(TEORI KENDALA)
B. Asumsi Dasar
Ide dasar Teori Kendala adalah bahwa organisasi dapat diukur dan
dikendalikan oleh tiga ukuran: throughput, ongkos operasional dan inventaris.
Throughput adalah tingkat sejauh mana sistem menghasilkan uang melalui
penjualan. Inventaris adalah semua uang yang sistem tanamkan dalam bentuk
pembelian barang-barang untuk dijual. Ongkos operasional adalah semua uang
yang dibelanjakan sistem untuk mengubah inventaris menjadi throughput. "The
Goal" sendiri berarti "menghasilkan uang". Semua bentuk keuntungan yang lain
diturunkan dari tujuan tunggal yang utama ini
Konsep dasar dari synchronous manufacturing adalah sederhana, yaitu aliran
material di dalam sistem, bukan kapasitas, yang harus diseimbangkan. Hasil ini
pada perpindahan material yang lancar dan terus menerus dari satu operasi ke
operasi selanjutnya, dan kemudian lead time dan inventory yang menunggu dalam
antrian harus dikurangi. Perbaikannya adalah pada pengurangan inventory yang
dapat mengurangi biaya total dan dapat mempercepat pengiriman kepada
konsumen, dan juga menjadikan perusahaan untuk dapat bersaing lebih efektif.
Lead time yang singkat dapat memperbaiki pelayanan kepada konsumen dan
membuat perusahaan lebih kompetitif.
Pada synchronous manufacturing, bottleneck diidentifikasikan dan digunakan
untuk menentukan tingkat aliran. Untuk memaksimasi aliran sistem, bottleneck
harus diatur seefektif mungkin. Dikatakan sebagai capacity constrain resources,
bottleneck ini memastikan Goldratt untuk mengembangkan gagasan dalam
mengatur konstrain. Theory of constraint memperluas konsepnya yang meliputi
pasar, material, kapasitas, logistik, manajerial, dan perilaku konstrain.
C. Theory of Constraints
Kendala dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang menghambat suatu
sistem untuk mencapai kinerja yang lebih tinggi. Ada dua tipe pokok kendala,
yaitu batasan fisik dan batasan non fisik. Batasan fisik adalah batasan yang
berhubungan dengan kapasitas mesin, sedangkan batasan non fisik berupa
permintaan terhadap produk dan prosedur kerja. (Fogarty, 1991)
Kategori kendala antara lain adalah Internal resource constraints (kendala
sumber-sumber internal), yaitu kendala klasik. Seperti mesin, pekerja dan alatalat
lain. Berkaitan dengan kendala sumber-sumber internal, R.B.Chase
mengistilahkan kendala tersebut sebagai Capacity Constraints Resources (CCR)
atau sumber daya berkendala kapasitas, yaitu sumber daya yang jika tidak
dijadwalkan sebagaimana mestinya akan dapat menghambat aliran produk yang
menyimpang dari perencanaan aliran semula.
Sumber daya berkendala kapasitas tidak hanya jenis kendala yang dapat
menghambat kinerja. Kendala pasar juga dapat menghambat penggunaan secara
penuh sumber daya pabrik yang tersedia. Peningkatan pasar akan meningkatkan
throughput dan net profit. Kendala-kendala material juga dapat menghambat
penggunaan sumber daya. Jika kapasitas lebih besar dari aliran throughput dengan
kendala material, material-material yang lebih banyak akan meningkatkan
throughput dan profit.
Dapat diartikan bahwa TOC adalah suatu pendekatan ke arah peningkatan
proses yang berfokus pada elemen-elemen yang dibatasi untuk meningkatkan
output. Hal ini berdasarkan fakta bahwa, seperti sebuah rantai dengan link yang
paling lemah, dalam beberapa sistem yang kompleks pada waktu tertentu, sering
terdapat satu aspek dalam sistem yang membatasi kemampuannya untuk mencapai
lebih banyak tujuannya. Usaha yang berfokus pada masalah dapat meningkatkan
atau memaksimumkan kembali inisiatif yang ada. Agar sistem tersebut mencapai
kemajuan yang signifikan, hambatannya perlu untuk diidentifikasi dan
keseluruhan sistem perlu diatur. Sesekali elemen proses yang dibatasi diperbaiki,
link paling lemah yang berikutnya dapat ditujukan dalam suatu pendekatan
iterative.
TOC adalah suatu filosofi manajemen yang membantu sebuah perusahaan
dalam meningkatkan keuntungan dengan mamaksimalkan produksinya dan
meminimalisasi semua ongkos atau biaya yang relevan seperti biaya simpan,
biaya langsung, biaya tidak langsung, dan biaya modal.
Penerapan TOC lebih terfokus pada pengelolaan operasi yang berkendala
sebagai kunci dalam meningkatkan kinerja sistem produksi, nantinya dapat
berpengaruh terhadap profitabilitas secara keseluruhan.
Theory of Constraint (TOC) mengakui bahwa kinerja setiap perusahaan
dibatasi oleh kendala-kendalanya, yang kemudian mengembangkan pendekatan
kendala untuk mendukung tujuan, yaitu kemajuan terus menerus suatu perusahaan
(continious improvement). Teori ini memfokuskan diri pada tiga ukuran yaitu :
1. Throughput
Adalah tingkat di mana suatu organisasi menghasilkan uang melalui
penjualan. Throughput merupakan selisih antara pendapatan penjualan dan
biaya variable tingkat unit seperti bahan baku dan listrik. oleh karena itu,
dalam hal ini throughput sesuai dengan margin kontribusi.
2. Persediaan (inventory)
Adalah semua dana yang dikeluarkan perusahaan untuk mengubah bahan
baku mentah melalui throughput. Bahan persediaan dalam TOC merupakan
semua aset yang dimiliki dan tersedia secara potensial untuk penjualan
3. Biaya-biaya operasional (operating expense)
Adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mengubah persediaan
menjadi throughput. Biaya operasional ini terjadi untuk mendukung dan
mengoptimalkan throughput dalam kendala
Penerapan TOC dapat membantu manager dalam meningkatkan laba dan juga
penjualan produk atau jasa yang berkualitas serta pemenuhan permintaan yang
tepat waktu sehingga perusahaan mampu beroperasi secara efisien dan efektif.
Penerapan TOC tersebut secara langsung terkait pada pengelolaan operasi yang
berkendala sebagai kunci dalam meningkatkan kinerja sistem produksi yang
nantinya dapat berpengaruh terhadap profitabilitas secara keseluruhan. Dari tiga
definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan manajemen adalah
meningkatkan throughput, meminimalkan persediaan, dan mengurangi beban
operasi. Dari tujuan manajemen tersebut akan berpengaruh pada laba bersih dan
pengembalian atas investasi akan meningkat dan arus kas akan membaik.
Secara tradisional, penekanan unsur peningkatan throughput dan penurunan
beban operasi menjadi sangat penting dibandingkan penurunan persediaan yang
dipandang kurang penting. Namun TOC (seperti JIT) memberikan peran yang
lebih menonjol kepada manajemen persediaan dibandingkat sudut pandang
tradisional. TOC mengakui bahwa penurunan persediaan akan mengurangi biaya
penyimpanan sehingga dapat menurunkan beban operasi serta memperbaiki laba
bersih. Tetapi lebih dalam lagi, TOC menyatakan bahwa penurunan persediaan
akan membantu menghasilkan sisi kompetitif dengan mempunyai produk yang
lebih baik, harga lebih rendah, dan tanggapan yang lebih cepat atas kebutuhan
pelanggan.
1. Produk yang lebih baik
Berarti kualitas produk yang semakin tinggi. Dalam hal ini, perusahaan juga
mampu memperbaiki produk dan menyediakan produk yang sudah diperbaiki
secara cepat ke pasar. Tingkat persediaan yang rendah memungkinkan
perusahaan untuk mendeteksi kerusakan lebih cepat dan penyebabnya bisa
segera dinilai. Perbaikan produk juga sama pentingnya, karena produk baru
maupun perbaikan produk harus segera dipasarkan sebelum pesaing
menyediakan produk yang sama sehingga perusahaan mendapatkan
keunggulan dalam persaingan. Hal ini dapat difasilitasi dengan dengan
persediaan yang rendah karena memungkinkan perubahan produk baru
diperkenalkan lebih cepat dimana perusahaan hanya memiliki sedikit produk
lama yang harus segera dibuang atau dipasarkan sebelum memperkenalkan
produk baru.
2. Harga yang lebih rendah
Dapat dicapai dengan persediaan yang rendah. Apabila tingkat persediaan
tinggi, maka investasi dalam peralatan dan ruang lebih banyak. Persediaan
banyak juga dapat meningkatkan biaya lembur dimana biaya lembur dapat
meningkatkan beban operasi dan menurunkan profitabilitas. Oleh karena itu,
penting untuk menekan tingkat persedian karena akan menurunkan investasi
dan biaya operasi sehingga margin per unit setiap produk meningkat dan
keputusan penetapan harga menjadi lebih fleksibel.
3. Daya tanggap
Dapat diartikan mengirimkan barang tepat waktu dan memproduksi barang
dengan waktu tunggu yang lebih pendek daripada yang diminta pasar. Kedua
hal ini dapat menjadi alat yang kompetitif yang penting. Pengiriman barang
secara tepat waktu berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam
memperkirakan waktu yang diperlukan untuk memproduksi dan mengirim
barang. Persediaan yang rendah memungkinkan waktu tunggu diamati lebih
seksama dan tanggal pengiriman lebih akurat dapat dipenuhi. Memperpendek
waktu tunggu sama pentingnya dengan menurunkan tingkat persediaan BDP.
Misalnya perusahaan dapat menurunkan waktu tunggu dari 10 hari menjadi 5
hari maka perusahaan dapat mengurangi waktu penyimpanan persediaan BDP
menjadi 5 hari saja. Selain itu rata-rata persedian barang jadi juga menjadi
berkurang. Tingkat persediaan ini menandakan kemampuan perusahaan untuk
merespon lebih cepat.
D. Aturan Umum Dalam Konsep Teori Kendala
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam pemanfaatan teori kendala tidak
hanya pengendalian buffer (penyangga) di stasiun konstrain. Keberhasilan
penerapan teori kendala akan ditentukan oleh keberhasilan penerapan
beberapa prinsip dasar, yaitu :
1. Berdasarkan keseimbangan aliran, bukan keseimbangan kapasitas
Diasumsikan perusahaan memiliki kapasitas tidak seimbang dengan
jumlah permintaan pasar, karena keseimbangan kapasitas menghambat
pencapaian tujuan perusahaan.
2. Tingkat utilisasi sumber daya non bottleneck tidak ditentukan oleh
potensinya, tetapi oleh stasiun kerja bottleneck atau sumber kritis lainnya.
3. Penggunaan (Utilisasi) dan pengaktifan sumber daya adalah tidak sama.
4. Penghematan dalam setiap jam adalah keuntungan yang besar yang sulit
dicapai.
5. Prioritas dapat diuji dengan menguji kendala sistem, dengan Lead time
yang diturunkan dalam penjadwalannya.
Batch process adalah jumlah produk yang telah diproses pada suatu sumber
sebelum mengubah untuk menghasilkan sebuah produk yang berbeda. Batch
transfer adalah jumlah unit yang dipindahkan pada waktu yang sama sumber ke
sumber berikutnya. Batch transfer frekuensinya tidak harus sama dengan Batch
process. Dan untuk menyeimbangkan aliran produksi maka Batch transfer
seharusnya lebih kecil. (Tersine, 1994)
E. Langkah-Langkah TOC
Dalam mengimplementasikan ide-ide sebagai solusi dari suatu permasalahan,
Goldratt serta Hansen dan Mowen mengembankan 5 (lima) langkah yang
berurutan supaya proses perbaikan kinerja perusahaan menjadi lebih fokus dan
berakibat lebih baik bagi sistem. Langkah-langkah tersebut adalah:
Gambar 1.2: Langkah-Langkah TOC
Proses Akhir
Barang Jadi
TOC sering disebut dengan sistem drum-buffer-rope (DBR system). Berikut
adalah gambaran DBR system.
Drummer:
Proses Bor
Proses Poles
3. Subordinasi Sumber Lainnya (subordinating the remaining resources)
Pada intinya, kendala drummer menetapkan kapasitas seluruh pabrik. Semua
departemen lainnya harus disubordinasi Barang
sesuai kebutuhan
Jadi kendala drummer.
Setelah menemukan kendala dan telah6 produk X per hari
diputuskan bagaimana mengelola
6 produk Y per hari
kendala tersebut maka harus mengevaluasi apakah kendala tersebut masih
menjadi kendala pada performansi sistem atau tidak. Jika tidak maka akan
menuju ke langkah ke lima, tetapi jika ya, maka akan menuju ke langkah ke
empat.
Tujuan mengelola arus produksi di dalam dan di luar kendala yang mengikat
adalah untuk melancarkan arus produksi. Suatu alat penting untuk mengelola
arus produksi dalam konteks ini adalah sistem DBR (Drum-Buffer-Rope),
yaitu sistem yang menyeimbangkan arus produksi yang melalui suatu kendala
mengikat. Drum adalah kendala sumber daya yang mengikat utama. Buffer
adalah jumlah minimum persediaan yang dibutuhkan untuk menjaga agar
sumber daya yang mempunyai kendala tetap sibuk dalam interval waktu
tertentu. Rope adalah tindakan yang diambil dari awal operasi sampai pada
tingkat produksi sumber daya yang memiliki kendala dengan tujuan
menyeimbangkan arus produksi.
4. Evaluasi kendala (elevating the constraint)
Jika langkah ini dilakukan, maka langkah kedua dan ketiga tidak berhasil
menangani kendala. Maka harus ada perubahan besar dalam sistem, seperti
reorganisasi, perbaikan modal, atau modifikasi substansi sistem.
Untuk menghilangkan kendala-kendala dan meningkatkan throughput,
manajemen harus memikirkan mengenai penambahan kapasitas bagi kendala-
kendala yang mengikat. Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat
dilakukan manajemen untuk mengangkut suatu kendala dengan menambah
kapasitas pada operasi yang menghadapi kendala:
DAFTAR PUSTAKA
Hansen, Don R., dan Mowen, Maryanne M. 2009. Akuntansi Manajerial. Jakarta:
Salemba Empat.
Hilton, Ronald W. 1996. Managerial Accounting, 4th ed., New York: McGraw
Hill, Inc.
Hongren, Charles T., Foster George, dan Datar, Srikant. 1994. Cost Accounting: A
Managerial Emphasis, 8th ed. Prentice Hall International, Englewood Cliffs,
New Jersey.
http://kumpulan-artikel-ekonomi.blogspot.com, diakses 15 Juni 2014
http://menarailmuku.blogspot.com, diakses 15 Juni 2014
http://asdarmunandar.blogspot.com, diakses 15 Juni 2014
http://ariajach.blogspot.com/2010/05/toc-dan-proses-produksi.html, diakses 15 Juni 2014