Anda di halaman 1dari 8

RANCANGAN PRESSURE SWIRL ATOMIZER

UNTUK NOx WATER SYSTEM DI TURBIN GAS GT13E2

Jatnika Setiawan, Arya Wulung, Purwinda Iriani.

Program Studi Teknologi Pembangkit Tenaga Listrik


Jurusan Teknik Konversi Energi - Politeknik Negeri Bandung
Jl. Gegerkalong Hilir, Ds. Ciwaruga – Bandung 4551
Email : Jatnikasetiawan25@gmail.com

ABSTRAK

Emisi NOx yang dihasilkan turbin gas dapat dikurangi dengan menurunkan temperatur di dalam
combustor dengan water injection. Air yang diinjeksikan ke dalam combustor harus dalam bentuk
droplet dengan diameter dibawah 100 µm supaya air cepat menguap sehingga tidak merusak sudu
turbin dan sudut penetrasi harus 90° agar sesuai dengan panjang combustor. Pressure swirl atomizer
dengan desain yang tepat dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Skripsi ini mengemukakan
perancangan pressure swirl atomizer untuk water injection (NOx water system) di turbin gas
GT13E2. Atomizer dirancang berdasarkan prosedur perancangan yang dianjurkan Lacava (2004).
Sauter Mean Diameter (SMD) droplet dan sudut penetrasi pada variasi tekanan injeksi dan mass flow
dievaluasi dengan metoda CFD (Computational Fluid Dynamics) menggunakan FLUENT. Pada
simulasi menggunakan laju massa air tetap sebesar 0,0516 kg/s, atomizer menghasilkan SMD droplet
4,807568 µm dengan sudut penetrasi 37,7° dengan tekanan injeksi 70 bar dan menghasilkan SMD
droplet 7.946546 µm dengan sudut penetrasi 24,13° pada tekanan injeksi 122 bar. Pada penggunaan
tekanan injeksi tetap sebesar 122 bar, atomizer menghasilkan SMD droplet 5,331725 µm dengan
sudut penetrasi 22,75° pada laju massa air 0,0258 kg/s dan menghasilkan SMD droplet 10,79667 µm
dengan sudut penetrasi 36,57° pada laju massa air 0,0645 kg/s.
Kata kunci: Pressure swirl atomizer, Sauter Mean Diameter, droplet, sudut penetrasi, CFD

PENDAHULUAN
Turbin gas menghasilkan kerja dengan adalah 74 ppmv untuk turbin gas berkapasitas
memanfaatkan gas panas untuk memutar 3 MW hingga 110 MW, dan 42 ppmv untuk
turbin. Gas panas dihasilkan dari pembakaran turbin gas berkapasitas diatas 110 MW [1].
yang terjadi di combustor. Temperatur di
NOx dapat dikurangi dengan water injection,
combustor mencapai 1100°C pada turbin gas
yaitu dengan injeksi air ke dalam combustor.
dengan pressure ratio 13,4. Pada temperatur
Injeksi air ke dalam combustor dapat
tersebut gas nitrogen (N2) bereaksi dengan
menurunkan temperatur dan menambah mass
oksigen (O2) membentuk senyawa NOx. Pada
flow air ke turbin sehingga dapat menurunkan
temperatur diatas 1500°C, emisi NOx semakin
emisi NOx tanpa menurunkan daya output
meningkat.
turbin [2].
NOx adalah senyawa beracun dan dapat
Air yang diinjeksikan ke dalam combustor
mengikis ozon di lapisan stratosfer. Di
harus dalam bentuk droplet dengan diameter
Amerika Serikat, Environmental Protection
5µm hingga 80µm agar air cepat menguap [3]
Agency (EPA) pada tahun 2006 meresmikan
sehingga tidak merusak sudu-sudu turbin dan
standar yang membatasi emisi NOx. Untuk
sudut penetrasi semprotan yang disarankan
turbin gas yang beroperasi dengan bahan bakar
selain fuel gas, emisi NOx yang diizinkan
adalah 90° agar sesuai dengan ukuran Observasi ukuran droplet dan sudut penetrasi
combustor yang pendek [4]. semprotan atomizer dilakukan dengan simulasi
menggunakan FLUENT dengan mengacu pada
Swirl atomizer merupakan jenis atomizer yang
prosedur dari tutorial guide dan studi numerik
paling umum digunakan. Atomizer ini juga
menggunakan FLUENT yang pernah
digunakan untuk gas cooling, turbin gas dan
dilakukan sebelumnya. Simulasi dilakukan
direct injection engine. Pressure swirl
dengan parameter yang didapat dari
atomizer (Gambar 1) dapat menghasilkan
perancangan dan turbin gas GT13E2.
droplet berdiameter lebih kecil dari 100 µm
dengan tekanan yang relatif rendah. Agar Atomizer dirancang berdasarkan prosedur
menghasilkan ukuran droplet dan sudut perancangan yang dibuat Lacava namun
penetrasi yang sesuai kebutuhan, lubang inlet, dengan perbedaan pada parameter rancangan
lubang outlet dan swirl chamber pressure yaitu, coefficient discharge diambil
swirl atomizer perlu dirancang sesuai dengan berdasarkan nilai yang dianjurkan
mass flow dan tekanan kerjanya. Lichtarowicz yaitu 0,61 hingga 0,78 [5].
Atomizer dibuat berdasarkan hasil
perancangan dan dievaluasi. Ukuran droplet
dan sudut penetrasi dari perhitungan secara
teoritis dibandingkan dengan hasil simulasi
FLUENT dengan variasi tekanan dan mass
flow.
Rancangan atomizer
Langkah perancangan atomizer diawali
Gambar 1 Bentuk geometri pressure swirl atomizer dengan menentukan laju alir massa, tekanan
dan massa jenis air yang diambil dari data
Jurnal ini membahas mengenai perancangan operasi GT13E2 dan coefficient discharge
pressure swirl atomizer untuk NOx water berdasarkan nilai yang disarankan
system (water injection) di turbin gas GT13E2 Lichtarowicz [5] untuk menghitung diameter
dari manufaktur ALSTOM yang berkapasitas outlet. Selanjutnya menentukan koefisien K
145 MW dan beroperasi dengan fuel oil. SMD berdasarkan nilai yang disarankan Lefebvre
droplet dan sudut penetrasi yang dihasilkan [6] untuk menghitung diameter swirl chamber
atomizer diuji dengan CFD yaitu simulasi dengan persamaan yang dinyatakan Lefebvre
menggunakan FLUENT. [6] untuk hubungan CD terhadap parameter
geometri pressure swirl atomizer. Kemudian
jumlah lubang inlet ditentukan untuk
METODOLOGI menghitung diameter inlet dari koefisien K,
Dasar perancangan atomizer yang diambil diameter outlet dan diameter swirl chamber
bersumber dari jurnal eksperimen dan yang telah diketahui. Terakhir adalah
penelitian mengenai pressure swirl atomizer menghitung SMD yang dihasilkan atomizer
yang dilakukan sebelumnya. Adapun sumber yang telah dirancang. Jika SMD yang
dari beberapa literatur seperti handbook dihasilkan lebih besar dari 80 µm atau lebih
diambil untuk bahan analisa dan perbandingan kecil dari 5 µm maka nilai koefisien K diganti,
dengan jurnal yang ada. Karena atomizer yang namun jika tidak maka rancangan atomizer
dirancang ditujukan untuk NOx water system selesai. Langkah perancangan atomizer dalam
yang merupakan penerapan water injection bentuk flowchart dapat dilihat pada Gambar 2.
untuk menurunkan emisi NOx pada turbin gas
GT13E2, maka studi literatur mengenai emisi
NOx dan water injection pada turbin gas
menjadi penting karena akan menjadi
parameter input untuk atomizer yang akan
dirancang. Panduan mengenai cara kerja dan
cara penggunaan FLUENT digunakan sebagai
dasar-dasar prosedur simulasi yang akan
digunakan sebagai bahan analisa.
(atomizer) adalah 0,0516 kg/s. Nozzle pada
Mulai
NOx water sytem diberi tekanan oleh pompa
NOx water sebesar 122 bar. Injeksi masuk ke
Menentukan laju alir
dalam combustor bertekanan 13,4 bar. Massa
massa, tekanan, jenis, viskositas dan surface tension air
densitas fluida dan
coefficient discharge
diambil pada temperatur 44,1C. Parameter
nozzle ⁄ memiliki rentang nilai antara 0,19
hingga 1,21. Sedangkan Cd untuk pressure
swirl atomizer memiliki rentang 0,611 hingga
Menghitung diameter dan 0,78. Data parameter input dapat dilihat pada
panjang lubang outlet Tabel 1.
Tabel 1 Parameter input perancangan pressure
swirl atomizer
Menentukan
koefisien K Parameter input Nilai
Laju alir massa air (kg/s) 0,0516
Tekanan injeksi (bar) 122
Menghitung diameter
Tekanan downstream (bar) 13,4
dan panjang swirl Massa jenis air (kg/m3) 827,7
chamber
Viskositas air (kg/ms) 0,000139
Surface tension air 0,039266
⁄ 1,21
Menentukan jumlah
lubang inlet Discharge coefficient 0,68
tidak Menghitung diameter outlet
Menghitung diameter Diameter outlet dihitung berdasarkan
dan panjang lubang
inlet persamaan berikut.
̇

̇
5µm < SMD < 80µm
√ √


ya √ ( )

Selesai Menghitung diameter swirl chamber


Hubungan CD terhadap parameter geometri
Gambar 2 Langkah kerja perancangan pressure pressure swirl atomizer dinyatakan oleh
swirl atomizer
persamaan yang dinyatakan oleh Lefebvre [6].
Laju alir massa air ditentukan berdasarkan
kebutuhan air untuk mengurangi NOx sebesar ( ) ( )
40% pada turbin gas GT13E2 yang bekerja
dengan beban 138 MW dari data yang diambil ( )
19 November 2012 di Pembangkit Jawa Bali ( )
Unit Pembangkit Muara Tawar. Pada beban
tersebut turbin gas membutuhkan laju alir
bahan bakar sebesar 9,29 kg/s. Rasio air bahan ( )
bakar sebesar 0,4 dapat menurunkan emisi
NOx sebesar 40% [7], maka air yang
dibutuhkan untuk mengurangi emisi NOx
adalah 3,716 kg/s. GT13E2 memiliki 72 nozzle
NOx water yang terpasang parallel [8] maka
laju alir massa air untuk masing-masing nozzle
Menghitung diameter inlet ( ⁄ )
( √ )
( )
( √ )

Pressure swirl atomizer yang dirancang


menggunakan 2 inlet seperti pada prosedur
perancangan yang dibuat Lacava [4] .
Selanjutnya flow number dihitung untuk
√ memperkirakan sheet thickness [4].
̇

Menghitung panjang inlet, outlet dan swirl * +


chamber √( ) [ ]

⁄ harus lebih besar dari 1,3 [9] maka


nilai 1,6 diambil sehingga

Sheet thickness dapat dihitung dengan


Panjang lubang outlet yang biasa digunakan persamaan yang dinyatakan oleh Couto [12]
dalam perancangan atomizer biasanya 3 √
hingga 6 kali diameter outletnya. Oleh karena
itu panjang outlet yang diambil adalah 0,002

m (2,22 kali diameter outlet) untuk
mempermudah pembuatan namun masih
dalam rentang nilai yang umum digunakan
dalam perancangan.
Kecepatan fluida di tepi lubang atomizer
Panjang swirl chamber dibuat dua kali lebih dihitung untuk memperkirakan diameter
panjang dari desain Lacava dengan alasan ligament droplet.
bahwa swirl chamber yang lebih panjang
dapat menghasilkan ukuran droplet yang lebih √
kecil [10].
( )

Menghitung sudut penetrasi dan SMD


droplet
Diameter ligament dapat dihitung dengan
Untuk menghitung sudut penetrasi, rasio persamaan yang dinyatakan oleh Dombrowski
aircore harus dihitung terlebih dahulu. Dua [13].
persamaan berikut dapat disubstitusikan untuk
mendapatkan rasio aircore [4].

√ disubstitusikan ke ( ) [
( )√
persamaan

̇
menjadi maka ( ) ]

Sudut penetrasi dihitung dengan persamaan


yang dinyatakan oleh Giffen [11].
Tabel 2 Parameter output rancangan

( ) * Parameter output Nilai
Diameter swirl chamber (m) 0,003
Diameter outlet (m) 0,0009
⁄ Diameter inlet (m) 0,001
( ) + Panjang swirl chamber (m) 0,006
Panjang outlet (m) 0,002
Panjang inlet (m) 0,0017
Sudut penetrasi 28,5
SMD (µm) 15,2391
SMD droplet dapat dihitung dengan
persamaan yang dinyatakan Couto [12] Pengujian
Pembuatan
Mulai
mesh

Pemeriksaan Tidak
mesh
Pembuatan
Dalam pembuatannya, atomizer dibuat
menjadi empat bagian seperti pada Gambar 3. Mesh
Lubang outlet dibuat di bagian discharge baik ?
(nomor 1). Lubang inlet dan swirl chamber
dibuat di bagian swirl chamber (nomor 2). Ya

Cap (nomor 4) berfungsi sebagai pelindung


Penentuan model
dan penahan discharge dan swirl chamber. Data perhitungan, kondisi batas,
sifat fisik material dan metode
Holder (nomor 3) berfungsi sebagai penahan penyelesaian

discharge dan swirl chamber dari belakang


agar tidak terlepas dari cap.
Proses
numerik

Ya
Iterasi
error

Tidak

Plot distribusi
tekanan, Selesai
Gambar 3 Rancangan pressure swirl atomizer temperatur dll

Lubang outlet dibuat dengan mata bor


berukuran 0,82 mm untuk mendapatkan Gambar 4 Langkah kerja pengujian injeksi
diameter lubang dengan ukuran 0,85 mm atomizer dengan simulasi FLUENT
namun setelah pemboran ternyata diameter
lubang outlet menjadi 0,9 mm karena Pengujian dilakukan dengan simulasi
pemuaian akibat panas. Oleh karena itu SMD menggunakan FLUENT. Langkah pengujian
dihitung kembali dan hasilnya secara teoritis menggunakan FLUENT dapat dilihat pada
menunjukan atomizer menghasilkan SMD Gambar 4. Mesh atau grid dibuat
sebesar 15,2391 µm dengan sudut penetrasi menggunakan software GAMBIT. Grid
28,5°. Parameter geometri hasil perhitungan kemudian dibaca di FLUENT lalu diperiksa.
ditampilkan pada Tabel 2. Jika ternyata ada kesalahan pada grid, maka
grid diperbaiki di GAMBIT, namun jika tidak
maka selanjutnya adalah menentukan model
perhitungan, menentukan kondisi batas dengan variasi mass flow 0,0258 kg/s, 0,0516
(boundary condition), material dan kg/s dan 0,0645 kg/s dilakukan pada tekanan
penyelesaian (solution). injeksi tetap yaitu 122 bar (Gambar 6). Pada
tekanan 70 bar menghasilkan sudut penetrasi
Injeksi disimulasikan di dalam satu combustor
37,7° dan SMD droplet 4,807568 µm. Pada
GT13E2 yang bekerja dengan beban 138 MW
tekanan 100 bar menghasilkan sudut penetrasi
dimana tekanan di dalam combustor sebesar
26,85° dan SMD droplet 3,928202 µm. Pada
13,4 bar dengan temperatur inlet combustor
tekanan 122 bar menghasilkan sudut penetrasi
(temperatur after compressor) 619 K dan
24,13° dan SMD droplet 7.946546 µm. Pada
temperatur outlet combustor (temperatur inlet
mass flow 0,0258 kg/s menghasilkan sudut
turbine) 1343 K.
penetrasi 12,24° dan SMD droplet 5,331725
GT13E2 memiliki 6 combustor dan µm. Pada mass flow 0,0645 kg/s menghasilkan
membutuhkan udara total sebesar 553,44 kg sudut penetrasi 40,47° dan SMD droplet
untuk beroperasi dengan beban 138 MW. 10,79667 µm
Secara teoritis, ukuran droplet menjadi
semakin kecil ketika tekanan injeksi
diperbesar karena peningkatan tekanan
menyebabkan kecepatan fluida menjadi
semakin besar ketika fluida melewati lubang
inlet dan membentuk air core yang lebih besar
yang berarti memperkecil sheet ( ) dan
sudut penetrasi (θ). Namun hasil eksperimen
di FLUENT menunjukan kecenderungan yang
Gambar 5 Grid untuk simulasi fluida di dalam sebaliknya (Gambar 7).
combustor
60 25
Grid yang telah dibuat dengan GAMBIT Sudut simulasi
ditampilkan pada Gambar 5. Air-inlet 50 20
Sudut teoritis
Sudut Penetrasi

(permukaan bagian atas silinder berwarna 40

SMD (μm)
biru) adalah inlet combustor dan diatur sebagai SMD teoritis 15
mass flow inlet pada boundary condition 30
SMD simulasi
dengan laju alir massa udara 10
20
553,44kg/s/6=92,241 kg/s, tekanan 13,4 bar
dan temperatur 619 K. Turbine-inlet 10 5
(permukaan bagian bawah silinder berwarna
0 0
merah) adalah outlet combustor dan diatur
0 50 100 150
sebagai pressure outlet pada boundary Tekanan Injeksi (bar)
condition dengan tekanan 13,4 bar dan
temperatur 1343 K. Gambar 7 Grafik fungsi tekanan injeksi terhadap
sudut penetrasi dan SMD
HASIL DAN PEMBAHASAN
Memperbesar mass flow akan memperkecil air
core sehingga sheet dan sudut penetrasi yang
dihasilkan menjadi semakin besar yang berarti
ukuran droplet yang dihasilkan menjadi lebih
besar. Hasil eksperimen di FLUENT
menunjukan kecenderungan yang sama
(Gambar 8).

Gambar 6 Hasil simulasi injeksi pressure swirl


atomizer di dalam combustor
Simulasi dilakukan dengan variasi tekanan
injeksi yaitu 70 bar, 100 bar dan 122 bar
dengan mass flow tetap 0,0516 kg/s. Simulasi
45 Sudut simulasi 20 ̇ Laju alir massa air, [ ⁄ ]
40
35 Sudut teoritis
15
̇ Laju alir massa liquid, [ ⁄ ]
Sudut penetrasi

30

SMD (μm)
SMD teoritis
Beda tekanan, [Pa]
25
SMD simulasi 10
20 Beda tekanan liquid, [Pa]
15
10 5 Kecepatan liquid pada ujung
5 atomizer, [ ⁄ ]
0 0 X Rasio area air core dan orifice exit
0 0.025 0.05 0.075
Mass Flow (kg/s) Viskositas liquid, [ ⁄ ]
Gambar 8 Grafik fungsi mass flow terhadap sudut θ Sudut penetrasi
penetrasi dan SMD
Massa jenis liquid, * ⁄ +

SARAN Massa jenis udara, [ ⁄ ]


Perancangan berdasarkan prosedur dari Surface tension, * ⁄ +
penulis lain seperti Beyvel dan Orzechowski
(1996) bisa dijadikan bahan perbandingan dan SMD Sauter Mean Diameter, [m]
analisa untuk pengembangan penelitian
atomizer yang dirancang karena prosedur
perancangan berdasarkan grafik hasil DAFTAR PUSTAKA
percobaan.
Pengujian menggunakan CFD untuk
mengetahui pengaruh variasi kecepatan udara [1] Lefebvre and Ballal, Turbine combustion
pada parameter kualitas injeksi dan pengaruh alternative fuels and emissions, Florida:
tekanan dan laju alir massa pada panjang CRC Press, 2010.
semprotan mungkin perlu dilakukan jika
didukung dengan literatur yang ada. [2] T. Giampaolo, Gas turbine handbook
principles and applications, New York:
Fairmont press, 1939.
NOTASI
Area outlet, [ ] [3] G. Nasr, A. Yule and L. Bendig,
Industrial Sprays and Atomization,
Area inlet, [ ] Design, Analysis and Applications,
Koefisien discharge London: Springer-Verlag, 2002.

Diameter lubang outlet, [m] [4] P. T. Lacava, D. B. Netto and A. P.


Diameter lubang inlet, [m] Pimenta, Design Procedure and
Experimental Evaluation of Pressure
Diameter swirl chamber, [m] Swirl Atomizers, 2004, pp. 1-9.
Diameter ligament, [m]
[5] Lichtarowicz, Duggins and Markland,
FN flow number, [ ] Discharge Coefficients for
Incompressible Non-Cavitating Flow
Tebal liquid sheet, [m]
Through Long Orifices, 1965, p. 7:2.
Panjang lubang outlet, [m]
[6] Lefebvre, Atomization and Sprays, New
Panjang lubang inlet, [m]
York: Hemisphere Publishing
Panjang swirl chamber, [m] Corporation, 1989.
[7] Davis and Washam, "Development of [20] K. Chaudhari, D. Kulshreshta and S.
Dry Low NOx Combustor," ASME paper Channiwala, "Design and Experimental
89-GT-255, 1989. Investigation of 60 degree Pressure Swirl
Nozzle for Penetration Length and Cone
[8] ALSTOM, Maintenance manual KKS Angle at Different Pressure,"
MB HTCT 692 157 V0020A, 2011. International Journal of Advances in
Engineering & Technology, pp. 76-84,
[9] Tipler and Wilson, Combustion in Gas 2013.
Turbines, 1959, pp. 897-927.
[21] Nicol, Malte, Lai, Marinov and Pratt,
[10] Ashgriz, Handbook of atomization and NOx Sensitivities for Gas Turbine
sprays theory and application, New York: Engines Operated on Lean-Premixed
Springer, 2011. Combustion and Conventional Diffusion
Flames, ASME Paper 92-GT-115, 1992.
[11] Giffen and Muraszew, Atomization of
Liquid Fuels, London: Chapman & Hall, [22] Elkobt, Rafat and Hanna, The Influence of
1953. Swirl Atomizer Geometry on the
Atomization Performance, 1978, pp. 109-
115.
[12] Couto, Carvalho and Bastos-Netto,
Theoretical Formulation for Sauter Mean
Diameter of Pressure Swirl Atomizer, [23] Hung, Accurate Method of Predicting the
1987, pp. 691-696. Effect of Humidity or Injected Water on
NOx Emissions from Industrial Gas
Turbine, 1974.
[13] Dombrowski and Johns, "The
Aerodynamic Instability Disintegration of
Viscous Liquid Sheet," Chemical [24] D. Q. Kern, Proces Heat Transfer, Japan:
Engineering Sciences, Vol. 18, No. 2, pp. McGraw-Hill Book Company, 1965.
203-214, 1963.

[14] Black and Veatch, Powerplant


engineering, New York: Springer, 1996.

[15] Cengel and Cimbala, Fluid mechanics


fundamentals and applications, New
York: McGraw Hill, 2006.

[16] M. Boyce, Gas turbine engineering


handbook, Burlington: Gulf Professional
Publishing, 2006.

[17] Fluent Inc, FLUENT 6.3 User's Guide,


2006.

[18] F. Taukia, Dasar-dasar CFD


menggunakan Fluent, Bandung: Penerbit
Informatika, 2008.

[19] Baumgarten, Mixture formation in


internal combustion engines, Berlin:
Springer, 2006.

Anda mungkin juga menyukai