Anda di halaman 1dari 10

TUGAS FARMAKOGNOSI

RIVIEW JURNAL

Dosen:

Oleh:

Nama : Anis aryaningsi

Nim : F202101003

Kelas : F1-farmasi

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
KENDARI
2022
Judul PENGARUH KONSENTRASI BAHAN PENGISI
DAN CARA PENGERINGAN TERHADAP MUTU
EKSTRAK KERING SAMBILOTO
Jurnal Bul. Littro
Volume dan halaman Vol. 20 No. 2, 2009, 173 - 181
Tahun 2009
Penulis Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik
Review Anis aryaningsi (F202101003)
Tanggal 29 desember 2022

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh


penambahan bahan pengisi ke dalam ekstrak kental
dan cara pengeringan terhadap mutu ekstrak kering.
Penelitian dilakukan dengan menambahkan bahan
pengisi (amilum) ke dalam ekstrak kental pada
konsentrasi 0, 10, 20, 30, 40, dan 50%, kemudian
dikeringkan dengan menggunakan alat pengering
oven dan freeze dryer.
Metode Penilitian Prosedur penelitian terdiri dari 3 tahap. Tahap
pertama adalah penyiapan bahan baku yang meliputi
penyortiran, pencucian, penirisan, dan penjemuran.
Sambiloto yang sudah dicuci bersih ditiriskan di atas
rak pengering. Setelah airnya tiris, herba dikeringkan
menggunakan alat pengering fresh dryer pada suhu
300 C. Simplisia yang dihasilkan menggunakan alat
penepung (hammer mills) lalu diayak dengan
saringan berukuran 60 mesh. Berikutnya dilakukan
analisis terhadap mutu serbuk, yang meliputi kadar
air, kadar sari air, kadar sari alkohol, kadar abu, dan
kadar abu tak larut asam. Serbuk telah siap untuk
diekstrak.
Tahap kedua adalah ekstraksi. Serbuk sambiloto hasil
tahap pertama diekstrak selama 6 jam dengan
menggunakan pelarut etanol 70%, dimana
perbandingan bahan terhadap pelarut adalah 1:10.
Setelah diekstrak, bahan didiamkan selama 24 jam,
kemudian disaring menggunakan kertas saring
sehingga diperoleh filtrat (sari). Filtrat diuapkan
dengan penguap berputar (rotavapor) pada suhu 400
C sampai pelarutnya sudah tidak menetes sehingga
dihasilkan ekstrak kental.
Tahap ketiga adalah pengolahan ekstrak kental
menjadi ekstrak kering. Ekstrak kental ditimbang
kemudian ditambahkan bahan pengisi dengan kadar
dan konsentrasi sesuai dengan perlakuan. Selanjutnya
ekstrak kental dan bahan pengisi diaduk hingga
merata dan siap untuk dikeringkan.
Hasil penelitian Karakteristik mutu serbuk dan ekstrak sambiloto
Hasil analisis mutu menunjukkan bahwa serbuk
sambiloto yang digunakan sebagai bahan baku
ekstraksi memenuhi standar Materia Medika
Indonesia (MMI), terutama dari kadar sari air dan
kadar sari alkoholnya (merupakan salah satu penentu
mutu) jauh lebih tinggi dibandingkan dengan standar.
Mutu simplisia merupakan salah satu faktor penentu
utama untuk mendapatkan ekstrak yang berkualitas.
Ciri-ciri simplisia yang baik adalah warna dan aroma
serbuk yang dihasilkan tidak jauh berbeda dengan
sebelum dikeringkan.
Pembuatan ekstrak kering sambiloto
Kesimpulan Cara pengeringan berpengaruh terhadap kadar air
ekstrak. Cara penge-ringan dengan freeze dryer lebih
baik dari pada oven. Konsentrasi bahan pengisi
(amilum) berpengaruh nyata terhadap tekstur, warna,
kecepatan pengeringan, kadar air, dan kadar
andrographolid ekstrak kering yang dihasilkan.
Penambahan bahan pengisi (terbaik pada konsentrasi
50%) dapat meminimalkan penurunan kadar
andrographolid ekstrak menjadi 2,98%.
Judul Pengaruh Cara Pengeringan Simplisia Daun pandan
(pandanus amaryllifolius) Terhadap Aktivitas
penangkal radikal bebas DPPH (2,2-difenil-1-
pikrilhidrazil)
Jurnal Pharmacy medical journal
Volume dan 2018 (Vol. 1 No. 2)
halaman
Tahun 2018
Penulis Nera Umilia Purwanti1 , sri luliana1,novita sari1
Review Anis aryaningsii (F202101003)
Tanggal 29 desember 2022

Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui


pengaruh metode pengeringan simplisia terhadap
aktivitas antioksidan ekstrak metanol daun pandan
(Pandanus amaryllifolius). Metode pengeringan yang
diuji adalah pengeringan oven pada suhu 40ºC,
pengeringan sinar matahari langsung (SML),
pengeringan sinar matahari tidak langsung (SMTL),
pengeringan kering angin pada suhu ±25ºC (KA) serta
sampel segar tanpa pengeringan sebagai kontrol. Hasil
analisis menggunakan Uji Kruskall-Wallis menunjukkan
bahwa metode pengeringan simplisia dapat berpengaruh
secara signifikan pada persen inhibisi ekstrak metanol
daun pandan terhadap DPPH, yang mana persen inhibisi
tertinggi yaitu pada sampel yang dikeringkan dengan
oven sebesar 64,55%, kemudian diikuti pada sampel
yang dikeringkan dengan SML, SMTL, KA dan segar
masing-masing sebesar 61,73; 58,81; 56,14 dan 55,13%.
Metode penelitian Perlakuan Pengeringan
Sampel dikeringkan dengan 4 metode pengeringan yaitu
pengeringan oven suhu 40ºC, SML, SMTL, kering
angin. Keempat bagian yang diperlakukan dengan
pengeringan masing-masing hingga mencapai kadar air
Ekstraksi Sampel
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah maserasi. Proses ekstraksi dilakukan terhadap 5
sampel simplisia daun pandan. Simplisia ditimbang,
dimasukkan ke dalam bejana maserasi dan ditambahkan
pelarut metanol 80% sampai semua sampel terendam
oleh pelarut lalu ditutup dengan aluminium foil.
Maserasi dilakukan selama 3 hari, setiap 1x24 jam
pelarut diganti dan dilakukan pengadukan tiga kali
sehari. Hasil maserasi disaring untuk memisahkan filtrat
dan residunya. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan
disaring. Kemudian ekstrak tersebut dipekatkan
menggunakan rotary evaporator vacuum dan water bath
pada suhu 40oC hingga pelarut menguap dan ekstrak
menjadi lebih kental tetapi masih dapat dituang.
Hasil penelitian Hasil Proses Pengeringan Sampel dan Penetapan
Kadar Air Simplisia
Hasil proses pengeringan simplisia akan menurunkan
bobot simplisia kering dari daun pandan. Simplisia
dengan berat kering paling tinggi yaiu simplisia yang
dikeringkan dengan oven pada suhu 40oC sebanyak
104,50 g, sedangkan simplisia dengan berat kering
paling rendah yaitu simplisia yang dikeringkan dengan
sinar matahari tidak langsung (dengan kain hitam)
sebanyak 84,76 g. Penurunan bobot simplisia ini
berkaitan dengan adanya proses penguapan air serta
senyawa yang mudah menguap di dalam daun pandan
yang terjadi selama proses pengeringan.
Ekstraksi Daun Pandan
Kelima sampel diekstraksi dengan maserasi. Senyawa
yang berperan memiliki aktivitas antioksidan pada daun
pandan adalah golongan senyawa polifenol (Fatihanim
dkk, 2001) Hasil persen rendemen yang diperoleh pada
kelima sampel ekstrak metanol daun pandan yaitu antara
12,05 - 25,30%. Persen rendemen tertinggi diperoleh
pada sampel yang dikeringkan dengan metode
pengeringan oven 40oC sebesar 25,30%, sedangkan
persen rendemen terendah diperoleh pada sampel daun
segar sebesar 12,05%. Hal ini sejalan dengan beberapa
penelitian yang menyatakan bahwa pengeringan oven
40o C dapat memberikan kadar ekstraktif tertinggi
sedangkan sampel daun segar memberikan kadar
ekstraktif terendah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas
antioksidan tertinggi terdapat pada metode pengeringan
oven pada suhu 40ºC dengan lama pengeringan 15 hari
dengan persen aktivitas antioksidan sebesar 64,54%.
Kesimpulan Metode pengeringan simplisia dapat berpengaruh secara
signifikan terhadap %inhibisi daun Pandanus
amaryllifolius yang dihasilkan. Hasil %inhibisi tertinggi
yaitu pada sampel yang dikeringkan dengan oven dengan
rata-rata %Inhibisi sebesar 64,54%, kemudian diikuti
pada sampel yang dikeringkan dengan SML, SMTL, KA
dan segar masing-masing sebesar 61,73; 58,81; 56,14
dan 55,13%.

Judul Pengaruh Variasi Suhu Pengeringan Terhadap


Pembuatan Simplisia Daun Mimba (Azadirachta
Indica)
Jurnal Jurnal farmasi tictura
Volume dan halaman Vol 1, Nomor2,juni 2020 Halaman : 45-54
Tahun 2020
Penulis Diana Lady Yunita Handoyo, M. Eko Pranoto
Review Anis aryaningsi (F202101003)
Tanggal Juni 2022

Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui


pengaruh variasi suhu pengeringan terhadap pembuatan
simplisia daun mimba (Azadirachta indica). Penelitian ini
merupakan Jenis penelitian ini adalah penelitian
eksperimental laboratorium dengan sampel daun mimba
berasal dari daerah Desa Sumberejo Kecamatan
Banyuputih Kabupaten Situbondo.
Metode penelitian Pengeringan menggunakan metode pengeringan matahari
langsung, metode pengeringan dengan sinar matahari
langsung ditutup menggunakan kain hitam dan
pengeringan menggunakan metode oven dengan variasi
suhu 45℃, 50℃, 60℃ .
Metode Pengeringan
Pengeringan dengan sinar matahari langsung dan
pengeringan dengan ditutupi kain hitam dilakukan
selama 48 jam, tergantung dari keadaan cuaca.
Pengeringan menggunakan oven dilakukan selama 6
sampai 8 jam.
a. Pengeringan dengan sinar matahari langsung Bahan
yang telah dilakukan proses perajangan atau dalam
bentuk yang lebih kecil kemudian ditimbang sebanyak
300gram, wadah yang digunakan untuk pengeringan
tersebut mempunyai dasar yang berlubang-lubang seperti
anyaman bambu dimaksudkan agar aliran udara dari atas
ke bawah atau sebaliknya berjalan lancar.
b. Pengeringan dengan ditutupi kain hitam
menggunakan bantuan sinar matahari langsung Bahan
simplisia yang telah dirajang kemudian ditimbang
sebanyak 300g, wadah yang digunakan untuk
pengeringan tersebut mempunyai dasar yang berlubang-
lubang seperti anyaman bambu dimaksudkan agar aliran
udara dari atas ke bawah atau sebaliknya berjalan lancar.
Setelah itu ditutup bagian atasnya menggunakan kain
hitam kemudian langsung dijemur.
c. Pengeringan menggunakan oven Bahan yang telah
dirajang kemudian ditimbang sebanyak 300g untuk
masing-masing variasi suhu, bahan simplisia kemudian
dimasukan kedalam oven, atur suhu sesuai dengan
metode uji yaitu pada suhu 45℃, suhu 50℃, dan suhu
60℃. Pemeriksaan Mutu Simplisia Daun Mimba
Pengujian mutu yang dilakukan pada simplisia daun
Mimba (A. indica) adalah sebagai berikut :
a. Organoleptik Pengujian organoleptik yaitu
menggunakan panca indra untuk melakukan analisa yaitu
warna, bentuk, rasa dan bau.
b. Makroskopik Penggunaan panca indera dengan
bantuan alat kaca pembesar untuk mengamati ciri-ciri
luar simplisia meliputi bentuk morfologi dan tekstur.
Data hasil disajikan dalam tabel dan penjelasan deskriptif
meliputi hasil pengujian mutu simplisia yang telah
dilakukan perlakuan variasi suhu. Data hasil penelitian
meliputi data organoleptik dan makroskopik simplisia
daun mimba pada setiap perlakuan variasi suhu.
Hasil penelitian Hasil Uji Organoleptik
Daun mimba segar memiliki warna hijau cerah dan
setelah mengalami proses pengeringan warna daun
berubah menjadi lebih gelap, sehingga terdapat
perbedaan warna yang signifikan. Perbedaan terlihat
pada pengeringan menggunakan sinar matahari langsung,
pengeringan sinar matahari yang ditutup ditutup kain
hitam, pengeringan dengan oven suhu 60℃ dan diangin-
angin, warna daun menjadi hijau kehitam-hitaman dan
kecoklatan. Sedangkan pengeringan menggunakan
metode oven dengan variasi suhu 45℃ dan 50℃
mempunyai warna hijau cerah. Perubahan warna daun
bisa disebabkan oleh terjadinya proses degradasi klorofil
dari warna hijau menjadi hijau kecoklatan sampai
kehitaman selama proses pengeringan. Pada klorofil sifat
yang paling penting yaitu kelabilan yang sensitive
terhadap suhu, oksigen dan cahaya. Selain itu,
kandungan air yang tersisa di daun pada kadar tertentu
bisa menjadi media pertumbuhan kapang dan terdapat
enzim tertentu dalam sel bisa aktif kembali untuk
menguraikan senyawa aktif. Pada tumbuhan hidup proses
enzimatik dan adanya kadar air yang tinggi tidak terjadi
hal tersebut karena adanya keseimbangan proses
metabolisme seperti fotosintesis, transformasi dan
penggunaan organel sel.
Hasil Uji Makroskopik
Pada uji makroskopik dilakukan pengamatan dan
terdapat perbedaan dari memudahkan penyimpanan dan
perlakuan selanjutnya lebih mudah (Gunawan dan
Mulyani 2004). Pengeringan sebaiknya menggunalan
suhu yang tidak terlalu tinggi baik secara alami
menggunakan sinar matahari maupun suhu buatan seperti
oven. Suhu yang tinggi memang mempercepat proses
pengeringan namun seringkali tidak merata terutama
bagian dalam bahan baku masih ada yang belum kering
sempurna. Sebaliknya, jika suhu pengeringan terlalu
rendah prosesnya akan berjalan lambat dan berpotensi
adanya jamur dan mikroba yang berkembang. Jadi secara
umum biasanya suhu yang efektif untuk pengeringan
berkisar kurang dari 60- 700C (Gunawan dan Mulyani
2004). Tahapan proses pembuatan simplisia meliputi
pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian,
pengeringan, pengayakan atau penghalusan dan
penyimpanan. Proses pengumpulan bahan baku
dilakukan dengan cara memanen atau mengumpulkan
bahan segar langsung dari tanamannya. Hal yang perlu
diperhatikan dalam proses pengumpulan antara lain
umur, waktu pemanenan dan habitat. Waktu pemanenan
erat kaitannya dengan pembentukan kandungan senyawa
aktif di dalam tanaman tersebut, waktu pemanenan yang
tepat secara umum pada saat senyawa yang terbentuk
dalam jumlah besar dengan rentang umur tertentu.
Misalnya pemanenan umbi lapis bawang dilakukan pada
saat akhir pertumbuhan.Proses selanjutnya yaitu sortasi,
proses ini dilakukan pemilahan hasil panen ketika
tanaman masih segar dengan cara memisahkan tanah,
kerikil, rumput liar dan bahan tanaman lainnya yang
tidak diinginkan, selain itu juga bisa memisahkan bagian
tanaman yang cacat atau rusak dimakan ulat. Pada tahap
pencucian bertujuan untuk memisahkan kotoran atau
bahan asing lainnya yang menempel pada bahan. Proses
pencucian biasanya menggunakan air bersih dan
beberapa bahan yang mengandung senyawa atau zat
mudah larut dalam air agar dilakukan dengan waktu
secepat mungkin. Beberapa bahan membutuhkan
perajangan supaya memperluas permukaan dan proses
pengeringannya berlangsung relative cepat.
Tahap yang utama yaitu proses pengeringan, pada proses
ini terjadi pengeluaran air dari sampel secara termal
sehingga menghasilkan produk kering. Faktor eksternal
yang mempengaruhi proses pengeringan adalah suhu,
kelembaban, tekanan udara dan kecepatan, sedangkan
faktor internal yang berpengaruh antara lain kadar air,
bentuk, luas permukaan dan kondisi fisik sampel.
Pengeringan dapat dilakukan secara tradisional dengan
hanya dijemur dibawah sinar matahari denga kisaran
waktu 2-3 hari, sedangkan penegeringan yang modern
sudah menggunakan bantuan alatseperti oven, rak
pengering atau fresh dryer dengan kisaran waktu sekitar
6-8 jam saja dan suhu dapat di atur sesuai .
kebutuhanPenurunan kualitas mutu simplisia yang
disebabkan oleh kadar air sampel dapat dicegah dengan
proses pengeringan, sehingga reaksi enzimatik tidak akan
berlangsung. Kadar air yan ada dalam sampel supaya
tidak terjadi proses reaksi enzimatik harus kurang dari
10%.Tahapan selanjutnya setelah dihaluskan dengan
mengsin penggiling supaya memudahkan dalam proses
selanjutnya yaitu proses pengayakan. Proses pengayakan
bertujuan bahan supaya mendapatkan sebuk dengan luas
permukaan bahan dengan pelarutnya lebih cepat larut dan
senyawa yang harapkan dapat terserap dengan baik.
Tahapan terakhir yaitu penyimpanan simplisia, hal ini
dilakuakan untuk mempertahankan mutu simplisia dalam
kurun waktu tertentu sebelum akhirnya dilakukan untuk
proses selanjutnya. Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam proses penyimpanan antara lain oksidasi, cahaya,
kelembaban,reaksi internal bahan, dehidrasi,
kontaminasi, kapang dan serangga.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan
bahwa metode pengeringan berpengaruh terhadap mutu
simplisia daun mimba. Pengeringan menggunakan oven
dengan variasi suhu 45℃ dan 50℃ merupakan
pengeringan yang baik karena didapat hasil warna daun
hijau cerah, tidak berasa, bau khas daun mimba, daun
berbentuk memanjang lanset bengkok, tepi daun
bergerigi, rapuh saat digenggam, terdapat bau khas.

Anda mungkin juga menyukai