0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
8 tayangan10 halaman
Penelitian ini menguji pengaruh metode pengeringan simplisia daun pandan terhadap aktivitas antioksidan ekstrak metanolnya. Simplisia dikeringkan dengan oven, sinar matahari langsung, sinar matahari tidak langsung, dan angin lalu diekstraksi dengan metanol. Hasil uji menunjukkan ekstrak dari simplisia yang dikeringkan oven memiliki aktivitas antioksidan tertinggi melawan radikal bebas DPPH. Metode pengeringan berpengar
Penelitian ini menguji pengaruh metode pengeringan simplisia daun pandan terhadap aktivitas antioksidan ekstrak metanolnya. Simplisia dikeringkan dengan oven, sinar matahari langsung, sinar matahari tidak langsung, dan angin lalu diekstraksi dengan metanol. Hasil uji menunjukkan ekstrak dari simplisia yang dikeringkan oven memiliki aktivitas antioksidan tertinggi melawan radikal bebas DPPH. Metode pengeringan berpengar
Penelitian ini menguji pengaruh metode pengeringan simplisia daun pandan terhadap aktivitas antioksidan ekstrak metanolnya. Simplisia dikeringkan dengan oven, sinar matahari langsung, sinar matahari tidak langsung, dan angin lalu diekstraksi dengan metanol. Hasil uji menunjukkan ekstrak dari simplisia yang dikeringkan oven memiliki aktivitas antioksidan tertinggi melawan radikal bebas DPPH. Metode pengeringan berpengar
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS MANDALA WALUYA KENDARI 2022 Judul PENGARUH KONSENTRASI BAHAN PENGISI DAN CARA PENGERINGAN TERHADAP MUTU EKSTRAK KERING SAMBILOTO Jurnal Bul. Littro Volume dan halaman Vol. 20 No. 2, 2009, 173 - 181 Tahun 2009 Penulis Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Review Anis aryaningsi (F202101003) Tanggal 29 desember 2022
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh
penambahan bahan pengisi ke dalam ekstrak kental dan cara pengeringan terhadap mutu ekstrak kering. Penelitian dilakukan dengan menambahkan bahan pengisi (amilum) ke dalam ekstrak kental pada konsentrasi 0, 10, 20, 30, 40, dan 50%, kemudian dikeringkan dengan menggunakan alat pengering oven dan freeze dryer. Metode Penilitian Prosedur penelitian terdiri dari 3 tahap. Tahap pertama adalah penyiapan bahan baku yang meliputi penyortiran, pencucian, penirisan, dan penjemuran. Sambiloto yang sudah dicuci bersih ditiriskan di atas rak pengering. Setelah airnya tiris, herba dikeringkan menggunakan alat pengering fresh dryer pada suhu 300 C. Simplisia yang dihasilkan menggunakan alat penepung (hammer mills) lalu diayak dengan saringan berukuran 60 mesh. Berikutnya dilakukan analisis terhadap mutu serbuk, yang meliputi kadar air, kadar sari air, kadar sari alkohol, kadar abu, dan kadar abu tak larut asam. Serbuk telah siap untuk diekstrak. Tahap kedua adalah ekstraksi. Serbuk sambiloto hasil tahap pertama diekstrak selama 6 jam dengan menggunakan pelarut etanol 70%, dimana perbandingan bahan terhadap pelarut adalah 1:10. Setelah diekstrak, bahan didiamkan selama 24 jam, kemudian disaring menggunakan kertas saring sehingga diperoleh filtrat (sari). Filtrat diuapkan dengan penguap berputar (rotavapor) pada suhu 400 C sampai pelarutnya sudah tidak menetes sehingga dihasilkan ekstrak kental. Tahap ketiga adalah pengolahan ekstrak kental menjadi ekstrak kering. Ekstrak kental ditimbang kemudian ditambahkan bahan pengisi dengan kadar dan konsentrasi sesuai dengan perlakuan. Selanjutnya ekstrak kental dan bahan pengisi diaduk hingga merata dan siap untuk dikeringkan. Hasil penelitian Karakteristik mutu serbuk dan ekstrak sambiloto Hasil analisis mutu menunjukkan bahwa serbuk sambiloto yang digunakan sebagai bahan baku ekstraksi memenuhi standar Materia Medika Indonesia (MMI), terutama dari kadar sari air dan kadar sari alkoholnya (merupakan salah satu penentu mutu) jauh lebih tinggi dibandingkan dengan standar. Mutu simplisia merupakan salah satu faktor penentu utama untuk mendapatkan ekstrak yang berkualitas. Ciri-ciri simplisia yang baik adalah warna dan aroma serbuk yang dihasilkan tidak jauh berbeda dengan sebelum dikeringkan. Pembuatan ekstrak kering sambiloto Kesimpulan Cara pengeringan berpengaruh terhadap kadar air ekstrak. Cara penge-ringan dengan freeze dryer lebih baik dari pada oven. Konsentrasi bahan pengisi (amilum) berpengaruh nyata terhadap tekstur, warna, kecepatan pengeringan, kadar air, dan kadar andrographolid ekstrak kering yang dihasilkan. Penambahan bahan pengisi (terbaik pada konsentrasi 50%) dapat meminimalkan penurunan kadar andrographolid ekstrak menjadi 2,98%. Judul Pengaruh Cara Pengeringan Simplisia Daun pandan (pandanus amaryllifolius) Terhadap Aktivitas penangkal radikal bebas DPPH (2,2-difenil-1- pikrilhidrazil) Jurnal Pharmacy medical journal Volume dan 2018 (Vol. 1 No. 2) halaman Tahun 2018 Penulis Nera Umilia Purwanti1 , sri luliana1,novita sari1 Review Anis aryaningsii (F202101003) Tanggal 29 desember 2022
Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
pengaruh metode pengeringan simplisia terhadap aktivitas antioksidan ekstrak metanol daun pandan (Pandanus amaryllifolius). Metode pengeringan yang diuji adalah pengeringan oven pada suhu 40ºC, pengeringan sinar matahari langsung (SML), pengeringan sinar matahari tidak langsung (SMTL), pengeringan kering angin pada suhu ±25ºC (KA) serta sampel segar tanpa pengeringan sebagai kontrol. Hasil analisis menggunakan Uji Kruskall-Wallis menunjukkan bahwa metode pengeringan simplisia dapat berpengaruh secara signifikan pada persen inhibisi ekstrak metanol daun pandan terhadap DPPH, yang mana persen inhibisi tertinggi yaitu pada sampel yang dikeringkan dengan oven sebesar 64,55%, kemudian diikuti pada sampel yang dikeringkan dengan SML, SMTL, KA dan segar masing-masing sebesar 61,73; 58,81; 56,14 dan 55,13%. Metode penelitian Perlakuan Pengeringan Sampel dikeringkan dengan 4 metode pengeringan yaitu pengeringan oven suhu 40ºC, SML, SMTL, kering angin. Keempat bagian yang diperlakukan dengan pengeringan masing-masing hingga mencapai kadar air Ekstraksi Sampel Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi. Proses ekstraksi dilakukan terhadap 5 sampel simplisia daun pandan. Simplisia ditimbang, dimasukkan ke dalam bejana maserasi dan ditambahkan pelarut metanol 80% sampai semua sampel terendam oleh pelarut lalu ditutup dengan aluminium foil. Maserasi dilakukan selama 3 hari, setiap 1x24 jam pelarut diganti dan dilakukan pengadukan tiga kali sehari. Hasil maserasi disaring untuk memisahkan filtrat dan residunya. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan disaring. Kemudian ekstrak tersebut dipekatkan menggunakan rotary evaporator vacuum dan water bath pada suhu 40oC hingga pelarut menguap dan ekstrak menjadi lebih kental tetapi masih dapat dituang. Hasil penelitian Hasil Proses Pengeringan Sampel dan Penetapan Kadar Air Simplisia Hasil proses pengeringan simplisia akan menurunkan bobot simplisia kering dari daun pandan. Simplisia dengan berat kering paling tinggi yaiu simplisia yang dikeringkan dengan oven pada suhu 40oC sebanyak 104,50 g, sedangkan simplisia dengan berat kering paling rendah yaitu simplisia yang dikeringkan dengan sinar matahari tidak langsung (dengan kain hitam) sebanyak 84,76 g. Penurunan bobot simplisia ini berkaitan dengan adanya proses penguapan air serta senyawa yang mudah menguap di dalam daun pandan yang terjadi selama proses pengeringan. Ekstraksi Daun Pandan Kelima sampel diekstraksi dengan maserasi. Senyawa yang berperan memiliki aktivitas antioksidan pada daun pandan adalah golongan senyawa polifenol (Fatihanim dkk, 2001) Hasil persen rendemen yang diperoleh pada kelima sampel ekstrak metanol daun pandan yaitu antara 12,05 - 25,30%. Persen rendemen tertinggi diperoleh pada sampel yang dikeringkan dengan metode pengeringan oven 40oC sebesar 25,30%, sedangkan persen rendemen terendah diperoleh pada sampel daun segar sebesar 12,05%. Hal ini sejalan dengan beberapa penelitian yang menyatakan bahwa pengeringan oven 40o C dapat memberikan kadar ekstraktif tertinggi sedangkan sampel daun segar memberikan kadar ekstraktif terendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan tertinggi terdapat pada metode pengeringan oven pada suhu 40ºC dengan lama pengeringan 15 hari dengan persen aktivitas antioksidan sebesar 64,54%. Kesimpulan Metode pengeringan simplisia dapat berpengaruh secara signifikan terhadap %inhibisi daun Pandanus amaryllifolius yang dihasilkan. Hasil %inhibisi tertinggi yaitu pada sampel yang dikeringkan dengan oven dengan rata-rata %Inhibisi sebesar 64,54%, kemudian diikuti pada sampel yang dikeringkan dengan SML, SMTL, KA dan segar masing-masing sebesar 61,73; 58,81; 56,14 dan 55,13%.
Judul Pengaruh Variasi Suhu Pengeringan Terhadap
Pembuatan Simplisia Daun Mimba (Azadirachta Indica) Jurnal Jurnal farmasi tictura Volume dan halaman Vol 1, Nomor2,juni 2020 Halaman : 45-54 Tahun 2020 Penulis Diana Lady Yunita Handoyo, M. Eko Pranoto Review Anis aryaningsi (F202101003) Tanggal Juni 2022
Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
pengaruh variasi suhu pengeringan terhadap pembuatan simplisia daun mimba (Azadirachta indica). Penelitian ini merupakan Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan sampel daun mimba berasal dari daerah Desa Sumberejo Kecamatan Banyuputih Kabupaten Situbondo. Metode penelitian Pengeringan menggunakan metode pengeringan matahari langsung, metode pengeringan dengan sinar matahari langsung ditutup menggunakan kain hitam dan pengeringan menggunakan metode oven dengan variasi suhu 45℃, 50℃, 60℃ . Metode Pengeringan Pengeringan dengan sinar matahari langsung dan pengeringan dengan ditutupi kain hitam dilakukan selama 48 jam, tergantung dari keadaan cuaca. Pengeringan menggunakan oven dilakukan selama 6 sampai 8 jam. a. Pengeringan dengan sinar matahari langsung Bahan yang telah dilakukan proses perajangan atau dalam bentuk yang lebih kecil kemudian ditimbang sebanyak 300gram, wadah yang digunakan untuk pengeringan tersebut mempunyai dasar yang berlubang-lubang seperti anyaman bambu dimaksudkan agar aliran udara dari atas ke bawah atau sebaliknya berjalan lancar. b. Pengeringan dengan ditutupi kain hitam menggunakan bantuan sinar matahari langsung Bahan simplisia yang telah dirajang kemudian ditimbang sebanyak 300g, wadah yang digunakan untuk pengeringan tersebut mempunyai dasar yang berlubang- lubang seperti anyaman bambu dimaksudkan agar aliran udara dari atas ke bawah atau sebaliknya berjalan lancar. Setelah itu ditutup bagian atasnya menggunakan kain hitam kemudian langsung dijemur. c. Pengeringan menggunakan oven Bahan yang telah dirajang kemudian ditimbang sebanyak 300g untuk masing-masing variasi suhu, bahan simplisia kemudian dimasukan kedalam oven, atur suhu sesuai dengan metode uji yaitu pada suhu 45℃, suhu 50℃, dan suhu 60℃. Pemeriksaan Mutu Simplisia Daun Mimba Pengujian mutu yang dilakukan pada simplisia daun Mimba (A. indica) adalah sebagai berikut : a. Organoleptik Pengujian organoleptik yaitu menggunakan panca indra untuk melakukan analisa yaitu warna, bentuk, rasa dan bau. b. Makroskopik Penggunaan panca indera dengan bantuan alat kaca pembesar untuk mengamati ciri-ciri luar simplisia meliputi bentuk morfologi dan tekstur. Data hasil disajikan dalam tabel dan penjelasan deskriptif meliputi hasil pengujian mutu simplisia yang telah dilakukan perlakuan variasi suhu. Data hasil penelitian meliputi data organoleptik dan makroskopik simplisia daun mimba pada setiap perlakuan variasi suhu. Hasil penelitian Hasil Uji Organoleptik Daun mimba segar memiliki warna hijau cerah dan setelah mengalami proses pengeringan warna daun berubah menjadi lebih gelap, sehingga terdapat perbedaan warna yang signifikan. Perbedaan terlihat pada pengeringan menggunakan sinar matahari langsung, pengeringan sinar matahari yang ditutup ditutup kain hitam, pengeringan dengan oven suhu 60℃ dan diangin- angin, warna daun menjadi hijau kehitam-hitaman dan kecoklatan. Sedangkan pengeringan menggunakan metode oven dengan variasi suhu 45℃ dan 50℃ mempunyai warna hijau cerah. Perubahan warna daun bisa disebabkan oleh terjadinya proses degradasi klorofil dari warna hijau menjadi hijau kecoklatan sampai kehitaman selama proses pengeringan. Pada klorofil sifat yang paling penting yaitu kelabilan yang sensitive terhadap suhu, oksigen dan cahaya. Selain itu, kandungan air yang tersisa di daun pada kadar tertentu bisa menjadi media pertumbuhan kapang dan terdapat enzim tertentu dalam sel bisa aktif kembali untuk menguraikan senyawa aktif. Pada tumbuhan hidup proses enzimatik dan adanya kadar air yang tinggi tidak terjadi hal tersebut karena adanya keseimbangan proses metabolisme seperti fotosintesis, transformasi dan penggunaan organel sel. Hasil Uji Makroskopik Pada uji makroskopik dilakukan pengamatan dan terdapat perbedaan dari memudahkan penyimpanan dan perlakuan selanjutnya lebih mudah (Gunawan dan Mulyani 2004). Pengeringan sebaiknya menggunalan suhu yang tidak terlalu tinggi baik secara alami menggunakan sinar matahari maupun suhu buatan seperti oven. Suhu yang tinggi memang mempercepat proses pengeringan namun seringkali tidak merata terutama bagian dalam bahan baku masih ada yang belum kering sempurna. Sebaliknya, jika suhu pengeringan terlalu rendah prosesnya akan berjalan lambat dan berpotensi adanya jamur dan mikroba yang berkembang. Jadi secara umum biasanya suhu yang efektif untuk pengeringan berkisar kurang dari 60- 700C (Gunawan dan Mulyani 2004). Tahapan proses pembuatan simplisia meliputi pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian, pengeringan, pengayakan atau penghalusan dan penyimpanan. Proses pengumpulan bahan baku dilakukan dengan cara memanen atau mengumpulkan bahan segar langsung dari tanamannya. Hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengumpulan antara lain umur, waktu pemanenan dan habitat. Waktu pemanenan erat kaitannya dengan pembentukan kandungan senyawa aktif di dalam tanaman tersebut, waktu pemanenan yang tepat secara umum pada saat senyawa yang terbentuk dalam jumlah besar dengan rentang umur tertentu. Misalnya pemanenan umbi lapis bawang dilakukan pada saat akhir pertumbuhan.Proses selanjutnya yaitu sortasi, proses ini dilakukan pemilahan hasil panen ketika tanaman masih segar dengan cara memisahkan tanah, kerikil, rumput liar dan bahan tanaman lainnya yang tidak diinginkan, selain itu juga bisa memisahkan bagian tanaman yang cacat atau rusak dimakan ulat. Pada tahap pencucian bertujuan untuk memisahkan kotoran atau bahan asing lainnya yang menempel pada bahan. Proses pencucian biasanya menggunakan air bersih dan beberapa bahan yang mengandung senyawa atau zat mudah larut dalam air agar dilakukan dengan waktu secepat mungkin. Beberapa bahan membutuhkan perajangan supaya memperluas permukaan dan proses pengeringannya berlangsung relative cepat. Tahap yang utama yaitu proses pengeringan, pada proses ini terjadi pengeluaran air dari sampel secara termal sehingga menghasilkan produk kering. Faktor eksternal yang mempengaruhi proses pengeringan adalah suhu, kelembaban, tekanan udara dan kecepatan, sedangkan faktor internal yang berpengaruh antara lain kadar air, bentuk, luas permukaan dan kondisi fisik sampel. Pengeringan dapat dilakukan secara tradisional dengan hanya dijemur dibawah sinar matahari denga kisaran waktu 2-3 hari, sedangkan penegeringan yang modern sudah menggunakan bantuan alatseperti oven, rak pengering atau fresh dryer dengan kisaran waktu sekitar 6-8 jam saja dan suhu dapat di atur sesuai . kebutuhanPenurunan kualitas mutu simplisia yang disebabkan oleh kadar air sampel dapat dicegah dengan proses pengeringan, sehingga reaksi enzimatik tidak akan berlangsung. Kadar air yan ada dalam sampel supaya tidak terjadi proses reaksi enzimatik harus kurang dari 10%.Tahapan selanjutnya setelah dihaluskan dengan mengsin penggiling supaya memudahkan dalam proses selanjutnya yaitu proses pengayakan. Proses pengayakan bertujuan bahan supaya mendapatkan sebuk dengan luas permukaan bahan dengan pelarutnya lebih cepat larut dan senyawa yang harapkan dapat terserap dengan baik. Tahapan terakhir yaitu penyimpanan simplisia, hal ini dilakuakan untuk mempertahankan mutu simplisia dalam kurun waktu tertentu sebelum akhirnya dilakukan untuk proses selanjutnya. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses penyimpanan antara lain oksidasi, cahaya, kelembaban,reaksi internal bahan, dehidrasi, kontaminasi, kapang dan serangga. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa metode pengeringan berpengaruh terhadap mutu simplisia daun mimba. Pengeringan menggunakan oven dengan variasi suhu 45℃ dan 50℃ merupakan pengeringan yang baik karena didapat hasil warna daun hijau cerah, tidak berasa, bau khas daun mimba, daun berbentuk memanjang lanset bengkok, tepi daun bergerigi, rapuh saat digenggam, terdapat bau khas.