30348 121,87 14852,60 -33,90 1149,21
30504
6 2016 30.644 36 10,33 61,98 30637 7,23 52,33 140,10 19628,01 1771,886 0,9780
7 2017 30.891 49 10,34 72,37 30928 -37,15 1380,04 387,10 149846,41
8 2018 30.906 64 10,34 82,71 31222 -316,30 100047,54 402,10 161684,41
9 2019 31.433 81 10,36 93,20 31519 -86,25 7439,85 929,10 863226,81
10 2020 32.096 100 10,38 103,76 31819 276,97 76712,10 1592,10 2534782,41
55 305039 385 103,25 568,67 305034 5,22 313958,00 0,00 7217406,9
Sumber: Hasil perhitungan, 2022

a = 10,273
b = 0,0095
Y = 10,822.(e)0,0107x

Arvin (200407031) IV-6


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
Grafik untuk metode proyeksi penduduk dengan metode geometri dapat dilihat pada grafik 4.3 sebagai berikut.

Metode Eksponensial
36000

35000

34000

33000
R² = 0,9945
32000

31000

30000
Hasil Proyeksi
29000
Expon. (Hasil Proyeksi)
28000

27000

26000
2013

2023
2011

2012

2014

2015

2016

2017

2018

2019

2020

2021

2022

2024

2025

2026

2027

2028

2029

2030
Grafik 4.3 Grafik Metode Eksponensial Kelurahan Tanjung Gusta
Sumber: Hasil perhitungan, 2022

Arvin (200407031) IV-7


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
4.3.4 Metode Logaritma
Metode Logaritma adalah metode yang jarang dipakai untuk populasi penduduk karena pertumbuhan penduduknya relatif sedikit. Hasil
perhitungan Logaritma dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Proyeksi Penduduk Kelurahan Tanjung Gusta dengan Metode Logaritma

Penduduk Yrata- (Yi-


Xi Tahun ln Xi ln Xi2 Yi ln Xi Y' (Yi-Y') (Yi-Y')2 (Yi-Yrata)2 SD R
(Yi) rata Yrata)

1 2011 29.336 0,000 0,00 0,00 28815 520,79 271225,31 -1168 1363990,41
2 2012 29.402 0,693 0,48 20379,91 29590 -188,15 35402,15 -1102 1214183,61

3 2013 29.576 1,099 1,21 32492,56 30043 -467,47 218528,07 -928 860998,41
4 2014 30.285 1,386 1,92 41983,92 30365 -80,10 6416,36 -219 47917,21

5 2015 30.470 1,609 2,59 49039,57 30615 -144,58 20903,25 -34 1149,21
30504
6 2016 30.644 1,792 3,21 54906,68 30818 -174,42 30421,44 140 19628,01 360,98 0,92

7 2017 30.891 1,946 3,79 60111,11 30991 -99,76 9952,03 387 149846,41
8 2018 30.906 2,079 4,32 64267,22 31140 -234,05 54779,27 402 161684,41

9 2019 31.433 2,197 4,83 69065,36 31272 161,27 26007,15 929 863226,81
10 2020 32.096 2,303 5,30 73903,77 31390 706,47 499103,95 1592 2534782,41

55 305039 15,10 27,65 466150,11 305039 0,00 1172738,97 0 7217406,9


Sumber: Hasil perhitungan, 2022

a = 28815
b = 1118,01
Y = 52901 + (2345,72 . ln Xi)

Arvin (200407031) IV-8


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
Grafik untuk metode proyeksi penduduk dengan metode geometri dapat dilihat pada grafik 4.4 sebagai berikut.

Metode Logaritma
33000

32000

31000 R² = 0,9304

30000
Hasil Proyeksi

Log. (Hasil Proyeksi)


29000

28000

27000
2013

2023
2011

2012

2014

2015

2016

2017

2018

2019

2020

2021

2022

2024

2025

2026

2027

2028

2029

2030
Grafik 4.4 Grafik Metode Logaritma Kelurahan Tanjung Gusta
Sumber: Hasil perhitungan, 2022

Arvin (200407031) IV-9


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
4.4 Pemilihan Metode Proyeksi
Untuk menentukan metode paling tepat yang akan digunakan dalam perencanaan, diperlukan
perhitungan faktor korelasi, standar deviasi, dan keadaan perkembangan kota di masa yang
akan datang. Koefisien korelasi dan standar deviasi diperoleh dari hasil analisa dan
perhitungan data kependudukan yang ada dengan data penduduk dari perhitungan metode
proyeksi yang digunakan. Berikut hasil perhitungan deviasi dan korelasi untuk masing-masing
metode yang digunakan.

Tabel 4.5 Perhitungan Korelasi ‘R’ dan Standar Deviasi Masing-masing Metode di Kelurahan
Tanjung Gusta

Perbandingan
Metode Proyeksi
Nilai SD Nilai R

Aritmatika 189,41 0,97738

Geometri 352,38 0,91932

Eksponensial 1771,886 0,97801

Logaritma 360,98 0,91516

Sumber: Hasil perhitungan, 2022

Dari empat metode yang dilakukan, maka perhitungan proyeksi penduduk Kelurahan Tanjung
Gusta menggunakan metode Arimatika. Pemilihan metode ini berdasakan nilai Korelasi (R)
dan Standar Deviasi (SD), dimana metode yang dipilih memiliki nilai Standar Deviasi (SD)
terkecil dan nilai R yang paling mendekati satu. Untuk selengkapnya dapat dilihat metode
proyeksi penduduk terpilih di Kelurahan Tanjung Gusta pada tabel 4.6.

Arvin (200407031) IV-10


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
Tabel 4.6 Metode Proyeksi Penduduk Terpilih Kelurahan Tanjung Gusta

PROYEKSI PENDUDUK
NO TAHUN PENDUDUK
ARITMATIKA GEOMETRI EKSPONENSIAL LOGARITMA

1 2011 29.336 29336 29336 29336 29336

2 2012 29.402 29402 29402 29402 29402

3 2013 29.576 29576 29576 29576 29576

4 2014 30.285 30285 30285 30285 30285

5 2015 30.470 30470 30470 30470 30470

6 2016 30.644 30644 30644 30644 30644

7 2017 30.891 30891 30891 30891 30891

8 2018 30.906 30906 30906 30906 30906

9 2019 31.433 31433 31433 31433 31433

10 2020 32.096 32096 32096 32096 32096

11 2021 32094 31503 32122 31496

12 2022 32383 31604 32427 31593

13 2023 32672 31697 32736 31683

14 2024 32961 31783 33047 31766

15 2025 33250 31864 33361 31843

16 2026 33539 31939 33679 31915

17 2027 33828 32011 33999 31983

18 2028 34117 32078 34322 32047

19 2029 34407 32142 34649 32107

20 2030 34696 32202 34978 32164


Sumber: Hasil perhitungan, 2022

Arvin (200407031) IV-11


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
Grafik untuk metode proyeksi penduduk dengan keempat metode pada Kelurahan Tanjung Gusta dapat dilihat pada grafik 4.6 berikut ini.
Proyeksi Penduduk Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia
36000

35000

34000

33000
Jumlah Penduduk

32000
(Jiwa)

31000

30000
ARITMATIKA
GEOMETRI
29000 EKSPONENSIAL
LOGARITMA
28000

27000

26000
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
ARITMATIKA 29336 29402 29576 30285 30470 30644 30891 30906 31433 32096 32094 32383 32672 32961 33250 33539 33828 34117 34407 34696
GEOMETRI 29336 29402 29576 30285 30470 30644 30891 30906 31433 32096 31503 31604 31697 31783 31864 31939 32011 32078 32142 32202
EKSPONENSIAL 29336 29402 29576 30285 30470 30644 30891 30906 31433 32096 32122 32427 32736 33047 33361 33679 33999 34322 34649 34978
LOGARITMA 29336 29402 29576 30285 30470 30644 30891 30906 31433 32096 31496 31593 31683 31766 31843 31915 31983 32047 32107 32164

Tahun

Grafik 4.5 Grafik Hasil Proyeksi Penduduk Kelurahan Tanjung Gusta


Sumber: Hasil perhitungan, 2022

Arvin (200407031) IV-12


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
4.5 Sistem Pengelolaan Persampahan
Sistem pengelolaan sampah di Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia dikelola
oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan. Di Tanjung Gusta Kasih ini, pada
umumnya sampah dari masyarakat dipungut dari rumah ke rumah menggunakan kendaraan
seperti gerobak sampah dan truk yang kemudian sampah dari gerobak sampah akan
dipindahkan ke truk yang akan membawa sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) oleh
petugas Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan.

4.5.1 Aspek Teknik Operasional


Aspek teknis operasional ini meliputi jumlah timbulan, menentukan daerah pelayanan,
penentuan jenis perwadahan yang digunakan, penentuan cara pengumpulan, pengangkutan
sampah, serta cara penentuan lokasi dan luas pembuangan akhir, termasuk didalamnya
penentuan peralatan yang dibutuhkan (Marwah, 2017). Adapun sub bab pada laporan ini
adalah sebagai berikut.

4.5.1.1 Daerah Pelayanan


Seluruh wilayah di Kelurahan Tanjung Gusta ini sistem pengelolaan persampahannya telah
dilayani oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan.

4.5.1.2 Tingkat Pelayanan


Kelurahan Tanjung Gusta dengan luas 2,20 Ha, hampir keseluruhannya telah dilayani oleh
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel
4.7 di bawah ini:

Tabel 4.7 Tingkat Pelayanan Pengelolaan Persampahan Kelurahan Tanjung Gusta Tahun 2020

Tingkat Pelayanan
No. Kriteria Pelayanan
Ha Jiwa Persentase (%)
1. Luas wilayah total 2,20 - 100
2. Jumlah penduduk tahun 2020 - 32.096 100
3. Luas wilayah terlayani 2,20 - 100
4. Jumlah penduduk terlayani tahun 2020 - 32.096 100
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2022

4.5.1.3 Frekuensi Pelayanan


Kelurahan Tanjung Gusta telah terlayani sebesar 100% dengan dibagi menjadi pelayanan
intensif yaitu sampah di sepanjang jalan dan daerah komersial telah dikelola oleh Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan secara menyeluruh.
Arvin (200407031) IV-13
Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
Untuk pelayanan menengah pada kawasan pemukiman pelayanan dilakukan dengan
mengangkut sampah masyarakat secara door-to-door menggunakan gerobak sampah lalu
dikumpulkan pada bak kontainer terdekat yang ada di Kelurahan Tanjung Gusta setelah itu
sampah yang sudah dikumpulkan di Kelurahan Tanjung Gusta dibawa ke TPA Terjun
menggunakan dump truck.

4.5.1.4 Faktor Penentu Kualitas Operasional Pelayanan

Faktor penentu operasional pelayanan untuk Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan
Helvetia adalah sebagai berikut:
1. Tipe kota;
2. Sampah terangkut dari lingkungan;
3. Frekuensi pelayanan;
4. Jenis dan jumlah peralatan;
5. Peran aktif masyarakat;
6. Retribusi;
7. Timbulan sampah.

Kelurahan Tanjung Gusta merupakan daerah yang ramai karena hampir seluruhnya
merupakan kawasan pemukiman sehingga timbulan sampah di Kelurahan Tanjung Gusta juga
cukup tinggi. Kelurahan Tanjung Gusta sudah terlayani 100% oleh Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Medan yang dapat dilihat pada jam-jam tertentu terdapat dump truck yang
mengangkut sampah dari Kelurahan Tanjung Gusta menuju ke TPA Terjun. Namun masalah
banyaknya timbulan sampah di Kelurahan Tanjung Gusta belum dapat diatasi oleh masyarakat
karena kurang aktifnya peran masyarakat dalam berkontribusi yang terbukti dari tidak adanya
pemilahan sampah pada setiap rumah tangga serta tidak adanya Bank Sampah yang membantu
untuk mengelola sampah daur ulang yang ada sehingga timbulan sampah yang ada di
masyarakat dan yang diangkut ke TPA Terjun tidak ada perubahan jumlahnya.

4.5.2 Timbulan
Timbulan sampah yang dihasilkan di Kelurahan Tanjung Gusta bersumber dari
pemukiman/domestik, kawasan komersil, dan institusi. Untuk ketiga jenis sumber tersebut
dihasilkan timbulan sampah dengan komposisi yang berbeda. Sampah domestik yaitu sampah
yang dihasilkan rumah tangga, jenis sampahnya biasanya bercampur yaitu organik maupun
anorganik. Sampah organik biasanya merupakan sampah dari sisa makanan, daun- daun, kayu

Arvin (200407031) IV-14


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
dan lain-lain yang umumnya merupakan jenis sampah basah. Sedangkan yang anorganik
seperti kertas, plastik, kaleng, botol dan lain-lain.

Timbulan sampah komersil biasanya dihasilkan dari lingkungan pertokoan, warung, rumah
makan maupun tempat lain yang menjualkan dagangannya kepada pembeli. Sampah yang
dihasilkan beranekaragam, seperti plastik dan kertas untuk membungkus jualan maupun jenis
sayur-sayuran yang sudah membusuk dan tidak berguna lagi.

Berbagai institusi yang ada di Kelurahan Tanjung Gusta juga menghasilkan timbulan sampah.
Institusi tersebut berupa sekolah (TK, SD, SMP, SMA) dan kantor pemerintah, sarana
kesehatan seperti Puskesmas dan Posyandu. Sampah yang dihasilkan biasanya adalah jenis
sampah anorganik, seperti kertas, dan plastik. Sampah organik yang dihasilkan memang ada
tetapi dalam jumlah yang kecil dan hanya berupa sampah daun-daunan.

4.5.3 Pewadahan
4.5.3.1 Pola Pewadahan
Pola pewadahan pada Kelurahan Tanjung Gusta yaitu semua sampah dijadikan satu di dalam
kantong plastik atau keranjang sampah dan tidak dipilah berdasarkan jenisnya sehingga
sampah organik dan anorganik berada dalam satu kantong. Masyarakat di Kelurahan Tanjung
Gusta tidak ada yang melakukan pemilahan jenis sampah. Untuk wilayah
perumahan/domestik, sampah yang sudah dimasukkan dalam kantong plastik ditaruh di depan
rumah atau ditaruh di keranjang sampah depan rumah untuk diambil oleh petugas kebersihan.
Untuk wilayah komersial seperti pasar, biasanya para penjual menaruh sampah mereka pada
kantong plastik berukuran 10-30 liter lalu meletakannya di depan kios jualan mereka yang
akan diangkut oleh petugas kebersihan. Dan untuk wilayah institusi, sampah yang dihasilkan
biasanya berupa kertas yang ditaruh pada kantong plastik berukuran 10-30 liter yang biasanya
diletakkan di depan wilayah perkantoran dan akan diangkut oleh petugas kebersihan.

Kelurahan Tanjung Gusta juga memiliki rumah sakit dan sarana Kesehatan yang mana pola
pewadahan untuk sampah sarana kesehatan berbeda dengan yang lain. Sampah dari sarana
kesehatan yang berupa organik dan anorganik biasanya akan diangkut oleh Dinas Kebersihan
dan Pertamanan Kota Medan bersama dengan sampah dari sumber yang lain, sedangkan untuk
sampah B3 yang biasanya berupa bekas jarum suntik, infus maupun obat sisa dikumpulkan
pada wadah yang berada di wilayah rumah sakit tersebut dan akan diangkut ke tempat
pengumpulan limbah B3 di Kota Medan.

Arvin (200407031) IV-15


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
4.5.3.2 Kriteria Lokasi dan Penempatan
Pada SNI 19-2454-2002 tentang tata cara teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan,
lokasi penempatan wadah adalah sebagai berikut:
1. Wadah individual
Wadah sampah diletakan di dalam rumah, dan ada juga yang di halapan rumah, agar
mempermudah diangkut oleh petugas kebersihan. Sumber sampah yang berasal dari institusi
seperti sekolah wadah sampahnya diletakkan biasanya di luar kelas dan ada juga yang di
halaman sekolah. Untuk sumber sampah seperti dari rumah makan wadah sampahnya
diletakan di halaman belakang.
2. Wadah komunal
Wadah ini biasanya diletakan di ujung gang. Dekat dengan sumber sampah yang dihasilkan
oleh rumah yang berada di gang tersebut.

Lokasi penempatan kantong sampah di Kelurahan Merdeka untuk domestik yang dapat
terlewati oleh mobil pick-up sampah diletakkan di depan rumah masing-masing, untuk
wilayah yang berada di gang dan tidak dapat dilewati oleh mobil pick-up atau gerobak sampah,
kantong sampah diletakkan di depan gang-gang tersebut. Untuk kawasan komersial biasanya
ini berada di kawasan yang dapat dilewati oleh mobil pick-up sampah dan dump truck.
Sedangkan untuk wilayah institusi berupa sekolah dan perkantoran kantong sampah yang akan
diangkut oleh gerobak sampah. Sedangkan untuk wilayah sarana kesehatan yang berada di
wilayah yang dapat di lewati oleh dump truck sampah yang tidak berbahaya akan langsung
diangkut oleh dump truck dan diangkut menuju ke TPA Terjun dan untuk sampah B3, akan
diangkut ke tempat pengumpulan sampah B3 di Kota Medan. Untuk sampah yang berasal dari
tempat umum seperti taman, sampah yang ada di dalam bak sampah akan diangkut oleh becak
sampah dan akan dikumpulkan ke TPS terdekat dari lokasi.

4.5.3.3 Persyaratan Bahan Wadah


Persyaratan bahan wadah adalah sebagai berikut:
1. Tidak mudah rusak dan kedap air
2. Ekonomis, mudah diperoleh dibuat oleh masyarakat
3. Mudah dikosongkan

Wadah yang digunakan untuk pewadahan sampah di Kelurahan Tanjung Gusta untuk
domestik/rumah tangga biasanya berupa kantung plastik bekas yang tidak digunakan lagi yang
mana jika terkena benda tajam sedikit kantong plastik tersebut akan mengalami kebocoran
Arvin (200407031) IV-16
Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
yang menyebabkan air pada kantong tersebut menetes. Untuk daerah komersial kantong yang
digunakan biasanya berupa trash bag yang tebal dan kuat sehingga mampu menahan beban
sampah dan air yang ada di kantong sampah tersebut serta tidak rentan sobek dan berlubang.
Pada wilayah institusi kantong plastik yang digunakan sama dengan yang digunakan pada
wilayah komersial sehingga kantong lebih kuat dan tidak rentan terjadinya lubang.

4.5.3.4 Penentuan Ukuran Wadah


Penentuan ukuran volume ditentukan berdasarkan:
1. Jumlah penghuni tiap rumah
2. Timbulan sampah
3. Frekuensi pengambilan sampah
4. Cara pemindahan sampah
5. Sistem pelayanan (individual atau komunal)

Penentuan ukuran wadah pada Kelurahan Tanjung Gusta untuk wilayah domestik biasanya
tergantung pada berapa banyak jumlah sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Kelurahan
Tanjung Gusta per harinya. Untuk wilayah komersial dan institusi biasanya kantong sampah
yang digunakan berukuran sekitar 10-30 liter.

4.5.3.5 Pengadaan Wadah Sampah


Untuk wilayah domestik, pengadaan wadah sampah biasanya individual atau pribadi. Untuk
wilayah komersial, pengadaan wadah dilakukan oleh pihak yang menjalankan usaha itu sendiri
atau pengelolanya. Dan untuk institusi, wadah sampah disediakan oleh instansi pengelolanya.

4.5.4 Pengumpulan
Sistem pengumpulan di Kelurahan Tanjung Gusta untuk daerah domestik, komersil, dan
institusi menggunakan pelayanan door-to-door dengan menggunakan mobil pick-up dan
gerobak sampah. Kegiatan pengumpulan tidak tentu waktunya, tetapi biasanya dimulai rata-
rata pukul 07.00 WIB. Sampah-sampah yang dikumpulkan tersebut kemudian dibawa
langsung oleh petugas kebersihan dengan mobil pick-up ke Tempat Pembuangan Sementara
(TPS). Kemudian sampah diangkut oleh petugas dari Dinas Kebersihan Kota Medan ke TPA
dengan menggunakan dump truck.

Arvin (200407031) IV-17


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
4.5.4.1 Pola Pengumpulan
Pola pengumpulan sampah pada Kelurahan Tanjung Gusta yaitu door-to-door dengan
menggunakan mobil pick-up atau gerobak. Lalu sampah dikumpulkan akan dipindahkan dan
diangkut ke TPA oleh dump truck dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan.
4.5.4.2 Kriteria Lokasi dan Penempatan
Lokasi pemindahan dan penempatan yang ada di Kelurahan Tanjung Gusta yaitu
menggunakan tipe tersebar yang mana sampah dipindahkan dulu ke TPS terdekat lalu diangkut
ke TPA Terjun.

4.5.4.3 Pelaksanaan Pengumpulan Sampah


Pelaksana pengumpulan sampah dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Medan.

4.5.5 Pengangkutan Sampah


Pengangkutan sampah di Kelurahan Tanjung Gusta dilaksanakan pada jam operasi Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan. Pada pukul 08.00 WIB sampah yang telah berada
di TPS akan diangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Terjun setiap harinya oleh petugas
dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan. Kontainer yang terisi diganti dengan
kontainer baru. Jenis truck yang digunakan dalam pengangkutan sampah adalah dump truck
dengan volume 8 m3.

4.5.5.1 Pola Pengangkutan


Pengangkutan sampah di Kelurahan Tanjung Gusta telah terlayani jasa angkutan sampah yang
disediakan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan, dengan kawasan pelayanan
sekitaran jalan utama. Pengangkutan sampah di pemukiman Kelurahan Tanjung Gusta
memakai pola individual tidak langsung. Pola individual tidak langsung dari rumah ke rumah
sampah diangkut dari wadahnya dengan gerobak pengangkut sampah atau sejenisnya untuk
terlebih dahulu dibawa ke lokasi pemindahan sementara kemudian diangkut ke tempat
pembuangan akhir (TPA).

4.5.5.2 Pola Pengangkutan Sampah Hasil Pemilahan


Keluarahan Tanjung Gusta belum memiliki pengangkutan sampah hasil pemilahan karena
sampah yang bersumber dari domestik, instansi dan komersial untuk organik dan anorganik
masih digabung menjadi satu dan diangkut menuju ke TPS sebelum diangkut ke TPA.

Arvin (200407031) IV-18


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
4.5.6 Pengolahan
Masyarakat di pemukiman Kelurahan Tanjung Gusta tidak melakukan pengolahan sampah.
Sampah yang dihasilkan dari rumah tangga langsung dibuang ke tempat sampah dan diangkut
oleh petugas kebersihan. Sampah yang dihasilkan oleh institusi dan komersil juga tidak
dilakukan pengolahan.
4.5.7 Tempat Pembuangan Akhir
Sampah yang berasal dari TPS yang diangkut oleh petugas Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Kota Medan yang berada di sekitar Kelurahan Tanjung Gusta diangkut menuju ke TPA Terjun.
4.5.8 Peralatan
Peralatan dan perlengkapan yang digunakan di TPA Terjun sebagai berikut:
1. Buldoser untuk perataan, pengurugan dan pemadatan.
2. Crawl / track dozer untuk pemadatan pada tanah lunak.
3. Wheel dozer untuk perataan, pengurugan.
4. Loader dan powershowel untuk penggalian, perataan, pengurugan dan pemadatan.
5. Dragline untuk penggalian dan pengurugan,
6. Scraper untuk pengurugan tanah dan perataan;
7. Kompaktor (landfill compactor) untuk pemadatan timbunan sampah pada lokasi dalam.
8. Jenis peralatan di tempat pembuangan akhir.

Arvin (200407031) IV-19


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
BAB V

RENCANA DETAIL SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

5.1 Umum
Kelurahan Tanjung Gusta memiliki luas wilayah 2,20 km² dengan jumlah penduduk sebanyak
32.096 jiwa pada tahun 2020. Jumlah ini memiliki potensi yang cukup besar untuk
menghasilkan sampah setiap hari. Untuk itu dalam melakukan pengelolaan persampahan di
Kelurahan Tanjung Gusta direncanakan suatu detail sistem yang didasarkan pada kondisi
topografi, sarana perhubungan dan transportasi, serta kondisi pemukiman penduduk.
Perencanaan pengelolaan persampahan mencakup timbulan, pewadahan, penentuan metode
pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan penentuan luas TPA dalam kurun waktu 10
tahun ke depan.

5.2 Sistem Pengelolaan Persampahan


5.2.1 Timbulan Sampah
Untuk mengetahui proyeksi timbulan sampah di Kelurahan Tanjung Gusta pada tahun 2030,
maka diperlukan data kenaikan jumlah penduduk pada tahun 2030 yang dapat dilihat dari
persamaan (5.1) di bawah ini, yaitu:
1
𝑃𝑡 𝑛
∆𝑃 = ((𝑃0) − 1) 𝑥 100% ........................................................................................... (5.1)

1
34.696 10
∆𝑃 = ((32.096) − 1) 𝑥 100%

∆𝑃 = 0,78%

Keterangan:

∆𝑃 = Indeks kenaikan jumlah penduduk


Pt = Jumlah penduduk pada tahun t
P0 = Jumlah penduduk pada tahun awal
n = Waktu Perencanaan

Dari hasil di atas dapat kita tentukan debit satuan timbulan sampah pada tahun 2030 dengan
menggunakan persamaan (5.2) dibawah ini, yaitu:
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)

q2030 = q2020 + (1 + ∆q/100)n ........................................................................................... (5.2)

1+ ⅓ (∆m+∆i+∆g)
∆q = ...................................................................................................... (5.3)
1+∆P

Keterangan:

∆𝑞 = Debit satuan timbulan sampah


∆𝑚 = indeks kenaikan pangan (1%)
∆𝑖 = indeks kenaikan industri (1%)
∆𝑔 = indeks pendapatan perkapita (1%)

Perhitungan:
(∆m+∆i+∆g)
∆q = 1 + ⅓ 1+∆P
(1% + 1% + 1%)
∆q =1 + ⅓ 1+ (0,78%)

∆q = 1,0099

Berikut dapat dilihat data debit satuan timbulan sampah pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Debit Satuan Timbulan Sampah


Kawasan Sumber Sampah Debit Satuan
Domestik Pemukiman 2,5 l/o/hari
Komersil Kecil
Komersil Komersil Sedang 2.750 l/ha/hari
Komersil Besar
Sekolah
Institusi Kesehatan 550 l/ha/hari
Peribadatan
Sumber: Damanhuri, 2010

5.2.1.1 Domestik
Timbulan sampah domestik dapat dihitung dengan mengalikan debit dengan satuan sampah
domestik dan jumlah penduduk hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Jumlah peduduk 2030 = 34.696 jiwa
Jumlah unit rumah 2030 = 6.940 unit
Satuan timbulan q2020 = 2,5 l/o/h
q2030 = q2020 + (1 + ∆q/100)n ..................................................................................... (5.4)
q2030 = 2,5 l/o/h + (1 + ∆q/100)10
= 2,5 l/o/h + (1 + 1,0099/100)10

Arvin (200407031) V-2


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)

= 3,605 l/o/h

Debit timbulan sampah domestik yang dihasilkan per hari adalah:


Q = 3,605 l/o/h x 34.696 jiwa
= 125.079,08 l/h
= 125,07908 m3/h

5.2.1.1.2 Komersil
Timbulan sampah komersil didapat dengan mengalikan debit satuan sampah yang dihasilkan
oleh area komersil. Untuk mencari jumlah timbulan yang dihasilkan per hari, dibutuhkan data:
Satuan timbulan komersil tahun 2020 = 2.750 l/Ha/h
Luas daerah komersil dari data yang diperoleh 22,70 Ha
Maka satuan timbulan sampah komersil pada tahun 2030 adalah:
q2030 = q2020 + (1 + ∆q/100)n ..................................................................................... (5.5)
q2030 = 2.750 + (1 + 1,0099/100)10
= 2.751,1 l/Ha/hari

Sehingga, timbulan sampah komersil pada tahun 2030 secara keseluruhan adalah:
Q = 2.751,1 l/Ha/h x 22,70 Ha
= 62.449,97 l/h
= 62,44997 m3/h

5.2.1.1.3 Institusi
Untuk mencari jumlah timbulan yang dihasilkan per hari, dibutuhkan data satuan timbulan
institusi pada tahun 2020 = 550 l/Ha/h;
Luas daerah institusi yang diperbolehkan dari data = 17,66 Ha;
Maka satuan timbulan sampah komersil pada tahun 2030 adalah:
q2030 = q2020 + (1 + ∆q/100)n ..................................................................................... (5.6)
q2030 = 550 + (1 + 1,0099/100)10
= 551,1 l/Ha/hari

Maka timbulan sampah institusi yang dihasilkan pada tahun 2030 secara keseluruhan adalah:
Q = 551,1 l/Ha/hari x 17,66 Ha
= 9.732,4 l/h
= 9,7234 m3/h

Arvin (200407031) V-3


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)

Pada Tabel 5.2 dapat dilihat debit timbulan sampah di Kelurahan Tanjung Gusta pada tahun
2030.
Tabel 5.2 Debit Satuan Timbulan Sampah Kelurahan Tanjung Gusta Tahun 2030
Jumlah Satuan Timbulan Sampah
Kawasan Sumber Sampah
Penduduk/Luas Timbulan l/h m3/h
125.079,08 125,07908
Domestik Pemukiman 34.696 jiwa 3,605 l/o/h
l/h m3/h
Rumah/Warung 2.751,1 62,44997
Komersil 22,70 Ha 62.449,97 l/h
Makan, Pertokoan l/ha/h m3/h
Sarana Pendidikan
Institusi Sarana Peribadatan 17,66 Ha 551,1 l/ha/h 9.732,4 l/h 9,7324 m3/h
Sarana Kesehatan
TOTAL 197,2614
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

5.2.2 Pewadahan
Pewadahan sampah adalah penanganan sampah sebelum dikumpulkan atau dengan kata lain
pewadahan merupakan penanganan sampah di sumber timbulannya. Pewadahan yang baik
adalah pewadahan yang dapat menampung seluruh sampah yang dihasilkan dan praktis serta
mudah dalam pengumpulannya, serta memisahkan jenis sampak organik, sampah anorganik,
dan sampah B3 dari sumbernya. Dimana sampah organik terdiri dari sampah-sampah sisa
makanan dan sampah dapur sedangkan sampah lain tergolong sampah anorganik dan sampah
B3.

5.2.2.1 Domestik
Pewadahan sampah domestik di Kelurahan Tanjung Gusta direncanakan menggunakan kantong
plastik agar lebih mudah dan efisien dalam pengangkutan. Untuk menentukan ukuran/kapasitas
kantong plastik yang cocok, maka dihitung terlebih dahulu timbulan sampah rata-rata tiap
rumah. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
Timbulan Sampah Domsetik = 125.079,08 l/h
Jumlah rumah di Kelurahan Tanjung Gusta = 34.696 jiwa : 5 = 6.940 rumah
Rata-rata produksi sampah per rumah = (125.079,08 l/h)/(6.940 rumah)
= 19 l/rumah/hari
Dari perhitungan di atas diperoleh bahwa setiap harinya tiap rumah menghasilkan sampah rata-
rata 19 liter sampah per hari. Dimana sampah organik 7,8 liter, sampah anorganik 8,7 liter, dan
sampah B3 2,5 liter. Maka pewadahan yang diperlukan untuk sampah organik adalah kantong
plastik berukuran 10 liter, sampah anorganik menggunakan kantong plastik berukuran 10 liter,
dan sampah B3 menggunakan kantong plastik berukuran 10 liter (SNI 19-2454-2002).

Arvin (200407031) V-4


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan ini adalah:


1. Kantong plastik yang digunakan harus diikat serta ditambahkan label guna membedakan
sampah organik, sampah anorganik, serta sampah B3,
2. Kantong plastik sebaiknya diletakkan di depan rumah atau dekat pagar supaya petugas
pengumpul mudah untuk mengambilnya,
3. Kantong plastik sebaiknya diletakkan di tempat yang aman dari gangguan binatang seperti
kucing atau anjing agar wadah tidak rusak/robek dan sampah tidak berserakan.

5.2.2.2 Komersil
Pewadahan sampah di sarana komersil direncanakan menggunakan bin atau tong sampah
dengan roda dan penutup karena timbulan sampah dari komersil bernilai besar sehingga
membutuhkan wadah yang dapat menampung sampah dan tidak menggangu estetika
lingkungan. Dari data Badan Pusat Statistik Kota Medan diketahui bahwa terdapat 226
bangunan komersil sehingga dapat ditentukan besar timbulan sampahnya.
Timbulan Sampah = 62.449,97 l/h
Jumlah penduduk tahun 2030
Jumlah sarana komersil = Jumlah penduduk tahun 2020 x Jumlah unit komersil tahun 2020

= 34.696/32.096 x 226
= 1,082 x 226
= 245 unit
Rata-rata timbulan sampah per unit = (62.449,97 l/h)/(245 unit)
= 255 l/u/h

Dari perhitungan di atas didapat bahwa setiap harinya tiap rumah menghasilkan sampah rata-
rata 255 liter. Dimana sampah organik 175,1 liter, sampah anorganik 71,9 liter, dan sampah B3
8 liter. Maka pewadahan yang diperlukan untuk sampah organik adalah tong sampah/bin
berukuran 90 liter sebanyak 2 buah bin, sampah anorganik memerlukan bin berukuran 75 liter,
dan sampah B3 menggunakan bin berukuran 10 liter (SNI 19-2454-2002).

5.2.2.3 Institusi
Pewadahan sampah di sarana institusi direncanakan menggunakan bin atau tong sampah dengan
roda dan penutup karena timbulan sampah dari institusi bernilai besar sehingga membutuhkan
wadah yang dapat menampung sampah jumlah besar dan tidak mengganggu estetika
lingkungan. Untuk menentukan ukuran/kapasitas wadah yang cocok, maka dihitung terlebih
dahulu timbulan sampah rata-rata tiap unit. Perhitungannya adalah sebagai berikut:

Arvin (200407031) V-5


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)

Timbulan sampah = 9.732,4 l/h


Jumlah penduduk tahun 2030
Jumlah sarana komersil = Jumlah penduduk tahun 2020 x Jumlah unit komersil tahun 2020

= 34.696/32.096 x 93 unit
= 1,082 x 93 unit
= 101 unit
Rata rata timbulan sampah per unit = (9.732,4 l/h)/(101 unit)
= 97 l/u/h
Dari perhitungan di atas didapat bahwa setiap harinya tiap rumah menghasilkan sampah rata-
rata 97 liter. Dimana sampah organik 54,8 liter, sampah anorganik 40 liter, dan sampah B3 2,2
liter. Maka pewadahan yang diperlukan untuk sampah organik adalah bin berukuran 55 liter,
sampah anorganik menggunakan bin berukuran 40 liter, dan sampah B3 menggunakan bin
berukuran 5 liter (SNI 19-2454-2002).

Tabel 5.3 Rencana Pewadahan Sampah Kelurahan Tanjung Gusta

Rata- Jumlah
Jumla Rencana Jumlah Wadah per Unit
Kawasa Sumber Rata Wadah
h Pewadaha
n Sampah Timbula Keseluruha
(Unit) n Organi Anorgani B
n (l/unit) n
k k 3

Sampah
organik
kantong
plastik
berukuran
10 L,
Anorganik
Pemukima
Domestik 6.94 19 kantong 1 1 1 20.82
n
plastik
berukuran
10 L, dan
B3 kantong
plastik
berukuran
10 L.

Arvin (200407031) V-6


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)

Lanjutan Tabel 5.3


Sampah
organik 2
bin
berukuran
90 L,
Rumah/warung
Anorganik
Komersil Makan, 245 255 1 1 1 735
bin
pertokoan
berukuran
75 L, B3
bin
berukuran
10 L
Sampah
Sarana
organik
Pendidikan
bin
berukuran
Sarana 55 L,
Peribadatan Anorganik
Institusi 101 97 1 1 1 303
bin
berukuran
40 L, dan
Sarana B3 bin
Kesehatan berukuran
5 liter
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

5.2.3. Pengumpulan
Timbulan sampah total yang dihasilkan di Kelurahan Tanjung Gusta pada tahun 2030 adalah:
Q = timbulan sampah domestik + komersil + institusi
= 125,07908 m3/h + 62,44997 m3/h + 9,7324 m3/h
= 197,2614 m3/h

Dari perhitungan di atas direncanakan sistem pengumpulan door to door dengan gerobak dan
komunal dengan truk yang didalamnya terdapat sekat membagi sampah organik, anorganik dan
B3 tanpa membedakan sampah domestik, komersil, institusi. Pengumpulan dilakukan setiap
hari mulai 08.00-09.00 WIB. Untuk mengetahui debit satuan sampah per blok dapat dilihat pada
Tabel 5.4. Distribusi lingkungan pada masing-masing blok beserta timbulannya dapat dilihat
pada Tabel 5.4.

Arvin (200407031) V-7


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)

Tabel 5.4 Debit Satuan Sampah Per Blok Kelurahan Tanjung Gusta

Jumlah Komersil Jumlah Instiusi Debit Timbulan


Blok Jumlah Rumah
(Unit) (Unit) (m3/h)

I 2.255 76 31 65,5
II 2.125 75 30 61,8
III 2.039 75 32 66,9
Total 6.419 226 93 197,2
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

Jumlah gerobak sampah dan petugasnya untuk masing-masing blok tergantung dari ada
tidaknya sistem pengumpulan komunal di setiap blok tersebut. Direncanakan untuk beberapa
blok tidak seratus persen sampahnya dikumpulkan oleh petugas dengan gerobak. Pertimbangan
ini dibuat berdasarkan adanya sebagian jalan di beberapa blok yang sulit dilalui oleh truk
kontainer karena sempit. Banyaknya truk kontainer dan gerobak per blok di Kelurahan Tanjung
Gusta dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5 Jenis Sistem Pengumpulan di Kelurahan Tanjung Gusta

Sistem Pengumpulan Timbulan yang


Jumlah
(%) Terkumpul (m3/h)
Timbulan Truk Truk Truk
Blok Gerobak Gerobak Gerobak
(m3/h) Kontainer Kontainer Kontainer
Door to Door to Door to
Komunal Komunal Komunal
door door door
I 68,5 80 20 54,8 13,7 3 9
II 61,8 80 20 49,4 12,4 3 9
III 66,9 80 20 53,5 13,4 3 9
Sumber: Perencanaan dan Perhitungan, 2022

Dari Tabel 5.6 dapat diketahui bahwa periode pengumpulan yang menggunakan gerobak
memiliki 1 trip/hari dengan volume gerobak 1,5 m3 sedangkan pengumpulan yang
menggunakan truk kontainer dengan volume 20 m3.
Perencanaan TPS berupa kontainer 20 m3. Dari timbulan sampah total sebanyak 197,2 m3/h di
ketiga blok, maka diperlukan setidaknya 3 buah truk yang masing-masingnya tersebar di ketiga
blok tersebut. Seperti yang diperhitungkan dibawah ini, yaitu:
Qblok I
Jumlah kontainer untuk blok I = kapasitas truk
68,5 m³ /h
= 20 m³

= 3,42 unit dibulatkan menjadi 4 unit

Arvin (200407031) V-8


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)

Qblok I
Jumlah kontainer untuk blok II = kapasitas truk
61,8 m³ /h
= 20 m³

= 3,09 unit dibulatkan menjadi 4 unit

Qblok I
Jumlah kontainer untuk blok III = kapasitas truk
66,9 m³ /h
= 20 m³

= 3,34 unit dibulatkan menjadi 4 unit

Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah kontainer yang dibutuhkan dan penempatannya dapat di
lihat pada Tabel 5.6 berikut ini.

Tabel 5.6 Jumlah dan Lokasi Penempatan Kontainer (TPS) di Kelurahan Tanjung Gusta

Debit Timbulan Kapasitas Lokasi Penempatan


Blok Jumlah Kontainer/TPS
(m3/h) Kontainer (m3) Kontainer/TPS

I 68,5 20 4 I
II 61,8 20 4 II
III 66,9 20 4 III
Sumber: Perencanaan dan Perhitungan, 2022

5.2.4 Pengangkutan
5.2.4.1 Sistem HCS
Pengangkutan yang menggunakan sistem HCS ini menggunakan arm roll truck. Truk akan
menjemput sampah yang berada pada kontainer pertama dan mengangkutnya ke TPA,
kemudian mengembalikan kontainernya ke tempat semula dan mengambil sampah ke kontainer
berikutnya. Penggunaan sistem HCS ini akan ditampilkan dalam beberapa data berikut. Data-
data asumsi untuk sistem HCS sebagai berikut:
1. Kecepatan kendaraan (v) menggunakan arm roll truck = 40 km/jam
2. Waktu hambatan/off route (w) = 0,166 jam
3. Waktu di tempat pembongkaran (s) = 0,25 jam/rit
4. Waktu pengosongan kontainer (Uc) = 0,2 jam/rit
5. Waktu untuk mengangkut kontainer isi (Pc) = 0,2 jam/rit
6. Untuk kecepatan (v) 40 km/jam:
a = 0,05 jam/rit
b = 0,025 jam/km

Arvin (200407031) V-9


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)

Tabel 5.7 Penentuan Kecepatan a dan b Konstanta Hauled Speed


Kecepatan (Km/Jam) a (Jam/Trip) b (Jam/Trip)
88 0,016 0,011
72 0,022 2,014
56 0,024 0,018
40 0,05 0,025
24 0,06 0,041
Sumber: Damanhuri, 2010. Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah. ITB

Perhitungan untuk sistem HCS truk 1:


a. Jarak pool ke kontainer 1 TPS 1 = 4,5 km
4,5 km
t1 = 40 km/jam = 0,11 jam

Jarak kontainer 4 TPS 1 ke pool = 4 km


4 km
t2 = 40 km/jam = 0,1 jam

b. X = jarak tempuh (round trip) tiap kontainer ke TPA


X1 = 17,9 km; X2 = 17,92 km; X3 = 17,94 km; X4 = 17,96 km
∑X
X = 4
(17,9+17,92+17,94+17,96)
= 4

= 17,93 km/rit

c. PHCS = Pc + Uc
= 0,2 jam/rit + 0,2 jam/rit
= 0,4 jam/rit

d. a + bx = 0,05 jam/rit + (0,025 jam/km x 17,93 km/rit)


= 0,49 jam/rit

e. THCS = PHCS + s + a + bx
= 0,4 jam/rit + 0,25 jam/rit + 0,49 jam/rit
= 1,14 jam/rit

f. 1 – w = 1 – 0,166 jam
= 0,834 jam

g. t1 + t2 = 0,11 jam + 0,1 jam


= 0,21 jam

Arvin (200407031) V-10


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)

h. Nd = 4

(Nd x THCS)+(t1+t2)
i. H= 1-w
(4 x 1,14)+(0,21)
= 0,834

= 5,7 jam ≈ 6 jam

Perhitungan untuk sistem HCS truk 2:


a. Jarak pool ke kontainer 1 TPS 2 = 3 km
3 km
t1 = 40 km/jam = 0,075 jam

Jarak kontainer 4 TPS 2 ke pool = 2 km


2 km
t2 = 40 km/jam = 0,05 jam

b. X = jarak tempuh (round trip) tiap kontainer ke TPA


X1 = 17,84 km; X2 = 17,86 km; X3 = 17,88 km; X4 = 18 km
∑X
X = 4
(17,84 + 17,86 + 17,88 + 18)
= 4

= 17,9 km/rit

c. PHCS = Pc + Uc
= 0,2 jam/rit + 0,2 jam/rit
= 0,4 jam/rit

d. a + bx = 0,05 jam/rit + (0,025 jam/km x 17,9 km/rit)


= 0,49 jam/rit

e. THCS = PHCS + s + a + bx
= 0,4 jam/rit + 0,25 jam/rit + 0,49 jam/rit
= 1,14 jam/rit

f. 1 – w = 1 – 0,166 jam
= 0,834 jam

g. t1 + t2 = 0,075 jam + 0,05 jam


= 0,125 jam

h. Nd = 4

Arvin (200407031) V-11


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)

(Nd x THCS)+(t1+t2)
i. H= 1-w
(4 x 1,14)+(0,125)
= 0,834

= 5,6 jam ≈ 6 jam

Perhitungan untuk sistem HCS truk 3:


a. Jarak pool ke kontainer 1 TPS 3 = 4 km
4 km
t1 = 40 km/jam = 0,1 jam

Jarak kontainer 4 TPS 3 ke pool = 3,6 km


3,6 km
t2 = 40 km/jam = 0,09 jam

b. X = jarak tempuh (round trip) tiap kontainer ke TPA


X1 = 19,8 km; X2 = 20 km; X3 = 20,2 km; X4 = 20,24 km
∑X
X = 4
(19,8 + 20 + 20,2 + 20,24)
= 4

= 20,06 km/rit

c. PHCS = Pc + Uc
= 0,2 jam/rit + 0,2 jam/rit
= 0,4 jam/rit

d. a + bx = 0,05 jam/rit + (0,025 jam/km x 20,06 km/rit)


= 0,55 jam/rit

e. THCS = PHCS + s + a + bx
= 0,4 jam/rit + 0,25 jam/rit + 0,55 jam/rit
= 1,2 jam/rit

f. 1 – w = 1 – 0,166 jam
= 0,834 jam

g. t1 + t2 = 0,1 jam + 0,09 jam


= 0,19 jam

h. Nd = 4

Arvin (200407031) V-12


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)

(Nd x THCS)+(t1+t2)
i. H= 1-w
(4 x 1,2)+(0,19)
= 0,834

= 5,98 jam ≈ 6 jam

Arvin (200407031) V-13


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)

Tabel 5.8 Perhitungan Jumlah Ritasi Kendaraan per Hari dengan Sistem HCS
Pool ke
Kontainer 1
Kontainer 1
Hari TPS 1 ke TPA W Pc + Uc S Nd X PHCS THCS
TPS 1 a + bx 1-w Ttotal H
Kerja (Jam) (Jam/rit) (Jam) (Rit/h) (Km/rit) (Jam/rit) (Jam/rit)
Jarak T1 Jarak T2
(Km) (Jam) (Km) (Jam)
Senin 4,5 0,11 4 0,1 0,166 0,4 0,25 4 17,93 0,4 0,49 1,14 0,834 0,21 5,7
Selasa 4,5 0,11 4 0,1 0,166 0,4 0,25 4 17,93 0,4 0,49 1,14 0,834 0,21 5,7
Rabu 4,5 0,11 4 0,1 0,166 0,4 0,25 4 17,93 0,4 0,49 1,14 0,834 0,21 5,7
Kamis 4,5 0,11 4 0,1 0,166 0,4 0,25 4 17,93 0,4 0,49 1,14 0,834 0,21 5,7
Jumat 4,5 0,11 4 0,1 0,166 0,4 0,25 4 17,93 0,4 0,49 1,14 0,834 0,21 5,7
Sabtu 4,5 0,11 4 0,1 0,166 0,4 0,25 4 17,93 0,4 0,49 1,14 0,834 0,21 5,7
Minggu 4,5 0,11 4 0,1 0,166 0,4 0,25 4 17,93 0,4 0,49 1,14 0,834 0,21 5,7
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

Tabel 5.9 Perhitungan Jumlah Ritasi Kendaraan per Hari dengan Sistem HCS
Pool ke
Kontainer 1
Kontainer 1
Hari TPS 2 ke TPA W Pc + Uc S Nd X PHCS THCS
TPS 2 a + bx 1-w Ttotal H
Kerja (Jam) (Jam/rit) (Jam) (Rit/h) (Km/rit) (Jam/rit) (Jam/rit)
Jarak T1 Jarak T2
(Km) (Jam) (Km) (Jam)
Senin 3 0,075 2 0,05 0,166 0,4 0,25 4 17,9 0,4 0,49 1,14 0,834 0,125 5,6
Selasa 3 0,075 2 0,05 0,166 0,4 0,25 4 17,9 0,4 0,49 1,14 0,834 0,125 5,6
Rabu 3 0,075 2 0,05 0,166 0,4 0,25 4 17,9 0,4 0,49 1,14 0,834 0,125 5,6
Kamis 3 0,075 2 0,05 0,166 0,4 0,25 4 17,9 0,4 0,49 1,14 0,834 0,125 5,6
Jumat 3 0,075 2 0,05 0,166 0,4 0,25 4 17,9 0,4 0,49 1,14 0,834 0,125 5,6
Sabtu 3 0,075 2 0,05 0,166 0,4 0,25 4 17,9 0,4 0,49 1,14 0,834 0,125 5,6
Minggu 3 0,075 2 0,05 0,166 0,4 0,25 4 17,9 0,4 0,49 1,14 0,834 0,125 5,6
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

Arvin (200407031) V-14


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)

Tabel 5.10 Perhitungan Jumlah Ritasi Kendaraan per Hari dengan Sistem HCS
Pool ke
Kontainer 1
Kontainer 1
Hari TPS 3 ke TPA W Pc + Uc S Nd X PHCS THCS
TPS 3 a + bx 1-w Ttotal H
Kerja (Jam) (Jam/rit) (Jam) (Rit/h) (Km/rit) (Jam/rit) (Jam/rit)
Jarak T1 Jarak T2
(Km) (Jam) (Km) (Jam)
Senin 4 0,1 3,6 0,09 0,166 0,4 0,25 4 20,06 0,4 0,49 1,14 0,834 0,19 5,98
Selasa 4 0,1 3,6 0,09 0,166 0,4 0,25 4 20,06 0,4 0,49 1,14 0,834 0,19 5,98
Rabu 4 0,1 3,6 0,09 0,166 0,4 0,25 4 20,06 0,4 0,49 1,14 0,834 0,19 5,98
Kamis 4 0,1 3,6 0,09 0,166 0,4 0,25 4 20,06 0,4 0,49 1,14 0,834 0,19 5,98
Jumat 4 0,1 3,6 0,09 0,166 0,4 0,25 4 20,06 0,4 0,49 1,14 0,834 0,19 5,98
Sabtu 4 0,1 3,6 0,09 0,166 0,4 0,25 4 20,06 0,4 0,49 1,14 0,834 0,19 5,98
Minggu 4 0,1 3,6 0,09 0,166 0,4 0,25 4 20,06 0,4 0,49 1,14 0,834 0,19 5,98
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

Arvin (200407031) V-15


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)

Berikut ini dijelaskan mengenai jalur pengangkutan sampah dengan sistem HCS pada Tabel
5.11.

Tabel 5.11 Jalur Pengangkutan Truk 1 dengan Sistem HCS Kelurahan Tanjung Gusta
Jumlah Pola Pengangkutan (HCS)
Kontainer
Blok
yang
dikosongkan Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
A-1-B- A-1-B- A-1-B- A-1-B- A-1-B- A-1-B- A-1-B-
1-2-B-2- 1-2-B-2- 1-2-B-2- 1-2-B-2- 1-2-B-2- 1-2-B-2- 1-2-B-2-
I 4
3-B-3-4- 3-B-3-4- 3-B-3-4- 3-B-3-4- 3-B-3-4- 3-B-3-4- 3-B-3-4-
B-4-A B-4-A B-4-A B-4-A B-4-A B-4-A B-4-A
A-1-B- A-1-B- A-1-B- A-1-B- A-1-B- A-1-B- A-1-B-
1-2-B-2- 1-2-B-2- 1-2-B-2- 1-2-B-2- 1-2-B-2- 1-2-B-2- 1-2-B-2-
I 4
3-B-3-4- 3-B-3-4- 3-B-3-4- 3-B-3-4- 3-B-3-4- 3-B-3-4- 3-B-3-4-
B-4-A B-4-A B-4-A B-4-A B-4-A B-4-A B-4-A
A-1-B- A-1-B- A-1-B- A-1-B- A-1-B- A-1-B- A-1-B-
1-2-B-2- 1-2-B-2- 1-2-B-2- 1-2-B-2- 1-2-B-2- 1-2-B-2- 1-2-B-2-
III 4
3-B-3-4- 3-B-3-4- 3-B-3-4- 3-B-3-4- 3-B-3-4- 3-B-3-4- 3-B-3-4-
B-4-A B-4-A B-4-A B-4-A B-4-A B-4-A B-4-A
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

Keterangan:
A = Pool
B = TPA

Untuk lebih jelasnya mengenai jalur pengangkutan dapat dilihat pada Gambar 5.1 Peta Rute
Pengangkutan dengan Sistem HCS.

5.2.4.2 Sistem SCS


Pengangkutan menggunakan sistem SCS ini menggunakan 3 unit dump truck. Truk yang berasal
dari pool akan mengangkut timbulan sampah yang ada di TPS yang ada, kemudian dengan 4 kali
ritasi, sampah dibuang ke TPA. Lebih jelasnya akan diterangkan dala beberapa tabel berikut.
Berikut ini adalah data-data asumsi untuk perhitungan sistem SCS:
1. Kecepatan kendaraan (v) menggunakan dump truck = 40 km/jam
2. Kapasitas angkut kendaraan (V) = 20 m3 /rit
3. Waktu hambatan/off route (w) = 0,166 jam
4. Waktu di tempat pembongkaran (s) = 0,25 jam
5. Waktu pengosongan kontainer (Uc) = 0,167 jam/rit
6. Waktu untuk mengangkut kontainer isi (Pc) = 0,2 jam/rit
7. Rata-rata ukuran kontainer (c) = 20 m3 /rit

Arvin (200407031) V-16


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)

8. Untuk kecepatan (v) 40 km/jam:


a = 0,050 jam/trip
b = 0,025 km/trip
9. Rasio kompaksi (r) = 0,8
10. Faktor utilitas (f) = 0,8

Perhitungan untuk sistem SCS Truk 1:


a. Jarak pool ke kontainer 1 TPS 1 = 4,5 km
Jarak
t1 = Kecepatan
4,5 km
= 40 km/jam

= 0,11 jam
Jarak kontainer 4 TPS 1 ke pool = 4 km
Jarak
t2 = Kecepatan
4 km
= 40 km/jam

= 0,1 jam

b. Estimasi jumlah kontainer yang dikosongkan per trip:


V. r
Ct = c.f
20 × 0,8
= 20 × 0,8 = 1

c. Ct × Uc = 1 × 0,167 = 0,167

d. dbc = waktu antar kontainer rata-rata


jarak antar kontainer rata-rata
= kecepatan
17,93 km
= 40 km/jam = 0,45 jam

e. Untuk 1 kali ritasi


Np = Np - 1 = 4 – 1 = 3
(Np-1)dbc = 3 × 0,166 = 0,498
PSCS = (Ct × Uc) + (Np-1)dbc
= (0,167) + (0,498)
= 0,665 jam/rit
x = 17,93 km

Arvin (200407031) V-17


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)

a + bx = 0,050 + (0,025 × 17,93)


= 0,498 jam/rit
TSCS = PSCS + s + a + bx
= 0,665 + 0,25 + 0,498
= 1,413 jam/rit
Nd =4
t1 + t2 = 0,11 jam + 0,1 jam
= 0,21 jam
1-w = 1 – 0,166
= 0,834
Nd × TSCS = 4 × 1,413 jam/rit
= 5,65 jam/rit
(Nd ×Tscs)+(t1+t2)
H = 1-w
5,65 + 0,21
= 0,834

= 7,02 jam/hari ≈ 8 jam/hari

Perhitungan untuk sistem SCS Truk 2:


a. Jarak pool ke kontainer 1 TPS 2 = 3 km
Jarak
t1 = Kecepatan
3 km
= 40 km/jam

= 0,075 jam
Jarak kontainer 4 TPS 2 ke pool = 2 km
Jarak
t2 = Kecepatan
2 km
= 40 km/jam

= 0,05 jam

b. Estimasi jumlah kontainer yang dikosongkan per trip:


V. r
Ct = c.f
20 × 0,8
= 20 × 0,8 = 1

c. Ct × Uc = 1 × 0,167 = 0,167

Arvin (200407031) V-18


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)

d. dbc = waktu antar kontainer rata-rata


jarak antar kontainer rata-rata
= kecepatan
17,9 km
= 40 km/jam = 0,45 jam

e. Untuk 1 kali ritasi


Np = Np - 1 = 4 – 1 = 3
(Np-1)dbc = 3 × 0,166 = 0,498
PSCS = (Ct × Uc) + (Np-1)dbc
= (0,167) + (0,498)
= 0,665 jam/rit
x = 17,9 km
a + bx = 0,050 + (0,025 × 17,9)
= 0,498 jam/rit
TSCS = PSCS + s + a + bx
= 0,665 + 0,25 + 0,498
= 1,413 jam/rit
Nd =4
t1 + t2 = 0,075 jam + 0,05 jam
= 0,125 jam
1-w = 1 – 0,166
= 0,834
Nd × Tscs = 4 × 1,413 jam/rit
= 5,65 jam/rit
(Nd ×Tscs)+(t1+t2)
H = 1-w
5,65 + 0,125
= 0,834

= 6,92 jam/hari ≈ 7 jam/hari

Perhitungan untuk sistem SCS Truk 3:


a. Jarak pool ke kontainer 1 TPS 3 = 4 km
Jarak
t1 = Kecepatan
4 km
= 40 km/jam

= 0,1 jam

Arvin (200407031) V-19


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)

Jarak kontainer 4 TPS 3 ke pool = 3,6 km


Jarak
t2 = Kecepatan
3,6 km
= 40 km/jam

= 0,05 jam

b. Estimasi jumlah kontainer yang dikosongkan per trip:


V. r
Ct = c.f
20 × 0,8
= 20 × 0,8 = 1

c. Ct × Uc = 1 × 0,167 = 0,167

d. dbc = waktu antar kontainer rata-rata


jarak antar kontainer rata-rata
= kecepatan
17,9 km
= 40 km/jam = 0,45 jam

e. Untuk 1 kali ritasi


Np = Np - 1 = 4 – 1 = 3
(Np-1)dbc = 3 × 0,166 = 0,498
PSCS = (Ct × Uc) + (Np-1)dbc
= (0,167) + (0,498)
= 0,665 jam/rit
x = 17,9 km
a + bx = 0,050 + (0,025 × 17,9)
= 0,498 jam/rit
TSCS = PSCS + s + a + bx
= 0,665 + 0,25 + 0,498
= 1,413 jam/rit
Nd =4
t1 + t2 = 0,075 jam + 0,05 jam
= 0,125 jam
1-w = 1 – 0,166
= 0,834
Nd × TSCS = 4 × 1,413 jam/rit
= 5,65 jam/rit

Arvin (200407031) V-20


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
(Nd ×Tscs)+(t1+t2)
H =
1-w
5,65 + 0,125
= 0,834

= 6,92 jam/hari ≈ 7 jam/hari

Keterangan:
CT = jumlah kontainer yang dikosongkan/rit (kontainer/rit)
Uc = waktu pengosongan kontainer (jam/rit)
Np = jumlah lokasi kontainer yang diambil per rit (lokasi/rit)
dbc = waktu terbuang untuk bergerak dari satu lokasi ke lokasi kontainer lain (jam/lokasi)
V = volume mobil pengumpul (m3/rit)
C = volume kontainer (m3/kontainer)
Nd = jumlah ritasi per hari (rit/hari)

Pengangkutan dengan menggunakan sistem SCS direncanakan menggunakan dump truck dengan
kapasitas 20 m³. Jumlah pengambilan kontainer dengan sistem SCS di Kelurahan Tanjung Gusta
dapat dilihat pada Tabel 5.12.

Arvin (200407031) V-21


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)

Tabel 5.13 Perhitungan Jumlah Ritasi Truk 1 per Hari dengan Sistem SCS
Pool ke
Kontainer 1
Kontainer 1
Hari TPS 1 ke TPA V c Dbc (Np- X Nd
TPS 1 r f Ct Uc Ct.Uc TSCS a+bX 1-w
Kerja (m3/rit) (m3) (Jam) 1)dbc (Km/jam) (Rit/hari)
Jarak T1 Jarak T2
(Km) (Jam) (Km) (Jam)
Senin 4,5 0,11 4 0,1 20 0,8 20 0,8 3 4 0,167 0,45 0,498 1,413 17,93 0,498 0,834 4
Selasa 4,5 0,11 4 0,1 20 0,8 20 0,8 3 4 0,167 0,45 0,498 1,413 17,93 0,498 0,834 4
Rabu 4,5 0,11 4 0,1 20 0,8 20 0,8 3 4 0,167 0,45 0,498 1,413 17,93 0,498 0,834 4
Kamis 4,5 0,11 4 0,1 20 0,8 20 0,8 3 4 0,167 0,45 0,498 1,413 17,93 0,498 0,834 4
Jumat 4,5 0,11 4 0,1 20 0,8 20 0,8 3 4 0,167 0,45 0,498 1,413 17,93 0,498 0,834 4
Sabtu 4,5 0,11 4 0,1 20 0,8 20 0,8 3 4 0,167 0,45 0,498 1,413 17,93 0,498 0,834 4
Minggu 4,5 0,11 4 0,1 20 0,8 20 0,8 3 4 0,167 0,45 0,498 1,413 17,93 0,498 0,834 4
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

Tabel 5.14 Perhitungan Jumlah Ritasi Truk 2 per Hari dengan Sistem SCS
Pool ke
Kontainer 1
Kontainer 1
Hari TPS 2 ke TPA V c Dbc (Np- X Nd
TPS 2 r f Ct Uc Ct.Uc TSCS a+bX 1-w
Kerja (m3/rit) (m3) (Jam) 1)dbc (Km/jam) (Rit/hari)
Jarak T1 Jarak T2
(Km) (Jam) (Km) (Jam)
Senin 3 0,075 2 0,05 20 0,8 20 0,8 3 4 0,167 0,45 0,498 1,413 17,9 0,498 0,834 4
Selasa 3 0,075 2 0,05 20 0,8 20 0,8 3 4 0,167 0,45 0,498 1,413 17,9 0,498 0,834 4
Rabu 3 0,075 2 0,05 20 0,8 20 0,8 3 4 0,167 0,45 0,498 1,413 17,9 0,498 0,834 4
Kamis 3 0,075 2 0,05 20 0,8 20 0,8 3 4 0,167 0,45 0,498 1,413 17,9 0,498 0,834 4
Jumat 3 0,075 2 0,05 20 0,8 20 0,8 3 4 0,167 0,45 0,498 1,413 17,9 0,498 0,834 4
Sabtu 3 0,075 2 0,05 20 0,8 20 0,8 3 4 0,167 0,45 0,498 1,413 17,9 0,498 0,834 4
Minggu 3 0,075 2 0,05 20 0,8 20 0,8 3 4 0,167 0,45 0,498 1,413 17,9 0,498 0,834 4
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

Arvin (200407031) V-22


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)

Tabel 5.15 Perhitungan Jumlah Ritasi Truk 3 per Hari dengan Sistem SCS
Pool ke
Kontainer 1
Kontainer 1
Hari TPS 3 ke TPA V c Dbc (Np- X Nd
TPS 3 r f Ct Uc Ct.Uc TSCS a+bX 1-w
Kerja (m3/rit) (m3) (Jam) 1)dbc (Km/jam) (Rit/hari)
Jarak T1 Jarak T2
(Km) (Jam) (Km) (Jam)
Senin 4 0,1 3,6 0,05 20 0,8 20 0,8 3 4 0,167 0,45 0,498 1,413 17,9 0,498 0,834 4
Selasa 4 0,1 3,6 0,05 20 0,8 20 0,8 3 4 0,167 0,45 0,498 1,413 17,9 0,498 0,834 4
Rabu 4 0,1 3,6 0,05 20 0,8 20 0,8 3 4 0,167 0,45 0,498 1,413 17,9 0,498 0,834 4
Kamis 4 0,1 3,6 0,05 20 0,8 20 0,8 3 4 0,167 0,45 0,498 1,413 17,9 0,498 0,834 4
Jumat 4 0,1 3,6 0,05 20 0,8 20 0,8 3 4 0,167 0,45 0,498 1,413 17,9 0,498 0,834 4
Sabtu 4 0,1 3,6 0,05 20 0,8 20 0,8 3 4 0,167 0,45 0,498 1,413 17,9 0,498 0,834 4
Minggu 4 0,1 3,6 0,05 20 0,8 20 0,8 3 4 0,167 0,45 0,498 1,413 17,9 0,498 0,834 4
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

Arvin (200407031) V-23


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)

Berikut ini dijelaskan mengenai jalur pengangkutan sampah dengan sistem SCS.

Tabel 5.16 Jalur Pengangkutan Truk 1 dengan Sistem SCS Kelurahan Tanjung Gusta

Pola Pengangkutan (SCS)


Jumlah Kontainer
Blok
yang dikosongkan
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
A-1-2- A-1-2-3- A-1-2- A-1-2-3- A-1-2-3- A-1-2-3- A-1-2-3-
I 4
3-4-B-A 4-B-A 3-4-B-A 4-B-A 4-B-A 4-B-A 4-B-A
A-1-2- A-1-2-3- A-1-2- A-1-2-3- A-1-2-3- A-1-2-3- A-1-2-3-
II 4
3-4-B-A 4-B-A 3-4-B-A 4-B-A 4-B-A 4-B-A 4-B-A
A-1-2- A-1-2-3- A-1-2- A-1-2-3- A-1-2-3- A-1-2-3- A-1-2-3-
III 4
3-4-B-A 4-B-A 3-4-B-A 4-B-A 4-B-A 4-B-A 4-B-A
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

Keterangan:
A = Pool
B = TPA
Untuk lebih jelasnya mengenai jalur pengangkutan dapat dilihat pada Gambar 5.2 Peta Rute
Pengangkutan Sampah dengan Sistem SCS.

5.2.4.3 Komparasi
Dari kedua sistem pengangkutan yaitu HCS dan SCS, sistem pengangkutan HCS merupakan
sistem pengangkutan yang paling cocok untuk pengangkutan sampah di Kelurahan Tanjung
Gusta. Sistem HCS memiliki sistem kerja yang lebih efisien dan tepat penggunaannya pada
Kelurahan Tanjung Gusta sehingga jam kerja HCS lebih cepat yaitu 1 jam dibandingkan dengan
sistem SCS yaitu selama 7 jam kerja per harinya.

5.2.5 Pengolahan
Sistem pengelolaan limbah yang tidak efektif dan efisien akan berdampak pada akumulasi limbah
di lokasi pemrosesan akhir. Tumpukan besar sampah berpotensi menghasilkan gas yang
berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Hal ini menunjukkan pentingnya manajemen sampah
di suatu kota atau wilayah, karena jika pengelolaan sampah di suatu kota baik, maka akan dapat
mewujudkan lingkungan perkotaan yang baik juga. Tetapi sebaliknya jika pengelolaan sampah
tidak dilakukan dengan baik, hal itu akan menyebabkan berbagai masalah (Harjanti dan
Anggraini, 2020).

Tabel 5.17 Komposisi dan Volume Sampah Kelurahan Tanjung Gusta


Komposisi (%) Domestik (%) Komersil (%) Institusi (%) Potensi Daur Ulang (%)
Organik 41,53 68,66 56,56 70,1
Plastik 18,43 11,37 23,67 24,5
Kertas 16,33 12,45 13,35 5,45
Kain 11,1 2,83 2,44 3,1
Karet 0 1,22 0,07 -

Arvin (200407031) V-24


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
Logam 0 0,33 1,81 11,93
Lain-lain 12,61 3,14 2,10 -
Total 100 100 100 -
Sumber: Damanhuri, 2006 (dimodifikasi)

Berdasarkan Tabel 5.17 tersebut, sisa sampah yang tidak mendapat pengolahan seperti yang
diuraikan di atas akan diurug di TPA dalam bentuk Sanitary Landfill.

5.2.5.1 Teknologi Pengolahan Sampah Terpadu


Pengolahan sampah dilakukan di TPS 3R yang lebih menekankan kepada cara pengurangan,
pemanfaatan dan pengolahan sejak dari sumbernya (area permukiman, area komersial, area
perkantoran, area pendidikan, area wisata, dan lain-lain). Penyelenggaraan TPS 3R diarahkan
kepada konsep Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), dan Recycle (daur ulang).
Konsep utama pengolahan sampah pada TPS 3R adalah untuk mengurangi kuantitas dan/atau
memperbaiki karakteristik sampah, yang akan diolah secara lebih lanjut di Tempat Pemrosesan
Akhir (TPA) sampah. TPS 3R diharapkan berperan dalam menjamin kebutuhan lahan yang
semakin kritis untuk penyediaan TPA.

Debit sampah dapat dihitung dengan mengalikan timbulan dengan jumlah penduduk Kelurahan
Tanjung Gusta. Berdasarkan data pada Tabel 5.17 tentang komposisi dan volume sampah di
Kelurahan Tanjung Gusta tahun 2030, maka perhitungan untuk potensi daur ulang tiap-tiap
komposisi sampah yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
1. Debit timbulan sampah untuk daerah domestik = 125,07908 m3/h
a. Sampah organik = 41,53% x 125,07908 m3/h
= 51,945 m3/h
Potensi daur ulang = 70,1% x 51,9453 m3/h
= 36,413 m3/h
Sisa = 51,945 m3/h – 36,413 m3/h
= 15,532 m3/h

b. Sampah plastik = 18,43% x 125,07908 m3/h


= 23,052 m3/h
Potensi daur ulang = 24,5% x 23,052 m3/h
= 5,647 m3/h
Sisa = 23,052 m3/h - 5,647 m3/h
= 17,405 m3/h

c. Sampah kertas = 16,33% x 125,07908 m3/h


= 20,425 m3/h

Arvin (200407031) V-25


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)

Potensi daur ulang = 5,45% x 20,425 m3/h


= 1,113 m3/h
Sisa = 20,425 m3/h - 1,113 m3/h
= 19,312 m3/h

d. Sampah kain = 11,1% x 125,07908 m3/h


= 13,883 m3/h
Potensi daur ulang = 3,1% x 13,883 m3/h
= 0,43 m3/h
Sisa = 13,883 m3/h - 0,43 m3/h
= 13,453 m3/h

e. Sampah Karet = 0% x 125,07908 m3/h


= 0 m3/h
Potensi daur ulang = 0% x 0 m3/h
= 0 m3/h

f. Sampah logam = 0% x 125,07908 m3/h


= 0 m3/h
Potensi daur ulang = 11,93% x 0 m3/h
= 0 m3/h

g. Sampah lain-lain = 12,61% x 125,07908 m3/h


= 15,772 m3/h
Potensi daur ulang = 0% x 15,772 m3/h
= 0 m3/h
Sisa = 15,772 m3/h – 0 m3/h
= 15,772 m3/h

2. Debit timbulan sampah untuk daerah komersil = 62,44997 m3/h


a. Sampah organik = 68,66 % x 62,44997 m3/h
= 42,878 m3/h

Potensi daur ulang = 70,1% x 42,878 m3/h


= 30,057 m3/h
Sisa = 42,878 m3/h – 30,057 m3/h
= 12,821 m3/h

Arvin (200407031) V-26


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)

b. Sampah Plastik = 11,37 % x 62,44997 m3/h


= 7,1005 m3/h
Potensi daur ulang = 24,5 % x 7,1005 m3/h
= 1,739 m3/h
Sisa = 7,1005 m3/h – 1,739 m3/h
= 5,361 m3/h

c. Sampah Kertas = 12,45 % x 62,44997 m3/h


= 7,775 m3/h
Potensi daur ulang = 5,45 % x 7,775 m3/h
= 0,423 m3/h
Sisa = 7,775 m3/h – 0,423 m3/h
= 7,352 m3/h

d. Sampah Kain = 2,83% x 62,44997 m3/h


= 1,767 m3/h
Potensi daur ulang = 3,1 % x 1,767 m3/h
= 0,0547 m3/h
Sisa = 1,767 m3/h – 0,0547 m3/h
= 1,712 m3/h

e. Sampah Karet = 1,22 % x 62,44997 m3/h


= 0,737 m3/h
Potensi daur ulang = 0 % x 0,737 m3/h
= 0 m3/h
Sisa = 0,737 m3/h – 0 m3/h
= 0,737 m3/h

f. Sampah Logam = 0,33 % x 62,44997 m3/h


= 0,206 m3/h
Potensi daur ulang = 11,93 % x 0,206 m3/h
= 0,024 m3/h
Sisa = 0,206 m3/h – 0,024 m3/h
= 0,182 m3/h

g. Sampah Lain-lain = 3,14 % x 62,44997 m3/h


= 1,9609 m3/h

Arvin (200407031) V-27


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)

Potensi daur ulang = 0% x 1,9609 m3/h


= 0 m3/h
Sisa = 1,9609 m3/h – 0 m3/h
= 1,9609 m3/h

3. Debit timbulan sampah untuk daerah institusi = 9,7324 m3/h


a. Sampah organik = 56,56 % x 9,7324 m3/h
= 5,504 m3/h
Potensi daur ulang = 70,1 % x 5,504 m3/h
= 3,858 m3/h
Sisa = 5,504 m3/h – 3,858 m3/h
= 1,646 m3/h

b. Sampah Plastik = 23,67 % x 9,7324 m3/h


= 2,303 m3/h
Potensi daur ulang = 24,5 % x 2,303 m3/h
= 0,564 m3/h
Sisa = 2,303 m3/h – 0,564 m3/h
= 1,739 m3/h

c. Sampah Kertas = 13,35 % x 9,7324 m3/h


= 1,2992 m3/h
Potensi daur ulang = 5,45 % x 1,2992 m3/h
= 0,07 m3/h
Sisa = 1,2992 m3/h – 0,07 m3/h
= 1,229 m3/h

d. Sampah Kain = 2,44 % x 9,7324 m3/h


= 0,237 m3/h
Potensi daur ulang = 3,1 % x 0,237 m3/h
= 0,0073 m3/h

Sisa = 0,237 m3/h – 0,0073 m3/h


= 0,229 m3/h

e. Sampah Karet = 0,07 % x 9,7324 m3/h


= 0,0068 m3/h

Arvin (200407031) V-28


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)

Potensi daur ulang = 0 % x 0,0068 m3/h


= 0 m3/h
Sisa = 0,0068 m3/h – 0 m3/h
= 0,0068 m3/h

f. Sampah Logam = 1,81 % x 9,7324 m3/h


= 0,176 m3/h
Potensi daur ulang = 11,93 % x 0,176 m3/h
= 0,021 m3/h
Sisa = 0,176 m3/h – 0,021 m3/h
= 0,155 m3/h

g. Sampah Lain-lain = 2,1% x 9,7324 m3/h


= 0,204 m3/h
Potensi daur ulang = 0 % x 0,204 m3/h
= 0 m3/h
Sisa = 0,204 m3/h – 0 m3/h
= 0,204 m3/h

Berikut merupakan hasil rekapitulasi potensi daur ulang komposisi sampah di Kelurahan
Tanjung Gusta.
Tabel 5.18 Rekapitulasi Potensi Daur Ulang
Debit Timbulan Potensi Sisa/Diurug
Jenis % Timbulan % Potensi
(m3/h) (m3/h) (m3/h) (m3/h)
Domestik
Organik 41,53 51,945 70,1 36,413 15,532
Plastik 18,43 23,052 24,5 5,647 17,405
Kertas 16,33 20,425 5,45 1,113 19,312
Kain 125,07908 11,1 13,883 3,1 0,43 13,453
Karet 0 0 0 0 0
Logam 0 0 11,93 0 0
Lain-lain 12,61 15,772 0 0 15,772
Total 125,077 43,603 81,474
Komersil
Organik 68,66 42,878 70,1 30,057 12,821
Plastik 11,37 7,1005 24,5 1,739 5,361
Kertas 12,45 7,775 5,45 0,423 7,352
Kain 62,44997 2,83 1,767 3,1 0,0547 1,712
Karet 1,22 0,737 0 0 0,737
Logam 0,33 0,206 11,93 0,024 0,182
Lain-lain 3,14 1,9609 0 0 1,9609
Total 62,4244 32,2977 30,1259
Institusi
Organik 56,56 5,504 70,1 3,858 1,646
Plastik 9,7324 23,67 2,303 24,5 0,564 1,739
Kertas 13,35 1,2992 5,45 0,07 1,229

Arvin (200407031) V-29


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
Kain 2,44 0,237 3,1 0,0073 0,229
Karet 0,07 0,0068 0 0 0,0068
Logam 1,81 0,176 11,93 0,021 0,155
Lain-lain 2,10 0,204 0 0 0,204
Total 9,73 4,5203 5,2088
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

5.2.5.1 Material Balance dan Teknologi Pengolahan Sampah


1. Sampah Basah
Berdasarkan data dan perhitungan di atas, diketahui bahwa sampah organik yang bisa dikompos
(sampah basah) yang dihasilkan memiliki potensi daur ulang cukup tinggi dibanding dengan
sampah yang lainnya. Pengolahan yang direncanakan untuk sampah organik adalah dengan
melakukan pengomposan takakura. Pengomposan ini menggunakan keranjang yang diberi sekam
untuk menyerap air, mengurangi bau, dan mengontrol udara agar mikroba berkembang dengan
baik. Proses pembuatan teknologi ini adalah:
1. Siapkan keranjang plastik dan beri ruang udara
2. Lapisi bagian dalam dengan kardus atau karton bekas
3. Masukkan sampah organik
4. Lapisi dengan bantal sekam sekitar 7 cm (kumpulan sekam)
5. Tutup keranjang serapat-rapatnya.

2. Sampah Kering
Berdasarkan data dan perhitungan diatas, diketahui bahwa sampah kering yang dihasilkan tidak
semuanya berpotensi untuk di daur ulang. Kertas dan plastik direncanakan akan di daur ulang,
sedangkan logam dan kaca akan dijual ke pengumpul atau perusahaan yang bergerak di bidang
recycling. Material balance untuk pengolahan sampah di Kelurahan Tanjung Gusta dapat dilihat
pada Gambar 5.10.

Arvin (200407031) V-30


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)

Sampah basah = 100,327 m3/h

Sampah kering = 96,9044 m3/h

Kompos = 70,328 m3/h

Daur ulang dan dijual pada pengumpul = 10,093 m3/h

TPA = 116,8 m3/h

Gambar 5.10 Diagram Material Balance Pengolahan Sampah Kelurahan Tanjung Gusta
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

Dari material balance sampah basah dan sampah kering yang telah disajikan diatas maka total
sampah yang tidak digunakan pada daur ulang (dibuang ke TPA) adalah:
Sampah Basah = Timbulan sampah basah – potensi
= 100,327 m3/h – 70,328 m3/h
= 29,999 m3/h

Sampah Kering = Timbulan sampah kering – potensi


= 96,9044 m3/h – 10,093 m3/h
= 86,8114 m3/h

TPA = 116,8 m3/h

5.2.6 Tempat Pembuangan Akhir


Rencana tipe TPA yang akan dibangun adalah Sanitary Landfill. Sanitary Landfill adalah sistem
pengelolaan sampah dengan cara membuang dan menumpuk sampah ke suatu lokasi yang
cekung memadatkan sampah tersebut kemudian menutupnya dengan tanah. Metode Sanitary
Landfill merupakan metode terbaik dibandingkan dengan metode landfill lainnya, terlebih lagi
jika dibandingkan dengan metode Open Dumping dalam hal penanggulangan dampak negatif
sampah terhadap lingkungan.
Agar proses pengelolaan sampah di TPA dapat berjalan lancar harus dilengkapi dengan sarana
dan prasarana pendukung. Rumusan yang dipakai untuk mencari luas TPA yang direncanakan
ini adalah persamaan (5.7) dibawah ini, yaitu:

Arvin (200407031) V-31


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)
t
365 × 10-7 × Lk × Kp × Rd × p × q × n × (s + )
Rd
A= .............................................................................. (5.6)
H×s

Dimana:
A = Luas area landfill (Ha)
Lk = Faktor perkalian lahan kosong
Rd = Faktor reduksi dekomposisi
Kp = Kapasitas pengelolaan
P = Jumlah populasi (jiwa)
q = Jumlah timbulan sampah (m3/h)
s = Perbandingan sampah
t = Perbandingan tanah penutup
n = Tahun desain (tahun)
h = Tinggi akhir timbulan (meter)

Rumusan lain yang perlu diketahui adalah persamaan di bawah ini antara lain:
Pnd + (r × Pd)
Rd = ..................................................................................................................... (5.7)
100

Dimana:
Pnd = % sampah rata-rata non dekomposisi
Pd = % sampah rata-rata dekomposisi
R = Kecepatan produksi

Untuk h ≤ 3 m, r ditentukan dengan persamaan:

1 60
r = ( 100 x n ) × ∑ni ( ) + 20 ................................................................................................. (5.8)
i

Untuk 3< h ≤ 10 m, r ditentukan dengan persamaan:


1
r = ( 100 ) × (d+21,25)............................................................................................................ (5.9)

d = 60 - 1,25n ...................................................................................................................... (5.10)

Untuk h > 10, r ditentukan dengan persamaan:


1
r = ( 100 ) × (d+30)................................................................................................................ (5.11)

d = 70 - 1,75n ...................................................................................................................... (5.12)

Arvin (200407031) V-32


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)

Beberapa asumsi yang digunakan dalam perencanaan TPA ini ialah:


1. Sampah rata-rata nondekomposisi (Pnd) = 60 %
2. Sampah rata-rata dekomposisi (Pd) = 40 %
3. Faktor lahan kosong untuk trench landfill gali urug (Lk) = 2,5
4. Kapasitas pengelolaan (Kp) = 100 % = 1
5. Tinggi akhir timbunan (h) =4m
6. Tahun desain (n) = 10 tahun
7. Perbandingan tanah penutup (t) dengan sampah (s) = 1:8
8. Faktor kompaksi sampah (FCW) =2
9. Faktor kompaksi tanah (FCS) = 1,2

Dari data-data diatas maka dapat ditentukan luas TPA yang dibutuhkan, berdasarkan rumusan di
atas dengan perhitungannya sebagai berikut:

Untuk 3 < h ≤ 10. Maka,


d = 60 – 1,25 n
= 60 – 1,25 (10)
= 47,5
1
r = ( 100) × (𝑑 + 21,25)
1
= ( 100) × (47,5 + 21,25)

= 0,6875
FCS = 1,2
FCW = 2
t:s =1:8
t = 1 x FCS = 1 x 1,2 = 1,2
s = 8 x FCW = 8 x 2 = 16
Maka, t : s = 1,2 : 16 = 1 : 13,3
Pnd + (r × Pd)
Rd = 100
60 + (0,6875 × 40)
= 100

= 0,875

Arvin (200407031) V-33


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)

Jumlah penduduk Kelurahan Tanjung Gusta tahun 2030 = 34.696 jiwa

Timbulan sampah dari Kelurahan Tanjung Gusta yang tidak diolah di TPA atau diurug
berdasarkan Diagram 5.10.
116.800 l/h
q = 34.696 jiwa

= 3,36 l/o/h ≈ 4 l/o/h

Maka luas TPA yang dibutuhkan untuk perencanaan 10 tahun kedepan adalah:
1,2
365 × 10-7 × 2,5 × 1 × 0,875 × 34.696 × 4 × 10 × (13,3 + )
0,875
A=
4 × 13,3

= 3 Ha

Jadi, luas TPA yang diperlukan untuk menimbun sampah dari Kelurahan Tanjung Gusta dalam
jangka waktu 10 tahun adalah 3 Ha.

Arvin (200407031) V-34


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
TUGAS BESAR

®
KABUPATEN DELI SERDANG
PERSAMPAHAN
LEGENDA

POOL POOL - TPS 2

TPA TPS 2 - TPA - TPS 2


KECAMATAN MEDAN BARAT

KECAMATAN MEDAN HELVETIA


TPS TPS 2 - POOL

POOL - TPS 1 POOL - TPS 3

TPS 1 - TPA - TPS 1 TPS 3 - TPA - TPS 3


TPS 1

TPS 1 - POOL TPS 3 - POOL

TPS 3
TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
TPS 2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

JUDUL GAMBAR

PETA JALUR HCS


KELURAHAN TANJUNG GUSTA
NAMA & NIM

ARVIN (200407031)
KELURAHAN CINTA DAMAI GABRIELLA SYALOMITHA S.S (200407062)
ASISTEN
AINI NURUL ARSYA
DOSEN MATA KULIAH
PETA JALUR HCS KELURAHAN TANJUNG GUSTA Dr. Eng. HAFIZHUL KHAIR AM., S.T., MT
RONALD LEONARDO SIREGAR., S.T., M.T
SKALA 1 : 15.000
NOMOR GAMBAR SKALA
5.1 1 : 15.000
TUGAS BESAR

®
KABUPATEN DELI SERDANG
PERSAMPAHAN
LEGENDA

POOL TPS 3 - TPA

TPA TPA - POOL


KECAMATAN MEDAN BARAT

KECAMATAN MEDAN HELVETIA


TPS

POOL - TPS 1

TPS 1 - TPS 2
TPS 1

TPS 2 - TPS 3

TPS 3
TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
TPS 2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

JUDUL GAMBAR

PETA JALUR SCS


KELURAHAN TANJUNG GUSTA
NAMA & NIM

ARVIN (200407031)
KELURAHAN CINTA DAMAI GABRIELLA SYALOMITHA S.S (200407062)
ASISTEN
AINI NURUL ARSYA
DOSEN MATA KULIAH
PETA JALUR SCS KELURAHAN TANJUNG GUSTA Dr. Eng. HAFIZHUL KHAIR AM., S.T., MT
RONALD LEONARDO SIREGAR., S.T., M.T
SKALA 1 : 15.000
NOMOR GAMBAR SKALA
5.2 1 : 15.000
TUGAS BESAR
PERSAMPAHAN
LEGENDA
BLOK
BLOKI I

LAPISAN GEOMEMBRAN

BETON

TANAH DASAR
BLOK I I
BLOK

SAMPAH

PIPA LINDI
PIPA GAS DENGAN
PELINDUNG GRAVEL
TANAH ANTARA TANAH PELINDUNG

TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

JUDUL GAMBAR
PETA RANCANGAN TPA
KELURAHAN TANJUNG GUSTA
KECAMATAN MEDAN HELVETIA
TANAH DASAR KOTA MEDAN
TANAH PELINDUNG
NAMA & NIM
PENGUMPUL LINDI TANAH HARIAN ARVIN (200407031)
PRIMER
GABRIELLA SYALOMITHA S.S (200407062)

PENGUMPUL LINDI PIPA LINDI ASISTEN


SEKUNDER
AINI NURUL ARSYA

DOSEN MATA KULIAH


Dr. Eng. HAFIZHUL KHAIR AM., S.T., M.T.
RONALD LEONARDO SIREGAR., S.T., M.T.
PETA RANCANGAN TPA
NOMOR
SKALA 1 : 3 GAMBAR
SKALA
5.3 1:3
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian perencanaan detail sistem pengolahan persampahan di Kelurahan Tanjung
Gusta dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:

1. Untuk Kelurahan Tanjung Gusta jumlah timbulan sampah dari domestik 3,605 l/o/h,
jumlah timbulan sampah komersial senilai 62,44997 l/ha/h dan jumlah timbulan sampah
institusi sebesar 9,7234 m3/h.
2. Manajemen TPA yang baik di Kelurahan Tanjung Gusta adalah Pewadahan yang
direncanakan untuk masing-masing sumber sampah pada tahun 2030. Untuk Kelurahan
Tanjung Gusta jumlah timbulan sampah dari dosmetik 125079,08 l/h, jumlah timbulan
sampah komersial senilai 62449,97 l/h dan jumlah timbulan sampah institusi sebesar
9732,4 l/h. Perencanaan penanganan timbulan sampah yang ada di Tanjung Gusta
direncanakan menggunakan 12 unit kontainer yang memiliki ukuran 20 m3. Dan disetiap
bloknya memiliki 4 unit kontainer.
3. Dari hasil perancangan, sistem pengolahan sampah di Kelurahan Tanjung Gusta dirancang
menggunakan sanitary landfill. Jumlah sampah di Kelurahan Tanjung Gusta yang terolah
di TPA antara lain yaitu: 100327 l/h sampah organik akan diolah menjadi kompos. Sampah
kertas, logam, kain, dan plastik sebanyak 96904,4 l/h akan didaur ulang dan sampah yang
akan masuk ke TPA sebanyak 116800 l/h. pengolahan sampah direncanakan secara
keseluruhan berlangsung di TPA.

6.2 Saran
Sebagai bahan perhatian untuk penulisan Tugas Besar Persampahan dan berdasarakan hasil
yang diperoleh selama penulisan tugas besar tersebut, maka dapat diperhatikan beberapa hal,
yaitu:

1. Dalam merencanakan sebuah sistem pengolahan persampahan untuk suatu wilayah selain
faktor ekonomi atau biaya, juga perlu dipertimbangkan faktor penting lainnya seperti
keadaan wilayah, estetika, dan faktor kesehatan lingkungan, terutama untuk bagian
pewadahan, pengumpulan dan pengangkutan.

2. Untuk mewujudkan pelaksanakan suatu sistem pengolahan persampahan yang baik di suatu
wilayah, diperlukan kerja sama dan peran serta masyarakat dengan pihak-pihak yang
Tugas Besar Persampahan (STL 2319)

terkait dalam masalah ini, seperti Lurah di wilayah tersebut serta Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Medan.

3. Diharapkan partisipasi masyarakat untuk dapat mengurangi volume timbulan, dengan


mengadakan pengelolahan sendiri, pembuangan yang tepat, pemisahan (handsorting), dan
partisipasi secara umum dengan menjaga kebersihan lingkungan.

4. Diharapkan untuk pelaksanaan penulisan Tugas Besar Persampahan tahun-tahun


selanjutnya dilakukan dengan minimal 2 kelurahan agar terlihat perbedaan antara
pengangkutan sampah sistem HCS dan SCS.

Arvin (200407031) VI-2


Gabriella Syalomitha S.S. (200407062)
DAFTAR PUSTAKA

Ainudin. (2019). PERENCANAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN. UIN SUNAN


AMPEL. SURABAYA

Amandasari, dkk. (2019). Studi Komparasi Sistem Pengelolaan Sampah dengan


Biodigester. ITENAS. Bandung

Aprilia, dkk. (2019). STRATEGI PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI ANALISIS


TIMBULAN DAN KARAKTERISTIK SAMPAH. UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA.
KALIMANTAN BARAT

Ashar. (2019). STUDI TIMBULAN, KOMPOSISI, DAN KARAKTERISTIK SAMPAH


DOMESTIK DI KECAMATAN SOMBA OPU KABUPATEN GOWA. Universitas Hasanuddin.
Gowa

Damanhuri. (2010). Pengelolaan Sampah. ITB. Bandung

Hermansyah. (2021). EVALUASI KINERJA BANK SAMPAH DALAM


PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA MAKASSAR. UNIVERSITAS HASANUDDIN.
Makassar

Hendra. (2016). PERBANDINGAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI


INDONESIA DAN KOREA SELATAN: KAJIAN 5 ASPEK PENGELOLAAN SAMPAH.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Jakarta Selatan

Hasibuan. (2016). ANALISIS DAMPAK LIMBAH/SAMPAH RUMAH TANGGA


TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP. STKIP. Labuhanbatu

Ismail. (2019). Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Universitas Presiden. Bekasi

Ismail, Y. (2019). Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. ACADEMICS IN ACTION


Journal of Community Empowerment, 1(1), 50. https://doi.org/10.33021/aia.v1i1.742

Izharsyah. (2020). ANALISIS STRATEGIS PEMKO MEDAN DALAM MELAKUKAN


SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS OPEN DUMPING MENJADI SANITARY
LANDFILL. Universitas Muhamadiyah. Medan
Lubis. (2013). IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGBALAI
NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/
KEBERSIHAN. Universitas Medan Area. Medan

Noorjenah. (2018). Penguatan Kelembagaan Dalam Implementasi Program Sanitasi


Berbasis Masyarakat. Universitas Lambung Mangkurat. Kalimantan Selatan.

Nurdihayanti. (2018). STUDI EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KOMPOSTER PADA


TPST-3R. UNIVERSITAS HASANUDDIN. Makassar

Pertiwi. (2021). PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK DAN ANALISIS FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN PENDUDUK DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN
TREND NON LINIER METODE POLINOM. UINSU. Medan

Sabela, dkk. (2021). PENINGKATAN PELESTARIAN LINGKUNGAN DAN NILAI


EKONOMIS SAMPAH MELALUI PENGELOLAAN BANK SAMPAH. Universitas
Muhammadiyah. Purworejo

Yasin. (2021). Analisa Kebutuhan Air Besih Masyarakat Dusun Labuhan Jontal Desa Teluk
Santong Kecematan Plampang Kabupaten Sumbawa. Universitas Muhammadiyah. Mataram

Yuliani. (2016). INSINERASI UNTUK PENGOLAHAN SAMPAH KOTA. Pusat


Teknologi Lingkungan. Jakarta

Yuliesti, K. D., Suripin, S., & Sudarno, S. (2020). Strategi Pengembangan Pengelolaan
Rantai Pasok Dalam Pengelolaan Sampah Plastik. Jurnal Ilmu Lingkungan, 18(1), 126–132.
https://doi.org/10.14710/jil.18.1.126-132

Yusa dkk. (2018). PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT MELALUI


BANK SAMPAH. Universitas Diponegoro. Semarang
LAMPIRAN I
KONDISI EKSISTING

Foto Kondisi Eksisting Kelurahan Tanjung Gusta


Sumber : Google, 2022

Pada Kelurahan Tanjung Gusta pola pewadahan pada rumah masyarakat umumnya memakai
kantong plastik/karung plastik atau tong sampah pribadi dan tidak ada proses pemilahan
sampah yang dilakukan oleh masyarakat. Proses pengumpulan sampah pada Kelurahan
Tanjung Gusta dilakukan dengan cara diangkut oleh petugas kebersihan dengan becak/motor,
diangkut sendiri ke TPS, ataupun mobil Dinas Kebersihan yang mengangkut langsung dari
rumah-rumah masyarakat ke TPS. Lokasi TPS di Kelurahan Tanjung Gusta berada di pinggir
jalan sebagai tempat pembuangan sampah sementara sebelum diangkut ke TPA. Sistem
pengumpulan di TPS ini yaitu masyarakat dan petugas kebersiha diperbolehkan untuk
mengumpulkan sampah sebelum jam 10.00 pagi. Setelah jam 10.00 sampah akan diangkut ke
TPA Terjun dan tidak diperbolehkan lagi mengumpulkan sampah setelah jam 10.00 pagi.
LAMPIRAN II

DATA KELURAHAN DARI BPS

Tabel 1. Jumlah Penduduk Kelurahan Tanjung Gusta Tahun 2011-2020


Jumlah Penduduk
Jumlah Banyak Rata-Rata Kepadatan Luas
Berdasarkan Jenis
Tahun Penduduk Rumah Per Rumah Penduduk Wilayah
Kelamin
(Jiwa) Tangga Tangga Per km2 (km2)
Lk Pr
2011 29.336 15.281 14.055 5.867 5 13.335 2,20
2012 29.402 15.295 14.107 5.880 5 13.365 2,20
2013 29.576 15.375 14.201 5.915 5 13.444 2,20
2014 30.285 15.886 14.399 6.057 5 13.766 2,20
2015 30.470 15.990 14.480 6.094 5 13.850 2,20
2016 30.644 16.081 14.563 6.128 5 13.850 2,20
2017 30.891 16.212 14.679 6.178 5 14.04 2,20
2018 30.906 16.444 14.989 6.181 5 14.048 2,20
2019 31.433 16.073 15.360 6.286 5 14.288 2,20
2020 32.096 16.669 15.427 6.419 5 14.589 2,20
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2021

Tabel 2. Sarana Pendidikan Kelurahan Medan Tanjung Gusta 2011-2020


Tahun PAUD/TK SD SMP SMA
2011 3 3 7 5
2012 3 3 7 5
2013 3 3 9 6
2014 3 3 9 6
2015 3 3 9 6
2016 3 3 9 6
2017 5 3 9 7
2018 5 3 9 7
2019 5 4 10 7
2020 5 4 10 7
Sumber: Badan Pusat Staitistik Provinsi Sumatera Utara, 2021

Tabel 3. Sarana Kesehatan Kelurahan Tanjung Gusta Tahun 2011-2020


Tahun Puskesmas Posyandu Praktik Dokter Praktik Bidan
2011 1 5 4 1
2012 1 5 4 1
2013 1 5 4 1
2014 1 5 4 1
2015 1 5 4 1
2016 1 5 4 1
2017 1 5 4 1
2018 1 5 4 1
Tahun Puskesmas Posyandu Praktik Dokter Praktik Bidan
2019 1 5 4 3
2020 1 5 4 6
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2021

Tabel 4. Sarana Perdagangan Kecamatan Tanjung Gusta Tahun 2011-2020


Door
Bengkel Smeer
Rumah Warung Industri Bengkel
Tahun Pertokoan Sepeda Mobil/
Makan Makan/Minum Kecil Mobil
Motor Sepeda
Motor
2011 1 65 4 2 10 8 14
2012 2 65 4 2 10 12 14
2013 3 91 4 2 14 12 19
2014 3 91 18 2 14 12 19
2015 3 92 18 2 14 12 19
2016 3 92 18 2 14 12 19
2017 5 92 18 4 14 12 22
2018 28 95 18 4 16 14 22
2019 28 95 18 16 16 14 22
2020 28 110 20 66 16 14 22
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2021

Tabel 5. Sarana Ibadah Kelurahan Tanjung Gusta 2011-2020


Tahun Masjid Langgar/Mushola Gereja Vihara Kuil/Pura
2011 8 3 7 8 3
2012 8 3 7 8 3
2013 8 3 7 8 3
2014 8 3 7 8 3
2015 9 5 7 9 5
2016 9 5 7 9 5
2017 11 5 7 11 5
2018 13 8 7 13 8
2019 13 9 7 13 9
2020 13 9 7 13 9
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2021
LAMPIRAN III

1. Fungsi dari lapisan geomembrane (Bang Jesaya Given P. Purba)


Geomembran berfungsi sebagai pemisah dan penampung zat cair. Lembaran Geomembran
yang kedap air berfungsi sebagai pemisah dari cairan atau gas dengan lingkungan sekitarnya.
Geomembran biasanya dipakai sebagai penampungan air, kolam atau pun tambak. Ketebalan
geomembrane yang dipakai difaktorkan dengan besar kecilnya ukuran dari tempat dari tempat
penampungan ataupun kolam yang akan dibuat. Selain itu, cairan yang akan ditampung juga
menjadi faktor untuk memilih ketebalan geomembrane, untuk penampungan air limbah
ataupun pertambangan akan diperlukan geomembrane dengan ketebalan yang lebih tinggi.

2. Perbedaan dump truck dan arm roll (Bang Jesaya Given P. Purba)
Dump truck adalah truk dengan bak terbuat dari plat besi/baja yang bisa ditumpahkan dengan
alat hidrolik. Dapat mengangkut sampah sampai dengan 8 m3 . Pemuatan sampah di tempat
pembuangan sementara lebih lama dibandingkan dengan arm-roll truck, karna dikerjakan
dengan manual, tetapi pembongkaran di tempat pembuangan akhir lebih cepat dibandingkan
dengan truk datar. Dump truck jauh lebih murah dibandingkan dengan arm roll truck, tetapi
lebih mahal dibandingkan dengan truk datar. Jumlah rit yang dapat ditempuh dump truck
dihitung berdasarkan jarak menuju TPA. Untuk jarak dibawah 20 km jumlah rit maksimal
sebanyak 4 kali, dan 2-3 rit untuk jarak antara 30-40 km. Namun perhitungan ini juga
tergantung dengan waktu memuat sampah

Arm roll truck adalah truk chasis yang dilengkapi dengan lengan tarik hidrolik untuk
mengangkat kontainer. Kontainer yang dibawa oleh arm roll truck dibedakan menjadi 2 jenis
berdasarkan volumenya, yaitu kontainer bervolume 6 m 3 dan kontainer 8 m3 . Arm roll truck
relatif efektif dan efisien untuk mengangkut kontainer sampah karena waktu memuat dan
membongkar sampah lebih singkat dibandingkan dengan alat pengangkut sampah yang lainnya
sehingga harganya pun jauh lebih mahal. Jumlah rit arm roll truck dihitung sebanyak 6 kali
sehari untuk jarak dibawah 20 km, dan 3-4 rit untuk jarak 30-40 km.

3. Perbedaan standar deviasi dan standar korelasi (Bang Jesaya Given P. Purba)
Standar deviasi adalah nilai yang dipakai utk nentukan kedekatan sampel dengan rata rata dari
data
Sedangkan koefisien korelasi merupakan nilai yang menunjukan kuat atau tidaknya hubungan
linear antar variabel

4. Sumber air lindi (Kak Friday H.U Aruan)


Air lindi atau dikenal dengan nama lain leachate adalah jenis limbah cair yang berasal dari air
hujan yang menggenang pada timbunan sampah. Biasanya limbah ini berbau busuk dan
mengandung konsentrasi zat organik dan anorganik yang berbahaya jika dibiarkan tanpa
pengolahan lebih lanjut. Selain itu, air lindi yang berasal dari timbunan sampah juga dapat
mengandung material logam seperti seng dan juga raksa. Kedua material ini sangat berbahaya
jika terpapar pada manusia dan juga hewan khususnya dalam jumlah besar.

5. Gambar TPA (Bang Jesaya Given P. Purba)


Tanah dasar itu menjadi wadah awal sanitary landfill dan tergantung kepada topografi lahan.
Fungsi dari tanah pelindung itu untuk pembatas sampah dan pengumpul lindi sekunder dan
pipa lindi sekunder untuk menghindari rembesan limbah secara langsung ke pengumpul
sekunder. Tanah antara itu sebagai penimbun sampah setelah di kompaksi dengan ketebalan
30 – 40 cm. Pipa lindi sekunder sebagai jalur masuk lindi ke IPAL. Penunjang fungsi dari pipa
primer apabila ada rembesan air lindi. Pipa gas berfungsi sebagai untuk lubang gas untuk
menghindari ledakan. Lapisan geomembrane itu bersifat kedap air dan mencegah air lindi
masuk ke air tanah yang dapat mencemari lingkungan sekitar, lapisan geomembrane terdapat
dua lapis, lapisan geomembrane sekunder hanya untuk pelengkap untuk melindungi lapisan
berikutnya apabila terdapat kebocoran dari lapisan geomembrane utama.

6. Sampah B3 diolah menjadi apa? (Kak Tresa R. Hutagalung)


Sampah B3 tidak dapat diolah menjadi kompos maupun didaur ulang. Sampah B3 hanya akan
diolah dengan benar di PT Arah Environmental Indonesia yang menawarkan layanan
pengelolaan limbah B3 secara terpadu sebelum dibuang ke TPA agar aman ketika dibuang ke
TPA.

7. Sampah b3 apakah dibawa ke TPA? (Kak Tresa R. Hutagalung)


Sampah B3 ada juga dibawa ke TPA akan tetapi limbah sampah B3 tersebut tidak diurug.

8. Pengertian ritasi (Bang Jesaya Given P. Purba)


Ritasi adalah dimana satu truk bolak balik dari pool ke TPS lalu ke TPA
9. Jelaskan tentang faktor kompaksi (Bang Jesaya Given P. Purba)
Dalam menentukan timbulan sampah, satuan volume timbulan sampah dapat menimbulkan
kesalahan dalam interpretasi karena terdapat faktor kompaksi yang harus diperhitungkan.
Faktor kompaksi itu sendiri terjadi akibat terbebaninya lapisan akibat sendimen yang berada di
atasnya sehingga menyebabkan hubungan antar butir menjadi lebih dekat dan juga air yang
terkandung dalam pori pori lapisan tertekan keluar.

10. Ukuran dump truck dan arm roll truck (Kak Yerica Magdalena)
Untuk ukuran dump truck dan arm roll truck disesuaikan dengan jumlah timbulan yang
dihasilkan dan tetap menggunakan ukuran yang digunakan dipasaran

Anda mungkin juga menyukai