Anda di halaman 1dari 16

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

JurinalAkademiAkuntansi,Jil. 6 No. 2, hal. 183-198


Tipe Artikel:Makalah Penelitian
PENENTU ANGGARAN
KINERJA BERDASARKAN KONSEP
NILAI UNTUK UANG
Ningrum Pramudiati*1,Zidni Husnia Fachrunnisa2,
Situs web:
Krisma Kusmawati3
ejournal.umm.ac.id/index.php/jaaayu

Afiliasi: ABSTRAK
1,2,3FFakultas Bisnis, Universitas
Tujuan:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
PGRI Yogyakarta, Indonesia akuntabilitas, transparansi, dan pengawasan terhadap kinerja anggaran
berkonsep Value for Money pada Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul.
*Korespondensi: Metodologi/Pendekatan:Penelitian ini menggunakan data responden
pramudiati.ningrum@upy.ac.id yang diperoleh dari proses penyebaran kuesioner. Respondennya
adalah Kepala Dinas, Bendahara Kantor, Kepala Keuangan, dan Kepala
Perencanaan dari 24 Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Gunung
DOI:10.22219/jaa.v6i2.25007 Kidul. Proses analisis data menggunakan regresi linier berganda dengan
alat analisis yang digunakan adalah SPSS.
Temuan:Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
sitasi: akuntabilitas, transparansi, dan pengawasan berpengaruh
Pramudiati, N., Fachrunnisa, Z, H., positif terhadap kinerja anggaran berkonsep Value for Money.
Kusmawati, K. (2023). Penentu Pemerintah Daerah yang menerapkan prinsip akuntabilitas,
Kinerja Anggaran Berdasarkan transparansi, dan pengawasan yang baik akan meningkatkan
proses kinerja anggaran dengan konsep Value for Money.
Konsep The Value for Money.Jurnal
Kontribusi/Orisinalitas Praktis dan Teoretis:Anggaran Pemerintah
Akademi Akuntansi, 6(2), 183-198.
Daerah dapat diwujudkan dengan prinsip ekonomi, efektivitas, dan
efisiensi. Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul diharapkan dapat
meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan pengendalian sehingga
Proses Artikel
menghasilkan kinerja anggaran yang baik.
Diajukan:
Batasan Penelitian:Penelitian ini mempunyai keterbatasan pada tingkat
7 Februari 2023
generalisasi hasil penelitian. Penelitian ini hanya mengukur pengaruh
anggaran dengan konsep Value for Money di Kabupaten Gunung Kidul.
Direviu:
Setiap daerah mempunyai karakteristik dan kondisi yang berbeda-beda,
13 Februari 2023
sehingga penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan. Selanjutnya
pengumpulan data penelitian bersifat pertanyaan tertutup sehingga peneliti
Direvisi:
tidak mendapatkan argumentasi secara langsung dan rinci dari responden
18 Mei 2023
secara keseluruhan.

Diterima:
KATA KUNCI:Akuntabilitas; Pengawasan; Transparansi; Nilai untuk
20 Mei 2023
Uang.
Diterbitkan:
31 Mei 2023 ABSTRAK
Tujuan Penelitian:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh akuntabilitas, transparansi, dan pengawasan terhadap
Alamat Kantor: kinerja anggaran dengan konsepNilai untuk Uangdi Kabupaten
Jurusan Akuntansi Universitas Gunung Kidul.
Muhammadiyah Malang Metode/Pendekatan:Penelitian ini menggunakan data responden
Gedung Kuliah Bersama 2 yang berasal dari proses penyebaran kuesioner. Responden
Lantai 3. penelitian ini terdiri dari Kepala Dinas, Bendahara Dinas, Kepala
Jalan Raya Tlogomas 246, Bagian Keuangan, dan Kepala Bagian Perencanaan dari 24 Satuan
Malang, Jawa Timur, Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Gunung Kidul. Proses analisis
Indonesia data menggunakan regresi linier berganda dengan alat analisis
yang digunakan adalah SPSS.
P-ISSN: 2715-1964 Hasil:Hasil dari pengujian hipotesis penelitian ini adalah
E-ISSN : 2654-8321 akuntabilitas, transparansi, dan pengawasan berpengaruh positif

© 2023 Ningrum Pramudiati, Zidni Husnia Fachrunnisa, Krisma Kusmawati Jurnal


Akademi Akuntansiberlisensi di bawah aAtribusi Creative Commons-
Lisensi Internasional NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0 .
Pramudiati, Fachrunnisa, & Kusmawati,Penentu Anggaran…

secara parsial terhadap kinerja anggaran dengan konsepNilai untuk


Uang.
Kontribusi Praktik dan Teoretis/Orisinalitas:Pemerintah Daerah 184
yang menerapkan prinsip akuntabilitas, transparansi, dan
pengawasan yang baik akan meningkatkan proses kinerja anggaran
dengan konsepNilai untuk Uang. Realisasi anggaran Pemerintah
Daerah dapat dicapai melalui prinsip ekonomi, efektivitas, dan
efisiensi. Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul diharapkan dapat
meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan pengawsan untuk
menghasilkan kinerja anggaran yang baik.
Keterbatasan Penelitian:Penelitian ini memiliki keterbatasan
dalam tingkat generalisasi hasil penelitian. Penelitian ini hanya
mengukur pengaruh anggaran dengan konsepNilai untuk Uangdi
Kabupaten Gunung Kidul. Setiap wilayah mempunyai dan
karakteristik yang berbeda-beda, sehingga penelitian ini tidak dapat
digeneralisasikan. Selain itu, pengumpulan data pada penelitian ini
memiliki pertanyaan yang bersifat tertutup sehingga peneliti tidak
mendapatkan jawaban langsung secara detail dan keseluruhan dari
responden.

KATA KUNCI :akuntabilitas; Pengawasan; Transparansi;Nilai untuk


Uang.

PERKENALAN

Akuntansi sektor publik merupakan salah satu sistem akuntansi yang digunakan baik oleh lembaga
publik maupun non publik. Lembaga publik menerima tuntutan masyarakat agar anggaran dikelola
secara akuntabel dan transparan (Laoli & Si, 2019 ). Sektor publik sering dipandang sebagai tempat
terjadinya inefisiensi, pemborosan dana, kebocoran dan kerugian, serta sering terjadi
ketidaksesuaian penggunaan anggaran belanja langsung sehingga tujuan ekonomi, efektif dan
efisien tidak tercapai (Laoli & Si, 2019 ). Pemerintah menerbitkan Instruksi Presiden No. 1999 tentang
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Inpres tersebut mewajibkan setiap instansi pemerintah,
mulai dari Pejabat Independen Eselon IV, III, dan II ke atas, untuk bertanggung jawab atas
pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta kewenangan menggunakan sumber daya dan
kebijakan yang dipercayakan kepada strategi yang dilaksanakan. telah dirumuskan sebelumnya
(www.bpk.go.id). Akuntansi sektor publik sering digunakan oleh instansi pemerintah yang sering
dituntut oleh masyarakat agar anggaran dikelola secara transparan dan akuntabel (Laoli & Si, 2019 ).
Berdasarkan (Boučková, 2015 ) anggaran instansi berpengaruh positif terhadap disiplin fiskal.
Pegawai pemerintah yang bekerja pada organisasi sektor publik seringkali mendapat tekanan dari
berbagai pihak dengan berbagai kepentingan. Jika prinsip akuntabilitas dalam organisasi sektor
publik dapat diterapkan dengan baik, maka seluruh pihak yang terlibat dalam proses tata kelola
tidak akan bertindak sewenang-wenang. Mereka akan bertindak sesuai dengan proporsi pekerjaan
dan batas tanggung jawab yang dilimpahkan kepada mereka. Prinsip akuntabilitas dapat
mengurangi tindakan merugikan dari atasan yang mempunyai kepentingan tertentu. Penerapan
prinsip akuntabilitas yang baik dapat meningkatkan kinerja pemerintah daerah dengan arti semua
orang yang bekerja pada organisasi sektor publik harus melaksanakan seluruh kegiatan sesuai
peraturan yang berlaku, menunjukkan kinerja terbaiknya, dan melaporkan seluruh kegiatan yang
menjadi tanggung jawabnya (Arifani, 2018 ). JAA
Sistem penganggaran dengan pendekatan Value For Money cocok digunakan dalam pengelolaan 6.2
anggaran pada organisasi sektor publik (Ashari, 2020 ). Sistem penganggaran dengan pendekatan
Value For Money (VFM) cocok digunakan dalam konsep pengelolaan anggaran sektor publik
Jurnal Akademi Akuntansi, Jil. 6 No. 2, hal. 183-198, 2023

organisasi (Ashari dkk., 2020 ). Value for money dapat menjadi jembatan bagi pemerintah untuk
mencapai tata kelola pemerintahan yang baik, yang penting untuk diterapkan (Laoli & Si, 2019 ).
185 Pengelolaan lembaga publik yang akuntabel, transparan, dan bertanggung jawab menjadi tuntutan
utama masyarakat saat ini (Aprianti dan Riharjo, 2019 ).

Akuntabilitas disebut sebagai realisasi kewajiban suatu lembaga publik untuk


mempertanggungjawabkan pelaksanaan misi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara
berkala (Riantiarno dan Azlina, 2011 ). Akuntabilitas dapat meningkatkan kinerja pemerintah dalam
mengelola pelaksanaan dan mencegah peluang melakukan tindakan menyimpang. Tanggung jawab
menjadi instrumen untuk mengendalikan pencapaian hasil pelayanan publik. Sehubungan dengan
itu diperlukan suatu evaluasi kinerja untuk mengetahui sejauh mana hasil yang dicapai dan proses
untuk mencapai semua itu (Husaini dan Lucyaditya, 2013 ).

Penerapan transparansi bertujuan untuk mengontrol kinerja pemerintah. Ketika pemerintah


melakukan keterbukaan informasi kepada masyarakat, maka akan berimplikasi pada
peningkatan kinerja pelaksanaan anggaran (Aprianti dan Riharjo, 2019 ). Proses pelaksanaan
anggaran memerlukan kebijakan anggaran yang telah ditetapkan pemerintah. Semakin
transparan kebijakan yang diterapkan, maka semakin mudah akses informasi terkait laporan
pertanggungjawaban masyarakat (Agustin dan Subardjo, 2017 ).

Selain menerapkan akuntabilitas dan transparansi, instansi pemerintah juga perlu melakukan
pengawasan dengan menerapkan pengawasan yang baik. Dapat mencegah atau meminimalkan
penyimpangan anggaran untuk meningkatkan kinerja pengelolaan anggaran (Putri dkk., 2018 ).
Pengawasan merupakan suatu sistem penting untuk mengawasi kegiatan manajerial yang dilakukan
pada instansi pemerintah dengan membandingkan pelaksanaan yang telah dilaksanakan dan
pelaksanaan yang direncanakan (Arifani, 2018 ). Fenomena pertama yang terjadi di OPD Kabupaten
Gunung Kidul disajikan pada tabel 1.

Nilai Untuk Uang


Tahun Keterangan Anggaran Realisasi Ekonomis Efisien Efektif
e Tabel 1.
2017 Penghasilan 1853242456241.51 1847105418583.10 91,42% 100,71% 99,67%
Daerah
Pendapatan dan
Pengeluaran 2034780751489.50 1860225638293.01
Pengeluaran
2018 Penghasilan 1861299324079.01 1850894408120.73 88,25% 95,75% 99,44%
Anggaran
Pengeluaran 2008360088107.09 1772307326605.65
Realisasi
2019 Penghasilan 2152246613893.45 2113060424939.34 90,96% 99,10% 98,18% Laporan
Pengeluaran 2344097979538.61 2132222291588.87 __________
Sumber data:https://gunungkidulkab.go.id

Tabel 1 menunjukkan bahwa rasio ekonomis, efisien dan efektif pada tahun 2017-2019 mengalami
ketidakstabilan. Pada tahun 2019 persentase keuangan meningkat yang berarti terjadi penurunan
penghematan belanja dengan anggaran yang telah ditentukan. Rasio efisiensi mengalami
peningkatan yang berarti terjadi penurunan efisiensi dalam mengelola sumber daya yang dimiliki
oleh dana yang dimiliki. Rasio efektif tiga tahun tidak efektif karena berada di bawah 100% yang
berarti kinerja pemerintah kurang optimal. Sebab, tidak mampu menyelesaikan target kegiatan atau
program yang telah ditetapkan. Selama tiga tahun Pemerintah Daerah Kabupaten Gunung Kidul
mengalami penurunan kinerja anggaran yang terlihat dari
JAAKonsep Nilai Untuk Uang. Fenomena kedua adalah Instansi Pemerintah
Penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja (SAKIP) di Kabupaten Gunung Kidul yang mana
6.2mendapat skor BB. Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul menerapkan SAKIP untuk mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik. SAKIP memiliki beberapa sistem yang saling terintegrasi dengan suatu instansi,
yaitu sistem perencanaan, sistem penganggaran, dan sistem pelaporan kinerja yang selaras dengan
Pramudiati, Fachrunnisa, & Kusmawati,Penentu Anggaran…

penerapan sistem akuntabilitas keuangan (Gultom dkk., 2022 ). Namun


Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul menjadi kabupaten yang mendapat nilai
SAKIP paling rendah diantara lima kabupaten di provinsi Daerah Istimewa 186
Yogyakarta. www.bpkp.go.id
Terdapat inkonsistensi hasil penelitian tahun-tahun sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Laoli
dan Si (2019) Terdapat inkonsistensi hasil penelitian tahun-tahun sebelumnya. Penelitian yang
dilakukan olehNababan dkk. (2018) menemukan bahwa transparansi berdampak positif terhadap
kinerja anggaran dengan konsep Value For Money, sedangkan penelitian olehLaoli dan Si (2019)
menemukan bahwa transparansi berdampak positif terhadap kinerja anggaran dengan konsep
Value For Money, sedangkan penelitian olehPuspitasari (2020) menemukan bahwa pengawasan
berdampak positif terhadap kinerja anggaran dengan konsep VFM, sedangkan penelitianRigian dan
Sari (2018) menemukan bahwa pengawasan tidak memberikan dampak positif terhadap kinerja
anggaran dengan konsep VFM. Ketidakkonsistenan hasil penelitian terdahulu disebabkan oleh
perbedaan karakter sampel yang digunakan, sehingga hasil penelitian terdahulu tidak dapat
digeneralisasikan. Menurut teori keagenan, hubungan keagenan pada sektor pemerintahan adalah
pemerintah sebagai agen harus mempertanggungjawabkan kegiatannya kepada publik (Safitri &
Mildawati, 2019 ). Salah satu informasi yang cukup penting (selain laporan keuangan) adalah
informasi kinerja pemerintah daerah karena informasi tersebut dapat menentukan tingkat
keberhasilan atau kegagalan suatu instansi pemerintah yang diukur berdasarkan sejauh mana
pencapaian kinerja yang telah dianggarkan. realisasinya dapat tercapai dengan baik. Dalam
penelitian ini sampel yang digunakan adalah Dinas dan Dinas di Kabupaten Gunung Kidul yang
didukung dengan fenomena yang ada. Hal ini dijelaskan pada latar belakang permasalahan. Dilihat
dari fenomena yang terjadi di atas, penelitian ini menguji apakah akuntabilitas, transparansi, dan
pengawasan berpengaruh positif terhadap kinerja anggaran berkonsep Value For Money.

Teori keagenan mengasumsikan adanya hubungan kontraktual antara dua pihak, yaitu Prinsipal dan
agen (Boučková, 2015 ). Teori keagenan digunakan agar pola hubungan instansi pemerintah
mempunyai hubungan yang baik. Pemerintah atau lembaga wajib mempertanggungjawabkan
kegiatan yang dilakukan kepada masyarakat (Safitri dan Mildawati, 2019 ). Teori keagenan
merupakan salah satu teori yang umum diterapkan pada sektor pemerintahan. Manajemen puncak
di pemerintahan, seperti Bupati/Walikota, Gubernur, dan Presiden, merupakan perwakilan Agen.
Rakyat yang diwakili oleh DPRD dan DPR merupakan wakil dari Kepala Sekolah. Teori keagenan
menjelaskan hubungan antara pemerintah dan agen masyarakat. Pemerintah mendapat amanah
atau kepercayaan dari masyarakat untuk melaksanakan proses anggaran guna meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Teori keagenan menjelaskan pola hubungan keagenan pada sektor
pemerintahan dengan baik. Pemerintah sebagai agen harus mempertanggungjawabkan
kegiatannya kepada masyarakat (Safitri dan Mildawati, 2019 ).

Salah satu informasi yang cukup penting (selain laporan keuangan). Informasi kinerja
pemerintah daerah Dengan informasi ini dapat mengetahui tingkat keberhasilan atau
kegagalan suatu instansi pemerintah yang diukur berdasarkan sejauh mana kinerja yang telah
dianggarkan dengan realisasinya dapat dicapai secara memadai. Selain itu, informasi juga
digunakan untuk mengukur sejauh mana kinerja atau program dapat memberikan manfaat
bagi masyarakat (Ulum, 2012 ). Tercapainya tata kelola pemerintahan yang baik merupakan
suatu keharusan bagi setiap instansi pemerintah untuk mewujudkan aspirasi masyarakat JAA
dalam mewujudkan tujuan bangsa dan negara (Primayani dkk., 2014 ).

Pengelolaan suatu instansi pemerintah diawali dengan penyusunan anggaran. Secara operasional, anggaran
6.2
pemerintah daerah disiapkan oleh eksekutif, yang kemudian akan meminta persetujuan dari pemerintah daerah
Jurnal Akademi Akuntansi, Jil. 6 No. 2, hal. 183-198, 2023

anggota legislatif. Anggaran yang telah ditetapkan DPRD akan dibandingkan dengan penggunaan
anggaran sebenarnya. Perbandingan anggaran dan realisasi anggaran merupakan salah satu alat
187 ukur dalam menilai kinerja pemerintah dari segi value for money. Anggaran ini akan menilai kinerja
organisasi dengan membandingkan perkiraan dengan realisasi anggaran (Widanaputra dan Mimba,
2014 ). Sistem anggaran berbasis akuntansi mengintegrasikan manajemen dan perhitungan biaya
dalam membentuk pemerintahan yang akuntabel dan transparan (Veledar dkk., 2020 ).

Pengukuran kinerja anggaran merupakan salah satu faktor penting dalam suatu organisasi publik
yang diperlukan untuk menilai akuntabilitas dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik
dan tepat sasaran (Indrayani dan Khairunnisa, 2018 ). BerdasarkanVítek dan Martínková (2015) ,
program pengeluaran publik adalah instrumen jangka panjang yang digunakan pemerintah untuk
mencapai tujuan kebijakan publiknya. Value for Money juga digunakan sebagai alat ukur untuk
mengevaluasi kinerja organisasi sektor publik (Štrangfeldová & Štefanišinová, 2020 ). Estimasi
pencapaian kinerja pemerintah daerah secara finansial, ekonomi, efektifitas, dan efisiensi dapat
diukur dengan menggunakan anggaran dan realisasinya (Agustin dan Subardjo, 2017 ). Pengukuran
kinerja anggaran yang tepat bagi organisasi sektor publik menggunakan konsep Value for Money (
Khikmah, 2015 ). Ukuran kinerja anggaran secara ekonomis adalah dengan menggunakan input
yang minimal untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Sedangkan ukuran kinerja anggaran yang
memadai adalah dengan menggunakan biaya dan input yang minimal untuk mencapai tujuan
anggaran, dan ukuran efisiensi anggaran adalah dengan menggunakan biaya yang minimal untuk
mendapatkan hasil yang maksimal (Laoli dan Si, 2019 ). Value For Money merupakan indikator yang
memberikan informasi kepada masyarakat, apakah anggaran yang dikeluarkan telah memberikan
manfaat bagi masyarakat atau tidak (Putri dkk., 2018 ).

Tujuan pengukuran kinerja dengan konsep Value For Money adalah untuk mengukur tingkat
keekonomian dalam mengalokasikan sumber daya (Fernandes dkk., 2015 ). Pencapaian tujuan nilai
uang juga bergantung pada tingkat kepatuhan finansial dan prosedur (Atiga dkk., 2015 ). Value for
money yang dilakukan dengan baik berguna sebagai penghubung antar pemerintah dalam
mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, yaitu pemerintahan daerah yang transparan,
akuntabel, ekonomis, efektif, dan efisien (Pertiwi, 2015 ). Riset (Zaato dan Hudon, 2015 ) menyatakan
bahwa konsep Value For Money terdiri dari tiga unsur. Pertama, ekonomi berkaitan dengan
pemilihan dan penggunaan sumber daya dalam kuantitas dan kualitas tertentu dengan harga
terendah. Kedua, efisien artinya penggunaan dana masyarakat (uang rakyat) dapat menghasilkan
output yang maksimal (efektif). Pengukuran organisasi publik dikatakan efisien jika menghasilkan
output yang maksimal dan menggunakan input yang serendah-rendahnya (Indrayani dan
Khairunnisa, 2018 ). Ketiga, efektivitas artinya penggunaan anggaran/manajemen organisasi harus
mencapai sasaran yang diinginkan untuk kepentingan umum.

Kewajiban suatu organisasi publik untuk mempertanggungjawabkan dan menguraikan pelaksanaannya dalam
mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan secara berkala disebut akuntabilitas (Riantiarno dan Azlina, 2011 ).
Akuntabilitas adalah prinsip utama yang digunakan baik dalam teori maupun praktik keuangan di sektor publik.
Akuntabilitas diperlukan untuk menegaskan tanggung jawab pengelolaan dana sektor publik (Szołno-Koguc,
2018 ). Suatu organisasi dikatakan akuntabel apabila dapat menggambarkan dan menggambarkan sesuai
dengan apa yang telah dialami yang direncanakan dan dilaksanakan oleh organisasi publik (Agustin dan
Subardjo, 2017 ). Akuntabilitas publik membantu masyarakat mengendalikan hal-hal tersebut
JAAdi kantor publik atas tindakan, keputusan, atau pengeluaran mereka (Sedmihradská, 2015).
6.2Akuntabilitas menunjukkan bagaimana lembaga berkembang dengan menggunakan banyaknya kegiatan administratif. Akuntabilitas
administrasi publik tidak hanya terfokus pada dimensi keuangan saja, namun akuntabilitas harus mewakili dampak yang

dihasilkan terhadap lingkungan hidup, kegiatan sosial dan ekonomi, serta tata kelola pemerintahan (Gherardi dkk., 2021 ).
Pramudiati, Fachrunnisa, & Kusmawati,Penentu Anggaran…

Akuntabilitas merupakan suatu bentuk tanggung jawab pemerintah daerah yang harus melaporkan
hasil kegiatan atau kegiatan yang dilaksanakan agar masyarakat dapat menilai apakah telah
dilaksanakan secara ekonomis, efektif dan efisien (Firmansyah dkk., 2018 ). Mekanisme akuntabilitas 188
yang berfungsi dengan baik mempunyai potensi yang baik untuk mendukung inovasi di sektor
publik (Nemec dkk., 2016 ). BerdasarkanSetia dkk. (2019) , jika pemerintah bisa
mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada publik, maka kinerja anggarannya juga bisa
meningkat. Sebaliknya jika pemerintah tidak mempertanggungjawabkan hasil kinerjanya kepada
masyarakat atau anggaran tidak dikelola dengan baik maka kinerja anggaran pun akan menurun.
Akuntabilitas merupakan bentuk pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada masyarakat yang
diwujudkan dengan penyusunan laporan keuangan. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
memberikan informasi keuangan kepada masyarakat atas pendapatan dan belanja Pemerintah
Daerah pada suatu periode. Laporan Keuangan ini dapat mencerminkan kinerja Pemerintah Daerah
dalam menggunakan anggaran yang telah ditetapkan (Husaini, Lucy Aditya, 2013 ). Akuntabilitas
yang dilaksanakan dengan baik dan benar akan meningkatkan pencapaian kinerja anggaran (Safitri
& Mildawati, 2019 ). Akuntabilitas yang dilaksanakan dengan baik dan benar akan meningkatkan
pencapaian kinerja anggaran (Putri dkk., 2018 ). Pemerintahan yang memiliki akuntabilitas tinggi
menunjukkan bahwa mereka menjalankan organisasi berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, sehingga menghasilkan kinerja organisasi yang baik dan meningkatkan efektivitas dan
efisiensi tata kelola yang optimal (Safitri & Mildawati, 2019 ). Jika pemerintah bisa
mempertanggungjawabkan kinerjanya maka akan berdampak pada peningkatan kinerja anggaran.

Sebaliknya jika pemerintah tidak dapat mempertanggungjawabkan hasil kinerjanya kepada


masyarakat atau tidak dilaksanakan secara maksimal maka kinerja anggaran akan menurun (
Setia, 2019 ). Akuntabilitas berdampak positif terhadap kinerja anggaran dengan konsep VFM.
Pernyataan tersebut didukung olehLaoli dan Si (2019) danAshari (2020) riset. Berdasarkan
penelitian diatas maka hipotesis penelitian ini:

H1:Akuntabilitas berpengaruh positif terhadap kinerja anggaran berkonsep Value For Money.
Berdasarkan teori keagenan, pemerintah daerah sebagai agen berusaha
mempertanggungjawabkan pekerjaannya dengan mempublikasikan informasi kepada
masyarakat sebagai prinsipal. Pentingnya isu akuntabilitas organisasi nirlaba adalah isu
transparansi. Transparansi dan tata kelola yang baik diperlukan untuk mencapai kredibilitas
sosial yang memungkinkan kelangsungan hidup dan pencapaian tujuan organisasi nirlaba (
Ortega-Rodríguez dkk., 2020 ). Transparansi di sektor publik dilakukan untuk menyajikan
anggaran dengan prinsip keterbukaan dan kejelasan mengenai visi, misi, hasil dan nilai guna
yang diperoleh masyarakat dari program yang anggarannya telah ditetapkan (Arifani, 2018 ).
Selain itu, adanya keterbukaan informasi dapat meminimalisir terjadinya penipuan atau
manipulasi yang menguntungkan salah satu pihak (Aprianti dan Riharjo, 2019 ). Transparansi
anggaran dianggap sebagai alat untuk meningkatkan efektivitas dan meningkatkan
kemungkinan terdeteksinya keputusan yang korup atau salah (Sedmihradská, 2015 ).
Transparansi adalah prinsip keterbukaan organisasi sektor publik mengenai segala informasi yang
berkaitan dengan kegiatan pemerintahan (Setiyanningrum, 2016 ). Kepercayaan masyarakat terbentuk
ketika masyarakat memperoleh informasi terkait kinerja lembaga. Setiap instansi membutuhkan tuntutan
untuk menerapkan transparansi laporan keuangan untuk meningkatkan dan mengevaluasi kinerjanya (
Firmansyah, 2018 ). Salah satu hal yang perlu dilakukan pemerintah untuk meningkatkan hasil kinerja
anggaran adalah dengan membuka diri terhadap kegiatan pengelolaan sumber daya kepada masyarakat,
sehingga kinerja anggaran pemerintah pun meningkat (Setia, 2019 ). BerdasarkanSafitri & Mildawati (2019) JAA
Transparansi berhasil dilaksanakan karena adanya komunikasi yang baik antara pemerintah dan 6.2
masyarakat, seperti anggaran yang selalu dikomunikasikan melalui media massa secara terbuka, dan hak
masyarakat untuk memperoleh informasi.
Jurnal Akademi Akuntansi, Jil. 6 No. 2, hal. 183-198, 2023

akses terhadap informasi memadai yang diberikan kepada publik mengenai prosedur dan tanggung
jawab organisasi. Hal ini dapat menyebabkan kinerja anggaran sesuai dengan visi organisasi
189 pemerintah. RisetPutri dkk. (2018)menyatakan bahwa semakin baik transparansi yang diterapkan
oleh suatu instansi pemerintah, maka kinerja anggaran berkonsep Value For Money akan semakin
baik. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian olehHusaini, Lucy, Aditya (2013) ;Pertiwi (2015)
yang menyatakan bahwa transparansi berpengaruh positif terhadap kinerja anggaran dengan
konsep Value For Money.
Semakin tinggi transparansi yang diterapkan organisasi, maka semakin baik kinerja anggaran
pemerintah (Putri, April, dan Purnomo 2018 ). Semakin baik penerapan transparansi dalam suatu
organisasi, maka akan semakin terpacu komunikasi antara pemerintah daerah sebagai pembuat
anggaran dan masyarakat sebagai pengguna anggaran. Transparansi melalui iklan di media massa
atau penjelasan anggaran oleh penyusun anggaran. Transparansi dan komunikasi yang baik akan
mendorong kepercayaan masyarakat sebagai pengguna anggaran kepada pemerintah daerah
sebagai pihak yang menyusun anggaran. Transparansi berdampak positif terhadap kinerja anggaran
dengan konsep VFM. Hal ini didukung oleh penelitianNababan dkk. (2018) . Berdasarkan penelitian
diatas maka hipotesis penelitian ini: H2:Transparansi berpengaruh positif terhadap kinerja anggaran
berkonsep Value For Money.

Sektor publik memerlukan pengawasan karena pemantauan dan pengawasan terhadap sektor
publik hampir tidak mungkin dilakukan setiap hari (Mouraviev, 2012 ). Sektor publik memperoleh
kemampuan manajemen melalui praktik pengawasan dan pengendalian dengan bantuan instruksi
dari pemerintah pusat (Wang dkk., 2020 ). Pengawasan merupakan sarana untuk mengatur dan
mengawasi kegiatan organisasi agar berjalan optimal (Rigian dan Sari, 2018 ). Organisasi Sektor
Publik memerlukan pengawasan terkait implementasi kebijakan. Pengawasan ini dapat dilakukan
oleh pengawas atau atasan dari pejabat pemerintah yang dipercaya dan masyarakat sebagai pelaku
yang dapat melakukan pengawasan dengan memeriksa laporan keuangan pemerintah yang telah
diterbitkan. Pengawasan oleh masyarakat juga dapat dilakukan melalui publikasi kegiatan
pemerintah daerah di media massa. Melalui pengawasan ini, masyarakat dapat memastikan bahwa
pemerintah sebagai agen masyarakat telah melaksanakan kebijakan sesuai peraturan yang telah
ditetapkan (Pertiwi, 2015 ). Pengawasan merupakan suatu sistem penting untuk memantau kegiatan
yang dilakukan pada instansi pemerintah dengan membandingkan apa yang telah direncanakan dan
apa yang telah dilakukan (Arifani, 2018 ). Dengan demikian, apabila pengawasan dilakukan dengan
baik maka akan meningkatkan kinerja anggaran (Pertiwi, 2015 ). Tercapainya anggaran yang baik
tidak lepas dari pengawasan dalam penyusunan dan penggunaan anggaran tersebut (Nababan dkk.,
2018 ). Kebijakan dan kegiatan pusat yang menjadi prioritas kesejahteraan masyarakat harus
mempunyai media akuntabilitas. Masyarakat dapat ikut melakukan pengawasan untuk memastikan
kebijakan dan program pemerintah pusat telah dilaksanakan dengan benar (Aprianti & Riharjo, 2019
). Pengawasan dapat mencegah praktik-praktik menyimpang sehingga pengawasan yang baik akan
meningkatkan kinerja anggaran dengan konsep Value for Money (Putri dkk., 2018 ).

Putri dkk. (2017) DanPertiwi (2015) menyatakan bahwa pengawasan berpengaruh terhadap
pengelolaan anggaran dengan konsep Value For Money. Dengan demikian, apabila pengawasan
dilakukan dengan baik dan benar maka akan terwujud kinerja anggaran. Apabila pengawasan
dilakukan secara rutin dan langsung melalui kinerja bawahan pengguna anggaran, maka kinerja

JAA anggaran akan baik dan benar. Pengawasan berdampak positif terhadap kinerja anggaran dengan
konsep VFM. Hal ini didukung oleh penelitian olehPuspitasari (2020) danFirmansyah dkk. (2018) .
6.2Berdasarkan penelitian diatas maka hipotesis penelitian ini:
H3:Pengawasan berpengaruh positif terhadap kinerja anggaran berkonsep Value For Money.
Pramudiati, Fachrunnisa, & Kusmawati,Penentu Anggaran…

Tiga variabel independen mempengaruhi kinerja anggaran: akuntabilitas,


transparansi, dan pengawasan. Penelitian ini menguji pengaruh akuntabilitas,
transparansi, dan pengawasan terhadap kinerja anggaran dengan konsep Value For 190
Money. Keterkaitan pengaruh transparansi, akuntabilitas, dan pengawasan terhadap
kinerja anggaran pemerintah daerah Kabupaten Gunung Kidul dapat disusun dalam
kerangka teori sebagai berikut:

Akuntabilitas (X1)

Transparansi (X2) Konsep Nilai Untuk Uang (Y)


Gambar 1.
Kerangka
Berpikir Pengawasan (X3)
__________
Beberapa faktor mempengaruhi kinerja anggaran konsep Value For Money. Pertama, yang
mempengaruhi kinerja anggaran dengan konsep VFM adalah akuntabilitas (X1) karena meningkatnya
akuntabilitas pada suatu pemerintahan akan meningkatkan kinerja pengelolaan keuangan. Nababan dkk.,
2018 ). Kedua, yang mempengaruhi kinerja anggaran dengan konsep VFM adalah transparansi (X2)
karena penerapan transparansi dalam penyusunan anggaran akan meningkatkan kinerja anggaran.
memudahkan pengumuman anggaran diperoleh setiap saat dan mudah diakses oleh masyarakat (
Safitri & Mildawati, 2019 ). Ketiga, pengawasan berpengaruh terhadap kinerja anggaran dengan
konsep VFM (X3) karena pengawasan membandingkan apa yang seharusnya terjadi. Selain itu,
pengawasan juga dilakukan untuk mencegah terjadinya perilaku menyimpang dalam pengelolaan
anggaran Fernandes, 2015 ). Konsep value for money dalam anggaran dapat dicapai jika organisasi
telah menggunakan biaya input yang paling diabaikan untuk mencapai output yang optimal guna
mencapai tujuan organisasi (Laoli & si, 2019 ). Tiga unsur Value For Money dalam anggaran, yaitu
efektivitas, efisiensi, dan keekonomian, dapat tercapai jika akuntabilitas, transparansi, dan
pengawasan suatu anggaran dapat berjalan dengan baik.

METODE
Penelitian ini memperoleh data primer melalui kuesioner dan pengukuran dengan skala likert 1-5.
Populasi penelitian ini adalah seluruh pegawai Kantor dan Dinas Kabupaten Gunung Kidul. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai 24 instansi yang terdiri dari 19 dinas dan lima instansi
yang tergabung dalam Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Gunung Kidul. Pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling berdasarkan dua kriteria yaitu Kepala Dinas/Badan, Bendahara,
Kepala Bagian Keuangan, dan Kepala Perencanaan, serta responden mempunyai masa kerja minimal
1 tahun.

Teknik analisis data meliputi analisis deskriptif, pengujian kualitas data, dan pengujian
hipotesis. Analisis deskriptif merupakan alat uji analisis untuk menggambarkan profil data
sampel (Ghozali, 2018). Kemudian analisis selanjutnya adalah untuk menguji kualitas data. Uji
kualitas data terdiri dari uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas adalah pengujian data untuk
mengukur keabsahan kuesioner. Kuesioner dikatakan valid jika pertanyaannya dapat
mengungkapkan sesuatu yang diukur. Kuesioner yang disebarkan berupa daftar pernyataan
tertulis kepada responden mengenai pengaruh akuntabilitas, transparansi, dan pengawasan JAA
terhadap kinerja anggaran berkonsep Value For Money pada instansi dan lembaga yang
tergabung dalam Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten Gunung Kidul sesuai kriteria
6.2
yang ditetapkan peneliti. Kuesioner akan diambil langsung oleh peneliti pada waktu yang telah
disepakati oleh peneliti dan instansi atau lembaga.
Jurnal Akademi Akuntansi, Jil. 6 No. 2, hal. 183-198, 2023

Sedangkan pengujian data untuk mengukur indikator-indikator variabel dalam suatu kuesioner
dilakukan dengan melakukan uji reliabilitas. Selanjutnya apabila uji kualitas data berhasil maka uji
191 data selanjutnya adalah uji hipotesis. Uji regresi linier berganda merupakan uji hipotesis yang
bertujuan untuk mengetahui keberhasilan hipotesis. Kemudian uji hipotesis selanjutnya adalah uji
koefisien determinasi. Koefisien determinasi merupakan pengujian untuk mengetahui persentase
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Konsep Value For Money variabel kinerja anggaran diukur menggunakan indikator ekonomi,
efisien dan efektifNababan dkk. (2018) . Indikator pengukuran value for money adalah
anggaran dengan konsep value for money yang berorientasi pada masyarakat, anggaran
ekonomi, anggaran efisien, anggaran efektif, pengelolaan anggaran yang adil dan merata,
peran pemerintah dalam pengalokasian anggaran, dan bagian anggaran untuk mencapai tata
kelola pemerintahan yang baik. Pengukuran variabel akuntabilitas menggunakan indikator dari
Nababan dkk. (2018) yaitu upaya peningkatan efisiensi dan efektivitas, kualitas yang memadai,
sensitivitas, keterbukaan, pemanfaatan sumber daya secara optimal, dan legitimasi bagi
pengambil kebijakan. Pengukuran variabel transparansi menggunakan indikator dariNababan
dkk. (2018) yaitu ketersediaan aksesibilitas dokumen, keterbukaan proses, kejelasan atau
kelengkapan informasi, dan kerangka peraturan yang menjamin transparansi. Pengukuran
variabel pemantauan menggunakan indikator dariFernandes dkk. (2015) yaitu perencanaan
perumusan kebijakan, pelaksanaan pengendalian kebijakan, pertanggungjawaban tujuan.

Teknik analisis data meliputi analisis deskriptif, pengujian kualitas data, dan pengujian hipotesis.
Analisis deskriptif merupakan alat uji analisis untuk mendeskripsikan data profil sampel. Data yang
diperoleh dari jawaban responden kemudian dihitung persentasenya dilihat dari nilai rata-rata
(mean), standar deviasi, varians, maksimum, minimum, jumlah, dan rentang. Kemudian analisis
selanjutnya adalah untuk menguji kualitas data. Uji kualitas data terdiri dari uji validitas dan uji
reliabilitas. Uji validitas adalah pengujian data untuk mengukur keabsahan kuesioner. Uji validitas
diukur menggunakan korelasi Pearson. Jika tingkat probabilitas koefisiennya < 0,05 maka pertanyaan
pada kuesioner dikatakan valid. Kuesioner dikatakan valid jika pertanyaannya mengungkapkan
sesuatu yang diukur. Sedangkan pengujian data untuk mengukur variabel indikator dalam kuesioner
dilakukan dengan melakukan uji reliabilitas. Kuesioner dikatakan reliabel atau reliabel apabila
Cronbach’s Alpha masing-masing variabel lebih signifikan dari 0,60. Selanjutnya apabila uji kualitas
data berhasil maka uji data selanjutnya adalah uji hipotesis. Uji regresi linier berganda merupakan
uji hipotesis yang bertujuan untuk mengetahui keberhasilan hipotesis. Jika tingkat signifikansinya <
0,05 maka menunjukkan bahwa secara parsial variabel independen berpengaruh terhadap variabel
dependen.

HASIL DAN DISKUSI


Responden dari penelitian ini adalah pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan,
pelaksanaan, dan tanggung jawab anggaran yaitu kepala badan/lembaga, bendahara
badan/lembaga, kepala bagian keuangan dan kepala bagian perencanaan pada 24
Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Gunung Kidul. Sebanyak 96 kuesioner
disebarkan langsung ke tempat responden baik Dinas maupun Badan di Kabupaten
Gunung Kidul. Sedangkan 11 kuesioner tidak dikembalikan, dan 22 kuesioner tidak
JAA dapat diproses karena tidak memenuhi kriteria penelitian dan
6.2identitas mereka tidak lengkap. Dengan demikian, sebanyak 63 kuesioner telah diisi lengkap oleh responden untuk diolah.
Pramudiati, Fachrunnisa, & Kusmawati,Penentu Anggaran…

Keterangan Jumlah Persentase


Jumlah kuesioner yang disebarkan 96 100% 192
Meja 2. Jumlah kuesioner yang tidak dikembalikan 11 11%
Kuesioner
e Tingkat Pengembalian
Banyaknya kuesioner yang tidak dapat diproses 22 23%
__________ Jumlah kuesioner yang diproses 63 66%
Sumber : data primer yang diolah pada tahun 2021

Karakteristik responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa
kelompok yaitu menurut jenis kelamin, usia, jabatan, masa kerja, dan tingkat pendidikan. Responden
terdiri dari pejabat laki-laki sebanyak 34 pejabat atau 54% dan responden perempuan sebanyak 29
pejabat atau 46%. Responden di OPD Gunung Kidul mayoritas berjenis kelamin laki-laki. Responden
berumur 30 tahun sebanyak dua orang pegawai atau 3%; responden berusia 31-40 tahun sebanyak
sembilan orang pegawai atau 14%; responden berusia 41-50 tahun sebanyak 28 karyawan atau 44%;
responden berumur 50 tahun sebanyak 24 orang pegawai atau sebanyak 38%. Mayoritas responden
di OPD Gunung Kidul rata-rata berusia 41-50 tahun.
Responden terdiri dari pimpinan instansi sebanyak delapan pegawai atau 13% dan harta instansi sebanyak
23 pegawai atau 37%. Kepala bagian keuangan mempunyai pegawai sebanyak 18 orang atau 28%. Kepala
bagian perencanaan sebanyak 14 atau 22%. Mayoritas responden menjabat sebagai bendahara instansi/
instansi. Responden yang memiliki masa kerja 1-5 tahun sebanyak enam orang pegawai atau 9%;
responden yang mempunyai masa kerja 5-10 tahun sebanyak empat orang pegawai atau 6%; responden
yang mempunyai masa kerja >10 tahun sebanyak 53 orang pegawai atau sebesar 85%. Sebagian besar
responden mempunyai masa kerja > 10 tahun. Responden yang berpendidikan SMA sebanyak lima orang
pegawai atau 8%. Responden yang berpendidikan Diploma III sebanyak satu orang pegawai atau 2%.
Responden yang berpendidikan S1 sebanyak 39 pegawai atau 62%. Responden yang berpendidikan S2
sebanyak 18 orang pegawai atau 29%; responden yang berpendidikan S3 sebanyak 0 orang pegawai atau
0%; Responden berpendidikan lainnya berjumlah 0 karyawan atau 0%. Mayoritas responden mempunyai
pendidikan sarjana.

Variabel Berarti TCR (%) Kategori


X1 Akuntabilitas 4,14 82,92% Bagus
X2 Transparansi 4,07 81,48% Bagus
Tabel 3. X3 Pengawasan 4,38 87,62% Bagus
Deskriptif
Tes Statistik Y Kinerja Anggaran 4,20 84,18% Bagus
__________ dengan Konsep VFM

Sumber : Uji Statistik Deskriptif Dari SPSS 15


Berdasarkan tabel 2, jawaban responden pada variabel akuntabilitas mempunyai skor rata-rata
sebesar 4,14, dan persentase tingkat pencapaian responden mencapai 82,92%. Variabel
akuntabilitas mempunyai tingkat prestasi responden yang baik. Jawaban responden terhadap
variabel transparansi mempunyai skor rata-rata sebesar 4,07 dan persentase tingkat
pencapaian responden mencapai 81,48%. Variabel transparansi memiliki tingkat pencapaian
responden yang baik. Jawaban responden terhadap variabel pengawasan mempunyai skor
rata-rata sebesar 4,38, dan persentase tingkat ketercapaian responden mencapai 87,62%.
Variabel kontrol mempunyai tingkat prestasi responden yang baik. Jawaban responden
terhadap variabel kinerja anggaran konsep VFM mempunyai skor rata-rata sebesar 4,20, dan
JAA
persentase Tingkat Prestasi Responden mencapai 84,18%. Variabel kinerja anggaran dengan 6.2
konsep Value For Money mempunyai Tingkat Prestasi Responden dalam kategori baik.
Jurnal Akademi Akuntansi, Jil. 6 No. 2, hal. 183-198, 2023

Seluruh pernyataan dalam kuesioner penelitian ini menunjukkan nilai signifikansi Pearson Correlation < 0,05
yang berarti valid. Masing-masing variabel dalam penelitian ini menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha > 0,60 yang
193 menunjukkan bahwa seluruh variabel dinyatakan reliabel.

Variabel Beta Tes T Makna Hipotesa


Konstan 5.917 1.370 0,176
Akuntabilitas 0,452 2.914 0,005 H1Diterima
Transparansi 0,352 2.106 0,039 H2Diterima
Pengawasan 0,483 2.209 0,031 H3Diterima Tabel 4.
R persegi yang disesuaikan: 0,580 Sttd Banyak
Kesalahan Estimasi: 2,918 linier
regresi
Hitung:29.487 Makna tes analisis
F: 0,000** __________

Nilai Adjusted R Square berdasarkan tabel 3 sebesar 0,580 yang menyatakan bahwa variabel X
berpengaruh terhadap variabel Y dapat dijelaskan sebesar 58%. Sebaliknya, 42% ditentukan oleh
variabel yang tidak diteliti. Berdasarkan tabel 3 hasil uji F diperoleh nilai F hitung sebesar 29,487
dengan nilai signifikansi F sebesar 0,000. Berdasarkan kriteria pengujian, jika nilai signifikansi kurang
dari 0,05 maka akuntabilitas, transparansi dan pengawasan secara simultan atau bersama-sama
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja anggaran berkonsep Value For Money.

Berdasarkan tabel 4 variabel akuntabilitas diperoleh nilai sig. 0,005 < 0,05 maka hal ini menunjukkan
bahwa H1 diterima. Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif, persentase tingkat pencapaian
responden pada variabel akuntabilitas sebesar 82,92% yang menunjukkan kategori baik.
Akuntabilitas mendapat respon yang positif, artinya akuntabilitas di OPD Gunung Kidul menjadi
perhatian yang wajar bagi pegawai pelayanan dan instansi terkait. Hasil uji hipotesis di atas
menunjukkan bahwa akuntabilitas berpengaruh positif terhadap kinerja anggaran dengan konsep
VFM pada OPD Kabupaten Gunung Kidul. Hasil tersebut sesuai dengan teori keagenan bahwa
pemerintah daerah sebagai agen bertindak secara bertanggung jawab kepada masyarakat sebagai
prinsipal dengan menunjukkan bahwa mereka menjalankan organisasi sesuai peraturan.
Pemerintahan yang akuntabilitasnya tinggi akan menghasilkan kinerja organisasi yang baik serta
meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan yang optimal (Safitri &
Mildawati, 2019 ). Jika pemerintah dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya maka akan
berdampak pada peningkatan kinerja anggaran. Semakin baik akuntabilitas pemerintah daerah
maka semakin baik pula kinerja anggaran pemerintah daerah. Hasil ini didukung oleh penelitianLaoli
& Si (2019) yang menyatakan bahwa jika pemerintah mempunyai akuntabilitas yang tinggi dan kuat
maka akan berpengaruh positif terhadap kinerja anggaran suatu lembaga. Pemerintah yang
memiliki akuntabilitas tinggi menunjukkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
yang berlaku sehingga berdampak pada kinerja organisasi, termasuk peningkatan kinerja anggaran
(Safitri & Mildawati, 2019 ). Selain itu, pemerintah yang dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya
dapat berdampak pada peningkatan kinerja anggaran. Sebaliknya jika pemerintah tidak dapat
mempertanggungjawabkan hasil kinerjanya kepada masyarakat atau kurang optimal, maka kinerja
JAA anggaran akan mengalami penurunan (Setia 2019).

6.2Berdasarkan tabel 4 variabel transparansi diperoleh nilai sig. 0,039 < 0,05 sehingga
menunjukkan H2 diterima. Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif, persentase
tingkat pencapaian responden pada variabel transparansi sebesar 81,48%,
Pramudiati, Fachrunnisa, & Kusmawati,Penentu Anggaran…

yang menunjukkan kategori baik. Transparansi mendapat respon yang positif, artinya transparansi
di OPD Gunung Kidul menjadi perhatian yang wajar bagi pegawai pelayanan dan instansi terkait.
Hasil uji hipotesis membuktikan bahwa transparansi berpengaruh positif terhadap kinerja anggaran 194
dengan konsep VFM di OPD Kabupaten Gunung Kidul. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori
keagenan, dimana pemerintah daerah sebagai agen mengungkapkan informasi terkait
pekerjaannya kepada masyarakat sebagai prinsipal untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat.
Salah satu hal yang perlu dilakukan pemerintah untuk meningkatkan hasil kinerja anggaran adalah
dengan mempublikasikan kegiatan pengelolaan sumber daya kepada masyarakat agar kinerja
anggaran pemerintah juga meningkat. Semakin tinggi tingkat transparansi lembaga pemerintah,
maka semakin tinggi pula kinerja anggaran pemerintah daerah. Hasil ini didukung olehSafitri &
Mildawati's (2019) penelitian yang menyatakan bahwa transparansi pada instansi pemerintah daerah
dapat meningkatkan kinerja pemerintah daerah. Transparansi membantu mengendalikan kinerja
pemerintah. Jika diterapkan dengan tepat, hal ini akan meningkatkan kinerja pengelolaan anggaran (
Aprianti & Riharjo, 2019 ). MenurutHusaini & Lucy Aditya (2013) , penerapan transparansi dapat
mengontrol kinerja pemerintah untuk mencegah korupsi dan penyelewengan anggaran.

Berdasarkan tabel 4 variabel pengawasan diperoleh 0,483 dan sig. sebesar 0,031 < 0,050 yang
berarti H3 diterima. Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diperoleh persentase Tingkat
Prestasi Responden pada variabel kontrol sebesar 87,62% yang menunjukkan kategori baik.
Pengawasan tersebut mendapat respon yang positif, artinya pengawasan terhadap OPD
Gunung Kidul merupakan hal yang wajar menjadi perhatian pegawai dinas dan instansi terkait.

Hasil uji hipotesis membuktikan bahwa supervisi mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja anggaran
konsep VFM pada OPD Kabupaten Gunung Kidul. Artinya, semakin baik pengawasan terhadap pemerintah
daerah, maka semakin baik pula kinerja anggaran pemerintah daerah. Hasil tersebut sesuai dengan teori
keagenan, dimana terdapat pengawasan terhadap kinerja pemerintah daerah untuk memastikan kinerja
organisasi berada pada kepentingan masyarakat. Selain itu, pengawasan juga dapat membantu
meningkatkan kepercayaan masyarakat. Pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran perlu dilakukan
pengawasan untuk memastikan bahwa seluruh kebijakan publik yang berkaitan dengan siklus anggaran
dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berorientasi pada prioritas
publik (Aprianti & Riharjo, 2019 ). Pengawasan dapat mencegah praktik-praktik menyimpang, sehingga
pengawasan yang baik akan meningkatkan kinerja anggaran dengan konsep Value for Money (Putri dkk.,
2018 ). Hasil ini didukung olehPutri dkk. (2018) penelitian yang mengungkapkan bahwa melakukan
pengawasan yang tepat akan menekan terjadinya penyimpangan anggaran untuk meningkatkan
pengelolaan anggaran.

Pencapaian anggaran yang wajar tidak lepas dari pengawasan dalam penyusunan dan penggunaan
anggaran (Nababan dkk., 2018 ).Putri dkk. (2017) danPertiwi (2015) menyatakan bahwa kinerja
anggaran dikatakan benar dan memadai apabila pengawasan dilakukan secara rutin dan langsung
melalui kinerja bawahan pengguna anggaran. Sistem pengawasan yang diterapkan OPD Gunung
Kidul sangat baik dan mampu memberikan arahan kepada bawahannya mengenai tugasnya untuk
meningkatkan kualitas kinerja pemerintahan. Pemerintah daerah perlu meningkatkan kualitas
pengendalian internal untuk meningkatkan akuntabilitas publik. Efektivitas pengendalian internal
akan membantu pemerintah dalam mengawasi penggunaan anggaran untuk mencapai target
anggaran yang efektif, efisien, dan ekonomis (Jatmiko dkk., 2022 ). JAA
6.2
Jurnal Akademi Akuntansi, Jil. 6 No. 2, hal. 183-198, 2023

KESIMPULAN
Akuntabilitas, transparansi, dan pengawasan berpengaruh positif terhadap kinerja anggaran
195 berkonsep Value For Money pada OPD Kabupaten Gunung Kidul. Semakin baik akuntabilitas,
transparansi dan pengawasan maka semakin baik pula kinerja anggaran pada OPD Kabupaten
Gunung Kidul yang berkonsep Value For Money. Dari hasil penelitian tersebut, maka pemerintah
Kabupaten Gunung Kidul harus menjaga dan meningkatkan akuntabilitas atau pertanggungjawaban
hasil kinerja kepada masyarakat untuk meningkatkan kinerja anggaran. Akuntabilitas kinerja
anggaran juga dilakukan dengan meningkatkan keterbukaan informasi kepada masyarakat untuk
memperoleh kepercayaan masyarakat dan meningkatkan kinerja anggaran. Adanya keterbukaan
informasi tentu dipengaruhi oleh penegakan aturan. Oleh karena itu, pemerintah Kabupaten
Gunung Kidul harus menjaga dan meningkatkan pengawasan. Selain itu, pengawasan yang baik
dapat meminimalisir terjadinya penyimpangan anggaran yang berdampak pada buruknya kinerja
anggaran. Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul dapat menyusun anggaran dengan menggunakan
konsep Value For Money dengan menganalisis efisiensi, efektivitas, dan keekonomian anggaran atau
realisasi anggaran tahun sebelumnya. Penyusunan anggaran dengan konsep Value For Money harus
didukung dengan penerapan kinerja yang akuntabel, transparan, dan terkendali secara wajar.

Keterbatasan penelitian adalah penelitian ini hanya mengukur pengaruh anggaran dengan konsep value for
money di Kabupaten Gunung Kidul. Setiap daerah mempunyai karakteristik dan kondisi yang berbeda-beda,
sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan sampel
regional dengan fitur yang hampir sama agar hasil penelitian lebih dapat digeneralisasikan dan menambah
pembahasan terkait anggaran berkonsep value-for-money. Selanjutnya pengumpulan data penelitian bersifat
pertanyaan tertutup sehingga peneliti tidak mendapatkan argumentasi secara langsung dan rinci dari responden
secara keseluruhan. Penelitian selanjutnya mungkin menggunakan penelitian kualitatif dengan teknik
wawancara keagamaan untuk mendapatkan jawaban yang lebih kompleks dan valid.

REFERENSI
Agustin, DR, & Subardjo, A. (2017). Konsep Value for Money dalam Mengukur Kinerja
Sektor Pelayanan Publik. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi, 6(6), 1–15.

Aprianti, ER, & Riharjo, IB (2019). Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi dan


Pengawasan terhadap Kinerja Pelaksanaan Anggaran pada Instansi Pemerintah. Jurnal
Ilmu Dan Riset Akuntansi, 6(12), 1–17.

Arifani, C., Salle, A., & Rante, A. (2018). Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi Da
Pengawasan Terhadap Kinerja Anggaran Berbasis Value For Money (Studi Empiris
pada Pemerimtah Kota Jayapura). Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Daerah, 13(1), 68–
81.https://doi.org/10.52062/jakd.v13i1.1426
Ashari, MI (2020). Analisis Kinerja Anggaran Berkonsep Value for Money. 2(5), 728–740.
https://doi.org/10.32639/jimmba.v2i5.669
Atiga, O., Adafula, CJ, & Nyeadi, JD (2015). Kepatuhan Hukum dalam Pembuangan Aset
JAA Praktik di Sektor Publik: Bukti dari Ghana. Jurnal Transportasi dan Pasokan
6.2 Manajemen Rantai, 9(1), 1–7.https://doi.org/10.4102/jtscm.v9i1.158
Boučková, M. (2015). Akuntansi Manajemen dan Teori Keagenan. Ekonomi Procedia
dan Keuangan, 25(15), 5–13.https://doi.org/10.1016/s2212-5671(15)00707-8
Pramudiati, Fachrunnisa, & Kusmawati,Penentu Anggaran…

Fernandes, W., & Hanif, RA (2015). Mempengaruhi akuntabilitas, transparansi dan pengawasan
terhadap kinerja anggaran pada pemerintah daerah kabupaten Kampar. Jurnal Online
Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Ekonomi, 2(2), 1-13. 196
Firmansyah. (2018). Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi, Dan Pengawasan Terhadap
Kinerja Anggaran Berkonsep Value For Money Pada Instansi Pemerintah Di Kota
Makassar Jurnal Economics bosowa edisi xxiv januari s/d maret 2018. 4(001), 165–
177.
Gherardi, L., Linsalata, AM, Gagliardo, ED, & Orelli, RL (2021). Akuntabilitas dan
Pelaporan untuk Keberlanjutan dan Nilai Publik: Tantangan di sektor publik.
Keberlanjutan (Swiss), 13(3), 1–18.https://doi.org/10.3390/su13031097
Gultom, CRR, Zakaria, S., & Sutisna, J. (2022). Pengawasan Pemerintahan Dalam
Implementasi Sakip Sebagai Upaya Penerapan Good Governance Pada
Direktorat Jenderal Kerja Sama Multilateral Kementerian Luar Negeri
Republik Indonesia. Jurnal AdministrasiPemerintahan(Janitra),2(1),25.
https://doi.org/10.24198/janitra.v2i1.41098
Husaini, Lucy Aditya, L. (2013). Analisis Pengaruh Akuntabilitas Dan Transparansi
Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah. Akuntansi Dan
Manajemen, Volume 3,(1), 21–41.https://doi.org/10.33369/fairness.v3i1.15274

Indrayani, & Khairunnisa. (2018). Analisis Pengukuran Kinerja Dengan Menggunakan


Konsep Value for Money Pada Pemerintah Kota Lhokseumawe ( Studi Kasus Pada
Dpkad Kota Lhokseumawe Periode 2014-2016 ). Akuntansi Dan Keuangan, 6(1), 1–10.
https://doi.org/10.29103/jak.v6i1.1820
Jatmiko, B., Haya, BS, & Utami, TP (2022). Meningkatkan Nilai Uang Pemerintah
Organisasi : Jurnal Reviu Akuntansi Dan Keuangan, 12(2), 245–259. https://
doi.org/10.22219/jrak.v12i1.22143
Khikmah Alayyal. (2015). pengukuran Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan
Berdasarkan Konsep Value For Money (5) 1689-1699. Acta Universitatis Agriculturae et
Silviculturae Mendelianae Brunensis, 53(9), 1689–1699.

Laoli, V., & Si, M. (2019). Pengaruh Akuntabilitas Dan Transparansi Terhadap Kinerja
Anggaran Berkonsep Value For Money Pada Pemerintah Kabupaten Nias. 3, 91–101.
https://doi.org/10.33395/owner.v3i1.108

Mouraviev, N. (2012). Apa yang Mendorong Penggunaan Kemitraan Pemerintah-Swasta di


Kazakhstan dan Rusia: Nilai Uang? Organisasi dan Pasar di Negara
Berkembang, 3(1), 32–57.https://doi.org/10.15388/omee.2012.3.1.14274
Nababan, RA, Sihombing, M., & Thamrin. (2018). Pengaruh Akuntabilitas dan
Transparansi , terhadap Pengelolaan Keuangan Berkonsep Value for
Money pada PemerintahdiKabupatenDairi.4(1),108–120. https://doi.org/
10.24114/antro.v4i1.10157
Nemec, J., Orviska, M., & Lawson, C. (2016). Peran Pengaturan Akuntabilitas dalam
Inovasi Sosial: Bukti dari Inggris dan Slovakia. Jurnal Administrasi dan Kebijakan
Publik NISPAcee, 9(1), 73–96.https://doi.org/10.1515/nispa-2016-0004 JAA
Ortega-Rodríguez, C., Licerán-Gutiérrez, A., & Moreno-Albarracín, AL (2020). 6.2
Transparansi sebagai Elemen Kunci dalam Akuntabilitas dalam organisasi
nirlaba: Tinjauan literatur sistematis. Keberlanjutan (Swiss), 12(14).
Jurnal Akademi Akuntansi, Jil. 6 No. 2, hal. 183-198, 2023

https://doi.org/10.3390/su12145834
Pertiwi, DP (2015). Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi, Dan Pengawasan Terhadap
197 Pengelolaan Anggaran Berkonsep Value For Money Pada Instansi Pemerintah (Studi
Empiris SKPD Provinsi Riau). Jom FEKON, 2(2), 1–15.
Primayani, Humas, Herawati, NT, Ari, N., & Darmawan, S. (2014). Pengaruh Pengendalian
Internal, Value For Money, Penyajian Laporan Keuangan dan Aksesibilitas Pengelolaan
Keuangan. (Studi Empiris Pada SKPD di Pemerintahan Daerah Kabupaten Klungkung ) .
1(1).https://doi.org/10.23887/jimat.v2i1.4353

Puspitasari, MD (2020). Meningkatkan Kinerja Anggaran Berkonsep Value For Money.


4(2), 153–166.https://doi.org/10.24176/agj.v4i2.5099
Putri, C., April, & Purnomo, BS (2018). Berkonsep Value for Money. 6(3), 467–476.
https://doi.org/10.17509/jrak.v6i3.14886
Riantiarno, R., & Azlina, N. (2011). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (Studi Empiris pada Organisasi Perangkat Daerah
Kabupaten RokanHulu).PekbisJurnal,3(3),560–568. http://dx.doi.org/
10.31258/pekbis.3.03.%25p
Rigian, D., & Sari, RP (2018). Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi, Dan Partisipasi
Terhadap Kinerja Anggaran Berbasis Value For Money. 2015, 38–47.

Safitri, DD, & Mildawati, T. (2019). Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi, Pengawasan,


Dan Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Anggaran. Jurnal Ilmu Dan Riset, 8.

Sedmihradská, L. (2015). Transparansi Anggaran di Pemerintah Daerah Ceko. prosedur


Ekonomi dan Keuangan, 25 (Mei), 598–606.https://doi.org/10.1016/s2212-
5671(15)00774-1
Setia, MS (2019). Pengaruh Akuntabilitas Dan Transparansi Terhadap Kinerja
Anggaran Berkonsep Value For Money Pada Pemerintah Kota Malang. 7(1), 1–10.

Setiyanningrum, I. (2016). Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi, Dan Pengawasan Terhadap


Kinerja Anggaran Dengan Konsep Value For Money Pada Badan Usaha Milik Daerah
(Bumd) Di Yogyakarta. 000(4), 1–20.

Štrangfeldová, J., & Štefanišinová, N. (2020). Nilai untuk Uang dalam Organisasi Penyediaan
Pelayanan Pendidikan Masyarakat dan Cara Mengukurnya. Naše Gospodarstvo/Ekonomi Kita,
66(2), 62–70.https://doi.org/10.2478/ngoe-2020-0012

Szołno-Koguc, J. (2018). Pentingnya Keterbukaan dan Transparansi Terhadap Akuntabilitas


di bidang Keuangan Publik. E-Keuangan, 14(2), 58–66.https://doi.org/10.2478/fiqf-2018-0012

Ulum, AS (2012). Peran Pengukuran Kinerja Dalam Mendukung Good Governance Dalam
Teori Keagenan Perspektif. Jurnal Dinamika Akuntansi, 3(1), 60–66. https://
doi.org/10.15294/jda.v3i1.1945
Veledar, B., Gadzo, A., & Lalic, S. (2020). Akuntansi biaya dan manajemen dalam anggaran-
organisasi yang didanai di Bosnia dan Herzegovina. Deskripsi Interdisipliner Sistem
JAA Kompleks, 18(2-B), 299–311.https://doi.org/10.7906/indecs.18.2.16
6.2Vítek, L., & Martínková, L. (2015). Penilaian Efisiensi Program Pengeluaran
dalam Pendidikan: Pendidikan Dasar di Republik Ceko. Procedia Ekonomi dan
Keuangan, 25(15), 607–614.https://doi.org/10.1016/s2212-5671(15)00775-3
Pramudiati, Fachrunnisa, & Kusmawati,Penentu Anggaran…

Wang, N., Ma, M., & Liu, Y. (2020). Efisiensi Manajemen Siklus Hidup Keseluruhan
Sektor Publik dalam Proyek Infrastruktur KPS. Keberlanjutan (Swiss), 12(7), 1–18.
https://doi.org/10.3390/su12073049 198
Widanaputra, AA, & Mimba, NPSH (2014). Pengaruh Penganggaran Partisipatif
tentang Kesenjangan Anggaran Penyusunan Anggaran Pemerintah Daerah di
Provinsi Bali. Procedia - Ilmu Sosial dan Perilaku, 164 (Agustus), 391–396. https://
doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.11.093
Zaato, JJ, & Hudon, P.-A. (2015). Pembelajaran Tata Kelola dari Kemitraan Pemerintah-Swasta:
Memeriksa dua Kasus di Wilayah Greater Ottawa. Jurnal Pemerintahan Lokal
Persemakmuran, 16, 12–30.https://doi.org/10.5130/cjlg.v0i0.4484

JAA
6.2

Anda mungkin juga menyukai