Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Praktek Kerja Lapangan (PRAKTEK) mahasiswa merupakan kegiatan
yang dilaksanakan secara terprogram dan terintegrasi dengan mata kuliah yang
sudah dipelajari di bangku kuliah. Melalui kegiatan Praktek ini diharapkan
mahasiswa dapat memperoleh dan menambah wawasan pengetahuan yang
lebih luas di lapangan dengan alokasi waktu pelaksanaan yang ada. Dalam
Praktek Kerja Lapangan ini mengajarkan mahasiswa Pendidikan Teknik
Bangunan dalam melaksanakan kegiatan Konstruksi di proyek untuk
persiapan mengahadapi berbagai masalah yang ada pada lapangan Konstruksi.
Praktek Kerja Lapangan memberikan wawasan atau ilmu yang luas khususnya
bagi Mahasiswa sebagai pedoman untuk kedepan dalam dunia pekerjaan,
dalam membagi waktu, dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ada di
konstruksi tersebut.

B. Tujuan dan Manfaat


Praktek Struktur dan Konstruksi dilaksanakan dengan tujuan agar
mahasiswa memiliki kemampuan secara profesional dalam menyelesaikan
permasalahan- permasalahan pekerjaan di bidang rekayasa Teknik Bangunan
yang ada di lapangan dengan bekal ilmu yang diperoleh di bangku kuliah
sesuai dengan lingkup bidang pekerjaan pada lokasi Praktek
(perencanaan/perancangan/pelaksanaan/pengawasan).
Manfaat yang diharapkan setelah mahasiswa melaksanakan kegiatan
Praktek Struktur Dan Konstruksi adalah sebagai berikut :
1. Mendapatkan wawasan praktis tentang pekerjaan konstruksi
(perencanaan / perancangan / pelaksanaan / pengawasan) yang akan
menjadi dunia kerja para mahasiswa calon sarjana PendidikanTeknik
Bangunan
2. Mengetahui atau memahami kebutuhan pekerjaan dan mempersiapkan diri
dalam menghadapi lingkungan kerja setelah menyelesaikan studinya;
3. Mengetahui dan memahami serta melihat secara langsung penggunaan
atau peranan teknologi terapan di tempat kerja ;
4. Memiliki kemampuan membuat laporan tertulis dengan baik sesuai dengan
pedoman tata cara dan standar penulisan ilmiah, dengan menyajikan hasil-
hasil yang diperoleh selama Praktek dalam bentuk laporan Praktek
Struktur dan Konstruksi; dan
5. Diharapkan bahwa mahasiswa dapat menggunakan hasil atau data-data
yang diperoleh selama kegiatan Praktek Struktur dan Konstruksi untuk
dikembangkan menjadi Tugas Akhir

C. Lingkup Pembahasan
Pada pelaksaan proyek di lokasi praktek ada berbagai pekerjaan yang di
lakukan untuk menghindari ancaman bencana alam contohnya bencana
longsor akibat derasnya hujan yang tidak menentu dan tidak teratur dan
mengakibatkan tanahnya mudah longsor. Maka di lakukan lah pencegahan
dalam mengendalikan terjadinya bencana longsor ini, seperti pekerjaan
Tembok Penahan Tanah (TPT), Pekerjaan Bronjong dan Pekerjaan saluran.
Sehingga dapat mengurangi terjadinya anacaman bencana longsor.

D. Sistematika
Laporan ini disusun atas 5 Bab Yaitu :
1. BAB I : Pendahuluan; berisi Latar Belakang, Tujuan dan Manfaat,
Lingkup Pembahasan, Sistematika, Waktu dan Tempat
2. BAB II : Tinjauan Pustaka; mendeskripsikan studi pustaka sebagai
dasar kegiatan pengembangan
3. BAB III : Pelaksanaan Praktek; menjelaskan berbagai kegiatan-
kegiatan pekerjaan yang dilakukan pada lokasi proyek
4. BAB IV : Hasil dan Pembahasan; berisi tentang hasil kegiatan-
kegiatan yang telah dilakukan selama mengikuti praktek di lokasi
proyek
5. BAB V : Kesimpulan dan Saran; berisi kesimpulan dari kegiatan-
kegiatan yang dilakukan
E. Waktu dan Tempat
Tempat Praktek Struktur dan Konstruksi dapat dipilih oleh mahasiswa
sendiri, secara mandiri, atau atas referensi pihak universitas, atau perusahaan
yang telah bekerjasama dengan Universitas Nias dan bersedia menerima
mahasiswa sebagai tempat dilaksanakannya Praktek.
Praktek Struktur dan Konstruksi dilaksanakan dalam jangka waktu 1 (satu)
semester atau selama 6 (enam) bulan yang terdiri dari 3 (tiga) bulan di
lapangan dan 3 (tiga) bulan proses pembimbingan dan penyusunan laporan
Praktek. Berikut Tempat Dan Waktu Pelaksanaan Proyek.

1. Data Proyek
Nama Proyek : Perkuatan Tebing Akibat Longsor Di
Dusun V Desa Madula Kecamatan
Gunungsitoli
Sumber Dana : APBD Kota Gunungsitoli TA. 2022
Nilai Kontrak : Rp. 1.464.911.000,- (Termasuk Pajak-
Pajak)
Tujuan : Memperlancar Aliran Air Dan
Menghindari Terjadinya Longsor
Pelaksana : CV. ANGGRAJAYA
Nasoaro Waruwu / Direktur
PPK : Ir. Wija Delvianto Zega, S.T., M.Si.
Mulai : 12 April 2022
Selesai : 08 September 2022
Uraian Pekerjaan : - Pekerjaan Persiapan
- Pekerjaan Saluran
- Pekerjaan TPT Beton Bertulang
- Pekerjaan Lain-Lain
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Longsor

Menurut Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) Tahun 2013, bencana


adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam
dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan
dampak psikologis. Sementara bencana alam sendiri didefinisikan sebagai
bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor. Beberapa hal
yang berkaitan dengan bencana (IRBI, 2013):
 Bahaya/ancaman (hazard) adalah satu situasi atau kejadian atau
peristiwa yang mempunyai potensi dapat menimbulkan kerusakan,
kehilangan jiwa manusia, atau kerusakan lingkungan.
 Risiko (risk) adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana
pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa
kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, jumlah
orang mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta dan infrastruktur,
dan gangguan kegiatan masyarakat secara sosial dan ekonomi.
 Kerentanan (vulnerability) adalah suatu kondisiyang ditentukan oleh
faktor-faktor atau proses-proses fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan
yang mengakibatkan menurunnya kemampuan dalam menghadapi
bahaya (hazard).
 Kemampuan/kapasitas (capacity) adalah penguasaan terhadap sumber
daya, teknologi, cara, dan kekuatan yang dimiliki masyarakat, yang
memungkinkan mereka untuk mempersiapkan diri, mencegah,
menjinakkan, menanggulangi, mempertahankan diri dalam
menghadapi ancaman bencana, serta dengan cepat memulihkan diri
dari akibat bencana.
Gambar 1. Longsor akibat curah hujan yang deras

1. Pengertian Tanah Longsor


Skempton dan Hutchinson (1969), tanah longsor atau gerakan tanah
didefinisikan sebagai gerakan menuruni lereng oleh massa tanah dan atau
batuan penyusun lereng tersebut. Menurut Arsyad (1989: 31) Longsor
terjadi sebagai akibat meluncurnya suatu volume di atas suatu lapisan agak
kedap air yang jenuh air. Dalam hal ini lapisan terdiri dari tanah liat atau
mengandung kadar tanah liat tinggi dan juga dapat berupa lapisan batuan
seperti napal liat (clay shale) setelah jenuh air akan bertindak sebagai
peluncur.
Cruden dan Varnes (1996) mengklasifikasikan pergerakan lereng
berdasarkan materialnya yang dibagi menjadi batuan, tanah, dan debris.
Batuan adalah material kasar yang terikat dan berada pada lapisan bawah.
Tanah adalah material yang lebih dari 80%- nya berukuran kurang dari
2mm, sedangkan debris mengandung material kasar yang 20-80% dari
partikelnya berukuran lebih dari 2mm.
Tanah longsor dapat menimbulkan kerusakan yang cukup besar.
Namun bahaya dan risiko terhadap longsor dapat diminimalisir dengan
adanya manajemen risiko yang baik, berkelanjutan, dan informasi yang
akurat tentang kejadian longsor. Penggunaan pemetaan tingkat kerentanan
longsor merupakan salah satu kunci penting untuk mengurangi risiko
tersebut, baik untuk pribadi, umum, pemerintah, sampai peneliti (Shahabi
dan Hashim, 2015).
2. Faktor Penyebab Longsor

Cruden dan Varnes (1996) menyebutkan bahwa faktor penyebab


longsor dibagi menjadi 2 kelompok yaitu faktor penyebab dan faktor
pemicu. Faktor penyebab antara lain kemiringan lereng, jenis batuan dan
jenis tanah. Hujan deras, aktivitas seismik seperti erupsi gunung api dan
gempa bumi termasuk kedalam faktor pemicu.
Menurut Goenadi et al. (2003), faktor pemicu terjadinya
longsor dikelompokkan menjadi dua, yakni faktor yang bersifat tetap
(statis), dan faktor yang bersifat mudah berubah (dinamis). Faktor
pemicu yang bersifat dinamis ini mempunyai pengaruh yang cukup
besar karena kejadian tanah longsor sering dipicu oleh adanya perubahan
gaya atau energi akibat perubahan faktor yang bersifat dinamis. Yang
termasuk ke dalam kategori faktor pemicu dinamis ini adalah curah
hujan dan penggunaan lahan. Pada kelompok faktor pemicu yang bersifat
dinamis sebenarnya ada faktor kegempaan. Namun karena daerah
penelitian tidak terlalu luas, maka seluruh daerah penelitian dapat
dianggap mempunyai tingkat faktor kegempaan yang sama. Selanjutnya,
faktor pemicu terjadinya tanah longsor yang bersifat statis dibagi lagi ke
dalam dua kelompok, yaitu faktor batuan (jenis litologi penyusun dan
struktur geologi), dan faktor (sifat fisik) tanah. Secara lebih rinci, faktor-
faktor tersebut di atas disajikan dalam tabel 1di bawah ini:
Tabel 3.1. Faktor-Faktor Pemicu Terjadinya Tanah Longsor
No Faktor Penyebab Parameter
Kemiringan Lereng
Faktor Pemicu Curah Hujan
1
Dinamis Penggunaan Lahan (Aktivitas
Manusia)
2 Faktor Pemicu Statis Jenis Batuan dan Struktur Geologi
Kedalaman Solum Tanah
Permeabilitas Tanah
Tekstur Tanah
3. Kerentanan (Vulnerability)
Kerentanan (vulnerability) adalah suatu kondisi yang ditentukan oleh
faktor-faktor atau proses-proses fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan yang
mengakibatkan menurunnya kemampuan dalam menghadapi bahaya
(hazards) (IRBI, 2013).
Berdasarkan BAKORNAS PB (2007) bahwa kerentanan
(vulnerability) adalah sekumpulan kondisi atau suatu akibat keadaan (faktor
fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan) yang berpengaruh buruk terhadap
upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan bencana. Kerentanan
ditujukan pada upaya mengidentifikasi dampak terjadinya bencana berupa
jatuhnya korban jiwa maupun kerugian ekonomi dalam jangka pendek,
terdiri dari hancurnya pemukiman infrastruktur, sarana dan prasarana serta
bangunan lainnya, maupun kerugian ekonomi jangka panjang berupa
terganggunya roda perekonomian akibat trauma maupun kerusakan sumber
daya alam lainnya.
Penentuan tingkat kerentanan longsor didasarkan atas perhitungan
indikator dan parameter yang mempengaruhi kerentanan longsor. Adapun
indikator dan parameter tersebut dalam Peraturan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (Perka BNPB) No. 2 Tahun 2012, masing-masing
indikator tersebut adalah:
 Kerentanan sosial, parameternya meliputi: kepadatan penduduk,
rasio jenis kelamin, rasio kemiskinan, rasio penyandang disabilitas,
dan rasio kelompok umur rentan (lanjut usia dan balita).
 Kerentanan ekonomi, parameternya meliputi: lahan produktif dan
Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB).
 Kerentanan fisik, parameternya meliputi: hutan lindung, hutan
alam, dan hutan bakau/mangrove

Selain itu, Paimin et al. (2009) juga menambahkan terdapat 2


variabel/ faktor penentu kerentanan longsor, yaitu: faktor alami dan
faktor manajemen. Faktor alami di antaranya: 1) curah hujan harian
kumulatif 3 hari berturutan, 2) kemiringan lahan, 3) geologi/ batuan, 4)
keberadaan sesar/ patahan/ gawir, 5) kedalaman tanah sampai lapisan
kedap; sedangkan dari faktor manajemen di antaranya: 1) penggunaan
lahan, 2) infrastruktur, 3) kepadatan permukiman.
Soeters dan Van Westen (1996) mengatakan bahwa ada 5
kelompok dataset yang umum digunakan untuk menilai kerentanan
longsor sebagai berikut:
 Geomorfologi, misalnya data sub-unit geomorfologi dan bentuk
lahan.
 Topografi dan morfologi, misalnya data lapangan seperti
kemiringan, aspek, dan kelengkungan lereng.
 Geologi, misalnya data litologi dan batuan penyusun.
 Penggunaan lahan.
 Hidrologi, misalnya data drainase, daerah tangkapan air, dan curah
hujan.

B. Tembok Penahan Tanah

Dinding penahan tanah adalah suatu konstruksi yang berfungsi


untuk menahan tanah lepas atau alami dan mencegah keruntuhan tanah
yang miring atau lereng yang kemantapannya tidak dapat dijamin oleh
lereng tanah itu sendiri. Tanah yang tertahan memberikan dorongan
secara aktif pada struktur dinding sehingga struktur cenderung akan
terguling atau akan tergeser (Tanjung, 2016).
Dinding penahan tanah berfungsi untuk menyokong tanah serta
mencegahnya dari bahaya kelongsoran. Baik akibat beban air hujan, berat
tanah itu sendiri maupun akibat beban yang bekerja di atasnya (Tanjung,
2016).
1. Jenis Dinding Penahan Tanah
Berdasarkan cara untuk mencapai stabilitasnya, maka dinding
penahan tanah dapat digolongkan dalam beberapa jenis yaitu dinding
gravitasi, dinding kantilever, dinding counterfort, dinding buttress.
Beberapa jenis dinding penahan tanah antara lain :
a) Dinding Penahan Tanah Tipe Gravitasi (gravity wall)
Dinding ini dibuat dari beton tidak bertulang atau pasangan batu,
terkadang pada dinding jenis ini dipasang tulangan pada permukaan
dinding untuk mencegah retakan permukaan akibat perubahan
temperature (Tanjung, 2016).

Gambar 2. Dinding penahan tanah tipe gravitasi (gravity wall)

b) Dinding Penahan Tanah Tipe Kantilever (cantilever retaining wall)


Dinding ini terdiri dari kombinasi dinding dengan beton
bertulang yang berbentuk huruf T. Stabilitas konstruksinya diperoleh
dari berat sendiri dinding penahan dan berat tanah di atas tumit tapak
(hell). Terdapat 3 bagian struktur yang berfungsi sebagai kantiliver,
yaitu bagian dinding vertikal (steem), tumit tapak dan ujung kaki
tapak (toe). Biasanya ketinggian dinding ini tidak lebih dari 6 – 7
meter (Tanjung, 2016).

Gambar 3. Dinding penahan tanah tipe kantilever (cantilever retaining wall).


c) Dinding Penahan Tanah Tipe Counterfort
Dinding ini terdiri dari dinding beton bertulang tipis yang di
bagian dalam dinding pada jarak tertentu didukung oleh pelat/dinding
vertikal yang disebut counterfort (dinding penguat). Ruang di atas
pelat pondasi diisi dengan tanah urug. Apabila tekanan tanah aktif
pada dinding vertikal cukup besar, maka bagian dinding vertikal dan
tumit perlu disatukan. Counterfort berfungsi sebagai pengikat tarik
dinding vertikal dan ditempatkan pada bagian timbunan dengan
interfal jarak tertentu. Dinding counterfort akan lebih ekonomis
digunakan bila ketinggian dinding lebih dari 7 meter (Tanjung, 2016).

Gambar 4. Dinding penahan tanah tipe counterfort.

d) Dinding Penahan Tanah Tipe Buttress


Dinding buttress hampir sama dengan dinding counterfort, hanya
bedanya bagian counterfort diletakkan di depan dinding. Dalam hal
ini, struktur counterfort berfungsi memikul tegangan tekan. Pada
dinding ini, bagian tumit 10 lebih pendek dari pada bagian kaki.
Stabilitas konstruksinya diperoleh dari berat sendiri dinding penahan
dan berat tanah di atas tumit tapak. Dinding ini dibangun pada sisi
dinding di bawah tertekan untuk memperkecil gaya irisan yang
bekerja pada dinding memanjang dan pelat lantai. Dinding ini lebih
ekonomis untuk ketinggian lebih dari 7 meter. Kelemahan dari
dinding ini adalah penahannya yang lebih sulit daripada jenis lainnya
dan pemadatan dengan cara rolling pada tanah di bagian belakang
adalah jauh lebih sulit (Tanjung, 2016).

C. Bronjong

Bronjong ialah suatu hasil anyaman kawat atau bilah –bilah bambu
dibentuk balok, prisma atau silinder kemudian diisi dengan batu. Bronjong
sudah dipakai sudah lama, tercatat dalam sejarah bahwa,
 5000 SM bronjong sudah dipakai bangsa Mesir untuk memperkuat
tanggul di Sungai Nil.
 1000 SM Orang Cina membuat tanggul di Sungai Yang Tze.
 200 SM Orang Romawi sudah membuat Coffer Dam Pata.
 zaman Yulius Caesar juga telah membuat kubu militer dengan
menggunakan bronjong.

Karena konstruksinya yang sederhana dan murah, dengan bahan baku


sebagian besar ada dilokasi maka bronjong sering dipakai petani didaerah
pedesaan untuk membuat bendung irigasi sederhana. Konstruksi Bronjong
paling banyak dipergunakan untuk bangunan semi permanent, karena sifatnya
yang tidak kaku, maka sering digunakan dilokasi yang tanahnya belum stabil
seperti bendung irigasi, check dam, bangunan terjun, pelindung tebing sungai
maupun saluran irigasi, krib dinding penahan tanah, tembok jembatan darurat,
drainasi kaki tanggul, pondasi jalan. Setelah melewati waktu yang cukup
lama, sampai kondisi tanahnya benar benar sudah stabil, bangunan bronjong
dapat ditingkatkan menjadi bangunan permanen setelah melalui kajian teknis
yang lebih mendalam.
Untuk memperoleh kualitas bronjong yang baik, diperlukan pengawasan
yang tinggi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti :
 Pengadaan kawat bronjong dan kawat pengikat
 kualitas anyaman
 cara pengisian
 kualitas dan kuantitas batu isian
 keterampilan pelaksana (tukang)
Untuk bronjong kawat buatan pabrik (pabrikasi), kualitas bronjong
biasanya sudah dibuat standarisasi berdasarkan sertifikat SNI yang
dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian sehingga yang perlu
diperhatikan adalah bagaimana mengisi dan menyusun bronjong dalam
suatu ikatan yang kuat sesuai spesifikasi yang telah ditentukan.

Jenis-Jenis Bronjong Berdasarkan Bahan Dan Cara Membuatnya :


Sesuai dengan bahan anyaman yang digunakan, pada umumnya hanya
terdapat 2 (dua) macam jenis bronjong yaitu :
- Bronjong bambu, yang dibuat dengan tenaga manusia dari bahan
bambu belah
- Bronjong kawat, yang dibuat dengan tenaga manusia atau mesin
dengan menggunakan bahan kawat.

Bentuk dan Ukuran Bronjong


 Bronjong bambu berbentuk
- silinder Ukuran bronjong bambu diameter 0.50 meter, panjang
tergantung ketersediaan bambu yang dipergunakan (antara 4 – 6 m).
 Bronjong kawat biasanya berbentuk
- silinder
- kotak
- balok empat persegi
- prismatis.

Ukuran yang Lazim Digunakan di Indonesia Adalah Sbb.:


 Bentuk silinder/guling
umumnya dipasang dng posisi berdiri
 Panjang maximum = 3.00 meter
 Garis tengah = 0.50 meter
dibuat untuk :
- memudahkan pengangkutan
- mudah meletakkannya pada kedudukan yang telah ditetapkan
- setelah diisi batu tidak akan banyak mengalami perubahan dari bentuk
semula.

 Bentuk prismatis/matras/kasur
 Ukuran-ukuran yang lazim digunakan ialah :
- Panjang = 3.00 meter
- Lebar = 1.00 meter
- Tebal = 0.50 meter

Umumnya dibuat dengan ukuran-ukuran khusus yang disesuaikan


dengan keperluannya. Karena sisinya berbentuk datar maka sebelum diisi
batu, beronjong tersebut dapat dilipat agar memudahkan dalam
penyimpanan dan pengangkutannya.

Sifat – Sifat Bronjong


1) Tidak kaku
Bentuk bangunan bronjong mengikuti tanah dibawahnya Sehingga apabila
terjadi penurunan atau penggeseran tanah dibawahnya, konstruksi
bronjong mudah menyesuaikan diri dengan perubahan bentuk
kedudukannya atau “fleksibel”.
2) Lolos air
Karena isi bronjong dibuat padat dan rapat diantara isian batu masih
terdapat rongga sehingga air masih bisa lolos.
3) Daya tahan terhadap gesekan kurang kuat
Tidak dapat menahan benturan-benturan atau gesekan-gesekan benda-
benda keras.
4) Diperlukan lapisan pelindung
Apabila dipergunakan didaerah pantai atau yang kerkadar asam tinggi.
Bronjong kawat yang tidak dilapisi dengan lapisan pelindung tidak cocok
untuk digunakan bagi pekerjaan-pekerjaan yang terletak di daerah pantai
yang mengandung garam karena akan cepat berkarat dan anyamannya
cepat rusak. Untuk pekerjaan-pekerjaan di tepi laut, kawat bronjong harus
diberi “lapisan pelindung” berupa campuran aspal cair dengan pasir, atau
diberi isolasi plastic atau dari bahan galvanis tahan karat.

Gambar 5. Bronjong
D. Saluran Air
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTEK
DATA UMUM
A. Data Umum Perusahaan
1. Sejarah perkembangan perusahaan
Berikut ini merupakan sejarah berdirinya perusahaan yang dimana tempat
penulis melaksanakan praktek.
CV. ANGGRAJAYA adalah perusahaan telah berdiri sejak tahun
……………….. sudah terbukti dipercaya dalam bidang jasa konstruksi dan
sudah banyak berperan sebagai perusaaan profesional dan mampu
menjalankan pelayanan terbaik dalam bidang jasa konstruksi terbukti dengan
banyak usaha proyek yang telah ditangani sejak berdirinya perusahaan
ini.yang menjadi direktur utama CV. ANGGRAJAYA bapak………………
hingga sampai pada tanggal ………….terjadi perubahan akta Notaris dengan
No…….. tanggal………………dimana CV. ANGGRAJAYA di pimpin Oleh
:
Direktur : …………………
Wakil Direktur 1 : …………………..
Wakil Direktur 2 :……………………..
Wakil Direktur 3 :………………………….
Wakil Direktur 4 : ......................................
Wakil Direktur 5 :…………………
Wakil Direktur 6 :…………………..
Wakil Direktur 7 :……………………..

CV. ANGGRAJAYA akan terus berusaha menjaga komitmen sebagai


mitra kerja yang saling menguntungkan untuk mencapai kemajuan dan
kesuksesan perusahaan dimasa kini maupun yang akan datang. Dalam
perkembangannya CV. ANGGRAJAYA telah diberikan kepercayaan untuk
menangani proyek diberbagai sektor baik di sektor bangunan, konstruksi
jalan, saluran dan lain-lain. Keberadaan CV. ANGGRAJAYA dapat
berpartisipasi dan berperan aktif dalam pembangunan kawasan dan kota-kota
Mandiriyang sedang banyak berkembang khususnya di kepulauan nias.CV.
ANGGRAJAYA merupakan perusahaan swasta yang berbadan hukum yang
berkantor di Jln.Di …………….Kelurahan……………Kec. Gunungsitoli
Kota Gunungsitoli
1. Produk yang dihasilkan
Produk yang dihasilkan CV. ANGGRAJAYA berupa jasa konstruksi
dalam bidang perseroan komanditer.
2. Kebijaksanaan perusahaan
Mengikuti perkembangan teknologi dan mengembangkan Sumber Daya
Manusia, meningkatkan daya saing kualitas sehingga dapat memberikan
pelayanan yang lebih terpercaya serta aman dibidang jasa konstruksi.
3. Struktur organisasi perusahaan
Sebagaimana diketahui bahwa dalam menjalankan suatu organisasi perlu
diadakan pembagian kerja yang rapi dan terperinci mengenai tugas,
wewenang, dan tanggung jawab dari setiap bagian yang ada dalam
perusahaan tersebut, sehingga yang berada dalam suatu bagia tertentu
dapat dengan jelas mengetahui perannya dalam organisasi/perusahaan
dimana mereka terlibat sebagai anggota didalamnya. selain itu struktur
organisasi juga menunjukkan garis perintah dan garis kerja sama antar
bagian atau departemen lainnya. sehingga kegiatan dalam perusahaan
dapat terkoordinasi dan berjalan dengan baik. Skala perusahaan yang
bersangkutan, namun struktur organisasi yang baik merupakan salah satu
syarat bagi setioap perusahaan agar perusahaannya dapat berjalan dengan
baik. Penilaian baik tidaknya suatu struktur organisasi tergantung pada
keadaan perusahaan itu sendiri atau dengan kata lain struktur organisasi
harus berperan penting dalam pembagian tugas dan tanggung jawab setiap
personil dalam perusahaan. Berikut Bagan struktur organisasi CV.
ANGGRAJAYA
Direktur

………………

Wakil Direktur

…………………..

Administrasi Keuangan Logistik Drafter Teknis


…………………… …………. …. ……….. …………….. ………………..

Karyawan
1. ………….
2. …………..
3. …………..
4. …………

Gambar 7.Struktur Organisasi Perusahaan


4. Jumlah karyawan
Jumlah karyawan yang bekerja di CV. ANGGRAJAYA
B. Tugas dan Fungsi Perusahaan
Tugas dan fungsi CV. ANGGRAJAYA adalah sebagai berikut:
1. …………………………..
2. ………………………………
Visi Misi CV. ANGGRAJAYA adalah
Visi:
………………………………………………..
Misi:
a. …………………………
b. …………………………
c. …………………………
d. …………………………..
e. ………………………….
f. ………………………….
g. ………………………….

C. Sruktur Organisasi dan Tupoksi Perusahaan


Demi tercapainya tujuan umum perusahaan yaitu mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan, menjaga arus input menjadi output dan
menumbuhkan perusahaan hingga mencapai laba maksimum, diperlukan
suatu wadah untuk mengatur seluruh faktor operasional. Pengaturan faktor
operasional ini dihubungkan dengan pencapaian tujuan perusahaan yang telah
ditetapkan sebelumnya yang dihasilkan dalam bentuk sturuktur organisasi
dari perusahaan ini.Struktur organisasi merupakan pembagian kerja,
wewenang dan sistem komunikasi dalam mewujudkan tujuan perusahaan dan
organisasi.Dengan demikian kegiatan yang beraneka ragam dalam suatu
perusahaan disusun secara teratur sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat
dicapai dengan baik. Sturuktur organisasi dari perusahaan dalam
Laporan Praktek Struktur dan Konstruksi | 18
penerapannya selalu berbeda-beda dengan perusahaan lain. Supriyono
(2007:7) mendefenisikan “Struktur organisasi adalah struktur yang dibentuk
untuk menentukan posisi, wewenang, kewajiban, tanggung jawab serta
hubungan antara manajer di dalam perusahaan”. Hasil langsung proses
pengorganisasian ialah terciptanya struktur organisasi. Ini adalah rangka dasar
hubungan formal yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Struktur ini
membatasi kedudukan anggota tim dalam hubungannya dengan anggota yang
lain serta dengan tujuan organisasi. Adapun tujuan sturuktur organisasi adalah
untuk membantu mengatur dan mengarahkan usaha-usaha dalam organisasi
sedemikian rupa sehingga usaha tersebut terkoordinir dan sejalan dengan
tujuan-tujuan organisasi.Dengan adanya struktur organisasi maka dapat
diperoleh berbagai keuntungan yaitu:
1. Adanya penempatan kerja sesuai dengan keahlian.
2. Menghindari terjadinya konflik dalam pelaksanaan kerja.
3. Adanya kejelasan kewajiban dan tanggung jawab dari masing masing
karyawan.
Melalui struktur organisasi yang baik dan tepat, pekerjaan akan dapat
dilaksanakan dengan efisien dan dapat mendukung pencapaian tujuan
perusahaan. Sebaliknya, struktur organisasi tidak tepat mengakibatkan
pemborosan bagi perusahaan.
Suatu sturuktur organisasi perusahaan terdiri dari unit-unit kerja yang
dapat dilaksanakan oleh perseorangan maupun kelompok kerja. Hal ini
berfungsi untuk melaksanakan serangkaian kegiatan-kegiatan tertentu dan
mencakup hubungan-hubungan antar unit-unit kerja tersebut. Hubungan ini
terdiri atas hubungan kerja secara vertikal dan horizontal.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai struktur organisasi maka
penulis mengutip defenisi struktur organisasi menurut Handoko (2002 : 169)
yang menyatakan bahwa ‟Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan
susunan perwujudan dan pola tetap hubungan-hubungan diantara fungsi-
fungsi, bagian atau posisi, ataupun orang-orang yang menunjukkan
Laporan Praktek Struktur dan Konstruksi | 19
kedudukan, tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam
suatu organisasi”.
Dalam pembentukan suatu organisasi yang sukses sebaiknya
berpedoman pada prinsip-prinsip organisasi yaitu :
a. Perumusan tujuan organisasi harus jelas
Pelaksanaan setiap tugas atau tindakan harus diketahui dengan jelas
maksud dan tujuannya. Hasil pelaksanaan dari semua organisasi
harusdiarahkan untuk mencapai tujuan. Tujuan merupakan pedoman
dalam mengorganisasikan dan pencapaian sasaran dari seluruh kegiatan.
b. Adanya garis wewenang dan tanggung jawab yang jelas suatu struktur
organisasi yang baik. Harus jelas pendelegasian wewenang dimulai dari
tingkat eksekutif yang paling tinggi sampai pada tingkat yang paling
rendah.
c. Banyaknya tingkat wewenang yang dipertahankan harus sedikit
mungkin. Bila terlalu banyak tingkat maka semakin banyak wewenang
yang dipecah. Dengan demikian susah untuk menyatakan wewenang
apabila organisasi tersebut diperhadapkan tanpa menyatukan wewenang
lebih dahulu.
d. Struktur organisasi harus fleksibel.
Hal ini memungkinkan perubahan-perubahan dengan gangguan sekecil
mungkin. Struktur organisasi memungkinkan adanya perubahan
tanpamengganggu kelangsungan dari perusahaan tersebut.
Struktur organisasi sebagai kerangka antar hubungan satuan-satuan
organisasi yang didalamnya terdapat pejabat, tugas dan wewenang yang
masing-masing mempunyai peranan tertentu dalam suatu kesatuan yang utuh.
Perkembangan organisasi tumbuh dengan cepat dengan berbagai bentuk, oleh
karena itu setiap pemimpin perusahaan dituntut untuk dapat mengelola
organisasi dengan baik karena perkembangan zaman yang begitu cepat,
pemikiran tentang kegiatan manusia semakin berkembang dan meningkatkan

Laporan Praktek Struktur dan Konstruksi | 20


persaingan yangsemakin tajam, sehingga dalam keadaan seperti ini maka
suatu organisasi dengan pimpinan yang berkualitas sangat dibutuhkan.
Menurut Handoko (2002 : 174) struktur organisasi dapat dibedakan
menjadi 4 (empat) jenis, yaitu :
1) Struktur Organisasi Garis (Line Organization)
Pada struktur ini, garis kekuasaan dan tanggung jawab bercabang pada
setiap tingkat. Mulai dari tingkat yang paling tinggi sampai pada tingkat
yang paling rendah.
2) Struktur Organisasi Fungsional (fungsional organization)
Pada struktur ini terdapat spesialisasi (pembagian kerja) yang merupakan
keistimewaan di bandingkan struktur garis.
3) Struktur Organisasi Garis dan Karyawan (Line and Staff Organization)
Struktur organisasi ini menghilangkan kelemahan dari struktur garis dan
struktur fungsional, serta mempertahankan kebaikan dari struktur
organisasi garis, yaitu adanya unity of command dan mempertahankan
kebaikan struktur organisasi fungsional yaitu adanya spesialisasi.
4) Struktur Organisasi Matriks (Matriks Organization)
Dalam suatu organisasi matriks, para pegawai pada hakekatnya memiliki
2 (dua) orang atasan artinya mereka dibawah dualisme wewenang, yaitu
garis komando pertama yang divisional atau fungsional, yang kedua
secara horizontal yaitu menggambarkan suatu tim proyek yang dipimpin
oleh seorang manajer kelompok atau proyek ahli dalam bidang
spesialisasi yang ditugaskan dalam tim karena itu struktur organisasi
matriks sering disebut sebagai ”sistem komando jamak”.
CV. ANGGRAJAYA dalam melaksanakan aktivitasnya
menggunakan struktur organisasi garis dan karyawan (line and staff
organization) dalam hal ini perintah dan tanggung jawabnya mengalir
dari atas kebawah serta adanya spesialisasi.
Berikut uraian tugas dan wewenang dalam organisasi perusahaan
CV. ANGGRAJAYA adalah sebagai berikut:
Laporan Praktek Struktur dan Konstruksi | 21
a) Direktur
(1) ...........................
(2) ..............................
(3) ................................
(4) .............................
b) Wakil direktur
(1) ……………………..
(2) ……………………..
(3) ……………………..
c) Drafter
Bertugas untuk………………………………
d) Logistik
Uraian tugas seorang staf logistik proyek adalah :
(1) ..........................
(2) ..........................
(3) ..........................
e) Teknis
Orang yang bertanggungjawab penuh dalam menangani setiap proyek
yang dikerjakan perusahaan.
f) Administrasi
(1) Menjaga dan mengupdate informasi administasi mulai dari office
supply, stationaries.
(2) Mempersiapkan arrangement meeting detail, absensi staff, serta
melakukan hal-hal seperti surat menyurat dengan staf lainya.
g) Keuangan
Tugas bagian keuangan adalah :
(1) Bertanggung jawab atas penerimaan dan pembayaran yang terjadi.
(2) Melakukan dan membuat laporan perhitungan pajak.
h) Karyawan

Laporan Praktek Struktur dan Konstruksi | 22


Bertugas sebagai pelaksana dilapangan, mengawasi jalannya proyek dari
awa mulai proyek hingga selesai.
D. Pelelangan
Pelelangan menurut Ervianto (2002 : 43) adalah suatu sistem penawaran di
mana setiap rekanan yang diundang diberi kesempatan untuk mengajukan
besarnya anggaran biaya pelaksanaan untuk proyek yang ditawarkan. Melalui
persaingan yang sehat di antara para kontraktor yang benar-benar mampu dan
memenuhi syarat administratif, teknis dan keuangan (finansial) untuk
melaksanakan pembangunan suatu proyek.
Penentuan pelaksanaan kegiatan pada dasarnya dapat dilakukan dengan cara:
1. Pelelangan umum
Pelelangan umum adalah pelelangan yang dilakukan secara terbuka
dengan pengumuman secara luas melalui media massa atau papan
pengumuman resmi untuk penerangan umum, sehingga masyarakat luas
dunia usaha yang berminat dapat mengikutinya.
2. Pelelangan terbatas
Pelelangan terbatas adalah adalah pelelangan untuk pekerjaan
tertentu yang dilakukan antara pemborong/rekanan yang dipilih dari
pemborong /rekanan yang tercatat dalam Daftar Rekanan Mampu (DRM)
sesuai dengan bidang usaha ruang lingkupnya atau klasifikasi
kemampuannya.
3. Pemilihan langsung
Pemilihan langsung adalah pelaksana pekerjaaan pembangunan
maupun pengadaan barang/jasa oleh rekanan tanpa melalui pelelangan
umum atau pelelangan terbatas, yang dilakukan dengan membandingkan
sekurang-kurangnya tiga penawar yang tercantum dalam Daftar Rekanan
Mampu (DRM) dan dilakukan negosiasi penawaran secara teknis dan
administratif serta perhitungan harga yang dapat dipertanggung
jawabkan.
4. Penunjukan langsung
Laporan Praktek Struktur dan Konstruksi | 23
Penunjukan langsung adalah pelaksana pelelangan yang hanya
mengundang satu rekanan yang dianggap mampu untuk mengajukan
mengajukan penawaran dalam pelaksanaan pekerjaan.
Dalam pelaksanaan suatu pelelangan panitia lelang mempunyai tugas dan
kewajiban sebagai berikut:
a) Menetapkan syarat-syarat pelelangan;
b) Mengadakan pengumuman yang akan diadakan;
c) Memberikan penjelasan tentang syarat-syarat kerja serta berita acara;
d) Menetapkan tata cara penilaian pelelangan;
e) Melaksanakan pelelangan;
f) Mengadakan penilaian dan penetapan calon pemenang;
g) Membuat laporan dan pertanggug jawaban kepada kegiatan.
Setelah pelelangan dilakukan maka ada tahapan berikutnya yaitu mengenai
perjanjian kontrak pembayaran. Beberapa jenis perjanjian kontrak
pembayaran pada pengerjaan suatu proyek adalah sebagai berikut :
(1) Fixed price adalah sebuah perjanjian kontrak kerjasama dengan harga
atau biaya yang telah disepakati.
(2) Unit price adalah sebuah perhitungan yang dilakukan berdasarkan tiap
harga satuan volume pekerjaan.
(3) Cost plus fee adalah sebuah perhitungan terhadap jumlah total biaya
proyek yang nantinya ditambahkan dengan jasa dari pelaksana proyek
yang sudah disepakati.
Pada proyek pembangunanini menggunakan sistem pelelangan
langsung.Karena Owner telah mengetahui kinerja kontraktor (pelaksana) pada
proyek sebelumnya. Dari hasil pelelangan tersebut, diputuskan kontrak
penentuan harga menggunakan caraFixed Price dimana sistem pembayaran
atau biaya akan sesuai dengan kesepakatan awal. Apabila diadakan pekerjaan
tambahan dan kurang maka Owner bersedia untuk membayar biaya sesuai
yang telah terlaksana.

Laporan Praktek Struktur dan Konstruksi | 24


E. Proses Tender dan Manajemen Proyek
Prosedur dan Proses Pelelangan Setelah tahap desain diselesaikan oleh
perencana, maka selanjutnya adalah tahap pengadaan pelaksanaan konstruksi.
Berdasarkan Keppres No. 18 Tahun 2000, pelelangan didefinisikan sebagai
berikut: Serangkaian untuk menyediakan barang/jasa yang setara dan
memenuhi syarat, berdasarkan metode dan tata cara tertentu yang telah
ditetapkan dan diikuti oleh pihak-pihak yang terkait secara taat atas asas
sehingga terpilih sebagai penyedia terbaik. Tender dilaksanakan melalui
system pelelangan umum atau pelelangan terbatas bagi para pengusaha yang
telah memenuhi syarat-syara pelaksanaanya.
1. Pelaksanaan Tender
a. Tender Terbuka
Tender Terbuka adalah tender yang diumum-kan kepada publik, dimana
pekerjaan proyek tersebut dapat dikerjakan oleh umum. Tentu-nya oleh
badan-badan yang
sudah lulus pra-kwalifikasi. Biasanya tender terbuka dilakukan oleh
proyek-proyek pemerintah dan perusa-haan swasta yang besar.Dalam
undangan untuk tender terbuka yang di-iklankan, disebutkan antara lain
apa hakekat pekerjaannya, siapa pemiliknya, dan siapa pemberi dananya
(misalnya dana proyek yang dipinjam dari bank luar negeri). Para peminat
dapat mengambil dokumen tender dari proyek yang akan dilelang dan
setelah mempelajari-nya sampailah pada tahapan yang ketiga yaitu Rapat
Penjelasan Pekerjaan.
b. Tender Tertutup
Tender tertutup merupakan kebalikan dari tender terbuka, dimana
pekerjaan yang akan dilelangkan hanya dapat dikerjakan oleh beberapa
badan yang sudah dikenal dan memiliki kekhususan tersendiri (keahlian
khusus yang belum dimiliki badan lain).
c. Persyaratan Peserta Tender

Laporan Praktek Struktur dan Konstruksi | 25


Dalam pelaksanaan tender, ada beberapa persyaratan yang harus
disiapkan oleh peserta tender sebagai berikut:
1. Memiliki surat izin usaha sesuai dengan bidang usahanya yang
dikeluarkan oleh instansi pemerintah yang berwenang, seperti SIUP
untuk jasa konsultansi non konstruksi dan IUJK untuk jasa
konsultansi konstruksi;
2. Surat penyampaian dokumen prakualifikasi ditandatangani oleh
orang yang secara hokum mempunyai kapasitas menandatangani
kontrak;
3. Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak bangkrut, kegiatan
usahanya tidak sedang dihentikan, dan/ atau tidak sedang menjalani
sanksi pidana berupa surat pernyataan dari konsultan yang
bersangkutan;
4. Dalam hal penyedia jasa konsultansi akan melakukan kemitraan,
penyedia jasa konsultansi wajib mempunyai perjanjian kerjasama
operasi/kemitraan yang memuat persentase kemitraan dan
perusahaan yang mewakili kemitraan tersebut;
5. Telah melunasi kewajiban pajak tahun terakhir (SPT/PPh) serta
memiliki laporan bulanan PPh Pasal 25 atau Pasal 21/Pasal 23 atau
PPN sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan terakhir, kecuali untuk
perusahaan baru yang belum berkewajiban untuk melapor;
6. Selama 4 (empat) tahun terakhir pernah memiliki pengalaman
menyediakan jasa konsultansi termasuk pengalaman subkontrak,
kecuali penyedia jasa konsultansi yang baru berdiri kurang dari 2
(dua) tahun;
7. Memiliki kinerja baik dan tidak masuk dalam daftar sanksi atau
daftar hitam di suatu instansi pemerintah;
8. Memiliki kemampuan pada subbidang pekerjaan yang sesuai;

Laporan Praktek Struktur dan Konstruksi | 26


9. Untuk pekerjaan khusus/spesifik/teknologi tinggi dapat ditambahkan
persyaratan lain seperti peralatan khusus, tenaga ahli spesialis yang
diperlukan, atau pengalaman tertentu;
10. Memiliki kemampuan menyediakan fasilitas dan peralatan serta
personil yang diperlukan;
11. Tidak membuat pernyataan yang tidak benar tentang kompetensi dan
kemampuan usaha yang dimiliki;
12. Memenuhi KD = 3 NPt (KD : Kemampuan Dasar, NPt : nilai
pengalaman tertinggi) pada subbidang pekerjaan dalam kurun waktu
7 (tujuh) tahun terakhir.
d. Prakualifikasi
Prakualifikasi adalah proses penilaian kompetensi dan kemampuan
usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu dari penyedia barang/jasa
sebelum memasukan penawaran. Sehingga hanya perusahaan yang
memenuhi kualifikasi yang dapat memasukan penawaran. Proses
prakualifikasi secara umum meliputi:
1. Pengumuman Prakualifikasi
Pada pengumuman pelelangan umum panitia pengadaan
harusmengumumkan secara luas tentang adanya pelelangan umum
untuk pekerjaan kompleks, melalui media cetak, papan pengumuman
resmi untuk penerangan umum serta bila memungkinkan melalui media
elektronik.Pengambilan dokumen kualifikasi dimulai sejak tanggal
pengumuman sampai dengan 1 (satu) hari kerja sebelum batas akhir
pemasukan dokumen kualifikasi.Tenggang waktu antara hari
pengumuman dengan batas akhir hari pengambilan dokumen kualifikasi
sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari kerja.
e. Manajemen Proyek
1. Defenisi Manajemen Proyek
Manajemen proyek adalah suatu penerapan ilmu pengetahuan, keahlian
dan juga ketrampilan, cara teknis yang terbaik serta dengan sumber daya
Laporan Praktek Struktur dan Konstruksi | 27
yang terbatas untuk mencapai sasaran atau tujuan yang sudah ditentukan
agar mendapatkan hasil yang optimal dalam hal kinerja, waktu, mutu dan
keselamatan kerja.
Definisi manajemen proyek yang lainnya adalah suatu kegiatan
merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengawasi serta
mengendalikan sumber daya organisasi perusahaan guna mencapai tujuan
tertentu dalam waktu tertentu dengan sumber daya tertentu.
2. Ruang Lingkup Proyek
a. Menentukan waktu dimulai proyek .
b. Perencanaan lingkup dari proyek yang akan dikerjakan.
c. Pendefinisian dari ruang lingkup proyek.
d. Verifikasi proyek dan kontrol atas perubahan yang mungkin saja
terjadi ketika proyek tersebut dimulai.
3. Garis Besar Berlangsungnya Suatu Proyek
Terdapat 3 (tiga) garis besar untuk menciptakan berlangsungnya
suatu proyek, diantaranya meliputi:
a. Perencanaan
Untuk mencapai sebuah tujuan, suatu proyek membutuhkan
suatu perencanaan yang benar-bebar matang. Yaitu dengan
meletakkan dasar dari tujuan dan sasaran dari suatu proyek sekaligus
menyiapkan semua program teknis dan menyiapkan administrasi
supaya dapat diimplementasikan. Tujuannya yaitu supaya memenuhi
persyaratan spesifikasi yang ditentukan dalam batasan waktu, mutu,
biaya maupun keselamatan kerja. Perencanaan suatu proyek
dilakukan dengan cara studi kelayakan, rekayasa nilai, perencanaan
area dari manajemen proyek (Seperti: waktu, biaya, mutu, kesehatan,
lingkungan,keselamatan kerja, sumber daya, resiko dan sistem
informasi).
b. Penjadwalan

Laporan Praktek Struktur dan Konstruksi | 28


Merupakan implementasi dari perencanaan yang bisa
memberikan informasi mengenai jadwal rencana dan kemajuan
proyek yang meliputi sumber daya (biaya, tenaga kerja, peralatan,
dan material), durasi dan juga progres waktu untuk menyelesaikan
proyek. Penjadwalan proyek yang mengikuti perkembangan proyek
dengan berbagai macam permasalahannya. Proses monitoring dan
juga updating selalu dilakukan untuk mendapatkan penjadwalan
yang realistis supaya sesuai dengan tujuan proyek tersebut. Terdapat
beberapa metode untuk mengelola penjadwalan proyek, diantaranya
yaitu Kurva S (hanumm Curve), Barchart, Penjadwalan Linear
(diagram Vektor), Network Planning serta waktu dan durasi
kegiatannya. Jika terjadi penyimpangan terhadap rencana awal, maka
dilakukanlah evaluasi dan tindakan koreksi supaya proyek tetap
berada di jalur yang diharapkan.
c. Pengendalian Proyek
Pengendalian mempengaruhi hasil akhir dari suatu proyek.
Tujuan utamanya yaitu untuk meminimalisasi segala
penyimpangan yang mungkin terjadi selama berlangsungnya
proyek. Tujuan dari pengendalian proyek ialah optimasi kinerja
biaya, waktu, mutu dan juga keselamatan kerja harus memiliki
kriteria sebagai tolak ukur. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan
dalam proses pengendalian ialah berupa pengawasan, pemeriksaan,
dan juga koreksi yang dilakukan selama proses implementasi.
2. Dokumen Tender
Pengambilan dokumen kualifikasi dilakukan bersamaan dengan
dokumen lelang, dimulai satu hari herja setelah pengumuman sampai
dengan satu hari sebelum batas akhir pemasukan dokumen penawaran.
a. Penentuan harga perkiraan sendiri (HPS)
Penentuan HPS bertujun untuk mengetahui perkiraan besaran
biaya pekerjaan yang akan dilelangkan yang berdasarkan:a.Harga
Laporan Praktek Struktur dan Konstruksi | 29
Pasaranb.Patokan jenis, ukuran volume, metode pekerjaan yang
sesuai dengan gambar kerja. Dalam penyusunan harga perkiraan
sendiri harus mengacu dengan gambar kerja, dan harga kontrak yang
di lelangkan.

b. Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing)


Setelah peminat menerima dokumen lelang maka para peminat
diberi kesempatan untuk meminta penjelasan dalam suatu rapat
klarifikasi (Aanwijzing) dan meninjau langsung ke lokasi rencana
pekerjaan proyek. Hal ini bertujuan untuk lebih mengkaji lebih jauh
kondisi lapangan secara langsung yang diharapkan agar para peserta
lelang akan mendapat gambaran mengenai hal-hal yang tidak
tercantum dalam kontrak dokumen lelang.
c. Pemasukan Dokumen Kualifikasi
Proses pemasukan dokumen kualifikasi dilaksanakan bersama
dokumen penawaran, dimulai terhitung pada waktu satu hari kerja
setelah proses Aanwijzing. Untuk batas akhir pemasukan dokumen
penawaran adalah 7 hari kerja setelah penerbitan dan penetapan
addendum akhir.
d. Evaluasi dokumen prakualifikasi
Harga penawaran yang paling murah tidak selalu menentukan
pemenang. Penilaian pemenang kualifikasi lelang berdasarkan antara
lain:
 Kelengkapan dokumen administrasi.
 Kelengkapan tenaga ahli yang dibutuhkan.
 Penilaian harga penawaran.
 Penilaian teknis
 Ambang lulus/ passing grade.

Laporan Praktek Struktur dan Konstruksi | 30


Untuk pembuktian persyaratan kualifikasi dengan owner/panitia
lelang yang akakn menjadi pemenang dan pemenang cadangan
dilakukan dengan proses verifikasi terhadap semua kelengkapan
dokumen lelang penyedia jasa dengan cara menunjukan bukti-bukti
setelah itu diterbitkan di beritaacara verifikasi.
e. Penetapan peserta lelang lulus kualifikasi
Dalam penetapan peserta lelang yang lulus kualifikasi dan
yanglulus prakualifikasi tercantum dalam daftar peserta lelang yang
disahkan oleh pengguna jasa atau panitia lelang dan selanjutnya
peserta yang lulus dan tercatat dalam berita acara prakualifikasi
diundang kembali untuk mengambil dokumen lelang.
f. Pengumuman hasil prakualifikasi
Kegiatan pengumuman urutan calon pemenang dilakukan
setelah keseluruhan hasil penilaian dirumuskan oleh panitia
lelang.Hasil dari pemenang prakualifikasi selanjutnyadiumumkan
melalui media cetak/ internet.
b. Pascakualifikasi adalah proses penilaian kompetensi, kemampuan
usaha, dan pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari penyedia
jasa konstruksi setelah pemasukan penawaran. Berikut adalah
tahapan proses pasca kualifikasi secara umum:
a. Pengumuman
Pascakualifikasi Kelompok kerja ULP mengumumkan
pelelangan umum melalui website Kementrian/Lembaga/institusi
masing-masing dan pengumuman resmi untuk masyarakat serta
Portal Pengadaan Nasional (LPSE) paling kurang 7 hari kerja.
b. Pengambilan Dokumen Pengadaan
Setelah peserta melakukan pendaftaran melalui portal website
LPSE peserta dapat mengambil dokumen langsung pengadaan sesuai
hari, tanggal, waktu, dan tempat yang sudah ditentukan ataupun

Laporan Praktek Struktur dan Konstruksi | 31


tidak langsung dengan mengunduh data yang telah diupload di
alamat website LPSE.
c. Pemberian Penjelasan
Pemberian penjelasan diberikan di tempat dan pada waktu yang
ditentukan, serta dihadiri oleh peserta lelang yang terdaftar.
d. Masukan Dokumen Kualifikasi
Metode pemasukan dan tata cara pembukaan penawaran harus
mengikuti ketentuan yang disyaratkan dalam dokumen. Dokumen
kualifikasi dilakukan bersamaan dengan dokumen lelang, dimulai
satu hari setelah pengumuman sampai satu hari kerja sebelum batas
akhir pemasukan dokumen penawaran.
e. Pembukaan Dokumen Kualifikasi
Dokumen kualifikasi dibuka dihadapan peserta pada waktu dan
tempat yang sesuai dengan ketentuan dokumen pengadaan.
f. Penilaian Dokumen Kualifikasi
Penilaian dokumen kualifikasi dilakukan setelah evaluasi
dokumen penawaran.Pemasukan dokumen kualifikasi bersamaan
dengan dokumen penawaran dan terhadap peserta yang diusulkan
untuk menjadi pemenang serta cadangan pemenang dievaluasi
dokumen kualifikasinya.

F. Pengawasan dan pengendalian


1. Tugas dan tanggung jawab pengawas
Konsultan pengawas adalah pihak perorangan atau badan hukum yang
ditunjuk dan diberi kuasa penuh oleh pemilik kegiatan untuk mengawasi
dan mengontrol pelaksanaan pekerjaan di lapangan agar tercapai hasil
kerja sesuai dengan persyaratan yang ada atau berdasarkan petunjuk-
petunjuk.Adanya pengawasan dari direksi diharapkan pelaksanaan
pekerjaan dapat berjalan dengan lancar dan memperoleh hasil sesuai
dengan perencanaan yang diharapkan.
Laporan Praktek Struktur dan Konstruksi | 32
Dalam pelaksanaan tugasnya, pengawas bertanggung jawab kepada
pelaksana kegiatan.Pengawas berhak memberikan saran dan petunjuk
kepada pelaksana (pemborong/kontraktor) jika dirasa perlu, agar
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan
didalam RKS.Petunjuk yang diberikan mencakup bidang teknis dan
admin.Dalam mengawasi pelaksanaan pekerjaan, pengawas mempunyai
tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Mengawasi jalannya kegiatan, baik dari segi kualitas maupun
kuantitas dari setiap item pekerjaan;
b. Mengawasi pemakaian bahan agar mutunya sesuai dengan bestek;
c. Mengawasi pekerjaan dari program kerja yang telah disetujui;
d. Mengawasi dan meneliti perubahan-perubahan serta penyesuaian-
penyesuaian yang telah terjadi selama pelaksanaan pekerjaan dan telah
mendapat persetujuan dari pimpinan kegiatan;
e. Membuat buku laporan harian, mingguan dan bulanan terhadap
kemajuan pekerjaan dan mengatur pembayaran per-tahap kepada
kontraktor untuk kemudian diteruskan kepada pemimpin kegiatan;
f. Bertangguang jawab terhadap waktu pelaksanaan kegiatan;
g. Mengevaluasi setiap laporan kerja yang dibuat oleh kontraktor;
h. Mengawasi ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
waktu yang telah ditetapkan.
2. Pengendalian
Pengendalian proyek menurut sudut pandang Manajemen Konstruksi
adalah suatu proses rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menjamin
hasil kerja dengan cara melakukan tindakan korektif jika terjadi
penyimpangan yang dijumpai pada saat pelaksanaan pekerjaan konstruksi
baik dari segi mutu, waktu dan biaya. Pengendalian proyek bertujuan
untuk mengendalikan pelaksanaan pekerjaan supaya tetap sesuai rencana
awal proyek. Pengendalian proyek juga bertujuan sebagai salah satu
alternatif untuk memantau laporan pekerjaan yaitu dengan cara membuat
Laporan Praktek Struktur dan Konstruksi | 33
laporan tentang kemajuan pelaksanaan proyek yang telah dilaksanakan
khususnya dalam pekerjaan konstruksi. Pengendalian dilakukan dengan
beberapa tahapan yaitu monitoring, pengawasan, penilaian dan
evaluasi.Dari ketiga pengendalian yang dilakukan oleh Manajemen
Konstruksi seluruhnya membutuhkan tahapan monitoring, pengawasan,
penilaian dan evaluasi.
a. Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu dalam sebuah proyek pembangunan perlu
dilakukan, karena sebuah mutu yang digunakan akan mempengaruhi
segi waktu serta biaya yang dibutuhkan. Pengendalian mutu
dilakukan oleh Manajemen Konstruksi agar pekerjaan yang
dikerjakan oleh kontraktor sesuai dengan apa yang telah
direncanakan oleh konsultan perencana. Pengendalian mutu dapat
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Pengendalian
langsung dapat dilakukan langsung dilapangan dan pengendalian
tidak langsung dapat dilakukan melalui cek laboratorium. Beberapa
pengendalian mutu yang dilakukan oleh Manajemen Konstruksi pada
proyek pembangunan ini adalah :
1) Pengendalian Mutu Material dan Bahan
Bahan yang berkualitas dapat menjadi tolak ukur kualitas suatu
proyek pembangunan. Bahan bangunan yang digunakan
sebelum di aplikasikan terhadap proyek perlu dilakukan
pengecekan kualitas dan mutu sebelumnya. Kontrol mutu
dilakukan oleh Manajemen Konstruksi sebagai pengawas untuk
bukti kontrol.
2) Pengendalian Mutu Pekerjaan
Pekerjaan yang baik dan sesuai dengan prosedur akan
menghasilkan sesuatu yang baik. Pengendalian mutu pekerjaan
dapat dilakukan dengan pengawasan agar hasil pekerjaan sesuai
dengan rencana dan dapat dipertanggung jawabkan. Pengawasan
Laporan Praktek Struktur dan Konstruksi | 34
dilakukan oleh tim pengawas yaitu Manajemen Konstruksi.
Dalam proses perijinan pelaksanaan tim, menejemen konstruksi
akan melakukan pengecekan pekerjaan dengan menggunakan
ceklist lembar sirkulasi. Jika memenuhi semua yang telah
disyaratkan maka tim menejemen konstruksi akan mengeluarkan
lembar sirkulasi perijinan pekerjaan dan jika tidak memenuhi
persyaratan maka tim menejemen konstruksi berhak menolak
dan akan mengeluarkan site memo serta site instruction sehingga
pelaksana dapat melengkapi persyaratan. Pengendalian mutu
pekerjaan juga dapat dilakukan dengan pengadaan rapat
mingguan dan bulanan untuk mengetahui progres dan kendala
serta penyelesaian dilapangan.Pengendalian mutu pekerjaan
juga dapat diamati langsung pada setiap laporan.Pengendalian
mutu pekerjaan dilihat dari segi ketepatan dimensi pekerjaan,
kerapian, kekuatan dan jumlah material yang digunakan.

b. Pengendalian Waktu
Pengendalian waktu dalam sebuah proyek pembangunan perlu
dilakukan, karena sebuah waktu yang diperlukan akan
mempengaruhi dari segi mutu serta biaya yang dibutuhkan. Peranan
Manajemen Konstruksi dalam pengendalian waktu, mutu dan biaya
tentang pekerjaan konstruksi sangat diperlukan.Pengendalian waktu
dilakukan agar pekerjaan yang dikerjakan oleh kontraktor dapat
terselesaikan sesuai dengan rencana awal.Pengendalian waktu
dilakukan juga untuk membandingkan time shedule rencana dengan
time schedule realisasi.Time schedule berfungsi sebagai alat
pengontrol pelaksanaan pekerjaan, sehingga dari time schedule ini
akan diketahui mana pekerjaan yang harus mulai atau selesai atau
pekerjaan yang bisa bersamaan pelaksanaannya. Dalam penyusunan

Laporan Praktek Struktur dan Konstruksi | 35


time schedule ini diperlukan data volume, kapasitas tenaga kerja,
waktu mulai dan selesai pekerjaan.
Pengendalian waktu dengan time schedule dilakukan oleh
Manajemen Konstruksi sebagai pengawas.Manajemen Konstruksi
bekerja untuk mengawasi pekerjaan kontraktor agar pengendalian
waktu dapat terlaksana dengan baik.Pengawasan dilakukan agar
hasil pekerjaan sesuai dengan rencana dan secara teknis dapat
dipertanggung jawabkan.Kualitas pekerjaan yang tidak memenuhi
syarat dapat ditolak dan diperbaiki.Sehingga peranan Manajemen
Konstruksi sangat menentukan dalam keberhasilan pengendalian
kualitas pekerjaan. Dalam proyek pembangunan, tim pengawas dari
pihak pemilik proyek. Pengendalian kualitas pekerjaan ini salah satu
tindakan yang dilakukan pada proyek ini yaitu laporan-laporan
pelaksaan yang dilaporkan dan dikaji secara berkala.Pengendalian
waktu dalam proyek ini berhubungan erat dengan laporan harian,
laporan mingguan dan laporan bulanan proyek.
1) Laporan Harian
Laporan harian adalah laopran kegiatan pekerjaan proyek yang
terlaksana dalam satu hari yang bertujuan untuk mempermudah
penyusunan laporan mingguan. Laporan harian berisi jenis
pekerjaan, alat dan bahan yang digunakan dalam pekerjaan dan
jumlah pekerja.
2) Laporan Mingguan
Laporan mingguan adalah laporan kegiatan pekerjaan proyek
yang terlaksana dalam satu minggu. Laporan mingguan disusun
berdasarkan laporan harian selama satu minggu. Dari hasil
laporan mingguan akan diperoleh kumulatif prestasi pekerjaan
untuk time schedule pelaksanaan maka akan diketahui jika
terjadi keterlambatan atau kemajuan dalam proyek tersebut.
3) Laporan Bulanan
Laporan Praktek Struktur dan Konstruksi | 36
Laporan bulanan disusun berdasarkan laporan mingguan dalam
suatu proyek. Laporan bulanan juga dikerjakan untuk
mengetahui gambaran baik itu kemajuan maupun keterlambatan
dalam suatu proyek dan berhubungan dengan time schedule.
c. Pengendalian Biaya
Pengendalian biaya dalam sebuah proyek pembangunan perlu
dilakukan, karena biaya yang diperlukan dalam sebuah proyek
mempengaruhi dari segi mutu dan waktu.Pihak MK sebagai
pengawas bertanggung jawab atas pengendalian biaya, khususnya
untuk pekerjaan konstruksi.Pengendalian biaya dilakukan untuk
menekan biaya pelaksanaan agar tidak melebihi biaya rencana yang
dianggarkan.Pengendalian biaya sangat penting dalam pelaksanaan
konstruksi agar dapat menjaga kesinambungan dalam
proyek.Pengendalian biaya yang digunakan dalam suatu proyek
dituangkan dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB) proyek.RAB
adalah pedoman yang dibuat oleh konsultan perencana sebagai dasar
kontrak kerja konstruksi dalam pengadaan suatu proyek.RAB harus
dibuat untuk setiap item kerja yang diselenggarakan oleh kontraktor.
RAB merupakan rahasia suatu perusahaan, namun biasanya real cost
yang dikeluarkan harus mempunyai selisih yang lebih kecil jika
dibandingkan dengan dana RAB. Namun selisih yang didapat dari
nilai real cost tersebut tidak boleh mengurangi mutu kerja yang
dihasilkan. Prioritas utama dalam pengaturan keuangan proyek yaitu
dengan menitikberatkan kepada jumlah biaya yang telah dikeluarkan
guna pendanaan proyek, yang berkaitan dengan kemajuan proyek
yang telah dicapai.Pengendalianbiaya dapat dilakukan dengan kurva
S, dimana penggunaan biaya bertambah seiring dengan berjalannya
waktu dan volume pekerjaan.Untuk mengetahui kondisi keuangan
proyek dapat ditampilkan melalui kurva S yang dibuat berdasarkan
prestasi / kemajuan proyek.Selisih keduanya merupakan selisih biaya
Laporan Praktek Struktur dan Konstruksi | 37
dalam persen dan harus sesuai dengan bobot kerja kurva S.Untuk
menekan biaya proyek harus dibuat suatu sistem kerja dimana setiap
komponen yang terkait dapat memberi hasil yang optimal. Tujuan
dari pengendalian biaya adalah agar pengaturan dana dapat lebih
efisien dan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan
keputusan atas berbagai alternatif penyelesaian teknis yang berkaitan
dengan biaya. Pengendalian biaya juga dapat dilakukan dengan cara
membuat Bar Bending Schedule (BBS) atau yang biasa dikenal
dengan bestek. BBS dibuat agar dapat mengurangi kerugian akibat
material yang tersisa serta memberikan gambaran akan jadwal
pelaksanaan yaitu pengangkutan bahan material.
3. Pembayaran termin dan serah terima pekerjaan
Pembayaran dan serah terima pekerjaan akan dilakukan setelah pekerjaan
selesai dilaksanakan.
4. Tenaga Kerja
Tenaga kerja pada proyek ini merupakan gabungan antara tenaga
kerja lokal yang berasal dari daerah setempat dan tenaga kerja yang
didatangkan dari luar yang disediakan oleh kontraktor. Dalam
melaksanakan pekerjaannya mereka diklasifikasikan menurut bidang
keahlian masing-masing dan dikepalai oleh seorang kepala tukang.
Waktu kerja ditentukan, yaitu :
a) Pagi mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB; dan
b) Sore mulai pukul 13.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB.
Upah kerja yang dibayar kontraktor kepada kepala tukang adalah
berdasarkan prestasi kerja, sedangkan kepala tukang membayar upah
harian kepada pekerja yang masing-masing berbeda menurut keahlian,
kemampuan dan kerja per harinya.
5. Rencana Pelaksanaan Pekerjaan
Penjadwalan dilakukan dengan menyusun sebuah time schedule,
yaitu waktu pelaksanaan penyelesaian proyek. Apabila jangka waktu
Laporan Praktek Struktur dan Konstruksi | 38
pelaksanaan yang telah ditetapkan tidak dapat dipenuhi oleh kontraktor
dan tidak dapat mengemukakan alasan-alasan keterlambatan, maka akan
dikenakan denda. Keterlambatan akibat pekerjaan yang tidak sesuai
kualitas standar selama masa pelaksanaan merupakan tanggung jawab
pelaksana dan tidak dapat meminta perpanjangan waktu dari jadwal
kontrak.

DATA TEKNIS
A. Uraian Umum
Dalam sebuah proyek pembangunan, manajemen yang baik sangat
diperlukan khususnya Manajemen Konstruksi yang sangat berpengaruh
terhadap proses konstruksi. Manajemen Konstruksi ada untuk mengelola dan
mengawasi pelaksanaan pekerjaan agar mendapatkan hasil yang baik.Untuk
mendapatkan hasil yang maksimal, Manajemen Konstruksi melakasanakan
beberapa tahapan yaitu memonitoring, mengawasi, menilai dan mengevaluasi
pekerjaan.Penyimpangan yang terjadi dari salah satu hasil kegiatan
pengawasan dapat berakibat hasil konstruksi tidak sesuai dengan rencana
awal. Dalam sub bab dibawah ini akan dijelaskan mengenai bagaimana
pelaksanaan Manajemen Konstruksi dalam sebuah proyek pembangunan.

1. Pelaksanaan Manajemen Konstruksi Pada Proyek


Manajemen Konstruksi adalah kelompok yang menjalankan fungsi
manajemen dalam proses konstruksi (tahap pelaksanaan), suatu fungsi
yang akan terjadi dalam setiap proyek konstruksi. Pelaksanaan
Manajemen Konstruksi yang baik dan sesuai prosedur maka akan
menghasilkan konstruksi yang bagus. Pelaksanaan Manajemen
Konstruksi dalam sebuah proyek pembangunan yaitu :
a. Memonitoring setiap pekerjaan
b. Mengawasi setiap pekerjaan
c. Menilai hasil pekerjaan
Laporan Praktek Struktur dan Konstruksi | 39
d. Mengevaluasi hasil pekerjaan

2. Pelaksanaan Manajemen Konstruksi Pada Tiap Pekerjaan


Dalam setiap pekerjaan konstruksi butuh Manajemen Konstruksi yang
baik agar hasil yang didapatkan maksimal .Pelaksanaan Manajemen
konstruksi sangat diperlukan saat pekerjaan proyek dilakukan. Yang
dilakukan MK saat pekerjaan dilaksanakan adalah :
a. Memonitoring Setiap Pekerjaan
b. Mengawasi Setiap Pekerjaan
c. Menilai Hasil Pekerjaan
d. Mangevaluasi Hasil Pekerjaan

3. Pelaksanaan Pekerjaan Proyek


Pelaksanaan pekerjaan yang benar dan sesuai dengan prosedur dalam
sebuah proyek konstruksi akan menghasilkan konstruksi yang bagus.
Pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh kontraktor (pelaksana) dimana
nantinya pekerjaan tersebut akan diawasi dan dievaluasi oleh MK.

B. Spesifikasi Teknis Bahan, Alat, dan Tenaga Kerja


1. Peralatan Kerja
a. Concrete Mixer, Alat ini digunakan untuk mengaduk campuran beton,
sehingga menghasilkan adukan yang plastis dan homogen. Selain itu
juga digunakan untuk pembuatan mortar.Sejauh ini, pada proyek
pembangunan Bellini Tower, concrete mixer digunakan untuk membuat
adukan mortar untuk keperluan lantai kerja, tie beam dan pile cap, serta
membuat tahu-tahu beton (concrete decking), karena untuk keperluan
struktur beton menggunakan ready mix concrete. Jumlah concrete
mixer yang digunakan adalah 1 buah berkapasitas 0,3 m3 dengan mesin
penggerak diesel 6 PK.

Laporan Praktek Struktur dan Konstruksi | 40


Gambar 8. Concrete Mixer
a. Gerobak dorong
Alat ini digunakan untuk mengangkut bahan material seperti pasir
kerikil, dan batu, dan semen. Gerobak dorong alat perlengkapan agar
memudahkan dalam membawa bahan dari suatu tempat ke tempat lain.
Gerobak dorong terbuat dari plat kotak baja, dilengkapi roda dan
tangkai pegangan untuk pendorong.

Gambar 9. Gerobak Dorong

b. Sendok spesi
Laporan Praktek Struktur dan Konstruksi | 41
Sendok spesi dibuat dari pelat logam dengan tangkai dari kayu. Sendok
spesi merupakan alat yang digunakan terus menerus pada waktu
meletakan/meratakan spesi pada pekerjaan pasangan batu/bata,
plesteran, acian.Fungsi utamanya untuk menghamparkan spesi pada
pekerjaan pasangan dan melemparkan spesi ke dinding untuk pekerjaan
plesteran. Bentuk sendok spesi biasanya ada tiga taitu: (1) bentuk
segitiga, (2) bentuk oval dan (3) bentuk trapesium. Pembuatan sendok
spesi yang beredar dipasaran biasanya diproduksi secara home industry
maupun pabrikan.

Gambar 10. Sendok Spesi


c. Selang plastik
Selang Plastik digunakan untuk menentukan garis datar atau bidang
datar.
d. Roskam
Roskam terbuat dari kayu ataupun logam digunakan untuk memplester
menghaluskan plesteran.Memiliki bentuk yang hampir serupa dengan
sendok pengisi.Perbedaannya terletak pada pegangan tangkainya serta
letak tangkai.Alatini berfungsi sebagai alat untu pekerjaan finishing
penghalusan pada plesteran.

Laporan Praktek Struktur dan Konstruksi | 42


Gambar 11. Roskam

e. Sekop (Trowel).
Alat penyiruk butiran tanah yang lepas atau pasir dapat
dipindahkan dengan melempar dari tempat semula ke lain tempat yang
dekat, bisa pula menuju usungan. Alat ini dapat digunakan juga untuk
mengaduk spesi.

Gambar 12. Sekop


f. Cangkul (Rake)
Cangkul digunakan untuk menggali tanah yang tidak keras, dan bisa
digunakan untuk mengaduk spesi

Laporan Praktek Struktur dan Konstruksi | 43


Gambar 12. Cangkul

2. Bahan-bahan material
Bahan bangunan dan material bangunan merupakan hal yang pasti
dibutuhkan untuk dapat melakukan pembangunan. Mulai dari sebagian
acuan murah atau mahalnya sebuah pekerjaan menentukan kekuatan,
keamanan, dalam sebuah pekerjaan. Pada bahan dan material yang harus
diperhatikan adalah cara penyimpanan bahan-bahan tersebut dikarenakan
akan berpengaruh sekali pada konstruksi dan bisa juga merugikan proyek
jika bahan – bahan tersebut rusak atau hilang. Bahan-bahan yang
digunakan dalam proyek sebagai berikut :
a. Semen
Semen merupakan bahan perekat yang paling baik digunakan untuk
suatu komposisi adukan, karena mempunyai sifat-sifat hidrasi yang baik
(akan cepat mengeras bila bereaksi dengan air dan udara), dengan
butiran-butiran yang halussehingga benar-benar merupakan bahan yang
siap dipakai. karena sifatnya maka semen banyak digunakan untuk
pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan air. Untuk menghindari
kerusakan.

Laporan Praktek Struktur dan Konstruksi | 44


Gambar 13. Semen
b. Pasir (agregat Halus)
Agregat halus yang digunakan dalam proyek ini berupa pasir alam
Adapun syarat-syarat agregat halus sesuai dengan SNI 03- 2847-2002
yaitu :
1) Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%. Jika
kandungan lumpur lebih dari 5%, pasir harus dicuci dahulu
2) Agregat halus tidak boleh mengandung bahan organis yang terlalu
banyak Agregat halus tediri dari butir-butir tajam dan keras. Butiran
ini harus bersifat kekal
3) Agregat halus terdiri dari butir-butir yang beragam ukurannya dan
apabila diayak, ayakan harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Sisa diatas ayakan 4mm, harus minimum 2% berat
b) Sisa diatas ayakan 1mm, harus minimum 10% berat
c) Sisa diatas ayakan 0,25mm, harus berkisar antara 80% dan
beratnya 90%
d) Pada proyek ini tidak melakukan pengecekan lebih lanjut sesuai
syarat penempatan material berdasarkan SNI . Pasir pada proyek
ini di letakan langsung dengan tanah, tidak melakukan
pengecekan minimal syarat lumpur pada pasir, tidak melakukan
ayakan sehingga semua proses tida sesuai dengan syarat SNI.

Laporan Praktek Struktur dan Konstruksi | 45


Gambar 14. Agregat Halus

c. Batu Belah
Batu belah merupakan batuan yang berasal dari alam, dalam pekerjaan
ini digunakan batu belah dari daerah setempatdengan gradasi baik
memiliki kekuatan dan tidak berlumpur/berlumut.

Gambar 15. Batu Belah

d. Air
Air merupakan bahan pembantu dalam pembuatan adukan untuk
pasangan, namun demikian air yang diambil secara sembarang akan
berpengaruh terhadap kekuatan adukan tersebut. Supaya adukan
memiliki kekuatan yang optimal, maka air yang digunakan harus bersih,
tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya yang
dapat dilihat secara visual juga tidak mengandung unsur-unsur organik
yang dapat merusak adukan.

Laporan Praktek Struktur dan Konstruksi | 46


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Uraian Umum
Dalam sebuah proyek konstruksi pasti mengaharapkan seluruh
pelaksanannya berjalan dengan lancar. Akan tetapi ada hal-hal yang menjadi
penghambat atau menjadi permasalahan dalam sebuah proyek konstruksi
khsususnya dalam tanggung jawab pihak Manajemen Konstruksi.
Permasalahan yang timbul dalam sebuah proyek konstruksi untuk pihak
Manajemen Konstruksi sangatlah beragam. Permasalahan tersebut bisa
kondisi alam, pelaksanaan teknis, jumlah tenaga, keterlambatan pekerjaan
dan lain sebagainya. Permasalahan yang timbul harus sesegera mungkin
diatasi agar pelaksanaan proyek dapat berjalan lancar sesuai rencana.
Berikut ini adalah beberapa permasalahan dan pemecahannya yang terjadi
dalam proyek pembangunan yang dilakukan oleh Manajemen Konstruksi
sebagai pengawas :
1. Permasalahan Cuaca
Cuaca adalah kondisi alam yang tidak dapat diprediksi
ketepatannya. Cuaca yang baik atau buruk dapat terjadi sewaktu-waktu.
Akan tetapi dengan terjadinya cuaca yang buruk saat proses pelaksanaan
berlangsung, maka akan menghambat jalannya pekerjaan. Permasalahan
yang terjadi ketika cuaca buruk terjadi adalah :
a. Proyek pembangunan infrastuktur terpaksa berhenti sementara
menunggu hujan reda, atau tetap melanjutkan pekerjaan dengan
memasang tenda.
b. Waktu pembangunan dapat mundur dari jadwal rencana apabila hujan
terus menerus diluar perkiraan sehingga menghambat berjalannya
proyek.

Laporan Praktek Struktur dan Konstruksi | 47


c. Pekerjaan terpaksa dihentikan jika hujan mengguyur deras, maka pihak
kontraktor akan menanggung biaya bahan yang belum sempat
digunakan maupund yang hancur akibat hujan deras.
d. Memungkinkan terjadinya banjir pada lokasi proyek jika hujan dalam
intensitas tinggi, sehingga menghambat berjalannya proyek.

Solusi Penyelesaian Masalah :


Bila sebuah proyek pembangunan mengalami permasalahan tentang cuaca
buruk maka hal yang perlu dilakukan adalah pihak kontraktor meminta
toleransi kepada pihak MK atau Owner untuk mengajukan perubahan
rencana pekerjaan. Dimana nanti ketika cuaca sudah membaik akan
dilakukan penambahan pekerja dan pekerjaan atau lembur. Agar rencana
pekerjaan dapat kembali berjalan dengan baik dan ketertinggalan
pekerjaan dapat kembali dikejar sesuai rencana.

2. Permasalahan Teknis Dalam Pelaksanaan


Pelaksanaan teknis adalah pekerjaan yang dilaksanakan atau
dilakukan sesuai teknis yang sudah ada. Pelaksanaan dari setiap pekerjaan
menggunakan metode kerja yang berbeda-beda. Dalam setiap proyek
pembangunan tidak semua pekerjaan dilaksanakan sesuai teknis atau
metode yang ada (kesalahan). Terkadang ada hal-hal dilapangan yang
membuat itu terjadi. Biasanya kesalahan tersebut bisa terjadi secara
disengaja ataupun tidak disengaja. Dan apabila terjadi kesalahan dalam
pekerjaan maka akan hasil yang ada akan tidak memuaskan.

Solusi Penyelesaian Masalah :


Bila sebuah proyek pembangunan mengalami permasalahan tentang
kesalahan teknis dalam pekerjaan maka hal yang perlu dilakukan adalah
pihak kontraktor meminta toleransi kepada pihak MK atau Owner untuk
mengajukan perbaikan, karena pihak kontraktor sebisa mungkin akan
Laporan Praktek Struktur dan Konstruksi | 48
langsung memperbaiki, agar nanti hasil yang sudah diperbaiki sebisa
mungkin sesuai dengan hasil perencanaan.

3. Permasalahan Jumlah Tenaga Kerja


Pekerja adalah sesorng yang ikut andil dalam pembangunan sebuah
proyek. Tanpa adanya pekerja maka sebuah proyek pembangunan tidak
dapat berlajan. Akan tetapi dalam setiap proyek pembangunan tidak selalu
sesuai rencana, terkadang ada hal-hal yang dapat menghambat dalam
proses pelaksanaan pekerjaan. Seperti halnya yang lain,terkadang
permasalahan dalam hal jumlah tenaga kerja juga dapat menjadi hambatan
dalam pekerjaan. Apabila tidak ada pekerja yang bekerja maka proyek
pembangunan akan terhenti. Biasanya permasalahan yang dihadapi adalah
berkurangnya jumlah pekerja atau para pekerja sedang pulang ke tempat
asal untuk urusan lain. Hal ini juga akan berdampak terhadap waktu
pekerjaan.

Solusi Penyelesaian Masalah :


Bila sebuah proyek pembangunan mengalami permasalahan tentang
jumlah tenaga kerja maka hal yang perlu dilakukan adalah pihak
kontraktor mencari tambahan pekerja apabila kekurangan pekerja dan
mecari pengganti sementara apabila banyak pekerja yang pulang ke tempat
asal untuk sementara waktu.

4. Permasalahan Keterlambatan Pekerjaan


Pelaksanaan pekerjaan yang tepat waktu akan menghasilkan proyek
konstruksi yang baik pula. Dalam setiap proyek konstruksi pasti ada
permasalahan yang dihadapi. Salah satunya adalah permasalahan
keterlambatan dalam pekerjaan konstruksi. Keterlambatan pekerjaan ini
bisa dipicu oleh beberapa faktor, antara lain :
a. Cuaca yang buruk
Laporan Praktek Struktur dan Konstruksi | 49
b. Berkurangnya jumlah tenaga kerja
c. Keterlambatan pengiriman bahan material
d. Rusaknya peralatan pekerjaan
Bila permasalahan keterlambatan pekerjaan terjadi maka akan berpengaruh
terhadap waktu dan biaya yang dibutuhkan.

Solusi Penyelesaian Masalah :


Bila sebuah proyek pembangunan mengalami permasalahan tentang
keterlambatan pekerjaan maka hal yang perlu dilakukan adalah pihak
kontraktor mencari tambahan pekerja apabila kekurangan pekerja dan
mecari alternatif supliyer lain untuk bahan material dan menambah jumlah
jam kerja (lembur) agar keterlambatan pekerjaan dapat dikejar. Akan tetapi
semua itu harus atas seijin dari pihak MK atau pengawas, karena pihak
MK adalah yang berwenang terhadap pelaksanaan pekerjaan pada proyek
setelah owner.

Laporan Praktek Struktur dan Konstruksi | 50


BAB V
PENUTUP

Laporan Praktek Struktur dan Konstruksi | 51


DAFTAR PUSTAKA

Laporan Praktek Struktur dan Konstruksi | 52

Anda mungkin juga menyukai