Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM KARBOHIDRAT

TUJUAN

PERCOBAAN MOLISCH
1) Untuk mengetahui kandungan karbohidrat pada bahan makanan secara umum.

PERCOBAAN IOD
1) Untuk mengidentifikasi kandungan polisakarida pada suatu bahan makanan.

PERCOBAAN BENNEDICT
1) Untuk mengetahui kandungan karbohidrat pereduksi (yang memiliki gugus aldehid atau keton
bebas) pada bahan makanan.

PERCOBAAN BARFOED
1) Untuk membedakan monosakarida dan disakarida yang tekandung dalam bahan makanan dengan
jalan mengontrol kondisi-kondisi percobaan, seperti pH dan waktu pemanasan.

PERCOBAAN SELIWANOFF
1) Untuk mengetahui adanya ketosa (karbohidrat yang mengandung gugus keton) pada bahan
makanan.

HIDROLISIS SELULOSA
1) Untuk mengidentifikasi hasil hidrolisis selulosa dalam bahan makanan.

DASAR TEORI

KARBOHIDRAT
DASAR TEORI

Karbohidrat memiliki peran penting yakni, berfungsi sebagai penyedia energi yang utama,
karena makanan yang banyak kita konsumsi sehari-harinya banyak mengandung karbohidrat.
Ada beberapa senyawa karbohidrat yang penting bagi tubuh kita yaitu: amilum atau pati,
selulosa, glikogen, gula atau sukrosa. Molekul karbohidrat terdiri atas atom-atom karbon,
hidrogen, dan oksigen (McGilvery&Goldstein, 1996)

Terdapat gugus fungsi dalam senyawa yang termasuk karbohidrat yaitu gugus –OH,
gugus aldehida atau gugus keton. (McGilvery&Goldstein, 1996)

Monosakarida
1. Glukosa
Suatu aldoheksosa atau dekstrosa yang dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan
disebut glukosa. Glukosa terdapat pada buah-buahan dan madu lebah.
(McGilvery&Goldstein, 1996).

D-glukosa memiliki sifat mereduksi reagen Benedict, Haynes, Barfoed, gula pereduksi,
memberi osazon dengan fenilhidrazina, difermentasikan oleh ragi dan dengan HNO3
membentuk asan sakarat yang larut (Harper et al, 1979).

2. Fruktosa
Suatu ketoheksosa atau levulosa yang dapat memutar cahaya terpolarisasi ke kiri disebut
fruktosa. Fruktosa memiliki rasa yang lebih manis daripada glukosa dan sukrosa. Contoh
dari fruktosa yaitu pada madu. Fruktosa dapat dibedakan dari glukosa dengan pereaksi
seliwanoff, yaitu larutan resorsinol (1,3 dihidroksi benzene) dalam asam HCl.

Fruktosa diubah menjadi hidroksimetilfurfural lalu bereaksi dengan resorsinol


membentuk senyawa yang berwarna merah. Pereaksi Seliwanoff ini khas untuk
menunjukkan adanya ketosa. Fruktosa yang berikatan dengan glukosa membentuk
sukrosa (gula tebu atau bit). (McGilvery&Goldstein, 1996).

D-fruktosa bersifat mereduksi reagen Benedict, Haynes, Barfoed (gula pereduksi),


membentuk osazon dengan fenilhidrazina yang identik dengan osazon glukosa,
difermentasi oleh ragi dan berwarna merah ceri dengan reagen Seliwanoff resorsinol-HCl
(Harper et al, 1979).

3. Galaktosa
Galaktosa bersifat memutar bidang cahaya terpolarisasi ke kanan. Biasanya berikatan
dengan glukosa dalam bentuk laktosa (gula dalam susu). Rasa kurang manis daripada
glukosa dan kurang larut dalam air. D-galaktosa mempunyai sifat mereduksi reagen
Benedict, Haynes dan Barfoed, membentuk osazon yang berbeda dengan dua
monosakarida sebelumnya (glukosa dan fruktosa), dengan reagen floroglusinol memberi
warna merah, dan dengan HNO3 membentuk asam musat (Harper et al, 1979).

Pada proses oksidasi oleh asam nitrat pekat dan dalam keadaan panas, galaktosa
menghasilkan asam musat yang kurang larut dalam air. Jika dibandingkan dengan asam sakarat
yang dihasilkan oleh oksidasi glukosa. Pembentukan asam musat mengidentifikasi galaktosa,
karena kristal asam musat mudah dimurnikan dan diketahui bentuk kristal maupun titik leburnya.
(McGilvery&Goldstein, 1996)

DISAKARIDA

1. Sukrosa
Sukrosa bersifat memutar cahaya terpolarisasi ke kanan, yaitu gula yang berasal dari tebu,
wortel, nanas, maupun bit. Dengan proses hidrolisis sukrosa akan terpecah dan menghasilkan
glukosa dan fruktosa. (McGilvery&Goldstein, 1996)

Jika kita mengkonsumsi makanan yang mengandung gula, maka dalam usus halus, sukrosa akan
diubah menjadi glukosa dan fruktosa oleh enzim sukrase atau invertase. (McGilvery&Goldstein,
1996)

2.Laktosa
Jika laktosa akan dihasilkan D-galaktosa dan D-gluokosa, karena itu laktosa merupakan suatu
disakarida. Biasanya laktosa mengkristal dalam bentuk . Dalam susu terdapat laktosa yang
sering disebut gula susu. Laktosa memiliki rasa yang kurang manis dari glukosa. Jika laktosa
dihidrolisis dan dipanaskan dengan asam nitrat akan terbetuk asam musat.
(McGilvery&Goldstein, 1996)

3.Maltosa
Suatu disakarida yang terbentuk dari dua molekul glukosa disebut maltosa
(McGilvery&Goldstein, 1996)

Di dalam tubuh amilum mengalami hidrolisis menjadi maltosa oleh enzim amilase. Yang
diuraikan menjadi glukosa untuk digunakan oleh tubuh. Maltosa mudah larut dalam air dan
mempunyai rasa yang lebih manis daripada laktosa, tetapi kurang manis daripada sukrosa.
(McGilvery&Goldstein, 1996)

POLISAKARIDA

1.Amilum
Amilum atau pati tersususn atas amilosa dan amilopektin. Umumnya terdapat pada umbi, daun,
batang dan biji-bijian. (McGilvery&Goldstein, 1996)

Butir amilum tidak larut dalam air dingin, namun jika suspensi dalam air dipanaskan, akan
terbentuk suatu larutan koloid yang kental. Jika diberi larutan iodium akan berwarna biru,
disebabkan oleh molekul amilosa yang membentuk senyawa. Amilopektin dengan iodium akan
memberikan warna ungu atau merah lembayung. (McGilvery&Goldstein, 1996)

Jika dihidrolisis sempurna dengan asam dan enzim amilase akan menghasilkan glukosa. Dalam
ludah dan dalam cairan yang dikeluarkan oleh pankreas terdapat enzim amilase yang bekerja
terhadap amilum yang terdapat dalam makanan kita. Amilum diubah menjadi maltosa dalam
bentuk  maltose dengan enzim amilase. (McGilvery&Goldstein, 1996)

2.Glikogen
Glikogen terdapat dalam hati dan otot. Pembentukan glikogen dari glukosa terjadi di hati.
Glikogen di otot digunakan sebagai sumber energi untuk beraktivitas. (McGilvery&Goldstein,
1996)

Glikogen yang terlarut dalam air dapat diendapkan dengan menambahkan etanol. Endapan yang
terbentuk jika dikeringkan berbentuk serbuk putih. Dengan iodium, glikogen menghasilkan
warna merah. (McGilvery&Goldstein, 1996)

ALAT DAN BAHAN

ALAT

 Tabung reaksi
 Rak tabung
 Penjepit tabung reaksi
 Gelas beaker
 Gelas ukur
 Pipet tetes
 Plat tetes
 Lampu spiritus
 Kaki tiga
 Kasa abses
 Lap
 Korek api

BAHAN

 Susu sapi
 Larutan amilum
 Larutan α-naftol
 Larutan asam sulfat pekat (H2SO4)
 Larutan iodium
 Larutan reagen Bennedict
 Larutan reagen Barfoed
 Larutan reagen fosfo-molibdat
 Larutan ragen Seliwanoff

LANGKAH KERJA

Uji molish

1. Diambil larutan uji (jika larutan uji berupa zat padat, maka dihancurkan dengan mortar dan
diberi sedikit air) dengan pipet tetes yang ditambah dengan 2-3 tetes larutan α -naftol .
2. Diamati perubahan warna pada larutan.
3. Ditambahkan asam sulfat pekat (H2SO4) sebanyak 1 ml, diukur dengan gelas ukur lalu
dipindahkan dalam tabung reaksi yang berisi larutan tetes larutan α –naftol.
4. Diamati perubahan warna larutan.

Uji iod

1. Diambil larutan uji (jika larutan uji berupa zat padat, maka dihancurkan menggunakan mortar
dan diberi sedikit air) dengan pipet tetes, ditempatkan di plat tetes menggunakan pipet tetes
secukupnya
2. Ditambahkan 1 tetes larutan IKI
3. Dijadikan satu dalam tabung reaksi antara larutan uji dan larutan IKI.
4. Dipanaskan diatas api langsung menggunakan pembakar Bunsen dan penjepit hingga
mengalami perubahan warna atau reaksi
5. Diamati perubahan warna yang terjadi
6. Didinginkan kembali sampai hangat
7. Ditambahkan larutan NaOH
8. Diamati perubahan warna yang terjadi

Uji benedict

1. Diambil reagen benedict 2 ml dan ditambahkan 8 tetes larutan uji (jika larutan uji berupa zat
padat, maka dihancurkan menggunakan mortar dan diberi sedikit air)
2. Dijadikan satu dalam 1 tabung reaksi
3. Dijepit dengan penjepit tabung reaksi
4. Dipanaskan dengan menggunakan api dari pembakar Bunsen secara langsung selama 2-3 menit
5. Diamati perubahan warna yang terjadi

Uji barfoed

1. Diambil 2 ml reagen barfoed ditambahkan dengan 1 ml larutan uji (jika larutan uji berupa zat
padat, maka dihancurkan menggunakan mortar dan diberi sedikit air)
2. Dijadikan satu dalam sebuah tabung reaksi
3. Dipanaskan kurang lebih 5 menit diatas api langsung dengan pembakar bunsen, didiamkan
sebentar
4. Ditambahkan 2-3 tetes fosfomoli sulfat
5. Diamati perubahan warna yang terjadi

Uji seliwanoff

1. Diambil 2 ml reagen seliwanoff yang diukur dengan menggunakan gelas ukur dan ditambahkan
dengan 5 tetes larutan uji (jika larutan uji berupa zat padat, maka dihancurkan menggunakan
mortar dan diberi sedikit air)
2. Dijadikan satu dalam sebuah tabung reaksi
3. Dipanaskan dengan api langsung dari pembakar Bunsen selama 20 detik
4. Diamati perubahan warna yang terjadi

Hidrolisis selulosa

1. Diambil larutan uji (jika larutan uji berupa zat padat, maka dihancurkan menggunakan mortar
dan diberi sedikit air) ditambahkan dengan 2-3 tetes asam sulfat pekat H2SO4.
2. Dimasukkan air 100 ml ke gelas ukur lalu dipanaskan diatas api (sebagai penanggas)
3. Dikocok dan dipanaskan diatas air panas
4. Dipanaskan kurang lebih selama 1 jam
5. Diamati perubahan warna yang terjadi
6. Diambil beberapa tetes untuk uji benedict
7. Diambil beberapa tetes untuk ditambahkan dengan reagen benedict
8. Diamati perubahan warna yang terjadi

HASIL PENGAMATAN

ANALISIS DATA

BAHAN: IKAN

Pada uji molish kandungan ikan, diambil larutan uji kurang lebih 1 ml ditambahkan
menggunakan pipet tetes diletakkan ke dalam tabung reaksi, larutan uji memiliki warna cokelat.
Kemudian ditambahkan dengan reagen larutan α –naftol sebanak 2-3 tetes dan asam sulfat pekat
menghasilkan warna putih dengan terdapat endapan dibagian bawah tabung reaksi. Melalui hasil
praktikum diperoleh hasil negative pada uji molish karena jika suatu sampel positif pada uji molish maka
akan didapatkan warna ungu kemerahan ang membuktikan bahwa sampel positif mengandung
karbohidrat. Namun, berdasarkan literature diperoleh bahwa ikan mengandung kadar karbohidrat yang
tipis.

Pada uji iod kandungan ikan, diambil larutan uji sedikit dengan menggunakan pipet tetes lalu
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian diberi larutan IKI namun belum dilakukan reaksi
pemanasan langsung larutan berwarna putih. Saat dilakukan reaksi pemanasan langsung diatas api
Bunsen terjadi perubahan berupa adanya larutan bening dengan endapan dibagian bawah. Saat
didinginkan sebentar, tetap tidak mengalami perubahan ataupun reaksi. Saat ditambahkan sedikit NaOH
larutan tetap tidak mengalami perubahan warna, yaitu bening dengan adanya endapan. Dari uji iod ini
membuktikan bahwa ikan negative pada uji iod.

Pada uji benedict kandungan ikan, diambil 8 tetes larutan uji menggunakan pipet tetes
kemudian diletakkan ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan 2 ml reagen benedict ke dalam tabung reaksi
ang sama, setelah dicampur dengan reagen benedict dan sebelum dilakukan reaksi pemanasan
berwarna biru. Saat dilakukan pemanasan larutan tidak berubah melainkan tetap berwarna biru. Tidak
terjadina perubahan warna ini menunjukkan bahwa tidak ditemukanna gula pereduksi atau
monosakarida dalam larutan sampel.

Pada uji barfoed kandungan ikan, diambil 1 ml larutan uji setelah ditambahkan dengan 2 ml
reagen barfoed dicampur dalam satu tabung reaksi sebelum reaksi pemanasan larutan berwarna putih.
Setelah dilakukan pembakaran selama kurang lebih 5 menit dan diberi 2-3 tetes reagen fosfo molibdat
larutan berwarna putih. Dari uji ini dibuktikan bahwa ikan tidak mengandung karbohidrat pereduksi atau
tidak bisa dibedakan ada atau tidakna kandungan monosakarida dan disakarida.

Pada uji seliwanoff kandungan ikan, diambil larutan uji sebanyak 5 tetes menggunakan pipet
tetes diletakkan ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan reagen seliwanoff sebanyak 2 ml memiliki warna
bening atau tidak berwarna. Setelah dilakukan pemanasan dengan api langsung selama 20 detik tidak
terjadi perubahan warna, tetep bening namun ditemukan adana endapan putih dibagian bawah atau
dasar tabung reaksi.

Pada uji hidrolisis selulosa kandungan ikan, diambil larutan uji kurang lebih 1-2 cm diletakkan ke
dalam tabung reaksi, ditambahkan asam sulfat (H2SO4) pekat larutan berubah menjadi berwarna
cokelat muda. Diambil 100 ml air ke dalam gelas beaker dan dipanaskan diatas penyangga kaki tiga. Saat
dilakukan pemanasan diatas air yang panas selama 1 jam larutan tetap berwarna cokelat muda dengan
endapan dibawahnya.

BAHAN : TEMPE

a) pada uji molisch dilakukan penetesan reagen H2SO4 sebanyak 2 tetes kepada tempe yang sudah
dihancurkan dan dihaluskan hingga berwarna awal menjadi berwarna putih, kemudian ditunggu
sampai terbentuk cincin berwarna ungu tetapi sama sekali tidak terdapat cincin berwarna ungu
pada sampel yang diuji sehingga tempe terbukti negatif atau tidak mengandung karbohidrat.
b) Uji iodin ( mengidentifikasi polisakarida)diujikan dengan reagen IKI sebanyak 1 tetes dan NaOH
menghasilkan hasil yang berbeda antara satu sama lain.Uji iodin dengan sampel tempe ketika
dicampur dengan reagen selliwanoff sebanyak 2 ml menjadi berwarna putih, kemudian
dipanaskan tetapi sama sekali tidak terjadi perubahan warna hanya membentuk endapan pada
bagian dasarnya, kemudian didinginkan dan ditetesi larutan NaOH pada sampel yang diuji yang
pada awalnya berwarna kekuningan setelah ditetesi tetap tidak menunjukan perubahan warna ,
sehingga tempe terbukti negatif atau tidak mengandung polisakarida.
c) Uji benedict ( uji karbohidrat yang memiliki gugus keton atau aldehid bebas)dilakukan
penetesan reagen benedict pada uji benedict dengan sampel tempe ketika dicampur dengan
reagen benedict sebanyak 2 ml menjadi berwarna biru, kemudian dipanaskan diatas api secara
langsung (dibakar) selama 3 menit tetapi tidak mengalami perubahan warna menjadi merah
bata(tetap berwarna biru), sehingga dapat diketahui tempe terbukti negatif atau tidak
mengandung gugus keton atau aldehid.
d) Uji barfoed untuk identifikasi monosakarida telah dilakukan dengan sampel tempe ketika
dicampur dengan reagen barfoed sebanyak 2 ml serta 2-3 tetes fosfoenolhidrat menjadi
berwarna putih, kemudian dipanaskan tetapi sama sekali tidak terjadi perubahan warna pada
sampel yang diuji sehingga tempe terbukti negatif atau tidak mengandung gugus keton.
e) *pada uji selliwanoff yang bertuju menguji gugus keton dengan sampel tempe ketika dicampur
dengan reagen selliwanoff sebanyak 2 ml menjadi berwarna putih, kemudian dipanaskan diatas
api secara langsung tetapi sama sekali tidak terjadi perubahan warna pada sampel yang diuji
sehingga tempe terbukti negatif atau tidak mengandung gugus keton.
f) Pada uji selulosa dengan sampel tempe ketika dicampur dengan reagen, warna menjadi putih,
kemudian dipanaskan selama +_ 1 jam mengalami perubahan warna menjadi biru kehijauan
yang menandakan bahwa tempe terbukti negatif atau tidak mengandung selulosa.

BAHAN: APEL

Pengujian karbohidrat dengan menggunakan bahan uji buah apel dilakukan dengan cara
menghaluskan setengah potongan buah apel segar dan kemudian disaring menggunakan kertas
saring. Selanjutnya sari buah apel ditambahkan air secukupnya, setelah itu uji karbohidrat
dengan bahan buah apel dapat dilakukan

Uji Molisch

Larutan sari buah apel dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan beberapa
tetes larutan alfa-naftol dalam pelarut alcohol. Kemudian dimasukkan larutan H2SO4 sebanyak 5
tetes dengan dialirkan melalui dinding tabung. Setelah dilakukan uji molisch, larutan sari buah
apel berubah warna menjadi kuning kunyit keruh. Hal ini menunjukkan bahwa apel tidak
mengandung karbohidrat.

Uji Iod

Larutan uji diambil sebanyak dua tetes dan di letakkan pada papan porselen. Setelah itu
larutan ditetesi dengan larutan iodium sebanyak satu tetes.

Uji Benedict

Larutan Benedict dimasukkan sebanyak 2 ml ke dalam tabung reaksi dan di tambahkan 8


tetes larutan sari buah apel. Kemudian tabung reaksi dipanaskan sambil digoyang-goyangkan
secara perlahan di atas api selama 2-3 menit. Setelah pengujian dilakukan, larutan uji mengalami
perubahan warna menjadi warna merah dengan terdapat endapan merah bata. Hal ini
menunjukkan bahwa sari buah apel mengandung karbohidrat.

Uji Barfoed

Uji Selliwanoff

Larutan Selliwanoff diambil sebanyak 2 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi


kemudian ditambahkan 5 tetes larutan sari buah apel. Setelah itu tabung reaksi dipanaskan
sambil digoyang-goyangkan secara perlahan di atas api selama 20 detik. Setelah pengujian
dilakukan, larutan uji mengalami perubahan warna menjadi warna merah keruh. Hal ini
menunjukkan bahwa sari buah apel mengandung karbohidrat.

Hidrolisis Selulosa

Larutan uji diambil sebanyak 2 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
ditambahkan sedikit air, kemudian ditambahkan beberapa tetes larutan H2SO4 Setelah itu
larutan campuran di aduk dan di tambahkan air secukupnya. Setelah itu tabung reaksi
dimasukkan kedalam gelas kimia berisi air 100 ml dan di didihkan selama satu jam. Setelah satu
jam, larutan diambil beberapa tetes dan dilakukan uji benedict. Hasil pengujian menunjukkan
larutan uji mengalami perubahan warna menjadi kekuningan dan terdapat endapan berwarna
coklat. Hal ini menunjukkan bahwa sari buah apel mengandung karbohidrat

BAHAN: PISANG

PERCOBAAN MOLISH
Pada percobaan molish kandungan pisang, diambil larutan uji kurang lebih 1 ml
ditambahkan menggunakan pipet tetes diletakkan ke dalam tabung reaksi, larutan uji sebelumnya
berwarna cokelat muda. Kemudian ditambahkan dengan reagen larutan α –naftol sebanyak 2-3
tetes dan larutan H2SO4 menghasilkan warna putih keruh. Dari praktikum yang dilakukan,
didapatkan hasil uji molish negatif yang artinya pisang tidak mengandung karbohidrat.
PERCOBAAN IOD
Pada percobaan iod kandungan pisang, diteteskan larutan uji pada plat tetes porselen 1-2
cm dan ditambakan larutan iki 1 tetes. Awalnya larutan berwarna cokelat muda dan tidak
berubah warna. Dimasukkan sedikit larutan uji menggunakan pipet tetes ke dalam tabung reaksi,
kemudian diberi larutan IKI namun belum dilakukan reaksi pemanasan dan warna larutan tetap
berwarna cokelat muda. Saat dilakukan reaksi pemanasan langsung diatas api bunsen larutan
tetap berwarna cokelat muda. Saat didinginkan sebentar, tetap tidak mengalami perubahan
ataupun reaksi. Saat ditambahkan sedikit NaOH larutan tetap tidak mengalami perubahan warna,
yaitu cokelat muda. Dari percobaan iod ini dibuktikan bahwa pisan negatif pada percobaan iod.
PERCOBAAN BENNEDICT
Pada percobaan benedict kandungan pisang, dimasukkan 8 tetes larutan uji menggunakan
pipet tetes ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan 2 ml reagen Benedict ke dalam tabung reaksi
yang sama, setelah dicampur dengan reagen benedict dan sebelum dilakukan reaksi pemanasan
berwarna biru. Saat dilakukan pemanasan larutan tidak berubah warna menjadi merah bata.
Terjadinya perubahan warna menunjukkan bahwa pisang positif terhadap perrcobaan benedict
dan ditemukannya gula pereduksi atau monosakarida dalam larutan uji.
PERCOBAAN BARFOED
Pada percobaan barfoed kandungan pisang, dimasukkan 1 ml larutan uji ke dalam tabung
reaksi dan ditambahkan dengan 2 ml reagen barfoed dicampur dalam satu tabung reaksi, sebelum
reaksi pemanasan larutan berwarna putih. Setelah dilakukan pembakaran selama kurang lebih 5
menit dan diberi 2-3 tetes reagen fosfo molibdat larutan menjadi berwarna putih keruh. Dari uji
ini dibuktikan bahwa pisang positif terhada percobaan barfoed dan mengandung karbohidrat
pereduksi atau bisa dibedakan ada atau tidaknya kandungan monosakarida dan disakarida.
PERCOBAAN SELIWANOFF
Pada uji seliwanoff kandungan pisang, dimasukkan larutan uji 5 tetes ke dalam tabung
reaksi dan ditambahkan reagen seliwanoff sebanyak 2 ml, larutan tidak berwarna. Setelah
dilakukan pemanasan dengan api langsung selama 20 detik terjadi perubahan warna menjadi
merah. Hal ini menunjukkan bahwa larutan uji postif terhadap percobaan Seliwanoff dan
mengandung ketosa.
HIDROLISIS SELULOSA
Pada uji hidrolisis selulosa kandungan pisang, dimasukkan larutan uji 2 mL ke tabung
reaksi dan ditambahkan larutan asam sulfat (H2SO4) pekat, larutan uji menjadi berwarna
cokelat. Dimasukkan 100 mL air ke dalam gelas beaker dan dipanaskan diatas penyangga kaki
tiga. Saat tabung reaksi dipanaskan di dalam air yang panas selama 1 jam larutan berubah warna
menjadi hijau jingga. Hal ini membuktikan bahwa larutan uji positif terhadap uji hidrolisis
selulosa.

BAHAN: SUSU SAPI


 UJI MOLISCH

Tiga tetes air susu yang ditambahkan pada tabung reaksi bersifat cair dan berwarna putih
kemudian ditambahkan 3 tetes larutan naftol dan dilarutkan hingga homogen, setelah itu
ditambahkan lagi 3 tetes H2SO4 dilarutkan hingga homogen sehingga larutan akhir bersifat cair,
berwarna putih, terdapat endapan, dan sedikit hangat. Hasil pengamatan negative karena reaksi
akhir tidak menghasilkan atau membentuk senyawa berwarna ungu kemerahan.
 UJI IOD

Ditetes air susu sapi pada plat tetes porselen 1,5 cm kemudian ditambahkan larutan IKI 1
tetes dan larutan berwarna putih keruh namun tidak berubah warna. Selanjutnya larutan diambil
menggunakan pipet tetes dan dipindahkan ke tabung reaksi dan dipanaskan pada pembakar
spiritus hingga mendidih, jika sudah mendidih didinginkan kembali, kamudian ditambahkan
larutan NaOH 1 tetes dan larutan berwarna putih keruh serta terdapat gumpalan. Hasil
pengamatan negative karena reaksi akhir tidak menunjukkan adanya perubahan warna larutan
baik sebelum maupun sesudah dipanaskan.
 UJI BENEDICT

Ditetes air susu sapi pada tabung reaksi sebanyak 8 tetes kemudian ditambahkan benedict
sebanyak 2 mL, dilarutkan hingga homogeny kemudian dipanaskan pada pembakar spiritus
selama 3 menit. Diamati perubahan yang terjadi dan diketahui bahwa warna kuning kecoklatan,
terdapat gumpalan. Hasil pengamatan positif karena reaksi akhir menghasilkan atau membentuk
senyawa berwarna kuning.
 UJI SELIWANOFF

Ditetes air susu sapi pada tabung reaksi sebanyak 5 tetes dan ditambahkan larutan seliwanoff
sebanyak 2 mL kamudian dilarutkan hingga homogeny. Kemudian dipanaskan pada
pembakar spirirtus selama 20 detik. Jika sudah didinginkan dahulu dan kemudian diamati
yang terjadi warna putih, terdapat gumpalan. Hasil pengamatan negative karena reaksi akhir
tidak menghasilkan atau membentuk senyawa berwarna merah.

 UJI BARFOED

Ditetes air susu sapi sebanyak 1 tetes pada tabung reaksi, kemudian ditambahkan larutan
Balfoed sebanyak 2 mL pada tabung reaksi tersebut. Kemudian dipanaskan pada pembakar
spiritus selama 5 menit. Setelah itu didinginkan, setelah dingin ditambahkan 3 tetes larutan
fosfomolikdat. Sehingga menghasilkan larutan bersifat cair berwarna putih dan terdapat
endapan. Hasil pengamatan negative karena reaksi akhir tidak menghasilkan atau
membentuk senyawa berwarna biru.

 UJI HIDROLISIS SELULOSA

Ditetes air susu sapi 5 mL pada tabung reaksi, kemudian ditambahkan 2 mL larutan H2SO4 dan 2
mL larutan benedict, setelah itu dilarutkan hingga homogen. Jika sudah, dipanaskan pada
penangas air selama 1 jam. Setelah 1 jam, larutan berwarna soklat tua, dan terdapat gumpalan.
Hasil pengamatan negative karena reaksi akhir tidak menghasilkan atau membentuk senyawa
berwarna biru.
BAHAN: SUSU KEDELAI
 UJI MOLISCH

Tiga tetes air susu kedelai yang ditambahkan pada tabung reaksi bersifat cair dan berwarna
coklat muda kemudian ditambahkan 3 tetes larutan naftol dan dilarutkan hingga homogen,
setelah itu ditambahkan lagi 3 tetes H2SO4 dilarutkan hingga homogen sehingga larutan akhir
bersifat cair, berwarna putih, terdapat endapan, dan sedikit hangat. Hasil pengamatan
positifkarena reaksi akhir menghasilkan atau membentuk senyawa atau cincin ungu.
 UJI IOD

Ditetes air susu kedelai pada plat tetes porselen 1,5 cm kemudian ditambahkan larutan IKI 1
tetes dan larutan berwarna putih keruh namun tidak berubah warna. Selanjutnya larutan diambil
menggunakan pipet tetes dan dipindahkan ke tabung reaksi dan dipanaskan pada pembakar
spiritus hingga mendidih, jika sudah mendidih didinginkan kembali, kamudian ditambahkan
larutan NaOH 1 tetes dan larutan berwarna putih keruh. Setelah dipanaskan warna larutan tetap
berwarna putih, namun setelah direaksikan dengan NaOH terjadi perubahan warna menjadi
kekuningan. Hasil pengamatan positif karena reaksi akhir menunjukkan adanya perubahan warna
maupun sesudah dipanaskan menjadi kekuningan.
 UJI BENEDICT

Ditetes air susu kedelai pada tabung reaksi sebanyak 8 tetes kemudian ditambahkan benedict
sebanyak 2 mL, dilarutkan hingga homogeny kemudian dipanaskan pada pembakar spiritus
selama 3 menit. Diamati perubahan yang terjadi dan diketahui bahwa warna biru kehijauan.
Hasil pengamatan positif karena reaksi akhir menghasilkan atau membentuk senyawa berwarna
biru kehijauan.
 UJI SELIWANOFF

Ditetes air susu kedelai pada tabung reaksi sebanyak 5 tetes dan ditambahkan larutan
seliwanoff sebanyak 2 mL kamudian dilarutkan hingga homogeny. Kemudian dipanaskan
pada pembakar spirirtus selama 20 detik. Jika sudah didinginkan dahulu dan kemudian
diamati yang terjadi perubahan warna menjadi merah pada larutan. Hasil pengamatan positif
karena reaksi akhir menghasilkan atau membentuk senyawa berwarna merah.

 UJI BARFOED

Ditetes air susu kedelai sebanyak 1 tetes pada tabung reaksi, kemudian ditambahkan larutan
Balfoed sebanyak 2 mL pada tabung reaksi tersebut. Kemudian dipanaskan pada pembakar
spiritus selama 5 menit. Setelah itu didinginkan, setelah dingin ditambahkan 3 tetes larutan
fosfomolikdat. Sehingga menghasilkan larutan bersifat cair berwarna putih dan terdapat
endapan. Hasil pengamatan negative karena reaksi akhir tidak menghasilkan atau
membentuk senyawa berwarna biru.

 UJI HIDROLISIS SELULOSA

Ditetes air susu kedelai 5 mL pada tabung reaksi, kemudian ditambahkan 2 mL larutan H 2SO4
dan 2 mL larutan benedict, setelah itu dilarutkan hingga homogen. Jika sudah, dipanaskan pada
penangas air selama 1 jam. Setelah 1 jam, larutan berwarna biru dan setelah dipanaskan
berwarna jingga. Hasil pengamatan positif karena reaksi akhir menghasilkan atau membentuk
senyawa berwarna biru kemudian ketika dipanaskan berwarna jingga.

PEMBAHASAN
BAHAN: IKAN

Uji molish digunakan untuk mendeteksi adanya kehadiran karbohidrat dan ditambahkan asam
sulfat pekat untuk menghasilkan aldehida yang molekul fenol (α-naftol). Pada saat uji molish yang
dilakukan aitu dengan pereaksi Molish yaitu α-naftol dengan asam sulfat pekat. Jika positif mengandung
karbohidrat akan menunjukkan warna violet atau ungu kemerahan (Sumardjo, D. 2009). Sedangkan
pada uji kandungan ikan menghasilkan warna putih dengan endapan dibawahnya, pereaksian ini
membuktikan bahwa kandungan ikan tidak mengandung karbohidrat atau menunjukkan hasil negative
pada uji molish. Namun, menurut buku karya Waluyo E & Kusuma, B. diperoleh data bahwa pada ikan
atau daging ikan ditemukan bahwa terdapat kandungan karbohidrat sebanyak 1 % (Waluyo, E &
Kusuma, B. 2017). Kemungkinan hasil negatif pada praktikum yaitu dikarenakan kandungan karbohidrat
yang sangat tipis dan ikan masih ditambhakan air untuk uji sampelnya sehingga membuat kandungan
karbohidrat tidak terlalu terlihat, sedangkan proteinnya akan terlihat menonjol.

Uji iod tidak bisa digunakan untuk analisis karbohidrat jenis monosakarida, tapi uji iod digunakan
untuk mengidentifikasi keberadaan karbohidrat hewani atau nabati pada suatu produk pangan atau
makanan atau tepung karbohidrat polisakarida. Reaksi iodin dengan amilum akan membentuk kompleks
biru, sedangkan reaksi glikogen dengan iodin akan menghasilkan warna merah (Atma, Y. 2018).
Sedangkan pada kandungan uji ikan diperoleh warna putih sebelum pemanasan. Saat sudah dilakukan
pemanasan menghasilkan warna bening dan terdaoat endapan di bagian bawah. Dalam praktikum ini
dihasilkan bahwa pada kandungan ikan tidak ditemukannya kandungan polisakarida. Namun, pada
sebagian otot ikan mengandung glikogen yang merupakan polimer glukosa (Eko, H.I. & Giyatmi, S.
2014).

Uji benedict digunakan untuk mendeteksi kandungan gula pereduksi (monosakarida) pada suatu
sampel. Jika hasil positif maka akan diperoleh endapan merah bata, atau warna larutan berwarna
kuning, hijau, merah ataupun jingga (Atma, Y. 2018). Pada praktikum ini uji benedict dengan sampel ikan
yang sudah dihaluskan ditambah sedikit air diperoleh warna biru. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada uji
benedict ini sampel ikan negatif mengandung monosakarida.
Uji barfoed menggunakan pereaksi barfoed yang bersifat asam, suasana asam ini
mengakibatkan waktu terjadinya pengendapan antara monosakarida dan disakarida berbeda. Pada
kondisi yang sama disakarida akan mengendap lebih lambat daripada monosakarida. Jadi uji barfoed
digunakan untuk membedakan disakarida dan monosakarida (Sumardjo, D. 2009). Pada praktikum uji
barfoed pada kandungan ikan setelah pemanasan berwarna putih, sedangkan akan memperoleh hasil
positif apabila berwarna biru (Prijo, R.M.U, dkk. 1999). Jadi dapat disimpulkan bahwa pada kandungan
ikan tidak mengandung karbohidrat pereduksi.

Uji seliwanoff digunakan untuk mengetahui adanya gula ketosa atau karbohidrat yang
mengandung gugus keton, seperti fruktosa, sukrosa, dan ribulosa. Pereaksi seliwanoff akan bereaksi
dengan gugus keton pada sampel sehingga mereaksikan adana warna merah pada larutan. Semakin
pekat warna merah ang terbentuk maka semakin mengindikasikan bahwa kandungan gula ketosa
semakin tinggi (Atma, Y. 2018). Pada uji seliwanoff kandungan ikan diperoleh hasil bening dan ada
endapan di bagian bawah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada kandungan ikan tidak terdapat
gugus keton.

Pada uji terakhir yaitu hidrolisis selulosa, pada uji ini yang diteliti yaitu karbohidrat selulosanya.
Pada hasil hidrolisis selulosa pada uji ikan mengasilkan warna cokelat muda dan terdapat endapan
dibawahnya. Sedangkan menurut Sumardjo 2009 menyatakn bahwa reksi selulosa jika ditambhakan
dengan asam sulfat pekat akan terbentuk dispersi koloid yang disebut amiloid yang mana dengan
ioidum akan memberikan warna biru jika positif. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada
sampel ikan tidak mengandung selulosa. Menurut Parning, dkk (2006) selulosa adalah struktur
polisakarida utama pada tanaman yang merupakan zat padat warna putih yang tidak larut dalam air
maupun hampir seluruh pelarut lainnya.

Kesimpulan dari Ikan

Pada ikan terdapat kandungan karbohidrat namun dengan komposisi yang tipis, karena sebagian besar
komposisi ikan adalah protein dan lemak. Secara teoritits hasil uji karbohidrat positif pada uji molish dan
uji iod. Karena dapat ditemukan pula glikogen pada ikan yang merupakan polimer glukosa. Kesalahan
pada praktikum disebabkan karena kandungan karbohidrat yang tipis yang masih harus dilarutkan
dengan air sehingga komponen karbohidrat semakin tipis.

BAHAN: TEMPE

a) karena uji molisch bertujuan untuk mengetahui pengaruh asam pada karbohidrat (identifikasi
umum karbohidrat)pada uji molisch dilakukan penetesan reagen H2SO4 sebanyak 2 tetes
kepada tempe , tetapi sama sekali tidak terdapat cincin berwarna ungu pada sampel yang diuji
sehingga tempe terbukti negatif atau tidak mengandung karbohidrat hal ini dapat dikatakan
dengan hasil negatif dikarenakan pada konsep uji molisch Monosakarida apabila dipanaskan
dengan asam kuat akan menghasilkan furfural yang merupakan reaksi dehidrasi & membentuk
senyawa yang berwarna apabila bereaksi dengan alfa-naftol atau timol dalam alkohol.pada
percobaan kali ini tidak terdapat cincin ungu diasumsikan tidak diteteskannya alkohol dan
kekurangan peneliti dalam menghaluskan tempe (Sonia,dkk.2018)
b) Uji iodin ( mengidentifikasi polisakarida)diujikan dengan reagen IKI sebanyak 1 tetes dan NaOH
menghasilkan hasil yang berbeda antara satu sama lain.Uji iodin dengan sampel tempe ketika
dicampur dengan reagen selliwanoff sebanyak 2 ml menjadi berwarna putih, kemudian
dipanaskan tetapi sama sekali tidak terjadi perubahan warna hanya membentuk endapan pada
bagian dasarnya, kemudian didinginkan dan ditetesi larutan NaOH pada sampel yang diuji yang
pada awalnya berwarna kekuningan setelah ditetesi tetap tidak menunjukan perubahan warna ,
Amilum bereaksi dengan molekul iod karena struktur amilum pada larutan berbentuk heliks
yang berbentuk kumparan sehingga dapat diisi oleh molekul iod di dalamnya. Namun, setelah
dilakukan pemanasan, warna larutan menjadi bening. Hal ini disebabkan karena adanya
pemutusan ikatan Iod dengan glukosa tadi atau terjadi penguraian ion (pelepasan iod dari
amilum) karena adanya perubahan suhu yang tinggi sehingga tempe terbukti negatif atau tidak
mengandung polisakarida. (Sonia,dkk.2018)

c) Uji benedict ( uji karbohidrat yang memiliki gugus keton atau aldehid bebas)dilakukan
penetesan reagen benedict pada uji benedict dengan sampel tempe ketika dicampur dengan
reagen benedict sebanyak 2 ml menjadi berwarna biru, kemudian dipanaskan diatas api secara
langsung (dibakar) selama 3 menit tetapi tidak mengalami perubahan warna menjadi merah
bata(tetap berwarna biru), sehingga dapat diketahui tempe terbukti negatif atau tidak
mengandung gugus keton atau aldehid. untuk mengetahui adanya gugus reduksi pada
karbohidrat Prinsip Kerja : Cu++ yang terdapat dalam reagen Benedict, dapat direduksi oleh
gugus reduksi pada monosakarida menjadi Cu+ yang terlihat dengan terbentuknya endapan
merah bata (Cu2O) (Sonia,dkk.2018)

d) Uji barfoed untuk identifikasi monosakarida telah dilakukan dengan sampel tempe ketika
dicampur dengan reagen barfoed sebanyak 2 ml serta 2-3 tetes fosfoenolhidrat menjadi
berwarna putih, kemudian seharusnya, Ion Cu2+ (dari pereaksi Barfoed) dalam suasana asam
akan direduksi lebih cepat oleh gula reduksi monosakarida daripada disakarida dan
menghasilkan endapan Cu2O berwarna merah bata. Telah dilakukan pemaanasan tetapi sama
sekali tidak terjadi perubahan warna pada sampel yang diuji sehingga tempe terbukti negatif
atau tidak mengandung gugus keton. Uji ini untuk membedakan monosakarida dan disakarida
dengan jalan mengontrol kondisi-kondisi percobaan, seperti pH dan waktu pemanasan. Pada
analisa ini, karbohidrat direduksi pada suasana asam. Disakarida juga akan memberikan hasil
positif bila didihkan cukup lama hingga terjadi hidrolisis. Apabila tidak terjadi hal diatas, dapat
dipastikan adanya kesalahan praktikan dan faktor lingkungan . (Destyani,2013).

e) pada uji selliwanoff yang bertuju menguji gugus keton dengan sampel tempe ketika dicampur
dengan reagen selliwanoff sebanyak 2 ml menjadi berwarna putih, kemudian dipanaskan diatas
api secara langsung . Dengan reaksi Selliwanof (larutan resorsinol dalam alkohol) akan
mengubah fruktosa menjadi hidroksimetilfurfural yang selanjutnya bereaksi dengan resorsinol
membentuk senyawa berwarna merah.pada praktik lapangan tidak terjadi perubahan warna
pada sampel yang diuji sehingga tempe terbukti negatif atau tidak mengandung gugus keton.
(Sonia,dkk.2018).

BAHAN: APEL

Uji Molisch

Uji Molisch dilakukan untuk pengujian karbohidrat secara umum. Uji Molisch
didasarkan pada reaksi antara α-naftol dengan furfural atau hidroksimetil furfural hasil reaksi
asam sulfat dengan karbohidrat. Jika bahan uji mengandung karbohidrat maka akan terjadi
pembentukan cincin berwarna merah pada permukaan lapisan bawah dan larutan lama kelaman
akan berubah warna menjadi violet (Anwar, dkk., 1994). Berdasarkan penelitian, dalam 100 gr
buah apel, terkandung 14,9 gr karbohidrat dengan jenis sukrosa (Hapsari & Etiasih, 2015). Pada
pengujian molisch yang dilakukan, hasil perubahan warna sari buah apel adalah kuning kunyit
keruh sehingga tidak menunjukkan tanda adanya karbohidrat. Kandungan karbohidrat pada sari
buah apel tidak dapat terdeteksi pada uji molisch karena karbohidrat yang terkandung hanya
sedikit dan dapat dideteksi saat dilakukan uji benedict.

Uji Benedict

Uji Benedict bertujuan untuk mengetahui adanya gula-gula perduksi. Reagen Benedict
terdiri atas garam Natriumsitrat, Cu(OH)2 dan natrium karbonat. Peraksi Benedict dapat
mendeteksi gula dengan konsentrasi 0,01%. Jika larutan uji mengandung gula pereduksi maka
akan timbul endapan berwarna merah bata yang timbul akibat reaksi reduksi Cu2+ oleh gula
pereduksi menjadi Cu2+. Karbohidrat yang dideteksi pada uji benedict adalah maltose dan
laktosa (Gultom & Sulistyowati, 2001). Hasil pengujian menunjukkan bahwa apel mengandung
karbohidrat karena terdapat endapan merah bata hasil redusi Cu2+ oleh gula pereduksi menjadi
Cu2+, selain itu berdasarkan penelitian oleh Ticha, dkk. (2015) dalam 200 g buah apel
mengandung setidaknya 20-25 g gula dengan rasio glukosa mendekati 2.

Uji Seliwanoff

Uji Seliwanoff bertujuan untuk mengidentifikasi fruktosa dalam bahan uji. Reaksi
seliwanoff disebabkan adanya perubahan fruktosa oleh asam klorida panas menjadi asam
levulinat dan hidroksimetilfufural. Hasil uji menunjuukan bahwa apel positif mengandung
karbohidrat karena pada akhir reaksi menghasilkan senyawa berwarna merah keruh. Warna
merah ini merupakan hasil hidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa, dan pemanasan
dengan reagen Seliwanoff mengubah aldose menjadi ketosa (Gultom & Sulistyowati, 2001).

Uji Iod

Uji iod dilakukan untuk mengidentifikasi polisakarida yang terkadandung dalam bahan
uji. Suatu bahan uji dikatakan positif mengandung polisakarida ketika hasil akhir reaksi
berwarna biru (Sonia, dkk., 2018). Hasil uji menunjukkan bahwa apel negative mengandung
polisakarida karena tidak membentuk senyawa berwarna biru melainkan berwarna kuning
kecoklatan.

Uji Barfoed

Uji Barfoed bertujuan untuk mengidentifikasi monosakarida dan disakarida. Suatu bahan
uji dikatakan positif ketika dilakukan uji iod adalah saat hasil akhir reaksi membentuk senyawa
berwarna biru (Prijo, R.M.U, dkk. 1999). Hasil uji iod pada apel membentuk senyawa berwarna
putih keruh dan terdapat endapan sehingga apel negatif mengandung monosakarida dan
disakarida. Sedangkan saat dilakukan uji Seliwanoff, apel positif mengandung sukrosa yang
merupakan disakarida, sehingga hasil negative pada uji barfoed dapat terjadi karena factor
lingkungan seperti larutan uji yang sudah dibuat terlalu lama sebelum digunakan.

Hidrolisis Selulosa

Hidrolisis selulosa dilakukan dengan penambahan asam atau secara enzimatis. Hidrolisis adalah proses
peruraian suatu senyawa oleh air. Asam (asam sulfat, asam klorida, asam nitrat, dan asam perklorat)
menghidrolisis polisakarida menjadi monosakarida secara acak yaitu tidak ada pola tertentu dalam
pemutusan ikatan glikosidik pada polisakarida. Proses hidrolisis asam menghasilkan monomer gula dari
polimer selulosa dan hemiselulosa. HIdrolisis selulosa menggunakan h2so4 akan memutus ikatan antara
beta 1-4 glikosidik dengan h2so4 yang menimbulkan warna kuning kecoklatan (Harianja, dkk., 2015).
Hasil uji pada sampel apel menunjukkan warna kuning kecoklatan sehingga dapat dikatakan bahwa apel
positif mengandung selulosa

BAHAN : PISANG

Uji molish digunakan untuk mendeteksi adanya kehadiran karbohidrat. Reaksi ini positif untuk
semua karbohidrat. Uji ini untuk semua jenis karbohidrat. Monosakarida, disakarida, dan polisakarida
akan memberikan hasil positif. Uji positif jika timbul cincin merah ungu yang merupakan kondensasi
antara furfural atau hidroksimetil furfural dengan a-naftol dalam pereaksi molis (Anna, 2017).
Sedangkan pada uji kandungan pisang menghasilkan warna putih keruh, pereaksian ini membuktikan
bahwa pisang tidak mengandung karbohidrat atau menunjukkan hasil negative pada uji molish. Namun,
menurut jurnal yang berjudul Penentuan Karbohidrat pada Pisang Kapok Kuning karya Indah diperoleh
data bahwa pada terdapat kandungan karbohidrat pada pisang karena larutan uji menghasilkan cincin
berwarna ungu. Kemungkinan hasil negatif pada praktikum yaitu dikarenakan kandungan karbohidrat
yang sangat tipis pada pisang, tingkat kematangan pisang, dan jenis pisang juga mempengaruhi hasil
pengamatan.

Uji iod positif jika larutan yang menagandung polisakarida direaksikan dengan larutan iod akan
memberikan warna. Warna yang dihasilkan akan bergantung pada jenis polisakarida pengadsorpsi.
Larutan Amilum dengan Iodine akan memberikan warna biru, sedangkan larutan Glikogen atau larutan
Amilum yang terhidrolisa secara parsial akan menghasilkan warna coklat kemerahan (Anna, 2017). Pada
uji iod kandungan uji pisang diperoleh warna cokelat muda sebelum dan sesudah pemanasan
pemanasan. Dalam praktikum ini dihasilkan bahwa pada kandungan pisang tidak ditemukannya
kandungan polisakarida atau negative terhadap uji iod.

Uji Benedict positif untuk gula pereduksi/ gula inversi seperti glukosa dan fruktosa. Caranya gula
reduksi ditambahkan dengan campuran CuSO4 (tembaga sulfat), natrium sitrat (NaSO3) dan natrium
karbonat (NaCO3) lalu dipanaskan maka akan terbentuk endapan kupro oksida (Cu2O) yang berwarna
merah oranye. Timbulnya endapan warna hijau, kuning atau merah oranye menunjukkan adanya gula
pereduksi. (Anna, 2017). Pada praktikum uji bennedict kandungan pisang terjadi perubahan warna
menjadi merah bata yang menunjukkan pisang positif terhadap uji benedict dan mengandung gula
pereduksi.

Uji Barfoed digunakan untuk membedakan disakarida pereduksi dengan monosakarida produksi
pada larutan uji. Uji Barfoed mengandung kupri asetat yang dilarutkan dalam akuades dan ditambahkan
dengan asam laktat. Pereaksi Barfoed dalam suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gula
pereduksi monosakarida daripada disakarida dan menghasilkan Cu2O (kupro oksida) berwarna merah
bata (Bintang, 2010). Percobaan barfoed pada kandungan pisang setelah pemanasan berwarna putih
keruh dan terapat endapan. Dari uji ini dibuktikan bahwa pisang negatif terhadap percobaan barfoed
dan tidak mengandung karbohidrat pereduksi.

Uji Selliwanof digunakan untuk memastikan bahwa pada larutan uji terdapat ketosa. Reagen
Selliwanof terdiri atas 0.5% resorsinol dan 5 N HCl. Reaksi positif terjadi apabila terbentuk warna merah
(Bintang, 2010). Pada uji seliwanoff kandungan pisang larutan uji berubah warna menjadi merah.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pisang positif terhadap uji Selliwanof dan mengandung gugus
ketosa.

Uji hidrolisis selulosa, pada uji ini yang diteliti yaitu hasil hidrolisis selulosanya. Reaksi selulosa
jika ditambhakan dengan asam sulfat pekat akan terbentuk dispersi koloid yang disebut amiloid yang
mana dengan ioidum akan memberikan warna biru dan hijua jika positif (Sumardji, 2009). Pada uji
hidrolisis selulosa pada pisang mengasilkan warna hijau jingga setelah dilakukan pemanasan. Sehingga
dapat disimpulkan pisang positif terhadap uji hidrolisis selulosa dan mengandung karbohidrat berupa
selulosa yang banyak dijumpai di tumbuhan.
BAHAN: SUSU SAPI

Umumnya uji molish digunakan untuk menguji kandungan karbohidrat pada sampel uji.
Pada saat uji molish yang dilakukan aitu dengan pereaksi Molish yaitu α-naftol dengan asam
sulfat pekat. Jika positif mengandung karbohidrat akan menunjukkan warna violet atau ungu
kemerahan (Sumardjo, D. 2009). Sementara uji kandungan susu sapi menghasilkan warna putih,
terbentuk endapan dan sedikit hangat. Percobaan ini membuktikan bahwa air susu sapi tidak
mengandung karbohidrat atau menunjukkan hasil negative pada uji molish. Kandungan
karbohidrat atau amilum yang paling banyak pada air susu sapi adalah laktosa sebesar 4,5% dari
total kandungan air susu sapi (Saputro, 2010) Hasil negatif pada praktikum yaitu dikarenakan
kandungan karbohidrat yang sedikit yaitu kurang dari 10% dan ikan masih ditambhakan air
untuk uji sampelnya sehingga membuat kandungan karbohidrat terlarut dalam air, sedangkan
kandungan terbanyak pada air susu sapi adalah kalsium. Kondisi sedikit hangat yang terjadi
setelah reaksi timbul dapat menunjukkan telah terjadi perubahan kimia atau reaksi kimia.
Uji iod digunakan untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat hewani atau nabati pada suatu
produk pangan atau makanan atau tepung karbohidrat polisakarida. Reaksi iodin dengan
amilum akan membentuk kompleks biru, sedangkan reaksi glikogen dengan iodin akan
menghasilkan warna merah (Atma, Y. 2018). Sedangkan pada kandungan air susu sapi
diperoleh warna putih sebelum pemanasan. Saat sudah dilakukan pemanasan menghasilkan
warna putih dan terdapat endapan. Dalam praktikum ini dihasilkan bahwa air susu sapi tidak
ditemukan mengandung polisakarida.
Uji benedict digunakan untuk mendeteksi kandungan gula pereduksi pada suatu sampel.
Jika hasil positif maka akan diperoleh endapan merah bata, atau warna larutan berwarna kuning,
hijau, merah ataupun jingga (Atma, Y. 2018). Pada praktikum ini uji benedict dengan sampel air
susu sapi dilarutkan dengan larutan benedict dan dipanaskan selama 3 menit menghasilkan
perubahan warna dari putih menjadi kuning kecoklatan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada uji
benedict ini sampel air susu sapi positif mengandung gula pereduksi yaitu laktosa.
Uji barfoed menggunakan pereaksi barfoed yang bersifat asam, suasana asam ini
mengakibatkan waktu terjadinya pengendapan antara monosakarida dan disakarida berbeda.
Pada kondisi yang sama disakarida akan mengendap lebih lambat daripada monosakarida. Jadi
uji barfoed digunakan untuk membedakan disakarida dan monosakarida (Sumardjo, D. 2009).
Pada praktikum uji barfoed pada kandungan ikan setelah pemanasan berwarna putih, sedangkan
akan memperoleh hasil positif apabila berwarna biru (Prijo, R.M.U, dkk. 1999). Air susu sapi
mengandung laktosa (gula pereduksi disakarida) kemungkinan tidak terdeteksi ketika praktikum
karena kandungan laktosa pada air susu sapi sendiri sebesar 4,5% dari total keseluruhan
kandungan sehingga tidak terlihat perubahan warna biru yang mencolok.
Uji seliwanoff digunakan untuk mengetahui adanya gula ketosa atau karbohidrat yang
mengandung gugus keton, seperti fruktosa, sukrosa, dan ribulosa. Pereaksi seliwanoff akan
bereaksi dengan gugus keton pada sampel sehingga mereaksikan adana warna merah pada
larutan. Semakin pekat warna merah ang terbentuk maka semakin mengindikasikan bahwa
kandungan gula ketosa semakin tinggi (Atma, Y. 2018). Pada uji seliwanoff kandungan ikan
diperoleh hasil akhir reaksi berwarna putih dan terdapat endapan, tidak ditemukan perubahan
warna menjadi merah pada larutan campuran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada
kandungan ikan tidak terdapat gugus keton.
Uji hidrolisis selulosa yang diteliti yaitu karbohidrat selulosanya. Pada hasil hidrolisis
selulosa pada uji ikan mengasilkan warna cokelat tua dan terdapat gumpalan atau endapan.
Sedangkan menurut Sumardjo 2009 menyatakn bahwa reksi selulosa jika ditambhakan dengan
asam sulfat pekat akan terbentuk dispersi koloid yang disebut amiloid yang mana dengan ioidum
akan memberikan warna biru jika positif. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada
sampel ikan tidak mengandung selulosa. Menurut Parning, dkk (2006) selulosa adalah struktur
polisakarida utama pada tanaman yang merupakan zat padat warna putih yang tidak larut dalam
air maupun hampir seluruh pelarut lainnya.
BAHAN: SUSU KEDELAI

Umumnya uji molish digunakan untuk menguji kandungan karbohidrat pada sampel uji.
Pada saat uji molish yang dilakukan aitu dengan pereaksi Molish yaitu α-naftol dengan asam
sulfat pekat. Jika positif mengandung karbohidrat akan menunjukkan warna violet atau ungu
kemerahan (Sumardjo, D. 2009). Sementara uji kandungan susu kedelai menghasilkan warna
coklat dan terbentuk cincin ungu. Percobaan ini membuktikan bahwa air susu kedelai
mengandung karbohidrat atau menunjukkan hasil positif pada uji molish. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pada uji molish, air susu kedelai mengandung karbohidrat.
Uji iod digunakan untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat hewani atau nabati pada suatu
produk pangan atau makanan atau tepung karbohidrat polisakarida. Reaksi iodin dengan
amilum akan membentuk kompleks biru, sedangkan reaksi glikogen dengan iodin akan
menghasilkan warna merah (Atma, Y. 2018). Pada kandungan air susu sapi diperoleh warna
putih sebelum pemanasan. Saat sudah dilakukan pemanasan menghasilkan warna putih. Dan
setelah ditambahkan NaOH terjadi perubahan warna menjadi kekuningan. Dalam praktikum
ini dihasilkan bahwa air susu kedelai ditemukan mengandung polisakarida.
Uji benedict digunakan untuk mendeteksi kandungan gula pereduksi pada suatu sampel.
Jika hasil positif maka akan diperoleh endapan merah bata, atau warna larutan berwarna kuning,
hijau, merah ataupun jingga (Atma, Y. 2018). Pada praktikum ini uji benedict dengan sampel air
susu sapi dilarutkan dengan larutan benedict dan dipanaskan selama 3 menit menghasilkan
perubahan warna dari putih menjadi biru kehijauan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada uji
benedict ini sampel air susu sapi positif mengandung gula pereduksi namun sedikit karena
samakin kuning perubahan warna sampel kandungan gula pereduksi semakin banyak.
Uji barfoed menggunakan pereaksi barfoed yang bersifat asam, suasana asam ini
mengakibatkan waktu terjadinya pengendapan antara monosakarida dan disakarida berbeda.
Pada kondisi yang sama disakarida akan mengendap lebih lambat daripada monosakarida. Jadi
uji barfoed digunakan untuk membedakan disakarida dan monosakarida (Sumardjo, D. 2009).
Pada praktikum uji barfoed pada kandungan ikan setelah pemanasan berwarna putih, sedangkan
akan memperoleh hasil positif apabila berwarna biru (Prijo, R.M.U, dkk. 1999). Jadi dapat
disimpulkan bahwa pada kandungan ikan tidak mengandung karbohidrat pereduksi atau mengandung
sedikit sehingga tidak terlihat mencolok ketika dilakukan uji barfoed.

Uji seliwanoff digunakan untuk mengetahui adanya gula ketosa atau karbohidrat yang
mengandung gugus keton, seperti fruktosa, sukrosa, dan ribulosa. Pereaksi seliwanoff akan
bereaksi dengan gugus keton pada sampel sehingga mereaksikan adana warna merah pada
larutan. Semakin pekat warna merah ang terbentuk maka semakin mengindikasikan bahwa
kandungan gula ketosa semakin tinggi (Atma, Y. 2018). Pada uji seliwanoff kandunganair susu
kedelai diperoleh hasil akhir reaksi berwarna merah, ditemukan perubahan warna menjadi merah
pada larutan campuran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada kandungan air susu kedelai
terdapat gugus keton.
Uji hidrolisis selulosa yang diteliti yaitu karbohidrat selulosanya. Pada hasil hidrolisis selulosa
pada uji ikan mengasilkan warna biru sebelum dipanaskan dan menghasilkan warna jingga
setelah dipanaskan. Menurut Sumardjo 2009 menyatakn bahwa reksi selulosa jika ditambhakan
dengan asam sulfat pekat akan terbentuk dispersi koloid yang disebut amiloid yang mana dengan
ioidum akan memberikan warna biru jika positif. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
pada sampel mengandung selulosa. Pengujian menggunakan regaen benedict bertujuan untuk
mengetahui bahwa hidrolisis atau pemecahan selulosa berhasil menghasilkan senyawa
monosakarida dengan berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus aldehid atau keton bebas
dalam suasana alakalis, uji positif menunjukkan terbentuk larutan berwarna jingga. Sehingga
dapat disimpulkan air susu kedelai mengandung selulosa.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan identifikasi karbohidrat dan kandungannya
dapat dilakukan dengan uji molisch, uji iod, uji benedict, uji barfoed, uji seliwanoff, uji hidrolisis
selulosa.

Berdasarkan uji molisch yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa amilum,selulosa,
maltose,sukrosa,fruktosa,glukosa,arabinosa,galaktosa,glikogen dan laktosa positif terhadap uji
molish sehingga semua bahan uji tersebut merupakan karbohidrat. Bahan yang teruji positif
mengandung karbohidrat dari uji molisch adalah susu kedelai sedangkan yang negative adalah
tempe, susu sapi, ikan, pisang, dan apel.

Berdasarkan uji iod yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa amilum dan glikogen
positif terhadap uji iodine sehingga kedua bahan uji tersebut merupakan polisakarida. Bahan
yang teruji positif mengandung polisakarida dari uji iod adalah susu kedelai dan pisang
sedangkan yang negative adalah tempe, susu sapi, ikan, dan apel.
Berdasarkan uji benedict yang telah dilakukan dilakukan dapat disimpulkan bahwa
maltose,sukrosa,fruktosa,glukosa,arabinosa,galaktosa, dan laktosa positif terhadap uji benedict
sehingga semua bahan uji tersebut merupakan gula pereduksi. Bahan yang teruji positif
mengandung gula pereduksi dari uji benedict adalah susu kedelai, susu sapi, pisang, apel
sedangkan yang negative adalah tempe dan ikan

Berdasarkan uji hidrolisis selulosa yang telah dilakukan dilakukan dapat disimpulkan
bahwa selulosa dalam potong-potongan kertas saring dapat dihidrolisis menjadi monosakarida
(glukosa) sehingga seharusnya menghasilkan uji positif terhadap benedict. Bahan yang teruji
positif dari uji hidrolisis selulosa adalah susu kedelai dan pisang sedangkan yang negative adalah
tempe, susu sapi, ikan, dan apel.

Berdasarkan uji barfoed yang telah dilakukan dilakukan dapat disimpulkan bahwa
monosakarida pereduksi dan disakarida pereduksi dapat dibedakan dengan menggunakan uji
barfoed dimana Monosakarida pereduksi ditandai dengan terjadinya endapan merah bata kupro
oksida (Cu2O) pada saat di panaskan dalam kurun waktu dua sampai tiga menit sedangkan
disakarida pereduksi di tandai dengan pembentukan endapan merah bata kupro oksida (Cu2O)
dalam kurun waktu sepuluh sampai dua belas menit. Bahan yang teruji positif dari uji hidrolisis
selulosa adalah pisang sedangkan yang negative adalah tempe, susu sapi, ikan susu kedelai, dan
apel.

Uji Seliwanoff adalah sebuah uji kimia yang membedakan gula aldosa dan ketosa. Ketosa
dibedakan dari aldosa via gugus fungsi keton/aldehida gula tersebut. Jika gula tersebut
mempunyai gugus keton, ia adalah ketosa. Sebaliknya jika ia mengandung gugus aldehida, ia
adalah aldosa. Bahan yang teruji positif mengandung gugus keton dari uji seliwanoff adalah
pisang, apel, dan susu kedelai sedangkan yang negative adalah tempe, susu sapi, dan ikan.

Anda mungkin juga menyukai