Anda di halaman 1dari 13

EVALUASI PROGRAM GERAKAN LITERASI SEKOLAH (GLS)

DI KABUPATEN BATANG TAHUN 2018

Tri Riswakhyuningsih
SMP Negeri 2 Subah, Batang

SARI
Indonesia termasuk negara yang minat bacanya rendah. Untuk mengatasi hal tersebut,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan program Gerakan Literasi
Sekolah (GLS). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah tujuan GLS sudah
dipahami dengan baik oleh kepala sekolah dan guru, mengetahui apakah input untuk
melaksanakan GLS cukup memadai, dan mengetahui apakah hambatan-hambatan dalam
pelaksanaan GLS. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian evaluasi. Berdasarkan
hasil kajian pustaka, evaluasi konteks sudah dirumuskan secara jelas dan spesifik. Hasil
analisis menunjukkan 60% dengan kategori sangat baik, input masuk kategori sedang, proses
tahap pembiasaan masuk kategori cukup, tahap pengembangan masuk kategori sedang, dan
tahap pembelajaran masuk kategori kurang. Pemerintah Kabupaten Batang, dapat mengambil
program prioritas dengan menyelenggarakan program pelatihan menulis buku bagi guru,
melakukan kampanye budaya membaca 15 menit, dan showcase hasil literasi tingkat
Kabupaten Batang.

Kata Kunci: Evaluasi, Gerakan Literasi Sekolah, Kabupaten Batang.

ABSTRACT
Indonesia is a country with low reading interest. To overcome this, the Ministry of
Education and Culture organized the School Literation Movement Program. The aim of the
research is to find out whether of the School Literation Movement objectives are understood
well by the principal and the teacher, knowing whether the inputs to implementing the School
Literacy Movement are sufficient, and knowing what are the obstacles in the implementation
of the School Literacy Movement. This study uses an evaluation research approach. Based on
the results of the literature review, context evaluation has been clearly and specifically
formulated. The results of the analysis show that 60% are in a very good category, the input
is in the medium category, the process of habituation is in the sufficient category, the
development stage is in the moderate category, and the learning stage is in the less category.
The Regency Government of Batang, can take priority programs by holding a training
program to write books for teachers, conducting a 15-minute reading culture campaign, and
a literacy showcase at Batang Regency level.

Keywords: Evaluation, School Literacy Movement, Batang Regency.

RISTEK: Jurnal Riset, Inovasi dan Teknologi Page 91


PENDAHULUAN umum Gerakan Literasi Nasional adalah
Literasi merupakan salah satu untuk menumbuhkembangkan budaya
kecakapan yang harus dikuasai siswa agar literasi pada ekosistem pendidikan mulai
mampu bertahan di abad XXI, karena dari keluarga, sekolah, dan masyarakat
kemampuan berliterasi terkait erat dengan dalam rangka pembelajaran sepanjang
tuntutan keterampilan membaca yang hayat sebagai upaya untuk meningkatkan
berujung pada kemampuan memahami kualitas hidup. Untuk mewujudkan tujuan
informasi secara analitis, kritis, dan tersebut, maka Gerakan Literasi Nasional
reflektif. Literasi merupakan sarana untuk mencakup 3 ranah, yaitu sekolah, keluarga,
mengenal, memahami, dan menerapkan dan masyarakat. Gerakan literasi sekolah
ilmu dalam kehidupan sekaligus sarana dilaksanakan dengan mengintegrasikannya
untuk menumbuhkan budi pekerti mulia. dengan kegiatan kurikuler, kokurikuler dan
Literasi pada awalnya dimaknai ektrakurikuler. Pelaksanaannya dapat
'keberaksaraan' dan selanjutnya dimaknai dilakukan di dalam kelas atau di luar kelas
'melek' atau 'keterpahaman'. Dimensi yang didukung oleh orang tua dan
literasi awalnya menekankan pada masyarakat. Gerakan literasi keluarga
kemampuan membaca dan menulis/literasi dilaksanakan dalam bentuk penyediaan
baca-tulis karena keterampilan berbahasa bahan bacaan keluarga, penguatan
merupakan dasar bagi pengembangan pemahaman tentang pentingnya literasi
dalam berbagai hal. Sekarang, dimensi bagi keluarga, dan pelaksanaan kegiatan
literasi tidak hanya terbatas pada literasi literasi bersama keluarga. Semua anggota
baca dan tulis saja, tetapi berkembang keluarga bisa saling memberikan tauladan
menjadi literasi numerasi/matematika, dalam melakukan literasi di dalam
literasi sains, literasi digital/teknologi dan keluarga dengan berbagai macam variasi
informasi, literasi finansial/keuangan, dan kegiatan. Gerakan literasi masyarakat
literasi budaya dan kewargaan/kebudayaan dilaksanakan dalam bentuk penyediaan
dan kewarganegaraan (Laksono dkk, 2017 bahan bacaan yang beragam di ruang
dan Kemdikbud 2017). Literasi baca-tulis publik, penguatan fasilitator literasi
merupakan dasar untuk mengembangkan masyarakat, perluasan akses terhadap
kemampuan literasi lainnya. Indonesia sumber belajar, dan perluasan pelibatan
memiliki tingkat melek huruf yang tinggi, publik dalam berbagai bentuk kegiatan
namun sayang tidak diikuti dengan minat literasi.
bacanya. Berdasarkah hasil penelitian yang Prinsip Gerakan Literasi Nasional
dilakukan lembaga-lembaga internasional, adalah berkesinambungan, terintegrasi, dan
Indonesia termasuk negara yang minat melibatkan semua pemangku kepentingan.
bacanya rendah. Sebagai suatu gerakan, literasi harus
Minat baca dan literasi merupakan dilaksanakan secara terus-menerus dan
persoalan yang harus ditangani dengan berkesinambungan, tidak bergantung pada
serius supaya bangsa Indonesia dapat pergantian pemerintahan. Literasi harus
berperan dalam percaturan di era global. menjadi program prioritas pemerintah yang
Untuk mewujudkan hal tersebut, selalu dikampanyekan kepada seluruh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan lapisan masyarakat, pemimpin, tokoh
menyelenggarakan program Gerakan masyarakat, tokoh agama, cendekia,
Literasi Nasional (GLN). remaja, orang tua, dan warga masyarakat
Kemdikbud (2017) menjelaskan tujuan sehingga budaya literasi terbentuk di

RISTEK: Jurnal Riset, Inovasi dan Teknologi Page 92


lingkungan sekolah, keluarga, dan pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah.
masyarakat. Pelaksanaan literasi harus Buku pedoman tersebut yaitu: Strategi
terintegrasi dengan program yang Literasi dalam Pembelajaran di Sekolah
dilaksanakan oleh Kemendikbud dan Menengah Pertama (Materi Penyegaran
kementerian dan/atau lembaga lain, Instruktur Kurikulum 2013), Panduan
termasuk nonpemerintah. Dengan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah
demikian, literasi menjadi bagian yang Menengah Pertama, dan Panduan
saling menguatkan dengan program lain. Gerakan Literasi Nasional.
Sebagai suatu gerakan, literasi harus Literasi dalam konteks Gerakan
memberikan kesempatan dan peluang Literasi Sekolah diartikan sebagai
untuk keterlibatan semua pemangku kemampuan mengakses, memahami, dan
kepentingan, baik secara individual menggunakan sesuatu secara cerdas
maupun kelembagaan. Literasi harus melalui berbagai aktivitas, antara lain
menjadi milik bersama, menyenangkan, membaca, melihat, menyimak, menulis,
dan mudah dilaksanakan, baik di dan/atau berbicara. Gerakan Literasi
lingkungan keluarga, sekolah, maupun Sekolah merupakan sebuah upaya yang
masyarakat, sesuai dengan kapasitas dan dilakukan secara menyeluruh untuk
kemampuan masing-masing. Pelaksanaan menjadikan sekolah sebagai organisasi
Gerakan Literasi Nasional melibatkan pembelajaran yang warganya literat
berbagai pelaksana dan pemangku sepanjang hayat melalui pelibatan publik
kepentingan pendidikan berdasarkan (Retnaningdyah dkk, 2016).
kedudukan, fungsi, dan peranan masing- Gerakan Literasi Sekolah merupakan
masing. gerakan literasi yang aktivitasnya banyak
Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah dilakukan di sekolah dengan melibatkan
melibatkan semuan pemangku kepentingan siswa, pendidikan dan tenaga
di bidang pendidikan dan unsur publik kependidikan, serta orang tua. Gerakan
serta mencakup lingkungan fisik, sosial, Literasi Sekolah dilakukan dengan
afektif, dan akademik sekolah. Pemahaman menampilkan praktik baik tentang literasi
menyeluruh tentang konteks/tujuan, dan menjadikannya sebagai kebiasaan serta
input/daya dukung, proses, dan produk budaya di lingkungan sekolah. Literasi
Gerakan Literasi Sekolah sangat juga dapat diintegrasikan dalam kegiatan
mempengaruhi keberhasilannya. belajar mengajar di sekolah sehingga
Gerakan Literasi Sekolah dilaksanakan menjadi bagian tidak terpisahkan dari
seiring dengan penerapan Kurikulum 2013. semua rangkaian kegiatan siswa dan
Setelah melalui beberapa tahapan, akhirnya pendidik, baik di dalam maupun di luar
pada Tahun Pelajaran 2018/2019 semua kelas. Pendidik dan tenaga kependidikan
sekolah di wilayah Kabupaten Batang, tentu memiliki kewajiban moral sebagai
khususnya peserta didik kelas 7, sudah teladan dalam hal berliterasi (Kemdikbud,
melaksanakan Kurikulum 2013. Dan ini 2017). Gerakan Literasi Sekolah
artinya, pada Tahun Pelajaran 2018/2019 merupakan sebuah proses agar siswa
semua sekolah di wilayah Kabupaten menjadi literat, warga sekolah menjadi
Batang juga sudah melaksanakan Gerakan literat, yang akhirnya literat menjadi kultur
Literasi Sekolah. Kementerian Pendidikan atau budaya yang dimiliki sekolah
dan Kebudayaan telah mengeluarkan buku- (Laksono dkk, 2018).
buku pedoman untuk memudahkan

RISTEK: Jurnal Riset, Inovasi dan Teknologi Page 93


Tujuan Gerakan Literasi Sekolah Sekolah sudah dipahami dengan baik oleh
mencakup tujuan umum dan tujuan khusus. kepala sekolah dan guru? Apakah sumber
Tujuan umum Gerakan Literasi Sekolah daya pendukung (input) untuk
adalah untuk menumbuhkembangkan budi melaksanakan Gerakan Literasi Sekolah
pekerti siswa melalui pembudayaan cukup memadai? Apakah hambatan-
ekosistem literasi sekolah yang hambatan dalam pelaksanaan Gerakan
diwujudkan dalam Gerakan Literasi Literasi Sekolah?
Sekolah agar mereka menjadi pembelajar Tujuan penelitian adalah untuk
sepanjang hayat. Tujuan khusus Gerakan mengetahui apakah tujuan Gerakan
Literasi Sekolah adalah untuk Literasi Sekolah sudah dipahami dengan
menumbuhkembangkan budaya literasi di baik oleh kepala sekolah dan guru,
sekolah, meningkatkan kapasitas warga mengetahui apakah sumber daya
dan lingkungan sekolah agar literat, pendukung (input) untuk melaksanakan
menjadikan sekolah sebagai taman belajar Gerakan Literasi Sekolah cukup memadai,
yang menyenangkan dan ramah anak agar dan mengetahui apakah hambatan-
warga sekolah mampu mengelola hambatan dalam pelaksanaan Gerakan
pengetahuan, dan menjaga keberlanjutan Literasi Sekolah. Hasil penelitian evaluasi
pembelajaran dengan menghadirkan formatif ini dapat digunakan sebagai
beragam buku bacaan dan mewadahi feedback untuk meningkatkan kualitas
berbagai strategi membaca. Ruang lingkup Gerakan Literasi Sekolah bagi pemangku
Gerakan Literasi Sekolah mencakup kepentingan. Dalam hal ini, pemangku
lingkungan fisik sekolah (ketersediaan kepentingan tersebut adalah Pemerintah
fasilitas dan sarana prasarana literasi), Daerah Kabupaten Batang.
lingkungan sosial dan afektif (dukungan
dan partisipasi aktif semua warga sekolah) METODE PENELITIAN
dalam melaksanakan kegiatan literasi, dan Penelitian ini menggunakan
lingkungan akademik (adanya program pendekatan penelitian evaluasi (evaluation
literasi yang nyata dan bisa dilaksanakan research) jenis formatif. Penelitian
oleh seluruh warga sekolah evaluasi merupakan cara ilmiah (rasional,
(Retnaningdyah dkk, 2016). empiris dan sistematis) untuk mendapatkan
Retnaningdyah dkk (2016) data dengan tujuan untuk mengetahui
menjelaskan, pelaksanaan Gerakan Literasi efektivitas dan efisiensi program.
Sekolah meliputi 3 tahap yaitu, Penelitian evaluasi dilakukan dengan
pembiasaan, pengembangan, dan menggunakan standar dan orang-orang
pembelajaran. Terdapat lima komponen yang terlibat dalam kegiatan yang
strategi yang dapat mendukung dievaluasi. Hasil penelitian evaluasi
terlaksananya Gerakan Literasi Sekolah, digunakan sebagai bahan pertimbangan
yaitu penguatan kapasitas fasilitator, untuk meningkatkan kualitas perumusan,
peningkatan jumlah dan ragam sumber implementasi dan hasil program. Penelitian
bacaan bermutu, perluasan akses terhadap evaluasi merupakan bagian dari penelitian
sumber belajar dan cakupan peserta dan evaluasi. Sebagai bagian dari
belajar, peningkatan pelibatan publik, dan penelitian, penelitian evaluasi
penguatan tata kelola. menggunakan berbagai metode penelitian.
Rumusan masalah dalam penelitian ini Sebagai bagian dari evaluasi, penelitian
adalah: Apakah tujuan Gerakan Literasi evaluasi berfungsi untuk mengetahui

RISTEK: Jurnal Riset, Inovasi dan Teknologi Page 94


seberapa jauh perencanaan dapat kualitatif jenis case studies, dimana
dilaksanakan. Penelitan evaluasi termasuk peneliti sebagai instrumen kunci,
dalam kategori penelitian “need and melakukan eksplorasi secara mendalam
choose”, yaitu penelitian yang hasilnya terhadap program Gerakan Literasi
digunakan untuk membuat keputusan Sekolah, mengumpulkan data secara
terbaik dengan resiko sekecil-kecilnya mendetail dengan menggunakan berbagai
(Sugiyono, 2013). posedur pengumpulan data dan dalam
Penelitian dilakukan di Kabupaten waktu yang berkesinambungan. Data
Batang, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian kemudian dianalisis secara kualitatif
dilakukan selama 2 bulan, mulai 13 dengan teknik triangulasi (gabungan).
September 2018 - 13 Nopember 2018. Hasil analisis data kemudian disimpulkan
Ruang lingkup penelitian evauasi secara induktif dan lebih menekankan
meliputi empat tingkatan yaitu evaluasi makna dari pada generalisasi (Sugiyono,
konteks, input, dan proses Gerakan Literasi 2013).
Sekolah. Data yang dikumpulkan adalah
hasil evaluasi konteks, input, dan proses HASIL DAN PEMBAHASAN
Gerakan Literasi Sekolah. Populasi Evaluasi konteks
penelitian adalah seluruh SMP/MTs negeri Evaluasi konteks digunakan untuk
dan swasta di wilayah Kabupaten Batang. menganalisis tujuan penelitian yang
Dari populasi tersebut, diambil sekolah pertama, yaitu mengetahui apakah tujuan
sebagai sampel penelitian secara Gerakan Literasi Sekolah sudah dipahami
nonrandom. Sekolah yang dijadikan dengan baik oleh kepala sekolah dan guru.
sampel adalah sekolah yang telah Analisis dilakukan terhadap kuesioner
melaksanakan Kurikulum 2013 sejak yang diisi oleh responden. Hasil analisis
Tahun Pelajaran 2015/2016 sampai dengan menunjukkan, 40% responden memahami
sekolah yang baru melaksanakan tujuan umum dan tujuan khusus Gerakan
Kurikulum 2013 pada Tahun Pelajaran Literasi Sekolah dengan kategori baik dan
2018/2019. Responden penelitian dipilih 60% dengan kategori sangat baik.
dengan teknik sampling bertujuan
(purposive sampling) (Sundayana, 2014), Evaluasi input
yaitu kepala sekolah dan guru sebagai Evaluasi input digunakan untuk
penggerak terdepan Gerakan Literasi menganalisis tujuan penelitian yang kedua,
Sekolah. Secara keseluruhan, sampel yaitu mengetahui apakah sumber daya
penelitian berjumlah 11 sekolah dengan pendukung (input) untuk melaksanakan
jumlah responden sebanyak 15 orang yang Gerakan Literasi Sekolah cukup memadai.
terdiri dari kepala sekolah dan guru. Rata-rata prosentase skor evaluasi input
Pengumpulan data dilakukan dengan adalah 62 dengan kategori sedang (Tabel
teknik angket dan observasi (Kemdikbud, 1).
2017). Penelitian ini menggunakan metode

RISTEK: Jurnal Riset, Inovasi dan Teknologi Page 95


Tabel 1. Rakapitulasi Hasil Analisis Evaluasi Input
Kriteria Evaluasi Input
Kurang 1.b. Pelatihan guru dan tenaga kependidikan dalam pembuatan
Skor ≤60 mainan edukatif berbasis literasi.
2.b. Penyediaan alat peraga dan mainan edukatif yang mendukung
kegiatan literasi.
2.c. Penyediaan bahan belajar literasi dalam bentuk digital.
2.d. Program menulis buku bagi siswa, guru, dan tenaga
kependidikan.
3.b. Penyediaan laboratorium yang berkaitan dengan literasi,
misalnya, laboratorium bahasa, sains, finansial, dan digital.
3.e. Penyelenggaraan open house oleh sekolah yang sudah
mengembangkan literasi.
3.f. Program pengimbasan sekolah.
4.a. Pelaksanaan sesi diskusi dengan tokoh atau pegiat berbagai
bidang literasi mengenai pengalaman dan pengetahuan mereka
terkait dengan bidang yang mereka kuasai.
4.b. Pelaksanaan festival atau bulan literasi yang melibatkan pakar,
pegiat literasi, dan masyarakat umum.
4.c. Pelibatan BUMN dan DUDI dalam pengadaan bahan bacaan
dan kegiatan literasi di sekolah.
Sedang 5.e. Penguatan peran komite sekolah untuk membangun relasi kerja
Skor > 60,0 – 70,0 sama dan komitmen dalam melaksanakan kegiatan literasi.
Cukup 1.b. Pelatihan guru dan tenaga kependidikan dalam menerapkan
Skor > 70,0 – 80,0 literasi pada pembelajaran.
3.c. Penyediaan pojok baca, baik di tiap kelas maupun di tempat-
tempat strategis di sekolah.
3.g. Pelaksanaan kampanye literasi.
5.c. Pembentukan tim literasi sekolah yang terdiri atas kepala
sekolah, pengawas, guru, dan wakil orang tua siswa dengan
tugas memantau berjalannya kegiatan-kegiatan literasi di
sekolah.

Baik 1.c. Forum diskusi bagi warga sekolah untuk mengembangkan


Skor kegiatan literasi dan menigkatkan kemampuan berliterasi.
> 80,0 – 90,0 5.d. Pembuatan kebijakan yang mengatur kegiatan literasi di
sekolah sehingga dapat memaksimalkan keterlibatan semua
warga sekolah.
Amat baik 2.a. Penyediaan bahan bacaan nonpelajaran yang beragam.
Skor > 90,0 – 100 3.a. Pengembangan sarana penunjang yang membentuk ekosistem
kaya literasi.
3.d. Pengoptimalan perpustakaan sekolah.
5.a. Pengalokasian anggaran untuk mendukung literasi di sekolah.
5.b. Pengalokasian waktu atau jadwal khusus untuk melakukan
berbagai kegiatan literasi di sekolah.

Setiap sekolah, memiliki input yang Pemerintah Daerah Kabupaten Batang,


berbeda-beda. Beberapa komponen masuk perlu bekerja sama mencari solusi untuk
dalam kriteria amat baik, baik, cukup, mengoptimalkan input, terutama yang
sedang, dan kurang. Sekolah dan

RISTEK: Jurnal Riset, Inovasi dan Teknologi Page 96


masuk kriteria kurang, sehingga minimal hambatan dalam pelaksanaan Gerakan
naik menjadi kategori cukup. Literasi Sekolah yang mencakup tahap:
pembiasaan, pengembangan, dan
Evaluasi proses pembelajaran. Rata-rata prosentase skor
Evaluasi proses digunakan untuk hasil analisis evaluasi proses tahap
menganalisis tujuan penelitian yang ketiga, pembiasaan adalah 77 dengan kategori
yaitu mengetahui apakah hambatan- cukup (Tabel 2).

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Analisis Evaluasi Proses Tahap Pembiasaan


Kriteria Evaluasi Proses Tahap Pembiasaan
Kurang 2 Kegiatan 15 menit membaca telah berjalan selama minimal 1
Skor ≤60 semester.
9 Sekolah berupaya melibatkan publik (orang tua, alumni, dan
elemen masyarakat) untuk mengembangkan kegiatan literasi
sekolah.
Sedang 3 Siswa memiliki jurnal membaca harian.
Skor > 60,0 – 70,0 6 Ada poster-poster kampanye membaca di kelas, koridor,
dan/atau area lain di sekolah
7 Ada bahan kaya teks yang terpampang di tiap kelas.
Cukup 8 Kebun sekolah, kantin, dan UKS menjadi lingkungan yang
Skor > 70,0 – 80,0 bersih, sehat dan kaya teks. Terdapat poster-poster tentang
pembiasaan hidup bersih, sehat, dan indah.
Amat baik 1 Ada kegiatan 15 menit membaca (membaca dalam hati,
Skor > 90,0 – 100 membacakan nyaring) yang dilakukan setiap hari (di awal,
tengah, atau menjelang akhir pelajaran).
4 Guru, kepala sekolah, dan/atau tenaga kependidikan menjadi
model dalam kegiatan 15 menit membaca dengan ikut membaca
selama kegiatan berlangsung.
5 Ada perpustakaan, sudut baca di tiap kelas, dan area baca yang
nyaman dengan koleksi buku nonpelajaran.
10 Kepala sekolah dan jajarannya berkomitmen melaksanakan dan
mendukung gerakan literasi sekolah

Rata-rata prosentase skor hasil analisis adalah 67 dengan kategori sedang (Tabel
evaluasi proses tahap pengembangan 3).

RISTEK: Jurnal Riset, Inovasi dan Teknologi Page 97


Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Analisis Evaluasi Proses Tahap Pengembangan
Kriteria Evaluasi Proses Tahap Pengembangan
Kurang 3 Siswa memiliki portofolio yang berisi kumpulan jurnal
Skor ≤60 tanggapan membaca.
6 Jurnal tanggapan membaca siswa dipajang di kelas dan/atau
koridor sekolah.
8 Ada penghargaan terhadap pencapaian siswa dalam kegiatan
literasi secara berkala.
10 Ada bahan kaya teks yang terpampang di tiap kelas, koridor,
dan area lain di sekolah.
12 Ada kegiatan perayaan hari-hari tertentu yang bertemakan
literasi.
Sedang 5 Tagihan lisan dan tulisan digunakan sebagai penilaian
Skor > 60,0 – 70,0 nonakademik.
Cukup 2 Ada berbagai kegiatan tindak lanjut dalam bentuk
Skor > 70,0 – 80,0 menghasilkan tanggapan secara lisan maupun tulisan.
9 Ada poster-poster kampanye membaca.
Baik 4 Guru menjadi model dalam kegiatan 15 menit membaca dengan
Skor ikut membaca selama kegiatan berlangsung.
> 80,0 – 90,0 11 Ada kegiatan akademik yang mendukung budaya literasi
sekolah, misalnya: wisata ke perpustakaan atau kunjungan
perpustakaan keliling ke sekolah.
Amat baik 1 Ada kegiatan 15 menit membaca:
Skor > 90,0 – 100 a. Membaca dalam hati dan/atau
b. Membacakan nyaring, yang dilakukan setiap hari (di awal,
tengah, atau menjelang akhir pelajaran).
7 Perpustakaan, sudut baca di tiap kelas, dan area baca yang
nyaman dengan koleksi buku non-pelajaran dimanfaatkan untuk
berbagai kegiatan literasi.
13 Ada Tim Literasi Sekolah yang dibentuk oleh kepala sekolah
dan terdiri atas guru bahasa, guru mata pelajaran lain, dan
tenaga kependidikan.

Rata-rata prosentase skor hasil analisis


evaluasi proses tahap pembelajaran adalah
57 dengan kategori kurang (Tabel 4).

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Analisis Evaluasi Proses Tahap Pembelajaran


Kurang 1 Kegiatan membaca pada tempatnya (selain 15 menit sebelum
Skor ≤ 60 pembelajaran) sudah membudaya dan menjadi kebutuhan warga
sekolah (tampak dilakukan oleh semua warga sekolah).
3 Ada pengembangan berbagai strategi membaca.
4 Kegiatan membaca buku nonpelajaran yang terkait dengan buku
pelajaran dilakukan oleh peserta didik dan guru (ada tagihan
akademik untuk siswa).
5 Ada berbagai kegiatan tindak lanjut dalam bentuk menghasilkan
tanggapan secara lisan maupun tulisan (tagihan akademik).
6 Siswa memiliki portofolio yang berisi kumpulan jurnal
tanggapan membaca minimal 12 (dua belas) buku nonpelajaran.

RISTEK: Jurnal Riset, Inovasi dan Teknologi Page 98


7 Melaksanakan berbagai strategi untuk memahami teks dalam
semua mata pelajaran (misalnya, dengan menggunakan peta
konsep secara optimal, misalnya tabel TIP (Tahu-Ingin-Pelajari),
tabel Perbandingan, Tangga Proses/Kronologis.
9 Tagihan lisan dan tulisan digunakan sebagai penilaian akademik.
10 Siswa menggunakan lingkungan fisik, sosial, afektif, dan
akademik disertai beragam bacaan (cetak, visual, auditori,
digital) yang kaya literasi di luar buku teks pelajaran untuk
memperkaya pengetahuan dalam mata pelajaran.

11 Jurnal tanggapan peserta didik dari hasil membaca buku bacaan


dan buku pelajaran (hasil tagihan akademik) dipajang di kelas
dan/atau koridor sekolah.
12 Ada penghargaan terhadap pencapaian peserta didik dalam
kegiatan berliterasi (berdasarkan tagihan akademik).
14 Ada bahan kaya teks terkait dengan mata pelajaran yang
terpampang di tiap kelas.
15 Ada unjuk karya (hasil dari kemampuan berpikir kritis dan
kemampuan berkomunikasi secara kreatif secara verbal, tulisan,
visual, atau digital) dalam perayaan hari-hari tertentu yang
bertemakan literasi.
18 Sekolah berjejaring dengan pihak eksternal untuk pengembangan
program literasi sekolah dan pengembangan profesional warga
sekolah tentang literasi.
Sedang 17 Tim Literasi Sekolah bertugas melakukan perencanaan,
Skor > 60,0 – 70,0 pelaksanaan, dan asesmen program literasi sekolah.
Cukup 2 Kegiatan lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam
Skor > 70,0 – 80,0 pelajaran diikuti kegiatan lain dengan tagihan non-akademik
atau akademik.
8 Guru menjadi model dalam kegiatan membaca buku
nonpelajaran dengan ikut membaca bukubuku pilihan
(nonpelajaran) yang dibaca oleh siswa.
13 Ada poster-poster kampanye membaca untuk memperluas
pemahaman dan tekat warga sekolah untuk menjadi pembelajar
sepanjang hayat.
Amat baik 16 Perpustakaan sekolah menyediakan beragam buku bacaan (buku-
Skor > 90,0 – 100 buku nonpelajaran: fiksi dan nonfiksi) 1yang diperlukan peserta
didik untuk memperluas pengetahuannya dalam pelajaran
tertentu.

Setiap sekolah, memiliki kualitas penting dilakukan, karena indikator yang


proses yang berbeda-beda. Beberapa masuk kriteria kurang, dapat menghambat
indikator proses masuk dalam kriteria amat pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah.
baik, baik, cukup, sedang, dan kurang.
Sekolah dan Pemerintah Daerah PEMBAHASAN
Kabupaten Batang, perlu bekerja sama Berdasarkan hasil kajian pustaka,
mencari solusi untuk mengoptimalkan evaluasi konteks yang terkait dengan
indikator proses, terutama yang masuk tujuan Gerakan Literasi Sekolah sudah
kriteria kurang, sehingga minimal naik dirumuskan secara jelas dan spesifik.
menjadi kategori cukup. Hal tersebut Tujuan Gerakan Literasi Sekolah

RISTEK: Jurnal Riset, Inovasi dan Teknologi Page 99


mencakup tujuan umum dan tujuan khusus. Evaluasi input dan proses, terkait
Tujuan Umum Gerakan Literasi Sekolah dengan ruang lingkup Gerakan Literasi
adalah untuk menumbuhkembangkan budi Sekolah mencakup lingkungan: fisik, sosial
pekerti siswa melalui pembudayaan dan afektif, dan akademik. Terdapat lima
ekosistem literasi sekolah yang komponen daya pendukung (input)
diwujudkan dalam Gerakan Literasi Gerakan Literasi Sekolah, yaitu: 1)
Sekolah agar mereka menjadi pembelajar penguatan kapasitas fasilitator, 2)
sepanjang hayat. Tujuan Khusus Gerakan peningkatan jumlah dan ragam sumber
Literasi Sekolah adalah: 1) bacaan bermutu, 3) perluasan akses
menumbuhkembangkan budaya literasi di terhadap sumber belajar dan cakupan
sekolah, 2) meningkatkan kapasitas warga peserta belajar, 4) peningkatan pelibatan
dan lingkungan sekolah agar literat, 3) publik, dan 5) penguatan tata kelola
menjadikan sekolah sebagai taman belajar (Kemdikbud, 2017). Evaluasi proses
yang menyenangkan dan ramah anak agar meliputi keterlaksanaan tahap:
warga sekolah mampu mengelola pembiasaan, pengembangan, dan
pengetahuan, serta 4) menjaga pembelajaran Gerakan Literasi Sekolah
keberlanjutan pembelajaran dengan (Retnaningdyah dkk, 2016). Kualitas input
menghadirkan beragam buku bacaan dan sangat menentukan keberhasilan proses
mewadahi berbagai strategi membaca Gerakan Literasi Sekolah.
(Retnaningdyah dkk, 2016). Kepala Feedback bagi sekolah dan Pemerintah
sekolah dan guru, perlu memahami tujuan Daerah Kabupaten Batang untuk
tersebut, sehingga Gerakan Literasi mengoptimalkan input yang masuk dalam
Sekolah dapat berjalan dengan baik. kriteria kurang (Tabel 5).

Tabel 5. Feedback Penyempurnaan Input dengan Kriteria Kurang


Input dengan Kriteria Kurang Feedback Penyempurnaan
1.b. Pelatihan guru dan tenaga kependidikan Menyelenggarakan pelatihan guru dan
dalam pembuatan mainan edukatif tenaga kependidikan dalam pembuatan
berbasis literasi. mainan edukatif berbasis literasi.
2.b. Penyediaan alat peraga dan mainan Menyediakan alat peraga dan mainan
edukatif yang mendukung kegiatan edukatif yang mendukung kegiatan literasi.
literasi.
2.c. Penyediaan bahan belajar literasi dalam Menyediakan bahan belajar literasi dalam
bentuk digital. bentuk digital.
2.d. Program menulis buku bagi siswa, Menyelenggarakan program menulis buku
guru, dan tenaga kependidikan. bagi siswa, guru, dan tenaga kependidikan.
3.b. Penyediaan laboratorium yang Menyediakan laboratorium yang berkaitan
berkaitan dengan literasi, misalnya, dengan literasi.
laboratorium bahasa, sains, finansial,
dan digital.
3.e. Penyelenggaraan open house oleh Menyelenggarakan open house oleh
sekolah yang sudah mengembangkan sekolah yang sudah mengembangkan
literasi. literasi.
3.f. Program pengimbasan sekolah. Menyelenggarakan program pengimbasan
sekolah.
4.a. Pelaksanaan sesi diskusi dengan tokoh Melaksanaan sesi diskusi dengan tokoh
atau pegiat berbagai bidang literasi atau pegiat literasi.
mengenai pengalaman dan pengetahuan

RISTEK: Jurnal Riset, Inovasi dan Teknologi Page 100


mereka terkait dengan bidang yang
mereka kuasai.
4.b. Pelaksanaan festival atau bulan literasi Melaksanakan festival atau bulan literasi.
yang melibatkan pakar, pegiat literasi,
dan masyarakat umum.
4.c. Pelibatan BUMN dan DUDI dalam Melibatkan BUMN dan DUDI dalam
pengadaan bahan bacaan dan kegiatan pengadaan bahan bacaan dan kegiatan
literasi di sekolah. literasi di sekolah.

Pemerintah Daerah Kabupaten Batang Batang yang pernah mengikuti kegiatan


perlu bekerjasama dengan lembaga yang tersebut dapat dilibatkan.
dapat melatih guru untuk membuat mainan Feedback bagi sekolah dan Pemerintah
edukatif berbasis literasi dan menulis buku Daerah Kabupaten Batang untuk
bagi peserta didik, guru, dan tenaga menyempurnakan proses Gerakan Liteasi
kependidikan. Beberapa guru di Kabupaten Sekolah tahap pembiasaan adalah sebagai
berikut:

Tabel 6. Feedback Penyempurnaan Tahap Pembiasaan


Indikator Tahap Pembiasaan dengan Kriteria Feedback Penyempurnaan
Kurang
2 Kegiatan 15 menit membaca telah berjalan Mengevaluasi kembali kegiatan 15
selama minimal 1 semester. menit membaca pada semester atau
tahun pelajaran berikutnya.
9 Sekolah berupaya melibatkan publik (orang tua, Melibatkan publik untuk
alumni, dan elemen masyarakat) untuk mengembangkan kegiatan literasi
mengembangkan kegiatan literasi sekolah. sekolah.

Feedback bagi sekolah dan Pemerintah Sekolah tahap pengembangan adalah


Daerah Kabupaten Batang untuk sebagai berikut (Tabel 7).
menyempurnakan proses Gerakan Liteasi

Tabel 7. Feedback Penyempurnaan Tahap Pengembangan


Indikator Tahap Pengembangan dengan Feedback Penyempurnaan
Kriteria Kurang
3 Siswa memiliki portofolio yang berisi Disediakan jurnal tanggapan membaca
kumpulan jurnal tanggapan membaca. untuk siswa.
6 Jurnal tanggapan membaca siswa dipajang Memajang jurnal tanggapan membaca
di kelas dan/atau koridor sekolah. siswa di kelas dan/atau koridor
sekolah.
8 Ada penghargaan terhadap pencapaian Memberi penghargaan terhadap
siswa dalam kegiatan literasi secara pencapaian siswa dalam kegiatan
berkala. literasi secara berkala.
10 Ada bahan kaya teks yang terpampang di Menyediakan bahan kaya teks yang
tiap kelas, koridor, dan area lain di terpampang di tiap kelas, koridor, dan
sekolah. area lain di sekolah.
12 Ada kegiatan perayaan hari-hari tertentu Mengadakan kegiatan perayaan hari-
yang bertemakan literasi. hari tertentu yang bertemakan literasi.

RISTEK: Jurnal Riset, Inovasi dan Teknologi Page 101


Feedback bagi sekolah dan Liteasi Sekolah tahap pembelajaran adalah
Pemerintah Daerah Kabupaten Batang sebagai berikut (Tabel 8).
untuk menyempurnakan proses Gerakan

Tabel 8. Feedback Penyempurnaan Tahap Pembelajaran


Indikator Tahap Pembelajaran dengan Kriteria Feedback Penyempurnaan
Kurang
1 Kegiatan membaca pada tempatnya (selain 15 menit Kampanye budaya membaca
sebelum pembelajaran) sudah membudaya dan 15 menit.
menjadi kebutuhan warga sekolah (tampak dilakukan
oleh semua warga sekolah).
3 Ada pengembangan berbagai strategi membaca. Pelatihan pengembangan
berbagai strategi membaca.
4 Kegiatan membaca buku nonpelajaran yang terkait Kampanye membaca buku.
dengan buku pelajaran dilakukan oleh peserta didik
dan guru (ada tagihan akademik untuk peserta didik).
5 Ada berbagai kegiatan tindak lanjut dalam bentuk Kegiatan resensi buku.
menghasilkan tanggapan secara lisan maupun tulisan
(tagihan akademik).
6 Siswa memiliki portofolio yang berisi kumpulan Memfasilitasi siswa membuat
jurnal tanggapan membaca minimal 12 (dua belas) portofolio.
buku nonpelajaran.
7 Melaksanakan berbagai strategi untuk memahami Melaksanakan berbagai
teks dalam semua mata pelajaran (misalnya, dengan strategi untuk memahami teks
menggunakan peta konsep secara optimal, misalnya dalam semua mata pelajaran.
tabel TIP (Tahu-Ingin-Pelajari), tabel Perbandingan,
Tangga Proses/Kronologis.
9 Tagihan lisan dan tulisan digunakan sebagai Tagihan lisan dan tulisan
penilaian akademik. GLS.
10 Siswa menggunakan lingkungan fisik, sosial, afektif, Tugas proyek literasi.
dan akademik disertai beragam bacaan (cetak, visual,
auditori, digital) yang kaya literasi di luar buku teks
pelajaran untuk memperkaya pengetahuan dalam
mata pelajaran.
11 Jurnal tanggapan peserta didik dari hasil membaca Memajang jurnal tanggapan
buku bacaan dan buku pelajaran (hasil tagihan membaca peserta didik di
akademik) dipajang di kelas dan/atau koridor kelas dan/atau koridor
sekolah. sekolah.
12 Ada penghargaan terhadap pencapaian peserta didik Penghargaan literasi.
dalam kegiatan berliterasi (berdasarkan tagihan
akademik).
14 Ada bahan kaya teks terkait dengan mata pelajaran Lomba penataan kelas
yang terpampang di tiap kelas. literasi.
15 Ada unjuk karya (hasil dari kemampuan berpikir Showcase hasil literasi.
kritis dan kemampuan berkomunikasi secara kreatif
secara verbal, tulisan, visual, atau digital) dalam
perayaan hari-hari tertentu yang bertemakan literasi.
18 Sekolah berjejaring dengan pihak eksternal untuk Membangun jejaring dengan
pengembangan program literasi sekolah dan pihak eksternal untuk
pengembangan profesional warga sekolah tentang pengembangan program
literasi. literasi.

RISTEK: Jurnal Riset, Inovasi dan Teknologi Page 102


SARAN
Berdasarkan hasil evaluasi dan Retnaningdyah, Pratiwi dkk. 2016.
feedback Gerakan Literasi Sekolah, Panduan Gerakan Literasi Sekolah
di Sekolah Menengah Pertama.
Pemerintah Kabupaten Batang dapat
Jakarta: Direktorat Jenderal
mengambil program prioritas sebagai Pendidikan Dasar dan Menengah
berikut: (1) Menyelenggarakan program Kementerian Pendidikan Dan
pelatihan menulis buku bagi guru; (2) Kebudayaan.
Kampanye budaya membaca 15 menit; dan
(3) Showcase hasil literasi tingkat Sary,Intan Rahima dkk. 2017. Petunjuk
Kabupaten Batang. Teknis Program Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan (PKB).
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
DAFTAR PUSTAKA Kependidikan, Kementerian
Kemdikbud. 2017. Panduan Gerakan Pendidikan dan Kebudayaan.
Literasi Nasional. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan: Sugiyono. 2013. Cara Mudah Menyusun:
Jakarata. Skripsi, Tesis, dan Disertasi.
Alfabeta: Bandung.
Laksono, Kisyani. 2018. Strategi Literasi
dalam Pembelajaran di Sekolah Sundayana, Rostina. 2014. Statistika
Menengah Pertama (Materi Penelitian Pendidikan. Alfabeta:
Penyegaran Instruktur Kurikulum Bandung.
2013). Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan: Jakarta.

RISTEK: Jurnal Riset, Inovasi dan Teknologi Page 103

Anda mungkin juga menyukai