Anda di halaman 1dari 5

Script Videografi 2 - ALT

Kelompok 8 Barisan Pekerdja Moeda

Nama Kampanye: Slaras Slendro, inisiasi video musik


kolaboratif tradisional dan kontemporer.

Jenis video: Music Video, Narrative

Tempat: Tambaknegara, Desa Wisata Tambaknegara.

Sutradara & DOP: Romli Abdul Munasir

Scriptwriter: Alghifari Zahran

Artistik: Revi Ardiansyah

Runner: Muhammad Dinan Ibrahim

Aktor:

A,B,C,D

Ibu

Bapak Sanggar

[Scene 1]
Suasana desa, motor lewat, ayam ayam memakan makanan didepan
halaman.

[Scene 2]
Anak anak sedang bermain hp, [efek timelapse] berganti gaya,
tiduran, duduk dilantai, duduk dikursi, tiduran dikursi
[/efek], lalu datanglah orang tuanya memarahi mereka

Ibu: “mbok aja dolanan hp bae, sing liyane si ngapa ,


ngrewangi biyungeh apa kepriwe”

peringatan tersebut diabaikan oleh anaknya, lalu dia berkacak


pinggang dan mengambil hp anak anak tersebut.
Ibu: ”halah, mben dina ngene bae, wis, metu nganah dolan njaba
bae”

Anak anak kaget, melihat ke ibunya sebentar dengan tatapan


kesal, lalu mereka pergi sambil nggerundel.

Mereka dengan berat melangkahkan kaki keluar rumah.

[Scene 3]

Anak anak sedang berjalan disuatu jalan yang sepi sambil


bercanda dan 2 orang dari mereka membawa ranting di tangannya,
saling beradu ranting sambil berjalan.

[Scene 4]

Setelah beberapa lama mereka capek dan duduk di teras suatu


bangunan yang terlihat terbengkalai. Mereka lalu penasaran

A: “Bangunan apa kiye”,

mereka mulai mengintip intip ke sekeliling bangunan.

B: “Owalah, sanggaaar, deneng kaya suwe ra dinggo ya”

[Scene 5]

Salah satu anak mulai membuka pintu dengan kesusahan, karena


sudah lama tidak dibuka

A: “Ayuh jajal mlebu koh”

dan anak yang lain tidak setuju

C: “Aja, peteng banget koh mbokan ana apa apa”

anak yg membuka pintu berhenti sebentar, lalu bermuka sinis,

A: “Wis, gari mlebu wae ko, santai bae”

Lalu membuka pintu dengan lebar

A: “Ayuh”

lalu anak anak itu masuk dengan agak takut takut.


[Scene 6]

Sebagian anak mengambil alat alat dan melihat sebentar dengan


hati hati, lalu menaruhnya di tengah ruangan, dan mulai
memainkannya secara acak, berantakan nadanya

C: “Piwe si kiye carane?”

kata salah satu anak dengan agak putus asa, nadanya


berantakan.

[Scene 7]
Beberapa dari mereka (A & B) melihat ada tumpukan dokumen
dipojok, dan mengambilnya, lalu mulai membacanya, mereka
menemukan dokumentasi dari karawitan pada zaman dulu yang
dimainkan oleh orang orang tua, ada berita tentang kesenian
yang hampir punah dan juga ada tangga nada memainkannya.

Dia membaca headlinenya ‘Sebuah Kesenian di Banyumas yang


hampir punah’

A: ”Wah, ana gambar bangunan kiye”,

lalu dibalas oleh anak disebelahnya

B: ”Wis kawet taun kapan ya bangunan kiye?”

Lalu dia membuka lembar setelahnya

B: “Weh, apik temen kiye, ana tutoriale, dijajal bae mbok”.

Lalu menyerahkannya ke anak yang sedang mencoba bermain (C).


Anak tersebut mulai membacanya sebentar, lalu mencobanya,
sedikit harmonis,

C: “wah, ampuh kiye”.

[Scene 8]
Anak yang tadi membuka dokumen, membuka halaman baru, dan ada
foto seorang bapak dan namanya

A: “Deneng kaya kenal”


lalu disahut oleh temannya.

B: “Lha kiye tah bapake kowe”

A: ”Lha iya”

B: ”Ya takon bapake kowe bae”

A: ”Ya ayuh”

[Scene 9][Jump]
Di sanggar tersebut, Bapak dari salah satu pemuda tersebut
sudah duduk disana dan dikelilingi anak anak.

Bapaknya menjelaskan tentang sanggar, karawitan (menjelaskan


juga tentang gondolio)

Bapak: “Jadi sanggar kiye wis ana suwi, mbiyen wong wong tua
seneng dolan maring ngeneh, dewek ana pentas kesenian
karawitan kiye”

Bapak: “Tapi ya namane wong tua ya, ana kesibukan masing


masing dan beberapa juga uwis ora nana, ya uwis, ora kanggo
maning sanggare”

Bapak: “Ya jane bapak pengen ngajari kowe pada, tapi ya bocah
siki dolan hp bae”

D: “Dewek jg baru ngerti ana kiye pak, bar ndeleng berita kiye
ya dewek baru sadar, ana potensi apik nang kesenian kiye”

C: “Lha kiye apa pak jenengeh, kayane apik”

Dia memegang gondolio

Bapak: “Ooh, iku jenenge Gondolio,...... (Lanjut menjelaskan)”

Bapak: “Meh sinau kabeh kiye apa?”

Semua: “Iyaa”

Bapak: “Yawis ayuh mulai”


lalu mengajari mereka memainkan alat karawitannya.

[Transisi]
Seorang anak muda menaikkan tangannya untuk memukul gamelan,
saat terpukul kamera bertransisi melewati tiang, slow mo dan
aktor berganti pakaian ke pakaian pro, lalu mulai memainkan
dengan pro, musik asli mulai mengalun

[Scene selanjutnya]
Visual musik bergiliran, sambil menyisipkan footage acara &
ada scene yg memainkan gondolio

{SOUND}
Karawitan—Gondolio mix kontemporer—Karawitan

[Scene ending]
Anak muda yg memainkan tadi gamelan memukul dan gemanya
meredup juga visualnya.[Kamera closeup ke anak muda]

Lalu muncul pesan:


Warisan bapak, hendaknya kamu jaga.

DRAFT:
[Scene Lanjutan]
Orang lagi main gondolio di saung tengah sawah/hutan

Anda mungkin juga menyukai