TAPP 2016
“Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?”
Demikian Tuhan Allah semesta alam berseru kepada Yesaya pada saat
pengutusannya untuk menjadi nabi di tengah-tengah bangsa Israel. Yesaya
mengetahui itu adalah tugas yang berat. Tetapi ketika Serafim menyentuhkan
bara ke mulut Yesaya sebagai simbol bahwa dosanya telah diampuni, dia
menjawab: “Ini aku, utuslah aku”. Sebuah jawaban yang menuntut tanggung
jawab dan kesediaan diri. Itulah yang Yesaya ucapkan dan itu jugalah yang ia
laksanakan.
Para suster yang terkasih kiranya pertanyaan yang sama juga telah di ajukan
kepada kita masing masing. Dengan caraNya Allah telah memanggil dan
member penugasan kepada kita masing-masing.
Panggilan serta pertanyaan yang menantang, yang mengajak kita untuk melihat
kembali mereflelsi jawaban serta kesanggupan kita yang telah kita jalani dalam
dalam kehidupan nyata sebagai yang terpanggil dalam bingkai spiritualitas
tarekat kita melalui penghayatan kaul-kaul hidup panggilan kita.
Para suster yang terkasih, untuk itulah pada kesempatan di hari-hari ini, kita
akan bersama dengan rendah hati kembali melihat mutu jawaban
kesanggupan kita.
1
4.DOA PEMBUKAAN (bersama)
2
seorng saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan
perkataan-Nya. 10:40 sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata:
“Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri?
suruhlah dia membantu aku”. 10:40 Tetapi Tuhan menjawabnya: “Marta..Marta, engkau kuatir dan
menyusahkan diri dengan banyak perkara. 10:40 tetapi hanya satu saja yag perlu: Maria telah
memilih bagian yag terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.
8.RENUNGAN :
9.DOA PENUTUP :
3
IBADAT PENUTUP
1.LAGU :
2.DOA PEMBUKAAN :
3.BACAAN : Markus 4:35-41
4.LAGU :
5.RENUNGAN :
Injil Markus 4:35-41 menceritakan perjalanan para murid bersama Yesus
menggunakan perahu yang dihantam badai dan angin ribut. Para murid gelisah,
tapi Yesus tidur nyenyak di buritan perahu. Mungkin begitu dahsyatnya badai,
para murid menjadi tidak yakin bersama Yesus pasti selamat.
Kisah perahu yang mengarungi danau dan dihantam badai itu merupakan
gambaran Gereja masa kini. Dari waktu ke waktu, kita menyadari kehadiran
4
Gereja sebagai kehadiran yang berhadapan dengan ombak dan badai.
Kehendak Kristus pada kita untuk melanjutkan perjalanan bersama-Nya dalam
karya misi sekaligus adalah perjalanan sebuah perahu (Gereja) yang harus
berani melewati danau/lautan yang kadang diterjang badai.
Seandainya Tuhan tidak tidur, tapi langsung bertindak menolong setiap masalah
yang dialami para pengikut-Nya, apa dampaknya bagi pembentukan iman
mereka? Jika Dia surut sesaat, di saat itulah kita punya dua kesempatan, yakni
menyadari pentingnya Dia bagi kita dan mengungkapkan ketergantungan kita
kepada- Nya. Mengapa demikian? Karena misi Gereja adalah bagaimana Kristus
dan ajarannya sampai ke seberang, sampai ke tujuannya, yaitu bagaimana
Yesus yang adalah Injil menjadi kegembiraan dunia.
Yesus sebagai Injil (Kabar Gembira) meringkas seluruh makna pewartaan iman.
Kerajaan Allah yang kedatangannya diwartakan Yesus adalah kabar yang
sungguh menggembirakan para pendengar- Nya. Sebab kabar ini berasal dari
yang Maha baik dan bicara tentang Allah di surga yang penuh dengan kasih
sayang dan kebapaan bagi semua orang di bumi. “Allah mencintai
6.DOA PENUTUP :
5
Hari itu, khotbah yang disampaikan adalah tentang Marta dan Maria (Lukas 10:38-42).
Aku sebenarnya sudah cukup sering mendengarkan kisah mereka, bahkan suka
menyanyikan lagunya. Hati kecilku terusik oleh sebuah suara: “Apakah kamu hidup
bersama Tuhan?”
Dengan sigap pikiranku menjawab, “Jelas aku sudah bersama Tuhan. Aku sudah
melayani Tuhan, bahkan Senin sampai Minggu aku selalu datang ke rumah Tuhan.”
“Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya
satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil
dari padanya.” (Lukas 10:41-42).
Dengan malu aku harus mengakui bahwa aku sama seperti Marta yang lebih memilih
“sibuk di dapur” daripada “duduk mendengarkan perkataan Yesus”. Inilah hal penting
yang aku lupakan: Aku melakukan segala sesuatu untuk Tuhan, tetapi tidak bersama
dengan Tuhan.
Tidak ada keterangan bahwa Tuhan Yesus menyalahkan Marta atas pelayanannya. Tuhan
Yesus juga tidak berusaha menghentikannya. Perkataan Yesus lebih banyak menyiratkan
kasih dibanding penghakiman. Dia prihatin melihat Marta yang sepertinya mulai lelah
dan jengkel. Hal yang sangat bisa kumaklumi sebagai orang yang juga selalu aktif
melayani. Kesibukan pelayanan bisa membuat kita lelah dan mulai membanding-
bandingkan banyaknya pekerjaan yang sudah kita lakukan dibanding orang lain.
Yesus tidak menghakimi Marta, namun Dia mengingatkan Marta: terlalu sibuk dengan
berbagai aktivitas yang baik dapat membuat Marta kehilangan bagian yang terbaik.