Anda di halaman 1dari 13

Teori Kendala (Theory of Constraint)

Teori Kendala (Theory of Constraint) adalah suatu filosofi dan metode untuk
melakukan perbaikan dan peningkatan secara terus-menerus dengan fokus terhadap
identifikasi faktor pembatas yang disebut constraint (kendala). Constraint yang terus-menerus
dieliminasi akan memaksimalkan proses produksi, meningkatkan keuntungan serta
meminimalisasikan biaya untuk pencapaian tujuan perusahaan di masa yang akan datang.

Theory of Constraints (TOC) pertama kali dikenalkan oleh seorang ilmuwan fisika
bernama Dr. Eliyahu M. Goldratt melalui bukunya yang berjudul The Goal: A Process of
Ongoing Improvement pada tahun 1986. Theory of Constraints (TOC) merupakan
pengembangan dari Optimized Production Technology (OPT). Konsep dari TOC adalah
memasukkan filosofi manajemen dalam perbaikan berdasarkan pengidentifikasian kendala-
kendala untuk meningkatkan keuntungan.

Konsep dasar dari Theory of Constraint (TOC) adalah bahwa setiap organisasi
mempunyai kendala-kendala yang menghambat pencapaian kinerja (performance) yang
tinggi. Kendala-kendala ini seharusnya diidentifikasi dan diatur untuk memperbaiki kinerja.
Jika suatu kendala telah terpecahkan, maka kendala berikutnya dapat diidentifikasi dan
diperbaharui yang pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan hasil produk jadi keseluruhan
yang terjual (Throughput), mengurangi persediaan (Inventory) dan mengurangi biaya
operasional (Operational expenses).

A. Pengertian Teori Kendala (Theory of Constraint)

Berikut definisi dan pengertian teori kendala atau Theory of Constraint (TOC) dari
beberapa sumber buku dan referensi:
 Menurut Sulistiowati (2004), TOC adalah suatu filosofi perbaikan terus-menerus yang
fokusnya pada identifikasi atas kendala untuk pencapaian tujuan perusahaan, yaitu
menghasilkan uang saat ini dan dimasa yang akan datang, serta untuk menetapkan
suatu proses perbaikan terus-menerus.
 Menurut Dendi (2012), TOC adalah suatu filosofi manajemen yang membantu sebuah
perusahaan dalam meningkatkan keuntungan dalam memaksimalkan proses
produksinya dan meminimalisasikan semua ongkos atau biaya yang relevan seperti
biaya simpan, biaya langsung, biaya tidak langsung, dan biaya modal.
 Menurut Kurniawan Budi (2017), TOC adalah suatu metode yang digunakan untuk
melakukan peningkatan secara terus-menerus dalam aktivitas manufacturing dan
nonmanufacturing. Hal ini dikarakterkan sebagai thingking process yang dimulai
dengan mengakui bahwa semua sumber daya (resources) terbatas. Faktor yang
terbatas tersebut dinamakan constraint (kendala). Constraint dapat dikendalikan untuk
meningkatkan kinerja, dalam mengendalikannya yang harus dilakukan yaitu dengan
mengidentifikasi dan mengeksploitasi dan proses ini harus diulangi terus menerus
sampai constraint dapat dieliminasi.
B. Jenis-jenis Kendala

Setiap perusahaan akan menghadapi berbagai keterbatasan yang disebut sebagai


kendala. TOC dapat digunakan untuk mengembangkan pendekatan spesifik untuk mengelola
kendala guna mendukung tujuan perbaikan yang berkelanjutan. Menurut Hansen dan Mowen
(2000), berdasarkan asalnya, kendala dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

 Kendala internal (internal constraint), adalah faktor-faktor yang membatasi


perusahaan yang berasal dari dalam perusahaan, misalnya keterbatasan jam mesin.
Kendala internal harus dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan throughput
semaksimal mungkin tanpa meningkatkan persediaan dan biaya operasional.
 Kendala eksternal (external constraint), adalah faktor-faktor yang membatasi
perusahaan yang berasal dari luar perusahaan, misalnya permintaan pasar atau
kuantitas bahan baku yang tersedia dari pemasok. Kendala eksternal yang berupa
volume produk yang dapat dijual, dapat diatasi dengan menemukan pasar,
meningkatkan permintaan pasar ataupun dengan mengembangkan produk baru.

Selain itu, berdasarkan sifatnya kendala dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

 Kendala mengikat (binding constraint), adalah kendala yang terdapat pada sumber
daya yang telah dimanfaatkan sepenuhnya.
 Kendala tidak mengikat atau kendur (loose constraint), adalah kendala yang terdapat
pada sumber daya yang terbatas yang tidak dimanfaatkan sepenuhnya.

Adapun menurut Kaplan dan Atkinson (2000), kendala dapat dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu sebagai berikut:

 Kendala sumberdaya (resource constraint). Kendala ini dapat berupa kemampuan


factor input produksi seperti bahan baku, tenaga kerja dan jam mesin.
 Kendala pasar (market resource). Kendala yang merupakan tingkat minimal dan
maksimal dari penjualan yang mungkin selama dalam periode perencanaan.
 Kendala keseimbangan (balanced constraint). Diidentifikasi sebagai produksi dalam
siklus produksi.
C. Keunggulan Theory of Constraint

Jika dijabarkan, maka keunggulan dengan adanya penerapan teori kendala menurut
Hansen dan Mowen (2000) adalah sebagai berikut:

1. Produk yang lebih baik. Perusahaan dapat menghasilkan produk dengan kualitas lebih
baik dan menyediakan produk yang sudah diperbaiki tersebut secara cepat ke pasar.
Persediaan yang lebih rendah menyebabkan deteksi atas kerusakan dapat dilakukan lebih
cepat dan penyebab maasalah bisa segera dinilai. Persediaan yang rendah memungkinkan
perubahan produk untuk diperkenalkan secara lebih cepat karena perusahaan mempunyai
persediaan produk lama yang lebih sedikit dan harus segera dijual atau dibuang.
2. Harga yang lebih rendah. Persediaan rendah akan menyebabkan menurunnya biaya
penyimpanan, biaya investasi per unit dan beban operasi lain seperti lembur dan
pengiriman khusus. Dengan menurunnya biaya-biaya maka penetapan harga akan
menjadi lebih fleksibel, sehingga perusahaan tidak harus melakukan strategi pemotongan
harga.
3. Daya tanggap. Persediaan yang lebih rendah memungkinkan waktu tunggu aktual untuk
diamati secara lebih seksama dan tanggal pengiriman yang lebih akurat dapat terpenuhi.
Tingkat persediaan yang tinggi terhadap pesaing akan mengakibatkan kelemahan
kompetitif, dengan teori kendala maka perusahaan dapat menekan pengurangan
persediaan dengan mengurangi waktu tunggu.
D. Aspek-aspek TOC

Theory of Constraint (TOC) memiliki tiga aspek atau unsur penilaian yang digunakan
dalam pengukuran operasional perusahaan, yaitu sebagai berikut (Hansen dan Mowen, 2000) :
a. Throughput

Throughput adalah suatu ukuran dimana suatu perusahaan menghasilkan uang melalui
penjualan. Dalam istilah operasional, throughput adalah perbedaan antara pendapatan
penjualan dan biaya variabel di tingkat unit, seperti bahan baku dan tenaga listrik. Throughput
yang berkaitan dengan margin kontribusi disebut throughput ontribution, dimana yaitu
penjualan dikurangi dengan biaya bahan baku langsung. Proses produksi dan distribusi yang
tidak mempengaruhi throughput bukan merupakan kendala yang mengikat, sehingga
perhatian pada hal-hal tersebut menjadi lebih rendah dibandingkan dengan perhatian terhadap
pemborosan kendala mengikat. Dalam lingkungan manufaktur yang baru, throughput diukur
melalui pengurangan sales dengan biaya-biaya langsung dari sales tersebut.

b. Persediaan

Persediaan adalah semua dana yang dikeluarkan perusahaan untuk mengubah bahan
baku mentah melalui throughput. Bahan persediaan dalam TOC merupakan semua aktiva
yang memiliki dan tersedia secara potensial untuk penjualan. Persediaan produk jadi hanya
difokuskan pada tingkat yang diperlukan untuk menghadapi perubahan permintaan pelanggan
guna memberikan pelayanan yang baik. Pengadaan persediaan bahan baku, barang dalam
proses dan barang jadi di atas tingkat minimum tidak akan menambah throughput dan
merupakan biaya yang tidak bernilai tambah.

c. Biaya-biaya operasional

Biaya-biaya operasional sebagai semua uang yang dikeluarkan perusahaan untuk


mengubah persediaan menjadi throughput. Biaya operasi ini terjadi untuk mendukung dan
mengoptimalkan throughput pada suatu teori kendala. Berdasarkan tiga ukuran ini, tujuan
pihak manajemen dapat dikatakan sebagai berikut: menaikkan throughput, meminimalkan
persediaan, dan menurunkan biaya-biaya operasional.

E. Prinsip Dasar TOC

Menurut Dettmer (1997), langkah-langkah atau tahapan dalam Theory of Constraint


(TOC), dapat digambarkan dan dijelaskan sebagai berikut:
1. Identifikasi constraint (identifying the constraint). Mengidentifikasi bagian sistem
manakah yang paling lemah kemudian melihat kelemahanya apakah kelemahan fisik atau
kebijakan.
2. Eksploitasi constraint (exploiting the constraint). Menentukan cara menghilangkan atau
mengelola constraint dengan biaya yang paling rendah.
3. Subordinasi sumber lainnya (subordinating the remaining resources). Setelah
menemukan constraint dan telah diputuskan bagaimana mengelola constraint tersebut
maka harus mengevaluasi apakah costraint tersebut masih menjadi constraint pada
performansi sistem atau tidak. Jika tidak maka akan menuju ke langkah kelima, tetapi jika
ya maka akan menuju ke langkah keempat.
4. Elevasi constraint (Elevating the constraint). Jika langkah ini dilakukan, maka langkah
kedua dan ketiga tidak berhasil menangani constraint. Maka harus ada perubahan besar
dalam sistem, seperti reorganisasi, perbaikan modal, atau modifikasi substansi sistem.
5. Mengulangi proses keseluruhan (repeating the process). Jika langkah ketiga dan
keempat telah berhasil dilakukan maka akan mengulangi lagi dari langkah pertama.
Proses ini akan berputar sebagai siklus. Tetap waspada bahwa suatu solusi dapat
menimbulkan constraint baru perlu dilakukan.

Adapun menurut Billington, dkk (1995), terdapat sembilan prinsip dasar Theory of
Constraint (TOC) yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan TOC, yaitu sebagai berikut:

1. Seimbangkan aliran produksi, bukan kapasitas produksi. Diasumsikan perusahaan


memiliki kapasitas tidak seimbang dengan jumlah permintaan pasar (demand) karena
keseimbangan kapasitas menghambat pencapaian tujuan (goal) perusahaan.
2. Tingkat utilitas non bottleneck tidak ditentukan oleh potensi stasiun kerja tersebut tetapi
oleh stasiun kerja bottleneck atau sumber kritis lainnya. Hanya stasiun kerja yang
mengalami bottleneck yang perlu dijalankan dengan utilitas 100%.
3. Aktivitas tidak selalu sama dengan utilitas. Menjalankan non bottleneck dapat
mengakibatkan bertumpuknya work in process (buffer) dalam jumlah yang berlebihan.
4. Satu jam kehilangan pada bottleneck merupakan satu jam kehilangan sistem keseluruhan.
5. Satu jam penghematan pada non bottleneck merupakan suatu fatamorgana.
6. Bottleneck mempengaruhi throughput dan inventory.
7. Batch transfer tidak selalu sama jumlahnya dengan batch proses.
8. Batch proses sebaiknya tidak tetap (variabel).
9. Penjadwalan (kapasitas dan prioritas) dilakukan dengan memperhatikan semua kendala
(constraint) yang ada secara simultan.
F. Manfaat TOC

Menurut Hansen dan Mowen (2000), penerapan Theory of Constraint (TOC) memiliki
beberapa manfaat dan keunggulan, antara lain yaitu sebagai berikut:

1. Produk yang lebih baik. Perusahaan dapat menghasilkan produk dengan kualitas lebih
baik dan menyediakan produk yang sudah diperbaiki tersebut secara cepat ke pasar.
Persediaan yang lebih rendah menyebabkan deteksi atas kerusakan dapat dilakukan lebih
cepat dan penyebab masalah bisa segera dinilai. Persediaan yang rendah memungkinkan
perubahan produk untuk diperkenalkan secara lebih cepat karena perusahaan mempunyai
persediaan produk lama yang lebih sedikit dan harus segera dijual atau dibuang.
2. Harga yang lebih rendah. Persediaan rendah akan menyebabkan menurunnya biaya
penyimpanan, biaya investasi per unit dan beban operasi lain seperti lembur dan
pengiriman khusus. Dengan menurunnya biaya-biaya maka penetapan harga akan
menjadi lebih fleksibel, sehingga perusahaan tidak harus melakukan strategi pemotongan
harga.
3. Daya tanggap. Persediaan yang lebih rendah memungkinkan waktu tunggu aktual untuk
diamati secara lebih saksama dan tanggal pengiriman yang lebih akurat dapat terpenuhi.
Tingkat persediaan yang tinggi terhadap pesaing akan mengakibatkan kelemahan
kompetitif, dengan teori kendala maka perusahaan dapat menekan pengurangan
persediaan dengan mengurangi waktu tunggu.
G. Konsep Teori Kendala

Pada umumnya, ada empat konsep teori yang harus anda ketahui yaitu:

1. Terfokus pada 3 ukuran kinerja


Agar teori kendala dapat direalisasikan dengan optimal maka perusahaan atau manajer
harus memperhatikan 3 ukuran kinerja yang paling penting, antara lain beban operasi,
persediaan dan throughput. Simak penjelasannya berikut ini:

 Beban operasi : kinerja ini mencakup keseluruhan biaya beban operasi yang
dikeluarkan untuk merubah persediaan menjadi throughput.
 Persediaan : kinerja ini mencakup hal-hal yang berkaitan dengan proses produksi,
seperti mengubah bahan baku menjadi suatu throughput. Berapa biaya-biaya yang
harus dikeluarkan untuk melakukan hal tersebut, dan lain sebagainya.
 Throughput : kinerja ini mencakup sekuat dan semampu apa para perusahaan untuk
dapat menghasilkan uang dari hasil marketing atau pemasaran.

Jadi, kita dapat mengambil garis tengah pada penjelasan tersebut bahwa tujuan dari
teori atau manajemen kendala ini adalah ingin meningkatkan troughput atau uang yang
dihasilkan, namun juga dapat meminimalkan biaya untuk persediaan sehingga beban operasi
pun juga dapat diturunkan. Apabila perusahaan dapat melakukan hal tersebut maka
perusahaan akan mendapatkan keuntungan bersih yang terus meningkat, arus kas yang stabil
dan lain sebagainya.

2. Menurunkan persediaan

Agar produk menjadi lebih berkualitas maka perusahaan dapat memproduksi produk-
produk yang baru. Apabila perusahaan terus menerus memproduksi produk lama maka akan
menyebabkan resiko, seperti tidak lakunya produk yang dijual dan lain sebagainya.

Dengan kata lain, produk lama tidak perlu diproduksi dengan jumlah yang besar. Hal
itu bertujuan untuk meminimalisirkan para kompetitor yang ada.

3. Menurunkan biaya operasi

Menurunkan biaya operasi dapat mengakibatkan penetapan harga menjadi fleksibel.


Biasanya, para perusahaan akan mengurangi pasokan produksinya agar investasi, beban
operasi dan biaya penyimpangan dapat dikurangi.

4. Daya tanggap yang lebih kompetitif

Konsep yang satu ini sangat mengutamakan sistem pendistribusian, karena hal itu
menyangkut alur produk yang harus dioperasional secara baik. Pengiriman produk yang tepat
waktu adalah hal yang utama dalam sebuah kompetisi.
Karena hal itu akan berdampak langsung kepada para konsumennya, maka dari itu
perusahaan perlu membuat perencanaan dan perkiraan waktu secara tepat. terus meningkat,
arus kas yang stabil dan lain sebagainya.

H. Tantangan Umum Dalam Menerapkan Teori Kendala

Penerapan TOC dapat menjadi proses transformasional bagi organisasi yang ingin
meningkatkan efisiensinya. Namun, seperti halnya pendekatan strategis lainnya, pendekatan
ini juga mempunyai tantangan.

1. Resistensi terhadap perubahan:

Salah satu tantangan utama adalah resistensi alami terhadap perubahan. Karyawan
mungkin sudah familiar dengan proses yang ada dan penerapan TOC dapat mengganggu
rutinitas yang sudah ada. Mengatasi hambatan ini memerlukan komunikasi yang efektif dan
menunjukkan dengan jelas manfaat TOC bagi organisasi.

2. Identifikasi keterbatasan nyata:

Mengidentifikasi faktor-faktor yang membatasi kinerja tidak selalu mudah, dan


kesalahan dalam mengidentifikasi kendala dapat menyebabkan upaya yang salah arah.
Organisasi mungkin menghadapi tantangan dalam melakukan analisis menyeluruh untuk
mengidentifikasi secara akurat keterbatasan sebenarnya.

3. Keterbatasan sumber daya:

Penerapan TOC seringkali memerlukan investasi pada sumber daya tambahan,


teknologi, atau pelatihan. Keterbatasan sumber daya dapat menghambat kemampuan
organisasi untuk melakukan perubahan yang diperlukan tepat waktu. Mencapai
keseimbangan antara mengatasi kendala dan mengelola sumber daya secara efektif
merupakan tantangan umum.

4. Kurangnya budaya perbaikan berkelanjutan:

TOC bukanlah perbaikan satu kali saja; hal ini membutuhkan budaya perbaikan terus-
menerus. Beberapa organisasi kesulitan mempertahankan pola pikir ini dalam jangka
panjang. Tanpa komitmen terhadap perbaikan dan adaptasi berkelanjutan, manfaat TOC
dapat berkurang seiring berjalannya waktu.

5. Pelatihan yang tidak memadai:


Pelatihan yang tidak memadai dapat menyebabkan kesalahpahaman atau penerapan
konsep TOC yang tidak lengkap sehingga mengurangi efektivitasnya. Memastikan bahwa
karyawan dan pimpinan menerima pelatihan komprehensif adalah hal yang penting.

I. Alat Bantu Theory of Constraint (TOC)


1. Material Requirement Planning (MRP)

Menurut Zulian Yamit (2012:342) Material Requirement Planning merupakan sistem


yang dirancang secara khusus untuk situasi permintaan bergelombang, yang Secara tipikal
karena permintaan tersebut dependen. Sedangkan menurut Pontas Pardede (2005:475) MRP
adalah penentuan jumlah setiap jenis bahan baku yang dibutuhkan sselama satu masa tertentu
dalam pembuatan barang jadi untuk memenuhi permintaan selama masa tersebut. Material
Reguirment Planning menggabungkan pengendalian bahan baku dengan rencana produksi.
Sasarannya adalah mempersingkat masa penahanan persediaan dan pada saat yang sama
menjamin tersedianya bahan - bahan pada waktu dibutuhkan, maka MRP sangat sesuai untuk
perusahaanmanufaktur. Material Reguirment Planning menghubungkan jadwal pengolahan
dengan bill of materials yaitu suatu bagan atau tabel yang menunjukkan jumlah dan jenis
bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat setiap satuan barang jadi. Dengan cara seperti
ini setiap jenis barang dapaf tersedia tepat waktu sehingga tidak terjadi kekurangan bahan.
Tujuan sistem MRP adalah (1) menjamin tersedianya material, item atau komponen pada saat
dibutuhkan untuk memenuhi skedul produksi, dan menjamin tersedianya produk jadi bagi
konsumen, (2) menjaga tingkat persediaan pada kondisi yang minimum, dan (3)
merencanakan aktivitas pengiriman, penjadwalan maupun aktivitas pembelian. Pontas
Pardede (2005:476) ada beberapa keuntungan-keuntungan digunakanny? MRP antara lain
sebagai berikut :

 Penurunan jumlah sediaan yang dibutuhkan


MRP menentukan jumlah bahan atau bagian barang yang benar-benal Aibutuhkan
untuk setiap satuan waktu sesuai dengan rencana produksi induk (MPS), sehingga
tingkat sediaan yang berlebihan dapat dihindarkan.
 Pengurangan masa tunggu pembuatan dan pemesanan
MRP menunjukkan jumlah, jadwal, dan ketersediaan bahan atau bagian barang serta
tindakan pengadaan yang dibutuhkan untuk memenuhi waktu penyerahan sehingga
dapat menghindarkan penundaan kegiatan pengolahan.
 Pemenuhan jadwal yang lebih tepat
Dengan MRP, bagian pengolahan dapat memberikan jadwal pengolahan yang tepat
kepada bagian pemasaran sehingga bagian pemasaran dapat menentukan jadwal
penyerahan yang tepat kepada pembeli atau pemesan.
 Peningkatan kehematan
MRP mensyaratkan kerjasama dan penyelarasan antara berbagai pusat kerja pada saat
bahan-bahan mengalir diantara pusat-pusat kerja tersebut. Dengan demikian pemeriksa
bahan tidak diperlukan lagi dan tidak akan ada penghentian pengolahan karena MRP
menekankan tersedianya bahan-bahan dalam jumlah dan waktu yang tepat.
2. Enterprise Resource Planning (ERP)

ERP (Enterprise Resource Planning) adalah sebuah sistem informasi perusahaan yang
dirancang untuk mengkoordinasikan sumber daya, informasi, dan aktifitas yang diperlukan
untuk proses bisnis lengkap (Rakhma, 2010:15). ERP merupakan software yang
mengintegrasikan semua departemen dan fungsi suatu perusahaan ke dalam sistem komputer
yang dapat melayani semua kebutuhan perusahaan, baik dari departemen penjualan, HRD,
produksi, atau keuangan. Syarat terpenting dari sistem ERP adalah integrasi yang
menggabungkan berbagai kebutuhan pada satu software dalam satu logical database sehingga
memudahkan semua departemen berbagi informasi, dan tujuan sistem ERP adalah untuk
mengkoordinasikan bisnis secara keseluruhan.

Area bisnis yang dilingkupi ERP adalah akuntansi keuangan, akuntansi pengendalian,
penjualan, manajemen sumber daya manusia. ERP membawa proses penyatuan yang lebih
baik serta fungsi operasi yang terintegrasi dengan system back Office seperti pembayaran,
sumber daya manusia, dan keuangan. Rakhma (2010:15) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa ERP memiliki tiga manfaat yaitu: (1) Mengintegrasikan data keuangan, (2)
Standarisasi proses operasi, (3) Standarisasi data dan informasi

3. Supply Chain Management (SCM)

Menurut Pujawan, (2005 :5) Supply chain adalah jaringan perusahaarperusahaan yang
secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan
pemakai akhir. Jadi kalau Supply chain adalah jaringan fisiknya, yakni perusahaan-perusahaan
yang terlibat dalam memasok bahan baku, memproduksi barang, maupun mengirimkannya ke
pemakai akhir, SCM adalah metode, alat, atau pendekatan pengelolaannya. Pada suatu supply
chain biasanya ada 3 macam aliran yang harus dikelola antara lain:

 Aliran barang yang mengalir dari hulu ke hilir,


 Aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu,
 Aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya
4. Wasting

Wasting adalah pemborosan pemakaian bahan (Islahuzzaman, 2012:492) sedangkan


menurut Simamora (2000:99) wasting adalah segala sumber daya baik yang berwujud
material, tenaga kerja, mesin yang melebihi dari minimum sumber daya yang dibutuhkan
untuk menambah nilai dari bahan baku atau pelayanan. Adapun sumber sumber wasting
adalah :

 Time on hand (wniting time), menyeimbangkan beban tiap Stasiun kerja, dan
mencegah terjadinya bottleneck (proses yang membatasi total output) sehingga waktu
tunggu mesin maupun material dapat dihindari,
 Reduce Materié Handling, berfungsi agar tumpukan work in process dapat dihindari,
 Stock on han (inventory), Perusahaan hanya memproduksi produk yang diperlukan
pasar, stasiun kerja up stream hanya memproduksi barang yang diminta stasiun kerja
down stream sejumlah kuantitas yang diminta sehingga tidak akan terjadi tumpukan
barang maupun work in process,
 Movement, Movement merupakan aktivitas mengeliminasi gerakan manusia yang
tidak diperlukan seperti materi gelimunasi al handlin ang berlebih Inspection Time,
Perusahaan harus memeliharan kesesuaian produk selama Pa 2 pengiriman ke tempat
tujuan. Pemeliharaan ini termasuk mengidentifikasi, penanganan pengepakan,
penyimpanan, dan perlindungan.
5. Throughput Time

Menurut Garrison (2013:77) waktu untuk menyelesaikan produk (siklus manufaktur)


yang dibutuhkan untuk mengubah bahan baku menjadi produk jadi disebut waktu throughput
(throughput time). Throughput time terdiri atas waktu untuk memproses, waktu untuk
inspeksi, waktu untuk memindahkan, dan waktu antre. Waktu proses (process time) adalah
jumlah waktu aktual yang dibutuhkan untuk mengerjakan produk. Waktu inspeksi (inspection
time) adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyakinkan produk tidak cacat. Waktu
pemindahan (move time) adalah jumlah waktu yang diperlukan untuk memindahkan bahan
atau sebagian produk jadi dari lokasi kerja yang satu ke lokasi kerja yang lain. Waktu antre
(queue time) adalah jumlah waktu yang dibutuhkan produk untuk menunggu supaya diproses,
dipindahkan, diinspeksi, atau menunggu di gudang untuk dikirim. Menurut Mulyadi
(2001:23) terdapat dua jenis aktivitas yang mengkonsumsi unsur waktu (throughput time)
yaitu value added activities dan non value added activities. Berikut adalah gambar dari siklus
pengiriman dan waktu throughput:
J. Contoh Teori Kendala

Berikut adalah beberapa contoh bagaimana Teori Kendala dapat diterapkan di berbagai
industri:

 Apa teori kendala dalam manajemen rantai pasokan


Dalam manajemen rantai pasokan, Teori Kendala dapat diterapkan untuk
mengidentifikasi dan mengatasi hambatan yang menghambat kelancaran arus barang.
Misalnya, jika pabrik manufaktur mengalami kendala, upaya akan diarahkan
untuk mengoptimalkan kapasitas produksinya guna mencegah penundaan di seluruh
rantai pasokan.
 Apa teori kendala dalam manajemen operasi
Dalam manajemen operasi, Teori Kendala dapat digunakan untuk
meningkatkan efisiensi suatu proses produksi.
Misalnya, sebuah perusahaan manufaktur mungkin mendapati bahwa jalur
perakitannya merupakan kendala yang menghalanginya mencapai tujuan produksinya.
Dengan mengidentifikasi dan mengatasi kendala ini, perusahaan dapat meningkatkan
efisiensi produksinya secara keseluruhan.
 Apa teori kendala dalam manajemen proyek
Dalam manajemen proyek, Teori Kendala dapat digunakan untuk
mengidentifikasi dan menghilangkan hambatan yang menghalangi penyelesaian
proyek tepat waktu dan sesuai anggaran.
Misalnya, manajer proyek mungkin menemukan bahwa ketersediaan sumber
daya utama merupakan kendala yang menghambat kemajuan proyek. Dengan
mengidentifikasi dan mengatasi kendala ini, manajer proyek dapat menjaga proyek
tetap berjalan pada jalurnya.
 Apa teori kendala dalam akuntansi

Dalam akuntansi, Teori Kendala dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan


menghilangkan pemborosan dalam proses keuangan.

Misalnya, departemen akuntansi mungkin menemukan bahwa proses entri data


manual merupakan kendala yang menghalanginya untuk menutup pembukuan tepat
waktu. Dengan mengotomatiskan proses ini, departemen akuntansi dapat
meningkatkan efisiensinya secara keseluruhan.

Contoh-contoh ini menunjukkan bagaimana Teori Kendala merupakan konsep


serbaguna, dapat diterapkan di berbagai domain untuk mengidentifikasi, mengatasi, dan
mengoptimalkan faktor-faktor pembatas, yang pada akhirnya meningkatkan kinerja secara
keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai