Anda di halaman 1dari 2

Aku dan Jalan Hidupku

Karya : Yolanda waldatul

Dari dulu, entah dari siapa kebiasaan orang tua, guru dan orang-orang bertanya
kepada anak kecil tentang mimpi mereka dan cita-cita mereka. Anak kecil pada dasarnya
belajar dari apa yang mereka lihat dan amati. Kita melihat public figur yang ada di hadapan
kita dengan segala kelebihan mereka yang tampak baik, asyik, keren dan kita merasa hal yang
mereka lakukan itu bagus untuk ditiru. Dimulai dari orang-orang terdekat seperti ayah dengan
pekerjaan sederhana nya yang kita anggap itu hebat, maka spontan saja kita bicara “ aku ingin
seperti ayah”, atau melihat artis-artis di tv dengan aktingnya yang keren dan dengan polosnya
kita juga berangan ingin seperti mereka, atau profesi abdi negara seperti polisi, TNI, dokter
atau atlet-atlet olahraga yang populer.
Sama hal nya dengan masa kanak-kanak ku, ketika orang bertanya tentang “ingin
jadi apa kamu nanti..?” dengan spontan aku menjawab “aku mau jadi artis”. Dan begitu
menginjak sekolah dasar, artis bukan lagi hal yang ingin aku gapai,dan begitulah seterusnya.
Artis, penyanyi, guru, penulis, dokter hingga duduk dibangku perkuliahan ini, cita-cita ku
berubah-ubah dan hal itu bisa dibilang hal yang lumrah. Karena semakin bertambahnya usia,
dan pemikiran kita juga berkembang entah itu dipengaruhi oleh orang-orang terdekat ataupun
lingkungan yang dapat membuka wawasan pengetahuan kita terkait kehidupan.
Cita-cita memiliki peran dalam hidup,yang membuat seseorang memiliki
harapan dan tujuan untuk hidup. Orang yang memiliki cita-cita dan mimpi yang ingin mereka
wujudkan, tampa mereka sadari cita-cita itu memberi dorongan untuk menggerakan dan
memberi semangat untuk direalisasikan. Sebagian orang menjadikan cita-cita sebagai tolak
ukur kesuksesan seseorang, bila cita-cita itu dapat tercapai seseorang itu dinilai sudah sukses
dalam hidup nya, tapi bagiku kesuksesan adalah dimana suatu proses dalam mencapai tujuan
hidup membentuk karakter dan sifat kita menjadi lebih baik dari sebelumnya, karena jika
cita-cita itu gagal untuk diwujudkan bukan berarti kita gagal untuk meraih kesuksesan,
karena proses yang kita jalani dalam meraih cita-cita yang membentuk karakter dan merubah
pola pikir menjadi lebih dewasa.
Cita-cita tidak hanya sekedar profesi yang ingin diwujudkan, bisa saja capaian
lain seperti hafal 30 juz al-quran, memecahkan rekor dunia seperti pengoleksi boneka
terbanyak ataupun rekor lainya. “Meraih cita-cita itu tak segampang membalikan telapak
tangan”, argumen ini menjadi alasan kenapa seseorang sering bergota-ganti cita-cita mereka.
Aku sendiri masih bingung, tentang bagaimana cita-cita yang sesuai dengan bakat dan
minatku. Dan terkadang bakat saja tidak cukup, dibutuhkan komitmen dalam usaha meraih
cita-cita, lebih dari itu pengorbanan baik materi ataupun hal-hal lain yang bersangkutan
dalam proses pencapaian cita-cita tersebut.
“Kemuliaan paling besar bukanlah karena kita tidak pernah terpuruk, tapi karena kita
selalu mampubangkit setelah terjatuh”
~ Oliver Goldsmith
Dari kutipan tersebut kita tau, adakalanya kita sering mengeluh ditengah
perjalanan atau proses meraih cita-cita. Dan banyak juga yang berhenti, putus asa dan hilang
harapan ketika mereka gagal. Cita-cita yang gagal diraih, bukan berarti hidup kita gagal.
Karena proses meraih cita-cita dan impian yang membentur dan membentuk karakter kita
dalam menjalani lika-liku hidup, termasuk kegagalan itu sendiri. Dari kegagalan itu kita
belajar bagaimana cara bangkit, cara bertahan dan tetap optimis dengan tujuan utama kita.
Dulu, aku berkoar-koar kepada banyak orang, bahwa aku ingin menjadi seorang
artis, tapi sejak menginjak bangku SMA, aku berpikir untuk menjadi seorang dokter. Hal itu
sangat sulit dan memang semakin dirasa banyak hal yang menjadi kendala untuk menggapai
cita-citaku. Sampai akhirnya waktu dan segala permasalahan yang datang ketika proses
belajar itu mengubah pola pikirku, tidak menjadi dokter bukanlah masalah,tapi miliki jiwa
dan sikap nya saja sudah cukup. Karena seorang dokter dituntut harus beretika baik itu
kepada pasien ataupun rekan kerja, perhatian dan penyabar serta cepat tanggap dalam
menghadapi situasi darurat.
Saat ini dibangku perkuliahan, aku sempat takut untuk merancang mimpi dan
cita-cita, tapi aku sering membaca-baca quotes dari orang-orang besar seperti eyang Habiebie
salah satunya, dari mereka aku belajar bagaimana proses menjadi seorang engineer agar bisa
mengepakan sayap di kanca internasional. Memang tak mudah untuk memulai dan keluar
dari zona nyaman, tapi disitulah letak pembelajaran nya, bagaimana sikap yang kita harus
ambil, dan ini juga sebagai ajang untuk melatih kedewasaan kita dalam menyikapi sebuah
tantangan.
Dari pemaparan tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa cita-cita dibangun atas
dasar kemauan, tekad, diimbangi dengan bakat serta perjuangan. Sebesar kita berkorban
maka sebesar itu pula keberhasilan yang kita dapat. Cita-cita bukan ujung dari tombak
keberhasilan, tapi salah satu tujuan dan target keberhasilan, dimana proses yang dijalaninya
dapat membentuk karakter dan membawa kita menuju perunahan lebih baik. Berpikir
sebelum bertindak dan jangan berhenti untuk bangkit dari kegagalan, karena kegagalan
bukanlah akhir dari segalanya

Anda mungkin juga menyukai