Anda di halaman 1dari 68

1

Syaiful Anwar

Aku Masih Hidup Aja


Alhamdulillah
“Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersamamu”

Pengantar :
Dr. Ahmad Sastra, MM
Dosen Literasi Islam UIKA Bogor

i
ii
SEBUAH PENGANTAR
MENULIS BUKU, SEBUAH IKHTIAR
MEWARISKAN TRADISI INTELEKTUAL
Dr. Ahmad Sastra, MM
Dosen Pengampu Mata Kuliah Menulis Buku

Menulislah, sebab satu huruf dari tulisan kita bisa menjadi


amal sholih di hadapan Allah. Menulis juga sudah menjadi tradisi
para ulama terdahulu dalam sejarah peradaban Islam. Apa jadinya
jika Al Qur’an dan Al Hadits tidak ditulis ?. Apa jadinya jika para
ulama tidak menulis kitab-kitab ?. Apa jadinya jika para ilmuwan
muslim tidak mewariskan karya-karya literasinya ?. Maka umat
ini akan terputus dengan sejarahnya dan kehilangan warisan
budaya dan peradabannya.
Mahasiswa dan perguruan tinggi Islam adalah institusi
spiritual dan intelektual yang paling bertanggungjawab merawat
eksistensi agama ini. Jika kedua sumber hukum Islam dan ribuan
kitab-kitab para ulama dan ilmuwan muslim telah ditulis, maka
tradisi literasi Islam ini harus terus diwariskan kepada generasi
berikutnya. Karena itu ulama terdahulu yang telah berkarya,
sesungguhnya telah mewariskan tradisi intelektual kepada
generasi berikutnya.
Meski sudah ada beberapa perguruan tinggi yang telah
memiliki tradisi literasi, namun masih sangat banyak kampus
yang belum memiliki tradisi literasi. Banyak ulama tersebar di
seantero nusantara yang ahli di bidang kajian kitab dan
berceramah, namun belum terbiasa menuliskan ilmunya dalam
bentuk buku. Lembaga pesantren atau perguruan tinggi Islam
sudah seharusnya memiliki budaya literasi yang tinggi.
iii
Padahal, sejarah lahirnya pesantren justru diawali oleh
adanya keilmuwan seorang kyai. Masyarakat mendatangi kyai
untuk belajar di rumahnya. Karena makin banyak masyarakat
yang berdatangan, maka sang kyai kemudian membuat
pemondokan disebabkan rumahnya sudah tidak muat. Kader-
kader kyai yang telah lulus lantas ikut membantu mengajar di
pondok tersebut, maka lahirlah institusionalisai ilmu kyai yang
kini disebut sebagai pesantren.
Pesantren dan kampus Islam adalah benteng umat Islam,
bahkan mungkin tinggal satu-satunya di tengah gempuran
peradaban Barat yang destruktif. Sebab di lembaga pendidikan
Islam inilah berkumpul berbagai potensi umat, baik yang ahli
bidang Al Qur’an, Al Hadits, kitab-kitab klasik hingga sains
modern. Sebab pesantren-pesantren modern telah
mengintegrasikan spirit keilmuwan klasik dengan sains modern.
Sebagaimana tertulis dalam sejarah bahwa peradaban
Islam yang pernah berjaya ditopang oleh para generasi muslim
yang mendalam bidang Al Qur’an bahkan hafal di usia dini,
namun juga menguasai keilmuwan modern seperti matematika,
sosiologi, psikologi, geografi, kosmologi, kedokteran dan sains
lainnya. Bahkan para ilmuwan muslim itu telah juga mewariskan
buku-buku berharga, meski kini tak lagi di tangan kaum
muslimin.
Kontribusi para saintis muslim dalam menopang
eksistensi kegemilangan peradaban Islam adalah fakta sejarah
yang tak mungkin dielakkan. Banyak nama-nama saintis muslim
yang berkontribusi di berbagai bidang keilmuwan pada abad
pertengahan. Sebut saja di bidang matematika kita mengenal Al
Khawarizmi, Abu Kamil Suja', Al Khazin, Abu Al Banna, Abu
Mansur Al Bagdadi, Al Khuyandi, Hajjaj bin Yusuf dan Al
Kasaladi. Di bidang Fisika kita mengenal Ibnu Al Haytsam,
iv
Quthb Al Din Al Syirazi, Al Farisi dan Prof. Dr Abdus Salam.
Dalam bidang kimia ada Jabir bin Hayyan, Izzudin Al Jaldaki,
dan Abul Qosim Al Majriti.
Dalam bidang biologi ada Ad Damiri, Al Jahiz, Ibnu
Wafid, Abu Khayr, dan Rasyidudin Al Syuwari. Dalam bidang
kedokteran ada Ibn Sina, Zakariyya Ar Razi, Ibnu Masawayh,
Ibnu Jazla, Al Halabi, Ibnu Hubal dan masih banyak lagi. Dalam
bidang astronomi kita mengenal Al Farghani, Al Battani, Ibnu
Rusta Ibnu Irak, Abdul rahman As Sufi, Al Biruni dan tokoh
ilmuwan muslim lainnya. Dalam bidang geografi kita mengenal
Ibnu Majid, Al Idrisi, Abu Fida', Al Balkhi, dan Yaqut al
Hamawi. Dan dalam bidang sejarah kita mengenal Ibnu Khaldun,
Ibnu Bathutah, Al Mas'udi, At Thabari, Al Maqrisi dan Ibnu
Jubair.
Para saintis di atas adalah mereka yang telah melek literasi
Islam yang fokus kepada tradisi membaca, menulis dan riset.
Mereka adalah generasi ulil albab yang mempelopori kejayaan
peradaban Islam. Selain kokoh di bidang aqidah, luas di bidang
syariah, mereka juga adalah orang-orang yang senantiasa
beribadah kepada Allah. Tradisi inilah yang justru kini mulai
redup, terutama di pesantren-pesantren.
Tradisi literasi saintis muslim yang telah melahirkan
peradaban mulia telah diakui oleh Barat sebagai inspirasi
kebangkitan peradaban Barat. Kebangkitan dunia Barat hari ini
adalah hasil transformasi keilmuwan Islam kepada mereka
melalui sebuah konspirasi jahat. Mereka kemudian melakukan
berbagai penetrasi dan penyerangan pemikiran liberal sekuler di
dunia Islam. Dari sinilah malapetaka demi malapetaka di dunia
Islam terus berlangsung hingga kini. Islam dan umat Islam secara
konseptual adalah agama yang benar dan umat yang terbaik.

v
Kemampuan lembaga pendidikan Islam seperti kampus
Islam dalam membaca sumber-sumber khasanah Islam harus
diikuti juga oleh kemampuan menulis. Sebab pembaca yang baik
baik belum tentu penulis yang baik, namun penulis yang baik
pasti seorang pembaca yang baik. Allah sendiri telah
memerintahkan umatnya untuk membaca (iqro’) sekaligus
menulis (qalam).
“Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis” (QS Al
Qalam : 1). “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya” (QS Al ‘Alaq : 1-
5).
Jika perguruan tinggi Islam menghidupkan tradisi literasi,
selain sebagai cara untuk memelihara keilmuwan juga akan
menjadi warisan berharga bagi generasi berikutnya. Para Imam
Mazhab yang empat begitu masyhur hingga kini disebabkan
karena memiliki kader dan menuliskan ilmunya. Maka hidupnya
tradisi literasi di lembaga-lembaga pendidikan Islam akan
menjadi penjaga eksistensi lembaga itu, lahirnya generasi ulama
sekaligus mempercepat terwujudnya kembali kejayaan peradaban
Islam masa depan.
Setiap mata melihat fenomena pada zamannya. Setiap
telinga mendengar teriakan peristiwa pada masanya. Setiap mulut
bertutur soal kehidupan dan kemanusiaan dimana dia tinggal.
Setiap hati merasakan denyut terdalam dari setiap fragmen hidup
dan kehidupannya. Setiap otak akan menyimpan memori dan
sejarah. Bahkan detak jantung setiap manusia memiliki makna.

vi
Mungkin dan pasti setiap manusia akan mengalaminya.
Sebab mata, telinga, hati, otak, mulut dan jantung adalah organ
yang diciptakan Allah untuk berfikir dan merasa. Namun tidak
semua orang bisa mengungkapkannya. Sebab seringkali sebuah
peristiwa sulit untuk diwakili oleh kata-kata. Sebab setiap kata
tidak selalu mewakili makna.
Namun organ-organ yang diberikan Allah itu tidaklah
gratis. Setiap denyutnya akan dimintai pertanggungjawaban kelak
di akherat. Bahkan Allah mengancam dengan siksa pedih saat
manusia tidak menggunakan mata, telinga dan hatinya untuk
merasa dan membaca setiap peristiwa dan merenunginya sebagai
energi keimanan.
Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka
Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai
hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat
Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah),
dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang
ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang
yang lalai. (QS Al A’raf : 179)
Mungkin buku adalah salah satu ekspresi makna yang bisa
mewakili peristiwa yang dilihat dan dirasakan. Sebab tugas
penulis adalah menata kata dan makna. Karya tulis, baik fiksi atau
non fiksi adalah deretan kata untuk mewakili dalamnya makna.
Karya tulis adalah kumpulan makna yang diwakili oleh kata. Pola
penyajian yang singkat, padat dan artistik menjadikan puisi
sebagai salah satu karya sastra yang tak lekang oleh waktu.
Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió)
= I create) adalah sebuah seni tertulis. Puisi merupakan karya
sastra seseorang dalam menyampaikan pesan melalui diksi dan
pola tertulis. Penyair adalah orang yang membuat atau
vii
menciptakan puisi. Dalam bentuk seni ini, seorang penyair
menggunakan bahasa untuk menambah kualitas estetis pada
makna semantis.
Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan
sengaja pengulangan, meter, dan rima adalah yang membedakan
puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan.
Pandangan kaum awam biasanya membedakan puisi dan prosa
dari jumlah huruf dan kalimat dalam karya tersebut. Puisi lebih
singkat dan padat, sedangkan prosa lebih mengalir seperti
mengutarakan cerita.
Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan
mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tetapi sebagai
perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala
kreativitas. Selain itu, puisi juga merupakan curahan isi hati
seseorang yang membawa orang lain masuk ke dalam keadaan
hatinya.
Nah buku-buku yang ditulis oleh mahasiswa UIKA Bogor
jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) pada tahun 2024 ini
cukup beragam. Karya mahasiswa KPI ini ada yang berupa karya
sastra seperti kumpulan puisi, cerpen dan bahkan novel. Namun
ada juga yang menulis non fiksi yang sarat data dan argumentasi,
termasuk di dalamnya buku-buku motivasi, fikih, sejarah,
kumpulan syair Arab, dan parenting. Kedua karya ini patut
menjadi contoh bagi tradisi literasi dan wajib mendapat apresiasi
dari berbagai pihak, terkhusus di lembaga pendidikan Islam,
seperti pesantren dan perguruan tinggi..
Nah, selamat menikmati setiap hidangan kata dan makna
dalam setiap karya tulis mahasiswa KPI UIKA 2024 ini. Jika tak
bersepakat dengan kata dalam buku ini, jangan mencaci, lebih
baik menulis untuk melengkapi. Buku dibalas buku adalah cara
bijak dalam memaknai setiap karya. Buku adalah sebuah
jembatan intelektual sekaligus peradaban.
viii
Menulis buku adalah cara mulia untuk mewariskan tradisi
intelektual pada generasi masa depan. Buku adalah bagian dari
peradaban. Tak ada peradaban di dunia manapun tanpa ada
topangan buku sebagai pijakan pemikiran para pembangunnya.
Akhirnya, selamat kepada para mahasiswa KPI UIKA Bogor
yang telah berkarya, jangan pernah berhenti berkarya untuk
pencerahan peradaban Islam masa depan.
.
Banda Aceh, 16 Maret 2024

Dr. Ahmad Sastra, MM

Dosen Literasi Islam UIKA Bogor

ix
PENGANTAR PENULIS
AKU MASIH HIDUP AJA ALHAMDULILLAH

Bismillahirrahmanirrahim,
Segumpal kata tidak akan mampu mencakup sepenuhnya
perjalanan hidup yang telah kujalani. Namun, di antara deretan
huruf yang terpampang indah, aku menemukan ruang untuk
bersyukur. "Aku Masih Hidup Aja, Alhamdulillah" bukan
sekadar judul, namun sebuah ungkapan rasa syukur yang
kucurahkan dalam setiap halaman perjalanan rohani ini.
Buku ini adalah teman setia dalam kisah hidupku yang
penuh warna. Di setiap lembar, terpahat doa-doa yang tulus,
kenangan-kenangan yang menggetarkan, serta hikmah-hikmah
yang kusimpan erat di relung hati. Ketika menelusuri kembali
jejak langkahku, aku sadar bahwa setiap liku hidup
memancarkan sinar keajaiban yang memperkaya jiwa.
Dalam heningnya malam, dalam gemuruhnya badai, aku
merasakan kehadiran-Nya yang tak pernah berpaling. Setiap
kesulitan adalah pelajaran yang mengasah kekuatan imanku,
setiap kegembiraan adalah anugerah yang mengalir dari
limpahan kasih-Nya. Dengan hati penuh syukur, aku melangkah
maju, membiarkan tiap cerita hidupku menjadi bukti nyata
bahwa Allah selalu bersamaku.
Buku ini adalah ajakan untuk merenung,
mengintrospeksi, dan merasakan kebesarannya dalam setiap
napas yang kita hembuskan. Melalui kata-kata yang terpilih, aku
berharap dapat menginspirasi dan menguatkan hati-hati yang
tengah berjuang dalam liku-liku kehidupan. Jika di antara baris-
baris ini ada yang bisa menggoreskan pelajaran berharga atau
menyentuh hati, itu adalah berkat darinya yang Maha
Penyayang.

x
Terima kasih telah memilih untuk menyambangi lembar
demi lembar perjalanan rohani ini. Semoga setiap kata yang
tertulis dapat memberikan cahaya dan kehangatan dalam
kehidupan kita masing-masing. Dan pada akhirnya, dalam setiap
tarikan napas yang kita hirup, mari kita bersama-sama
bersyukur, "Aku Masih Hidup Aja, Alhamdulillah."

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

xi
SEBUAH PENGANTAR ................................................................ iii
PENGANTAR PENULIS ............................................................ x
I. BAB I ....................................................................................... 1
II. KETABAHAN DALAM UJIAN............................................. 1
A. “Mengapa Hidupku Begini ................................................ 8
B. Apakah kalian Benci Padaku ? ......................................... 16
C . Menemukan Cahaya dalam Ujian Hidup ......................... 22
IV. BAB II................................................................................ 27
V. SYUKUR ATAS NIKMAT KEHIDUPAN........................... 27
A. Eksplorasi Kekuatan Rasa Syukur dalam Perjalanan
Hidup"....................................................................................... 31
B. Abu Qilabah, Sahabat Nabi yang Selalu Bersyukur dan
Sabar ......................................................................................... 34
VI. BAB III .............................................................................. 39
VII. Optimisme dan Harapan................................................... 39
A. Semangat dalam Setiap Rintangan ....... Error! Bookmark not
defined.
B. Mencari Cahaya: Perjalanan Spiritual di Tengah
Kegelapan Hidup" .......................... Error! Bookmark not defined.
C. Kehidupan sebagai Perjalanan ......................................... 51

xii
BAB I

KETABAHAN DALAM UJIAN

1
Firman Allah SWT:
‫وع َون َۡقص ِ ِّمنَ ۡٱۡل َ ۡم َٰ َو ِل َو ۡٱۡلَن ُف ِس‬ ۡ ۡ ‫َولَنَ ۡبلُ َونَّكُم بِش َۡيء ِ ِّم َن ۡٱل‬
ِ ‫خَوفِ َوٱل ُج‬
ِ َّ ِ ‫صي َبة قَالُ ٓوا ِإنَّ ا‬
َ‫لِل َو ِإنَّآ ِإلَ ۡي ِه َٰ َر ِج ُعون‬ ِ ‫ص َب ۡت ُهم ُّم‬ َّ َٰ ‫ش ِر ٱل‬
َ َٰ َ‫ص ِب ِري َن ٱلَّذِي َن ِإذَآ أ‬ ِ ‫َوٱلثَّ َم َٰ َر‬
ِّ ِ ‫ت َو َب‬
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan dengan suatu
ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-
buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah
mereka mengucapkan: “Sesungguhnya kami adalah milik Allah
dan kepada-Nya kami akan kembali.” (Q.S. Al-Baqarah 155-
156).
Tempat bagi manusia menjalani berbagai macam ujian
dan cobaan dari Allah SWT. Sebagai orang yang beriman kepada-
Nya, kita pun diperintahkan untuk senantiasa bersabar dan
bertawakal selama menjalani ujian-ujian tersebut karena dengan
kesabaran dan tawakal seluruh ujian atau cobaan dan musibah
tersebut bisa dilalui dengan baik, membawa kebaikan, dan
keberkahan. Pada dasarnya Allah telah memberi ujian dan cobaan
di setiap hambanya sesuai porsinya masing-masing. Ujian dan
cobaan yang diberikan oleh Allah di tiap manusia berbeda-beda.
Manusia harus berani menghadapi kesulitan dan tetap
tabah dalam menghadapi cobaan dalam mencapai tujuan yang
ingin dicapai. Orang yang bersabar mencerminkan nilai keimanan
yang kuat. Kedudukan sabar dalam iman bagaikan kepala pada
jasad dan tidak ada keimanan tanpa sabar sebagaimana jasa tidak
akan berfungsi tanpa kepala. Kesabaran tidaklah muncul dengan
sendirinya, tetapi ia harus diusahakan dan dibiasakan agar
menjadi sifat utama diri. Di sinilah dibutuhkan pengorbanan
melawan keinginan hati dan perjuangan menahan nafsu diri.
Sementara itu, tawakal merupakan pelengkap sejati sifat
sabar. Tawakal merupakan kerja hati memasrahkan seluruh ujian
dan cobaan kepada kehendak-Nya. Tawakal berkaitan erat
2
dengan keridaan kita menjadikan Allah sebagai pelindung dalam
kehidupan. Kehadiran tawakal dalam diri akan menghadirkan
kemudahan mengatasi persoalan. Karena kita benar-benar
mengharap pertolongan dan kemudahan hanya dari Allah SWT.
Tersebutlah sebuah cerita kisah Nabi, yaitu Nabi Ayub.
Nabi Ayub merupakan seseorang yang sangat kaya. Nabi Ayub
memiliki hewan ternak, budak, dan juga tanah. Nabi Ayub juga
dikaruniai seorang istri dan anak-anak yang baik dan sholelah.
Namun pada suatu ketika, atas ijin Allah kawanan Iblis
menghancurkan dan meluluh lantahkan kekayaan Nabi
Ayub. Hewan-hewan ternak mati satu persatu sehingga habis tak
tersisa, kemudian disusul ladang-ladang dan kebun-kebun
tanamannya yang rusak menjadi kering dan rumah yang terbakar
habis dimakan api. Dalam waktu yang sangat singkat Nabi Ayub
yang kaya-raya tiba-tiba menjadi miskin tidak memiliki apapun
selain hatinya yang penuh iman dan takwa serta jiwanya yang
sabar dan tawakal.
Ujian demi ujian terus menimpanya, dimulai dari anak-
anaknya yang meninggal, hartanya habis tak bersisa, ternaknya
binasa, sampai ia sendiri terkena penyakit yang sangat sulit
disembuhkan. Seluruh badannya digerogoti, kecuali lisan yang ia
gunakan untuk berzikir. Hari-hari berlalu, kerabat dan sanak
saudara mulai meninggalkan Nabi Ayub. Tinggalah seorang istri
setia yang menemani dan mengurus semua keperluan Nabi Ayub.
Penyakit Nabi Ayub semakin lama semakin parah. Sekalipun
demikian, Nabi Ayub tetap tabah dan menerimanya sebagai
cobaan dari Allah swt. Keimanannya kepada Allah swt tidak
berkurang sedikitpun, justru beliau semakin rajin beribadah dan
mendekatkan diri kepada Allah swt.
Penyakit Nabi Ayub sangat parah sehingga ia hanya
dapat berbaring. Semakin lama kondisinya semakin memburuk.
Penyakit ini ia derita sudah 18 tahun. Selama beliau sakit,

3
seluruh penduduk disekitarnya mengasingkan dirinya. Hanya
istrinya yang mengurus segala keperluan Nabi ayub. Namun, iblis
selalu menghasut istri Nabi Ayub yang bernama Rahmah. Iblis
membisikkan kebencian ke dalam hati istri Nabi Ayub. Pada
suatu hari, istri Nabi Ayub mengatakan hal-hal yang
menyakiti Nabi ayub. Nabi Ayub pun sangat sedih. Ia bersumpah
apabila ia sembuh kelak, ia akan memukul istrinya sebanyak 100
kali. Pada saat kondisi Nabi Ayub semakin lemah, Allah
menurunkan wahyu kepadanya, “Hentakkanlah kakimu; inilah air
yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.”
Nabi Ayub menghentakkan kakinya ke tanah sehingga
air keluar. Air tersebut digunakan untuk mandi dan minum Nabi
Ayub. Tidak lama kemudian, tubuh Nabi Ayub kembali sehat.
Bahkan. Ia lebih sehat dan kuat dibanding sebelumnya. Setelah
sembuh, istri Nabi Ayub kembali kepada suaminya Nabi Ayub
teringat dengan sumpahnya. Namun, ia tidak sampai hati
memukul istrinya. Nabi Ayub mengalami kebingungan akan
sumpahnya, ia tidak dapat memenuhi sumpahnya. Akhirnya
turunlah perintah Allah agar Nabi Ayub melaksanakan
sumpahnya. Ia diperintah memukul istrinya menggunakan 100
helai rumput yang diikat.

Kisah Nabi Ayub ini telah diceritakan dalam Al-Quran


Surat Shaad ayat 41-44 yang artinya :
• Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru
Tuhannya, “Sesungguhnya aku diganggu setan dengan
penderitaan dan bencana.”
• (Allah berfirman). “Hentakkanlah kakimu; inilah air yang
sejuk untuk mandi dan untuk minum.”
• Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan
kembali) keluarganya dan Kami lipatgandakan jumlah
4
mereka, sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi
orang-orang yang berpikiran sehat.
• Dan ambillah seikat (rumput) dengan tanganmu, lalu
pukullah dengan itu dan janganlah engkau melanggar
sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang
yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sungguh, dia
sangat taat (kepada Allah).
Dari cerita Nabi Ayub tersebut tersadar ada tiga
macam ujian yang dihadapi manusia di dunia ini, yaitu
ujian kesulitan, kesenangan, dan kesalahan. Ujian
kesulitan dapat muncul dalam bentuk kekurangan harta,
kelaparan, penyakit, dan musibah-musibah lainnya.
Sementara, ujian kesenangan dapat berupa harta yang
banyak, istri yang cantik, dan kedudukan sosial yang
tinggi. Di antara ketiga ujian itu, ujian kesulitan adalah
yang paling ringan, karena ujian tersebut tidak hanya
dialami oleh orang-orang beriman, tetapi juga orang kafir.
Banyak manusia yang berhasil menjalani ujian kesulitan
dengan baik meskipun mereka tidak beriman kepada
Allah SWT. Akan tetapi sedikit sekali orang beriman dan
orang kafir yang mampu melewati ujian kesalahan, hal
tersebut disebabkan tidak adanya petunjuk yang mereka
dapatkan dari Allah SWT. Akibatnya, mereka terus
mengulangi kesalahan dan dosa yang sama dari waktu ke
waktu. Tidak sedikit manusia yang terlena oleh berbagai
kesenangan dunia yang mereka rasakan sehingga mereka
pun lupa akan patuh kepada Allah SWT.
Dalam menghadapi berbagai ujian tersebut, ada
beberapa sikap yang harus dilakukan seorang mukmin.
Pertama, tetap merasa yakin atau optimistis bahwa akan
datang pertolongan Allah kepada kita. Kedua, segera
mengucapkan innaa lillaahi wainnaa ilaihi rajiuun setiap

5
kali mendapat musibah. Sikap selanjutnya adalah
bertawakal kepada Allah. Tawakal menjadi salah satu
syarat bagi seseorang mendapat pertolongan Allah.
Ada hal yang kita perhatikan saat bertawakal.
Pertama, jangan menyandarkan hati kepada selain Allah.
Jika kita menyandarkan hati kepada selain Allah saat
menghadapi satu masalah atau musibah, pertolongan
Allah akan semakin jauh dari kita. Kedua, dalam
bertawakal, jangan melakukan ikhtiar dengan mudarat
yang lebih besar daripada manfaat. Seperti menyelesaikan
segala urusan dengan cara-cara yang syar’i, bukan dengan
cara yang haram. “Misalnya, ketika seorang istri
menghadapi suatu masalah dengan suaminya, dia
dianjurkan untuk melakukan shalat hajat, meminta
pertolongan kepada Allah supaya diberikan jalan keluar
yang terbaik. Bukan malah mencari pelarian dengan
curhat atau menceritakan persoalan rumah tangganya
dengan lelaki lain. Terakhir, ketika bertawakal, kita harus
berserah diri sepenuhnya kepada Allah dari awal hingga
berakhirnya urusan. “Dengan berserah diri kepada Allah,
kita akan menjadi tenang sehingga dapat menerima apa
pun hasil ikhtiar dengan lapang dada. Karena itu, jangan
setengah-setengah dalam memasrahkan diri kepada
Allah”.
Sebagai orang yang beriman hendaklah kita
bersabar dengan menahan diri dan berlapang hati.
Jauhkan rasa cemas serta was-was yang berlebihan.
Kembalikan semua yang kita alami kepada Allah Yang
Maha Agung dan Maha Mengetahui karena kesabaran
akan selalu berujung kebahagiaan, seperti halnya
pernyataan Umar bin Al Khaththab “Kami dapat
merasakan kenikmatan dalam hidup ketika kami mampu
bersabar”. Sabar bukanlah suatu sikap yang mudah kita
6
lakukan, tapi juga tidak sulit kita usahakan. Seringkali bila
kita dihadapkan dengan suatu situasi yang sulit kita
mengatakan sudah habis kesabaranku.
Padahal kesabaran itu takkan habis dan tak ada
batasnya. Sebagai orang yang beriman hendaknya kita
selalu bersikap sabar dalam segala hal dan saling
mengingatkan kepada siapa saja yang lupa dengan sikap
sabar. Tidak ada yang kebetulan, segala sesuatu yang kita
alami entah itu baik atau buruk selalu ada hikmah dibalik
semuanya. Selalu ada yang dapat kita pelajari dari setiap
orang yang datang dan pergi di dalam kehidupan kita.
Semua hanya dapat kita pahami, jika kita mau belajar
untuk melihat dengan hati yang lapang dan pikiran yang
terbuka. Kombinasi kesabaran dan tawakal senantiasa
hadir dalam diri dan jiwa setiap manusia. Kemudahan dan
kesuksesan akan menjadi capaian terbaiknya, semoga kita
semua termasuk orang-orang yang sabar dan tawakal.
(Anand Adji)

7
“Mengapa Hidupku
Begini ?”

"Allah tidak membebani seseorang

melainkan sesuai dengan kesanggupannya."

(Q.S Al Baqarah: 286)

8
Adakah saat di mana kamu merasakan begitu
besar kekecewaan dengan jalannya hidupmu?
Merenungkan kenapa kamu dilahirkan bukan sebagai
orang lain, yang dianggap memiliki kehidupan yang lebih
mudah dan lebih bahagia darimu sendiri. Bertanya-tanya,
mengapa takdir Allah menjadikanmu menghadapi
kehidupan yang begitu berat? Tetaplah tenang, sahabat.
Kamu tidak sendirian.
Banyak di antara kita yang merasakan hal yang
serupa, dan itu sungguh membingkai kita dengan
kekuatan.
Setiap dari kita pasti pernah menghadapi
kekecewaan dalam hidup kita sendiri. Terkadang, kita
terdampar pada masalah atau penderitaan yang membuat
kita merasa hidup ini sungguh kejam.
Dulu, aku pun pernah begitu. Sering kali aku
bertanya pada diriku sendiri: Mengapa hidup terasa begitu
kejam?
Mengapa semua impian dan harapan yang
kuperjuangkan tampaknya direnggut dari kehidupanku?

Mengapa tampaknya semua orang lain menikmati


kebahagiaan, sementara aku terus-menerus dihadapkan
pada masalah dan kesulitan?
"Hidup ini memang tak selalu mudah, ya?"
Kehilangan harapan, kehilangan sesuatu yang aku
cintai, rasa iri melihat kebahagiaan orang lain, dan terus
dihantui oleh masalah yang datang bertubi-tubi, semuanya

9
membuatku merasa kecewa dengan hidup yang sedang
kulalui.
"Inikah hidup yang selalu kubayangkan?" Aku
sering bertanya pada diriku sendiri:
"Mungkinkah ada yang mengalami penderitaan
lebih besar dari aku?"
Aku berharap bisa menumpahkan segala perasaan
di dalam hatiku. Dan aku sangat membutuhkan bahu
untuk menopang beban hidup yang begitu berat ini.
Sungguh, kadang-kadang aku merasa ingin berteriak:
"Seseorang, bantu aku menahan semua beban di pundak,
agar tubuhku bisa tetap berdiri tegak!"
Tetapi, kepada siapa kita bisa mengadu?
Kepada siapa kita harus bersandar?
Sudah kita coba untuk bercerita kepada orangtua. Tentang
kekecewaan-kekecewaan yang terpendam. Tentang
betapa kehidupan telah mengkhianati harapan-harapan
kita. Namun, malah kita yang dipersalahkan.
Kita dianggap kurang introspeksi diri.
Kita diminta lebih bisa bersikap dewasa dalam menjalani
hidup.
Kata mereka, "Beginilah hidup, Anakku. Engkau
harus belajar menerima manis-pahitnya kehidupan.
Karena begitulah yang orang-orang dewasa lakukan."

10
"Jika benar begini rasanya dewasa, aku berharap aku tak
pernah menjadi dewasa!" Mungkin begitu bisikan frustasi
dalam dada ,kita kala itu.
Tetapi hidup punya aturannya sendiri. Tak seorang pun
bisa menjadi anak-anak selamanya. Kita tak bisa selalu
berlindung di balik tubuh perkasa ayah dan ibu kita, yang
makin lama terlihat makin renta.
Cepat atau lambat, kita harus belajar berdiri dengan kedua
kaki kita. Belajar menghadapi masalah-masalah hidup,
yang dulunya sungguh tak pernah terpikirkan begitu pahit
dan kejam.
Lalu, kita coba berpaling pada sahabat.
Orang yang begitu dekat dengan kita. Seperti saudara
yang terlahir dari rahim yang berbeda. Susah dan senang
kita pernah lalui bersama. Berharap, ia bisa menunjukkan
jalan keluar dari semua masalah hidup yang semakin
membuat kita depresi.
Bantu aku sahabat....
Berbagai keluh-kesah kita muntahkan kepadanya. Dan ia
pun mendengarkan dengan penuh kesabaran. Ketika tiba
giliran ia berbicara, ternyata ia sendiri punya banyak
sekali keluh kesah yang selama ini tidak kita sadari.
Mungkin kita terlalu egois. Selalu sibuk memikirkan
masalah sendiri, sehingga tak menyadari bahwa orang
yang kita sebut sa- habat itu pun memiliki masalah yang
tak kalah rumitnya.
Mungkin juga sahabat kita itu begitu pandai
menyembunyi kan masalahnya.

11
Entahlah...
Tetapi yang terang, kita dan sahabat sama-sama terluka.
Perlahan rasa malu menyeruak dalam hati.
Hidupnya sudah begitu berat. Tak elok rasanya bila
menambah beban di pundaknya dengan masalah-
masalahku, "bisik nurani kita, seraya melangkah pergi
menjauh.
Lantas, siapa lagi yang bisa diajak berbicara tentang
masa- lah-masalah kita?
Tak satu pun orang yang kita anggap mampu memahami
kompleksitas hidup yang sedang kita jalani. Semua orang
seperti sibuk dengan urusannya masing-masing.
Teringat sebuah nasihat lama dari Lou Holtz, mantan
pemain dan pelatih sepakbola Amerika. Katanya:
"Never tell your problem to anyone. 20% don't care and
the other 80% are glad you have them!"
Sudah sejak lama Idta mendengar nasihat ini.
Namun, mungkin baru sekarang kita benar-benar
memahami maimanya. Setelah kita benar-benar
mengalaminya. Mungkin ada benamya. Jangan pemah
menceritakan nasihat Anda kepada siapapun. Karena 20%
dari mereka tidak peduli Sementara 80% sisanya senang
Anda memiliki masalah.
Beberapa orang memang datang untuk bertanya.
Tentang masalah-masalah yang sedang kita hadapi.
Namun, kebanyakan bertanya hanya karena merasa
penasaran Bukan benar-benar peduli

12
Sementara yang lain, memilih bertepuk tangan dan
menari di atas tangisan kita.
Ya Allah, mengapa hidupku begini?
Tak tahu lagi apa yang harus dilakukan Lelah
rasanya mencari tempat untuk bersandar atau teman untuk
berbagi.
Tak adakah solusi bagi masalah-masalah hidup
kita? Semua pintu sepertinya sudah tertutup. Semua jalan,
berujung pada kebuntuan.
Kala malam tiba, mata menolak untuk terpejam.
Hati yang gundah, membuat segalanya terasa kurang
nikmat. Tidur pun gelisah.
Dalam pekatnya malam, kita pun duduk
bersimpuh. Tak terasa air mata tumpah deras membasahi
pipi. Kita merasa rindu. Rindu untuk dipeluk dan
disayangi. Rindu pada kehidupan yang jauh dari semua
masalah.
Sejujurnya, terkadang ada keinginan untuk
mengakhiri hi- dup saja. Lari dari semua masalah yang
mengotori pikiran.
Untunglah, iman yang tak seberapa, menolak
untuklupa. Bu
kankah Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam
pernah bersabda:
"Dahulu di antara orang-orang sebelum kalian ada
seseorang yang terluka lalu ia berputus asa karena lukanya
tersebut. Kemudian, la mengambil sebilah pisau dan
memotong tangannya dengan pisau tersebut. Darahnya
terus mengalir sampai akhirnya ia mati (kare- na
13
kehabisan darah). Maka Allah Taala berseru, 'Hambaku
telah mendahului (ketentuan)-Ku dengan tangannya
sendiri (bunuh diri). Maka Aku haramkan baginya Surga"
(Muttafaq Alaih)
Bukankah Allah Ta'ala juga berfirman:
"Dan janganlah kamu membunuh dirimu.
Sungguh Allah Maha Penyayang kepadamu. Dan
barangsiapa berbuat demikian dengan cara melanggar
hukum dan zalim, akan Kamimasukkan dia ke dalam
Neraka. Yang demikian itu mudah bagi Allah. Jika kamu
menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang
dilarang mengerjakan- nya, niscaya Kami hapus
kesalahan-kesalahanmu dan akan Kami masukkan kamu
ke tempat yang mulia (Surga)." (QS. An-Nisaa 29-31)
Teringat pada seramnya hukuman bagi para
pelaku bunuh diri.
Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:
"Barangsiapa yang bunuh diri dengan sepotong
besi, maka ia akan memegang potongan besi tersebut dan
akan menusukkan ke perutnya, ia berada di Neraka
Jahannam dan kekal untuk selamanya Dan barangsiapa
yang bunuh diri dengan meminum racun, maka di neraka
Jahannam ia akan meminum racun terus-menerus dan
kekal di Neraka Jahannam untuk selamanya" (Muttafaq
Alaih) Seketika hati ini bergidik ngeri.
Cepat-cepat kita usir pikiran negatif dari kepala.
Lisan mengucapkan istighfar. Hampir saja godaan setan
menjerumuskan kita pada penderitaan yang abadi.

14
Tangisan kita pun semakin kencang. Ingin rasanya
mengadu pada Allah Azza wa Jalla, Dzat Mahaperkasa
yang telah mencipta- kan kita. Namun, langkah ini
tertahan oleh rasa malu. Malu kare- na diri ini telah sekian
lama meninggalkan perintah-Nya. Malah mengakrabi
larangan-larangan-Nya.
Hati ini sungguh rindu untuk mengadu kepada-
Nya. Tetapi, masihkah pintu-Nya terbuka untuk kita?
Adakah taubat kita akan diterima oleh-Nya?

15
Apakah kalian Benci Padaku ?

“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal


saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi
bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu
anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya
akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas
(turut merasakan sakitnya). '

(HR. Bukhari dan Muslim).

16
Dalam kesunyian yang menyakitkan, tanya-tanya
itu seringkali menghantuiku. Mengapa hidup harus
begini? Mengapa aku harus menjalani segala penderitaan
ini? Apakah aku tidak layak mendapatkan kebahagiaan
seperti orang lain? Pertanyaan-pertanyaan itu terus
menghantui, memenuhi ruang hatiku dengan kegelapan
dan keputusasaan.
Kehidupanku terasa begitu berat. Setiap hari, aku
harus menghadapi masalah dan kesulitan yang tampaknya
tidak ada ujungnya. Kecewa adalah sahabat karibku, dan
perasaan hampa sering kali menyergap hatiku di tengah
malam yang sunyi.
Aku tidak pernah merasa memiliki tempat untuk
bersembunyi atau orang yang bisa aku percayai
sepenuhnya. Ketika aku berusaha membuka hatiku pada
orangtua, aku hanya diberikan pandangan sinis dan
celaan. Mereka tidak pernah memahami betapa dalamnya
rasa kecewa dan kesepian yang kurasakan.
"Beginilah hidup," kata mereka. "Engkau harus
belajar menerima segala sesuatu dengan lapang dada."
Namun, bagaimana mungkin aku menerima
ketidakadilan ini? Mengapa aku harus menjadi korban
dari kejamnya takdir? Pertanyaan-pertanyaan ini terus
berputar di kepala, mengoyak-oyak hatiku yang rapuh.
Aku merindukan seseorang yang bisa aku percayai
sepenuhnya. Seseorang yang mengerti dan mau
mendengarkan keluh kesahku. Namun, terkadang aku
merasa bahwa aku sendirian di dunia ini. Tidak ada yang
mau atau mampu memahami penderitaanku.

17
Aku mencoba menceritakan perasaanku pada
sahabat-sahabatku, namun sepertinya mereka juga
memiliki masalah mereka sendiri. Mereka sibuk dengan
urusan dan kehidupan mereka sendiri. Aku tidak ingin
menambah beban mereka dengan masalahku.
Jadi, aku hanya bisa merenung sendiri di malam
yang sunyi. Aku menangis dalam kesunyian, meratap atas
nasibku yang tidak adil. Rindu pada kehidupan yang lebih
baik dan bebas dari segala penderitaan.
Namun, di tengah kegelapan itu, aku teringat pada
satu nama: Allah, Ar-Rahman dan Ar-Rahim, Sang
Pemurah dan Maha Penyayang. Meskipun aku merasa
terluka dan terpinggirkan, Allah selalu dekat dengan
hamba-Nya yang mencari-Nya dengan tulus.
Dalam keheningan malam, aku mengangkat
tanganku, memohon pada-Nya untuk menghilangkan
beban yang kurasakan dan memberiku petunjuk di tengah
kegelapan yang melingkupiku. Aku memohon agar Allah
mengampuni dosa-dosaku dan memberiku kekuatan
untuk melanjutkan perjalanan hidupku.
Dan tiba-tiba, aku merasakan kehangatan dan
cahaya yang memenuhi hatiku yang hampa. Aku merasa
bahwa Allah selalu bersamaku, menguatkan dan
memberiku harapan di tengah kesedihan.
Bukankah Allah berfirman, "Dan Kami lebih
dekat kepadanya (manusia) daripada urat lehernya" (QS.
Qaf: 16)? Ini adalah janji-Nya, bahwa Dia selalu dekat
dengan hamba-Nya yang mencari-Nya dengan tulus.

18
Dalam kesendirianku, aku merasakan kehadiran-
Nya yang begitu nyata. Aku menyadari bahwa Allah
adalah Sahabat sejati yang tidak pernah meninggalkanku.
Bahkan saat semua orang telah berpaling, Dia tetap setia
menemani langkah-langkahku.
Dengan rasa percaya yang tumbuh dalam hatiku,
aku mulai melangkah maju. Meskipun tantangan masih
menghadang, aku yakin bahwa Allah telah menyiapkan
jalan keluar untukku. Dia akan membimbingku melalui
setiap kesulitan dan menjadikan ujianku sebagai sarana
untuk memperkuat iman dan ketabahan.
Jadi, sahabat, meskipun kadang-kadang hidup
terasa begitu berat dan kejam, jangan pernah berputus asa.
Percayalah bahwa Allah selalu bersamamu, siap
menuntunmu melewati setiap badai yang menghadang.
Hanya dengan berserah pada-Nya dengan tulus, kita akan
mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan yang hakiki
dari-Nya.
Apakah Kalian Benci Padaku?Aku tidak lagi
merasa sendiri. Kini aku tahu bahwa Allah selalu
bersamaku, menguatkan dan memberiku harapan di
tengah kesedihan.
Namun, meskipun aku merasa dekat dengan
Allah, masih ada kekosongan di dalam hatiku. Masih ada
kerinduan akan hubungan yang nyata dan mendalam
dengan sesama manusia. Aku masih merindukan
seseorang yang bisa aku percayai sepenuhnya, seseorang
yang mengerti dan mau mendengarkan keluh kesahku
tanpa menghakimi.

19
Maka, dengan tekad yang baru, aku memutuskan
untuk mencari jawabannya. Aku menyadari bahwa
mungkin ada seseorang di luar sana yang juga merasa
terpinggirkan, yang juga merindukan teman sejati untuk
berbagi beban hidup. Aku tidak sendirian dalam
perjuangan ini, dan mungkin dengan berbagi pengalaman
dan dukungan, kita bisa menemukan kekuatan bersama
untuk melangkah maju.
Aku mulai membuka diri pada orang-orang di
sekitarku, mencari hubungan yang lebih dalam dan
bermakna. Aku mendengarkan cerita mereka dengan
penuh perhatian, dan mereka pun mendengarkan keluh
kesahku tanpa menghakimi. Kami saling mendukung dan
menguatkan, membentuk ikatan yang kokoh di antara
kita.
Ternyata, dengan berbagi, beban hidup terasa
lebih ringan. Meskipun tantangan masih ada di depan, aku
merasa lebih siap untuk menghadapinya. Aku tidak lagi
merasa sendirian, karena sekarang aku memiliki sahabat-
sahabat yang selalu ada untukku.
Dan dengan adanya cahaya dan harapan yang kini
memenuhi hatiku, aku menyadari bahwa Allah telah
memberiku anugerah yang besar. Dia tidak hanya
memberiku kekuatan untuk melanjutkan perjalanan
hidupku, tetapi juga memberiku sahabat-sahabat yang
akan menemani langkahku di sepanjang jalan.
Jadi, apakah kalian benci padaku? Tidak masalah,
karena aku tahu bahwa aku tidak sendirian. Aku memiliki
Allah yang selalu bersamaku, dan aku memiliki sahabat-
sahabat yang selalu mendukungku. Dengan kekuatan ini,
aku yakin bahwa aku bisa menghadapi segala tantangan

20
yang datang, dan bahwa aku akan mampu mencapai
kebahagiaan yang sejati.

“Tidak pernah ada malam yang begitu gelap,


tidak pernah ada kesedihan yang begitu
dalam, yang tidak bisa diterangi oleh
cahaya iman dan harapan”

21
Menemukan Cahaya dalam
Ujian Hidup

"Dan barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia


akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan Dia
memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-
sangkanya." [ At-Talaq :2-3]

22
Pada titik terendah dalam hidup ini, ketika kekecewaan
dan putus asa telah menguasai hati, kita merasa terjebak dalam
pusaran gelap yang tak berujung. Rasanya seperti tak ada harapan
lagi, tak ada jalan keluar dari segala masalah yang melingkupi.

Namun, dalam kegelapan itu, terbersit cahaya kecil dari


iman yang tersisa di hati. Allah SWT yang Maha Penyayang dan
Maha Pengasih selalu ada, menunggu kita untuk kembali
kepadanya. Terlepas dari segala kesalahan yang kita perbuat,
pintu taubatnya selalu terbuka lebar bagi hamba yang kembali
kepadanya dengan tulus.

Tidak ada beban yang terlalu berat bagi-Nya untuk


mengangkatnya. Dan tidak ada kesulitan yang terlalu besar bagi-
Nya untuk menyelesaikannya. Firman Allah SWT dalam Al-
Quran, Surah At-Talaq ayat 2-3 mengingatkan kita, "Dan barang
siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan keluar. Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang
tiada disangka-sangkanya."

Dalam keheningan malam, kita merenungkan kembali


makna hidup dan hakikat keberadaan kita di dunia ini. Allah SWT
menciptakan kita bukan untuk disesali, tapi untuk diuji. Setiap
cobaan yang kita hadapi adalah bagian dari rencananya yang
sempurna. Firman Allah SWT dalam Al-Quran, Surah Al-
Baqarah ayat 155-156 menyatakan, "Dan sungguh, Kami akan
menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan
harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira
kepada orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila
23
ditimpa musibah, mereka mengucapkan: 'Inna lillahi wa inna
ilaihi raaji'uun.'"

Maka, berhentilah bertanya-tanya mengapa takdir Allah


SWT menjadikan kita menghadapi kehidupan yang berat.
Sebaliknya, lihatlah setiap ujian sebagai kesempatan untuk
memperkuat iman dan keteguhan hati kita. Ketika semua pintu
tampak tertutup, ingatlah bahwa Allah SWT adalah Al-Fattah,
Sang Pembuka jalan. Firmannya dalam Al-Quran, Surah Az-
Zumar ayat 53 menyatakan, "Katakanlah: 'Hai hamba-hamba-Ku
yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah
kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dia-lah Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.'"

Sahabat, di saat-saat paling gelap dalam hidupmu,


ingatlah bahwa kamu tidak sendirian. Allah SWT selalu
bersamamu, menuntunmu melewati setiap ujian dan kesulitan.
Dengan iman dan keteguhan hati, kamu akan mampu menghadapi
segala cobaan dengan penuh keberanian dan kepercayaan pada
keadilan-Nya. Dan ingatlah, di balik setiap ujian ada hikmah yang
tersembunyi, dan setiap kesabaran akan membuahkan hasil yang
indah. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kekuatan dan
keberkahan dalam setiap langkah hidupmu. Aamin.

Dalam perjalanan hidup ini, kita seringkali diuji dengan


berbagai cobaan yang menimbulkan rasa keputusasaan dan
kebingungan. Namun, penting bagi kita untuk mengingat bahwa
di tengah-tengah kegelapan, selalu ada cahaya harapan yang
bersinar. Allah SWT tidak pernah meninggalkan hamba-Nya
sendirian dalam menghadapi ujian. Sebaliknya, Dia selalu siap
24
membantu kita melewati setiap kesulitan dengan penuh kasih
sayang dan rahmat-Nya.

Dalam setiap ujian yang kita hadapi, kita juga diajarkan


untuk memperkuat iman dan keteguhan hati. Firman Allah SWT
dalam Al-Quran mengingatkan kita bahwa Dia tidak akan
memberikan cobaan melebihi batas kemampuan kita. Sebaliknya,
setiap coba
Dalam setiap ujian yang kita hadapi, kita juga diajarkan
untuk memperkuat iman dan keteguhan hati. Firman Allah SWT
dalam Al-Quran mengingatkan kita bahwa Dia tidak akan
memberikan cobaan melebihi batas kemampuan kita. Sebaliknya,
setiap cobaan adalah kesempatan bagi kita untuk tumbuh dan
berkembang, baik secara spiritual maupun mental. Oleh karena
itu, penting bagi kita untuk menjadikan setiap ujian sebagai
peluang untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan
meningkatkan kualitas iman kita.

Selain itu, dalam kegelapan dan kesulitan, kita juga


diajarkan untuk bersabar dan tetap menjaga hubungan baik
dengan Allah SWT melalui doa dan ibadah. Doa adalah senjata
bagi orang beriman, dan dengan berdoa kita dapat memohon
bantuan dan perlindungan-Nya dalam menghadapi setiap cobaan.
Firman Allah SWT dalam Al-Quran menyatakan bahwa
"Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati akan menjadi
tenteram." Oleh karena itu, di tengah kegelapan, jangan pernah
lupakan kekuatan doa sebagai sumber kekuatan dan ketenangan.

Selain bersabar dan berdoa, kita juga diajarkan untuk


mencari hikmah di balik setiap ujian yang kita hadapi. Terkadang,
25
Allah SWT menguji kita dengan cobaan demi mengajarkan kita
suatu pelajaran yang berharga atau untuk membersihkan dosa-
dosa kita. Dengan memahami hikmah di balik setiap ujian, kita
dapat mengubah pandangan kita terhadap kesulitan menjadi
kesempatan untuk bertumbuh dan belajar menjadi pribadi yang
lebih baik.

Dalam proses menghadapi ujian dan kesulitan, kita juga


diajarkan untuk memperluas pandangan kita dan memahami
bahwa hidup ini penuh dengan liku-liku yang tak terduga.
Meskipun terkadang sulit dipahami, setiap cobaan memiliki
tujuan dan akhir yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Oleh
karena itu, penting bagi kita untuk tetap percaya dan berserah diri
kepada-Nya, karena Dia adalah Sang Maha Mengetahui yang
selalu mengatur segala sesuatu dengan sebaik-baiknya.

Dengan menjalani setiap ujian dan kesulitan dengan


penuh iman, keteguhan hati, doa, dan pemahaman akan hikmah
di baliknya, kita dapat melewati setiap tantangan dengan
keberanian dan kepercayaan pada Allah SWT. Meskipun
terkadang gelap dan sulit, kita harus ingat bahwa setiap malam
akan diikuti oleh pagi yang cerah. Allah SWT adalah sumber
cahaya dan harapan yang tak pernah padam, siap menuntun kita
melewati setiap kegelapan menuju kehidupan yang lebih baik dan
penuh berkah.

26
BAB II
SYUKUR ATAS NIKMAT KEHIDUPAN

“Sesungguhnya jika kalian bersyukur (atas nikmat-Ku),


pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian; dan
jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya
azab-Ku sangatlah pedih.” [ QS Ibrahim:7 ]

27
Syukur adalah ungkapan rasa terima kasih dan pengakuan atas
segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah atau Tuhan Yang
Maha Esa. Dalam agama Islam, syukur sangat ditekankan sebagai
bentuk ibadah dan kesadaran akan kebesaran Allah. Syukur juga
dianggap sebagai kunci kebahagiaan dan kesuksesan dalam
hidup, karena dengan bersyukur seseorang dapat memperoleh
kepuasan dan rasa bahagia yang mendalam atas segala nikmat
yang diberikan. Dalam kehidupan sehari-hari, bersyukur dapat
ditunjukkan dengan mengucapkan kata-kata terima kasih, berdoa,
atau menggunakan nikmat yang diberikan dengan sebaik-
baiknya.
Menjadi kaya dengan syukur adalah sebuah konsep yang
mengajarkan bahwa rasa syukur yang tulus dapat membawa
kekayaan, baik itu dalam bentuk materi atau non-materi. Berikut
ini adalah beberapa hal yang dapat membantu seseorang menjadi
kaya dengan syukur:

1. Menghargai apa yang dimiliki

Sebuah sikap syukur yang tulus adalah ketika seseorang


mampu menghargai apa yang dimilikinya saat ini, baik itu
dalam bentuk materi maupun non-materi. Dengan
menghargai apa yang dimiliki, seseorang akan merasa
lebih kaya dan merasa lebih bahagia dengan keadaannya.

2. Memanfaatkan apa yang dimiliki dengan baik

Seorang yang bersyukur akan memanfaatkan segala


sesuatunya dengan sebaik-baiknya. Hal ini akan
membawa manfaat baik untuk dirinya maupun orang lain
dan membantu seseorang mencapai kesuksesan dalam
hidup.

28
3. Tidak mengeluh dan terus berusaha

Orang yang bersyukur tidak akan terus-menerus


mengeluh atau meratapi nasibnya. Sebaliknya, ia akan
terus berusaha mencapai apa yang diinginkannya dengan
penuh semangat dan tekad yang kuat.

4. Menjalin hubungan yang baik dengan orang lain

Seorang yang bersyukur akan menjalin hubungan yang


baik dengan orang lain dan memberikan kontribusi positif
bagi lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat membuka
peluang baru dan membantu seseorang mencapai
kesuksesan dalam hidup.
Dengan menerapkan konsep menjadi kaya dengan syukur,
seseorang dapat membangun sikap yang positif dan optimis
dalam hidupnya. Dengan bersyukur atas apa yang telah diberikan
dan memanfaatkannya dengan baik, seseorang dapat mencapai
kesuksesan dan kebahagiaan dalam hidupnya.
Keutamaan bersyukur sangat penting dalam kehidupan manusia,
baik secara agama maupun sosial-psikologis. Berikut ini
beberapa keutamaan bersyukur:

1. Meningkatkan keimanan: Bersyukur merupakan bentuk


pengakuan bahwa segala nikmat yang kita terima berasal
dari Allah SWT. Dengan bersyukur, seseorang akan
semakin merasa dekat dengan Allah dan meningkatkan
keimanan.
2. Mengurangi rasa tidak puas: Ketika seseorang selalu
merasa kurang dan tidak pernah merasa cukup, ia akan
mudah merasa tidak puas dengan hidupnya. Namun,
dengan bersyukur atas apa yang telah diberikan,

29
seseorang akan merasa lebih puas dan bahagia dengan
keadaannya.
3. Meningkatkan kesehatan mental: Menurut penelitian,
orang yang bersyukur cenderung lebih bahagia dan
optimis dalam hidupnya, sehingga dapat mengurangi stres
dan meningkatkan kesehatan mental.
4. Meningkatkan kesehatan fisik: Bersyukur juga dapat
mempengaruhi kesehatan fisik seseorang. Orang yang
bersyukur cenderung lebih sehat karena mereka memiliki
pola pikir yang positif dan lebih mudah menerima
perubahan.
5. Menumbuhkan rasa empati dan kepedulian: Orang yang
bersyukur cenderung lebih peka terhadap kebutuhan
orang lain dan memiliki rasa empati yang lebih tinggi. Hal
ini dapat meningkatkan kepedulian terhadap sesama dan
membantu menciptakan lingkungan yang lebih baik.
6. Meningkatkan kualitas hubungan sosial: Orang yang
bersyukur cenderung lebih disukai dan dihormati oleh
orang lain karena mereka memiliki sikap yang positif dan
optimis. Hal ini dapat meningkatkan kualitas hubungan
sosial dan membantu menciptakan lingkungan yang lebih
harmonis dan bahagia.

Dengan demikian, bersyukur merupakan hal yang sangat penting


dan memiliki banyak keutamaan baik bagi kehidupan agama
maupun sosial-psikologis.

30
Eksplorasi Kekuatan Rasa Syukur dalam
Perjalanan Hidup"

Namun tidak akan terjadi demikian kecuali pada seorang


mu'min sejati. Jika ia mendapat kesenangan, ia
bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia tertimpa
kesusahan, ia bersabar, dan itu baik baginya”

[H.R. Muslim no.7692]

31
Di saat-saat gelap itu, di mana kekecewaan terasa begitu
besar, terkadang sulit untuk melihat cahaya di ujung terowongan.
Terasa seolah-olah segala yang dihadapi adalah beban yang
terlalu berat untuk ditanggung. Hati ini sering kali terhimpit oleh
rasa putus asa dan kebingungan.
Mengapa hidup harus begitu sulit? Mengapa terasa
seolah-olah takdir telah memilih jalanan yang penuh dengan duri
dan rintangan? Pertanyaan-pertanyaan itu terus menghantui
pikiran, dan terkadang membuat langkah terasa begitu berat.
Namun, di tengah kegelapan itu, masih ada satu cahaya yang tetap
bersinar. Cahaya itu adalah rasa syukur. Meskipun terkadang
terasa begitu sulit untuk menemukannya, namun rasa syukur
adalah kunci yang bisa membuka pintu hati yang terkunci rapat
oleh kekecewaan.
Mungkin kita belum menyadari, namun setiap detik yang
kita jalani adalah an ugerah. Anugerah yang harus disyukuri,
meskipun terkadang datang dalam bentuk yang tak terduga dan
sulit. Setiap tantangan yang dihadapi adalah kesempatan untuk
bertumbuh dan belajar, meskipun terkadang terasa seperti ujian
yang tak kunjung berakhir.
Bukankah setiap detik adalah kesempatan untuk
merenung dan bersyukur atas segala yang telah diberikan?
Meskipun terkadang terasa sulit untuk menemukan hal-hal yang
patut disyukuri, namun percayalah bahwa di balik setiap kesulitan
pasti ada hikmah yang tersembunyi.
Rasa syukur bukanlah tentang memiliki segalanya dengan
sempurna, namun tentang mensyukuri segala yang telah
diberikan, meskipun terkadang terasa kurang atau tidak cukup.

32
Itulah yang membuat hati menjadi ringan, meskipun beban hidup
terasa begitu berat.
Jadi, di saat-saat kekecewaan melanda, marilah kita selalu
mengingat untuk tetap bersyukur. Bersyukur atas setiap nafas
yang masih bisa dihirup, setiap langkah yang masih bisa dijalani,
dan setiap detik yang masih diberikan untuk kita merasakan
kehidupan ini.
Dalam syukur, kita akan menemukan kekuatan untuk terus
melangkah, meskipun terkadang langit terlihat begitu gelap. Dan
dalam syukur pula, kita akan menemukan kedamaian yang sejati,
meskipun terkadang hati terasa kacau dan gelisah.
Jadi, biarkan rasa syukur mengalir dalam setiap detik
kehidupan kita. Karena dalam syukur, kita akan menemukan
kebahagiaan yang sejati, meskipun terkadang terasa begitu jauh.
Teruslah melangkah, sahabat. Meskipun jalan terasa berliku dan
penuh dengan rintangan, namun percayalah bahwa setiap langkah
membawa kita lebih dekat kepada tujuan yang kita impikan. Dan
setiap perjuangan akan membentuk kita menjadi pribadi yang
lebih kuat dan bijaksana.
Jangan biarkan kekecewaan meruntuhkan semangatmu.
Jadikanlah setiap tantangan sebagai peluang untuk tumbuh dan
berkembang. Dan ingatlah, bahwa di balik setiap kesulitan pasti
ada kemungkinan untuk meraih kesuksesan yang gemilang.
Sekali lagi, mari bersyukur atas segala anugerah yang telah
diberikan. Dan dengan rasa syukur itu, kita akan mampu
mengubah kekecewaan menjadi kekuatan yang membawa kita
menuju kebahagiaan yang sejati.

33
Abu Qilabah, Sahabat Nabi yang Selalu
Bersyukur dan Sabar

“Orang yang terkaya adalah orang yang menerima


pembagian (taqdir) dari Allah dengan senang hati.”

– Ali bin Husein–

34
Abu Qilabah adalah seorang sahabat Nabi yang dikenal
selalu bersyukur. Nama lengkapnya, yaitu Abdullah bin Zaid al-
Jarmi. Beliau termasuk seorang perawi yang banyak
meriwayatkan hadits dari Anas bin Malik. Mengutip dari buku
Kearifan Islam karya Maulana Wahiduddin Khan, Abu Qilabah
berasal dari kota Bashrah dan wafat di Syam pada tahun 104 H.
Ia juga merupakan seorang yang masyhur sebagai ahli ibadah dan
zuhud.

Sosok Abu Qilabah memiliki kepribadian selalu bersyukur


terhadap rahmat Allah dan selalu haus akan ilmu.

Suatu hari, Abu Qilabah pernah ditanya, "Siapakah orang yang


paling kaya?" Kemudian ia menjawab, "Orang yang paling kaya
adalah orang yang bersyukur atas apa yang diberikan Allah
kepadanya."

"Lalu siapakah orang yang paling berilmu?" tanya seseorang itu


lagi.

Abu Qilabah menjawab, "Orang yang selalu meningkatkan


pengetahuannya melalui (pemberian) itu."

Kisah Abu Qilabah yang Selalu Bersyukur dan Sabar


dalam Setiap Keadaan,kisah Abu Qilabah yang selalu bersyukur
dikisahkan dalam buku Rahasia Dahsyat di Balik Kata Syukur
karya Yana Adam, berdasarkan riwayat dari Abdullah bin
Muhammad.

Abdullah bin Muhammad pernah mengatakan, "Suatu


hari, aku pernah berada di daerah perbatasan, wilayah Arish di
negeri Mesir. Aku melihat sebuah kemah kecil yang dari
bentuknya menunjukkan bahwa pemiliknya orang yang sangat
miskin.
35
Lalu, aku pun mendatangi kemah yang berada di padang pasir
tersebut untuk melihat apa yang ada di dalamnya. Aku melihat
ada seorang laki-laki, tetapi bukan laki-laki biasa.

Kondisi laki-laki itu sedang berbaring dengan tangan dan kakinya


yang buntung, telinganya sulit mendengar, matanya buta, dan
tidak ada yang tersisa selain lisannya yang berbicara.

Dari lisannya, orang tersebut mengucapkan, "Ya Allah,


berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmatmu yang telah
Engkau anugerahkan kepadaku. Dan Engkau sangat memuliakan
aku dari ciptaanmu yang lain ” Lantas aku pun menemuinya dan
berkata kepada orang itu, "Wahai saudaraku, nikmat Allah mana
yang engkau syukuri?" Sang laki-laki pemilik kemah menjawab,
"Wahai saudara, diamlah. Demi Allah, seandainya Allah
datangkan lautan, niscaya laut tersebut akan menenggelamkanku
atau gunung apa yang pasti aku akan terbakar atau dijatuhkan
langit kepadaku yang pasti akan meremukkanku. Aku tidak akan
mengatakan apapun kecuali rasa syukur."

Aku kembali bertanya, "Bersyukur atas apa?"


Laki-laki pemilik kemah menjawab lagi, "Tidakkah engkau
melihat Dia telah menganugerahkan aku lisan yang senantiasa
berdzikir dan bersyukur. Di samping itu, aku juga memiliki anak
yang waktu sholat ia selalu menuntunku untuk ke masjid dan ia
pula yang menyuapiku. Namun, sejak tiga hari ini dia tidak
pulang kemari. Bisakah engkau tolong carikan dia?"

Aku pun menyanggupi permohonannya dan pergi untuk


mencari anaknya. Setelah beberapa saat mencari, aku mendapati
jenazah yang sedang dikerubungi oleh singa. Ternyata, anak laki-
laki tersebut telah diterkam oleh kumpulan singa.

36
Mengetahui tragedi itu, aku pun bingung bagaimana cara
mengatakan kepada laki-laki pemilik kemah itu. Aku lalu kembali
dan berkata kepadanya untuk menghiburnya. "Wahai saudaraku,
sudahkah engkau mendengar kisah tentang Nabi Ayyub?" Lelaki
itu menjawab, "Iya, aku tahu kisahnya."Kemudian aku bertanya
lagi, "Sesungguhnya Allah telah memberinya cobaan dalam
urusan hartanya. Bagaimana keadaannya dalam menghadapi
musibah itu?"

Ia menjawab, "Ia menghadapinya dengan sabar." Aku


bertanya kembali, "Wahai saudaraku, Allah telah menguji Ayub
dengan kefakiran. Bagaimana keadaannya?" lagi-lagi ia
menjawab, "Ia bersabar." Aku kembali memberi pertanyaan, "Ia
pun diuji dengan tewasnya semua anak-anaknya, bagaimana
keadaannya?"

Ia menjawab, "Ia tetap bersabar." Aku kembali bertanya yang


terakhir kali, "Ia juga diuji dengan penyakit di badannya,
bagaimana keadaannya?"

Ia menjawab dan balik bertanya, "Ia tetap bersabar.


Sekarang katakan padaku dimana anakku?" lalu aku berkata,
"Sesungguhnya putramu telah aku temukan di antara gundukan
pasir dalam keadaan telah diterkam dan dimakan oleh binatang
buas. Semoga Allah melipatgandakan pahala bagimu dan
menyabarkan engkau."

Selanjutnya, laki-laki pemilik kemah itu berkata, "Alhamdulillah,


yang Dia tidak meninggalkan keturunan bagiku yang bermaksiat
kepada Allah sehingga ia di azab di neraka." Kemudian ia
menarik napas panjang lalu meninggal dunia. aku pun
membaringkannya di tangan, kututupi dengan jubahku, dan
meminta bantuan kepada empat orang laki-laki yang lewat
mengendarai kuda untuk mengurus jenazahnya.
37
Keempat laki-laki tersebut ternyata mengenali jenazah yang
tinggal di kemah kecil, mereka berkata, "Ini adalah Abu Qilabah,
sahabat dari Ibnu Abbas. Laki-laki ini pernah dimintai oleh
khalifah untuk menjadi seorang hakim. Namun, ia menolak
jabatan tersebut." Dikatakan dalam riwayat lain, Abu Qilabah
merupakan sahabat terakhir Rasulullah SAW terakhir pada masa
itu sehingga khalifah ingin menjadikannya seorang hakim. Itu
merupakan jabatan yang mulia, tetapi Abu Qilabah menolaknya
dan pergi ke wilayah Mesir hingga wafat dalam keadaan seperti
ini.

Demikianlah kisah Abu Qilabah, sahabat nabi yang senantiasa


selalu bersyukur dan bersabar. Semoga, sifat mulianya tersebut
dapat diteladani oleh umat muslim. Belajar dari sosok sahabat
nabi Abu Qilabah, detikers juga bisa tantang diri kamu untuk
mengucap rasa syukur hari ini .

38
BAB III
Optimisme dan Harapan

39
Firman Allah SWT dalam Al-Quran, Surah Al-Baqarah
ayat 155-156, mengingatkan kita tentang realitas ujian hidup yang
selalu menghadirkan ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa, dan buah-buahan. Namun, di tengah-tengah ujian tersebut,
Allah juga memberikan berita gembira kepada orang-orang yang
sabar. Mereka yang, ketika ditimpa musibah, mengucapkan,
"Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami
akan kembali."
Setiap insan menjalani perjalanan hidupnya dengan
berbagai ujian dan cobaan yang berbeda-beda. Ujian itu bisa
datang dalam bentuk kehilangan pekerjaan, kesehatan yang
terganggu, kehilangan orang yang dicintai, atau ujian dalam
menjaga iman dan keimanan di tengah godaan dan tantangan
dunia yang semakin kompleks. Tidak ada yang terkecuali dari
ujian, karena itulah fitrah hidup manusia.
Namun, di tengah segala rintangan dan kesulitan itu,
terdapat cahaya yang senantiasa menyinari jalan kita. Cahaya itu
adalah harapan dan optimisme. Tanpa harapan, manusia akan
terpuruk dalam keputusasaan dan tidak akan mampu melangkah
maju. Tanpa optimisme, manusia akan terperangkap dalam siklus
negatif yang menghambat pertumbuhan dan perkembangannya.
Harapan adalah pilar yang membangun semangat
manusia. Ia adalah keyakinan bahwa di balik setiap ujian ada
hikmah dan kebaikan yang menanti. Bahkan dalam kegelapan
terdalam sekalipun, harapan adalah sinar yang menerangi jalan
kita. Harapan adalah kekuatan yang mendorong kita untuk tetap
bertahan dan berjuang meskipun segala sesuatu terasa berat.

40
Optimisme, di sisi lain, adalah sikap mental yang melihat
segala sesuatu dengan pandangan yang positif. Ini bukan berarti
mengabaikan realitas atau menutup mata terhadap masalah yang
ada. Sebaliknya, optimisme adalah kemampuan untuk melihat
peluang di tengah tantangan, untuk mencari solusi di tengah
kesulitan, dan untuk percaya bahwa segala sesuatu akan berakhir
baik.
Dalam menghadapi ujian hidup, membangun harapan dan
optimisme bukanlah hal yang mudah. Diperlukan kekuatan dan
keteguhan hati untuk tetap percaya bahwa setiap ujian memiliki
akhir yang baik. Namun, ada beberapa langkah yang dapat
dilakukan untuk membina harapan dan optimisme dalam diri kita:
1. Bersyukur atas segala hal: Bersyukur adalah kunci
untuk membuka pintu harapan dan optimisme. Dengan
bersyukur, kita melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang
positif dan menghargai setiap anugerah yang telah diberikan
Allah SWT.
2. Berpegang pada iman dan keyakinan: Iman adalah
pondasi yang kokoh dalam menghadapi ujian hidup. Dengan
memperkuat iman dan keyakinan kita kepada Allah SWT, kita
akan merasa lebih tenang dan yakin bahwa Allah selalu bersama
kita dalam setiap langkah.
3. Membangun mental yang kuat: Mental yang kuat akan
membantu kita menghadapi segala rintangan dan tantangan
dengan lebih baik. Ini melibatkan pembentukan pola pikir yang
positif, peningkatan ketahanan emosional, dan kemampuan untuk
mengelola stres dengan baik.
4. Menyebarkan kebaikan: Memberikan dan menerima
kasih sayang serta melakukan perbuatan baik akan memperkuat
rasa optimisme dan harapan dalam diri kita. Ketika kita

41
memberikan kebaikan kepada orang lain, kita juga akan
merasakan kebahagiaan dan kepuasan yang mendalam.

5. Belajar dari pengalaman: Setiap ujian hidup adalah


pelajaran berharga yang dapat membentuk kita menjadi pribadi
yang lebih kuat dan bijaksana. Dari setiap kesalahan dan
kegagalan, kita dapat belajar untuk menjadi lebih baik dan lebih
tangguh dalam menghadapi masa depan.
Dengan membina harapan dan optimisme dalam diri, kita
akan mampu menghadapi setiap ujian hidup dengan lebih tabah
dan tegar. Kita akan menjadi manusia yang tidak mudah
terpengaruh oleh keadaan dan tetap percaya bahwa di balik setiap
kesulitan, pasti ada kemudahan yang menanti. Semoga kita semua
dapat menjadi insan yang penuh harapan dan optimisme, dan
mampu menginspirasi orang lain untuk tetap bertahan dalam
menghadapi segala ujian hidup.

42
Menguatkan Semangat di Tengah
Rintangan

"Setiap rintangan adalah ujian yang


membentuk kekuatan semangat kita,
mempersiapkan kita untuk melewati
tantangan yang lebih besar."

43
Dalam setiap langkah hidup yang kita ambil, baik besar
maupun kecil, tidak terlepas dari hadirnya rintangan. Rintangan
itu seperti bayangan yang selalu mengikuti, hadir di setiap
tikungan, di setiap puncak dan lembah yang kita lalui. Terkadang,
rintangan datang dengan wajah yang mengintimidasi,
mengancam untuk meruntuhkan semangat kita. Namun, di tengah
gemuruh tantangan itu, kita diberi pilihan: kita bisa tenggelam
dalam keputusasaan, atau kita bisa berdiri teguh dan
menghadapinya dengan semangat yang membara.
Semangat bukanlah sekadar nyala lilin yang padam begitu
saja oleh tiupan angin. Ia adalah bara yang terus menyala, bahkan
di tengah badai terbesar sekalipun. Memelihara semangat itu
seperti merawat taman bunga yang indah; membutuhkan
perawatan terus-menerus agar tetap berbunga. Namun, ketika kita
berhasil menjaganya, buah dari semangat itu tak hanya kita
nikmati sendiri, tetapi juga memberi warna pada kehidupan
orang-orang di sekitar kita.
Pertama-tama, kita perlu belajar untuk memahami bahwa
rintangan bukanlah musuh, tetapi peluang yang tersamar dalam
serbuan kesulitan. Menerima rintangan dengan hati terbuka
membuka pintu untuk pertumbuhan dan pembelajaran yang tak
terduga. Setiap batu sandungan adalah pelajaran berharga yang
membentuk kita menjadi pribadi yang lebih kuat dan bijaksana.
Dengan melihat rintangan sebagai jalan untuk tumbuh, kita dapat
memperoleh kekuatan yang tak terduga di dalam diri kita.
Selanjutnya, kita perlu memperkuat pondasi semangat
kita dengan tujuan yang jelas dan bermakna. Tujuan adalah
bintang yang mengarahkan kapal kita di tengah lautan badai.
Mereka memberi kita fokus, memotivasi kita untuk terus maju
meskipun arus yang kuat mencoba untuk menghempaskan kita.

44
Dengan memiliki tujuan yang kuat, kita memiliki alasan yang
lebih besar untuk bangkit kembali setiap kali kita jatuh.
Namun, di saat kita merasa lelah dan terpuruk, dukungan
dari orang-orang terdekat menjadi penting. Mereka adalah tangan
yang siap menarik kita saat kita terjerembab dalam keputusasaan.
Teman yang menghibur, keluarga yang memberi kasih sayang,
dan mentor yang memberi arahan adalah anugerah yang tak
ternilai harganya. Mereka adalah penguat semangat kita,
membangkitkan api di dalam jiwa kita ketika semangat kita mulai
pudar.
Tetapi, di antara semua hal itu, ketekunan dan kesabaran
tetap menjadi inti dari semangat yang sejati. Ketekunan adalah
pendorong yang menggerakkan kita maju, bahkan saat kakimu
terasa lelah dan langkahmu ragu. Dan kesabaran adalah pelipur
lara yang menenangkan jiwa kita di tengah badai yang
mengganas. Bersama-sama, mereka membentuk dasar yang
kokoh di mana semangat kita berdiri tegak, tak tergoyahkan oleh
angin ribut atau ombak yang ganas.
Terakhir, tetaplah percaya pada diri sendiri dan pada
kekuatan yang ada di dalam dirimu. Percayalah bahwa setiap
rintangan dapat diatasi, bahwa setiap badai akan berlalu, dan
bahwa setiap impian dapat menjadi kenyataan. Karena keyakinan
adalah kunci yang membuka pintu menuju kesuksesan. Dengan
keyakinan yang kokoh, kita dapat melampaui setiap rintangan
dengan semangat yang tak tergoyahkan.
Dalam perjalanan hidup ini, rintangan mungkin akan
selalu menghadang. Namun, dengan menjaga semangat yang
membara dan tidak pernah berhenti berusaha, kita akan mampu
melewati setiap rintangan dengan kepala tegak dan hati yang
penuh kepercayaan. Jadi, biarkan semangat kita terus menyala,
menerangi setiap langkah kita di jalan menuju kesuksesan dan
kebahagiaan yang hakiki.
45
"Mencari Cahaya: Perjalanan Spiritual
di Tengah Kegelapan Hidup"

"Mencari cahaya di tengah kegelapan


hidup adalah langkah pertama menuju
keselamatan jiwa dan kebahagiaan sejati."

46
Dalam kehidupan yang penuh dengan perubahan dan
ketidakpastian, seringkali kita mendapati diri kita terjebak dalam
kegelapan yang menghampiri. Rasa takut dan kebingungan dapat
menyelimuti pikiran kita, membuat langkah kita terasa ragu dan
terhenti di tempat. Namun, di tengah segala kegelapan itu, ada
cahaya yang tetap bersinar. Cahaya itu adalah harapan,
keberanian, dan kepercayaan bahwa di balik setiap kegelapan,
pasti ada cahaya yang menyinari jalan kita.
Saat malam tiba dan langit mulai menggelap, terkadang
kita merasa seperti terperangkap dalam dunia yang sunyi dan
gelap. Namun, di balik kegelapan itu, terdapat keindahan yang tak
terbantahkan. Bintang-bintang yang bersinar di langit malam
mengingatkan kita bahwa bahkan di tengah kegelapan, masih ada
keindahan yang menakjubkan yang bisa kita temukan.
Mencari cahaya di tengah kegelapan bukanlah tugas yang
mudah. Dibutuhkan keberanian, ketekunan, dan tekad yang kuat
untuk terus maju meskipun dihadapkan pada tantangan yang sulit.
Terkadang, langkah kita terasa ragu dan terhenti di tempat,
terjebak dalam kebingungan dan ketidakpastian. Namun, ingatlah
bahwa setiap langkah kecil yang kita ambil menuju cahaya adalah
langkah yang berarti. Meskipun terkadang terasa seperti
melangkah di dalam gelap, percayalah bahwa setiap langkah
membawa kita lebih dekat kepada cahaya yang kita cari.
Ketika kita merasa putus asa dan hampir menyerah,
ingatlah bahwa kegelapan tidak akan berlangsung selamanya.
Setiap malam pasti akan diikuti oleh pagi yang cerah. Percayalah
bahwa di ujung kegelapan itu, ada cahaya yang menanti untuk
menyinari jalan kita. Itulah yang membuat kita tetap bersemangat
dan terus berjuang, meskipun dihadapkan pada rintangan yang
sulit.

47
Dalam perjalanan mencari cahaya, jangan ragu untuk
mencari bantuan dan dukungan dari orang-orang terdekat.
Teman, keluarga, dan orang-orang yang peduli akan menjadi
sumber kekuatan dan inspirasi dalam perjalanan kita. Mereka
akan membantu kita melewati masa-masa sulit dan mengingatkan
kita bahwa kita tidak sendirian dalam mencari cahaya di tengah
kegelapan.
Dan pada akhirnya, ketika kita berhasil menemukan
cahaya di tengah kegelapan, jangan lupa untuk bersyukur.
Bersyukurlah atas setiap pengalaman yang telah membentuk kita
menjadi pribadi yang lebih kuat dan bijaksana. Bersyukurlah atas
setiap tantangan yang telah kita hadapi, karena tanpa tantangan
itu, kita tidak akan pernah tumbuh dan berkembang menjadi versi
terbaik dari diri kita sendiri.
Jadi, biarkanlah cahaya itu menjadi pemandu dalam setiap
langkah kita. Teruslah mencari cahaya di tengah kegelapan,
karena di situlah kita akan menemukan makna se emukan cahaya
di tengah kegelapan, kita akan merasa bangga dan bersyukur atas
perjalanan yang telah kita lalui.
Dalam perjalanan mencari cahaya, kita juga akan belajar
untuk menjadi lebih sabar dan tangguh. Kegelapan mengajarkan
kita kesabaran dalam menunggu saat yang tepat, serta
ketangguhan dalam menghadapi setiap rintangan yang datang.
Terkadang, proses mencari cahaya membutuhkan waktu yang
lama dan penuh dengan ujian. Namun, dengan ketabahan dan
keberanian, kita akan mampu melaluinya dengan tegar.
Selain itu, mencari cahaya di tengah kegelapan juga
membutuhkan ketajaman dalam melihat peluang dan
kemungkinan. Kita perlu memperhatikan tanda-tanda kecil yang
muncul di sekitar kita, serta tetap waspada terhadap potensi-
potensi yang mungkin terbuka di masa depan. Dengan memiliki

48
pandangan yang tajam, kita akan lebih mudah mengarahkan
langkah kita menuju cahaya yang kita cari.
Namun, dalam proses mencari cahaya, kita juga perlu
belajar untuk menerima kenyataan bahwa terkadang cahaya itu
tidak selalu tampak jelas. Ada saat-saat di mana kita mungkin
merasa kebingungan dan terombang-ambing di tengah kegelapan.
Namun, justru di saat-saat seperti itulah kita perlu memperkuat
keyakinan dan kepercayaan diri kita bahwa cahaya itu pasti ada,
meskipun tersembunyi di balik awan yang tebal.
Dalam hal ini, penting untuk terus mengasah kepekaan
dan intuisi kita terhadap petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh
kehidupan. Terkadang, jawaban-jawaban yang kita cari muncul
dalam bentuk yang tak terduga, melalui orang-orang yang kita
temui atau pengalaman-pengalaman yang kita alami. Oleh karena
itu, kita perlu belajar untuk membuka diri dan menerima segala
bentuk cahaya yang datang kepada kita.
Pada akhirnya, perjalanan mencari cahaya di tengah
kegelapan adalah perjalanan spiritual yang mendalam. Ini adalah
perjalanan untuk menemukan makna sejati dari kehidupan, serta
untuk menyelami kedalaman jiwa kita sendiri. Dalam proses ini,
kita akan menemukan kedamaian dan kebahagiaan yang
sesungguhnya, yang tidak tergantung pada keadaan eksternal,
tetapi bersumber dari kebahagiaan batin yang kita miliki.

49
Jadi, meskipun terkadang terasa sulit dan melelahkan, jangan
pernah ragu untuk terus mencari cahaya di tengah kegelapan.
Percayalah bahwa setiap langkah yang kita ambil menuju cahaya
adalah langkah yang membawa kita lebih dekat kepada kebenaran
dan kebahagiaan sejati. Dan ingatlah, di ujung kegelapan itu, pasti
ada cahaya yang menanti untuk menyinari jalan kita.

50
Kehidupan sebagai Perjalanan

Dalam setiap perjalanan, kita menemukan


diri kita dan mengukir jejak yang abadi.

51
Manusia adalah makhluk yang dimuliakan Allah SWT
diantara semua makhluk yang ada di jagat ini (QS Al-Isra : 70).
Kemuliaan manusia karena diberi hidayah berupa akal sehat dan
hidayah beragama. Bahkan diantara makhluk di alam semesta ini
bisa menikmati kebahagiaan berupa surga karena amal salihnya
dan menikmati neraka karena perbuatan dosanya hanyalah
manusia (QS. Al-Baqarah : 30). Tidak hanya itu saja, tetapi
manusia juga dikarunia kekuatan sebagai ulul al-bab (men of
understanding). Dengan tanda utamanya yaitu: berzikir, berfikir
dan berbuat (QS. Ali-Imran: 191).
Manusia memang memiliki berbagai kemuliaan,
keistimewaan sekaligus juga memiliki multi kelemahan.
Bagaimana manusia merespon secara positif dan memanfaatkan
secara optimal untuk kebaikan itulah. Kemuliaan dan
keistimewaannya, demikian pula sebaliknya. Pendek kata, mulia
atau tidaknya manusia itu sendiri, bukan orang lain, atau
lingkungan. Karenanya jangan pernah menyalahkan orang
ataupun lingkungan, tetapi salahkan pada diri sendiri mengapa
terjebak, tersesat dan tertarik pada hal-hal yang menimbulkan
dosa dan maksiat.
Keberadaan manusia yang diciptakan Allah itu bukan
tanpa tujuan, melainkan untuk beribadah kepada-Nya (QS. Al-
Dzariyat : 56). Selain itu untuk mencari keutamaan hidup dan
ridha-Nya (QS. Al-Fath : 29). Disilah mengapa manusia
diperintah Allah SWT untuk melakukan dua hal terpenting dalam
kehidupannya yaitu : Iman dan Amal Sholeh. Dengan demikian
manusia menikmati kebahagiaan hakiki baik didunia ini maupun
di hari akhir kelak. Tanpa itu manusia akan merasakan berbagai
penderitaan yang sejatinya memasukkan mereka pada daftar
orang-orang merugi (QS. Al-Ashr : 1-3).

52
Nabi SAW pernah dalam satu sabdanya berkata : bahwa
keberadaan manusia di dunia ini bagaikan seorang perantau yang
akan kembali pada kampung asalnya. Jadi, dunia buat manusia
adalah sebuah perjalanan singkat sebagai perantau. Dalam
perjalanan singkat itu manusia disuguhkan berbagai hidangan
dunia, yaitu hidangan yang menunai berkah dan pahala, serta
hidangan yang membawa dosa dan azab.
Akankah manusia memilih hidangan berkah atau azab? Di
tangan manusia lah itu semua bisa terjadi. Yang jelas perjalanan
hidup singkat manusia ini tidak pernah lepas dari pertanggungan
jawabnya kepada Allah SWT (QS. Al-Takatsur : 8).
Pertanggungan jawab seperti apa? Iya semua nikmat yang
diberikan Allah kepada manusia itulah akan dimintai
pertanggungan jawabnya. Seperti juga diriwayatkan dalam hadist
Rasulullah : tentang sholatnya, tentang umurnya, tentang anggota
tubuhnya, tentang ilmunya, tentang hartanya dan lain sebagainya.
Manusia dalam posisi ini tidak bisa mengelak apalagi
mengingkarinya kecuali akan mempertanggungjawabkan seluruh
perbuatannya kepada Allah SWT. Dan satu-satunya yang dapat
menolong manusia dan meringankanya adalah hanya dengan
beramal shalih, atau berbuat kebajikan. Yaitu : berusaha berbuat
baik dan membagi kebaikan terhadap sesama dengan konsep
dasarnya adalah : Ta a’wun (saling tolong menolong dalam
kebaikan). Pada konsep dasar tersebut sebenarnya satu jalan
praktis untuk mendapatkan akhir kehidupan yang baik (husn al-
khatimah).
Karena bagaimanapun juga manusia akan sampai pada
batas kehidupan melalui sebua proses al-maut (kematian), yaitu
berpisahlah roh dari jasat manusia. Ketika itu seluruhnya menjadi
sia-sia kecuali amal shalih, dan perintah untuk beramal shalih itu
adalah bentuk dari Rahman Rahimnya Allah pada manusia.

53
Sayangnya tidak semua manusia menyadarinya, bahkan betapa
keparatnya manusia denga hobby berbuat dosa dan maksiat.
Akhir sebuah perjalanan dengan proses kematian pasti
dan pasti terjadi. Dan kejadian tersebut tidak ada satu manusia
pun mampu memprediksinya (unpredictable). Sehingga
kewajiban manusia adalah menyiapkan diri sebaik-baiknya untuk
menghadapinya. Dan satu-satunya persiapan yang terbaik adalah
: Taqwa dan Berserah Diri (QS. Ali Imran : 102). Disinilah
sebuah perjalanan hidup menuju akhir kehidupan yang bermakna
bagi manusia.
Apa yang kita lakukan hari ini pelatihan dan pelaksanaan
perawatan jenazah merupakan salah satu rangkaian kegiatan kita
membagi kebaikan bersama berupa menolong sesama termasuk
yang telah meninggal dunia. Pelatihan ini tampaknya sederhana
tetapi manfaatnya teramat mulia, yaitu memberikan empati pada
keluarga dalam bentuk perawatan jenazah (almarhum-
almarhumah). Sela0in itu juga dengan kegiatan tersebut berarti
kita menghidupsuburkan ketentuan Islam, khususnya hal-hal
yang berhubungan dengan kewajiban kita terhadap jenazah.
Kesenangan hidup sementara ini buat orang-orang kafir
adalah kesempatan untuk memenuhi syahwat mereka. Buat
mereka, hidup untuk kepuasan syahwat, sehingga mengahalalkan
segala cara untuk mencapai tujuan adalah lumrah, bukan barang
tabu. Mereka tidak pernah merasa berdosa atas perbuatan
dosanya, bahkan menjadikan dosa sebagai model hidup.
Kehidupan seperti ini sekarang sudah mulai merambah dimana-
mana sampai pada wilayah hidup orang beragama. Bukan
mustahil orang-orang beragamapun bisa menjadi mangsa mereka.
Bagi orang beriman hidup di dunia ini hanya satu pilihan
: yaitu hidup mulia (I’sy Kariman) atau mati syahid (au mut
syahidan). Satu-satunya pilihan hidup tersebut merupakan
konsekwensi logis dari keimanan kita pada Allah SWT. Sehingga
54
kata orang bijak : berbuat salah cukup sekali tapi berbuat baik
tidak cukup satu kali. Artinya dunia buat orang beriman itu adalah
tempat untuk berlomba dalam kebajikan. Hanya dengan itu kita
akan memperoleh kemuliaan dunia akhirat. Kemuliaan hidup
seperti inilah menjadi harapan dan kenyataan bagi orang beriman,
dan hanya itulah menjadi kekayaan kita

55

Anda mungkin juga menyukai