Anda di halaman 1dari 35

MODEL PENGELOLAAN ZAKAT PRODUKTIF MELALUI

PEMBERDAYAAN UMKM DI KABUPATEN KUNINGAN

Rizqi Maulana

IAIN Syekh Nurjati Cirebon


mshrmmfa@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh meningkatnya angka kemiskinan di


Kabupaten Kuningan dari tahun-tahun sebelumnya. Baznas sebetulnya memiliki
peran penting dalam membantu mengatasi permasalahan ini. Karna di Baznas
sendiri ada penyaluran zakat produktif untuk membantu peningkatan
perekonomian masyarakat. Biasanya penyaluran bantuan dari pemerintah itu
sifatnya formal dan konsumtif sehingga ini tidak menjadi jawaban dalam
mengatasi permasalahan kemiskinan di Kuningan. Dari permasalahn tersebut
penulis tertarik untuk mengetahui seberapa serius Baznas Kuningan dalam
melakukan pemberdayaan melalui zakat produktif. Dari segi modelnya
penyalurannya seperti apa saja, implementasinya, hingga efektivitas pengelolaan
zakat produktif di Baznas Kabupaten Kuningan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model pengelolaan zakat


produktif di BAZNAS Kabupaten Kuningan, implementasi pengelolaan zakat
produktif melalui UMKM, efektivitas pengelolaan zakat produktif di BAZNAS
Kabupaten Kuningan dalam meningkatkan pendapatan UMKM.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan
menggunakan metode penelitian kualitatif serta menggunakan pendekatan
deskriftif kualitatif. Untuk mendapatkan hasil dalam penelitian ini penulis
menggunakan data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang
digunakan yaitu observasi, wawancara, dokumentasi. Data yang digunakan yaitu
hasil wawancara dengan Kepala Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan
Zakat dan Ketua Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Mustahik, juga data sekunder
berupa data model pengelolaan zakat produktif dan implementasinya.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Baznas Kuningan
dalam mendistribusikan zakat produktif sangat variatif modelnya, ada program Z-
Mart, Z-Chicken, Proxy (program mustahik pengusaha Kuningan), dan lumbung
pangan. Berkat kesungguhan para pendamping dalam mendampingi para
penerima manfaat dalam menjalankan program, rata-rata pendapatan mustahik
mengalami kenaikan sebesar Rp.845.375. Tak hanya itu, mereka pun dibuatkan
koperasi untuk wadah para penerima manfaat guna mewujudkan usaha yang
berkelanjutan jangka panjang. Karna pendampingan dari Baznas itu sifatna hanya
satu tahun, setelah itu akan digantikan dengan penerima manfaat yang baru.
Kata Kunci : Model Pengelolaan Zakat Produktif, Baznas Kabupaten
Kuningan.
Abstract

This research was motivated by the increasing poverty rate in Kuningan


Regency from previous years. Baznas actually has an important role in helping
overcome this problem. Because at Baznas itself there is a productive distribution
of zakat to help improve the community's economy. Usually the distribution of aid
from the government is formal and consumptive in nature so this is not the answer
to overcoming the problem of poverty in Kuningan. Based on this problem, the
author is interested in finding out how serious Baznas Kuningan is in carrying out
empowerment through productive zakat. In terms of the distribution model, its
implementation, and the effectiveness of productive zakat management in Baznas,
Kuningan Regency.
This research aims to determine the productive zakat management model
at BAZNAS Kuningan Regency, the implementation of productive zakat
management through MSMEs, the effectiveness of productive zakat management
at BAZNAS Kuningan Regency in increasing MSME income.
This type of research is field research using qualitative research methods
and using a qualitative descriptive approach. To get the results in this research the
author used primary data and secondary data. The data collection techniques used
are observation, interviews, documentation. The data used are the results of
interviews with the Head of the Zakat Distribution and Utilization Division and
the Head of the Mustahik Economic Empowerment Institute, as well as secondary
data in the form of data on productive zakat management models and their
implementation.
Based on the research results, it can be concluded that Baznas Kuningan's
distribution of productive zakat has very varied models, there are the Z-Mart, Z-
Chicken, Proxy programs (a mustahik program for Kuningan entrepreneurs), and
food barns. Thanks to the seriousness of the assistants in assisting the
beneficiaries in carrying out the program, the average income of mustahik has
increased by IDR 845,375. Not only that, they also created a cooperative as a
forum for the beneficiaries to create a long-term sustainable business. Because the
assistance from Baznas is only for one year, after that it will be replaced with a
new beneficiary.
Keywords : Productive Zakat Management Model, Baznas Kuningan
Regency.
PENDAHULUAN

Kemiskinan merupakan fenomena umum yang sangat erat kaitannya dengan


negara-negara berkembang yang ada di dunia. Salah satunya Indonesia,
kemiskinan masih menjadi momok yang membayang-bayangi negara kita hingga
saat ini. Entah kita sadari atau tidak, kemiskinan dan ketimpangan sosial masih
banyak tersebar di tengah-tengah kita. Baik itu penduduk yang berada di kota,
bahkan di pelosok sekalipun fenomena ini masih sering kita jumpai. Kemiskinan
menjadi permasalahan besar yang masih belum teratasi secara menyeluruh.

Kemiskinan bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, melainkan kita


selaku saudara se-tanah air juga berperan dalam mengentaskan permasalahan
tersebut. Hal ini tidak boleh luput dari perhatian kita, dikarenakan kemiskinan
memiliki implikasi luas terhadap kehidupan masyarakat di suatu kawasan dan
global, khususnya jika dihubungkan dengan implikasi ekonomi, sosial dan
keamanan secara keseluruhan.

Di Jawa Barat, Kuningan termasuk ke dalam salah satu Kota/Kabupaten


miskin. Hal ini dibuktikan dengan tingginya tingkat kemiskinan ekstrem di
Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, yang menjadi sorotan serius dari pemerintah
pusat. Tercatat, kemiskinan ekstrem di Kuningan mencapai 6,36 persen dengan
jumlah penduduk miskin ekstrem 69.090 jiwa (news.detik.com,2021).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat, persentase penduduk
miskin di Kuningan meningkat dari yang tadinya 11,42 persen di tahun 2019, naik
1,41 persen atau menjadi 12,82 persen di tahun 2020, angka ini terus melejit
hingga di tahun 2021 menyentuh 13,10 persen. Angka ini menjadikan Kuningan
sebagai kabupaten termiskin kedua di Jawa Barat. Dari yang semulanya di tahun
2019 hanya sekitar 123 ribu jiwa, di tahun 2021 mencapai 143 ribu jiwa. Ini
menandakan adanya peningkatan penduduk miskin yang drastis yaitu sebanyak 20
ribu jiwa.

Kasi Kordinator Fungsi Analisis Statistik BPS Kuningan mengatakan, “Faktor


kesenjangan sosial di masyarakat bisa dikatakan menjadi penyebab kemiskinan
ekstrem meningkat. Dikarenakan, rata-rata penduduk miskin di Kuningan hanya
bersekolah tidak lebih dari tingkat SMP. Selain itu, partisipasi anak usia 13-15
tahun yang semestinya wajib bersekolah hanya di angka 85,84 persen dari standar
minimalnya yakni 95 persen.”

Kondisi tersebut diperparah dari banyaknya penduduk miskin di Kuningan


yang saat ini berstatus tidak bekerja. Sejak 2019, BPS mencatat angka
pengangguran terbuka Kuningan terus meningkat.

Tabel I.1 Data Pengangguran Terbuka Kuningan

Angka Penganggura Prasentase


Tahun Bekerja n Pengangguran

2019 460.227 49.304 9,68%

2020 463.164 58.513 11,22%

2021 479.405 63.377 11,68%

Sumber : BPS Jabar (2021)

Yang parah terjadi tahun 2021, disaat kota/kabupaten lain di Jabar mengalami
penurunan angka pengangguran, justru Kuningan kembali naik menembus angka
63.377 orang, atau 11,68% dengan angka bekerja 479.405. Kenaikan tersebut
membuat Kuningan, berada diurutan kelima dalam kategori kabupaten dengan
angka pengangguran tertinggi di Jawa Barat. Hal ini disebabkan karna banyak
warga Kuningan yang terpaksa kembali ke kampung halaman karena terusir dari
daerah rantau. (BPS Jawa Barat, 2021)

Salah satu penyebab terjadinya kemiskinan adalah adanya ketimpangan


distribusi pendapatan. Karna tidak meratanya kepemilikan/alokasi sumber daya,
maka tak heran jika di Indonesia masih banyak masyarakat yang kurang mampu.
Dalam kaitan ini, terdapat suatu kondisi dimana satu orang/sekelompok orang
golongan menguasai lebih banyak sumber daya yang ada (surplus) dibanding satu
orang/sekelompok orang lainnya yang menguasai sumber daya yang ada dalam
jumlah yang relatif sangat kecil. Bentuk pemerataan pendapatan yang dapat
dilakukan adalah dengan mendistribusikan pendapatan dari masyarakat golongan
mampu kepada yang tidak mampu. Salah satu sisi ajaran Islam sebagai upaya
dalam pemerataan pendapatan adalah Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS)
(Wardayanti, 2015).
Zakat menjadi solusi dalam mengatasi masalah perekonomian pada setiap
negara. Sejak zaman Rasulullah SAW sudah mempraktikan langsung bagaimana
zakat memecahkan masalah umat dan menjadikan sebagai sumber kas negara.
Zakat akan menjadi efektif jika digunakan untuk mengentaskan kemiskinan. Zakat
mempunyai kedudukan yang signifikan diantaranya sebagai instrument dalam
peningkatan umat islam, Pendidikan atau pengetahuan, pengembangan prasarana
umum dan pelayanan umum yang merupakan sebagai relevansi kesejahteraan
masyarakat Indonesia (Sopia Kholilah Siregar, 2021).

Zakat juga merupakan salah satu cara mengatasi masalah dalam kemiskinan,
berbagai studi telah dilakukan dan sudah terbukti bahwa zakat ini dapat
meminimalisir tingkat kemiskinan, dan juga diharapakan bisa membantu untuk
mencapai tingkat kesejahteraan yang diharapkan. Pada zaman Rasulullah, zakat
dikenal dengan nama Baitul maal, dan pada masa Rasulullah setiap yang mampu
wajib untuk menyerahkan sebagaian dari hartanya kepada Baitul maal (Husaeni &
Zakiah, 2021).

Zakat menjadi kewajiban umat Islam yang memang harus ditunaikan, hal
ini sudah tertera dalam rukun islam yang ke-3. Rasulullah dan para sahabat-
sahabatnya menjadikan zakat ini sebagai modal untuk mengatasi kemiskinan pada
masa pemerintahannya. Jika rencana zakat ini diterapkan dengan baik secara
nasional dan multinasional maka masalah kemiskinan di dunia islam akan bisa
diselesaikan denan segera. Maka berdasarkan itu zakat merupakan modal besar
untuk pembangunan negara (Neng Kamarni, 2021).

Zakat mampu berperan terhadap mengatasi masalah kemiskinan, karena


pembentukan modalnya tidak hanya berasal dari pengolahan serta pemanfaatan
sumber daya alam saja, namun juga melalui upaya menyisihkan sebagian
kekayaan untuk disalurkan kepada golongan yang membutuhkan. Pada awalnya
penyaluran zakat hanya ditujukan untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumsi
mustahik saja, akan tetapi seiring perkembangan zaman zakat juga sudah mulai
dikembangkan untuk tujuan yang lebih produktif. Zakat tidak hanya bertujuan
untuk dapat membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari mustahik (penerima
zakat), akan tetapi ketika kebutuhan sehari-hari (konsumsi) mustahik telah
tercukupi maka zakat dapat didayagunakan sebagai bentuk pembiayaan untuk
menjalankan usaha produktif. Hafidhuddin mengatakan bahwa pemberian zakat
tidak hanya sekedar untuk sesuap atau dua suap nasi, sehari atau dua hari,
kemudian mustahik menjadi miskin kembali, akan tetapi zakat juga dapat
digunakan mustahik untuk pemenuhan kebutuhan hidup yang lebih baik dalam
waktu yang relatif lama. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dana
zakat dianggap mampu membantu mustahik dalam menjalankan usahanya melalui
pendayagunaan zakat produktif. (Hafidhuddin, 2001)

Zakat yang didayagunakan kepada mustahik akan menjadi lebih memiliki


dampak terhadap peningkatan perekonomian apabila zakat tersebut dimanfaatkan
untuk kegiatan produktif. Para ulama seperti Imam Syafi’i, anNas’i dan lainnya
menyatakan bahwa jika mustahik zakat memiliki kemampuan untuk berdagang,
maka selayaknya dana zakat yang diberikan itu berupa modal usaha yang
diharapkan dapat membantu mustahik memperoleh keuntungan untuk memenuhi
kebutuhan pokoknya. Dengan demikian juga jika mustahik memiliki ketrampilan
atau keahlian tertentu, maka dana zakat yang disalurkan bisa berupa peralatan
produksi yang sesuai dengan pekerjaannya (Hafidhuddin, 2001).
Pendayagunaan dana zakat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: pertama:
pemanfaatan atau pendayagunaan zakat konsumtif dan tradisional, adapun
bentuknya pemanfaatan atau pendayagunaan dana zakat ini bersifat pemberian
langsung dan hanya bersifat sementara yang dapat langsung dipakai dan
dimanfaatkan oleh setiap musahik. Kedua: pemanfaatan dan pendayagunaan dana
zakat konsumtif kreatif, seperti pemberian dana zakat untuk beasiswa dan
keperluan perlengkapan sekolah. Ketiga: pemanfaatan dan pendayagunaan
produktif tradisonal, yang artinya pemberian dana zakat ini dilakukan dengan cara
pemberian barang-barang atau alat produktif yang bertujuan untuk dapat
menciptakan usaha atau memberikan lapangan pekerjaan, seperti pemberian mesin
jahit, alat-alat pertanian, sapi, kambing, ayam dan lainnya. Keempat: pemanfaatan
dan pendayagunaan dana zakat produktif kreatif, maksudnya adalah pemberian
yang diberikan dari dana zakat untuk bantuan modal yang digunakan untuk
membuat suatu usaha baru atau sebagai tambahan modal bagi usaha yang sedang
berjalan (Sopia Kholilah Siregar, 2021).
Keberhasilan di dalam pengelolaan zakat dapat di lihat dari adanya
perubahan yang terjadi dari peran seseorang yang menerima zakat, dari yang
awalnya seseorang tersebut menjadi mustahik dan sudah beralih menjadi muzakki.
Di dalam merubah peran seseorang yang awalnya mustahik atau dari yang dibantu
menjadi yang membantu (muzakki) di dalam zakat ditentukan oleh strategi dan
program pendistribusian yang dilakukan oleh pengelola zakat. Pengelolaan zakat
sangat penting karena keberhasilan dari pengelolaan tersebut dapat dicapai
melalui pola pengelolaan zakat yang efektif (Annida Karima Sovia, 2020).

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Model Pengelolaan Zakat Produktif Baznas Kuningan

Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kabupaten Kuningan terus


mendorong dalam membantu peningkatan ekonomi masyarakat Kuningan. Dari
hasil wawancara yang penulis lakukan di Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten
Kuningan ada beberapa model pengelolaan zakat produktif melalui pemberdayaan
ekonomi yang diwujudkan dalam bentuk Program Kuningan Unggul. Dalam hal
pemberdayaan ekonomi, Baznas Kuningan mempunyai bidang khusus yang
meng-inisiasinya, yaitu Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Mustahik. Berikut
program-programnya :

1) Z-Mart

Salah satu program pemberdayaan UMKM dalam meningkatkan


perekonomian di Kuningan adalah program yang menyasar warung ritel kecil.
Z-Mart merupakan Program pemberdayaan ekonomi dalam bentuk usaha ritel
mikro dengan meningkatkan eksistensi dan kapasitas untuk mengatasi
kemiskinan di wilayah urban. Tujuan diadakannya program ini adalah ; 1)
Meningkatkan kapasitas warung sehingga dapat tumbuh dan berkembang di
tengah pasar ritel modern. 2) Mengatasi kemiskinan khususnya di wilayah
perkotaan.

Program ZMart merupakan program di bawah naungan Lembaga


Pemberdayaan Ekonomi Mustahik (LPEM) Baznas Kuningan dengan konsep
Warung Ritel Mikro. Launching pertama kali pada tanggal 10 November 2020
di Kecamatan Cigugur, diresmikan langsung oleh Bupati Kuningan. Dengan
sasaran awal 50 penerima manfaat, yang mana tersebar di 14 Kecamatan,
terdiri dari 41 Desa, dan 9 Kelurahan. Kemudian di tahun 2021 bertambah
lagi 30 mustahik/umkm yang akan dibina, dan di tahun 2022 Baznas
Kuningan terus berupaya dengan menambah 50 mustahik baru, total sudah ada
130 penerima program Z-Mart.

Dalam pelaksanaan tersebut, BAZNAS Kabupaten Kuningan mempunyai


Tahapan prosedur kriteria untuk mendapat bantuan dari program Z-MART.

Gambar IV.1 Pola Pendaftaran Z-Mart

Pengelolaan Zakat Sur


Produktif melalui Pengajuan vey
Program Z-Mart

Eval Pendampingan & Verifikasi &


uasi Pengawasan Penyaluran
Bantuan

Untuk mencapai Kesejahteraan mustahiq, diperlukan srategi untuk


mengatur zakat produktif melalui program-program yang tepat untuk
mustahiq. Tahapan untuk mendapatkan bantuan program Z-MART terdiri dari
pengajuan, survey, Verifikasi & penyerahan bantuan, hingga pendampingan
dan evaluasi. Berikut penjelasannya :

a. Pengajuan Merupakan langkah awal untuk menyalurkan program dari


zakat produktif. Pada langkah ini, BAZNAS Kabupaten Kuningan
membuka pendaftaran secara online dengan menyebarkan pamflet di
media sosial lpem_kuningan milik BAZNAS Kabupaten Kuningan.
Dalam pamflet tersebut juga dimuat link pendaftaran., Adapun syarat
dan ketentuan untuk para mustahiq yaitu: 1) Memiliki Usaha Ritel
Mikro, 2) Usaha milik sendiri, 3) Memiliki fisik bangunan
usaha( Toko/Warung), 4) Pemilik usaha merupakan warga Kuningan
(dibuktikan dengan KTP), 5) Nilai omset harian max Rp. 300.000.

b. Survey Tahap ini merupakan lanjutan dari tahap pengajuan dari para
mustahiq. Dari beberapa orang yang mengajukan hanya ada beberapa
yang lolos dari tahap pengajuan tersebut. Tahap survey ini dilakukan
secara langsung untuk mengetahui kecocokan data mengenai lokasi,
pendapatan, dan para mustahiq juga disuruh untuk mengisi RAB
(Rencana Anggaran Belanja) untuk belanja barang-barang apa saja
yang dibutuhkan jika nanti nya lolos dan mendapatkan bantuan modal
usaha. Adapun beberapa hal yang akan disurvey yakni : 1)
Terpenuhinya kebutuhan dasar seperti Sandang, Pangan, papan. 2)
Kelayakan meliputi kondisi rumah, penghasilan, tanggungan keluarga
dan beberapa hal lain. 3) Kemauan dan kesiapan Mustahiq jika
diberikan bantuan modal usaha.

c. Verifikasi & Penyaluran Bantuan Setelah Diseleksi dan diskusi


bersama Pimpinan BAZNAS Kabupaten Kuningan, mana-mana saja
yang layak mendapatkan Bantuan Modal Usaha. Langkah selanjutnya
menghubungi para mustahiq yang layak mendapatkan Bantuan Modal
Usaha untuk dibuatkan Grub Whatsapp dan Diadakan pertemuan untuk
penandatanganan SK serta serah terima bantuan modal tahap awal
berupa uang kisaran Rp.8.000.000 – Rp.10.000.000., uang tersebut
untuk diversifikasi produk, branding toko seperti pengecatan toko dan
pemasangan plang.

d. Pendampingan & Pengawasan Dalam tahap ini BAZNAS Kabupaten


Kuningan melakukan pendampingan & pengawasan setiap satu bulan
baik dilakukan secara online maupun offline untuk melihat
perkembangan pendapatan yang ada di toko-toko para mustahiq.
Berikut wawancara dengan Kang Sadam beliau mengatakan:

“Jadi dalam pengawasan ini tim baznas melakukan setiap satu bulan
sekali entah itu online atau offline melihat apakah ada kenaikan atau
penurunan omset. Kalau ada penurunan kita coba untuk mencari
solusinya bersama-sama. Apakah dari segi kuantitas barang kurang
lengkap atau dari branding tokonya kurang menarik peminat. Dihari
ketika pendampingan dilapangan offline maupun online biasanya
bapak ibu penerima cukup mengirimkan laporan-laporan penghasilan
atau barang-barang belanjaan yang sudah dibelanjakan”.

Berikut adalah beberapa hal yang akan dievaluasi : 1) Penjualan :


Ramai atau sepi pembeli 2) Keuangan : Untung atau Rugi 3)
Kelebihan dan Kekurangan. Jika terdapat permasalahan dalam
melakukan usaha maka akan diberikan motivasi dan solusi yang
bertujuan untuk meningkatkan produktivitas kerja. Tahap ini juga
setiap bulannya para mustahiq wajib mengirimkan laporan penghasilan
atau barang-barang apa saja yang sudah dibelanjakan.

e. Evaluasi Dengan membedakan proses perencanaan dengan hasil yang


diinginkan, evaluasi adalah proses menilai, meninjau dan
meningkatkan suatu kegiatan. Tim Lembaga Pemberdayaan Ekonomi
Mustahik (LPEM) melakukan tahap penilaian pengelolaan program
baik saat sedang dilaksanakan maupun setalah selesai. Tujuan dari
tahapan penilaian ini adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan
program, apakah menemui kesulitan atau tidak. Juga
mempertimbangkan kritik dan saran dari penerima manfaat program Z-
Mart agar pelaksanaan program dimasa mendatang dapat ditingkatkan.

Kang Sadam selaku Ketua Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Mustahik


menjelaskan :

“Program Z-Mart bukan hanya pemberian modal saja. Melainkan juga


dibina, sampai berkembang. Mulai dari tata pengelolaan keuangan, cara
pemasaran era digitalisasi, sampai kepada kesadaran untuk berinfak melalui
Baznas. Program pemberdayaan ekonomi ini dalam bentuk usaha ritel mikro
dengan meningkatkan eksistensi ditengah banyaknya toko-toko modern.
Dengan konsep usaha ritel yang saling terkoneksi inilah warung Zmart
diharapkan dapat menjadi etalase bagi produk-produk UMKM sehingga
antar desa atau antar kecamatan bisa menstimulus terjadinya transaksi
usaha”.

Dalam realisasinya, ada 5 hal yang akan dilakukan Baznas Kuningan terhadap
mustahik/umkm yang akan dibina. Diantaranya :
1. Bantuan modal untuk diversifikasi produk

2. Renovasi dan penguatan branding warung

3. Mengembangkan supply chain (rantai pasok) yang berkelanjutan

4. Pendampingan berbasis kelompok dan personal

5. Dukungan teknologi pada rantai distribusi pasok barang dagang

Anggaran yang dikeluarkan untuk launching program Z-Mart sebesar


Rp.500.000.000, dengan skema anggaran Rp.300.000.000 dari Baznas
Kuningan, dan Rp.200.000.000 dari Baznas RI. Uang tersebut nantinya
dibagikan ke 50 penerima Z-Mart. Di tahun selanjutnya penerima manfaat
hanya mendapatkan Rp.8.000.000/per-mustahik untuk modal awal. Modal ini
dipergunakan untuk diversifikasi produk dan renovasi/branding warung.

“Warung yang mendapatkan program ini akan membeli barang


selanjutnya ke distributor Center Baznas dan akan ada pendampingan yang
bertujuan untuk memodernisasi sistem warung lainnya.” (Kang Sadam)

Sistem perbelanjaan yang dilakukan mustahik setelah ikut program Z-


Mart adalah dengan belanja kebutuhan barang ke Distribution Center (DC)
Baznas Kuningan melalui aplikasi Z-Pay, nantinya barang akan diantarkan
oleh Distributor Center tanpa ongkos kirim. Selain dapat memantau
persediaan barang dagangan, aplikasi ini juga berfungsi melihat omset
penjualan, dan keuntungan harian. Aplikasi yang dapat diunduh melalui Play
Store ini juga dapat digunakan untuk melayani transaksi pembayaran bagi para
pembeli di warung Z-Mart. Bahkan para saudagar akan dibekali printer
thermal untuk mencetak struk belanja.

“Selain itu saudagar Z-Mart juga dapat memantau persediaan barang


dagangan, omset penjualan, dan keuntungan harian. Aplikasi Z-Pay yang
dapat diunduh melalui Play Store ini juga dapat digunakan untuk melayani
transaksi pembayaran bagi para pembeli warung Z-Mart.”
Aplikasi pendamping Z-Pay ini dirancang dengan tampilan antarmuka
yang sederhana untuk memberikan kemudahan kepada saudagar Z-Mart dalam
mengoperasikannya. Harapannya penerima Z-Mart ini bisa berkembang
dengan pesat, sehingga yang tadinya mustahik dapat menjadi muzakki. Namun
harapan tersebut juga harus dibarengi dengan hati bermental kaya, bukan
mental miskin. Sehingga saudagar juga bisa berperan dalam upaya
pengentasan kemiskinan di Kabupaten Kuningan.

Dengan 5 tahapan realisasi tersebut harapannya warung Z-Mart terus


berkembang dan memberikan dampak ekonomi yang positif. Program Z-Mart
diharapkan dapat mempertahankan eksistensi dan meningkatkan kapasitas
warung ritel mikro sehingga dapat tumbuh dan berkembang di tengah
persaingan pasar ritel modern.

Selama pendampingan saudagar Z-Mart akan mendapatkan materi


kewirausahaan sebagai berikut :

1. Penilaian Pareto Barang Laris

2. Display Produk

3. Pencatatan Usaha

4. Stock Opname

5. Teknologi Bisnis Ritel

6. Hospitality

7. Promosi

8. Pengembangan Usaha

Program pemberdayaan UMKM Z-mart sebenarmya adalah program


inisiasi dari Baznas Pusat. Tersebar di 12 Provinsi, 19 kabupaten/kota, dan
sudah ada sekitar 654 mustahik binaan (Baznas.go.id). Meski programnya
sama, dalam penerapannya belum tentu sama dan belum tentu semua Baznas
berhasil melaksanakannya dengan baik. Biasanya program ini tak berjalan
lama, bisa dibilang hanya formalitas semata. Cukup dengan pemberian modal
di awal, kedepannya tidak ada pembinaan secara kontinuitas sampai UMKM
tersebut benar-benar bisa berkembang. Inilah yang menjadi keunggulan dari
Baznas Kabupaten Kuningan, dengan menrepakan pembinaan yang serius dan
kontinuitas sehingga menjadi contoh sebagai Baznas yang menjadi pelopor
keberhasilan dalam pemberdayaan umkm melalui program Zakat Mart (Z-
Mart).

2) Z-Chicken

ZCHICKEN merupakan program Pemberdayaan ekonomi mustahik di


bidang kuliner berupa produk ayam krispi. Produk ZCHICKEN berupa ayam
krispi yang renyah dengan bumbu khas. ZCHICKEN dijual dengan konsep
outlet gerobak dengan harga yang terjangkau sehingga dapat dinikmati semua
kalangan.

Program Z-CHICK merupakan program penyaluran zakat


produktif sebagaimana zakat produktif ialah zakat yang disalurkan kepada
penerima zakat (mustahiq) melalui program tertentu dengan tujuan
meningkatkan taraf hidup para mustahiq dan dapat menghasilkan sesuatu
secara terus-menerus. Program Z-CHICK didistribusikan kepada asnaf zakat
yang memiliki usaha mikro maupun yang tidak memiliki usaha untuk
mengelola dan mengembangkan program tersebut, jenis usaha Z-CHICK ialah
pengolahan ayam menjadi chicken yang mana kebanyakan masyarakat saat ini
menginginkan makanan yang praktis dan siap saji.

Program ini pertama kali diluncurkan Baznas Kuningan pada 19 Januari


2022, dengan melibatkan 30 mustahik yang akan dibina. Untuk tahap
penyeleksian mustahik calon saudagar Z-Chicken ini tidak beda jauh dengan
pendaftaran Z-Mart. Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Mustahik (LPEM)
Baznas Kabupaten Kuningan melalui akun instagram @lpem_kuningan
menyebarkan pamflet pendaftaran. Alur setelah pendaftaran yaitu assesment,
penetapan penerima, pendistribusian bantuan, monitoring.
Pendistribusian bantuan biasanya akan dilakukan secara seremonial
sekaligus pelatihan. Pelatihan ini dilangsungkan selama 2 hari, sebagaimana
yang dijelaskan Kang Sadam :

“Untuk hari pertama penerima manfaat diberikan pembekalan mindset


berwirausaha, cash flow keuangan, manajemen keuangan, dan SOP Outlet Z-
Chicken dengan melalui 3 (tiga) tahapan yakni Perintisan, penguatan dan
kemandirian. Sedangkan hari selanjutnya, para peserta langsung diarahkan
untuk praktek membuat fried chicken yang dipimpin langsung oleh trainer
dari D’Colonel Resto.”

Pendistribusian program Z-Chicken kepada masyarakat bukan


berupa uang, melainkan berupa peralatan berdagang dan bahan baku
untuk operasional berjualan seperti gerobak, penggorengan dan perlengkapan
bahan baku lainnya untuk diolah menjadi masakan siap saji atau chicken.
Penerima manfaat program Z-chicken sebelum berjualan akan diberikan
pembekalan dan pelatihan kurang lebih selama dua hari untuk mengetahui
bagaimana pengolahan chicken dan menyarankan berinovasi olahan tersebut
sesuai dengan perkembangan kondisi masyarakat.

Mustahik juga membentuk kelompok usaha yang membangun jaringan


distribusi serta mengontrol kualitas produk baik dari rasa, promosi dan
pelayanan. Berikut Jaringan Usaha Mustahik Z-Chicken :

 Stock Point

1. Stock Point hadir sebagai distributor bahan baku kebutuhan jualan


ZCHICKEN

2. Bahan baku terutama ayam marinasi dan tepung disuplai dari


supplier yang bekerja sama dengan BAZNAS

 Rumah Produksi

1. Rumah Produksi akan membuat ayam marinasi dan tepung bumbu


dengan bahan dasar disuplai dari pusat
2. Ayam diperoleh dari Rumah Potong Ayam

 Rumah Potong Ayam

1. Rumah Potong Ayam hadir untuk mensuplai bahan baku ayam


kepada rumah produksi di setiap wilayah program

2. Hadirnya Rumah Potong Ayam agar mendapatkan standar bahan


baku yang berkualitas

 Peternakan Ayam

1. Peternakan ayam hadir setelah dibentuknya jalur distribusi dan


penyiapan bahan baku mulai dari Stock Point-Rumah Produksi-
Rumah Potong Ayam

2. Peternakan ayam sebagai suplai kepada Rumah Potong Ayam

3. Peternakan ayam sebagai pemberdayaan Mustahik

Sebetulnya para penerima manfaat sangat diuntungkan dengan adanya


program ini, karna Z-Chicken adalah brand nasional yang sudah banyak
tersebar di berbagai kota. Sehingga mustahik tidak perlu repot-repot
membangun branding dari nol, tinggal fokus di penjualan saja. Usai pelatihan,
kedepannya 30 penerima manfaat tersebut juga akan diberikan pandampingan
dalam menjalankan usaha Z-Chicken.

Program pemberdayaan ekonomi memiliki tujuan yang mulia yaitu


membuat mustahik menjadi muzakki, melalui skema mustahik pengusaha.
Program tersebut merupakan komitmen Baznas Kuningan dalam
pendistribusian dana Zakat, Infak Sedekah yang dihimpun agar dapat
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Karna bagaimanapun, uang yang
dihimpun harus didistribusikan dengan baik, diberdayakan secara baik, dan
tepat sasaran.
Bantuan yang dibagi kepada masing-masing mustahik berupa gerobak
penjualan, peralatan lengkap dan bahan baku senilai Rp.9.500.000, ditambah
bantuan usaha bersama berupa Stock Point (SP) senilai Rp. 72.500.000.
Dalam program ZChicken, selain memberikan bantuan modal, BAZNAS juga
akan memberikan pelatihan pengolahan ayam goreng dan pelatihan
pengelolaan usaha kepada seluruh mustahik. Selanjutnya, demi menjaga
kualitas pelaksanaan program, para mustahik akan didampingi oleh
pendamping program yang akan membina selama satu tahun.

3) Lumbung Pangan

Program lumbung pangan merupakan program pemberdayaan ekonomi


mustahik pedesaan di bidang pertanian melalui pendekatan agribisnis
berkelanjutan. Mustahik didorong untuk membentuk kelompok usaha yang
mampu mengelola produktivitas, kualitas, dan kontinuitas pasokan produk
pertanian. Kelompok juga mampu membangun jaringan distribusi dan
pengembangan produk turunan. Lumbung Pangan berfokus pada komoditas
Jagung, Padi, dan Hortikultura semusim.

Sistem penyeleksian program lumbung pangan berbeda dengan program


pendayagunaan zakat produktif lainnya. Informasi pendaftarannya tidak betul-
betul dilakukan secara terbuka melalui media online. Untuk mengedepankan
pemberdayaan yang tepat sasaran dan potensial, Baznas Kuningan lebih
memilih untuk terjun langsung ke lapangan mencari Desa mana yang
sekiranya akan mereka bina. Pencarian ini juga didasari atas potensial Desa
tersebut. Sebagaimaana yang dijelaskan Ketua LPEM Baznas Kuningan :

“Kami turun langsung ke lapangan, untuk mengajak kerjasama


program lumbung pangan ini. Kita juga sebelumnya riset, kira-kira Desa
mana saja yang bagus di bidang ketahanan pangan. Seperti hal nya Desa
Widarasari, di Desa tersebut banyak petani bawang merah. Dan bisa dibilang
cukup berhasil dalam pertanian bawang merah ini. Akhirnya kami tertarik
untuk menawarkan bantuan program lumbung pangan ini.”

Desa Widarasari Kecamatan Kramatmulya, menjadi target utama Badan


Amil Zakat Nasional (Baznas) Kabupaten Kuningan dalam
mengimplementasikan program lumbung pangan. Hal itu dilakukan dalam
upaya mendorong petani bawang merah di desa itu agar lebih meningkatkan
produksi bawang merah. Baznas bersinergi dengan himpunan kelompok petani
bawang merah, yang mana nantinya mereka akan difasilitasi bibit.

Selain diberikan bantuan modal untuk keperluan bibit dan faktor


pendukung lainnya dalam proses pertanian bawang merah ini. Baznas
Kuningan juga membersamai para petani dengan pelatihan-pelatihan yang
difasilitasi Baznas Kuningan. Seperti halnya mengadakan penguatan ilmu
praktek pembuatan pestisida alami dari proses pembakaran kayu atau sering
disebut dengan sebutan cuka kayu atau asap cair. Pelatihan tersebut
melibatkan dua kelompok tani, yaitu Tunas Widara dan Tunas Mandiri Desa
Widarasari. Sebanyak 45 petani hadir dalam praktek pembuatan cuka kayu
sebagai dasar pengelolaan padi. Kegiatan ini bersinergi dengan penyuluh
pertanian dan pemerintahan desa terkait, pelatihan dipimpin langsung oleh
pendamping program lumbung pangan Baznas Kuningan.

Dalam proses prakteknya, alat yang digunakan berupa gergaji, golok,


drum, tabung preon/tabung sanyo, pipa. Sementara untuk bahan yang
digunakan adalah limbah kayu bakar. Proses pembakaran limbah kayu
berjalan selama 6 jam dan proses pendinginan selama 12 jam. Dari proses
tersebut, akan dihasilkan dua jenis produk yakni cuka kayu sebagai pestisida
dan arang kayu yang masih memiliki nilai ekonomis, bisa dijual untuk
meningkatkan pendapatan kelompok.

Selain praktik cuka kayu, pengarahan pengaplikasian penggunaan pupuk


kompos pun disampaikan, petani yang sudah terbiasa menggunakan pupuk
kandang yang masih mentah perlahan diarahkan untuk menggunakan pupuk
kompos yang sudah jadi atau sudah melalui proses permentasi, hal ini sebagai
upaya untuk meningkatkan hasil panen.

Nantinya kelompok tani akan mengaplikasikan pestisida alami ini di


lahan percontohan kelompok untuk melihat hasilnya, karena mayoritas petani
belum mengetahui tentang pestisida alami ini. Ketika sudah ada pembuktian
hasil, kelompok akan memproduksi pestisida alami ini untuk kebutuhan
kelompok.

Harapannya, kedepan program lumbung pangan ini bisa merambah ke


desa lain dengan jenis komoditas yang berbeda, sebagaimana penuturan dari
Ketua LPEM :

“Desa Widarasari ini akan dijadikan pilot projek lumbung pangan


Baznas di Kabupaten kuningan. Karna pastinya program lumbung pangan ini
akan merambah ke desa lain juga, tergantung potensi masing-masing daerah.
Jika desanya potensi di bidang peternakan, maka akan difokuskan ke
peternakan, begitu pun potensi-potensi lainnya seperti pertanian padi,
palawija, dan lainnya.”

4) Proxy (Program Mustahik Pengusaha Kuningan)

Program Proxy (program mustahik pengusaha Kuningan) adalah


pemberian bantuan pulsa sebesar 250-500rb kepada penerima manfaat
(mustahik). Pulsa yang diberikan terhubung ke dalam aplikasi Z-Play yang
merupakan aplikasi layanan keuangan yang dibuat oleh Baznas Kabupaten
Kuningan bekerja sama dengan Z-Pay Indonesia. Layanan utama di dalam
aplikasi tersebut mencakup jual beli pulsa, pembayaran listrik, transfer antar
Bank, infak dan sedekah, pembayaran kredit, BPJS, dan e-money lainnya.
Jumlah penerima program Proxy sekarang sudah mencapai 600 mustahik,
dengan total anggaran Rp.120.000.000. Program Proxy menyasar warung
kelontongan yang ingin berjualan pulsa dan pembayaran transaksi online
lainnya.

Awal mula berdirinya PROKSI adalah dari hasil evaluasi banyaknya


program Z-Mart yang tidak berjalan. Awalnya kan yang lebih dulu running
program itu Z-Mart. Setelah satu tahun berjalan selama satu tahun, ternyata
banyak penerima program Z-Mart yang tidak berjalan. Disebabkan karna
mindset daripada mustahik program Z-Mart ini adalah bantuan yang tidak
perlu dipertanggungjawabkan. Munculah gagasan baru untuk membuat
bantuan ini dengan skala besaran yang lebih kecil.
Program Proxy ini bantuannya sifatnya kecil, dibawah 500rb. Kenapa
nominalnya kecil, masyarakat biasanya kalo dapet program asumsinya ini
hanya bantuan semata. Program proxy ini dibuat sengaja nominalnya kecil
tapi jumlah penerimanya banyak. Program Proxy ini sebagai wadah Baznas
dalam menilai mustahik yang betul-betul dalam menjalankan program.
Semacam program penyaringan untuk mencari calon mustahik yang pantas
untuk medapatkan program yang lebih besar seperti Z-Mart, Z-Chicken, atau
Lumbung Pangan. Semisal ada 100 penerima program Proxy hanya ada 5
mustahik yang disiplin dalam menjalankan PROKSI ini. Maka 5 mustahik
tersebut nantinya akan dipromosikan ke program Z-Mart.

“Gak kebayangkan kalo sistem itu gak saya desain, program Z-Mart 10 juta
setelah disalurkan hilang. Artinya kalo hitungan bisnis lost nya tinggi, lebih
baik yang 500rb dikasih kemuudian lost. Semua ini di desain untuk bertujuan
untuk mencari SDM yang tepat.” (Kang Sadam)

Daripada kehilangan 10 juta alias memberikan program Z-Mart kepada


mustahik yang tidak serius. Lebih baik Proxy ini sebagai tahap penyaringan
mustahik yang disiplin dan tanggung jawab, mengingat nominal Proxy ini
sangat kecil. Promosi dari program Proxy ke program yang lebih besar
biasasnya setelah mustahik Proxy melewati 1 tahun masa pendampingan.
Setelah berhasil melewati dengan disiplin, mereka akan ditawarkan program
sesuai kemampuan dan kemauan dalam mengembangkan usaha, bisa
dipromosikan menjadi Z-Mart, bisa Z-Chicken, bisa juga ke pertanian atau
lumbung pangan.

Proram ini berupa pembiayaan untuk usaha pembayaran online semacam


jual beli pulsa, pembayaran listrik dan semacamnya. Dalam pelaksanaanya
pasti membutuhkan aplikasi untuk melakukan transaksi tersebut. Sebetulnya
dari pusat sendiri mengarahkan untuk para penerima Proxy ini menggunakan
aplikasi seperti Shopee pay, Lazada, Dana, dan lainnya. Namun Baznas
Kuningan mempunyai inisiatif cemerlang untuk membuat aplikasi sendiri.
Baznas Kuningan bekerja sama dengan vendor (sekarang Z-Pay Indonesia),
yang mana di dalamnya adalah Kang Sadam dan rekan-rekan IT-nya,
terciptalah apliasi Z-Pay. Aplikasi Z-Pay bisa untuk transaksi pembayaran
online, sangat berguna untuk menunjang pekerjaan penerima Proxy. Di dalam
aplikasi Z-Pay juga terdapat fitur sedekah, yang mana perhimpunan sedekah
ini akan disalurkan ke Baznas Kuningan.

B. Implementasi Pengelolaan Zakat Produktif Melalui UMKM di


Baznas Kuningan

Dilihat dari berbagai model pemberdayaan zakat produktif, penulis


menilai bahwa Baznas Kabupaten Kuningan sangat serius dalam mendistribusikan
Zakat Infak Shodaqoh (ZIS) yang dihimpun menjadi program pemberdayaan
ekonomi bagi mustahik. Baznas Kuningan memiliki tujuan mulia untuk
mengangkat derajat umkm melalui pemberdayaan ekonomi, sehingga yang
tadinya mustahik (penerima zakat) kedepannya bisa menjadi muzakki (pemberi
zakat).

Seperti halnya dalam program Z-Mart, menurut Kang Sadam sebagai


Ketua Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Mustahik (LPEM) Baznas Kabupaten
Kuningan :

“perjalanan membangun zmart memang tidak semudah yang dibayangkan karena


menyangkut perdagangan ritel dengan margin laba yang kecil. "Awalnya
BAZNAS RI menentukan pengusaha mitra Zmart untuk penyediaan barang
adalah dari Bandung sehingga kita sedikit 'nakal' dengan pemasok barang dari
pengusaha yang dekat Kuningan.”

Baznas Kuningan rela tidak mengambil pemasok dari Bandung yang mana
sudah diarahkan oleh Baznas Pusat. Hal itu disebabkan apabila pemasok barang
dari Bandung tidak akan bisa bersaing dengan toko-toko di Kabupaten Kuningan.

Dan untuk menekan biaya distribusi agar tidak berpengaruh ke harga


produk dan pengeluaran warung. Maka Baznas Kuningan mengeluarkan kebijakan
agar warung Z-Mart yang akan dibantu ini adalah warung yang daerahnya
terjangkau dari Distribution Center Baznas Kuningan.
"Demikian pula dengan lokasi zmart juga diusahakan jangan berjauhan. Memang
terkesan indah apabila semua kecamatan ada zmart, tapi konsekuensinya pada
biaya distribusi.”

Mengingat warung Z-Mart yang akan memenuhi kebutuhannya akan di


drop langsung dari Distribution Center (DC) Baznas Kuningan. Sehingga hanya
kecamatan yang terjangkau saja yang mendapat manfaat dari program Z-Mart.
Kenapa hanya yang terjangkau saja, karna nantinya saudagar Z-Mart tidak akan
dipungut biaya (bebas ongkos kirim) dalam pengiriman barang dari Distribution
Center (DC) Baznas Kabupaten Kuningan.

Selain itu, pembinaan ke penerima bantuan zmart juga dilakukan dengan


rutin. Pemberian bantuan dilakukan secara bertahap agar penerima merasa terikat
dan ikut pembinaan. Kalau bantuan langsung diberikan nantinya membuat
penerima merasa tak lagi terikat.

Keseriusan Baznas Kuningan dalam pemberdayaan ekonomi mustahik


melalui program Z-Mart ini membuahkan hasil. Angka kesejahteraan material
rumah tangga mustahik dihitung berdasarkan jumlah pendapatan rumah tangga
mustahik sebelum dan sesudah menerima zakat produktif dalam program Z-Mart
Baznas Kabupaten Kuningan mengalami peningkatan. Berikut angka
kesejahteraan material rumah tangga mustahik disajikan dalam tabel 1.1 berikut.

Tabel IV.1 Perubahan Pendapatan Mustahik

Sebelum dapat Program Sesudah dapat Program


Zakat Produktif Zakat Produktif
Pendapatan
Jumlah Persentase Jumlah Persentase

0 – 1.000.000 40 50% 2 2,5%

1.000.001 – 23 28,75% 22 27,5%


1.500.000

1.500.001 – 5 6,25% 24 30%


2.000.000

2.000.001 – 4 5% 9 11,25%
2.500.000

> 2.500.001 8 10% 23 28,75%

Sumber : Data Primer, 2023.

Berdasarkan data pada tabel IV.1 Dengan adanya penyaluran zakat


produktif oleh Baznas Kabupaten Kuningan melalu program z-martnya, hal ini
dapat memberikan dampak yang baik bagi perubahan pendapatan para mustahik
per bulannya. Hal ini dibuktikan dengan adanya kenaikan angka dalam setiap
kelas pasca mendapatkan bantuan zakat, dibandingkan sebelum mendapatkna
zakat produktif. Klasifikasi yang pertama, setelah disalurkannya zakat produktif
kepada para mustahik pada klasifikasi ini yang mana para mustahik dengan
pendapatan Rp 0 sampai Rp 1.000.000 mengalami penurunan yang sangat
signifikan, yaitu hanya terdapat 2 orang atau sebesar 2,5%, yang mana
sebelumnya pada klasifikasi ini sangat dominan dengan persentase sebesar 50%
atau sebanyak 40 mustahik. Penurunan juga tejadi pada klasiikasi mustahik
dengan pendapatan Rp 1.000.001 sampai Rp.1.500.000 yang mana sebelum
mendapatkan zakat produktif sebanyak 23 mustahik atau sebesar 28,75% setelah
mendapatkan zakat produktif menjadi turun menjadi 22 mustahik atau sebanyak
27.5%, meskipun pada klasifikasi ini tidak seperti dengena klasifikasi yang
pertama, namun bisa dilihat bahwa terdapat kenaikan pendapatan mustahik setelah
mendapatkan zakat produktif.

Pada klasifikasi ketiga, mustahik dengan pendapatan Rp 1.500.001 sampai


Rp 2.000.000 mengalami kenaikan yang siginfikan, sebelum mendapat zakat
produktif hanya terdapat 5 mustahik atau sebesar 6,25% pada saat setelah
mendapatkan zakat produktif naik menjadi 24 mustahik atau sebesar 30%.
Kenaikan jumlah terjadi padi pula pada klasifikasi keempat yaitu mustahik dengan
pendapatan Rp 2.000.001 sampai Rp 2.500.001 yang mana sebelum penyaluran
zakat produktif hanya terdapat 4 orang atau sebesar 5% naik menjadi 9 mustahik
atau sebesar 11,25%. Dan klasifikasi kelima dengan pendapatan diatas Rp
2.500.001 sebelum penyaluran zakat produktif hanya terdapat 8 mustahik atau
setara 10% dan setelah adanyanya penyaluran zakat produjtif mengalami kenaikan
siginfikan yaitu menjadi 23 mustahik atau setara dengan 28,75% dari total
mustahik penerima zakat produktif pada program z-mart.

Dengan adanya perubahan pendapatan mustahik tersebut membuktikan


bahwa dengan adanya penyaluran zakat produktif oleh Baznas Kabupaten
Kuningan dalam program Z-Mart. Dapat meningkatkan pendapatan para mustahik
sehingga tujuan awal berjalannya program ini, sebagai upaya pengetasan
kemiskinan di Kabupaten Kuningan bisa teratasi.

Dampak dari penyaluran zakat produktif oleh Baznas Kabupaten Kuningan


melalui program Z-Mart dapat meningkatkan rata-rata pendapatan sebelum dan
sesudah menerima zakat produktif seperti pada tabel 1.2 berikut :

Tabel IV.2 Rata-rata Pendapatan Mustahik

Rata-rata Rata-rata Rata-rata Perubahan rata-


pendapatan pendapatan pendapatan rata pendat
rumah tangga sebelum setelah
mustahik mendapatakan mendapatkan
zakat produktif zakat produktif

Rp. 1.478.438 Rp. 2.323.813 Rp. 845.375

Sumber : Data Primer, 2023.

Menurut tabel IV.2 rata-rata pendapatan rumah tangga mustahik


mengalami kenaikan dengan disalurkannya zakat produktif oleh Baznas
Kabupaten Kuningan melalui program Z-Mart. Hal ini bisa dilihat bahwa rata-rata
pendapatan rumah tangga mustahik sebelum menerima zakat produktif sebesar
Rp. 1.478.438, kemudian setelah mendapatkan zakat produktif pendapatan rata-
rata rumah tangga mustahik mengalami kenaikan menjadi Rp 2.323.813. Dapat
disimpulkan dengan adanya penyaluran zakat produktif melalui program Z-Mart
oleh Baznas Kabupaten Kuningan berpengaruh terhadap pendapatan rata-rata
rumah tangga mustahik yaitu sebesar Rp. 845.375.

Bertolak belakang dengan kesuksesan Z-Mart, program Z-Chicken justru


mengalami kemunduran. Dari yang awalnya ada 30 penerima manfaat, kini hanya
sisa 5 saudagar Z-Chicken yang masih bisa bertahan. Awal permasalahan ini
adalah karna kewajiban daripada Baznas Pusat untuk belanja kebutuhan Z-
Chicken ke Stock Point yang ada di Bogor. Pembelian juga dibatasi minimal
belanja sebanyak 1 ton. Sedangkan penjualan para saudagar Z-Chicken masih
sedikit karna baru merintis. Karna penjualan yang sedikit, maka pembelanjaan
bahan pun menyesuaikan. Ditengah-tengah Baznas Kuningan yang belum punya
Stock Point sendiri, Stock Point dari Bogor memutus kontrak dengan para
saudagar. Mereka pun kebingungan karna tidak ada lagi tempat yang
menyediakan bahan-bahan mereka. Kejadian itu membuat banyak saudagar yang
tumbang. Baznas Kuningan berusaha untuk menyelamatkan saudagar dengan
membuat Stock Point local, dan yang terselamatkan hanya 5 saudagar Z-Chicken.

Lumbung pangan juga mengalami masalah dalam pertengahan


pelaksanaan programnya. Masalah ini muncul ketika Baznas Pusat mulai
melakukan transfer bantuan langsung ke rekening penerima manfaat (Tunas
Widara dan Tunas Mandiri). Hal ini menyebabkan kurang terkontrolnya
pengeluaran pemasukan bantuan tersebut. Walaupun program ini diberikan lewat
kelompok, nantinya akan dibagikan langsung ke individu petani. Semisal di satu
kelompok tersebut ada 30 petani, maka uang yang akan ditransferkan ke
kelompok tersebut sebesar 30 juta. Berarti satu orang mendapat bantuan satu juta.
Bantuan yang langsung dikirim ke tangan peneerima tanpa melalui perantara
Baznas Kabupaten, membuat bantuan yang tersalurkan tersebut habis begitu saja.
Terbukti dari 60 penerima manfaat bantuan lumbung pangan, hanya 12 mustahik
yang masih bisa diselamatkan oleh Baznas Kuningan.

Buah keberhasilan implementasi program Proxy, adalah terciptanya


saudagar Z-Mart, Z-Chicken, dan petani lumbung pangan. Memang pada dasarnya
program Proxy ini sebagai program penyaring untuk mencari mustahik yang
disiplin dalam menjalankan amanah usaha ini. Dari 600 penerima program Proxy,
yang disiplin maka akan dipromosikan dan yang prosesnya stagnan hanya cukup
menjadi saudagar Proxy.

Dari 4 program pengelolaan zakat produktif melalui pemberdayaan


ekonomi mustahik yang dikelola oleh LPEM Baznas Kuningan. Sejak 2020-2022
sudah menggelontorkan dana sebesar Rp.2.117.000.000; dan mempunyai 820
penerima manfaat. Berikut tabel penyaluran dana dan jumlah penerima manfaat
program pemberdayaan zakat produktif Baznas Kabupaten Kuningan.

Tabel IV.3 Jumlah Anggaran dan Penerima Manfaat

No Jenis Penyaluran Dana Plafon Jumlah Penerima

Program Z mart berupa


1 Rp 1.100.000.000 130 orang
Barang kebutuhan usaha

Program Proxy berupa Saldo


2 Rp 120.000.000 600 orang
Pulsa

4 Program lumbung pangan Rp 397.000.000 60 orang

Program Z-Chicken Gerobak


6 Rp 500.000.000 30 orang
dan barang kebutuhan usaha

*Jumlah penerima manfaat dihitung sejak tahun 2020-2022

Dalam implementasi 4 program pemberdayaan ekonomi, ada dua program


(Z-Chicken dan Lumbung Pangan) yang bisa dibilang tidak berjalan dengan
mulus. Hal ini terjadi bukan karena kurangnya konsistensi dan keseriusan dari
LPEM Baznas Kuningan. Melainkan karna faktor eksternal yang betul-betul
diluar kendali Baznas Kuningan. Selebihnya kinerja dari Baznas Kuningan sangat
bagus, buktinya dari beberapa program yang problematik itu Baznas Kuningan
masih ada upaya untuk menyelamatkan para mustahik penerima program tersebut.

C. Efektivitas Pengelolaan Zakat Produktif di Baznas Kuningan

Dalam mengembangkan kapasitas mustahik penerima program, Baznas


Kuningan kerap kali bekerja sama dengan intansi-intansi terkait. Berikut daftar
intansi pemerintahan ataupun non pemerintahan yang turut andil dalam proses
pemberdayaan ekonomi mustahik.

Tabel IV.4 Kerjasama Dengan Intansi Terkait


Nama Aktivitas yang Lama
No Manfaat yang didapat
intitusi lain dilakukan kerjasama

Pelatihan SDM kepada


Dinas koperasi (koperasi
koperasi sakura saudagar Peningkatan soft Skill
UKM Kuningan sejahtera dan Sejak SDM anggota
perdagangan koperasi Baitul Muzaki tahun koperasi (Pelaku
1
dan Kuningan berupa 2017 - usaha Z Mart dan Z-
Perindustrian pelatihan sekarang Chicken), perluasan
Kab. pengembangan pasar produk Z-mart
Kuningan kompetensi usaha bagi
mustahiq

Membantu
memasarkan produk, Sejak
Dinas sosial
(pelaku usaha Z-mart tahun Perluasan pasar
2 Kab.
menjadi mitra dari 2022 – produk Z-mart
Kuningan
bantuan pangan non sekarang
tunai dinas sosial)

Sejak
Perbankan Penggunaan layanan Terbangun ekosistem
tahun
3 (BNI dan perbankan (tabungan, digital (Digitalisasi
2022 –
mandiri) EDC) pembayaran)
sekarang

Perusahaan Tahun
Pelaku usaha Z-mart 2023 - Membantu mitra z
Agro
4 memproduksi buah 2028 mart memperoleh
markisa
markisa ungu penghasilan tambahan
mandiri

Sejak
Fasilitasi layanan
Z-pay tahun Membantu mitra Z
5 keuangan bagi mitra Z-
indonesia 2017 - mart
pay
sekarang

Kerja sama ini dilakukan agar pemberdayaan ekonomi mustahik lebih


efektif, karena pelatihan peningkatan kapasitas usaha mustahik diisi oleh pihak-
pihak yang kompeten di bidangnya. Saudagar mustahik juga dibantu dalam
memperluas target market mereka dengan dilibatkan dalam event-event umkm
yang diselenggarakan dinas terkait. Bahkan ekosistem digitalisasi (digitalisasi
pembayaran) pun tak luput dari perhatian kerjasama yang diintegrasikan oleh
Baznas Kuningan. Kolaborasi ini diharapkan dapat memudahkan Baznas
Kuningan berbagi peran dalam pelaksanaan proses pemberdayaan ekonomi ini.
Selain membangun kolaborasi, Baznas Kuningan juga mempunyai terobosan
gagasan. Berikut strategi Baznas Kuningan yang membuat para penerima manfaat
tetap eksis dan semakin pesat perkembangannya.

1. Membuat koperasi untuk para penerima program

Secara sturktural, Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Mustahik (LPEM) itu


berbeda dengan struktural Baznas di setiap daerah, ini adalah lembaga buatan
Baznas Pusat. Jadi secara struktural itu langsung ke pusat. Tujuan dibentuknya
Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Mustahik (LPEM) adalah untuk membantu
Baznas dalam melakukan pendistribusian zakat ke arah yang lebih
berkelanjutan. Lembaga ini sebetulnya sudah di hapus dari pusat, melebur ke
dalam sturktural bidang pendistribusian di Baznas setiap daerah. Di Indonesia,
LPEM yang masih bertahan hanya Baznas Kuningan. Hal ini dikarenakan
program-program yang digagas LPEM Kuningan dari 2019 sampai sekarang
masih tetap berjalan. Sehingga ketika aturan di Baznas Pusat sudah berubah,
hanya Kuningan yang diperbolehkan mempertahankan LPEM. Perubahan
aturan ini berdampak ke pendampimg program, sekarang sudah tidak ada lagi
perekrutan pendamping sebab dari Baznas Pusat tidak menyediakan anggaran
untuk menggaji pendamping.

Ada satu hal juga yang membuat khawatir dapat mengganggu proses
pemberdayaan ekonomi mustahik yang berkelanjutan. Masa pendampingan
program pemberdayaan ekonomi mustahik itu rata-rata hanya 1 tahun.

“Pemberdayaan mana yang lebih dari satu tahun, semuanya setelah satu
tahun lepas. Karna kan kita ga fokus di situ-situ aja mustahiknya.” (Kang
Sadam)

Setelah satu tahun mustahik penerima manfaat tidak mendapatkan lagi


pendampingan, dan bantuan modal. Mustahik akan dilepas secara mandiri.
Jika tidak ada lagi pendampingan, artinya mereka tidak lagi wajib memberikan
laporan keuangan per bulan, tidak ada lagi pertemuan untuk sharing session
mengenai evaluasi dan pencarian solusi dalam menjalankan program. Dua
masalah mendasar ini dikhawatirkan menjadi penyebab mustahik tidak dapat
bertahan dan mengalami kemunduran.

Mengatasi kedua masalah ini, LPEM Kuningan mempunyai gagasan


membuat koperasi sebagai wadah bersatunya para saudagar mustahik dan
pendamping yang sudah habis masa kontraknya. Terbentuklah koperasi
SAKURA (Saudagar Kuningan Sejahtera), pembentukan koperasi ini awalnya
anggotanya hanya saudagar Z-Mart. Semakin kesini pesertanya semakin
variatif, ada saudagar Z-Chicken, saudagar proxy, dan petani lumbung
pangan. Adanya koperasi ini membuat pemberdayaan ekonomi kepada para
mustahik menjadi lebih terorganisir dan terpadu. Sebab dalam koperasi ini
pelaku Z-Mart, Z-Chicken, Proxy, Lumbung Pangan, serta pendamping berada
dalam satu wadah. Memudahkan mustahik dan pendamping dalam segi
komunikasi berbentuk sharing session evaluasi program, juga meningkatkan
kekompakan sesama saudagar penerima program.

Pendamping yang dulunya adalah utusan dari Baznas Kuningan, kini tetap
menjadi pendamping dengan status sebagai staff dari koperasi SAKURA
tersebut. Dengan kekuatan kekompakan dan kedisiplinan para mustahik dalam
menabung, koperasi SAKURA mampu membuat Distribution Center untuk
memenuhi kebutuhan saudagar Z-Mart. Dari hasil penjualan produk DC ke
saudagar Z-Mart nantinya diperuntukkan untuk biaya operasional koperasi,
baik itu untuk menggaji staff, kebutuhan kantor koperasi, dan kebutuhan
lainnya. Diharapkan dengan adanya koperasi SAKURA para saudagar ini bisa
tetap eksis dan berkelanjutan.

Lewat Koperasi SAKURA, para saudagar mustahik diberdayakan dengan


diberikan pelatihan sebagai berikut.

Tabel IV.5 Pelatihan di Koperasi SAKURA

No Jenis Tujuan
pelatihan
Mindset Membentuk pola berpikir untuk melakukan inovasi
1
berwirausaha pada usaha yang dijalani

Mampu mendokumentasikan transaksi pengeluaran


Cashflow
2 yang dilakukan perusahaan, dan dari mana saja
keuangan
perusahaan mendapat pemasukan.

Manajemen Memaksimalkan keuntungan perusahaan dengan


3
keuangan cara menerapkan perencanaan dana yang matang.

Manajemen Membangun produk yang layak secara teknis yang


4
produk memenuhi kebutuhan pengguna dan tujuan bisnis

Mempengaruhi perilaku konsumen, meningkatkan


Teknik
5 kesadaran merek, dan mencapai penjualan yang
Marketing
menguntungkan bagi perusahaan.

Pelatihan
Meningkatkan soft skill dalam pengelolaan
6 pelayanan
keuangan yang baik
kasir

*pelatihan dilaksanakan pada kegiatan pertemuan rutin (setiap bulan)


anggota koperasi SAKURA.

Koperasi SAKURA juga mempunyai strategi dalam mengembangkan usaha


para anggotanya (saudagar Z-Mart).

 Direct Selling

Yakni pelaku usaha Z-Mart diharuskan oleh koperasi untuk


mendata kebutuhan pangan pokok di setiap rumah (minimal 10 rumah)
yang kemudian diinventarisir dan disampaikan kepada koperasi.
Selanjutnya koperasi akan mengirimkan kebutuhan barang yang
dibutuhkan kepada pelaku usaha Z-Mart.

 Kampanye gerakan belanja di Z-Mart

Koperasi memfasilitasi business matching/mempertemukan antara


pelaku usaha Z-Mart dengan stakeholders strategis diantaranya
pemerintah daerah, perbankan, dan universitas yang ada di wilayah
Kabupaten Kuningan.
2. Membuat aplikasi penunjang para penerima program

Baznas Kuningan mempunyai inisiatif cemerlang untuk membuat aplikasi


penunjang pelaku Proxy dan Z-Mart. Baznas Kuningan bekerja sama dengan
vendor (sekarang Z-Pay Indonesia) yang mana di dalamnya salah satu owner
nya adalah Kang Sadam dan rekan-rekan IT-nya, untuk membuat aplikasi
penunjang penerima manfaat Baznas. Diberi nama Z-Pay, aplikasi ini bisa
untuk transaksi pembayaran online seperti jual beli pulsa, pembayaran listrik,
transfer antar bank, pembayaran kredit, BPJS, dan e-money. Sangat berguna
untuk menunjang pekerjaan penerima program Proxy dan Z-Mart, di dalam
aplikasi Z-Pay juga terdapat fitur sedekah dan infak yang mana hasil
perhimpunan sedekah dan infak ini akan disalurkan ke Baznas Kuningan.

Awal mulanya aplikasi ini diperuntukkan untuk saudagar Proxy, namun


dirasa saudagar Z-Mart juga membutuhkan untuk proses transaksi online dan
lainnya. Maka aplikasi ini diupgrade agar bisa digunakan oleh mustahik selain
penerima program Proxy. Sebetulnya dari Baznas Pusat mengarahkan untuk
menggunakan aplikasi yang sudah ada seperti Shopee Pay, Lazada, Dana, dan
sejenisnya. Namun di aplikasi tersebut tidak ada fitur sedekah atau infak yang
tersistem langsung terhimpun ke Baznas Kuningan. Selain itu aplikasi Z-Pay
ini juga sebagai sarana saudagar mencatat laporan keuangan. Maka inisiasi
membuat produk aplikasi ini menjadi jalan kemudahan pendamping untuk
memantau perkembangan mustahik.

Aplikasi ini murni hasil karya ide Baznas Kuningan, dan sudah diterapkan
di seluruh saudagar Z-Mart dan Proxy se-Kabupaten Kuningan. Dengan
adanya aplikasi ini harapannya menjadi kemudahan baru bagi para mustahik
dalam menjalankan usahanya. Aplikasi ini akhirnya mendapat respon baik dari
Baznas di daerah lainnya. Awal launching saja aplikasi ini langsung
diterapkan di Baznas Medan, Kalimantan, Bogor, Tasik dan lainnya.

Implementasi program diatas menandakan bahwa Baznas Kuningan sangat


serius dalam pendayagunaan zakat produktif. Selain karna programnya yang
variatif, pembinaannya pun dilakukan secara betul-betul dan konsisten, serta
melibatkan intansi-intansi terkait dalam peningkatan kapasitas usaha mustahik.
Namun dalam penyeleksiannya, program tersebut tidak serta merta menyasar
mustahik yang miskin saja. Yang terbina dalam program-program diatas
diantaranya adalah mustahik yang sudah punya usaha namun dalam laju
pertumbuhannya lambat dan siap berkomitmen untuk menjalankan usaha dengan
perbantuan dari Baznas Kuningan.

Berkat konsistensi LPEM membina mustahik dalam pemberdayaan


ekonomi, Baznas Kuningan berhasil meraih juara 2 dalam lomba ZISWAF (Zakat,
Infak, Sedekah, dan Wakaf) Unggulan se-Pulau Jawa dalam gelaran Festival
Ekonomi Syariah Bank Indonesia. Baznas Kuningan mendapat apresiasi sebagai
lembaga yang berhasil menjalankan program pemberdayaan ekonomi. Apresiasi
itu pantas didapatkan, karna kinerja daripada Baznas Kuningan sangat baik.
Terbukti sampai saat ini sudah terdapat 130 UMKM binaan (Z-Mart) yang
tersebar di kabupaten Kuningan. Dan dengan pembayaran modern menggungakan
aplikasi Z-Pay buatan pendamping (Kuninganmass.com, 10 Oktober 2023).

Tak heran jika Baznas Kuningan menjadi acuan studi tiru bagi Baznas
lainnya, salah satunya Baznas Kabupaten Bandung pada kamis 29 Februaari 2024
(jurnalsoreang.com).

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Model Pengelolaan Zakat Produktif


Melalui Pemberdayaan UMKM di Baznas Kabupaten Kuningan, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Model pengelolaan zakat di kabupaten Kuningan ada dua jenis. Ada yang
sifatnya konsumtif, ada pula yang produktif. Pendayagunaan zakat produktif
diimplementasikan dalam berbagai 4 program pemberdayaan ekonomi
mustahik,ada Proxy (program mustahik pengusaha Kuningan), Z-Mart, Z-
Chicken, dan lumbung pangan. Program Z-Mart lebih menyasar kepada
warung ritel mikro, harapannya agar warung-warung tersebut bisa bersaing di
tengah gempuran warung ritel makro. Mereka dibantu permodalannya,
branding warung agar lebih menarik, pemasokan barang dari Distribution
Center agar irit biaya distribusi, dibantu pencatatan keuangannya, bahkan
dibuatkan aplikasi untuk transaksi penjualan dan lain-lain. Di sisi lain ada
program Z-Chicken, para mustahik yang lolos program ini sangat
diuntungkan. Pasalnya, dari mulai gerobak jualan, peralatan usaha seperti
penggorengan dan lain-lain, bahan baku, pelatihan pembuatan ayam goreng
dengan chef berpengalaman, itu semua akan diberikan oleh Baznas Kuningan.
Bahkan untuk menjaga kualitas ayam goreng yang konsisten dan menekan
harga bahan pokok agar tidak naik turun, Baznas Kuningan membuatkan stock
point (rumah produksi, rumah potong ayam, dan peternakan ayam) khusus
untuk saudagar Z-Chicken. Untuk menjaga kestabilan stok komoditas pangan,
Baznas Kuningan berupaya mensejahterakan petani lewat lumbung pangan.
Petani-petani tersebut diberikan permodalan untuk kebutuhan bibit,
perlngkapan tani, dan kebutuhan biaya dalam proses menggarap pertanian.
Tak cukup disitu, petani akan diberikan pelatihan langsung oleh pendamping,
dari mulai pembuatan pupuk, pengaplikasian pupuk yang baik dan benar, dan
lain-lain. Untuk skala yang lebih kecil, LPEM punya program Proxy yang
mana program ini berupa pembiayaan modal jual beli pulsa dan transaksi
online lainnya. Program ini difasilitasi aplikasi Z-Pay untuk membantu proses
transaksi.

2. Dalam implementasi 4 program pemberdayaan ekonomi, ada dua program (Z-


Chicken dan Lumbung Pangan) yang bisa dibilang tidak berjalan dengan
mulus. Hal ini terjadi bukan karena kurangnya konsistensi dan keseriusan dari
LPEM Baznas Kuningan. Melainkan karna faktor eksternal yang betul-betul
diluar kendali Baznas Kuningan. Selebihnya kinerja dari Baznas Kuningan
sangat bagus, buktinya dari beberapa program yang problematik itu Baznas
Kuningan masih ada upaya untuk menyelamatkan para mustahik penerima
program tersebut.

3. Pendayagunaan zakat produktif ini dinilai sangat efektif membantu umkm


yang laju pertumbuhannya lambat. Walapun ada dua program (Z-Chicken dan
lumbung pangan) yang hampir bangkrut karna faktor eksternal, bisa
terselamatkan dengan kerja keras Baznas Kuningan. Program yang bisa
dibilang sangat berhasil adalah program Z-Mart. Banyak saudagar Z-Mart
yang secara rata-rata pendapatan mengalami peningkatan, dari yang ketika
sebelum menerima zakat poduktif hanya Rp. 1.478.438, kemudian setelah
mendapatkan zakat produktif pendapatan rata-rata rumah tangga mustahik
mengalami kenaikan menjadi Rp 2.323.813. Cara penyaringan mustahik pun
sangat efektif, Baznas Kuningan menerapkan program proxy yang skala
bantuannya lebih kecil untuk menyaring mustahik yang serius dan disiplin
untuk nantinya dipromosikan ke program yang skala bantuannya lebih besar.
Kerjasama dengan intansi terkait pun menjadi faktor pendukung umkm
mengalami peningkatan dalam usahanya. Terlebih Baznas Kuningan
mewadahi mereka dengan membuatkan koperasi SAKURA (koperasi para
penerima manfaat) dan membuatkan aplikasi Z-Pay untuk membantu
mustahik dalam menjalankan usahanya.

Saran-saran

Dengan adanya uraian diatas maka penulis dapat memberikan saran


untuk menjadi bahan pertimbangan Baznas Kabupaten Kuningan :

1. Dari beberapa model pemberdayaan diatas, tidak sepenuhnya informasi


open pendaftaran dibuka secara terbuka dan seluas-luasnya. Informasi
pendaftaran disebar secara semi terbuka, alasannya karna anggarannya
tidak terlalu besar sehingga kuotanya pun hanya sedikit. Khawatir
masyarakat banyak yang berharap dan akhirnya harus kecewa karna
banyak yang tidak lolos. Hemat penulis, kewajiban dari Baznas adalah
memberikan informasi apapun termasuk informasi open mustahik zakat
produktif secara terbuka dan transparan. Adapun ada kekecewaan di
masyarakat itu bukan urusan Baznas. Yang terpenting Baznas sudah
melaksanakan kewajibannya dan transparan. Kalopun mustahik tidak lolos
program tahun sekarang, kan nanti di tahun selanjutnya pun bakal ada
pembukaan kuota baru.

2. Baznas Kuningan dapat melebarkan perannya dalam program


pemberdayaan zakat produktif secara merata ke seluruh penjuru
Kabupaten Kuningan. Jika alasan sebelumnya hanya daerah yang dekat
perkotaan saja yang dibantu karna terjangkau dari Distribution Center
(DC) Baznas Kuningan agar dapat menekan biaya distribusi. Kenapa tidak
diperbanyak saja Distribution Center tersebut agar pengiriman barang
tidak melulu dari pusat kota..

3. Dalam penyeleksian harus betul-betul mengedepankan kriteria penerima


zakat, Baznas Kuningan jangan hanya berkutat pada mustahik yang punya
usaha saja. Mungkin diluar sana juga banyak mustahik miskin yang tidak
punya usaha tapi dulunya pernah berwirausaha atau ada keseriusan dan
kemauan untuk berwirausaha. Baznas Kuningan juga harus lebih hati-hati
dalam mengantisipasi faktor-faktor eksternal yang bisa menganggu
jalannya proses pemberdayaan ekonomi mustahik. Baznas Kuningan harus
berani mengambil keputusan yang berbeda dengan Baznas Pusat selagi itu
baik untuk kemajuan mustahik yang ada di Kuningan.

REFERENSI

Baskara Bima. Kemiskinan Ekstrem di Kuningan Tinggi, BPS Ungkap


Dugaan Penyebabnya. 10 Oktober 2021. https://bit.ly/3FHEniZ. Diakses pada 8
Desember 2022, pukul : 10.00 WIB.

BPS (Badan Pusat Statistik). https://bit.ly/3HAoyvM. Diakses pada 8


Desember 2022, Pukul : 10.10 WIB.

Wardayanti, Siti Maria, dan Siska Putri Imaroh, 2015, Analisis


Pengendalian Intern COSO Pada Pengelolaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS),
Journal of Social and Sience Religion Vol. 22 hal 227-238.

Shopia Kholilah Siregar, D. H. (2021). Peran Dana Zakat Produktif dalam


Meningkatkan Pendapatan Mustahik. JISFIM : Journal of Islamic Social Finance
Management, 225-236.

Husaeni, U. A., Zakiah, S. (2021). The Role of Baitul Maal Wa Tamwil in


the Economic Empowerment of Poor Women in Cianjur District. Jurnal Ilmiah
Ekonomi Islam, 7(2), 917-923. https://doi.org/10.29040/jiei.v7i2.2129
Neng Kamarni, Y. S. (2021). Penyaluran Dana Zakat Produktif Dalam
Meningkatkan Kesejahteraan Mustahik Kota Padang (Model Cibest Baznas Kota
Padang). Taraadin Vol. 1 No. 2

Hafidhudin, Didin, Islam Aplikati, (Jakarta : Gema Insani Press, 2001).

Annida Karima Sovia, D. S. (2020). Digitalisasi Pemberdayaan Ekonomi


Mustahik Berbasis Zakat Produktif. JISFIM Vol. 1 No. 1.

https://baznas.go.id/program/ekonomi-perkotaan

https://kuninganmass.com/program-z-mart-sampai-koperasi-antarkan-
baznas-kuningan-juara-2-ziswap-se-pulau-jawa/

https://jurnalsoreang.pikiran-rakyat.com/ekonomi/pr-1017776113/untuk-
pemberdayaan-ekonomi-warga-baznas-kabupaten-kuningan-kembangkan-zmart-
begini-kelebihannya?page=all

Anda mungkin juga menyukai