Anda di halaman 1dari 85

LAPORAN KERJA PRAKTEK

UNIT KILANG

PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


MINYAK DAN GAS BUMI (PPSDM MIGAS) CEPU

Periode : 1Oktober-31 Oktober 2023

Disusun Oleh :
Ristika Putri Rahmad Dewi ( 2000020025 )
Tsamara Hasnasari ( 2000020035 )

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
HALAMAN PENGESAHAN

UNIT KILANG
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI (PPSDM MIGAS) CEPU
Periode 1-31 Oktober 2023

Disusun oleh :
Ristika Putri Rahmad Dewi ( 2000020025 )
Tsamara Hasnasari ( 2000020035)

Mengetahui, Menyetujui,
Kaprodi Teknik Kimia Dosen Pembimbing
Fakultas Teknologi Industri

( Agus Aktawan, S.T,MT) (Lukhi Mulia Shitophyta,S.T,M,T)


NIY. 60150844 NIY. ................................
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, penulis panjatkan atas limpahan rahmat dan
Karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan serangkaian Praktik Kerja Lapangan
dan penyusunan Laporan Peraktik Keja Lapangan di Pusat Pengembangan
Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi (PPSDM MIGAS) Cepu dengan
lancer dan tanpa halangan suatu apapun . Tugas ini disusun untuk memenuhi
Persyaratan penyelesaian progam Studi S-1 Progam Studi Teknik Kimia Fakultas
Teknologi Industri Universitas Ahmad Dahlan . ujuan dari pelaksanaan praktek
kerja ini adalah agar mahasiswa dapat memahami permasalahan yang ada di
dalam pabrik serta mengimplementasikan secara langsung ilmu-ilmu yang telah
didapatkan untuk menemukan solusi dari permasalahan yang ada di lingkugan
Kerja Praktik Terselesaikannya Kerja Praktik hingga penyusunan laporan ini
tentunya tidak lepas dari dukungan banyak pihak oleh karena itu Pada kesempatan
ini, penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga
penulis dapat menyesaikan kerja praktik dan dan menyelesaikan penyusunan
laporan laporan kerja praktek dengan baik.
2. Kedua orang tua yang tidak henti memberikan dukungan dan doa
3. Bapak Waskito Tunggul Nusanto, S.Kom,M.T selaku Keapala Pusat
Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi
4. Bapak Agus Alexandri,S.T.,M.T selaku Plh Koordinator Program Perencanaan
Standaarisasi kerja sama
5. Bapak Dr. Yoeswono, S.Si., M.Si., selaku Sub Koordinator Sarana Teknik
Migas.
6. Bapak Dwi Purwanta S.T. selaku pembimbing lapangan yang telah
mendampingi kami selama kerja praktek
7. Bapak Agus Aktawan, S.T., M.Eng., selaku Ketua Program Studi Teknik
Kimia
8. Universitas Ahmad Dahlan memberikan kesempatan kepada kami untuk
mengikuti Kerja Praktek di PPSDM Migas Cepu
9. Ibu Lukhi Mulia Shitophyta S.T., M.T, selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan banyak bimbingan , pengarahan dan saran kepada kami saat
pelaksanaan KerjaPraktek berlangsung hingga penyusunan laporan ini
terselesaikan.
10. Semua pihak-pihak yang bekonstribusi kami selama pelaksaan Kerja Praktek.

Penulis sepenuhnya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam


penyusunan laporan ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Cepu , 25Oktober 2023


Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor industri merupakan salah satu tulang punggung perekonomian dan
pembangunan di Indonesia. Oleh karena itu untuk menciptakan perekonomian
yang stabil maka dibutuhkan pengembangan di sektor industri yang kokoh dan
berkelanjutan. Untuk mencapai hal demikian maka perlu ada pemahaman
terhadap perkembangan teknologi dan ilmu–ilmu yang berkelanjutan dalam
bidang–bidang penerapan yang ada. Sejalan dengan hal tersebut maka diperlukan
peranan dari akademisi untuk memberikan kontribusi berupa sumbangan pikiran
terhadap perkembangan industri di Indonesia.
Agar tujuan dari kerja praktek tidak meleset dari mata kuliah yang dipelajari,
maka pemilihan tempat kerja praktek sangatlah menentukan. Pusat Pengembangan
Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi Cepu yang berlokasi di jalan
Sorogo No.1, Karangboyo, Kec.Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah 58315,
Indonesia merupakan salah satu industri yang dapat digunakan sebagai tempat
kerja praktek bagi mahasiswa Teknik Kimia.
Ditinjau dari kondisi bangsa sebagai aktualisasi kehidupan manusia secara
komunal, maka pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai
peranan yang penting dalam kemajuan bangsa sekaligus mempengaruhi
keberhasilan pembangunan masyarakat yang mandiri. Pengembangan IPTEK
berfungsi sebagai sarana percepatan peningkatan sumber dayamanusia, perluasan
kesempatan kerja, peningkatan harkat dan martabat bangsa sekaligus peningkatan
kesejahteraan rakyat, pengarah proses pembaharuan, serta peningkatan
produktifitas. Konsep pengembangan IPTEK dibangun oleh duapihak yang saling
berkaitan, yakni praktisi di dunia industri dan akademisi di kalangan pendidikan.
Pembangunan di bidangpendidikan dilaksanakan seiring dengan pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan mengaplikasikansuatu sistem pendidikan
nasional dalam rangka peningkatan kemampuan sumber daya manusia (SDM)
nasional dalam berbagai bidang. Pendidikan tinggi sebagai bagian dari pendidikan
nasional dibina dan dikembangkan guna mempersiapkan mahasiswa menjadi
SDM yang memiliki kemampuan akademis dan profesi sekaligus tanggapterhadap
kebutuhan pembangunan dan pengembangan IPTEK sehingga dapat dijadikan
bekal pengabdian masyarakat. Pengembangan sumber daya manusia di perguruan
tinggi dilaksanakan melalui kegiatan belajar mengajar, penelitian, dan pengabdian
masyarakat.
Untuk mencapai hasil yang optimal dalam pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi dibutuhkan kerjasama dan jalur komunikasi yang baik antara
perguruan tinggi, industri, instansipemerintah dan swasta. Kerjasama ini dapat
dilaksanakan. dengan penukaran informasi antaramasing-masing pihak tentang
korelasi antara ilmu di perguruan tinggi dan penggunaan di duniaindustri. Sebagai
salah satu bentuk relasi, Jurusan Teknik Kimia jenjang S-1 Fakultas Teknologi
Industri Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta mengisyaratkan mahasiswanya
untuk melakukan kerja praktik di dunia industri sebagai kelengkapan teori
(khususnya dalam bidang keahlian) yang dipelajari di bangku kuliah. Sesuai
dengan kurikulum jurusan Teknik Kimia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta,
yaitu adanya kerja praktek (2 SKS), kami memilih PPSDM MIGAS CEPU karena
merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan minyak bumi.
Dalam pertambangan minyak bumi selalu menerapkan proses- proses kimia dan
unit operasi kimia yang mana sesuai dengan materi kuliah yang di pelajari di
bangku kuliah. Dengan demikian nantinya diharapkan dapat menambah
pemahaman dan pengetahuan kami dalam mempelajari proses-proses industri
kimia, khususnya industri pertambangan minyak bumi.

1.2 Tujuan Kerja Prektek


1.2.1 Tujuan Umum
a. Meperluas wawasan umum mahasiswa tentang orientasi pengembangan
teknologi dimasa mendatang sehingga diharapkan dapat
menyeimbangkan realita antara teori yang diberikan sewaktu kuliah
dengan tugas yang dihadapi di lapangan.
b. Menambah informasi dan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip yang
diajarkanselama kuliah dengan aplikasinya di duniaindustri.
c. Meningkatkan kemampuan analisa secara teoritis dengan kondisi nyata
di lapangan.
d. Sebagai media untuk memperoleh pengalaman awal, berfikirkritis dan
melatih keterampilan sikap, serta pola-tindak dalam masyarakat industri
yang sesuai dengan disiplin ilmu yang dipelajari.

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Mempelajari proses-proses yang ada dalam industri baik proses fisis
meupun proses kimia.
b. Mempelajari desain alat-alat yang ada di dalam industry.
c. Mengetahui bahan baku dan produk.
d. Mempelajari dan mengetahui sistem utilitas dalam pabrik.
e. Mempelajari sistem pengolahan limbah.

1.3 Manfaat Kerja Praktek


Manfaat Kerja Praktek di Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia
Minyak dan Gas Bumi Cepu sebagai berikut :

1.3.1 Bagi Perguruan Tinggi


Sebagai tambahan referensi khususnya mangenai perkembangan industri di
Indonesia maupun proses dan teknologi yang mutakhir dan dapat digunakan
oleh pihak-pihak yang memerlukan.

1.3.2 Bagi Perusahaan


Hasil analisis dan penelitian yang dilakukan selama Kerja Praktek dapat
menjadi bahan masukan bagi perusahaan untuk menentukan kebijakan
perusahaan di masa yang akan datang.

1.3.3 Bagi Mahasiswa


Dapat mengetahui secara lebih mendalam tentang kenyataan yang ada di
dalam dunia industri sehingga nantinya diharapkan mampu menerapkan
ilmu yang telah di dapat selama melaksanakan Kerja Praktek
1.4 Sejarah Singkat PPSDM Migas Cepu
Indonesia merupakan nergara dengan kekayaan sumber daya minyak bumi
yang melimpah, .Salah satu daerah yang memiliki cadangan minyak Bumi
adalah Cepu, Jawa Tengah. Penemuan cadangan minyak bumi diwilayah ini di
prakarsai oleh Andrian Stoop ,seorang Insinyur berkebangsaan Belanda, yang
merupkan orang pertama yang menemukan cadangan minyak bumi di Wiliyah
Cepu yang terletak di perbatasan antara Jawa Tengah dengan Jawa Timur .
Sejak pertama kali berdiri pada abad XIX dengan nama Bataafsche Petroleum
Maarschappij (DPM) telah mengalami banyak perubahan nama hingga pada
tahun 2016 tempat ini berganti nama menjadi Pusat Pengembangan
Sumberdaya Manusia Minyak dan Gas Bumi (PPSDM MIGAS ). Dinamika
perkembangan sejarah kilang minyak di Cepu terbagi menjadi beberapa
periode dan diuraikan sebagai berikut :
A. Periode Hindia Belanda (1886-1942)
Ekslorasi minyak bumi di Indonesia telah dimulai sejak tahun
1870oleh seorang Insinyur berkbebangsaan Belanda Vandjik dengan
melakukan pengamatan pada rembesan minyak bumi yang yang berada di
permukaan di Purwodadi, Semarang.Sementara itu , di Kecamatan
Cepu,,Blora terdapat kosesi minyak di Panolan , suatu kota kecil di Tepi
Sungai Bengawan Solo.Penemunanya tersebut diresmikan pada tanggal 28
Mei 1893 atas nama AB.Verseteegh ,yang kemudian disewakan kepada
Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM) di Surabaya .Penemuan
sumber minyak bumi di Desa Ledok di Peakarsai oleh Adrian Stoop
sekitar Januari 1893 ketika menyusuri Sungai Bengawan Solo dengan rakit
dari Ngawi ke Ngareng (Cepu, Blora) dan memutuskan untuk
mendidirikan Pabrik Penyulingan Minyak Bumi kemuadian melakukan
pengeboran pada Juli 1893. Pabrik tersebut kemudian dikenal dengan
nama Kilang Cepu. Selanjutnya, berdasarkan akta No.56 tanggal 17 maret
1923 DPM diambil alih oleh BPM (Bataafsche Petroleum Maatschappij),
yaitu perusahaan minyak Belanda.
B. Periode Pendudukan Jepang (1942 – 1945)
Pada Maret 1942 bertepatan dengan massa Perang Dunia ke-II Jepang
berupaya mengambil alih Pulau Jawa dari pendudukan Belanda, tesmasuk
sumber -sumber minyak bumi di Pulau Jawa. Sebelum berhasil direbut
oleh Jepang, Belanda melakuka Politik Bumi hangus.Hal tersebut
mengakibatkan hacurnya kilang Cepu sehingga tidak dapat dioperasikan.
Unttuk mengatasi hal tersebut Jepang membangun kembali kilang Cepu
pada tahun 1944 dengan melakukan pengeboran baru di daerah
Kawengan,Ledok, Nglobo dan Semanggi. Pembangunan kembali kilang
yang Sebagian besar rusak dibantu oleh tenaga sipilm Jepang yang bekerja
di perusahaan minyak Belanda, kemudian menyelenggarakan pendidikan
di Indonesia titik lembaga pendidikan perminyakandi Cepu diawali oleh
Belanda bernama Middelbare Petroleum School bendera NV. Bataafsche
Petroleum Maatschappij (BPM).
C. Periode Kemerdekaan
Pada massa kemerdekaan ,kilang PPSDM MIGAS cepu mengalami
dinamika perubahan nama sebagai berikut :
1. Periode 1945-1950 (PTMN) Menyerahnya Jepang kepada sekutu pada
tanggal 15 Agustus 1945 mengakibatkan kekosongan kekuasaan di
Indonesia.Kekosongan tersebut dimanfaatkan bangsa Indonesia untuk
meproklamasikan kemeredeaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus
1945.Kilang minyak Cepu selanjutnya diambil alih oleh Bangsa
Indonesia.Berdasarkan . berdasarkan Maklumat Menteri Kemakmuran No.
05. Desember 1949 pemerintah Indonesia mendirikan Perusahaan
Tambang Minyak Nasional (PTMN).Setelah dilakukan penyerahan
kekuasaan menjelang tahun 1950, lapangan Kawengan dan Kilang Minyak
Cepu diserahkan dan diusahakan Kembali oleh BPM, sebuah perusaaan
milik Belanda.
2. Periode 1950 – 1951 (ASM) Pada tahun 1950 Kilang Cepu dan lapangan
minyak Kawengan dikuasai oleh BPM. Namun tambang minyak Ledok,
Nglobo, dan Semanggi tetap dipertahankan oleh pemerintah RI yang
kemudian dikelola oleh ASM (Administrasi Sumber Minyak) dan dibawah
pengawasan Komando Rayon Militer Blora.
3. Periode 1951 – 1957 (PTMRI) Pada tahun 1951 perusahaan minyak
lapangan Ledok, Nglobo, Semanggi oleh ASM diserahkan kepada
pemerintah sipil. Untuk kepentingan tersebut dibentuk panitia kerja yaitu
Badan Penyelenggaraan Perusahaan Negara di bulan Januari 1951, yang
kemudian melahirkan Perusahaan Tambang Minyak Republik Indonesia (PTMRI)
3) Periode 1951-1957 (PTMRI) Perusahaan minyak lapangan Ledok, Nglobo,
Semanggi oleh ASM diserahkan kepada pemerintah sipil dan dibentuk panitia
kerja yaitu Badan Penyelenggara Perusahaan Negara (BPPN). Pada Januari 1951,
BPPN membentuk Perusahaan Tambang Minyak Rakyat Indonesia (PTMRI).
4. Periode 1957-1961 ( Combine Anexis) Pada tahun 1957, PTMRI berganti
menjadi Tambang Minyak Nglobo CA (Combie Anexis) dan mengalami banyak
kemajuan.
5. Periode 1961-1966 Periode Tahun 1961, Tambang Minyak Nglobo CA berganti
menjadi PN Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (PN PERMIGAN) serta
kegiatan pemurnian minyak di lapangan Ledok dan Nglobo dihentikan.
Kemudian pada tahun 1962, Pemerintah RI membeli Kilang Cepu dan lapangan
Kawengan dari Shell dan pengolahannya diserahkan ke PN PERMIGAN.de
1961-1966.
6. Periode 1966-1978 Berdasarkan keputusan Menteri Urusan Minyak dan Gas
Bumi No. 05/M/MIGAS/1966 pada tanggal 04 Januari 1966 menyatakan bahwa
seluruh fasilitas/instansi PN PERMIGAN Daerah Adsministrasi Cepu dialihkan
menjadi Pusat Pendidikan dan Latihan Lapangan Perindustrian Minyak dan Gas
Bumi (PUSDIKLAP MIGAS) yang dinaungi oleh Lembaga Minyak dan Gas
Bumi (LEMIGAS). Berdasarkan SK Dirjen MIGAS N0. 91/DD/Migas/1966 pada
tanggal 7 Februari 1967 diresmikan Akademi Minyak dan Gas Bumi
(AKAMIGAS) Cepu .
7. Periode 1978-1984 Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertambangan dan
Energi No. 646 pada tanggal 26 Desember 1977 PUSDIKLAP MIGAS yang
merupakan bagian dari Lembaga Minyak dan Gas Bumi (LEMIGAS) diubah
menjadi Pusat Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi (PPT MIGAS).
LEMIGAS Cepu ditetapkan sebagai lembaga pemerintah dengan nama Pusat
Pengembangan Tenaga Perminyakan dan Gas Bumi (PPT MIGAS) berdasarkan
Surat Keputusan Presiden N0. 15/1984 pasal 107 pada tanggal 18 Maret 1984.
8. Periode 1984-2001 Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertambangan dan
Energi No. 0177/1987 pada tanggal 05 Desember 1987 menyatakan bahwa
wilayah PPT MIGAS yang dimanfaatkan Diklat Operasional. Laboratorium
lapangan produksi diserahkan ke PERTAMINA EP ASSET 4 Field Cepu,
sehingga kilang Cepu mengoperasikan pengolahan crude oil milik PERTAMINA
EP ASSET 4 Field Cepu. PPT MIGAS berkedudukan di bawah Direktorat Jendral
Minyak dan Gas Bumi, Departemen Pertambangan dan Energi yang merupakan
pelaksana teknis MIGAS di bidang pengembangan tenaga perminyakan dan gas
bumi. Keberadaan Pusat Pengembangan Tenaga Perminyakan dan Gas Bumi
(PPT MIGAS) ditetapkan berdasarkan Kepres No. 15/1984 tanggal 18 Maret
1984 dan struktur organisasi PPT MIGAS ditetapkan berdasarkan surat keputusan
Menteri Pertambangan dan Energi No. 1092 tanggal 15 November 1984.
9. Periode 2001-2016 Berdasarkan dengan SK Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM) No. 150 tahun 2001 pada tanggal 2 Maret 2001 PPT MIGAS
berganti menjadi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Minyak dan Gas Bumi
(PUSDIKLAT MIGAS) yang dinaungi oleh Badan Diklat Energi dan Sumber
Daya Mineral yang telah diperbarui dengan peraturan Menteri ESDM No.18
tahun 2010 pada tanggal 22 November 2010.
10. Periode 2016-sekarang Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM No. 13 tahun 2016
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral, PUSDIKLAT MIGAS berganti nama menjadi Pusat
Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi (PPSDM
MIGAS).
BAB II

2.1 Minyak Bumi


Minyak Bumi merupakan Sumber energi bagi perputana roda perekonomian
semua negara. Dan jika mengacu kepada teori ekonomi panas bebes security
of supply kebutuhan minyak bumi, seharusnya bisa terpenuhi lewat
mekanisme pasar. Namun, teori tersebut tidak sepenuhnya bernar. Minyak
bumi terbukti bukan sekedar komoditas ekonomi biasa. Dan tercatat di
sejarah mengatkan bahwa pasar minyak tidak pernah bekerja sepenuhnya
atas dasar mekanisme kompetisi pasar karena selalu saja ada pihak yang
mendistorsinya.
Junal (KEBIJAKAN PERMINYAKAN NASIONAL: DARI KENDALI
NEGARA MENUJU KAPITALISME PASAR).
Sumber energi utama yang digunakan sebagai bahan bakar rumah
tangga, kendaraan bermotor, dan mesin industri berasal dari minyak bumi,
batu bara, dan gas alam. Ketiga jenis bahan bakar ini terbentuk dari
penguraian senyawa organik dari jasad organisme kecil yang hidup di laut
jutaan tahun lalu. Dan proses penguraiannya lambat pada suhu dan tekanan
tinggi dan menghasilkan campuran kompleks hidrokarbon. Sebagian
campuran berada dalam fase cair dan disebut minyak. Sedangkan sisanya
berada pada fasa gas dan disebut gas alam.
Karena mempunyai nilai kerapan yang lebih rendah dari pada air.
Makan kinyak bumi dan gas alam dapat bergerak ke atas melewati bantuan
sedimen yang berpori-pori. Jika tidak menemui hambatan, minyak bumi dapat
mencapai peermukaan bumi. Akan tetapi, minyak bumi terperangkap dalam
bebatuan yang tida berpori dalam bergerakan ke atas.jadi ini menjelaskna
mengapa minyak bumi juga disebut petroleum (Petro-leum dari bahasa Latin
petrus artinya batu dan oleum artinya minyak). Sedangkan untuk
mengahislkan minyka bumi atau petroleum di lakukan pengeobran.
Pengeboran untuk mengambil minyak bumi dan gas alam yang di
lepas Pantai dapat di lakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Menanam jalur pipa di dasar laut dan memompa minyak ke daratan. Cara ini
digunakan apabila jarak ladang minyak cukup dekat ke daratan.
2. Membuat anjungan di mana minyak bumi selanjutnya dibawa oleh kapal
tanker menuju daratan. Di darat, minyak bumi dibawa ke kilang minyak
(refinery) untuk diolah.
(Proyek et al., 2004)
Kimia minyak dan gas bumi yang biasanya sering di sebut dengan
kimia organic, yang merupakan senyawa hidro karbon (C) dan hHidrogen
(H). ikatan dari Hidrokarbon dalam minyak bumi terususun dari unsur-unsur
non hidrokarbon berupa nitrogen, oksigen, sulfur, lumpur, senyawa garam, air
dan logam-logam yang merupakan impurities dalam produk minyak bumi.

Ikatan rantai karbon pembentukan minyak bumi berbentuk rantai yang


terbuka mapupun rantai tertutup. Baik jenuh maupun non jenuh (tidak jenuh).
Jumlah atau banyaknya atom-atom karbon mapun berbentuk rumus
bangunannya dalam persenyawaan minyak dan gas bumi yang
mengambarkan sifat yang berbeda dari senyawa minyak bumi tersebut, baik
dari sifat fisika maupun sifat kimia akan menentukan cara pengolahan,
penanganan dan penggunkaan produk minyak bumi.
Jenis Minyak mentah (crude oil) yang umumnya di kenal sebagai jenis
paraffin naphthene, dan aromatik atau mix base mempunyai sifat-sifat
berbeda, baik sifat fisika maupun kimianya, dan sehingga cara pengolahnnya
dan penanganannya berbeda dan kontribusi sifat kimia terhadap produk yang
di hasilkan juga berbeda-beda. Produk fuel oil sebagai bahan bakar, contoh
sebagai bakar rumah tangga, industri maupun automotif tentunya akan
membutuhkan jenis crude yang berbeda bila dibandingkan produk pelumas
atau lubricating oil. (Faputri & Setiorini, 2022)
Senyawa karbon merupakan senyawa yang paling banyak terkandung
di dalam minyak bumi. Dengan jumlah yang mencapai 84-87% dikarenakan
senyawa karbon adalah pembentuk utama minyak bumi. Senyawa penyusun
minyak bumi terbanyak kedua dan selanjutnya adalah hydrogen, nitrogen,
sulfur dan oksigen. Dengan persentase jumlah Hydrogen mencapai 11-14%,
sedangkan nitrogen 0-1%, sulphur 0-3% dan nitrogen mencapai 0,1%. Jumlah
logam dalam minyak bumi tergantung pada minyak bumi itu didapatkan. Hal
ini dapat dipengaruhi oleh kondisi geologi bumi dan pembentukan minyak
bumi.

Table 1 Komposisi Minyak Bumi

Komposisi Persen (%)


Carbon (C) 84-87
Hidrogen (H) 11-14
Sulfur (O) 0-3
Nitrogen (N) 0-1
Oksigen 0-2

(Fitria Wati et al., 2020)


a. Senyawa hidokarbon alifatik rantai lurus
Senyawa hidokabon alifatik rantai lurus biasa disebut alkana atau normal
parafin. Senyawa ini banyak terdapat dalam gas alam dan minyak bumi yang
memiliki antai karbon pendek. Contoh: Etana Propana.
a. Senyawa hidrokarbon bentuk siklik
Senyawa hidrokarbon siklik merupakan senyawa hidrokarbon golongan
sikloalkana atau sikloparafin. Senyawa hidrokarbon ini memiliki rumus
molekul sama dengan alkena., tetapi tidak memiliki ikatan rangkap dua dan
membentuk struktur cinicin. Dalam minyak bumi, antarmolekul siklik
tersebut kadang-kadang bergabung membentuk suatu molekul yang terdiri
atas beberapa senyawa siklik.
b. Senyawa Hidrokarbon Alifatik Rantai Bercabang
Senyawa golongan isoalkana atau isoparafin. Jumlah senyawa hidrokarbon ini
tidak sebanyak senyawa hidrokarbon alifatik rantai lurus dan senyawa
hidrokarbon bentuk siklik.
c. Senyawa Hidrokarbon Aromatik
Senyawa hidrokarbon aromatik merupakan senyawa hidrokarbon yang
berbentuk siklik segienam, berikatan rangkap dua selang-seling, dan
merupakan senyawa hidrokarbon tak jenuh. Pada umumnya, senyawa
hidrokarbon aromatik ini terdapat dalam minyak bumi yang memiliki jumlah
atom C besar. (Wiyati, 2020)

2.2. Klasifikasi Minyak Bumi


Banyak persenyawan kimia dari suatu golongan yang biasanya disebut
hidrokarbon dan persenyawaan lain yang mengandung unsur unsur oksigen,
sulpur, nitrogen, lumpur, air dan logam-logam dalam jumlah yang kecil.
Persenyawaan hidrokarbon yang satu berbeda sifatnya dengan
persenyawaan hidrocarbon yang lain. Hal ini berhubungan dengan:
1. Perbedaan dari perbandingan banyaknya unsur karbon (C) dan unsur
hidrogen (H) yang terdapat didalamnya.
2. Perbedaan dari susunan unsur karbon dan hidrogen dalam persenyawaan
tersebut.
Berdasarkan atas susunan (sturktur) molekulnya, persenyawaan
hidrokarbon dapat digolongkan atas empat jenis utama, yaitu: parafin–olefin
(dan golongan tak jenuh lainnya), naphthalene dan aromatic. Jenis-jenis
hidrokarbon mempunyai sifat-sifat yang berbeda yang menyebabkan
pengaruh terhadap sifat dan kegunaannya, misalnya hidrokarbon jenis
aromatik mempunyai angka oktan tinggi untuk produk gasoline dan
mempunyai daya larut yang besar. Sedangkan sifat dari hidrokarbon jenis
parafin mudah membeku dengan titik tuang yang tinggi dan sebagainya.
Sifat-sifat hidrokarbon inilah yang berpengaruh terhadap mutu dari produk-
produk minyak bumi yang berhubungan dengan pemakaiannya yang
berbeda-beda. (Faputri & Setiorini, 2022)

2.2.1 Klasifikasi Umum Minyak Bumi


Minyak bumi di klaisfikasikan menjadi 3 (tiga) macam, diantaranya :
1. Minyak bumi dasar parafin (paraffin base).
Minyak bumi ini penyusun utamanya paraffin wax dan sedikit mengandung
asphaltic. Sebagian besar terdiri dari parafin hidrokarbon dan biasanya
memberikan hasil yang bagus untuk pembuatan wax dan destilat pelumas.
2. Minyak bumi dasar asphaltik (asphalt base) Minyak bumi ini mengandung
sejumlah besar asphaltic dan sedikit paraffin wax. Hidrokarbon ini sebagian
besar dari naphtene dan sedikit mengandung parafin hidrokarbon.
3. Minyak bumi dasar campuran (intermediate base/mix base) Minyak bumi
ini disusun oleh paraffin wax dan asphaltic dalam jumlah besar, bersama-
sama dengan senyawa aromatik, jadi Sedangkan ciri-ciri intermediate base
berada diantara ciri-ciri paraffin dan asphalt base.

2.2.2 Klasifikasi Khusus Minyak Bumi


Secara khusus metoda klasifikasi minyak bumi terdapat tujuh macam,
antaralain :
a. Klasifikasi berdasarkan specific gravity
b. Klasifikasi berdasarkan sifat penguapan (volatility)
c. Klasifikasi berdasarkan kadar sulpur.
d. Klasifikasi berdasarkan faktor karakteristik UOP.
e. Klasifikasi berdasarkan indek korelasi (corelation indexs-CI).
f. Klasifikasi berdasarkan viscosity gravity conctant (VGC).
g. Klasifikasi berdasarkan Bureu of Mines
2.2.3 Klasifikasi Berdasarkan Gravitasi API atau Berat Jenis
Klasifikasi yang paling sederhana adalah klasifikasi yang di dasarkan pada
gravitas API (American Petroleum Institute) atau berat jenis, dengan alasan
jika gravitas API (American Petroleum Institute) minyak mentah tinggi atau
berat jenis minyak mentah dengan nilai rendah maka ada kecenderungan
bahwa minyak mentah mengandung fraksi ringan dalam jumlah yang besar.
Minyak mentah dengan nilia gravitas 35˚ C API (American Petroleum
Institute) nilai tersebut pada umunya lebih berharga dari pada minyak
mentah dengan nilai grafitas 30˚ C API (American Petroleum Institute),
karena minyak mentah yang Perama mengandung fraksi ringan seperti
Bensin dan Kerosin lebih banyak mengandung fraksi berat seperti Residu
lebih sedikit di bandingkan dengan minyak mentah yang kedua.

Table 2 Klasifikasi Minyak Bumi Berdasarkan Gravitasi API

Jenis Minyak Gravitasi API Berat Jenis


Mentah Dari Sampai Dari Sampai
Ringan >39,0 - <0,830 -
Ringan Sedang 39,0 35,0 0,830 0,850
Berat Sedang 35,9 35,0 0,850 0,865
Berat 35,0 24,8 0,865 0,905
Sangat Berat <24,8 - >0,905 -

Rahmayanti et al., 2021)

2.2.4 Klasifikasi Beradasarkan Kandungan Malam dan Aspal


Pada perkembangan industri minyak bumi menyatakan bahwa minyak
mentah dari Pennsylvania mengandung malam paraffin dan tidak
mengandung aspal, minyak mentah dari California mengandung aslpan dan
Mid Continent yang mengandung baik malam paraffin dan aspal.
Berdasarkan kandungan malam paraffin dan aspal minyak mentah dapat di
golongkan menjadi tiga (3), yaitu :
1. Minyak mentah dasar paraffin
2. Minyak mentah dasar aspal
3. Minyak mentah dasar campuran
Minyak mentah dasar aspal disebut juga dengan minyak mentah dasar
naften. Ternyata bahwa sebagian minyak mentah, kira-kira 90% termasuk ke
dalam golongan minyak mentah dasar campuran sedangkan 10% termasuk
ke dalam golongan minyak mentah dari dasar paraffin dan aspal.

2.2.5 Klasifikasi Berdasarkan Komposisi kimia


Klasifikasi ini diajukan oleh Sachanen yang didasarkan pada komposisi
kimia fraksi minyak bumi yang memiliki nilai didih antara 250 C - 300 C.
Table 3.Klasifikasi meinyak mentah menurut Sachen

Komposisi Fraksi 250˚ C-300˚ C

Golongan % Paraf %Naften % Arom % Malam % Aspal


Paraffin 46-61 22-32 12-25 1,5-10 0-6
Par-naft 42-45 38-39 16-20 1-6 0-6
Naften 16-26 61-76 8-13 Sedikit 0-6
Par-naft-arom 27-35 36-47 26-33 0,5-1 0-10
Noft-arom 0-8 57-78 20-25 0-0,5 0-20
*(Sumber Aspects of The Constitution of Mineral Oils”. Elsevier)

Kesulitan dalam klasifikasi ini ialah bahwa fraksi yang mendidih di atas
200, molekul – molekulnya jarring terdapat dalam keadaan murni tetapi
dalam keadaan gabungan.
2.2.6 Klasifikasi Menurut U.S Bureun Of Mines
Klasifikasi menurut Lane dan Garton dari U.S. Bureun Of Mines sebagai
dasar klasifikasi digunakan gravitasi API fraksi nomer 1 (fraksi minyak
bumi yang mendidih pada suhu sekitar 482˚F-547˚F atau sekitar 250˚C-300
˚C dan tekanan 1 atmosfer). Sedangkan fraksi nomer 2 (mendidih pada suhu
sekitar 527 ˚F-572 ˚F atau sekitar 275 ˚F-300 ˚F dan tekanan 40mmHg).
Fraksi nomer 1 termasuk fraksi kerodin dan fraksi nomer 2 termasuk fraksi
minyak pelumas. Dan adapun klasifikasi minyak mentah Indonesia menurut
U.S. Bureau of Mines.
Table 4 Klasifikasi Minyak Bumi Menurut Us Bureau
Gravitasi API
Golongan Dasar Fraksi Nomer 1 Fraksi Nomer 2
Paraffin-parafin >40 >30
Paraffin-tengahan >40 20-30
Paraffin-naften >40 <20
Tengahan-parafin 33-40 >30
Tengahan-tengahan 33-40 20-30
Tengahan-naften 33-40 <20
Naften-paraffin <33 >30
Naften-paraffin <33 20-30
Neften-neften <33 <20

(Roni, 2020)

2.2.7 Klasifikasi Menurut Distribusi Arom Karbon


Klasifikasi tersebut dapat digunakan diagram segitiga di mana di mana
ketiga titik sudutnya masing-masing menunjukkan 100% karbon parafin C P ,
100% karbon naften CN dan 100% karbon aromat CA , 100% karbon naften
𝐶𝑁 dan 100% karbon aromat 𝐶𝐴. Jadi sebuah titik yang ada di dalam
diagram akan menunjukkan distribusi struktur karbon parafin, naften dan
aromat dalam sesuatu minyak mentah.

gambar 1.Distribusi Karbon Beberapa Minyak


sumber : (K. van Nes, 1951)
2.2.8 Klasifikasi Berdasarkan Faktor Karekteristik
Klasifikasi ini diajukan oleh Waston dari Universal Oil Product Company
yang didefinisikan factor karakterisasi Watson K, dimana :

K
√3 Tb
s

Dimana 𝑇𝐵 mula – mula didefinisikan sebagai nilai titik didih rerata molal,
lalu berubah menjadi niai titik didih rerata kubis dan akhirnya menjadi titik
60
didih rerata tengahan dalam R dan S adalah berat jenis pada F.
60
klasifikasi ini juga berlaku untuk fraksi minyak bumi langsung (Straight run
fractions). Adapun factor karakteristik untuk berbagai golongan dasar
minyak mentah diantaranya :
1. Minyak mentah dasar parafin: K > 12,1.
2. Minyak mentah dasar tengahan: K = 11,5 – 12,1.
3. Minyak mentah dasar naften: K = 10,5 – 11,45.
4. Minyak mentah dasar aromat: K < 10,5.
2.2.9 Klasifikasi Berdasarkan Indeks Korelasi
Klasifikasi ini dikembangkan oleh H.M. Smith dari US Bureau of Mines
yang juga berlaku untuk fraksi minyak bumi. Indeks ini diperoleh dengan
jalan melukiskan kebalikan titik didih rata-rata volumetric sesuatu fraksi
terhadap berat jenis pada 60/60 F di dalam garis untuk setiap hidrokarbon.
Untuk senyawa hidrokarbon parafin normal garis ini diberik angka nol,
sedangkan untuk bensin diberi angka 100. Berdasarkan grafik tersebut,
selanjutnya dapat dijabarkan persamaan empiric sebagai berikut:
L.K. =473,78 – 456,8 + 48.640/K
Dimana I.K. adalah indeks korelasi, S adalah gravitas jenis pada 60/60 F
dan K adalah titik didih rerata dalam K. Harga indeks antara 0, sampai 15
menunjukkan bahwa hidrokarbon parafin dalam fraksi dominan; harga
antara 15 sampai 50 menunjukkan bahwa hidrokarbon naften atau campuran
hidrokarbon parafin, naftendean aromat dalam fraksi dominan dan harga
indeks di atas 50 menunjukkan bahwa hidrokarbon aromat dalam fraksi
dominan.

gambar 2.Diagram referensi korelasi

2.3. Produksi Minyak Bumi


Kira-kira serratus lima puluh tahun yang lampau, satus-satunya produk
minyak bumi yang dihasilkan oleh kilang minyak adalah kerosin yang
digunkan sebagai bahan bakar lampu penerangan. Tetapi dewasa ini
sehubungan dengan kemajuan zaman dan kemajuan teknologi produk minyak
bumi telah menjadi puluhan jenisnya, belum termasuk produk petrokimia
yang dihasilkan oleh industry-industri petrokimia. Produk kimia bumi yang
dihasilkan oleh kilang minyak untuk dipasarkan haruslah memenuhi
spesidikasi pemasaran. Spesifikasi pemasaran produk minyak bumi untuk
berbagai Negara pada umumnya tidaklah sama, kecuali untuk bensin
penerangan dan bahan bakar jert, dimana spesifikasinya disesuaikan dengan
spesifikasi nternasional yang diikeluarkan oleh DERD. Spesifikasi pemasaran
adalah batas-batas sifat-sifat yang harus dipenuhi oleh produk-produk minyak
bumi yang ada di pasaran. Spesifikasi ini sebenarnya adalah hasol komproimi
antara sifat kinerja produk minyak bumi dengan kemampuan kilang minyak
untuk menghasilkan produk dar minyak mentah yang tersedia. Untuk
Indonesia. Spesfikasi produk bahan minyak ditetapkan sesuai dengan
kepurusan Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi yang semuanya dapat
dilihat pada lampiran
Ada beberapa macam cara pengolahan produk jadi yang dihasilkan oleh
kilang minyak. Diantaranya produk jadi kilang minyak dapat dibagi menjadi:
produk bahan bakar minyak (BBM) dan produk bukan bahan bahar minyak
(BBBM). Teramasuk produk BBM ialah: bensin penerbangan, bensin motor,
bahan bakar jet, kerosin, solar minyak diesel dan minyak bakar. Sedangkan
uanh yermasuk produk BBBM ialah: elpiji (liquefied petroleum gases –
LPG), pelarut, minyak pelumas, gemuk, aspal, malam parafin, hitam karbon
(carbon black) dan kokas.
Berbagai jenis produk migas yang diproduksi Pertamina dan diperdagangkan
di Indonesia untuk berbagai keperluan seperti : rumah tangga, bahan bakar
kenderaan bermotor, bahan bakar pesawat udara. (Roni, 2020)
2.3.1 LPG (Liquified Petroleum Gases)
LPG (Liquified Petroleum Gases) adalah bahan bakar yang umum di
berbagai seltor seperti rumag tangga, industry dan transportasi. LPG
merupakan campuran dari beberapa variable yang utama adalah propane
(C3H8) dan butana (C4H10) atau kombinasi dari keduanya. Bila disimpan
dalam bentuk cair, akan memiliki kepadatan energi yang sebanding dengan
bahan bakar hidrokarbon cair yang lain dan memiliki keunggulan
dibandingkan dengan gas alam. Pembakaran LPG menghasilkan emisi dan
efek rumah kaca yang rendah.
LPG disimpan di dalam tangki silinder dengan tekanan 760 ± 1030 Kpa
yang terbuat dari baja karbon. Tangki silinder LPG dapat diletakkan
dibagasi mobil, tempat ban serep atau dibawah kendaraan. Tangki dan
instalasi LPG mempunyai beberapa ukuran dan bentuknya ada dua yaitu
silinder dan toroidal.
LPG dapat juga digunakan ke dalam mesin yang dirancang untuk bahan
bakar premium, akan tetapi membutuhkan peralatan tambahan seperti
instalasi konverter kit. Konverter kit merupakan suatu peralatan yang
digunakan untuk mengkonversi bahan bakar. Konversi disini adalah
disesuaikan kerja dalam mesin, sehingga bahan bakar gas seperti LGV,
penggunaannya dapat diterapkan pada mesin berbahan bakar minyak.
(Kurniaty & Hermansyah, 2016)
2.3.2 Bensin
Bensin adalah satu jenis bahan bakar minyak yang digunakan untuk bahan
bakar mesin kendaraan bermotor yang pada umumnya adalah jenis sepeda
motor dan mobil. Bahan bakar bensin yang dipakai untuk Premium asal
mulanya adalah naphtha (salah satu Produk destilasi minyak bumi) + TEL
(sejenis aditif penaik oktan) agar didapat RON 88. Namun isu lingkungan
sejak era tahun 2006, mengharuskan TEL (aditif penaik oktan yang
mengandung lead alias timbal hita yang tidak sehat) di hentikan
penggunaannya. Oleh karena itu TEL diganti HOMC (High Mogas
Component) untuk menaikkankan Oktane ke 88. HOMC merupakan produk
naphtha (komponen minyak bumi) yang memiliki struktur kimia bercabang
dan ring (lingkar) berangka oktan tinggi (daya bakar lebih sempurna dan
instant cepat), nilai oktan diatas 92, bahkan ada yang 95, sampai 98 lebih.
Kebanyakan merupakan hasil olah Naphtha jadi ber-angka oktane tinggi
atau hasil perengkahan minyak berat menjadi HOMC. (Amrullah et al.,
2016)

2.4. Sifat-Sifat Minyak Bumi


Karena minyak bumi mempunyai komposisi yang berbeda satu dengan yang
lain, maka dengan sendirinya sifat-sifatnya juga berbeda. Walaupun demikian
untuk minyak bumi yang mempunyai golongan dasar tertentu.

Table 5. Sifat-sifat Umum Minyak Bumi


(Roni, 2020)
Sifat-Sifat Dasar Paraffin Dasar Naften
Gravitas API Tinggi Rendah
Kandungan nafta Tinggi Rendah
Angka oktan bensin Rendah Tinggi
Titik asap keratin Tinggi Rendah
Titik tuang minyak pelumas Tinggi Rendah
Indeks vikositas minyak pelumas Tinggi Rendah
Angka cetan solar Tinggi Rendah
BAB III

SPESIFIKASI BAHAN BAKU


3.1. Bahan Baku Utama
Bahan baku yang digunakan adalah crude Oil (minyak mentah) yang
merupakan campuran senyawa kimia yang sebagian besar terdiri dari
hidrokarbon dan senyawa lain yang mengandung O2, N2S, logam dan air
dalam jumlah yang kecil. Minyak mentah adalah hasil dari pertambangan
yang dikelompokkan dalam beberapa kategori antara lain :
1. Crude oil parafins
Crude oil oil yang susunan hidrokarbonnya sebagian besar terdiri dari
senyawa hidrokarbon dengan struktur yang sederhana, ditandai
dengan adanya rantai atom-atom karbon yang tersusun dalam rantai
jenuh dan terbuka. Sifat fisik crude oil ini antara lain, fraksi beratnya
banyak mengandung lilin, sedikit mengandung aspal dan mutu
gasolin ON (Oil Naphthenic) nya rendah serta mutu kerosin dan solarnya
baik.
2. Crude oil Asphaltis
Crude oil yang susunan hidrokarbonnya sebagian besar terdiri dari
senyawa hidrokarbon tertutup (nafthenis maupun aromatis) ditandai
dengan sifat-sifat fisik antara lain, mutu gasolin ON (Oil Naphthenic)
nya lebih tinggi, mutu kerosin titik asap rendah dan residu bersifat
asphaltis, cocok untuk dibuat asphalt dan tidak mengandung lilin.
3. Crude oil Campuran (mixed)
Crude oil ini adalah campuran dari crude oil parafinis dan Asphaltis,
dengan perbandingan 70% parafinis dan 30% napthenis. Jenis crude oil
yang diolah di unit distilasi pusdiklat Migas Cepu adalah crude oil
campuran. Crude oil tersebut mengandung lilin, alkana rantai lurus dan
memiliki nilai oktan yang rendah. Sedangkan Crude oil yang berasal dari
Ledok merupakan minyak LPPO (Low Pour Point Oil). Crude oil dari
Kawengan dan Ledok dicampurkan untuk mengefisiensi proses agar
tidak memerlukan proses yang berbeda pada saat dilakukan proses secara
terpisah.
A. Crude oil kawengan
Pada bahan baku yang untuk proses penyulingan diperoleh dari
kawengan dan ledok milik PT. Pertamina EP Asset 4 Field. Crude
oil yang berasal dari lapangan Kawengan merupakan minyak
HPPO (High Pour Point Oil), dimana
Table 6 .Spesifikasi Crude Oil di Kawengan
Karakteristik Satuan Nilai
Spesific Gravity - O,853
60/60˚ F
˚Api gravity 60 ˚ F - 34,4
Viskositas kinematis Cs 5,71
(100 ˚ F)
Viskositas oF 3,64
kinematis(120 ˚ F)
Pour Point, ˚ F oF 80
Flash point, ˚ F % Volume 35
Kadar air % Volume 0,18
Kadar belerang, % Berat 0,231
Kadar malam % Berat 14,4
Kadar aspal % Berat 0,08
Angka asam total % KOH/gram 0,084

B. Crude oil Ledok


Jenis crude oil ini banyak mengandung hidrokarbon napthan dan
sedikit mengandung hidrokarbon paraffin. Minyak mentah dari
Ledok mempunyai sifat: Dominan senyawa napthan (sikloalkana),
dengan rumus CnH2n , dan didalam produksi ini fraksi yang
terbesar adalah aspal
Table 7 .Karakteristik Crude oil di Ledok
Karakteristik Satuan Nilai
Spesific Gravity 60/60 - 0.8505
˚F
˚ Api Gravity 60 ˚ F - 39,59
Viskositas kinematis Cs 3,46
(100 ˚ F)
Viskositas Cs 2,23
kinematis(120 ˚ F)
Pour Point, ˚ F ˚F 20
Flash Point ˚ F, ˚F 35
Kadar air % volume 0,15
Kadar belerang % berat 0,0099
Kadar malam % berat 0,66
Kadar aspal % berat 0,364
Kadar abu % berat 0,0264
Angka asam total, % % KOH/gram 0,26
KOH/gram
5.1 Bahan Pembantu
Bahan yang di butuhkan dalam proses Treating yang berfungsi untuk
menghilangkan kotoran-kotoran dalam minyak bumi yang akan menurunkan
mutu produksi dan dapat merusak peralatan pada proses pengolahan.
Senyawa yang dapat menimbulkan korosi adalah H2S, dan senyawa belerang.
Bahan baku ini yang biasa digunakan untuk mengurangi kotoran-kotoran
tersebut adalah:
A. Amonia (NH3)
Amonia dapat bersifat racun pada manusia jika jumlah yang masuk tubuh
melebihi jumlah yang dapat didetoksifikasi oleh tubuh. Pada manusia,
resiko terbesar adalah dari penghirupan uap amonia yang berakibat
beberapa efek diantaranya iritasi pada kulit, mata dan saluran pernafasan.
Pada tingkat yang sangat tinggi, penghirupan uap amonia sangat bersifat
fatal. Bahan ini memiliki fungsi untuk mencegah dan mengurangi korosi
produk karena dapat mengikat H2S dalam minyak dan menetralkan
senyawa-senyawa asam yang dapat menyebabkan korosi.

Tabel 3.3 Spesifikasi Amnonia

Karateristik Nilai
Wujud Gas
Spesific gravity 0,690
Min. Ammonia content,%wt 99,95
Boiling point,C -33,4˚ C
Freezing point,C -77,7 ˚ C
Critical Temperature, C 133 ˚ C
Critical Pressure 1657 psi
Max. Water content, ppm by 5000
wt
Max, oil content, ppm by wt 5
(Zaim et al., 2018)
B. Kaustik soda (NaOH)
Baja karbon merupakan logam yang sering dipakai dalam sarana
kehidupan manusia maupun industri, yang mudah terserang oleh korosi
dan material ini dipilih karena relatif mudah didapatkan. Pada penelitian
ini, yang akan dibahas tentang analisis laju korosi baja karbon st 60
terhadap larutan Hidrogen Klorida (HCl) dan larutan Natrium
Hidroksida (NaOH). Pada bahan tersebut memiliki fungsi untuk
menetralisir dari senyawa-senyawa belerang dan menghilangkan
Merchaptan (RSH) yang dapat mengakibatkan korosi terhadap alat
dengan cara mencuci hasil pemisahan crude oil dan dapat digunakan
untuk proses Treating yang bertujuan memisahkan hydrogen dan sulfur
dalam fraksi gasoline.
Table 8.Spesifikasi Kaustik Soda
Karakteristik Keterangan
Wujud Cair
Warna Tidak Berwarna
Densitas (20˚C) 1,2541

(Khasibudin et al., 2019)


5.2 Produk Utama dan Produk Samping
3.2.1 Produk Utama
Hasil dari produk utama dari pengolahan minyak mentah di PPSDM Migas
Cepu adalah sebagai berikut:
A. Pertasol
Diproduksi di kilang Pusdiklat Cepu, Jawa Tengah. Pertasol adalah
solvent yang dihasilkan dari hidrokarbon nafta yang dibentuk dari
komponen paran, cyclo parafin/naphthenic and aromatic pada unit
destilasi atmospheric dengan parafinic dan crude yang bersifat
asphaltic sebagai bahan dasarnya. Pertasol merupakan campuran
hidrokarbon cair yang mempunyai skala titik didih 30-200°C. Pertasol
dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
 Pertasol CA
Solvent ini berwarna jernih, stabil, tidak korosif, cepat
menguap.Merupakan fraksi nafta ringan yang terbentuk dari senyawa
aliphatic(paran dan cycloparan/naphtanic)dan kandungan aromatic
hydrocarbon yang rendah. Sifat toxycity relatif rendah karena
kandungan benzene yang rendah. Aplikasi/kegunaan : Cat, lacquer dan
vanish (sebagai diluent), tinta cetak (sebagai pelarut dan diluent).
Sebagai komponen di dalam proses pembuatan bahan karet pada pabrik
ban, vulkanisir dan lain- lain, adhesive (lem gun), industri farmasi
(kosmetik) dan industri cleaning dan degreasing. (Pertamina, 2023)
Adapun pertasol CA ini memiliki spesifikasi sebagai berikut tertera
pada Tabel 3.5 dibawah ini .
Table 9.Spesifikasi Pertasol CA

Metode Spek. Pertasol


N Parameter Uji Unit ASTM/lain Min. Max.
o
1 Sfesific gravity 15,6/15,6 ˚ C D-12985 0,685 0,724
2 Distilasi: ˚ C D-86 455 150
IBP (Initial Boiling
Point)
Ep (End Point)
3 Warna Saybolt D-156 +25
4 Korosi Bilah Tembaga 2 hrs./199˚ C D-130 No1
(Copper Strip
Corrosion)
5 Doctor Test D-4952 Negative
6 Aromatic Content4 % v/v D-1319 20

(Sumber PPSDM Migas ,2023)


 Pertasol CB
Solvent ini pada dasaranya merupakan fraksi naphta yang
terbentuk dari senyawa paran, cycloparan dan aromatic hydrocarbon
dengan initial boiling point 95°C dan final boiling point 192°C.
Pertasol CB tidak korosif, stabil dengan warna yang jernih. Biasa
digunakan sebagai cat, thinner, lacquer, tinta cetak, dry
cleaning solvent dan industri tekstil (printing). (Pertamina, 2023).
Adapun pertasol CB ini memiliki spesifikasi sebagai berikut tertera
pada dibawah. Ini

Table 10.Sesifikasi Pertasol CA


Metode Spek.Pertasol
No Parameter Uji Unit ASTM/lain CB
Min. Max.
1. Spesifikasi Gravity 15,6/15,6˚ C D-1298 0,765 0,7890
0
2. Distilasi :
IBP (Intial Boiling ˚C D-86 100 200
Point)
Ep (Enda Point)
3. Warna Saybolt D-156 +18
4. Korosi Bilah 2 hrs.199˚ C D-130 NO. 1
Tembaga (Copper
Strip Corrosion)
5. Dector Test D-4952 Negative
6. Aromatic Content % v/V D-1319 25
(Sumber :PPSDM Migas, 2023)

 Pertasol CC
Solvent ini pada dasaranya merupakan range IBP antara 120°C dan FBP
246°C, dihasilkan oleh kilang BBM Cepu dengan potensi produksi
sekitar 3.900 ton pertahun, digunakan secara umum untuk aplikasi
bahan pelarut pada industi thinner, cat, varnish, tinta cetak, insektisida
dan pestisida, serta dapat diaplikasikan sebagai bahan kimia penunjang
pada industri kimia dan pelumas. (Pertamina, 2023)
Adapun pertasol CC ini memiliki spesifikasi sebagai berikut tertera
pada Tabel 3.7 dibawah.

Table 11 .Spesifikasi Pertasol CC

Metode Spek.Pertasol
No Parameter Uji Unit ASTM/lain CB
Min. Max.
1. Spesifikasi Gravity 15,6/15,6˚ C D-1298 0,782 0,7890
0
2. Distilasi :
IBP (Intial Boiling ˚C D-86 124 250
Point)
Ep (Enda Point)
3. Warna Saybolt D-156 +16
4. Korosi Bilah 2 hrs.199˚ C D-130 NO. 1
Tembaga (Copper
Strip Corrosion)
5. Dector Test D-4952 Negative
6. Aromatic Content % v/V D-1319 25
(Sumber : PPSDM Migas, 2023)
B. Solar
Solar mempunyai Trayek titik didih 250-350°C. Bahan bakar solar
adalah bahan bakar minyak hasil sulingan dari minyak bumi mentah,
bahan bakar ini berwarna kuning coklat jernih. Penggunaan solar pada
umumnya adalah untuk bahan bakar pada semua jenis mesin diesel dan
dapat digunakan sebagai bahan bakar pada pembakaran langsung.
Minyak solar ini biasa disebut Gas Oil, Automative Diesel Oil, High
Speed Diesel. (Pertamina, 2023).
Adapun spesifikasi bahan bakar solar seperti di lihat pada table 3.8
berikut :

Table 12 Spesifikasi Bahan Bakar Solar

Batasan SNI
Minyak solar Metode Uji
No Karakteristik Satuan 48
Lain-
Min. Max. ASTM
lain

Bilangan setana 48 - D613 -


1. angksetana atau
indeks Setana

45 - D4737 -
Berat jenis (pada D4052/D1
2. kg/m3 815 870 -
suhu 15 ˚ C) 298

iskositas (pada suhu


3. mm3/s 2.0 4,5 D445 -
40 ˚ C)

0,351)
0,302)
% D4294/D5
4. Kandungan sukfur - 0,253) -
m/m 453
0,054)
0,0055)

Distilasi 90% vol


5. ˚C - 370 D86 -
Penguaoan

6. Titik nyala ˚C - - D93 -

7. Titik kabut ˚C - 18 D2500 -

8. Titik tuang ˚C - 18 D97 -


%
9. Residu - 0,16) D189 -
m/m
10. Kadungan air Mm/kg - 500 D6304 -

D7806/D7
11. Kandungan FAME*) % v/v - 207) -
371

Korosi bilangan Kelas


12. - D130 -
tembaga 1

%
13. Kandungan abu - 0,01 D482 -
m/m

C. Residu
Residu merupakan fraksi berat dari minyak bumi yang mempunyai titik
didih paling tinggi yaitu 350oC dan merupakan hasil bawah dari residu
Stripper. Residu biasanya digunakan sebagai bahan bakar dalam pabrik
karena mempunyai heating value yang tinggi. Produk residu di Kilang
PPSDM Migas Cepu dikenal dengan nama Minyak Bakar Cepu (MBC).
Adapun spesifikasi Residu seperti di lihat pada table berikut :
Table 13 .Spesifikasi Residu

No Karakteristik Satuan Angka Metode Uji


1. Spesific - 0,9268 ASTM D 1298
grafivty
2. Distillation: ˚F 125 ASTM D 97
-Pour Point 405 ASTM D 93
-Flast Point
3. Viskositas S 270 IP.70
100˚C
4. Kandungan Wt% 1,06 ASTM D 1552
sulfur
5. Residu Wt% 3,02 ASTM D 189
Karbon
(Conradson
carbon
residu)
6. Sedimen Wt% 0,06 ASTM D 473
(sedimen
contenc)
7. Aromatic % vol 30 ASTM D 95
Content
8. Callorific Btu/Ib 19,056 ASTM D 240
value gross
BAB IV

DESKRIPSI PROSES

4.1 Persiapan Bahan Baku


PPSDM Migas menjadi salah satu unit yang mengolah minyak mentah
(crude oil) menjadi produk-produk, antara lain: Pertasol CA, Pertasol CB,
Pertasol CC, Solar dan Residu. Untuk saat ini PPSDM Migas beroperasi
dengan kapasitas 180-199 m3/hari. Persiapan bahan baku ditujukan untuk
mengurangi impurities yang berasal dari pertamina untuk mencapai kadar
impurities yang diijinkan. Bahan baku berupa minyak mentah Kawengan
yang bersifat aspaltis dengan 70% perbandingan bagian minyak mentah
Kawengan. Dilakukan pencampuran untuk efisiensi proses, karena jika
dilakukan proses yang terpisah memerlukan dua kondisi berbeda. Minyak
mentah yang baru ditimbang masih mengandung kotoran sehingga diperlukan
adanya pemisahan atau penghilangan kotoran terutama kandungan airnya
dengan cara sedimentasi. Minyak mentah dimasukan kedalam tangki
penampungan di pusat penampungan Menggung untuk didiamkan selama
beberapa hari atau dalam waktu tertentu agar proses pemisahannya lebih
maksimal. Dari penampungan minyak mentah dialirkan masuk ke tangki 101
yang berada di unit kilang. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan tangki produk,
tangki feed, dan tangki distilasi. Dilakukan juga pemeriksaan air pendingin,
steam, listrik dan fuel gas. Selanjutnya dilakukan proses sirkulasi panas dan
sirkulasi dingin dengan feed berupa solar untuk mengetahui kebocoran yang
terjadi sebelum proses operasi berjalan.

4.2 Uraian Proses


Proses pengolahan menggunakan distilasi atmosferik (proses berlangsung
pada tekanan sedikit atmosferik) untuk memisahkan crude oil menjadi produk
hasil pemisahan pada berbagai fraksi yaitu, Pertasol CA, Pertasol CB,
Pertasol CC, Solar dan Residu. Produk diperoleh melalui beberapa tahapan
seperti pemanasan, penguapan, pemisahan, pengembunan, dan pendinginan.
Tahapan proses yang terjadi adalah sebagai berikut:
4.2.1 Pemanasan
Pemanasan bertujuan untuk membantu evaporator mencapai temperatur
optimum agar fraksi berat dan fraksi ringannya dapat terpisah dengan baik.
a. Pemanasan awal di Heat Exchanger
Minyak mentah dari tangki penyimpanan T.101/T.102 yang bersuhu ±
46,9° C dialirkan dengan pompa P.100/3,4,5 menuju HE-1,2,3 kemudian
ke HE-4dan HE-5 untuk pemanasan hingga mencapai suhu ± 127,7° C .
Media pemanas yang digunakan pada HE- 4 dan HE- 5 adalah residu,
sedangkan pada HE-1 menggunakan nafta dan HE-2,3 menggunakan
solar. Pemanasan awal ini dilakukan untuk memperingan kerja furnace
sehingga hemat bahan bakar.
b. Pembakaran di furnace
Proses berikutnya adalah pembakaran di furnace. Setelah pemanasan di
Heat exchanger, minyak mentah dimasukkan ke stabilizer V-3,
kemudian dipanaskan pada F-1,3 hingga mencapai suhu ±330° C . Bahan
bakar yang digunakan merupakan campuran udara, fuel gas,fuel oil
(residu) dan udara. Udara digunakan untuk proses atomizing
(pengabutan) fuel oil agar pembakaran berlangsung lebih cepat dan
sempurna.
Pada saat furnace tidak sedang bekerja, api dalam furnace tidak mati
seluruhnya hal ini disebabkan karena masih terdapat api yang berasal dari
fuel gas. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya flashback
(penyalaan api mendadak dari furnace sehingga terjadi perbedaan
tekanan antara bagian dalam dan luar furnace yang terlalu besar).
Hasil pembakaran dari furnace berupa CO2, O2 excess, N2 inert, CO
dan uap air yang dialirkan melalui cerobong yang dilengkapi dengan
stack dumper untuk mengatur keluarnya gas buang (fuel gas).
4.2.2 Penguapan dan Fraksinasi
a. Penguapan dalam evaporator
Minyak mentah yang keluar dari furnace, sekitar 60% berubah menjadi
uap kemudian masuk ke evaporator V-1 untuk memisahkan fase cair dan
fase uap. Fase uap (fraksi ringan) yang berupa fraksi produk campuran
pertasol, solar dan residu akan keluar dari puncak V-1 pada suhu ± 290°C
dan dialirkan menuju ke kolom fraksinasi C-1, sedangkan fase cair (fraksi
berat) berupa residu keluar dari dasar V-1 pada suhu ±280°C dan
dimurnikan ke residu stripper C-5 dengan bantuan steam injection (steam
stripping).
Injeksi steam menggunakan steam kering yang bertujuan untuk
memperkecil tekanan parsial hidrokarbon. Hal ini dikarenakan jika
tekanan parsial hidrokarbon turun maka penguapan hidrokarbon menjadi
lebih besar sehingga pemisahan uap hidrokarbon dari liquid menjadi lebih
sempurna. Apabila steam mengandung air, sedangkan suhu evaporator
lebih tinggi dari suhu steam maka air yang masuk akan menguap dalam
evaporator dan memperbesar tekanan total. Steam kering diperoleh dari
steam yang dilewatkan akumulator terlebih dahulu sehingga steam yang
masih mengandung air akan dipisahkan menjadi steam kering dan
kondensat.
b. Pemisahan pada Residu Stripper C-5
Fraksi Produk dibagian bawah C-5 yang berupa residu siap pakai diolah
lebih lanjut dan didistilasi (pengolahan residu cracking). Residu tersebut
digunakan sebagai pemanas pada HE-4,5 kemudian didinginkan dalam
Box Cooler BC-02 sampai suhu ± 75°C dan ditampung ke tangki T.104,
T.122, T.123. fraksi ringan akan keluar dari puncak residu stripper C-5
kemudian masuk ke kolom fraksinasi C-1.
c. Pemisahan pada kolom Fraksinasi C-1
Fraksi ringan di kolom C-1 akan naik ke atas kolom dan terjadi
perpindahan panas dan massa melalui tray- tray yang bertipe bubble cup
tray (pemisahan fraksi ringan berupa campuran pertasol CA, CB, dan
nafta). Dari side stream terdapat produk pertasol CC yang langsung bisa
dipakai sebagai pelarut (thinner).
d. Pemisahan pada Residu Stripper C-4
Hasil samping kolom C-1 (solar dan fraksi ringan) yang ikut masuk dalam
kolom stripper dengan suhu 120 °C akan dipisahkan fraksi ringannya pada
kolom stripper. Fraksi ringan akan keluar sebagai hasil atas dan solar akan
keluar sebagai hasil bawah dengan suhu yang lebih tinggi. Panasnya akan di
manfaatkan sebagai pemanas pada HE-2 sebelum crude oil masuk dalam
furnace. Dilakukan injeksi steam secara tidak langsung dari bawah kolom
dengan tekanan 1-2 kg/cm2 untuk meningkatkan efisiensi pemisahan.
e. Pemisahan pada kolom Fraksinasi C-2
Produk atas dari kolom C-1 dipisahkan ke kolom C-2. Produk atas yang
keluar dari C-2 merupakan uap yaitu pertasol CA. Dari side stream C-2
dihasilkan produk nafta yang keluar pada suhu ±100-120°C.
4.2.3 Proses Pendinginan dan Pengembunan pada Cooler dan Kondensor
Produk dari kolom fraksinasi dan kolom stripper didinginkan pada cooler
atau diembunkan dengan kondensor sebelum ditampung di tangki
penampungan.
Produk atas kolom fraksinasi C-2 yang berupa pertasol CA masuk
kondensor CN-1,2,3,4 dan CN-5,6,7,8,9,10,12 sehingga terjadi
pengembunan dan keluar pada suhu ±48-50° C . Fraksi yang melalui
kondensor CN-5,6,7,8,9,10,12 didinginkan pada cooler CL-3,4, sedangkan
fraksi yang melalui kondensor CN-1,2,3,4 didinginkan di box cooler BC-
03,04,05,06.
Produk CB dari sidestream C-2 masuk kedalam cooler CL-5 dan CL-9 pada
suhu ±98° C dan keluar pada suhu ±58° C . Sedangkan pertasol CC dari side
stream kolom C-1 didinginkan ke cooler C-1 dan C-2.
Solar yang merupakan produksi dari C-4, setelah masuk ke HE-2 dan HE-3
didinginkan dengan cooler CL-6,10,11. Serta untuk residu yang keluar dari
HE-4 dan HE-5 didinginkan dengan box cooler BC-02
4.2.4 Pemisahan dalam separator dan penampungan
Produk yang telah dihasilkan, dipisahkan terlebih dahulu dari uap air dengan
menggunakan separator sebelum disimpan dalam tangki penampungan. Dimana
pertasol CA dipisahkan dengan separator S-1 dan S-2 kemudian disimpan ditangki
T.114/116/117, pertasol CB menggunakan separator S-4 dan ditampung dalam
tangki T.110 sedangkan untuk pertasol CC menggunakan separator S-8 dan
disimpan di tangki T.112 dan T.134
Pada produk solar dipisahkan dengan separator S-6 kemudian ditampung di tangki
T.111/120/127. Dan untuk produk residu ditampung di tangki T.104, T.122,
T.123.Selain distilasi atmosferik terdapat proses pengolahan lainnya yaitu proses
treating.
4.2.5 Proses Treating
Proses ini merupakan proses pengurangan atau penghilangan impurities
yang terdapat dalam minyak bumi di unit pengolahan kilang PPSDM Migas
Cepu. Proses ini dilakukan dengan penambahan NaOH terhadap pertasol
untuk mengurangi kadar H2S dan RSH. Impuritas dalam produk perlu
dihilangkan karena dapat mengakibatkan menurunnya stabilitas, korosif
terhadap peralatan, turunnya mutu cat dan dapat menimbulkan bau yang
tidak enak pada saat proses pembakaran.
Proses treating hanya dilakukan pada produk pertasol CA,dan pertasol CC
yaitu dengan injeksi NH3 pada puncak kolom dan proses pencucian
menggunakan NaOH. Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
RSH + NaOH → RSNa+ H ₂ O … … … … … … … … … … … … … …(1)
2
H S +2 NaOH → Na2 S+2 H 2 O … … … … … … … … .… … … … …(2)
BAB V

SPESIFIKASI ALAT
5.1 Alat-alat Pada Unit Kilang
5.1.1 Heat Exchanger
Heat Exchanger pada gambar 2 merupakan alat penukar panas antara crude
oil dengan residu dan solar yang akan masuk ke dalam cooler sehingga
crude oil menjadi lebih panas sedangkan residu atau solar menjadi lebih
dingin karena sebagian panas yang menjadi produk telah diambil oleh crude
oil. Untuk mendinginkan produknya diperlukan air sebagai media pendingin
sehingga lebih hemat. Jumlah heat exchanger di unit kilang PPSDM Migas
Cepu terdapat 5 unit dimana HE-1 jenis fluida di shell yaitu crude oil dan
yang di tube adalah naphta. HE-2 dan HE-3 jenis fluida di shell yaitu solar
dan yang di tube crude oil sedangkan HE-4 dan HE-5 fluida yang di shell
yaitu residu dan yang di tube adalah crude oil. Berdasarkan gambar 3
merupakan salah satu heat exchanger yang di gunakan di unit kilang
PPSDM Migas Cepu.
Spesifikasi Heat Exchanger di PPSDM Migas Cepu:
a. Heat Exchanger (HE-01)
Fungsi : Pemanas awal crude oil
Arah aliran : Counter current
Tipe : 1,1 – Shell and tube
Dimensi shell : Panjang 120 in; ID 30,748 in; OD 31,614 in;
Jumlah baffle 4; Jenis fluida Crude oil
Dimensi tube : ID = 0,834 in; OD 1 in; BWG 14; Jumlah tube
382; PT 1,25 in; Jenis fluida Naftha
Bahan : Alloy steel
Fluida panas : Naphta
Suhu masuk : 100°C
Suhu keluar : 60°C
Fluida dingin : Minyak mentah
Suhu masuk : 45,9°C
Suhu keluar : 50°C
b. Heat Exchanger (HE-02)
Fungsi : Pemanas awal Crude Oil
Arah aliran : Counter Current
Tipe : 1,1-Shell and Tube
Dimensi shell : Panjang 120 in; ID 30,748 in; OD 31,614 in;
jumlah baffle 4; jenis fluida solar.
DImensi tube : ID 0,834 in: OD 1 in; BWG 14; jumlah Tube
382; PT 1,25 in; jenis fluida crude oil.
Bahan : Alloy steel
Fluida panas : Solar
Suhu masuk : 170°C
Suhu keluar : 120°C
Fluida dingin : Minyak Mentah
Suhu masuk : 50°C
Suhu keluar : 56°C
c. Heat Exchanger (HE-03)
Fungsi : Pemanas awal Crude Oil
Arah aliran : Counter Current
Tipe : 1,1-Shell and Tube 40
Dimensi shell : Panjang 120 in; ID 30,748 in; OD 31,614 in;
jumlah baffle 4; jenis fluida solar.
Dimensi tube : ID 0,834 in: OD 1 in; BWG 14; jumlah Tube
382; PT 1,25 in; jenis fluida crude oil.
Bahan : Alloy steel
Fluida panas : Solar
Suhu masuk : 120°C
Suhu keluar : 170°C
Fluida dingin : Minyak Mentah
Suhu masuk : 56°C
Suhu keluar : 100°C
d. Heat Exchanger (HE-04)
Fungsi : Pemanas awal Crude Oil
Arah aliran : Counter Current
Tipe : 1,1-Shell and Tube
Dimensi shell : Panjang 122,83 in; ID 50,196 in; OD 51,181
in; jumlah baffle 4; jenis fluida residu.
Dimensi tube : ID 1,22 in: OD 1,5 in; BWG 12; jumlah
Tube 336; PT 1,875 in; jenis fluida crude oil.
Bahan : Alloy steel
panas : Residu
Suhu masuk : 160°C
Suhu keluar : 88°C
Fluida dingin : Minyak Mentah
Suhu masuk : 100°C
Suhu keluar : 130°C
e. Heat Exchanger (HE-05)
Fungsi : Pemanas awal Crude Oil
Arah aliran : Counter Current
Tipe : 1,1-Shell and Tube 41
Dimensi shell : Panjang 120 in; ID 30,748 in; OD 31,614 in;
jumlah baffle 4; jenis fluida residu.
Dimensi tube : ID 0,834 in: OD 1 in; BWG 14; jumlah Tube 382;
PT 1,25 in; jenis fluida crude oil.
Bahan : Alloy steel
Fluida panas : residu
Suhu masuk : 105°C
Suhu keluar : 160°C
Fluida dingin : Minyak Mentah
Suhu masuk : 130°C
Suhu keluar : 155,8°C
5.1.2 Furnace
Furnace adalah alat yang digunakan sebagai tempat pemanas crude oil
sampai suhu tertentu sesuai dengan karakteristiknya. Furnace berfungsi
sebagai pemanas lanjutan dari minyak mentah (umpan) yang sebelumnya
telah mendapat pemanasan awal pada HE. Tujuan pemanasan dalam furnace
adalah menguapkan fraksi-fraksi ringan yang terkandung dalam crude
oil.sebelumnya telah mendapat pemanasan awal pada HE. Tujuan
pemanasan dalam furnace adalah menguapkan fraksi-fraksi ringan yang
terkandung dalam crude oil. Berdasarkan gambar 4 sampai dengan gambar
6 merupakan salah satu furnace yang di gunakan di unit kilang PPSDM
Migas Cepu.
a. Furnace (F-1,2,3,dan 4)
Fungsi : Pemanas crude oil
Type : Box
Jumlah : 4 unit
Kapasitas : 200m3/hari
Tinggi : 7,405 m
Panjang :6m
Lebar : 3,88 m
Jumlah tube : 95 buah
Dimensi tube : Diameter 4 in; Jarak antar tube 250/330 mm; P 6 m
Status : F-1, 3 Beroperasi; F-2 4 Tidak Beroperasi
b. Furnace (F-5)
Fungsi : Pemanas crude oil
Type : Vertical cylindrical fired heater
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 350 m3 /hari
Tinggi : 19,8 m
Jumlah tube : 52 buah
Dimensi tube : ID = 152 mm; OD = 2 in; jarak antar tube = 250 mm
Bahan bakar : Fuel oil (residu), fuel gas dan steam
Status : Tidak beroperasi

c. Furnace (F-6)
Fungsi : Pemanas crude oil
Type : Vertical cylindrical fired heater
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 238,5 m3 /hari
Tinggi : 19,8 m Jumlah tube : 52 buah
Dimensi tube : ID = 152 mm; OD = 2 in; jarak antar tube = 250 mm
Bahan bakar : Fuel oil (residu), fuel gas
Status : Tidak beroperasi
5.1.3 Kolom Fraksinasi
Kolom fraksinasi merupakan kolom yang digunakan untuk
memisahkan fraksi minyak bumi berdasarkan trayek titik didihnya. Pada
unit kilang PPSDM Migas Cepu terdapat 2 buah kolom fraksinasi yaitu 1
buah beroperasi dan 1 buah untuk cadangan yang dapat dilihat pada gambar
7 dan gambar 8. Kontruksi bagian dalam terdiri dari bubble cap tray yang
merupakan alat kontak uap dan cairan.
Keuntungan menggunakan kolom ini adalah:
a. Pemisahan lebih baik
b. Kontak antara cairan dan uap lebih baik
c. Dapat bekerja pada kecepatan tinggi maupun rendah.
d. Dapat digunakan untuk kapasitas besar.
Bagian-bagian dari bubble cap tray yaitu:
a. Down corner, berfungsi untuk mengalirkan cairan dari tray yang satu
ke tray yang ada di bawahnya.
b. Weir, berfungsi untuk menjaga cairan di atas tray tetap pada ketinggian
tertentu sehingga cairan yang melebihi ketinggian weir ini akan turun
ke tray di bawahnya.
c. Riser, bagian ini berfungsi untuk mengalirkan uap.
d. Cup (mangkok), berfungsi untuk membelokkan arah uap.
e. Slot, berupa lubang-lubang kecil pada cap untuk mengalirkan uap.
Spesifikasi kolom fraksinasi di PPSDM Migas Cepu
a. Kolom Fraksinasi 1 (C-1)
Fungsi : Memisahkan fraksi-fraksi minyak bumi
sesuai dengan trayek titik didihnya.
Jumlah : I unit
Tipe : Bubble cap tray
Jumlah tray : 21 buah
Dimensi : Tinggi 13,51 m; ID 2,025 m; OD 2,045 m
Jumlah bubble cap : 80 buah /tray
Tray spacing : 460 mm
Kapasitas : 55,910 m3
Design temperature : 400°C
Bahan : Carbon Steel
b. Kolom Fraksinasi 2 (C-2)
Fungsi : Memisahkan fraksi-fraksi minyak bumi dari
sidestream C-1 dan top korosine stripper.
Jumlah : I unit
Tipe : Bubble cap tray
Jumlah tray : 16 buah
Dimensi : Tinggi 10 m; ID 18 mm; OD 1,82 mm
Jumlah bubble cap : 60 buah /tray
Tray spacing : 422 mm
Kapasitas : 55,910 m3
Design temperature : 400°C
Bahan : Carbon Steel
5.1.4 Evaporator
Evaporator merupakan alat untuk memisahkan fraksi ringan dengan fraksi
berat yang tercampur di dalam crude oil dengan cara penguapan yang
sebelumnya telah mendapat pemanasan di dalam furnace agar beban kerja
dari kolom fraksinasi tidak terlalu berat. Fraksi ringan berbentuk uap yang
keluar melalui bagian puncak evaporator dan fraksi berat berbentuk residu
yang keluar melalui bagian dasar evaporator.
Evaporator di PPSDM Migas Cepu terdapat satu buah yang terpasang
vertikal. Kolom evaporator merupakan kolom pemisah dan di dalamnya
tidak terdapat plate. Pada bagian bawah terdapat cungkup (penahan) untuk
menahan cairan yang akan meninggalkan evaporator.
Proses pemisahan di evaporator berdasarkan atas perbedaan densitas antara
kedua fraksi dan dibantu dengan injeksi steam yang berfungsi untuk
menurunkan tekanan parsial komponen-komponen hidrokarbon sehingga
penguapan lebih mudah.
Spesifikasi evaporator di PPSDM Migas Cepu adalah:
Fungsi : Memisahkan fraksi berat dan fraksi ringan dari
crude oil
Jumlah : 1 unit
Tipe : Vertical Coloum
Dimensi : Tinggi 6 m; ID 2,01 m; OD 2,03 m
Design Temperatur : 400°C
5.1.5 Kolom Stripper
Kolom stripper yang ditunjukkan pada gambar 9 digunakan untuk
menguapkan kembali fraksi-fraksi ringan yang terbawa fraksi berat.
Pemisahan dilakukan dengan injeksi steam ke dalam kolom. Injeksi steam
berfungsi untuk menurunkan tekanan parsial hidrokarbon, sehingga
hidrokarbon yang mempunyai titik didih rendah (fraksi ringan) akan
menguap dan terpisah dari fraksi berat.
Pada bagian kolom terdapat plate-plate yang dilengkapi dengan bubble cup
tray. Di Bagian bawah bubble cup terdapat riser dan pada bagian cup
terdapat slot yaitu lubang-lubang kecil untuk mengalirkan uap. Setiap plate
terdapat weir hambatan yang berfungsi untuk menahan cairan pada
ketinggian tertentu dan downcomer yang berfungsi untuk mengalirkan
limpahan cairan ke tray dibawahnya. Kolom stripper yang digunakan ada 3,
yaitu:
a. Residu Stripper
Kolom ini berfungsi mengembalikan kembali fraksi-fraski ringan yang
masih terkandung di dalam produk residu yang merupakan hasil bawah
evaporator sehingga menjadi terpisah dan fraksi ringan yang berupa
fase uap keluar dari bagian puncak stripper dan diumpankan ke kolom
C-1 sedangkan hasil bawah dari stripper keluar sebagai residu.
Spesifikasi Residu Stripper di PPSDM Migas Cepu:
Fungsi : Memisahkan fraksi ringan dengan residu
Jumlah : 1 buah
Tipe : Bubble cup tray
Jumlah tray : 6 buah
Dimensi : Tinggi 6,09 mm: ID 1mm; OD 1,016 mm
Design temperature : 300°C
Jumlah bubble cup : 15 buah/tray
Tray spacing : 450°C
Kapasitas : 4,720 m3
b. Pertasol CC Stripper (C-3)
Kolom ini berfungsi untuk menguapkan kembali fraksi ringan yang
masih terkandung didalam produk Pertasol CC, sehingga terpisah dan
fraksi ringan yang berupa fase uap akan menguap dan keluar dari hasil
atas stripper dan masuk kembali ke dalam kolom fraksinasi C-2,
sedangkan hasil bawah dari stripper keluar sebagai Pertasol CC.
c. Solar Stripper
Kolom ini berfungsi untuk menguapkan kembali fraksi ringan yang
masih terkandung di dalam produk solar sehingga terpisah dan fraksi
ringan yang berupa fase uap ini akan menguap dan keluar dari hasil atas
stripper dan masuk kembali kedalam kolom fraksinasi C-1, sedangkan
hasil bawah dari stripper keluar sebagai solar.
Spesifikasi Residu Stripper di PPSDM Migas Cepu:
Fungsi : Memisahkan fraksi ringan dengan
solar
Jumlah : 1 buah
Tipe : Bubble cup tray
Jumlah tray : 6 buah
Dimensi : Tinggi 6,09 mm: ID 1mm; OD 1,018 mm
Design temperature : 300°C
Jumlah bubble cup : 15 buah/tray
Tray spacing : 450°C
Kapasitas : 4,720 m3
5.1.6 Kondensor
Kondensor berfungsi untuk mengubah fase uap menjadi fase cair yang
masih panas dengan menggunakan air sebagai media pendingin. Di PPSDM
migas Cepu terdapat 4 kondensor utama dan 8 subkondensor.
Spesifikasi kondensor utama:
Fungsi : Mengkondensasi uap pertasol CA dari kolom C-2
Tipe : 1,1-shell and tube
Jenis : Vertical Condenser
Arah aliran : Counter current
Jumlah : 4 buah
Tinggi : 4890 mm
Dimensi shell : ID = 1040 mm; OD = 1090 mm
Dimensi tube : ID = 31,35 mm; OD =38 mm
Jumlah tube : 227
Media pendingin : Air
Bahan konstruksi : All brass dan carbon steel
Status : Masih beroperasi

5.1.7 Cooler
Cooler digunakan untuk mendinginkan produk-produk minyak yang
keluar dari stripper, fraksinator, heat exhanger maupun kondensor dengan
air pendingin pada suhu tertentu sebelum masuk ke tangki penampungan.
Cooler yang digunakan pada kilang minyak PPSDM Migas Cepu ada dua
jenis yaitu:
 Shell and tube
Cooler jenis ini terdiri dari shell dan tube, air pendingin berada pada
bagian shell dan fraksi minyak panas berada dalam tube dengan arah aliran
lawan arah.
Spsifikasi Cooler Shell and tube di PPSDM Migas Cepu:
a. Cooler (Cl-1,2)
Fungsi : Mendinginkan produk pertasol CC
Tipe : 1,1-Shell and Tube
Jenis : Vertical condenser
Jumlah tube : 519/348 Tinggi : 3186/3250 mm
Diameter Shell : 1090 mm/1245 mm
Diameter Tube : 20 mm/38 mm
Media pendingin : Air
Bahan : Carbon steel
b. Cooler (Cl-3,4)
Fungsi : Mendinginkan produk pertasol CA yang
keluar dari kondensor
Tipe : 1,1-Shell and Tube
Jenis : Vertical condenser
Jumlah tube : 348
Tinggi : 3250 mm 54
Diameter Shell : 1245 mm
Diameter Tube : 38 mm
Media pendingin : Air
Bahan : Carbon steel
c. Cooler (CL-5,9)
Fungsi : Mendinginkan produk petasol CB
Tipe : 1,1-Shell and Tube
Jenis : Vertical condenser
Jumlah tube : 321
Tinggi : 1900 mm
Diameter Shell : 1200 mm
Diameter Tube : 38 mm
Media pendingin : Air
Bahan : Carbon steel
d. Cooler (CL-6,10,11)
Fungsi : Mendinginkan produk solar
Tipe : 1,1-Shell and Tube
Jenis : Vertical condenser
Jumlah tube : 321
Tinggi : 1900 mm
Diameter Shell : 1200 mm
Diameter Tube : 38 mm
Media pendingin : Air
Bahan : Carbon steel
e. Cooler (CL-7,8,12)
Fungsi : Mendinginkan produk solar
Tipe : 1,1-Shell and Tube
Jenis : Vertical condenser
Jumlah tube : 321
Tinggi : 1900 mm 55
Diameter Shell : 1200 mm
Diameter Tube : 38 mm
Media pendingin : Air
Bahan : Carbon steel
5.1.8 Separator
Separator berfungsi memisahkan air dan gas yang terikut ke dalam produk
berdasarkan perbedaan densitas, dimana air dikeluarkan dari bagian bawah
melalui drain dapat di lihat pada gambar 11. Produk yang dihasilkan
dikeluarkan dari bagian samping diatas drain, sedangkan gas dikeluarkan
melalui bagian atas selanjutnya produk-produk tersebut dialirkan melalui
penampung.
Spesifikasi Separator di PPSDM Migas Cepu:
a. Separator (S-1, dan 3)
Fungsi : Memisahkan produk pertasol CA dari air
Jenis : Silinder tegak
Volume : 4,6896 m3
Tinggi : 465 cm/480 cm
Diameter dalam : 254 cm/110cm
Tebal shell : 7,8-8,6 mm
Temperatur maks : 70°C
Temperatur normal : 50°C
Bahan konstruksi : Carbon steel
Status : Masih beroperasi
b. Separator (S-2, dan 4)
Fungsi : Memisahkan produk naphta dan
pertasol CB dari air
Volume : 1,3296 m3
Ukuran : ID = 570 mm, OD = 617 mm
Tinggi : 465 cm
Tebal shell : 10-12 mm
Temperatur maks : 70°C
Temperatur normal : 50°C 57
Bahan konstruksi : Carbon steel
Status : Masih beroperasi
c. Separator (S-5, 6, 7, dan 8)
Fungsi : Memisahkan produk kerosin (S-5),
Solar (S-6), pH Solar (S-7),
Pertasol CC (S-8) dari air
Volume : 0,3534 m3
Tinggi : 44 cm
Tebal shell : 10-12 mm
Temperatur maks : 70°C
Temperatur normal : 50°C
Bahan konstruksi : Carbon steel
Status : S-5,7 tidak beroperasi dan
S-6,8 masih beroperasi
d. Separator (S-9)
Fungsi : Memisahkan produk pertasol CB dari air
Diameter dalam (ID) : 85 cm
Tinggi : 535 cm
Tebal shell : 10-12 mm
Temperatur maks : 70°C
Temperatur normal : 50°C
Bahan konstruksi : Carbon steel
Status : Masih beroperasi
f. Cooler (CL-13,14)
Fungsi : Mendinginkan produk bawah kolom
fraksinasi 2 (C-2) yang akan digunakan sebagai
refluks
Tipe : 1,1-Shell and Tube
Jenis : Horizontal cooler
Jumlah tube : 308/250
Tinggi : 4900 mm
Diameter Shell : 4200 mm
Diameter Tube : 25/26 mm
Media pendingin : Air
Bahan : Carbon steel
 Box cooler
Tube-tube yang dilalui fluida panas dimasukkan dalam tempat persegi
panjang yang berisi air pendingin yang dapat di lihat pada gambar 10. Air
dalam box selalu disirkulasi.
Spesifikasi Box cooler di PPSDM Migas Cepu:
Fungsi : Mendinginkan produk minyak bumi
Tipe : Pipe coil
Jumlah : 6 buah
Tinggi : 3000mm
Diameter Shell :-
Diameter Tube : 4 in/ 3 in/ 2 in
Jumlah tube : 40/ 24/ 30/ 66
Media pendingin : Air
Bahan : Carbon steel
Status : Beroperasi
5.1.9 Tangki Peenyimpanan
Tangki penyimpanan berfungsi sebagai penampung bahan baku dan
produk dari kilang. Jenis tangki yang digunakan adalah silinder tegak
“Fixed Cone Roof Tank”. Pada tangki minyak berat crude oil, di bagian
bawah dilengkapi dengan steam oil agar minyak tetap berada dalam
keadaan cair. Tangki yang ada di kilang PPSDM MIGAS Cepu adalah:
• Tangki Crude Oil : T-101,T-102
• Tangki LAWS 2 : T-114, T-115, T-116, T-117
• Tangki LAWS : T-109, T-110 T-113
• Tangki LAWS 4 : T-112,
• Tangki Solar : T-106, T-111 T-120, T-124, T-125,T-126, T-127
• Tangki Residu : T-104, T-122, T-123
5.1.10 Pompa
Pompa adalah suatu mesin yang digunakan untuk memindahkan suatu
cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui media pipa dengan
cara menambah energi pada cairan yang dipindahkan dan berlangsung
secara kontinyu. Pompa yang digunakan adalah jenis pompa reciprocating
(torak) dengan menggunakan penggerak berupa uap air (steam) dan pompa
sentrifugal dengan penggerak motor listrik. Di kilang minyak PPSDM
Migas Cepu, pompa reciprocating yang digunakan merupakan tipe pompa
duplex. Letak pompa reprocating di kilang minyak PPSDM Migas Cepu
sebagai berikut:
• Dua buah untuk mentransfer dan mengirim residu
• Dua buah untuk mentransfer dan mengirim solar
• Dua buah untuk mengirim PH solar
Table 14.Spesifikasi Pompa
Pompa
Uraian
Kali Solo I Kali Solo II Distribusi Air Minum
Merk Ebera KSB Ebera
Jenis Centrifugal Centrifugal Centrifugal
Kecepatan 100
putar 3,6 m3/jam m3/jam 200 m3/jam
Kapasitas 1450 rpm 1450 rpm 1450 rpm
Tegangan 380 V 400 V 380 V
Kuat Arus 5A 75 A 105 A
Jumlah 2 buah 6 buah 6 buah

5.2 Alat Penyedia Uap


Adapun Spesifikasi alat penyedia Uap di PPSDM MIGAS meliputi
Table 15.Spesifikasi Alat Penyedia Uap

Uraian Boiler Blower Softener Daerator


Manufacture Wanson Manubat Wanson Wanson
Jenis Pipa Api DH-15 M.800 D. 20 12
ITEM H-400-7A VT 400-IC V.400 3A/B V.400.1
6600 12,18
Flowrate 795 Kg/jam 20 M3
Kg/jam m3/jam
Total Weight 24000 kg 150 kg 1000 Kg 1000 kg
Kecepatan
- 2900 rpm - -
Putar
Jumlah 3 buah - 2 buah -
BAB VI

PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI


6.1 Program Kerja Laboratorium
Laboratorium menjadi salah satu unit penunjang yang penting dalam
suatu industri termasuk industri perminyakan. Pada PPSDM Migas Cepu
laboratorium bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap proses
produksi mulai dari bahan baku masuk sampai menjadi produk agar dapat
memperoleh produk yang baik dan seragam serta memenuhi spesifikasi
produk sesuai yang telah ditetapkan Dirjen Migas. Pengawasan
bermaksud untuk mengetahui kualitas dari produk dan bahan baku yang
digunakan agar dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan
harapan perusahaan. Pengendalian mutu di dilaksanakan di Laboratorium
antara lain Laboratorium Kualitas Produk Minyak maupun kualitas air.
6.1.1. Laboratorium Pengujian Kualitas Produk Air
Laboratorium ini bertugas sebagai water quality control yang akan diolah
di unit utilitas secara rutin. Pada laboratorium ini yang dianalisa adalah
pH, analisis total hardness (jumlah kesadahan), analisis total alkalinity
(total kebiasaan), analisis total solid (padatan) dan analisis turbidity. Yang
perlu dikontrol dan dianalisa adalah air minum, air umpan boiler dan air
dari sungai Bengawan Solo.
6.1.2. Laboratorium Pengujuan Kualitas Produk Minyak
Laboratorium ini bertugas untuk menganalisa secara rutin kualitas dari
bahan baku dan produk yang dihasilkan dari unit kilang baik sebelum
dipasarkan untuk diketahui spesifikasinya sehingga penurunan dan
penyimpangan kualitas produksi dapat segera diketahui dan diatasi analisa
yang dilakukan menggunakan prosedur dan alat-alat yang sesuai dengan
standar ASTM (American Society for Testing and Materials) dan IP
(Institute of Petroleum). Adapun jenis-jenis yang di analisa yaitu densitas,
analisis warna, analisis flash point, analisis smoke point, analisis viscositas
kinematic, analisis distilasi, analisis pour point, analisis cooper strip
corrosion, dan analisis water content.
6.2 Alat-Alat Utama Laboratorium
6.2.1 Laboratorium Pengujian Produk Minyak
Alat-alat yang digunakan pada laboratorium analisa minyak diantaranya:
a. Hydrometer glass, tabung hidrometer, termometer .
b. Colourimeter, digunakan untuk analisa warna.
c. Lovibond tentometer, digunakan untuk analisa warna metode IP-17.
d. Smoke point lamp, digunakan untuk analisa smoke point.
e. Pemanas dan alat distilasi bagian bawah serta jaket
pendingin,digunakan untuk analisa pour point.
f. Jartest, gelas silinder yang jernih dan datar.
g. Heating and cooling batch, digunakan untuk analisa cooper.
6.2.2 Laboratorium Pengujian Air
Alat-alat utama yang digunakan pada laboratorium analisa air,
diantaranya :
a. Buret mikro, digunakan untuk analisa total hardiness dan alkalinity
b. pH meter, digunakan untuk analisa pH (mengenai tingkat keasaman dan
kebasaan air)
c. Turbidimeter, digunakan untuk analisa turbidity (mengetahui tingkat
kekeruhan yang dinyatakan dalam ppm SiO2)
d. Oven, eksikater dan timbangan yang digunakan untuk analisa total
solid.
6.3 Prosedur Analisis
Prosedur kerja pada laboratorium analisa minyak untuk masing- masing alat
adalah sebagai berikut :

6.3.1 Spesific Grafity (ASTM D.1298)


Specific gravity merupakan perbandingan antara massa per volume cairan
tertentu terhadap air pada kondisi yang sama, yaitu pada volume dan suhu
yang tertentu. Analisis ini bertujuan untuk menghitung specific gravity dari
crude oil dan juga produk yang dihasilkan. Dikarenakan produk dari
kilang yang dihasilkan mempunyai specific gravity yang berbeda-beda,
maka perlu distandarkan dalam 60/60°F karena pada suhu 60°F minyak
memiliki volume terkecil dengan berat maksimal. Jenis alat yang
digunakan adalah Hydrometer cylinder, gelas ukur dan termometer.
Cara Kerja Pengukuran specific gravity yaitu : Sampel dimasukkan ke
dalam hydrometer cilinder dan dilakukan pengukuran temperatur sampel,
kemudian diperoleh specific gravity dari hasil pembacaan skala pada
hydrometer.
Besaran specific gravity pada 60/60°F adalah SG 60/60°F = SG + C (T-
60) dimana :
• SG : specific gravity hasil pembacaan pada hydrometer.
• C : faktor koreksi
• T : suhu observasi
6.3.2 Analisis Warna
Analisis warna digunakan untuk mengetahui warna secara visual dari
produk petroleum dengan metode ASTM D-1500 untuk minyak beratdan
wax. Metode IP-17 Lovibond Tintometer untuk kerosin, naptha dan
pertasol. Cara Pengukurannya: Sampel ditempatkan di dalam suatu tabung
gelas standar dan pada tabung yang lain ditempatkan aquades. Kemudian
kedua warna tersebut dibandingkan. Warna standar diubah- ubah dan
disesuaikan dengan warna sampel sampai keduanya berwarna sama lalu
dapat dibaca skala pengukurannya. Untuk sampel kerosin, naphta dan
pertasol dipakai suatu alat Lovibon Tintometer.
6.3.3 Analisi Flash Point (ASTM D-56, ASTM D-92, ASTM D-93)
Flash point merupakan suhu terendah dimana campuran uap bahan bakar
dengan udara akan menyala sekejap kalau terkena pipa dan kondisi
tertentu atau dapat menyambar saat dilewatkan api kecil diatasnya.
Analisis flash point digunakan untuk menentukan titik flash point dari
produk crude oil dengan metode ASTM D-56, ASTM D-92, ASTM D-93,
flash point dapat menentukan trayek dan sifat kurva titik didih, selain itu
padaanalisa ini dapat membantu menunjukan pada suhu berapa yang aman
dari bahaya api untuk memindahkan minyak. Cara pengukurannya :sampel
dimasukan dalam cup dengan jumlah tertentu yang dilengkapi dengan
termometer, kemudian dipanaskan dengan heater. Pada temperatur tertentu
api penguji diarahkan pada permukaan sampel, nantinya sampel yang
terkena api penguji akan menyala dalam waktu sekejap karena adanya
penguapan. Temperatur terendah dimana uap sampel sampai mulai menyala
itulah yang menjadi flash point (titik nyala). Untuk pengujian fuel oil
(residu) dan gas oil (solar) pengujian flash point dilakukan dengan alat
Pensky Martin Close Cup (PMCC). Alat tersebut dilengkapi dengan
pengaduk untuk menghomogenkan fraksi berat dan fraksi ringan yangmasih
ada di dalam sampel. Karena adanya fraksi ringan yang mudah menguap
maka Cup harus dalam keadaan tertutup. Setiap 5°F api penguji diarahkan
pada permukaan sampel dan dilihat apakah uap sampel sudah tersambar api.
Sedangkan untuk pengujian flash point pada fraksi berat seperti pelumas,
residu, BOD, pH, solar dan slop dapat dipakai alat yang disebut Clevelend
Open Cup (COC). Alat tersebut cupnya dalam keadaan terbuka dan
dilengkapi dengan pengaduk dengan prinsip kerja sama dengan PMCC.
Untuk menentukan flash point pada produk kerosin dapat digunakan alat
Flash PointTAG, dimana cup dalam keadaan tertutup dan diperiksa apakah
uap sampel telah menyambar api dengan mengarahkan api penguji pada
permukaan sampel setiap 1°F. Pada ASTM D-93, sampel yang digunakan
adalah fuel oil dan fuel gas. Pada ASTM D-56, sampel yang digunakan
adalah kerosin dan avtur.
6.3.4 Anlisis Smoke Point
Smoke point merupakan titik nyala maksimum atau dimana saat bahan
bakar dapat terbakar tanpa adanya asap jika ditentukan dalam suatu alat
standar pada kondisi tertentu. Smoke point digunakan untuk menentukan
kualitas dan nilai kalor bahan bakar, semakin tinggi smoke point
makasemakin besar kualitas kalor yang dihasilkan. Analisis ini digunakan
untuk mengetahui harga smoke point dari produk petroleum. Metode yang
digunakan adalah ASTM D-1322.
Cara Pengukurannya : sampel dimasukan dalam tabung dan dinyalakan
dengan lampu standar pada ketinggian nyala 1 cm selama 5 menit.
6.3.5 Analisis Viscositas redwood
Analisis ini digunakan untuk menentukan harga viscositas dari beberapa
produk minyak bumi. Metode yang digunakan adalah IP-70.
Cara Pengukurannya: Sampel diambil dalam volume tertentu, kemudian
ditempatkan pada oil cup, di sekitar oil cup diisi dengan air. Air
dipanaskan dulu untuk memanaskan minyak. Pada saat tertentu suhu air
harus sama dengan suhu minyak di dalam oil cup. Pada suhu berapa
keduanya harus sama akan ditentukan berdasarkan pour point dari sampel
atau minyak tersebut agar tetap cair, semakin cair minyak maka semakin
ringan dan encer,sehingga lebih cepat mengalir dan memerlukan waktu
lebih sedikit.
6.3.6 Analisis Viscositas Kinematic (ASTM D-86)
Analisis ini digunakan untuk menentukan harga viskositas tertentu dari
beberapa produk minyak dengan menggunakan metode ASTM D-445.
Cara Pengukurannya yaitu: sampel diambil dalam volume tertentu, dan
ditempatkan dalam viscositas tube dengan suhu disesuaikan sampel lalu
dialirkan melalui kapiler (satuan waktu alir dalam detik) dikonversikan
dalamcst (mm2 /s) dengan mengalirkan waktu alir dengan faktor koreksi
yang digunakan.
6.3.7 Analisis Distilasi (ASTM D-86)
Analisis ini digunakan untuk mengetahui trayek boiling point (titik didih)
dari minyak mentah dan produknya. Metode yang digunakan yaitu ASTM
D-86.
Cara Pengukurannya yaitu: sampel sebanyak 100 ml dimasukkan dalam
labu distilasi kemudian pada kondensor untuk dikondensasikan sampai
membentuk uap dan tetesan. Pembacaan temperatur dilakukan setiap 10%
volume kondensat. Tetesan pertama adalah IBP (Initial Boiling Point).
Pada saat suhu menurun ditandai dengan tidak ada lagi uap atau tetesan
dari pemanasan sampel (minyak) dan dicatat sebagai FBP (Final Boiling
Point). Pada penguapan minyak akan terjadi losses atau pengurangan
minyak dan terjadi residu karena minyak yang terkena panas langsung
akan ada pemutusan rantai.
Beberapa istilah dalam analisa distilasi, yaitu :
 Initial Boiling Point (IBP) adalah suhu dimana distilasi pertama-tama
menetes dari ujung kondensor.
 Final Boiling Point (FBP) adalah suhu tertinggi yang ditunjukkan oleh
termometer pada akhir destilasi.
 End Point (EP) adalah suhu yang ditunjukkan oleh termometer pada
tetesan terakhir cairan dari ujung kondensor.
 Percentage Recovery adalah persentase distilat yang tertampung.
 Percentage Residu adalah persentase residu tertinggi yang tertinggal
dalam labu destilasi, setelah proses destilasi selesai.
6.3.8 Analisis Pour Point (Titik Tuang) ASTM D-97
Analisis ini digunakan untuk mencari suhu terendah saat minyak masih
dapat mengalir apabila didinginkan pada kondisi tertentu. Metode yang
digunakan adalah ASTM D-97.
cara pengukurannya yaitu: sampel dituangkan ke dalam gelas silinder
sampai batas tertentu dan didinginkan pada setiap periode penurunan
temperatur tertentu kemudian diperiksa pada kemiringan 45° dari sumbu
horizontal. Jika minyak sudah tidak bisa dituang ditambah 5°F, itu adalah
Pour Pointnya.
6.3.9 Analisis Cooper Strip Cerrosion (uji Lempeng Tembaga)
Analisis ini digunakan untuk mengetahui tingkat korosifitas terhadap
tembaga (Cu) yang disebabkan oleh produk minyak bumi tertentu agar
mengetahui apakah produk minyak mengandung belerang bebas yang
dapat menimbulkan korosi dan menurunkan kualitas minyak. Metode yang
digunakan adalah ASTMD-130
. Cara pengukurannya yaitu kepingan tembaga yang sudah dibersihkan dari
kotoran dengan serbuk besi sampai kelihatan warna aslinya kemudian
dicuci dengan iso oktan dimasukan dalam 30 ml sampel. Dilakukan
pemanasan pada suhu 74 100°C selama 2 jam ± 5 menit atau suhu 50°C
dengan waktu 3 jam ± 5 menit kemudian lempeng tembaga dicuci dengan
iso oktan dan aseton, kemudian warna dibandingkan dengan ASTM CSC
standar.
6.3.10 Analisis Water Content (Kandungan Air Dalam Minyak)
Analisis ini digunakan untuk mengetahui jumlah volume air yang masih
ada dalam produk minyak. Metode yang digunakan adalah ASTM D99.
Cara pengukurannya yaitu: 100 ml sampel ditambah pelarut 100 ml dan di
distilasi secara refluks. Pelarut dan air akan terkondensasi oleh kondensor
kemudian tertangkap pelampung. Air akan mengendap dibawah
penampung dan pelarut akan kembali kedalam labu distilasi. Jumlah
kandungan air dibaca pada skala pelampung.
6.4. Laboratorium Pengujian Produk Air
Prosedur pengukuran yang dipakai pada laboratorium analisa air, untuk
masing-masing alat sebagai berikut :
6.4.1 Analisa PH
Analisa ini digunakan untuk mengetahui tingkat keasaman air. Alat yang
digunakan adalah pH meter elektromagnetik dengan prinsip kerjanya yaitu
pH meter distandarkan dengan buffer 4-7. Standarisasi dilakukan dengan
memasukkan elektroda ke dalam buffer yang dipakai. Setelah itu elektroda
kombinasi dicelupkan dalam larutan yang diukur pH-nya
6.4.2 Analisa Total Hardness (Jumlah Kesadahan Total)
Analisa ini digunakan untuk mengetahui jumlah kesadahan total
(sementara dan tetap).
Cara pengukurannya yaitu 100 ml sampel air dimasukkan dalam
erlenmeyer kemudian ditambahkan buffer hardness dan indikator EBT
(Erriochrome Black T) lalu dititrasi dengan EDTA sampai adanya
perubahan warna dari ungu menjadi biru.
6.4.3 Analisa Total Alkalinity (Total Kebasaan)
Analisa ini digunakan untuk mengetahui anion-anion karbonat, bikarbonat
dan hidroksida dengan satuan ppm (mg/l) CaCO3.
Cara pengukurannya yaitu dengan metode titrasi menggunakan larutan
asam standar dan indikator. 100 ml sampel dimasukkan kedalam
erlenmeyer dan ditambahkan indikator metil orange. Kemudian dilakukan
titrasi dengan HCL 0,1 N sampai warna berubah menjadi Orange.
6.4.4 Analisa Active Chlorine
Analisa ini digunakan untuk mengetahui kandungan klor dalam air. Alat
yang digunakan adalah Lovibond comparator 2000.
Cara pengukurannya adalah sampel dimasukkan dalam tube dan
ditambahkan indikator orto touludin kemudian dikocok. Akan terjadi
perubahan warna menjadi kuning bila air mengandung klor.
6.4.5 Analisa Total Solid (Padatan Solid)
Analisa ini digunakan untuk mengetahui kandungan padatan (solid) dalam
air. Cara pengukurannya adalah sampel dimasukkan dalam cawan yang
kemudian dipanaskan dalam drying oven pada suhu 110°C sampai kering.
Setelah dicapai berat konstan lalu didinginkan
dalam desikator dan ditimbang sampai berat konstan.
6.4.6 Analisa Turbidity (Kekeruhan)
Analisa ini digunakan untuk mengetahui tingkat kekeruhan dalam air
(NTU). Alatnya bernama nephelometer dengan metode pengukurannya
yaitu sampel dimasukkan dalam tabung es. Nephelometer dihidupkan, dan
lampu dinyalakan, larutan standar dimasukkan dalam nephelometer dan
ditunggu sampai menunjukkan angka nol. Setelah itu larutan standar
diambil dan diganti dengan sampel yang akan diukur dan range diatur.
BAB VII

UTILITAS

7.1 Utilitas

Utilitas adalah unit penyedia bahan penunjang suatu operasi yang sangat
diperlukan oleh sebuah industri agar proses dapat berjalan baik dan lancar.
Utilitas di PPSDM Migas Cepu meliputi beberapa unit yaitu :
1. Unit Pengolahan Air
2. Unit Penyediaan Steam
3. Unit Penyediaan Tenaga Listrik (power plant)

7.1.1 Unit Pengolahan Air (Water Treatment)

Unit water treatment digunakan sebagai penyedia keperluan air proses yang
digunakan sebagai keperluan teknis dan non teknis, misalnya air pendingin,
air boiler, air minum, dan pemadam kebakaran. Sumber air baku diambil
dari sungai Bengawan Solo dengan pertimbangan- pertimbangan sebagai
berikut :
1. Sungai bengawan solo tidak pernah kering walaupun dimusim kemarau.
2. Tingkat pencemaran tidak terlalu tinggi.
3. Lokasi yang tidak berjauhan dengan pabrik.

Tahapan penyediaan dan pengolahan air yang dilakukan di unit ini yaitu
:
7.1.1.1 Pengolahan dan Penyediaan Air Minum
1. Screening

Tahap ini dimaksudkan untuk menyaring zat-zat padat/sampah


berukuran besar yang terikat dalam aliran air. Hal ini dilakukan agar
tidak mengganggu proses selanjutnya dan menjaga alat tetap berfungsi
dengan baik. Alat yang digunakan adalah ayakan yang di pasang
didepan pompa.
2. Prasedimentasi

Tahap prasedimentasi ini bertujuan sebagai mengendapkan kotoran


yang tersuspensi misalnya lumpur, sampah ukuran kecil, dan lain- lain.
Prasedimentasi dilakukan dengan mengalirkan air ke dalam bak
penampung (bak segaran) dan didiamkan beberapa saat agar terjadi
pengendapan.
3. Koagulasi

Proses pengendapan yang dibantu dengan bahan pengendap yang


disebut dengan koagulan untuk mengikat partikel-partikel kecil yang
tersuspensi dalam air sehingga akan membentuk pratikel yang lebih
besar dan karena adanya gaya gravitasi akan lebih cepat mengendap.
Tahap ini bertujuan untuk menghilangkan padatan kecil yang tak
terendapkan pada proses prasedimentasi. Koagulan yang digunakan
adalah tawas/Al2(SO4)3. Penggunaan tawas dilakukan dengan cara
melarutkan tawas kedalam air kemudian dicampurkan ke air baku.
Pecampuran dapat dilakukan secara mekanis (dengan pompa) maupun
alami.
4. Flokulasi

Flokulasi adalah proses terbentuknya flok dari kotoran yang tersuspensi


karena bereaksi dengan tawas. Reaksinya adalah sebagai berikut :
2Al2(SO4)3. 18H2O + 3Ca(HCO3)2 → 2Al(OH)3 + 3CaSO4 +

6CO2 + 18H2O

Flokulasi dapat terjadi karena aluminium hidroksida/Al(OH)3


bermuatan negatif bertemu dengan air keruh bermuatan positif, yang
mana alumunium hidroksida berupa partikel padat yang akan menarik
partikel-partikel kotoran sehingga menggumpal Bersama-sama dan
menjadi besar kemudian dapat mengendap.Pengendapan terjadi karena
adanya perbedaan berat antara flok yang terbentuk dengan air.
Pengendapan terjadi karena adanya perbedaan berat antara flok

yang terbentuk dengan air.

5. Filtrasi

Filtrasi dimaksudkan untuk menyaring flok-flok yang terbentuk pada


proses flokulasi.
6. Aerasi

Aerasi dimaksudkan untuk meningkatkan kandungan udara dalam air


yang merupakan syarat sebagai air minum.
7. Desinfeksi

Desinfeksi dimaksudkan untuk membunuh kuman-kuman yang masih


hidup dalam air minum. Desinfeksi dilakukan dengan penambahan gas
khlor (khlorinasi) pada air minum.
8. Distribusi

Air minum yang telah memenuhi persyaratan kesehatan siap


didistribusikan kepada pihak-pihak yang memerlukan, antara lain:
a. Lingkungan pabrik dan kantor : ± 1520 m3/hari

b. Perumahan dinas : ± 1000 m3/hari

c. Rumah sakit Migas : ± 680 m3/hari

d. Masyarakat kota Cepu : ± 1400 m3/hari


7.1.1.2 Penyediaan Air Pendingin (Cooling Water)

Air dari sungai Bengawan Solo dipompa ke bak segaran I dan diberi
koagulan untuk mengendapkan kotoran, kemudian dialirkan ke bak
segaran II untuk mengecek flok-flok yang terbentuk (ditambahkan
koagulan) dan langsung dialirkan ke bak segaran III. Air dari bak segaran
III yang telah mengalami koagulasi dan sedimentasi digunakan sebagai air
pendingin untuk keperluan kegiatan di unit kilang. Di unit kilang air
pendingin digunakan sebagai media pendingin pada kondensor, box cooler
dan cooler. Air pendingin yang telah digunakan suhunya ± 45 ºC oleh unit
kilang
7.1.1.3 Penyediaan Air Pemadam Kebakaran

Untuk keperluan pemadaman kebakaran diambil dari sungai Bengawan


Solo melalui RPKS II (Rumah Pompa Kali Solo II) yang ditampung dalam
bak pengendap/bak yap. Proses penyediaan air pemadam hanya dilakukan
proses pengendapan saja. Setelah pengotor-pengotor mengendap, air
didistribusikan menuju hydrant- hydrant yang ada dipabrik dan
perkantoran.
7.1.1.4 Penyediaan Air Umpan Boiler

Water treatment juga bertugas dalam penyedia air umpan boiler. Air
umpan ini diperoleh dari hasil penyaringan, tetapi masih banyak
mengandung pengotor-pengotor yang akan mengganggu proses. Khusus
umpan boiler dilakukan 2 proses pengolahannya itu external treatment dan
internal treatment.
1. External Treatment

External Treatment merupakan treatment yang dilakukan kepada air


umpan sebelum masuk dalam boiler. Adapun hal- hal yang perlu
diperhatikan adalah :
a. Kesadahan, untuk mengurangi kesadahan air umpan diproses dengan
menggunakan alat softener.
b. Kandungan O2 dan CO2 dihilangkan dalam alat deaerator.

2. Internal Treatment

Internal Treatment merupakan treatment yang dilakukan kepada air


umpan saat diolah di dalam boiler. Adapun hal- hal yang perlu
diperhatikan adalah :
a. Tingkat keasaman air, air yang ada di dalam ketel cenderung asam
sehingga perlu dinaikkan pH-nya agar air yang akan digunakan tidak
menjadi korosif.
b. Penambahan Na3PO4 dilakukan untuk melunakkan kerak yang
terbentuk. Na3PO4 akan bereaksi dengan ion-ion CA2+ dan Mg2-
membentuk garam dengan reaksi sebagai berikut :
2Na3PO4 + 3CaCO3 → Ca3(PO4)2 + 3Na2CO3 (1)
2Na3PO4 + 3MgCO3 → Mg3(PO4)2 + 3Na2CO3 (2)
c. Penambahan Na2CO3 berfungsi untuk mengikat O2 yang
kemungkinan masih terikat dalam air, karena O2 dapat menyebabkan
korosi. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Na2CO3 + ½O2 → Na2SO4

7.1.2 Unit Penyediaan Steam

Unit ini bertugas untuk menyediakan steam yang akan digunakan pada
proses unit pengolahan/kilang. Proses dimulai Ketika air masuk ke boiler
melalui druk diameter fire tube dan keluar dari boiler sudah berubah
menjadi steam (uap bertekanan) yang berada pada keadaan superheated
steam dan mempunyai suhu 185 ºC dan tekanan 6 kg/cm 2. Unit yang
memproduksi uap air bertekanan (steam), uap yang dihasilkan bertekanan
rendah, tipe boiler pipa (fire tube) dan satu sumbu api single burner. Bahan
bakar untuk penyalaan pertama gas elpiji dengan igniter pada busi dan
diikuti terbentuknya valve bahan bakar solar. Boiler merupakan alat yang
digunakan untuk mentransfer panas dari hasil pembakaran ke air sehingga
air tersebut menjadi uap (steam). Sedangkan pada boiler meliputi :
1. Penyediaan steam atau uap

2. Penyediaan udara bertekanan

3. Penyediaan air lunak

4. Penyediaan air pendingin atau Cooling Water

Boiler merupakan peralatan yang diperlukan untuk menunjang proses kilang


pada industri migas. Di dalam boiler, energi kimia dari bahan bakar dapat
diubah menjadi panas dengan proses pembakaran dan panas yang dihasilkan
sebagian besarnya diberikan ke air yang berada di dalam ketel sehingga air
berubah menjadi uap. Boiler dibuat dari bahan baja dengan bentuk bejana
tertutup yang didalamnya terisi oleh air, sedangkan air tersebut dipanasi
dari hasil pembakaran residu. Maka dari itu, PPSDM Migas menyediakan
tiga unit untuk kebutuhan uap steam antara lain :
1. Dua unit boiler tipe AL-LSB-6000 dengan masing-masing kapasitas 6
ton/jam.
2. Satu unit boiler tipe Wanson memiliki kapasitas 6,6 ton/jam. Dalam
operasinya boiler di PPSDM Migas Cepu hanya dioperasikan satu unit
saja karena kebutuhan steam yang sudah tercukupi.
7.1.2.1 Penyediaan Steam/Uap
Proses penyediaan steam yaitu air yang masuk ke boiler melalui druk
diameter fire tube dan keluar dari boiler berubah menjadi steam atau uap
bertekanan yang berada pada keadaan saturated steam yang mempunyai
tekanan ± 6 kg/cm2 steam dari boiler digunakan untuk :
1. Pemanas untuk fluida, misalnya air dan minyak-minyak berat
2. Sebagai penggerak mesin (uap torak dan uap turbin)
3. Proses pengolahan (minyak unit kilang)
4. Sebagai media bantu untuk membantu proses fraksional di kilang untuk
menurunkan titik didih dari fraksi-fraksi minyak (crude oil)
5. Proses atomizing yaitu untuk membuat kabut minyak bakar agar minyak
bakar menjadi lebih mudah berkontak dengan oksigen sehingga lebih
mudah terbakar.
7.1.2.2 Penyediaan Udara Bertekanan
Caranya adalah udara atmosfer dimasukan kedalam kompresor sehingga
akan menghasilkan udara bertekanan. Kompresor adalah suatu alat yang
digunakan untuk menempatkan udara yang digerakkan dengan motor
listrik. Udara yang bertekanan digunakan sebagai media instrumentasi
pneumatic.
7.1.2.3 Penyediaan Air Lunak
Caranya adalah air industri dimasukkan ke dalam softener sehingga
kesadahan air akan turun. Air lunak ini digunakan untuk air umpan ketel
dan air pendingin mesin (choose current). Air yang digunakan untuk
umpan ketel harus memenuhi beberapa persyaratan yang telah ditetapkan
diantaranya pH air sekitar 8,5–9,5 dengan kesadahan total mendekati nol.
Hal ini dimaksudkan agar dalam ketel atau boiler tidak cepat terbentuk
kerak dan tidak terbentuk korosi.
a. Sand filter (saringan pasir)
Air industri yang berasal dari Water Treatment Plant (WTP) yang
memiliki kekeruhan ± 10 ppm (mg/l) SiO2 dilewatkan ke dalam sand filter
untuk mengurangi atau memperkecil agar ukuran dalam mesh lumpur-
lumpur di dalam air menjadi lebih kecil sehingga proses pengolahan
menjadi tidak berat.
b. Softener
Dari sand filter air dialirkan menuju kedalam softener. Softener
merupakan suatu alat yang digunakan untuk menghilangkan garam-garam
yang menyebabkan meningkatnya kesadahan air seperti garam Ca dan Mg.
c. Deaerator
Dari tangki penampung air lunak, air dipompa dengan menggunakan
pompa booster menuju deaerator. Deaerator merupakan suatu alat yang
digunakan untuk menghilangkan adanya gas-gas atau udara yang terlarut
di dalam air terutama gas CO2 dan O2. Gas O2 dapat menimbulkan karat
atau korosi di dalam ketel uap sehingga apabila dibiarkan berlarut-larut
maka boiler tidak akan bertahan selama 10 tahun, sedangkan gas CO2
akan mengakibatkan terjadinya pembusaan (foaming) akibat produksi uap
yang berlebihan sehingga dapat mengotori dan merusak peralatan seperti
pompa dan turbin.
d. Elektromagnetik
Setelah air yang keluar dari deaerator ditambahkan dengan bahan-bahan
kimia, kemudian dipompakan menuju ke alat yang
disebut dengan elektromagnetik. Elektromagnetik merupakan suatu alat
yang digunakan untuk melemahkan ion-ion Ca2+ dan Mg2+.
Elektromagnetik terdiri dari kumparan-kumparan yang dialiri oleh arus
litrik DC 24V, hal ini didasarkan atas teori Lorent yang menyatakan
bahwa kandungan ion-ion Ca2+ dan Mg2+ akan menjadi lemah apabila
terdapat olakan air dan medan magnet yang timbul dengan adanya arus
listrik DC 24V, karena Ca dan Mg sudah tidak dapat bereaksi lagi dengan
ion-ion OH dan (CO3)2-. Air yang keluar dari elektromagnetik sudah
harus memenuhi syarat sebagai air umpan ketel uap
7.1.2.4 Penyediaan Air Pendingin
Proses penyediaan air pendingin dilakukan dengan cara melewatkan air
bekas pemanas dari cooler dan condensor cooling tower sehingga dapat
menghasilkan air pendingin. Kegunaan dari air pendingin tersebut adalah
untuk mendinginkan minyak-minyak
7.1.3 Unit Penyediaan Tenaga Listrik (Power Plant )
Power plant bertugas untuk menyediakan tenaga listrik yang dibutuhkan
oleh PPSDM Migas. Kebutuhan listrik PPSDM Migas total adalah 2144
KW, sedangkan PLN hanya mampu mensuplai 1440 KW. Oleh karena itu
PPSDM Migas menyediakan kekurangan daya listriknya dengan didukung 9
generator.
1. 4 buah genset kapasitas 1000 KVA (G-1,G-2,G-5,G-8)
2. 2 buah genset kapasitas 820 KVA (G-3,G-4)
3. 2 buah genset kapasitas 400 KVA (G-6,G-7)
4. 1 buah genset kapasitas 640 KVA (G-9)
Power Plant bertugas untuk menyediakan tenaga listrik yang dibutuhkan
PPSDM MIGAS maupun umum. Kebutuhan listrik di PPSDM Migas
dipergunakan untuk keperluan :
1. Di dalam Pabrik
a. Operasi kilang

b. Laboratorium

c. Kantor

d. Bengkel

2. Diluar Pabrik

a. Gedung kuliah dan asrama STEM AKAMIGAS, aula, dan gor MIGAS

b. Fasilitas MIGAS, contohnya wisma, rumah sakit, dan lain-lain

c. Perumahan MIGAS

3. Diluar PPSDM
a. Petamina
b. Sekolah Tinggi Teknik Ronngolawe
c. Tempat-empat ibadah
BAB VIII
PENGOLAHAN LIMBAH
8.1. Pengolahan Limbah
Limbah merupakan bahan sisa atau buangan dari suatu kegiatan dan proses
produksi yang sudah tidak terpakai. Limbah juga tida memiliki nilai ekonomi
dan daya guna, melainkan bisa sangat membahayakan jika sudah mencemari
lingkungan sekitar.Limbah didefinisikan sebagai sisa atau buangan dari suatu
usaha dan atau kegiatan manusia,dengan kata lain limbah merupakan barang
sisa dari suatu kegiatan yang sudah tidak bermanfaat atau bernilai ekonomi
lagi, wujud limbah yaitu limbah padat, limbah cair dan limbah gas.
Dampak Air limbah (Limbah Cair) diantaranya:Kontaminasi dan
pencemaran pada air permukaan dan badan-badan air yang digunakan oleh
manusia, mengganggu kehidupan dalam air, mematikan hewan dan tumbuhan
air, menimbulkan bau (sebagai hasil dekomposisi zat anaerobik dan zat
anorganik), menghasilkan lumpur yang dapat mengakibatkan pendangkalan
air sehingga terjadi penyumbatan yang dapat menyebabkan banjir. (Kartika &
Wahyuningsih, 2019)
8.1.1 Limbah Cair
8.1.1.1 Sumber Limbah cair
Setiap kegiatan mempunyai potensi untuk menimbulkan dampak terhadap
lingkungannya. Kilang minyak PPSDM Migas Cepu dalam proses
produksinya menghasilkan limbah cair yang akhirnya dibuang ke sungai
Bengawan Solo. Apabila limbah cair tersebut tidak diolah terlebih dahulu,
limbah tersebut akan mengakibatkan pencemaran sehingga dapat
menurunkan kualitas sungai dan merugikan ekosistem yang terdapat
didalamnya serta masyarakat di sekitarnya. Sumber limbah cair yang
dihasilkan oleh PPSDM Migas Cepu tersebut berasal dari beberapa unit,
yaitu :
1. Limbah cair kilang minyak
2. Limbah cair boiler plant
3. Limbah cair laboratorium
4. Limbah cair power plant
8.1.1.2 Sistem Pengolahan Limbah Cair
Sistem pengolahan limbah di PPSDM MIGAS Cepu adalah sebagai
berikut :
1. Limbah Cair Kilang
Limbah cair kilang minyak ini berasal dari drain tangki produk dan
tangki crude oil, drain separator (terdapat 9 separator), dan perawatan
kilang minyak yang dilakukan 3 tahun sekali. Limbah cair yang
dihasilkan dari kilang minyak berkisar ± 450 𝑚3 /hari.
Agar limbah tersebut tidak mencemari lingkungan terutama sungai
Bengawan Solo, maka limbah dialirkan terlebih dahulu kedalam unit
pengolahan limbah cair (oil catcher) melalui beberapa tahapan, yaitu :
a. Tahap 1, Pemisahan minyak pada unit API (American Petrolium
Institute)
Dimensi akat : 6 m x 3 m x 1,5 m
Kapasitas : 800 m3/jam
Prinsip Kerja :
Air limbah yang bercampur dengan minyak masuk melalui saluran A,
karena adanya perbedaan densitas antara minyak dan air maka minyak
yang mempunyai densitas lebih kecil akan berada pada permukaan
(B), sedangkan air (C) yang berada di bawah minyak keluar sebagai
effluent melalui saluran D. Minyak yang berada dipermukaan diambil
dengan menggunakan skimmer atau penggaruk minyak dan dialirkan
menuju bak penampung minyak untuk untuk dipompa menuju tangki
timbun slop. Oil catcher type API lebih efektif untuk pemisahan
partikel minyak dalam air dengan ukuran diatas 150 micron. Minyak
yang terikut dalam air effluent dari unit API pertama dialirkan ke unit
CPI (Corrugated Plate Interceptor)
gambar 3.Pengolahan limbah cair tahap I

b. Tahap II, Pemisahan minyak pada CPI (Corrugated Plate Interceptor


Dimensi akat : 12 m x 8 m x 4 m
Kapasitas : 800 m3/jam
Prinsip Kerja :
Berdasarkan gravitasi seperti pada API, namun pada CPI menggunakan
pemisah tambahan berupa pelat sejajar yang di buat bergelombang dan
bersudut 45 derajat. Dengan desain tersebut unit CPI mampu memisahkan
minyak dengan ukuran di bawah 150 micron. Minyak yang terpisah dalam
unit CPI secara manual melalui pipa belah di masukkan ke oil catcher,
selanjutnya di pompa ke tangki slop dan akhirnya di pompa ke tangki
crude oil untuk di recycle lagi. Unit CPI kilang PPSDM terdiri atas 8 cell
(plat bergelombang) masing-masing cell dengan kapasitas operasi 25 𝑚3
/jam. (per jam)
Untuk menanggulangi adanya air hujan dilengkapi "Strom Basin" dengan
kapasitas kurang lebih 500 m3 , sedangkan untuk menanggulangi
bladuk/sludge dilengkapi dengan bak bladuk dengan kapasitas kurang
lebih 100 𝑚3/jam. Minyak yang masilh terikut dalam air effluent unit CPI
dialirkan ke unit API kedua.
gambar 4.Pengolahan limbah cair tahap II
c. Tahap II, Pemisahan minyak pada API kedua
Dimensi : 10 m x 9,5 m x 4 m
Kapasitas : 700 𝑚3//jam
Prinsip Kerja :
Prinsip kerja API kedua ini seperti unit pertama di atas, effluent dari unit
API kedua mengandung minyak dengan konsentrasi di bawah 10 mg/1.
Dari tahapan proses pemisahan tersebut didapatkan hasil kandungan
minyak dan lemak keluaran API 2 sebesar 3,3 mg/L sedangkan kadar
maksimum pada baku mutu yaitu 20 mg/L. Walaupun dari hasil analisa
menunjukkan sudah sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan tetapi
dalam proses pengolahannya kurang efektif karena membutuhkan waktu
pemisahan yang cukup lama, membutuhkan tiga unit agar benar-benar
terpisah minyaknya, dan tidak mendukung saat kondisi hujan.
Minyak yang telah dipisahkan terkumpul di tangki slop dan diolah kembali
pada kilang minyak sedangkan air yang terpisah dibuang ke sungai
Bengawan Solo. Pengolahan yang diterapkan hanya menggunakan prinsip
perbedaan densitas dan tidak menggunakan penambahan
gambar 5 Proses Pengolahan limbah Cair Tahap III
2. Limbah Cair Boiler Plant
Limbah cair berupa air pendingin, air bekas pencucian softener dan air
buangan blow-down semuanya dibuang ke parit dan dialirkan ke unit oil
collerctor type. Untuk selanjutnya limbah tersebut melalui beberapa
tahapan seperti unit oil catcher agar minyak yang tercampur dalam air
pendingin tersebut bisa dihilangkan minyaknya.
3. Limbah Cair Laboratorium
Limbah cair berupa pencucian bahan kimia campuran air pembilas
mengalir kedalam parit tanah, karena volumenya lebih kecil maka
sebagian akan terserap tanah.
4. Limbah Cair Power Plant
Limbah cair berupa minyak pelumas, dan minyak pelumas bekas ± 40
L/hari. Limbah cair tersebut dipompakan langsung ke dalam unit oil
catcher. Selanjutnya pada limbah cair tersebut dilakukan proses pemisahan
minyak
8.1.2 Limbah Gas dan Partikel
8.1.2.2 Sumber Limbah Gas dan Partikel
Limbah gas yang dihasilkan oleh PPSDM Migas Cepu berasal dari proses
kilang minyak, proses boiler plant dan power plant. Ketiga kegiatan itu
mengeluarkan limbah gas dari pembakaran bahan bakar pada dapur kilang,
proses penghasilan steam boiler dan proses pembangkitan listrik di power
plant. Untuk limbah gas hasil produksi maka gas tersebut harus disalurkan
dan dibuang melalui peralatan yang aman bagi karyawan sekitar,
khususnya pada perumahan atau pemukiman penduduk yang ada di area
PPSDM Migas Cepu. Polutan yang dihasilkan berupa SO2, NO2, CO, HC.

8.1.2.3 Sistem Pengolahan Limbag Has Padat dan Partikel


Pengolahan limbah gas dan partikulat dilakukan pada tiap- tiap unit yang
berpotensi menghasilkan limbah gas dan partikulat tersebut. Adapun
sistem pengolahan limbah gas dan partikulat yang telah dilakukan oleh
PPSDM Migas Cepu antara lain :
1. Pada Unit Kilang Minyak
Pengolahan limbah dilakukan dengan menggunakan cerobong asap
sebanyak 4 buah, masing – masing dengan ketinggian 22 m dan
berdiameter 25 inchi. Selain itu, pengolahan juga dilakukan dengan
pengkabutan bahan bakar cair dan pengaturan perbandingannya
dengan udara.
2. Pada Unit Power Plant
Pengolahan limbah dilakukan dengan menggunakan cerobong asap
sebanyak 6 buah, masing-masing dengan ketinggian 12 m dan
berdiameter 20 inchi. Selain tiu pengolahan juga dilakukan
pengkabutan bahan bakar cair dan pengaturan perbandingannya
dengan udara.
3. Pada Unit Boiler Plant
Pengolahan limbah dilakukan dengan menggunakan 3 cerobong asap,
masing-masing dengan ketinggian 12 m dan berdiameter 20 inchi.
Pengkabutan bahan bakar cair dengan pengaturan perbandingan antara
bahan bakar dan udara 1:7.
4. Pada Unit Limbah Gas dan Partikel
Untuk pengendalian limbah gas dan partikulat selain dari proses
produksi, seperti gas buang dari kendaraan bermotor dan alat
transportasi lainnya yaitu mengadakan program penghijauan dengan
cara menanam pohon peneduh dan rindang di sekeliling lokasi sekitar
PPSDM MIGAS Cepu dengan tujuan meminimalisasi limbah gas dan
partikulat yang timbul. Manfaat dari penghijauan antara lain :
a. Menyerap gas Karbondioksida

Proses pebakaran terutama yang berasal dari kegiatan industri


akan menghasilkan gas CO2. Secara alami tumbuhan- tumbuhan
CO2 selam proses asimilasi berlangsung di dalam jaringan daun
tanaman. Upaya penghijauan akan sangat mengurangi kandungan
CO2 yang berbahaya.
b. Produksi gas oksigen

Proses asimilasi yang terjadi di dalam jaringan daun akan


menyerap gas CO2, NO2, SO2 dan menhasilkan gas oksigen
c. Peneduh

Pohon akan menyerap sinar atau panas matahari langsung ke


tanah, sehingga udara di bawah pohon terasa dingin dan sejuk.
Pada daun yang terkena sinar matahari akan terjadi transpirasi air
melalui pori permukaan daun.
d. Sumber Pangan
Banyak jenis tanaman yang dapat dipakai untuk penghijauan
selain itu juga menghasilkan buah atau bagian tanaman lainnya
yang bias dimakan, misalnya pohon jambu, pohon manga dan
lainnya.
e. Debu
Debu tidak dapat dieliminasi dengan penghijauan karena debu
akan nempel pada daun-daun yang lama kelamaan akan menutupi
seluruh daun yang akibatnya daun menjadi kuning dan mati
karena tercemar dan tidak dapat berfotosintesis dengan baik.
Debu juga perlu dikelola karena akan berdampak pada kesehatan
pekerja dan masyarakat sekitar PPSDM Migas Cepu.
Pengendalian debu sebaiknya menggunakan cylone, udara yang
mengandung partikulat debu dimasukkan dari bagian atas dan
berputar di dalam silinder cylone konvensional akan menghilang.
50%–80% partikulat yang kebanyakan berukuran 10 mikron atau
lebih. Cyclone dapat dipilih untuk pengendalian partikulat di
PPSDM Migas Cepu karena hanya menggunakan energi yang
kecil.
BAB IX
STRUKTUR ORGANISASAI DAN BUDAYA K3
9.1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi PPSDM MIGAS terdiri dari pimpinan puncak selaku
kepala pusat PPSDM MIGAS. Pimpinan pusat membawahi kepala
departemen dan manajer wilayah yang bertugas mengelola unit-unit di
PPSDM MIGAS. Sektor ini diawasi oleh kepala departemen dan manajer
area. bagian dan lapangan. bidang entitas terkait. Setiap unit mempunyai
pengawas unit dan manajer unit yang dikelola oleh subbagian masing-masing
unit. Dalam kegiatan operasional PPSDM Migas, setiap unit mempunyai
pegawai tersendiri di bidangnya masing-masing. Struktur organisasi
PPSDM MIGAS Cepu berdasarkan pada Peraturan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral No. 13 Tahun 2016 tanggal 13 Mei 2016 dan
diterbitkan pada tanggal 24 Mei 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

gambar 6.Struktur Organisasi PPSDM MIGAS Cepu


9.1.1. Kedudukan PPSDM Migas
Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi
(PPSDM MIGAS) adalah Instansi Pemerintah Pusat di bawah Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Energi dan Sumber Daya Mineral,
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Dalam melaksanakan tugas,
PPSDM MIGAS Cepu bertanggung jawab langsung kepada Kepala Badan
Diklat Energi dan Sumber Daya Mineral (Surat Keputusan No.150 tahun
2001 tanggal 2 Maret 2001) yang telah diperbaharui dengan peraturan
Menteri ESDM no. 13 tahun 2016 tanggal 20 Juli 2016, dimana PPSDM
MIGAS mempunyai tugas pengembangan sumber daya manusia di bidang
minyak dan gas bumi.
9.1.2. Visi dan Misi PPSDM Migas Cepu

PPSDM Migas Cepu memiliki visi misi sebagai berikut :


 Visi :
“Menjadi pusat pengembangan sumber daya manusia di subsektor
minyak dan gas bumi yang unggul, berkarakter, dan diakui
internasional”
 Misi :
1. Menyiapkan sumber daya manusia di subsektor minyak dan gas
bumi yang terampil, ahli, profesional, bermartabat tinggi,
berkarakter dan mampu bersaing di pasar global di subsektor
minyak dan gas bumi
2. Menyelenggarakan dan mengembangkan program pelatihan
dengan metode pembelajaran serta sarana dan prasarana yang
berkualitas.
3. Menyelenggarakan pelayanan dan mengembangkan uji sertifikasi
kompetensi.
4. Mengembangkan jejaring untuk dapat bersinergi dengan lembaga
pendidikan, industri, masyarakat, dan pemerintah dalam
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.
9.1.3 Ketenaga Kerjaan
Sistem ketenagakerjaan yang berlaku adalah sistem pegawai negeri sipil
dimana para pegawainya bila telah purna tugas mendapat pesiunan dari
pemerintah. Pembagian jam kerja adalah sebagai berikut :
1) Pegawai Non Shift Hari: Senin-Kamis
Pukul : 07.30 – 16.00 WIB
Waktu istirahat :12.00 – 13.00 WIB Hari : Jum’at
Pukul : 07.00 – 16.30 WIB
Waktu istirahat : 11.30 – 13.00 WIB
2) Pegawai Shift
Karyawan ini terutama bekerja pada bagian-bagian yang memerlukan
pengawasan selama 24 jam sehari , misalnya bagian pengolahan,
keamanan, rumah sakit, dan laboratorium control kualitas. Jam kerja
karyawan ini dibagi atas 3 shift:
Shift I : mulai pukul 08.00 – 16.00 WIB
Shift II : mulai pukul 16.00 – 24.00 WIB
Shift III : mulai pukul 24.00 – 08.00 WIB
Bagi karayawan yang bekerja dengan shift, diadakan pergantian shift
setiap 5 hari sekali dan mendapatkan libur 2 hari
9.2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Fungsi Tugas umum dari unit ini adalah melaksanakan pendidikan dan pelatihan
bagi karyawan di lingkungan PPSDM Migas baik peserta diklat dari aparatur maupun
industri. Unit K3LL (Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan) dibentuk
dengan tujuan untuk mencegah dan menanggulangi segala sesuatu yang menyebabkan
kecelakaan kerja yang mempengaruhi terhadap proses produksi, sehingga sumber-
sumber produksi dapat diguanakan secara efisien dan produksi dapat berjalan lancar
tanpa adanya hambatan yang berarti. Sedangkan unit pemadam kebakaran bertujuan
untuk menyediakan fasilitas penunjang pemadam api dan keselamatan kerja . Peraturan
-peraturan yang berkenan dengan keselamatan kerja yang ada di PPSDM Migas adalah
berdasarkan atas:
1. Peraturan Pemerintah No 11 tahun 1979. Pasal 36
2. Undang-Undang No1. 1970 Bab 111. Pasal 3 dan 4.
Unit K3LL PPSDM Migas Cepu memiliki tugas yang meliputi:

Anda mungkin juga menyukai