PANCASILA: Akar Kemandirian Bangsa: November 2013
PANCASILA: Akar Kemandirian Bangsa: November 2013
net/publication/303933288
CITATIONS READS
0 3,305
1 author:
Chandra Dinata
Universitas Merdeka Malang
13 PUBLICATIONS 4 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Chandra Dinata on 13 June 2016.
Sejarah panjang yang dilalui oleh bangsa Indonesia untuk mendapatkan pengakuan
dunia, tak dapat dipungkiri bahwa itu merupakan wujud dari “patriotisme rakyat”.
Sikap patriotik tersebut tercermin dalam cita-cita bangsa yang disatukan dalam satu
wadah yakni Pancasila. Oleh founding father cita-cita tersebut dijadikan sebagai
pondasi kehidupan berbangsa dan sekaligus sebagai tujuan bernegara, sama halnya
dengan pandangan-pandangan dalam ideology besar dunia. Dalam pidato lahirnya
Pancasila, Bung Karno menyebutkan bahwa Pancasila sebagai “dasar negara” dan
“landasan filosofis negara”. Dengan demikian, lahirnya Pancasila bukan sekedar
untuk menyaingi ideology besar dunia, melainkan sebagai sintesis dari semua
pemahaman berlawanan yang dipadukan dan diyakini dapat membawa rakyatnya
menuju sejahtera (walfare state). Tulisan ini akan mengeksplorasikan peran penting
Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara mencapai kesejahteraan
bersama.
1 Tulisan ini disampaikan sebagai stimulant diskusi dalam Seminar Nasional dengan tajuk “Telaah
Pancasila Sebagai Bangunan Dasar Politik Indonesia” pada tanggal 29 November 2013
2 Pegiat Kegiatan Sosial
teori golongan, dan teori integralistik. Selanjutnya Soepomo menjelaskan bahwa
negara didirikan bukanlah untuk kepentingan satu kelompok ataupun satu golongan
tertentu melainkan adalah untuk kepentingan seluruh masyarakat sebagai satu
persatuan (integralistik). Untuk itu Pancasila dijadikan sebagai alat untuk mencapai
tujuan pembentukan negara dengan paham integralistik yang mencakup azas
kekeluargaan dalam kebersamaan dan religius .
Perjalanan yang ditempuh dalam upaya menjadikan Pancasila sebagai
sebuah falasafah negara yang diyakini kebenarannya sehingga mengkristal sebagai
jati diri Bangsa Indonesia melampai garis batas (‘klimaks’) sehingga secara
konseptual Pancasila merupakan pedoman dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Pancasila sebagai upaya untuk mengembangkan wawasan ke-nusantara-
an, dan juga sebagai doktrin bagi warga negara untuk bertindak.
Dalam pergaulan (individu hingga lintas negara), Pancasila mampu
memberikan ruang etika didalamnya. Karena Pancasila merupakan sebuah nilai yang
sarat dengan makna. Oleh sebab itulah yang menjadikan Negara Indonesia lain
dengan negara lainnya. Secara sederhana, Pancasila mudah untuk diterapkan karena
sesuai dengan karakter masyarakat Bangsa Indonesia. Secara historis perumusan
Pancasila memiliki spirit pemersatu seluruh elemen masyarakat yang beragam
(heterogen).
Diera awal kemerdekaan, Pancasila merupakan sebuah ideologi nasional
dengan menempatkan makna yang terkandung dalam kelima sila Pancasila didalam
Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD 1945) sebagai
satu konsep praktis untuk dijalankan oleh negara, dan kemudian dibentuk satu acuan
pelaksanaan yang berbentuk dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Spirit
Pancasila dijadikan sebagai pemersatu elemen warga negara untuk bersama-sama
mewujudkan cita-cita bangsa untuk menjadikan masyarakat adil, makmur, dan
sejahtera.
Dalam pergeseran otoritas kepemimpinan Bangsa Indonesia dengan
beralihnya kekuasaan dari Orde Lama (Orla) ke Orde Baru (Orba), dimasa itu
Pancasila ditegaskan bahwa harus mampu menjawab tantangan perubahan zaman.
Moerdiono meyebutkan bahwa Pancasila harus ditempatkan sbagai “ideologi
terbuka” dengan alasan bahwa terdapat dinamika kehidupan masyarakat
internasional sekaligus dengan dinamika ekonomi global. Oleh sebab itu orientasi
pembangunan terencana yang dicanangkan oleh pemerintah (selaku pemegang
otoritas negara) harus mampu menempatkan pancasila sebagai arah kebijakan
negara tersebut. Selain itu Moerdiono menyebutkan bahwa telah terjadi
kebangkrutan ideologi dunia yang menyebabkan perubahan-perubahan secara
mendesak harus dilakukan di Negeri ini. Dengan menjadikan Pancasila sebagai
ideologi terbuka, pemerintah mampu memberikan warna dalam setiap kebijakan
pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintah untuk negara. Bergesernya
penempatan ideologi Pancasila menjadi ideologi terbuka berarti menempatkan
Pancasila sebagai ideologi dengan interprestasi baru yakni kemampuan ideologi
Pancasila untuk berinteraksi dengan perubahan-perubahan serta perkembangan
zaman sesuai dengan dinamika yang berkembang .
Daftar Bacaan
Bakry, Noor MS., 1994, Orientasi Filsafat Pancasila, Edisi Revisi, Liberty, Yogyakarta
Fukuyama, Francis, 2005, Memperkuat Negara; Tata Pemerintahan dan Tata Dunia
Abad 21, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta