Anda di halaman 1dari 25

ISBN, ISSN, ISMN dan Penerapan Correction Marks

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Editing

Dosen Pengampu:

Drs. H. Maman Abdul Jalil, M.Ag.


Irfan Addriadi S.Pd., M.Pd.I

Disusun oleh Kelompok 8:


Alfina Hartono 1215020135
Gamal Zulham Hfidz 1205020065
Mohammad Marwan Ramdani 1205020112
Nabilah Attifatul Azmi 1215020135
R. Zamzami Aulia 1225020153
Ratu Anti Salimah 1215020169

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas


limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam beserta keluarganya, para sahabatnya,
para tabi’in, tabi’ut tabi’in dan kepada kita semua sebagai umatnya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. H. Maman Abdul Jalil,
M.Ag. dan Bapak Irfan Addriadi S.Pd, M.Pd.I Selaku dosen pengampu mata
kuliah Editing. Serta kepada teman-teman kelompok 8 yang telah ikut
berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini. Adapun tujuan penyusunan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Editing. Dalam makalah
ini membahas tentang “ISBN, ISSN, ISMN Dan Penerapan Correction Marks”.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, maka kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar ke depannya menjadi lebih
baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.

Bandung, 12 November 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1. Latar Belakang.........................................................................................................1
2. Rumusan Masalah....................................................................................................1
3. Tujuan......................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..................................................................................................................3
A. ISBN (International Standard Book Number).........................................................3
a. Pengertian ISBN..................................................................................................3
b. Sejarah ISBN........................................................................................................4
c. Fungsi ISBN.........................................................................................................5
d. Contoh dan Struktur ISBN...................................................................................5
e. Pentingnya ISBN..................................................................................................7
B. ISSN (International Standard Serial Number).........................................................8
a. Pengertian ISSN...................................................................................................8
b. Fungsi ISSN.........................................................................................................8
c. Pendaftaran ISSN...............................................................................................10
C. ISMN (Internasional Standart Music Number)......................................................11
a. Pengertian ISMN dan Sejarah ISMN di Indonesia............................................11
b. Manfaat dan Fungsi ISMN.................................................................................13
c. Hal-hal yang dapat terbit dan tidak dapat terbit menjadi nomor ISMN.............13
d. Persyaratan Permohonan ISMN.........................................................................14
e. Contoh ISMN.....................................................................................................14
D. Penerapan Correction Marks..................................................................................15
BAB III..............................................................................................................................20
PENUTUP..........................................................................................................................20
A. Kesimpulan............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam era globalisasi ini, pertukaran informasi melalui berbagai jenis


publikasi, baik itu buku, jurnal, majalah, atau publikasi musik, semakin
meningkat. Untuk mengelola informasi ini dengan efisien, dibutuhkan sistem
identifikasi yang dapat membedakan setiap karya dengan unik. Di sinilah peran
ISBN (International Standard Book Number), ISSN (International Standard
Serial Number), dan ISMN (International Standard Music Number) menjadi
sangat krusial.

ISBN sebagai sistem identifikasi unik untuk buku, membantu dalam


penelusuran, pengelolaan inventaris, dan distribusi buku secara global. Namun,
seiring dengan perkembangan industri penerbitan, terdapat tantangan terkait
duplikasi ISBN dan kesulitan dalam memantau perubahan informasi terkini terkait
suatu buku. ISSN digunakan untuk mengidentifikasi publikasi berkala seperti
jurnal, majalah, dan surat kabar. Meskipun memberikan kejelasan terkait
pengelolaan informasi berkala, ISSN dapat mengalami kendala ketika ada
perubahan nama publikasi, frekuensi penerbitan, atau perubahan format.

Adapun ISMN bertanggung jawab atas identifikasi unik dalam publikasi


musik cetak. Tantangan di bidang ini melibatkan duplikasi nomor identifikasi dan
pencatatan yang tidak akurat, yang dapat menyulitkan konsumen dan penyedia
layanan dalam mendapatkan informasi yang benar tentang suatu karya musik.

Sedangkan Penerapan Correction Marks dalam pengelolaan ISBN, ISSN, dan


ISMN, terkadang kesalahan dan ketidakakuratan muncul selama proses cetak,
penerbitan ulang, atau pengelolaan inventaris. Penerapan correction marks
menjadi penting untuk memastikan koreksi yang tepat dan efisien.

iv
2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, agar pembahasan lebih terarah dan tidak
keluar dari topik yang akan di bahas, maka peneliti membatasi luas cakupan
penelitian dengan empat pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan ISBN?

2. Apa yang dimaksud dengan ISSN?

3. Apa yang dimaksud dengan ISMN?

4. Apa yang dimaksud dengan Penerapan Correction Marks?

3. Tujuan

Rumusan masalah diatas di kemukakan dalam rangka mencapai tujuan yang


memenuhi inti dari pembahasan yaitu “ISBN, ISSN, ISMN dan Correction
Marks”. Adapun tujuan dari pembahasan tersebut yaitu:

1. Mampu memahami penjelasan tentang ISBN

2. Mampu memahami penjelasan tentang ISSN

3. Dapat mengetahui penjelasan tentang ISMN

4. Dapat mengetahui penjelasan tentang Penerapan Correction Marks

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. ISBN (International Standard Book Number)

a. Pengertian ISBN

International Standard Book Number atau ISBN (arti harfiah Bahasa


Indonesia: Nomor Buku Standar Internasional), adalah "pengindentifikasian
unik" untuk buku-buku yang digunakan secara komersial. Sistem ISBN
diciptakan di Britania Raya pada tahun 1966 oleh seorang pedagang buku dan
alat-alat tulis W H Smith dan mulanya disebut Standard Book Numbering atau
SBN (digunakan hingga tahun 1974). Sistem ini diadopsi sebagai standar
internasional ISO 2108 tahun 1970. Pengidentifikasi serupa, International
Standard Serial Number (ISSN), digunakan untuk publikasi periodik seperti
majalah.

ISBN diperuntukkan bagi penerbitan buku. Nomor ISBN tidak bisa


dipergunakan dengan sembarangan, diatur oleh sebuah lembaga internasional
yang berkedudukan di Berlin, Jerman. Untuk memperolehnya bisa dilakukan
dengan menghubungi perwakilan lembaga ISBN pada setiap negara yang telah
ditunjuk oleh Lembaga internasional ISBN. Perwakilan lembaga internasional
ISBN di Indonesia adalah Perpustakaan Nasional RI sejak ditunjuknya
lembaga tersebut menjadi badan nasional ISBN untuk wilayah negara
kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tahun 1986. Kesepakatan bersama
(Memorandum of Understanding/MoU) antara Internasional ISBN Agency
dengan Perpustakaan Nasional RI untuk urusan ISBN ditandatangani pada
tanggal 31 Maret 2005.

Penerbit yang ingin mengajukan permohonan ISBN harus memenuhi


beberapa persyaratan, yaitu:

vi
- Mengisi formulir surat pernyataan untuk penerbit baru yang belum
pernah bergabung dalam keanggotaan ISBN;
- Menunjukkan bukti legalitas penerbit (akta notaris, surat keputusan,
akta kesepakatan, atau surat-surat resmi yang isinya dapat
dipertanggungjawabkan;
- Membuat surat permohonan di atas kop surat resmi penerbit atau
badan yang bertanggung jawab;
- Melampirkan halaman judul, halaman balik halaman judul, daftar isi,
dan kata pengantar

Permohonan bisa disampaikan melalui jasa pos, faksimile, surel, daring, atau
datang langsung ke Perpustakaan Nasional dan tidak dipungut biaya.

ISBN terdiri dari "Sepuluh Digit Nomor" dengan urutan penulisannya adalah
kode negara-kode penerbit-kode buku-nomor identifikasi. Namun, sejak Januari
2007 penulisan ISBN terjadi perubahan mengikuti pola EAN, menjadi 13 digit
nomor. Bedanya terletak di tiga digit nomor pertama ditambah 978. Jadi,
penulisan ISBN 13 digit adalah 978-kode negara-kode penerbit-kode buku-nomor
identifikasi.

b. Sejarah ISBN

Awal mulanya sejarah sistem ISBN muncul di Britania Raya pada tahun
1966 oleh seorang pedagang buku dan alat tulis yang bernama W H Smith.
Sebelumnya ISBN disebut Standard Book Numbering atau SBN dan digunakan
hingga tahun 1974.

Dari dulu ternyata ISBN dipergunakan untuk memudahkan untuk mendata


dan mengindeks koleksi buku cetak. Ya, kita tahu sendiri ketika buku
berkumpul, pasti akan pusing mencarinya. Jika ada 800.000 buku, kita mencari
secara manual, akan memakan berapa lama coba? Pasti berjam-jam atau
mungkin berhari-hari, belum nemu bukunya, sudah habis kesabaran dulu.
Maka dari itu, Smith memperkenalkan istilah ISBN ini untuk memudahkan
dalam pencarian buku. Jadi, Smith dahulunya pengoleksi buku asal Inggris.

vii
Dimana buku tersebut sudah diarsip dan dicatat ke system komputer. Dari
system komputer inilah, dari modal angka atau kode tersebut, buku akan lebih
cepat ditemukan hanya sekali tekan lewat komputer. Maka komputer akan
menunjukan rak bagian mana buku tersebut di simpan.

Kelihatannya sepele, tetapi ISBN ini sangat bermanfaat bagi pustakawan


hingga saat ini loh. Satu hal penting lagi, dulu belum ISBN namannya. Di tahun
1966 memperkenalkan dengan istilah Standard Book Numbering (SBN), baru
seiring berjalannya waktu, hingga saat ini kita mengenalnya dengan istilah
ISBN. Meskipun hanya sederet symbol angka, ternyata penggunaan ISBN juga
tidak boleh sembarangan digunakan loh. Karena ada kode etik dan aturannya.
Setiap Negara pun memiliki caranya berbeda. Ada ISBN yang menerapkan
secara internasional (di Inggris) dan Nasional (Jakarta).
Hingga akhirnya standar internasional untuk buku-buku terbitan
mengadopsi sistem ini. Ada juga sistem identikasi serupa yang disebut ISSN
atau International Standard Serial Number.

c. Fungsi ISBN

- Memberikan Identitas Terhadap Satu Judul Buku


- Menambah Jumlah Penulis yang Menerbitkan Buku
- Membantu Memperlancar Arus Distribusi Buku
- Sarana Promosi

d. Contoh dan Struktur ISBN

Selain mengetahui pengertian ISBN, kita juga perlu tahu contoh dan
struktur ISBN. Dilihat dari strukturnya, Nomor ISBN memiliki 10 digit kode
angka atau 13 digit angkat.

CONTOH ISBN : 978-602-475-052-7

1. Prefix Identifier

viii
Dalam ISBN ada juga kode Negara asal atau kode bahasa buku tersebut
diterbitkan. Misalnya di Indonesia, menggunakan bahasa Indonesia yang
ditandai dengan kode 978 (dapat dilihat di contoh ISBN di atas, ada dibagian
baris pertama). Bagian inilah yang disebut dengan prefix element. Di tahun
2007 yang lalu, format penulisan ISBN diganti menggunakan 13 digit atau kode
yang mengacu pada EAN Internasional. Selain menggunakan kode 978 bisa
juga menggunaan kode 979. Dan barangkali kamu masih menemukan ISBN
yang jumlah kode angkanya hanya 10 digit saja, itu hanya tidak menyertakan
prefix identifier saja.

2. Kode Negara Asal atau Kode Bahasa

Dari struktur kode ISBN, kita juga bisa mengetahui kode Negara asal buku
tersebut di cetak. Lewat kode ini kita juga tahu penerbit mana yang
menerbitkan buku tersebut ke luar negeri atau di dalam negeri. kode buku
biasannya ditunjukan di angka setelah kode frefix identifier. Jika buku tersebut
masih diterbitkan oleh buku terbitan Indonesia, kode Negara atau kode bahasa
menggunakan angka 602. Jadi, buat kamu yang ditoko buku dan menemukan
kode selain 602, bisa jadi buku tersebut diterbitkan dari Negara luar Indonesia.

3. Kode Penerbit

Di tahap ini, tentu saja sudah mendapatkan gambaran dimana kode penerbit
itu berasal? Yap, betul sekali, dibelakang kode Negara asal. Nah, kode penerbit
inilah juga berbeda-beda. Istilah kode penerbit inilah yang disebut dengan
publisher prefix dalam kode ISBN.

4. Kode Identitas Terbitan

Adapun cara mengetahui tahun terbit buku dari ISBN dengan cara
mengetahui kode identitas judul buku yang diletakan setelah kode penerbit. Di
sinilah identitas buku dicatat dalam sebuah kode angka. Termasuk dapat

ix
melihat tahun terbit buku tersebut di tahun kapan. Cukup memindai barkot akan
muncul data atau identitas buku-bukunya.

5. Angka Validasi ISBN

Bagian terakhir dan paling belakang biasanya ada satu angka, angka
tersebut yang disebut angka validasi ISBN, atau disebut juga dengan angka
pemeriksa atau check digit. Digit terakhir kelihatan hanya sepele. Ternyata
fungsinya untuk memfaliditasi apakah benar atau salah. Angka terakhir sebagai
algoritma modul chek, jika diurai lagi ada banyak sekali perhitungan yang
panjang.
Struktur penulisan ISBN di Indonesia banyak ditemui tiap bagiannya beri
tanda “–“ ada pula yang tidak diberi tanda tersebut. tanda “-“ tersebut
sebenarnya sebatas tanda untuk memudahkan dalam mengindek atau
menuliskan saja. Dengan kata lain, tanda strip sebatas opsional saja dan tidak
mempengaruhi apapun.
Adapun fakta menarik yang belum banyak orang tahu juga. Jadi, penerbit
yang sudah menerbitkan buku dalam jumlah banyak, maka digit kode yang
diperoleh pun semakin sedikit. Jadi, jumlah angka pada registrans element tidak
mutlak berjumlah 4 angka.

e. Pentingnya ISBN

Jika diibaratkan, ISBN adalah sidik jari sebuah buku. Apabila buku kita
memang direncanakan untuk disebar luaskan, sebaiknya memang
mencantumkan ISBN, namun jika Anda memilih terbit indie, itu berbeda lagi.
Tidak semua jenis terbitan mendapatkan ISBN. Berikut ini merupakan terbitan
yang dapat diberikan ISBN:

- Buku tercetak (monografi) dan pamphlet


- Terbitan Braille
- Buku peta
- Film, video, dan transparansi yang bersifat edukatif

x
- Audiobooks pada kaset, CD, atau DVD
- Terbitan elektronik (misalnya machine-readable tapes, disket, CD-ROM
dan publikasi di Internet)
- Salinan digital dari cetakan monograf
- Terbitan microform
- Software edukatif
- Mixed-media publications yang mengandung teks

B. ISSN (International Standard Serial Number)

a. Pengertian ISSN

ISSN sendiri memiliki kepanjangan International Standard Serial Number


(Nomor Seri Standar Internasional). Definisinya sendiri adalah deretan angka atau
nomor yang dibuat unik dan berfungsi sebagai identitas publikasi berkala. Baik itu
berupa media cetak maupun media elektronik. Sebagai nomor identitas, nomor
seri ini berperan sama seperti ISBN pada buku yang terbit di Indonesia dan
seluruh dunia. Hanya saja ISSN biasanya ditujukan untuk artikel yang ingin
dipublikasikan secara internasional.

Misalnya jurnal ilmiah atau jurnal internasional, dan kredibilitasnya sendiri


bisa dibuktikan dengan nomor seri tersebut. Sehingga penyusun jurnal ilmiah
biasanya sudah mulai mempersiapkan diri mengajukan kepemilikan nomor seri
ini. Deretan nomor seri ini terdiri dari 13 digit, berbeda dengan ISBN yang
umumnya hanya terdiri dari deretan 8 angka dan 1 huruf. Pada nomor seri untuk
jurnal ilmiah ini biasanya terdiri dari 7 digit angka dan satu karakter baik angka
maupun huruf X yang merupakan karakter cek.

Namun penulisan deretan angka ini memang berbeda-beda, tergantung dari


standar mana yang dipakai. Paling umum dipakai adalah standar EAN-13 dan
sisanya memakai standar lain. Sehingga tidak ada yang salah atau benar, karena
selama mengikuti standar yang ada otomatis penulisannya sudah benar. Berbeda
dengan buku, ISSN ditujukan untuk publikasi berkala dan tidak akan ditemui pada
buku jenis dan judul apapun. Adapun yang dimaksudkan dengan publikasi berkala

xi
ini meliputi: jurnal, prosiding, laporan tahunan, buku tahunan, majalah, surat
kabar, dan juga buletin. Pengajuan nomor seri ini dilakukan oleh semua penulis
publikasi berkala, dan tentunya hal ini dilakukan mengingat fungsinya yang
sangat penting.

b. Fungsi ISSN

 Sebagai Identitas

Fungsi pertama dari nomor seri publikasi berkala ini adalah untuk dijadikan
sebagai identitas. Jad, sama seperti buku yang beredar di pasaran dimana memiliki
identitas berupa ISBN. Maka untuk publikasi berkala memiliki ISSN tersebut, dan
tentunya ditujukan untuk kemudahan pendataan. Sehingga bisa diketahui sudah
ada berapa ribu publikasi majalah atau mungkin jurnal bereputasi di pasaran.

Baik itu online maupun offline, dijamin akan terdata sehingga


penghitungannya cukup mudah. Pendataan ini tentu bukan tanpa tujuan, sebab
dengan data yang jelas maka bisa diketahui publikasi apa saja yang ada di
pasaran. Misalnya publikasi jurnal ilmiah dari negara Indonesia, Malaysia, dan
sebagainya. Masing-masing ada berapa? Lewat nomor seri tersebut maka bisa
diketahui total keseluruhannya, dan masing-masing negara bisa mengetahui
perkembangan publikasi jurnal di negaranya sendiri.

Selain itu, juga menjadi pembeda antara satu publikasi berkala dengan
publikasi berkala lainnya. Hal ini penting untuk membantu menemukan publikasi
yang dibutuhkan.

 Prasyarat untuk Akreditasi Publikasi Ilmiah

Fungsi kedua dari pengajuan nomor seri publikasi berkala ini adalah sebagai
prasyarat untuk akreditasi publikasi tersebut. Khususnya publikasi ilmiah, sebut
saja seperti jurnal penelitian, jurnal nasional, dan jurnal internasional. Tanpa ISSN
maka jurnal tersebut akan sulit masuk ke database bereputasi, yang tentu
berdampak pada kredibilitasnya yang kurang. Sebaliknya, ketika suatu jurnal
ilmiah sudah mengantongi nomor seri ini maka kredibilitasnya sudah diakui.

xii
Nantinya bisa menembus database bereputasi yang umum dijadikan tempat
untuk mencari rujukan berkualitas. Seperti para peneliti yang mencari referensi
jurnal dari Scopus untuk menyusun jurnal penelitian yang baru saja dilakukan.
Jika belum memiliki nomor seri ini maka tidak bisa masuk ke database bereputasi,
yang tentu akan sepi peminat. Selain itu jarang sekaligus tidak pernah dijadikan
referensi padahal bisa jadi isinya bagus dan berkualitas. Jadi, untuk menyusun
publikasi ilmiah sangat penting mencoba mengurus pengajuan ISSN. Dijamin
mudah karena untuk saat ini proses pengajuannya sudah bisa dilakukan secara
online.

c. Pendaftaran ISSN

Memahami pentingnya memiliki nomor seri untuk publikasi ilmiah dan


publikasi berkala lainnya. Maka penulis perlu mendaftarkan atau mengajukan
hasil tulisannya untuk memperoleh nomor seri tersebut. Proses pengajuannya
online yakni dengan mengakses situs issn.pdii.lipi.go.id. yang bisa dilakukan
kapan saja dan dimana saja. Supaya proses pengajuannya lancar, maka perlu
melengkapi sejumlah persyaratan. Yakni:

- Surat Pengajuan Resmi

Syarat yang pertama untuk proses pengajuan ISSN adalah surat pernyataan
resmi yang ditulis atau dibuat oleh penanggung jawab penerbitan. Sehingga untuk
penulis jurnal ilmiah bisa datang ke LIPI untuk memperoleh surat pengajuan
resmi tersebut.

- Halaman Sampul

Syarat yang kedua adalah halaman sampul, yakni berisi informasi mengenai
identitas dari publikasi ilmiah yang dimiliki. Mulai dari volume, nomor, dan tahun
publikasi. Apabila diajukan secara online maka bisa menggunakan hasil
screenshot halaman depan situs web jurnal.

- Halaman Daftar Isi

xiii
Berikutnya adalah halaman daftar isi, yang menampilkan detail isi dari
publikasi ilmiah yang disusun. Penyusunannya sendiri seperti penyusunan daftar
isi pada umumnya, dilengkapi nama bab dan halaman dimana bab tersebut berada.
Apabila pengajuan dilakukan secara online maka bisa memberikan hasil
screenshot dari halaman web jurnal.

- Halaman Daftar Dewan Redaksi

Syarat dokumen berikutnya untuk pendaftaran atau pengajuan ISSN adalah


halaman daftar dewan redaksi. Sehingga di halaman ini akan dicantumkan nama-
nama di dewa redaksi penyusunan publikasi ilmiah tersebut. Bisa juga berisi
daftar nama tim penyunting.

- Bukti Pembayaran Biaya Administrasi

Selain yang disebutkan, nantinya juga perlu melampirkan bukti pembayaran


biaya administrasi untuk pengurusan nomor seri tersebut. Bisa dalam bentuk bukti
transfer yang kemudian difoto dan dicetak, lalu dilampirkan bersamaan dengan
syarat administrasi lainnya.

- Dokumen Lain yang Diperlukan

Ada kalanya dokumen persyaratan yang perlu dilengkapi ada tambahan


dokumen lain yang memang diperlukan. Maka bisa ikut dilampirkan untuk
membantu mendapatkan ISSN dengan segera. Setelah semua dokumen
persyaratan dilengkapi maka bisa mengajukan, dan nantinya perlu mengisi
formulir pendaftaran untuk memperoleh nomor seri tadi. Pengisian formulir
pendaftarannya sendiri bisa dilakukan secara online, yang tentu lebih praktis.

Silahkan mengisi setiap kolom di formulir pendaftaran tersebut, sesuaikan


isinya dengan kondisi di lapangan. Biasanya diminta keterangan mengenai nama
terbitan, frekuensi, penanggung jawab penerbitan, pengelola, dan juga alamat
kontak. Ikuti instruksi yang ada di halaman website, dan setelah selesai tinggal
menunggu kabar baik. Biasanya jika tidak ada masalah dan pengajuan dilakukan

xiv
di hari kerja maka selang 1 hari kerja, ISSN sudah terbit dan bisa digunakan untuk
mempublikasikan karya ilmiah yang disusun.

C. ISMN (Internasional Standart Music Number)

a. Pengertian ISMN dan Sejarah ISMN di Indonesia

ISMN adalah Internasional Standart Music Number yang merupakan suatu


system penomoran internasional yang digunakan untuk mengidentifikasi karya
musik yang sudah berkembang selama 15 tahun lamanya. Keanggotaannya sudah
mencapai 47 agen nasional. Di Indonesia, ISMN mulai diperkenalkan pada tahun
2002 dan International ISMN Agency membuat kesepakatan bersama dengan
Perpustakaan Nasional RI yang ditandatangani pada tanggal 23 Oktober 2002.

Pada tahun 2002, ISMN mulai diperkenalkan di Geneva tahun 1993. Indonesia
bergabung dalam system ISMN di Berlin, Jerman sekaligus menjadi Badan
Nasional ISMN untuk wilayah Indonesia (MoU 23 Oktober 2002). Pada tahun
2008, Indonesia menjadi tuan rumah untuk Panel Meeting ISMN di Yogyakarta,
sekaligus merupakan Annual General Meeting ke-2. Pada tahun 2015, Indonesia
menjadi tuan rumah AGM ISBN-ISMN ke-9 di Bali.

Adapun kegiatan-kegiatan dari Perpustakaan Nasional RI dalam upaya


pengumpulan partitur musik, yaitu:

- Pada tahun 2003, diadakan pengenalan dan penerapan ISMN


(menghimpun lagu-lagu karya N. Simanungkalit)
- Pada tahun 2009, diadakan Lokakarya Kolaborasi Pencipta Lagu, Artis,
dan Produser rekaman dalam pemanfaatan ISMN.
- Pada tahun 2010, diadakan kerja sama penghimpunan partiture antara
Perpustakaan Nasional RI dengan Institut Seni Indonesia Daerah Istimewa
Yogyakarta dan Dewan Kesenian Daerah Jawa Timur.
- Pada tahun 2014, Perpustakaan Nasional RI berhasil menghimpun 11 lagu
karya Harry Sabar yang ditranskrip ke dalam bentuk partitur.
- Pada tahun 2015, diadakan acara temu wicara ISMN dengan tema
“Melangkah seirama melestarikan musik Indonesia melalui ISMN”

xv
dengan menghimpun lagu-lagu karya Titiek Puspa, Pak Kasur, Linda
Djalil, b. Latifah, dan Reika. Dilanjutkan dengan penghimpunan lagu-lagu
daerah dengan mengadakan kunjungan ke Dinas Kebudayaan Daerah
Surakarta dan Dinas Kebudayaan Daerah Sumatera Barat. Pada tahun ini
pula, Perpustakaan Nasional RI membuat rancangan Pembangunan
database ISMN dan penerjemahan manual users ISMN.
- Pada tahun 2016, Perpustakaan Nasional RI membuat kerja sama
penghimpunan partitur dengan Universitas Negeri Medan, Universitas
Nommensen Medan, dan Dinas Kebudayaan Daerah Provinsi Sumatera
Utara.
- Pada tahun 2017, diadakan pemberian penghargaan “Anugerah Komponis
Pejuang Indonesia” dalam rangka Hari Musik Nasional yang diberikan
kepada Ismail Marzuki dan membuat kerja sama penghimpunan partitur
dengan ISI Yogyakarta, dan ISI Denpasar, Bali.
- Pada tahun 2018, diadakan talkshow tembang dan kawih Sunda yang
dilihat dari perspektif kehidupan sosial masyarakat Sunda yang berbentuk
pameran, pertunjukan musik, anugerah komponis Indonesia dan
penandatanganan MoU dan membuat kerja sama penghimpunan partitur
dengan Dinas Kebudayaan Provisi Sulawesi Utara di Manado.
Adapun hasil dari pengumpulan partitur-partiturnya itu adalah tercatatnya
keanggotaan ISMN yang terdiri dari 147 penerbit musik dan 20 komposer. Pada
tahun 2015, sebanyak 4.157 lagu yang telah terdaftar ISMN. Pada tahun 2016,
sebanyak 527 lagu yang telah terdaftar ISMN. Pada tahun 2017, sebanyak 500
lagu yang telah terdaftar ISMN. Genre-genre yang di-ISMN-kan adalah lagu yang
bergenre pop, klasik, dan tradisional.

b. Manfaat dan Fungsi ISMN

 Sebagai cantuman nomor identitas suatu karya musik


 Sebagai sarana temu kembali informasi untuk karya musik
 Membantu memperlancar arus distribusi music karena dapat
mencegah terjadinya kekeliruan dalam pemesanan

xvi
 Sarana promosi bagi penerbit atau pencipta lagu
 Menjadi salah satu indikator perkembangan music suatu negara
sekaligus menjadi asset kebudayaan nasional
 Melindungi copyrights pencipta lagu

c. Hal-hal yang dapat terbit dan tidak dapat terbit menjadi nomor ISMN

Hal-hal yang dapat diterbitkan menjadi sebuah nomor ISMN yaitu: 1)


Lembaran Partiur, 2) Nyanyian atau lirik lagu yang diterbitkan dengan notasi
musik (angka atau balok), 3) Buku nyanyian atau kumpulan lagu-lagu yang
dibukukan, 4) Terbitan musik dalam bentuk mikro atau braile, 5) Notasi musik
yang diterbitkan secara elektronis.

Sedangkan hal yang tidak dapat diterbitkan menjadi sebuah nomor ISMN
yaitu kepada rekaman suara atau video (pandang dengar).

d. Persyaratan Permohonan ISMN

 Mengisi formulir surat pernyataan


 Melampirkan bukti legalitas penerbit
 Menunjukkan bukti legalitas diri pencipta atau composer
 Menunjukkan surat izin dari pencipta lagu
 Membuat surat permohonan resmi
 Melampirkan partitur (bernotasi balok atau angka) yang tercetak rapi
atau melampirkan halaman judul, balik halaman judul, daftar isi dan
kata pengantar untuk kumpulan lagu berpartitur yang dibukukan.

e. Contoh ISMN

xvii
Source: Tim ISMN Perpustakaan Nasional RI

Keterangan:

 Prefix Element 979 adalah unsur pembentuk untuk terbitan dalam bentuk
music dan prefix element 0 adalah pengganti M dalam susunan ISMN 10
digit

 Publisher Element adalah unsur yang mengidentifikasi penerbit tertentu

 Item Element adalah unsur yang mengidentifikasi suatu edisi notasi musik

 Check digit adalah digit koreksi hasil perhitungan modulus 10

D. Penerapan Correction Marks

Pengoreksian adalah tahap wajib yang harus dilalui teks apa pun sebelum
menerbitkannya di buku, terbitan berkala, di situs web dan di blog. Spesialis
berkewajiban untuk menghilangkan semua kekurangan teks: kesalahan ketik,
kesalahan, panitera, dan banyak lagi. Jika teksnya ditulis tangan, maka pekerjaan
seorang editor kadang-kadang rumit: ia perlu memeriksa naskahnya, kemudian
teks mesin yang diketiknya, dan kemudian dicetak tepat sebelum buku itu
diterbitkan.

xviii
Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus
dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal
ejaan, tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah
kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila
terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman
tersebut diketik kembali.

Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda


koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang
baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu
dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan
baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada
lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada
bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipisahkan dengan sebuah tanda
diagonal atau garis miring.

xix
xx
3

xxi
9

Demikian beberapa tanda koreksi yang biasa dipergunakan dalam


memperbaiki naskah-naskah, entah naskah tersebut diserahkan langsung ke
percetakan atau diserahkan kepada seorang pembimbing skripsi.

xxii
Berikut Tanda-Tanda Koreksi Karangan:

/ Tanda penunjuk koreksi. Tanda ini digunakan untuk menunjukkan tempat atau
bagian yang harus dikoreksi

V Tanda untuk menyisipkan kata atau huruf.

{ Tanda untuk menggabungkan kata yang terpisah.

Į Tanda untuk menceraikan kata.

~ Tanda untuk menjadikan satu baris atau alinca.

< Tanda untuk menarik huruf ke luar atau ke kiri

> Tanda untuk menarik huruf ke dalam atau ke kanan.

✓ Tanda untuk penulisan kata yang tidak perlu spasi.

# Tanda untuk meregangkan spasi.

------- Tanda untuk koreksi tak jadi

$ Tanda untuk menukarkan letak huruf.

% Tanda untuk penulisan perbaikannya menjadi penulisan dan kata

() Tanda untuk menempatkan kata atau frasa dalam huruf kecil.

u Tanda untuk merapatkan spasi.

xxiii
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

ISBN, ISSN, dan ISMN adalah kode standar yang digunakan untuk
mengidentifikasi buku, terbitan berkala, dan karya musik. Kode-kode ini penting
untuk membuat katalog dan mengatur koleksi perpustakaan. Nomor Buku Standar
Internasional (ISBN) pertama kali diperkenalkan di Inggris pada tahun 1966 oleh
seorang penjual buku bernama W.H. Smith. yang awalnya disebut SBN dan
kemudian diadopsi sebagai standar internasional oleh Organisasi Internasional
untuk Standardisasi (ISO) pada tahun 1970. ISBN adalah pengenal unik buku
yang membantu dalam distribusi dan promosi buku. Nomor Seri Standar
Internasional (ISSN) dikembangkan sebagai pengenal unik untuk publikasi berseri
seperti jurnal, majalah, dan surat kabar. ISSN adalah 13 digit yang digunakan
untuk mengidentifikasi artikel yang diterbitkan secara internasional. Nomor
Musik Standar Internasional (ISMN) dikembangkan untuk mengidentifikasi
partitur musik cetak. Sedangkan Correction Marks adalah simbol yang digunakan
untuk menunjukkan perubahan yang perlu dilakukan pada suatu dokumen.
Biasanya digunakan dalam industri penerbitan untuk mengkomunikasikan hasil
edit antara penulis, editor, dan korektor.

xxiv
DAFTAR PUSTAKA

Indonesia, P. N. (2023, November 11). ISMN International Standard Music


Number. Diakses 10 November 2023 dari ISMN:
https://ismn.perpusnas.go.id

Pujiati. (2021, Februari 4). Pengertian ISSN dan Fungsinya Secara Umum, Yuk
Kenali Lebih Lengkap! Diakses 11 November 2023 dari Duniadosen.com:
https://duniadosen.com/pengertian-issn/

Wulandari, P., & Gunarti, R. (2014). Pedoman Penyelenggaraan layanan ISBN,


ISMN, KDT dan Barcode Perpustakaan Nasional RI. Jakarta:
Perpustakaan Nasional RI.

xxv

Anda mungkin juga menyukai