BukuAjar
Tujuan lnstruksional Umum (TIU)
Setelah mengikuti mata ajaran ini, mahasiswa mampu merencanakan penatalaksanaan
Refraksi.
PENDAHULUAN
MIOPIA
Batasan
Miopia adalah suatu kelainan refraksi, yaitu berkas sinar sejajar yang masuk
ke dalam mata, pada keadaan tanpa akomodasi, dibiaskan di suatu titik fokus
di depan retina. Miopia disebut juga dengan rabun jauh, nearsightedness atau
shortsightedness.
1
Etiologi dan Patofisiologi Progresivitas ini umumnya 0,35-0,55 dioptri per tahun. Semakin muda
onset miopia, semakin cepat pula progresivitasnya dan semakin besar
Prevalensi miopia dipengaruhi beberapa faktor, yaitu usia, etnis, sosio ekonomi
derajat miopianya. Kadang progresivitas miopia dapat berlanjut hingga
keluarga, lama pendidikan, serta lama bekerja dalam jarak dekat (near work).
dewasa dengan kecepatan 0,02-0,10 dioptri per tahun dan dapat lebih tinggi
Terdapat beberapa hal yang mendasari terjadinya miopia:
pada kalangan akademisi hingga 0,20 dioptri/tahun. Pada keadaan tertentu
1. Sumbu aksial atau diameter antero posterior bola mata yang lebih panjang
perkembangan miopia dapat sangat progresif (disebut progressive myopia atau
dari normal, disebut miopia aksial. Pada keadaan ini, kekuatan refraksi
miopia patologis) dengan kecepatan hingga 4 dioptri per tahun. Umumnya
mata normal, kurvatura kornea dan lensa normal dan posisi lensa juga
keadaan ini disertai kondisi patologis lain pada bola mata seperti kekeruhan
berada pada lokasi yang normal. Karena panjang bola mata lebih panjang
pada badan vitreus atau perubahan pada korioretina.
dari mata normal, maka sinar yang masuk akan jatuh di titik fokus di
depan retina.
2. Radius kurvatura kornea dan lensa yang lebih besar dari normal, disebut Gejala Klinis
miopia kurvatur. Pada keadaan ini, ukuran bola mata normal. 1. Keluhan utama penderita miopia adalah penglihatan jauh yang kabur.
3. Perubahan posisi lensa. Jika lensa berubah posisi lebih ke depan maka Perlu di ingat bahwa pada anak kadang hal ini diabaikan dan mereka baru
sinar yang masuk akan jatuh di satu titik di depan retina. Hal ini seringkali menyadari setelah membandingkan apa yang dapat dilihatnya dengan
terjadi pada keadaan pascaoperasi khususnya glaukoma. apa yang dapat dilihat temannya.
4. Perubahan indeks bias refraksi. Keadaan ini biasanya didapatkan pada 2. Nyeri kepala lebih jarang dikeluhkan daripada pada hipermetropia
penderita diabetes atau katarak. 3. Terdapat kecenderungan penderita untuk memicingkan mata saat melihat
jauh. Hal ini ditujukan untuk mendapat efek pinhole dengan makin
Klasifikasi kecilnya fissura interpalpebralis
4. Umumnya penderita miopia suka membaca. Hal ini diduga karena untuk
Menurut derajatnya miopia terbagi atas miopia ringan, yaitu besar miopia S-
membaca mereka tidak mengalami gangguan penglihatan.
0.25 sampai dengan S-3.00 dioptri; miopia sedang, yaitu besar miopia S-3.25
sampai dengan S-6.00 dioptri; dan miopia tinggi, yaitu besar miopia S-6.25
atau lebih. Pemeriksaan
Menurut usia timbulnya miopia terbagi atas miopia kongenital, youth Pemeriksaan untuk miopia dapat dilakukan secara subyektif dan obyektif.
onset, early adult onset dan late adult onset. Miopia kongenital adalah miopia yang Secara subyektif dengan metode trial and error dengan menggunakan kartu
timbul sejak lahir dan menetap hingga masa anak-anak. Prevalensinya tidak Snellen. Pada prosedur ini, pasien duduk pada jarak 5 m, 6 m atau 20 feet
tinggi, tetapi derajat miopianya tinggi. Bentuk yang lebih umum adalah youth dari kartu Snellen dengan pencahayaan yang cukup. Pemeriksaan dilakukan
onset, terjadi pada usia 5 tahun hingga usia remaja. Sekali didapatkan bentuk bergantian dengan menutup salah satu mata. Umumnya mata kanan diperiksa
youth onset myopia ini, biasanya akan terjadi progresivitas dari miopia yaitu terlebih dahulu dan mata kiri ditutup. Pasien diminta untuk membaca huruf
besarnya bertambah. Prevalensinya meningkat dari 2% pada usia 6 tahun pada kartu Snellen. Jika pasien tidak dapat membaca hingga 6/6 maka dicoba
menjadi 20% pada usia 20 tahun. Early adult onse myopia, adalah miopia yang dilakukan koreksi secara trial and error dengan lensa sferis negatif atau minus
mulai dijumpai pada usia dewasa hingga 40 tahun. Prevalensi miopia 25-30% hingga mencapai tajam penglihatan yang terbaik. Sebagai pedoman untuk
pada usia 40 tahun. Sedangkan late adult onset myopia dijumpai pada usia lebih mengetahui bahwa koreksi telah melampaui koreksi seharusnya. Pasien
dari 40 tahun, lebih jarang daripada youth onset atau early adult onset. umumnya akan mengatakan bahwa lensa sebelumnya lebih jelas, perubahan
lensa tidak membuat tulisan lebih jelas atau tulisan tampak lebih kecil dan
Progresivitas Miopia gelap. Pemeriksaan kemudian dilanjutkan untuk mata kiri.
Pemeriksaan secara obyektif dapat dilakukan dengan alat retinoskopi
Sekali miopia terjadi pada masa anak-anak, akan terjadi progresivitas yang
atau autorefraktometer.
akan melambat atau berhenti pada usia pertengahan atau akhir remaja.
Pemeriksaan
resep kacamata disarankan untuk diperiksa kembali setiap 3 bulan untuk
Sebagaimana miopia, pemeriksaan yang dilakukan dengan cara subyektif dan mengevaluasi tajam penglihatan dan kepatuhannya memakai kacamata.
obyektif. Secara subyektif sama dengan miopia, dilakukan dengan metode trial 2. Pada anak usia di atas 6 tahun, perlu dipertimbangkan kebutuhan
and error dengan alat kartu Snellen dan koreksi yang dilakukan menggunakan penglihatannya karena aktivitas mereka lebih banyak. Kacamata plus akan
lensa sferis positif atau plus. Secara obyektif, dilakukan dengan retinoskopi membuat penglihatan jauh mereka kabur, sehingga mereka lebih suka
atau autorefraktometer hanya menggunakan kacamatanya untuk aktivitas yang memerlukan
penglihatan dekat. Jika dengan hasil refraksi sikloplegik, terdapat
Penatalaksanaan keluhan kabur untuk penglihatan jauh, maka diberikan koreksi full tanpa
sikloplegik. Dan jika didapatkan esophoria, esotrophia atau hipermetropia
Seperti halnya miopia, hipermetropia dapat dikoreksi dengan kacamata,
laten, ditambahkan lensa addisi untuk penglihatan dekatnya.
lensa kontak dan bedah refraktif. Sebagai pedoman pemberian kacamata
3. Pada penderita dewasa, terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
pada hipermetropia diberikan lensa sferis positif atau lensa plus terkuat yang
dalam memberikan resep kacamata yaitu keluhan penderita, pekerjaan,
menghasilkan tajam penglihatan terbaik.
kebutuhan penglihatan, usia, derajat hipermetropia dan masalah lain yang
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam koreksi hipermetropia
berkaitan. Untuk dewasa muda denganhipermetropia kurang dari 3 dioptri
adalah sebagai berikut. Jika derajat hipermetropia ringan, tajam penglihatan
dan tidak didapatkan keluhan asthenopia, maka tidak perlu diberikan
normal, penderita dalam keadaan sehat, tidak didapatkan keluhan asthenopia
resep kacamata. Namun seiring dengan pertambahan usia, di mana
akomodatif maupun gangguan pada keseimbangan otot ekstraokuler, maka
kemampuan akomodasi berkurang, untuk penglihatan jauh penderita
tidak diperlukan terapi khusus, namun jika didapatkan salah satu keadaan
merasa tidak memerlukan kacamata, dan keluhan baru timbul untuk
tersebut maka koreksi hipermetropia perlu dilakukan.
penglihatan dekat, maka diberikan kacamata dan disarankan digunakan
1. Pada anak usia di bawah 6 tahun, karena panjang bola matanya relatif
terus untuk melakukan pekerjaan yang memerlukan penglihatan dekat.
lebih pendek dari orang dewasa, umumnya didapatkan hipermetropia
Jika akomodasi semakin berkurang dengan bertambahnya usia, maka
fisiologis. Koreksi hanya diperlukan jika derajat hipermetropianya
penderita akan memerlukan kacamata plus untuk penglihatan jauh dan
cukup besar atau didapatkan strabismus. Pemeriksaan pada anak
dekatnya.
usia ini dilakukan dengan sikloplegik. Jika penderita memiliki risiko
untuk terjadinya ambliopia maka diberikan koreksi penuh sesuai hasil
refraksi sikloplegik. Perlu diingat bahwa pada anak usia kurang dari 6 ASTIGMATISME
tahun mudah terjadi ambliopia. Kelainan hipermetropia sebesar 2,50
dioptri yang tidak dikoreksi sudah dapat menimbulkan ambliopia. Juga Batasan
perbedaan refraksi kedua mata hipermetropia sebesar 1 dioptri dapat Astigmatisme adalah kelainan refraksi, yaitu berkas sinar sejajar yang masuk
menyebabkan ambliopia. Jika diberikan resep kacamata maka disarankan ke dalam mata, pada keadaan tanpa akomodasi, dibiaskan pada lebih dari satu
pemakaian fulltime. Untuk anak usia kurang dari 6 tahun yang diberikan titik fokus. Pada keadaan ini pembiasan dari berbagai meridian tidak sama.
Koreksi Presbiopia
Klasifikasi
Koreksi presbiopia adalah dengan menambah akomodasi dengan cara
Presbiopia dibagi menjadi dua, yaitu Presbiopia borderline atau Presbiopia
memberi lensa sferis positif untuk melihat dekat. Perbedaan dioptri antara
insipient dan Presbiopia fungsional. Disebut Presbiopia borderline bila pasien
koreksi melihat jauh dan melihat dekat disebut addisi.
memerlukan koreksi lensa sferis positif untuk melihat dekat yang timbulnya
hanya kadang-kadang saja, sedangkan yang dimaksud dengan Presbiopia
fungsional adalah bila pasien selalu mengeluh kabur untuk melihat dekat, Cara Penentuan Addisi
dan dengan pemberian lensa sferis positif keluhan akan hilang dan membaik. 1. Tes subjektif
Tes subjektif merupakan tes yang sederhana dan paling sering digunakan.
Gejala klinis Pasien diberi koreksi refraksi untuk jauhnya sampai tercapai visus 6/6,
kemudian diberikan kartu baca Jaeger dan pasien disuruh membaca pada
Gejala klinis presbiopia dimulai setelah usia 40 tahun, biasanya antara 40-45 jarak 40 cm dan pelan-pelan ditambahkan lensa sferis positif terlemah
tahun di mana tergantung pada kelainan refraksi sebelumnya, "depth offocus" sampai pasien dapat membaca dengan baik dengan huruf terkecil. Tes
(ukuran pupil) , kebutuhan visus dari pasien dan variabel yang lain. ini dilakukan monokuler atau binokuler, di mana dengan tes binokuler
Gejala klinis yang sering ditemukan adalah sebagai berikut. akan didapatkan addisi yang lebih rendah. Bila dengan tes monokuler
1. Kabur melihat dekat didapatkan tajam penglihatan yang baik, sedangkan tes binokulernya
Pasien sering mengatakan "Lengan saya terlalu pendek" atau "Jlka kabur kemungkinan terdapat eksoforia yang bila dikoreksi dengan lensa
membaca saya harus menjauhkan bahan bacaan". Hal ini terjadi karena
penurunan akomodasi sehingga pasien tidak bisa mempertahankan
penglihatan dekatnya. Ada yang mengatakan dengan memberi lampu Tabel 1.1 Penambahan lensa sferis positif sesuai umur (Sloane
yang terang, maka penglihatannya akan menjadi lebih baik karena A E,1979)
meningkatkan penyinaran terhadap retina dan pupil miosis sehingga
Umur (Tahun) Addisi
meningkatkan "depth offocus".
45 +1,00 sampai + 1,25
2. Kabur melihat jauh
50 +1,50 sampai + 1,75
Pasien presbiopia borderline akan mengeluh kabur melihat jauh walaupun
55 + 2,00 sampai + 2,25
hanya sesaat yang terjadi setelah melakukan pekerjaan dekat. Hal ini ada
Penatalaksanaan
Batasan Gambar 6.5 Neuritis Retrobulber: A. Foto papil pada neuritis optik retrobulber,
menunjukkan penampakan normal. B. Skotoma sentral tampak pada perimetri statik
Neuritis optik adalah kehilangan penglihatan akut yang disebabkan suatu otomatis. C. Tl-weighted axial MRI scan orbita dengan teknik supresi lemak dan pemberian
proses inflamasi, infeksi atau demielinating yang mengenai saraf optik. gadolinium, menunjukkan peningkatan pada saraf optik intraorbital kanan (panah). D.
Tl-weighted axial MRI scan pada otak, menunjukkan hiperintensitas white matter multipel
Pembagian (panah) konsisten dengan demielinasi (Kline, 2011)
Gejala Klinis
Tabel 6.1 Perbedaan arteritik dan non arteritik iskemik optik neuropati
Karakteristik Arteritik Non Arteritik
Umur Rerata 70 Tahun Rerata 60 Tahun
Jenis Kelamin Wanita > Pria Pria = Wanita
A Gejala Penyerta Sakit kepala, yeri kulit kepala, >20/200 pada 60% kasus
laudikasio, hilang penglihatan
Gambar 6.6 Papil Optik pada NOIA. (Kline, 2011) sementara < 20/200 pada 60%
A. Penampakan papil optik pada NOIA non arteritis. Edema segmental, dengan lapisan kasus
pucat ringan dan perdarahan lidah api.
B. Penampakan papil optik pada NOIA arteritis. Pucat lebih menonjol, dan pada kasus
Disk Bengkak pucatpada umumnya Pucat atau hiperemi Cup
ini, iskemi koroidal peripapiler membuat pembengkakan pucat pada retina dalam
Cup normal kecil
peripapiler dan koroid (panah), selanjutnya mengaburkan tepi retina-papil Laju Endap Darah Rerata 70 mm/jam Rerata 20--40 mm/jam
FFA Disc delay dan choroid Disc delay
delay
Gejala Dan Tanda Klinis Perjalanan Ilmiah Jarang membaik 16--42,7% membaik
- Visus menurun Mata jiran 54-95% Mata jiran 12-19%
Tidaknyeri Pengobatan Steroid sistemik Tidak ada yang terbukti
Dimulai pada satu mata tapi bisa dua mata
Defek pupil afferent Diagnosis Banding
Edeme papil segmental yang pucat
- Flame shaped hemorrhages - Neuritis optik idiopatik
Penglihatan warna menurun - Neuritis optik infeksi
Defek lapang pandangan: altitudinal atau sentral - Neuritis optik vaskulitik
- Neuritis optik infiltratif
- Kompresi nervus optik
- Papil edema
AlflT N •nc.u,. fll
- Papilopati diabetik
00
Penatalaksanaan
1. Arteritik
• Methylprednisolon intravena 1 g/hari untuk 3-5 hari pertama
• Prednison oral sampai 100 mg/hari di tappering selama 3-12 bulan
tergantung pada respons.
• Tappering harus pelan-pelan dan hati-hati, karena dapat terjadi
rekurensi sekitar 7%.
2. Non Arteritik
Gambar 6.7 Defek Lapangan Pandang pada Non-Arteritik Anterior lschaemic Optic
• Nonprogresif: observasi
Neuropathy (Walsh and Hoyt's Clinical Neuro-Ophthalmology Ed. 4, 1982)
• Progresif: dekompresi selubung saraf optik mungkin dipertimbangkan.
RETINOBLASTOMA
Definisi
Epidemiologi
Patologi Diagnosis
Tumor ganas dari jaringan embrional retina, dapat terjadi di setiap lokasi Diagnosis pasti retinoblastoma hanya dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
di lapisan nuklear retina, kabanyakan di setengah bagian posterior. Tumor histopatologi. Pada tumor intraokuler tindakan biopsi merupakan
ini mempunyai sifat maligna, kongenital dan herediter. Tumor tumbuh bisa kontraindikasi, maka untuk menegakkan diagnosis diperlukan pemeriksaan
satu mata (Unilateral) atau dua mata (Bilateral). Tumor dapat tumbuh ke arah secara teliti, yakni dengan pemeriksaan lesi tumor intraokuler menggunakan
dalam vitreus (endofitik) atau tumbuh keluar ke arah subretina (eksofitik). fundus okuler dengan pupil dilebarkan terlebih dahulu menggunakan
Tumor umumnya soliter juga dapat multipel lesi dengan area nekrosis yang midriatikum. Pada pasien yang tidak kooperatif diperiksa menggunakan
luas dan adanya klasifikasi menggantikan bagian retina. Sebagian besar penenang atau anestesi. Dari pemeriksaan tersebut ditentukan stadium tumor
tumor hiperkromatis kecil, tampak aktif motosis sering memperlihatkan intraokuler, harus dicatat lokasi, jumlah, dan ukuran lesi tumor serta sebaiknya
proses apoptosis. Sel tumor dapat tak berdiferensiasi derajat diferensiasi didokumentasikan dengan menggunakan kamera funduskopi. Lampu slit
secara khas membentuk formasi rosette ada 3 tipe, yakni Flexner-Wintersteiner lamp digunakan untuk menemukan lesi di segmen anterior. Ultrasonografi
rosette, Homer-Wright rosette, dan Fourettes. menggunakan probe 10 dapat mengetahui adanya massa intraokuler
206 Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata Bab 7 - Orbita-Onkologi Mata 207
meskipun media keruh, menentukan ukuran tumor, mendeteksi adanya Stadium IV. Prognosis tidak baik.
klasifikasi di dalam massa tumor dan shadowing effect. Computed Tomography A. Tumor multipel, sebagian > 10 Diameter Diskus nervus optikus.
Scanning ( CT Scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dilakukan pada B. Segala tumor yang terletak di depan ora serata.
penderita dengan proptosis, kecurigaan penyebaran tumor ke periorbital, dan
metastasis intrakranial. Bila tumor dicurigai menginvasi ke sumsum tulang, Stadium V. Prognosis sangat buruk.
tulang rangka, dan sistem saraf pusat, harus dilakukan pemeriksaan untuk A. Tumor sangat besar menginvasi lebih dari separuh retina.
memastikan ada tidaknya invasi atau metastasis jauh. Pemeriksaan ini dapat B. Implantasi lensa.
menggunakan CT scan, MRI, dan sitologi cairan serebrospinal atau sumsum
tulang. Indikasi secara genetik pada anggota keluarga perlu dilakukan Klasifikasi retinoblastoma ekstraokuler menggunakan International
pemeriksaan Gen retinoblastoma dengan menggunakan teknik analisis Stadium Retinoblastoma
sitogenetik, analisis DNA langsung, dan analisis DNA tidak langsung untuk Stadium 0. Pasien diterapi konservatif
memberikan informasi penting sehubungan dengan risiko anggota keluarga Stadium I. Mata dilakukan enukleasi, potongan histologi tidak tersisa massa
serta diperiksa secara periodik dengan funduskopi. tumor
Stadium II. Mata dilakukan enukleasi, tumor secara mikroskopis tersisa
Diagnosis Banding Stadium III. Invasi regional
a. Periorbital
• Katarak kongenital b. Preaurikuler atau ekstensi kelenjar limfe servikal
• Retinopathy of prematurity Stadium IV. Metastasis
• Ablasio retina a. Metastasis hematogen (tanpa melibatkan CNS)
• Persistent hyperplastic primary vitreus 1. Lesi single
• Penyakit Coat's 2. Lesi multipel
b. Melibatkan CNS (dengan atau tanpa regional atau metastasis)
Klasifikasi Stadium 1. Lesi prekhiasma
2. MassaCNS
Klasifikasi retinoblastoma intraokuler menggunakan stadium Reese-Ellsworth:
3. Leptomeningeal dan penyakit CNS
Stadium I. Prognosis sangat baik
A. Tumor soliter < 4 Diameter diskus nervus optikus, terletak di retina ekuator
Terapi
atau di belakang ekuator.
B. Tumor multipel, semuanya < 4 Diameter diskus nervus optikus, terletak di Pada kecurigaan retinoblastoma, sebaiknya segera dirujuk ke dokter mata atau
retina ekuator atau di belakang ekuator. fasilitas kesehatan yang lebih tinggi. Terapi ditentukan berdasarkan lingkup
invasi dan ada tidaknya metastasis. Deteksi dini, diagnosis dini, dan terapi
Stadium II. Prognosis baik. dini merupakan penanganan yang paling baik pada retinoblastoma. Pada
A. Tumor soliter, 4-10 Diameter diskus nervus optikus, terletak di retina beberapa tahun terakhir, terapi retinoblastoma mengalami perkembangan yang
ekuator atau di belakang ekuator. signifikan dengan tujuan utama adalah menyelamatkan pasien. Sedangkan
B. Tumor multipel, 4-10 Diameter diskus nervus optikus, terletak di retina tujuan sekunder adalah menyelamatkan bola mata dan penglihatan. Metode
ekuator atau di belakang ekuator. terapi operatif enukleasi masih merupakan pengobatan kuratif definitif untuk
Stadium III. Prognosis belum ditentukan. retinoblastoma unilateral intraokuler. Pada kasus bilateral retinoblastoma,
A. Segala tumor di depan ekuator harus diupayakan mempertahankan satu mata, tetapi bila terapi lokal sudah
B. Tumor soliter, > 10 Diameter diskus nervus optikus, terletak di belakang gagal tindakan enukleasi harus dilakukan. Pasien kategori klasifikasi stadium
ekuator. Reese-Ellsworth III-V tidak tepat mendapat terapi enukleasi saja karena sering
didapatkan penyebaran ke ekstraokuler dan jaringan koroid, maka tindakan
208 Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata Bab 7 - Orbita-Onkologi Mata 209
enukleasi dilanjutkan dengan kemoterapi. Enukleasi adalah tindakan operatif
R , ~:d
dengan cara mengambil bola mata dan reseksi nervus optikus sepanjang ' 1() 1110
mungkin, biasanya dapat direseksi 10-15 mm. Batas insisinya harus dilakukan /
pemeriksaan biopsi untuk memastikan apakah ada invasi, bila perlu dilakukan
biopsi jaringan orbita. Setelah operasi dipasang protesis mata untuk menjaga
penampilan.
a;:
LR
., ◄ )<( ... .•.,.. -~
I ;::•
-~t~ g.S.!t•
~
Kemoterapi retinoblastoma mengalami kemajuan pada tumor intraokuler
di mana sudah dikembangkan kemoterapi lokal dengan hasil yang menjanjikan HH
/ ,IC:
untuk menghindari efek samping sistemik dipadukan dengan terapi lokal ,~~''·:
yang lain, mungkin dapat menggantikan iradiasi luar dan tindakan operatif
enukleasi. Fase ekstraokuler disesuaikan dengan perkembangan tumor Gambar 8.13 Posisi kardinal dan yoke muscles (Raab et al., 2011)
penderita, bila tumor invasi ke orbita obat-obatan kombinasi carboplastin,
etoposide, dan vinkristin diberikan 6-8 bulan. Pasien metastasis jauh sampai
sistem saraf pusat (intra cranial) dan organ lain memberi respons dengan
siklofosfamid, doksorubisin, vinkristin, MTX, dan sitosin arabinosid.
Beberapa penemuan kemoterapi dosis tinggi dikombinasi dengan sel induk
memberi peluang meningkatkan harapan hidup tapi ini masih dalam taraf
eksperimental.
Brakiterapi menggunakan implan bahan radioaktif atau plak, biasanya
ditempatkan pada sklera dekat dengan tumor intraokuler menggunakan
iodone-125 atau ruthenium-106 selama periode 2-4 hari. Radioterapi (eksternal
beam radiation) diaplikasikan pada seluruh tumor merata dengan teknik
melindungi lensa mata. Prosedur ini efektif menghilangkan tumor serta
mempertahankan penglihatan dan fungsi kosmetik mata pada stadium
R-E I-III mencapai 95% dan stadium R-E IV-V mencapai 50%. Terapi laser
fotokoagulasi local hanya direkomendasikan untuk tumor kecil di posterior
tidak lebih dari 3 mm dengan ketebalan 2 mm. Gambar 8.14 Hukum Hering tentang inervasi sepadan pada yoke muscles (Kanski, 2007)
Krioterapi juga merupakan terapi lokal digunakan sebagai terapi primer
pada tumor kecil perifer atau tumor kecil kambuhan yang sebelumnya sudah
diterapi dengan modalitas terapi lokal lain. Vergen adalah gerakan kedua bola mata secara simultan pada arah yang
Efek samping terapi radioterapi dan kemoterapi ada kemungkinan berlawanan. Konvergen ialah gerakan adduksi secara simultan, dapat terjadi
mengakibatkan mutasi gen yang menimbulkan tumor sekunder dan efek secara volunteer ataupun merupakan refleks. Divergen gerakan bola mata ke
toksik pada hati, jantung dan ginjal maka harus digunakan secara berhati-hati arah luar dari posisi konvergen. (Datta, 2004; Wright, 2006)
dan harus dipantau secara rutin.
AMBLIOPIA
KARSINOMA SEL BASAL
Definisi
Definisi
Penurunan tajam penglihatan yang tidak dapat dikoreksi dengan kacamata
Karsinoma yang berasal dari sel basal epitel kulit. tanpa adanya kelainan struktural bola mata yang disebabkan oleh kurangnya
rangsangan pada periode perkembangan tajam penglihatan.
210 Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata Bab 8 - Pediatrik Oftalmologi dan Strabismus 229
Patofisiologi
Bayi baru lahir hanya dapat membedakan gelap dan terang, tajam penglihatan
a a
akan mengalami perkembangan dan mencapai normal setelah usia lima tahun.
Tajam penglihatan berkembang cepat hingga usia tiga tahun sehingga rentang
usia tersebut dikatakan merupakan periode kritis dalam perkembangan
penglihatan. Ambliopia terjadi karena dua hal yaitu rangsangan pada fovea
yang tidak adekuat terutama pada periode kritis serta adanya interaksi
binokuler abnormal dalam bentuk kompetisi atau inhibisi. Kedua hal ini
menyebabkan perbedaan bayangan yang sampai di korteks visual sehingga
terjadi penurunan tajam penglihatan A
Gambar 8.16 Bayangan kabur pada retina serta mekanisme kompetisi mengakibatkan
Klasifikasi ambliopia anisometropia (Noorden GK von, 1994)
Ambliopia Strabismus
a
Sbabh.:iinlc
.Alnbll'f-qpia
..........
Unwntelod
Mgll
H~pennetropill
00
Gambar 8.15 Deviasi disertai mekanisme kompetisi mengakibatkan ambliopia strabismus
Gambar 8.17 Bayangan kabur pada retina mengakibatkan ambliopia isometropia
(Noorden GKvon, 1994)
(Noorden GKvon, 1994)
230 Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata Bab 8 - Pediatrik Oftalmologi dan Strabismus 231
Unllateral
•
Cataracts
A 0 B
Gambar 8.18 Bayangan kabur pada retina disertai mekanisme kompetisi mengakibatkan
Gambar 8.19 Penilaian tajam penglihatan
anak menggunakan penutup di depan satu mata
(Noorden GK von, 1994)
ambliopia deprivasi unilateral (A) Bayangan kabur pada retina mengakibatkan ambliopia
deprivasi bilateral (B) (Noorden GK von, 1994) yang ditempatkan di depan mata dengan tajam penglihatan lebih baik dan
sebaliknya akan tetap tenang bila okluder ditempatkan di depan mata dengan
tajam penglihatan kurang baik.
Ambliopia deprivasi
Ambliopia deprivasi terjadi apabila terdapat hambatan pada aksis visual yang Usia ~ 3 tahun
menyebabkan kaburnya bayangan pada retina. Penyebab tersering adalah
Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan dengan menggunakan gambar,
katarak kongenital. Apabila hambatan terjadi pada satu mata maka akan
E chart atau Snellen chart. Disebut ambliopia apabila tajam penglihatan
terjadi pula mekanisme kompetisi di korteks visual sehingga terjadi ambliopia
kurang dari atau sama dengan 6/12 atau apabila didapatkan perbedaan tajam
deprivasi unilateral. Ambliopia deprivasi merupakan ambliopia yang paling
penglihatan kedua mata dua baris atau lebih (Gambar 8.20)
jarang terjadi namun paling berat dan sulit ditangani.
Diagnosis ,,11
3
~-v~
Anamnesis
Riwayat kelahiran, pemakaian kaca mata dalam keluarga, juling dalam
keluarga
'I'
~
•'
~,.>~, 41
.:-~
E ~
wm
w A
DO
HB
~;:: ~ 3WE PHT
m 3 m V LN
Tajam Penglihatan ~ o<:.¼' 3W3E DAOF
=
~I~--,
3 m Ernw 00 EGNDH 00
Usia < 3 tahun ~I ~~ iOD mwm3E OS OD FZBDE OS
OS-__ rn UJ E Pass o;:-ccr Pass
OS
''" al ... 3 111
Penilaian tajam penglihatan pada usia ini dapat dilakukan dengan mengamati Fail
i F°'
pola fiksasi. Mata dengan tajam penglihatan yang lebih baik akan digunakan Gambar 8.20 Pemeriksaan tajam penglihatan menggunakan gambar, E chart dan Snellen
untuk fiksasi. Selain itu dapat pula dilakukan dengan menempatkan chart. Ambliopia apabila tajam penglihatan:,; 6/12 atau perbedaan tajam penglihatan kedua
penutup di depan satu mata. Anak akan berusaha menyingkirkan penutup mata;::: 2 baris (Noorden GK von, 1994)
232 Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata Bab 8 - Pediatrik Oftalmologi dan Strabismus 233
Pemeriksaan Crowding Phenomenon Ambliopia anisometropia
Crowding phenomenon pada ambliopia diperiksa dengan membandingkan Penatalaksanaan ambliopia anisometropia:
pemeriksaan tajam penglihatan menggunakan optotip tunggal dan optotip 1. Koreksi anomali refraksi
linier. Efek crowding phenomenon menyebabkan tajam penglihatan dengan 2. Diberikan kaca mata dengan koreksi terbaik selama 2 bulan
optotip tunggal lebih baik daripada tajam penglihatan dengan optotip linier. 3. Apabila tajam penglihatan kedua mata telah seimbang penatalaksanaan
selanjutnya hanya dengan pemberian kaca mata
Pemeriksaan segmen anterior
4. Apabila masih terdapat ambliopia maka pemakaian kacamata dilanjutkan
Pemeriksaan segmen posterior
ditambah dengan oklusi 2-6 jam per hari pada mata dengan tajam
Gradasi
penglihatan lebih baik (tergantung berat ringannya ambliopia)
Gradasi berat ringannya ambliopia yaitu:
5. Kontrol sesuai usia yaitu 2 minggu untuk usia 2 tahun, 3 minggu untuk
1. Ringan : tajam penglihatan 6/9- < 6/12
usia 3 tahun, 4 minggu untuk usia 4 tahun atau lebih
2. Sedang : tajam penglihatan 6/12- < 6/30
6. Apabila tajam penglihatan telah seimbang atau perbedaan tajam
3. Berat : tajam penglihatan 6/30-3/60
penglihatan kedua mata sudah tidak lebih dari 1 baris pada Snellen chart
maka dilanjutkan dengan oklusi maintenance 1-2 jam per hari sampai usia
Penatalaksanaan 7-8 tahun.
Penatalaksanaan ambliopia meliputi 3 hal yaitu:
1. Menghilangkan hambatan yang menghalangi aksis visual Ambliopia ametropia
2. Koreksi anomali refraksi Penatalaksanaan ambliopia ametropia:
3. Memaksimalkan penggunaan mata ambliopia dengan membatasi 1. Koreksi anomali refraksi
penggunaan mata yang memiliki tajam penglihatan lebih baik ( oklusi, 2. Diberikan kacamata dengan koreksi terbaik
penalisasi)
Ambliopia deprivasi
Ambliopia Strabismus
Penatalaksanaan ambliopia deprivasi (tersering karena katarak kongenital):
Penatalaksanaan ambliopia strabismus dengan kecenderungan fiksasi pada 1. Pengangkatan lensa yang keruh
satu mata 2. Koreksi afakia/pseudofakia
Usia :<::: 1 tahun: 3. Pada ambliopia deprivasi unilateral dilakukan oklusi 2-6 jam perhari
1. Oklusi mata fiksasi (mata dengan tajam penglihatan lebih baik) selama 3 tergantung berat ringannya ambliopia
hari 4. Kontrol sesuai usia.
2. Oklusi mata deviasi (mata dengan tajam penglihatan kurang baik) selama
1 hari Penghentian Oklusi
3. Oklusi dilanjutkan dengan pola yang sama sampai terjadi fiksasi yang
Oklusi dihentikan apabila:
bergantian pada kedua mata
1. Tidak ada perbaikan tajam penglihatan setelah dilakukan oklusi selama
4. Kontrol setiap 1 minggu.
3-6 bulan dengan kepatuhan yang baik
Usia > 1 tahun: 2. Telah dicapai tajam penglihatan yang seimbang dan stabil pada kedua
1. Koreksi anomali refraksi mata dan usia telah mencapai 8 tahun
2. Oklusi mata fiksasi 2-6 jam perhari selama 2-3 bulan atau sampai terjadi 3. Menimbulkan hambatan psikologis.
pola fiksasi bergantian pada kedua mata
3. Dilakukan koreksi strabismus sesuai indikasi
4. Oklusi maintenance 1-2 jam per hari sampai usia 7-8 tahun.
234 Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata Bab 8 - Pediatrik Oftalmologi dan Strabismus 235
Diagnosis Banding sehingga mengecilnya lumen pembuluh darah kapiler bahkan dalam keadaan
yang berat terjadinya pembuntuan pembuluh darah kapiler retina, keadaan ini
Korioretinitis dari berbagai penyebab
diperberat dengan terjadinya fenomena lumpur dari rheologi darah sehingga
- Degenerasi makula pada miopia tinggi
menimbulkan terbentuknya mikroaneurisma dan daerah hipoksia di retina
atau iskemi.
Penatalaksanaan
Tidak ada pengobatan dan pencegahan yang tepat untuk AMD. Kontrol secara Gejala Klinis
periodik dengan pemeriksaan Amsler Grid untuk mendeteksi pada AMD
Pada umumnya klasifikasi Retinopati Diabetik dibagi menjadi 3:
stadium awal, dan pemeriksaan OCT sangat bermanfaat untuk mendeteksi
a. Retinopati Diabetik Nonproliferatif (Background diabetic retinopathy) yang
secara dini karena merupakan pemeriksaan yang noninvasif.
ditandai dengan mikroaneurisma, perdarahan retina, eksudat lunak,
Untuk pengobatan AMD tipe eksudatif, juga tidak bisa menghasilkan
eksudat keras dan daerah yang hipoksia dan iskemia, dapat disertai edema
visus yang baik. Laser foto koagulasi untuk neovaskulerisasi yang jauh
makula atau tanpa edema makula.
dari fovea dan stadium dini masih bisa dilakukan, sedangkan untuk
b. Retinopati Diabetik Preproliferatif yang dapat disertai edema makula atau
neovaskulerisasi khoroidal subfoveal, injeksi anti VEGF intravitreal
tanpa edema makula.
memberikan respons yang menjanjikan.
c. Retinopati Diabetik Proliferatif ditandai adanya pembuluh darah baru
atau neovaskularisasi, perdarahan di subhyaloid jaringan ikat vitreo-
RETINOPATI DIABETIK retinal dan ablasi retina, dapat disertai edema makula atau tanpa edema
Batasan makula.
Kelainan retina dan sistem vaskuler yang diakibatkan Diabetes Mellitus.
Pemeriksaan Klinis
Patofisiologi Selain pemeriksaan rutin dalam bidang Ilmu Kesehatan Mata diperlukan
Hiperglikemia yang berlangsung lama akan menyebabkan perubahan fisiologi pemeriksaan funduskopi secara baik yaitu dengan melebarkan pupil yang
dan biokimia aliran darah dan berakhir dengan terjadinya kerusakan endotel maksimal dan memeriksa dengan oftalmoskop direk, indirek dan Goldmann
kapiler (intraretinal mikroangiopati). Mikroangiopati ini pada pemeriksaan 3 mirror. Untuk menegakkan dan mengetahui indikasi pengobatan perlu
histologi adalah hilangnya pericyte dan menebalnya dinding pembuluh darah dilakukan pemeriksaan Fundal Fluorescein Angiography (FFA).
Pada pemeriksaan FFA kita dengan jelas dapat melihat adanya
mikroaneurisma yang berdifusi atau tidak berdifusi, daerah hipoksia atau
a b iskemi, adanya neovaskulerisasi di retina, di papil maupun di vitreus dan
melihat dengan pasti adanya edema di makula atau di retina, serta Intra Retina
Micro Angiopathy (IRMA).
Untuk mendiagnosis ada atau tidaknya edema makula, dapat ditentukan
melalui FFA (Fundal Fluoresin Angiography) di mana dapat membedakan antara
edema makula tipe difus atau fokal, sedangkan dengan OCT (Optical Coherence
Tomography), dapat diketahui kuantitas dari edema makula.
Penatalaksanaan
Diagnosis Banding
Prognosis
Gejala awal:
Profilaksis dan Penatalaksanaan
o Fotopsia
o Floaters a. Retinal break tanpa Retinal Detachment: penanganan profilaksisnya dengan
Gangguan lapang pandangan; seringkali berbentuk seperti tirai menggunakan:
Menurunnya tajam penglihatan bila sudah mengenai makula. i. Cryotherapy
ii. Slit Lamp Laser Photocoagulation
Gambaran Klinis iii. Indirect Ophthalmoscope Laser Photocoagulation
b. Retinal Detachment
Retina yang lepas memberikan gambaran retina yang konveks, warna lebih • Exudative Retinal Detachment: penanganan penyakit primernya dan jika
pucat, konfigurasi pembuluh darah retina yang berkelok-kelok serta retina tidak membaik dapat dilakukan tindakan bedah dengan pemasangan
bergoyang, jika mata bergerak. Scleral Buckle.
• Traction & Rhegmatogenous Retinal Detachment: Pada umumnya
Pemeriksaan penanganan dengan tindakan bedah.
1. Pneumatic Retinopexy: penatalaksanaan rawat jalan yaitu dengan
A. Syarat pemeriksaan
menginjeksikan expandable gas untuk menutup robekan retina dan
- Dilatasi pupil dengan jalan pemberian tetes mata Tropicamide 0,5%
menempelkan kembali retina membuat sikatrika khorioretina
dan/ atau Phenylephrine 10%.
tanpa pemasangan Scleral Buckle.
B. Jenis pemeriksaan
2. Pemasangan Scleral Buckle: lokal buckle a tau encircling; dapat disertai
1. Oftalmoskopi direk
2. Oftalmoskopi indirek binokuler prosedur tambahan seperti drainage cairan subretina, cryotherapy &
3. Slit lamp biomicroscopy dengan bantuan lensa-lensa a.l:
pneumatic retinopexy.
3. Pars Plana Vitrectomy (PPV): operasi mikro yang bertujuan untuk
a. Lensa kontak Goldmann 3 mirror
mengevakuasi vitreus yang abnormal, menghilangkan tarikan
b. Lensa Hruby
oleh membran vitreoretina serta untuk lebih mudah mendekatkan
c. Lensa + 78 D, + 80 D atau + 90 D
retina dan melakukan prosedur-prosedur berikutnya.
C. Tujuan pemeriksaan:
a. Menentukan lokasi & luasnya retina yang lepas.
b. Mencari dan menentukan lokasi yang tepat dari semua break retina. SUMBATAN VENA RETINA
Batasan
Diagnosis Banding
Sumbatan vena retina adalah suatu keadaan yang menggambarkan adanya
a. Degenerative Retinoschisis sumbatan yang bersifat akut pada vena retina, baik pada vena retina cabang
b. Choroidal Detachment ataupun vena retina sentral.
Batasan Gambaran klinis ROP meliputi keadaan aktif dan sikatrik. Klasifikasi
internasional untuk ROP akut dibedakan berdasarkan lokasi, luas dan tingkat
Retinopathy of Prematurity (ROP) yang dahulu disebut retrolental fibroplasia,
keparahannya sesuai dengan The International Classification of Retinopathy of
merupakan retinopati iskemik pada bayi prematur dan bayi berat lahir rendah
Prematurity (ICROP). Luasnya kelainan retina yang avaskular ditentukan
(BBLR). Dinyatakan juga bahwa ROP adalah retinopati vasoproliferatif yang
dalam arah jam 1-12. Untuk menentukan lokasi anteroposterior dari ROP,
terjadi pada bayi prematur dan bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) yang
lokasi dibagi menjadi 3 zona konsentrik dengan papil saraf optik sebagai
mendapat terapi oksigen konsentrasi tinggi.
pusatnya, yaitu:
1. Zona I meliputi retina posterior dalam lingkaran 60 derajat berpusat pada
Patofisiologi papil saraf optik dengan radius 2 kali jarak antara papil saraf optik dan
Khoroid akan berkembang sempurna saat usia gestasional memasuki bulan makula.
ke tiga, namun pembuluh darah retina baru berkembang secara sentrifugal 2. Zona II berawal dari lingkaran posterior zona I ke arah anterior nasal ora
pada usia gestasional 16 minggu, dimulai dari papil saraf optik mencapai ora serrata sampai ekuator sisi temporal.
serrata kuadran nasal pada usia gestasional 32 minggu dan kuadran temporal 3. Zona III merupakan area sisa retina perifer temporal, superior dan
pada usia gestasional 40 minggu. inferior.
Sistem autoregulasi sirkulasi darah retina dan khoroid hampir tidak Berdasarkan derajat keparahan, ROP diklasifikasikan menjadi 5 stadium
ditemukan pada bayi prematur, sehingga gagal merespon keadaan dengan sebagai berikut.
perubahan tekanan oksigen. Pada keadaan hiperoksia, pembuluh darah
khoroid tidak dapat konstriksi, sehingga oksigen megalir dari khoroid ke
sirkulasi retina.
Patofisiologi ROP dapat dibedakan menjadi 2 fase. Pada fase pertama
sehubungan dengan terganggunya autoregulasi pembuluh darah retina
dan peningkatan tekanan oksigen yang mendadak, terjadi penghentian
pertumbuhan pembuluh darah retina yang dipicu oleh vascular endothelial
growth faktor (VEGF). Hipoksia relatif pada zona avaskuler merangsang
sintesis VEGF. Perkembangan vaskuler retina terutama sisi temporal yang
terhambat ini tidak seimbang dengan kebutuhan oksigen neuron retina yang
sedang berkembang sehingga terjadilah hipoksia retina. Pada fase dua inilah
terjadi proliferasi pembuluh darah retina sebagai respon hipoksia retina
yang meningkatkan sintesis VEGF dan juga insulin like growth faktor 1 (IGF-
1) dan merangsang timbulnya faktor angiogenik, yang pada akhirnya dapat
menyebabkan vascular leakage dan retinal detachment (ablasi retina).
Beberapa faktor risiko yang diduga kuat berhubungan dengan terjadinya
ROP adalah kelahiran prematur, BBLR dan pemberian suplemen oksigen.
Namun demikian masih banyak faktor risiko lain yang masih terus diteliti
di antaranya adalah riwayat transfusi berulang, terjadinya respiratory distress
syndrome, sepsis, intraventricular hemorrhage dan predisposisi genetik.
Gambar 9.9 A. ROP stadium 2; B. ROP stadium 3; C. ROP stadium S; D. ROP Plus disease
(Regillo C., 2011)