Anda di halaman 1dari 79

Penetapan Kadar Flavonoid

Kelompok 6

Adira Kori Kallista 1606874886 Charisa Diah Iswari 1606875011


Amellia Caesarini 1606874791 Nadia Rizqi Aziza 1606874740
Asmiladita Pridilla 1606874892 Prasanti Aristawati 1606874961
Ayu Savira R 1606874974 Safira Indriati 1606874955
Penetapan Kadar Menggunakan
MetodeSpektrofotometriUV-Vis
Ayu Savira Rahmafitri (1606874974)
Charisa Diah Iswari (1606875011)
Safira Indriati (1606874955)
Penentuan flavonoid total dalam ekstrak dilakukan untuk mengetahui prosentase
kandungan flavonoid total dalam ekstrak menggunakan metode kolorimetri
aluminium klorida dengan pengukuran absorbansi secara spektrofotometri UV-Vis

Prinsip

Metode Kolorimetri Alumunium Klorida :

Terbentuknya kompleks antara AlCl3


dengan gugus keto pada atom C-4 dan
juga dengan gugus hidroksi pada atom C-3
atau C-4 yang bertetangga dari flavon dan
flavonol

Cahyanta, Agung Nur. 2016. Penetapan Kadar Flavonoid Total Ekstrak Daun Pare Metode Kompleks Kolori dengan Pengukuran Absorbansi secara
Spektrofotometri. Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 5 (1) : 58-61. TREY
research
Prinsip
Metode Spektrofotometri UV-VIS:

 Berdasarkan absorpsi cahaya pada panjang gelombang tertentu melalui suatu larutan yang
mengandung kontaminan yang akan ditentukan konsentrasinya. Jumlah cahaya yang
diserap sebanding dengan konsentrasi kontaminan dalam larutan (Lestari, 2009).

 Spektrum flavonoid biasanya ditentukan dalam larutan dengan pelarut metanol atau
etanol. Spektrum khas flavonoid terdiri atas dua maksimal pada rentang 230-295 nm (pita
II) dan 300-560 nm (pita I) (Neldawati, 2013).

Neldawati, Ratnawulan dan Gusnedi. 2013. Analisis Nilai Absorbansi dalam Penentuan Kadar Flavonoid untuk Berbagai Jenis Daun Tanaman Obat. Pillar of Physics. Vol. 2 : 76-83.
Lestari, Fatma. 2009. Bahaya Kimia : Sampling dan Pengukuran Kontaminan Kimia di Udara. Jakarta : EGC TREY
research
TREY
research
Ayu Savira Rahmafitri (1606874974)
Charisa Diah Iswari (1606875011)
Safira Indriati (1606874955)
Penelitian ini membahas tentang pengujian kadar flavonoid
total dari ekstrak etanol kulit buah alpukat (Persea americana
Mill.),.
Menggunakan metode kolorimetri aluminium klorida dengan
pengukuran absorbansi secara spektrofotometri UV-Vis

Pendahuluan Standar yang digunakan :


Kuersetin, yang merupakan flavonoid golongan flavonol yang
mempunyai gugus keto pada C-4 dan memiliki gugus hidroksi
pada atom C-3 atau C-5 yang bertetangga dari flavon dan
flavonol (Cahyanta, 2016).

Cahyanta, Agung Nur. 2016. Penetapan Kadar Flavonoid Total Ekstrak Daun Pare Metode Kompleks Kolori dengan
Pengukuran Absorbansi secara Spektrofotometri. Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 5 (1) : 58-61.

TREY
research
LANGKAH-LANGKAH
Pengolahan Sampel &
Proses Ekstraksi

TREY
research
Pengambilan dan Pengolahan
Sampel
 Lokasi pengambilan sampel : di Malino, Sulawesi selatan, pada pukul 10.00 WITA
 Pengolahan Sampel:

Buah alpukat
Sampel disortasi dipisahkan dari Potong kecil-
Dibersihkan.
basah daging buah dan kecil kulit buah
kulit buahnya

Diangin-anginkan selama
Ditimbang Sampel
beberapa hari pada udara
kembali berat ditimbang dan
Diserbukkan terbuka dengan tidak
sampel serbuk dicatat berat
terkena sinar matahari
yang di peroleh keringnya
langsung
TREY
research
Proses ekstraksi kulit alpukat
(Persea americana Mill.)

Ditambahkan Dikocok-kocok
50 gram sampel kulit Maserat
dengan etanol terlebih dahulu
buah alpukat (Persea disaring
96% 200 mL kemudian
americana Mill.) dengan
sampai seluruh ditutup dan
dimasukkan kedalam menggunakan
sampel dibiarkan
wadah maserasi kertas saring.
terendam selama 24 jam.

 Metode ekstraksi: Maserasi Ekstrak kental kulit buah


Semua filtrat
 Pelarut : etanol 96% alpukat (Persea americana
disatukan dan
dipekatkan
Mill.) yang didapatkan
dengan
digunakan untuk dianalisis
menggunakan
lebih lanjut
rotavapor
TREY
research
Analisis Kuantitatif
Kandungan Flavonoid

TREY
research
1. Pembuatan kurva
standar kuarsetin

Larutan stok dipipet Dari larutan standar


sebayak 1 mL dan kuersetin 100 ppm,
Dilarutkan
25 mg baku standar dicukupkan volumenya kemudian dibuat beberapa
dalam 25 mL
kuersetin ditimbang sampai 10 mL dengan konsentrasi yaitu 6 ppm, 8
etanol.
etanol sehingga diperoleh ppm, 10 ppm, 12 ppm dan 14
konsentrasi 100 ppm. ppm

Dari masing-
ditambahkan 1
masing
mL AlCl3 2% Sampel diinkubasi Absorbansi ditentukan menggunakan
konsentrasi
dan 1 mL selama satu jam metode spektrofotometri UV-Vis pada
larutan standar
kalium asetat pada suhu kamar. panjang gelombang maksimum 435 nm
kuersetin
120 mM.
dipipet 1 mL.

TREY
research
Skema pembuatan kurva standar kuersetin
25 𝑚𝑔 25000 𝜇𝑔
= = 1000 ppm
25 𝑚𝑙 25 𝑚𝑙
1 ml
1 𝑚𝑙
x 1000 ppm = 100 ppm
10 𝑚𝑙

6 ml 8 ml 10 ml 12 ml 14 ml

6 𝑚𝑙 8 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙 12 𝑚𝑙 14 𝑚𝑙
x 100 ppm x 100 ppm x 100 ppm x 100 ppm x 100 ppm
100 𝑚𝑙 100 𝑚𝑙 100 𝑚𝑙 100 𝑚𝑙 100 𝑚𝑙
= 6 ppm = 8 ppm = 10 ppm = 12 ppm = 14 ppm
TREY
research
6 ppm 8 ppm 10 ppm 12 ppm 14 ppm
+1 ml AlCl3 +1 ml AlCl3 +1 ml AlCl3 +1 ml AlCl3 +1 ml AlCl3
2% dan 1 mL 2% dan 1 mL 2% dan 1 mL 2% dan 1 mL 2% dan 1 mL
kalium kalium kalium kalium kalium
asetat 120 asetat 120 asetat 120 asetat 120 asetat 120
mM mM mM mM mM

Sampel diinkubasi selama satu jam pada suhu kamar. Absorbansi ditentukan
menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang maksimum
435 nm

TREY
research
2. Penentuan Jumlah Flavonoid dari Larutan Ekstrak

15 mg ekstrak, ditimbang

Dilarutkan dalam 10 mL etanol, sehingga diperoleh konsentrasi 1500 ppm.

Dari larutan tersebut dipipet 1 mL kemudian ditambahkan 1 mL larutan AlCl3 2%


dan 1 mL kalium asetat 120 mM.
Keterangan :
F1=jumlah flavonoid dengan
Sampel diinkubasi selama satu jam pada suhu kamar. metode AlCl3
C=kesetaraan kuersetin (ppm)
V=volume total ekstrak etanol
Absorbansi ditentukan menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis pada
panjang gelombang maksimum 435 nm. (mL)
F=faktor pengenceran
m=berat sampel (g)
Dihitung kadar flavonoidnya dengan persamaan disamping
TREY
research
Data Perhitungan
Tomayahu, N., & Abidin, Z. (2017). PENETAPAN KADAR FLAVONOID TOTAL EKSTRAK ETANOL
KULIT BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.) DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS.
Retrieved from http://jurnal.farmasi.umi.ac.id/index.php/fitofarmakaindo/article/view/265/227
TREY
research
Penetapan Kadar
• Nilai Absorbansi Kadar Flavonoid Total • Perhitungan kadar flavonoid dalam sampel
A1 = 0,291 - Pembuatan larutan sampel yang mengandung flavonoid
A2= 0,276 15mg x 1000 mcg = 1500 ppm
A3= 0,284 10 ml
- Pengenceran Larutan Sampel
Arata-rata = 0,291+0,276+0,284 =0,28366667 1ml x 1500 ppm = 150 ppm
10 ml
3
Dari regresi linear: y = 0,0438x+0,0177
0,28366667= 0,0438x+0,0177 Rata-rata Kadar Flavonoid dalam sampel:
X = 6,07229833 ppm 6,07229833 ppm x 100 = 4,0481 %
150 ppm

TREY
research
Hasil dan Pembahasan
Hasil dan Pembahasan
• Bagian tanaman yang digunaka pada penelitian ini adalah kulit buahnya. Kulit buah alpukat (Persea americana
Mill.) dapat digunakan sebagai bahan aktif tabir surya yaitu untuk melindungi kulit terhadap sinar UV atau
mampu mengurangi kerusakan kulit, karena mengandung senyawa flavonoid (Mokodompit, Edy dan Wiyono
2013, h. 85).

• Untuk mendapatkan senyawa kimia yang diinginkan digunakan metode ekstraksi. Metode ekstraksi yang
digunakan pada penelitian ini adalah maserasi, karena metode ini lebih sederhana, mudah dan tanpa
pemanasan. Karena jika menggunakan pemanasan dapat membuat kadar flavonoid berkurang. Pelarut yang
digunakan pada penelitian ini adalah etanol 96% sebagai pelarut polar.

• Proses maserasi menggunakan 3 replikasi dengan etanol 96% 200 mL selama 24 jam. Penambahan pelarut
etanol dilakukan sampai 3 kali proses ekstraksi. Setelah didapatkan ekstrak kental, dilakukan perhitungan
rendamen, sehingga diperoleh rata-rata persen rendamen yaitu 17,28 %. Penentuan rendamen ini berfungsi
untuk mengetahui kadar metabolit sekunder yang terbawa oleh pelarut namun tidak dapat menentukan jenis
senyawa yang terbawa oleh pelarut (Ahmad, Juwita dan Malik 2016, h. 6). TREY
research
Hasil dan Pembahasan

TREY
research
Hasildan Pembahasan
• Pada penelitian ini untuk menentukan kadar flavonoid total pada sampel digunakan kuarsetin
sebagai larutan standar dengan deret konsentrasi 6, 8, 10, 12 dan 14 ppm.
• Digunakan deret konsentrasi karena metode yang di pakai dalam menentukan kadar adalah
metode yang menggunakan persamaan kurva baku, untuk membuat kurva baku terlebih dahulu
dibuat beberapa deret konsentrasi untuk mendapatkan persamaan linear yang dapat digunakan
untuk menghitung persen kadar.
• Digunakan kuarsetin sebagai larutan standar karena kuersetin merupakan flavonoid golongan
flavonol yang mempunyai gugus keto pada C-4 dan memiliki gugus hidroksil pada atom C-3 atau
C-5 yang bertetangga dari flavon dan flavonol.

Tomayahu, N., & Abidin, Z. (2017). PENETAPAN KADAR FLAVONOID TOTAL EKSTRAK ETANOL
KULIT BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.) DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS.
Retrieved from http://jurnal.farmasi.umi.ac.id/index.php/fitofarmakaindo/article/view/265/227
TREY
research
Hasildan Pembahasan

• Pengujian analisis kuantitatif dengan spektrofotometri UV-Vis


• Pada pengukuran senyawa flavonoid total, larutan sampel ditambahkan AlCl3:
yaitu agar terbentuk kompleks berwarna biru antara AlCl3 dengan gugus keto pada atom C-4 dan gugus hidroksi
pada atom C-3 atau C-5 yang bertetangga dari golongan flavon dan flavonon sehingga akan dapat diserap pada
spektrofotometri UV-Visibel.
• Panjang gelombang maksimal yang digunakan yaitu 435 nm karena pada panjang gelombang tersebut dapat
menyerap warna biru yang dihasilkan oleh komplek AlCl3 dan quersetin secara maksimal.
• Penambahan kalium asetat berfungsi untuk mendeteksi adanya gugus 7-hidroksil pada kuersetin.
• Sebelum diamati di spektrofotometri UV-Vis sampel diinkbasi terlebih dahulu agar reaksi dapat berjalan sempurna
sehingga memberikan intensitas warna yang maksimal, dengan begitu cahaya yang diserap akan maksimal juga

Tomayahu, N., & Abidin, Z. (2017). PENETAPAN KADAR FLAVONOID TOTAL EKSTRAK ETANOL
KULIT BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.) DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS.
Retrieved from http://jurnal.farmasi.umi.ac.id/index.php/fitofarmakaindo/article/view/265/227
TREY
research
Kesimpulan
• Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh kurniasari (2006) menyatakan bahwa sejumlah
tanaman obat yang mengandung flavonoid telah dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan,
antibakteri, antivirus, antiradang, antialergi dan antikanker.
• Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kadar flovonoid total
dari ekstrak etanol kulit buah alpukat (Persea americana Mill.) yaitu 4,0122 mgQE/g ekstrak.

Tomayahu, N., & Abidin, Z. (2017). PENETAPAN KADAR FLAVONOID TOTAL EKSTRAK ETANOL
KULIT BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.) DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS.
Retrieved from http://jurnal.farmasi.umi.ac.id/index.php/fitofarmakaindo/article/view/265/227
TREY
research
Referensi
1. Tomayahu, N., & Abidin, Z. (2017). PENETAPAN KADAR FLAVONOID TOTAL EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH
ALPUKAT (Persea americana Mill.) DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS. Retrieved from
http://jurnal.farmasi.umi.ac.id/index.php/fitofarmakaindo/article/view/265/227

2. Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia; Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan, Terbitan Kedua, Terjemahan
Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro ITB, Bandung.
3. Katja, D. G., Suryanto, E., dan Wehantouw, F., 2009. Potensi daun alpukat (persea Americana Mill.) sebagai sumber
antioksidan alami. Chemistry Progress, 2(1), pp. 58-64.

4. Markham, K.R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Penerjemah Kosasih Padmawinata.Bandung: ITB.

5. Mokodompit, AN, Edy, HJ dan Wiyono, W 2013, Penentuan nilai sun protective factor (spf) secara in vitro krim tabir
surya ekstrak etanol kulit alpukat. Pharmacon, 2(3), pp. 83-85.

6. Pourmorad, F., Hosseinimehr, S.J. and Shahabimajd, N., 2006. Antioxidant activity, phenol and flavonoid contents
of some selected Iranian medicinal plants. African journal of biotechnology, 5(11). pp 1142-1145

TREY
research
PenetapanKadar Menggunakan
MetodeKLT Densitometri
Nadia Rizqi Aziza 1606874740
Amellia Caesarini 1606874791
Asmiladita Pridilla 1606874892
Kromatografi Lapis Tipis
• KLT merupakan metode pemisahan komponen berdasarkan perbedaan adsorpsi atau
partisi oleh fase diam di bawah gerakan eluen tunggal maupun campuran
• Fase diam berupa serbuk halus yang dilapiskan secara merata pada penyangga berupa
lempeng kaca, pelat polimer atau logam, dan lapisan yang cocok
• Campuran yang akan dipisahkan berupa larutan dalam bentuk becak atau pita yang
ditotolkan pada pelat dan selanjutnya pelat diletakkan dalam bejana tertutup yang
berisi larutan pengembang (eluen) yang cocok.
• KLT merupakan kromatografi adsorpsi dan adsorben yang bertindak sebagai fase
stationer
• Adsorben yang umum digunakan adalah silika gel, alumina, khieselguhr, dan selulosa.
• Fase gerak pada KLT umumnya campuran 2 pelarut organic karena daya elusi
campuran kedua pelarut dapat diatur dengan mudah sehingga pemisahan dapat
terjadi secara optimal

TREY
research
Densitometri
• Densitometri merupakan metode analisis instrumental berdasarkan interaksi radiasi
elektromagnetik (REM) dengan analit yang merupakan bercak atau noda analit pada
fase diam KLT.
• Interaksi radiasi elektromagnetik dengan noda pada KLT yang ditentukan diantaranya:
menentukan intensitas cahaya yang diabsorpsi, ditransmisi, dipantulkan (refleksi) oleh
pendar fluor atau pemadaman fluor dari radiasi semula
• Dapat digunakan untuk analisa kualitatif dan kuantitatif suatu zat atau campuran zat
setelah dilakukan pemisahan menggunakan KLT

TREY
research
Densitometri

Instrumen densitometri terdiri atas perangkat optic,


sumber cahaya, dan detector.
TREY
research
• Analisa kuantitatif dapat dilakukan dengan cara membandingkan luas area noda atau
bercak analit dengan standar pada fase diam yang sudah diketahui konsentrasinya
• Deteksi bercak hasil KLT secara densitometri dapat dilakukan dengan cara men
scanning bercak dengan sumber cahaya dalam bentuk celah atau slit yang dapat
dipilih baik Panjang gelombangnya maupun lebarnya
• Sinar yang dipantulkan diukur dengan sensor cahaya (fotosensor)
• Pengukuran densitometri dapat dibuat dengan absorbansi atau fluorosensi, akan
tetapi pengukuran KLT kebanyakan dilakukan dengan cara fluorosensi/
• Kisaran UV rendah (di bawah 190 nm sampai 300 nm) merupakan daerah yang
biasanya digunakan

TREY
research
Analisis Kadar Flavonoid PadaBenalu
Kopi (Dendrophthoepentandra (L.)
Miq.) MenggunakanTeknik
KromatografiLapisTipis-Densitometri
Skripsi oleh Nora Dwi Saputri
Universitas Jember

TREY
research
Alat dan Bahan
Alat Bahan

• Scanner Densitometri Camag 3 • Daun benalu kopi (Dendrophthoe pentandra (L).


Miq.) diperoleh dari perkebunan warga di desa
• Bejana KLT ukuran (10x10x5) cm
Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember
• Blender
• Larutan standar flavonoid (kursetin)
• Hair dryer
• Metanol p.a., Aquades
• Corong Buchner, lampu ultraviolet
• Kloroform p.a., Etil asetat
• Aluminium foil, batang pengaduk
• Ayakan 60 mesh
• Neraca analitik, pisau stainless steel
• Kertas saring
• Pipet mikro, pipet tetes
• Plat KLT Silika Gel F254
• Alat-alat gelas, oven
• Botol semprot, botol kecil, bola pipet

TREY
research
PreparasiSampel

• Daun benalu terlebih dahulu dipisahkan dari buah


dan batangnya kemudian dibersihkan

• Sampel dikeringanginkan dalam ruangan selama 10


hari tanpa terkena sinar matahari langsung

• Sampel yang sudah kering dihaluskan menggunakan


blender dan diayak menggunakan ayakan 60 mesh

TREY
research
Ekstraksi

Serbuk daun benalu kopi Setiap 1x24 jam ekstrak


sebanyak 2 gram dimaserasi disaring menggunakan
Maserasi dilakukan selama
menggunakan methanol (p.a) corong Buchner dan residu
4x24 jam
sebanyak 20 mL pada suhu dimaserasi dengan methanol
ruang dan terlindung cahaya (p.a) baru

Hasil filtrat merupakan


Filtrat disatukan sehingga ekstrak metabol yang
diperoleh filtrat methanol digunakan untuk uji
selanjutnya

TREY
research
Pembuatan Larutan Standar kuersetin

• Larutan standar kuersetin dengan konsentrasi 500 ppm dibuat


dengan cara menimbang kuersetin 25,0 mg dan dimasukan ke
labu ukur 50 mL
• Etil asetat ditambahkan 15 mL ke dalam labu ukur tersebut
• Larutan tersebut di shaker selama 5 menit
• Tambahkan kembali etil asetat sampai tanda batas

TREY
research
Pembuatan Larutan Standar kuersetin
• Larutan standar kuersetin 250 ppm  larutan standar dengan
konsentrasi 500 ppm yang tadi diambil 25 mL lalu dimasukan ke
labu ukur 50 mL setelah itu diencerkan dengan etil asetat
sampai tanda batas
• Larutan standar kuersetin 130 ppm  larutan standar dengan
konsentrasi 250 ppm yang tadi diambil 5,2 mL menggunakan
pipet mohr 10 mL lalu dimasukan ke labu ukur 10 mL setelah itu
diencerkan dengan etil asetat sampai tanda batas
• Larutan standar kuersetin 120 ppm  larutan standar dengan
konsentrasi 250 ppm yang tadi diambil 4,8 mL menggunakan
pipet mohr 10 mL lalu dimasukan ke labu ukur 10 mL setelah itu
diencerkan dengan etil asetat sampai tanda batas TREY
research
Pembuatan Larutan Standar kuersetin
• Larutan standar kuersetin 110 ppm  larutan standar dengan konsentrasi 250 ppm
yang tadi diambil 4,4 mL menggunakan pipet mohr 10 mL lalu dimasukan ke labu
ukur 10 mL setelah itu diencerkan dengan etil asetat sampai tanda batas
• Larutan standar kuersetin 100 ppm  larutan standar dengan konsentrasi 250 ppm
yang tadi diambil 20 mL menggunakan pipet lalu dimasukan ke labu ukur 50 mL
setelah itu diencerkan dengan etil asetat sampai tanda batas
• Larutan standar kuersetin 90 ppm  larutan standar dengan konsentrasi 100 ppm
yang tadi diambil 9 mL menggunakan pipet mohr 10 mL lalu dimasukan ke labu
ukur 10 mL setelah itu diencerkan dengan etil asetat sampai tanda batas
• Larutan standar kuersetin 80 ppm  larutan standar dengan konsentrasi 100 ppm
yang tadi diambil 8 mL menggunakan pipet mohr 10 mL lalu dimasukan ke labu
ukur 10 mL setelah itu diencerkan dengan etil asetat sampai tanda batas

TREY
research
Pembuatan Larutan Standar kuersetin
• Larutan standar kuersetin 70 ppm  larutan standar dengan konsentrasi 100 ppm
yang tadi diambil 7 mL menggunakan pipet mohr 10 mL lalu dimasukan ke labu ukur
10 mL setelah itu diencerkan dengan etil asetat sampai tanda batas
• Larutan standar kuersetin 60 ppm  larutan standar dengan konsentrasi 100 ppm
yang tadi diambil 6 mL menggunakan pipet lalu dimasukan ke labu ukur 50 mL
setelah itu diencerkan dengan etil asetat sampai tanda batas
• Larutan standar kuersetin 50 ppm  larutan standar dengan konsentrasi 100 ppm
yang tadi diambil 5 mL menggunakan pipet mohr 10 mL lalu dimasukan ke labu
ukur 10 mL setelah itu diencerkan dengan etil asetat sampai tanda batas
• Larutan standar kuersetin 40 ppm  larutan standar dengan konsentrasi 100 ppm
yang tadi diambil 4 mL menggunakan pipet mohr 10 mL lalu dimasukan ke labu
ukur 10 mL setelah itu diencerkan dengan etil asetat sampai tanda batas

TREY
research
Scanning PanjangGelombang Maksimum Menggunakan
SpektrofotometerUV
• Larutan standar flavonoid konsentrasi 100 ppm dibuat dengan cara:

Scanning
Mengencerkan dilakukan
larutan induk menggunakan
Lalu siapkan
kuersetin 250 Tambah etil Spektrofotom
juga etil asetat
ppm sebanyak asetat sampai eter UV-Vis
sebagai larutan
20 mL ke tanda batas rentang 280-
blanko 3 mL
dalam labu 400 nm
ukur 50 mL dengan
interval 1 nm

TREY
research
TREY
research
GrafikStandar

TREY
research
Aktivasi Plat SilikaGel F254
• Plat KLT Silika Gel F254 yang telah dipotong sesuai
kebutuhan yaitu 9x10 cm dielusi menggunakan eluen
yang akan digunakan dan sudah dijenuhkan sampai
terelusi oenuh
• Plat KLT kemudian diangkat dan dikeringkan dalam
oven suhu 100°C selama 10 menit

TREY
research
Optimasi Eluen
• Larutan standar flavonoid 90 ppm dan ekstrak metanol masing-
masing ditotolkan sebanyak 40 μL (1 μL untuk sekali totolan)
menggunakan pipet mikro pada plat KLT Silika Gel F254 dengan
titik totolan 1 cm dari tepi bawah, kiri, dan kanan KLT serta jarak
antara totolan 1 cm
• Penotolan dilakukan secara bertahap pada plat dan dikeringkan
menggunakan hair dryer untuk setiap penotolan
• Plat di elusi menggunakan campuran metanol:kloroform 12 mL
dengan perbandingan volume 1:1 ; 4:1 ; 3:2 ; 2:3 ; 1:4 dalam
chamber berukuran 10x10x5 cm

TREY
research
Optimasi Eluen lanjutan
• Eluen didiamkan berjalan hingga 9 cm dari batas bawah plat
• Plat diangkat dan diangin-anginkan lalu dianalisis menggunakan
densitometri pada lamba maksimum kuersetin
• Optimasi dilakukan triplo untuk setiap variasi perbandingan
volume eluen
• Eluen yang mempunyai pemisahan paling baik digunakan untuk
analisis selanjutnya  dalam percobaan ini yang dipakai 4:1

TREY
research
AnalisaSenyawa Flavonoid pada Benalu Kopi
• Larutan standar flavonoid 90 ppm dan ekstrak metanol masing-
masing ditotolkan sebanyak 40 μL (1 μL untuk sekali totolan)
menggunakan pipet mikro pada plat KLT Silika Gel F254 dengan
titik totolan 1 cm dari tepi bawah, kiri, dan kanan KLT serta jarak
antara totolan 1 cm
• Penotolan dilakukan secara bertahap pada plat dan dikeringkan
menggunakan hair dryer untuk setiap penotolan
• Plat di elusi menggunakan campuran metanol:kloroform yang
sudah dioptimasi yaitu 4:1
• Eluen didiamkan berjalan hingga 9 cm dari batas bawah plat
• Plat diangkat dan diangin-anginkan lalu dianalisis menggunakan
densitometri pada lamba maksimum kuersetin TREY
research
Analisa Senyawa Flavonoid pada Benalu Kopi
lanjutan
• Analisis data hasil densitometri berupa densitogram memiliki
luas area dan Rf yang berbeda
• Rata-rata luas area tiap sampel dimasukkan ke dalam persamaan
kurva kalibrasi daerah linier sehingga diketahui massa flavonoid
yang didapatkan dan kadar masing-masing sampel

TREY
research
Hasildan Perhitungan

• Larutan Standar

Max position
(Rf) : 0,83

TREY
research
• Data Penentuan Kadar Flavonoid pada Daun Benalu Kopi

Max position (Rf) : 0,82


Area : 19919,0

TREY
research
Max position (Rf) : 0,81
Area : 25312,9

TREY
research
Max position (Rf) : 0,83
Area : 31787,5

TREY
research
Pengulangan Max Position (Rf) Area (AU) Rata-rata Luas Area Massa flavonoid Kadar Flavonoid
(AU) yang didapatkan (ng) (mg/g)

1 0.82 19919.0
2 0.81 25312.9 25673.13 28421.07 0.01421
3 0.83 31787.5

PerhitunganKadar
Persamaan = y = 15.44x – 18209
• Massa flavonoid hasil pengukuran
𝑦−𝑎
x=( )𝑥 𝐹𝑃
𝑏

25673.13−18209
=( ) 𝑥 10 = 𝟐𝟖𝟒𝟐𝟏. 𝟎𝟕 𝒏𝒈
15.44

• Kadar Flavonoid
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑓𝑙𝑎𝑣𝑜𝑛𝑜𝑖𝑑 28421.07 𝑛𝑔 28421.07 𝑥 10−6 𝑚𝑔
kadar = = = = 𝟎. 𝟎𝟏𝟒𝟐𝟏 𝒎𝒈/𝒈
𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 2𝑔 2𝑔
TREY
research
Kesimpulan

• Kadar flavonoid pada daun benalu kopi (Dendrophthoe pentandra (L.)


Miq. ) yang diuji menggunakan teknik KLT-Densitometri sebesar 1.404 x
10−2 𝑚𝑔/𝑔

TREY
research
Penetapan Kadar Menggunakan
Metode HPLC
Adira Kori Kallista 1606874886
Prasanti Aristawati 1606874961
• Kromatografi Cair Kinerja Tinggi atau High
Performance Liquid Chromatography adalah
teknik pemisahan campuran yang didasarkan
atas perbedaan distribusi dan komponen-
komponen campuran antara fase diam dan
fase geraknya.
• Prinsip: zat dilarutkan di dalam eluen (fase
gerak). Kemudian, larutan diinjeksikan ke
dalam alat HPLC yang kemudian akan
didorong oleh pompa untuk melewati kolom
(fase diam), menggunakan detektor yang
sesuai hingga terjadi pemisahan, yang akan
ditunjukan pada kromatogram.

TREY
research
• HPLC merupakan metode pilihan dalam analisis flavonoid baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.
• Diperkenalkan pada tahun 1970, HPLC telah digunakan untuk menganalisis semua kelas
flavonoid.
• Pemisahan yang sangat baik dilakukan pada fase diam dengan octadecylsilyl bonded (ODS,
RP-18, atau C18).
• Pelarut yang paling sering digunakan dalam analisis flavonoid antara lain campuran
asetonitril-air atau campuran metanol-air, degan atau tanpa sejumlah kecil asam. Campuran
ini kompatibel dengan detektor UV.
• Seringkali, tetrahydrofuran, isopropanol, atau n-propanol digunakan sebagai pelarut.
• Acid modifiers berguna untuk menekan terjadinya ionisasi pada gugus hidroksil fenol,
sehingga memberikan puncak yang lebih tajam dan mengurangi terjadinya tailing.
• Fase diam oktadesilsilil dengan hydrophillic endcapping digunakan untuk memisahkan analit
yang bersifat sangat polar.
• HPLC fase normal menggunakan fase diam silica gel yang tidak termodifikasi jarang
digunakan, kecuali untuk memisahkan aglikon flavonoid yang kurang polar, flavon
terpolimetoksilasi, flavanon, atau isoflavon.
TREY
research
• Pemisahan dilakukan pada kolom RP-18, dengan panjang kolom berkisar
antara 100 hingga 300 mm, dengan diameter internal pada 2-5mm.
• Untuk aglikon dan glikosida isoflavon, serta pemisahan tertentu pada produk
kedelai, dilakukan menggunakan kolom C8, tetapi jarang dilakukan.
• Granulometries bervariasi antara 3-10μm, di mana umumnya digunakan pada
ukuran 5μm.
• Durasi pemisahan umumnya dilakukan selama 1 jam.

TREY
research
• Elusi gradien pada laju aliran 1 ml/menit
dilakukan selama 95 menit pada suhu 35°C
dengan menggunakan pelarut A (50 mM
natrium fosfat [pH 3,3] dan 10% metanol)
dan larutan B (70% metanol)
• Diawali dengan elusi oleh 100% larutan A;
selama 15 menit berikutnya oleh 70%
larutan A; selama 30 menit berikutnya oleh
65% larutan A; selama 20 menit berikutnya
oleh 60% larutan A; selama 5 menit, oleh
50% larutan A; dan akhirnya 100% larutan B
selama 25 menit

TREY
research
HPLC-UV
• Metode deteksi yang paling sering digunakan untuk HPLC ialah spektrofotometri UV.
• Deteksi didasarkan pada pengukuran serapan UV, atau pengukuran serapan tampak
pada antosianin.
• Tidak ada panjang gelombang yang ideal untuk semua kelas flavonoid karena masing-
masing kelas menunjukan panjang gelombang yang berbeda untuk absorbansi
maksimum.
• Namun demikian, karena dianggap paling ideal, panjang gelombang yang paling sering
digunakan adalah 280 nm.

TREY
research
Rentang Serapan Spektrum UV-Vis Flavonoid

TREY
research
LC-UV DAD
• Dengan berkembangnya teknologi diode-array pada era 1980-an, LC–UV dengan diode array
detection (DAD) memungkinkan eluen kromatografi untuk discan pada UV–visible spectral
data.
• LC–UV dengan DAD memungkinkan perekaman kromatogram secara simultan pada
berbagai panjang gelombang yang berbeda.
• Hal ini meningkatkan kuantifikasi karena deteksi dapat dilakukan pada panjang gelombang
maksimum senyawa yang dideteksi.
• Umumnya untuk flavon dan flavonol ditemukan pada 270 nm dan 330nm;
• Pada 290 nm untuk flavanon,
• Pada 236 nm atau 260 nm isoflavon,
• Pada 340-360 nm untuk kalkon, 280 nm untuk dihidrokalkone,
• Pada 502 nm atau 520 nm untuk antosianin,
• Dan pada 210 atau 280 nm for untuk katekin.

TREY
research
Prosedur Penetapan Kadar menggunakan HPLC

Penentuan dan pemilihan


kondisi analisis (panjang
Pembuatan larutan Pembuatan kurva
gelombang, fase gerak,
standar kalibrasi
dan kecepatan alir
optimum)

Penetapan kadar sampel:


menggunakan perbandingan luas
Validasi Metode
puncak kromatogram standar
Analisis
dengan sampel atau substitusi ke
persamaan kurva kalibrasi

TREY
research
PENENTUAN KUERSETIN DALAM
BAWANG DAYAK (Eleutherinepalmifolia)
DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA
TINGGI
Skripsi oleh : Lena Elvira Rosa
DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

TREY
research
Pendahuluan
• Salah satu tanaman yang dipercaya berkhasiat dan digunakan sebagai obat oleh masyarakat
Indonesia adalah umbi bawang dayak (Eleutherine palmifolia) yang termasuk dalam suku Iridaceae.
• Hasil uji yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tanaman bawang dayak memiliki hampir semua
kandungan fitokimia, antara lain alkaloid, glikosida, flavonoid, fenolik dan steroid (Anne 2011).
• Penelitian Rosfianita (2010) mengungkapkan kandungan terdapat flavonoid golongan flavonol pada
bawang dayak. Jenis flavonoid yang banyak terdapat pada tanaman adalah kuersetin, mirisetin, dan
kaemferol. Pada penelitian Miean dan Suhaila (2008) jenis flavonoid yang paling banyak terdapat
dalam daun bawang adalah flavonoid jenis kuersetin.
• Berdasarkan penelitian tersebut, dimungkinkan bahwa pada bawang dayak jenis flavonoid yang
paling banyak adalah kuersetin.
• Kuersetin merupakan senyawa golongan flavonol yang paling banyak terdapat dalam tanaman dan
juga paling aktif (Furhman dan Aviram 2002). Banyak tanaman obat menunjukkan khasiatnya yang
baik seiring dengan tingginya kandungan kuersetin. Khasiat bawang dayak yang banyak dipercaya
sebagai antikanker dan penyakit lainnya dimungkinkan karena tingginya kadar kuersetin dalam
bawang dayak.
• Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui besarnya kandungan kuersetin dalam bawang dayak
dengan menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi, dengan demikian kinerja analisis
penentuan kuersetin pada bawang dayak dapat ditentukan. TREY research
Alat dan Bahan
Alat Bahan

Sampel bawang Oven Tanur Eksikator


dayak dari kebun Metanol Asetonitril
Biofarmaka Bogor
Develosil ODS-UG-3
KCKT Shimadzu LC- dengan dimensi
Neraca analitik 20A kolom C-18 panjang 75 mm dan
HCl KH2PO4 H3PO phase; diameter dalam 4.6
mm.

Fase gerak : Metanol dan Detektor : Detektor


H3PO40.5% Secara ultraviolet (UV) pada
Standar kuersetin.
isokratik dengan laju alir panjang gelombang 370
0.9 mL/menit. nm.

TREY
research
Metode
Preparasi dan Ekstraksi Umbi Bawang Dayak

Umbi bawang dayak segar Sampel dirajang tipis dan


dibersihkan dari kotoran dikering-anginkan di Sampel dianggap kering
Kemudian sampel digiling
dengan mencucinya udara terbuka terlindung bila sudah rapuh (hancur
sampai menjadi serbuk.
dengan air bersih, lalu dari sinar matahari jika diremas)
ditiriskan. langsung.

Ekstrak didinginkan pada


Menambahkan ke
suhu ruang, lalu sebanyak
dalam100 mg serbuk Direfluks pada 35 °C
10 mL disonikasi,dan
umbi bawang dayak selama 16 jam sebanyak 3
disaring menggunakan
sebanyak 10mL HCl 1.2 M kali pengulangan.
filter 0.45 μm sebelum
dalam methanol 50%
diinjeksikan ke KCKT.

TREY
research
Metode
Analisis Kuersetin dengan KCKT

Pencarian Eluen Terbaik Pembuatan Larutan Standar


• Eluen yang diujiialah campuran asetonitril dan • Larutan stok standar kuersetin 500 μg/mLdisiapkan
KH2PO4 0.025 M dengan nisbah, meliputi 3:1, 5:3, dengan melarutkan 5 mg standar kuersetin dalam
1:2, dan 2:3 secara isokratik. 10mL metanol.
• Perubahan konsentrasi KH2PO4juga dilakukan, yaitu • Larutan standar yang digunakan dalam penelitian ini
menjadi 1.67 × 103M dan 1.00× 10-3M dengan nisbah terdiri atas 4 konsentrasi, yaitu 0.5, 2.5, 10, dan 20
asetonitril danKH2PO4 sebesar 1:3 secara isokratik. μg/mL, dibuat dengan mengencerkan larutan stok.
• Secara gradien diujikan dengan nisbah asetonitril • Larutan standar disaring menggunakan filter 0.45 μm
denganKH2PO40.025 M 1:3 pada menit 0-10 menit sebelum diinjeksikan ke KCKT.
dan asetonitril denganKH2PO40.025 M 1:1 pada
menit 10-20.
• Selain itu, digunakan juga eluen campuran metanol
dengan asam fosfat 0.5% 80:20.
TREY
research
Metode
Analisis Kuersetin dengan KCKT

Pembuatan Kurva Standar Pengukuran Kadar Kuersetin


• Larutan standar dengan konsentrasi 0.5, 2.5, • Larutan ekstrak bawang dayak hasil hidrolisis
10, dan 20 μg/mL diinjeksikan ke KCKT. diukur kadar kuersetinnya dengan
menggunakan KCKT.
• Luas puncak kromatogram standar yang
diperoleh dari berbagai konsentrasi tersebut • Kadar kuersetin ditentukan berdasarkan kurva
kemudian dialur ke dalam 1 grafik. standar yang merupakan hubungan antara
konsentrasi standar dan luas puncak kuersetin.
• Persamaan garis yang dihasilkan akan
digunakan pada perhitungan limit deteksi dan
limit kuantifikasi.

TREY
research
Hasil dan Perhitungan
Pencarian Eluen Terbaik

Eluen yang dipilih untuk


analisis adalah metanol dan
asam fosfat 0.5% (80:20) dan
laju alir 0.9 mL/menit. Eluen ini
memberikan kromatogram
dengan puncak yang cukup
baik sehingga dipilih sebagai
eluen untuk analisis
selanjutnya.

TREY
research
Hasil dan Perhitungan
Perhitungan Kadar Kuersetin

TREY
research
Hasil dan Perhitungan
Perhitungan Kadar Kuersetin

TREY
research
Hasil dan Perhitungan
Perhitungan Kadar Kuersetin

TREY
research
Hasil dan Perhitungan
Perhitungan Kadar Kuersetin

TREY
research
Hasil dan Perhitungan
Perhitungan Kadar Kuersetin

TREY
research
Perhitungan Kadar Kuersetin
Persamaan Linier Konsentrasi Kuersetin Sebenarnya

y = 58.671x + 18.438 • Rumus = Konsentrasi


x = konsentrasi (ppm) Kuersetin x Fp
y = Luas Area 25
= 0.9007 ×
1
y = 58.671x + 18.438 = 22.5175 mg/L
71.2860 = 58.,671x + 18.438
x = 0.9007 mg/L

TREY
research
Perhitungan Kadar Kuersetin
Bobot Kuersetin Kadar Kuersetin (%b/b)
• Rumus = Konsentrasi kuersetin 𝒂
• 𝑅𝑢𝑚𝑢𝑠 = × 𝟏𝟎𝟎%
sebenarnya x volume larutan 𝒃
0.2252 𝑚𝑔
= 22.5175 mg/L× 0.0100 L = ×
102.4000 𝑥 1−0.1013 𝑚𝑔
= 0.2252 mg
100%
= 0.2501 %
Dengan a = bobot kuersetin (mg)
b = bobot contoh (mg)

TREY
research
Perhitungan Kadar Kuersetin
Rerata Kadar Kuersetin
𝑛 𝑋𝑖
•X = σ𝑖=1
𝑛
0.2501+0.2615+0.3056+0.3058+0.3483
X =
5
X = 0.2943 %

TREY
research
Kesimpulan

• Konsentrasi kuersetin pada bawang dayak sebesar 0.2943% (b/b)


sehingga dapat digunakan sebagai tanaman obat dengan kadar
kuersetin yang cukup tinggi.

TREY
research
DaftarPustaka
• Quideau, S. (2006). Flavonoids. Chemistry, Biochemistry and Applications. Edited by øyvind M. Andersen
and Kenneth R. Markham. Taylor & Francis Group, LLC
• Rosa, L. E. (2013). Penentuan Kuersetin Dalam Bawang Dayak (Eleutherine Palmifolia) dengan
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian
Bogor.

TREY
research

Anda mungkin juga menyukai