Anda di halaman 1dari 105

DIKTAT

KALKULUS 2

Oleh:

Anita T. Kurniawati, S.Si, M.Si.

Drs. Soehardjo

Terbatas untuk kalangan sendiri

INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA

2011
KATA PENGANTAR

Diktat ini berisi teori integral tertentu dan aplikasinya (luas dataran, panjang busur,
volume benda putar, titik berat, momen inersia, dsb). Diktat ini dibuat dengan tujuan agar
mahasiswa mampu mempelajari dengan mudah mata kuliah kalkulus dan dapat digunakan
sebagai literatur utama disamping literatur lainnya, karena didalam diktat ini juga berisi tugas
yang harus diselesaikan oleh mahasiswa.

Tulisan ini adalah sebagai pengalaman almarhum Bapak Soehardjo dan teman-teman
dosen yang mengajar di ITATS. Bapak Soehardjo adalah seorang dosen yang mengajar sejak
tahun 1966 pada fakultas-fakultas teknik di lingkungan ITS dan ITATS serta mengajar di
Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) di Kualalumpur tahun 1974-1976. Diktat ini
dipersembahkan untuk mengenang jasa almarhum Bapak Soehardjo yang telah mengabdikan
diri seumur hidupnya di dunia pendidikan.

Supaya dapat memahami isi yang terkandung dalam diktat ini diharapkan mahasiswa
harus menguasai teorinya dulu. Penulis menyadari bahwa isi dari diktat ini tidak luput dari
berbagai kekurangan, karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat
diharapkan untuk penyempurnaan pada penerbitan yang akan datang.

Kepada siapa saja yang telah membantu sehingga memungkinkan terbitnya diktat ini,
penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Semoga diktat ini bermanfaat bagi pemakai.

Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1. INTEGRAL TERTENTU
1.1.Pengertian Integral Tertentu 1
1.2.Teorema Newton – Leibnitz 1
1.3.Sifat – sifat Integral Tertentu 2
1.4.Integral Tak Wajar 5
Soal Latihan 9

BAB 2. LUAS DATARAN


2.1. Pada Koordinat siku – siku 10
2.2. Pada Koordinat Kutub 10
Soal Latihan 14

BAB 3. ISI BENDA PUTAR


3.1. Pada Koordinat siku – siku 15
3.2. Pada Koordinat Kutub 16
Soal Latihan 20

BAB 4. PANJANG BUSUR


4.1. Pada Koordinat siku – siku 21
4.2. Pada Koordinat Kutub 22
Soal Latihan 24

BAB 5. LUAS KULIT BENDA PUTAR


5.1. Pada Koordinat siku – siku 25
5.2. Pada Koordinat Kutub 26
Soal Latihan 29

BAB 6. TITIK BERAT


6.1. Titik Berat dari buah titik massa 30
6.2. Titik Berat keping datar homogin 31
6.3. Dalil Guldin 1 32
6.4. Titik Berat Busur 35
6.5. Dalil Guldin 2 36
6.6. Titik Berat Kulit Benda Putar 37
6.7. Titik Berat Isi Benda Putar 39
Soal Latihan 41

BAB 7. MOMEN INERSIA


7.1. Pengertian Momen Inersia 43
7.2. Momen Inersia Keping Datar 46
7.3. Dalil Pergeseran (Dalil Sumbu Sejajar) 47
7.4. Momen Inersia Busur 50
7.5. Momen Inersia Kulit Benda Putar 51
7.6. Momen Inersia Isi Benda Putar 52
7.7. Momen Inersia Isi I OY dari keping yang diputsr pada sumbu x 54
Soal Latihan 56

BAB 8. NILAI PURATA PADA KALKULUS INTEGRAL


8.1. Nilai rata-rata dari ordinat (mean value) 57
8.2. Nilai akar rata-rata kwadrat (a.r.k) 57
Soal Latihan 59

BAB 9. TURUNAN PARSIAL 60


BAB 10. PERSAMAAN DIFERENSIAL
10.1. PD Tingkat satu derajat satu 62
10.2. PD Tingkat Dua 77
Soal Latihan 88

BAB 11. PENERAPAN PERSAMAAN DIFERENSIAL 91

DAFTAR PUSTAKA
1 INTEGRAL TERTENTU

1.1. Pengertian Integral Tertentu


Pandang y = f (x) fungsi kontinu pada [𝑎, 𝑏]. Interval [𝑎, 𝑏] dibagi menjadi n interval bagian dengan
titik – titik bagi sbb: 𝑎 = 𝑥0 , 𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑖−1 , 𝑥𝑖 , 𝑥𝑖+1 , … , 𝑥𝑛 −1 , 𝑥𝑛 = 𝑏, sedemikian hingga :
𝑥𝑖−1 < 𝑥𝑖 < 𝑥𝑖+1 ; 𝑖 = 1,2, … , 𝑛 − 1 . Namakan : 𝑥𝑖 − 𝑥𝑖−1 = ∆𝑥𝑖 . (𝑖 = 1,2,3, … , 𝑛).

0 𝑎 = 𝑥0 𝑡1 𝑥1 𝑡2 𝑥2 𝑥3 𝑥𝑖−1 𝑡𝑖 𝑥𝑖 𝑥𝑛 −1 𝑡𝑛 𝑥𝑛 = 𝑏

Ambil titik – titik 𝑡𝑖 , sedemikian hingga 𝑥𝑖−1 < 𝑡𝑖 < 𝑥𝑖 . Dibentuk jumlah :
𝑛

𝑆𝑛 = 𝑓 𝑡𝑖 ∆𝑥𝑖 = 𝑓 𝑡1 ∆𝑥1 + 𝑓 𝑡2 ∆𝑥2 + ⋯ + 𝑓 𝑡𝑛 ∆𝑥𝑛


𝑖=1

Nyatakan maksimum ∆𝑥 dengan Max ∆𝑥𝑖 → 0 atau 𝑛 → ∞ sedemikian hingga


𝑛

lim 𝑓(𝑥𝑖 ) ∆𝑥𝑖 = 𝐿


𝑀𝑎𝑥 ∆𝑥 𝑖 →0
𝑖=1

Interval [𝑎, 𝑏] dibagi atas n interval bagian yang berbeda dengan yang tadi dimana ∆𝑥𝑖 → 0,
sedemikian hingga:
𝑛

lim 𝑆𝑛 = lim
𝑛→∞
𝑓(𝑥𝑖 ) ∆𝑥𝑖 = 𝐿
𝑛→∞
𝑀𝑎𝑥 ∆𝑥 𝑖 𝑖=1

n b

lagi, maka 𝑓(𝑥) terintegralkan pada [𝑎, 𝑏]. Sehingga dapat ditulis dengan Lim  f (t i ) xi   f ( x ) dx ,
 xi  0
i 1 a

yang disebut integral tertentu dari f (x) terhadap 𝑥 dari 𝑥 = 𝑎 sampai dengan 𝑥 = 𝑏. Sehingga 𝑎
disebut sebagai batas bawah integrasi sedangkan untuk 𝑏 disebut sebagai batas atas integrasi.

1.2. Teorema Newton – Leibnitz

𝒃
“Jika 𝑭 𝒙 integral tak tertentu dari 𝒇(𝒙) pada 𝒂, 𝒃 maka 𝒂
𝒇 𝒙 = 𝑭 𝒃 − 𝑭(𝒂)”

1
Bukti:
𝑥
Pandang fungsi 𝐺 𝑥 = 𝑎
𝑓 𝑡 𝑑𝑡, 𝑥 ∈ [𝑎, 𝑏]. Fungsi ini adalah integral tak tertentu dari 𝑓(𝑥) pada
[𝑎, 𝑏]. Ingat kembali bahwa setiap dua buah integral tak tertentu dari sebuah fungsi yang diberikan
berbeda satu dengan yang lain oleh sebuah konstanta, karena itu ada sebuah konstanta C sedemikian
𝑥
hingga 𝐺 𝑥 = 𝐹 𝑥 + 𝐶 atau 𝑎 𝑓 𝑡 𝑑𝑡 = 𝐹 𝑥 + 𝐶 untuk semua 𝑥 dalam [𝑎, 𝑏]. Jika 𝑥 = 𝑎, maka
𝑎 𝑎
𝑎
𝑓 𝑡 𝑑𝑡 = 𝐹 𝑎 + 𝐶 . Karena 𝑎
𝑓 𝑡 𝑑𝑡 = 0, didapat 𝐹 𝑎 + 𝐶 = 0 atau 𝐶 = −𝐹(𝑎) sehingga
𝑥 𝑏
𝑎
𝑓 𝑡 𝑑𝑡 = 𝐹 𝑥 − 𝐹(𝑎). Sekarang jika 𝑥 = 𝑏 maka 𝑎
𝑓 𝑡 𝑑𝑡 = 𝐹 𝑏 − 𝐹(𝑎) dan ganti 𝑡
𝑏
dengan 𝑥 didapat 𝑎
𝑓 𝑥 𝑑𝑥 = 𝐹 𝑏 − 𝐹(𝑎). ∎

Teorema Newton-Leibnitz dapat ditulis menjadi :

𝑓 𝑥 𝑑𝑥 = 𝐹 𝑥 |𝑏𝑎 = 𝐹 𝑏 − 𝐹(𝑎) dimana 𝑓 𝑥 = 𝐹 ′ (𝑥).


𝑎

Contoh:
1 1

3 𝑥 𝑑𝑥 = 3 𝑥1 2
𝑑𝑥 = 2𝑥 3 2 |10 = 2(1)3 2
− 2(0)3 2
=2
0 0

1.3. Sifat-Sifat Integral Tertentu

𝑏 𝑎
1. 𝑎
𝑓 𝑥 𝑑𝑥 = − 𝑏
𝑓 𝑥 𝑑𝑥
𝑏 𝑐 𝑏
2. 𝑎
𝑓 𝑥 𝑑𝑥 = 𝑎
𝑓 𝑥 𝑑𝑥 + 𝑐
𝑓 𝑥 𝑑𝑥; 𝑎<𝑐<𝑏
𝑎 𝑎
3. 0
𝑓 𝑥 𝑑𝑥 = 0
𝑓 𝑎 − 𝑥 𝑑𝑥
2𝑎 𝑎 𝑎
4. 0
𝑓 𝑥 𝑑𝑥 = 0
𝑓 𝑥 𝑑𝑥 + 0
𝑓 2𝑎 − 𝑥 𝑑𝑥
2𝑎 𝑎
5. Jika 𝑓 2𝑎 − 𝑥 = 𝑓(𝑥) maka 0
𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 = 2 0
𝑓 𝑥 𝑑𝑥
2𝑎
6. Jika 𝑓 2𝑎 − 𝑥 = −𝑓(𝑥) maka 0
𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 = 0
7. Jika 𝑓(𝑥) fungsi periodik dengan periode 𝑝, 𝑓 𝑥 = 𝑓(𝑥 + 𝑝), maka
𝑛𝑝 𝑝
0
𝑓 𝑥 𝑑𝑥 = 𝑛 0
𝑓 𝑥 𝑑𝑥
𝑎 𝑎
8. Jika 𝑓(𝑥) fungsi genap, maka −𝑎
𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 = 2 0
𝑓(𝑥) 𝑑𝑥
𝑎
9. Jika 𝑓(𝑥) fungsi gasal, maka −𝑎
𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 = 0

2
Bukti :

1. Misal: 𝑓 𝑥 𝑑𝑥 = 𝐹(𝑥), maka dari kiri dapat dibuktikan bahwa 𝐹 𝑥 |𝑏𝑎 = 𝐹 𝑏 − 𝐹(𝑎).
Sedangkan dari kanan:
𝑎
− 𝑏 𝑓 𝑥 𝑑𝑥 = − 𝐹(𝑥) |𝑎𝑏 = − 𝐹 𝑎 − 𝐹(𝑏) = 𝐹 𝑏 − 𝐹 𝑎 = bukti dari kiri. ∎

2. Misalkan 𝑓 𝑥 𝑑𝑥 = 𝐹(𝑥), maka pembuktian dari:


𝑏
Kiri : 𝑎
𝑓 𝑥 𝑑𝑥 = 𝐹(𝑥) |𝑏𝑎 = 𝐹 𝑏 − 𝐹(𝑎)
Kanan: 𝐹 𝑥 |𝑐𝑎 + 𝐹 𝑥 |𝑏𝑐 = 𝐹 𝑐 − 𝐹 𝑎 + 𝐹 𝑏 − 𝐹 𝑎 = 𝐹 𝑏 − 𝐹 𝑎 = kiri. ∎

3. Misalkan 𝑥 = 𝑎 − 𝑡 → 𝑑𝑥 = −𝑑𝑡. Untuk 𝑥 = 0 → 𝑡 = 𝑎; untuk 𝑥 = 𝑎 → 𝑡 = 0


𝑎 0 0 𝑎

𝑓 𝑥 𝑑𝑥 = 𝑓 𝑎 − 𝑡 (−𝑑𝑡) = − 𝑓 𝑎 − 𝑡 𝑑𝑡 = 𝑓 𝑎 − 𝑡 𝑑𝑡
0 𝑎 𝑎 0
𝑎 𝑎
Jika 𝑡 diganti dengan 𝑥 maka didapatkan: 0
𝑓 𝑥 𝑑𝑥 = 0
𝑓 𝑎 − 𝑥 𝑑𝑥. ∎

2𝑎 𝑎 2𝑎
4. 0
𝑓 𝑥 𝑑𝑥 = 0
𝑓 𝑥 𝑑𝑥 + 𝑎
𝑓(𝑥) 𝑑𝑥

Subtitusi 𝑥 = 2𝑎 − 𝑡 → 𝑑𝑥 = −𝑑𝑡

Untuk 𝑥 = 𝑎 → 𝑡 = 𝑎

𝑥 = 2𝑎 → 𝑡 = 0
𝑎 0
= 0
𝑓 𝑥 𝑑𝑥 + 𝑎
𝑓 2𝑎 − 𝑡 −𝑑𝑡

𝑎 0
= 0
𝑓 𝑥 𝑑𝑥 − 𝑎
𝑓 2𝑎 − 𝑡 𝑑𝑡
𝑎 𝑎
= 0
𝑓 𝑥 𝑑𝑥 + 0
𝑓 2𝑎 − 𝑡 𝑑𝑡

2𝑎 𝑎 𝑎
Jadi terbukti bahwa 0
𝑓 𝑥 𝑑𝑥 = 0
𝑓 𝑥 𝑑𝑥 + 0
𝑓 2𝑎 − 𝑥 𝑑𝑥 . ∎

2𝑎 𝑎 𝑎
5. Dengan sifat yang ke-4 : 0
𝑓 𝑥 𝑑𝑥 = 0
𝑓 𝑥 𝑑𝑥 + 0
𝑓 2𝑎 − 𝑥 𝑑𝑥. Jika 𝑓 2𝑎 − 𝑥 = 𝑓(𝑥) maka
2𝑎 𝑎 𝑎 𝑎
berakibat bahwa 0
𝑓 𝑥 𝑑𝑥 = 0
𝑓 𝑥 𝑑𝑥 + 0
𝑓 𝑥 𝑑𝑥 = 2 0
𝑓 𝑥 𝑑𝑥. ∎

2𝑎 𝑎 𝑎
6. Dengan sifat yang ke-4 : 0
𝑓 𝑥 𝑑𝑥 = 0
𝑓 𝑥 𝑑𝑥 + 0
𝑓 2𝑎 − 𝑥 𝑑𝑥. Jika 𝑓 2𝑎 − 𝑥 = −𝑓(𝑥) maka
2𝑎 𝑎 𝑎
berakibat bahwa 0
𝑓 𝑥 𝑑𝑥 = 0
𝑓 𝑥 𝑑𝑥 − 0
𝑓 𝑥 𝑑𝑥 = 0. ∎

3
𝑛𝑝 𝑝 2𝑝 𝑛𝑝
7. 0
𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 = 0
𝑓 𝑥 𝑑𝑥 + 𝑝
𝑓 𝑥 𝑑𝑥 + ⋯ + 𝑛−1 𝑝
𝑓 𝑥 𝑑𝑥

Misal : 𝑥 = 𝑡 + 𝑝 → 𝑑𝑥 = 𝑑𝑡

Untuk :𝑥 = 𝑝 → 𝑡 = 0; 𝑥 = 2𝑝 → 𝑡 = 𝑝

Diperoleh:
2𝑝 𝑝 𝑝 𝑝

𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 = 𝑓 𝑡 + 𝑝 𝑑𝑡 = 𝑓 𝑥 + 𝑝 𝑑𝑥 = 𝑓 𝑥 𝑑𝑥
𝑝 0 0 0

Jadi:
𝑛𝑝 𝑝 𝑝 𝑝 𝑝

𝑓 𝑥 𝑑𝑥 = 𝑓 𝑥 𝑑𝑥 + 𝑓 𝑥 𝑑𝑥 + ⋯ + 𝑓 𝑥 𝑑𝑥 = 𝑛 𝑓 𝑥 𝑑𝑥
0 0 0 0 0

𝑎 0 𝑎
8. −𝑎
𝑓 𝑥 𝑑𝑥 = −𝑎
𝑓 𝑥 𝑑𝑥 + 0
𝑓(𝑥) 𝑑𝑥

substusi: 𝑥 = −𝑡 → 𝑑𝑥 = −𝑑𝑡;

Untuk: 𝑥 = −𝑎 → 𝑡 = 𝑎; 𝑥 = 0 → 𝑡 = 0.

Sehingga diperoleh:
0 0 0 𝑎 𝑎

𝑓 𝑥 𝑑𝑥 = 𝑓 −𝑡 (−𝑑𝑡) = − 𝑓 −𝑡 𝑑𝑡 = 𝑓 −𝑡 𝑑𝑡 = 𝑓 −𝑥 𝑑𝑥
−𝑎 𝑎 𝑎 𝑜 0

𝑎 𝑎 𝑎

𝑓 𝑥 𝑑𝑥 = 𝑓 −𝑥 𝑑𝑥 + 𝑓 𝑥 𝑑𝑥 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . (1)
−𝑎 0 0

Diketahui bahwa 𝑓(𝑥) fungsi genap [𝑓 −𝑥 = 𝑓 𝑥 ] ,maka (1) menjadi:


𝑎 𝑎 𝑎 𝑎

𝑓 𝑥 𝑑𝑥 = 𝑓 𝑥 𝑑𝑥 + 𝑓 𝑥 𝑑𝑥 = 2 𝑓 𝑥 𝑑𝑥
−𝑎 0 0 0

9. Jika 𝑓(𝑥) adalah fungsi gasal, [𝑓 −𝑥 = −𝑓 𝑥 ] ,maka (1) menjadi:


𝑎 𝑎 𝑎

𝑓 𝑥 𝑑𝑥 = − 𝑓 𝑥 𝑑𝑥 + 𝑓 𝑥 𝑑𝑥 = 0
−𝑎 0 0

4
Contoh:
𝜋
1. 𝐼 = 0
𝑥 cos 4 𝑥 𝑑𝑥
Penyelesaian:
𝜋

𝐼= (𝜋 − 𝑥) cos 4 (𝜋 − 𝑥) 𝑑𝑥
0
𝜋 𝜋

=𝜋 cos 4 𝑥 𝑑𝑥 − 𝑥 cos 4 𝑥 𝑑𝑥
0 0
𝜋
𝐼=𝜋 0
cos 4 𝑥 𝑑𝑥 − 𝐼 Ingat RUMUS:
𝜋
cos 𝑛−1 𝑥 sin 𝑥 𝑛 − 1
2𝐼 = 𝜋 cos 4 𝑥 𝑑𝑥 cos 𝑛 𝑥 𝑑𝑥 = + cos 𝑛−2 𝑥 𝑑𝑥
𝑛 𝑛
0
𝜋 6𝜋 3𝜋 2
𝐼= =
2 16 16

1.4. Integral Tak Wajar


𝑏
Integral tertentu 𝑎
𝑓 𝑥 𝑑𝑥 disebut sebagai integral tak wajar, jika:

(i). integrand 𝑓 𝑥 mempunyai satu/lebih titik-titik diskontinu pada 𝑎 ≤ 𝑥 ≤ 𝑏, atau :

(ii). sekurang-kurangnya satu batas integrasi tak berhingga.

Integrand Diskontinu

1. Jika 𝒇(𝒙) kontinu pada 𝒂 ≤ 𝒙 < 𝑏 tetapi diskontinu di 𝒙 = 𝒃 , maka :


𝒃 𝒃−𝜺

𝒇(𝒙) 𝒅𝒙 = 𝐥𝐢𝐦+ 𝒇 𝒙 𝒅𝒙
𝜺→𝟎
𝒂 𝒂

kalau limit ini ada.

Integral ini disebut konvergen jika limitnya ada, dan disebut divergen jika limitnya tak ada.
2 4
dx dx
Contoh: Selesaikan a).  4  x2
; b).  4 x
0 0

5
Penyelesaian:

1
a. integrand f ( x )  diskontinu di x = 2.
4  x2

2−𝜀
𝑑𝑥 𝑥 2−𝜀 𝜋
lim+ = lim+ arcsin |2−𝜀
0 = lim+ arcsin − arcsin 0 = arcsin 1 =
𝜀→0 4 − 𝑥 2 𝜀→0 2 𝜀→0 2 2
0

2
dx
Jadi  4  x2

2
.
0

1
b. integrand f ( x )  diskontinu di x = 4.
4x
4 
dx 4 
Lim  = Lim  ln 4  x 0   Lim (ln   ln 4)  (   ln 4)    ln 4  
 0
0
4  x  0  0

4
dx
Jadi  4 x divergen.
0

2. Jika 𝒇(𝒙) kontinu pada 𝒂 < 𝑥 ≤ 𝑏, tetapi diskontinu di 𝒙 = 𝒂, maka:


𝒃 𝒃

𝒇 𝒙 𝒅𝒙 = 𝐥𝐢𝐦+ 𝒇 𝒙 𝒅𝒙
𝜺→𝟎
𝒂 𝒂+𝜺

kalau limit ini ada.


3
dx
Contoh: Selesaikan  x
0

Penyelesaian:

1
Integrand f ( x )  diskontinu di x = 0.
x
3 3
𝑑𝑥 𝑑𝑥
= lim+ = lim+ 2 𝑥 |30+𝜀 = lim+ 2 3 − 2 𝜀 = 2 3
𝑥 𝜀→0 𝑥 𝜀→0 𝜀→0
0 0+𝜀

6
3. Jika 𝒇 𝒙 kontinu untuk semua nilai 𝒙 pada 𝒂 ≤ 𝒙 ≤ 𝒃 , kecuali di 𝒙 = 𝒄 dimana 𝒂 < 𝒄 < 𝑏
maka:
𝒃 𝒄−𝜺 𝒃

𝒇(𝒙) 𝒅𝒙 = 𝐥𝐢𝐦+ 𝒇 𝒙 𝒅𝒙 + 𝒇 𝒙 𝒅𝒙
𝜺→𝟎
𝒂 𝒂 𝒄+𝜺𝟏

kalau limit-limit ini ada.


1
dx
Contoh: Selesaikan  x
1

1
Penyelesaiannya: Integrand f ( x )  hanya diskontinu di x = 0 yang terletak di antara batas-batas
x
integrasi -1 dan 1, maka:
1 0−𝜀 1
𝑑𝑥 1 1
= lim+ 𝑑𝑥 + lim+ 𝑑𝑥 = lim+ ln |𝑥| |−𝜀 1
−1 + lim+ ln |𝑥||𝜀 1
𝑥 𝜀→0 𝑥 𝜀 1 →0 𝑥 𝜀→0 𝜀 1 →0
−1 −1 0+𝜀 1

= lim+ ln 𝜀 − lim+ ln 𝜀1
𝜀→0 𝜀 1 →0

= tak ada
1
dx
Jadi  x
divergen.
1

Batas-batas Integrasi tak terhingga

1. Jika 𝒇(𝒙) kontinu pada 𝒂 ≤ 𝒙 ≤ +∞, maka :


+∞ 𝒖

𝒇 𝒙 𝒅𝒙 = 𝐥𝐢𝐦 𝒇 𝒙 𝒅𝒙
𝒖→+∞
𝟎 𝟎

kalau limit ini ada.



1
Contoh : Selesaikan 9 x 2
dx
0

Penyelesaian:
+∞ 𝑢
1 1 1 𝑥 𝜋
𝑑𝑥 = lim 𝑑𝑥 = lim arctan |𝑢0 =
9 + 𝑥2 𝑢→+∞ 9+𝑥 2 𝑢→+∞ 3 3 6
0 0

7
2. Jika 𝒇(𝒙) kontinu pada −∞ ≤ 𝒙 ≤ 𝒃, maka :
𝒃 𝒃

𝒇 𝒙 𝒅𝒙 = 𝐥𝐢𝐦 𝒇 𝒙 𝒅𝒙
𝒖→−∞
−∞ 𝒖

kalau limit ini ada.


0

e
2x
Contoh: Selesaikan dx


Penyelesaian:
0 0
1 2𝑥 0 1 1
𝑒 2𝑥 𝑑𝑥 = lim 𝑒 2𝑥 𝑑𝑥 = lim 𝑒 |𝑢 = lim (𝑒 0 − 𝑒 𝑢 ) =
𝑢→−∞ 𝑢→−∞ 2 𝑢 →−∞ 2 2
−∞ 𝑢

3. Jika 𝒇 𝒙 kontinu pada −∞ ≤ 𝒙 ≤ +∞, maka:


+∞ 𝒂 𝒖𝟏

𝒇 𝒙 𝒅𝒙 = 𝐥𝐢𝐦 𝒇 𝒙 𝒅𝒙 + 𝐥𝐢𝐦 𝒇 𝒙 𝒅𝒙
𝒖→−∞ 𝒖𝟏 →+∞
−∞ 𝒖 𝒂

kalau limit-limit ini ada.



1
Contoh: Selesaikan  4 x 2
dx


Penyelesaian:
+∞ 0 𝑢1
1 1 1
𝑑𝑥 = lim 𝑑𝑥 + lim 𝑑𝑥
4 + 𝑥2 𝑢→−∞ 4 + 𝑥2 𝑢 1 →+∞ 4 + 𝑥2
−∞ 𝑢 0

1 𝑥 1 𝑥 𝑢
= lim arctg |0𝑢 + lim arctg |0 1
𝑢→−∞ 2 2 𝑢 1 →+∞ 2 2
1 1 𝜋
= lim arctg 0 − arctg 𝑢 + lim arctg 𝑢1 − arctg 0 =
𝑢→−∞ 2 𝑢 1 →+∞ 2 2

8
SOAL-SOAL LATIHAN

Dapatkan nilai integral tertentu berikut:


2 3 2 2 +1
1. 𝐼 = −1
𝑥 𝑑𝑥 16. 𝐼 = 6𝑥𝑒 𝑥 𝑑𝑥
0

3 3𝜋
2. 𝐼 = 2𝑥 − 𝑥 5 𝑑𝑥
2 17. 𝐼 = 0
4 (1 + 𝑡𝑔 𝑥) 𝑠𝑒𝑐 2 𝑥𝑑𝑥

2
3. 𝐼 = (4𝑥 2 − 7𝑥 + 1)𝑑𝑥 2
−2 18. 𝐼 = 0
𝑥 1 + 𝑥 2 𝑑𝑥

8 3 1
4. 𝐼 = ( 𝑥 + 5𝑥 −2 )𝑑𝑥 𝜋
sec 𝑥 𝑡𝑔 𝑥
1 19. 𝐼 = 4
0 8+sec 𝑥
𝑑𝑥
𝑒7
5. 𝐼 = 1 𝑥
𝑑𝑥 9
20. 𝐼 = 1
1 + 𝑥𝑑𝑥
𝜋
6. 𝐼 = 𝜋
4
(2 sec 𝑥 𝑡𝑔 𝑥 + 2 𝑠𝑒𝑐 2 𝑥)𝑑𝑥 21. 𝐼 =
+∞ −𝑥
𝑒 𝑑𝑥
6 0

4 1 +∞ 1
1 22. 𝐼 = 𝑑𝑥
7. 𝐼 = 2
( 2 + 2 𝑥 −2 )𝑑𝑥 1 𝑥3

32 5 +∞ 1
8. 𝐼 = 𝑑𝑥 23. 𝐼 = 𝑑𝑥
1 5 𝑥2 0 𝑎 2 +𝑏 2 𝑥 2

+∞ 1
𝜋 24. 𝐼 = 𝑑𝑥
9. 𝐼 = 0
(sin 𝑥 + 2 𝑒 𝑥 )𝑑𝑥 1 𝑥

1 0 1
4𝑥 25. 𝐼 = 𝑑𝑥
10. 𝐼 = 2
0 2
𝑑𝑥 −∞ (2𝑥−1)3
2−2𝑥

3 1
11. 𝐼 =
4
7𝑥 + 2𝑑𝑥 26. 𝐼 = 0 𝑥−2
𝑑𝑥
0

8 1
2 27. 𝐼 = 𝑑𝑥
12. 𝐼 = 0
𝑥 4 − 𝑥 2 𝑑𝑥 0 3𝑥

3 𝑥 9 1
13. 𝐼 = 𝑑𝑥 28. 𝐼 = 0 9−𝑥
𝑑𝑥
0 𝑥 2 +1

1 4 1
𝑥 29. 𝐼 = 𝑑𝑥
14. 𝐼 = 0 2𝑥 2 +2𝑥
𝑑𝑥 3 𝑥−3 2

𝜋 +∞ 𝑥
1
30. 𝐼 = 𝑑𝑥
15. 𝐼 = 2
0
𝑠𝑖𝑛2 𝑥 cos 𝑥 𝑑𝑥 −∞ 𝑥 2 +2

9
2 LUAS DATARAN

1.1. Pada koordinat siku-siku

Y 𝑦 = 𝑓(𝑥) Pandang 𝑦 = 𝑓(𝑥) kontinu dan non negatif


pada [𝑎, 𝑏]. Interval [𝑎, 𝑏] dibagi menjadi n
𝑏−𝑎
bagian yang sama: = ∆𝑥 dengan titik-titik
𝑛
bagi: 𝑎 = 𝑥0 , 𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑛 = 𝑏. Pada masing-
masing interval bagian dipilih sebuah titik:
𝑦𝑖 = 𝑓(𝑡𝑖 ) 𝑡1 , 𝑡2 , 𝑡3 , … , 𝑡𝑛 dimana 𝑥0 < 𝑡1 < 𝑥1 , 𝑥1 <
𝑡2 < 𝑥2 , . . . , 𝑥𝑖−1 < 𝑡𝑖 < 𝑥𝑖 , … , 𝑥𝑛 −1 < 𝑡𝑛 <
𝑥𝑛 . Ambil sebuah lajur dengan alas ∆𝑥, tinggi
𝑓 𝑡𝑖 . Luas masing-masing lajur adalah
XX 𝑓 𝑡𝑖 ∆𝑥; 𝑖 = 1, 2, 3, … , 𝑛 .
0 𝑎 𝑥𝑖−1 𝑡𝑖 𝑥𝑖 𝑏 X
𝑛

𝑓 𝑡𝑖 ∆𝑥 = jumlah luas 𝑛 buah empat persegi panjang pendekatan.


𝑖=1

Untuk n   atau x  0 , maka luas daerah yang dibatasi oleh kurva y  f (x ) , sumbu x,
garis-garis x = a dan x = b adalah :

𝑛 𝑏 𝑏

𝐿 = lim 𝑓 𝑡𝑖 ∆𝑥 = 𝑓 𝑥 𝑑𝑥 = 𝑦 𝑑𝑥
∆𝑥→0
𝑖=1 𝑎 𝑎

1.2. Pada Koordinat kutub

Luas dataran yang di batasi oleh kurva


B 𝑟 = 𝑓 𝜃 , jari-jari hantar pada 𝜃 = 𝜃1 dan
𝜃 = 𝜃2 diperoleh dengan cara sbb:
P
 AOB dibagi menjadi 𝑛 bagian yang sama,
𝐏(𝒓𝒊 , 𝜽𝒊 ) Q 𝜃2 −𝜃1
∆𝜃 = . Lewat titik-titik bagi ditarik
𝑛
jari-jari hantarnya:
r1 , r2 , r3 ,..., rn1 .(OA  r1 , OB  rn1 )
.
∆𝜽 A
Ambil sebuah juring lingkaran OPQ.

0
10
Busur PQ   PQ  ri  .

1
Luas juring OPQ = (Busur PQ).(OP).
2

1 1 2
= ( ri  )( ri )  ri 
2 2
n
1 2
Sehingga luas juring seluruhnya=  2
ri  .
i 1

Untuk   0 atau n   maka luas yang dicari adalah:

𝑛 𝜃2
1 2 1
𝐿 = lim 𝑟𝑖 ∆𝜃 = 𝑟 2 𝑑𝜃
∆𝜃 →0 2 2
𝑖=1 𝜃1

dimana  XOA   1 ,  XOB   2

Dari penjelasan 2.1 dan 2.2 dapat dibuat ringkasan sebagai berikut:

1. Luas dataran yang dibatasi oleh kurva 𝑦 = 𝑓 𝑥 > 0, sumbu x, garis x = a dan x = b.

Y PQRS = dL
R C
S 𝒚 = 𝒇(𝒙) > 0 Elemen Luas dL  ydx
D
Luas ABCD adalah :
y dL

𝑳= 𝒚 𝒅𝒙
𝒂
0 A P Q B
dx X
2. Luas dataran yang dibatasi oleh kurva 𝑦 = 𝑓 𝑥 < 0, sumbu x, garis x = a dan x = b.

a dx b X Karena y < 0, maka elemen luas


dL   ydx .
dL
Luasnya adalah
𝒚 = 𝒇(𝒙) < 0
𝒃
y
𝑳=− 𝒚 𝒅𝒙
𝒂

11
Y
3. Luas dataran yang dibatasi oleh kurva 𝑦1 = 𝑓1 𝑥 , 𝑦2 = 𝑓2 𝑥 sumbu x, garis x = a
dan x = b.
Y Elemen luas dL  ( y1  y 2 ) dx

Luasnya adalah
𝒚 = 𝒇𝟏 (𝒙)
𝑏
𝒚𝟏 − 𝒚𝟐
𝒚 = 𝒇𝟐 (𝒙) 𝐿= 𝑦1 − 𝑦2 𝑑𝑥
𝑎
X
a b

4. Luas daerah persekutuan yang dibentuk oleh 𝑦1 = 𝑓1 𝑥 dan 𝑦2 = 𝑓2 𝑥

Y Absis-absis titik potong dari 𝑦1 = 𝑓1 𝑥 dan


𝑦2 = 𝑓2 𝑥 adalah 𝑎 dan 𝑏.
𝒚 = 𝒇𝟏 (𝒙)

Elemen luas dL  ( y1  y 2 ) dx , sedangkan


𝒚 = 𝒇𝟐 (𝒙) luasnya adalah
𝑏

𝐿= 𝑦1 − 𝑦2 𝑑𝑥
X 𝑎
a b

5. Luas dataran yang dibatasi oleh kurva 𝑥 = 𝑓 𝑦 > 0, sumbu 𝑦, garis 𝑦 = 𝑐 dan 𝑦 = 𝑑

Y Elemen luas: dL  xdy sehingga luasnya


d adalah
𝒙 = 𝒇(𝒚) > 𝑜
x 𝑑
dx 𝐿= 𝑥 𝑑𝑦
dL 𝑐

c
X
0

12
6. Luas dataran yang dibatasi oleh kurva bentuk kutub 𝑟 = 𝑓 𝜃 , jari-jari hantar pada
𝜃 = 𝜃1 dan 𝜃 = 𝜃2

XOA   1 , XOB   2 , POQ  d ,


B 𝒓 = 𝒇(𝜽) OP = 𝑟,  PQ  rd  .

P Elemen luas OPQ = dL.


Q 1 1
dL  ( PQ ).OP  r 2 d , sehingga luas
2 2
OAB,
∆𝜽 𝜃2
A 1
𝐿= 𝑟 2 𝑑𝜃
2
𝜃1

Contoh:

1. Dapatkan luas daerah yang dibatasi oleh y  x 2 , sumbu x dan garis x = 2.


Penyelesaian: Y
b 2
1 1 8
L  ydx =  x 2 dx  x 3 02  ( 2 3  0 3 )  𝒚 = 𝒙𝟐
a 0
3 3 3

X
0 2

2. Dapatkan luas daerah persekutuan yang dibentuk oleh garis lurus y = 1 dan y  x 2
Penyelesaian:
Y
𝑦 = 𝑥2 2
titik potong: 𝑥 = 1 → 𝑥1 = −1, 𝑥2 = 1
𝑦=1 𝒚 = 𝒙𝟐

1 1 Y=1
 1 3
b
4
L   ( y1  y 2 ) dx =  (1  x ) dx   x  x  
2

a 1  3  1 3

X
-1 0 1

13
3. Dapatkan luasan keping kardioida r  1 cos  .
Penyelesaian:
1
Bagian atas : L  L1 ,
2
 1  0,  2  
 
1 2 2
2 1 0
L1  r d


1 1 3
L L1  2.  1  cos   d  
2

2 20 2

SOAL LATIHAN
Dapatkan luas daerah yang dibatasi oleh kurva-kurva dan sertai gambarnya:

1. 𝑦 = 𝑥 2 , 𝑦 = 0, 𝑥 = 1, 𝑑𝑎𝑛 𝑥 = 3 11. 𝑥 = (𝑦 − 2)2 𝑑𝑎𝑛 𝑦 = 4 − 𝑥

2. 𝑦 = 4 − 2𝑥 2 𝑑𝑎𝑛 𝑦 = 0 12. 𝑦 = (𝑥 − 1)2 𝑑𝑎𝑛 𝑦 = 3 − 𝑥

3. 𝑦 = −8 + 2𝑥 2 𝑑𝑎𝑛 𝑦 = 0 13. 𝑦 = 𝑥 2 − 4, 𝑦 = 0 𝑑𝑎𝑛 𝑥 = 3

4. 𝑦 = 𝑥 2 𝑑𝑎𝑛 𝑦 = 2𝑥 + 2 14. 𝑦 = 𝑥 3 𝑑𝑎𝑛 𝑦 = 2𝑥 2

5. 𝑦 = 𝑥 2 − 4𝑥 + 4, 𝑥 = 0 𝑑𝑎𝑛 𝑦 = 0 15. 𝑦 = 𝑥 3 𝑑𝑎𝑛 𝑦 = 𝑥

6. 𝑦 = 2𝑥 + 4, 𝑦 = 6 − 2𝑥 𝑑𝑎𝑛 𝑥 = 3 16. 𝑦 = 𝑥 𝑑𝑎𝑛 𝑦 = 𝑥 2

7. 𝑦 = 3 − 2𝑥 2 , 𝑦 = 1 − 2𝑥, 𝑥 = 1, dan 17. 𝑦 = ln 𝑥 , 𝑦 = 1 𝑑𝑎𝑛 𝑥 = 1


𝑥=0
18. 𝑦 = 4𝑥 4 𝑑𝑎𝑛 𝑦 = 𝑥 2
8. 𝑦 = 2𝑥 2 𝑑𝑎𝑛 𝑦 = 2 − 𝑥
19. 𝑦 2 = 12𝑥 𝑑𝑎𝑛 𝑥 2 = 12𝑦
9. 𝑥 = 𝑦 2 𝑑𝑎𝑛 𝑥 = 1
1
20. 𝑦 = 3𝑥 2 𝑑𝑎𝑛 𝑦 − 1 = 4 𝑥
10. 2𝑥 + 1 = (𝑦 − 1)2 𝑑𝑎𝑛 𝑥 = 0

14
3 ISI BENDA PUTAR

6.1 Pada Koordinat Siku-siku.

𝒚 = 𝒇(𝒙)
∆𝒙

a 𝒚𝒊 b X

Dataran yang dibatasi oleh y  f (x ) , sumbu x, garis-garis x = a dan x = b; diputar pada


sumbu x (di putar penuh mengelilingi sumbu x), maka terjadi isi benda putar tersebut
diperoleh sbb:

ba
Interval [a,b] dibagi menjadi n bagian yang sama,  x . Empat persegi panjang kecil
n
dengan panjang x dan lebar yi setelah di putar pada sumbu x menghasilkan tabung kecil
dengan jari-jari yi dan tinggi x dengan isi V  yi 2 x . Untuk x  0 atau n   maka
didapat isi benda putar yang terjadi adalah:

𝑛 −1 𝑏

𝑉 = lim 𝜋𝑦𝑖2 ∆𝑥 =𝜋 𝑦 2 𝑑𝑥
∆𝑥→0
𝑖=1 𝑎

15
6.2 Pada Koordinat Kutub.

Dataran yang dibatasi oleh kurva r  f ( )


, jari-jari hantar pada    1 dan    2
𝒓 = 𝒇(𝜽) R
Q diputar pada sumbu OX.  XOA   1 ,
𝐏(𝒓𝒊 , 𝜽𝒊 ) P  XOB   2 .  XOB dibagi menjadi n
  1
bagian yang sama, 2   .
n

Pada juring OPR diambil titik Q yang


A terletak pada OR sehingga OQ = OP.
𝜽𝟐  POQ  Q; OP  ri maka  PQ  ri Q
Jika busur PQ (  PQ ) diputar pada
0 X
𝜽𝟏 sumbu OX maka mendekati luas kulit
tabung dengan jari-jari yi dan tinggi PQ.

Luas kulit tabung kecil ini adalah:

Luas 𝑃𝑄 = 2𝜋𝑦𝑖 . 𝑃𝑄 = 2𝜋𝑦𝑖 . 𝑟𝑖 . ∆𝜃.

Isi (OPQ )  Isi kerucut dengan luas bidang alasnya luas (PQ ) dengan tinggi ri .

1 1
Isi (OPQ )  Luas ( PQ ).ri  ( 2yi ri  ).ri , karena yi  ri sin  maka:
3 3

1 2
Isi (OPQ )  ( 2 ri sin  ri  ).ri   ri 3 sin  . . Jadi isi benda putar adalah:
3 3

𝜃2
2
𝑉= 𝜋 𝑟 3 sin 𝜃 𝑑𝜃
3
𝜃1

Ringkasnya adalah sebagai berikut:

1. Isi benda putar yang terjadi jika keping datar yang dibatasi oleh 𝑦 = 𝑓(𝑥), sb. x, garis-garis
x = a dan x = b, diputar pada sumbu x.

Y C Elemen Isi dV berupa isi tabung kecil dengan jari-jari y

dan tinggi dx adalah dV  y 2 dx , sedemikian hingga isi


D y

dx X benda putar adalah 𝑏

𝑉=𝜋 𝑦 2 𝑑𝑥
a 𝑎
b

16
2. Isi benda putar yang terjadi jika keping datar ABCD seperti no. 1 diputar pada sumbu 𝑦

Y Elemen isi berupa isi tebalnya pipa dengan jari-


y=f(x)
jari = 𝑥, tebal = 𝑑𝑥, tinggi = y.

Elemen isi: dV  2 x y dx sedemikian hingga


x
isi benda putar adalah:

a dx b X 𝑏

𝑉 = 2𝜋 𝑥𝑦 𝑑𝑥
𝑎

3. Isi benda putar yang terjadi jika keping datar yang dibatasi oleh 𝑦1 = 𝑓1 (𝑥) dan 𝑦2 = 𝑓2 (𝑥)
garis-garis x = a dan x = b, diputar pada sumbu x.

Elemen Isi: dV   ( y1  y 2 )dx sedemikian


2 2
Y
𝒚𝟏 = 𝒇𝟏 (𝒙)

hingga isi benda putar adalah:

𝑉=𝜋 𝑦12 − 𝑦22 𝑑𝑥


𝒚𝟐 = 𝒇𝟐 (𝒙)
𝑎
a b
X

4. Isi benda putar yang terjadi jika keping datar seperti no.3 di atas diputar pada sumbu 𝑦

Elemen isi: dV  2x ( y1  y 2 ) dx sedemikian hingga isi benda putar adalah:

𝑉 = 2𝜋 𝑥 𝑦1 − 𝑦2 𝑑𝑥
𝑎

5. Isi benda putar yang terjadi jika keping datar yang dibatasi oleh 𝑥 = 𝑓(𝑦), sumbu y, garis-
garis y = c dan y = d.

Y Elemen Isi: dV  x 2 dy sedemikian hingga:


𝒙 = 𝒇(𝒚)
𝑑

𝑉=𝜋 𝑥 2 𝑑𝑦
𝑐
d

c
17
6. Isi benda putar pada koordinat kutub

2
Y Elemen Isi: dV  r 3 sin  d sedemikian
a 3
𝒓 = 𝒇(𝜽)
hingga isi benda putar adalah:
b
𝜃2
𝜽𝟐 2
𝑉= 𝜋 𝑟 3 sin 𝜃 𝑑𝜃
𝜽𝟏
3
𝜃1
X

Contoh:

1. Dapatkan isi benda putar yang terjadi jika keping setengah lingkaran x  y  a yang
2 2 2

berada di atas sumbu x, diputar pada sumbu x.

Penyelesaian:

a a

V   y dx    (a  x )dx
2 2 2

a a

1 3 4 3
V   (a 2 x  x ) a
a  a
-a a X 3 3
0

(isi bola).

2. Dapatkan isi benda putar yang terjadi jika dataran yang dibatasi oleh y  x 2 , garis-garis x = 0
dan y = 9 diputar pada sb. y. Penyelesaian:
Y 𝒚 = 𝒙𝟐 b

V    x 2 dy
a
9
1 81
V    ydx   ( y 2 ) 90  
0
2 2

x
3. Dapatkan isi benda putar yang terjadi jika dataran yang dibatasi oleh y  4 x  x 2 dan y  x ,
diputar pada sumbu x. Penyelesaian:
Y

𝒚 = 𝟒𝒙 − 𝒙𝟐 𝒚=𝒙

18 3 x
y  4 x  x 2 , y  x maka titik potongnya adalah 4 x  x 2  x  x 2  3 x  0

x ( x  3)  0  x1  0, x 2  3

Sedemikian hingga:

b 3 3
108
V    ( y1  y 2 ) dx    [( 4 x  x 2 ) 2  x 2 ]dx  V    ( x 4  8 x 3  15 x 2 )dx  
2 2

a 0 0
5

4. Dapatkan isi benda putar yang terjadi jika dataran yang dibatasi oleh y  sin x , sumbu x, di
antara x = 0 s/d x   diputar pada sumbu y. Penyelesaian:
Y
b 
𝒚 = 𝒔𝒊𝒏(𝒙) V  2  xydx  2  x sin xdx
a 0
x
 2 (  x cos x  sin x ) 0  2 2

5. Dapatkan isi benda putar yang terjadi jika dataran yang dibatasi oleh y  x 3 , sumbu y dan
garis-garis y = 1 di putar pada garis x = 2. Penyelesaian:

Y 𝒚 = 𝒙𝟑 Elemen Isi: dV  2 (2  x)(1  x 3 )dx

sedangkan untuk isi benda putar:


(𝟐 − 𝒙)

1
12
V  2  ( 2  x )(1  x 3 ) dx  
0
5
2 X

6. Dapatkan isi benda putar yang terjadi jika dataran yang dibatasi kardioida r  a (1  cos  ) ,
diputar pada sumbu kutub. Penyelesaian:

Batas-batas integrasi dari  1  0 s/d  2   .


2 2 3
V    r sin d
3 1

2 8
V    a 1  cos   sin d  
3

3 0 3

19
SOAL LATIHAN
Dapatkan volume benda putar yang terjadi jika keping datar yang di batasi oleh:
(sertai gambar)

1. 𝑦 = 𝑥, 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑥, 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑥 = 1 𝑑𝑎𝑛 𝑥 = 2 𝑑𝑖𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑕𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑥.

2. 𝑦 = 2𝑥 2 , 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑥, 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑥 = 0 𝑑𝑎𝑛 𝑥 = 2 𝑑𝑖𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑕𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑥.

3. 𝑦 = 𝑥, 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑦, 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑦 = 2 𝑑𝑖𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑕𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑦.

1
4. 𝑦 = 3 𝑥, 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑥, 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑥 = 9 𝑑𝑖𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑕𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑥.

1
5. 𝑦 = 𝑥 , 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑦 = 1 𝑑𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑦 = 2 𝑑𝑖𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑕𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑦.

6. 𝑦 = 2𝑥 − 𝑥 2 , 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑦 = 0 𝑑𝑖𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑕𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑥.

7. 𝑦 = 2𝑥 𝑑𝑎𝑛 𝑦 = 𝑥 2 𝑑𝑖𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑕𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑥.

8. 𝑦 = 𝑥 𝑑𝑎𝑛 𝑦 = 2𝑥 2 𝑑𝑖𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑕𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑥.

9. 𝑦 = 𝑥 𝑑𝑎𝑛 𝑦 = 𝑥 2 𝑑𝑖𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑕𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑦.

10. 𝑦 = 2𝑥 𝑑𝑎𝑛 𝑦 = 𝑥 𝑑𝑖𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑕𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑦.

𝑥2
11. + 𝑦 = 1 𝑑𝑖𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑕𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑥.
9

𝑥2
12. + 𝑦 = 1 𝑑𝑖𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑕𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑦.
9

13. 𝑦 2 = 8𝑥 3 , 𝑦 = −1 𝑑𝑎𝑛 𝑥 = 2 (𝑑𝑖 𝑘𝑤𝑎𝑑𝑟𝑎𝑛 𝐼) 𝑑𝑖𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑕𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑥.

14. 𝑦 2 = 8𝑥 3 , 𝑦 = −1 𝑑𝑎𝑛 𝑥 = 2 (𝑑𝑖 𝑘𝑤𝑎𝑑𝑟𝑎𝑛 𝐼) 𝑑𝑖𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑕𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑥.

15. 𝑦 = 𝑥, 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑥, 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑦 = 5 𝑑𝑖𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑕𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑦.

16. 𝑦 = sin 𝑥 , 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑥 (0 ≤ 𝑥 ≤ 𝜋) 𝑑𝑖𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑕𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑦.

17. 𝑦 = 2𝑥 − 𝑥 2 , 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑥 𝑑𝑖𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑕𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑦.

18. 𝑦 = 𝑥 4 𝑑𝑎𝑛 𝑦 = 2𝑥 𝑑𝑖𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑕𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑦.

19. 𝑦 = 6 − 3𝑥 𝑑𝑎𝑛 𝑦 = 4 − 2𝑥 2 𝑑𝑖𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑕𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑦.


1 1
20. 𝑦 = 2 − 2 𝑥, 𝑥 = 1, 𝑦 = 4 𝑑𝑖𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑕𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑦.

20
4 PANJANG BUSUR

4.1 Pada Koordinat Siku-siku.

1. Panjang busur AB dari garis lengkung 𝑦 = 𝑓(𝑥) diantara batas-batas 𝑥 = 𝑎 s/d 𝑥 = 𝑏.

Elemen panjang busur :


y
B 𝑑𝑦 2
𝑑𝑠 = 1+ 𝑑𝑥
𝑑𝑥
y=f(x) Panjang busur AB:
A
𝑏
2
𝑑𝑦
𝑠= 1+ 𝑑𝑥
𝑑𝑥
𝑎
a b x

2. Panjang busur CD dari garis lengkung 𝑥 = 𝑓(𝑦) diantara batas-batas y = c s/d y = d.

Elemen panjang busur:


y
𝑑𝑥 2
d D 𝑑𝑠 = 1+ 𝑑𝑦
𝑑𝑦

x=f(y) Panjang busur CD:

c C 𝑑
2
𝑑𝑥
𝑠= 1+ 𝑑𝑦
x 𝑑𝑦
𝑐

𝑥 = 𝑓(𝑡)
3. Panjang busur AB dari garis lengkung dengan persamaan parametrik , dimana
𝑦 = 𝑔(𝑡)
𝐴(𝑡 = 𝑡1 ) dan 𝐵(𝑡 = 𝑡2 )
Elemen panjang busur:
y=g(t)
2 2
y x=f(t)  dx   dy 
ds       dt
A  dt   dt 

Panjang busur AB adalah:


𝑡2
2 2
B 𝑑𝑥 𝑑𝑦
𝑠= + 𝑑𝑡
𝑑𝑡 𝑑𝑡
x 𝑡1

21
4.2 Pada Koordinat Kutub.

4. Panjang busur AB dari garis lengkung 𝑟 = 𝑓(𝜃) diantara jari-jari hantar 𝜃 = 𝜃1 s/d 𝜃 = 𝜃2

Elemen panjang busur :


A
𝒓 = 𝒇(𝜽)
2
𝑑𝑟
𝑑𝑠 = 𝑟2 + 𝑑𝜃
B 𝑑𝜃

Panjang busur AB adalah :


𝜽𝟐

𝜽𝟏 𝜃2
2
𝑑𝑟
𝑠= 𝑟2 + 𝑑𝜃
𝑑𝜃
𝜃1

Contoh:
3

1. Dapatkan panjang busur y  x 2 dari x = 0 s/d x = 5.

Penyelesaian:

1 2
3  dy  9
y '  x 2 ; ds  1    dx  1  x dx
2  dx  4

b 5 3
9 8 9 335
s   ds   1  x dx  (1  x ) 2 50 
a 0
4 27 4 27

2 2 2

2. Dapatkan keliling asteroida x  y  a 3 . 3 3

Penyelesaian:

(0,a)
1 1

y'  y x 3 ;
3

(a,0)
a a 1 1
(-a,0) 
s  4  1   y ' dx  4  a x 3 dx  6 a
2 3

0 0

(0,-a)

x  a (t sin t )
3. Dapatkan panjang suatu busur sikloida: y  a (1cos t )

Penyelesaian:

22
dx dy
 a (1  cos t ),  a sin t
dt dt

Batas-batas didapat dari y = 0;

(1  cos t )  0  cos t  1  t1  0, t 2  2

𝟐𝝅𝒂 sedemikian hingga untuk:


2 2 2
 dx   dy 
S       dt
 dt   dt 
0
2

  a 2 (1  cos t ) 2  a 2 sin 2 t dt  8a
0

4. Dapatkan keliling kardioida r  a (1  cos  ) .

Penyelesaian:

dr
  a sin  ;
𝑟 = 𝑎(1 + cos 𝜃) d
 2
 dr 
s  2 r 
2
 d
0  d 

x  2  a 2 (1  cos  ) 2  a 2 sin 2  d  8a
0

23
SOAL LATIHAN

Dapatkan suatu busur dari kurva berikut pada interval yang diberikan:

1
1. 𝑦 = 3 − 2 𝑥 pada [0,6]

3
2. 𝑦 = 3𝑥 2 − 1 dari 𝑥 = 0 ke 𝑥 = 1

𝑥4 1
3. 𝑦 = + 8𝑥 2 pada [1,2]
4

𝑥4 1
4. 𝑦 = 16 + 2𝑥 2 dari 𝑥 = 2 ke 𝑥 = 3

5. 𝑦 = cosh 𝑥 pada [0,1]

6. 24𝑥𝑦 = 𝑦 4 + 48 dari 𝑥 = 2 ke 𝑥 = 4
3
17
7. 𝑦 = 2 𝑥 − 1 2 pada [1, 9 ]

1 1
8. 𝑥 = 8 (𝑦 4 + 4 𝑦 −2 ) dari y= 1 ke y= 4

1
𝑥 = 3 𝑡3 − 𝑡
9. dari 𝑡 = 0 ke 𝑡 = 3
𝑦 = 𝑡2 + 2

𝑥 = 𝑒 𝑡 cos 𝑡
10. dari 𝑡 = 0 ke 𝑡 = 𝑙𝑛 𝜋
𝑦 = 𝑒 2 sin 𝑡

24
5 LUAS KULIT BENDA PUTAR

5.1. Pada Koordinat Siku-siku.

1. Luas kulit benda putar yang terjadi jika busur AB dari kurva 𝑦 = 𝑓(𝑥) diputar pada sumbu x.

𝑑𝑠 = 1 + 𝑦′ 2 𝑑𝑥

Y Busur PQ = ds diputar pada sumbu x


𝒚 = 𝒇(𝒙)
menghasilkan elemen luas kulit yang berupa
B
selimut kerucut terpancung kecil dengan
Q apotema = ds dan garis jajar tengah = y.
d
p
A
b
a X Maka Elemen luas kulit: dK  2yds ,

Luas kulit benda putar:

𝑏 𝑏

𝐾 = 2𝜋 𝑦 𝑑𝑠 = 2𝜋 𝑦 1 + 𝑦′ 2 𝑑𝑥
𝑎 𝑎

2. Luas kulit benda putar yang terjadi jika busur CD dari kurva 𝑥 = 𝑓(𝑦) diputar pada sumbu y.

𝑑𝑥 2
𝑥 = 𝑓(𝑦) 𝑑𝑠 = 1+ 𝑑𝑦
Y 𝑑𝑦

d 𝒚 = 𝒇(𝒙)
Elemen luas kulit: 𝑑𝐾 = 2𝜋𝑥𝑑𝑠
D

Luas kulit benda putar:

𝑑 𝑑 2
c 𝑑𝑥
C 𝐾 = 2𝜋 𝑥 𝑑𝑠 = 2𝜋 𝑥 1+ 𝑑𝑦
𝑑𝑦
𝑐 𝑐

25
𝑥 = 𝑓(𝑡)
3. Untuk kurva dengan persamaan parametrik:
𝑦 = 𝑔(𝑡)

Y Elemen panjang busur:


𝑨(𝒕 = 𝒕𝟏 )
𝑑𝑥 2 𝑑𝑦 2
𝑑𝑠 = + 𝑑𝑡
𝑑𝑡 𝑑𝑡

𝑩(𝒕 = 𝒕𝟐 )
X

Jika busur AB diputar pada:

a. Sumbu X Elemen luas kulit: 𝑑𝐾 = 2𝜋𝑦𝑑𝑠, maka luas kulit benda putarnya adalah:

𝑡2
2 2
𝑑𝑥 𝑑𝑦
𝐾 = 2𝜋 𝑦 + 𝑑𝑡
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑡1

b. Sumbu YElemen luas kulit: 𝑑𝐾 = 2𝜋𝑥𝑑𝑠, maka luas kulit benda putarnya adalah:

𝑡2
2 2
𝑑𝑥 𝑑𝑦
𝐾 = 2𝜋 𝑥 + 𝑑𝑡
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑡1

5.2. Pada Koordinat Kutub.

4. Untuk kurva dengan persamaan bentuk kutub 𝑟 = 𝑓 𝜃

2
l 𝑑𝑟
𝑟 = 𝑓 𝜃 → 𝑑𝑠 = 𝑟2 +
A 𝑑𝜃
𝒓 = 𝒇(𝜽)
𝑥 = 𝑟 cos 𝜃
B 𝑦 = 𝑟 sin 𝜃

𝜽𝟐

𝜽𝟏
X
O

26
Jika busur AB diputar pada :
a. Sumbu kutub (OX):
𝜃2 𝜃2
2
𝑑𝑟
𝐾 = 2𝜋 𝑦𝑑𝑠 = 2𝜋 𝑟 sin 𝜃 𝑟2 + 𝑑𝜃
𝑑𝜃
𝜃1 𝜃1

b. Garis l tegak lurus OX:


𝜃2 𝜃2
2
𝑑𝑟
𝐾 = 2𝜋 𝑥𝑑𝑠 = 2𝜋 𝑟 cos 𝜃 𝑟 2 + 𝑑𝜃
𝑑𝜃
𝜃1 𝜃1

Contoh:

1. Dapatkan luas kulit benda putar yang terjadi jika busur 𝑦 = 2 𝑥 dari x = 0 s/d x = 3 diputar
pada sumbu x.

Penyelesaian:

dy 1
Y y2 x  y' 
dx x

b
𝒚=𝟐 𝒙 K  2  y 1  ( y ' ) 2 dx
a

3
1
3 X K  2  2 x 1  dx
0
x
3
56
K  4  x  1dx  
0
3

2. Dapatkan luas kulit benda putar yang terjadi jika satu busur sikloida: 𝑥 = 𝑎 𝑡 − sin 𝑡 ,
𝑦 = 𝑎 1 − cos 𝑡 diputar pada: a). sumbu x, b). garis 𝑥 = 𝜋𝑎 .

Penyelesaian:
Y
2 2
 dx   dy  1
dS       dt  2 a sin tdt ,
 dt   dt  2
2a
𝑡2
a) 𝐾 = 2𝜋 𝑡1
𝑦 𝑑𝑠
(𝝅𝒂 − 𝒙)

2𝜋 1 64
X = 2𝜋 0
𝑎 1 − cos 𝑡 2𝑎 sin 2 𝑡 𝑑𝑡 = 𝜋𝑎2
𝝅𝒂 2𝜋𝑎 3

27
b). jarak ds sampai dengan sumbu putar adalah  a  x , maka:

2a 
1 4
K  2  (a  x )ds  2  a  a t  sin t .2 a sin tdt  8a 2 (  )
0 0
2 3

3. Dapatkan luas kulit benda putar yang terjadi jika setengah (bagian atas) dari kardioida
r  a (1  cos  ) diputar pada sumbu kutub (OX).

Penyelesaian:

𝑑𝑠 = 𝑎 2. 1 + cos 𝜃 𝑑𝜃; 𝑦 = 𝑟 sin 𝜃

𝜋 𝜋
32 2
𝐾 = 2𝜋 𝑦 𝑑𝑠 = 2𝜋 𝑎 1 + cos 𝜃 sin 𝜃. 𝑎 2. 1 + cos 𝜃 𝑑𝜃 = 𝜋𝑎
5
0 0

28
SOAL LATIHAN

Dapatkan luas kulit benda putar yang terjadi jika:


1
1 1
1. Kurva 𝑦 = 1 − 𝑥 2 2 dari 𝑥 = − 2 ke 𝑥 = 2 yang di putar pada sumbu x.

𝑥3 1
2. Kurva 𝑦 = + dari 𝑥 = 1 ke 𝑥 = 2 yang di putar pada sumbu x
3 4𝑥

1
3. Kurva 𝑦 = 3 − 2 𝑥 dari 𝑥 = 0 ke 𝑥 = 6 yang di putar pada sumbu x

3 1
4. Kurva 𝑦 = 1 − 𝑥 dari 𝑥 = 2 ke 𝑥 = 1 yang di putar pada sumbu x

5. Kurva 𝑦 = cosh 𝑥 dari 𝑥 = 0 ke 𝑥 = 1 yang di putar pada sumbu x

6. Kurva 𝑦 = 4 − 𝑥 2 dari 𝑥 = −1 ke 𝑥 = 1 yang di putar pada sumbu x

7. Kurva 𝑥 = 𝑦 3 dari 𝑦 = 0 ke 𝑦 = 1 yang di putar pada sumbu y

8. Kurva 𝑥 = 9𝑦 + 1 dari 𝑥 = 0 ke 𝑥 = 2 yang di putar pada sumbu y

9. Kurva 𝑥 = 𝑦 − 11 dari 𝑥 = 0 ke 𝑥 = 2 yang di putar pada sumbu y


3
10. Kurva 𝑦 = 3𝑥 dari 𝑥 = 0 ke 𝑥 = 2 yang di putar pada sumbu y

29
6 TITIK BERAT

6.1 Titik berat dari n buah titik massa

Ada 𝑛 buah titik massa : 𝑚1 , 𝑚2 , … , 𝑚𝑛 ; masing-masing berada di


𝑥1 , 𝑦1 , 𝑥2 , 𝑦2 , … , 𝑥𝑛 , 𝑦𝑛 .

𝒚𝒏 𝒎𝒏𝟐
𝒙𝒏

𝒚𝟐 𝒎𝟐
𝒙𝟐

𝒚𝟏 𝒎𝟏 𝒚𝒏
𝒙𝟏
𝒚𝟐
𝒚𝟏
x
𝒙𝟏 𝒙𝟐 𝒙𝒏

𝑛
Jumlah seluruh massa : 𝑀 = 𝑚1 + 𝑚2 + ⋯ + 𝑚𝑛 = 𝑖=1 𝑚𝑖 ……………………..(1)

Jumlah seluruh momen statis terhadap sumbu x adalah:


n
M x  y1m1  y 2 m2  ...  y n mn   yi mi …..……………………………………...(2)
i 1

Jumlah seluruh momen statis terhadap sumbu y adalah:


n
M y  x1 m1  x 2 m 2  ...  x n m n   xi mi …………………………………………….(3)
i 1

Titik Z ( x, y ) yang bersifat xM  M y dan yM  M x disebut titik berat dari sistem itu.

𝑀𝑦
𝑥 𝑀 = 𝑀𝑦  𝑥 =
𝑀
𝑀𝑥
𝑦𝑀 = 𝑀𝑥  𝑦 =
𝑀

30
6.2 Titik berat Keping datar homogin.
Keping datar homogin adalah keping datar yang

mempunyai rapat massa (padat massa, density)

yang konstan, artinya massa persatuan luas

adalah sama. Perhatikan bahwa titik berat


y Z
keping empat persegi panjang homogin berada

dititik potong kedua diagonalnya, berarti


1
𝑦
2 setengah tinggi dari alas.

1. Titik berat keping datar homogin yang dibatasi oleh kurva 𝑦 = 𝑓 𝑥 , sumbu x, garis-
garis 𝑥 = 𝑎 dan 𝑥 = 𝑏.

Keping ABCD dibatasi kurva 𝑦 = 𝑓 𝑥 ,


y
C sumbu x, garis-garis 𝑥 = 𝑎 dan 𝑥 = 𝑏.
S R y=f(x)
Density =  (konstan). PQRS = elemen luas.
D dL = y dx. Elemen massa dM =  dL=  y dx.
x y Massa keping ABCD :
A B
P Q
𝑏 𝑏
a b x
𝑀= 𝑑𝑀 = 𝛿 𝑦 𝑑𝑥
𝑎 𝑎

1 1
Momen Statis dari dM terhadap sumbu x adalah: 𝑑𝑀𝑥 = 2 𝑦 𝑑𝑀 = 2 𝛿𝑦 2 𝑑𝑥

Maka momen statis dari M terhadap sumbu x :


𝑏 𝑏
1
𝑀𝑥 = 𝑑𝑀𝑥 = 𝛿 𝑦 2 𝑑𝑥
2
𝑎 𝑎

Momen Statis dari dM terhadap sumbu y adalah: 𝑑𝑀𝑦 = 𝑥𝑑𝑀 = 𝛿𝑥𝑦 𝑑𝑥.

Maka momen statis dari M terhadap sumbu y adalah


𝑏 𝑏

𝑀𝑦 = 𝑑𝑀𝑦 = 𝛿 𝑥𝑦 𝑑𝑥
𝑎 𝑎

Jadi: 𝑏 1 𝑏 2
𝑥𝑦 𝑑𝑥 𝑦 𝑑𝑥
𝑦=2
𝑎 𝑎
𝑥= 𝑏 ; 𝑏
𝑎
𝑦 𝑑𝑥 𝑎
𝑦 𝑑𝑥

31
2. Titik berat keping datar homogin yang dibatasi oleh kurva-kurva 𝑦1 = 𝑓1 𝑥 , 𝑦2 = 𝑓2 𝑥
garis-garis x = a dan x = b adalah 𝑍 𝑥 , 𝑦 , dimana:

 x( y 1  y 2 ) dx
y 𝒚𝟏 = 𝒇𝟏 (𝒙)
x a
b

(y 1  y 2 ) dx
a
Z(x,y) b
1
 ( y1  y 2 ) dx
2 2

2a
y b
𝒚𝟐 = 𝒇𝟐 (𝒙)
x (y 1  y 2 ) dx
a
a b

6.3 Dalil Guldin I.

Jika suatu luasan (keping) datar diputar penuh pada sumbu (garis) yang sebidang dengan
luasan itu dan tidak memotong luasan itu, maka isi benda putar yang terjadi sama dengan
luasan dataran itu kali lintasan titik beratnya.

y C Jadi, jika L = luasan dataran,


y=f(x)
Z ( x, y ) = titik berat L, sumbu x = sumbu
D Z(x,y) putar, V = isi benda putar, maka:

y
A B 𝑉 = 2𝜋𝑦 𝐿
x
a b

Bukti:

𝑏 1 𝑏 2 𝑏
𝑦 𝑑𝑥
𝑦 2 𝑑𝑥 = 2𝜋. 2
𝑎
𝑉=𝜋 𝑏 . 𝑦 𝑑𝑥
𝑎 𝑎
𝑦 𝑑𝑥 𝑎

𝑉 = 2𝜋. 𝑦. 𝐿

32
Secara umum sbb:

Keping datar luasnya L dengan titik berat


L
Z(x,y) Z ( x, y ) diputar penuh pada garis g
dengan persamaan ax  by  c  0 yang
g
D
ax+by+c=0
tidak memotong L, maka isi benda putar
yang terjadi adalah:

𝑉 = 2𝜋. 𝑍𝐷 . 𝐿

dimana ZD adalah jarak dari titik berat Z ( x, y ) ke garis g: ax  by  c  0 adalah:

𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 + 𝑐
𝑍𝐷 =
𝑎2 + 𝑏 2

Contoh-contoh:

1. Dapatkan titik berat dataran yang dibatasi oleh y = x dan y  x 2 , sumbu x dan garis x = 3.
Penyelesaian:

b 3

 xydx  x.x dx 1 4 81
3
3
y x 0
𝒚=𝒙 𝟐 9
x  ab  03  4  4 
1 3 9 4
 
3
ydx x 2
dx x 0
3
a 0

 
b 3
1 2 1
2 a 
2
y dx x 2 dx 1 5 3
x
20 10
0
27
y b
 3
 
3 x 9 10
 ydx x
2
dx
a 0

2. Dapatkan titik berat dataran yang dibatasi oleh y = x dan y  x 2 .

Penyelesaian:
y y  x2  x2  x  x2  x  0
𝟐
𝒚𝟐 = 𝒙 potong
yx x ( x  1)  0  x1  0, x 2  1
1

𝒚𝟏 = 𝒙

1 x
33
b 1

 x( y  y 2 ) dx  x.( x  x
1 2
1 ) dx
1
x  ab  01  12 
1 2
    2
( y1 y 2 ) dx ( x x ) dx
6
a 0

 
b 1
1 1
 ( y1  y 2 ) dx
2 0
1
x 2  x 4 dx
2 2

2a 2
y b
 1  15 
1 5
(y  y 2 ) dx   2
1 ( x x ) dx
6
a 0

1 2
Titik beratnya Z ( x, y )  Z ( , )
2 5

3. Dapatkan titik berat keping setengah lingkaran x  y  a dengan y  0 .


2 2 2

Penyelesaian:

y
Dengan dalil Guldin I sumbu Y = sumbu simetri
 x  0 ambil sumbu x sebagai sumbu putar:
1
Luas setengah lingkaran; L   a 2 .
Z(0,y) 2

4
-a 0 a x Isi bola jari-jari = a; V  a 3 .
3

Dalil Guldin I: 𝑉 = 2𝜋. 𝑦. 𝐿

4 3 1 4a
a  2 . y a 2  y  .
3 2 3

4a
Jadi titik beratnya Z (0, y )  Z (0, )
3

4. Dataran pada contoh no.2 di atas diputar pada garis lurus x – y – 1 = 0. Dapatkan Isi benda
putar yang terjadi. Penyelesaian:
b 1
1
Luas L   ( y1  y 2 ) dx   ( x  x 2 ) dx  ,
a 0
6
y
1 2
titik beratnya Z ( x, y )  Z ( , )
𝒙−𝒚−𝟏=𝟎 2 5
𝒁(x,y)
Jarak dari Z ( x, y ) ke garis x – y – 1 = 0

adalah:
x

34
9x,y0
1 1
 1
x  y 1 7
ZD   2 5 
12  ( 1) 2 2 10 2

Dengan dalil guldin I maka :

71 7 7 2
V  2 .ZD .L  2 . .  
10 2 6 30 2 60

1.4 Titik Berat Busur

Koordinat titik berat busur AB dari kurva homogin y  f (x ) dengan density = 


(konstan) diperoleh sbb:

y
B
x Z(x,y) y=f(x)  dy 
Elemen panjang busur: ds  1    dx
 dx 
A
y Density =  , maka elemen massa (massa dari
x
a ds b ds) adalah dM  ds .

Jadi massa busur AB, M    ds


a

Karena ds pendek, berupa batang lurus, titik beratnya di tengah-tengahnya, sehingga lengan
dari dM terhadap sumbu y adalah sepanjang x dan lengannya terhadap sumbu x adalah
sepanjang y, maka momen statis dari dM terhadap sumbu y dan sumbu x, berturut-turut
adalah:

dM y  xdM dan dM x  ydM

dM y  x ds dM x  y ds

Diperoleh:
b b

M y    xds dan M x    yds


a a

Titik berat busur AB di Z ( x, y ) dengan sifat:

35
xM  M y dan yM  M x

b b
b b
x  ds    xds dan y  ds    yds
a a
a a

b b

x 1  ( y ' ) dx y 1  ( y ' ) 2 dx
2

Jadi: x a
b
;y a
b

 1  ( y ' ) dx  1  ( y ' ) 2 dx
2

a a

Perhatikan bahwa :

Titik berat busur homogin tidak selalu terletak pada busur itu; contohnya: titik berat busur
lingkaran penuh terletak di titik pusat lingkaran itu.

6.5 Dalil Guldin II:

Jika suatu busur dari suatu kurva datar diputar penuh pada sumbu yang sebidang dengan
busur itu dan tidak memotong busur itu, maka luas kulit benda putar yang terjadi sama
dengan panjang busur itu kali lintasan titik beratnya.

Jadi: jika S = panjang busur AB, Z ( x, y ) = titik berat busur AB, sumbu x = sumbu putar,
K = luas kulit benda putar, maka:

𝑲 = 𝟐𝝅. 𝒚. 𝒔

b  y ds b

Bukti : K  2.  y ds  2 a
b
. ds = 2. . y.s , sehingga K  2. . y.s
 ds
a a

Contoh-contoh:

1. Dapatkan titik berat busur seperempat lingkaran x 2  y 2  a 2 yang ada dikwadran I.


Penyelesaian:

Busur simetri terhadap y = x, maka y  x . Persamaan busur AB: y  a 2  x 2


1

y '   x(a 2  x 2 ) 2

36
𝒚


1
𝑨(𝟎, 𝒂) 𝒚=𝒙
dS  1  ( y ' ) 2 x  a ( a 2  x 2 ) 2 dx

a a

1 𝒁(𝒙, 𝒚)
 xdS  xa (a x )
2 2 2
dx
a 2 2a
x 0
 0

a a

1
1  x
a
 dS  a(a  x )
2 2 2
dx
2 𝑩(𝒂, 𝟎)
0 0

2a
yx

 2a 2a 
Jadi titik beratnya adalah Z ( x, y )  Z  , 
  

2. Dapatkan titik berat busur setengah lingkaran x 2  y 2  a 2 yang ada di atas sumbu x.
Penyelesaian:

Lebih mudah dengan dalil guldin II. Sumbu y


y
sebagai sumbu simetri , jadi x  0 . Ambilkan
c
sumbu x sebagai sumbu putar. Panjang busur
ACB, S  a . Busur ACB diputar pada sumbu

x menjadi luas kulit bola, K  4a 2 . Dalil


Z(0,y)

A B x Guldin II: K  2. . y.S


-a 0 a
2a
4a 2  2 ya  y  ,

2a
Jadi titik beratnya Z (0, y )  Z (0, ).

6.6 Titik Berat Kulit Benda Putar

y
Jika y  f (x ) diputar mengelilingi penuh

𝒚 = 𝒇(𝒙) sumbu x dari 𝑥 = 𝑎 s/d 𝑥 = 𝑏, maka koordinat

ds titik berat C ( x, y ) dari kulit benda putar yang


terjadi adalah:
x
b
𝑪(𝒙, 𝟎)
 xy 1  ( y ' ) 2 dx
x a
b
;y0
z a  y 1  ( y ' ) 2 dx
a
b

37
Ini diperoleh sbb.: Karena sb. x = sumbu putar  y  0 , y  f ( x )  dS  1  ( y ' ) 2 dx jika

ds diputar pada sumbu x menjadi elemen luas kulit dK  2. . y.dS . Bila density =  (konstan)

maka elemen massa dM  dK   2ydS .

b b

Massa kulit benda putar: M    2ydS  2  ydS . Elemen massa dM berlengan x
a a

terhadap bidang YOZ adalah dM yoz  xdM  2 x y dS sehingga M yoz  2  xy dS
a

Karena sumbu x = sumbu putar, maka titik berat terletak pada sumbu putar ialah C (x,0)

dengan sifat xM  M yoz .

b b

b b  xydx  xy 1  ( y ' ) 2 dx
x 2  ydS  2  xydS  x  a
b
= a
b
.
 ydx y 1  ( y ' ) dx
a a 2

a a

Contoh:

1
1. Dapatkan titik berat kulit benda putar yang terjadi jika busur lingkaran x 2  y 2  a 2
4
yang di kwadran I diputar pada sumbu x.

Penyelesaian:
y
 
1

y a 2  x 2  dS  a a 2  x 2 2 dx

sumbu x sebagai sumbu putar  y  0


x
𝐶(𝑥, 0) a a

 xydS 1 2
ax a
0
a
y 0
 2  ,
a
ax 0a 2
 ydS
0

a
Jadi titik berat kulit setengah bola ini C ( ,0) .
2

38
2. Dapatkan titik berat kulit benda putar yang terjadi jika garis 4 y  3 x  6 dari x  0 s/d
x  2 diputar pada sumbu x.

Penyelesaian:

y 3 3 3
y x   y'   ,
4 2 4

2
x  3 5
dS  1  ( y ' ) dx  1     dx  dx
2
C(𝑥,0) 2  4 4

Sumbu x sebagai sumbu putar  y  0

b 2
 3 35
 1 3 3 22
 xy ds  x  4 x  2  4 dx
 x  x  0

4 4  2
x b
a
 2
0
 .
 3 35  3 2 3 2 3
 y ds  4 2  4
  x   dx  x  x 0
 8 2 
a 0

2 
Jadi titik beratnya C  ,0 
3 

6.7 Titik berat isi benda putar

y Koordinat titik berat C x, y   dari isi benda


putar yang terjadi jika dataran yang dibatasi oleh
𝒚 = 𝒇(𝒙)
y  f (x ) , sumbu x, garis-garis x  a s/d x  b

y
diputar pada sumbu x, adalah:
x
b
dx
 xy
2
dx
x a
b
;y0
z a
y
2
dx
b a

Ini diperoleh sbb:

Karena sb.x = sumbu putar  y  0 . Elemen luas dL  ydx diputar pada sumbu x diperoleh

39
elemen isi dV  y 2 dx . Bila density =  (konstan) maka elemen massa

dM   dV   y 2 dx

𝑏
Massa isi benda putar: 𝑀 = 𝛿𝜋 𝑎
𝑦 2 𝑑𝑥.

Elemen massa dM berlengan x terhadap bid. YOZ, maka :

dM yoz  xdM   xy 2 dx

Sehingga M yoz    xy 2 dx
a

Karena sb x = sumbu putar, maka titik berat terletak pada sumbu putar ialah: C x,0 dengan  
sifat xM  M YOZ

 xy
2
b b
dx
x  y dx    xy dx , x 
2 2 a
b

y
a a 2
dx
a

Contoh:

1. Dapatkan titik berat isi benda putar yang terjadi jika dataran yang dibatasi oleh
y  2 x , sumbu x dan garis x = 1, diputar pada sumbu x.

Penyelesaian:

y  2 x  y 2  4x ,

𝒚 = 𝟐𝒙𝟐
𝟏
sumbu x sebagai sumbu putar  y  0

1 x b 1

 xy dx  x.4 xdx
𝑪(𝒙, 𝟎) 2

2
x a
b
 0
1

3
y  4 xdx
2
dx
a 0

  2 
Jadi titik beratnya C x,0  C  ,0 
3 

40
1
2. Dapatkan titik berat isi setengah bola yang terjadi jika keeping lingkaran x 2  y 2  a 2
4
yang dikwadran I diputar pada sumbu y.

Penyelesaian:

y x2  y2  a2  x2  a2  y2
(𝟎, 𝒂)

sumbu y sebagai sumbu putar  x  0 .


𝑪(𝟎, 𝒚) b a

 yx  y (a  y 2 )dy
2 2
dx
x 3a
-a a y a
b
 0
a

8
y  (a  y 2 ) dy
2 2
dx
a 0

   3a 
jadi titik beratnya C 0, y  C  0,  .
 8 

SOAL LATIHAN

Dapatkan titik berat keping datar homogin yang di batasi oleh:

1. Kurva 𝑦 = 4 − 𝑥 2 dan sumbu x.


1
2. Kurva 𝑦 2 = 𝑥 dan Kurva 𝑦 = − 8 𝑥 2 .

3. Kurva 𝑦 2 = 20𝑥 dan 𝑥 2 = 20𝑦


4. Kurva 𝑦 = 6 − 3𝑥 − 𝑥 2 dan 𝑦 = 3 − 𝑥
5. Kurva 𝑦 2 + 2𝑥 − 2𝑦 = 3, (kuadran IV).
6. Kurva 𝑦 = sin 𝑥 dan 𝑦 = 0 (0 ≤ 𝑥 ≤ 𝜋).
7. Kurva 𝑦 = 4𝑥 2 dan 𝑦 = 𝑥 4 .

Dapatkan titik berat busur yang di batasi oleh:

8. Lingkaran 𝑥 2 + 𝑦 2 = 1, yang ada di kuadran III.


2 2
9. Asteroida 𝑥 3 + 𝑦 3 = 1 yang ada di kuadran I.

Dapatkan Kulit benda putar yang terjadi jika:

10. Busur 𝑦 = 9 − 𝑥 2 , (0 ≤ 𝑥 ≤ 𝜋) diputar pada sumbu x.

41
Dapatkan titik berat isi benda putar yang terjadi jika keping datar yang dibatasi oleh:

11. 𝑦 2 = 4𝑥, sumbu x dan 𝑥 = 6 diputar pada sumbu x.


12. 𝑦 = 4 − 𝑥 2 dan sumbu x (di kuadran I) diputar pada sumbu x.
𝑥2
13. 𝑦 = 𝑏(1 − 𝑎 2 )2 , sumbu 𝑥+ dan sumbu 𝑦+ diputar pada Oy.

14. 𝑦 = − 𝑥 + 1, sumbu 𝑥− dan sumbu 𝑦− diputar pada sumbu y.


3
15. 𝑦 = 8 𝑥, sumbu 𝑥 dan garis 𝑥 = 8 diputar pada sumbu x.

Dengan dalil guldin I dapatkan isi benda putar yang terjadi jika dataran yang dibatasi oleh:

1. x 2  y 2  20 y  75  0 diputar pada garis y = 0 jawab: 500  2

2. y  x 2 dan y 2  2 x diputar pada garis x = 5

296  2
3. y  6  3x  x 2 dan x  y  3  0 diputar pada garis y = 3-x jawab:
5

Dengan dalil Guldin II dapatkan:

Luas kulit Torus yang terjadi jika busur lingkaran : x  ( y  b )  a ; (b > a) diputar pada
2 2 2
4.
sumbu x.

42
7 MOMEN INERSIA
(Momen Kelembaman)

7.1. Pengertian Momen Inersia

Ada n buah titik massa : m1 , m2 ,..., mn yang masing-masing berada di ( x1 , y1 ), ( x2 , y 2 )..., ( xn , y n ) .

xn
mn

x3 m3
x2 m2
yn
x1
m1 y2 y3
y1
0 x

Maka momen inersia (MI) dari seluruh massa itu terhadap:

n
Sumbu x adalah I x  m1 y1  m 2 y 2  ...  m n . y n   mi y i
2 2 2

i 1

n
Sumbu y adalah I y  m1 x1  m2 x 2  ...  mn x n   mi xi
2 2 2

i 1

n
M  m1  m2  ...  m n   mi
i 1

Pada bidang XOY dapat dapat ditemukan sebuah titik yang berjarak R dari sumbu x sedemikian

Ix
hingga I x  R 2 M atau R  , maka R disebutkan jari-jari girasi terhadap sumbu x.
M

Momen Inersia terhadap suatu garis yang letaknya sebidang denga dataran atau busurnya disebut
momen inersia Axial. Momen Inersia terhadap suatu titik yang letaknya sebidang dengan

43
dataran/busurnya, atau terhadap suatu garis yang tegak lurus pada bidang dataran / busurnya
disebut momen inersia kutub (polar) . Momen inersia kutub adalah sama dengan jumlahnya
momen inersia axial terhadap sumbu x dan terhadap sumbu y.

y y r 2  x 2  y 2 ; I y  x 2 m , dan I x  y 2 m
x m
I y  I x  x 2 m  y 2 m  ( x 2  y 2 )m

sedangkan untuk I 0  r 2 m  ( x 2  y 2 )m

y
r Jadi

0 x x I0  I x  I y

Garis l tegak lurus bidang XOY lewat O,

l y
maka :

y Il  I0  I x  I y

x m

y
0 x

x
Contoh:

1. Dapatkan momen inersia dari keping empat persegi panjang homogin dengan alas a dan
tinggi t; terhadap alasnya . (density =  (konstan)). Penyelesaian:

y
Ambil alas sebagai sumbu x, sisi kiri
D C(a,t)
sebagai sumbu y. Elemen Luas 𝑑𝐿 = 𝑎 𝑑𝑦,
Elemen massa dM  dL , Elemen momen

dy inersia terhadap sumbu x, dI x  y 2 dM

t t t
1
y I x   y 2 dM   y 2dL   y 2ady  at 3
0 0 0
3
0 x

0=A B(a,0)

44
Perhatikan :

Jika empat persegi panjang itu alasnya


diperpendek menjadi dx  0 dan
tingginya y dengan density =  (konstan)
maka didapat bahwa elemen momen y
inersia terhadap sumbu x adalah:

1 3
dI x  y dx dx x
3

1. Dapatkan momen inersia kutub dari keping lingkaran homogin jari-jari 𝑎 terhadap titik
pusatnya. (density =  (konstan)). Penyelesaian:

Ambil cincin jari-jari dalam = r, dan jari-


dr jari luar = r + dr dengan dr  0 maka luas
cincin dL  2rdr dan massa cincin
dM  dL  2rdr yang berlengan r dari
titik pusat O, sehingga elemen momen
(a,0)
inersianya terhadap titik O adalah:
r+dr
dI 0  r 2 dM  2r 3 dr

Jadi:
a
1
I 0   2  r 3 dr    a 4
0
2

1 1
Perhatian: I x  I y  I 0 . Karena simetri, maka I x  I y  I 0  a 4 .
2 4

Peranan titik O dapat di ganti oleh garis g yangmelalui O dan tegak lurus keping lingkaran itu
1 1
maka I g  I 0  a 4 . Jika keping lingkaran itu mempunyai tebal t maka I g  a 4 t .
2 2

45
Selanjutnya apabila keping lingkaran itu
terjadi dari elemen luas 𝑦 𝑑𝑥 yang diputar
mengelilingi sumbu x, maka didapat
elemen momen inersia benda putar
terhadap sb x. (sebagai sb. putarnya) ialah:
y
1
dx x dI x  y 4 dx
2

Gambar disebelah adalah tampak samping


dari hasil perputaran ydx mengelilingi sb x.
Y g
Garis g melalui titik berat benda sejajar
dengan sumbu Y.

Maka garis g berperan sebagai garis tengah


keping lingkaran itu dan:
0 dx x
1
dI g  y 4 dx
4

7.2. Momen Inersia Keping Datar

1. Momen Inersia terhadap sumbu x ( I x ) dan momen Inersia terhadap sumbu y ( I y ) dari keping

datar homogin ABCD yang dibatasi oleh kurva 𝑦 = 𝑓(𝑥), sumbu x, garis-garis 𝑥 = 𝑎 dan
𝑥 = 𝑏 dengan density (rapat massa)=  (konstan) didapat sebagai berikut:
Dari perhatian contoh 1 didepan bahwa
b
Y 1
Ix    y 3 dx , elemen luas dL = ydx. Elemen
3 a
y=f(x)
massa dM   dL   ydx . Elemen massa dM
ini berlengan x dari sumbu y, maka:
𝑦
x
𝑑𝐼𝑦 = 𝑥 2 𝑑𝑀 = 𝛿𝑥 2 𝑦𝑑𝑥 ; sehingga

a dx b X 𝑏

𝐼𝑦 = 𝛿 𝑥 2 𝑦𝑑𝑥
𝑎

46
2. Momen Inersia terhadap sumbu x ( I x ) dan momen Inersia terhadap sumbu y ( I y ) dari

keping datar homogin yang dibatasi oleh kurva-kurva y1  f1 ( x ) dan y 2  f 2 ( x ) garis-


garis x  a dan x  b dengan density  (konstan), didapat sebagai berikut:

Y 1
dI x   ( y1  y 2 ) dx
3 3

𝒚𝟏 = 𝒇𝟏 (𝒙) 3

b
1
I x    ( y1  y 2 ) dx
3 3
x 3 a

𝒚𝟐 = 𝒇𝟐 (𝒙) dL  ( y1  y 2 ) dx

a b X
dM  dL   ( y1  y 2 ) dx

dI y  x 2 dM  x 2 ( y1  y 2 ) dx . Jadi:

𝐼𝑦 = 𝛿 𝑥 2 𝑦1 − 𝑦2 𝑑𝑥
𝑎

7.3. Dalil Pergeseran (Dalil sumbu sejajar)

Jika momen inersia suatu keping datar homogin yang massanya M (Luas=L, densitynya=  )
terhadap sumbu (garis) yang melalui titik beratnya = I Z , maka momen inersia masa keeping
itu terhadap garis yang sejajar dan berjarak p dengan sumbu yang melalui titik berat tsb adalah:

𝐼𝑔 = 𝐼𝑧 + 𝑝 2 𝑀

Bukti:

𝑦0 Keping datar luasnya = L, desity =  ,


massanya M =  L,dengan titik berat di Z.
dM
Garis x0 adalah garis lurus lewat titik berat
𝑦
𝑥0 Z. Garis g // garis x0 dan berjarak p.
𝑍
p Elemen luas dL. Elemen massa dM  dL .
p Elemen massa dM ini berlengan y terhadap
𝑔

47
sumbu (garis) x0 dan berlengan (y + p) terhadap garis g, maka:

dI g  ( y  p ) 2 dM

dI g  ( y 2  2 py  p 2 )dL

dI g  y 2 dL  2 pydL  p 2dL , maka I g    y 2 dL  2 p   ydL  p 2   dL


.

 y dL  I z ;   ydL  My dimana
2
Karena y otomatis bernilai nol jika titik berat berada pada

sumbu x0 , sehingga   ydL  0 dan   dL  M jadi: I g  I Z  p 2 M .

Contoh:

1. Dapatkan momen Inersia terhadap sumbu x dan terhadap sumbu y dari keping datar yang
dibatasi oleh y  x , sumbu x dan garis x  3 , dengan density  (konstan). Penyelesaian:
2

b 3 3
1 1 1 729
Y 𝒚 = 𝒙𝟐 I x    y 3 dx =   ( x 2 ) 3 dx I x    x 6 dx  
3 a 3 0 3 0 7

b 3 3
243
I y    y x dx =   x x dx I y    x 4 dx 
2 2 2

a 0 0
5

3 X

2. Dapatkan momen inersia I x , I y , dan I y dari keping datar homogin yang dibatasi oleh y = x dan

y  x 2 ; dengan density  (konstan). Penyelesaian:

b 1
1 1 1
I x    ( y1  y 2 ) dx =   ( x 3  x 6 ) dx  
y 3 3
𝒚𝟏 = 𝒙 3 a 3 0 28

b 1
1
I y    x 2 ( y1  y 2 ) dx    x 2 ( x  x 2 ) dx  
𝒚𝟐 = 𝒙 𝟐 a 0
20

1 x 1 1 3
I0  I x  I y     
28 20 35

48
3. Diberikan keping empat persegi panjang ABCD. Alas AB = a, tinggi AD = t. Density =
 (konstan). Titik berat Z; AE = ED; BF = FC; EF melalui Z; EF // AB. Ditanyakan :
Momen Inersianya terhadap garis EF. Penyelesaian :

y Di depan sudah diberikan contoh bahwa

D C(a,t) 1
I AB  I x  at 3
3
E Z F
Masing keping ABCD M  L  at ,
½t
1
Jarak EF ke AB adalah ZG  t
2
O=A G B(a,0)

Dengan dalil pergeseran: I AB  I EF  ( ZG ) 2 M .

1 1 1
at 3  I EF  ( t ) 2 at  I EF  at 3
3 2 12

4. Diberikan soal seperti contoh 3 ditanyakan Momen Inersianya terhadap titik berat Z.
Penyelesaian:

1 1
I AB  at 3 ; I AD  ta 3 ; I A  I O
3 3

1
I A  I AB  I AD  ta( a 2  t 2 )
3

1 1 1
AG  a ; ZG  t maka ( AZ ) 2  ( a 2  t 2 )
2 2 4

Dengan dalil pergeseran: I A  I Z  ( AZ ) 2 M

1 1 1
at ( a 2  t 2 )  I Z  ( a 2  t 2 )at  I Z  at ( a 2  t 2 ) .
3 4 12

49
7.4. Momen Inersia Busur

Momen inersia busur AB dari kurva 𝑦 = 𝑓(𝑥) antara 𝑥 = 𝑎 s/d 𝑥 = 𝑏, terhadap sumbu x dan
sumbu y diperoleh sbb:

y
B Dari 𝑦 = 𝑓(𝑥) maka elemen panjang busur
ds 𝑦 = 𝑓(𝑥)
ds  1  ( y ' ) 2 dx dengan density  (konstan)
A elemen massa dM  ds .

a b x

dM terletak pada tengah-tengah ds, maka:

1. dM berlengan y terhadap sumbu x,

dI x  y 2 dM  y 2 ds

𝑏 𝑏

𝐼𝑥 = 𝛿𝑦 2 𝑑𝑠 = 𝛿 𝑦 2 1 + 𝑦′ 2 𝑑𝑥
𝑎 𝑎

2. dM berlengan x terhadap sumbu y,

dI y  x 2 dM  x 2 ds

𝑏 𝑏

𝐼𝑦 = 𝛿𝑥 2 𝑑𝑠 = 𝛿 𝑥 2 1 + 𝑦′ 2 𝑑𝑥
𝑎 𝑎

Contoh:

Dapatkan momen inersia terhadap sumbu x dari busur setengah keliling lingkaran

x 2  y 2  a 2 yang berada di atas sumbu x. Density =  (konstan). Penyelesaian:

Y
x
y  a 2  x 2  y'  dx
a x 2 2

a
ds  1  ( y ' ) 2 dx  dx
y
-a a X
0

50
a a

I x    y 2 ds    a ydx ;
a a

a
1
I x  a  a 2  x 2 dx    a3
a
2

7.5 Momen Inersia kulit Benda putar

Momen inersia kulit benda putar terhadap sumbu x, yang terjadi dari perputaran kurva

𝑦 = 𝑓(𝑥) sekeliling sumbu x dari 𝑥 = 𝑎 s/d 𝑥 = 𝑏, didapat sbb:

Elemen luas kulit dK  2yds , Density =  ,


Y 𝒚 = 𝒇(𝒙)
maka elemen massa dM  dK  2yds .
ds

dM berlengan y dari sumbu putar x :

X dI x  y 2 dM

dI x  2y 3 ds
a
b
Jadi:

𝑏 𝑏

𝐼𝑥 = 2𝜋𝛿 𝑦 3 𝑑𝑠 = 2𝛿𝜋 𝑦 3 1 + 𝑦′ 2

𝑎 𝑎

Contoh:

Dapatkan momen inersia terhadap sumbu x dari kulit benda putar yang terjadi jika y  x ,
diputar pada sumbu x dari x = 0 s/d x = 2. Penyelesaian:
Y 𝒚= 𝒙
1
y  x  y '
2 x

b b

I x  2   y ds  2  y 3 1  ( y ' ) 2 dx
3

X a a
2

51
2 3
1
I x  2  x 2 1  ( ) dx
0
4x
2
1 149
I x  2  x x  dx  
0
4 30

7.6 Momen Inersia Isi Benda putar

1. Momen Inersia terhadap sumbu y dari isi benda putar yang terjadi jika keping datar yang
dibatasi oleh 𝑦 = 𝑓(𝑥), sumbu x, garis-garis 𝑥 = 𝑎 s/d 𝑥 = 𝑏, diputar pada sumbu y,
diperoleh sbb:

Y Sumbu y = sumbu putar. Elemen Isi


y=f(x) dV  2xydx . Density =  , maka elemen

massa dM  dV yang berlengan x


𝑦
x terhadap sumbu y.

a b X dI y  x 2 dM  x 2dV  2x 3 ydx


dx

Jadi:
𝑏

𝐼𝑦 = 2𝛿𝜋 𝑥 3 𝑦 𝑑𝑥
𝑎

Contoh:

Dapatkan momen Inersia terhadap sumbu y dari isi benda putar yang terjadi jika keping datar
dikwadran pertama yang dibatasi oleh y  8 x , sumbu x dan garis x = 2, diputar pada sumbu y.
2

Penyelesaian:

b
Y
I y  2  x 3 ydx
𝒚 = 𝟖𝒙 a

2
256
I y  2  x 3 8 x dx  
0
9

2 X

52
2. Momen Inersia terhadap sumbu x dari isi benda putar yang terjadi jika keping datar yang
dibatasi oleh y = f(x), sumbu x, garis-garis x = a s/d x = b, diputar pada sumbu x,
diperoleh sbb:
Y 𝒚 = 𝒇(𝒙)
Elemen momen inersia dalam hal ini berupa
momen inersia keping lingkaran jari-jari y, tebal
dx, terhadap sumbu x, yang tegak lurus bidang
y
keping lingkaran melalui titik pusatnya. Pada
X
perhatian contoh no.2 dipengertian momen
inersia didepan sudah dijelaskan bahwa :
a
b 1
dI x  y 4 dx . Jadi :
2

𝑏
1
𝐼𝑥 = 𝛿𝜋 𝑦 4 𝑑𝑥
2
𝑎

Contoh:

1. Dapatkan momen inersia terhadap sumbu x, dari isi benda putar yang terjadi jika keeping yang
di batasi oleh y = r , sumbu x, garis-garis x = 0 dan x = t; diputar pada sumbu x. Penyelesaian:

𝑦=𝑥

Benda yang terjadi adalah silinder. Isi silinder V  r t . Massa silinder: M   V  r 2 t
2

b t
1 1 1 1
Ix    y 4 dx    r 4 dx  r 4 x t0  r 4 t
2 a
2 0
2 2

Jika dinyatakan dalam massa menjadi:

1 1 1
Ix  r 4 t  (r 2 t ) r 2  Mr 2
2 2 2

53
2. Dapatkan momen Inersia terhadap sumbu x, dari isi benda putar yang terjadi jika keping datar
r
yang terjadi jika keping di batasi oleh y  x, sumbu x, garis x = t; diputar pada sumbu x.
t
Penyelesaian:

Y y=r/t x Benda yang terjadi adalah kerucut:


1
0 t x V  r 2 t .
3

Massa kerucut:

1
M  V  r 2 t .
3

b
1
I x    y 4 dx
2 a

t 4
1 r  1 3
Ix     x  dx  r 4 t , dinyatakan dalam massa menjadi I x  Mr 2
2 0t  10 10

7.7 Momen Inersia Isi I OY dari keping yang diputar pada sumbu x.

Keping datar yang dibatasi oleh y  f (x ) , sumbu x, garis-garis 𝑥 = 𝑎 dan 𝑥 = 𝑏, diputar

pada sumbu x. Momen inersia isi terhadap sumbu diam OY( I OY ) dari benda putar yang

terjadi tadi diperoleh sbb:


Y 𝒚 = 𝒇(𝒙)
Z C Keping ABCD diputar pada sumbu x. Seperti
yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa
D momen inersia keping lingkaran jari-jari y,
x y
B tebal dx terhadap sumbu x adalah
X
1
dI x    y 4 dx .
2
a
b
Garis Z melalui titik berat keping lingkaran
1
dan sejajar sumbu OY, maka dI z  y 4 dx .
4

Elemen massa dM  y dx yang berlengan x terhadap sumbu OY. Dengan dalil pergeseran,
2

maka:

54
1 1
dI OY  dI Z  x 2 dM  y 4 dx  x 2 (y 2 dx )   ( y 4  x 2 y 2 ) dx
4 4

b
Jadi 1
I OY    ( y 4  x 2 y 2 ) dx
a
4

Contoh:

Dapatkan momen Inersia terhadap sumbu OY, I OY dari isi benda putar yang terjadi jika

keping datar yang dibatasi oleh: y  x 2 , sumbu x dan garis x = 1, diputar pada sumbu x.
Penyelesaian:

𝑦 = 𝑥2 b
Y 1 
I OY     y 4  x 2 y 2  dx
a  
4

1
1 
I OY     x 8  x 2 x 4  dx
0  
X 4
1
 1 1  43
   x 9  x 7   
 36 7  0 252

55
SOAL LATIHAN

Dapatkan momen inersia dari keping datar homogin (Density =  (konstan)) yang dibatasi:

1. y  4  x 2 , sumbu x  dan sumbu y  ; terhadap sumbu x dan sumbu y.

53 14
jawab: I x   ; Iy  
103 3

2. y  9  3x 2 dan sumbu x; terhadap sumbu y.

1 2 64
3. y  x dan y  x ; terhadap sumbu y, jawab: I y  
4 5

4. y  1 dan y  2x 2 ; terhadap sumbu x.

Dapatkan momen inersia busur homogin (Density =  (konstan)) dari:

1 2
5. Keliling lingkaran x 2  y 2  a 2 ; terhadap diameternya. Jawab: I x  a M
2

x
6. Garis rantai y  a cosh , (0  x  a ) ; terhadap sumbu x.
a

Dapatkan momen inersia kulit benda putar yang terjadi jika:

7. y  2 x diputar pada sumbu x dari x = 0 s/d x = 2 terhadap sumbu x. Jawab: I x  8M

8. x 2  y 2  a 2 diputar pada sumbu x; terhadap sumbu x.

Dapatkan momen inersia isi benda putar yang terjadi (Density =  (konstan)), jika keping
datar yang dibatasi oleh:

9. y  a 2  x 2 , sumbu x, (  a  x  a ) , diputar pada sumbu x; terhadap sumbu x.

3
Jawab: I x  a 5
15

10. y  sin x , sumbu x, (0  x   ) , diputar pada sumbu x; terhadap sumbu x.

56
8 NILAI PURATA PADA
KALKULUS INTEGRAL

8.1.Nilai rata-rata dari ordinat (mean value)

y y=f(x) Rata-rata arithmatika dari ordinat-ordinat y, dari


fungsi 𝑦 = 𝑓(𝑥) pada interval [𝑎, 𝑏] adalah limit
dari nilai rata-rata ordinat ordinat berjarak sama
𝑦1 , 𝑦2 , … , 𝑦𝑛 untuk 𝑛 → ∞.
𝒚𝒊
x Jadi jika 𝑦𝑚 adalah mean value, maka:
∆𝒙 𝒙𝒊

𝑦1 + 𝑦2 + 𝑦3 + ⋯ + 𝑦𝑛
𝑦𝑚 = lim
𝑛→∞ 𝑛

𝑦1 . ∆𝑥 + 𝑦2 . ∆𝑥 + 𝑦3 . ∆𝑥 + ⋯ + 𝑦𝑛 . ∆𝑥
= lim
𝑛→∞ 𝑛. ∆𝑥

𝑛
lim 𝑖=1 𝑓 𝑥𝑖 . ∆𝑥
∆𝑥→0
𝑦𝑚 =
(𝑏 − 𝑎)
𝑛.
𝑛

𝑏
1
𝑦𝑚 = 𝑦 𝑑𝑥
(𝑏 − 𝑎)
𝑎

8.2. Nilai rata-rata kwadrat (a.r.k) (root mean square value = r.m.s. nilai efektif)

i(t) 2𝜋
𝑖 𝑡 = sin 𝑡
𝑇

+
t
-

T=1 periode

57
2𝜋𝑡
Misalkan pandang Arus elektrik 𝑖 𝑡 = sin dimana T adalah periode. Nilai rata-rata
𝑇

fungsi ini adalah:

𝑇
1 2𝜋𝑡
𝑖𝑚 = sin 𝑑𝑡
𝑇−0 𝑇
0

1 −𝑇 2𝜋𝑡 𝑇 1 1
= . cos |0 = − cos 2𝜋 − cos 0 = − 1−1 = 0
𝑇 2𝜋 𝑇 2𝜋 2𝜋

Selama suatu periode T (yakni satu siklus sempurna) integral dari suatu fungsi itu adalah nol,
sebab luas bagian positif dan negatif adalah sama, sehingga saling meniadakan.

Tetapi pada kenyataannya arus tersebut mampu menimbulkan kerja dan menghasilkan panas,
karena itu untuk mengatasi hal tersebut di atas tadi, arus dikwadratkan lalu di ambil akar dari
rata-rata kwadrat yang disebut root-mean-squar (r.m.s) yang memberikan suatu ukuran
besarnya arus.

𝑇 2
0
𝑖 𝑡 𝑑𝑡
𝑖𝑟𝑚𝑠 =
𝑇

Dari uraian sebelumnya, maka yang dimaksud dengan nilai r.m.s dari suatu fungsi

y = f (x) pada [𝑎, 𝑏] adalah akar dari nilai rata-rata dari y 2 :

𝑏 2
𝑎
𝑦 𝑑𝑥
𝑦𝑟𝑚𝑠 =
𝑏−𝑎

Perhatikan:

Mean value dari suatu fungsi periodik, dimaksud nilai mean atas satu periode jika tanpa
pemberitahuan apa-apa.

58
SOAL LATIHAN

Dapatkan nilai rata-rata (mean value) dari:


1 
1. y di antara x = 0 dan x = 1. Jawab :
1  x2 4

2. y  2 cos t  sin 3t di antara t = 0 dan t =
6
3
20
3. y  x 2 di antara x = 0 dan x = 4 Jawab :
7
4. y  3 sin 5t  2 cos 3t di antara t = 0 dan t = 

5. y  x 2 di antara x = 1 dan x = 4 jawab : 7

6. y  3 x 2  7 di antara x = 0 dan x = 2
7. y  x  1 di antara x = 0 dan x = 2 jawab : 2

8. y  6x 2 di antara x = -1 dan x = 3
9. y  4 x  1 di antara x = 0 dan x = 2 jawab : 5
10. y  10 sin 2 x di antara x = 0 dan x = 
Dapatkan nilai r. m .s dari:
1
11. y  400 sin 200 t di antara t = 0 dan t = Jawab : 200 2
100
12. y  1  sin x di antara x = 0 dan x = 2

13. y  x ( 2  x ) dari x = 0 ke x = 2 jawab : 0,730


1
14. i  20  100 sin 100 t di antara t = 0 dan t =
50
15. y  x dari x = 0 ke x = 2 jawab : 1,15
16. y  3  2 cos x dari x = 0 ke x = 2

17. y  3 x dari x = 0 ke x = 4 jawab: 6,93

59
9 TURUNAN PARSIAL

Pandang fungsi 𝑍 = 𝐹(𝑥, 𝑦). Turunan parsial pertama dari 𝑍 terhadap 𝑥 ( dengan memandang
𝜕𝑧 𝜕𝐹
𝑦 konstan) ditulis: = 𝜕𝑥 = 𝑍𝑥 = 𝐹𝑥 . Turunan parsial pertama dari 𝑍 terhadap 𝑦 (dengan
𝜕𝑥
𝜕𝑍 𝜕𝐹
memandang 𝑥 konstan) ditulis: 𝜕𝑦 = 𝜕𝑦 = 𝑍𝑦 = 𝐹𝑦 .

𝜕𝑍 𝜕𝑍
Contoh: 𝑍 = 𝑥 2 cos 𝑦 → 𝜕𝑥 = 2𝑥 cos 𝑦 ; 𝜕𝑦 = −𝑥 2 sin 𝑦.

Turunan parsial tingkat dua:


𝜕2𝑍 𝜕 𝜕𝑍 𝜕2𝑍 𝜕 𝜕𝑍
= 𝜕𝑥 = 𝑍𝑥𝑥 ; = 𝜕𝑦 = 𝑍𝑦𝑦 ;
𝜕𝑥 2 𝜕𝑥 𝜕𝑦 2 𝜕𝑦

𝜕2𝑍 𝜕 𝜕𝑍 𝜕2𝑍 𝜕 𝜕𝑍
= 𝜕𝑦 = 𝑍𝑥𝑦 ; = 𝜕𝑥 = 𝑍𝑦𝑥 .
𝜕𝑦 𝜕𝑥 𝜕𝑥 𝜕𝑥𝜕𝑦 𝜕𝑦

Contoh:

1. 𝑍 = 𝑥 2 𝑦 − 3 sin 𝑥 + 4𝑦 3 → 𝑍𝑥 = 2𝑥𝑦 − 3 cos 𝑥 ; 𝑍𝑦 = 𝑥 2 + 12𝑦 2 ;


𝑍𝑥𝑥 = 2𝑦 + 3 sin 𝑥; 𝑍𝑦𝑦 = 24𝑦;
𝑍𝑥𝑦 = 2𝑥; 𝑍𝑦𝑥 = 2𝑥.
−3𝑥 3 −3𝑥
2. 𝑍 = sin 3𝑦 + 𝑦𝑒 − 𝑥 → 𝑍𝑥 = −3𝑦𝑒 − 3𝑥 ; 𝑍𝑦 = 3 cos 3𝑦 + 𝑒 −3𝑥 ;
2

𝑍𝑥𝑥 = 9𝑦𝑒 −3𝑥 − 6𝑥; 𝑍𝑦𝑦 = −9 sin 𝑦


−3𝑥
𝑍𝑥𝑦 = −3𝑒 ; 𝑍𝑦𝑥 = −3𝑒 −3𝑥 .

𝜕2𝑍 𝜕2𝑍
Dari kedua contoh tersebut tampak bahwa: 𝜕𝑦 𝜕𝑥 = 𝜕𝑥𝜕𝑦 atau 𝑍𝑥𝑦 = 𝑍𝑦𝑥 .

𝜕𝑍 𝜕𝑍
Jika 𝑍 = 𝐹(𝑥, 𝑦) maka diferensial total dari 𝑍 adalah 𝑑𝑧 = 𝜕𝑥 𝑑𝑥 + 𝜕𝑦 𝑑𝑦. Sehingga jika diberikan
𝜕𝐹 𝜕𝐹
𝐹 𝑥, 𝑦 = 𝐶(konstan), maka 𝜕𝑥 𝑑𝑥 + 𝜕𝑦 𝑑𝑦 = 0.

60
10 PERSAMAAN DIFERENSIAL

Definisi:
Persamaan Diferensial (PD) adalah persamaan yang merupakan hubungan antara
turunan (derivative) dari satu variabel tak bebas terhadap satu/lebih variabel bebas.

PD
PD Biasa PDB PD Parsial PDP
( hanya mengandung satu (mengandung lebih dari
variabel bebas) satu variabel bebas)

Contoh:
𝑑𝑦
PD Biasa → 1. + 2𝑦𝑥 = 𝑥 2 + 3 2. 𝑦 ′′ − 3𝑦 ′ + 2𝑦 = 𝑒 −𝑥
𝑑𝑥
𝜕2𝑍
PD Parsial → 1. − 2𝑥𝑦 = 0 2. 𝑍𝑥𝑥 + 𝑍𝑦𝑦 = 0.
𝜕𝑥𝜕𝑦

Jika turunan tertinggi yang terdapat dalam persamaan adalah tingkat 𝑛, maka PD itu disebut PD
tingkat 𝑛. Jika persamaan itu seluruhnya rasional dan bulat dalam turunan-turunan itu, maka
pangkat dari turunan tertinggi dalam persamaan itu disebut derajat PD itu.
Contoh:
𝑑𝑦
1. + 3𝑦 = 2𝑥 PD tingkat satu, derajat Satu
𝑑𝑥

2. 2𝑦 ′′ + 3𝑦 ′ + 5𝑦 = sin 𝑥 PD tingkat dua, derajat satu.


3. (𝑦 ′ )2 − 3𝑦 ′ = 0 PD tingkat satu, derajat dua.

PD dari berkas kurva datar.


Diberikan berkas kurva datar: 𝑓 𝑥, 𝑦, 𝛼 = 0………………………………………………..(1)
𝛼 : parameter
Ditanyakan: PD berkas tersebut.
Penyelesaian:
𝜕𝑓 𝜕𝑓 𝑑𝑦
1. Persamaan (1) diturunkan terhadap 𝑥, didapat: 𝜕𝑥 + 𝜕𝑦 . 𝑑𝑥 = 0…………………………(2)
𝑑𝑦
2. Eliminasi 𝛼 dari (1) dan (2), didapat hubungan antara 𝑥, 𝑦 dan 𝑑𝑥 :
𝑑𝑦
𝐹 𝑥, 𝑦, 𝑑𝑥 = 0 → ini merupakan PD dari berkas (1).

Contoh:

61
Ditanyakan PD dari berkas garis lurus : 𝑦 = 𝛼𝑥………………………………………..............(1)

𝑑𝑦
Penyelesaian: Diturunkan terhadap 𝑥, didapat: 𝑑𝑥 = 𝛼…………………………………………(2)

𝑑𝑦 𝑦
Eliminasi 𝛼 dari (1) dan (2), didapat 𝑑𝑥 = 𝑥 .

Penyelesaian PD

Penyelesaian PD adalah suatu fungsi tanpa turunan-turunan dan yang memenuhi PD itu.
Penyelesaian Umum Persamaan Diferensial (PUPD): penyelesaian PD yang memuat konstanta-
konstanta sebarang yang banyaknya sama dengan tingkat dari PD itu.
Penyelesaian Partikulir Persamaan Diferensial (PPPD): penyelesaian PD yang didapat dari PUPD
jika pada konstanta-konstanta sebarangnya diberi nilai tertentu.

10.1 PD TINGKAT SATU DERAJAT SATU


𝑑𝑦
Bentuk umum: 𝑁 𝑥, 𝑦 + 𝑀 𝑥, 𝑦 = 0 atau 𝑀 𝑥, 𝑦 𝑑𝑥 + 𝑁 𝑥, 𝑦 𝑑𝑦 = 0.
𝑑𝑥

10.1.1 PD DENGAN VARIABEL TERPISAH/DAPAT DIPISAHKAN

PD DENGAN VARIABEL-VARIABEL TERPISAH


Bentuk umum: 𝑓 𝑥 𝑑𝑥 + 𝑔 𝑦 𝑑𝑦 = 0.
PUPD: 𝑓 𝑥 𝑑𝑥 + 𝑔 𝑦 𝑑𝑦 = 𝐶.
Contoh:
Selesaikan PD: 𝑥 2 𝑑𝑥 − 3𝑒 −𝑦 𝑑𝑦 = 0.
Penyelesaian: 𝑥 2 𝑑𝑥 − 3𝑒 −𝑦 𝑑𝑦 = 𝐶
1
PUPD: 3 𝑥 3 + 3𝑒 −𝑦 = 𝐶.

PD DENGAN VARIABEL-VARIABEL YANG DAPAT DIPISAHKAN


Bentuk umum: 𝑓1 𝑥 𝑔2 𝑦 𝑑𝑥 + 𝑓2 𝑥 𝑔1 𝑦 𝑑𝑦 = 0
𝑓1 𝑥 𝑔 (𝑦) : 𝑓2 𝑥 𝑔2 (𝑦)
𝑑𝑥 + 𝑔1 (𝑦) 𝑑𝑦 = 0.
𝑓 (𝑥)
2 2

𝑓1 𝑥 𝑔1 (𝑦)
PUPD: 𝑑𝑥 + 𝑑𝑦 = 𝐶.
𝑓2 (𝑥) 𝑔2 (𝑦)

Contoh:

62
Selesaikan PD: 𝑥 + 1 𝑦 𝑑𝑥 − 𝑦 − 1 𝑥 𝑑𝑦 = 0.
Penyelesaian: 𝑥 + 1 𝑦 𝑑𝑥 − 𝑦 − 1 𝑥 𝑑𝑦 = 0 ∶ 𝑥𝑦
𝑥+1 𝑦−1 1 1
𝑑𝑥 − 𝑑𝑦 = 0 → 1 + 𝑥 𝑑𝑥 − 1 − 𝑦 𝑑𝑦 = 0.
𝑥 𝑦
1 1
1 + 𝑥 𝑑𝑥 − 1 − 𝑦 𝑑𝑦 = 𝐶 → 𝑥 + ln 𝑥 − 𝑦 + ln 𝑦 = 𝐶.

PUPD: 𝑥 − 𝑦 + ln 𝑥𝑦 = 𝐶.

10.1.2 PD HOMOGIN

PD: 𝑀 𝑥, 𝑦 𝑑𝑥 + 𝑁 𝑥, 𝑦 𝑑𝑦 = 0 disebut PD Homogin jika dapat ditulis dalam bentuk


𝑑𝑦 𝑦
=𝑓
𝑑𝑥 𝑥
𝑦
Substitusi: 𝑥 = 𝑣 → 𝑦 = 𝑣𝑥. 𝑑𝑦 = 𝑣 𝑑𝑥 + 𝑥 𝑑𝑣 → akan didapat PD dengan variabel terpisah.

Contoh:
Selesaikan PD: 𝑥 2 − 𝑥𝑦 + 𝑦 2 𝑑𝑥 − 𝑥𝑦 𝑑𝑦 = 0.
Penyelesaian: subs: 𝑦 = 𝑣𝑥 → 𝑑𝑦 = 𝑣𝑑𝑥 + 𝑥𝑑𝑣
PD menjadi: 𝑥 2 − 𝑣𝑥 2 + 𝑣 2 𝑥 2 𝑑𝑥 − 𝑣𝑥 2 𝑣𝑑𝑥 + 𝑥𝑑𝑣 = 0.
1 − 𝑣 𝑥 2 𝑑𝑥 − 𝑣𝑥 3 𝑑𝑣 = 0 ∶ 𝑥3 1 − 𝑣
1 𝑣 1 𝑣
𝑑𝑥 − 1−𝑣 𝑑𝑣 = 0 → 𝑑𝑥 − 𝑑𝑣 = 𝐶.
𝑥 𝑥 1−𝑣
1
ln 𝑥 + 1 − 1−𝑣 𝑑𝑣 = 𝐶 → ln 𝑥 + 𝑣 − ln 1 − 𝑣 = 𝐶.
𝑥𝑒 𝑣
ln 𝑥 + ln 𝑒 𝑣 − ln 1 − 𝑣 = ln 𝐾 → ln = ln 𝐾 .
1−𝑣
𝑦
𝑦
𝑥𝑒 𝑣 𝑥𝑒 𝑥
=𝐾→ 𝑦 = 𝐾 → 𝑒𝑥 = 𝐾 𝑥 − 𝑦 .
1−𝑣 1−
𝑥
𝑦
Jadi PUPD: 𝑒 𝑥 = 𝐾 𝑥 − 𝑦 .

10.1.3 PD BERBENTUK: 𝒂𝒙 + 𝒃𝒚 + 𝒄 𝒅𝒙 + 𝒑𝒙 + 𝒒𝒚 + 𝒓 𝒅𝒚 = 𝟎

1
1. Jika 𝑎𝑞 − 𝑏𝑝 = 0 → subst: 𝑢 = 𝑎𝑥 + 𝑏𝑦; 𝑑𝑦 = 𝑏 𝑑𝑢 − 𝑎𝑑𝑥 .

menjadi PD dengan variable terpisah.


Contoh:
𝑥 = 𝑥1 + 𝑕 → 𝑑𝑥 = 𝑑𝑥1
2. Jika 𝑎𝑞 − 𝑏𝑝 ≠ 0 → subst:
𝑦 = 𝑦1 + 𝑘 → 𝑑𝑦 = 𝑑𝑦1

63
𝑕=𝑥 𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 + 𝑐 = 0
dimana adalah penyelesaian dari
𝑘=𝑦 𝑝𝑥 + 𝑞𝑦 + 𝑟 = 0
maka PD menjadi PD homogin: 𝑎𝑥1 + 𝑏𝑦1 𝑑𝑥1 + 𝑝𝑥1 + 𝑞𝑦1 𝑑𝑦1 = 0.
Contoh:
Selesaikan PD: 𝑥 + 𝑦 𝑑𝑥 + 𝑥 + 𝑦 − 1 𝑑𝑦 = 0.
Penyelesaian: Pada soal ini: 𝑎𝑞 − 𝑏𝑝 = 0 → subst: 𝑢 = 𝑥 + 𝑦; 𝑑𝑦 = 𝑑𝑢 − 𝑑𝑥 .
PD menjadi: 𝑢 𝑑𝑥 + 𝑢 − 1 𝑑𝑢 − 𝑑𝑥 = 0 → 𝑑𝑥 + 𝑢 − 1 𝑑𝑢 = 0.
1
𝑑𝑥 + 𝑢 − 1 𝑑𝑢 = 𝐶 → 𝑥 + 2 𝑢2 − 𝑢 = 𝐶.
1 2 1 2
𝑥+2 𝑥+𝑦 − 𝑥 + 𝑦 = 𝐶. Jadi PUPD: 2 𝑥 + 𝑦 − 𝑦 = 𝐶.

10.1.4 PD EKSAK

𝜕𝑀 𝜕𝑁
PD : 𝑀 𝑥, 𝑦 𝑑𝑥 + 𝑁 𝑥, 𝑦 𝑑𝑦 = 0 disebut PD Eksak jika dan hanya jika = .
𝜕𝑦 𝜕𝑥

PUPD Eksak berbentuk :


𝐹 𝑥, 𝑦 = 𝐶 ……………………………………………………………………….(1)
𝜕𝐹 𝜕𝐹
𝑑𝐹 = 𝑑𝑥 + 𝑑𝑦 = 𝑀 𝑥, 𝑦 𝑑𝑥 + 𝑁 𝑥, 𝑦 𝑑𝑦
𝜕𝑥 𝜕𝑦
Berarti bahwa:
𝜕𝐹 𝑥
= 𝑀 𝑥, 𝑦 → 𝐹 𝑥, 𝑦 = 𝑀 𝑥, 𝑦 𝑑𝑥 + 𝑅(𝑦)………………………………...…….(2)
𝜕𝑥
𝑥
Dimana menyatakan bahwa dalam pengintegralan itu 𝑦 dipandang konstan dan dalam hal ini
𝑅(𝑦) adalah konstanta integrasi yang masih ditentukan, sbb:
Dari (2) didapat:
𝜕𝐹 𝜕 𝑥 𝑑𝑅
= 𝜕𝑦 𝑀 𝑥, 𝑦 𝑑𝑥 + 𝑑𝑦 = 𝑁(𝑥, 𝑦)……………………………………………….(3)
𝜕𝑦
𝑑𝑅
Dari (3) 𝑑𝑦 = 𝑅′ (𝑦) ketemu dan 𝑅(𝑦) juga ketemu, sehingga didapat PUPD: 𝐹 𝑥, 𝑦 = 𝐶.

Contoh:
Selesaikan PD: 3𝑥 2 + 6𝑥𝑦 𝑑𝑥 + 3𝑥 2 + 3𝑦 2 = 0.
𝜕𝑀
𝑀 𝑥, 𝑦 = 3𝑥 2 + 6𝑥𝑦 → = 6𝑥
𝜕𝑦
Penyelesaian: 𝜕𝑁
→sama, maka PD tersebut PD Eksak.
𝑁 𝑥, 𝑦 = 3𝑥 2 + 3𝑦 2 → = 6𝑥
𝜕𝑥
𝑥

𝐹 𝑥, 𝑦 = 𝑀 𝑥, 𝑦 𝑑𝑥 + 𝑅(𝑦)

𝑥
= 3𝑥 2 + 6𝑥𝑦 𝑑𝑥 + 𝑅 𝑦 = 𝑥 3 + 3𝑥 2 𝑦 + 𝑅(𝑦)

64
𝜕𝐹
= 3𝑥 2 + 𝑅′ 𝑦 = 𝑁(𝑥, 𝑦)
𝜕𝑥
3𝑥 2 + 𝑅′ 𝑦 = 3𝑥 2 + 3𝑦 2 → 𝑅′ 𝑦 = 3𝑦 2 → 𝑅 𝑦 = 𝑦 3 .
PUPD: 𝑥 3 + 3𝑥 2 𝑦 + 𝑦 3 = 𝐶.

10.1.5 FAKTOR PENGINTEGRAL

Ditentukan PD : 𝑀 𝑥, 𝑦 𝑑𝑥 + 𝑁 𝑥, 𝑦 𝑑𝑦 = 0 tidak Eksak. Jika ada 𝑉 (fungsi dari 𝑥 dan 𝑦 atau


salah satu) yang mempunyai sifat : 𝑉𝑀 𝑑𝑥 + 𝑉𝑁 𝑑𝑦 = 0 menjadi eksak, maka 𝑉 disebut faktor
pengintegral dari PD yang ditentukan diatas.
Syarat perlu dan cukup untuk ini adalah:
𝜕𝑉𝑀 𝜕𝑉𝑁 𝜕𝑉 𝜕𝑀 𝜕𝑉 𝜕𝑁
= , atau 𝑀 𝜕𝑦 + 𝑉 𝜕𝑦 = 𝑁 𝜕𝑥 + 𝑉 𝜕𝑥 .
𝜕𝑦 𝜕𝑥

Menentukan faktor pengintegral:


1. Jika 𝑉 = 𝑓(𝑥) saja.
𝜕𝑉 𝑑𝑉 𝜕𝑉
Maka: 𝜕𝑥 = ; =0 .
𝑑𝑥 𝜕𝑦
𝜕𝑀 𝜕𝑁
𝑑𝑉 − 𝑑𝑉
𝜕𝑦 𝜕𝑥 𝑕 𝑥 𝑑𝑥
Sehingga: = 𝑑𝑥 → = 𝑕 𝑥 𝑑𝑥, dengan 𝑉 = 𝑒
𝑉 𝑁 𝑉

Contoh:
Selesaikan PD: 𝑥 2 + 𝑥 − 𝑦 𝑑𝑥 + 𝑥 𝑑𝑦 = 0.
Penyelesaian:
𝜕𝑀 𝜕𝑁

𝜕𝑦 𝜕𝑥 −1 − 1 −2
𝑕 𝑥 = = =
𝑁 𝑥 𝑥

−2 −2
𝑑𝑥
Faktor pengintegral: 𝑉 = 𝑒 𝑥 = 𝑒 −2 ln 𝑥 = 𝑒 ln 𝑥 = 𝑥 −2 .
PD: 𝑉 𝑥 2 + 𝑥 − 𝑦 𝑑𝑥 + 𝑉𝑥 𝑑𝑦 = 0 →PD Eksak.
𝑥 −2 𝑥 2 + 𝑥 − 𝑦 𝑑𝑥 + 𝑥 −2 𝑥 𝑑𝑦 = 0
1 1
1 + 𝑥 − 𝑦𝑥 −2 𝑑𝑥 + 𝑥 𝑑𝑦 = 0
𝑥
1 𝑦
𝐹 𝑥, 𝑦 = 1+ − 𝑦𝑥 −2 𝑑𝑥 + 𝑅 𝑦 = 𝑥 + ln 𝑥 + + 𝑅(𝑦)
𝑥 𝑥
𝜕𝐹 1 1
= 𝑥 + 𝑅′ 𝑦 = 𝑥 → 𝑅′ 𝑦 = 0 → 𝑅 𝑦 = 𝐶1 .
𝜕𝑦
𝑦
PUPD: 𝐹 𝑥, 𝑦 = 𝐶 → 𝑥 + ln 𝑥 + 𝑥 = 𝐶.

2. Jika 𝑉 = 𝑓(𝑦) saja.

65
𝜕𝑁 𝜕𝑀
𝜕𝑉 𝜕𝑉 𝑑𝑉 𝑑𝑉 𝜕𝑥 − 𝜕𝑦
= 0, = → = 𝑑𝑦
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝑑𝑦 𝑉 𝑀
𝑑𝑉
= 𝑕 𝑦 𝑑𝑦.
𝑉

𝑕(𝑦)𝑑𝑦
Jadi faktor pengintegral: 𝑉 = 𝑒 .

Contoh:
Selesaikan PD: 2𝑥𝑦 𝑑𝑥 + 𝑦 2 − 3𝑥 2 𝑑𝑦 = 0.
𝜕𝑁 𝜕𝑀

𝜕𝑥 𝜕𝑦 −6𝑥 − 2𝑥 −4
𝑕 𝑦 = = =
𝑀 2𝑥𝑦 𝑦
−4
𝑑𝑦
Faktor pengintegral: 𝑉 = 𝑒 𝑦 = 𝑒 −4 ln 𝑦 = 𝑦 −4
PD dikalikan dengan V menjadi:
2𝑥 1 3𝑥 2
𝑑𝑥 + − 𝑑𝑦 = 0 →PD Eksak.
𝑦3 𝑦2 𝑦4

2𝑥 𝑥2
𝐹 𝑥, 𝑦 = 𝑑𝑥 + 𝑅 𝑦 = 3 + 𝑅(𝑦)
𝑦 𝑦
𝜕𝐹 3𝑥 2 1 3𝑥 2 1 −1
= − 4 + 𝑅′ 𝑦 = 2 − 4 → 𝑅′ 𝑦 = 2 → 𝑅 𝑦 =
𝜕𝑦 𝑦 𝑦 𝑦 𝑦 𝑦
𝑥2 1
Jadi PUPD: 𝑦 3 − 𝑦 = 𝐶.

10.1.6 PD LINIER TINGKAT SATU

𝑑𝑦
Bentuk umum: 𝑑𝑥 = 𝑦𝑃 = 𝑄.
𝑃 𝑑𝑥
Faktor pengintegral: 𝑣 = 𝑒
PUPD: 𝑦𝑣 = 𝑄𝑣 𝑑𝑥 + 𝐶.
Contoh:
𝑑𝑦
Selesaikan PD: 𝑑𝑥 + 𝑦 = 2 + 2𝑥

Penyelesaian:
1 𝑑𝑥
Faktor pengintegral: 𝑣 = 𝑒 = 𝑒𝑥 .
PUPD: 𝑦𝑒 𝑥 = 2 + 2𝑥 𝑒 𝑥 𝑑𝑥 + 𝐶
= 2𝑒 𝑥 + 2 𝑥𝑒 𝑥 − 𝑒 𝑥 + 𝐶
= 2𝑥𝑒 𝑥 + 𝐶.
Jadi PUPD: 𝑦 = 2𝑥𝑒 𝑥 + 𝐶 𝑒 −𝑥 .

66
10.1.7 PD BERNOULLI

Bentuk umum:
𝑑𝑦
+ 𝑦𝑃 = 𝑦 𝑛 𝑄. ……………………………………………………………….(1)
𝑑𝑥
𝑑𝑦
Persamaan (1) dibagi 𝑦 𝑛 , didapat: 𝑦 −𝑛 𝑑𝑥 + 𝑦 1−𝑛 𝑃 = 𝑄.
𝑑𝑣 𝑑𝑦 𝑑𝑦 1 𝑑𝑣
Substitusi: 𝑣 = 𝑦 1−𝑛 → 𝑑𝑥 = 1 − 𝑛 𝑦 −𝑛 𝑑𝑥 → 𝑦 −𝑛 𝑑𝑥 = 1−𝑛 𝑑𝑥
𝑑𝑣
PD menjadi : 𝑑𝑥 + 𝑣 1 − 𝑛 𝑃 = 1 − 𝑛 𝑄.

Contoh:
𝑑𝑦 1
Selesaikan PD: 𝑑𝑥 + 𝑥 𝑦 = 𝑦 3 𝑥 3 .

Penyelesaian:
𝑑𝑣 𝑑𝑦
Substitusi: 𝑣 = 𝑦 −3+1 = 𝑦 −2 → 𝑑𝑥 = −2𝑦 −3 𝑑𝑥
𝑑𝑣 2
PD menjadi: 𝑑𝑥 − 𝑥 𝑣 = −2𝑥 3 →PD linier tingkat Satu
−2
𝑑𝑥
Faktor pengintegral: 𝑢 = 𝑒 𝑥 = 𝑥 −2 .
𝑥
𝑣. 𝑥 −2 = −2𝑥 3 𝑥 −2 𝑑𝑥 + 𝐶 = −𝑥 2 + 𝐶 → 𝑣 = −𝑥 4 + 𝐶𝑥 2 .
PUPD: 𝑦 −2 = −𝑥 4 + 𝐶𝑥 2 .

10.1.8 PD RICCATI

𝑑𝑦
Bentuk: = 𝑞 𝑥 + 𝑝 𝑥 𝑦 + 𝑟(𝑥)𝑦 2 .
𝑑𝑥
𝑑𝑦
Jika 𝑝, 𝑞, 𝑟 konstan maka = 𝑥 + 𝐶.
𝑞+𝑝𝑦 +𝑟𝑦 2

Jika 𝑟 𝑥 = 0 →PD linier.


Jika 𝑞 𝑥 = 0 →PD Bernoulli.
Mendapatkan penyelesaian umum PD Riccati, sbb:
Dicari/diketahui penyelesaian partikulir 𝑦 = 𝑦1 (𝑥), maka:
𝑦 ′ 1 𝑥 = 𝑞 𝑥 + 𝑝 𝑥 𝑦1 𝑥 + 𝑟 𝑦 𝑦12 (𝑥)
…………………………………………………………(1)
𝑑𝑍
Ambil 𝑦 = 𝑦1 𝑥 + 𝑧 𝑥 → 𝑑𝑥 − 𝑝 + 2𝑟𝑦1 𝑍 = 𝑟𝑍 2 →PD Bernoulli.

Contoh:
Selesaikan PD: 𝑦 ′ = 𝑒 2𝑥 + 𝑒 𝑥 − 2𝑒 𝑥 𝑦 + 𝑦 2 . Jika diketahui penyelesaian partikulir 𝑦1 = 𝑒 𝑥 .
Penyelesaian: 𝑟 𝑥 = 1; 𝑝 𝑥 = −2𝑒 𝑥 ; 𝑞 𝑥 = 𝑒 2𝑥 + 𝑒 𝑥

67
𝑑𝑍 𝑑𝑍 1
Ambil 𝑦 = 𝑒 𝑥 + 𝑍 → 𝑑𝑥 − −2𝑒 2𝑥 + 2𝑒 2𝑥 𝑍 = 𝑍 2 → 𝑑𝑥 = 𝑍 2 → 𝑍 = 𝐶−𝑥 .

Maka penyelesaian PD Riccati tersebut adalah:


1
𝑦 𝑥 = 𝑒 𝑥 + 𝐶−𝑥 .

10.9 TRAYEKTORI

Suatu kurva yang memotong setiap anggota dari suatu rumpun kurva (dari sebaliknya) dengan
sudut 𝛽 dinamakan trayektori 𝛽 dari rumpun itu atau trayektori isogonal.
1. Trayektori Isogonal
𝑦 ′ −tan 𝛽
Integral kurva dari persamaan diferensial 𝑓 𝑥, 𝑦, 1+𝑦 ′ tan 𝛽 = 0 adalah trayektori isogonal

dengan sudut tetap 𝛽 dari rumpun integral kurva 𝑓 𝑥, 𝑦, 𝑦′ = 0.


2. Trayektori orthogonal
1
Jika 𝛽 = 90𝑜 dinamakan trayektori orthogonal. Integral kurva dari PD 𝑓 𝑥, 𝑦, − 𝑦′ = 0

adalah trayektori orthogonal dari rumpun integral kurva 𝑓 𝑥, 𝑦, 𝑦′ = 0. Dalam koordinat


𝑑𝜃
polar, integral kurva dari PD 𝑓 𝑟, 𝜃, −𝑟 2 𝑑𝑟 = 0 adalah trayektori orthogonal dari integral
𝑑𝜃
kurva 𝑓 𝑟, 𝜃, 𝑑𝑟 = 0.

Langkah-langkah menentukan suatu trayektori:


1. Tentukan persamaan rumpun kurva (PD) dari persamaan kurva yang diketahui. Jika persamaan
yang didapat masih ada parameter λ maka λ harus dieliminasi dulu.
2. Tentukan PD dari trayektorinya:
𝑑𝑦 𝑑𝑥
a. Jika trayektori orthogonal maka dilakukan pergantian 𝑑𝑥 dengan − 𝑑𝑦 pada PD-nya.
𝑑𝑦
b. Jika trayektori isogonal dengan sudut tetap 𝛽 maka lakukanlah pergantian dengan
𝑑𝑥
𝑑𝑦
− tan 𝛽
𝑑𝑥
𝑑𝑦 pada PD-nya.
1+ tan 𝛽
𝑑𝑥

3. Selesaikakan PD baru tersebut dan ini akan menghasilkan persamaan trayektori yang dimaksud.
Contoh:
1. Dapatkan trayektori orthogonal dari 𝑥 2 + 2𝑦 2 = λ………………………….(1)
Penyelesaian:
𝑑𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝑥
Kurva (1) dideferensialkan: 2𝑥 + 4𝑦 = 0. Kemudian diganti dengan − menjadi
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑦

2𝑥 𝑑𝑦 − 4𝑦 𝑑𝑥 = 0 → PD dengan variabel dapat dipisahkan. PD tersebut diselesaikan


menghasilkan: 𝑦 = 𝐶𝑥 2 →trayektori orthogonal.

68
2. Dapatkan trayektori isogonal dengan 𝛽 = 𝜋/4 dari 𝑥 2 + 𝑦 2 = 2λ x + y .
Penyelesaian:
𝑑𝑦
Pers. 𝑥 2 + 𝑦 2 − 2λ x + y = 0. PD dari rumpun kurva ini adalah: 2𝑥 + 2𝑦 𝑑𝑥 −
dy
2λ 1 + dx = 0. Karena masih mengandung parameter λ, maka λ dihilangkan. Dari
x 2 +y 2
persamaan rumpun kurva didapat: 2λ = . Maka PD rumpun kurva itu adalah:
x+y

𝑑𝑦 x 2 +y 2 dy dy
2𝑥 + 2𝑦 𝑑𝑥 − 1 + dx = 0 → x 2 − y2 + 2xy + 2xy + y 2 − x 2 = 0.
x+y dx
𝑑𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝑦
𝑑𝑦 − tan 𝛽 − tan 𝜋/4 −1
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑𝑥
diganti dengan 𝑑𝑦 = 𝑑𝑦 = 𝑑𝑦 , sehingga didapat
1+𝑑𝑥 tan 𝛽 1+𝑑𝑥 tan 𝜋/4 1+𝑑𝑥

4𝑥𝑦 𝑑𝑦 + 2𝑥 2 − 2𝑦 2 𝑑𝑥 = 0 → PD homogin.
Maka penyelesaian dari PD tersebut adalah: 𝑦 2 + 𝑥 2 = 𝐶.
Jadi trayektori isogonal dengan 𝛽 = 𝜋/4 adalah 𝑦 2 + 𝑥 2 = 𝐶.
CONTOH SOAL PD TINGKAT SATU DERAJAT SATU
𝑑𝑦 1+𝑦 2
1. Selesaikan PD: 𝑑𝑥 = 1+𝑥 2
𝑑𝑦 𝑑𝑥 𝑑𝑦 𝑑𝑥
Penyelesaian: − =0→ − = 𝐶.
1+𝑦 2 1+𝑥 2 1+𝑦 2 1+𝑥 2

PUPD: arctg 𝑦 − arctg 𝑥 = 𝐶.

2. Selesaikan PD: 1 + 2𝑦 𝑑𝑥 + 𝑥 − 4 𝑑𝑦 = 0
Penyelesaian: 1 + 2𝑦 𝑑𝑥 + 𝑥 − 4 𝑑𝑦 = 0 ∶ 1 + 2𝑦 𝑥 − 4
𝑑𝑥 𝑑𝑦
→ + =0
𝑥 − 4 1 + 2𝑦
𝑑𝑥 𝑑𝑦
→ + = 𝐶1
𝑥−4 1 + 2𝑦
1
→ ln 𝑥 − 4 + ln 1 + 2𝑦 = 𝐶1
2
→ 2 ln 𝑥 − 4 + ln 1 + 2𝑦 = 2𝐶1
→ ln 𝑥 − 4 2 (1 + 2𝑦) = ln 𝐶; 𝐶 = 𝑒 2𝐶1
 PUPD: 𝑥 − 4 2
1 + 2𝑦 = 𝐶

𝑑𝑦 4𝑦
3. Selesaikan PD: 𝑑𝑥 = 𝑥𝑦 −3𝑥

Penyelesaian: 𝑥 𝑦 − 3 𝑑𝑦 − 4𝑦 𝑑𝑥 = 0 ∶ 𝑥𝑦
𝑦−3 4
→ 𝑑𝑦 − 𝑑𝑥 = 0
𝑦 𝑥

69
3 4
→ 1− 𝑑𝑦 − 𝑑𝑥 = 𝐶
𝑦 𝑥
→ 𝑦 − 3 ln 𝑦 − 4 ln 𝑥 = 𝐶
 PUPD: 𝑦 − 3 ln 𝑦 − 4 ln 𝑥 = 𝐶

𝑑𝑣
4. Selesaikan PD: 𝑣. 𝑑𝑥 − 𝑔 = 0,jika 𝑥 = 𝑥0 , 𝑣 = 𝑣0

Penyelesaian:
𝑣𝑑𝑣 − 𝑔𝑑𝑥 = 0

𝑣 𝑑𝑣 − 𝑔 𝑑𝑥 = 𝐶
1
PUPD: 𝑣 2 − 𝑔𝑥 = 𝐶
2
1
Untuk 𝑥 = 𝑥0 , 𝑣 = 𝑣0 → 2 𝑣02 − 𝑔𝑥0 = 𝐶
1 1
Jadi penyelesaian PD tersebut: 2 𝑣 2 − 𝑔𝑥 = 2 𝑣02 − 𝑔𝑥0 atau 𝑣 2 − 𝑣02 = 2𝑔(𝑥 − 𝑥0 )

5. Selesaikan PD Homogin: 𝑥 + 𝑦 𝑑𝑥 + 𝑥 𝑑𝑦 = 0
Penyelesaian:
Substitusi: 𝑦 = 𝑣𝑥 → 𝑑𝑦 = 𝑣 𝑑𝑥 + 𝑥 𝑑𝑣
PD menjadi: 𝑥 + 𝑣𝑥 𝑑𝑥 + 𝑥 𝑣 𝑑𝑥 + 𝑥 𝑑𝑣 = 0
→ 𝑥 1 + 2𝑣 𝑑𝑥 + 𝑥 2 𝑑𝑣 = 0 ∶ (1 + 2𝑣)𝑥 2
𝑑𝑥 𝑑𝑣
→ + =0
𝑥 1 + 2𝑣
1
→ ln 𝑥 + ln(1 + 2𝑣) = 𝐶1
2
→ 2 ln 𝑥 + ln(1 + 2𝑣) = 2𝐶1
→ ln 𝑥 2 (1 + 2𝑣) = ln 𝐶 ; 𝐶 = 𝑒 2𝐶1
𝑦
→ 𝑥 2 1 + 2𝑣 = 𝐶 → 𝑥 2 1 + 2 =𝐶
𝑥
 PUPD: 𝑥 2 + 2𝑥𝑦 = 𝐶

𝑥 𝑥
𝑥
6. Selesaikan PD Homogin: 1 + 2𝑒 𝑦 𝑑𝑥 + 2𝑒 𝑦 1 − 𝑦 𝑑𝑦 = 0

Penyelesaian:
Substitusi: 𝑥 = 𝑣𝑦 → 𝑑𝑥 = 𝑣 𝑑𝑦 + 𝑦 𝑑𝑣
PD menjadi: 1 + 2𝑒 𝑣 𝑣 𝑑𝑦 + 𝑦 𝑑𝑣 + 2𝑒 𝑣 1 − 𝑣 𝑑𝑦 = 0
→ 𝑣 + 2𝑒 𝑣 𝑑𝑦 + 𝑦 1 + 2𝑒 𝑣 𝑑𝑣 = 0 ∶ 𝑣 + 2𝑒 𝑣 𝑦

70
𝑑𝑦 1 + 2𝑒 𝑣
→ + =0
𝑦 𝑣 + 2𝑒 𝑣
𝑑𝑦 1 + 2𝑒 𝑣
→ + = 𝐶1
𝑦 𝑣 + 2𝑒 𝑣
→ ln 𝑦 + ln 𝑣 + 2𝑒 𝑣 = 𝐶1
→ ln 𝑦 𝑣 + 2𝑒 𝑣 = ln 𝐶 ; 𝐶 = 𝑒 𝐶1
𝑥 𝑥
→𝑦 + 2𝑒 𝑦 = 𝐶
𝑦
𝑥
 PUPD:𝑥 + 2𝑦𝑒 𝑦 = 𝐶

𝑑𝑦 2𝑥+𝑦−1
7. Selesaikan PD: 𝑑𝑥 = 4𝑥+2𝑦+5

Penyelesaian: Pada soal ini 𝑎𝑞 − 𝑏𝑝 = 0


Substitusi: 𝑢 = 2𝑥 + 𝑦 → 𝑑𝑦 = 𝑑𝑢 − 2𝑑𝑥
𝑑𝑢 −2𝑑𝑥 𝑢−1
PD menjadi: = → 𝑢 − 1 𝑑𝑥 − 2𝑢 + 5 𝑑𝑢 − 2𝑑𝑥 = 0
𝑑𝑥 2𝑢+5

2𝑢 + 5
→ 𝑑𝑥 − 𝑑𝑢 = 0
5𝑢 + 9
2𝑢 + 5
→ 𝑑𝑥 − 𝑑𝑢 = 𝐶
5𝑢 + 9
2 7
5𝑢 + 9 +
→𝑥− 5 5 𝑑𝑢 = 𝐶
(5𝑢 + 9)
2 7
→ 𝑥 − 𝑢 − ln 5𝑢 + 9 = 𝐶
5 25
2 7
→ 𝑥 − (2𝑥 + 𝑦) − ln 10𝑥 + 5𝑦 + 9 = 𝐶
5 25
1 2 7
 PUPD: 5 𝑥 − 5 𝑦 − 25 ln 10𝑥 + 5𝑦 + 9 = 𝐶.

8. Selesaikan PD: 6𝑥 2 − 10𝑥𝑦 + 3𝑦 2 𝑑𝑥 + 6𝑥𝑦 − 5𝑥 2 − 3𝑦 2 𝑑𝑦 = 0


𝜕𝑀
𝑀 = 6𝑥 2 − 10𝑥𝑦 + 3𝑦 2 → = −10𝑥 + 6𝑦
𝜕𝑦
Penyelesaian: 𝜕𝑁
= (PD EKSAK)
𝑁 = 6𝑥𝑦 − 5𝑥 2 − 3𝑦 2 → = −10𝑥 + 6𝑦
𝜕𝑥
𝑥
𝐹 𝑥, 𝑦 = 𝑀 𝑑𝑥 + 𝑅(𝑦)

𝑥
= (6𝑥 2 − 10𝑥𝑦 + 3𝑦 2 )𝑑𝑥 + 𝑅(𝑦)
= 2𝑥 3 − 5𝑥 2 𝑦 + 3𝑦 2 𝑥 + 𝑅(𝑦)
𝜕𝐹
= −5𝑥 2 + 6𝑦𝑥 + 𝑅′𝑦) = 𝑁 → −5𝑥 2 + 6𝑦𝑥 + 𝑅 ′ (𝑦) = 6𝑥𝑦 − 5𝑥 2 − 3𝑦 2
𝜕𝑦

71
𝑅′ 𝑦 = −3𝑦 2 → 𝑅 𝑦 = −3𝑦 2 𝑑𝑦 = −𝑦 3

 PUPD: 𝐹 𝑥, 𝑦 = 𝐶 → 2𝑥 3 − 5𝑥 2 𝑦 + 3𝑦 2 𝑥 − 𝑦 3 = 𝐶.

9. Selesaikan PD: 𝑥 + 𝑦 − 2 𝑑𝑥 + 𝑥 − 𝑦 + 4 𝑑𝑦 = 0
𝜕𝑀
𝑀 = 𝑥+𝑦−2→ =1
𝜕𝑦
Penyelesaian: 𝜕𝑁
= (PD EKSAK)
𝑁 = 𝑥−𝑦+4→ =1
𝜕𝑥
𝑥
𝐹 𝑥, 𝑦 = 𝑀 𝑑𝑥 + 𝑅(𝑦)

𝑥
= (𝑥 + 𝑦 − 2) 𝑑𝑥 + 𝑅(𝑦)

1 2
= 𝑥 + 𝑦𝑥 − 2𝑥 + 𝑅(𝑦)
2
𝜕𝐹
= 𝑥 + 𝑅′ 𝑦 = 𝑁 → 𝑥 + 𝑅′ 𝑦 = 𝑥 − 𝑦 + 4
𝜕𝑦
1
𝑅′ 𝑦 = 4 − 𝑦 → 𝑅 𝑦 = (4 − 𝑦) 𝑑𝑦 = 4𝑦 − 𝑦 2
2
1 1
 PUPD: 𝐹 𝑥, 𝑦 = 𝐶 → 2 𝑥 2 + 𝑦𝑥 − 2𝑥 + 4𝑦 − 2 𝑦 2 .

2𝑦
10. Selesaikan: 𝑦 ′ − = 𝑥 + 𝑥2
𝑥

Penyelesaian:
−2
𝑑𝑥
Faktor pengintegral: 𝑣 = 𝑒 𝑥 = 𝑒 −2 ln 𝑥 = 𝑥 −2 .
𝑦𝑣 = 𝑄𝑣 𝑑𝑥 + 𝐶 → 𝑦𝑥 −2 = (𝑥 + 𝑥 2 )𝑥 −2 𝑑𝑥 + 𝐶
1
→ 𝑦𝑥 −2 = + 1 𝑑𝑥 + 𝐶
𝑥
→ 𝑦𝑥 −2 = ln 𝑥 + 𝑥 + 𝐶
 PUPD: 𝑦 = 𝑥 2 ln 𝑥 + 𝑥 3 + 𝐶𝑥 2

𝑑𝑦
11. Selesaikan PD: 𝑥 ln 𝑥 + 𝑦 = 3𝑥 3 .
𝑑𝑥
𝑑𝑦 1 3𝑥 2
Penyelesaian: 𝑑𝑥 + 𝑥 ln 𝑥 𝑦 = ln 𝑥
1
𝑑𝑥
Faktor pengintegral: 𝑣 = 𝑒 𝑥 ln 𝑥 = 𝑒 ln ln 𝑥 = ln 𝑥.
3𝑥 2
𝑦𝑣 = 𝑄𝑣 𝑑𝑥 + 𝐶 → 𝑦 ln 𝑥 = . ln 𝑥 𝑑𝑥 + 𝐶
ln 𝑥

72
→ 𝑦 ln 𝑥 = 3𝑥 2 𝑑𝑥 + 𝐶 → 𝑦 ln 𝑥 = 𝑥 3 + 𝐶

 PUPD: 𝑦 ln 𝑥 = 𝑥 3 + 𝐶.

12. Selesaikan PD: 𝑥𝑦 ′ − 3𝑦 = 𝑥 − 1; jika 𝑦 1 = 0.


3 𝑥−1
Penyelesaian: 𝑦 ′ − 𝑥 𝑦 = 𝑥
−3
𝑑𝑥
Faktor pengintegral: 𝑣 = 𝑒 𝑥 = 𝑒 −3 ln 𝑥 = 𝑥 −3
𝑥 − 1 −3
𝑦𝑣 = 𝑄𝑣 𝑑𝑥 + 𝐶 → 𝑦𝑥 −3 = . 𝑥 𝑑𝑥 + 𝐶
𝑥
−1 1
→ 𝑦𝑥 −3 = 𝑥 −3 − 𝑥 −4 𝑑𝑥 + 𝐶 → 𝑦𝑥 −3 = 2
+ 3 +𝐶
2𝑥 3𝑥
−1 1 1
Untuk 𝑥 = 1, 𝑦 = 0 → 0 = + 3 + 𝐶 → 𝐶 = 6.
2
1 𝑥 𝑥3
 penyelesaian PD yang memenuhi syarat batas adalah: 𝑦 = 3 − 2 + .
6
𝑑𝑦 1
13. Selesaikan PD Bernoulli: 𝑑𝑥 + 𝑥 𝑦 = 𝑦 4 𝑥 5 .

Penyelesaian:
𝑑𝑣 𝑑𝑦
Substitusi: 𝑣 = 𝑦 1−4 = 𝑦 −3 → 𝑑𝑥 = −3𝑦 −4 𝑑𝑥
𝑑𝑣 3
PD menjadi: 𝑑𝑥 − 𝑥 𝑣 = −3𝑥 5 .
−3
𝑑𝑥
Faktor pengintegral: 𝑒 𝑥 = 𝑒 −3 ln 𝑥 = 𝑥 −3

𝑣𝑥 −3 = −3𝑥 5 𝑥 −3 𝑑𝑥 + 𝐶 → 𝑣𝑥 −3 = −3𝑥 2 𝑑𝑥 + 𝐶

→ 𝑣𝑥 −3 = −𝑥 3 + 𝐶 → 𝑣 = −𝑥 6 + 𝐶𝑥 3
1
Karena 𝑣 = 𝑦 −3 →PUPD: 𝑦 −3 = −𝑥 6 + 𝐶𝑥 3 atau 𝑦 3 = 𝐶𝑥 3 −𝑥 6 .

14. Selesaikan PD Bernoulli: 𝑦 ′ + 𝑦 = 𝑦 2 cos 𝑥 − sin 𝑥


Penyelesaian:
𝑑𝑣 𝑑𝑦
Substitusi: 𝑣 = 𝑦 1−2 = 𝑦 −1 → 𝑑𝑥 = −𝑦 −2 𝑑𝑥 .
𝑑𝑣
PD menjadi: 𝑑𝑥 − 𝑣 = − cos 𝑥 − sin 𝑥
−1 𝑑𝑥
Faktor pengintegral: 𝑒 = 𝑒 −𝑥 .

𝑣𝑒 −𝑥 = − cos 𝑥 − sin 𝑥 𝑒 −𝑥 𝑑𝑥 + 𝐶 → 𝑣𝑒 −𝑥 = −𝑒 −𝑥 sin 𝑥 + 𝐶

→ 𝑣 = − sin 𝑥 + 𝐶𝑒 𝑥
1
Karena 𝑣 = 𝑦 −1 → PUPD: 𝑦 −1 = − sin 𝑥 + 𝐶𝑒 𝑥 atau 𝑦 = 𝐶𝑒 𝑥 −sin 𝑥 .

73
SOAL LATIHAN

Selesaikan PD berikut:
1. PD dengan variabel terpisah atau dapat dipisahkan:
a. 𝑥𝑦 + 𝑦 𝑑𝑥 + 𝑥𝑦 + 𝑥 𝑑𝑦 = 0 Jwb: 𝑥 + 𝑦 + ln 𝑥𝑦 = 𝐶
b. 1 + 𝑥 2 𝑦 ′ + 𝑥𝑦 = 𝑥 Jwb: 𝑦 = 1 − 𝐶 1 + 𝑥 2 −1/2

𝑑𝑥 𝑦𝑑𝑦
c. − 𝑦+2 = 0 Jwb: ln 𝑥 − 𝑦 + 2 ln(𝑦 + 2) = 𝐶
𝑥

d. 𝑥𝑦 2 + 𝑥 𝑑𝑥 + 𝑥 2 𝑦 + 𝑦 𝑑𝑦 = 0 Jwb: 𝑥 2 + 1 𝑦 2 + 1 = 𝐶
1
e. 1 + 𝑥 2 𝑑𝑦 + 𝑥 1 − 𝑦 2 1/2
𝑑𝑥 = 0 Jwb: arcsin 𝑦 + 2 ln 1 + 𝑥 2 = 𝐶

f. (1 + ln 𝑥) 𝑑𝑥 + 1 + ln 𝑦 𝑑𝑦 = 0 Jwb: 𝑥 ln 𝑥 + 𝑦 ln 𝑦 = 𝐶
𝑥 𝑦
g. 𝑦 2 + 9 𝑑𝑥 − 𝑥 2 + 9 𝑑𝑦 = 0 Jwb: arctan 3 − arctan 3 = 𝐶

h. 𝑥 + 1 𝑦 ′ + 1 = 2𝑒 −𝑦 Jwb: 𝑒 𝑦 − 2 𝑥 + 1 = 𝐶
𝑑𝑦 2
i. + 2𝑦𝑥 = 0;jika 𝑥 = 0, 𝑦 = 𝑦0 Jwb: 𝑦 = 𝑦0 𝑒 −𝑥
𝑑𝑥
𝑑𝑣
j. 𝑣 𝑑𝑥 − 𝑔 = 0; jika 𝑥 = 𝑥0 , 𝑣 = 𝑣0 Jwb: 𝑣 2 − 𝑣02 = 2𝑔(𝑥 − 𝑥0 )

2. PD Homogin:
a. 𝑥 + 2𝑦 𝑑𝑥 + 2𝑥 + 3𝑦 = 0 Jwb: 𝑥 2 + 4𝑥𝑦 + 3𝑦 2 = 𝐶
1 𝑦
b. 𝑥 + 𝑦 𝑑𝑦 + 𝑥 − 𝑦 𝑑𝑥 = 0 Jwb:2 ln 𝑥 2 + 𝑦 2 + arctan =𝐶
𝑥
𝑥−2𝑦
c. 𝑦 ′ + 2𝑥−𝑦 = 0 Jwb: 𝑥 + 𝑦 3
= 𝐶(𝑦 − 𝑥)

d. 𝑦 2 + 2𝑥𝑦 𝑑𝑥 + 2𝑥 2 + 3𝑥𝑦 𝑑𝑦 = 0 Jwb:𝑥𝑦 2 𝑥 + 𝑦 = 𝐶


𝑑𝑦 2𝑥 3 +𝑦 3
e. = Jwb:𝑦 3 − 𝑥 3 − 𝐶𝑥 = 0
𝑑𝑥 3𝑥𝑦 2
𝑦 𝑦 𝑦 𝑦
f. 𝑥 sin 𝑥 − 𝑦 cos 𝑥 𝑑𝑥 + 𝑥 cos 𝑥 𝑑𝑦 = 0 Jwb:𝑥 sin 𝑥 = 𝐶

g. 𝑦 2 − 𝑥 2 𝑑𝑥 + 𝑥𝑦 𝑑𝑦 = 0 Jwb:2𝑥 2 𝑦 2 = 𝑥 4 + 𝐶
h. 𝑥 3 + 𝑦 3 𝑑𝑥 + 3𝑥𝑦 2 𝑑𝑦 = 0 Jwb: 𝑥 4 + 4𝑥𝑦 3 = 𝐶
𝑦 −𝑦
𝑦
i. 𝑦 ′ − 𝑒 𝑥 = 𝑥 Jwb: ln 𝑥 + 𝑒 𝑥 = 𝐶

j. 2𝑥 𝑑𝑦 − 2𝑦 𝑑𝑥 = 𝑥 2 + 4𝑦 2 𝑑𝑥 Jwb: 1 + 4𝐶𝑦 − 𝐶 2 𝑥 2 = 0

3. PD 𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 + 𝑐 𝑑𝑥 + 𝑝𝑥 + 𝑞𝑦 + 𝑟 𝑑𝑦 = 0 :
a. 2𝑥 − 5𝑦 + 2 𝑑𝑥 + 10𝑦 − 4𝑥 − 4 𝑑𝑦 = 0 Jwb: 𝑥 − 2𝑦 = 𝐶
𝑥−2𝑦+5
b. 𝑦 ′ = 2𝑥+𝑦−1 Jwb:𝑥 2 − 𝑦 2 − 4𝑥𝑦 + 10𝑥 + 2𝑦 = 𝐶

74
c. 4𝑥 + 6𝑦 + 5 𝑑𝑥 = 2𝑥 + 3𝑦 + 4 𝑑𝑦
1 9
Jwb:8 2𝑥 + 3𝑦 + 64 ln 16𝑥 + 24𝑦 + 23 = 𝑥 + 𝐶

d. 2𝑥 + 3𝑦 − 6 𝑑𝑦 = 6𝑥 − 2𝑦 − 7 𝑑𝑥
3
Jwb:3𝑥 2 − 2 𝑦 2 − 2𝑥𝑦 − 7𝑥 + 6𝑦 = 𝐶
1−2𝑦−4𝑥
e. 𝑦 ′ = Jwb: 4𝑥 2 + 𝑦 2 + 4𝑥𝑦 + 2𝑦 − 2𝑥 = 𝐶
1+𝑦+2𝑥

4. PD Eksak:
1
a. 𝑥𝑑𝑦 + 𝑥 + 𝑦 𝑑𝑥 = 0 Jwb: 𝑥𝑦 + 2 𝑥 2 = 𝐶

b. 𝑥 2 − 𝑎𝑦 𝑑𝑥 + 𝑦 2 − 𝑎𝑥 𝑑𝑦 = 0 Jwb: 𝑥 3 + 𝑦 3 − 3𝑎𝑥𝑦 = 𝐶
2𝑥−𝑦 1
c. 𝑦 ′ = Jwb: 𝑥𝑦 − 𝑥 2 − 2 𝑦 2 = 𝐶
𝑥−𝑦
1
d. 𝑥 2 − 𝑦 𝑑𝑥 − 𝑥 𝑑𝑦 = 0 Jwb: 3 𝑥 3 − 𝑦𝑥 = 𝐶
1
e. 𝑥 2 + 𝑦 2 𝑑𝑥 + 2𝑥𝑦 𝑑𝑦 = 0 Jwb: 3 𝑥 3 + 𝑥𝑦 2 = 𝐶

f. 2𝑥 + 𝑒 𝑦 𝑑𝑥 + 𝑥 𝑒 𝑦 𝑑𝑦 = 0 Jwb: 𝑥 2 + 𝑥𝑒 𝑦 = 𝐶
𝑦 𝑑𝑥 −𝑥 𝑑𝑦 𝑥
g. 𝑥 𝑑𝑥 + 𝑦 𝑑𝑦 = Jwb: 𝑥 2 + 𝑦 2 − 2 arctg = 𝐶
𝑥 2 +𝑦 2 𝑦

h. 𝑦𝑒 𝑥𝑦 − 2𝑦 3 𝑑𝑥 + 𝑥𝑒 𝑥𝑦 − 6𝑥𝑦 2 − 2𝑦 𝑑𝑦 = 0 jika 𝑥 = 0, 𝑦 = 0
Jwb: 𝑒 𝑥𝑦 = 2𝑥𝑦 3 + 𝑦 2 − 3
5. PD Linier Tingkat Satu:
a. 𝑥 2 − 1 𝑦 ′ + 2𝑥𝑦 = 1 Jwb: 𝑦 1 − 𝑥 2 = 𝐶 − 𝑥
b. 𝑥 ln 𝑥 𝑦 ′ + 𝑦 = 2 ln 𝑥 Jwb: 𝑦 ln 𝑥 = 𝐶 + ln 𝑥 2

c. 𝑦 ′ + 2𝑦 cotg 𝑥 = 3𝑥 2 cosec 2𝑥 Jwb: 𝑦 sin2 𝑥 = 𝑥 3 + 𝐶


𝑑𝑦
d. + 𝑦 = 2 + 2𝑥 Jwb: 𝑦 = 2𝑥 + 𝐶𝑒 −𝑥
𝑑𝑥

e. 𝑥 𝑑𝑦 − 2𝑦 𝑑𝑥 = 𝑥 − 2 𝑒 𝑥 𝑑𝑥 Jwb: 𝑦 = 𝑒 𝑥 + 𝐶𝑥 2
1
f. 𝑦 ′ + 𝑦 cos 𝑥 = 2 sin 2𝑥 Jwb: 𝑦 = sin 𝑥 − 1 − 𝐶𝑒 − sin 𝑥
2𝑦
g. 𝑦 ′ − 𝑥+1 = 𝑥 + 1 3
Jwb: 2𝑦 = 𝑥 + 1 4
+ 𝐶(𝑥 + 1)2
1−2𝑥
h. 𝑦 ′ + 𝑦=1 Jwb: 𝑦 = 𝑥 2 1 + 𝐶𝑒 1/𝑥
𝑥2
𝑑𝑥 1
i. − 3𝑥 = 1; 𝑥 = 0 , 𝑡 = 0 Jwb: 𝑥 = 3 𝑒 3𝑡 − 1
𝑑𝑡

6. PD Bernoulli:
𝑦
a. 𝑦 ′ + 𝑥 = 𝑥𝑦 2 Jwb: 1 + 𝑥 2 𝑦 + 𝐶𝑥𝑦 = 0

b. 𝑥𝑦 ′ + 𝑦 = 𝑥 3 𝑦 4 Jwb: −3 ln 𝑥 + 𝐶 𝑥 3 𝑦 3 = 1

75
c. (sin 𝑥)𝑦′ − 𝑦 cos 𝑥 + 𝑦 2 = 0 Jwb: 𝑦 𝑥 + 𝐶 = sin 𝑥
1
d. 𝑦 ′ − 𝑦 = 𝑥𝑦 2 Jwb: 𝑦 = 1 − 𝑥 + 𝐶𝑒 −𝑥
1
e. 𝑦 ′ + 𝑦 = 𝑦 2 𝑒 𝑥 Jwb: 𝑦 = 𝐶 − 𝑥 𝑒 𝑥

f. 3𝑦 ′ − 𝑦 = 3𝑦 3 𝑒 4𝑥 Jwb: 𝑦 −1 𝑒 −𝑥 = 13 − 12𝑒 𝑥

7. PD Riccati:
a. 𝑦 ′ = 𝑦 2 𝑥 −2 − 𝑦𝑥 −1 + 1, dengan penyelesaian partikulir 𝑦1 = 𝑥.
Jwb: 𝑦 = 𝑥 + 𝐶𝑥 −1 − 𝑥 −1 ln 𝑥 −1

b. 𝑦 ′ = −𝑒 −𝑥 𝑦 2 + 𝑦 + 𝑒 𝑥 , dengan 𝑦1 = −𝑒 𝑥
1 −1
Jwb: 𝑦 = −𝑒 𝑥 + 𝐶𝑒 −3𝑥 + 2 𝑒 −𝑥

c. 𝑦 ′ = 𝑥𝑦 2 + −8𝑥 2 + 𝑥 −1 𝑦 + 16𝑥 3 , dengan 𝑦1 = 4𝑥


1 −1
Jwb: 𝑦 = 4𝑥 + 𝐶𝑥 −1 − 3 𝑥 2

Dapatkan trayektori orthogonal dari keluarga kurva-kurva berikut:


𝑥3
1. 𝑦 2 = λ−𝑥 Jwb: 𝑥 2 + 𝑦 2 2
= 𝐶 2𝑥 2 + 𝑦 2

2. 𝑥 2 + 𝑦 2 − 2λx = 0 Jwb: 𝑦 = 𝐶 𝑥 2 + 𝑦 2
3. 𝑥 2 + 4𝑦 2 = 𝐶 Jwb: 𝑦 = 𝐶𝑥 4
4. 𝑦 = 𝐶𝑥 2 Jwb: 𝑥 2 + 2𝑦 2 = 𝐶
5. 𝑦 2 = 𝐶𝑥 Jwb: 2𝑥 2 + 𝑦 2 = 𝐶
2
6. 𝑟 = 𝐶𝜃 Jwb: 𝑟 2 = 𝐶𝑒 −𝜃
7. 𝑟 = λ cos θ Jwb: 𝑟 = 𝐶 sin 𝜃
Dapatkan trayektori isogonal dari keluarga kurva-kurva berikut dengan sudut tetap sebesar 𝛼
1 𝜋 −𝑥
1. 𝑦 = 2 𝑥 + 𝐶; 𝛼 = Jwb: 𝑦 = +𝐶
4 3
𝜋 𝑦
2. 𝑥 2 + 𝑦 2 = 𝐶; 𝛼 = Jwb: ln 𝑥 2 + 𝑦 2 − 2 arctg 𝑥 = 𝐶
4
𝜋
3. 𝑥 2 + 𝑦 2 = 2λ 𝑥 + 𝑦 ; 𝛼 = Jwb: 𝑦 2 + 𝑥 2 = 𝐶
4
2 𝜋
4. 𝑥−λ + 𝑦 2 = λ2 ; 𝛼 = Jwb: 𝑥 2 + 𝑦 2 = 𝐶 𝑦 − 𝑥
4
1 𝜋
5. 𝑦 = 𝑥+λ ; 𝛼 = Jwb: 𝑦 + 1 = 𝑦 − 1 𝐶𝑒 𝑥+𝑦
4

76
10.2 PD TINGKAT DUA

𝒅𝟐 𝒚
10.2.1 PD : 𝒅𝒙𝟐 = 𝒇(𝒙)
𝑑2𝑦
Contoh: Selesaikan PD: 𝑑𝑥 2 = 3𝑥 2 − 6.

𝑑𝑦
Penyelesaian: 𝑑𝑥 = 3𝑥 2 − 6 𝑑𝑥 = 𝑥 3 − 6𝑥 + 𝐶1 → 𝑦 = 𝑥 3 − 6𝑥 + 𝐶1 𝑑𝑥

1
PUPD: 𝑦 = 4 𝑥 4 − 3𝑥 2 + 𝐶1 𝑥 + 𝐶2 .

𝒅𝟐 𝒚
10.2.2. PD : 𝒅𝒙𝟐 = 𝒇(𝒚)

𝑑𝑦 𝑑2 𝑦 𝑑𝑝 𝑑𝑝 𝑑𝑦 𝑑𝑝
Misal: 𝑑𝑥 = 𝑝 → 𝑑𝑥 2 = 𝑑𝑥 = 𝑑𝑦 . 𝑑𝑥 = 𝑝 .
𝑑𝑦

𝑑𝑝
PD menjadi: 𝑝 = 𝑓(𝑦) → 𝑝 𝑑𝑝 = 𝑓 𝑦 𝑑𝑦 → 𝑝2 = 2 𝑓 𝑦 𝑑𝑦 + 𝐶1 .
𝑑𝑦

𝑑𝑦 𝑑𝑦
Atau 𝑑𝑥 = ± 2 𝑓 𝑦 𝑑𝑦 + 𝐶1 → 𝑑𝑥 = ± .
2 𝑓 𝑦 𝑑𝑦 +𝐶1

𝑑𝑦
Jadi 𝑥 = ± + 𝐶2 .
2 𝑓 𝑦 𝑑𝑦 +𝐶1

Contoh:
𝑑2𝑦
Selesaikan PD: 𝑑𝑥 2 = 𝑦.

𝑑𝑦
Penyelesaian: 𝑝2 = 2 𝑦 𝑑𝑦 + 𝐶1 → 𝑝2 = 𝑦 2 + 𝐶1 → 𝑑𝑥 = ± 𝑦 2 + 𝐶1 .

𝑑𝑦
𝑥=± + 𝐶2 = ± ln 𝑦 + 𝑦 2 + 𝐶1 + 𝐶2 .
𝑦 2 +𝐶1

Jadi PUPD: 𝑥 = ± ln 𝑦 + 𝑦 2 + 𝐶1 + 𝐶2 .

𝒅𝟐 𝒚 𝒅𝒚
10.2.3 PD : 𝒑 + 𝒒 𝒅𝒙 + 𝒓𝒚 = 𝟎 ; 𝒑, 𝒒, 𝒓 :konstan
𝒅𝒙𝟐

𝑑𝑦 𝑑2𝑦
Misal: 𝑦 = 𝑒 𝑘𝑥 → 𝑑𝑥 = 𝑦 ′ = 𝑘𝑒 𝑘𝑥 → 𝑑𝑥 2 = 𝑦 ′′ = 𝑘 2 𝑒 𝑘𝑥

Maka PD menjadi: 𝑝𝑘 2 𝑒 𝑘𝑥 + 𝑞𝑘𝑒 𝑘𝑥 + 𝑟𝑒 𝑘𝑥 = 0 → 𝑒 𝑘𝑥 𝑝𝑘 2 + 𝑞𝑘 + 𝑟 = 0.

Karena 𝑒 𝑘𝑥 ≠ 0, sehingga: 𝑝𝑘 2 + 𝑞𝑘 + 𝑟 = 0.

77
Persamaan karakteristik: 𝑝𝑘 2 + 𝑞𝑘 + 𝑟 = 0 dengan akar-akar 𝑘1 dan 𝑘2 dengan rumus “abc” :

−𝑞 ± 𝑞2 − 4𝑝𝑟
𝑘1,2 =
2𝑝

Ada 3 kasus berhubung dengan akar-akar karakteristik:

1. Jika 𝑘1 ≠ 𝑘2 (real berlainan), maka PUPD: 𝑦 = 𝐶1 𝑒 𝑘 1 𝑥 + 𝐶2 𝑒 𝑘 2 𝑥

2. Jika 𝑘1 = 𝑘2 (real kembar = 𝑘), maka PUPD: 𝑦 = 𝑒 𝑘𝑥 𝐶1 𝑥 + 𝐶2

3. Jika 𝑘1,2 = 𝑎 ± 𝑏𝑖 (kompleks sejodoh), maka PUPD: 𝑦 = 𝑒 𝑎𝑥 𝐶1 cos 𝑏𝑥 + 𝐶2 sin 𝑏𝑥

Contoh:
𝑑2𝑦 𝑑𝑦
1. Selesaikan PD: 2 𝑑𝑥 2 − 𝑑𝑥 = 0.

Penyelesaian:
Persamaan Karakteristik (PK): 2𝑘 2 − 𝑘 = 0
1
Akar-akar karakteristik: 𝑘 2𝑘 − 1 = 0 → 𝑘1 = 0, 𝑘2 = 2
1
PUPD: 𝑦 = 𝐶1 + 𝐶2 𝑒 2𝑥 .
2. Selesaikan PD: 𝑦 ′′ − 4𝑦 ′ + 4𝑦 = 0.
Penyelesaian:
PK: 𝑘 2 − 4𝑘 + 4 = 0 → 𝑘 − 2 𝑘 − 2 = 0.
Akar-akar: 𝑘1,2 = 2
PUPD: 𝑦 = 𝑒 2𝑥 𝐶1 𝑥 + 𝐶2
3. Selesaikan PD: 𝑦 ′′ − 4𝑦 ′ + 13𝑦 = 0.
Penyelesaian:
PK: 𝑘 2 − 4𝑘 + 13 = 0
−(4)± (−4)2 −4 1 (13) 4± −36
Akar-akar: 𝑘1,2 = = = 2 ± 3𝑖
2(1) 2

PUPD: 𝑦 = 𝑒 2𝑥 𝐶1 cos 3𝑥 + 𝐶2 sin 3𝑥


4. Selesaikan PD: 𝑦 ′′ + 4𝑦 ′ + 5𝑦 = 0, dimana untuk 𝑥 = 0 terdapat 𝑦 = 2, 𝑦 ′ = 0
Penyelesaian:
PK: 𝑘 2 + 4𝑘 + 5 = 0
Akar-akar karaktteristik: 𝑘1,2 = −2 ± 𝑖
PUPD: 𝑦 = 𝑒 −2𝑥 𝐶1 cos 𝑥 + 𝐶2 sin 𝑥
Untuk 𝑥 = 0, 𝑦 = 2 → 2 = 𝑒 0 𝐶1 cos 0 + 𝐶2 sin 0 → 𝐶1 = 2
𝑦 ′ = 𝑒 −2𝑥 −𝐶1 sin 𝑥 + 𝐶2 cos 𝑥 − 2𝑒 −2𝑥 𝐶1 cos 𝑥 + 𝐶2 sin 𝑥

78
Untuk 𝑥 = 0, 𝑦 ′ = 0 → 0 = 𝐶2 − 2𝐶1 → 𝐶2 = 2.2 = 4.
Jadi penyelesaian PD yang memenuhi syarat adalah: 𝑦 = 𝑒 −2𝑥 2 cos 𝑥 + 4 sin 𝑥 .

𝒅𝟐 𝒚 𝒅𝒚
10.2.4 PD : 𝒑 + 𝒒 𝒅𝒙 + 𝒓𝒚 = 𝒇(𝒙) ; 𝒑, 𝒒, 𝒓 :konstan
𝒅𝒙𝟐

PD ini dinamakan PD Lengkap, dapat ditulis: 𝑝𝑦 ′′ + 𝑞𝑦 ′ + 𝑟𝑦 = 𝑓(𝑥).


Peyelesaian Umum dari PD Lengkap (PUPL) adalah 𝑦 = 𝑦𝑐 + 𝑦𝑝 , dengan:
𝑦𝑐 : fungsi complementer (FC)=PUPR (Penyelesaian umum PD tereduksi
𝑦𝑝 : integral partikulir (IP)= penyelesaian yang tidak mengandung konstanta sebarang dari PD
tersebut.
PD tereduksi (PR): 𝑝𝑦 ′′ + 𝑞𝑦 ′ + 𝑟𝑦 = 0 →PUPR: 𝑦𝑐
Ada dua metode untuk mendapatkan integral partikulir 𝑦𝑝 (IP), yaitu:
1. Metode Operator
2. Metode Variasi parameter.
Sebelum dijelaskan kedua metode tersebut, ada beberapa hal yang perlu diketahui mengenai
operator D dan 𝐷 −1 .
𝑑
𝐷 = 𝑑𝑥 →operator derivative (turunan)

𝑑𝑦 𝑑2 𝑦 𝑑𝑛 𝑦
𝐷𝑦 = = 𝑦 ′ ; 𝐷 2 𝑦 = 2 = 𝑦 ′′ ; … . ; 𝐷 𝑛 𝑦 = 𝑛 = 𝑦 (𝑛)
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝐷 −1 adalah invers dari operator 𝐷.
1 1
𝐷 −1 = = … 𝑑𝑥; 𝑓 𝑥 = 𝑓 𝑥 𝑑𝑥
𝐷 𝐷
1
Definisi: 𝐷−𝑚 𝑓 𝑥 = 𝑒 𝑚𝑥 𝑒 −𝑚𝑥 𝑓 𝑥 𝑑𝑥

Dari PD lengkap: 𝑝𝑦 ′′ + 𝑞𝑦 ′ + 𝑟𝑦 = 𝑓(𝑥) berubah menjadi 𝑝𝐷 2 + 𝑞𝐷 + 𝑟 𝑦 = 𝑓(𝑥).


Jika 𝑝𝐷 2 + 𝑞𝐷 + 𝑟 = 𝐹(𝐷) maka PL: 𝐹 𝐷 𝑦 = 𝑓(𝑥), sehingga PR: 𝐹 𝐷 𝑦 = 0.
𝐹 𝐷 = 𝑝𝐷 2 + 𝑞𝐷 + 𝑟 boleh diuraikan menjadi: 𝐹 𝐷 = 𝐷 − 𝑘1 𝐷 − 𝑘2 , dengan 𝑘1 dan 𝑘2
adalah akar-akar karakteristik.
Sifat-sifat 𝐹 𝐷 :
a. 𝐹 𝐷 𝑒 𝑎𝑥 𝑈 𝑥 = 𝑒 𝑎𝑥 𝐹 𝐷 + 𝑎 𝑈(𝑥)
b. 𝐹 𝐷 𝑒 𝑎𝑥 = 𝑒 𝑎𝑥 𝐹 𝑎
c. 𝐹 𝐷 𝑥𝑈 𝑥 = 𝑥𝐹 𝐷 𝑈 𝑥 + 𝐹 ′ 𝐷 𝑈(𝑥)
Catatan:
JIka 𝐹 𝐷 = 𝑝𝐷 2 + 𝑞𝐷 + 𝑟 dan yang dimaksud dengan 𝐹 𝐷 2 = 𝑝𝐷 4 + 𝑞𝐷 2 + 𝑟, maka
a. 𝐹 𝐷 2 cos 𝑎𝑥 + 𝑏 = 𝐹 −𝑎2 cos(𝑎𝑥 + 𝑏)

79
b. 𝐹 𝐷 2 sin 𝑎𝑥 + 𝑏 = 𝐹 −𝑎2 sin (𝑎𝑥 + 𝑏)

1. Metode Operator
1
PD Lengkap: 𝐹 𝐷 𝑦 = 𝑓 𝑥 → 𝑦𝑝 = 𝐹(𝐷) 𝑓(𝑥)

Sifat-sifat:
1 𝑒 𝑎𝑥
a. Jika 𝑓 𝑥 = 𝑒 𝑎𝑥 maka 𝑦𝑝 = 𝐹(𝐷) 𝑒 𝑎𝑥 = 𝐹(𝑎) ; 𝐹(𝑎) ≠ 0
1 1
b. Jika 𝑓 𝑥 = 𝑒 𝑎𝑥 𝑉(𝑥) maka 𝑦𝑝 = 𝐹(𝐷) 𝑒 𝑎𝑥 𝑉 𝑥 = 𝑒 𝑎𝑥 𝑉(𝑥)
𝐹(𝐷+𝑎)

c. Jika 𝑓 𝑥 = 𝑃𝑛 (𝑥) polynomial derajat 𝑛 dalam 𝑥, maka


1
𝑦𝑝 = 𝐹(𝐷) 𝑃𝑛 𝑥 = 𝑏0 + 𝑏1 𝐷 + 𝑏2 𝐷 2 + ⋯ . 𝑃𝑛 𝑥 ; 𝑏0 ≠ 0.
1
dideretkan menurut deret kuasa (deret pangkat) dalam 𝐷 cukup sampai dengan suku
𝐹(𝐷)

𝐷 𝑛 saja. Berdasarkan deret Maclaurin:


1
= 1 + 𝐷 + 𝐷 2 + 𝐷 3 + ⋯.
1−𝐷
1
= 1 − 𝐷 + 𝐷 2 − 𝐷 3 + ⋯.
1+𝐷
1
d. Jika 𝑓 𝑥 = 𝑃 𝑥 cos 𝑎𝑥 maka 𝑦𝑝 = 𝑅𝑒 𝑃 𝑥 𝑒 𝑖𝑎𝑥 .
𝐹(𝐷)

Rumus Euler: 𝑒 𝑖𝑎𝑥 = cos 𝑎𝑥 + 𝑖 sin 𝑎𝑥 ; 𝑒 −𝑖𝑎𝑥 = cos 𝑎𝑥 − 𝑖 sin 𝑎𝑥


1
e. Jika 𝑓 𝑥 = 𝑃 𝑥 sin 𝑎𝑥 maka 𝑦𝑝 = 𝐼𝑚 𝑃 𝑥 𝑒 𝑖𝑎𝑥 .
𝐹(𝐷)

1 1 𝐹 ′ (𝐷)
f. Jika 𝑓 𝑥 = 𝑥 𝑉(𝑥) maka 𝑦𝑝 = 𝐹(𝐷) 𝑥 𝑉 𝑥 = 𝑥 𝑉 𝑥 − 𝑉(𝑥)
𝐹(𝐷) 𝐹(𝐷) 2
1 1
g. cos 𝑎𝑥 + 𝑏 = 𝐹 cos 𝑎𝑥 + 𝑏 ; 𝐹 −𝑎2 ≠ 0
𝐹(𝐷 2 ) −𝑎 2
1 1
h. sin 𝑎𝑥 + 𝑏 = 𝐹 sin 𝑎𝑥 + 𝑏 ; 𝐹 −𝑎2 ≠ 0
𝐹(𝐷 2 ) −𝑎 2

2. Metode Variasi Parameter


PD: 𝑦 ′′ + 𝑝𝑦 ′ + 𝑞𝑦 = 𝑓(𝑥)
PR: 𝑦 ′′ + 𝑝𝑦 ′ + 𝑞𝑦 = 0
Jika penyelesaian umum persamaan tereduksi (PUPR) adalah
𝑦𝑐 = 𝐶1 𝑦1 𝑥 + 𝐶2 𝑦2 𝑥 maka 𝑦𝑝 = 𝐿1 (𝑥)𝑦1 𝑥 + 𝐿2 (𝑥) 𝑦2 𝑥
𝐿′1 𝑦1 + 𝐿′2 𝑦2 = 0
dimana 𝐿1 dan 𝐿2 didapat dari
𝐿′1 𝑦1′ + 𝐿′2 𝑦2′ = 𝑓(𝑥)

80
Contoh:
1. Selesaikan PD: 𝑦 ′′ − 3𝑦 ′ + 2𝑦 = 𝑒 −2𝑥
Penyelesaian:
PD: 𝐷 2 − 3𝐷 + 2 𝑦 = 𝑒 −2𝑥
PR: 𝐷 2 − 3𝐷 + 2 𝑦 = 0 → 𝐷 − 1 𝐷 − 2 = 0
PUPR: 𝑦𝑐 = 𝐶1 𝑒 𝑥 + 𝐶2 𝑒 2𝑥
1 −2𝑥
𝑒 −2𝑥 𝑒 −2𝑥
𝑦𝑝 = 𝑒 = =
𝐷 2 − 3𝐷 + 2 (−2)2 − 3 −2 + 2 12
𝑒 −2𝑥
PUPD: 𝑦 = 𝑦𝑐 + 𝑦𝑝 = 𝐶1 𝑒 𝑥 + 𝐶2 𝑒 2𝑥 + 12

2. Selesaikan: 𝑦 ′′ − 𝑦 ′ + 𝑦 = 𝑒 2𝑥 + 𝑒 𝑥
Penyelesaan:
PD: 𝐷 2 − 𝐷 + 1 𝑦 = 𝑒 2𝑥 + 𝑒 𝑥
PR: 𝐷 2 − 𝐷 + 1 𝑦 = 0
1± 1−4 1 3
PK: 𝑘 2 − 𝑘 + 1 = 0 → 𝑘1,2 = =2± 𝑖
2 2
1
3 3
PUPR: 𝑦𝑐 = 𝑒 2𝑥 𝐶1 cos 𝑥 + 𝐶2 sin 𝑥
2 2

1 1 1 1
𝑦𝑝 = 𝑒 2𝑥 + 𝑒 𝑥 = 2 𝑒 2𝑥 + 𝑒 𝑥 = 𝑒 2𝑥 + 𝑒 𝑥
𝐷2 −𝐷+1 2 −2+1 1−1+1 3
1
3 3 1
PUPD: 𝑦 = 𝑦𝑐 + 𝑦𝑝 = 𝑒 2𝑥 𝐶1 cos 𝑥 + 𝐶2 sin 𝑥 + 3 𝑒 2𝑥 + 𝑒 𝑥 .
2 2

3. Selesaikan PD: 𝑦 ′′ − 2𝑦 ′ + 𝑦 = 𝑒 𝑥
Penyelesaian:
PD: (𝐷 2 − 2𝐷 + 1)𝑦 = 𝑒 𝑥
PR: (𝐷 2 − 2𝐷 + 1)𝑦 = 0 → 𝐷 − 1 𝐷 − 1 𝑦 = 0
PUPR: 𝑦𝑐 = 𝑒 𝑥 𝐶1 𝑥 + 𝐶2
1 1 1 11
𝑦𝑝 = 𝑒𝑥 = 𝑒𝑥 1 = 𝑒𝑥 2 1 = 𝑒𝑥 (1)
𝐷2 − 2𝐷 + 1 2
(𝐷 + 1) − 2 𝐷 + 1 + 1 𝐷 𝐷𝐷
1 1 1 𝑥 2
= 𝑒𝑥 . . 1 𝑑𝑥 = 𝑒 𝑥 𝑥 = 𝑒𝑥 𝑥 𝑑𝑥 = 𝑒 𝑥
𝐷 𝐷 2
1
PUPD: 𝑦 = 𝑦𝑐 + 𝑦𝑝 = 𝑒 𝑥 𝐶1 𝑥 + 𝐶2 + 2 𝑒 𝑥 𝑥 2

81
4. Selesaikan PD: 𝑦 ′′ − 𝑦 = 2𝑥 − 𝑥 3
Penyelesaian:
PD: (𝐷 2 − 1)𝑦 = 2𝑥 − 𝑥 3
PR: (𝐷 2 − 1)𝑦 = 0 → 𝐷 − 1 𝐷 + 1 𝑦 = 0
PUPR: 𝑦𝑐 = 𝐶1 𝑒 𝑥 + 𝐶2 𝑒 −𝑥
1 1
𝑦𝑝 = 2𝑥 − 𝑥 3 = − 2𝑥 − 𝑥 3 = − 1 + 𝐷 2 + 𝐷 4 + ⋯ (2𝑥 − 𝑥 3 )
𝐷2 −1 1 − 𝐷2
= − 2𝑥 − 𝑥 3 + 𝐷 2 2𝑥 − 𝑥 3 + ⋯ . = − 2𝑥 − 𝑥 3 − 6𝑥 = 𝑥 3 + 4𝑥
PUPD: 𝑦 = 𝑦𝑐 + 𝑦𝑝 = 𝐶1 𝑒 𝑥 + 𝐶2 𝑒 −𝑥 + 𝑥 3 + 4𝑥.

5. Selesaikan PD: 𝑦 ′′ − 𝑦 = 2𝑥 sin 𝑥


Penyelesaian:
PD: (𝐷 2 − 1)𝑦 = 2𝑥 sin 𝑥
𝑦𝑐 = 𝐶1 𝑒 𝑥 + 𝐶2 𝑒 −𝑥
1 1 2𝐷
𝑦𝑝 = 2𝑥 sin 𝑥 = 2𝑥 2 sin 𝑥 − 2 2 sin 𝑥
𝐷2 −1 𝐷 −1 𝐷 −1 2

1 4𝐷
= 2𝑥. sin 𝑥 − sin 𝑥 = −𝑥 sin 𝑥 − cos 𝑥
−1 − 1 (−1 − 1)2
PUPD: 𝑦 = 𝑦𝑐 + 𝑦𝑝 = 𝐶1 𝑒 𝑥 + 𝐶2 𝑒 −𝑥 − 𝑥 sin 𝑥 − cos 𝑥.

6. Selesaikan PD: 𝑦 ′′ + 4𝑦 = cos 2𝑥


Penyelesaian:
PD: (𝐷 2 + 4)𝑦 = cos 2𝑥
PR: (𝐷 2 + 4)𝑦 = 0 → 𝐷 + 2𝑖 𝐷 − 2𝑖 = 0
𝑦𝑐 = 𝐶1 cos 2𝑥 + 𝐶2 sin 2𝑥.
1 1 1 1
𝑦𝑝 = cos 2𝑥 = 𝑅𝑒 2 𝑒 2𝑖𝑥 = 𝑅𝑒 . 𝑒 2𝑖𝑥
𝐷2 +4 𝐷 +4 (𝐷 − 2𝑖) (𝐷 + 2𝑖)
1 1 1 2𝑖𝑥
= 𝑅𝑒 . 𝑒 2𝑖𝑥 = 𝑅𝑒 .𝑒 𝑒 2𝑖𝑥 𝑒 −2𝑖𝑥 𝑑𝑥
(𝐷 − 2𝑖) (2𝑖 + 2𝑖) 4𝑖
1 2𝑖𝑥 1 2𝑖𝑥 𝑥
= 𝑅𝑒 .𝑒 𝑑𝑥 = 𝑅𝑒 𝑥𝑒 = 𝑅𝑒 cos 2𝑥 + 𝑖 sin 2𝑥
4𝑖 4𝑖 4𝑖
1 1 1
= 𝑅𝑒 𝑥 sin 2𝑥 + 𝑖𝑥 cos 2𝑥 = 𝑥 sin 2𝑥
4 4 4
1
PUPD: 𝑦 = 𝑦𝑐 + 𝑦𝑝 = 𝐶1 cos 2𝑥 + 𝐶2 sin 2𝑥 + 4 𝑥 sin 2𝑥 .

82
7. Selesaikan PD: 𝑦 ′′ − 4𝑦 = 5𝑥 2 𝑒 3𝑥
Penyelesaian:
PD: 𝐷 2 − 4 𝑦 = 5𝑥 2 𝑒 3𝑥
PR: : 𝐷 2 − 4 𝑦 = 0 → 𝐷 − 2 𝐷 + 2 𝑦 = 0
𝑦𝑐 = 𝐶1 𝑒 2𝑥 + 𝐶2 𝑒 −2𝑥
1 1 1
𝑦𝑝 = 5𝑥 2 𝑒 3𝑥 = 5𝑒 3𝑥 𝑥 2 = 5𝑒 3𝑥 𝑥2
𝐷2 −4 2
𝐷+3 −4 5 + 6𝐷 + 𝐷 2
2
3𝑥
1 1 2 3𝑥
6𝐷 + 𝐷 2 6𝐷 + 𝐷 2
= 5𝑒 𝑥 = 𝑒 1 − + − ⋯ 𝑥2
5 6𝐷 + 𝐷 2 5 5
1+ 5
12 62
= 𝑒 3𝑥 𝑥 2 − 𝑥+
5 25
12 62
PUPD: 𝑦 = 𝑦𝑐 + 𝑦𝑝 = 𝐶1 𝑒 2𝑥 + 𝐶2 𝑒 −2𝑥 + 𝑒 3𝑥 𝑥 2 − 𝑥 + 25
5

8. Selesaikan PD: 𝐷 2 − 3𝐷 + 1 𝑦 = 2 sin 3𝑥


Penyelesaian:
PR: 𝐷 2 − 3𝐷 + 1 𝑦 = 0
3± 9−4 3± 5
PK: 𝑘 2 − 3𝑘 + 1 𝑦 = 0 → 𝑘1,2 = =
2 2
3+ 5 3− 5
𝑥 𝑥
𝑦𝑐 = 𝐶1 𝑒 2 + 𝐶2 𝑒 2

1 1 1 8 − 3𝐷
𝑦𝑝 = 2 sin 3𝑥 = 2 2 sin 3𝑥 = 2 sin 3𝑥
𝐷2 − 3𝐷 + 1 −3 − 3𝐷 + 1 −(8 + 3𝐷) 8 − 3𝐷
(8 − 3𝐷) (8 − 3𝐷) −2
= −2 2
sin 3𝑥 = −2 2
sin 3𝑥 = 8 sin 3𝑥 − 9 cos 3𝑥
64 − 9𝐷 64 − 9(−3 ) 73
3+ 5 3− 5
𝑥 𝑥 2
PUPD: 𝑦 = 𝑦𝑐 + 𝑦𝑝 = 𝐶1 𝑒 2 + 𝐶2 𝑒 2 − 73 8 sin 3𝑥 − 9 cos 3𝑥 .

9. Selesaikan PD: 𝐷 2 + 5𝐷 + 6 𝑦 = 𝑒 2𝑥 , jika 𝑦 0 = 0, 𝑦 ′ 0 = 0


Penyelesaian:
PR: 𝐷 2 + 5𝐷 + 6 𝑦 = 0 → 𝐷 + 3 𝐷 + 2 𝑦 = 0
PUPR: 𝑦𝑐 = 𝐶1 𝑒 −3𝑥 + 𝐶2 𝑒 −2𝑥
1 2𝑥
1 2𝑥
1 2𝑥
𝑦𝑝 = 𝑒 = 𝑒 = 𝑒
𝐷 2 + 5𝐷 + 6 22 + 5 2 + 6 20
1 2𝑥
𝑦 = 𝑦𝑐 + 𝑦𝑝 = 𝐶1 𝑒 −3𝑥 + 𝐶2 𝑒 −2𝑥 + 𝑒
20
1
Untuk 𝑥 = 0, 𝑦 = 0 → 0 = 𝐶1 + 𝐶2 + 20 (1)

83
1 2𝑥
𝑦 ′ = −3𝐶1 𝑒 −3𝑥 − 2𝐶2 𝑒 −2𝑥 + 𝑒
10
1
Untuk 𝑥 = 0, 𝑦 ′ = 0 → 0 = −3𝐶1 − 2𝐶2 + 10 (2)
−3 1
Dari (1) dan (2) didapat: 𝐶1 = , 𝐶2 = 4
10
−3 1 1
Jadi penyelesaian PD adalah 𝑦 = 𝑒 −3𝑥 + 4 𝑒 −2𝑥 + 20 𝑒 2𝑥 .
10

1
10. Selesaikan PD: 𝑦 ′′ − 6𝑦 ′ + 9𝑦 = 𝑥 2 𝑒 3𝑥

Penyelesaian: Dengan cara Variasi parameter


1
PD: (𝐷 2 − 6𝐷 + 9)𝑦 = 𝑥 2 𝑒 3𝑥

PR: (𝐷 2 − 6𝐷 + 9)𝑦 = 0 → 𝐷 − 3 𝐷 − 3 𝑦 = 0
𝑦𝑐 = 𝑒 3𝑥 (𝐶1 + 𝑥𝐶2 )
𝑦𝑝 = 𝐿1 𝑒 3𝑥 + 𝐿2𝑥 𝑒 3𝑥 , dimana 𝐿1 dan 𝐿2 didapat dari:

𝐿′1 𝑒 3𝑥 + 𝐿′2 𝑥𝑒 3𝑥 =0
1
3𝐿′1 𝑒 3𝑥 + 𝐿′2 𝑥𝑒 3𝑥 + 3𝐿′2 𝑥𝑒 3𝑥 = 𝑥 2 𝑒 3𝑥

Dari dua persamaan tersebut didapat:


1 1 1
𝐿′2 = → 𝐿2 = 𝑑𝑥 = −
𝑥2 𝑥 2 𝑥
1 1
𝐿′1 = − → 𝐿1 = − 𝑑𝑥 = − ln 𝑥
𝑥 𝑥
Sehingga didapat: 𝑦𝑝 = −𝑒 3𝑥 ln 𝑥 − 𝑒 3𝑥
Jadi: 𝑦 = 𝑦𝑐 + 𝑦𝑝 = 𝑒 3𝑥 (𝐶1 + 𝑥𝐶2 ) − 𝑒 3𝑥 ln 𝑥 − 𝑒 3𝑥 = 𝐶1 − 1 𝑒 3𝑥 + 𝑥𝐶2 𝑒 3𝑥 − 𝑒 3𝑥 ln 𝑥
atau 𝑦 = 𝐴𝑒 3𝑥 + 𝐵𝑥𝑒 3𝑥 − 𝑒 3𝑥 ln 𝑥, dengan 𝐴 = 𝐶1 − 1; 𝐵 = 𝐶2 .

11. Selesaikan PD: 𝐷 2 + 1 𝑦 = tg 𝑥


Penyelesaian: Dengan cara Variasi parameter.
PR: 𝐷 2 + 1 𝑦 = 0 → 𝐷 + 𝑖 𝐷 − 𝑖 𝑦 = 0
𝑦𝑐 = 𝐶1 sin 𝑥 + 𝐶2 cos 𝑥
𝑦𝑝 = 𝐿1 𝑥 sin 𝑥 + 𝐿2 𝑥 cos 𝑥, dimana 𝐿1 dan 𝐿2 didapat dari:

𝐿′1 sin 𝑥 + 𝐿′2 cos 𝑥 = 0


𝐿′1 cos 𝑥 − 𝐿′2 sin 𝑥 = tg 𝑥
Dari dua persamaan tersebut didapat:

84
𝐿′1 = sin 𝑥 → 𝐿1 = sin 𝑥 𝑑𝑥 = − cos 𝑥

𝐿′2 = cos 𝑥 − sec 𝑥 → 𝐿2 = cos 𝑥 − sec 𝑥 𝑑𝑥 = sin 𝑥 − ln sec 𝑥 + tg 𝑥

Sehingga didapat: 𝑦𝑝 = − cos 𝑥 sin 𝑥 + sin 𝑥 − ln sec 𝑥 + tg 𝑥 cos 𝑥


= − cos 𝑥 . ln sec 𝑥 + tg 𝑥
Jadi: 𝑦 = 𝑦𝑐 + 𝑦𝑝 = 𝐶1 sin 𝑥 + 𝐶2 cos 𝑥 − cos 𝑥 . ln sec 𝑥 + tg 𝑥

10.2.5 PD EULER

Bentuk umum:
𝑝0 𝑎𝑥 + 𝑏 𝑛 𝑦 𝑛 + 𝑝1 𝑎𝑥 + 𝑏 𝑛−1 (𝑛−1)
𝑦 + ⋯ + 𝑝𝑛 −1 𝑎𝑥 + 𝑏 𝑦 ′ + 𝑝𝑛 𝑦 = 𝑓(𝑥) ……………(1)
dengan 𝑎, 𝑏, 𝑝0 , 𝑝1 , … , 𝑝𝑛 adalah konstanta-konstanta.
Substitusi:
𝑎𝑥 + 𝑏 = 𝑒 𝑡 → 𝑡 = ln 𝑎𝑥 + 𝑏
𝑒𝑡 − 𝑏 𝑑𝑡 𝑎
𝑥= ; =
𝑎 𝑑𝑥 𝑎𝑥 + 𝑏
𝑑𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝑡 𝑑𝑦 𝑎 𝑑𝑦
= . = . → 𝑎𝑥 + 𝑏 𝑦 ′ = 𝑎
𝑑𝑥 𝑑𝑡 𝑑𝑥 𝑑𝑡 𝑎𝑥 + 𝑏 𝑑𝑡
𝑑2 𝑦 𝑎2 𝑑 2 𝑦 𝑑𝑦 2 ′′ 2
𝑑 2 𝑦 𝑑𝑦
= . − → 𝑎𝑥 + 𝑏 𝑦 = 𝑎 −
𝑑𝑥 2 𝑎𝑥 + 𝑏 2 𝑑𝑡 2 𝑑𝑡 𝑑𝑡 2 𝑑𝑡
𝑑3 𝑦 𝑎3 𝑑3 𝑦 𝑑2 𝑦 𝑑𝑦 3 ′′′ 3
𝑑3 𝑦 𝑑2 𝑦 𝑑𝑦
= . −3 2 +2 → 𝑎𝑥 + 𝑏 𝑦 = 𝑎 −3 2 +2
𝑑𝑥 3 𝑎𝑥 + 𝑏 3 𝑑𝑡 3 𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡 3 𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑
Jika 𝐷 = 𝑑𝑡 → 𝑎𝑥 + 𝑏 𝑦 ′ = 𝑎 𝐷𝑦; 𝑎𝑥 + 𝑏 2 𝑦 ′′ = 𝑎2 𝐷 𝐷 − 1 𝑦;

𝑎𝑥 + 𝑏 3 𝑦 ′′′ = 𝑎3 𝐷 𝐷 − 1 𝐷 − 2 𝑦
Secara umum dapat ditulis: 𝑎𝑥 + 𝑏 𝑛 𝑦 (𝑛) = 𝑎𝑛 𝐷 𝐷 − 1 𝐷 − 2 … (𝐷 − 𝑛 + 1)𝑦
Sehingga PD (1) menjadi:
{𝑝0 𝑎𝑛 𝐷 𝐷 − 1 𝐷 − 2 … . (𝐷 − 𝑛 + 1) + 𝑝1 𝑎𝑛 −1 𝐷 𝐷 − 1 𝐷 − 2 … . (𝐷 − 𝑛 + 2) + ⋯ + 𝑝𝑛 } 𝑦
𝑒𝑡 − 𝑏
= 𝑓( ) adalah PD linier dengan koefisien konstan.
𝑎
Untuk lebih khususnya diambil PD: 𝑝0 𝑥 2 𝑦 ′′ + 𝑝1 𝑥𝑦 ′ + 𝑝2 𝑦 = 𝑓(𝑥), …………………………(2)
dengan 𝑝0 , 𝑝1 , 𝑝2 konstanta.
Penyelesaian:
𝑑𝑡 1
Substitusi: 𝑥 = 𝑒 𝑡 → 𝑡 = ln 𝑥 ; =𝑥
𝑑𝑥

𝑥𝑦 ′ = 𝐷𝑦; 𝑥 2 𝑦 ′′ = 𝐷 𝐷 − 1 𝑦

85
Sehingga PD (2) menjadi 𝑝0 𝐷 𝐷 − 1 𝑦 + 𝑝1 𝐷𝑦 + 𝑝2 𝑦 = 𝑓(𝑒 𝑡 )
Contoh:
Selesaikan PD: 𝑥 2 𝑦 ′′ − 𝑥𝑦 ′ + 2𝑦 = ln 𝑥
Penyelesaian:
𝑑𝑡 1
Substitusi: 𝑥 = 𝑒 𝑡 → 𝑡 = ln 𝑥 ; =𝑥
𝑑𝑥
′ 2 ′′
𝑥𝑦 = 𝐷𝑦; 𝑥 𝑦 = 𝐷 𝐷 − 1 𝑦
Sehingga PD menjadi: 𝐷 𝐷 − 1 − 𝐷 + 2 𝑦 = 𝑡 atau 𝐷 2 − 2𝐷 + 2 𝑦 = 𝑡
PR: 𝐷 2 − 2𝐷 + 2 𝑦 = 0 → 𝐷 + 𝑖 𝐷 − 𝑖 𝑦 = 0
𝑦𝑐 = 𝑒 𝑡 𝐶1 cos 𝑡 + 𝐶2 sin 𝑡
1 1 1 1 2𝐷 − 𝐷 2 1 1
𝑦𝑝 = 𝑡= . 𝑡= 1+ +⋯ 𝑡 = 𝑡+
2 − 2𝐷 + 𝐷 2 2 2𝐷 − 𝐷 2 2 2 2 2
1− 2
1 1
PUPD: 𝑦 = 𝑦𝑐 + 𝑦𝑝 = 𝑒 𝑡 𝐶1 cos 𝑡 + 𝐶2 sin 𝑡 + 2 𝑡 + 2.
1 1
Ganti 𝑥 = 𝑒 𝑡 ; 𝑡 = ln 𝑥 → 𝑦 = 𝑥 𝐶1 cos ln⁡
(𝑥) + 𝐶2 sin ln⁡(𝑥) + 2 ln 𝑥 + 2

10.2.6 PD SERENTAK (PD SIMULTAN)

PD serentak dengan dua persamaan dan dua fungsi yang belum diketahui mempunyai bentuk
sebagai berikut:
𝑓1 𝐷 𝑦 + 𝑔1 𝐷 𝑍 = 𝑕1 (𝑥)
dimana 𝑓1 𝐷 , 𝑓2 𝐷 , 𝑔1 𝐷 , 𝑔2 (𝐷) adalah polynomial dalam 𝐷
𝑓2 𝐷 𝑦 + 𝑔2 𝐷 𝑍 = 𝑕2 (𝑥)
dengan koefisien-koefisien konstan.
𝑓1 (𝐷) 𝑔1 (𝐷)
∆= = 𝑓1 𝐷 𝑔2 𝐷 − 𝑓2 𝐷 𝑔1 (𝐷)
𝑓2 (𝐷) 𝑔2 (𝐷)
𝑕1 (𝐷) 𝑔1 (𝐷)
∆1 = = 𝑔2 𝐷 𝑕1 𝐷 − 𝑔1 𝐷 𝑕2 (𝐷)
𝑕2 (𝐷) 𝑔2 (𝐷)
𝑓1 (𝐷) 𝑕1 (𝐷)
∆2 = = 𝑓1 𝐷 𝑕2 𝐷 − 𝑓2 𝐷 𝑕1 (𝐷)
𝑓2 (𝐷) 𝑕2 (𝐷)
PD menjadi: ∆𝑦 = ∆1 dan ∆𝑍 = ∆2 .
Banyaknya konstanta-konstanta sebarang pada PUPD serentak adalah sama dengan pangkat
tertinggi dari 𝐷 dalam ∆.
Contoh:
𝐷 + 1 𝑦 + 𝐷 − 2 𝑍 = 𝑒 −𝑥 … … … … … … … (1)
Selesaikan PD serentak :
𝐷 + 1 𝑦 + 𝐷 − 3 𝑍 = 𝑥 … … … … … … … … . . (2)
Penyelesaian:

86
𝐷+1 𝐷−2
∆= = 𝐷 + 1 𝐷 − 3 − 𝐷 − 2 𝐷 + 1 = −𝐷 − 1
𝐷+1 𝐷−3
𝑒 −𝑥 𝐷−2
∆1 = = 𝐷 − 3 𝑒 −𝑥 − 𝐷 − 2 𝑥 = −𝑒 −𝑥 − 3𝑒 −𝑥 − 1 + 2𝑥 = −4𝑒 −𝑥 − 1 + 2𝑥
𝑥 𝐷−3
∆𝑦 = ∆1 = −4𝑒 −𝑥 − 1 + 2𝑥
−𝐷 − 1 𝑦 = −4𝑒 −𝑥 − 1 + 2𝑥
𝐷 + 1 𝑦 = 4𝑒 −𝑥 + 1 − 2𝑥
PR: 𝐷 + 1 𝑦 = 0 → 𝑦𝑐 = 𝐴𝑒 −𝑥 .
1
𝑦𝑝 = −4𝑒 −𝑥 − 1 + 2𝑥 = 𝑒 −𝑥 4𝑒 −𝑥 𝑒 𝑥 𝑑𝑥 − 𝑒 −𝑥 2𝑥 𝑒 𝑥 𝑑𝑥 + 𝑒 −𝑥 𝑒 𝑥 𝑑𝑥
𝐷+1
= 4𝑥𝑒 −𝑥 − 2𝑒 −𝑥 𝑥𝑒 𝑥 − 𝑒 𝑥 𝑑𝑥 + 𝑒 −𝑥 𝑒 𝑥
= 4𝑥𝑒 −𝑥 − 2𝑒 −𝑥 𝑥𝑒 𝑥 − 𝑒 𝑥 + 1
= 4𝑥𝑒 −𝑥 − 2𝑥 + 3
𝑦 = 𝑦𝑐 + 𝑦𝑝 = 𝐴𝑒 −𝑥 + 4𝑥𝑒 −𝑥 − 2𝑥 + 3…………………………………………..(3)
𝐷+1 𝑒 −𝑥
∆2 = = 𝐷 + 1 𝑥 − 𝐷 + 1 𝑒 −𝑥 = 1 + 𝑥 + 𝑒 −𝑥 − 𝑒 −𝑥 = 𝑥 + 1
𝐷+1 𝑥
∆𝑍 = ∆2 = 𝑥 + 1
−𝐷 − 1 𝑍 = 𝑥 + 1 → 𝐷 + 1 𝑍 = −(𝑥 + 1)
𝑍𝑐 = 𝐵𝑒 −𝑥
1
𝑍𝑝 = − 𝑥+1 = − 1 − 𝐷 + 𝐷 2 + ⋯ 𝑥 + 1 = − 𝑥 + 1 − 1 = −𝑥
𝐷+1
𝑍 = 𝑍𝑐 + 𝑍𝑝 = 𝐵𝑒 −𝑥 − 𝑥………………………………………………………………..(4)
Karena derajat 𝐷 dalam ∆ adalah derajat satu maka pada penyelesaian umum haruslah hanya ada
satu konstanta sebarang.
(3) dan (4) disubstitusi ke (2), menjadi:
𝐷 + 1 𝐴𝑒 −𝑥 + 4𝑥𝑒 −𝑥 − 2𝑥 + 3 + 𝐷 − 3 𝐵𝑒 −𝑥 − 𝑥 = 𝑥
−𝐴𝑒 −𝑥 + 4𝑒 −𝑥 − 4𝑥𝑒 −𝑥 − 2 + 𝐴𝑒 −𝑥 + 4𝑥𝑒 −𝑥 − 2𝑥 + 3 − 𝐵𝑒 −𝑥 − 1 − 3𝐵𝑒 −𝑥 + 3𝑥 = 𝑥
4𝑒 −𝑥 − 4𝐵𝑒 −𝑥 + 𝑥 = 𝑥 → 𝐵 = 1
Jadi PUPD serentak: 𝑦 = 𝐴𝑒 −𝑥 + 4𝑥𝑒 −𝑥 − 2𝑥 + 3 ; 𝑍 = 𝑒 −𝑥 − 𝑥

87
SOAL LATIHAN PD TINGKAT DUA

Selesaikan PD berikut:

1. 9𝑦 ′′ + 12𝑦 ′ + 4𝑦 = 0 Jwb: 𝑦 = 𝑒 −2𝑥/3 𝐶1 + 𝑥𝐶2


2. 𝑦 ′′ + 4𝑦 ′ + 13𝑦 = 0 Jwb: 𝑦 = 𝑒 −2𝑥 𝐶1 cos 3𝑥 + 𝐶2 sin 3𝑥
3. 𝑦 ′′ + 𝑎2 𝑦 = 0 Jwb: 𝑦 = 𝐶1 cos 𝑎𝑥 + 𝐶2 sin 𝑎𝑥
4. 8𝑦 ′′ − 6𝑦 ′ − 5𝑦 = 0 Jwb: 𝑦 = 𝐶1 𝑒 −𝑥/2 + 𝐶2 𝑒 5𝑥/4
5. 𝑦 ′′ − 𝑦 ′ − 2𝑦 = 0 Jwb: 𝑦 = 𝐶1 𝑒 −𝑥 + 𝐶2 𝑒 2𝑥
6. 4𝑦 ′′ − 20𝑦 ′ + 25𝑦 = 0 Jwb: 𝑦 = 𝐶1 + 𝑥𝐶2 𝑒 5𝑥/2
𝑑2𝑥 𝑑𝑥
7. + 4 𝑑𝑡 + 4𝑥 = 0 Jwb: 𝑥 = 𝑒 −2𝑡 𝐶1 + 𝑡𝐶2
𝑑𝑡 2
𝑥 14 𝑥 14
8. 3𝑦 ′′ − 2𝑦 ′ + 5𝑦 = 0 Jwb: 𝑦 = 𝑒 𝑥/3 𝐶1 cos + 𝐶2 sin
3 3

9. 𝑦 ′′ − 11𝑦 ′ + 23𝑦 = 0 Jwb: 𝑦 = 𝐶1 𝑒 7𝑥 + 𝐶2 𝑒 4𝑥


−1 1
10. 𝑦 ′′ + 4𝑦 ′ − 12𝑦 = 0, jika 𝑦 0 = 0, 𝑦 ′ 0 = 1 Jwb: 𝑦 = 𝑒 −6𝑥 + 8 𝑒 2𝑥
8

11. 𝑦 ′′ − 2𝑦 ′ − 3𝑦 = 0, jika 𝑦 0 = 0, 𝑦 ′ 0 = −4 Jwb: 𝑦 = 𝑒 −𝑥 − 𝑒 3𝑥


12. 𝑦 ′′ − 4𝑦 ′ + 5𝑦 = 0, jika 𝑦 0 = 1, 𝑦 ′ 0 = 2 Jwb: 𝑦 = 𝑒 2𝑥 cos 𝑥
1
13. 𝑦 ′′ + 3𝑦 ′ + 2𝑦 = 𝑒 2𝑥 Jwb: 𝑦 = 𝐶1 𝑒 −𝑥 + 𝐶2 𝑒 −2𝑥 + 12 𝑒 2𝑥

14. 𝑦 ′′ − 2𝑦 ′ − 3𝑦 = 27𝑥 2 Jwb: 𝑦 = 𝐶1 𝑒 −𝑥 + 𝐶2 𝑒 3𝑥 − 9𝑥 2 + 12𝑥 − 14


15. 𝑦 ′′ − 2𝑦 ′ − 3𝑦 = 4 − 8𝑥 − 6𝑥 2 Jwb: 𝑦 = 𝐶1 𝑒 −𝑥 + 𝐶2 𝑒 3𝑥 + 2𝑥 2
1
16. 𝑦 ′′ − 6𝑦 ′ + 9𝑦 = 𝑒 𝑥 Jwb: 𝑦 = 𝐶1 + 𝑥𝐶2 𝑒 3𝑥 + 4 𝑒 𝑥
1 1
17. 𝑦 ′′ + 𝑦 ′ = − cos 𝑥 Jwb: 𝑦 = 𝐶1 + 𝐶2 𝑒 −𝑥 + cos 𝑥 − sin 𝑥
2 2
′′ 𝑥
18. 𝑦 + 4𝑦 = 15𝑒 − 8𝑥 Jwb: 𝑦 = 𝐶1 cos 2𝑥 + 𝐶2 sin 2𝑥 + 3𝑒 𝑥 − 2𝑥
19. 𝑦 ′′ + 𝑦 ′ − 2𝑦 = 12𝑒 2𝑥 Jwb: 𝑦 = 𝐶1 𝑒 𝑥 + 𝐶2 𝑒 −2𝑥 + 3𝑒 2𝑥
20. 𝑦 ′′ − 𝑦 = 10 sin2 𝑥 Jwb: 𝑦 = 𝐶1 𝑒 𝑥 + 𝐶2 𝑒 −𝑥 + cos 2𝑥 − 5
21. 𝐷 2 − 4𝐷 + 3 𝑦 = 20 cos 𝑥 Jwb: 𝑦 = 𝐶1 𝑒 3𝑥 + 𝐶2 𝑒 𝑥 + 2 cos 𝑥 − 4 sin 𝑥
22. 𝐷 2 − 1 𝑦 = 𝑥𝑒 3𝑥 2 sin 𝑥 + 4 cos 𝑥 Jwb: 𝑦 = 𝐶1 𝑒 𝑥 + 𝐶2 𝑒 −𝑥 − 2𝑒 −𝑥 sin 𝑥
1
23. 𝐷 2 − 1 𝑦 = 𝑥𝑒 3𝑥 Jwb: 𝑦 = 𝐶1 𝑒 𝑥 + 𝐶2 𝑒 −𝑥 + 32 𝑒 3𝑥 4𝑥 − 3

24. 𝐷 2 − 2𝐷 + 3 𝑦 = 𝑒 −𝑥 cos 𝑥
1
Jwb: 𝑦 = 𝑒 𝑥 𝐶1 cos 2 𝑥+𝐶2 sin 2 𝑥 + 41 𝑒 −𝑥 5 cos 𝑥 − 4 sin 𝑥

25. 𝐷 2 + 1 𝑦 = 4𝑥 cos 𝑥 − 2 sin 𝑥. Jwb: 𝑦 = 𝐶1 cos 𝑥 + 𝐶2 sin 𝑥 + 2𝑥 cos 𝑥 + 𝑥 2 sin 𝑥


1 1 1
26. 𝐷 2 − 2𝐷 + 1 𝑦 = sin 𝑥 + sinh 𝑥. Jwb: 𝑦 = 𝑒 𝑥 𝐶1 + 𝐶2 𝑥 + 2 cos 𝑥 + 2 𝑥 2 𝑒 𝑥 − 8 𝑒 −𝑥

88
27. 𝐷 2 − 2𝐷 − 8 𝑦 = 𝑒 𝑥 − 8 cos 2𝑥
1 1
Jwb: 𝑦 = 𝐶1 𝑒 −2𝑥 + 𝐶2 𝑒 4𝑥 − 9 𝑒 𝑥 + 5 3 cos 2𝑥 + sin 2𝑥

28. 𝐷 2 − 2𝐷 + 10 𝑦 = sin 3𝑥 + 𝑒 𝑥
1 1
Jwb: 𝑦 = 𝑒 𝑥 𝐶1 cos 3𝑥 + 𝐶2 sin 3𝑥 + 37 sin 3𝑥 + 6 cos 3𝑥 + 9 𝑒 𝑥

29. 𝐷 2 + 4 𝑦 = 2 sin 2𝑥 − 3 cos 2𝑥 + 1


𝑥 1
Jwb: 𝑦 = 𝐶1 cos 2𝑥 + 𝐶2 sin 2𝑥 − 4 3 sin 2𝑥 + 2 cos 2𝑥 + 4

30. 𝐷 2 + 9 𝑦 = 2𝑥 sin 𝑥 + 𝑥 𝑒 3𝑥
1 1 1
Jwb: 𝑦 = 𝐶1 cos 3𝑥 + 𝐶2 sin 3𝑥 + 4 𝑥 sin 𝑥 − 16 cos 𝑥 + 54 3𝑥 − 1 𝑒 3𝑥

31. 𝐷 2 − 2𝐷 − 3 𝑦 = 𝑥 1 + 𝑒 3𝑥
1 1
Jwb: 𝑦 = 𝐶1 𝑒 3𝑥 + 𝐶2 𝑒 −𝑥 + 9 2 − 3𝑥 + 16 2𝑥 2 − 𝑥 𝑒 3𝑥

32. 𝐷 2 + 2𝐷 − 3 𝑦 = 2𝑥𝑒 −3𝑥 + 𝑥 + 1 𝑒 𝑥


1 1
Jwb: 𝑦 = 𝐶1 𝑒 −3𝑥 + 𝐶2 𝑒 𝑥 − 8 2𝑥 2 + 𝑥 𝑒 −3𝑥 + 16 2𝑥 2 + 3𝑥 𝑒 𝑥

33. 𝐷 2 + 1 𝑦 = 2𝑥 cos 𝑥 cos 2𝑥


1 1 1 3
Jwb: 𝑦 = 𝐶1 cos 𝑥 + 𝐶2 sin 𝑥 + 4 𝑥 cos 𝑥 + 4 𝑥 2 sin 𝑥 − 8 𝑥 cos 3𝑥 + 32 sin 3𝑥

34. 𝐷 2 − 2 𝑦 = 2𝑥𝑒 𝑥 cos 𝑥 − sin 𝑥


Jwb: 𝑦 = 𝐶1 𝑒 −𝑥 2
+ 𝐶2 𝑒 𝑥 2
+ 𝑥𝑒 𝑥 sin 𝑥 + 𝑒 𝑥 cos 𝑥
35. 𝑦 ′′ + 𝑦 = sec 𝑥
Jwb: 𝑦 = 𝐶1 cos 𝑥 + 𝐶2 sin 𝑥 + 𝑥 sin 𝑥 + cos 𝑥 ln cos 𝑥
36. 𝑦 ′′ − 4𝑦 ′ + 4𝑦 = 𝑒 2𝑥 /𝑥 2 Jwb: 𝑦 = 𝐶1 + 𝑥𝐶2 𝑒 2𝑥 − 𝑒 2𝑥 ln 𝑥
1
37. 𝑦 ′′ + 𝑦 = ctg 𝑥 Jwb: 𝑦 = 𝐶1 cos 𝑥 + 𝐶2 sin 𝑥 + sin 𝑥 ln tg 2 𝑥

38. 𝑦 ′′ + 𝑦 = cosec 𝑥 Jwb: 𝑦 = 𝐶1 cos 𝑥 + 𝐶2 sin 𝑥 − 𝑥 cos 𝑥 + sin 𝑥 ln sin 𝑥


2 2
39. 𝑦 ′′ − 2𝑦 = 4𝑥 2 𝑒 𝑥 Jwb: 𝑦 = 𝐶1 𝑒 𝑥 2
+ 𝐶2 𝑒 −𝑥 2
+ 𝑒𝑥
40. 𝑦 ′′ − 2𝑦 ′ + 𝑦 = 𝑒 𝑥 /𝑥 Jwb: 𝑦 = 𝐶1 + 𝑥𝐶2 𝑒 𝑥 + 𝑥𝑒 𝑥 ln 𝑥
41. 𝑦 ′′ + 𝑦 = 10𝑒 2𝑥 , jika 𝑦 0 = 0, 𝑦 ′ 0 = 0 Jwb: 𝑦 = 2 𝑒 2𝑥 − cos 𝑥 − 2 sin 𝑥
𝑑2𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥
42. 𝑑𝑡 2 + 4 𝑑𝑡 + 5𝑥 = 10, jika 𝑡 = 0, 𝑥 = 0 dan =0
𝑑𝑡

Jwb: 𝑥 = 2 1 − 𝑒 −2𝑡 cos 𝑡 − 2𝑒 −2𝑡 sin 𝑡


43. 𝑦 ′′ + 2𝑦 ′ + 2𝑦 = sin 𝑥, jika 𝑦 0 = 2, 𝑦 ′ 0 = −1
6 1
Jwb: 𝑦 = 5 2 cos 𝑥 + sin 𝑥 𝑒 −𝑥 + 5 sin 𝑥 − 2 cos 𝑥

44. 𝑦 ′′ − 6𝑦 ′ + 9𝑦 = 4𝑒 3𝑥 , jika 𝑦 0 = 1, 𝑦 ′ 0 = 3 Jwb: 𝑦 = 𝑒 3𝑥 2𝑥 2 + 1


45. 𝑦 ′′ + 𝑦 = −2𝑥 2 + 3, jika 𝑦 0 = 7, 𝑦 ′ 0 = 0 Jwb: 𝑦 = 7 − 2𝑥 2
46. 𝑥 2 𝑦 ′′ + 𝑥𝑦 ′ + 4𝑦 = 0 Jwb:𝑦 = 𝐶1 cos 2 ln 𝑥 + 𝐶2 sin 2 ln 𝑥

89
47. 3𝑥 + 2 𝑦 ′′ + 7𝑦 ′ = 0 Jwb: 𝑦 = 𝐶1 + 𝐶2 3𝑥 + 2 −4/3

1
48. 2𝑥 2 𝑦 ′′ − 𝑥𝑦 ′ + 𝑦 = 𝑥 2 Jwb: 𝑦 = 𝑥𝐶1 + 𝐶2 𝑥 + 3 𝑥 2

49. 𝑥 2 𝑦 ′′ − 2𝑥𝑦 ′ + 2𝑦 = 2𝑥 ln 𝑥 Jwb: 𝑦 = 𝐶1 𝑥 2 + 𝐶2 𝑥 − 𝑥 ln 𝑥 2 − 𝑥 ln2 𝑥


50. 2 𝑥 + 1 2 𝑦 ′′ − 𝑥 + 1 𝑦 ′ + 𝑦 = 𝑥
Jwb: 𝑦 = 𝐶1 𝑥 + 1 + 𝐶2 𝑥 + 1 + 𝑥 + 1 ln 𝑥 + 1 − 1
1 1
51. 𝑥 2 𝐷 2 − 2 𝑦 = 3𝑥 2 Jwb: 𝑦 = 𝐶1 𝑥 2 + 𝑥 𝐶2 + 𝑥 2 ln 𝑥 − 3 𝑥 2
1 1 1
52. 𝑥 2 𝑦 ′′ + 2𝑥𝑦 ′ − 20𝑦 = 𝑥 + 1 2
Jwb: 𝑦 = 𝐶1 𝑥 4 + 𝐶2 𝑥 −5 − 14 𝑥 2 − 9 𝑥 − 20

𝑦′ + 𝑧 = 0 𝑦 = 𝐶1 𝑒 2𝑥 + 𝐶2 𝑒 −2𝑥 ,
53. Jwb:
𝑧 ′ + 4𝑦 = 0 𝑧 = −2 𝐶1 𝑒 2𝑥 − 𝐶2 𝑒 −2𝑥
13 2 3
𝐷 + 2 𝑥 − 3𝑦 = 𝑡 𝑥 = 𝐶1 𝑒 𝑡 + 𝐶2 𝑒 −5𝑡 − − 𝑡 + 𝑒 2𝑡 ,
25 5 7
54. Jwb:
𝐷 + 2 𝑦 − 3𝑥 = 𝑒 2𝑡 𝑡
𝑦 = 𝐶1 𝑒 − 𝐶2 𝑒 −5𝑡 12 3
− 25 − 5 𝑡 + 7 𝑒 2𝑡
4

𝑦 ′ + 2𝑦 + 𝑧 = sin 𝑥 𝑦 = 𝐶1 + 𝑥𝐶2 + 2 sin 𝑥 ,


55. Jwb:
𝑧 ′ − 4𝑦 − 2𝑧 = cos 𝑥 𝑧 = −2𝐶1 − 2𝑥 + 1 𝐶2 − 3 sin 𝑥 − 2 cos 𝑥

90
11 PENERAPAN PERSAMAAN
DIFERENSIAL BIASA

Masalah Pendinginan.
Hukum Newton untuk pendinginan menyatakan bahwa “Berkurangnya suhu benda berbanding
lurus dengan perbedaan suhu benda dan suhu medium sekelilingnya”.
𝑑𝑇
Rumus: = −𝑘 𝑇 − 𝑇𝑚 ,
𝑑𝑡

dengan 𝑇 =suhu benda


𝑇𝑚 = suhu medium
𝑘 =konstanta perbandingan (𝑘 > 0)
𝑑𝑇
Pada Hukum Newton dipakai tanda negative (-) untuk membuat < 0 dalam proses pendinginan.
𝑑𝑡

Contoh:
Sebuah logam suhunya 100𝑜 𝐹 diletakkan ke dalam sebuah bilik dengan suhu tetap 0𝑜 𝐹. Jika
setelah 20 menit suhu logam menjadi 50𝑜 𝐹, maka dapatkan:
a. Waktu yang diperlukan oleh logam tersebut untuk mencapai suhu 25𝑜 𝐹
b. Suhu logam setelah 25 menit
Penyelesaian:
𝑑𝑇
Diketahui: 𝑇𝑚 = 0𝑜 𝐹 → = −𝑘𝑇 → 𝑇 = 𝐶𝑒 −𝑘𝑡
𝑑𝑡

Pada saat 𝑡 = 0, 𝑇 = 100𝑜 𝐹 → 100 = 𝐶𝑒 −𝑘(0) → 𝐶 = 100 → 𝑇 = 100𝑒 −𝑘𝑡 .


1 50
Pada saat 𝑡 = 20, 𝑇 = 50𝑜 𝐹 → 50 = 𝐶𝑒 −20𝑘 → 𝑘 = − 20 ln 100 = 0,035.

Jadi didapat: 𝑇 = 100𝑒 −0,035𝑡


1 25
a. 𝑇 = 25𝑜 𝐹 → 25 = 100𝑒 −0,035𝑡 → 𝑡 = − 0,035 ln 100 = 39,6 menit

b. 𝑡 = 10 → 𝑇 = 100𝑒 −0,035(10) → 𝑇 = 70,5𝑜 𝐹.

Hukum Aksi Massa


Suatu larutan A bereaksi dengan larutan B untuk membentuk larutan ketiga C dengan cara
demikian sehingga laju perubahan jumlah C sebanding dengan perkalian dari sisa jumlah A dan sisa
jumlah B pada setiap waktu yang diberikan.

91
Andaikan bahwa pada saat awal ada 𝛼 gram zat A dan 𝛽 gram zat B dan bahwa 𝑟 gram zat A
bercampur dengan 𝑠 gram zat B membentuk (𝑟 + 𝑠) gram zat C. Jika 𝑥 gram zat C terbentuk pada t
𝑟𝑥 𝑠𝑥
satuan waktu, maka C memuat: (𝑟+𝑠) gram zat A dan (𝑟+𝑠) gram zat B.
𝑟𝑥 𝑠𝑥
Sisa larutan A tinggal 𝛼 − (𝑟+𝑠) gram dan sisa larutan B tinggal 𝛽 − (𝑟+𝑠) gram.

Dengan hukum aksi massa didapat:


𝑑𝑥 𝑟𝑥 𝑠𝑥
=𝐾 𝛼− 𝛽−
𝑑𝑡 (𝑟 + 𝑠) (𝑟 + 𝑠)
Atau
𝑑𝑥 𝐾𝑟𝑠 𝑟+𝑠 𝑟+𝑠
= 2
𝛼−𝑥 𝛽−𝑥
𝑑𝑡 𝑟+𝑠 𝑟 𝑟
dengan 𝐾 =konstanta perbandingan.
𝐾𝑟𝑠 𝑟+𝑠 𝑟+𝑠
Jika 𝑘 = , 𝑎= 𝛼, 𝑏 = 𝛽, maka PD menjadi:
𝑟+𝑠 2 𝑟 𝑟
𝑑𝑥
= 𝑘 𝑎−𝑥 𝑏−𝑥 (1)
𝑑𝑡

Contoh:
Suatu reaksi kimia menyebabkan suatu larutan A yang dicampur dengan larutan B membentuk
larutan C. Jika dalam PD (1) 𝑎 =8 dan 𝑏 = 6 dan dalam 10 menit terbentuk 2 gram larutan C,
berapa gram larutan C terbentuk setelah 15 menit?
Penyelesaian:
𝑑𝑥
PD: 𝑑𝑡 = 𝑘 8 − 𝑥 6 − 𝑥 , untuk 𝑡 = 0, 𝑥 = 0; 𝑡 = 10, 𝑥 = 2, 𝑡 = 15, 𝑥 =?

PD diselesaikan didapat:
𝑑𝑥
= 𝑘 𝑑𝑡
8−𝑥 6−𝑥

1 1
−2
𝑑𝑥 + 2 𝑑𝑥 = 𝑘𝑡
8−𝑥 (6 − 𝑥)
1 1
ln 8 − 𝑥 − 2 ln 6 − 𝑥 + 𝐶1 = 𝑘𝑡
2
1 1 1
− ln 8 − 𝑥 + ln 6 − 𝑥 − 𝐶 = −𝑘𝑡
2 2 2
6−𝑥
= 𝐶𝑒 −2𝑘𝑡
8−𝑥
6−0 6 3
Jika 𝑡 = 0, 𝑥 = 0 maka 8−0 = 𝐶𝑒 −2𝑘(0) → 𝐶 = 8 = 4

Sehingga PD menjadi:
6 − 𝑥 3 −2𝑘𝑡
= 𝑒
8−𝑥 4
6−2 3 8
Jika 𝑡 = 10, 𝑥 = 2 maka 8−2 = 4 𝑒 −20𝑘 → 𝑒 −20𝑘 = 9

92
Sehingga pada saat 𝑡 = 15 maka
6 − 𝑥 3 −2𝑘(15)
= 𝑒
8−𝑥 4
4 6 − 𝑥 = 3(8 − 𝑥)𝑒 −30𝑘
4 6 − 𝑥 = 3(8 − 𝑥) 𝑒 −20𝑘 3/2

3
8 2 54−32 2
24 − 4𝑥 = 3 8 − 𝑥 →𝑥= = 2,6
9 9−4 2

Jadi selama 15 menit maka terbentuk 2,6 gram larutan C.

Masalah Benda Jatuh


Sebuah benda dengan massa m dijatuhkakn dari suatu ketinggian. Ditanyakan fungsi yang
menghubungkan antara kecepatan dan waktu selama benda itu jatuh, jika diketahui bahwa
disamping gaya tarik bumi, benda itu mengalami gaya perlambatan yang disebabkan oleh gesekan
dengan udara yang sebanding dengan kecepatan. (dengan angka kesebandingan k yang konstan)
Penyelesaian:
𝑑𝑣
Menurut hukum Newton: 𝑚 𝑑𝑡 = 𝐹.
𝑑𝑣
dengan: 𝑑𝑡 = 𝑎 : percepatan gerakan benda

𝐹: gaya yang bekerja pada benda dalam arah gerakan benda (Gaya ini adalah resultante
dari dua gaya yang mempunyai tanda negative (-) karena arahnya berlawanan dengan
arah kecepatan.
Jadi:
𝑑𝑣
𝑚 𝑑𝑡 = 𝑚𝑔 − 𝑘𝑣
𝑑𝑣
𝑚 = 𝑑𝑡
𝑚𝑔 − 𝑘𝑣
𝑑𝑣
𝑚 = 𝑑𝑡
𝑚𝑔 − 𝑘𝑣
𝑚 𝑘
− ln 𝑚𝑔 − 𝑘𝑣 = 𝑡 + 𝐶1 → 𝑚𝑔 − 𝑘𝑣 = 𝑒 −𝑚 𝑡+𝐶1
𝑘
Penyelesaian umum:
𝑘
𝑚𝑔
𝑣 = 𝐶𝑒 −𝑚 𝑡 + ……………………………………………………………………..(1)
𝑘
1
dengan 𝐶 = − 𝑘 𝑒 −𝑘𝐶1 /𝑚 .

Ketika benda dijatuhkan ia punya kecepatan awal 𝑣0 (yang boleh juga bernilai nol).
Jadi pada saat 𝑡 = 0 maka kecepatan awal 𝑣 = 𝑣0 , disubstitusi ke (1) didapat:
𝑚𝑔 𝑚𝑔
𝑣0 = 𝐶 + atau 𝐶 = 𝑣0 − .
𝑘 𝑘

93
Jadi kecepatan jatuhnya benda adalah:
𝑘𝑡
𝑚𝑔 𝑚𝑔
𝑣 = 𝑣0 − 𝑒 −𝑚 + .
𝑘 𝑘

HUKUM PERTUMBUHAN ALAMI


Jika suatu kelompok binatang satu sel memecah diri maka jika tidak ada gangguan apapun laju
pertumbuhan akan berbanding langsung dengan jumlah (besar populasi) yang ada (dianggap bahwa
laju kelahiran > laju kematian), maka:
𝑑𝑁
= 𝑘𝑁 (1)
𝑑𝑡

dengan : 𝑁 = besar populasi


𝑡 = waktu
𝑘 = angka perbandingan 𝑘 > 0
𝑑𝑁
Dari (1) didapat: = 𝑘 𝑑𝑡 → ln 𝑁 = 𝑘𝑡 + 𝐶.
𝑁

Sehingga: 𝑁 𝑡 = 𝑒 𝑘𝑡 +𝐶 = 𝑒 𝐶 𝑒 𝑘𝑡
Jika diketahui 𝑁 0 = 𝑁0 → 𝑒 𝐶 = 𝑁0 , sehingga 𝑁 𝑡 = 𝑁0 𝑒 𝑘𝑡 .

N 𝑁 𝑡 = 𝑁0 𝑒 𝑘𝑡
3
2
1
0 t
0 1 2 3

HUKUM PELAPUKAN ALAMI


Misal zat radioaktif yang luruh (lapuk) dengan waktu (atau gula yang larut dalam air). Hukum yang
mempengaruhi mengatakan bahwa laju pelapukan (laju larut, laju susut) berbanding langsung
dengan banyak zat yang ada pada waktu itu.
𝑑𝑁
= −𝑘𝑁, 𝑘 > 0
𝑑𝑡
Penyelesaian PD seperti pada Hukum Pertumbuhan Alami, sehingga didapat: 𝑁 𝑡 = 𝑁0 𝑒 −𝑘𝑡 .

94
N
𝑁 𝑡 = 𝑁0 𝑒 −𝑘𝑡
2,5
2
1,5
1
0,5
0 t
0 1 2 3

Contoh:
Pnduduk suatu daerah berkembang menjadi dua kali dalam 50 tahun. Jika kecepatan bertambah
berbanding langusng dengan banyaknya penduduk pada waktu itu, maka dalam berapa tahun
penduduknya menjadi tiga kali lipat?
Penyelesaian:
𝑑𝑃
Jika jumlah penduduk dilambangkan dengan 𝑃, maka rumusnya: = 𝑘𝑃. Sehingga penyelesaian
𝑑𝑡

PD tersebut adalah 𝑃 𝑡 = 𝑃0 𝑒 𝑘𝑡 .
ln 2
𝑡 = 50 → 𝑃50 = 2𝑃0 → 2𝑃0 = 𝑃0 𝑒 𝑘(50) → 50𝑘 = ln 2 → 𝑘 =
50
Supaya 𝑃𝑡 = 3𝑃0 → 𝑡 =?
3𝑃0 = 𝑃0 𝑒 𝑘𝑡 → 3 = 𝑒 𝑘𝑡 → 𝑘𝑡 = ln 3
ln 2
𝑡 = ln 3 → 𝑡 = 79
50

Jadi dalam waktu 79 tahun penduduknya menjadi tiga kali lipat.

RANGKAIAN LISTRIK
Sebuah rangkaian elektrik sederhana terdiri dari sebuah sumber tenaga (misal: baterai), sebuah
resistor, sebuah induktor dan sebuah kapasitor. Deangan dihasilkannya arus elektrik pada sumber
tenaga akan berakibat timbulnya beda tegangan pada resistor, induktor maupun kapasitor.
Tiga hukum fisika yang berkaitan dengan beda tegangan tersebut adalah:
1. Penurunan voltase pada resistor, yang diberikan dengan rumus:
𝐸𝑅 = 𝑅𝑖
Dengan: 𝐸𝑅 : voltase pada resistor dengan satuan volt
𝑅: besar tahanan pada resistor dengan satuan ohm
𝑖: kuat arus dengan satuan Ampere

2. Beda tegangan (voltase) pada induktor, yang diberikan dengan rumus:

95
𝑑𝑖
𝐸𝐿 = 𝐿
𝑑𝑡
Dengan: 𝐸𝐿 : voltase pada induktor dengan satuan volt
𝐿: besar induksi dengan satuan Henry
𝑖: kuat arus dengan satuan Ampere

3. Voltase pada kapasitor, yang diberikan dengan rumus:


𝑞
𝐸𝐶 =
𝐶
Dengan: 𝐸𝐶 : voltase pada kapasitor dengan satuan volt
𝐶: besar kapasitor dengan satuan Farad
𝑞: besar muatan elektrik paxvda kapasitor dengan satuan Coulomb.
𝑑𝑞
Mengingat 𝑖 = maka rumus voltase pada kapasitor dapat disajikan menjadi:
𝑑𝑡
1
𝐸𝐶 = 𝑖 𝑑𝑡
𝐶
Hukum Kirchhoff I mengenai beda tegangan pada suatu rangkaian tertutup menyatakan bahwa:
“jumlah aljabar beda tegangan pada suatu rangkaian tertutup dengan arah tertentu adalah nol”.
Hukum Kirchhoff II mengenai beda tegangan pada suatu rangkaian tertutup yang memuat suatu
sumber tenaga menyatakan bahwa:
“ Jumlah beda tegangan pada resistor, induktor, dan kapasitor sama dengan beda tegangan yang
dihasilkan sumber tenaga”.
Berdasarkan kedua hukum tersebut, maka didapat:
𝑑𝑖 𝑞
𝐸 = 𝐸𝐿 + 𝐸𝑅 + 𝐸𝐶 = 𝐿 𝑑𝑡 + 𝑅𝑖 + 𝐶 . (1)
𝑑𝑞
Persamaan tersebut memuat dua variabel tak bebas yaitu 𝑖 dan 𝑞. Karena 𝑖 = , maka (1) menjadi:
𝑑𝑡

𝑑2 𝑞 𝑑𝑞 𝑞
𝐸=𝐿 2
+𝑅 +
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝐶
Jika (1) diturunkan terhadap 𝑡, didapat:
𝑑𝐸 𝑑2 𝑖 𝑑𝑖 1 𝑑𝑞
=𝐿 2+𝑅 +
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝐶 𝑑𝑡
atau
𝑑𝐸 𝑑2 𝑖 𝑑𝑖 𝑖
= 𝐿 2+𝑅 +
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝐶
Jika rangkaian tersebut tidak memuat kapasitor maka dari (1) diperoleh model matematik:
𝑑𝑖
𝐸=𝐿 + 𝑅𝑖
𝑑𝑡
Jika rangkaian tersebut tidak memuat induktor maka dari (1) diperoleh model matematik:

96
𝑑𝑞 𝑞
𝐸=𝑅 +
𝑑𝑡 𝐶
Contoh:
Dapatkan muatan 𝑞 dan arus 𝑖 sebagai fungsi waktu 𝑡 didalam sebuah rangkaian listrik RLC jika
tahanan 𝑅 = 12 ohm, kumparan 𝐿 = 0,02 henry, kapasitor 𝐶 = 2 x 10−4 Farad, baterai 𝐸 = 12
volt pada saat 𝑡 = 0, 𝑞 = 0 dan 𝑖 = 0.
Penyelesaian:
𝑑2 𝑞 𝑑𝑞 𝑞
𝐸 = 𝐿 2 +𝑅 +
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝐶
𝑑2 𝑞 𝑑𝑞 𝑞
12 = 0,02 2 + 16 +
𝑑𝑡 𝑑𝑡 2 x 10−4

𝑑2 𝑞 𝑑𝑞
600 = 2 + 800 + 250000𝑞
𝑑𝑡 𝑑𝑡
Ini merupakan PD orde dua, jika diselesaikan akan didapat:
𝑞 𝑡 = 𝑒 −400𝑡 𝐶1 cos 300𝑡 + 𝐶2 sin 300𝑡 + 2,4 x 10−3
Untuk 𝑡 = 0, 𝑞 = 0 → 0 = 𝑒 −400(0) 𝐶1 cos 0 + 𝐶2 sin 0 + 2,4 x 10−3 → 𝐶1 = −2,4 x 10−3
𝑑𝑞
𝑖= = −400𝑒 −400𝑡 𝐶1 cos 300𝑡 + 𝐶2 sin 300𝑡 + 𝑒 −400𝑡 −300𝐶1 sin 300𝑡 + 300𝐶2 cos 300𝑡
𝑑𝑡
Untuk 𝑡 = 0, 𝑖 = 0 → 0 = −400𝐶1 + 300𝐶2 .
Karena 𝐶1 = −2,4 x 10−3 → 𝐶2 = −3,2 x 10−3
Jadi penyelesaiannya:
𝑞 𝑡 = −𝑒 −400𝑡 2,4 cos 300𝑡 + 3,2 sin 300𝑡 10−3 + 2,4 x 10−3
dan
𝑖 𝑡 = 2𝑒 −400𝑡 sin 300𝑡

PEGAS BERGETAR (GERAK HARMONIK SEDERHANA=GHS)


Diketahui suatu pegas yang ditarik kebawah kemudian dilepaskan seperti pada gambar. Gesekan
pada pegas diabaikan. Berdasarkan Hukum Hooke yang menyatakan bahwa “ gaya F yang
mengembalikan P ke posisi setimbang pada y=0 memenuhi 𝐹 = −𝑘𝑦, dengan 𝑘konstanta yang
tergantung pada karakteristik pegas dan 𝑦 adalah ordinat dari P.
𝑤
Hukum Newton II: 𝐹 = 𝑚𝑎 = 𝑎,
𝑔

dengan: 𝑤: berat benda A


𝑎: percepatan P
𝑔: konstanta percepatan gravitasi
Maka : 𝑚𝑎 = −𝑘𝑦, 𝑘 > 0

97
𝑤 𝑑2𝑦
= −𝑘𝑦 → PD gerakan titik P.
𝑔 𝑑𝑡 2

𝑘𝑔 𝑑2𝑦
Jika = 𝐵2 → PD menjadi: 𝑑𝑡 2 + 𝐵2 𝑦 = 0 dengan penyelesaian umum:
𝑤

𝑦 = 𝐶1 cos 𝐵𝑡 + 𝐶2 sin 𝐵𝑡.


𝑑𝑦
Syarat pada saat 𝑡 = 0 → 𝑦 = 𝑦0 , 𝑑𝑡 = 0, didapat nilai 𝐶1 = 𝑦0 , 𝐶2 = 0.
2𝜋
Jadi 𝑦 = 𝑦0 cos 𝐵𝑡 → ini GHS dengan amplitudo 𝑦0 dan periode .
𝐵

GETARAN TEREDAM
𝑑𝑦
Ada gesekan dengan menganggap suatu gaya penghambat yang sebanding dengan kecepatan .
𝑑𝑡
𝑤 𝑑2𝑦 𝑑𝑦
PD gerakan ini adalah: = −𝑘𝑦 − 𝑞 ; 𝑘 > 0, 𝑞 > 0
𝑔 𝑑𝑡 2 𝑑𝑡

𝑑2𝑦 𝑑𝑦 𝑘𝑔 𝑞𝑔
PD tersebut dapat ditulis: + 𝐸 𝑑𝑡 + 𝐵2 𝑦 = 0, dengan 𝐵 = ,𝐸 = .
𝑑𝑡 2 𝑤 𝑤

Ada 3 kasus jika dilihat dari diskriminannya:


1. 𝐸2 − 4𝐵2 < 0, dengan akar-akar karakteristik: −𝛼 ± 𝛽𝑖. ( 𝛼 > 0, 𝛽 > 0)
PUPD: 𝑦 = 𝑒 −𝛼𝑡 (𝐶1 cos 𝛽𝑡 + 𝐶2 sin 𝛽𝑡) atau 𝑦 = 𝐶𝑒 −𝛼𝑡 sin(𝛽𝑡 + 𝛾)
dengan faktor teredam adalah 𝑒 −𝛼𝑡 dan amplitudo gerak → 0 untuk 𝑡 → ∞.
Gerak ini dinamakan gerak diredam.
2. 𝐸2 − 4𝐵2 = 0, dengan akar-akar karakteristik kembar yaitu – 𝛼.
PUPD: 𝑦 = 𝐶1 𝑒 −𝛼𝑡 + 𝐶2 𝑡𝑒 −𝛼𝑡 .
Gerak ini dinamakan gerak diredam kritis.
3. 𝐸2 − 4𝐵2 > 0, dengan akar-akar karakteristik adalah −𝛼1 dan −𝛼2 .
PUPD: 𝑦 = 𝐶1 𝑒 −𝛼 1 𝑡 + 𝐶2 𝑒 −𝛼 2 𝑡 .
Gerak ini dinamakan gerak diredam berlebihan.

98
RUMUS-RUMUS

KALKULUS DIFERENSIAL DAN INTEGRAL

TURUNAN (DERIVATIF) INTEGRAL TAK TERTENTU (ITT)

Sifat-sifat turunan: Sifat-sifat ITT:

I. 𝑦 = 𝑢 ± 𝑣 → 𝑦 ′ = 𝑢′ ± 𝑣′ I. 𝑘 𝑓 𝑥 𝑑𝑥 = 𝑘 𝑓 𝑥 𝑑𝑥
II. 𝑦 = 𝑢𝑣 → 𝑦 ′ = 𝑢′ 𝑣 + 𝑢 𝑣′ 𝑘 =konstanta
𝑢 𝑢 ′ 𝑣−𝑢 𝑣′ II. 𝑓(𝑥) ± 𝑔(𝑥) 𝑑𝑥 = 𝑓 𝑥 𝑑𝑥 ±
III. 𝑦=𝑣 → 𝑦′ = 𝑣2
𝑔 𝑥 𝑑𝑥

Beberapa rumus ITT:


Beberapa rumus turunan:
1. 0 𝑑𝑥 = 𝐶
1. 𝑦 = 𝐶 konstata → 𝑦 ′ = 0 2.
1
𝑥 𝑛 𝑑𝑥 = 𝑛+1 𝑥 𝑛+1 + 𝐶; (𝑛 ≠ −1)
2. 𝑦 = 𝑥 𝑛 → 𝑦 ′ = 𝑛𝑥 𝑛 −1
3. cos 𝑥 𝑑𝑥 = sin 𝑥 + 𝐶
3. 𝑦 = sin 𝑥 → 𝑦 ′ = cos 𝑥
4. sin 𝑥 𝑑𝑥 = −cos 𝑥 + 𝐶
4. 𝑦 = cos 𝑥 → 𝑦 ′ = −sin 𝑥
5. 𝑦 = tg 𝑥 → 𝑦 ′ = sec2 𝑥 5. sec2 𝑥 𝑑𝑥 = tg 𝑥 + 𝐶
6. 𝑦 = ctg 𝑥 → 𝑦 ′ = −cosec2 𝑥 6. cosec2 𝑥 𝑑𝑥 = −ctg 𝑥 + 𝐶
7. 𝑦 = sec 𝑥 → 𝑦 ′ = sec tg 𝑥 7. sec tg 𝑥 𝑑𝑥 = sec 𝑥 + 𝐶
8. 𝑦 = cosec 𝑥 → 𝑦 ′ = −cosec cotg 𝑥 8. cosec ctg 𝑥 𝑑𝑥 = −cosec 𝑥 + 𝐶
9. 𝑦 = 𝑒 𝑥 → 𝑦′ = 𝑒𝑥 9. ex 𝑑𝑥 = ex + 𝐶
𝑎𝑥
10. 𝑦 = 𝑎𝑥 (𝑎 > 0, 𝑎 ≠ 1) → 𝑦 ′ = 𝑎 𝑥 ln 𝑎 10. 𝑎𝑥 𝑑𝑥 = ln 𝑎 + 𝐶
1
11. 𝑦 = ln 𝑥 → 𝑦′ = 11.
1
𝑑𝑥 = ln 𝑥 + 𝐶
𝑥
𝑥
𝑓 ′ (𝑥)
12. 𝑦 = ln 𝑓(𝑥) → 𝑦′ = 12.
𝑓 ′ (𝑥)
𝑑𝑥 = ln 𝑓(𝑥) + 𝐶
𝑓(𝑥)
𝑓(𝑥)

13. 𝑦 = ln | sec 𝑥 | → 𝑦 = tg 𝑥 13. tg 𝑥 𝑑𝑥 = ln |sec 𝑥| + 𝐶
14. 𝑦 = ln | sin 𝑥 | → 𝑦 ′ = ctg 𝑥
14. ctg 𝑥 𝑑𝑥 = ln |sin x| + 𝐶
1
15. 𝑦 = ln |𝑥 + 𝑥 2 ± 𝑎2 | → 𝑦 ′ = 𝑑𝑥
𝑥 2 ±𝑎 2 15. 𝑑𝑥 = ln |𝑥 + 𝑥 2 ± 𝑎2 + 𝐶
𝑥 2 ±𝑎 2
𝑥 1
16. 𝑦 = arcsin 𝑎 → 𝑦′ = 𝑑𝑥
𝑎 2 −𝑥 2 16. 𝑑𝑥 = arcsin 𝑥 + 𝐶
𝑥 𝑎 𝑎 2 −𝑥 2

17. 𝑦 = arctg → 𝑦 = 𝑎 2 +𝑥 2 𝑑𝑥 1
𝑎 17. 𝑑𝑥 = 𝑎 arctg 𝑥 + 𝐶
𝑎 2 +𝑥 2
18. 𝑦 = sinh 𝑥 → 𝑦 ′ = cosh 𝑥
18. sinh 𝑥 𝑑𝑥 = cosh 𝑥 + 𝐶
19. 𝑦 = cosh 𝑥 → 𝑦 ′ = sinh 𝑥
19. cosh 𝑥 𝑑𝑥 = sinh 𝑥 + 𝐶

99
TURUNAN

ATURAN BERANTAI (AB):


𝑑𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝑢
Jika 𝑦 = 𝑓(𝑢) dan 𝑢 = 𝑔(𝑥) maka 𝑦 ′ = 𝑑𝑥 = 𝑑𝑢 . 𝑑𝑥

OPERATOR D:
𝑑
𝐷= → operator turunan
𝑑𝑥
𝑛
𝑑𝑛
𝐷 = 𝑛
𝑑𝑥
RUMUS LEIBNITZ:

1
𝐷 𝑛 𝑈𝑉 = 𝑈. 𝐷 𝑛 𝑉 + 𝑛𝐷𝑈. 𝐷 𝑛−1 + 𝑛 𝑛 − 1 𝐷 2 𝑈. 𝐷 𝑛−2
2!
1
+ 𝑛 𝑛 − 1 𝑛 − 2 𝐷 3 𝑈. 𝐷 𝑛−3 + ⋯
3!
TURUNAN FUNGSI PARAMETRIK:

𝑑𝑦
𝑦 = 𝑓(𝑡) 𝑑𝑦
→ 𝑦′ = = 𝑑𝑡
𝑥 = 𝑔(𝑡) 𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑𝑡
𝑑𝑦′
𝑑𝑦′
𝑦 ′′ = = 𝑑𝑡
𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑𝑡

INTEGRAL TAK TERTENTU

RUMUS INTEGRASI PARSIAL:

𝑢 𝑑𝑣 = 𝑢. 𝑣 − 𝑣 𝑑𝑢

OPERATOR 𝑫−𝟏 :
1
𝐷 −1 = 𝐷 = … 𝑑𝑥 →operator integral

RUMUS INTEGRAL:
1 1 1 1
1. 𝑈𝑉 = 𝑈. 𝐷 𝑉 − 𝐷𝑈. 𝐷 2 𝑉 + 𝐷 2 𝑈. 𝐷 3 𝑉 − ⋯
𝐷
1 1
2. 𝑒 𝑎𝑥 𝑉 = 𝑒 𝑎𝑥 𝑉
𝐷 𝐷+𝑎
1 sin 𝑏𝑥
3. sin 𝑏𝑥 = −𝑏 2 −𝑎 2
𝐷 2 −𝑎 2
1 cos 𝑏𝑥
4. cos 𝑏𝑥 = −𝑏 2 −𝑎 2
𝐷 2 −𝑎 2

100
Daftar Pustaka

[1] Garner, L.E., Calculus and Analytic Geometry, Maxwell Macmillan, Singapore, 1991.

[2] Kartono, Penuntun Belajar Persamaan Diferensial, Andi Offset, Yogyakarta, 1994.

[3] Soehardjo, Kalkulus 2b, Surabaya, 2005.

[4] Soehardjo, Kalkulus I, Surabaya, 1999.

Anda mungkin juga menyukai