Disusun oleh:
STEVANI 00000036771
TANGERANG
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.
BAB I PENDAHULUAN 1
2.1.2 Fintech
2.3 Hipotesis.
3.1.1 ………….
3.3.1 Populasi
3.3.2 Sampel
PENDAHULUAN
Seperti yang telah kita ketahui, era digitalisasi membuat segala hal menjadi
semakin maju dan berkembang. Perkembangan teknologi bisa kita jumpai dalam berbagai
Berdasarkan bi.go.id, teknologi financial atau yang lebih sering kita dengar
dengan sebutan fintech, adalah penggabungan antara jasa keuangan dan teknologi, yang
Contohnya, jika dulu kita harus melakukan pembayaran secara langsung dengan uang
kertas atau logam, saat ini transaksi bisa dilakukan secara jarak jauh atau virtual.
2020 lalu. Dikutip dari cnbcindoesia.com, ukuran ekonomi digital Indonesia sepanjang
tahun 2022 telah mencapai USD 77 miliar atau tumbuh 22% secara tahunan.
technology) adalah Mata uang kripto (Cryptocurrency) atau sering disebut dengan mata
uang virtual/digital. Cryptocurrency adalah mata uang digital yang dapat digunakan
meningkat. Berdasarkan data Bappebti, pada akhir 2021 tercatat jumlah pelanggan atau
pengguna aset kripto sebanyak 11,2 juta orang. Angka itu meningkat 48,7 persen
dibandingkan di akhir November 2022 yang tercatat sebanyak 16,55 juta orang.
sistem keuangan di era digitalisasi, pada 30 November 2022 Bank Indonesia menerbitkan
mata uang rupiah digital bank sentral atau Central Bank Digital Currency (CBDC). .
adalah uang digital yang diterbitkan dan peredarannya dikontrol oleh bank sentral, dan
digunakan sebagai alat pembayaran yang sah untuk menggantikan uang kartal. CBDC
akan bertindak sebagai representasi digital dari mata uang suatu negara. Tentunya, 3
fungsi dasar dari uang sudah dimiliki oleh CBDC, yaitu sebagai alat penyimpanan nilai
memudahkan Bank Sentral dalam mengelola, mengatur, dan memantau supply uang
Selain itu, CBDC juga menggunakan private blockchain, dimana identitas penggunanya,
terikat dengan akun bank mereka, dan berfungsi sebagai alat pembayaran seperti biasa,
sehingga bank sentral bisa mengatur jumlah pasokan dan jaringannya. Berbeda dengan
negara serta otoritas yang mengaturnya adalah pasar jaringan kripto tersebut.
terkait Central Bank Digital Currency (CBDC) terhadap transmisi kebijakan moneter.
Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif. Untuk memperoleh data yang valid dan
reliabel, peneliti akan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu studi
literatur.
moneter?
kebijakan moneter
2. Untuk memperoleh gambaran implikasi ekonomi dan transmisi kebijakan moneter dari
moneter.
BAB I : Pendahuluan
Bab ini memuat latar belakang,rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan
Pada bab ini dijelaskan mengenai teori-teori yang digunakan sebagai acuan dalam
melakukan penelitian
Bab ini memuat gambaran umum objek penelitian, desain penelitian, teknik
LANDASAN TEORI
2007). Pada dasarnya ekosistem adalah lingkungan atau habitat “sesuatu” yang
hidup dan bergantung padanya. Industri internet terdiri dari 4 level industri
vertikal dan 19 segmen industri secara horizontal di setiap lapisan. Kelas vertikal
berarti ketika lapisan bawah menghilang, lapisan atas otomatis tidak berfungsi
barang dan jasa mulai dari pemesanan (opsional), perdagangan hingga transaksi
barang atau jasa, instrumen pembayaran, dan bahkan pengiriman. dan layanan
fungsional yang lengkap mulai dari B2B, B2B2C, B2C, C2B, C2C, B2G, G2B,
M2M dan P2P Gateway – services . memadai sebagai alat pembayaran (Arthur D.
Little, 2016).
yang diakui secara resmi oleh otoritas seperti Komisi Eropa, yang bertujuan untuk
menciptakan pasar digital bersama (Komisi) sebagai salah satu dari sepuluh area
prioritasnya di tahun-tahun mendatang. , 2019). Dengan cara ini, otoritas Eropa
kontinuitas digital, apapun bentuknya (informasi, barang dan jasa, dll.), terutama
standar "28 berbeda. seperti di Uni Eropa (UE) untuk telekomunikasi, hak cipta,
2.1.2 Fintech
Dewan Stabilitas Keuangan telah mendefinisikan FinTech sebagai
model bisnis baru, aplikasi, proses atau produk yang memiliki dampak material
pada pasar dan lembaga keuangan dan penyediaan layanan keuangan". Dengan
definisi ini, orang mungkin tergoda untuk mengatakan bahwa masa keemasan
FinTech adalah tahun 1960-an, ketika bank mulai banyak menggunakan komputer
dan memperkenalkan ATM. Definisi FinTech yang lebih tepat untuk artikel ini
adalah inovasi keuangan berdasarkan penggunaan teknologi digital dan data besar.
pengguna akhir, seringkali melalui saluran online dan seluler. Definisi tekfin lain
dan sektor teknologi, di mana perusahaan rintisan yang mendukung teknologi dan
pendatang baru menginovasi produk dan layanan yang saat ini ditawarkan oleh
industri jasa keuangan tradisional. Fintech jelas mendapatkan keuntungan
dengan cara inovatif atau yang secara fundamental dapat mengubah cara produk
Istilah ini juga bisa merujuk pada penyedia layanan ini terkait teknologi yang
ditawarkan.
Bordo dan Levin (2017) menjelaskan bahwa sejumlah bank sentral secara
aktif mengeksplorasi inisiasi digital currency oleh bank sentral yang akan menjadi
legal tender dan dapat digunakan oleh siapa pun. Berbeda dengan private digital
currency, nilai dari central bank digital currency akan ditetapkan secara nominal.
Lebih lanjut, central bank digital currency dapat diimplementasikan dengan
menggunakan sistem berbasis akun sehingga menghindari kegiatan mining yang
terlibat dalam menghasilkan mata uang virtual seperti bitcoin.
METODOLOGI PENELITIAN
digital dalam menyediakan produk dan layanan keuangan. Fintech dapat mencakup
berbagai jenis layanan seperti pembayaran digital, peer-to-peer lending, asuransi berbasis
teknologi, dan investasi online. Perkembangan fintech telah mengubah cara konsumen
menggunakan layanan keuangan, memberikan aksesibilitas yang lebih besar dan biaya
33% fintech di Indonesia membukukan transaksi lebih dari Rp 80 miliar di 2020 lalu.
Dikutip dari cnbcindoesia.com, ukuran ekonomi digital Indonesia sepanjang tahun 2022
Central Bank Digital Currency (CBDC) adalah bentuk uang digital yang
diterbitkan oleh bank sentral dan diakui sebagai alat pembayaran yang sah. CBDC
dianggap sebagai bentuk baru dari uang tunai dan memiliki potensi untuk mengubah
sistem keuangan global. Bank sentral dapat memanfaatkan CBDC untuk mengurangi
ketergantungan pada uang tunai fisik, mempercepat proses pembayaran dan memperkuat
kebijakan moneter.
Bank Indonesia menerbitkan mata uang rupiah digital bank sentral atau Central Bank
Digital Currency (CBDC), yakni White Paper. Berdasarkan Bi.go.id, White Paper
merupakan pemaparan awal dari Proyek Garuda berupa desain level atas (high-level
design) Digital Rupiah sekaligus sebagai bentuk komunikasi kepada publik terkait
Dikutip dari liputan6.com, digital rupiah memiliki prinsip yang sama seperti alat
pembayaran lainnya, namun berwujud digital. Dalam Digital Rupiah ada Negara
Kesatuan Republik Indonesia, figur yang ada di uang kertas ada di juga di digital rupiah.
Namun, pada Rupiah Digital semuanya berada dalam bentuk coding secara digital
terenkripsi (encrypted), yang hanya diketahui BI. Digital rupiah menjadi alat transaksi
bank sentral dalam mengendalikan pasokan uang dan suku bunga untuk mencapai tujuan
tertentu seperti stabilisasi harga dan pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini, transmisi
mempengaruhi tingkat suku bunga, kredit, dan output ekonomi secara keseluruhan.
mengatakan, implementasi Rupiah Digital bakal mempercepat transmisi moneter oleh BI.
Dengan demikian, mampu meningkatkan kapabilitas BI dalam intervensi kebijakan
moneter.
3.2 Peran CBDC yang berhubungan dengan sustainability development goals (SDGs)
3.3 Desain Penelitian
perkembangan financial teknologi terkait central bank digital currency (CBDC) dengan
transmisi kebijakan moneter di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah apakah perkembangan CBDC dapat
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif.
Metode ini dipilih karena penelitian ini akan mengumpulkan data dalam bentuk angka
dan kemudian menganalisis data tersebut menggunakan teknik statistik. Teknik statistik
kausal adalah pendekatan yang digunakan untuk menggambarkan suatu fenomena atau
Dalam sub bab ini, peneliti juga akan menjelaskan mengenai populasi dan sampel
penelitian serta teknik analisis data yang akan digunakan. Populasi penelitian adalah
seluruh pelaku usaha dan nasabah di sektor keuangan di Indonesia. Sampel penelitian
akan dipilih secara acak dari populasi. Teknik analisis data yang akan digunakan dalam
beberapa teknik pengumpulan data, yaitu studi literatur. Studi literatur akan digunakan
Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi. Dikutip dari dqlab.id, Analisis regresi adalah teknik analisis hipotesis penelitian
untuk menguji ada tidaknya pengaruh antara variabel satu dengan variabel lain, yang
dinyatakan dalam bentuk persamaan regresi. Terdapat dua jenis dasar regresi yaitu,
regresi linear sederhana dan regresi linear berganda. Regresi linear sederhana adalah
teknik analisis dengan menggunakan satu variabel independen untuk menjelaskan atau
memprediksi hasil dari variabel dependen Y. Sedangkan regresi linear multipel atau
berganda berfungsi untuk mencari pengaruh dari dua atau lebih variabel independent
(variabel bebas atau X) terhadap variabel dependent (variabel terikat Y). Dalam
penelitian ini digunakan teknik regresi linear sederhana karena menggunakan satu
variabel independen, yaitu CBDC untuk menjelaskan atau memprediksi hasil dari
PEMBAHASAN
Era digitalisasi membuat segala hal menjadi semakin maju dan berkembang, tak
diproyeksikan tumbuh 20 persen dari tahun 2021 menjadi USD146 miliar pada tahun
2025 dan diprediksi akan terus meningkat. Ekonomi digital Indonesia sangat kuat dan
terbesar, jika dibandingkan dengan Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
Sumber:
https://www.kemenkeu.go.id/informasi-publik/publikasi/berita-utama/Wamenkeu-Ekono
mi-Digital-Indonesia-Sangat-Kuat
Faktanya, berdasarkan hasil studi Google Temasek, Bain & Company (2022) yang
didapatkan dari ekon.go.id, ekonomi digital Indonesia di 2022 mencapai USD77 miliar
atau tumbuh 22% dari 2021. Indonesia berhasil merajai ekonomi digital ASEAN, karena
sekitar 40% dari nilai total transaksi ekonomi digital ASEAN berasal dari Indonesia.
Investasi pada sektor ekonomi digital Indonesia juga tumbuh positif, ditunjukkan oleh
deal value investasi pada triwulan pertama 2022 sebesar USD3 miliar, yang merupakan
nilai tertinggi kedua setelah Singapura.
33% fintech di Indonesia membukukan transaksi lebih dari Rp 80 miliar di 2020 lalu. Dikutip
dari dataindonesia.id, jumlah pengguna layanan fintech akan terus bertumbuh hingga
beberapa tahun mendatang, begitu pula dengan rata-rata nilai transaksi dari para pengguna
fintech dengan rata-rata nilai transaksi per pengguna terbesar di Indonesia pada 2022.
Nilainya tercatat sebesar US$92.080 pada 2022 dan diperkirakan terus tumbuh hingga
pengguna sebanyak US$2.980 pada 2022. Dalam lima tahun ke depan, rata-rata nilai
transaksi dari pengguna investasi digital Indonesia diproyeksi sebanyak US$4.280. Rata-rata
nilai transaksi pengguna bank digital di Indonesia mencapai US$2.910 pada 2022. Nilai
tersebut diperkirakan tumbuh menjadi US$4.200 pada 2027. Kemudian, rata-rata nilai
transaksi pengguna pembayaran digital di Indonesia sebesar US$390 pada tahun lalu.
Angkanya diprediksi naik menjadi US$490 pada 2027. Rata-rata nilai transaksi pengguna
fintech yang bergerak di segmen aset digital sebesar US$40 pada 2022. Nilainya pun
Salah satu bentuk dari investasi dan aset digital adalah Mata uang kripto
adalah mata uang digital yang dapat digunakan untuk transaksi antar pengguna tanpa perlu
meningkat. Berdasarkan data Bappebti, pada akhir 2021 tercatat jumlah pelanggan atau
pengguna aset kripto sebanyak 11,2 juta orang. Angka itu meningkat 48,7 persen
dibandingkan di akhir November 2022 yang tercatat sebanyak 16,55 juta orang.
Dikutip dari bi.go.id, mata uang kripto terus bertambah jenis dan jumlahnya. Sampai
dengan November 2022, ada 9.3581 jenis cryptocurrency yang bisa dijadikan instrumen
investasi. Dari jumlah itu, sepuluh mata uang kripto yakni Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH),
Thether (USDT), BNB, Binance USD (USDC), XRP, Cardano (ADA), Dogecoin (DOGE)
memiliki marketcap terbesar. Bitcoin semisal, pada 12 November 2022 pukul 10.10 WIB
memiliki market cap US$ 324,52 miliar, menyusul Ethereum yang memiliki markercap
sebesar US$ 156,34 miliar. Selain itu, ada juga cryptocurrency berbasis syariat Islam yang
dijamin oleh aset berupa emas, yaitu Onegram dan X8X (Rizvi & Ali, 2022).
atau mobile banking yang disebut QR Code Indonesian Standard (QRIS) pada 17
Agustus 2019. Implementasi QRIS secara nasional efektif berlaku mulai 1 Januari
2020, guna memberikan masa transisi persiapan bagi Penyelenggara Jasa Sistem
Sistem Pembayaran Indonesia (SPI) 2025, yang telah dicanangkan pada Mei 2019
lalu.
pembayaran yang disediakan Bank Indonesia yang dapat diakses melalui aplikasi
nasabahnya akan dilakukan secara bertahap sesuai dengan rencana bank dalam
2022 Bank Indonesia menerbitkan mata uang rupiah digital bank sentral atau
Bi.go.id, White Paper merupakan pemaparan awal dari Proyek Garuda berupa
desain level atas (high-level design) Digital Rupiah sekaligus sebagai bentuk
seperti alat pembayaran lainnya, namun berwujud digital. Dalam Digital Rupiah
ada Negara Kesatuan Republik Indonesia, figur yang ada di uang kertas ada di
juga di digital rupiah. Namun, pada Rupiah Digital semuanya berada dalam
bentuk coding secara digital terenkripsi (encrypted), yang hanya diketahui BI.
Rupiah Digital akan diterbitkan dalam dua jenis, antara lain Rupiah
Digital wholesale (w-Rupiah Digital) dengan cakupan akses terbatas serta hanya
didistribusikan untuk penyelesaian transaksi wholesale seperti operasi moneter,
transaksi pasar valas, serta transaksi pasar uang; dan Rupiah Digital ritel
(r-Rupiah Digital) dengan cakupan akses yang terbuka untuk publik serta
dan korporasi).
berbagai aspek kehidupan di era digital ini, salah satunya adalah penerapan teknologi
(fintech). Berbagai definisi fintech dijelaskan oleh banyak pihak, tetapi secara umum
fintech dapat didefinisikan sebagai inovasi teknologi dalam layanan keuangan. Penyedia
tradisional dengan mengembangkan aplikasi baru yang dapat digunakan mulai untuk
pembayaran hingga aplikasi yang lebih kompleks untuk artificial intelligence dan big
data.
Carney (2016) menyatakan bahwa inovasi dalam sektor keuangan akan mengubah
fondasi bank sentral dan membawa revolusi bagi setiap pengguna jasa keuangan.
McKinsey (2016) mendefisinikan fintech atau keuangan digital sebagai jasa keuangan
internet–dengan penggunaan yang minim dari uang tunai dan cabang bank tradisional.
Kawai (2016), Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengawas Asuransi Internasional,
sebuah organisasi anggota Financial Stability Board (FSB) Dewan Stabilitas Keuangan
keuangan. Hal itu memunculkan model bisnis, aplikasi, proses, dan produk baru dalam
jasa keuangan yang dapat berdampak material pada pasar keuangan dan institusi serta
Perkembangan industri Fintech yang semakin pesat secara global direpresentasikan oleh
investasi Fintech yang mencapai 17,4 miliar dolar AS sepanjang tahun 2016. Selain itu,
berdasarkan FintechAdoption Index yang dikeluarkan oleh Ernst dan Young (2017)
sebanyak sepertiga konsumen global menggunakan dua atau lebih jasa fintech dengan 84
World Fintech Report (2017) melaporkan bahwa perusahaan fintech telah membawa
customers (50,2%) menyatakan bahwa mereka menggunakan jasa keuangan paling tidak
untuk menerbitkan dan mengelola uang rupiah sebagai alat pembayaran yang sah di
Indonesia. Sejalan dengan perkembangan teknologi digital dan fintech, Bank Indonesia
juga berkepentingan untuk mengembangkan CBDC sebagai bentuk uang digital yang
CBDC yang dikembangkan oleh Bank Indonesia disebut sebagai Digital Rupiah.
Digital Rupiah merupakan uang digital yang memiliki nilai yang tetap terhadap rupiah,
dijamin oleh otoritas moneter, dan dapat digunakan sebagai alat pembayaran sehari-hari
menimbulkan tantangan dan risiko bagi stabilitas ekonomi, moneter, dan keuangan. Salah
satu tantangan utama adalah bagaimana menjaga peran uang sebagai alat tukar, satuan
Uang sebagai alat tukar di era digital mengalami perubahan bentuk dari uang
tunai (cash) menjadi uang elektronik (e-money). Uang elektronik adalah uang yang
disimpan dalam bentuk elektronik atau digital dalam suatu media penyimpanan seperti
kartu chip atau server. Uang elektronik dapat digunakan untuk melakukan transaksi
seperti kemudahan, kecepatan, efisiensi, dan inklusivitas. Namun, uang elektronik juga
teknologi, kerentanan terhadap kejahatan siber, ketidakpastian hukum dan regulasi, serta
munculnya mata uang digital non-sovereign (tidak dikeluarkan oleh otoritas moneter)
yang dapat mengancam kedaulatan mata uang nasional. Contoh mata uang digital
non-sovereign adalah mata uang kripto seperti Bitcoin atau Ethereum yang menggunakan
Mata uang kripto memiliki beberapa karakteristik yang menarik bagi sebagian
otoritas. Namun, mata uang kripto juga memiliki beberapa kelemahan dan risiko yang
besar, seperti volatilitas harga yang tinggi, kurangnya perlindungan konsumen dan
investor, potensi pencucian uang dan pendanaan terorisme, serta ancaman terhadap
Untuk mengatasi tantangan dan risiko yang ditimbulkan oleh perkembangan uang
elektronik dan mata uang digital non-sovereign di era ekonomi digital, bank sentral di
CBDC adalah bentuk uang digital yang memiliki nilai yang tetap terhadap mata
uang nasional, dijamin oleh otoritas moneter, dan dapat digunakan sebagai alat
pengembangan Digital Rupiah sejak tahun 2022. Bank Indonesia juga telah merilis White
Paper Pengembangan Digital Rupiah pada tanggal 30 November 2022. White Paper
● Karakteristik dan fitur Digital Rupiah, yaitu berupa token digital yang dapat
diakses melalui perangkat elektronik seperti ponsel atau kartu pintar, memiliki
fungsi sebagai alat tukar, satuan hitung, dan penyimpan nilai, serta dapat
pelaksanaannya.