Daftar Isi
Daftar Tabel
IEC 62790: Junction Boxes for Photovoltaic Modules—Safety Requirements and Tests.
IEC 62852: Connectors for DC-application in Photovoltaic Systems—Safety Requirements and Tests.
IEC 61701: Photovoltaic (PV) Modules—Salt Mist Corrosion Testing. (if appropriate)
IEC 60068-2-68: Environmental Testing – Part 2-68: Tests – Test L: Dust and Sand
IEC 62759-1: Photovoltaic (PV) Modules - Transportation Testing - Part 1: Transportation and Shipping
of Module Package Units
IEC TS 62782: Photovoltaic (PV) Modules - Cyclic (Dynamic) Mechanical Load Testing
IEC TS 62804-1: Photovoltaic (PV) Modules - Test Methods for The Detection of Potential-induced
Degradation - Part 1: Crystalline Silicon
IEC 63202-1: Photovoltaic Cells - Part 1: Measurement of Light-induced Degradation of Crystalline
Silicon Photovoltaic Cells
CE Conformity
Spesifikasi minimum modul PV disusun berdasarkan hasil technology assessment dalam studi
kelayakan. Spesifikasi minimum modul PV yang harus dipenuhi dalam proyek PLTS Terapung
KCE ditampilkan pada Tabel A.2.
Parameter Value
Cell Type Monocrystalline
Parameter Value
Selain itu, modul PV harus memenuhi persyaratan desain untuk menjaga daya tahan dan
keamanan modul PV selama masa operasi, yaitu:
• Modul PV harus diproduksi oleh pabrik yang memiliki ISO 9001 dan ISO 14001.
• Modul PV harus memiliki desain dan material yang tahan kelembapan yang disertai
dengan data uji yang andal.
• Modul PV harus memiliki desain dengan rating resistansi potential induced degradation
(PID) tinggi.
• Modul PV harus memiliki desain junction boxes, kabel, dan konektor untuk penggunaan
di atas air.
• Label data kinerja (performance) modul harus ditempelkan pada bagian belakang modul
surya.
• Modul PV harus memiliki product warranty untuk jangka waktu minimal 12 tahun. Selain
itu, modul PV juga harus memiliki garansi untuk output maksimumnya (linear performance
warranty), yang tidak boleh kurang dari 90% pada akhir 12 tahun dan 80% pada akhir 30
tahun sejak penerimaan terakhir modul PV di lokasi.
• Konesi antar modul PV harus menggunakan plug-in socket MC-4.
• Material junction box harus memiliki material tahan UV. Setiap junction boxes harus
memiliki bypass diode.
• Modul PV harus dilindungi oleh enkapsulasi antara kaca depan dan kaca belakang. Kaca
harus memiliki rating temperatur yang tinggi dan tingkat transmisi uap air yang rendah.
Kaca harus memiliki ketebalan minimal 2 mm pada masing-masing sisi. Kaca harus
dilaminasi menggunakan laminator dengan struktur simetris. Kaca harus memiliki
transmitansi di atas 90%.
• Enkapsulan yang digunakan untuk modul PV harus tahan UV dan tahan terhadap PID.
Enkapsulan harus memiliki sifat-sifat seperti ditunjukkan pada Tabel A.3
• Sealant yang digunakan untuk penyegelan tepi modul PV harus memiliki perlindungan
masuknya uap air yang baik dengan insulasi listrik yang baik (breakdown voltage ≥ 15
kV/mm) dan dengan kekuatan rekat yang baik.
• Sistem pentanahan harus sesuai dengan lingkungan korosif.
• Modul PV harus tahan terhadap beban maksimum dari angin dan gelombang.
• Modul PV harus tahan terhadap bahan kimia yang terkandung di dalam air.
• Modul PV tidak boleh memiliki dampak negatif terhadap kualitas air.
• Rangka modul harus terbuat dari bahan tahan korosi, lebih baik jika memiliki lapisan
aluminium anodized. Ketebalan anodisasi tidak boleh di bawah 15 mikron. Rangka modul
harus memiliki ketentuan pembumian untuk dihubungkan ke jaringan pembumian.
• Modul PV harus dilengkapi dengan minimal tiga (03) bypass diode.
PT. KRAKATAU CHANDRA ENERGI FSP Project
Restricted
Detailed Feasibility Study Report
Information
Page A-6 of 35 PROJECT DOC NO.: FSP-ED-RPT-BD-0020-0 REV 0
• Kapasitas total minimum rangkaian modul PV adalah 32.11 Wp. Jumlah unit modul PV
dapat disesuaikan berdasarkan daya output (Wp) per unit modul PV yang akan
digunakan.
• Kabel output modul PV harus memiliki ukuran sesuai standar produsen dan dapat
disesuaikan (customizable) untuk meminimalkan jumper kabel di antara modul PV.
• Modul PV harus dilengkapi dengan salinan laporan-laporan sertifikasi dan performa yang
menunjukkan bahwa laporan tersebut berlaku pada tanggal pembuatan modul PV.
• Gambar teknis (technical drawing) rencana rangkaian modul PV dan keseluruhan sistem
pembangkit harus dilampirkan dalam dokumen penawaran.
• Vendor harus melakukan pengujian dan inspeksi untuk modul PV, seperti routine test,
Factory Acceptance Test (FAT), dan Site Acceptance Test (SAT).
Parameter Value
Gel Content ≥ 75% for EVA; ≥ 70% for POE
A.2 Inverter
Spesifikasi umum inverter untuk sistem PLTS Terapung. harus memenuhi standar umum untuk
inverter dan standar khusus untuk instalasi di atas air. Standar yang harus dipenuhi dapat dilihat
pada Tabel A.4.
IEEE 1547: IEEE Standard for Interconnection and Interoperability of Distributed Energy Resources
with Associated Electric Power Systems Interfaces.
IEC 61000-6-2: Electromagnetic Compatibility (EMC)—Part 6-2: Generic Standards Immunity Standard
for Industrial Environments.
IEC 62920: Photovoltaic Power Generating Systems—EMC Requirements and Test Methods for
Power Conversion Equipment.
IEC 62477: Safety Requirements for Power Electronic Converter Systems and Equipment.
IEC 62109: Safety of Power Converters for Use in Photovoltaic Power Systems.
IEC 62109-1: Safety of Power Converters for Use in Photovoltaic Power Systems - Part 1: General
Requirements
PT. KRAKATAU CHANDRA ENERGI FSP Project
Restricted
Detailed Feasibility Study Report
Information
Page A-7 of 35 PROJECT DOC NO.: FSP-ED-RPT-BD-0020-0 REV 0
IEC 62109-2: Safety of Power Converters for Use in Photovoltaic Power Systems - Part 2: Particular
Requirements for Inverters
IEC 61683: Photovoltaic Systems - Power Conditioners - Procedure for Measuring Efficiency
IEC 60068-2-2: Environmental Testing - Part 2-2: Tests - Test B: Dry heat
IEC 60068-2-14: Environmental Testing - Part 2-14: Tests - Test N: Change of Temperature
IEC 60068-2-30: Environmental Testing - Part 2-30: Tests - Test Db: Damp Heat, Cyclic (12 h + 12 h
Cycle)
IEC TS 62910: Utility-interconnected Photovoltaic Inverters - Test Procedure for Low Voltage Ride-
through Measurements
EN 50539-11: Low-voltage Surge Protective Devices - Surge Protective Devices for Specific
Application Including D.C. - Part 11: Requirements and Tests For SPDs in Photovoltaic Applications
IEC 61643-11: Low-voltage Surge Protective Devices - Part 11: Surge Protective Devices Connected
to Low-voltage Power Systems - Requirements and Test Methods
CE Conformity
Parameter Inverter
Type String Inverter
Min. AC Active Power (at STC and unity power factor) [kW] 300
No. of phase 3
IP Min. IP65
Inverter harus memenuhi persyaratan desain untuk memastikan keamanan, kinerja optimal, dan
keandalan sistem. Inverter dalam proyek PLTS Terapung KCE harus memenuhi persyaratan ini:
• Inverter harus diproduksi oleh pabrik yang memiliki ISO 9001 dan ISO 14001.
• Inverter harus memiliki fungsi voltage dan frequency ride-through, serta mampu secara
aktif mengatur level tegangan dengan menyediakan suplai daya aktif dan daya reaktif
yang dapat disesuaikan.
• Inverter harus memiliki DC side disconnection.
• Inverter harus sesuai terhadap regulasi jaringan listrik setempat, yang mengacu pada
peraturan dan persyaratan yang berlaku di wilayah yang bersangkutan.
• Inverter harus memiliki kemampuan untuk melakukan pemantauan jaringan listrik (grid
monitoring) yang sesuai dengan persyaratan daerah atau wilayah tertentu.
• Inverter harus disimpan di bawah kanopi setiap saat sepanjang hari.
o Kanopi harus memungkinkan pembukaan, pemeliharaan, dan pengoperasian
independen inverter string, terlepas dari desain, pemasangan, dan posisinya.
o Kanopi harus memungkinkan peralatan sakelar dan proteksi yang perlu ditangani
secara manual berada pada ketinggian minimum dari tanah sesuai standar IEC.
o Jarak antara kanopi dan inverter string tidak boleh kurang dari persyaratan yang
ditentukan dalam manual instalasi yang disediakan oleh produsen.
o Harus dibuktikan bahwa inverter string tidak terkena radiasi matahari langsung.
o Produsen harus memvalidasi bahwa perlindungan kanopi tidak akan mengubah
klausul apa pun yang terkait dengan garansi standar peralatan.
• Inverter harus memiliki port komunikasi yang sesuai untuk integrasi SCADA, seperti TCP-
IP atau PLC. Sistem Inverter harus dilengkapi dengan perangkat lunak, backup, lifetime
license, parametrisasi konfigurasi, dan password credentials. Inverter harus mendukung
dual master communication. Inverter sebaiknya memiliki fitur data logger dan
communication/interface untuk komunikasi data dengan remote monitoring system
(RMS). RMS sebaiknya memiliki spesifikasi umum sebagai berikut:
o Memiliki standar antarmuka protokol komunikasi data industri minimal RS-232/RS-
485/TCP/IP yang secara fleksibel terintegrasi ke RMS.
o Menggunakan penyimpanan flash memory dengan metode penyimpanan redundant
backup.
o Memiliki protokol RTU/TCP untuk mengakses data laporan pada sistem monitor.
o Dapat melakukan monitoring sampai dengan 10 parameter untuk interface RS-485
dan 30 parameter untuk interface RS-232.
o Tampilan antarmuka di server online memiliki sistem multi level user management.
o Format penyimpanan monitoring minimal dengan extension txt atau csv atau
database yang dapat diakses untuk dianalisis keandalan fungsi dan jumlah energi
yang dihasilkan.
o Sistem remote monitoring tersebut dapat diakses secara remote melalui jaringan
yang terhubung dengan internet (Modem GPRS/3G/LTE) dalam sebuah interface.
• Inverter harus memiliki kemampuan monitoring string (level MPPT) dan pelaporan ke
sistem SCADA. Perangkat lunak khusus apa pun jika diperlukan untuk tujuan ini harus
disediakan untuk monitoring lokal dan jarak jauh serta untuk pembuatan laporan.
PT. KRAKATAU CHANDRA ENERGI FSP Project
Restricted
Detailed Feasibility Study Report
Information
Page A-9 of 35 PROJECT DOC NO.: FSP-ED-RPT-BD-0020-0 REV 0
• Perangkat anti-PID dan semua perangkat keras dan kabel/perangkat komunikasi harus
disediakan jika pembumian negatif untuk penyediaan string modul PV tidak tersedia di
inverter.
• Persyaratan DC fuse untuk string modul PV di ujung inverter harus sesuai dengan
persyaratan produsen/sistem string.
• Internal Surge Protection Device harus disediakan pada inverter di sebelah DC dan AC
(Type-I & II untuk bagian DC dan Type-III untuk bagian AC).
• Inverter harus mampu memasok daya reaktif sesuai kebutuhan jaringan. Inverter harus
memiliki fungsi Q at night.
• Inverter harus memiliki perlindungan terhadap gangguan berkelanjutan dan terhadap
lightning discharga pada saluran pengumpan (feeder line).
• Jika terjadi kegagalan pada jaringan, Inverter harus disinkronkan kembali dengan jaringan
setelah power supply dihidupkan kembali.
• Inverter harus memiliki fitur self-protection dan self-diagnose yang sesuai untuk
melindungi inverter dan array modul PV dari kerusakan jika terjadi kegagalan komponen
inverter atau dari penyebab internal atau eksternal lain. Inverter harus dilengkapi dengan
titik pemutusan pada sisi DC dan AC, proteksi lonjakan DC, pemantauan jaringan,
pemantauan gangguan tanah, proteksi petir (sesuai IEC 62305-1), pemantauan insulasi,
proteksi kelas I (sesuai IEC 62109), proteksi tegangan lebih DC kelas II (sesuai IEC
62109), dan proteksi tegangan lebih AC kelas III (sesuai IEC 62109).
• Inverter harus memiliki fitur kontrol batas daya aktif, daya reaktif, dan kontrol faktor daya.
• Inverter harus memiliki limiter yang diperlukan di dalam controller untuk memastikan
pengoperasian inverter dalam rentang parameter operasional yang dirancang.
• Inverter harus memiliki perlindungan kelebihan beban termal untuk mencegah kegagalan
device switching dan komponen lain dari inverter.
• Inverter harus memiliki fitur-fitur dibawah:
o AC & DC overcurrent protection.
o Synchronization loss protection.
o Over temperature protection.
o DC & AC under and over voltage protection.
o Under & over frequency protection.
o Cooling system failure protection
o PV array ground fault monitoring & detection
o PV array insulation monitoring
o LVRT protection
o Anti-islanding protection
o Grid monitoring
o AC Insulation Monitoring
o Smart I-V curve diagnosis (pemindaian I-V dan diagnosis kesehatan untuk masing-
masing string PV).
o Insulation controller (jika menggunakan sistem DC yang tidak dibumikan).
o PID test.
o Inverter temperature and moisture control.
PT. KRAKATAU CHANDRA ENERGI FSP Project
Restricted
Detailed Feasibility Study Report
Information
Page A-10 of 35 PROJECT DOC NO.: FSP-ED-RPT-BD-0020-0 REV 0
• Inverter harus dilengkapi dengan layar HMI lokal dan remote untuk monitoring oleh
personel O&M.
• Inverter harus memiliki kemampuan monitoring pada sisi AC dan DC dan kemampuan
reporting ke sistem SCADA.
• Nilai DC overload loading maksimum harus dibatasi pada rasio daya DC PV array
terhadap daya AC nominal inverter.
• Pembebanan beban berlebih inverter DC maksimum harus dibatasi pada desain PV Array
Power terhadap rasio daya AC nominal inverter.
• Inverter harus dibumikan sesuai rekomendasi produsen.
• Inverter harus dapat wake-up secara otomatis ketika nilai tegangan open circuit array PV
sama/lebih dari nilai yang telah ditetapkan dalam program inverter.
• Inverter harus MPPT dan MPPT harus dapat mengoperasikan array PV pada titik daya
maksimumnya dengan menyesuaikan tegangan keluaran sistem array PV sesuai dengan
kondisi atmosfer.
• Inverter harus dapat secara otomatis masuk ke mode sleep ketika tegangan output array
PV dan/atau daya output inverter turun di bawah batas yang ditentukan. Selama mode
sleep, inverter harus terputus dari jaringan dan akan secara otomatis mulai ketika
tegangan DC naik di atas level yang telah ditentukan.
• Kapasitas total minimum inverter adalah 19,8 MWac. Jumlah inverter dapat disesuaikan
berdasarkan daya output (kWac) per unit inverter yang akan digunakan.
• Vendor harus melakukan pengujian dan inspeksi untuk inverter, seperti routine test,
Factory Acceptance Test (FAT), dan Site Acceptance Test (SAT).
• Struktur bahan pelampung harus memiliki kekuatan tarik yang dapat menahan beban.
• Dimensi dan bentuk material floater harus dapat bekerja untuk menahan beban yang
bekerja baik beban yang bekerja di atas akibat beban dari Modul PV dan pekerja maupun
beban impact yang datang dari gelombang permukaan air atau beban dari mooring
• Material floater harus memiliki ketahanan terhadap sinar UV agar material floater tidak
mengalami perubahan yang mengakibatkan penurunan kekuatan.
• Material floater harus memiliki ketahanan terhadap perubahan suhu agar material floater
tidak mengalami degradasi kekuatan.
• Semua bagian floater yang terendam tidak boleh memberikan dampak lingkungan,
sehingga tidak mengubah karakteristik air.
• Komponen floater harus tahan terhadap korosi agar modul PV tetap terikat sempurna
dengan floater.
• Floater dan komponen lain yang terkoneksi harus tahan lama selama masa pakai yang
ditentukan.
• Floater dan komponen lain yang terkoneksi harus mampu menahan guncangan atau
benturan yang mungkin terjadi selama pemasangan atau pengoperasian, seperti yang
berasal dari debris, kapal yang berlabuh, dan lain-lain.
PT. KRAKATAU CHANDRA ENERGI FSP Project
Restricted
Detailed Feasibility Study Report
Information
Page A-11 of 35 PROJECT DOC NO.: FSP-ED-RPT-BD-0020-0 REV 0
Beberapa kode dan standar floater yang dapat dijadikan acuan dapat dilihat pada Tabel A.6.
floater harus memenuhi berbagai persyaratan desain untuk memastikan keberhasilan dan
keandalan operasional. Persyaratan-persyaratan desain yang harus dipenuhi antara lain:
• Anchoring and mooring system harus memiliki kapasitas untuk menahan beban yang
bekerja akibat adanya gelombang air maupun pergerakan-pergerakan platform floater.
• Anchoring and mooring system harus tahan terhadap korosi agar tidak terjadi degradasi
kekuatan.
Anchoring and mooring system harus memenuhi kode dan standar yang relevan dengan lokasi
dan aplikasinya. Kode dan standar anchoring and mooring system ditabulasikan pada Tabel A.7.
Selain kode dan standar yang berlaku, terdapat persyaratan-persyaratan desain yang harus
dipenuhi agar anchoring and mooring system dapat beroperasi dengan optimal. Persyaratan-
persyaratan desain yang harus dipenuhi antara lain:
• Anchoring and mooring system harus kuat untuk menahan beban dan dampak
lingkungan serta beban yang terjadi saat pekerjaan O&M.
• Pergerakan maksimum pada arah horizontal harus diperhitungkan agar sistem tidak
terganggu dan juga tidak membahayakan sekitar, termasuk tepi badan air dan dasar
perairan, serta sistem kelistrikan.
• Anchoring and mooring system harus dapat mengantisipasi dampak jika terjadi
biofouling, seperti adanya penambahan bobot pada anchor dan terjadinya degradasi
material.
• Tegangan yang terjadi pada titik-titik koneksi antara mooring line dan struktur terapung
tidak boleh merusak struktur terapung atau titik koneksi.
A.5 Transformator
Spesifikasi umum untuk transformator dalam sistem PLTS Terapung harus mematuhi standar
umum transformator serta penggunaan transformator di luar ruangan, yang dapat dilihat pada
Tabel A.8.
Tabel A.8 Kode dan Standar Transformator
Spesifikasi umum transformator disusun dengan memperhatikan kriteria teknis minimum yang
dibahas dalam technology assessment, yang ditampilkan pada Tabel A.9 dan Tabel A.10.
Specifications Transformer
IEC 60076
Reference standard
SPLN D3.002-1: 2007
Winding Copper
Type Oil-filled
Type of tap changer Off-load tap changer, No of Tap: 5, Tapping Step ± 2.5%
Temperature-rise
a) Top oil 50 K
b) Winding 55 K
Specifications Transformer
Specifications Transformer
IEC 60076
Reference standard
SPLN D3.002-1: 2007
Winding Copper
Type Oil-filled
Cooler details Oil natural air natural (ONAN)/Oil natural air forced (ONAF)
Temperature-rise
a) Top oil 50 K
b) Winding 55 K
Installation Outdoor
Specifications Transformer
IEC 60076
Reference standard
SPLN D3.002-1: 2007
Winding Copper
Type Oil-filled
Type of tap changer Off-load tap changer, No of Tap 5, Tapping Step ± 2.5%
PT. KRAKATAU CHANDRA ENERGI FSP Project
Restricted
Detailed Feasibility Study Report
Information
Page A-15 of 35 PROJECT DOC NO.: FSP-ED-RPT-BD-0020-0 REV 0
Specifications Transformer
Temperature-rise
a) Top oil 50 K
b) Winding 55 K
Installation Outdoor
Untuk menjaga keandalan dan keamanan trafo selama masa operasionalnya, trafo harus
memenuhi persyaratan desain yang terkait dengan pemasangan trafo berisi minyak di area yang
berdekatan dengan sumber air baku. Persyaratan ini meliputi:
• Trafo tegangan tinggi (step-up 20/150 kV) harus mengikuti persyaratan desain sebagai
berikut:
o Rating ONAN harus setidaknya 60% dari rating ONAF di seluruh rentang potensi
PV di Area Krenceng.
o Tap changer harus dipasang di kompartemen oli terpisah di dalam tangki utama
transformator. Kompartemen ini harus memiliki relai tipe Buchholz sendiri.
o Operasi menaikkan/menurunkan on-load tap changer harus dapat dilakukan
secara lokal di trafo dan dari jarak jauh dari ruang kontrol. Tap changer harus
dapat beroperasi secara otomatis melalui pengaturan AVR dan SCADA. Indikasi
posisi tap dan sinyal alarm harus dikirim ke sistem SCADA untuk pemantauan
dari jarak jauh dan / atau ruang kontrol.
o Terminal netral belitan HV harus berupa normally solidly grounded.
o Trafo harus dilengkapi dengan fitur-fitur sebagai berikut:
▪ Tangki konservator minyak dan pendingin radiator
▪ Indikator level minyak dengan kontak alarm (untuk tangki utama dan
OLTC)
▪ Titik pengambilan sampel minyak
▪ Maintenance-free and redundant silica gel breather untuk tangki
konservator
▪ Perangkat pressure relief dengan alarm dan trip
▪ Sudden pressure relays
▪ Buchholz relay (untuk tangka utama dan OLTC) untuk proteksi gas dan
lonjakan arus dengan alarm dan tripping
▪ Indikator temperatur minyak dengan alarm dan kontak trip
▪ Pengukuran temperatur belitan
▪ Pengukuran titik panas belitan (redundan)
▪ Pengukuran temperatur inti (redundan)
o Panel kontrol pendingin transformator harus diintegrasikan dengan SCADA.
o Trafo harus dilengkapi dengan station-type surge arresters yang memiliki
Minimum Continuous Operating Voltage (MCOV) tidak kurang dari 80% dari nilai
PT. KRAKATAU CHANDRA ENERGI FSP Project
Restricted
Detailed Feasibility Study Report
Information
Page A-16 of 35 PROJECT DOC NO.: FSP-ED-RPT-BD-0020-0 REV 0
tegangan line-to-line trafo. Surge arresters ini harus dipasang pada trafo,
berdekatan dengan HV bushing.
o Trafo harus dilengkapi dengan HV outdoor phase bushing (cable sealing end)
yang sesuai untuk menghubungkan ke saluran kabel HV bawah tanah.
• Seluruh tangki, konservator, dan kompartemen yang berisi minyak harus dilakukan uji oil
tightness, sebelum pengecatan, dengan mengisi penuh minyak dengan viskositas, tidak
lebih besar dari minyak insulasi, sesuai dengan IEC 60296 pada temperatur 15 oC dan
dikenai hingga tekanan sama dengan tekanan normal ditambah 35 kN/m2.
• Transformator harus dipasang di lokasi sejauh minimum 15 meter dari garis sempadan
waduk untuk mencegah transformator terendam jika terjadi banjir serta menghindari area
yang rawan erosi, tanah longsor, atau bencana alam lainnya.
• Sistem drainase di area penampungan harus diarahkan menjauh dari lokasi badan air
untuk menghindari tumpahan minyak mengarah ke badan air.
• Penambahan penampung sekunder, seperti tanggul atau bund wall, harus dipasang di
sekitar transformator untuk menampung seluruh tumpahan minyak jika terjadi kebocoran.
• Pengaruh intermiten awan (cloud intermittency) dan siklus pembebanan PLTS (solar
generation loading cycle) pada umur transformator harus dikompensasi melalui desain
yang sesuai.
• Kontak dari alat perlindungan transformator harus disambungkan dengan kabel untuk
menghindari trip pada circuit breaker transformator.
• Tangki dan penutup transformator harus dibuat dari baja pelat karbon rendah bermutu
tinggi dengan kualitas teruji. Tangki dan penutup harus terbuat dari konstruksi yang dilas
dan harus dapat diangkat dengan crane.
PT. KRAKATAU CHANDRA ENERGI FSP Project
Restricted
Detailed Feasibility Study Report
Information
Page A-17 of 35 PROJECT DOC NO.: FSP-ED-RPT-BD-0020-0 REV 0
• Lubang inspeksi dengan welded flange dan penutup yang dibaut harus disediakan pada
penutup tangki. Lubang inspeksi harus berukuran cukup untuk memberikan akses mudah
ke ujung bawah bushing, terminal, dll.
• Semua sambungan baut ke tangki harus dilengkapi dengan gasket kedap minyak yang
sesuai dalam kondisi operasi selama masa pakai transformator jika tidak dibuka untuk
maintenance.
• Radiator transformator utama harus berupa tipe detachable, dipasang pada tangki
dengan shut-off valve pada setiap titik sambungan ke tangki, lift, bersama dengan
sumbat/katup pembuangan di bagian bawah dan sumbat pelepas udara di bagian atas.
• Marshalling box harus terbuat dari baja lembaran, anti debu dan hama yang dilengkapi
dengan pencahayaan yang tepat dan pemanas ruangan yang dapat dikontrol. Tingkat
perlindungan harus IP 55. Marshalling box dari semua transformator sebaiknya dipasang
di tangki. Satu blok terminal dummy di antara setiap terminal kabel trip harus disediakan.
Setidaknya 20% dari terminal cadangan harus disediakan di setiap panel. Gasket yang
digunakan harus dari karet neoprena.
• Belitan semua transformator harus dibuat dalam atmosfer yang bebas debu dan
terkondisi. Konduktor harus terbuat dari tembaga kelas elektrolitik/aluminium yang bebas
dari scales & burr. Semua belitan transformator harus memiliki insulasi yang seragam.
Tapping harus diatur sedemikian rupa untuk menjaga keseimbangan magnetik
transformator pada semua rasio tegangan.
• Tidak ada inhibitor yang boleh digunakan dalam minyak transformator. Minyak yang
dipasok dengan transformator harus baru dan belum pernah digunakan sebelumnya.
• Bushing CT harus memiliki rating yang memadai untuk perlindungan sesuai kebutuhan,
WTI, dll. Semua CT (kecuali WTI) harus dipasang di menara bushing, pemasangan di
dalam tangki tidak diperbolehkan. Semua terminal CT harus disediakan sebagai terminal
tipe fixed pada marshalling box untuk menghindari bahaya akibat koneksi longgar yang
mengarah ke pembukaan CT. Konektor tipe plug in tidak boleh digunakan untuk CT.
• Semua katup (valve) hingga 50 mm harus terbuat dari logam pistol (gun metal) atau baja
tuang. Katup yang lebih besar dapat terbuat dari logam tuang atau besi tuang. Sampling
dan drain valves harus memiliki tingkat kebocoran nol.
• Gasket harus dilengkapi dengan paking gabus yang tahan cuaca, tahan minyak panas,
dan dilapisi karet.
• Jika paking dapat dikompresi, penghenti logam harus disediakan untuk mencegah
kompresi berlebih.
PT. KRAKATAU CHANDRA ENERGI FSP Project
Restricted
Detailed Feasibility Study Report
Information
Page A-18 of 35 PROJECT DOC NO.: FSP-ED-RPT-BD-0020-0 REV 0
• Gasket tidak boleh rusak selama masa pakai transformator jika tidak dibuka untuk
pemeliharaan di lokasi. Semua sambungan flanged atau welded yang terkait dengan
minyak harus mencegah adanya kebocoran minyak selama masa pakai transformator.
• Vendor harus melaksanakan inspection dan testing plan di pabrik dan lokasi.
IEC 60502-1:2021: Power cables with extruded insulation and their accessories for rated voltages from
1 kV(Um = 1,2 kV) up to 30 kV (Um = 36 kV) – Part 1: Cables for rated voltages of 1 kV (Um = 1,2 kV)
and 3 kV (Um = 3,6 kV)
IEC 60502-1:2021: Power cables with extruded insulation and their accessories for rated voltages from
1 kV(Um = 7,2 kV) up to 30 kV (Um = 36 kV) – Part 2: Cables for rated voltages of 6 kV (Um = 7,2 kV)
and 30 kV (Um = 36 kV)
IEC 62930: Electric Cables for Photovoltaic Systems With a Voltage Rating of 1.5 kV DC.
IEC 62852: Connectors for DC-application in Photovoltaic Systems—Safety Requirements and Tests.
IEC 61537: Cable Management—Cable Tray Systems and Cable Ladder Systems.
IEC 63026: Submarine Power Cables With Extruded Insulation and Their Accessories for Rated
Voltages From 6 kV (UM = 7,2 kV) Up to 60 kV (UM = 72,5 kV)—Test Methods and Requirements.
Sistem pengkabelan terdiri dari kabel AC, kabel DC, dan kabel kontrol. Sistem pengkabelan harus
memenuhi persyaratan desain untuk memastikan keandalan dan keamanan selama masa
operasi. Persyaratan ini meliputi:
• Jumlah jalur dan parit interkoneksi, terminasi busbar, dan lugs harus disediakan
sedemikian rupa sehingga tidak terjadi overheat pada kontak & terminal. Ruang yang
cukup untuk pemasangan kabel & terminasi harus dapat disediakan.
• Identifikasi warna kabel, baik kabel DC ataupun kabel AC, harus sesuai dengan
ketentuan pada SNI/SPLN
• Kabel yang ditanam langsung di bawah tanah harus berupa armored cable.
• Semua acceptance dan routine test sesuai spesifikasi dan standar yang relevan harus
dilakukan.
• Vendor harus melaksanakan inspection dan testing plan di pabrik dan lokasi.
• Kabel AC
PT. KRAKATAU CHANDRA ENERGI FSP Project
Restricted
Detailed Feasibility Study Report
Information
Page A-19 of 35 PROJECT DOC NO.: FSP-ED-RPT-BD-0020-0 REV 0
• Kabel DC
o Kabel DC harus memiliki luas penampang 6 mm2.
o Kabel DC harus berupa single core.
o Konektor kabel DC harus MC4 atau sesuai dengan ketentuan SNI/SPLN.
Konektor kabel DC harus memiliki ketahanan terhadap sinar UV dan tahan air.
Konektor kabel DC harus dari Tipe Kelas II. Konektor kabel DC harus memiliki
perlindungan minimal IP68 saat mated. Konektor kabel DC harus sesuai dengan
edisi terbaru IEC 62852.
o Kabel DC harus harus tahan UV, tahan panas, tahan lembab, tahan korosi, dan
tahan abrasi dengan insulasi ganda.
o Kabel DC harus memiliki marine grade, AD 8, dan IP 68.
o Konduktor harus terbuat dari tembaga.
o Kabel DC harus memiliki rentang temperatur operasi -40 hingga 120°C untuk
konduktor, berdasarkan EN 60216-1, pada rentang temperatur ambien sekitar -
40 hingga 90°C (sesuai EN 50618).
o Kabel DC harus menggunakan insulasi cross-linked copolymer.
• Kabel Kontrol
o Kabel harus memiliki luas penampang 2,5 mm2
o Kabel harus memiliki rating tegangan 0,6/1 kV (1,2 kV).
o Kabel harus menggunakan konduktor tembaga.
o Kabel harus menggunakan insulasi PVC.
o PVC tahan api harus digunakan untuk selubung bagian dalam dan luar.
o Untuk penguburan langsung, steel wire armoured (SWA) harus digunakan.
o Kabel harus tahan terhadap sinar UV, panas, dan kelembaban.
o Kabel harus bebas racun dan bebas halogen rendah asap.
• Kabel Komunikasi
o Kabel komunikasi digunakan untuk menghubungkan dan mengumpulkan data
operasional dan dukungan dari operasi PLTS terapung, yang mencakup namun
tidak terbatas pada inverter, piranometer, stasiun cuaca, perangkat instrumen,
SCADA, dll.
o Kabel komunikasi untuk koneksi SCADA lokal harus menggunakan kabel data
untuk Modbus/RS485 dan untuk koneksi ke SCADA KCE menggunakan kabel
fiber optic.
o Kabel fiber optic harus memiliki 4 inti, galvanized corrugated steel taped armored,
fully water blocked dengan dielectric central member untuk aplikasi
outdoor/indoor untuk mencegah kerusakan fisik.
PT. KRAKATAU CHANDRA ENERGI FSP Project
Restricted
Detailed Feasibility Study Report
Information
Page A-21 of 35 PROJECT DOC NO.: FSP-ED-RPT-BD-0020-0 REV 0
o Kabel fiber optic harus memiliki serat mode tunggal atau mode ganda sesuai
kebutuhan untuk menghindari penggunaan pengulang.
o Inti kabel fiber optic harus memiliki karakteristik dan penguatan yang sesuai
untuk mencegah kerusakan selama penarikan.
o Kabel harus cocok untuk gaya tarik maksimum 2000 N selama instalasi, dan
setelah diinstal, gaya tarik minimum 1000 N.
o Temperatur operasi kabel fiber optic harus -20 oC hingga 70 oC.
o Kabel fiber optic harus cocok untuk diletakkan di konduits, saluran udara, parit,
rak, dan instalasi terkubur di bawah tanah.
o Kabel data harus tipe berpelindung dengan konduktor stranded copper
berdasarkan VDE 0881.
o Kabel data harus memiliki minimum 2 pasang masing-masing ukuran konduktor
0,5 mm2 dan identifikasi inti harus sesuai dengan DIN 47100.
o Kabel data harus tahan api sesuai dengan IEC 60332-1-2 atau standar setara
lain.
PT. KRAKATAU CHANDRA ENERGI FSP Project
Restricted
Detailed Feasibility Study Report
Information
Page A-22 of 35 PROJECT DOC NO.: FSP-ED-RPT-BD-0020-0 REV 0
A.7 Switchyard
Spesifikasi switchyard dalam sistem PLTS Terapung harus sesuai dengan standar switchyard,
seperti yang dijelaskan dalam Tabel A.13.
IEC 62271-203: HV Metal Enclosed Switchgear for Rated Voltage of 72.5 kV and above
• Switchyard harus memiliki rating tegangan 150 kV, 3 fase, dan 50 Hz.
• Switchyard harus memiliki konfigurasi dua busbar 150 kV, satu Outgoing Bay, dan satu
Incoming Bay.
• Switchyard harus berupa Gas Insulated Switchgear (GIS). Gas insulasi harus berupa
Sulphur Hexafluoride (SF6) sesuai dengan standar IEC 60376 dengan tekanan yang
sesuai dengan desain pabrik.
• Switchgear harus diklasifikasikan sebagai arc resistant dengan aksesibilitas tipe 2B
sesuai dengan persyaratan pengujian ANSI / IEEE C37.20.7-2017 untuk full short-circuit
rating dan dari sisi depan, samping, dan belakang.
• Setiap komponen pembawa arus peralatan harus mampu beroperasi terus menerus
pada rating yang ditentukan tanpa kenaikan temperatur maksimum yang dinyatakan
dalam standar IEC.
• Konduktor dan konektor untuk busbar harus terbuat dari tembaga, yang dirancang untuk
mengalirkan arus kontinu rated pada temperatur ambien dan harus tahan terhadap arus
rated short-circuit. Kontak pemutus dan sakelar pembumian (disconnect and earth
switch) harus berlapis perak untuk memberikan konduktivitas tinggi dan harus sesuai
dengan rating busbar atau circuit breaker terkait.
PT. KRAKATAU CHANDRA ENERGI FSP Project
Restricted
Detailed Feasibility Study Report
Information
Page A-23 of 35 PROJECT DOC NO.: FSP-ED-RPT-BD-0020-0 REV 0
• Semua bagian aktif, termasuk circuit breakers, disconnectors, dan busbar utama, harus
dienkapsulasi dalam selubung aluminium alloy sesuai dengan desain pabrik dan diisi
dengan gas SF6.
• Circuit breaker dan disconnector switch harus memiliki diagram tiruan (mimic diagram)
dengan ukuran yang memadai. Diagram harus berwarna hitam agar kontras dengan finis
switchgear dan mudah terlihat oleh operator. Mimic diagram harus menunjukkan circuit
breakers, disconnect switches, earthing switches, dan sambungan busbar.
• Semua kompartemen gas harus dilengkapi dengan sistem alarm dan peralatan
pemantauan gas yang independen dan andal. Peralatan tersebut harus dirancang untuk
dapat mengimbangi kenaikan temperatur, diinsulasi secara elektrik, tahan terhadap debu
dan getaran. Kontak tambahan harus disediakan yang akan berfungsi sebagai indikator
dan trip.
• Kompartemen gas harus disegel untuk mencegah kebocoran gas selama operasi normal
atau jika terjadi kesalahan GIS. Segel harus mampu menahan tekanan gas dari
kompartemen dalam semua kondisi layanan. Enklosur GIS harus dirancang agar aman
untuk dioperasikan dan memastikan keselamatan personel.
• Circuit breakers harus berjenis SF6, yang dirancang untuk menahan benturan dan
getaran dalam kondisi rated and short-circuit current. Mekanisme operasi circuit breakers
harus dari tipe motor charged, stored-energy dan dilengkapi dengan indikator bermuatan
pegas. Mekanisme circuit breakers harus bebas trip dan dirancang untuk pengoperasian
dari sumber daya kontrol.
• Desain disconnecting and earthing switches harus sesuai dengan IEC 62271-102.
Sakelar harus dirancang untuk digerakkan dan dapat dioperasikan secara manual untuk
tujuan pemeliharaan dan dilengkapi dengan interlocking untuk fungsi pembumian.
• Desain current transformer dan voltage transformer harus sesuai dengan IEC 60044-1
dan IEC 60044-2 masing-masing, dengan kelas akurasi 0.2S dan kelas perlindungan 5P
untuk current transformer dan 3P untuk voltage transformer.
• Outdoor insulator bushings untuk koneksi konduktor eksternal ke switchgear SF6 dengan
enklosur logam harus disediakan. Semua bushing harus memiliki tingkat ketahanan
impuls dan frekuensi daya yang lebih besar dari tingkat yang ditentukan dalam GIS.
Bushing isolator untuk tegangan 150 kV harus diisi dengan minyak sesuai dengan
standar IEC 60137.
• Switchyard harus dirancang dengan sistem tambahan seperti, namun tidak terbatas
pada: sistem proteksi transmisi, sistem sinkronisasi, sistem pengukuran, sistem
pemantauan, dan sistem pencahayaan.
• Penangkal petir untuk switchyard harus memiliki Pressure Relief Device kelas B,
frekuensi minimum 50 Hz dengan 225 kV sparkover, dan tegangan residu maksimum
pada 10 kA tidak melebihi 500 kV.
• Local Control Cabinet harus dirancang dengan IP55, dibuat dari bahan tahan korosi,
dilengkapi dengan perangkat keras dan lunak yang sesuai untuk operasi kontrol jarak
jauh, rangkaian alarm, dan beberapa indikator.
• Indikator harus disediakan pada semua circuit breaker, isolator, dan earth switch, yang
jelas menunjukkan apakah sakelar tersebut terbuka atau tertutup.
A.8 Switchgear
Spesifikasi switchgear pada sistem PLTS Terapung harus sesuai dengan standar switchgear,
seperti yang diuraikan dalam Tabel A.14
IEC 60099-4: Surge arresters - Part 4: Metal-oxide surge arresters without gaps for a.c. systems
• LV Switchgear
o Switchgear LV harus memiliki rating voltage 0,8 kV, 3 fase, dan 50 hz.
o Switchgear di desain dengan 4 buah busbar, terbuat dari tembaga, yang terdiri
dari 3 busbar fase dan 1 busbar pembumian.
o Incoming feeder harus berupa tipe fixed dan outgoing feeder harus dari tipe
withdrawable.
o Terminasi kabel yang terletak di cable alley berkapasitas lebih dari 400 A harus
didesain untuk memenuhi Form 4b dan untuk yang kurang dari 400 A harus
didesain untuk memenuhi Form 3b (sesuai IEC 61439).
o Each cubicle shall be be equipped with instrumentation transformers (voltage
and current transformers), protection relays, metering, and indicator lights.
o Potensial Trafo (Voltage Transformer) harus memiliki Kelas 0.2S sesuai dengan
standar IEC 60044-2 dan IEC 60044-5 atau amandemennya. Trafo arus (Current
Transformer) harus memiliki Kelas 0.2S sesuai dengan standar IEC 60044-1
atau amandemennya. Untuk transformator instrumen tipe gabungan, standar
IEC 60044-3 atau amandemennya harus digunakan.
o Trafo tegangan (voltage transformer) harus memiliki Kelas 3P dan trafo arus
(current transformer)harus memiliki Kelas 5P untuk sistem proteksi.
o Relai proteksi harus mencakup relai undervoltage, relai overcurrent, dan relai
earth fault..
PT. KRAKATAU CHANDRA ENERGI FSP Project
Restricted
Detailed Feasibility Study Report
Information
Page A-26 of 35 PROJECT DOC NO.: FSP-ED-RPT-BD-0020-0 REV 0
• Posisi "Connected"
• Posisi "Test"
• Posisi "Disconnected"
o Semua circuit breaker akan memiliki mekanisme yang dioperasikan dengan
penggerak motor dengan energi yang tersimpan dan dapat diisi secara manual.
Mekanisme operasi harus dirancang sedemikian rupa sehingga pemutus sirkuit
bebas untuk segera membuka ketika sirkuit tripping diberi energi. Mekanisme
tersebut harus "bebas dari trip" dan menyertakan fitur anti-pemompaan.
o Service Class Continuity for switchgear shall be LSC category 2B-PM (as per
IEC 622771-200).
PT. KRAKATAU CHANDRA ENERGI FSP Project
Restricted
Detailed Feasibility Study Report
Information
Page A-27 of 35 PROJECT DOC NO.: FSP-ED-RPT-BD-0020-0 REV 0
o MV collector switchgear harus terbuat dari logam, berinsulasi udara, desain teruji
tipe terkotak-kotak yang cocok untuk pemasangan di dalam ruangan, dan harus
sesuai dengan standar IEC 62271-200 dan IEC 62271-1.
o Switchgear MV harus dirancang untuk penggunaan di dalam ruangan, dan harus
memiliki peringkat perlindungan masuknya air minimum IP41.
o Busbar harus berukuran, diperkuat, dan didukung untuk menahan tekanan
dinamis, termal, dan dielektrik karena arus hubung singkat maksimum dengan
durasi pendek dari sumber daya.
o Alarm harus dibuat dalam sistem SCADA untuk memperingatkan operator.
o Safety interlocks, yang diimplementasikan melalui cara mekanis atau elektrik,
harus disediakan untuk memastikan operasi sistem yang benar, mencegah
kondisi sakelar yang tidak aman, dan memungkinkan isolasi yang aman untuk
pemeliharaan.
o Penahan atau pembatas lonjakan arus harus dipasang di switchgear MV untuk
menekan tegangan lebih transien interupsi atau transien switching.
o Switchgear MV harus bersertifikat busur internal (IAC = AFRL) sesuai dengan
IEC 62271-200 dan mematuhi standar tersebut untuk ketahanan dan pengujian
busur api internal.
o Sistem kontrol, pensinyalan, dan pengukuran harus dipasok oleh Sistem UPS
220VAC eksternal.
o Pemanas listrik dengan sakelar hidup-mati dan kontrol humidistat harus
disediakan untuk mencegah kondensasi, terutama saat peralatan tidak
beroperasi, dan akan didukung oleh Sistem non-UPS 220VAC eksternal.
o Setiap bilik switchgear harus memiliki kompartemen kontrol khusus dengan pintu
berengsel di bagian depan. Kompartemen ini harus membawa komponen yang
diperlukan seperti tombol tekan, lampu penunjuk dan status, sakelar pemilih,
meteran, dan relai proteksi untuk kontrol, proteksi, dan indikasi status masing-
masing switchgear.
o Potensial Transformer (Voltage Transformer) harus memiliki Kelas 0.2S sesuai
dengan standar IEC 60044-2 dan IEC 60044-5 atau amandemennya. Trafo arus
(current transfomer) harus memiliki Kelas 0.2S sesuai dengan standar IEC
60044-1 atau amandemennya. Untuk transformator instrumen tipe gabungan,
standar IEC 60044-3 atau amandemennya harus digunakan.
o Potensial Transformer (Voltage Transformer) harus memiliki Kelas 3P dan trafo
arus harus memiliki Kelas 5P untuk sistem proteksi.
o Relai proteksi harus mencakup relai undervoltage, relai arus lebih, dan relai
gangguan bumi.
o Grounding facilities harus disediakan pada setiap switchgear MV untuk
pembumian busbar atau sirkuit kabel MV masing-masing, dengan pembumian
dilakukan melalui sakelar pembumian.
• Vendors shall implement inspection and testing plans at the factory and site.
PT. KRAKATAU CHANDRA ENERGI FSP Project
Restricted
Detailed Feasibility Study Report
Information
Page A-28 of 35 PROJECT DOC NO.: FSP-ED-RPT-BD-0020-0 REV 0
• Rugi-rugi yang akan ditampilkan meliputi rugi-rugi inverter, rugi-rugi termal, rugi-rugi
pengotoran, rugi-rugi bayangan, dan rugi-rugi kelebihan beban DC.
• SCADA harus dapat berkomunikasi dengan berbagai jenis sistem, seperti inverter,
switchgear, dan stasiun meteorologi.
• SCADA harus menyediakan pemantauan kinerja real-time sesuai dengan standar IEC
61724.
Sistem proteksi petir harus memenuhi beberapa persyaratan desain untuk memastikan
keandalan dan keamanan selama masa operasi. Persyaratan ini meliputi:
• Sistem penangkal petir perlu diimplementasikan baik pada area ground floor dan area
FSPV.
• Desain, cakupan area proteksi, dan jumlah sistem penangkal petir sebaiknya ditentukan
dengan menggunakan metode rolling sphere ataupun metode lain yang relevan sesuai
dengan standar IEC 62305.
• Pembumian untuk sistem penangkal petir yang ditempatkan di ground floor harus
didesain terpisah dari sistem pembumian instalasi listrik.
• Untuk area FSPV, pembumian sistem penangkal petir dapat dilakukan dengan
menanamkan langsung elektroda pembumian ke dasar waduk, jika memungkinkan, atau
cukup dimasukkan ke dalam air hingga kedalaman tertentu. Apabila elektroda
pembumian hanya dimasukkan ke dalam air, maka panjang, jumlah, dan jarak antar
elektroda pembumian harus didesain sedemikian rupa untuk menghindari timbulnya
beda potensial akibat interferensi elektroda timbal balik.
• Sistem penangkal petir harus memiliki terminal petir, down conductor, test link, dan
elektroda pembumian.
• Elektroda pembumian sebaiknya dibuat dari bahan tembaga murni dan dilapisi bahan
yang tahan korosi, seperti zincum (Zn).
PT. KRAKATAU CHANDRA ENERGI FSP Project
Restricted
Detailed Feasibility Study Report
Information
Page A-30 of 35 PROJECT DOC NO.: FSP-ED-RPT-BD-0020-0 REV 0
• Down-conductor yang digunakan harus berupa jenis kabel terbuka (tanpa isolasi),
memiliki luas penampang sekurang-kurangnya 50 mm2, dan sesuai dengan ketentuan
pada PUIL 2020.
• Setiap down conductor harus dilengkapi dengan test link pada ketinggian 1000 mm di
atas permukaan tanah untuk pengujian, tetapi harus dapat diakses.
• Semua sambungan pada down conductor harus tipe welded.
• Semua struktur logam dalam jarak sekitar 2 m dari konduktor harus diikat ke konduktor
sistem penangkal petir.
• Tiang penyangga harus dari bahan heavy duty hot dip galvanized dan harus sesuai untuk
menahan gaya dinamis dan statis yang bekerja di tanpa terjadi kegagalan.
• Seluruh perangkat penangkal petir (air terminal dan down-conductor) harus saling
terhubung ke beberapa batang elektroda yang dilengkapi dengan bak kontrol
pembumian.
• Sistem penangkal petir untuk semua instalasi listrik tegangan rendah di dalam ruang
harus berupa SPD Tipe II.
Sistem pembumian harus memenuhi persyaratan desain untuk menjamin keandalan dan
keamanannya selama masa operasional, yang mencakup:
• Seluruh perangkat kelistrikan yang ditempatkan di area ground floor harus diterminasi
dan dibumikan. Perangkat kelistrikan yang dioperasikan di ruang kelistrikan, operator,
dan SCADA sebaiknya dibumikan pada sebuah sistem pembumian terpusat, terpisah
dengan sistem pembumian untuk area transformer yard. Untuk area PLTS Terapung,
seluruh material yang bersifat konduktif harus diikat secara ekuipotensial, diterminasi,
dan dibumikan
• Bahan elektroda harus memiliki konduktivitas listrik dan kekuatan mekanik yang baik dan
tidak menimbulkan korosi pada berbagai kondisi tanah.
• Kabel pembumian sebaiknya terbuat dari konduktor tembaga dengan insulasi PVC.
Ukuran luas penampang kabel pembumian untuk sistem pembumian perangkat
kelistrikan ke dalam tanah dan ikatan ekuipotensial modul PV perlu dibedakan dan
disesuaikan.
PT. KRAKATAU CHANDRA ENERGI FSP Project
Restricted
Detailed Feasibility Study Report
Information
Page A-31 of 35 PROJECT DOC NO.: FSP-ED-RPT-BD-0020-0 REV 0
• Pembumian pada area PLTS Terapung dapat dilakukan dengan menarik kabel
pembumian ke sistem pembumian yang di tempatkan di darat, sebaiknya terpisah dari
pembumian di area ground floor.
• Pembumian di area PLTS Terapung juga dapat dilakuan dengan cara menanamkan
elektroda pembumian langsung ke dasar air atau dimasukkan ke dalam air pada
kedalaman tertentu. Untuk sistem pembumian dengan memasukkan elektroda ke badan
air dapat dilakukan dengan konfigurasi paralel yang disusun secara linear, dimana jarak
antar elektroda pembumian sekurang-kurangnya 10 m untuk menghindari interferensi
elektroda timbal balik (mutual electrode interference).
• Batang elektroda (grounding rod) yang digunakan untuk sistem pembumian sebaiknya
terbuat dari bare conductor tembaga yang ditanam pada kedalaman tertentu untuk
memperoleh nilai resistansi terendah.
• Resistansi sistem pembumian harus ≤ 5 ohm sesuai dengan ketentuan pada SPLN.
Desain sistem pembumian harus didasarkan pada data resistivitas bumi yang disetujui
dan arus gangguan sistem serta durasinya.
• Bak kontrol sistem pembumian dibuat dari pasangan batu yang dicor semen dan diaci,
serta dilengkapi dengan penutup yang memiliki handle. Ukuran dan kedalaman bak
kontrol dibuat sedemikian rupa agar memudahkan operator dalam melakukan
pemeliharaan.
• Sistem pentanahan untuk switchyard harus berupa jala-jala arde dan menghitung
kenaikan potensial pembumian (Earth Potential Rise, EPR), sentuhan, langkah, dan
tegangan sesuai dengan IEEE 80.
• Stasiun meterologi harus dapat mengukur setidaknya arah dan kecepatan angin, curah
hujan, temperatur dan kelembaban lingkungan, dan temperatur air waduk.
Zero offset
± 7 W/m2
a) Response to 200 W/m2 net thermal radiation (ventilated)
b) Response 5 K/hr change in ambient temperature
± 2 W/m2
Non-stability ± 0.8 %
PT. KRAKATAU CHANDRA ENERGI FSP Project
Restricted
Detailed Feasibility Study Report
Information
Page A-32 of 35 PROJECT DOC NO.: FSP-ED-RPT-BD-0020-0 REV 0
Temperature response 2%
• Panel pencahayaan dan perangkat lainya dalam sistem harus dibumikan dengan dua
sambungan terpisah dan berbeda dengan sistem pembumian instalasi listrik sistem
PLTS di area ground floor.
• Tegangan pengenal untuk sistem pencahayaan harus 400/230 V, tiga fase/tunggal fase,
50 Hz.
• Semua pintu keluar akan dilengkapi dengan perlengkapan pencahayaan darurat dengan
indikasi "KELUAR", dengan otonomi minimal 30 menit.
• Desain UPS harus sesuai dengan standar IEC 62040 atau standar lain yang berlaku.
• UPS harus memiliki overload capacity sebesar 125% dari rated capacity selama 10 menit
dan 150% dari rated capacity selama 10 detik. Efisiensi keseluruhan UPS harus minimal
80% pada full load.
• Pengisi daya UPS sebaiknya berjenis self-regulating, solid state silicon controlled, full-
wave rectifier yang dirancang untuk operasi tunggal dan paralel dengan baterai dan harus
memiliki regulator tegangan otomatis untuk kestabilan close voltage bahkan ketika
tegangan suplai AC berfluktuasi. Pengisi daya harus mampu mengisi penuh baterai yang
diperlukan serta menyuplai full rated load melalui inverter. Pengisi daya harus dapat
mengisi ulang baterai yang telah habis dalam waktu 8 jam. Desain pengisi daya harus
memastikan bahwa tidak ada kegagalan komponen karena fluktuasi suplai input atau
hilangnya suplai.
• Inverter UPS harus berupa tipe continuous duty, solid state dengan teknik Pulse Width
Modulation (PWM)/quasi square wave/step wave.
• Static switch harus disediakan untuk menjalankan fungsi pemindahan beban UPS secara
otomatis tanpa terputus dari inverter yang rusak ke sumber AC standby. Bypass switch
manual harus digunakan untuk mengisolasi UPS selama pemeliharaan.
• Vendor harus melakukan uji coba UPS di lokasi sesuai dengan praktik standar
manufaktur UPS atau dianggap perlu oleh Owner.
• UPS sebaiknya menggunakan UPS tipe modular.The UPS configuration shall be:
o Penyearah Statis/Pengisi daya baterai: 1x100%
o Inverter Statis: 1x100%
o Battery Bank : 1x100%
o Sakelar statis dan sakelar pintas manual (tipe solid-state, dioperasikan secara
manual, pintas manual, lampu indikasi, dll.): 1x100%
o Trafo isolasi untuk bypass: 1x100%
• Jenis baterai harus dari jenis Valve Regulated Lead Acid (VRLA) dan waktu cadangan
baterai minimum 30 menit.
PT. KRAKATAU CHANDRA ENERGI FSP Project
Restricted
Detailed Feasibility Study Report
Information
Page A-34 of 35 PROJECT DOC NO.: FSP-ED-RPT-BD-0020-0 REV 0
• Sistem CCTV harus sesuai dengan IEC 61146 atau standar lain yang relevan.
• CCTV yang digunakan untuk memantau kondisi di dalam dan luar ruangan di sekitar area
ground facility sebaiknya menggunakan tipe fixed dome/bullet, sementara untuk area
PLTS Terapung menggunakan tipe pan-tilt-zoom (PTZ).
• Sistem CCTV harus mampu beroperasi secara terus menerus selama 24/7.
• Gambar pada CCTV harus memiliki resolusi tinggi (1920x1080), menampilkan gambar
berwarna, dan memiliki pandangan yang luas.
• Gambar dan video pada CCTV harus dapat diakses secara online.
• Sistem CCTV harus mampu menyimpan gambar dan video minimum selama satu bulan.
• Sistem CCTV harus dilengkapi dengan backup power supply khusus minimal selama 24
jam.
• CCTV luar ruangan harus tahan terhadap berbagai perubahan lingkungan dan dilengkapi
dengan kamera infrared.
• Area dalam ruangan harus dilengkapi dengan detektor dan alarm panas atau asap, serta
alat pemadam api ringan (APAR) yang dipasang di lokasi strategis. Area luar ruangan
harus dilengkapi detektor panas, alat pemadam kebakaran, dan hidran.
• Sistem deteksi kebakaran harus terintegrasi dengan SCADA dengan menunjukkan
antarmuka sistem alarm kebakaran yang menampilkan dan menyimpan status dan
alarm.
• Desain sistem pemadam kebakaran harus sesuai dengan NFPA 850 atau standar lain
yang relevan.
Hydrant untuk pemadam kebakaran harus dirancang untuk memenuhi beberapa persyaratan,
termasuk:
• Ketersediaan air dalam sistem instalasi pemadam kebakaran harus cukup untuk
digunakan selama 2 jam untuk kegiatan seperti sistem pemadaman kebakaran tetap atau
pemadaman kebakaran yang akan dioperasikan secara simultan ketika kebakaran
terjadi.
• Persyaratan aliran selang tidak boleh kurang dari 500 galon per menit (1893 L/menit).
• Sumber air untuk sistem pemadam kebakaran harus cukup dengan mempertimbangkan
beberapa faktor terkait penilaian risiko kebakaran.
• Jika tangki air untuk pemadam kebakaran digunakan untuk fungsi lain, maka pipa untuk
injeksi fungsi lain harus ditempatkan di atas volume air minimum yang diperlukan untuk
sistem pemadam kebakaran sesuai dengan NFPA 22.
• Tangki air harus dapat diisi ulang untuk operasi pemadam kebakaran (2 jam operasi
kontinu) dengan waktu pengisian kurang dari 8 jam.
PT. KRAKATAU CHANDRA ENERGI FSP Project
Restricted
Detailed Feasibility Study Report
Information
Page A-35 of 35 PROJECT DOC NO.: FSP-ED-RPT-BD-0020-0 REV 0
• Pompa pemadam kebakaran terdiri dari motor driven pump, jockey pump, dan diesel
driven fire pump yang sumber airnya berasal dari tangki air.
• Pompa pemadam kebakaran harus mampu mengalirkan air untuk memadamkan
kebakaran tanpa kegagalan listrik atau mekanik.
• Jockey pump harus dapat beroperasi secara otomatis (start-stop) untuk menjaga tekanan
dalam saluran hidran sesuai dengan NFPA 20.
• Motor and diesel driven fire pump harus dapat beroperasi secara otomatis (start) dan
dimatikan secara manual sesuai dengan NFPA 20.
• Pompa pemadam kebakaran harus dirancang dengan tekanan minimum sesuai dengan
NFPA 20 di bawah ini, atau standar relevan lainnya:
o Motor driven fire pump: 4-8 bar atau 4-10 bar.
o Jockey pump: 6-8 bar atau 8-10 bar.
o Diesel driven fire pump: 3-8 bar atau 3-10 bar.
• Sistem pembersihan harus didesain sedemikian rupa sehingga seluruh sistem PLTS
Terapung dapat dibersihkan secara optimal.
• Sistem pembersihan modul harus dirancang dengan konfigurasi jaringan pipa closed-
loop yang terdiri dari pipa utama, sub-utama, dan cabang. Pipa yang digunakan harus
dari material HDPE dan air pembersih harus disimpan di tangki penyimpanan berbahan
polyethylene.
• Sistem pembersihan modul harus dilengkapi dengan pompa hisap, dan pompa
pendorong, jika perlu, untuk meningkatkan distribusi air.
• Air yang digunakan harus memiliki kualitas yang sesuai untuk tujuan pembersihan sesuai
rekomendasi produsen modul PV.
• Seluruh sistem pembersihan dengan air harus memiliki tekanan minimal 0,5 N/mm 2.
• Selang sebaiknya memiliki panjang 25 meter dari tapping point yang terletak di atas
floater.
• Semua peralatan dan komponen yang digunakan dalam sistem pembersihan harus
memenuhi standar kualitas dan tujuan yang ditetapkan oleh owner.