Anda di halaman 1dari 11

Laporan Pelaksanaan Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Tahun 2006

TEKNIK PEMBUATAN SIMPLISIA DAN EKSTRAK PURWOCENG Mamun, S. Suhirman, F. Manoi, B. S. Sembiring, Tritianingsih, M. Sukmasari, A. Gani, Tjitjah F., D. Kustiwa ABSTRAK Penelitian bertujuan mempelajari cara pengeringan simplisia, pembuatan ekstrak dan evaluasi terhadap simplisia purwoceng yang dihasilkan/terdapat di daerah sentral produksi. Bahan baku untuk pengeringan, ekstraksi dan simplisia diperoleh dari daerah Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah. Percobaan pengeringan menggunakan 3 cara, yaitu pengeringan dengan sinar matahari langsung, pengeringan dengan alat (oven) dan pengeringan dengan aliran udara (kering angin). Proses ekstraksi menggunakan cara maserasiperkolasi dengan pelarut alkohol 60%, 75% dan 90%. Analisis mutu pada simplisia, simplisia hasil pengeringan dan ekstrak meliputi warna (organoleptik), kadar air, kadar abu dan abu tak larut asam, sari dalam air dan sari dalam alkohol, kandungan bahan aktif serta logam mineral. Hasil penelitian menunjukkan bahwa simplisia dari daerah Batur, Banjarnegara, masih perlu diperbaiki terutama penampilan organoleptiknya (warna) serta kebersihannya. Hasil pengeringan menunjukkan bahwa pengering dengan aliran udara (kering angin) menghasilkan simplisia yang lebih baik dibandingkan cara pengeringan matahari dan pengeringan oven serta lebih baik dari pada simplisia dari Banjarnegara. Warna simplisia lebih segar, kadar sari dan kandungan bahan aktifnya lebih tinggi. Hasil ekstraksi dengan alkohol 90% menggunakan metode maserasi-perkolasi menghasilkan rendemen ekstrak yang lebih tinggi dibandingkan alkohol 60 dan 75%. Kandungan bahan aktif dalam ekstrak alkohol 90% lebih tinggi. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa simplisia maupun ekstrak mengandung alkaloid, saponin, tanin, glikosida, triter penoid-steroid, plavonoid dan fenolik. Kata kunci: Purwoceng, pengeringan,simplisia, ekstrak

314

Mamun

ABSTRACT The experiments to find out the suitable method to get simplicia and extract of purwoceng and to evaluate the quality of simplicia originated from production center. Raw material and simplicia were collected from Batur district, Banjarnegara, central Jawa. Method of drying consist of sun drying, oven drying and air flow drying. Extraction process using maceration-percolation method by 60%, 75% and 90% ethanol as solvent. The result showed that the quality of simplicia from Banjarnegara must be increased especially in colour organoleptic appearance. Drying method by air flow gave the better simplicia quality which is indicated by colour appearance, ash content, soluble extract and active compound content. Extraction process showed that maceration-percolation method using 90% ethanol obtained extract rendemend higher than 60% and 75% ethanol. These extract has better quality which indicated in active component, soluble extract and chemical component. On the other hand, phytochemical analysis showed that purwoceng simplicia and extract contained active compound such as alkaloid, glycosidas, saponin, tanin, triterpenoidsteroid, plavonoid and fenolic. Key word: Purwoceng, drying, simplicia, extracts. PENDAHULUAN Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk) merupakan salah satu jenis tanaman obat yang secara empiris telah lama digunakan sebagai bahan baku obat berbagai penyakit. Simplisia dan ekstrak merupakan bentuk-bentuk hasil proses sederhana herba tanaman obat yang banyak digunakan dalam industri obat. Penggunaan simplisia dan ekstrak memiliki keunggulan dibandingkan bahan baku segar, dimana simplisia maupun ekstrak tahan disimpan untuk waktu yang lama tanpa mengalami kerusakan. Khusus untuk ekstrak kandungan bahan aktif didalamnya jauh lebih tinggi dibanding bahan baku asalnya. Dengan demikian simplisia dan ekstrak purwoceng mempunyai nilai tambah ekonomi yang tinggi. Pembuatan simplisia dengan cara menjemur dibawah sinar matahari langsung, seperti banyak dilakukan ditingkat petani mempunyai beberapa kelemahan yaitu sangat tergantung cuaca, suhu yang tidak terkontrol dan rawan terhadap kontaminasi. Atas dasar pertimbangan tersebut, dalam penelitian ini dicoba pembuatan simplisia dengan cara pengeringan matahari, pengering dengan menggunakan alat pengering (oven) dan pengering dengan menggunakan aliran udara atau pengering angin. Mutu
315

Teknik Pembuatan Simplisia dan Ekstrak Purwoceng

simplisia yang dihasilkan dari ketiga cara pengeringan tersebut dibandingkan dengan simplisia yang terdapat dalam perdagangan. Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk) sudah lama dikenal sebagai salah satu tanaman obat. Menurut Fatimah dkk (2003) tanaman purwoceng terbukti secara empirik berkhasiat meningkatkan daya seksualitas pria (afrodisiak). Menurut Sugiastuti dan Rahmawati (2005)., Widowati dan Faridah (2005) herba purwoceng dipercaya dapat mengobati lemah syawat dan sebagai peluruh air seni (diuretic). Disamping itu menurut Sugiastuti dan Rahmawati (2005)., Widowati dan Faridah (2005) akar purwoceng banyak digunakan dalam industri obat moderen untuk obat analgetika, antipiretika, anthelmitika, anti fungi, anti bakteri dan anti kanker. Simplisia merupakan hasil proses sederhana dari herba tanaman obat yang banyak digunakan sebagai bahan baku industri obat, sementara ekstrak merupakan hasil proses semi moderen dengan kandungan bahan aktif lebih tinggi dari bahan mentah asalnya. Pembuatan simplisia dengan cara pengeringan dimaksudkan untuk menurunkan kandungan air dalam bahan. Menurut Pramono (2005) jika kadar air dalam bahan masih tinggi dapat medorong enzim melakukan aktifitasnya mengubah kandungan kimia yang ada dalam bahan menjadi produk lain yang mungkin tidak lagi memiliki efek farmakologi seperti senyawa aslinya. Hal ini tidak akan terjadi jika bahan yang telah dipanen segera dikeringkan sehingga kadar airnya rendah. Beberapa enzim perusak kandungan kimia yang telah lama dikenal antara lain hidrolase, oksidase dan polimerase. Proses pemanasan selama pengeringan perlu diperhatikan, karena suhu yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kerusakan pada bahan. Beberapa senyawa kimia yang mudah rusak karena panas diantaranya terpenoid hidrokarbon, minyak atsiri, seskuiterpen lakton, senyawa-senyawa yang memiliki ikatan rangkap dan lain-lain (Anonim, 1985). Ekstrak merupakan kumpulan senyawa-senyawa dari berbagai golongan yang terlarut didalam pelarut yang sesuai, termasuk didalamnya senyawa-senyawa aktif atau yang tidak aktif (Sidik dan Mudahar, 2000). Pengolahan ekstraksi bahan tumbuhan obat dengan pelarut yang sesuai (air, alkohol dan pelarut organik lain) menjadi ekstrak cair atau ekstrak kering banyak dilakukan untuk tujuan standarisasi sediaan obat herba sekaligus memberi keuntungan dari segi formulasi sediaannya (Sinambela, 2003). Pemilihan pelarut sangat penting dalam proses ekstraksi sehingga bahan berkhasiat yang akan ditarik dapat tersari sempurna. Departemen Kesehata merekomendasikan air, alkohol dan air dengan alkohol untuk cairan penyari ekstrak untuk keperluan bahan baku obat tradisional (Farouq, 2003).
316

Mamun

Tujuan penelitian adalah a. Mengetahui mutu simplisia purwoceng perdagangan b. Mendapatkan cara pembuatan simplisia purwoceng yang murah dan aman c. Mendapatkan cara pembuatan ekstrak MATERI DAN PROSEDUR KEGIATAN Kegiatan dilaksanakan di Laboratorium Pengujian Balittro, mulai Januari sampai Desember 2006. Bahan utamanya adalah tanaman purwoceng, dan bahan baku diperoleh dari daerah Batur, Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah. Bahan kimia yang digunakan adalah etanol teknis, aquabidest, metanol HPLC grade, acetonitril HPLC grade, silika gel 60 GF254, TLC-Densitometri dan bahan kimia lainnya untuk analisis baik p.a maupun teknis. Untuk pengolahan yang digunakan adalah alat pengering, grinder, ekstraktor, pengaduk, rotavapor dan peralatan untuk analisis mutu seperti HPLC, TLC dan alat-alat gelas lainnya. Rancangan yang digunakan adalah acak lengkap diulang tiga kali. Penelitian terdiri dari 3 tahap kegiatan yaitu : 1). Pembuatan simplisia, 2) Pembuatan ekstrak, 3). Evaluasi mutu simplisia hasil percobaan dan simplisia yang diperoleh dari daerah produksi (Banjarnegara, Jawa Tengah). Pembuatan Simplisia meliputi : a). Persiapan bahan, yaitu bahan purwoceng segar dicuci, dibersihkan kemudian ditiriskan. b). Pengeringan: cara pengeringan yang digunakan terdiri dari 3 cara yaitu. 1). Pengeringan dengan matahari sinar, 2). Pengeringan dengan alat pengering (oven), 3). Pengeringan dengan aliran udara (kering angin). Pelaksanaan pengeringan : Bahan yang sudah dibersihkan ditimbang masing-masing 1 kg, kemudian didederkan dialas (nyiru,rak kaleng). Selanjutnya untuk pengeringan dengan sinar matahari dijemur diatas rak bambu di tempat terbuka. Untuk pengeringan angin diletakkan dalam ruangan dengan aliran udara normal, sedangkan untuk pengeringan oven dipanaskan pada suhu 40o C. Pengeringan dianggap selesai apabila bahan sudah dapat dipecah atau patah apabila diremas dengan tangan. Lama pengeringan pada pengeringan matahari berlangsung selama 3x7 jam (hari ke 1,2,3) dengan cuaca normal/matahari penuh. Pengeringan dengan oven dilakukan pada suhu 40o C selama 8 jam. Pengeringan dengan angin atau udara mengalir berlangsung selama 5 hari 5 malam non stop. Bahan yang sudah kering ditimbang masingmasing, kemudian dikemas dalam kantong plastik yang kedap udara.
317

Teknik Pembuatan Simplisia dan Ekstrak Purwoceng

c). Pembuatan ekstrak Bahan yang sudah kering digiling dan diayak dengan kehaluas 60 mesh. Ditimbang 100 g kedalam piala gelas ditambahkan etanol 60%, 75% dan 90% sebanyak 500 ml. Diaduk selam 4 jam menggunakan pengaduk listrik. Kemudian diamkan selama semalam, selanjutnya disaring dengan kertas saring. Sisa/ampas ditambah dengan 300 ml etanol 70% atau 95% diaduk kembali seperti semula, langsung disaring. Saringan I dan II dicampur, kemudian diuapkan dengan alat rotai evaporator hingga tidak ada etanol yang menetes lagi. Diperoleh ekstrak pekat, selanjutnya ditimbang. Ekstraksi diulang masing-masing tiga kali. Analisis mutu Simplisia hasil pengeringan dan simplisia dari pedagang dianalisis penampilan warna, kadar air, kadar abu dan abu tak larut asam, sari dalam air, sari dalam alkohol, kadar sterol (stigma sterol dan -sitosterol), bergapten, saponin dan mineral. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Simplisia perdagangan

Hasil analisis bahan baku purwoceng disajikan pada Tabel 1. Warna dan kadar air Pada umumnya simplisia yang banyak diperdagangkan berwarna kuning keabu-abuan dan agak kusam. Sedangkan warna daun purwoceng segar adalah hijau muda dan segar. Warna simplisia terbentuk setelah bahan dikeringkan. Pengeringan yang bisa dilakukan adalah dengan cara penjemuran dibawah sinar matahari langsung. Suhu pemanasan dengan sinar matahari langsung berkisar 35-40 C. Pada cuaca yang normal pengeringan dengan matahari langsung biasanya dilakukan dari jam 10 pagi sampai jam 15.00 . Kadar air simplisia ditingkat pengumpul berkisar 10,80-11,40% sementara kadar air dalam daun purwoceng segar berkisar 65%. Pengeringan pada simplisia dimaksudkan untuk mengurangi kandungan air dalam bahan. Kandungan air yang tinggi dalam suatu bahan dapat mendorong terjadinya reaksi enzimatik yang mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan kimia. Perubahan komposisi kimia terutama pada senyawa-senyawa berkasiat dapat menurunkan mutu simplisia yang dihasilkan. Disamping itu kandungan air yang tinggi merupakan media bagi tumbuhnya mikroorganisme atau jamur yang dapat mencemari bahan.
318

Mamun

Perbandingan daun dan akar Terna purwoceng yang biasa digunakan sebagai bahan baku obat biasanya terdiri dari daun dan batang. Tiap bagian tanaman seperti daun dan batang tentu mempunyai komposisi kandungan senyawa kimia yang berbeda. Hasil penelitian Hernani dkk.(2003) menunjukkan bahwa kadar sari dalam air dan alkohol dari bagian akar purwoceng lebih tinggi dibandingkan dari daun. Pada percobaan/penelitian menunjukkan bahan baku purwoceng yang banyak ditemukan mempunyai perbandingan daun dan akar 1:1. Kadar abu dan abu tak larut asam Kadar abu menggambarkan jumlah kandungan logam dalam tanaman, sementara abu tak larut asam menunjukkan adanya silikat. Baik logam maupun silikat berasal dari tanah dan air yang dihisap oleh jaringan tanaman. Kadar sari dalam air dan dalam alkohol Sari dalam air dan alkohol menunjukkan jumlah bahan-bahan yang dapat di sari oleh air maupun alkohol. Bahan-bahan yang larut dalam air terdiri dari karbohidrat, garam-garam dan sebagian vitaminvitamin serta sebagian bahan-bahan organik. Penentuan kadar sari tersebut sangat penting, karena dapat memberikan gambaran mengenai besarnya bahan-bahan terlarut dan merupakan bagian yang dimanfaatkan sebagai bahan obat. Menurut Sinambela (2003) walaupun tidak secara spesifik menyatakan konstituen tertentu dalam tanaman, kadar sari secara kualitatif memberikan gambaran tentang mutu suatu simplisia. Tabel 1. Mutu bahan baku simplisia perdagangan No. Parameter mutu Hasil 1. Warna Kuning keabu-abuan, kusam 2. Keadaan daun-akar Campuran daun dan akar 3. Kadar air, % 10,80 11, 40 4. Kadar abu, % 7,20 10,80 5. Kadar abu tak larut dalam 0,02 0,06 6. asam, % 22,0 24,0 7. Kadar sari dala air, % 12,0 13,0 8. Kadar sari dalam alkohol, % 0,20 0,22 9. Kadar steroid, % 0,01 10. Kadar bergapten, % 0,10 11. Kadar saponin, % 3,36 12. Kadar mineral (K), % Steroid, alkoloid, plavonoid, Analisis fitokimia (kualitatif) glikosida, tanin, saponin dan fenolik
319

Teknik Pembuatan Simplisia dan Ekstrak Purwoceng

Senyawa bahan aktif Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa herba purwoceng mengandung senyawa-senyawa steroid, alkaloid, flavonoid, glikolisa, saponin, tanin dan fenolik. Widowati dan Faridah (2005) telah melakukan penelitian isolasi dan identifikasi senyawa non polar dalam herba purwoceng hasilnya menunjukkan bahwa purwoceng mengandung -sitosterol dan 2-nonakosanon. Selanjutnya senyawasenyawa semi polar dalam purwoceng telah diisolasi dan diidentifikasi oleh Sugiastuti dan Rakmawati (2005), hasilnya menunjukkan bahwa purwoceng mengandung bergapten, phytol, dan senyawa ester dari asam-asam karboksilat rantai panjang baik yang jenuh maupun tidak jenuh. 2. Pembuatan Simplisia Karakteristik simplisia yang dibuat dengan tiga cara pengeringan disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Karakteristik simplisia purwoceng dari tiga cara pengeringan.
Parameter mutu Warna Kadar air, % Kadar abu, % Kadar abu tak larut asam, % Kadar sari dalam air, % Kadar sari dalam alkohol, % Kadar sterol, % Kadar bergapten, % Kadar saponin, % Pengeringan matahari Kuning- abuabu 10,52 12,18 2,06 22,48 13,58 0,28 0,02 0,11 Pengeringan oven Kuning-abuabu 11,28 9,58 0,32 27,48 13,85 0,27 0,02 0,12 Pengeringan angin Hijau-abuabu 11,83 10,49 0,25 27,98 11,07 0,28 0,06 0,18

Warna Warna simplisia yang dihasilkan dari pengeringan matahari dan oven berbeda dengan pengeringan angin. Kedua cara pengeringan pertama menghasilkan warna kuning abu-abu agak kusam, sama halnya dengan warna simplisia yang dibuat ditingkat petani. Sementara simplisia hasil pengeringan oven berwarna hijau abu-abu. Perbedaan warna tersebut disebabkab oleh tingkat pemanasan atau suhu yang berbeda. Suhu pemanasan matahari berkisar antara 35-45C, suhu pemanasan pada oven di set pada suhu 40C dengan kisaran 1C. Sementara suhu pada pengeringan angin berkisar anatar 28-32C. Warna hijau pada simplisia kering angin menunjukkan masih adanya klorofil dalam simplisia, hal ini tidak terdapat dalam simplisia
320

Mamun

hasil pengeringan matahari dan oven. Menurut Pramono (2005) pengeringan dengan sinar matahari pada tingkat tertentu dapat merubah klorofil sehingga warna menjadi pudar. Kadar Air Kandungan air dalam ketiga simplisia hasil pengeringan hampir tidak berbeda. Kadar air tersebut berturut-turut 10,52; 11,28 dan 11,83%. Menurut Badan POM (2002) kadar air yang aman bagi suatu simplisia adalah 10-12%. Pengeringan dengan sinar matahari dan oven lebih lama daripada pengeringan angin. Hal ini disebabkan suhu pengeringan matahari dan oven lebih tinggi dibanding pada suhu pengeringan angin. Menurut Harbone (1987) pengeringan dengan cara aliran udara (kering angin) lebih baik dari pada menggunakan pengeringan dengan suhu tinggi, Sementara Anonim (1985) menyatakan bahwa pengeringan pada suhu diatas 70oC akan menyebabkan kehilangan kandungan kimia penyusun bahan tersebut. Selain dari pada itu pengaruh sinar ultraviolet yang terdapat pada cahaya matahari dapat menimbulkan kerusakan kandungan kimia bahan (Pramono, 2005). Kadar Abu dan Abu Tak Larut Asam Kadar abu rata-rata dalam simplisia hasil pengeringan matahari, pengeringan oven dan kering angin masing-masing 12,18%; 9,58% dan 10,49%, sementara abu tak larut asam masing-masing 2,06%; 0,32% dan 0,25%. Abu pada hasil pengeringan matahari lebih tinggi dibanding yang lainnya. Hal ini diduga adanya kontaminasi debu dari luar yang terbawah selama proses penjemuran. Pada pengeringan dengan menggunakan oven lebih rendah, mengingat proses pengeringan oven dilakukan dalam ruangan tertutup sehingga tidak ada kontaminasi dari luar. Sedangkan pengeringan dengan kering angin dilakukan dalam ruangan yang relatif kecil kontak dengan udara luar. Kadar sari dalam air dan dalam alkohol Kadar sari dalam air dan dalam alkohol walaupun tidak secara spesifik menyatakan konstituent tertentu dari suatu bahan, akan tetapi dapat menunjukkan kemurnian bahan tersebut (Sukrasno, 2003). Kadar sari dalam air pada simplisia hasil pengeringan angin (rata-rata 27,98%) lebih tinggi dibanding dua simplisia yang lainnya. Simplisia kering angin tidak mengalami pemanasan suhu tinggi, sehingga komposisi kandungan bahan didalamnya relatif tidak berubah.

321

Teknik Pembuatan Simplisia dan Ekstrak Purwoceng

Kadar bahan aktif Bahan-bahan aktif dalam purwoceng dinyatakan sebagai sterol, bergapten dan saponin dimana senyawa sterol terdiri dari -sitosterol dan stigma sterol. Kandungan senyawa sterol dalam simplisia dari ketiga cara pengeringan tidak berbeda. Sementara bergapten dan saponin pada simplisia kering angin lebih tinggi dibanding simplisia kering matahari dan kering oven. Hal ini membuktikan bahwa cara pengeringan dengan angin atau aliran udara lebih baik dari pada cara pengeringan dengan angin atau aliran udara lebih baik dari pada cara pengeringan dengan sinar matahari maupun pengering oven, hanya saja pengeringan dengan aliran udara pada suhu biasa waktunya lebih lama. Besarnya kandungan bahan aktif dalam simplisia hasil percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Mineral (Kalium) Mineral utama dalam herba purwoceng adalah Kalium. Kandungan logam tersebut paling tinggi dibanding unsur-unsur lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cara pengeringan tidak berpengaruh terhadap ketiga jenis simplisia. Kalium adalah unsur logam. Pada umumnya logam tidak rusak atau terurai dengan pemanasan. 3. Pembuatan Ekstrak

Rendemen Ekstrak Tabel 3. Rendemen ekstrak purwoceng Alkohol 60% 75% 90%

Rendemen ekstrak 11,67 b 11,78 b 12,00 a

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama Tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji DMRT

Rendemen yang dihasilkan bertambah tinggi dengan semakin tingginya konsentrasi alkohol. Dengan bertambahnya konsentrasi alkohol, polaritasnya semakin besar. Senyawa-senyawa organik dalam purwoceng semakin tinggi kelarutannya atau semakin banyak senyawa organik yang terekstrak. Rendemen tertinggi rata-rata 12,0% dihasilkan dari ekstraksi dengan alkohol 90%.

322

Mamun

Bahan aktif dalam ekstrak Tabel 4. Bahan aktif dalam ekstrak. Ekstrak alkohol Ekstrak alkohol Senyawa 60% 75% Steroid 1,15 1,22 Bergapten 0,05 0,07 Saponin 0,60 0,80

Ekstrak alkohol 90% 1,40 1,08 1,0

Kandungan bahan aktif dalam ekstrak dipengaruhi oleh konsentrasi alkohol. Steroid, bergapten maupun saponin lebih tinggi dalam ekstrak alkohol 90% dibanding ekstrak alkohol 60 dan 75%. Hal ini menunjukkan bahwa kelarutan suatu bahan dalam pelarut sangat tergantung pada sifat polaritas pelarut maupun bahan terlarut. Alkohol 90% lebih polar dibandingkan alkohol 60 dan 75%. Uji fitokimia baik baik terhadap simplisia maupun ekstrak menunjukkan bahwa secara kualitatif keduanya mengandung senyawa-senyawa alkaloid, glikolisa, saponin, tannin, triterpenoid, steroid, plavonoid dan fenol (Tabel 5). Tabel 5. Hasil uji fitokimia simplisia dan ekstrak purwoceng.
Bahan Simplisia Ekstrak Alkohol 70 % Ekstrak Alkohol 95 % alkaloid ++++ ++++ ++++ glikosida ++++ ++++ ++++ saponin ++ +++ +++ tannin ++++ ++++ ++++ plavonoid +++ ++++ ++++ triterpenoid +++ ++++ ++ steroid ++ ++++ +++ fenolik ++ +++ ++

KESIMPULAN Simplisia purwoceng yang diperdagangkan di daerah Banjar negara, Jawa Tengah perlu ditingkatkan mutunya, terutama penampilan warna, kebersihan dan kandungan bahan aktif. Pengeringan dengan cara keringangin (aliran udara) dapat menghasilkan simplisia yang lebih baik, warna lebih segar, kadar abu lebih rendah, sari terlarut dan kandungan bahan aktif lebih tinggi dibanding pengeringan matahari langsung dan pengeringan oven. Ekstraksi dengan alkohol 90% memberikan rendemen ekstrak lebih tinggi serta kandungan bahan aktif dalam ekstrak lebih tinggi daripada ekstrak dengan alkohol 60% dan 75%.

323

Teknik Pembuatan Simplisia dan Ekstrak Purwoceng

DAFTAR PUSTAKA Anonimous.1985.Cara Pembuatan Simplista Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Jakarta. 131 hal. Diah Widowati. dan Faridah. 2005. Isolasi dan identifikasi senyawa kimia dalam fraksi nonpolar dari tanaman purwoceng. Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XXVIII. Universitas Pancasila, Jakarta. Hal.8. Farouq. 2003. Ekstrak sebagai salah satu pengembangan bentuk obat tradisional. Seminar POKJANAS TOI XXIII. Unversitas Pancasila, Jakarta. Hal. 12. Fatimah S dkk. 2003. Teknik perbanyakan purwoceng. Laporan Teknis Penelitian II. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Bogor.Hal. 141-149. Harbone. 1987. Metode Fitokimia. Penerbit ITB Bandung (Terjemahan Kosasih Padmawinata). pp.340. Hernani dkk. 2003. Eksplorasi koleksi dan karakterisasi cabe jawa dan purwoceng. Laporan Teknis Penelitian. Balai Penelitian Tanaman rempah dan Obat. Hal. 165-182. Jams. S. Sinambela,. 2003. Standarrisasi sediaan obat herba. Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XXIII. Universitas Pancasila, Jakarta. Hal.10 Sidik dan H. Mudahar. 2000. Ekstraksi tumbuhan obat, metode dan faktor-faktor yang mempengaruhi mutunya. Makalah pada seminar sehari Perhipba Komasariat jakarta. Universitas 17 Agustus 1945. Jakarta 8 hal. Sukrasno. 2003. Pengeringan beku sebagai metode untuk memperoleh ekstrak kering ideal. Metode analisis parameter kualitas obat tradisional dan ekstrak herbal. Departemen Farmakognosi-Fitokimia, ITB. 16 hal. Setyorini Sugiastuti dan Hindra Rahmawati. 2005. Isolasi dan identifikasi senyawa organik fraksi semipolar herba purwoceng. Seminar Nasional Tumbuhan Obat XXVIII. Universitas Pancasila Jakarta. Hal.6. Suwijiyo Pramono. 2005. Penanganan pasca panen dan pengaruhnya terhadap efek terapi obat alam. Seminar Pokjanas TOI XXVIII. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor. Hal.1-6.
324

Anda mungkin juga menyukai