Nim : 2210208008 Mata Kuliah : Kimia Organik Lanjut Review Jurnal
Nama Penulis Kiki Feliana, Sri Mursiti, dan Harjono
Nama Jurnal "Indonesian Journal of Chemical Science" Akreditasi Jurnal Sinta 4 Tahun Publish 2018 Latar Belakang Keanekaragaman hayati Indonesia dan potensi penggunaan tumbuhan sebagai bahan baku industry farmasi. Terdapat lebih dari 7000 spesies tenaman di Indonesia yang memiliki khasiat, namun hanya kurang dari 3000 tanaman yang digunakan secara reguler sebagai bahan baku industry farmasi. WHO mencatat bahwa sebagian besar penduduk dunia masih menggantungkan system pengobatan tradisional yang mayoritas melibatkan tumbuhan untuk menyembuhkan penyakit dan lebih dari 80 % penduduk dunia menggunakan obat herbal untuk mendukung kesehatan merekaa. Jurnal ini membahas hasil penelitian tentang senyawa flavonoid dalam biji alpukat sebagai salah satu contoh potensi penggunaan tumbuhan sebagai bahan baku industry farmasi Tujuan Untuk menguji dan mengidentifikasi senyawa flavonoid dalam biji alpukat serta mengevaluasi aktivitas oksidan dari senyawa tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi biji alpukat sebagai sumber senyawa flavonoid yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industry farmasi Metode Penelitian Metode penelitian meliputi beberapa tahap, yaitu : 1. Preparasi sampel: biji alpukat dihaluskan menjadi serbuk dan dimaserasi dengan menggunakan n- heksana selama 3 × 24 jam, kemudian residu yang diperoleh dikeringkan dan dimaserasi kembali menggunakan etanol 95 % selama 3 × 24 jam. Filtrate etanol dievaporasi dan diperoleh ekstrak kental etanol. Ekstrak kental etanol dipartisi dengan etil asetat dan air (1:1) menggunakan corong pisah sehingga terbentuk 2 fase. Fase etil asetat diambil untuk kemudian dipekatkan dengan rotary vacuum evaporator hingga diperoleh ekstrak kental etil asetat. 2. Identifikasi senyawa flavonoid : dilakukan dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT) dan spektrofotometri UV-Vis. 3. Analisis gugus fungsi : analisis gugus fungsi pada isolate senyawa flavonoid dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer FT-IR 4. Analisis data : data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji statistic One Way ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Duncan multiple Range Test (DMRT) untuk mengetahui perbedaan signifikan antar perlakuan Metode Pengambilan Sampel Dilakukan dengan cara mengambil biji alpukat yang diperoleh dari Bandungan kabupaten Semarang. Kemudian biji alpukat dihaluskan menjadi serbuk dan dimaserasi dengan menggunakan n-heksana selama 3×24 jam, kemudian residu yang diperoleh dikeringkan dan dimaserasi kembali menggunakan etanol 95% selama 3×24 jam Instrumen Penelitian Beberapa instrument yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1. Rotary vacuum evaporator : digunakan untuk menguapkan pelarut dari ekstrak sampel 2. Oven : digunakan untuk mengeringkan sampel 3. Seperangkat alat kromatografi kolom dan KLT : digunakan untuk mengidentifikasi senyawa flavonoid 4. Lampu UV : digunakan untuk memvisualisasikan senyawa flavonoid pada KLT 5. Spektrofotometer UV-Vis Shimadzu UVmini-1240 : digunakan untuk mengukur absorbansi sampel pada uji aktivitas antiokasidan 6. Instrument FT-IR Perkin Elmer Spectrum 100 : digunakan untuk analisis gugus fungsi pada isolate senyawa flavonoid Analisis Data Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji statistic One Way ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) untuk mengetahui perbedaan signifikan antar perlakuan Isi dan Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa flavonoid dari biji alpukat serta mengevaluasi aktivitas antioksidan dari senyawa flavonoid tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi ekstraksi menggunakan pelarut n- heksana dan etanol, pemurnian menggunakan kromatografi kolom dan KLT, serta identifikasi senyawa flavonoid menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan instrumen FT- IR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa flavonoid berhasil diisolasi dari biji alpukat dan diidentifikasi sebagai senyawa kuersetin. Selain itu, senyawa flavonoid ini juga menunjukkan aktivitas antioksidan yang cukup tinggi pada uji DPPH dengan nilai IC50 sebesar 12,5 µg/mL. Dalam pembahasan, penulis menjelaskan bahwa senyawa flavonoid yang diisolasi dari biji alpukat memiliki potensi sebagai antioksidan alami yang dapat digunakan dalam industri makanan dan farmasi. Selain itu, penulis juga membahas tentang mekanisme antioksidan yang dimiliki oleh senyawa flavonoid dan potensi pengembangan lebih lanjut dalam penelitian selanjutnya. Secara keseluruhan, jurnal ini memberikan informasi yang bermanfaat tentang senyawa flavonoid dalam biji alpukat dan potensi penggunaannya sebagai antioksidan alami. Kesimpulan Biji alpukat positif mengandung senyawa flavonoid. Identifikasi isolat hasil kromatografi kolom gravitasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan FT-IR menunjukkan bahwa isolat adalah senyawa Flavonoid golongan flavanon dengan gugus hidroksi pada atom C-7 yang tidak mempunyai gugus orto dihidroksil pada C-4’ maupun C-5’ dan tidakadanya gugus hidroksil pada atom C-3 dan C-5, serta memiliki gugus fungsi OH, C-H alifatik, C=O, C=C, dan C-H aromatic Keunggulan Dalam jurnal Isolasi dan Elusidasi Senyawa Flavonoid dari Biji Alpukat, terdapat beberapa kelebihan penelitian yang dapat disebutkan, antara lain: 1. Penelitian ini merupakan penelitian yang original dan inovatif, karena belum banyak penelitian yang dilakukan pada senyawa flavonoid dari biji alpukat. 2. Penelitian ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi pengembangan obat-obatan herbal, karena senyawa flavonoid yang ditemukan memiliki aktivitas antioksidan dan antiinflamasi yang tinggi. 3. Penelitian ini menggunakan metode yang valid dan akurat, dengan menggunakan alat dan bahan yang memenuhi standar kualitas. 4. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang kimia dan farmasi. 5. Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, terutama dalam hal pengembangan obat-obatan herbal yang aman dan efektif.
Kekurangan 1. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini hanya berasal dari satu lokasi, yaitu Bandungan kabupaten Semarang. Sehingga, hasil penelitian ini mungkin tidak dapat digeneralisasi untuk biji alpukat dari lokasi lain. 2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini mungkin tidak dapat diaplikasikan secara langsung pada skala industri, karena memerlukan alat dan bahan yang mahal dan tidak mudah didapatkan. 3. Penelitian ini hanya fokus pada senyawa flavonoid dari biji alpukat, sehingga tidak membahas potensi senyawa lain yang mungkin terdapat pada biji alpukat. 4. Penelitian ini hanya melakukan uji aktivitas antioksidan dan antiinflamasi pada senyawa flavonoid yang ditemukan, sehingga tidak membahas potensi efek samping atau toksisitas dari senyawa tersebut. 5. Penelitian ini hanya dilakukan pada tingkat laboratorium, sehingga belum dapat memberikan informasi mengenai efektivitas dan keamanan penggunaan senyawa flavonoid dari biji alpukat pada manusia.