Anda di halaman 1dari 25

Bab REFRAKSI

1 Prillia Tri Suryani, Trisnowati Taib Saleh,


Christina Aritonang, Ria Sandy Deneska

BukuAjar
Tujuan lnstruksional Umum (TIU)
Setelah mengikuti mata ajaran ini, mahasiswa mampu merencanakan penatalaksanaan
Refraksi.

Tujuan lnstruksional Khusus (TIK)


1. Mahasiswa dapat menjelaskan penatalaksanaan ametropia dan presbiopia.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan penatalaksanaan anisometropia.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan dasar-dasar dari lensa kontak.

PENDAHULUAN

Penurunan tajam penglihatan karena kelainan refraksi yang tidak dikoreksi


dapat menjadi masalah kesehatan yang serius. Menurut Kemenkes RI (2005),
prevalensi gangguan penglihatan akibat kelainan refraksi di Indonesia adalah
sebesar 22,1%. Sementara 10% dari 66 juta anak usia sekolah adalah penderita
kelainan refraksi. Sampai saat ini angka pemakaian kacamata koreksi masih
rendah, yaitu 12,5% dari prevalensi.
Apabila keadaan ini tidak ditangani dengan sungguh-sungguh akan
berdampak negatif pada perkembangan kecerdasan anak dan proses
pembelajaran, yang selanjutnya juga mempengaruhi produktivitas
angkatan kerja (15-55 tahun). Pada gilirannya nanti akan mengganggu laju
pembangunan ekonomi nasional.

MIOPIA

Batasan

Miopia adalah suatu kelainan refraksi, yaitu berkas sinar sejajar yang masuk
ke dalam mata, pada keadaan tanpa akomodasi, dibiaskan di suatu titik fokus
di depan retina. Miopia disebut juga dengan rabun jauh, nearsightedness atau
shortsightedness.

1
Etiologi dan Patofisiologi Progresivitas ini umumnya 0,35-0,55 dioptri per tahun. Semakin muda
onset miopia, semakin cepat pula progresivitasnya dan semakin besar
Prevalensi miopia dipengaruhi beberapa faktor, yaitu usia, etnis, sosio ekonomi
derajat miopianya. Kadang progresivitas miopia dapat berlanjut hingga
keluarga, lama pendidikan, serta lama bekerja dalam jarak dekat (near work).
dewasa dengan kecepatan 0,02-0,10 dioptri per tahun dan dapat lebih tinggi
Terdapat beberapa hal yang mendasari terjadinya miopia:
pada kalangan akademisi hingga 0,20 dioptri/tahun. Pada keadaan tertentu
1. Sumbu aksial atau diameter antero posterior bola mata yang lebih panjang
perkembangan miopia dapat sangat progresif (disebut progressive myopia atau
dari normal, disebut miopia aksial. Pada keadaan ini, kekuatan refraksi
miopia patologis) dengan kecepatan hingga 4 dioptri per tahun. Umumnya
mata normal, kurvatura kornea dan lensa normal dan posisi lensa juga
keadaan ini disertai kondisi patologis lain pada bola mata seperti kekeruhan
berada pada lokasi yang normal. Karena panjang bola mata lebih panjang
pada badan vitreus atau perubahan pada korioretina.
dari mata normal, maka sinar yang masuk akan jatuh di titik fokus di
depan retina.
2. Radius kurvatura kornea dan lensa yang lebih besar dari normal, disebut Gejala Klinis
miopia kurvatur. Pada keadaan ini, ukuran bola mata normal. 1. Keluhan utama penderita miopia adalah penglihatan jauh yang kabur.
3. Perubahan posisi lensa. Jika lensa berubah posisi lebih ke depan maka Perlu di ingat bahwa pada anak kadang hal ini diabaikan dan mereka baru
sinar yang masuk akan jatuh di satu titik di depan retina. Hal ini seringkali menyadari setelah membandingkan apa yang dapat dilihatnya dengan
terjadi pada keadaan pascaoperasi khususnya glaukoma. apa yang dapat dilihat temannya.
4. Perubahan indeks bias refraksi. Keadaan ini biasanya didapatkan pada 2. Nyeri kepala lebih jarang dikeluhkan daripada pada hipermetropia
penderita diabetes atau katarak. 3. Terdapat kecenderungan penderita untuk memicingkan mata saat melihat
jauh. Hal ini ditujukan untuk mendapat efek pinhole dengan makin
Klasifikasi kecilnya fissura interpalpebralis
4. Umumnya penderita miopia suka membaca. Hal ini diduga karena untuk
Menurut derajatnya miopia terbagi atas miopia ringan, yaitu besar miopia S-
membaca mereka tidak mengalami gangguan penglihatan.
0.25 sampai dengan S-3.00 dioptri; miopia sedang, yaitu besar miopia S-3.25
sampai dengan S-6.00 dioptri; dan miopia tinggi, yaitu besar miopia S-6.25
atau lebih. Pemeriksaan
Menurut usia timbulnya miopia terbagi atas miopia kongenital, youth Pemeriksaan untuk miopia dapat dilakukan secara subyektif dan obyektif.
onset, early adult onset dan late adult onset. Miopia kongenital adalah miopia yang Secara subyektif dengan metode trial and error dengan menggunakan kartu
timbul sejak lahir dan menetap hingga masa anak-anak. Prevalensinya tidak Snellen. Pada prosedur ini, pasien duduk pada jarak 5 m, 6 m atau 20 feet
tinggi, tetapi derajat miopianya tinggi. Bentuk yang lebih umum adalah youth dari kartu Snellen dengan pencahayaan yang cukup. Pemeriksaan dilakukan
onset, terjadi pada usia 5 tahun hingga usia remaja. Sekali didapatkan bentuk bergantian dengan menutup salah satu mata. Umumnya mata kanan diperiksa
youth onset myopia ini, biasanya akan terjadi progresivitas dari miopia yaitu terlebih dahulu dan mata kiri ditutup. Pasien diminta untuk membaca huruf
besarnya bertambah. Prevalensinya meningkat dari 2% pada usia 6 tahun pada kartu Snellen. Jika pasien tidak dapat membaca hingga 6/6 maka dicoba
menjadi 20% pada usia 20 tahun. Early adult onse myopia, adalah miopia yang dilakukan koreksi secara trial and error dengan lensa sferis negatif atau minus
mulai dijumpai pada usia dewasa hingga 40 tahun. Prevalensi miopia 25-30% hingga mencapai tajam penglihatan yang terbaik. Sebagai pedoman untuk
pada usia 40 tahun. Sedangkan late adult onset myopia dijumpai pada usia lebih mengetahui bahwa koreksi telah melampaui koreksi seharusnya. Pasien
dari 40 tahun, lebih jarang daripada youth onset atau early adult onset. umumnya akan mengatakan bahwa lensa sebelumnya lebih jelas, perubahan
lensa tidak membuat tulisan lebih jelas atau tulisan tampak lebih kecil dan
Progresivitas Miopia gelap. Pemeriksaan kemudian dilanjutkan untuk mata kiri.
Pemeriksaan secara obyektif dapat dilakukan dengan alat retinoskopi
Sekali miopia terjadi pada masa anak-anak, akan terjadi progresivitas yang
atau autorefraktometer.
akan melambat atau berhenti pada usia pertengahan atau akhir remaja.

2 Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata Bab 1 - Refraksi 3


Penatalaksanaan 3. Gunakan penerangan yang cukup saat membaca
4. Jarak baca yang baik adalah sepanjang lengan hingga siku
Koreksi miopia dapat dilakukan dengan pemberian kacamata, lensa kontak
5. Duduk setidaknya berjarak 6 kaki saat menonton televisi
atau dengan bedah refraktif. Prinsip pemberian kacamata pada miopia adalah
6. Batasi waktu yang dihabiskan untuk menonton televisi atau bermain game
diberikan lensa sferis negatif atau minus terkecil yang memberikan tajam
7. Olahraga teratur.
penglihatan terbaik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pemberian koreksi pada
miopia: HIPERMETROPIA
1. Miopia kurang dari 2-3 dioptri pada bayi dan balita umumnya tidak perlu Batasan
dikoreksi, karena umumnya akan hilang dengan sendirinya pada usia
2 tahun. Selain itu bayi biasanya hanya berinteraksi dengan obyek yang Hipermetropia adalah suatu kelainan refraksi, yaitu berkas sinar sejajar,
dekat. yang masuk ke mata dalam keadaan istirahat tanpa akomodasi, dibiaskan
2. Miopia 1-1,5 dioptri pada anak usia pra sekolah sebaiknya dikoreksi membentuk bayangan di belakang retina. Hipermetropia disebut juga dengan
karena anak pada usia ini mulai berinteraksi dengan benda-benda rabun dekat, hiperopia, farsightedness atau longsightedness.
atau orang dengan jarak yang lebih jauh dibanding bayi. Namun, jika
diputuskan untuk tidak memberikan koreksi, pasien harus diobservasi Etiologi dan Patofisiologi
dalam 6 bulan.
Epidemiologi tentang hipermetropia tidak banyak diketahui sebagaimana
3. Untuk anak usia sekolah, miopia kurang dari 1 dioptri tidak perlu
miopia. Namun diketahui prevalensi hipermetropia lebih tinggi pada usia
dikoreksi. Namun demikian, perlu dijelaskan kepada guru pasien tersebut
dewasa dan meningkat dengan pertambahan usia. Berkebalikan dengan
di sekolah bahwa pasien menderita miopia dan evaluasi kembali perlu
miopia, hipermetropia lebih banyak didapatkan pada mereka dengan tingkat
dilakukan dalam waktu 6 bulan.
pendidikan lebih rendah.
4. Untuk dewasa, koreksi diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien.
Terdapat beberapa hal yang mendasari terjadinya hipermetropia:
1. Sumbu aksial bola mata yang lebih pendek dari normal, disebut
Selain itu, dikenal istilah "visual hygiene", pedoman dalam upaya
hipermetropia aksial.
mengendalikan laju miopia yang antara lain terdiri atas beberapa langkah
Pada keadaan ini, karena panjang bola mata lebih pendek dari mata
berikut:
normal, maka sinar yang masuk akan jatuh di titik fokus di belakang
1. Beristirahat dari membaca atau bekerja dengan jarak dekat setiap 30 menit.
retina. Perbedaan panjang bola mata sebesar 1 mm akan menyebabkan
Selama istirahat ini usahakan untuk dapat berdiri, berkeliling ruangan
perbedaan sekitar 3 dioptri pada kekuatan refraksi. Umumnya perbedaan
dan melihat jauh keluar jendela
panjang sumbu bola mata tidak lebih dari 2 mm, sehingga hipermetropia
2. Ambillah posisi duduk tegak namun nyaman selama membaca, dan
yang umum terjadi juga kurang dari 6 dioptri. Jika lebih dari itu
duduklah pada kursi dengan sandaran tegak
kemungkinan terdapat keadaan patologis lain.
2. Radius kurvatura kornea dan lensa yang lebih kecil dari normal, disebut
hipermetropia kurvatur.
Keadaan ini menyebabkan kemampuan mata untuk memfokuskan sinar
yang masuk menjadi kurang sehingga sinar yang masuk akan jatuh
di titik fokus di belakang retina. Setiap peningkatan radius kurvatura
sebesar 1 mm menyebabkan hipermetropia sebesar 6 dioptri.
A B 3. Perubahan posisi lensa. Jika lensa berubah posisi lebih ke belakang
maka sinar yang masuk akan jatuh di satu titik di belakang retina. Hal
Gambar 1.1 (A,B} suatu lensa sferis minus (concave) digunakan untuk koreksi miopia (sinar ini seringkali terjadi pada keadaan luksasi lensa ke posterior pada kasus
sejajar dibiaskan didepan retina) (Wilson FM, 1996) trauma atau afakia pasca operasi katarak.

4 Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata Bab 1 - Refraksi 5


4. Perubahan indeks bias refraksi Keseluruhan hipermetropia laten dan manifes, disebut hipermetropia
Keadaan ini biasanya didapatkan pada penderita usia tua di mana terjadi total, yang dapat dilihat dengan pemberian obat sikloplegik untuk
kekeruhan dan perubahan konsistensi dari korteks dan nukleus lensa melumpuhkan muskulus siliaris sehingga tidak terjadi akomodasi sama
sehingga indeks bias menjadi bertambah dan sinar yang masuk akan sekali. Sebagai contoh, pada pemeriksaan tajam penglihatan seorang penderita
dibiaskan di satu titik fokus di belakang retina. Namun, pada keadaan di didapatkan koreksi +1.00 untuk mencapai 5/5, namun dengan koreksi +2.50
mana terjadi sklerotik nukleus yang umumnya terjadi di awal perkembangan juga didapatkan tajam penglihatan 5/5. Setelah diberikan obat sikloplegik,
katarak, yang terjadi adalah sebaliknya perubahan ke arah lebih miopia. didapatkan tajam penglihatan 5/5 dengan koreksi +3.75.
Perubahan indeks bias ini juga dapat terjadi pada penderita dengan diabetes Pada penderita ini, besar hipermetropia absolut adalah +1.00, besar
mellitus yang dalam pengobatan. Sehingga tidak dianjurkan untuk hipermetropia fakutatif adalah +1.50 dan hipermetropia laten adalah +1.25.
mengganti kacamata jika kadar gula darah belum terkontrol.
Gejala Klinis
Klasifikasi
1. Penglihatan jauh umumnya hanya terganggu jika derajat hipermetropia
Mata memiliki kemampuan akomodasi, yaitu kemampuan untuk merubah cukup besar (3 dioptri atau lebih) atau pada penderita usia tua, sementara
kurvatura lensa dengan merubah tonus dari muskulus siliaris. Jika muskulus penglihatan dekat biasanya terganggu terlebih dahulu. Sebagai contoh,
siliaris berkontraksi atau meningkat tonusnya, maka zonula zinii akan teregang penderita hipermetropia 2 dioptri dan memiliki kemampuan akomodasi
dan lensa menjadi lebih cembung sehingga kekuatan refraksi bertambah. 3 dioptri, untuk melihat jauh dengan jelas penderita menggunakan
Titik fokus yang semula berada di belakang retina dapat difokuskan tepat di kemampuan akomodasinya sebesar 2 dioptri, sedangkan untuk melihat
retina. Sebaliknya jika muskulus siliaris relaksasi atau berkurang tonusnya jelas jarak 40 cm diperlukan 2,5 dioptri, sedangkan sisa kemampuan
maka zonula zinii akan memendek dan kecembungan lensa akan berkurang akomodasi yang dimiliki tinggal 1 dioptri sehingga penglihatan dekatnya
sehingga kekuatan refraksi juga berkurang. Titik fokus yang semula berada di kabur karena kekurangan akomodasi sebesar 1,5 dioptri.
depan retina akan jatuh tepat di retina. Seperti diketahui bahwa semakin tua usia semakin berkurang
Setiap orang memiliki kemampuan akomodasi, yang makin berkurang kemampuan akomodasinya, sehingga kemampuan mengkompensasi
dengan bertambahnya usia. Hal tersebut menjelaskan mengapa hipermetropia kelainan hipermetropia juga semakin berkurang. Keluhan penglihatan
sering baru ditemukan pada usia dewasa. Hal ini terjadi karena pada usia dekat kabur ini akan makin terasa jika penderita dalam keadaan lelah,
anak-anak atau lebih muda, kemampuan akomodasi masih sangat kuat tulisan kurang jelas atau pencahayaan yang kurang.
sehingga hipermetropia yang ada masih terkompensasi oleh kemampuan 2. Sakit kepala di daerah frontal, penglihatan yang tidak nyaman dan
akomodasi. Ketika usia makin bertambah, maka kemampuan akomodasi perasaan mata lelah yang dipicu oleh melakukan pekerjaan yang
makin berkurang sehingga besarnya hipermetropia yang dapat dikompensasi memerlukan penglihatan dekat dalam waktu lama. Hal ini disebut
oleh kemampuan akomodasi penderita juga berkurang. asthenopia akomodatif, yang timbul karena akomodasi yang berlebihan.
Dikenal pembagian hipermetropia berdasar kemampuan akomodasi, Keluhan ini jarang muncul di pagi hari, biasanya timbul setelah mulai
yaitu: bekerja lama dan sering menghilang dengan sendirinya jika pekerjaan
1. Hipermetropia laten, yaitu hipermetropia yang dapat dikoreksi dihentikan. Analoginya sama dengan jika kita harus menahan lengan
sepenuhnya oleh kemampuan akomodasi penderita kita dengan posisi tertentu dalam jangka waktu lama, maka akan timbul
2. Hipermetropia manifes, yang terbagi atas: kelelahan.
a. Hipermetropia fakultatif, yaitu hipermetropia yang dapat dikoreksi, 3. Sensitivitas yang meningkat terhadap cahaya
baik oleh kemampuan akomodasi penderita maupun dengan 4. Spasme akomodasi, yang terjadi karena muskulus siliaris terus menerus
pemberian koreksi lensa cembung berkontraksi untuk akomodasi. Akibat akomodasi berlebih ini, sinar
b. Hipermetropia absolut, yaitu hipermetropia yang tidak dapat justru difokuskan di depan retina dan timbullah keadaan yang disebut
dikoreksi dengan kemampuan akomodasi penderita, sehingga mutlak pseudomiopia. Hal ini sering terjadi pada penderita usia muda dimana
harus dikoreksi dengan lensa cembung. kemampuan akomodasinya masih besar. Timbul keluhan yang berat

6 Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata Bab 1 - Refraksi 7


namun pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil tajam penglihatan
yang emetrop atau sedikit miopia. Pada pemeriksaan dengan sikloplegik
didapatkan hipermetropia.
5. Sensasi mata juling. Hal ini dapat terjadi pada penderita yang sudah - - - - - - ' , ~

menderita esophoria sebelumnya. Akomodasi yang berlebihan akan diikuti C D


oleh konvergensi bola mata yang berlebihan juga sehingga esophoria yang
semula masih dapat dikompensasi menjadi manifes. Namun demikian, Gambar 1.2 C. Pada hipermetropia sinar sejajar dibiaskan di belakang retina D. suatu
jika kelainan hipermetropianya dikoreksi, keluhan ini akan hilang. lensa sferis positif (convex) digunakan untuk koreksi hipermetropia (Wilson FM,1996)

Pemeriksaan
resep kacamata disarankan untuk diperiksa kembali setiap 3 bulan untuk
Sebagaimana miopia, pemeriksaan yang dilakukan dengan cara subyektif dan mengevaluasi tajam penglihatan dan kepatuhannya memakai kacamata.
obyektif. Secara subyektif sama dengan miopia, dilakukan dengan metode trial 2. Pada anak usia di atas 6 tahun, perlu dipertimbangkan kebutuhan
and error dengan alat kartu Snellen dan koreksi yang dilakukan menggunakan penglihatannya karena aktivitas mereka lebih banyak. Kacamata plus akan
lensa sferis positif atau plus. Secara obyektif, dilakukan dengan retinoskopi membuat penglihatan jauh mereka kabur, sehingga mereka lebih suka
atau autorefraktometer hanya menggunakan kacamatanya untuk aktivitas yang memerlukan
penglihatan dekat. Jika dengan hasil refraksi sikloplegik, terdapat
Penatalaksanaan keluhan kabur untuk penglihatan jauh, maka diberikan koreksi full tanpa
sikloplegik. Dan jika didapatkan esophoria, esotrophia atau hipermetropia
Seperti halnya miopia, hipermetropia dapat dikoreksi dengan kacamata,
laten, ditambahkan lensa addisi untuk penglihatan dekatnya.
lensa kontak dan bedah refraktif. Sebagai pedoman pemberian kacamata
3. Pada penderita dewasa, terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
pada hipermetropia diberikan lensa sferis positif atau lensa plus terkuat yang
dalam memberikan resep kacamata yaitu keluhan penderita, pekerjaan,
menghasilkan tajam penglihatan terbaik.
kebutuhan penglihatan, usia, derajat hipermetropia dan masalah lain yang
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam koreksi hipermetropia
berkaitan. Untuk dewasa muda denganhipermetropia kurang dari 3 dioptri
adalah sebagai berikut. Jika derajat hipermetropia ringan, tajam penglihatan
dan tidak didapatkan keluhan asthenopia, maka tidak perlu diberikan
normal, penderita dalam keadaan sehat, tidak didapatkan keluhan asthenopia
resep kacamata. Namun seiring dengan pertambahan usia, di mana
akomodatif maupun gangguan pada keseimbangan otot ekstraokuler, maka
kemampuan akomodasi berkurang, untuk penglihatan jauh penderita
tidak diperlukan terapi khusus, namun jika didapatkan salah satu keadaan
merasa tidak memerlukan kacamata, dan keluhan baru timbul untuk
tersebut maka koreksi hipermetropia perlu dilakukan.
penglihatan dekat, maka diberikan kacamata dan disarankan digunakan
1. Pada anak usia di bawah 6 tahun, karena panjang bola matanya relatif
terus untuk melakukan pekerjaan yang memerlukan penglihatan dekat.
lebih pendek dari orang dewasa, umumnya didapatkan hipermetropia
Jika akomodasi semakin berkurang dengan bertambahnya usia, maka
fisiologis. Koreksi hanya diperlukan jika derajat hipermetropianya
penderita akan memerlukan kacamata plus untuk penglihatan jauh dan
cukup besar atau didapatkan strabismus. Pemeriksaan pada anak
dekatnya.
usia ini dilakukan dengan sikloplegik. Jika penderita memiliki risiko
untuk terjadinya ambliopia maka diberikan koreksi penuh sesuai hasil
refraksi sikloplegik. Perlu diingat bahwa pada anak usia kurang dari 6 ASTIGMATISME
tahun mudah terjadi ambliopia. Kelainan hipermetropia sebesar 2,50
dioptri yang tidak dikoreksi sudah dapat menimbulkan ambliopia. Juga Batasan
perbedaan refraksi kedua mata hipermetropia sebesar 1 dioptri dapat Astigmatisme adalah kelainan refraksi, yaitu berkas sinar sejajar yang masuk
menyebabkan ambliopia. Jika diberikan resep kacamata maka disarankan ke dalam mata, pada keadaan tanpa akomodasi, dibiaskan pada lebih dari satu
pemakaian fulltime. Untuk anak usia kurang dari 6 tahun yang diberikan titik fokus. Pada keadaan ini pembiasan dari berbagai meridian tidak sama.

8 Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata Bab 1 - Refraksi 9


Ie
Etiologi dan Patofisiologi
a a
Penyebab dari astigmatisme adalah kelainan bentuk kornea atau lensa, C C
d db
kelainan posisi lensa dan kelainan indeks refraksi lensa. Kelainan bentuk b
kornea sebagian besar bersifat kongenital, yang tersering adalah kurvatura
vertikal lebih besar dari horisontal. Pada saat lahir bentuk kornea umumnya E F
sferis. Astigmat baru timbul 68% pada saat anak berusia 4 tahun dan 95% pada
Gambar 1.3 E. Pada astigmatisme berkas sinar tidak difokuskan pada satu titik. F. lensa
usia 7 tahun. Dengan bertambahnya usia dapat hilang dengan sendirinya silindris atau sferosilindris untuk mengoreksi astigmatisme (Wilson FM,1996)
atau berubah sebaliknya kurvatura horisontal lebih besar dari vertikal.
Kelainan yang didapat misalnya pada berbagai penyakit kornea seperti ulkus
kornea, trauma pada kornea bahkan trauma bedah pada operasi katarak. Gejala Klinis
Kelainan posisi lensa misalnya subluksasi yang menyebabkan efek decentering. Pada astigmatisme yang ringan, keluhan yang sering timbul adalah mata lelah
Sedangkan kelainan indeks refraksi lensa dapat merupakan hal yang fisiologis khususnya jika pasien melakukan satu pekerjaan terus menerus pada jarak
di mana terdapat sedikit perbedaan indeks refraksi pada beberapa bagian yang tetap; transient blurred vision pada jarak penglihatan dekat yang hilang
lensa, namun hal ini dapat makin berat jika kemudian didapatkan katarak. dengan mengucek mata; nyeri kepala di daerah frontal. Astigmatisme against
the rule menimbulkan keluhan lebih berat dan koreksi terhadap astigmat jenis
Klasifikasi ini lebih sukar untuk diterima oleh pasien.
Pada astigmat yang berat dapat timbul keluhan mata kabur; keluhan
Berdasarkan bentuknya, astigmatisme terbagi atas astigmatisme reguler dan
asthenopia atau nyeri kepala jarang didapatkan tapi dapat timbul setelah
ireguler. Pada astigmatisme reguler terdapat dua meridian utama yang saling
pemberian koreksi astigmatisme yang tinggi; memiringkan kepala (tilting of
tegak lurus yang masing-masing memiliki daya bias terkuat dan terlemah.
the head), umumnya pada astigmatisme oblik; memutar kepala (turning of the
Astigmatisme reguler ini dapat dikoreksi dengan lensa silinder. Jika meridian
head) biasanya pada astigmatisme yang tinggi; memicingkan mata seperti
vertikal memiliki daya bias terkuat, disebut astigmatisme with the rule, lebih
pada miopia untuk mendapatkan efek pinhole, tetapi pada astigmat dilakukan
sering pada usia muda dan dikoreksi dengan lensa silinder minus dengan aksis
saat melihat jauh dan dekat; dan penderita astigmatisme sering mendekatkan
180° atau silinder plus dengan aksis 90°. Jika meridian horizontal memiliki daya
bahan bacaan ke mata dengan tujuan mendapatkan bayangan yang lebih
bias terkuat disebut astigmatisme against the rule,lebih sering pada usia tua dan
besar meskipun kabur.
dikoreksi dengan lensa silinder minus dengan axis 90° atau silinder plus dengan
aksis 180°. Pada astigmatisme ireguler didapatkan titik fokus yang tidak beraturan
dengan penyebab tersering adalah kelainan kornea (dapat berupa sikatriks atau Pemeriksaan
keratokonus) dan dapat juga disebabkan kelainan pada lensa seperti pada katarak Pemeriksaan dapat dilakukan secara subyektif dan obyektif. Seperti halnya
imatur. Kelainan ini tidak dapat dikoreksi sepenuhnya dengan lensa silinder. miopia dan hipermetropia, pemeriksaan subyektif dilakukan dengan kartu
Berdasarkan tipenya, astigmatisme terbagi atas astigmatisme Snellen. Bila tajam penglihatan kurang dari 6/6 dikoreksi dengan lensa
hipermetropia simpleks yaitu salah satu meridian utama emetropia dan silinder negatif atau positif dengan aksis diputar 0-180°. Kadang-kadang perlu
meridian utama lainnya hipermetropia; astigmatisme miopia simpeks yaitu dikombinasi dengan lensa sferis negatif atau positif.
salah satu meridian utama emetropia dan meridian utama lainnya miopia; Pemeriksaan secara objektif dapat dilakukan dengan retinoskopi,
astigmatisme hipermetropia kompositus yaitu kedua meridian utama autorefraktometer, tes Placido untuk mengetahui permukaan kornea yang
hipermetropia dengan derajat yang berbeda; astigmatisme miopia kompositus ireguler, teknik fogging dan Jackson's crosscylinder.
yaitu kedua meridian utama miopia dengan derajat yang berbeda; dan
astigmatisme mikstus, yaitu satu meridian utama hipermetropia dan meridian
Penatalaksanaan
utama yang lain miopia.
Terdapat juga istilah astigmatisme oblik yaitu meridian utama lebih dari Koreksi astigmatisme dapat dilakukan dengan pemberian kacamata, lensa
20° dari meridian vertikal atau horisontal. Misalnya pada 45° dan 135°. kontak atau dengan bedah refraktif. Pemberian kacamata untuk astigmatisme

10 Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata Bab 1 - Refraksi 11


reguler diberikan koreksi sesuai kelainan yang didapatkan yaitu silinder hubungannya dengan menurunnya kemampuan relaksasi pada muskulus
negatif atau positif dengan atau tanpa kombinasi lensa sferis. Sedangkan siliaris.
untuk astigmat ireguler, jika ringan dapat diberikan lensa kontak keras, dan 3. Astenopia
untuk yang berat dapat dilakukan keratoplasti. Pasien akan mengeluh matanya seperti menonjol keluar, mata lelah, mata
berair dan sangat tidak nyaman setelah pemakaian mata untuk melihat
PRESBIOPIA dekat dalam waktu yang lama. Hal ini terjadi karena adanya pemakaian
akomodasi yang berlebihan.
Batasan 4. Sakit sekitar mata dan sakit kepala.
Presbiopia yang berarti "mata tua" berasal dari bahasa Yunani yang Biasanya terjadi pada presbiopia yang "undercorection", yaitu keluhan
menggambarkan kondisi refraksi yang berhubungan dengan usia tua, yang pasien yang terbanyak adalah nyeri di belakang kepala dan nyeri sekitar
kompleks lensa dan muskulus siliaris kehilangan fleksibilitasnya untuk mata. Hal ini terjadi karena kontraksi dari muskulus orbikularis dan
mempertahankan akomodasi sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan oksipitofrontalis supaya penglihatan dekatnya tetap baik.
dekatnya. Jadi presbiopia adalah suatu kondisi normal yang berhubungan 5. Kemampuan membaca yang lebih baik pada siang hari dibanding malam
dengan peningkatan usia dan hilangnya akomodasi secara gradual. hari.

Koreksi Presbiopia
Klasifikasi
Koreksi presbiopia adalah dengan menambah akomodasi dengan cara
Presbiopia dibagi menjadi dua, yaitu Presbiopia borderline atau Presbiopia
memberi lensa sferis positif untuk melihat dekat. Perbedaan dioptri antara
insipient dan Presbiopia fungsional. Disebut Presbiopia borderline bila pasien
koreksi melihat jauh dan melihat dekat disebut addisi.
memerlukan koreksi lensa sferis positif untuk melihat dekat yang timbulnya
hanya kadang-kadang saja, sedangkan yang dimaksud dengan Presbiopia
fungsional adalah bila pasien selalu mengeluh kabur untuk melihat dekat, Cara Penentuan Addisi
dan dengan pemberian lensa sferis positif keluhan akan hilang dan membaik. 1. Tes subjektif
Tes subjektif merupakan tes yang sederhana dan paling sering digunakan.
Gejala klinis Pasien diberi koreksi refraksi untuk jauhnya sampai tercapai visus 6/6,
kemudian diberikan kartu baca Jaeger dan pasien disuruh membaca pada
Gejala klinis presbiopia dimulai setelah usia 40 tahun, biasanya antara 40-45 jarak 40 cm dan pelan-pelan ditambahkan lensa sferis positif terlemah
tahun di mana tergantung pada kelainan refraksi sebelumnya, "depth offocus" sampai pasien dapat membaca dengan baik dengan huruf terkecil. Tes
(ukuran pupil) , kebutuhan visus dari pasien dan variabel yang lain. ini dilakukan monokuler atau binokuler, di mana dengan tes binokuler
Gejala klinis yang sering ditemukan adalah sebagai berikut. akan didapatkan addisi yang lebih rendah. Bila dengan tes monokuler
1. Kabur melihat dekat didapatkan tajam penglihatan yang baik, sedangkan tes binokulernya
Pasien sering mengatakan "Lengan saya terlalu pendek" atau "Jlka kabur kemungkinan terdapat eksoforia yang bila dikoreksi dengan lensa
membaca saya harus menjauhkan bahan bacaan". Hal ini terjadi karena
penurunan akomodasi sehingga pasien tidak bisa mempertahankan
penglihatan dekatnya. Ada yang mengatakan dengan memberi lampu Tabel 1.1 Penambahan lensa sferis positif sesuai umur (Sloane
yang terang, maka penglihatannya akan menjadi lebih baik karena A E,1979)
meningkatkan penyinaran terhadap retina dan pupil miosis sehingga
Umur (Tahun) Addisi
meningkatkan "depth offocus".
45 +1,00 sampai + 1,25
2. Kabur melihat jauh
50 +1,50 sampai + 1,75
Pasien presbiopia borderline akan mengeluh kabur melihat jauh walaupun
55 + 2,00 sampai + 2,25
hanya sesaat yang terjadi setelah melakukan pekerjaan dekat. Hal ini ada

12 Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata Bab 1 - Refraksi 13


sferis positif akan bertambah derajat eksoforianya. Hal ini bisa dihilangkan Perbedaan ini dapat terjadi pada semua kelainan refraksi, baik salah
dengan pemberian kacamata dengan distansia pupilnya lebih kecil. satu mata emetropia dan mata yang lain ametropia (dapat miopia maupun
2. Penggunaan amplitudo akomodasi hipermetropia) atau kedua mata ametropia, baik kelainan refraksinya sama
Amplitudo akomodasi adalah perbedaan kekuatan refraksi tanpa atau satu mata miopia dan mata satunya hipermetropia (disebut antimetropia).
akomodasi atau dalam keadaan istirahat dengan akomodasi penuh. Anisometropia tidak hanya berlaku hanya untuk perbedaan kelainan sferis,
Sebagai bahan pertimbangan adalah pemberian koreksi untuk melihat melainkan juga pada astigmat.
dekat dengan memberikan addisi yang masih menyisakan setengah
dari amplitudo akomodasi untuk cadangan. Misalnya jarak baca Patofisiologi
40 cm memberikan akomodasi 2,5 Dioptri. Seorang pasien yang memiliki
amplitudo akomodasi 2,0 Dioptri maka cadangan akomodasi pasien Anisometropia pada umumnya bersifat kongenital, dalam masa pertumbuhan
tersebut 1,0 Dioptri (setengah dari 2,0 D). Total amplitude akomodasi kedua mata tidak berkembang dengan sama dalam hal kekuatan refraksi.
2,5 D dikurangi 1,0 D. Jadi 1,5 D adalah perkiraan pemberian lensa adisi Namun dapat juga bersifat didapat, misalnya pada kasus trauma yang
yang diperlukannya agar terasa lebih enak. menyebabkan katarak traumatika dan kerusakan pada kornea.
Keadaan anisometropia ini menyebabkan ketajaman bayangan yang
terbentuk oleh retina akan berbeda. Hal ini terjadi karena akomodasi selalu
Penatalaksanaan
bersifat setara pada kedua mata sesuai dengan mata yang berfikasi, sedangkan
Presbiopia dapat dikoreksi dengan lensa sferis positif terlemah bisa dalam pada anisometropia jumlah akomodasi yang diperlukan untuk membentuk
bentuk berikut. bayangan yang ketajamannya sama berbeda pada masing-masing mata. Pada
1. Kacamata satu mata yang derajat ametropianya lebih kecil dapat terbentuk bayangan
a. Kacamata monofokal. yang tajam, sedangkan pada mata yang lain di mana derajat ametropianya
b. Kacamata bifokal. lebih besar, dengan akomodasi yang setara bayangan yang terbentuk tidak
c. Kacamata trifokal. setajam mata pertama. Pada usia perkembangan anak, perbedaan tajam
d. Kacamata multifokal/Progressive addition lens (PAL). penglihatan kedua mata ini dapat menyebabkan ambliopia pada mata dengan
2. Lensa kontak. kelainan refraksi yang lebih buruk, sekalipun perbedaannya hanya 1 dioptri.
a. Lensa kontak single vision dengan kacamata presbiopia. Masalah lain yang timbul adalah perbedaan ketajaman bayangan yang
b. Lensa kontak monovision. dihasilkan retina akan mengganggu proses fusi (penyatuan kedua bayangan
c. Lensa kontak bifocal. yang dibentuk oleh setiap mata oleh otak menjadi satu persepsi bayangan
d. Lensa kontak monovision modifikasi. tunggal) sehingga penglihatan binokuler, termasuk persepsi kedalaman, akan
terganggu.
ANISOMETROPIA Umumnya terdapat 3 macam keadaan penglihatan pada penderita
anisometropia.
Batasan 1. Tetap didapatkan penglihatan binokuler
Anisometropia adalah suatu keadaan dengan kelainan refraksi pada kedua Umumnya terjadi pada anisometropia dengan perbedaan kelainan
mata tidak sama. Sebenarnya, hampir semua penderita kelainan refraksi refraksi yang tidak terlalu besar. Meskipun ketajaman bayangan yang
memiliki derajat kelainan refraksi yang berbeda di antara kedua matanya, dibentuk kedua mata tidak sama, penglihatan binokuler masih terjadi
sehingga istilah anisometropia lebih banyak dimaksudkan untuk perbedaan sekalipun tidak sempurna. Karena besar akomodasi kedua mata sama,
kelainan refraksi yang signifikan di antara kedua mata. Beberapa ahli membagi untuk mencapai fusi diperlukan usaha akomodasi yang besar, dan ini
menjadi anisometropia ringan, yaitu jika perbedaan kelainan refraksi antara sering menimbulkan keluhan astenopia
kedua mata kurang atau sama dengan 2 dioptri, dan anisometropia berat jika 2. Penglihatan bergantian (alternating vision)
perbedaan kelainan refraksi antara kedua mata lebih dari 2 dioptri. Umumnya terjadi pada penderita dengan fungsi kedua mata baik,
yaitu satu mata emetrop atau lebih hipermetropia dan mata yang lain

14 Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata Bab 1 - Refraksi 15


lebih miopia. Pada keadaan ini penderita menggunakan setiap mata diperiksa adanya gangguan keseimbangan pada otot-otot ekstraokuler.
untuk penglihatan yang berbeda. Untuk penglihatan jauh, penderita Jika diperlukan dapat dilakukan terapi untuk ambliopia dan ortoptik
menggunakan mata yang lebih hipermetropia dan untuk penglihatan untuk melatih fusi. Hal-hal tersebut ditujukan untuk mencegah terjadinya
dekat penderita menggunakan mata yang lebih miopia. Keadaan ini lebih strabismus. Namun demikian, strabismus dapat juga terjadi kemudian jika
nyaman untuk penderita karena tidak perlu berusaha untuk akomodasi dilakukan koreksi penuh dan terjadi aniseikonia. Hal ini perlu diwaspadai
maupun konvergensi. dan pasien perlu dimonitor dengan ketat.
3. Penglihatan monokuler 2. Pada dewasa, diberikan koreksi yang menghasilkan tajam penglihatan
Umumnya terjadi pada kasus anisometropia dengan perbedaan yang terbaik yang tidak menimbulkan keluhan tidak nyaman. Untuk mata
besar atau tajam penglihatan pada satu mata tidak baik. Jika didapatkan yang lebih besar ametropianya dilakukan undercorrection. Misalnya
pada fase perkembangan, akan terjadi supresi pada mata dengan tajam jika mata kanan didapatkan -2.00 D dan mata kiri -4.00 D, maka dapat
penglihatan yang lebih buruk yang akan mengarah pada terjadinya diberikan kacamata -2.00 dioptri untuk kedua mata sehingga penderita
ambliopia (ambliopia ex anopsia) dan strabismus. akan menggunakan mata kanan untuk melihat jauh dan mata kiri untuk
melihat dekat.
Gejala Klinis
Selain kacamata, alternatif lain adalah pemakaian lensa kontak. Dengan
Gejala klinis anisometropia bervariasi berdasarkan jenis anisometropianya lensa kontak, perbedaan besar bayangan di retina dapat diminimalkan karena
dan seberapa baik penderita dapat beradaptasi dengan keadaannya. Pada tidak terdapat jarak dengan kornea. Pada kondisi afakia, koreksi dengan
penderita dengan anisometropia miopia atau antimetropia akan mengeluhkan kacamata dapat menimbulkan perbedaan besar bayangan 25-30%, sedangkan
penglihatan kabur pada satu mata, sedangkan penderita anisometropia dengan lensa kontak perbedaan yang timbul hanya 6-7%, yang masih dapat
hipermetropia umumnya mengeluhkan sakit kepala dan asthenopia. ditoleransi, dan dengan lensa intra okuler perbedaan kurang dari 1%.
Jika perbedaan kelainan reaksi sangat kecil atau justru sangat besar, lebih
dari 6 dioptri, umumnya tidak akan timbul keluhan.
LENSA KONTAK

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan anisometropia memiliki kesulitan tersendiri. Secara teoritis,


yang terbaik adalah memberikan koreksi penuh pada masing-masing mata
agar terbentuk bayangan yang paling tajam di retina. Namun, hal ini akan
menyebabkan terjadinya aniseikonia, yaitu perbedaan ukuran bayangan
di retina antara kedua mata, sehingga menyulitkan terjadinya fusi. Koreksi Batasan
dengan lensa cembung, makin besar dioptrinya lebih besar bayangan yang
Lensa kontak adalah lensa kecil yang diletakkan di kornea dan akan melekat
dihasilkan, sebaliknya koreksi dengan lensa cekung, makin besar dioptrinya
dengan baik karena adanya "tearfilm" yang menutup permukaan anterior
akan lebih kecil bayangan yang dihasilkan. Setiap perbedaan 1 dioptri akan
mata dan tekanan dari palpebra. Lensa kontak merupakan suatu alat medik
menyebabkan perbedaan bayangan sebesar 1-2%. Umumnya penderita akan
untuk koreksi kelainan refraksi atau ametropia seperti miopia, hipermetropia,
dapat mentoleransi dengan baik perbedaan besar banyangan 2-3%. Namun,
astigmatisme dan presbiopia yaitu penurunan secara gradual kemampuan
sensitivitas setiap individu berbeda. Perbedaan besar bayangan hingga 6-7%
melihat dekat yang berhubungan dengan faktor usia dan akomodasi.
masih dapat ditoleransi oleh sebagian penderita.
Secara umum, penatalaksanaan pada anisometropia mengikuti pedoman
berikut. Tipe lensa kontak
1. Pada anak. Makin muda usia anak, makin besar kemungkinan terapi Konsep lensa kontak pertama kali diperkenalkan oleh Leonardo da Vinci pada
akan berhasil. Sebaiknya diberikan koreksi penuh pada setiap mata dan tahun 1508 yang terus berkembang sampai saat ini.

16 Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata Bab 1 - Refraksi 17


NEURITIS OPTIK ... , ., .. .-----.
Pendahuluan

Insiden neuritis optik pada penelitian berdasarkan populasi antara 1 hingga


5 per 100.000. Di Olmsted County, Minnesota, di mana Mayo Clinic berada,
angka insiden diperkirakan 5,1 per 100.000 orang per tahun dan angka
prevalensi 115 per 100.000.
Di Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo Surabaya, dari data 10 penyakit B
terbanyak pada poli mata divisi neurooftalmologi, neuritis optik menempati
urutan ketiga pada periode 1992-2000, urutan keempat pada periode Juli
2004-Juni 2005, dan urutan kesembilan pada tahun 2008.
Sebagian besar pasien neuritis optik berumur antara 20 hingga 50 tahun,
dengan usia tengah 30 hingga 35 tahun. Wanita lebih sering terkena dari pria
dengan rasio sekitar 3:1. Pada The Optic Neuritis Treatment Trial (ONTT), 77%
pasien wanita, 85% kulit putih, dan usia tengah 32 tahun. Neuritis optik pada
dewasa 70% unilateral dan 30% bilateral, sedangkan pada anak-anak 66%
bilateral dan 34% unilateral.

Batasan Gambar 6.5 Neuritis Retrobulber: A. Foto papil pada neuritis optik retrobulber,
menunjukkan penampakan normal. B. Skotoma sentral tampak pada perimetri statik
Neuritis optik adalah kehilangan penglihatan akut yang disebabkan suatu otomatis. C. Tl-weighted axial MRI scan orbita dengan teknik supresi lemak dan pemberian
proses inflamasi, infeksi atau demielinating yang mengenai saraf optik. gadolinium, menunjukkan peningkatan pada saraf optik intraorbital kanan (panah). D.
Tl-weighted axial MRI scan pada otak, menunjukkan hiperintensitas white matter multipel
Pembagian (panah) konsisten dengan demielinasi (Kline, 2011)

Ada dua macam neuritis optik, yaitu:


a. Papilitis: adalah peradangan papil saraf optik dan apabila jaringan retina b. Neuritis retrobulbar: adalah peradangan saraf optik yang berada di
di sekitarnya juga terkena disebut neuroretinis. belakang bola mata.

Gejala Klinis

- visus mendadak menurun (jam-hari)


- Biasanya unilateral
Usia: 18-45 tahun
Nyeri di orbita terutama pada pergerakan mata
- Defisiensi persepsi warna
Persepsi intensitas cahaya menurun
- Bisa disertai gejala neurologi atau infeksi virus
- Relative afferent pupillary defect
- Defek lapang pandangan: sentral, sekosentral, arkuata atau altitudinal
Persepsi warna menurun
Gambar 6.4 Papillitis (Kanski, 2011) Papil batas kabur, hiperemi

Bab 6 - Neuro-Oftalmologi 179 180 Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata


Etiologi adanya fraktur kanal saraf optik yang dapat dibuktikan dengan pencitraan
otak dan kranium.
- Idiopatik
- Multipel Sklerosis
Patofisiologi
- Inflamasi intraokuler
- Inflamasi granulomatous Mekanisme belum sepenuhnya belum dapat dijelaskan. Kadang kala trauma
- Inflamasi contiguous kecil dapat mengakibatkan kerusakan saraf optik yang tidak sebanding. Lebih
banyak berhubungan dengan arah benturan. Trauma bersifat deselerasi yang
Diagnosis Banding mengenai dahi sesisi atau tengah dahi. Pada adanya perdarahan retrobulbar
akibat trauma tumpul, maka risiko adanya gangguan penglihatan adalah
Diagnosis banding dari neuritis optik antara lain : Iskemik Optik Neuropati, lebih besar.
Pepil edema, Hipertensi berat, Tumor orbita yang menekan saraf optik, Proses Kerusakan saraf optik dapat terjadi sebagai akibat langsung atau tidak
desak ruang (Space Occupying Process), Neuropati optikleber, Toksik atau langsung mempunyai mekanisme primer maupun sekunder.
Metabolik Optik Neuropati
Pembagian
Diagnosis dan Cara Pemeriksaan
I. Berdasarkan mekanisme
Anamnesis sangat diperlukan pada pasien dengan neuritis optik. Papilitis dan 1. Trauma saraf optik langsung
neuritis retrobulbar mempunyai persamaan dan perbedaan tanda dan gejala 2. Trauma saraf optik tidak langsung
yaitu berupa penurunan visus yang agak mendadak, pengurangan persepsi II. Berdasarkan antomi
warna, pengurangan kecerahan cahaya, defek pupil aferen relatif (bila terjadi 1. Trauma papil saraf optik (avulsi)
unilateral dan bilateral simetris), defek lapang pandangan terutama berupa 2. Trauma saraf optik anterior
skotoma sentral atau sekosentral tetapi pada papilitis defek lebih luas. 3. Trauma saraf optik posterior
Pada pemeriksan oftalmoskopis, papilitis didapatkan adanya hiperemi
dan edema ringan pada papil, sedangkan pada neuritis retrobulbar papil Gejala Klinis
dalam batas normal, sehingga sering dikatakan "the doctor sees nothing and the
patient sees nothing" Kemunduran tajam penglihatan setelah trauma khususnya trauma kepala
di daerah frontal atau trauma orbita. Penurunan dapat berjalan cepat atau
perlahan-lahan bisa sampai 0. Gangguan lapang pandangan bisa beragam.
Penatalaksanaan Karena bagian atas saraf optik adalah yang paling terikat erat dengan kanal
A. Visus 20/40 :=c: : observasi saraf optik, maka vasa-vasa piameter di sini paling sering terputus sehingga
B. Visus 20/50 ~ : menyebabkan gangguan lapang pandangan sebelah bawah. Bentuk-bentuk
a. Observasi lapang pandangan yang lain bisa saja terjadi tergantung pada lokasi trauma.
b. Methyl prednisolon 250 mg-i.v. tiap 6 jam, selama 3 hari, dilanjutkan
prednison 30 mg/kgBB/hari selama 11 hari, tappering off Diagnosis Dan Cara Pemeriksaan

- Visus: menurun setelah trauma kepala/orbita


TRAUMATIK OPTIK NEUROPATI Pupil: APD atau Marcus Gunn Phenomenon
Batasan Pemeriksaan mata luar: tanda-tanda lain trauma (hematom, laserasi,
perdarahan subkonjungtiva, dll)
Kerusakan fungsional atau perubahan patologis pada saraf optik yang Funduskopi: pada keadaan akut sebagian besar kasus tidak dapat
disebabkan oleh trauma. Trauma pada saraf optik bisa merupakan bagian kelainan, tetapi papil saraf optik makin lama menjadi pucat dalam waktu
dari trauma kepala. Gangguan penglihatan sangat erat hubungannya dengan 2-6minggu.

Bab 6 - Neuro-Oftalmologi 181 182 Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata


Lapang pandangan: dapat berupa defek altitudinal, tetapi tidak ada defek - Pemeriksaan darah
yang patognomonis. - Konsultasi internist
Persepsi warna: terjadi gangguan atau penurunan
CT Scan: adanya fraktur kanal optik, avulse saraf optik, perdarahan saraf Differential Diagnosis
optik.
Diagnosis banding dari Toxic Optik Neuropati termasuk di dalamnya adalah
makulopati yang halus dan herediter, kompresif, demyelinating, dan optik
Diagnosis Banding
neuropati infiltratif.
Diagnosis banding untuk traumatik optik neuropati antara lain adalah: Oklusi
Arteri Retina Sentral, Oklusi Vena Retina Sentral, Anterior Iskemik Optik Penatalaksanaan
Neuropati (AION), Neuritis Optik, Papil Edema, Neuropati Optik Leber, dan
Neuropati Optik Nutrisional - Thiamine 100 mg p.o./bid
- Folate 1,0 mg/hari
- Multivitamin p.o./hari
Penatalaksanaan
- Eliminasi kausa (mis: alcoholism)
1. Medikamentosa - Vit. B12 1000 mg i.m./bulan
- Bila tidak ada fraktur atau hematom pada kanal optik dianjurkan
hanya medikamentosa segera setelah trauma. NEUROPATI OPTIK ISKEMIK ANTERIOR
Seharusnya dimulai sebelum 8 jam setelah trauma.
- Dosis kortikosteroid: dosis awal methylprednisolon 30 mg/kgBB (i.v.), Pendahuluan
kemudian diikuti 5 mg/kgBB/hari selama 48-72 jam dan apabila tidak Neuropati iskemik adalah pembengkakan (edema) diskus saraf optik
ada perbaikan steroid dihentikan. Bila ada perbaikan, pengobatan tetapi agak pucat, terjadi secara akut, dan kadang-kadang dusertai dengan
dilanjutkan selama 4-5 hari dan dilanjutkan dengan prednison secara perdarahan kecil-kecil. Penyakit ini disebabkan oleh oklusi arteri siliaris
oral untuk penurunan dosis secara cepat selama 2 minggu. posterior di belakang lamina kribrosa. Kelainan biasanya terjadi pada usia
2. Pembedahan lanjut. Faktor risiko untuk terjadinya penyakit ini adalah arteriosklerosis,
1. Dekompresi Kanal Optik hipertensi, diabetes melitus dan arteritis temporalis.
o masih kontroversial
o dianjurkan pada keadaan:
Batasan
1. Tidak ada perbaikan dengan atau tanpa kortikosteroid selama
24-48jam. Neuropati Optik Iskemik Anterior {Anterior Ischemic Optic Neuropathy (AION)}
2. Ada perbaikan dengan kortikosteroid tetapi mengalami adalah neuropati optik akut yang paling umum dijumpai pada pasien yang
penurunan bila dosis diturunkan. berumur di atas 50 tahun, yang mencerminkan adanya kerusakan yang
3. Ada perdarahan atau fragmen tulang yang mengenai saraf bersifat iskemik pada papil saraf optik.
optik.
2. Dekompresi Orbita Pembagian
Ditujukan pada kasus perdarahan orbita yang menimbulkan kompresi
pada saraf optik yaitu dengan kantotomi lateral dan kantolisis. 1. Arteritik (AAION),
berhubungan dengan temporal giant cell arteritis
2. Non Arteritik (NAION)

Bab 6 - Neuro-Oftalmologi 183 Bab 6 - Neuro-Oftalmologi 185


Diagnosis dan Cara Pemeriksaan

Tabel 6.1 Perbedaan arteritik dan non arteritik iskemik optik neuropati
Karakteristik Arteritik Non Arteritik
Umur Rerata 70 Tahun Rerata 60 Tahun
Jenis Kelamin Wanita > Pria Pria = Wanita
A Gejala Penyerta Sakit kepala, yeri kulit kepala, >20/200 pada 60% kasus
laudikasio, hilang penglihatan
Gambar 6.6 Papil Optik pada NOIA. (Kline, 2011) sementara < 20/200 pada 60%
A. Penampakan papil optik pada NOIA non arteritis. Edema segmental, dengan lapisan kasus
pucat ringan dan perdarahan lidah api.
B. Penampakan papil optik pada NOIA arteritis. Pucat lebih menonjol, dan pada kasus
Disk Bengkak pucatpada umumnya Pucat atau hiperemi Cup
ini, iskemi koroidal peripapiler membuat pembengkakan pucat pada retina dalam
Cup normal kecil
peripapiler dan koroid (panah), selanjutnya mengaburkan tepi retina-papil Laju Endap Darah Rerata 70 mm/jam Rerata 20--40 mm/jam
FFA Disc delay dan choroid Disc delay
delay
Gejala Dan Tanda Klinis Perjalanan Ilmiah Jarang membaik 16--42,7% membaik
- Visus menurun Mata jiran 54-95% Mata jiran 12-19%
Tidaknyeri Pengobatan Steroid sistemik Tidak ada yang terbukti
Dimulai pada satu mata tapi bisa dua mata
Defek pupil afferent Diagnosis Banding
Edeme papil segmental yang pucat
- Flame shaped hemorrhages - Neuritis optik idiopatik
Penglihatan warna menurun - Neuritis optik infeksi
Defek lapang pandangan: altitudinal atau sentral - Neuritis optik vaskulitik
- Neuritis optik infiltratif
- Kompresi nervus optik
- Papil edema
AlflT N •nc.u,. fll
- Papilopati diabetik
00

Penatalaksanaan

1. Arteritik
• Methylprednisolon intravena 1 g/hari untuk 3-5 hari pertama
• Prednison oral sampai 100 mg/hari di tappering selama 3-12 bulan
tergantung pada respons.
• Tappering harus pelan-pelan dan hati-hati, karena dapat terjadi
rekurensi sekitar 7%.
2. Non Arteritik
Gambar 6.7 Defek Lapangan Pandang pada Non-Arteritik Anterior lschaemic Optic
• Nonprogresif: observasi
Neuropathy (Walsh and Hoyt's Clinical Neuro-Ophthalmology Ed. 4, 1982)
• Progresif: dekompresi selubung saraf optik mungkin dipertimbangkan.

186 Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata Bab 6 - Neuro-Oftalmologi 187


Faktor eksogenik berasal dari lingkungan luar yang meliputi faktor kimiawi,
fisika dan biologis.

RETINOBLASTOMA

Definisi

Retinoblastoma adalah tumor ganas primer intraokuler yang sering ditemukan


padaanak

Epidemiologi

Retinoblastoma adalah tumor ganas pada retina terbanyak dijumpai pada


anak-anak di bawah usia 5 tahun dengan insiden bervariasi di Amerika Serikat
dan Eropa ditemukan antara 14.000-20.000 kelahiran hidup, diperkirakan 300
anak menderita retinoblastoma tiap tahunnya. Di Belanda insidens 1:17.000
kelahiran hidup per tahun dan ditemukan sekitar 10-15 kasus per tahun.
Tidak ada faktor predisposisi jenis kelamin maupun ras. Ada dua bentuk
Gambar 7.4 Leukokoria pada mata kanan anak dengan retinoblastoma (Albert DM, Polans
penyakit ini yakni: genetik diwariskan dan nongenetik, di mana sekitar A,2003)
55% retinoblastoma nongenetik. Jika tidak ada riwayat keluarga diberi label
"sporadik" tetapi tidak selalu menunjukkan bahwa itu adalah nongenetik.
Pada kasus genetik dan bilateral, retinoblastoma biasanya didiagnosis pada Manifestasi Klinis
tahun pertama kehidupan. Sedangkan kasus unilateral yang sporadik Pada penderita retinoblastoma paling sering ditemukan dengan gejala pupil
didiagnosis sekitar usia 1-3 tahun. Diagnosis retinoblastoma di atas umur 5 putih (leukokoria), bila mata kena sinar terjadi pemantulan seperti mata
tahun jarang ditemukan. Retinoblastoma bilateral sebesar 20-30% kasus, dan kucing disebut Amaurotic cat's eye, mata juling dapat timbul esotropia ataupun
sekitar 20%-nya didapatkan riwayat keluarga dengan retinoblastoma. Kasus eksotropia, mata merah bersifat residif, bisa terjadi penurunan, glaukoma mata
yang tidak diturunkan selalu unilateral, sedangkan yang diturunkan 90% memberi kesan lebih besar dari mata lainnya (proptosis), pembesaran kelenjar
bilateral dan 10% unilateral. preaurikuler dan leher, stadium lanjut metastasis ke intrakranial dan sistemik.

Patologi Diagnosis
Tumor ganas dari jaringan embrional retina, dapat terjadi di setiap lokasi Diagnosis pasti retinoblastoma hanya dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
di lapisan nuklear retina, kabanyakan di setengah bagian posterior. Tumor histopatologi. Pada tumor intraokuler tindakan biopsi merupakan
ini mempunyai sifat maligna, kongenital dan herediter. Tumor tumbuh bisa kontraindikasi, maka untuk menegakkan diagnosis diperlukan pemeriksaan
satu mata (Unilateral) atau dua mata (Bilateral). Tumor dapat tumbuh ke arah secara teliti, yakni dengan pemeriksaan lesi tumor intraokuler menggunakan
dalam vitreus (endofitik) atau tumbuh keluar ke arah subretina (eksofitik). fundus okuler dengan pupil dilebarkan terlebih dahulu menggunakan
Tumor umumnya soliter juga dapat multipel lesi dengan area nekrosis yang midriatikum. Pada pasien yang tidak kooperatif diperiksa menggunakan
luas dan adanya klasifikasi menggantikan bagian retina. Sebagian besar penenang atau anestesi. Dari pemeriksaan tersebut ditentukan stadium tumor
tumor hiperkromatis kecil, tampak aktif motosis sering memperlihatkan intraokuler, harus dicatat lokasi, jumlah, dan ukuran lesi tumor serta sebaiknya
proses apoptosis. Sel tumor dapat tak berdiferensiasi derajat diferensiasi didokumentasikan dengan menggunakan kamera funduskopi. Lampu slit
secara khas membentuk formasi rosette ada 3 tipe, yakni Flexner-Wintersteiner lamp digunakan untuk menemukan lesi di segmen anterior. Ultrasonografi
rosette, Homer-Wright rosette, dan Fourettes. menggunakan probe 10 dapat mengetahui adanya massa intraokuler

206 Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata Bab 7 - Orbita-Onkologi Mata 207
meskipun media keruh, menentukan ukuran tumor, mendeteksi adanya Stadium IV. Prognosis tidak baik.
klasifikasi di dalam massa tumor dan shadowing effect. Computed Tomography A. Tumor multipel, sebagian > 10 Diameter Diskus nervus optikus.
Scanning ( CT Scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dilakukan pada B. Segala tumor yang terletak di depan ora serata.
penderita dengan proptosis, kecurigaan penyebaran tumor ke periorbital, dan
metastasis intrakranial. Bila tumor dicurigai menginvasi ke sumsum tulang, Stadium V. Prognosis sangat buruk.
tulang rangka, dan sistem saraf pusat, harus dilakukan pemeriksaan untuk A. Tumor sangat besar menginvasi lebih dari separuh retina.
memastikan ada tidaknya invasi atau metastasis jauh. Pemeriksaan ini dapat B. Implantasi lensa.
menggunakan CT scan, MRI, dan sitologi cairan serebrospinal atau sumsum
tulang. Indikasi secara genetik pada anggota keluarga perlu dilakukan Klasifikasi retinoblastoma ekstraokuler menggunakan International
pemeriksaan Gen retinoblastoma dengan menggunakan teknik analisis Stadium Retinoblastoma
sitogenetik, analisis DNA langsung, dan analisis DNA tidak langsung untuk Stadium 0. Pasien diterapi konservatif
memberikan informasi penting sehubungan dengan risiko anggota keluarga Stadium I. Mata dilakukan enukleasi, potongan histologi tidak tersisa massa
serta diperiksa secara periodik dengan funduskopi. tumor
Stadium II. Mata dilakukan enukleasi, tumor secara mikroskopis tersisa
Diagnosis Banding Stadium III. Invasi regional
a. Periorbital
• Katarak kongenital b. Preaurikuler atau ekstensi kelenjar limfe servikal
• Retinopathy of prematurity Stadium IV. Metastasis
• Ablasio retina a. Metastasis hematogen (tanpa melibatkan CNS)
• Persistent hyperplastic primary vitreus 1. Lesi single
• Penyakit Coat's 2. Lesi multipel
b. Melibatkan CNS (dengan atau tanpa regional atau metastasis)
Klasifikasi Stadium 1. Lesi prekhiasma
2. MassaCNS
Klasifikasi retinoblastoma intraokuler menggunakan stadium Reese-Ellsworth:
3. Leptomeningeal dan penyakit CNS
Stadium I. Prognosis sangat baik
A. Tumor soliter < 4 Diameter diskus nervus optikus, terletak di retina ekuator
Terapi
atau di belakang ekuator.
B. Tumor multipel, semuanya < 4 Diameter diskus nervus optikus, terletak di Pada kecurigaan retinoblastoma, sebaiknya segera dirujuk ke dokter mata atau
retina ekuator atau di belakang ekuator. fasilitas kesehatan yang lebih tinggi. Terapi ditentukan berdasarkan lingkup
invasi dan ada tidaknya metastasis. Deteksi dini, diagnosis dini, dan terapi
Stadium II. Prognosis baik. dini merupakan penanganan yang paling baik pada retinoblastoma. Pada
A. Tumor soliter, 4-10 Diameter diskus nervus optikus, terletak di retina beberapa tahun terakhir, terapi retinoblastoma mengalami perkembangan yang
ekuator atau di belakang ekuator. signifikan dengan tujuan utama adalah menyelamatkan pasien. Sedangkan
B. Tumor multipel, 4-10 Diameter diskus nervus optikus, terletak di retina tujuan sekunder adalah menyelamatkan bola mata dan penglihatan. Metode
ekuator atau di belakang ekuator. terapi operatif enukleasi masih merupakan pengobatan kuratif definitif untuk
Stadium III. Prognosis belum ditentukan. retinoblastoma unilateral intraokuler. Pada kasus bilateral retinoblastoma,
A. Segala tumor di depan ekuator harus diupayakan mempertahankan satu mata, tetapi bila terapi lokal sudah
B. Tumor soliter, > 10 Diameter diskus nervus optikus, terletak di belakang gagal tindakan enukleasi harus dilakukan. Pasien kategori klasifikasi stadium
ekuator. Reese-Ellsworth III-V tidak tepat mendapat terapi enukleasi saja karena sering
didapatkan penyebaran ke ekstraokuler dan jaringan koroid, maka tindakan

208 Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata Bab 7 - Orbita-Onkologi Mata 209
enukleasi dilanjutkan dengan kemoterapi. Enukleasi adalah tindakan operatif
R , ~:d
dengan cara mengambil bola mata dan reseksi nervus optikus sepanjang ' 1() 1110
mungkin, biasanya dapat direseksi 10-15 mm. Batas insisinya harus dilakukan /
pemeriksaan biopsi untuk memastikan apakah ada invasi, bila perlu dilakukan
biopsi jaringan orbita. Setelah operasi dipasang protesis mata untuk menjaga
penampilan.
a;:
LR
., ◄ )<( ... .•.,.. -~
I ;::•
-~t~ g.S.!t•

~
Kemoterapi retinoblastoma mengalami kemajuan pada tumor intraokuler
di mana sudah dikembangkan kemoterapi lokal dengan hasil yang menjanjikan HH
/ ,IC:

untuk menghindari efek samping sistemik dipadukan dengan terapi lokal ,~~''·:
yang lain, mungkin dapat menggantikan iradiasi luar dan tindakan operatif
enukleasi. Fase ekstraokuler disesuaikan dengan perkembangan tumor Gambar 8.13 Posisi kardinal dan yoke muscles (Raab et al., 2011)
penderita, bila tumor invasi ke orbita obat-obatan kombinasi carboplastin,
etoposide, dan vinkristin diberikan 6-8 bulan. Pasien metastasis jauh sampai
sistem saraf pusat (intra cranial) dan organ lain memberi respons dengan
siklofosfamid, doksorubisin, vinkristin, MTX, dan sitosin arabinosid.
Beberapa penemuan kemoterapi dosis tinggi dikombinasi dengan sel induk
memberi peluang meningkatkan harapan hidup tapi ini masih dalam taraf
eksperimental.
Brakiterapi menggunakan implan bahan radioaktif atau plak, biasanya
ditempatkan pada sklera dekat dengan tumor intraokuler menggunakan
iodone-125 atau ruthenium-106 selama periode 2-4 hari. Radioterapi (eksternal
beam radiation) diaplikasikan pada seluruh tumor merata dengan teknik
melindungi lensa mata. Prosedur ini efektif menghilangkan tumor serta
mempertahankan penglihatan dan fungsi kosmetik mata pada stadium
R-E I-III mencapai 95% dan stadium R-E IV-V mencapai 50%. Terapi laser
fotokoagulasi local hanya direkomendasikan untuk tumor kecil di posterior
tidak lebih dari 3 mm dengan ketebalan 2 mm. Gambar 8.14 Hukum Hering tentang inervasi sepadan pada yoke muscles (Kanski, 2007)
Krioterapi juga merupakan terapi lokal digunakan sebagai terapi primer
pada tumor kecil perifer atau tumor kecil kambuhan yang sebelumnya sudah
diterapi dengan modalitas terapi lokal lain. Vergen adalah gerakan kedua bola mata secara simultan pada arah yang
Efek samping terapi radioterapi dan kemoterapi ada kemungkinan berlawanan. Konvergen ialah gerakan adduksi secara simultan, dapat terjadi
mengakibatkan mutasi gen yang menimbulkan tumor sekunder dan efek secara volunteer ataupun merupakan refleks. Divergen gerakan bola mata ke
toksik pada hati, jantung dan ginjal maka harus digunakan secara berhati-hati arah luar dari posisi konvergen. (Datta, 2004; Wright, 2006)
dan harus dipantau secara rutin.

AMBLIOPIA
KARSINOMA SEL BASAL
Definisi
Definisi
Penurunan tajam penglihatan yang tidak dapat dikoreksi dengan kacamata
Karsinoma yang berasal dari sel basal epitel kulit. tanpa adanya kelainan struktural bola mata yang disebabkan oleh kurangnya
rangsangan pada periode perkembangan tajam penglihatan.

210 Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata Bab 8 - Pediatrik Oftalmologi dan Strabismus 229
Patofisiologi

Bayi baru lahir hanya dapat membedakan gelap dan terang, tajam penglihatan
a a
akan mengalami perkembangan dan mencapai normal setelah usia lima tahun.
Tajam penglihatan berkembang cepat hingga usia tiga tahun sehingga rentang
usia tersebut dikatakan merupakan periode kritis dalam perkembangan
penglihatan. Ambliopia terjadi karena dua hal yaitu rangsangan pada fovea
yang tidak adekuat terutama pada periode kritis serta adanya interaksi
binokuler abnormal dalam bentuk kompetisi atau inhibisi. Kedua hal ini
menyebabkan perbedaan bayangan yang sampai di korteks visual sehingga
terjadi penurunan tajam penglihatan A

Gambar 8.16 Bayangan kabur pada retina serta mekanisme kompetisi mengakibatkan
Klasifikasi ambliopia anisometropia (Noorden GK von, 1994)
Ambliopia Strabismus

Ambliopia strabismus merupakan ambliopia yang paling sering terjadi di


>3 D, hipermetropia >1.50 D, astigmatisma >1.50 D) menyebabkan perbedaan
antara semua jenis ambliopia. Adanya deviasi disertai pemakaian secara terus
ketajaman bayangan pada retina disertai mekanisme kompetisi di korteks
menerus mata yang tidak berdeviasi menyebabkan terjadinya mekanisme
visual sehingga terjadi ambliopia pada mata yang mempunyai tajam
kompetisi di korteks visual sehingga mengakibatkan ambliopia pada mata
penglihatan lebih buruk.
yang berdeviasi.
Ambliopia Ametropia
Ambliopia Anisometropia
Anomali refraksi yang besar dan kurang lebih berimbang pada kedua mata
Ambliopia anisometropia adalah jenis ambliopia tersering kedua setelah (miopia >6 D, hipermetropia >5 D, astigmatisma >2.00 D) mengakibatkan
ambliopia strabismus. Perbedaan anomali refraksi antara kedua mata (miopia kaburnya bayangan yang jatuh pada kedua retina sehingga apabila terjadi
pada usia dini dapat mengakibatkan ambliopia pada kedua mata

a
Sbabh.:iinlc
.Alnbll'f-qpia
..........
Unwntelod
Mgll
H~pennetropill

00
Gambar 8.15 Deviasi disertai mekanisme kompetisi mengakibatkan ambliopia strabismus
Gambar 8.17 Bayangan kabur pada retina mengakibatkan ambliopia isometropia
(Noorden GKvon, 1994)
(Noorden GKvon, 1994)

230 Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata Bab 8 - Pediatrik Oftalmologi dan Strabismus 231
Unllateral

Cataracts

A 0 B

Gambar 8.18 Bayangan kabur pada retina disertai mekanisme kompetisi mengakibatkan
Gambar 8.19 Penilaian tajam penglihatan
anak menggunakan penutup di depan satu mata
(Noorden GK von, 1994)

ambliopia deprivasi unilateral (A) Bayangan kabur pada retina mengakibatkan ambliopia
deprivasi bilateral (B) (Noorden GK von, 1994) yang ditempatkan di depan mata dengan tajam penglihatan lebih baik dan
sebaliknya akan tetap tenang bila okluder ditempatkan di depan mata dengan
tajam penglihatan kurang baik.
Ambliopia deprivasi

Ambliopia deprivasi terjadi apabila terdapat hambatan pada aksis visual yang Usia ~ 3 tahun
menyebabkan kaburnya bayangan pada retina. Penyebab tersering adalah
Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan dengan menggunakan gambar,
katarak kongenital. Apabila hambatan terjadi pada satu mata maka akan
E chart atau Snellen chart. Disebut ambliopia apabila tajam penglihatan
terjadi pula mekanisme kompetisi di korteks visual sehingga terjadi ambliopia
kurang dari atau sama dengan 6/12 atau apabila didapatkan perbedaan tajam
deprivasi unilateral. Ambliopia deprivasi merupakan ambliopia yang paling
penglihatan kedua mata dua baris atau lebih (Gambar 8.20)
jarang terjadi namun paling berat dan sulit ditangani.

Diagnosis ,,11
3
~-v~
Anamnesis
Riwayat kelahiran, pemakaian kaca mata dalam keluarga, juling dalam
keluarga
'I'
~
•'
~,.>~, 41
.:-~
E ~
wm
w A
DO
HB
~;:: ~ 3WE PHT
m 3 m V LN
Tajam Penglihatan ~ o<:.¼' 3W3E DAOF
=
~I~--,
3 m Ernw 00 EGNDH 00
Usia < 3 tahun ~I ~~ iOD mwm3E OS OD FZBDE OS
OS-__ rn UJ E Pass o;:-ccr Pass
OS
''" al ... 3 111
Penilaian tajam penglihatan pada usia ini dapat dilakukan dengan mengamati Fail
i F°'

pola fiksasi. Mata dengan tajam penglihatan yang lebih baik akan digunakan Gambar 8.20 Pemeriksaan tajam penglihatan menggunakan gambar, E chart dan Snellen
untuk fiksasi. Selain itu dapat pula dilakukan dengan menempatkan chart. Ambliopia apabila tajam penglihatan:,; 6/12 atau perbedaan tajam penglihatan kedua
penutup di depan satu mata. Anak akan berusaha menyingkirkan penutup mata;::: 2 baris (Noorden GK von, 1994)

232 Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata Bab 8 - Pediatrik Oftalmologi dan Strabismus 233
Pemeriksaan Crowding Phenomenon Ambliopia anisometropia

Crowding phenomenon pada ambliopia diperiksa dengan membandingkan Penatalaksanaan ambliopia anisometropia:
pemeriksaan tajam penglihatan menggunakan optotip tunggal dan optotip 1. Koreksi anomali refraksi
linier. Efek crowding phenomenon menyebabkan tajam penglihatan dengan 2. Diberikan kaca mata dengan koreksi terbaik selama 2 bulan
optotip tunggal lebih baik daripada tajam penglihatan dengan optotip linier. 3. Apabila tajam penglihatan kedua mata telah seimbang penatalaksanaan
selanjutnya hanya dengan pemberian kaca mata
Pemeriksaan segmen anterior
4. Apabila masih terdapat ambliopia maka pemakaian kacamata dilanjutkan
Pemeriksaan segmen posterior
ditambah dengan oklusi 2-6 jam per hari pada mata dengan tajam
Gradasi
penglihatan lebih baik (tergantung berat ringannya ambliopia)
Gradasi berat ringannya ambliopia yaitu:
5. Kontrol sesuai usia yaitu 2 minggu untuk usia 2 tahun, 3 minggu untuk
1. Ringan : tajam penglihatan 6/9- < 6/12
usia 3 tahun, 4 minggu untuk usia 4 tahun atau lebih
2. Sedang : tajam penglihatan 6/12- < 6/30
6. Apabila tajam penglihatan telah seimbang atau perbedaan tajam
3. Berat : tajam penglihatan 6/30-3/60
penglihatan kedua mata sudah tidak lebih dari 1 baris pada Snellen chart
maka dilanjutkan dengan oklusi maintenance 1-2 jam per hari sampai usia
Penatalaksanaan 7-8 tahun.
Penatalaksanaan ambliopia meliputi 3 hal yaitu:
1. Menghilangkan hambatan yang menghalangi aksis visual Ambliopia ametropia
2. Koreksi anomali refraksi Penatalaksanaan ambliopia ametropia:
3. Memaksimalkan penggunaan mata ambliopia dengan membatasi 1. Koreksi anomali refraksi
penggunaan mata yang memiliki tajam penglihatan lebih baik ( oklusi, 2. Diberikan kacamata dengan koreksi terbaik
penalisasi)
Ambliopia deprivasi
Ambliopia Strabismus
Penatalaksanaan ambliopia deprivasi (tersering karena katarak kongenital):
Penatalaksanaan ambliopia strabismus dengan kecenderungan fiksasi pada 1. Pengangkatan lensa yang keruh
satu mata 2. Koreksi afakia/pseudofakia
Usia :<::: 1 tahun: 3. Pada ambliopia deprivasi unilateral dilakukan oklusi 2-6 jam perhari
1. Oklusi mata fiksasi (mata dengan tajam penglihatan lebih baik) selama 3 tergantung berat ringannya ambliopia
hari 4. Kontrol sesuai usia.
2. Oklusi mata deviasi (mata dengan tajam penglihatan kurang baik) selama
1 hari Penghentian Oklusi
3. Oklusi dilanjutkan dengan pola yang sama sampai terjadi fiksasi yang
Oklusi dihentikan apabila:
bergantian pada kedua mata
1. Tidak ada perbaikan tajam penglihatan setelah dilakukan oklusi selama
4. Kontrol setiap 1 minggu.
3-6 bulan dengan kepatuhan yang baik
Usia > 1 tahun: 2. Telah dicapai tajam penglihatan yang seimbang dan stabil pada kedua
1. Koreksi anomali refraksi mata dan usia telah mencapai 8 tahun
2. Oklusi mata fiksasi 2-6 jam perhari selama 2-3 bulan atau sampai terjadi 3. Menimbulkan hambatan psikologis.
pola fiksasi bergantian pada kedua mata
3. Dilakukan koreksi strabismus sesuai indikasi
4. Oklusi maintenance 1-2 jam per hari sampai usia 7-8 tahun.

234 Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata Bab 8 - Pediatrik Oftalmologi dan Strabismus 235
Diagnosis Banding sehingga mengecilnya lumen pembuluh darah kapiler bahkan dalam keadaan
yang berat terjadinya pembuntuan pembuluh darah kapiler retina, keadaan ini
Korioretinitis dari berbagai penyebab
diperberat dengan terjadinya fenomena lumpur dari rheologi darah sehingga
- Degenerasi makula pada miopia tinggi
menimbulkan terbentuknya mikroaneurisma dan daerah hipoksia di retina
atau iskemi.
Penatalaksanaan

Tidak ada pengobatan dan pencegahan yang tepat untuk AMD. Kontrol secara Gejala Klinis
periodik dengan pemeriksaan Amsler Grid untuk mendeteksi pada AMD
Pada umumnya klasifikasi Retinopati Diabetik dibagi menjadi 3:
stadium awal, dan pemeriksaan OCT sangat bermanfaat untuk mendeteksi
a. Retinopati Diabetik Nonproliferatif (Background diabetic retinopathy) yang
secara dini karena merupakan pemeriksaan yang noninvasif.
ditandai dengan mikroaneurisma, perdarahan retina, eksudat lunak,
Untuk pengobatan AMD tipe eksudatif, juga tidak bisa menghasilkan
eksudat keras dan daerah yang hipoksia dan iskemia, dapat disertai edema
visus yang baik. Laser foto koagulasi untuk neovaskulerisasi yang jauh
makula atau tanpa edema makula.
dari fovea dan stadium dini masih bisa dilakukan, sedangkan untuk
b. Retinopati Diabetik Preproliferatif yang dapat disertai edema makula atau
neovaskulerisasi khoroidal subfoveal, injeksi anti VEGF intravitreal
tanpa edema makula.
memberikan respons yang menjanjikan.
c. Retinopati Diabetik Proliferatif ditandai adanya pembuluh darah baru
atau neovaskularisasi, perdarahan di subhyaloid jaringan ikat vitreo-
RETINOPATI DIABETIK retinal dan ablasi retina, dapat disertai edema makula atau tanpa edema
Batasan makula.
Kelainan retina dan sistem vaskuler yang diakibatkan Diabetes Mellitus.
Pemeriksaan Klinis
Patofisiologi Selain pemeriksaan rutin dalam bidang Ilmu Kesehatan Mata diperlukan
Hiperglikemia yang berlangsung lama akan menyebabkan perubahan fisiologi pemeriksaan funduskopi secara baik yaitu dengan melebarkan pupil yang
dan biokimia aliran darah dan berakhir dengan terjadinya kerusakan endotel maksimal dan memeriksa dengan oftalmoskop direk, indirek dan Goldmann
kapiler (intraretinal mikroangiopati). Mikroangiopati ini pada pemeriksaan 3 mirror. Untuk menegakkan dan mengetahui indikasi pengobatan perlu
histologi adalah hilangnya pericyte dan menebalnya dinding pembuluh darah dilakukan pemeriksaan Fundal Fluorescein Angiography (FFA).
Pada pemeriksaan FFA kita dengan jelas dapat melihat adanya
mikroaneurisma yang berdifusi atau tidak berdifusi, daerah hipoksia atau
a b iskemi, adanya neovaskulerisasi di retina, di papil maupun di vitreus dan
melihat dengan pasti adanya edema di makula atau di retina, serta Intra Retina
Micro Angiopathy (IRMA).
Untuk mendiagnosis ada atau tidaknya edema makula, dapat ditentukan
melalui FFA (Fundal Fluoresin Angiography) di mana dapat membedakan antara
edema makula tipe difus atau fokal, sedangkan dengan OCT (Optical Coherence
Tomography), dapat diketahui kuantitas dari edema makula.

Penatalaksanaan

Melakukan regulasi ketat dari metaboliknya adalah faktor yang


Gambar 9.5 Retinopati diabetik tipe proliferatif (a) dan tipe nonproliferatif (b) (Regillo C., terpenting. Fotokoagulasi laser di daerah hipoksia dan mikroaneurisma
2011)

Bab 9 - Retina 257 258 Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata


yang berdifusi dan adanya neovaskularisasi. Pengobatan dengan sinar pengobatan dengan fotokoagulasi laser, lebih awal pengobatannya lebih baik
laser hanya efektif bila media optik masih jernih, oleh karena itu harus prognosisnya.
dilakukan sedini mungkin.
Teknik fotokoagulasi: setelah pupil dilebarkan maksimal, dipasang lensa ABLAT/O RETINA
kontak 3-cermin dari Goldmann, sinar laser ditembakkan melalui lensa (RETINAL DETACHMENT)
kontak kornea, lensa, vitreus sampai retina.
Fotokoagulasi fokal: untuk daerah retina yang hanya mengalami hipoksia Batasan
atau mikroaneurisma yang berdifusi dan edema makula. Separasi dari lapisan sensoris retina dari lapisan epitel pigmen retina (RPE)
Fotokoagulasi panretina: untuk retinopati diabetik yang sudah ada yang disebabkan oleh akumulasi cairan subretina.
neovaskulerisasi baik di papil maupun retina dan vitreus.
- Dosis laser yang digunakan adalah sebagai berikut:
Klasifikasi
Untuk daerah di sentral dekat makula penampang dari laser (spotsize) 50
mikron, makin ke perifer makin melebar sampai 500 mikron, sedangkan A. Rhegmatogenous Retinal Detachment (RRD): diawali dengan adanya robekan
waktu dan daya laser disesuaikan dengan hasil tembakan yang terlihat (break) pada retina yang menyebabkan masuknya cairan yang berasal dari
saat melakukan fotokoagulasi yakni antara 0,1-0,2 secon dengan daya 200- vitreus yang mencair (liquefaction) di antara lapisan sensoris retina & RPE.
1000 mW. Jumlah tembakan laser tergantung teknik yang dipakai antara B. Non Rhegmatogenous Retinal Detachment
200-2000tembakan. l. Tractional Retinal Detachment: terlepasnya lapisan sensoris dari RPE
lnjeksi anti VEGF (vascular endothelial growth factor) intra vitreal akibat dari tarikan oleh membran vitreoretina. Membran tersebut
dipertimbangkan untuk kasus-kasus dengan edema makula dan terbentuk pada kasus-kasus: Proliverative Diabetic Retinopathy;
retinopati diabetik tipe proliferatif yang akan dilakukan vitrektomi untuk Retinopathy of Prematurity; Sickle Cell Retinopathy & penetrating posterior
mengkontrol perdarahan prabedah, intrabedah dan pascabedah. segment trauma.
2. Exudative Retinal Detachment: masuknya cairan yang berasal dari
Setiap penderita diabetes melitus yang sudah menderita lebih dari 5 choriocapillary ke rongga subretina dengan cara menembus/melewati
tahun walaupun tidak ada keluhan penglihatan harus diperiksa fundus okuli lapisan RPE yang rusak. Pada umumnya terjadi pada kasus-kasus:
dengan oftalmoskop. Jika didapatkan mikroaneurisma, eksudat, perdarahan severe hypertension; choroidal tumor; neovaskulerisasi subretina;
retina yang mengancam daerah makula harus dilakukan pemeriksaan FFA retinoblastoma dan lain-lain.
untuk mencari indikasi dilakukannya fotokoagulasi laser. Jika dilakukan
fotokoagulasi laser setiap 3-6 bulan diperiksa ulang untuk mengetahui
kemajuan pengobatan.

Diagnosis Banding

1. Mikroaneurisma dan perdarahan akibat retinopati hipertensi, oklusi vena


retina.
2. Perdarahan vitreus dan neovaskularisasi akibat kelainan vitreo-retina
yang lain.

Prognosis

Prognosis visus penderita retinopati diabetik sangat tergantung pada regulasi


kadar gula yang baik, ada atau tidaknya edema makula dan ketepatan waktu
Gambar 9.6 Ablasi retina dengan horseshoe retinal tear (Regillo C., 2011)

Bab 9 - Retina 259 260 Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata


Patogenesis Retinal Break c. Choroidal Tumor
d. Uveal Effusion Syndrome
a. Tears: robekan yang disebabkan oleh tarikan membran vitreoretina;
robekan ini terbanyak didapatkan pada daerah temporo superior.
b. Hole: disebabkan oleh chronic atrophy dari lapisan sensoris retina seringkali Prinsip Penatalaksanaan Bedah Ablatio Retina
berbentuk bulat atau lonjong, predileksi lokasi terbanyak juga di temporo 1. Menemukan semua retinal break/hole, bisa single maupun multiple
superior. 2. Membuat iritasi/inflamasi chorioretina disekeliling break/hole
3. Mendekatkan/melekatkan retina dan khoroid dalam waktu memadai
Anamnesis Dan Gejala Klinis sehingga menghasilkan perlekatan yang permanen.

Gejala awal:
Profilaksis dan Penatalaksanaan
o Fotopsia
o Floaters a. Retinal break tanpa Retinal Detachment: penanganan profilaksisnya dengan
Gangguan lapang pandangan; seringkali berbentuk seperti tirai menggunakan:
Menurunnya tajam penglihatan bila sudah mengenai makula. i. Cryotherapy
ii. Slit Lamp Laser Photocoagulation
Gambaran Klinis iii. Indirect Ophthalmoscope Laser Photocoagulation
b. Retinal Detachment
Retina yang lepas memberikan gambaran retina yang konveks, warna lebih • Exudative Retinal Detachment: penanganan penyakit primernya dan jika
pucat, konfigurasi pembuluh darah retina yang berkelok-kelok serta retina tidak membaik dapat dilakukan tindakan bedah dengan pemasangan
bergoyang, jika mata bergerak. Scleral Buckle.
• Traction & Rhegmatogenous Retinal Detachment: Pada umumnya
Pemeriksaan penanganan dengan tindakan bedah.
1. Pneumatic Retinopexy: penatalaksanaan rawat jalan yaitu dengan
A. Syarat pemeriksaan
menginjeksikan expandable gas untuk menutup robekan retina dan
- Dilatasi pupil dengan jalan pemberian tetes mata Tropicamide 0,5%
menempelkan kembali retina membuat sikatrika khorioretina
dan/ atau Phenylephrine 10%.
tanpa pemasangan Scleral Buckle.
B. Jenis pemeriksaan
2. Pemasangan Scleral Buckle: lokal buckle a tau encircling; dapat disertai
1. Oftalmoskopi direk
2. Oftalmoskopi indirek binokuler prosedur tambahan seperti drainage cairan subretina, cryotherapy &
3. Slit lamp biomicroscopy dengan bantuan lensa-lensa a.l:
pneumatic retinopexy.
3. Pars Plana Vitrectomy (PPV): operasi mikro yang bertujuan untuk
a. Lensa kontak Goldmann 3 mirror
mengevakuasi vitreus yang abnormal, menghilangkan tarikan
b. Lensa Hruby
oleh membran vitreoretina serta untuk lebih mudah mendekatkan
c. Lensa + 78 D, + 80 D atau + 90 D
retina dan melakukan prosedur-prosedur berikutnya.
C. Tujuan pemeriksaan:
a. Menentukan lokasi & luasnya retina yang lepas.
b. Mencari dan menentukan lokasi yang tepat dari semua break retina. SUMBATAN VENA RETINA

Batasan
Diagnosis Banding
Sumbatan vena retina adalah suatu keadaan yang menggambarkan adanya
a. Degenerative Retinoschisis sumbatan yang bersifat akut pada vena retina, baik pada vena retina cabang
b. Choroidal Detachment ataupun vena retina sentral.

Bab 9 - Retina 261 262 Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata


RETINOPATHY OF PREMATURITY (ROP) Gejala Klinis

Batasan Gambaran klinis ROP meliputi keadaan aktif dan sikatrik. Klasifikasi
internasional untuk ROP akut dibedakan berdasarkan lokasi, luas dan tingkat
Retinopathy of Prematurity (ROP) yang dahulu disebut retrolental fibroplasia,
keparahannya sesuai dengan The International Classification of Retinopathy of
merupakan retinopati iskemik pada bayi prematur dan bayi berat lahir rendah
Prematurity (ICROP). Luasnya kelainan retina yang avaskular ditentukan
(BBLR). Dinyatakan juga bahwa ROP adalah retinopati vasoproliferatif yang
dalam arah jam 1-12. Untuk menentukan lokasi anteroposterior dari ROP,
terjadi pada bayi prematur dan bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) yang
lokasi dibagi menjadi 3 zona konsentrik dengan papil saraf optik sebagai
mendapat terapi oksigen konsentrasi tinggi.
pusatnya, yaitu:
1. Zona I meliputi retina posterior dalam lingkaran 60 derajat berpusat pada
Patofisiologi papil saraf optik dengan radius 2 kali jarak antara papil saraf optik dan
Khoroid akan berkembang sempurna saat usia gestasional memasuki bulan makula.
ke tiga, namun pembuluh darah retina baru berkembang secara sentrifugal 2. Zona II berawal dari lingkaran posterior zona I ke arah anterior nasal ora
pada usia gestasional 16 minggu, dimulai dari papil saraf optik mencapai ora serrata sampai ekuator sisi temporal.
serrata kuadran nasal pada usia gestasional 32 minggu dan kuadran temporal 3. Zona III merupakan area sisa retina perifer temporal, superior dan
pada usia gestasional 40 minggu. inferior.
Sistem autoregulasi sirkulasi darah retina dan khoroid hampir tidak Berdasarkan derajat keparahan, ROP diklasifikasikan menjadi 5 stadium
ditemukan pada bayi prematur, sehingga gagal merespon keadaan dengan sebagai berikut.
perubahan tekanan oksigen. Pada keadaan hiperoksia, pembuluh darah
khoroid tidak dapat konstriksi, sehingga oksigen megalir dari khoroid ke
sirkulasi retina.
Patofisiologi ROP dapat dibedakan menjadi 2 fase. Pada fase pertama
sehubungan dengan terganggunya autoregulasi pembuluh darah retina
dan peningkatan tekanan oksigen yang mendadak, terjadi penghentian
pertumbuhan pembuluh darah retina yang dipicu oleh vascular endothelial
growth faktor (VEGF). Hipoksia relatif pada zona avaskuler merangsang
sintesis VEGF. Perkembangan vaskuler retina terutama sisi temporal yang
terhambat ini tidak seimbang dengan kebutuhan oksigen neuron retina yang
sedang berkembang sehingga terjadilah hipoksia retina. Pada fase dua inilah
terjadi proliferasi pembuluh darah retina sebagai respon hipoksia retina
yang meningkatkan sintesis VEGF dan juga insulin like growth faktor 1 (IGF-
1) dan merangsang timbulnya faktor angiogenik, yang pada akhirnya dapat
menyebabkan vascular leakage dan retinal detachment (ablasi retina).
Beberapa faktor risiko yang diduga kuat berhubungan dengan terjadinya
ROP adalah kelahiran prematur, BBLR dan pemberian suplemen oksigen.
Namun demikian masih banyak faktor risiko lain yang masih terus diteliti
di antaranya adalah riwayat transfusi berulang, terjadinya respiratory distress
syndrome, sepsis, intraventricular hemorrhage dan predisposisi genetik.

Gambar 9.9 A. ROP stadium 2; B. ROP stadium 3; C. ROP stadium S; D. ROP Plus disease
(Regillo C., 2011)

268 Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata Bab 9 - Retina 269


1. Stadium 1, didapatkan garis demarkasi (demarcation line) yang memisahkan Penatalaksanaan dan Prognosis
area retina yang tervaskularisasi dan yang tidak.
Pencegahan ROP yang paling efektif adalah mencegah terjadinya kelahiran
2. Stadium 2, terbentuk ridge yaitu garis demarkasi yang memiliki tinggi,
prematur, tetapi hal ini sangat sulit untuk dilakukan. Saat ini lebih diarahkan
kedalaman dan volume.
pada skrining bayi dengan risiko ROP dan penatalaksanaan bayi dengan ROP.
3. Stadium 3, ridge disertai proliferasi fibrovaskular ekstraretinal yang
Skrining direkomendasikan pada bayi yang lahir dengan usia gestasional
dibedakan menjadi ringan, sedang dan berat sesuai dengan banyaknya
~ 30 minggu, berat lahir ~ 1500 g dan atau disertai perjalanan klinis yang tidak
proliferasi jaringan.
stabil dengan faktor risiko ROP.
4. Stadium 4, terjadi partial retinal detachment dimulai dari perifer menuju ke
Suplemen vitamin E dapat diberikan dengan tujuan melindungi sel
tengah yang disebabkan traction fibrovaskular proliferatif yang progresif.
spindel dari kerusakan akibat radikal bebas. Pada ROP stadium 1 sampai
Pada stadium 4 A, lepasnya retina tidak mengenai makula, sedangkan
stadium 3 tanpa plus disease dilakukan observasi sampai dengan terjadi regresi.
stadium 4 B mengenai makula.
Pada stadium 2 dan 3 dengan plus disease dapat dilakukan laser fotokoagulasi
5. Stadium 5, terjadi total retinal detachment dengan bentukan funnel.
retina. Pada ROP stadium 4 dan 5 dilakukan tindakan pembedahan berupa
Dalam klasifikasi internasional ROP, terdapat bentuk lain ROP yaitu plus scleral buckling dan atau lens sparing pars plana vitrectomy. Terapi anti VEGF
disease, threshold disease dan rush disease. intravitreal pada penatalaksanaan ROP masih kontroversial, diberikan
apabila dengan laser fotokoagulasi atau krioterapi mengalami kegagalan dan
Diagnosis dan Cara Pemeriksaan progresif.
Regresi spontan akan terjadi pada 85% kasus ROP. Kondisi yang mungkin
Anamnesis tentang riwayat kehamilan dan riwayat kelahiran meliputi usia timbul dari regresi ROP meliputi miopia dengan astigmatisme, anisometropia,
gestasional, berat lahir, riwayat terapi oksigen, distres napas, transfusi, sepsis strabismus, ambliopia, katarak, glaukoma serta ablasio retina. Penanganan
maupun penyakit penyerta yang lain. Pemeriksaan dilakukan oleh seorang penderita ROP memerlukan pengawasan jangka panjang. Paling tidak, semua
dokter spesialis mata yang berpengalaman dan memiliki pengetahuan penderita ROP harus dilakukan pengawasan rutin sampai dengan umur 5
tentang pemeriksaan bayi ROP menggunakan oftalmoskop indirek dengan tahun terutama untuk mengetahui komplikasi sikatrik yang terjadi yaitu
bantuan lensa 20 D atau 28 D maupun retinal camera (retcam). Sebelumnya kelainan refraksi, strabismus sampai dengan terjadinya ambliopia.
pupil dilebarkan dengan menggunakan tetes mata tropicamide 0,5% dan
atau dikombinasikan dengan tetes mata phenylephrine 2,5% yang diberikan
CENTRAL SEROUS CHORIORETINOPATHY (CSC/CSCR)
1 tetes tiap 10-15 menit selama kurang lebih satu jam sebelum dilakukan
pemeriksaan. Spekulum palpebra dan indentator sklera terkadang dibutuhkan Batasan
untuk pemeriksaan yang cermat serta detail dari retina perifer dengan
Central serous chorioretinopathy (CSC/CSCR) disebutjuga central serous retinopathy/
pemberian anestesi topikal sebelumnya. Hasil pemeriksaan dicatat sesuai
choroidopathy, merupakan suatu kelainan idiopatik pada makula yang ditandai
dengan klasifikasi ROP yang berlaku.
adanya ablasi serosa dari neuroepitelium retina sensoris yang mengakibatkan
akumulasi cairan subretina tanpa disertai perdarahan subretina maupun
Diagnosis Banding eksudat.
Terdapat beberapa penyakit dan kelainan yang merupakan diagnosis banding
ROP stadium awal, yaitu familial exudative vitreoretinopathy (FEVR), Coat's Patofisiologi
Disease, Norrie Disease dan diagnosis banding ROP stadium lanjut adalah
Beberapa faktor etiologi yang diduga sebagai penyebab, di antaranya
kelainan yang disertai leukokoria seperti persistent hyperplastic primary vitreous
peningkatan kortisol endogen (stres, personalitas tipe A, hipokondria, histeria,
(PHPV), katarak kongenital dan retinoblastoma.
neurosis konversional), hormonal, kehamilan dan penderita pengguna
kortikosteroid. Kebocoran yang terjadi bukanlah satu-satunya penyebab
akumulasi cairan subretina, karena cairan subretina ini pada keadaan normal

270 Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata Bab 9 - Retina 271


akan dipompa dengan cepat oleh retinal pigment epithelium (RPE) atau khoroid. hiperfluoresensi. Modalitas imaging yang lain untuk CSC yang noninvasif dan
Pada CSC, akumulasi cairan subretina ini terus terakumulasi karena penyebab sangat baik untuk menunjang diagnosis CSC dan mengikuti perkembangan
primernya diduga suatu abnormalitas RPE atau khoroid yang difus yang resolusi cairan subretina adalah pemeriksaan optikal coherence tomography
mengakibatkan perubahan barrier (sawar) dan defisiensi fungsi pompa RPE. (OCT). Dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lain yaitu indocyanine green
(ICG) yang berguna untuk membedakan diagnosis banding CSC.
Gejala Klinis
Diagnosis Banding
CSC banyak terjadi pada laki-laki sehat berusia antara 25-55 tahun.
Sebagian besar asimtomatis, kecuali makula sentral terkena. Pada penderita Diagnosis banding CSC di antaranya adalah neovaskularisasi khoroid pada
simtomatis akan mengeluhkan penglihatan kabur mendadak dan buram/ degenerasi makula, cystoid macular edema, ablasi makula akibat ablasi retina/
redup, mikropsia (objek terlihat lebih kecil dari aslinya dibanding mata yang macular hole, idiopatik polypoidal choroidal vasculopathy (PCV), abnormalitas RPE
sehat), metamorpopsia (distorsi objek yang dilihat), skotoma parasentral, multifokal, ablasi epitel pigmen, inflamasi khoroid dan defek optik disc pit.
atau penurunan penglihatan warna (diskromatopsia). Pada umumnya, visus
bervariasi dari 20/20 sampai 20/200, tapi pada kebanyakan penderita, visus Penatalaksanaan dan Prognosis
lebih baik dari 20/30. Penurunan penglihatan tersebut dapat dikoreksi dengan
koreksi hipermetropia. Pada kasus CSC unilateral episode pertama, penderita diobservasi sampai
dengan 3-4 bulan. Laser fotokoagulasi dipertimbangkan pada kasus:
Ablasi serosa yang tidak membaik dalam 3-4 bulan
Diagnosis dan Cara Pemeriksaan
CSC yang terjadi pada mata dengan defisit visual akibat serangan CSC
Pada pemeriksaan visus dengan koreksi terbaik didapatkan koreksi sebelumnya
hipermetropia atau mendekati normal. Pemeriksaan retina dengan pupil - Defisit visual permanen akibat episode CSC sebelumnya pada mata jiran
dilatasi menggunakan oftalmoskopi direk/ indirek tampak area makula retina CSC kronis lebih dari 3-4 bulan
yang menonjol dan berbatas jelas disertai penurunan reflek fovea. Tes Amsler Indikasi sosial atau pekerjaan menuntut restorasi visus cepat atau
grid menunjukkan area yang terkena dan pada pemeriksaan penglihatan stereopsis
warna dengan Ishihara didapatkan penurunan.
Pemeriksaan dengan fluorescein angiography (FA) didapatkan kebocoran Prognosis visus pada CSC umumnya baik, kecuali pada kasus yang kronis
ke dalam cairan subretina atau retina subsensoris yang ditunjukkan adanya dan rekuren. Sebagian besar kasus CSC, cairan subretina akan mengalami
resorbsi spontan dalam waktu 3-4 bulan, diikuti dengan perbaikan visus
yang dalam perjalanannya bisa membaik hingga waktu 1 tahun. Sering
masih didapatkan metamorpopsia ringan, skotoma, abnormalitas sensitivitas
kontras dan defisit penglihatan warna ringan yang menetap. Beberapa kasus
mengalami penurunan visus yang menetap dan sekitar 40-50% mengalami
rekurensi.
Remisi cepat dari CSC dapat terjadi dalam beberapa minggu saja
bila dilakukan laser fotokoagulasi pada titik kebocoran fluoresin. Jika titik
kebocoran berada terlalu dekat dengan fovea sentral untuk dilakukan laser
fotokoagulasi, dapat dilakukan dengan verteporfin ocular photodynamic therapy
(PDT). Bila berkembang suatu neovaskularisasi dapat dilakukan injeksi anti-
VEGF intravitreal.
Gambar9.10 Leakage di daerah makula pada CSCR (a) dan Gambaran OCT (b), didapatkan
akumulasi cairan subretina (Regillo C., 2011)

272 Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata Bab 9 - Retina 273

Anda mungkin juga menyukai