Anda di halaman 1dari 19

Analisis tentang Konsep Pembinaan dan pengawasan oleh lembaga atau instansi

dalam HPK

Dosen Pengampu
Yusriaina,SH.,MA.

Disusun Oleh
Noviana :210102162
Farah saima : 21010224
M.Aulia ul haqq :210102218
Jihadil Walidi Askar : 210102186
Muhammad Rivaldi :210102274

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH
2023
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................


DAFTAR ISI.....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................
A.Latar Belakang Masalah......................................................................................
B.Rumusan Masalah ................................................................................................
C.Tujuan Masalah....................................................................................................
BA II PEMBAHASAN....................................................................................................
A. Konsep Pembinaan dan Pengawasan penyelenggaraan perlindungan konsumen
B. Peran LPKS dalam memberi prlindungan terhadap konsumen..........................

C. Tujuan dari Pembinaan dan Pengawasan perlindungan Konsumen...................

BAB III PENUTUP..........................................................................................................


A.KESIMPULAN.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Perlindungan konsumen pada saat ini tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
perdagangan.Dalam kegiatan peraangan ini diharapkan menimbulkan keseimbangaan
hak dan kewajiban antara pelaku usaha dan konsumen. Di indonesia saat ini
perlindungan konsumen mendapat perhatian yang cukup baik,karena menyangkut
aturan untuk menciptakan kesejahteraan dan makmur.Negeri-negeri yang sekarang ini
disebut negara-negara maju telah menempuh pembangunannya melalui tiga
tingat:unifikasi,industrialisasi dannegara kesejahteraan.pada tingkat yang pertama yang
menjadi masalah berat adalah bagaimana mencapai integritas politik untuk menciptakan
persatuan dan kesatuan nasional.Tingkat kedua perjuangan untuk pembangunan
ekonomi dan modernisasi politik,akhirnya pada tingkat tugas negara yang utama
adalaah melindungi rakyat dari sisi negatif industrial,membentuk keslahaan-kesalahan
pada tahap sebelumnya dengan menekankan kesejahteraan.

Dalam pasal 28 j ayat 1 perubahan yang kedua undang-undang dasa Republik indonesia
tahun 1945 mengatur mengenai ‘Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia
rang lain dalam dalam tertib kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara
“sebagaimana diketahui dengan adanya globalisasi dan perkembangan perekonomian
modern telah menghasilkan brbagaijenis dan variasi barang dan atau jasa yang dapat
diknsumsikan oleh masyarakat .

Secara umum dan mendasar hubungan anatara produsen (perusahaan penghasil barang
dan atau jasa) dan Konsumen (pemakai akhir dari barang dan atau jasa untuk diri sendiri
atau keluargannya )merupakan hubungan yang terus menerus atau
berkesinambungan.Hubungan tersebut terjadi karena keduannya meemang saling
menghendaki dan mempunyai tingkat ketergantungan yang cukup tinggi antara yang
satu dengan yang lainnya.produsen sangat membutuhkan da sangat bergantung atas
dukungan konsmen sebagai pelanggan.tanpa dukungan konsumen tida mungkin
produsen dapat terjamin kelangsungan usahannya,produk barang dan jasa yang
digunaan untuk memenuhi kbutuhan.hidup manusia semakin lama semakin lama
semakin cangih,sehingga tmbul kesenjangan terhadap kebenaran informasi dan daya
tanggap konsumen.dengan posisi konsumen yang lemah ini,produsn atau pelaku usaha
akan dengan mudah memassarkan setiap barang dan atau jasa tanpa memperhatikan hak
hak konsumen.

Untuk meningkatkan harkat danartabat konsumen maka perlu ditingkaka haarkat dan
martabatkonsumenmakperludiingkatkan
kesadaran,pengetahuan,kepedulian,keemampuan,dan kemadirian konsumen untuk
melindungi diri serta menumbuh kembangkan sikap pelaku ushaa yang bertanggung
jawab.kewajiban untuk menjamin keamanan suatu produk agar tidak menimbulkan
kerugian produk agar tidak menimbulkan kerugian kepada konsumen dibebankan
kepada pelaku usaha dan produsen,karena pihak pelaku usaha dan produsen yan
mengetahui komposisi dan masalah-masalah yang menyangkut keamanan suatu produk
tertentu.

Dalam undang- undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen pasal 4
menjelaskan bahwa salah satu hak dari konsumen adalah hak atas
kenyaman,keamanan,dan keselamatan dalam mengkonsumsikan baang dan atau jasa.
Sebuah kasusu yan ditemukan oleh Dinas perindustrian,perdagangaan dan koperasi
kabupaten manggarai Nusa Tenggara TIMUR,pada tahun 2012 sebnyak 25 toko atau
kios yang menjual atau mengedarkan bahwa makanan dan minuman di
swalayan,warung atau kis keci tanpa memperhatikan batas kadarluarsa dari maknaan
dan minuman,demikian dikatakan daari makanan dan minuman ,demikian yang
dikatakan oleh sekretaris Dinas Perindustria,perdagangan,dan koperasi kabupaten
menggarai bapak Drs.Marselius bandar.Dari hasil operasi penerbtan makanan dan
minuman yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten menggarai melalui ti terpadu yang
terdiri dari Dinas Perindustrian perdagangan,koperasi,Dinas Kesehatan,Polisi Pamong
Praja,dan Polres Menggarai mnunjukkan bahwa banyak jenis maknaa dan minman yang
kadarluarsa tetapi masih dipandang sbeelah mata oleh pelaku usaha serta pemerintah
daerah yang bertanggung jawab trhadap perlindungan konsumen di daerah ssuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangna yang berlaku.tindakan yang diambil oleh
pemerintah daerah melalui tim terpadu terbatas pada penyitaan bahan makaan dan
mnuman yang kadarluarsa dan diserai dengan berita acara penarikan dan
pemusnahan.hal ini dilakukan dalam rangkaa pelaku usaha.akan tetapi,tindakan lainnya
yaang berupa tindakan aadministratif yaitu berupa membei perigatan,pencabutan izin
ushaa serta tindakan hukum berupa melaporkan pelaku usaha yang masih menjual
bahan makanan daan minuman yang kadarluarsaa kepada penegah hku sama skali
belum ada.dengan kata lain lemahnya penegakan hukum terhadap perlindungan
konsumen.

Apabila diperhatikan substansi pasal 30 terasebut,juga tampak bahwa pengawasan lbih


banyak menitik beratkan pada peran masyarakat dan lembaga perlindungan konsumen
swadaya Masyarakat,dibanding dengan peran pemerintah yang pelaksanaannya
dilakukan oleh menteri dan /menteri teknis yang terkait.seperti terlihat dalam pasal
tersebut pemerintah diserahi tugas melakukan pngawasan terhadap penyelenggaraan
perlindungan konsumen serta penerapa ketentuan peraturan perundang-
undanganny.sementara pengawas oleh masyarakat dan lembaga perlindungan konsumen
swadaya masyarakat,,selain tugas yang sama dengan apa yang menjadi tugas yang sama
dengan apa yang menjadi tugas pemerintah di atas,juga diserahi tugas pengawasn
terhadap barang/jasa yang beredar di pasar.Ayat 4 dari pasal tersebut juga menntukan
bahwa apabilapengawasan oleh masyarakat dan lembaga perlindungan konsumen
swadaya masyarakat ternyata mendapatkan hal hal yang menyimpang dari peraturan
perundang undangan yang berlaku dan membahayakan konsumen,menteri dan/mentri
teknis mengambil tindakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.ini berarti untuk memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku di pasar,pemerintah sepenuhnya menyerhkan dan menanti laporan masyarakat
dan/lembaga perlindungan konsumn swadaya masyarakat,untuk kemudian diambil
tindakan Dihubungankan dengan ayat 3 yang menentukan bahwa pengawasan dilakukan
dengan cara penenlitian,pengujian,dan/survei terhadap aspek yang meliputi pemuatan
label,pengiklanan,dan lain-lain yang disyaratkan oleh ketentuan peraturan perundang-
undangan. Dan kebiasaan dalam praktek dunia usaha menuntut upaya pemberian
pemahaman dan peningkatan keasadaran terhadap apa yang menjadi hak-haknya
menjadi sangat penting,upaya apa yang dimaksudkan ini,bukanlah suatu hal yang
mudah dilakukan jika dihubungjan dngan kondisi masyarakat (konsumen) pada
umumnya sekarang ini ,khususnya tingkat pendidikan yang masih rendah yang
sekaligus mempengarugi tingkat kesadaran hukumnya.demikian pula dengan ksibukan
masing-masing anggota masyarakat yang kadang menimbulkan sikap acuh takacuh atas
persoalan yang ada,dan baru akan bertindak misalnysa mengadukan kepada ihak yang
berwenang( pemerintah)setelah prsoalan yang tidak dikehendaki seperti keracunan
akibat suatu produk tidak ayak konsumsi menimpa diri dan /anggota keluargannya salah
satunya pihak yang diharapkan dapat melaksanakan tugas pengawasan sesuai dengan
harapan pasal 30 ini:adalah lembaga perlindungan konsumen swadaya
masyarakat,hanya saja untuk maksud pengawasan dengan cara
penelitian ,pengujian,atau surveei,aspek pemuatan informasi tentang risiko pengguna
barang,pemasangan label,pengiklanan dan lain-lain tentulah menuntut biaya yang
diperlukan maksud ini.

Menurut pemaklah bahwa titik berat dari pengawasan yang diserahkan kepada
masyarakat dan lmbaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat sesuai dngan
ketnatuan pasal 30 UUPK bukanlah tugas yang mudah dilakukan.

Akan tetapi dnga lahirnya peraturan pemerintah Nomor 58 tahun 2001 tentang
pembinaan dan pengawasan pnyelenggaraan perlindungan kosumen,bahwa
ketidakjelasan peran pemerintsh yang seolah hanya menyerahkan tugas pengawasan
kepada masyarakat dan lembaga perlindungan konsumen swadaya Masyarakat
(LPKSM)sebagaimana diuraikan,kini menjadi jelas.Oleh karena dalam praturan ini
pemerintah telat ikut aktif melakukan pengawasan sebagaimana masyarakat dan
LPKSM.

B.Rumusaan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikaan di atas,maka dapat dirumuskan


permasaalahan sebagai berikut :

1. Konsep pembinaan dan pngawasan penyelenggaraan perlindungan konsumen


2. Bagaimana Peran Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat
(LPKSM) dalam Memberikan Perlindungan Bagi Masyarakat
3. Apa Tujuan dari Pembinaan dan Pengawasan dalam Hukum Perlindungan
Konsumen?
C.Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui konsep pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan
perlindungan Konsumen
2. Untuk mengetahui Peran Lembaga perlindungan Konsumen swadaya
Masyarakat (LPKSM) dalam memberikan perlindungan dan pengawasan
dalam hukum perlindungan konsumen
3. Untuk Mengetahui Tujuan dari Pembinaan dan Pengawasan dalam Hukum
Perlindungan Konsumen
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan perlindungan konsumen

Konsep Pembinaan dan pngawasan oleh lembaga atau instansi dalam Hukum
Prlindungan Konsumen dalam Hukum Perlindungan konsumen,terdapat Konsep
pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh lembaga atau instansi terkait.Konsep
ini bertujuan untuk melindungi hak-hak konsumen dan memastikan bahwa pelaku usaha
memauhi peraturan yang berlaku.Salah satu konsumen di ndonesia adalah Otoritas jasa
keuangan (ojk)memiliki beberapa Prinsip dalam menjalankan Tugasnnya diantara lain:

a. Integritas ojk bertindak objktif,adil,dan konsisten sesuai dengan kode etik dan
kebijakan organisasi dengan menjunjung Tinggi kejujuran dan Komitmen

b. Profesionalisme,OJK bekerja dengan penuh taggung jawab brdasarkan kopetensi


yang tinggi untuk mencapaibkinerja yang baik

c. Sinergi,OJK berkolaborasi dengan selurus pemangku kepentingan baik internal


maupun eksternal secara produktif dan berkualitas.

d. Terbuka dan menerima keberagaman pemangku kepentingan srta memprluas


kesempatan dan akses masyarakat terhadap indutri keuagan

Selain OJK terdapat juga beberapa lembaga lain yang trlibat dalam pembinaan dan
pengawasan perlindungan konsumen di indonesia,seperti Dinas penindustrian,dan
perdagangan,lembaga prlindungankonsumen swadaya masyarakat,Lembaga atau
instansi tersebut memiliki peran dalam melakukan kegiatan pembinaan dan pengawasan
antara lain

a) Melaksanakan Kegiatan promosi dan informasi tentang peluang invstasi di bidang


industri

b) Melakukan monitoring,evaluasi dan pelaporan plaksanaan kegiatan di bidang


industri
c) Menyusun rencana,mempersipkan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
operasional ,bimbingan teknis dan supervisi serta pemantauan,evaluasi dan
pelaporan di bidang tertentu.

Pembinaan dan pengawasan perlindungan konsumen diatur dalam pasal 29 dan pasal 30
undang-undang No 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.Untuk melaksanakan
ketentuan pasal 29 dan pasal 30 Undang-undang ini kemudian diterbitkan peraturan
pemerintah Republik Indonesia no.58 tahun 2001 penyelenggaraan perlindungan
konsumen

Pembinaan dan pengawasan merupakan hal yang sangat strategis dalam


penyelenggaraan perlindungan konsumen.Guna meenuhi tujuan dari undang-undang
konsumen (undang-undang No.8 tahun 1999)nperlu dilakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap konsumen secaara memadai.

a) Pembinaan perlindungan Konsumen

Sehubungan dengan penyelengaraan perlindungan konsumen,maka manteri


mentri terkait dengan penyelengaraan perlindungan konsumen,maka menteri
menteri yang terkait yang bertugas untuk menyelenggaraakan pembinaan ini
adalah

- Menteri perindustrian dan perdagangan

-Menteri kesehatan

-Menteri Lingkungan Hidup

- Menteri-Menteri lain yang mengurusi kesejahteraan rakyat

Pembinaan penyelenggaran perlindungan Konsumen dimaksudkan untuk :

-Terciptanya iklim usaha dan tumbuhnya hubungan yang sehat antara plaku
usaha dan konsumen

-berkembangnya lmbaga perlingkungan konsumen swadaya masyarakat

-meningkatnya kaulitas sumber daya manusia


-Meningkatnya kualitas sumber daya manusia serta meningkatnya kegiatan
penelitian dan pengembangan di bidang perlindungan konsumen

-lembaga perlindungan konsumen swadaya masyaraat.pengawasan yang


diselenggarakan oleh pemerintah dilaksanakan lh menteri-menteri terkait

Dengan demikian,tugas pembinaan dan juga pengawasan dari pemerintah dapat


dilaksanakan oleh menter-menteri terkait sekaligus pembinaan dan pengawasan
perlindungan konsumeen meliputi:diri pelaku usaha,sarana dan prasarana
konsumen.

Pengawasan Perlindungan Konsumen 

Menurut Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang Perlindungan Konsumen,


pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen serta penerapan
ketentuan peraturan perundang-undangan dilaksanakan oleh :Pemerintah,
Masyarakat,Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat. Pengawasan
yang diselenggarakan oleh pemerintah dilaksanakan oleh menteri-menteri terkait.
Dengan demikian, tugas pembinaan dan pengawasan dari pemerintah dapat
dilaksanakan oleh menterimenteri terkait sekaligus.

Dalam Pasal 29 ayat (4) Undang-undang perlindungan konsumen disebutkan


bahwa pembinaan penyelenggraan perlindungan konsumen dimaksudkan ;

 Terciptanya iklim usaha dan tumbuhnnya hubungan yang sehat antaara


pelaku usha dan konsumen swadayan masyarakat (LPKSM)

 Meningkatkanya kualitas sumber daya manusia serta


meningkatkannyakgiatan penelitian dan pengembangan dibidnag
perlindungan konsumen

Mnyangkut Bentuk Pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat,dalam pasal 9


peraturan pemerintah Nomor 58 tahun 2001 ditentukan bahwa :1

1. Pengawasan oleh masyarakat dilakukan terhadap barang dan /jasa yang


beredar di asar
1
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo,Hukum perlindungan Konsumen,2005,hal 187
2. Pengawasan sebaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan cara
penelitian,pengujian dan survei

3. Aspek Pengawasan meliputi pemuatan informasi tentang risikio


penggunan barang jika diharuska,pemasangan label,pengiklanan dan lain-
lain yang disyaratkan berdasarkan ketentuan praturan perundang-
undangan dan kebiasaan dalam praktik dunia usaha.

4. Hasil Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 dapat


disbarluaskan kepada masyarakat dan dapat disampaikan kpada mnteri dan
menteri teknis

Ketenuan tentang pengawasan yang diperankan oleh masyarakat tersebut sama dngan
ketentuan pengawasan yang diperankan oleh LPKSM hanya saja terakhir ini
mensyaratkan penelitian ,pengujian,survei yang dilakukan oleh LPKSM harus di
dasarkan pada adanya duhgaan bahwa produk yang menjadi objek penelitian ,pengujian
dan survei tidak memenuhi unsur keamanan,ksehatan kenyamanan dan keselamatan
konsumen.Yang dimana syarat ini tidak dikenal dalam penelitian,pengujian dan/survei
yang dilakukan pihak LPKSM ditentukan di dalam pasal 10 peraturan pemerintah
Nomor 58

B Peran (LPKSM) dalam Memberikan Perlindungan Bagi Masyarakat

Indonesia dengan jumlah populasi lebih dari dua ratus enam puluh lima juta jiwa
dan tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi menjadi pasar yang potensial bagi banyak
negara. Semakin banyak barang yang beredar, maka semakin besar kemungkinan
terjadinya sengketa antara pelaku usaha dan konsumen, maka diperlukan peran lebih
dari pemerintah, untuk itu perlu diperkuat kelembagaan yang berkaitan dengan
perlindungan konsumen.

Pemerintah melalui lembaga yang berfokus kepada pemberian perlindungan kepada


konsumen, berupaya untuk meningkatkan perlindungan dan jaminan produk, kepastian
mutu, jumlah, serta keamanan barang dan/atau jasa yang diperolehnya di pasar, hal ini
demi peningkatan kesejahteraan masyarakat13 Dengan dibentuknya Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) di Kabupaten/Kota diharapkan dapat
menjadi akses masyarakat untuk mengadukan sengketa konsumen menjadi lebih mudah.
Selain itu, diperlukan pembinaan terhadap lembaga, seperti Lembaga Perlindungan
Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) yang berdasarkan Undang-Undang
Perlindungan Konsumen memiliki tugas dalam memberikan advokasi kepada
konsumen.

Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,


pemerintah mendukung keberadaan Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya
Masyarakat (LPKSM)Keberadaan LPKSM dimaksudkan untuk memberikan bantuan
kepada masyarakat agar hak-haknya bisa terlindungi disamping bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran kritis konsumen tentang hak dan tanggung jawabnya sebagai
konsumen, sehingga dapat melindungi dirinya, keluarga, serta lingkungannya.

Peran Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat yang bergerak di


bidang perlindungan konsumen ini sangat dibutuhkan dalam masyarakatPeran LPKSM
yang diakui oleh pemerintah yaitu memiliki kesempatan untuk berperan aktif dalam
mewujudkan perlindungan konsumen. LPKSM berdiri atas perintah dari undang-undang
dan diakui keberadaannya serta memiliki kegiatan sebagaimana pada Pasal 44 Undang-
Undang Perlindungan Konsumen, yaitu:

a Menyebarkan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran atas hak dan


kewajiban dan

kehati-hatian konsumen dalam mengonsumsi barang dan/atau jasa;

b. Memberikan nasihat kepada konsumen yang memerlukannya;

c. Bekerja sama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan


perlindungankonsumen;

d. Membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya, termasuk menerima.keluhan


atau pengaduan konsumen.
e. Melakukan pengawasan bersama pemerintah dan masyarakat terhadap pelaksanaan
perlindungan konsumen.

Problematika yang muncul dengan kehadiran LPKSM adalah kelanjutan dari fungsi
serupa yang selama ini telah dijalankan oleh lembaga-lembaga konsu- men sebelum
berlakunya UUPK. Ada pandangan kehadiran LPKSM merupakan bentuk intervensi
negara terhadap kebebasan berserikat dan berkumpul dari kelompok masyarakat, namun
di sisi lain, ia diperlukan untuk memberikan jaminan accountability lembaga-lembaga
konsumen tersebut, sehingga kehadiran LPKSM ini betul-betul dirasakan manfaatnya
oleh masyarakat.

LPKSM sebagai salah satu lembaga yang didukung oleh berbagai regulasi sebagai
harapan bagi masyarakat Indonesia (konsumen) akan adanya bentuk perlindungan dan
juga advokasi yang terpadu serta adanya kemudahan akses bagi seluruh kalangan
masyarakat, perlu untuk ditinjau efektifitas serta bagaimana kinerjanya di lapangan.
Sebagai bukti empiris, berikut penulis akan memberikan beberapa kondisi aktual
mengenai efektifitas serta langkah konkrit yang diupayakan oleh berbagai LPSKM di
seluruh wilayah Indonesia untuk menjamin agar hak-hak konsumen bisa terlindungi
serta senantiasa berupaya untuk meningkatkan kesadaran kritis konsumen tentang hak
dan tanggung jawabnya sebagai konsumen, sehingga dapat melindungi dirinya, keluarga
serta lingkungan. Data berikut merupakan laporan kinerja direktorat pemberdayaan
konsumen sebagai rujukan, yang kemudian akan penulis pilah datanya yang berkaitan
dengan LPKSMyakni sebagai berikut: 1Persentase Lembaga Perlindungan Konsumen
Swadaya Masyarakat yang aktif sebesar 60,09% sehingga realisasi tahun 2021 sebesar
100,15%Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2020 sebesar 62,31% maka capaian
tahun. 2021 mengalami sedikit penurunan 22. Persentase pemahaman SDM Lembaga
Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) teredukasi terkait standar
perlindungan konsumen pada. tahun 2021 sebesar 57,74%Dari target yang ditetapkan
untuk tahun 2021 yaitu 55% maka capaian kinerja mencapai 108,98%Jika dibandingkan
dengan capaian tahun 2020 (103.85%)maka pada tahun 2021 mengalami kenaikan
capaian.

2
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo,Hukum perlindungan Konsumen,2005,hal.185
C.Tujuan dari Pembinaan dan Pengawasan dalam Hukum Perlindungan
Konsumen

Perlindungan konsumen semakin gencar dibicarakan. Permasalahan ini tidak


akan pernah habis dan akan selalu menjadi bahan perbincangan dimasyarakat. Selama
masih banyak konsumen yang dirugikan, masalahnya tidak akan pernah tuntas. Oleh
karena itu perlindungan konsumen perlu diperhatikan.

Berbicara tentang Hukum perlindungan konsumen pada dasarnya membahas


tentang tangung jawab produsen dalam memberikan perlindungan terhadap
konsumennya. Terkait dengan hal tersebut maka dalam UUPK telah diatur perihal asas-
asas dan kaidah-kaidah yang mengatur keseimbangan kepentingan antara pelaku usaha
dengan konsumen. Dalam pasal 2 UUPK dinyatakan bahwa “Perlindungan Konsumen
berdasarkan asas manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan, dan keselamatan
konsumen serta kepastian hukum.”

Lemahnya posisi konsumen untuk mendapatkan perlindungan hukum atas


kecenderungan pelaku usaha, juga disebabkan oleh perangkat hukum yang melindungi
konsumen belum bisa memberikan rasa aman atau kurang memadai untuk secara
langsung melindungi kepentingann konsumen. Begitu pula, penegak hukum itu sendiri
kurang tegas. Kondidi konsumen cenderung berpotensi untuk menjadi korban pelaku
usaha3

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo menjelaskan bahwa Perlindungan Konsumen


diselenggarakan sebagai usaha bersama berdasarkan asas yang relavan dalam
pembangunan nasional4. Yaitu:

1. Asas manfaat yang dimakduskan yaitu untuk mengammankan bahwa segala


upaya dalam menyelenggarakan perlindungan konsumen harus memberikan
manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara
keseluruhan.

3
Harish amid. Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia. CV SAH MEDIA, Makassar, 2017. Hal. 2
4
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo.Hukum Perlindungan Konsumen. PT Raja Grafindo, Jakarta, 2004.
Hal. 25
2. Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan
secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku
usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil.
3. Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara
kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materil dan
spiritual.
4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk memberikan
jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penngunaan,
pemakaian, dan pemanfaatan barang/jasa yang dikonsumsi atau digunakan.
5. Asas kepastian hukum dimaksudkan agar pelaku usaha maupun konsumen
menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam menelenggarakan perlindungan
konsumen, serta Negara menjamin kepastian hukum.

Tujuan hukum perlindungan konsumen

1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk


melindungi dir.
2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkan dari
akses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen;
4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen dengan unsur kepastian hukum dan
keterbukaan informasi dan akses untuk mendapatkan informasi tersebut;
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam
berusaha;
6. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha
produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan
keselamatan konsumen.

Dalam rangka mewujudkan tujuan perlindungan hukum bagi konsumen, negara


memiliki tanggung jawab atas pembinaan dan penyelenggaraan perlindungan hukum.
Pembinaan dan penyelenggaraan perlindungan hukum dapat dilakukan dengan upaya
menciptakan iklim usaha yang sehat antara pelaku usaha dan konsumen,
mengembangkan lembaga perlindungan hukum bagi konsumen, dan meningkatkan
kualitas sumber daya manusia termasuk dalam kegiatan penelitian.5

Dapat disimpulkann bahwa, konsumen seringkali berada dalam posisi yang


lemah, sehingga sejak adanya UU Perlindungan Konsumen, diharapkan upaya
perlindungan konsumen yang selama ini dianggap kurang diperhatikan menjadi lebih
diperhatikan. Karena, pada dasarnya setiap warga negara berhak atas perlindungan
hukum, salah satunya perlindungan terhadap konsumen. Selain itu, PBB juga telah
mengeluarkan pedoman yang mengatur prinsip utama konsumen, undang-undang
perlindungan konsumen, dan membantu negara anggota untuk merumuskan dan
menegakkan hukum, peraturan dan regulasi domestik mengenai perlindungan
konsumen.

Contoh kasus “perlindungan konsumen terhadap predaran makanan kadarluarsa di


Wilayah Kabupaten SUKOHARJO”6

Di beberapa akhir pekan ini maraknya terjadi peredaran makanan kadarluarsa di


wilayah kabupaten SUKOHARJO sehingga hal tersebut membuat para masyarakat
merasa khawatir untuk berbelanja ditakutkan makanan atau obat-obatan yang merka beli
sudah kadarluarsa dan tidak bisa digunakan lagi dan juga membahayakan keshatan bagi
konsumen hal ini menandakan bahwasannya masih lemahnya penegakan hukum
mengenai perlindungan konsume,sehingga hal ini menjadi problmatika di daerah trsebut
di dalam ketentuan pasal 73 Undang-undang no 23 tahun 1992 tentang kesehatan
sebagai berikut “pemerintah melakukan pembinaaan terhadap semua kegiatan yang
berkaitan dengan penyelenggaraan upaya kesehatan “

Upaya-upaya yang dilakukan oleh Dinas kesehatan di wilayah Kabupaten


SUKOHARJO

Salah satu upaya yang sangat penting dilakukan oleh dinas kesehatan adalah dengan
melindungi masyarakat dari kemungkinan yang dapat menimbulkan gangguan dan
bahaya terhadap kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh produk makanan yang
5
Abdul Halim Barkatullah. Framewok Sistem Perlindungan Hukum Bagi Konsumen di Indonesia. Nusa
Media, Bandung, 2016. Hal 17.
6
Imam taufiq Analisis yuridis konsumen terhadap makanan kadaluarsa di wilayah kabupaten sukuhorjo
2017,hal.7
trcemar oleh bakteri dikarenakan makanan yang kadaluarsa dan hal ini dapat merugikan
masyarakat upaya pertama yang dilakukan oleh dinas kesehatan adalah mensurvei
keamanan pangan pada pelaku usaha.Dinas Kesehatan memberikan saran kepada pelaku
usaha untuk memberikan label di setiap makanan yang diproduksi yang berfungsi untuk
memberikan informasi pada kemasan produk pangan, dan diharapkan konsumen tidak
keliru dalam menentukan dan mendapat jaminan kualitas dan kuantitas produk. Agar
pelaku usaha tidak melakukan pelanggaran terhadap Pasal 8 ayat (1) huruf i UUPK
tentang label produk maka akan dikenakan sanksi sebagaimana disebutkan dalam Pasal
62 UUPK. Adapun Sanksi dari Pasal 8 ayat (1) huruf i UUPK di atas sudah jelas bahwa
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling
banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah). Namun pihak Dinkes tidak memiliki
wewenang untuk memberikan sanksi atau pelanggaran sebagaimana disebut Pasal 8 ayat
(1) huruf i UUPK kepada para pelaku usaha

KESIMPULAN
Konsep Pembinaan dan pengawasan oleh lembaga atau instansi dalam Hukum
Prlindungan Konsumen dalam Hukum Perlindungan konsumen,terdapat Konsep
pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh lembaga atau instansi terkait.Konsep
ini bertujuan untuk melindungi hak-hak konsumen dan memastikan bahwa pelaku usaha
memenuhi peraturan yang berlaku.
Pembinaan dan pengawasan perlindungan konsumen diatur dalam pasal 29 dan pasal
30 undang-undang No 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.Untuk
melaksanakan ketentuan pasal 29 dan pasal 30 Undang-undang ini kemudian diterbitkan
peraturan pemerintah Republik Indonesia no.58 tahun 2001 penyelenggaraan
perlindungan konsumen
LPKSM adalah kelanjutan dari fungsi serupa yang selama ini telah dijalankan oleh
lembaga-lembaga konsu- men sebelum berlakunya UUPK. Ada pandangan kehadiran
LPKSM merupakan bentuk intervensi negara terhadap kebebasan berserikat dan
berkumpul dari kelompok masyarakat, namun di sisi lain, ia diperlukan untuk
memberikan jaminan accountability lembaga-lembaga konsumen tersebut, sehingga
kehadiran LPKSM ini betul-betul dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Tujuan dari pembinaan dan juga pengawasan menghindari kemungkinan adanya
terjadinya penyelewengan atau penyimbangan baik itu yang bersifat pross atau prosedur
maupun kewenangan dan tujuan dari pembinaan untuk mningkatkan mutu kerj,usaha
tindakan dari pemerintah dalam melihat kinerja suatu lembaga guna untuk memperoleh
hasil yang lebih baik dan pemerintah dapat mengontrosl apa -apa saja ketidak sesuaian
yang terjadi di dalam lembaga tersebut.

Daftar Pustaka
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo,Hukum perlindungan Konsumen,2005,hal 187

Imam taufiq Analisis yuridis konsumen terhadap makanan kadaluarsa di wilayah


kabupaten sukuhorjo 2017,hal.7
Abdul Halim Barkatullah. Framewok Sistem Perlindungan Hukum Bagi Konsumen di
Indonesia. Nusa Media, Bandung, 2016. Hal 17.

Harish amid. Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia. CV SAH MEDIA, Makassar,


2017. Hal. 2

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo.Hukum Perlindungan Konsumen. PT Raja Grafindo,


Jakarta, 2004. Hal. 25

Wahyu Simon Tampubolon,Perlindungan Hukum Bagi Konsumn Ditinjau Dari


Undang-Undang Perlindugan Konsumn Vol 4,No 1,2016

Hani Handoko dan Basu Swasta, Manajemen Pemasaran Analisis Prilaku Konsumen,
(Yogyakarta: BPEE, 2000), 10
Dr.iur.Chairul Fahmi,M.A,Hukum dagang Indonesia,terbitan Bandar publishing
Analisis perilaku konsumen terhadap keputusan pembelian,Indah wahyu Utami,2017
Penerbit : CV PUSTAKA BENGAWAN
Hukum perlindungan Konsumen,Celine Tri Siwi Kristiyanti,S.H.,M.HUM.,sinar
Grafika,2019

Anda mungkin juga menyukai