Kelompok 5 Hukum Perlindungan Konsumen
Kelompok 5 Hukum Perlindungan Konsumen
dalam HPK
Dosen Pengampu
Yusriaina,SH.,MA.
Disusun Oleh
Noviana :210102162
Farah saima : 21010224
M.Aulia ul haqq :210102218
Jihadil Walidi Askar : 210102186
Muhammad Rivaldi :210102274
Perlindungan konsumen pada saat ini tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
perdagangan.Dalam kegiatan peraangan ini diharapkan menimbulkan keseimbangaan
hak dan kewajiban antara pelaku usaha dan konsumen. Di indonesia saat ini
perlindungan konsumen mendapat perhatian yang cukup baik,karena menyangkut
aturan untuk menciptakan kesejahteraan dan makmur.Negeri-negeri yang sekarang ini
disebut negara-negara maju telah menempuh pembangunannya melalui tiga
tingat:unifikasi,industrialisasi dannegara kesejahteraan.pada tingkat yang pertama yang
menjadi masalah berat adalah bagaimana mencapai integritas politik untuk menciptakan
persatuan dan kesatuan nasional.Tingkat kedua perjuangan untuk pembangunan
ekonomi dan modernisasi politik,akhirnya pada tingkat tugas negara yang utama
adalaah melindungi rakyat dari sisi negatif industrial,membentuk keslahaan-kesalahan
pada tahap sebelumnya dengan menekankan kesejahteraan.
Dalam pasal 28 j ayat 1 perubahan yang kedua undang-undang dasa Republik indonesia
tahun 1945 mengatur mengenai ‘Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia
rang lain dalam dalam tertib kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara
“sebagaimana diketahui dengan adanya globalisasi dan perkembangan perekonomian
modern telah menghasilkan brbagaijenis dan variasi barang dan atau jasa yang dapat
diknsumsikan oleh masyarakat .
Secara umum dan mendasar hubungan anatara produsen (perusahaan penghasil barang
dan atau jasa) dan Konsumen (pemakai akhir dari barang dan atau jasa untuk diri sendiri
atau keluargannya )merupakan hubungan yang terus menerus atau
berkesinambungan.Hubungan tersebut terjadi karena keduannya meemang saling
menghendaki dan mempunyai tingkat ketergantungan yang cukup tinggi antara yang
satu dengan yang lainnya.produsen sangat membutuhkan da sangat bergantung atas
dukungan konsmen sebagai pelanggan.tanpa dukungan konsumen tida mungkin
produsen dapat terjamin kelangsungan usahannya,produk barang dan jasa yang
digunaan untuk memenuhi kbutuhan.hidup manusia semakin lama semakin lama
semakin cangih,sehingga tmbul kesenjangan terhadap kebenaran informasi dan daya
tanggap konsumen.dengan posisi konsumen yang lemah ini,produsn atau pelaku usaha
akan dengan mudah memassarkan setiap barang dan atau jasa tanpa memperhatikan hak
hak konsumen.
Untuk meningkatkan harkat danartabat konsumen maka perlu ditingkaka haarkat dan
martabatkonsumenmakperludiingkatkan
kesadaran,pengetahuan,kepedulian,keemampuan,dan kemadirian konsumen untuk
melindungi diri serta menumbuh kembangkan sikap pelaku ushaa yang bertanggung
jawab.kewajiban untuk menjamin keamanan suatu produk agar tidak menimbulkan
kerugian produk agar tidak menimbulkan kerugian kepada konsumen dibebankan
kepada pelaku usaha dan produsen,karena pihak pelaku usaha dan produsen yan
mengetahui komposisi dan masalah-masalah yang menyangkut keamanan suatu produk
tertentu.
Dalam undang- undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen pasal 4
menjelaskan bahwa salah satu hak dari konsumen adalah hak atas
kenyaman,keamanan,dan keselamatan dalam mengkonsumsikan baang dan atau jasa.
Sebuah kasusu yan ditemukan oleh Dinas perindustrian,perdagangaan dan koperasi
kabupaten manggarai Nusa Tenggara TIMUR,pada tahun 2012 sebnyak 25 toko atau
kios yang menjual atau mengedarkan bahwa makanan dan minuman di
swalayan,warung atau kis keci tanpa memperhatikan batas kadarluarsa dari maknaan
dan minuman,demikian dikatakan daari makanan dan minuman ,demikian yang
dikatakan oleh sekretaris Dinas Perindustria,perdagangan,dan koperasi kabupaten
menggarai bapak Drs.Marselius bandar.Dari hasil operasi penerbtan makanan dan
minuman yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten menggarai melalui ti terpadu yang
terdiri dari Dinas Perindustrian perdagangan,koperasi,Dinas Kesehatan,Polisi Pamong
Praja,dan Polres Menggarai mnunjukkan bahwa banyak jenis maknaa dan minman yang
kadarluarsa tetapi masih dipandang sbeelah mata oleh pelaku usaha serta pemerintah
daerah yang bertanggung jawab trhadap perlindungan konsumen di daerah ssuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangna yang berlaku.tindakan yang diambil oleh
pemerintah daerah melalui tim terpadu terbatas pada penyitaan bahan makaan dan
mnuman yang kadarluarsa dan diserai dengan berita acara penarikan dan
pemusnahan.hal ini dilakukan dalam rangkaa pelaku usaha.akan tetapi,tindakan lainnya
yaang berupa tindakan aadministratif yaitu berupa membei perigatan,pencabutan izin
ushaa serta tindakan hukum berupa melaporkan pelaku usaha yang masih menjual
bahan makanan daan minuman yang kadarluarsaa kepada penegah hku sama skali
belum ada.dengan kata lain lemahnya penegakan hukum terhadap perlindungan
konsumen.
Menurut pemaklah bahwa titik berat dari pengawasan yang diserahkan kepada
masyarakat dan lmbaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat sesuai dngan
ketnatuan pasal 30 UUPK bukanlah tugas yang mudah dilakukan.
Akan tetapi dnga lahirnya peraturan pemerintah Nomor 58 tahun 2001 tentang
pembinaan dan pengawasan pnyelenggaraan perlindungan kosumen,bahwa
ketidakjelasan peran pemerintsh yang seolah hanya menyerahkan tugas pengawasan
kepada masyarakat dan lembaga perlindungan konsumen swadaya Masyarakat
(LPKSM)sebagaimana diuraikan,kini menjadi jelas.Oleh karena dalam praturan ini
pemerintah telat ikut aktif melakukan pengawasan sebagaimana masyarakat dan
LPKSM.
B.Rumusaan Masalah
PEMBAHASAN
Konsep Pembinaan dan pngawasan oleh lembaga atau instansi dalam Hukum
Prlindungan Konsumen dalam Hukum Perlindungan konsumen,terdapat Konsep
pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh lembaga atau instansi terkait.Konsep
ini bertujuan untuk melindungi hak-hak konsumen dan memastikan bahwa pelaku usaha
memauhi peraturan yang berlaku.Salah satu konsumen di ndonesia adalah Otoritas jasa
keuangan (ojk)memiliki beberapa Prinsip dalam menjalankan Tugasnnya diantara lain:
a. Integritas ojk bertindak objktif,adil,dan konsisten sesuai dengan kode etik dan
kebijakan organisasi dengan menjunjung Tinggi kejujuran dan Komitmen
Selain OJK terdapat juga beberapa lembaga lain yang trlibat dalam pembinaan dan
pengawasan perlindungan konsumen di indonesia,seperti Dinas penindustrian,dan
perdagangan,lembaga prlindungankonsumen swadaya masyarakat,Lembaga atau
instansi tersebut memiliki peran dalam melakukan kegiatan pembinaan dan pengawasan
antara lain
Pembinaan dan pengawasan perlindungan konsumen diatur dalam pasal 29 dan pasal 30
undang-undang No 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.Untuk melaksanakan
ketentuan pasal 29 dan pasal 30 Undang-undang ini kemudian diterbitkan peraturan
pemerintah Republik Indonesia no.58 tahun 2001 penyelenggaraan perlindungan
konsumen
-Menteri kesehatan
-Terciptanya iklim usaha dan tumbuhnya hubungan yang sehat antara plaku
usaha dan konsumen
Ketenuan tentang pengawasan yang diperankan oleh masyarakat tersebut sama dngan
ketentuan pengawasan yang diperankan oleh LPKSM hanya saja terakhir ini
mensyaratkan penelitian ,pengujian,survei yang dilakukan oleh LPKSM harus di
dasarkan pada adanya duhgaan bahwa produk yang menjadi objek penelitian ,pengujian
dan survei tidak memenuhi unsur keamanan,ksehatan kenyamanan dan keselamatan
konsumen.Yang dimana syarat ini tidak dikenal dalam penelitian,pengujian dan/survei
yang dilakukan pihak LPKSM ditentukan di dalam pasal 10 peraturan pemerintah
Nomor 58
Indonesia dengan jumlah populasi lebih dari dua ratus enam puluh lima juta jiwa
dan tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi menjadi pasar yang potensial bagi banyak
negara. Semakin banyak barang yang beredar, maka semakin besar kemungkinan
terjadinya sengketa antara pelaku usaha dan konsumen, maka diperlukan peran lebih
dari pemerintah, untuk itu perlu diperkuat kelembagaan yang berkaitan dengan
perlindungan konsumen.
Problematika yang muncul dengan kehadiran LPKSM adalah kelanjutan dari fungsi
serupa yang selama ini telah dijalankan oleh lembaga-lembaga konsu- men sebelum
berlakunya UUPK. Ada pandangan kehadiran LPKSM merupakan bentuk intervensi
negara terhadap kebebasan berserikat dan berkumpul dari kelompok masyarakat, namun
di sisi lain, ia diperlukan untuk memberikan jaminan accountability lembaga-lembaga
konsumen tersebut, sehingga kehadiran LPKSM ini betul-betul dirasakan manfaatnya
oleh masyarakat.
LPKSM sebagai salah satu lembaga yang didukung oleh berbagai regulasi sebagai
harapan bagi masyarakat Indonesia (konsumen) akan adanya bentuk perlindungan dan
juga advokasi yang terpadu serta adanya kemudahan akses bagi seluruh kalangan
masyarakat, perlu untuk ditinjau efektifitas serta bagaimana kinerjanya di lapangan.
Sebagai bukti empiris, berikut penulis akan memberikan beberapa kondisi aktual
mengenai efektifitas serta langkah konkrit yang diupayakan oleh berbagai LPSKM di
seluruh wilayah Indonesia untuk menjamin agar hak-hak konsumen bisa terlindungi
serta senantiasa berupaya untuk meningkatkan kesadaran kritis konsumen tentang hak
dan tanggung jawabnya sebagai konsumen, sehingga dapat melindungi dirinya, keluarga
serta lingkungan. Data berikut merupakan laporan kinerja direktorat pemberdayaan
konsumen sebagai rujukan, yang kemudian akan penulis pilah datanya yang berkaitan
dengan LPKSMyakni sebagai berikut: 1Persentase Lembaga Perlindungan Konsumen
Swadaya Masyarakat yang aktif sebesar 60,09% sehingga realisasi tahun 2021 sebesar
100,15%Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2020 sebesar 62,31% maka capaian
tahun. 2021 mengalami sedikit penurunan 22. Persentase pemahaman SDM Lembaga
Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) teredukasi terkait standar
perlindungan konsumen pada. tahun 2021 sebesar 57,74%Dari target yang ditetapkan
untuk tahun 2021 yaitu 55% maka capaian kinerja mencapai 108,98%Jika dibandingkan
dengan capaian tahun 2020 (103.85%)maka pada tahun 2021 mengalami kenaikan
capaian.
2
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo,Hukum perlindungan Konsumen,2005,hal.185
C.Tujuan dari Pembinaan dan Pengawasan dalam Hukum Perlindungan
Konsumen
3
Harish amid. Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia. CV SAH MEDIA, Makassar, 2017. Hal. 2
4
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo.Hukum Perlindungan Konsumen. PT Raja Grafindo, Jakarta, 2004.
Hal. 25
2. Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan
secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku
usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil.
3. Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara
kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materil dan
spiritual.
4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk memberikan
jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penngunaan,
pemakaian, dan pemanfaatan barang/jasa yang dikonsumsi atau digunakan.
5. Asas kepastian hukum dimaksudkan agar pelaku usaha maupun konsumen
menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam menelenggarakan perlindungan
konsumen, serta Negara menjamin kepastian hukum.
Salah satu upaya yang sangat penting dilakukan oleh dinas kesehatan adalah dengan
melindungi masyarakat dari kemungkinan yang dapat menimbulkan gangguan dan
bahaya terhadap kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh produk makanan yang
5
Abdul Halim Barkatullah. Framewok Sistem Perlindungan Hukum Bagi Konsumen di Indonesia. Nusa
Media, Bandung, 2016. Hal 17.
6
Imam taufiq Analisis yuridis konsumen terhadap makanan kadaluarsa di wilayah kabupaten sukuhorjo
2017,hal.7
trcemar oleh bakteri dikarenakan makanan yang kadaluarsa dan hal ini dapat merugikan
masyarakat upaya pertama yang dilakukan oleh dinas kesehatan adalah mensurvei
keamanan pangan pada pelaku usaha.Dinas Kesehatan memberikan saran kepada pelaku
usaha untuk memberikan label di setiap makanan yang diproduksi yang berfungsi untuk
memberikan informasi pada kemasan produk pangan, dan diharapkan konsumen tidak
keliru dalam menentukan dan mendapat jaminan kualitas dan kuantitas produk. Agar
pelaku usaha tidak melakukan pelanggaran terhadap Pasal 8 ayat (1) huruf i UUPK
tentang label produk maka akan dikenakan sanksi sebagaimana disebutkan dalam Pasal
62 UUPK. Adapun Sanksi dari Pasal 8 ayat (1) huruf i UUPK di atas sudah jelas bahwa
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling
banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah). Namun pihak Dinkes tidak memiliki
wewenang untuk memberikan sanksi atau pelanggaran sebagaimana disebut Pasal 8 ayat
(1) huruf i UUPK kepada para pelaku usaha
KESIMPULAN
Konsep Pembinaan dan pengawasan oleh lembaga atau instansi dalam Hukum
Prlindungan Konsumen dalam Hukum Perlindungan konsumen,terdapat Konsep
pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh lembaga atau instansi terkait.Konsep
ini bertujuan untuk melindungi hak-hak konsumen dan memastikan bahwa pelaku usaha
memenuhi peraturan yang berlaku.
Pembinaan dan pengawasan perlindungan konsumen diatur dalam pasal 29 dan pasal
30 undang-undang No 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.Untuk
melaksanakan ketentuan pasal 29 dan pasal 30 Undang-undang ini kemudian diterbitkan
peraturan pemerintah Republik Indonesia no.58 tahun 2001 penyelenggaraan
perlindungan konsumen
LPKSM adalah kelanjutan dari fungsi serupa yang selama ini telah dijalankan oleh
lembaga-lembaga konsu- men sebelum berlakunya UUPK. Ada pandangan kehadiran
LPKSM merupakan bentuk intervensi negara terhadap kebebasan berserikat dan
berkumpul dari kelompok masyarakat, namun di sisi lain, ia diperlukan untuk
memberikan jaminan accountability lembaga-lembaga konsumen tersebut, sehingga
kehadiran LPKSM ini betul-betul dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Tujuan dari pembinaan dan juga pengawasan menghindari kemungkinan adanya
terjadinya penyelewengan atau penyimbangan baik itu yang bersifat pross atau prosedur
maupun kewenangan dan tujuan dari pembinaan untuk mningkatkan mutu kerj,usaha
tindakan dari pemerintah dalam melihat kinerja suatu lembaga guna untuk memperoleh
hasil yang lebih baik dan pemerintah dapat mengontrosl apa -apa saja ketidak sesuaian
yang terjadi di dalam lembaga tersebut.
Daftar Pustaka
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo,Hukum perlindungan Konsumen,2005,hal 187
Hani Handoko dan Basu Swasta, Manajemen Pemasaran Analisis Prilaku Konsumen,
(Yogyakarta: BPEE, 2000), 10
Dr.iur.Chairul Fahmi,M.A,Hukum dagang Indonesia,terbitan Bandar publishing
Analisis perilaku konsumen terhadap keputusan pembelian,Indah wahyu Utami,2017
Penerbit : CV PUSTAKA BENGAWAN
Hukum perlindungan Konsumen,Celine Tri Siwi Kristiyanti,S.H.,M.HUM.,sinar
Grafika,2019