MC:
(mengawali dan membuka peragaan drama yang akan dipentaskan)
Setelah selesai
(Mc mundur ke belakang pentas)
*Musik*
(volume suara meninggi kemudian melemah)
(disusul muncul suara narator)
Narator:
Alkisah, di sebuah desa di daerah Jawa Tengah, hiduplah seorang perempuan paruh baya bernama Mbok Srini. Ia ingin
memiliki seorang anak. Namun sayangnya suaminya telah meninggal dunia. Ia sangat berharap suatu keajaiban datang
padanya. Untuk meraih harapan itu, siang malam ia selalu berdoa kepada Tuhan Yang Maha kuasa agar diberi anak.
Pada suatu malam, harapan itu datang melalui mimpinya. Dalam mimpinya, ia didatangi oleh sesosok raksasa yang
menyuruhnya pergi ke hutan tempat biasanya ia mencari kayu bakar untuk mengambil sebuah bungkusan di bawah
sebuah pohon besar.
Saat terbangun di pagi hari.....,
(suara musik pengiring melemah lama-lama hilang berganti suara burung-burung berkicau di pagi hari)
Adegan 1
Narator:
Dengan penuh harapan, Mbok Srini bergegas menuju ke tempat yang ditunjuk oleh raksasa itu. Setibanya di hutan....,
*Musik*
(volume suara meninggi kemudian melemah)
Adegan 2
apa? (terkejut) Cuma Sebutir biji timun? Buat apa biji timun ini?aku tidak mengerti.(bingung)
Narator:
Di saat Mbok Srini kebingungan, tanpa disadari dibelakangnya tiba-tiba ada sesosok makhluk raksasa berdiri sambil
tertawa terbahak-bahak.
Raksasa:
Ha... ha... ha...!
Raksasa:
Jangan takut, perempuan tua! Aku tidak akan memakanmu! Bukankah kamu menginginkan seorang anak?
Raksasa:
Kalau begitu, segera tanam biji timun itu! Kelak kamu akan mendapatkan seorang anak perempuan. Tapi, ingat! Kamu
harus menyerahkan anak itu kepadaku saat berumur 16 tahun. Anak itu akan kujadikan santapanku!
Narator:
Karena keputusasaannya dan begitu besar keinginannya untuk memiliki anak, tanpa sadar Mbok Srini pun menjawab.....
Narator:
Begitu Mbok Srini selesai menyatakan kesediaannya, raksasa itu pun berlalu dari hadapannya. Perempuan itu segera
menanam biji timun itu di ladangnya. Setiap hari ia merawat tanaman itu dengan baik.
Dua bulan kemudian, tanaman itu pun mulai berbuah....
Musik
(volume suara meninggi kemudian melemah)
Adegan 3
Narator:
Begitu sesampainya di rumah, Mbok Srini segera membelah timun itu dengan sangat berhati-hati sekali. Dan......apa yang
dilihatnya....
Bayi:
(tangisan bayi)Oaek....oaek....oaek.....!
Narator:
Mbok Srini merasakan sangat bahagia hingga tak terasa, air matanya menetes membasahi kedua pipinya yang sudah
mulai keriput. Perasaan bahagia itu membuatnya lupa kepada janjinya bahwa dia akan menyerahkan bayi itu kepada
raksasa suatu saat nanti. Ia merawat dan mendidik Timun Mas dengan penuh kasih sayang hingga tumbuh menjadi gadis
yang cantik, cerdas dan perangainya baik. Oleh karena itu, ia sangat sayang kepadanya.
Suatu malam, Mbok Srini kembali bermimpi didatangi oleh raksasa itu dan berpesan kepadanya bahwa seminggu lagi ia
akan datang menjemput Timun Mas. Sejak itu, ia selalu duduk termenung seorang diri.
Adegan 4
Narator:
Tanpa disadari Mbok Srini, Timun Mas sering memperhatikan dirinya duduk termenung sendirian. kemudian di suatu
sore, Timun Mas memberanikan diri untuk menanyakan alasan mengapa ibunya sering termenung.
Timun Mas:
Bu, akhir-akhir ini ibu sering termenung dan nampak sedih. Apa yang sedang ibu pikirkan?barangkali, Timun Mas bisa
membantu ibu?
Timun Mas:
Rahasia apa, Buuu?
Timun Mas:
(menyela)Apa bu?! Aku bukan anak kandung ibu?! Trus aku ini anak siapa bu?!
Timun Mas:
(memeluk ibunya)Timun tidak mau ikut bersama raksasa itu, bu! Timun takut sekali! Timun sangat sayang kepada Ibu
yang telah mendidik dan membesarkan Timun.
Ibu Timun Mas:
Iya anakku. Ibu, juga sangat sayang padamu dan ibu tidak akan melepaskanmu begitu saja untuk santapan raksasa. Ibu
akan cari cara untuk menyelamatkanmu dari raksasa jahat itu, nak!
Timun Mas:
Terimakasih, ibu!
*Musik*
(volume suara meninggi kemudian melemah)
Narator:
Berhari-hari Mbok Srini memikirkan cara untuk menyelamatkan anak kesayangannya tapi belum juga menemukan jalan
keluar. Sampai pada hari yang telah dijanjikan oleh raksasa itu, Mbok Srini belum juga menemukan jalan keluar. Hatinya
pun mulai cemas. Dalam kecemasannya, tiba-tiba ia menemukan sebuah akal.
Ia menyuruh Timun Mas berpura-pura sakit. Dengan begitu, tentu raksasa itu tidak akan mau menyantapnya. Saat
matahari mulai senja, raksasa itu pun mendatangi gubuk Mbok Srini.
Adegan 5
Raksasa:
Ha...! ha...! ha....!Hai, Wanita Tua! Mana anak itu? Aku akan membawanya sekarang!
Raksasa:
Ha....ha.....ha......!Baiklah, kalau begitu! Tapi, kamu harus berjanji akan menyerahkan anak itu kepadaku!
Narator:
Raksasa itu pun berlalu dari hadapan Mbok Srini. Mbok Srini kembali bingung mencari cara lain. Setelah berpikir keras,
akhirnya ia menemukan cara yang menurutnya dapat menyelamatkan anaknya dari santapan raksasa itu. Ia akan meminta
bantuan kepada seorang pertapa yang tinggal di sebuah gunung.
Adegan 6
Timun Mas:
Ya, bu. Ibu benar! Timun harus bisa selamat dari raksasa itu. Timun tidak mau menjadi santapannya!
*Musik*
(volume suara meninggi kemudian melemah)
Narator:
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, berangkatlah Mbok Srini ke gunung itu. Sesampainya di sana, ia langsung menemui
pertapa itu dan menyampaikan maksud kedatangannya.
Adegan 7
Pertapa:
Ooh Ada apa wahai wanita tua ? kenapa kau tiba-tiba datang kemari?
Pertapa:
Apa yang bisa aku bantu?
Pertapa:
Ooh jadi begitu, baiklah aku bersedia membantumu.
(mengeluarkan sesuatu)
Narator:
Petapa itu kemudian mengeluarkan empat buah kantung kecil, lalu menyerahkannya kepada Mbok Srini.
Pertapa:
Nah, ini berikanlah bungkusan ini kepada anakmu. Keempat bungkusan ini masing-masing berisi biji timun, jarum, garam
dan terasi. Jika raksasa itu mengejarnya, suruh dia menebarkan isi bungkusan ini!
Pertapa:
iya. hati-hati.
Narator:
Setiba di gubuknya, Mbok Srini segera menyerahkan keempat kantung yang di berikan petapa itu kepada Timun Mas,
*Musik*
(volume suara meninggi kemudian melemah)
Adegan 8
Ibu Timun Mas:
Timun Mas, Timun Mas, kemarilah Nak ibu bawa sesuatu.
Timun Mas:
Ya bu. Bawa apa bu?
Timun Mas:
Bungkusan ini kenapa kecil-kecil bu? bagaimana Timun menggunakannya bu? Apa raksasa itu bisa mati hanya dengan
bungkusan kecil ini bu?
Ibu Timun Mas:
Ssstttt! Ini adalah senjata yang bisa kau gunakan apabila raksasa itu datang kesini lagi. bungkusan ini berisi biji timun,
jarum, garam dan terasi. Bungkusan-bungkusan ini harus selalu kamu pegang. Jika raksasa itu akan menyantapmu dan
mengejarmu, segera sebarkan isi bungkusan ini!
Timun Mas:
Baik ibu. Tapi, tapi Timun takut, bu.
Timun Mas:
Baik, ibu.
Narator:
Dua hari kemudian, Raksasa itu pun datang untuk menagih janjinya kepada Mbok Srini. Ia sudah tidak sabar lagi ingin
membawa dan menyantap daging Timun Mas.
Adegan 9
Raksasa:
Hai, wanita tua! Kali ini kamu harus menepati janjimu. Jika tidak, kamu juga akan kujadikan santapanku! Ha....ha.... ha....!
Narator:
Mbok Srini tidak gentar lagi menghadapi ancaman raksasa. Dengan tenang, ia memanggil Timun Mas agar keluar dari
dalam gubuk. Tak berapa lama......., Timun Mas pun keluar lalu berdiri di samping ibunya.
Timun Mas:
Ada apa ibu?(melirik ke raksasa) haaahhh? Raksasa! Aku takut bu.
Timun Mas:
Baik, Bu!
Raksasa:
Hemmm! Gadis ini pasti sangat lezat jika kusantap!
Ha....ha....ha....!
Aku makin tidak sabar untuk menyantapnya!
Ayo kemarilah nak mendekatlah padaku!
Timun Mas:
(sambil lari) aku tidak mau! Aku tidak sudi jadi santapanmu!
Narator:
Melihat Timun Mas yang benar-benar sudah dewasa, raksasa itu semakin tidak sabar ingin segera menyantapnya. Ketika ia
hendak menangkapnya, Timun Mas segera berlari sekencang-kencangnya.
Raksasa:
Ha.... ha....ha....!
Mau lari kemana kau, gadis manis?
Narator:
Raksasa itu pun mengejarnya. Tak ayal lagi, terjadilah kejar-kerajaan antara raksasa dengan Timun Mas. Setelah berlari
jauh, Timun Mas mulai kelelahan, sementara raksasa itu semakin mendekat.
Timun mas:
Aduh!(terjatuh) aku lelah sekali! Bagaimana ini, raksasa itu semakin mendekat padaku.
Raksasa:
(mendekat ke Timun Mas) Ha....ha...ha.....!Mau lari kemana anak manis?
Timun Mas:
Oh iya, aku harus mengeluarkan bungkusan yang diberikan ibu.
Narator:
Disaat kelelahan Timun Mas teringat akan 4 kantung yang diberikan oleh ibunya, Timun Mas pun menebarkan kantung
pertama yang berisi biji timun. Sungguh ajaib, hutan di sekelilingnya tiba-tiba berubah menjadi ladang timun. Dalam
sekejap, batang timun tersebut menjalar dan melilit seluruh tubuh raksasa itu.
Namun, raksasa itu mampu melepaskan diri, dan kembali mengejar Timun Mas.
Raksasa:
Ha....ha....haaa.....! mau lari kemana kau Timun Mas?!
Narator:
Melihat itu, Timun Mas pun segera menebarkan kantung kedua yang berisi jarum. Dalam sekejap, jarum-jarum tersebut
berubah menjadi rerumbunan pohon bambu yang tinggi dan runcing. walaupun tubuh raksasa itu terhimpit dengan
rerumbunan bambu, raksasa itu mampu melewatinya....,
Raksasa:
Ha....ha....haaa.....! Aku akan terus mengejarmu Timun Mas!
Timun Mas:
(cemas)Aduuhh bagaimana ini? Aku sudah melempar 2 kantung yang diberikan ibu, raksasa itu masih berhasil
menyelamatkan diri dan terus mengejarku. Aku takut sekali. tapi aku masih punya beberapa kantung lagi. Semoga dengan
2 kantung ini aku bisa menyelamatkan diri dari raksasa jelek itu.
Narator:
Timun Mas lalu menebarkan kantung ketiga yang berisi garam. Seketika, hutan yang telah dilewatinya tiba-tiba berubah
menjadi lautan luas dengan ombak pasang, raksasa pun terseret oleh ombak pasang tersebut hingga menjauh dari Timun
Mas.
Namun, raksasa tetap saja berhasil melewati ombak itu dengan mudah.Raksasa kembali mengejar Timun Mas.
Timun Mas:
(cemas) gimana ini? Kantung yang ketiga sudah kutebarkan juga, tapi raksasa itu masih bisa menyelamatkan diri.
Sekarang hanya satu kantung yang tersisa.
Jika kantung yang terakhir tidak berhasil juga untuk mengalahkan raksasa itu, maka tamatlah riwayatku. Tapi, aku tidak
boleh menyerah!
Hei raksasa! Rasakan iniiii!!!(melemparkan kantung terakhir ke arah raksasa)
*Musik*
(volume suara meninggi kemudian melemah)
Narator:
Dengan penuh keyakinan, ia pun melemparkan kantung terakhir yang berisi terasi. Seketika itu pula, tempat terjatuhnya
terasi itu tiba-tiba berubah menjadi lautan lumpur yang mendidih. Alhasil, raksasa itu pun terhisap ke dalamnya dan tewas
seketika.
Timun Mas
Syukurlah! Raksasa itu sudah tewas. Aku selamat. Terimakasih Tuhan! Aku harus segera pulang menyampaikan kabar
gembira ini pada ibu.
Narator:
Timun Mas pun menyusuri hutan untuk kembali kerumah dan menemui ibunya
Timun Mas:
(berlari kemudian memeluk)
ibu......! aku selamat bu! Aku selamat dari kejaran raksasa itu! Raksasa itu kini sudah tewas!
Narator:
Sejak itu, Mbok Srini dan Timun Mas hidup berbahagia.
(Narator naik ke atas panggung)
Narator:
Demikianlah cerita rakyat Timun Mas dari daerah Jawa Tengah. Dari Cerita tadi dapat dipetik sebuah pelajaran bahwa
orang yang selalu berniat jahat terhadap orang lain seperti raksasa, pada akhirnya akan celaka. Selain itu, cerita ini juga
mengandung pelajaran bahwa dengan usaha dan kerja keras segala rintangan dan cobaan yang kita alami dapat
diselesaikan dengan mudah. Seperti yang ditunjukkan oleh Mbok Srini dan Timun Mas. Tetapi, janganlah kita membuat
janji dengan seseorang jika kita tidak bisa menepati janji dan kita hanya akan mengingkarinya, seperti yang dilakukan
Mbok Srini kepada Raksasa.
TAMAT