Anda di halaman 1dari 2

Nama: Samuel Siahaan

NIM: 2240740002
Matkul: Manajemen Risiko Keuangan Perusahaan

PT BANK GLOBAL
14 DESEMBER 2004

Bank Indonesia memutuskan membekukan kegiatan usaha PT Bank Global Internasional


Tbk. Pembekuan itu dilakukan karena capital adequation ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal
minus 39 persen dan melanggar ketentuan giro wajib minimum."Pemeriksaan yang dilakukan BI
menunjukan kondisi keuangan bank bersangkutan dari waktu ke waktu terus memburuk karena
bank telah melakukan penempatan dalam surat berharga fiktif dan pemberian kredit fiktif," kata
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Miranda Gultom saat jumpa pers mengenai hasil rapat
Dewan Gubernur BI di gedung BI, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Senin (13/12/2004).Menurut
Miranda, sebelum dilakukan pembekuan berbagai langkah penyehatan juga telah diminta oleh BI
kepada pengurus seperti penyetoran tambah modal dari pemegang saham pengendali dengan batas
waktu selambat-lambatnya 13 Desember 2004 yang ternyata tidak dapat dipenuhi. Bank Global,
kata Miranda, juga telah ditempatkan dalam pengawasan khusus sejak 27 Oktober 2004.
Pembekuan usaha dilakukan karena direksi juga tidak menunjukan itikad baik untuk memenuhi
yang tercermin dari adanya upaya menghalangi jalannya pemeriksaan polisi, serta ingkar janji
terhadap berbagai pernyataan dan komitmen tertulis yang telah ditandatangani di hadapan pejabat
BI.Ditambahkan Miranda, direksi dan pejabat ekskutif serta beberapa karyawan bank diduga telah
melakukan tindak pidana di bidang perbankan berupa merusak dan upaya menghilangkan
dokumen atau berkas warkat bank. Keputusan pembekuan usaha dilakukan setidaknya mencakup
empat maksud, yakni melindungi kepentingan nasabah bank, mengamankan aset dan dokumen
bank, memperkecil kemungkinan kerugian negara, menghindari kondisi bank yang semakin
memburuk.Pembekuan kegiatan usaha tersebut dimulai pada tanggal 14 Desember 2004 dan
berlaku selama-lamanya satu bulan dengan maksud; untuk melengkapi kembali data dan dokumen
yang telah sempat dihilangkan oleh direksi dan pejabat eksekutif serta beberapa karyawan bank.
Kedua untuk memberikan kesempatan kepada unit pelaksana penjaminan pemerintah (UP3) untuk
melakukan langkah-langkah koordinasi dalam rangka pelaksanaan program penjaminan
pemerintah.Sementara itu, Direktur Pengawasan Bank I, Anton Tarihorang menyebutkan bahwa
jumlah kredit fiktif sebenarnya tidak terlaku besar yakni sekitar Rp 30 miliar. Namun untuk
obligasi fiktif jumlahnya cukup besar karena dari total obligasi yang sebesar Rp 800 miliar
berdasarkan laporan keuangan Desember 2004 versi Bank Global ternyata telah diverifikasi tidak
lebih dari separuhnya yang telah disetor ke kustodian.BI saat ini telah bekerja sama dengan pihak
kepolisan untuk melakukan langkah-langkah pengamanan yang dilakukan. BI juga telah meminta
bantuan kepada pihak berwajib untuk mencekal para direksi Bank Global bepergian ke luar
negeri.BI mengimbau agar karyawan Bank Global bersikap kooperatif dan membantu kelancaran
jalannya pemeriksaan yang saat ini sedang berlangsung. "Kita juga mengimbau nasabah tetap
tenang karena program penjaminan pemerintah masih berlaku. BI akan berkordinasi dengan UP3
untuk pelaksanaannya," ungkap Miranda. Berdasarakan data awal setidaknya dana pihak ketiga
yang terdapat bukti-buktinya sekitar Rp 1 triliun. "Angka terakhir penjaminannya perlu dilakukan
verifikasi. Jadi bukan berarti beban pemerintah untuk penjaminan akan sebesar Rp 1 triliun,"

Bank Global Ditutup Negara Rugi Rp. 300 Miliar


Negara diperkirakan akan mengalami kerugian sedikitnya Rp 300 miliar, akibat aset yang dimiliki
Bank Global lebih kecil dari kewajibannya, hanya Rp 458 miliar, sementara kewajibannya
mencapai Rp 758 miliar.
Direktur Pengawasan Bank I Bank Indonesia Anton Tohihoran mengatakan perkiraan tersebut
merupakan selisih antara aset sementara yang dimiliki Bank Global Rp. 458 miliar dan total dana
pihak ketiga (DPK) yang mencapai Rp 758 miliar. Padahal, per September 2004 total aset Bank
Global tercatat Rp 1,848 triliun kendati Rp 800 miliar diantaranya di duga bodong. Kasus Bank
Global ini juga melibatkan Bapepam karena terkait dengan penjualan reksa dana fiktif dan
peringkat obligasi yang kemudian dipertanyakan. Kendati demikian, tambah Anton, pemerintah
masih meneliti lebih lanjut angka sebenarnya dari aset maupun DPK yang dimiliki Bank Global,
pasalnya pemerintah mengalami kesulitan dalam mendata aset maupun DPK sebab terdapat
sejumlah dokumen yang rusak dan hilang. Segera setelah langkah penutupan ini, menurut Anton,
pengelola sementara Bank Global akan segera menyerahkan daftar nominative DPK ke Depkeu.
Dalam satu bulan, pemerintah akan melakukan rekonsiliasi DPK. Dia melanjutkan, Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) juga akan segera melakukan verifikasi lebih
lanjut mengenai kewajiban bank itu. Selanjutnya, dari hasil verifikasi yang dilakukan BPKP, akan
dijadikan dasar bagi Unit Pelaksana Penjaminan Pemerintah (UP3) untuk membayar nasabah.
Menurut dia, verifikasi akan makan waktu paling lambat tiga minggu setelah pencabutan. Pada
saat kesempatan berbeda, Bunbunan Hutapea, Deputi Gubernur Bank Indonesia, juga menjelaskan
pengesahan penutupan ini tidak diawali dengan rapat umum pemegang saham karena direksi bank
Global, Irawan Salim dan Rico Santoso saat ini berada di luar negeri . \"RUPS nanti akan disahkan
oleh pengadilan dan pemerintah menunjukan Irawan Salim sebagai PSP (Pemegang Saham
Pengendali),\" jelas Bunbunan Hutapea. Menurut dia, langkah ini merupakan cara terakhir yang
ditempuh pemerintah karena selama dalam usaha penyelesaian para direksi tidak menunjukan
usaha sungguh-sungguh menjalankan komitment tertulis yang ditandatangani di depan pejabat
Bank Indonesia. (Bisnis Indonesia, 14/01/05) (JWS).

Anda mungkin juga menyukai