Anda di halaman 1dari 20

1

2
Bismillahirrahmanirrahim
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Ali Muhammad

Maafkan Kami,

Palestina.
“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu
sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu; sangat menginginkan
(keselamatan dan kebahagiaan) bagimu, amat belas kasihan lagi
penyayang terhadap orang-orang beriman.” (QS. Al-Tawbah [9]:128)

Entah untuk ke sekian kalinya, kau dengar permohonan maaf ini.


Entah untuk kali keberapa, sesal itu menghunjam bertubi.

Palestina, bukan sekadar sebuah kata dalam kamus Kaum


Muslimin. Palestina adalah jati diri. Adalah sejarah. Adalah
pembeda antara yang semu dan hakiki. Palestina adalah wajah
yang tak berubah, dari berbagai topeng kepalsuan dalam sejarah.
Palestina adalah titik penentu itu: adakah gerak laju atau
terjerumus dalam melangkah.

Baginda Nabi Saw bersabda: “Perumpamaan orang beriman dalam


kecintaan, kasih sayang, dan kelembutan terhadap sesamanya,
seperti tubuh yang satu. Kalau sebagian menderita, yang lain akan
turut merasakannya.” Masih dari Baginda Nabi Saw: “Barangsiapa

3
mendengar seseorang berteriak ‘Wahai Kaum Muslimin!’ lalu ia
tidak menjawab seruannya, maka ia bukan seorang muslim.”

Maka maafkan kami, wahai Palestina. Tak berduka dengan


deritamu. Tak menjerit dengan jeritanmu. Tak menangis bersama
aliran darahmu. Bila sekali teriak “Ya Muslim” dan tidak terjawab
maka hilanglah keberagamaan, apa jadinya kami ini… Berpuluh
tahun kau berteriak, berpuluh kali juga telinga kami beku
membatu. Ah, tanpa maafmu Palestina, takkan sanggup kaki
melangkah di hari pertanggungjawaban nanti.

Betapa tidak. Kau punya hak terlalu besar atas kami. Padamu ada
kiblat pertama. Padamu ada janji yang terjaga.

Ini bulan suci. Kau tahu jutaan kaum Muslimin seluruh dunia
mengisinya dalam ibadah. Berpuasa di siang hari, beribadah di
malam hari. Menyemarakkan perkhidmatan pada orang kecil.
Menggemarkan berbagi dengan sesama. Tapi, sayang sekali. Tak
ada yang membelamu. Tak ada yang berdiri di sisimu. Tak ada
yang mengantarkan makanan bagi anak-anak yatimmu. Tak ada
yang menghibur keluarga yang ditinggalkan para syahid itu.

Berulang kali di masjid kami dengar di bulan ini, “Seluruh amalan


anak Adam untuk dirinya, kecuali puasa. Sungguh puasa itu
untukKu dan Aku sendiri yang akan membalasnya.” Demikian
hadis qudsi Allah Sang Mahasuci menggaung di relung kalbu kami.

Berulang kali juga aku bertanya, apakah maknanya? Seorang


menjelaskan, karena puasa adalah amal yang dilakukan dengan

4
penuh keikhlasan. Apa maknanya? Karena seseorang bisa
membatalkan puasanya di kesendirian, tapi tidak ia lakukan.
Itulah maknanya amal itu untuk Tuhan.

Perkenankan aku berbeda dengannya. Menurut guruku, agama


(din) adalah sebuah utang (dain). Kewajiban membayar kembali
apa yang sudah dimiliki. Apa itu? Nikmat keberadaan, karunia
kehadiran. Filsuf menyebutnya utang eksistensial. Maka sudut
pandang ini mengajarkan pada kita bahwa amalan bukan
tabungan. Amalan bukan simpanan untuk kita tuntut di hari
kemudian. Amalan dan agama adalah cara kita menyelesaikan
utang. Tuhan memilih kita jadi manusia. Tuhan anugerahkan
kita derajat makhluk termulia. Semua itu bukan cuma-cuma. Kita
membayarnya dengan seluruh ibadah kita.

Sudut pandang ini mengajarkan kita menjalani kehidupan


keberagamaan dengan kerendahhatian. Bagimu utangmu dan
bagiku utangku. Bagimu cara membayar nikmatmu, dan bagiku
cara bersyukur atas karunia keberadaanku. Kita takkan terusik
bila orang lain berbeda dalam pengamalan, karena ia bukan
tabungan untuk kita ambil kemudian.

Bila kita tidak menyelesaikan utang kita di dunia, dan sungguh


kita takkan mampu menyelesaikannya, maka utang kita itu
dicicil di alam barzakh, di alam kemudian. Para malaikat menjadi
‘debt collectors’. Tolong, jangan disalahpahami. Jangan diartikan
pelecehan untuk para malaikat suci. Melainkan sebuah kata untuk
melecut dan mencambuk kita, betapa banyak beban yang kita pikul
di alam sana. Dan sungguh, bila masih belum terselesaikan pula di

5
alam itu, maka Sang Raja segala Raja yang akan menuntaskannya,
pada sebuah hari yang kita kenal dengan yawmuddin. Dialah
Maliki Yawmid Din. Raja hari pembalasan.

Lalu di mana datangnya Palestina? Ia ada di mana-mana. Tanpa


kita sadari, ialah justru penentu keselamatan kita.

Saudara, seluruh amalan untuk kita. Untuk apa? Untuk digunakan


membayar utang keberadaan itu. Maka puasalah sesungguhnya
bekal kita. Itu yang untuk Tuhan, itu yang akan diganjar pahalanya.
Bagaimana bisa? Mari teladani Sang Baginda Saw, kekasih hati
sebaik-baiknya suri teladan tercinta.

Benar sering dikisahkan empat sifat utama Baginda Saw: fathonah,


shiddiq, tabligh dan amanah. Benar Baginda Nabi Saw adalah
perwujudan kesempurnaan seluruh sifat itu, tapi mari kita simak
bagaimana Al-Quran sendiri mengisahkan Baginda. Bagaimana
Al-Qur’an sendiri mensifatkan Yang Mulia. Ajaib, bahwa sifat
ini tak jadi teladan kita. Ajaib bahwa ia tak diajarkan di sekolah-
sekolah anak-anak kita.

“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu


sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu; sangat menginginkan
(keselamatan dan kebahagiaan) bagimu, amat belas kasihan lagi
penyayang terhadap orang-orang beriman.” (QS. Al-Tawbah [9]:128)

6
7
Lihat, simak, catat! Betapa sifat agung itu luput dari perhatian.
Betapa ia tidak didengungkan di mimbar-mimbar kajian. Berat
terasa olehnya penderitaan, sangat menginginkan kebahagiaan,
sungguh teramat belas kasih lagi penyayang. Ya Allah, betapa
luhurnya Nabi sang pencurah kasih sayang. Dan di mana kami,
sedang hati tak tergerak oleh penderitaan.

Itulah yang diajarkan oleh puasa. Puasa mengajarkan empati,


solidaritas pada sesama yang menderita. Puasa mengingatkan
lapar orang-orang yang tak punya. Puasa mengingatkan haus
mereka yang tercekik dahaga. Ibadah yang lain, boleh jadi, kita
amalkan tanpa kepekaan terhadap sesama. Bila kita shalat dan tak
ingat ada yang uzur usianya, lalu panjang membaca surat hingga
tamat satu juz panjangnya…adakah shalat kita untuk Tuhan atau
untuk kita? Amalan untuk Tuhan yang diwakili oleh puasa, justru
adalah amalan yang membantu sesama makhlukNya. Itulah
amalan yang akan beroleh karuniaNya.

Maka ada shalat orang yang merugi. Ada haji yang tak lebih dari
bertepuk tangan dan bersiul. Ada zakat dan sedekah yang batal
karena kecaman dan gerutuan. Tapi tidak untuk puasa. Ketika
lapar dan mengenang yang menderita, di situ ada (karunia) Tuhan.
Di situ ada janji keselamatan.

Dan puasalah kita, tigapuluh hari lamanya. Lapar di siang hari,


terjaga di malam hari. Semua ibadah, semua bacaan, semua wirid
dan amalan…lalu ternyata, semuanya masih tertahan. Apa yang
menahan semua amalan itu? Ketiadaan kepedulian. Amalmu
untuk dirimu. Amalmu memupuk keakuan.

8
9
Maka lihatlah Palestina. Seluruh amalan dan tak satupun
teriak lantang terhadap penindasan? Seluruh ibadah dan tak
menyertakan mereka dalam doa yang dipanjatkan? Seluruh
pengabdian dan tak muncul berat hati melihat penderitaan. Jauh
dan jauhlah kita dari kebersamaan bersama Rasulullah Saw. Sifat
itu adalah sifat pertama Baginda: berat hati melihat yang lain
menderita.

Maafkan kami Palestina. Tak mendengar teriakanmu. Tak teriris


oleh jeritanmu. Seluruh amal kami sia-sia, tanpa pembelaan
terhadap deritamu. Betapa selama ini kau dilupakan. Betapa
negeri-negeri kaya minyak di sekitarmu telah kebal terhadap
suara tangisan. Tak kami temukan di negeri-negeri itu tempat
pengungsian. Suriah, penampung terbesar pengungsi Palestina di
seluruh dunia justru dihancurleburkan.

Dan bersama Palestina, ada Yaman, ada Bahrain, ada Kashmir, ada
Nigeria, ada Afghanistan, ada Irak, ada Lebanon, ada pengungsi-
pengungsi di daratan Eropa. Ada saudara-saudara sebangsa dan
senegara. Ke mana selama ini suara kami? Ke mana selama ini
pembelaan kami?

Adalah Imam Khumaini, pemimpin dan pendiri Republik Islam


Iran. Ia tak pernah lepas mengingat Palestina. Ia yang berkata,
“Semua umat harus bersatu dalam satu kata akan Palesina…Al-
Quds bukan perkara pribadi, atau tentang satu negeri, atau tentang
umat Islami. Al-Quds adalah pertanggungjawaban setiap yang
mengesakan Tuhan. Dari umat terdahulu dan kemudian. Sejak
ia didirikan, hingga diperkenankan hadir di alam keberadaan…”

10
Al-Quds adalah sebutan Imam Khumaini untuk Masjidil Aqsha,
untuk Palestina. Artinya, yang disucikan.

Terlalu banyak pesan dan kalimat Imam Khumaini tentang


Palestina. Mungkin, yang terbanyak yang diserukan dan dituliskan
oleh seorang tokoh Islam. Tapi kecintaannya pada Palestina, kasih
sayangnya untuk menyelamatkan kaum Muslimin dari amalan
yang tak sampai pada pengharapan, adalah ketika Imam Khumaini
menyerukan sebuah gerakan persaudaraan umat Islam sedunia.
Ia jadikan Jumat terakhir di bulan suci, sebagai hari mengingat
derita sesama. Palestina adalah mercu suarnya. Maka Jumat
terakhir di bulan suci adalah Hari Palestina sedunia.

Indonesia sejak awal membela Palestina. Indonesia sejak awal


bersama Palestina. Adalah Palestina juga, di antara negara yang
pertama mengakui kemerdekaan negeri kita. Dan sejak Konferensi
Asia Afrika, puluhan negara telah merdeka…kecuali Palestina.

Maka Palestina adalah garis demarkasi itu. Amalan kita tidak


diterima, tanpa pembelaan atas derita sesama. Tapi mengapa
Jumat terakhir di bulan suci? Orang hanya bisa mengira-ngira.
Karena waktu terbaik dalam satu tahun adalah bulan suci. Karena
waktu terbaik di bulan suci adalah sepuluh terakhir. Karena waktu
terbaik di setiap minggunya adalah hari Jumat. Maka dipilihlah
hari Jumat, karena terlalu banyaknya kelalaian kita selama ini.
Berhadap sedikit banyak jadi kifarat.

Maafkan kami Palestina. Ampuni Ya Allah, kerasnya hati ini. Tak


lagi terbetik air mata keharuan. Sungguh, kami menangis akan

11
ditinggalkan bulan suci. Tapi mengapa tak menangis, melihat
penderitaan Palestina setiap hari?

Sungguh kami menangis melihat dosa diri ini. Ternyata kami


harus menjerit melihat dosa kami terhadap sesama saudara yang
tersakiti. Dan kami tak membantu, dan kami tak peduli.

Saudara, adakah Palestina pada doa-doa dini hari saudara? Adakah


Palestina pada doa-doa berbuka saudara? Adakah Palestina pada
canda tawa renyah di kebersamaan bulan suci? Adakah Palestina
pada i’tikaf dan lantunan bisik hati?

Adakah Palestina di hatimu, Saudara?

Ya Allah, ampuni kami…


Masihkah ada sejumput harap itu?

Maafkan kami, Palestina! Selamatkan kami, Palestina!

Selamatkan kami.

12
13
14
Rakyat
Palestina
Sedang
Donor Darah
Untuk Umat Islam.
Pengorbanan Rakyat Palestina, khususnya Warga Sipil Gaza yang
sedang kita saksikan tentu sangat menyedihkan. Ratusan bayi,
wanita, dan warga sipil tak berdosa menjadi target alat perang
rezim zionis dengan dukungan penuh Pemerintah Amerika Serikat
dan Uni Eropa, serta diamnya banyak penguasa Arab dan juga
dunia tentu membuat setiap manusia yang memiliki secuil nurani
pasti mengutuknya. Bagaimana tidak?! Tentara Zionis yang licik
dan pengecut itu, hanya berani menarget warga sipil, sementara
mereka lari sambil kencing ketakutan ketika berhadap-hadapan
dengan tentara Hamas dan Kelompok Perlawanan lainnya.

Korban sipil dari pihak Palestina/Gaza membuat Gaza banjir darah.


Rumah-rumah sakit tidak lagi sanggup menangani para korban
yang berjatuhan setiap saat. Ditambah lagi dengan blokade ketat
yang diberlakukan rezim Zionis, yang memutus aliran listrik, air

15
dan bahan makanan pokok menjadikan penderitaan Rakyat Gaza
semakin menderita.

Tetapi, yakinlah bahwa dengan semua penderitaan yang sedang


mereka alami, ada hakikatnya, Rakyat Gaza sedang DONOR
DARAH untuk kebangkitan umat Islam yang sudah tidak berdarah
lagi. Untuk kembali hidup, umat Islam dan Mayarakat dunia,
Warga Sipil Gaza telah mendonorkan darah mereka.... Untuk kita
yang telah kehilangan nurani... yang telah kehilangan semangat
juang... yang telah buta peta dan Kiblat perjuangan... Palestina
adalah Kiblat Perjuangan.

Semoga Allah menyegerakan kemenangan Rakyat Palestina dan


membebaskan Aqsha dari cengkraman Zionis serta memusnahkan
rezim kezaliman dan kegelapan. Amin

16
Bagai
Menjerit di
Pekuburan.
Kebiadaban Zionis Israeli kian membabi buta seiring dengan
kekecewaan para pemimpinnya akibat tamparan telak para
pejuang Hamas dan ketabahan serta keuletan warga sipil Gaza.

99% korban di pihak Palestina/Gaza adalah warga sipil, kebanyakan


dari mereka adalah anak-anak kecil/balita, kaum pria dan wanita.

Di hadapan kebiadaban kekejian dan kejahatan perang yang


dilakukan Zionis Israel dengan dukungan penuh AS dan beberapa
negara Eropa, dunia seakan dibuat tak berdaya. Tak mampu
melakukan apa-apa, tidak terkecuali memasukkan bantuan
khususnya obat-obatan dan bahan bakar untuk kelangsungan
kerja alat-alat medis di rumah-rumah sakit di Gaza.

Mereka yang cidera dan hendak dilarikan ke gerbang perbatasan


Rafah pun menjadi sasaran kelicikan dan kejahatan Zionis Israel.
Puluhan bahkan ratusan korban syahid berjatuhan.

Jeritan warga sipil dan juga masyarakat dunia yang peduli


atas penderitaan warga sipil Gaza akibat serangan barbar yang
melanggar semua kesepakatan dunia tak pernah digubris. Setiap
17
upaya untuk menghentikan perang yang curang itu selalu
dihalang-halangi oleh veto AS di PBB.

Demo yang digelar di berbagai belahan dunia, baik negara Muslim,


Amerika, Amerika Latin dan Eropa seakan menguap tanpa respon.

Seruan agar penguasa-penguasa negara-negara Arab dan negara-


negara Muslim yang semestinya bisa memainkan banyak peran
dan tekanan juga menguap... Semua seruan itu tak ada yang
menjawabkan... Sepertinya mereka telah mati. Dan sejatinya
Dunia telah mati sehingga tak lagi bisa mendengar seruan dan
jeritan kaum lemah...

Pepatah Arab berkata:

Engkau pasti mampu memperdengarkan seruan muslim andai


engkau menyeru kepada orang yang hidup ## tapi sungguh
malang, yang engkau seru itu tidak lagi hidup.

Dunia telah mati... Nurani telah mati... Para penguasa negeri-negeri


Muslim telah mati... Yang hidup hanya Palestina... Hanya Rakyat
Palestina... Hanya mereka yang berempati kepada Palestina..
Selainnya adalah bangkai-bangkai yang bergentayangan atas
nama manusia.

FREE PALESTINE!!!

18
19
20

Anda mungkin juga menyukai