Untouchable Man
Untouchable Man
A Romance Story by
Viallynn
Penerbit SaLiNel Publisher
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014
Tentang Hak Cipta
(1). Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana diamaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf I untuk penggunaan secara
komersial dipidana dengan pidana penjara paling penjara paling lama 1 (satu)
tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).
(2). Setiap orang yang dengan tanpa hak dan atau tanpa izin pencipta atau
pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana
dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, dan huruf f, dan atau huruf h,
untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama
3 (tiga) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).
(3). Setiap orang yang dengan tanpa hak dan atau tanpa izin pencipta atau
pemegang hak melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana
dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan atau huruf g,
untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama
4 (empat) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp. 1.000.000.000.00 (satu
miliar rupiah).
(4). Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp.
4.000.000.000.00 (empat miliar rupiah).
Untouchable Man:
Special Edition
Viallynn
Untouchable Man: Special Edition
Viallynn
14x20 cm, viii + 134 Halaman;
Diterbitkan melalui:
SALINEL Publisher
Mall Botania 2 Blok O no.4
Batam Centre – Batam
081290712019
Email : salinelpublisher@gmail.com
Wattpad : Salinel Publisher
Instagram : Sali.nel
Facebook : Salinel Publisher
Youtube : Salinel Publisher
Kata Pengantar
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT
yang telah memberikan saya kesempatan untuk dapat
menyelesaikan cerita Untouchable Man: Special Edition
ini dengan baik.
Terima kasih saya ucapkan kepada imajinasi
saya yang muncul secara tiba-tiba ketika sedang patah
semangat. Saya tidak menyangka jika kesedihan saya
dapat menghasilkan sebuah karya yang bisa kalian
nikmati.
Kedua, untuk segala dukungan serta kritikan dari
keluarga dan para sahabat, saya juga ucapkan terima
kasih. Tanpa ucapan pedas kalian, saya tidak akan nekat
dan melangkah sampai sejauh ini.
Ketiga, saya ucapkan terima kasih kepada tim
Salinel Publisher yang dengan sabar membantu dan
menunggu saya menyelesaikan naskah ini sampai terbit.
Kalian keren!
Terakhir dan yang paling penting adalah pembaca
setia saya. Tanpa kalian saya bukan apa-apa. Berawal dari
wattpad, akhirnya saya bisa memenuhi keinginan kalian
untuk mencetak novel ini. Terima kasih untuk kalian
Viallynn - v
semua yang mengikuti cerita ini dan membeli buku
ini sebagai bentuk apresiasi kalian. Maaf bila masih
ada kekurangan. Semoga untuk ke depannya, saya bisa
menghasilkan karya yang lebih baik lagi.
Best Regards,
Viallynn
Viallynn – vii
Kehidupan Baru
Viallynn - 1
Dengan menguap, Naya berdiri dan memeluk
lengan Rezal sebagai tumpuan. Mereka berlalu keluar
dari bandara.
Setelah menikmati waktu bersama selama
dua minggu, Naya tidak merasa sungkan lagi untuk
melakukan kontak fisik dengan suaminya. Bagaimana
dengan Rezal? Jangan ditanya. Pria itu masih sama.
Meskipun terlihat dingin, tapi jika berdua dengan
Naya, pria itu bisa berubah panas. Seolah memiliki dua
kepribadian yang saling bertolak belakang.
“Kitapulang kemana?” tanyaNayamulai memasang
sabuk pengaman.
“Mau ke rumah Ibuk dulu atau Mama?” tanya Rezal.
“Aku ikut kata Mas Rezal aja.”
Rezal melirik Naya dengan dahi yang berkerut,
tampak berpikir. “Pulang dulu ke rumah, ya? Taruh
barang, habis itu ke rumah Ibuk, sekalian ambil sisa baju
kamu.”
“Oke.” Naya mengangguk dan mulai memejamkan
matanya. Dia benar-benar mengantuk. Entah kenapa
semenjak menikah dia jadi lebih suka tidur, apalagi
sekarang sudah ada Rezal yang menemaninya tidur.
Selamaperjalanan, tangan kiri Rezal menggenggam
erat tangan Naya. Sesekali dia juga melirik istrinya
yang tengah tertidur. Perlahan senyum tipis menghiasi
Viallynn - 3
Ekspresinya sama seperti Rezal. Dia menatap rumah
mertuanya dengan bingung.
“Kok rame, Mas?” tanya Naya saat Rezal mendekat.
“Nggak tau. Ayo, masuk.”
Naya mengikuti Rezal sambil mengusap wajahnya,
berusaha menghilangkan wajah bantalnya. Saat masih
belum sadar sepenuhnya, Naya dikejutkan dengan suara
sorakan ketika ia memasuki rumah.
“Penganten baru udah pulang!” Suara teriakan Ibu
Rezal membuat Naya membuka lebar kedua matanya.
Hilang sudah rasa kantuknya.
Rezal dan Naya diam mematung di depan pintu. Di
depannya banyak sekali ibu-ibu yang menatap mereka
dengan tatapan menggoda.
“Mas,” bisik Naya bingung harus melakukan apa.
“Kebetulan banget kalian pulangnya sekarang.” Ibu
Rezal menarik tangan Naya dan membawanya ke tengah
ruangan. “Jeng, ini kenalin menantuku. Cantik kan?” Ibu
Rezal memperkenalkan Naya.
Mau tidak mau Naya tersenyum canggung. Dia
masih belum bisa memproses apa yang sebenarnya
terjadi. “Saya Naya, Buk,” ucapnya memperkenalkan diri.
“Ternyata aslinya cantik ya, Jeng. Kemarin pas di
resepsi pake make-up tebel udah cantik, eh tanpa make
Viallynn - 5
“Duh, penganten baru nggak sabar banget pingin
ketemu kasur.” Celetukan ibu-ibu itu membuat suasana
kembali riuh.
Naya dan Rezal berlalu cepat ke dalam kamar.
Bukan hanya Naya, sepertinya Rezal juga akan gila jika
terus bersama dengan teman-teman ibunya.
“Temen-temennya Mama Rika serem, Mas.” Naya
bergidik ngeri. “Aku nggak mau kayak gitu kalo jadi
ibuk-ibuk.”
Rezal tersenyum dan meletakkan kopernya di
samping lemari. Bagaimana bisa Naya berpikir sejauh
itu? Bahkan Rezal belum berpikir sampai ke sana.
“Kamu mandi dulu, terus tidur.”
Naya hanya mengangguk sebagai jawaban.
Bukannya langsung bergegas, dia malah asik melihat
keadaan kamar Rezal. Ini adalah kali kedua Naya
memasuki kamar bujang suaminya. Yang pertama dia
tidak terlalu memperhatikan keadaan kamar.
“Ini Mas Rezal?” tanya Naya melihat foto seorang
remaja yang menggunakan seragam SMA.
“Iya.” Rezal berjalan mendekat dan ikut melihat
apa yang Naya lihat.
“Ganteng banget, kayak model iklan,” ucap Naya
polos.
❖❖❖
Viallynn - 9
Naya mengelus bahu ibunya lembut. “Aku ngerti
kok, Buk. aku janji akan jaga hubungan aku sama Mas
Rezal.”
“Ibuk sayang sama kamu, Nay.”
“Aku juga.” Naya memeluk ibunya erat. Mulai
dari sekarang bukan hanya ucapan ibunya yang harus
dia patuhi, tapi juga suaminya. Selama itu untuk
kebaikannya, Naya akan berusaha sebaik mungkin.
“Ya udah. Sana, kasih kopinya ke suami kamu.”
Naya mengangguk dan berlalu ke ruang tengah di
mana suami dan mertuanya berada. Setelah meletakkan
minuman, Naya ikut bergabung dengan mereka.
Malam yang dingin tidak mengganggu mereka saat
ini. Justru keadaan di sekitar mereka berubah hangat
dengan adanya komunikasi yang akrab. Rezal dan Naya
hanya bisa menjadi penonton. Mereka sangat bahagia
melihat kedekatan antar dua keluarga itu. Bahkan
masalah yang pernah menimpa mereka dulu seolah
tidak pernah ada.
“Aku bahagia, Mas.” Naya bersandar di bahu Rezal.
“Aku juga.”
Waktu dua jam terasa seperti satu menit. Setelah
asik mengobrol, tidak terasa jam sudah menunjukkan
pukul sembilan malam. Dengan berat hati, mereka
harus berpamitan. Sebagai seorang istri, Naya akan ikut
10 - Untouchable Man: Special Edition
suaminya. Dia tidak bisa lagi tinggal di rumah ini. Itu
juga yang membuatnya sedih. Naya harus meninggalkan
ibunya sendiri.
“Kamu nggak papa?” tanya Rezal khawatir saat
Naya mendadak diam.
“Nggak papa, kok.” Naya menggeleng sambil
mengambil beberapa oleh-oleh yang dia siapkan untuk
ibunya.
“Kamu mau nginep di sini?” tanya Rezal yang peka
dengan apa yang istrinya rasakan.
“Ha?” Naya terkejut.
“Kamu mau nginep malam ini? Masih kangen ibuk,
kan?” Tawar Rezal.
“Nggak papa, Mas?” tanya Naya hati-hati.
“Nggak masalah. Besok hari minggu, aku masih
libur. Kita temenin Ibuk dulu.”
Perlahan Naya tersenyum lebar. Dia memeluk
Rezal sebentar sebelum kembali masuk untuk menemui
Ibunya.
❖❖❖
Viallynn - 11
berharap jika rasa kantuknya akan segera datang.
“Tidur, Nay.” Rezal bergumam pelan.
“Maaf ya, Mas. Ranjangnya sempit.” Naya terkekeh
geli. Tempat tidurnya memang muat untuk dua orang
tapi itu juga berdempetan, apalagi dengan tubuh besar
Rezal. Sepertinya pria itu sedikit tidak nyaman.
“Nggak masalah. Nanti aku belikan ranjang baru
buat kamarmu.”
Naya kembali terkekeh dan semakin erat memeluk
pinggang suaminya. “Buat apa ranjang baru?”
“Buat kita tidur, Nay. Biar enak nanti.”
“Enak ngapain?” tanya Naya jahil.
Tanpa banyak bicara, Rezal mulai merubah
posisinya. Naya sendiri menutup mulutnya agar tidak
memekik. Dia tidak ingin mengeluarkan suara aneh
yang akan membuat ibunya curiga.
“Belum ngantuk kan? Kita main dulu kalau gitu.”
Naya hanya bisa pasrah. Ini adalah salah satu
perbedaan pada diri Rezal setelah menikah. Pria itu
sangat mengaguminya. Bukan percaya diri, tapi itu benar
adanya.
❖❖❖
Viallynn - 13
Arman terkekeh, “Udah dong, guys. Kalian nggak
liat itu wajahnya Pak Rezal udah merah. Pasti malu
banget.”
Rezal hanya bisa pasrah saat semua orang mulai
menggodanya. Dia tidak marah, dia hanya malu. Apalagi
jika pembahasan sudah menjurus ke arah yang lebih
sensitif. Apa yang bisa Rezal katakan?
“Oleh-oleh mana, Pak?” tanya Jedi mengulurkan
tangannya.
“Saya nggak minta oleh-oleh, Pak. Saya cuma minta
ponakan yang lucu aja.” Fira bertepuk tangan senang.
Wajahnya tampah cerah membayangkan Rezal dan Naya
junior yang menggemaskan.
“Dih, kan baru belah duren, Fir. Loaja yang duluan,”
celetuk Arman.
“Pak, beneran nggak ada oleh-oleh?” tanya Jedi
tidak percaya.
Rezal bersandar di meja Jedi dengan tangan yang
ia masukkan ke dalam saku celana. “Ada, besok saya
bawain.”
“Kabar Naya gimana, Pak? Kok saya kangen ya?”
Pertanyaan Raga membuat Rezal menatapnya tajam.
Oh, ayo lah, Raga hanya bercanda. Sekarang semua
orang tahu jika Rezal adalah tipe pria yang mudah
cemburu.
14 - Untouchable Man: Special Edition
“Melotot dia, Ga. Ati-ati lo.” Fira bergidik ngeri.
Bukannya takut, Raga malah tertawa. Dia masih
ingat betapa tak acuhnya Rezal dulu pada Naya dan
lihatlah mereka sekarang. Semua orang di departemen
humas tentu tahu akan perjalanan kisah cinta Rezal dan
Naya, seorang manager dan anak magang. Masih sulit
dipercaya tapi memang benar begitu adanya.
“Dulu cuek banget sama Naya, eh sekarang posesif
banget.” Semua orang kembali tertawa.
Melihat keadaan yang mulai tidak kondusif, Rezal
bergegas untuk masuk ke ruangannya. Jika terlalu lama
di luar, dia bisa gila mendengar celotehan aneh para
karyawannya.
“Oh ya, nanti siang kita makan bersama,” ucap
Rezal di depan pintu ruangannya.
“Kan belum hari Jum’at, Pak?” tanya Fira bingung.
“Nggak papa, nanti kita ke restoran saya.”
“Tapi saya mau makan siang sama Astrid, Pak.”
Raga berucap sedih.
Alis Rezal terangkat mendengar itu. “Ajak Astrid
juga kalau gitu.” Lanjutnya dan berlalu masuk ke dalam
ruangan.
Rezal memang sudah membuat janji dengan
ibunya untuk makan bersama di restoran nanti, bersama
Viallynn - 15
Naya juga. Rezal hanya ingin bernostalgia dan Naya pasti
juga akan senang.
❖❖❖
❖❖❖
Viallynn - 17
“Eh, nggak boleh! Buat apa uang Rezal kalau nggak
dibuat seneng-seneng,” ucapnya yang langsung menarik
lengan Naya untuk masuk ke dalam klinik.
Naya hanya bisa menurut dengan wajah bodohnya.
Bagaimana bisa Ibu Rezal mengajarinya untuk
menghabiskan uang anaknya sendiri? Benar-benar
mertua idaman.
“Klinik ini punya anaknya teman Mama.” Cerita
Ibu Rezal.
Naya mengangguk mengerti. “Punya Tante Rana
kan, Ma? Aku kenal sama dia.”
“Kamu kenal Rana?” tanya Ibu Rezal terkejut.
“Kenal, Ma. Dulu Tante Rana pernah pakai jasaku
buat foto katalog produk,” jelas Naya.
“Eh, serius? Pinter banget sih menantu Mama,”
ucapnya bangga.
Rasa sayang Ibu Rezal pada Naya memang benar
adanya. Wanita itu sangat menyayangi para menantunya.
Entah kenapa dia bersyukur akan pilihan anak-anaknya
yang juga dia sukai. Sebenarnya Ibu Rezal adalah tipe
pemilih. Dia tidak suka menjodohkan anak-anaknya.
Namun untuk Rezal adalah kasus yang berbeda. Pria itu
sudah terlalu lama sendiri dan menutup diri, terpaksa
akhirnya dia yang turun tangan. Meskipun begitu, tidak
ada satupun wanita yang berhasil menarik perhatian
Viallynn - 19
“Aku nggak nyangka loh. Dunia sempit banget ya?
Aku pikir kamu dulu gebetannya Rama.”
Kening Ibu Rezal berkerut mendengar itu. “Siapa
Rama?”
“Temen kampus aku, Ma. Keponakannya Tante
Rana juga. Rama itu yang promosiin aku ke Tante Rana
buat jasa foto katalog produk,” jelas Naya cepat. Dia tidak
ingin ada salah paham di sini.
“Oh, Mama pikir siapa.” Ibu Rezal bernapas lega.
Meskipun sudah menikah, tapi wanita itu masih takut
jika Naya akan berpaling. Bukannya tidak percaya pada
anaknya, hanya saja kejadian masa lalu benar-benar
membuatnya trauma.
“Tante mau perawatan?” tanya Rana semangat.
Bersyukur Naya melihat senyum itu, ternyata Rana
tidak bersikap sinis. Pikiran Naya terbang terlalu jauh.
Seharusnya dia tahu jika Rana memanglah wanita yang
dewasa dan bijaksana.
Dan sekarang Naya bingung. Kenapa di antara
banyaknya wanita cantik dan elegan itu Rezal malah
memilihnya? Dia sangat bersyukur akan hal itu.
“Iya, Tante mau perawatan, sekalian ini sama
menantu Tante,” ucap Ibu Rezal semangat.
“Ya udah, kalau gitu ayo kita masuk. Khusus Tante
Rika sama Naya, saya yang tanganin.”
20 - Untouchable Man: Special Edition
❖❖❖
Viallynn - 21
di ruangan VIP. Definisi jalur orang dalam yang
sesungguhnya.
“Selamat siang!” sapa Naya masuk ke dalam
ruangan. Senyuman lebar menghiasi wajahnya.
“Naya! Kangen banget!” ucap Fira yang langsung
memeluk Naya erat.
“Aduh, pengantin baru makin bening wajahnya,”
goda Astrid.
“Kalau bahagia gini kan gue jadi rela lepasin lo buat
Pak Rezal.” Kali ini Jedi yang berbicara.
Naya hanya terkekeh dan menghampiri Rezal yang
duduk di kursi paling ujung. Pria itu memilih diam
dan mengamati interaksi para karyawannya. Sesekali
dia juga tersenyum mendengar candaan yang cukup
menggelikan.
“Mas,” sapa Naya mencium tangan Rezal.
“Manis banget, sih! Yang, nanti kalo udah nikah
kamu cium tangan aku juga ya,” ucap Raga pada Astrid.
“Gampang itu, Ga. Tinggal nikahnya aja kapan?”
goda Ibu Rezal.
“Bulan depan,” jawab Raga mantap.
Astrid terdiam mendengar itu. Dia tidak tahu Raga
serius dengan ucapannya atau tidak.
“Serius?” tanya Naya terkejut.
Viallynn - 23
dengan inisiatifnya sendiri. Mungkin ini adalah salah
satu pesan dari Ibunya. Kejadian masa lalu benar
benar sangat mempengaruhi. Meskipun begitu, tanpa
peristiwa masa lalu pun, Rezal tidak pernah berpikir
untuk meninggalkan Naya. Hanya gadis itu yang sabar
dan mengerti dirinya.
“Mau makan apa?” Kali ini Rezal yang bertanya.
Naya berpikir sambil menatap banyaknya jenis
makanan di depannya. “Mau udang aja.”
Belum sempat Naya mengambilnya, Rezal sudah
lebih dulu melakukannya. Dia memang bukan tipe
pria yang romantis, tapi dia tahu bagaimana caranya
untuk memanjakan istri, meskipun dengan cara yang
sederhana sekalipun.
“Jangan banyak-banyak, Mas.” Naya mencoba
menolak saat Rezal meletakkan udang besar yang kelima
di piringnya.
“Makan yang banyak,” jawabnya singkat.
“Duh, sumpah ya! Dunia berasa milik berdua.” Raga
kembali menggoda Naya dan Rezal. “Fix, bulan depan
gue nikah. Nggak bisa gue liat yang gemes-gemes kayak
gini.”
Rezal hanya bisa menggelengkan kepalanya dan
tersenyum tipis. Lagi-lagi godaan karyawannya hanya dia
tanggapi dengan santai. Berbeda dengan Naya. Wanita
❖❖❖
Viallynn - 25
Kado Istimewa
Viallynn - 27
lari ya. Permisi.”
Rezal memilih untuk pergi. Dia bisa gila jika
terus bersama dengan tetangga rumpi yang berusaha
mengorek informasi. Memang selama ini Rezal menutup
telinga akan omongan tetangga tentang masa lalunya
yang kelam. Namun sekarang jika sudah menyangkut
istrinya, Rezal harus memberi sedikit ketegasan.
Tak terasa, kaki Rezal membawanya ke sebuah
rumah yang terlihat baru selesai di bangun. Rumah itu
terlihat kokoh dengan desain yang berbeda dari rumah
lainnya. Hanya tinggal melakukan proses pengecatan
dan menyelesaikan sentuhan akhir, maka semuanya
akan terlihat sempurna.
Rezal tersenyum dan mulai masuk ke dalam rumah.
Di sana sudah ada beberapa tukang yang tampak baru
bangun tidur.
“Eh, Pak Rezal. Pagi banget Pak datengnya?” tanya
salah satu tukang yang sudah terbangun sempurna.
“Kebetulan lewat, jadi saya sekalian mampir.” Rezal
menyentuh pilar besar di sampingnya. “Gimana? Aman
semua?”
“Aman, Pak. Ini tinggal cat sama bersihin lantai.”
Rezal mengangguk dan mulai melihat ke sekitar.
Ya, rumah ini adalah rumahnya bersama Naya nanti.
Dia memang belum membicarakan ini pada Naya. Rezal
Viallynn - 31
“Kereta kayanya.”
“Nanti aku pesenin tiket pesawat,” ucap Rezal tiba
tiba.
“Nggak usah, Mas.” Naya menggeleng cepat.
“Kasian ibuk kalau naik kereta, nanti capek di jalan.
Kalau naik pesawat kan cepet.”
Perlahan Naya mengangguk. Dia memilih untuk
menurut. Toh benar kata Rezal, itu semua demi kebaikan
Ibunya. Naya bersyukur jika Rezal juga memperhatikan
Ibunya. Benar-benar menantu idaman.
“Ya udah, nanti kita beli oleh-oleh buat dibawa
Ibuk ke Jogja.”
Naya kembali menggeleng. “Nggak usah repot
repot, Mas.”
“Nggak repot kalau buat keluarga sendiri.” Rezal
mengecup bibir Naya cepat sebelum akhirnya masuk ke
dalam kamar mandi. Dia harus segera bersiap agar tidak
terlambat pergi ke kantor.
Melihat Rezal yang masuk ke dalam kamar mandi,
Naya kembali menghempaskan tubuhnya di atas
kasur. Mata kantuknya menatap langit kamar dengan
pandangan menerawang. Perlahan rasa kantuk kembali
menghampirinya. Naya menggeleng keras berusaha
untuk tetap terjaga. Dia memang sedikit lelah karena
ber-olahraga dengan Rezal semalam, tapi itu bukan
32 - Untouchable Man: Special Edition
alasan untuknya bermalas-malasan.
Ingat, Naya tinggal bersama orang tua Rezal
sekarang. Meskipun wanita itu menyayanginya, tapi
Naya tetap harus memberikan kesan positif agar cap
menantu idaman tidak luntur dari namanya.
❖❖❖
Viallynn - 33
pada istrinya.
“XXL, Mas.”
“Oke, sekalian aku mau beli buat Mama.” Tanpa
menunggu jawaban Naya dan Ibunya, pria itu mulai
memanggil pegawai yang berjaga.
“Nggak usah, Zal.” Ibu Naya kembali menolak.
“Nggak papa, Buk. Duit Mas Rezal banyak. Jangan
sedih.” Naya terkekeh geli.
Pukulan keras mendarat di kepala Naya, “Kamu itu
ya! Dasar matre.”
Rezal terkekeh dan mengelus kepala istrinya yang
dipukul oleh Ibunya. “Nggak masalah, Buk. Naya sama
Ibuk kan udah jadi keluarga saya sekarang.”
“Tuh, denger. So sweet kan Mas Rezal.” Naya
memeluk pinggang suaminya erat.
Ibu Naya hanya bisa mendengkus. Namun
kekesalan itu tidak bertahan lama. Dari belakang dia
tersenyum melihat interaksi Rezal dan Naya di meja
kasir. Dia bersyukur jika Naya bisa mendapatkan pria
yang bertanggung jawab seperti Rezal. Meskipun sedikit
kaku tapi menantunya itu sangat menghormatinya. Dia
juga bersyukur jika Rezal mau berdamai dengan masa
lalu dan tetap memilih Naya untuk menjadi pendamping
hidup.
Viallynn - 35
Rezal menatap Ibu mertuanya dengan senyuman
tipis. “Saya udah bangun rumah buat Naya, Buk.”
“Apa?!” Kali ini bukan hanya Naya yang terkejut,
melainkan Ibunya juga.
“Kamu serius, Mas? Kok nggak bilang?” tanya Naya
dengan mata yang membulat.
“Maaf, sengaja buat kado ulang tahun kamu.” Rezal
tersenyum manis, senyum yang hanya muncul di depan
istri dan keluarganya.
“Ulang tahun?” tanya Naya bingung.
Pukulan keras kembali mendarat di kepala Naya.
“Kamu kan ulang tahun besok, Nay. Kok lupa sih?”
“Besok tanggal berapa?” tanya Naya bingung.
“Tanggal 27, Sayang.” Rezal kembali mengelus
kepala Naya yang dipukul Ibunya.
Naya menatap Rezal dengan mata yang membulat.
“Serius, Mas? Kado buat aku?”
Rezal mengangguk, “Besok kita liat rumahnya.”
Rezal beralih pada Ibu Naya. “Besok Ibuk juga harus liat
sebelum berangkat ke Jogja.”
“Mama Rika gimana, Mas? Nggak papa?” tanya
Naya ketika ingat dengan ibu mertuanya. Dia tidak lupa
dengan Ibu Rezal yang cukup protektif pada anaknya.
Naya pikir, wanita itu lebih setuju untuk tinggal bersama
Viallynn - 37
lelah sama sekali.
Rezal hanya bisa tersenyum di belakang mereka.
Dia senang jika bisa memanjakan Naya. Sebenarnya
sudah dari dulu Rezal ingin memanjakan Naya seperti
ini, bahkan saat sebelum mereka menikah. Namun Naya
adalah wanita yang unik, dia pasti akan menolak semua
pemberiannya.
Selain itu, Rezal juga ingat akan ucapan Ibunya
saat sebelum akad nikah dilakukan.
“Jaga Naya, Zal. Buat dia bahagia hidup sama kamu.
Mama nggak mau masa lalu terulang lagi. Mama udah
terlanjur sayang sama Naya. Kamu udah berani minta
dia ke orang taunya, berarti kamu juga harus berani
untuk bertanggung jawab atas hidupnya, baik lahir
maupun batin.”
Ucapan itu yang masih Rezal simpan di kepalanya.
Dia sudah berjanji pada Ibunya untuk menjaga Naya
serta membuatnya bahagia dan itu yang sedang Rezal
lakukan sekarang.
❖❖❖
Viallynn - 39
“Kan masih satu perumahan, Ma. Cuma beda gang
aja.” Kali ini Rezal yang berbicara dan mobil berhenti
tepat di sebuah rumah berlantai dua yang terlihat mewah
bagi Naya.
“Ini rumah kita, Mas?” tanya Naya dengan mata
yang memanas.
“Kemarin Mama maunya tiga lantai, Nay. Tapi
Rezal nggak mau. Dia lebih milih ambil dua rumah dan
digabung jadi satu dari pada tingkat ke atas.”
Ibu Naya tersenyum mendengar ucapan besannya.
Tidak heran mengingat jika mereka memang berasal
dari keluarga yang berada. Berbeda dengan dirinya yang
hidup sederhana namun berkecukupan.
“Ayo, keluar.” Ajak Rezal dan semua orang mulai
keluar dari mobil.
Dari jauh, Naya bisa melihat Fadil, Kakak Rezal
yang berdiri di teras bersama anak dan istrinya. Naya
yakin jika rumah ini juga di-desain langsung oleh kakak
iparnya.
“Dita, Sayang.” Naya mengulurkan tangannya
untuk menggendong anak Fadil yang masih kecil, sangat
lucu dan menggemaskan.
“Mas Fadil yang desain rumah ini ya?” tanya Naya
dengan wajah yang berbinar.
Viallynn - 41
“Nggak ada yang berlebihan kalau buat kamu. Ayo
masuk.” Kali ini Rezal berbisik agar keluarganya tidak
bisa mendengar.
Bukan hanya Naya, bahkan Ibunya juga merasa
terharu. Lagi-lagi dia berucap syukur pada Tuhan. Dia
tidak pernah bosan untuk melakukannya. Ibu Naya akan
berdoa agar anaknya terus bahagia sampai tua nanti.
“Kan, bener saran Mama. Ini bagus kalau dikasih
tangga.” Ibu Rezal tampak semangat melihat rumah
baru anaknya. Dia berdiri di undakan tangga yang
memisahkan ruang tamu dan ruang tengah.
“Nanti kalau ada tamu, lewatnya pintu ini, Nay.
Biar kalau kalian atau anak-anak kalian mau keluar
nanti nggak perlu ketemu langsung sama tamu,” jelas
Ibu Rezal semangat.
“Ini sofa dari siapa?” tanya Rezal menunjuk sofa di
ruang tengah. Dia juga melihat lampu kristal yang tidak
pernah ia beli sebelumnya.
“Dari gue!” teriak seseorang dari pintu utama. Tak
lama, Naro dan Naomi muncul dengan cengiran khasnya.
Rezal terkejut dan menatap kakaknya meminta
penjelasan.
“Semalem Naro telepon, dia pinjem kunci rumah
buat taruh barang,” jelas Fadil.
❖❖❖
Viallynn - 43
untuk sekarang. Ketika matahari sudah muncul
menerangi bumi, Rezal masih asik bergelung santai di
balik selimut. Keadaan kamar yang masih gelap semakin
membuatnya nyaman.
Apa yang Rezal lakukan berbanding terbalik
dengan istrinya. Naya sudah bangun sedari tadi. Bisa
dihitung dengan jari berapa kali dia bangun pagi karena
inisiatif-nya sendiri. Naya memang sudah mempunyai
rencana hari ini, yaitu mendekor rumahnya.
Naya yang termasuk wanita mandiri dan kreatif
berusaha untuk membuat rumahnya menjadi tempat
ternyaman. Di sini lah dia sekarang, di halaman belakang
rumah dengan kanvas yang cukup besar. Bahkan tinggi
kanvas bisa setengah dari tubuhnya.
Beruntung matahari pagi hari inicukup bersahabat,
sehingga Naya tidak perlu repot-repot untuk membuka
payung taman. Hitung-hitung dia juga bisa berjemur
untuk merefleksikan tubuhnya.
Sambil menggigit ujung kuas, Naya menatap
kanvas-nya dengan dahi yang berkerut. Dia sedang
berpikir untuk melukis apa sekarang. Naya memang
tidak terlalu pandai menggambar tapi jika untuk gambar
abstrak, dia masih bisa melakukannya.
Akhirnya Naya memilih warna putih, abu-abu,
dan hitam sebagai warna utama. Dia akan membuat
Viallynn - 45
“Nggak usah, Mas. Nggak mahal kok.” Ini yang
Naya tidak suka. Setelah menikah, Rezal berusaha untuk
memenuhi segala kebutuhannya, bahkan sekecil apapun
itu. Seperti saat ini, hanya karena kanvas, otot Rezal
mulai ikut menegang.
“Tetep aku transfer nanti. Uang kamu ditabung aja.”
Setelah mengucapkan itu, Rezal berlalu menjauh. Jika
sudah seperti ini, artinya pria itu tidak ingin dibantah.
Lagi-lagi Naya hanya bisa pasrah.
Setelah menyelesaikan lukisannya, Naya berbalik
dan melihat Rezal yang sibuk memainkan ponselnya di
pinggir kolam renang.
“Nggak mandi, Mas?” tanya Naya bingung.
“Mau berenang dulu.” Rezal meletakkan ponselnya
dan mulai melepas kaosnya. Tak lama dia sudah berada
di dalam air dan berenang ke sana-ke mari.
“Mau minum kopi atau jus?” tanya Naya dari
pinggir kolam renang.
“Kopi,” jawab Rezal singkat.
Naya mendengkus dan mencibir pelan. “Hah? Apa?
Jus jeruk? Oke,” ucap Naya dan langsung berlalu pergi.
Bukannya apa, tapi dia tidak bisa membiarkan Rezal
terus meminum kopi. Sesuatu yang berlebihan itu tidak
baik.
❖❖❖
Viallynn - 47
“Terus?” tanya Rezal merentangkan tangan
kirinya, meminta Naya untuk duduk dan masuk ke
dalam pelukannya.
“Aku digodain, malu banget.” Naya mengusap
wajahnya yang memerah. “Apalagi aku yang paling
muda.”
Rezal terkekeh pelan. Bukan hanya Naya, tapi dia
juga merasakan hal yang sama. Bahkan tetangganya
tak ragu lagi untuk menggodanya secara langsung jika
bertatap muka.
“Biarin aja. Mereka seneng ada mangsa baru.”
“Tapi aku malu, Mas. Masa mereka tanya soal anu..
itu..” Naya memainkan tangannya gelisah.
“Apa?”
“Anu..”
“Anu apa? Bicara yang jelas.”
“Masalah malam pertama. Kan aku malu!” Naya
menyembunyikan wajahnya di lengan Rezal.
Rezal tidak bisa menahan diri. Dia tertawa sambil
meraih wajah Naya. Tangan besar Rezal menangkup
wajah istrinya yang memerah.
“Kenapa malunya baru sekarang? Bukannya dulu
kamu yang sering godain aku?” tanya Rezal bingung.
Viallynn - 49
“Aku hampir percaya dulu, tapi ya gimana? Udah
naksir duluan masa mundur? Ya pertahanin lah.” Naya
terkekeh mendengar ucapannya sendiri. “Dan usaha
tidak mengkhianati hasil. Aku dapetin Mas Rezal
sekarang.”
Rezal kembali menatap Naya dengan senyum yang
tertahan. Lagi-lagi wanita itu mampu membuat hatinya
menghangat. “Aku juga beruntung dapetin kamu.”
“Ih, gemes banget! Cium.” Minta Naya memajukan
bibirnya.
Tanpa ragu Rezal mengecup bibir Naya. Dulu dia
harus menahan diri untuk tidak menyentuh Naya, tapi
tidak untuk sekarang. Mereka bahkan bebas melakukan
apapaun saat ini. Ternyata berpacaran setelah menikah
jauh lebih enak dan membawa aura positif.
Selama sudah mampu secara finansial dan
kedewasaan, kenapa tidak?
❖❖❖
C matanya
ahayakilat yang terang membuat Naya menutup
rapat.
yang membuat Takorang,
semua lamatermasuk
terdengardirinya petir
suara mulai
Viallynn - 51
Pada saat seperti ini Naya hanya bisa berdecak
dalam hati. Dia menyesal tidak siap sedia jas hujan di
motornya. Sudah menjadi kebiasaannya melupakan
benda penting itu.
Saat akan menghubungi Rezal pun, Naya kembali
berdecak kesal. Lagi-lagi dia mengumpati kebodohannya
sendiri. Ternyata baterai ponselnya habis. Naya tidak
bisa memberi kabar pada suaminya. Apa yang harus dia
lakukan sekarang?
Naya melirik jam tangannya yang menunjukkan
pukul sembilan malam. Sudah cukup larut untuknya
pulang ke rumah. Apa Rezal akan mencarinya? Demi
Tuhan, yang Naya khawatirkan saat ini adalah suaminya.
Diatakutjikapriaituakanmarahkarenasifatcerobohnya.
“Ini kapan redan?” gumam Naya sambil melihat
langit malam yang masih menurunkan air yang begitu
deras.
“Gue harus ngapain sekarang? Mas Rezal pasti
khawatir.”
Naya memeluk tubuhnya sendiri saat merasakan
hawa dingin yang mulai menusuk kulitnya. Dia jatuh
terduduk dengan lemas. Tidak ada yang bisa Naya
lakukan selain berdoa dan menunggu.
Dengan mata yang berat, Naya berusaha untuk
tetap terjaga. Dia membenci dirinya sendiri yang begitu
Viallynn - 53
“Mas,” panggil Naya takut. Dia bisa melihat tatapan
tajam Rezal yang menakutkan.
“Kamu dari mana aja?” tanya Rezal cukup keras.
“Kamu nggak tau ini jam berapa?!”
“Maaf, Mas. Aku—”
“Kenapa HP-mu nggak bisa dihubungi?” tanya
Rezal lagi.
Naya menunduk takut. “Baterainya habis, Mas.”
Naya bisa mendengar Rezal menghela napas
kasar. Dia sadar jika pria di depannya itu ingin sekali
memarahinya, tapi ia lebih memilih untuk menahannya.
“Buat apa punya HP mahal kalau nggak bisa
dihubungi?”
Ucapan Rezal begitu menohok Naya. Mata wanita
itu perlahan mulai memanas dan buram. Ini pertama
kalinya dia melihat Rezal semarah ini. Naya sadar jika
dia memang keterlaluan. Dia pulang malam tanpa kabar.
Tentu Rezal khawatir, terbukti jika pria itu keluar untuk
mencarinya tadi.
“Maaf.” Hanya itu yang bisa Naya katakan. Dia
memilih untuk menunduk sedari tadi. Tidak berani
menatap Rezal secara langsung yang akan semakin
membuatnya ingin menangis.
“Masuk,” ucap Rezal pada akhirnya.
Tanpa mempedulikan tubuh basahnya, Naya mulai
❖❖❖
Viallynn - 55
Cahaya matahari yang masuk ke dalam kamar
membuat Nayamengerang. Perlahandia merenggangkan
kedua tangannya dan membuka mata. Sadar jika pagi
telah tiba, Naya menatap sampingnya cepat. Tidak ada
Rezal di sana. Naya dengan cepat bangun dan meraih
ponselnya yang tersambung dengan kabel pengisi daya.
Kening Naya berkerut. Dia ingat jika tidak mengambil
ponselnya semalam dan memilih langsung tidur.
Sepertinya Rezal yang melakukannya.
Melihat jam yang sudah menunjukkan pukul
delapan, Naya mengusap wajahnya kasar. Lagi-lagi dia
merutuki kebodohannya. Niat awal ingin berbicara
dengan Rezal dengan kepala dingin harus sirna karena
pria itu pasti sudah berada di kantor sekarang.
Naya menggulung rambutnya asal. Masih ada
waktu tiga jam untuknya bersiap sebelum berangkat ke
kampus. Naya memang ada kelas hari ini sampai jam dua
siang.
Naya bersandar di kepala ranjang sambil
memainkan ponselnya. Seketika matanya membulat
melihat betapa banyaknya panggilan tak terjawab dan
pesan singkat dari suaminya kemarin. Mendadak Naya
merasa bersalah dan menyesal. Hatinya gelisah saat sadar
jika hubungannya dengan Rezal masih belum membaik
hingga saat ini.
Viallynn - 57
menyelesaikan masakannya. Dia memang memasak dua
menu di sini, ditambah dengan satu makanan penutup.
Naya sesekali melirik jam yang ada di dapur untuk
memastikan. Sebentar lagi suaminya akan pulang dan
Naya hanya tinggal menyelesaikan makanan penutup
sebelum memasukkannya ke dalam lemari pendingin.
Ketika semua sudah selesai, Naya mencuci semua
perlengkapan dapur yang dia gunakan. Setelah ini dia
akan mandi dan menunggu Rezal pulang. Rasa lelahnya
akan terbayar saat melihat betapa lahapnya Rezal
memakan makanannya nanti. Dia yakin itu.
Ketika masih mencuci peralatan dapur, Naya
mendengar bel rumahnya berbunyi. Siapa yang
berkunjung? Jika Rezal pulang pun, pria itu akan
langsung masuk ke dalam rumah.
Naya bergegas ke pintu utama sambil mengelap
tangannya. Saat pintu terbuka, dia dikejutkan dengan
kedatangan dua orang yang berdiri di depannya saat ini.
Naya tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya.
“Naya,” sapa pria yang menjadi walinya ketika
menikah dulu.
“Ayah,” gumam Naya bingung. “Ayah di sini?”
Ayah Naya tersenyum dan menarik anaknya untuk
masuk ke dalam pelukannya. Naya yang masih bingung
memilih untuk menurutdan memejamkan matanya erat.
Viallynn - 59
Saat mereka masih terdiam, Naya dikejutkan
dengan mobil yang memasuki pekarangan rumah. Itu
adalah mobil Rezal. Naya menghela napas kasar melihat
itu. Apa akan ada perang dunia lagi?
“Itu Rezal?” tanya Faisal.
“Iya, Yah. Baru pulang kerja.”
Benar dugaannya, Rezal keluar dari mobil dengan
wajah yang mengeras. Naya hanya bisa mengumpat
dalam hati. Permasalahan semalam belum selesai dan
sekarang ditambah dengan kedatangan ayahnya yang
bisa saja semakin memperkeruh suasana.
“Pak,” sapa Rezal. Dia hanya melirik Luna sebentar
tanpa berniat menyapa.
Rezal menghampiri Naya dan mencium keningnya
setelah wanita itu mencium tangannya. Dari tatapannya
saja, Naya sudah tahu jika Rezal sama bingungnya.
“Ada apa Bapak datang?” tanya Rezal.
Faisal tersenyum. “Cuma mau jenguk Naya, Zal.”
Rezal mengangguk dan membuka pintu rumahnya
lebar. “Silahkan masuk.”
“Aku mau buat minum dulu,” ucap Naya saat semua
orang sudah duduk di sofa.
“Aku bantu.” Rezal berdiri untuk mengikuti langkah
istrinya menuju dapur.
Viallynn - 61
Faisal tersenyum dan menggeleng. “Nggak bisa dan
nggak mau juga,” ucapnya melirik Luna. “Pesawatnya
berangkat jam sembilan nanti.”
“Bapak nggak bilang kalau mau ke Jakarta?” tanya
Rezal bingung. Meskipun ada jarak di antara mereka,
tapi Rezal akan tetap menghormati Faisal sebagai ayah
Naya serta mertuanya. Biar bagaimanapun tanpa restu
Faisal, pernikahannya dengan Naya tidak akan pernah
terjadi.
“Ada pekerjaan.” Faisal beralih pada anaknya. “Tadi
Ayah ke rumah Nay, tapi Ibu kamu nggak ada.”
“Ibuk ke Jogja, Pak,” ucap Rezal.
“Bapak tau dari mana alamat rumah kita?” tanya
Naya bingung.
“Dari tetangga kamu.”
Naya dan Rezal kompak mengangguk.
“Kamu bahagia, Nay?” Pertanyaan itu tiba-tiba
keluar dari bibir Ayahnya.
Tanpa ragu Naya mengangguk. “Bahagia, Yah,”
ucapnya mantap sambil menggenggam erat tangan
Rezal.
“Bagus kalau gitu.” Faisal beralih pada Rezal.
“Jaga Naya ya, Zal. Jangan sakiti anak Bapak. Apa yang
terjadi di masa lalu murni kesalahan kami, nggak ada
Viallynn - 63
Naya dengan cepat menahan ayahnya. “Nggak mau
makan dulu, Yah? Tadi aku masak banyak.”
Cukup lama mereka terdiam sampai akhirnya
Faisal tersenyum dan mengangguk. “Boleh.”
Mereka semua berlalu menuju ruang makan.
Di dalam hati, Faisal berterima kasih pada Rezal yang
memberikan kehidupan layak pada anaknya. Bahkan
interaksi kecil antara Naya dan Rezal ketika makan tidak
luput dari pandangan Faisal.
“Masakan kamu enak, Nay,” ucap ayahnya.
“Ini resep Ibuk, Pak.” Naya tersenyum saat ayahnya
memuji masakannya.
“Masakan istri saya memang nggak pernah gagal,
Pak.” Kali ini Rezal yang memuji Naya.
Naya menunduk dengan wajah yang memerah. Hal
itu membuat Faisal kembali tersenyum.
“Makasih atas makanannya, Nak. Kita harus ke
bandara sekarang supaya nggak ketinggalan pesawat.”
Mereka semua berdiri dan berlalu menuju pintu utama.
Ayah Naya menghampiri Rezal dan menepuk
bahunya pelan. “Kali ini saya benar-benar minta sama
kamu, tolong jaga anak saya.”
Rezal mengangguk. “Pasti.”
“Dan kamu Naya, jangan nakal. Turuti suami kamu.
Viallynn - 65
“Aku bisa gila gara-gara kamu, Nay,” geram Rezal
mulai menggendong Naya.
Naya memberontak saat Rezal membawanya
masuk ke dalam kamar. “Aku belum mandi, Mas!” teriak
Naya histeris.
“Bagus, kita mandi bersama kalau gitu.”
Mata Naya membulat mendengar itu. “Nggak mau!
Ibuk tolong!” teriak Naya lagi saat Rezal membawanya
masuk ke dalam kamar mandi.
Lagi-lagi Rezal mempraktekkan pacaran versi halal
pada Naya. Dasar pria!
❖❖❖
Viallynn - 67
mereka saling melengkapi dan jatuh cinta setiap hari.
Di sebuah kamar, Rezal tampak berbaring santai
dengan laptop Naya di pangkuannya. Tidak ada yang
dia lakukan, hanya melihat-lihat isi folder yang ada.
Sedangkan istrinya tengah berada di kamar mandi untuk
membersihkan diri.
Jam yang menunjukkan pukul 10 pagi tidak
membuat Rezal segera bangkit dan membersihkan diri.
Dia malah semakin santai dengan selimut tebal yang
menutupi tubuhnya. Keadaan kamar masih gelap karena
tirai jendela yang masih tertutup rapat.
Pasangan suami-istri itu
memang bangun
kesiangan. Entah apa yang mereka lakukan semalam
hingga lupa waktu seperti ini. Sebenarnya Rezal ada
rencana untuk menghabiskan waktu bersama Naya hari
ini tapi ternyata wanita itu tidak bisa karena harus kerja
kelompok.
Rezal mendengkus mendengar itu. Sudah berapa
tahun dia tidak mendengar kalimat itu?
Pintu kamar mandi terbuka dan Naya keluar
dengan rambut basahnya. “Mandi, Mas.”
“Nanti,” jawab Rezal merenggangkan tubuhnya.
Diamenutuplaptop istrinyadankembali berbaring.
Tangannya meraih guling dan memeluknya erat. Tidak,
Rezal tidak kembali tidur. Dia hanya mencari posisi yang
Viallynn - 69
itu.
“Kok dimatiin?” tanya Naya berjalan mendekat.
“Ngapain dia telepon kamu?” tanya Rezal terlihat
tidak suka.
“Ya kan dia kelompok aku. Mas Rezal kenapa
sih? Masa lupa sama Rama, dia dateng ke resepsi kita
kemarin.”
Rezal menggeleng tidak peduli. “Aku nggak inget.”
Ponsel Naya kembali berdering. Dia menatap Rezal
sebentar sebelum meraih ponselnya.
“Loudspeaker.” Pinta Rezal.
Naya mendengkus dan menurut. Dia langsung
mengangkat panggilan Rama.
“Halo, Ram. Ada apa?” tanya Naya duduk di ujung
kasur.
“Lo udah berangkat?”
“Belum. Kenapa?”
“Mau gue jemput? Kebetulan gue habis sarapan di
depan perumahan lo.”
Mata Rezal membulat mendengar itu. Naya hanya
bisa mengumpat dalam hati. Dia melirik suaminya yang
terlihat kesal. Ayo lah, tidak ada apa-apa di antara dirinya
dan Rama. Kenapa Rezal sensitif sekali?
“Nggak usah, gue berangkat sendiri aja.”
Viallynn - 71
“Siapa yang cemburu?” Rezal bangkit dari kasur
dan memakai celananya yang berada di atas lantai.
“Dih, nggak perlu gengsi.” Naya mencibir. “Lagian
aneh, sama Rama kok cemburu.”
“Kamu itu udah punya suami, nggak boleh deket
deket sama cowok lain.” Rezal meraih wajah Naya dan
menangkupnya gemas.
“Ya, tapi ini kan Rama, Mas. Keponakannya Tante
Rana. Dia itu salah satu orang yang berjasa untuk
hubungan kita.”
“Terserah, aku mau mandi.” Rezal berlalu masuk
ke dalam kamar mandi, tidak mempedulikan Naya yang
menatapnya kesal.
Rezal berdiri di depan cermin dan memperhatikan
wajahnya jeli. “Gue ganteng, nggak mungkin Naya
berpaling,” ucapnya percaya diri.
Rezal mulai meraih sikat gigi. “Lagian apa salahnya
cemburu? Bukannya seneng malah marah?” gumamnya
pada diri sendiri. “Bukannya dulu dia yang lebih
cemburu? Dasar cewek aneh, tapi aku cinta.”
❖❖❖
Viallynn - 73
“Lama?” tanya Rezal yang mulai duduk di depan
Naro.
“Lama, gue sampe bosen nunggunya.”
Rezal terkekeh dan mulai membuka buku menu.
“Lo kok bisa ke sini? Katanya mau keluar sama
Naya?” tanya Naro bingung.
“Cancel.” Rezal mulai memanggil salah satu
pegawai kafe. “Dia ada kerja kelompok.”
Mendengar itu, tawa Naro pecah. Bahkan dia juga
sempat tersedak. “Gimana rasanya nikah sama bocah?”
Rezal bersandar sambil menatap gedung-gedung
Ibu kota yang tinggi. “Ya gitu.”
“Gitu gimana? Nggak enak?” tanya Naro serius.
Rezal menatap Naro tajam. Apanya yang tidak
enak? Justru Rezal merasa enak setiap hari.
“Enak lah,” jawab Rezal mantap. “Gue nyesel nggak
ketemu Naya dari dulu kalau tau rasanya nikah itu kayak
gini.”
“Dih, kasmaran lo.” Naro menggoda dan
menyenggol pelan kaki Rezal.
“Ro, lo pernah cemburu nggak?” tanya Rezal tiba
tiba.
“Cemburu?” Naro menyesap kopinya pelan. “Ya
pernah lah.”
Viallynn - 75
pernah terlihat cemburu. Mungkin itu juga salah satu
faktor yang membuat Luna menduakannya.
Namun dengan Naya, Rezal bertingkah berbeda.
Baik Naro ataupun Naomi sadar jika ada sifat baru yang
Rezal tunjukkan, yaitu sifat posesif.
Rezal memang tidak terlalu menunjukkan rasa
posesif-nya karena dia menahan dirinya sendiri untuk
tidak berlebihan. Dia mencoba meyakinkan dirinya
sendiri jika Naya hanya mencintainya. Wanita itu tidak
akan lari meninggalkannya.
“Lo minder?” tanya Naro serius.
“Kalau masalah wajah, gue bisa diadu. Kalau
masalah umur itu yang bikin minder.”
Naro mengangguk mengerti. “Lo takut Naya pergi?”
Rezal mengangguk. “Takut banget.”
“Nggak usah minder kali.” Naro memajukan
tubuhnyaagar bisa lebihdekat. “Justru umur-umur kayak
kita gini yang dicari sama anak-anak muda,” bisiknya.
Hidung Rezal berkerut. “Geli gue.”
Naro kembali duduk bersandar. “Lo nggak percaya?
Sebenernya gue nggak mau ngomong gini tapi liat
samping kanan lo.”
Tanpa ragu Rezal menoleh. Di sana ada satu meja
yang diduduki oleh sekelompok wanita yang terlihat
Viallynn - 77
tangan pelan.
Rezal hanya bisa membatin dalam hati. Naya
mempunyai daya tarik yang luar biasa. Dia bisa
melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang dia
mau. Terbukti dulu saat Naya menginginkan dirinya.
Wanita itu akan melakukan apapun untuk membuatnya
tertarik. Tanpa membutuhkan waktu lama, Naya berhasil
melakukannya. Rezal berhasil jatuh pada pesona Naya
yang luar biasa.
Rezal kembali meminum kopinya. Dia melirik
jam tangannya sebentar sebelum kembali menghela
napas kasar. Belum ada satu jam tapi dia sudah sangat
merindukan istrinya.
Rezal mulai bertanya-tanya, apa perasaannya itu
wajar? Dia takut jika rasa posesif-nya membuat Naya
risih dan berujung meninggalkannya.
Rezal menggeleng pelan. Dia harus segera
mengenyahkan pikiran negatif itu. Naya akan selalu
berada di sisinya. Rezal tidak akan membuat Naya pergi.
Tidak setelah wanita itu berhasil membuatnya jatuh
cinta yang sedalam-dalamnya.
❖❖❖
Viallynn - 79
Naya menoleh dan tersenyum melihat kedatangan
suaminya. Saat Rezal sudah berada di depannya, Naya
segera mencium tangan suaminya. Sebagai tanda
hormat, kebiasaan yang tidak pernah ia lupakan sejak
masih pacaran.
“Ini lagi nyiapin bajunya Mas Rezal buat besok,”
ucap Naya kembali memilih beberapa kemeja.
“Aku bisa packing sendiri, Nay.”
“Nggak papa lah, apa salahnya bantu suami?”
Rezal tersenyum dan mencium kepala Naya sayang.
“Nggak ada. Makasih ya.”
“Di Bali berapa hari?” tanya Naya.
“Cuma dua hari. Kamu yakin nggak mau ikut?”
Naya menggeleng cepat. Selain karena takut
mengganggu pekerjaan Rezal, Naya juga tidak bisa
meninggalkan kelasnya. Akan banyak hal yang dia
lewatkan jika memilih untuk izin meskipun hanya satu
kelas saja.
Rezal sudah mengatakannya jauh-jauh hari. Hari
Kamis dia ada pekerjaan ke Bali selama dua hari. Dia
juga berniat mengajak Naya untuk menghabiskan akhir
pelan. Namun Rezal lupa jika istrinya itu adalah seorang
pelajar yang tidak bisa meninggalkan kelasnya hanya
untuk liburan. Rezal tidak bisa memaksa, toh dia juga
tipe orang yang selalu mengedepankan pendidikan.
80 - Untouchable Man: Special Edition
Selain itu dia juga ingin Naya segera lulus dari perguruan
tinggi. Berlebihan rasanya meminta Naya absen hanya
untuk liburan.
“Nyusul nggakmau?”tanyaRezalmulaimelepaskan
kemejanya. Dia berniat untuk mandi sekarang.
“Sendiri?” tanya Naya ragu. Sebenarnya dia
juga ingin ikut, tapi karena jadwal kuliah yang
tidak memungkinkan, akhirnya ia mengurungkan
keinginannya.
“Kamu takut?” tanya Rezal geli.
“Ya takut lah, belum pernah naik pesawat sendiri.”
Naya mendengkus kesal.
“Nggak mau coba? Enak loh traveling sendiri.”
Naya menatap Rezal datar. “Aku itu beda sama Mas
Rezal. Kalo Mas Rezal emang udah biasa pergi sendiri
dari dulu, orang nggak punya pacar, temen pun cuma
Mas Naro sama Mbak Naomi.”
Rezal menatap Naya tidak percaya. “Kamu ledekin
suami kamu?”
Naya menahan senyumnya. “Bukan ledekin, tapi
kenyataan.”
Rezal menggelengkan kepalanya pelan. Dengan
kesal dia mendatangi Naya dan menangkupwajah wanita
itu. Rezal menghujani wajah Naya dengan ciuman
Viallynn - 81
ciumannya.
“Dosa tau ledekin suami,” geram Rezal.
“Mas, mandi sana. Bau!” Naya terkekeh di tengah
aksi Rezal.
“Emang kamu sebelum nikah pergi sama siapa?
Ke mana aja?” Rezal menghentikan ciumannya dan
menatap Naya lekat.
“Temenku kan banyak, Mas. Kita biasa traveling
bareng.”
“Cowok atau cewek?” tanya Rezal dengan mata
yang menyipit.
“Ya dua-duanya lah. Siapa yang nyetir mobil kalo
bukan cowok?”
Rezal melepaskan wajah Naya cepat. Dia kembali
berdiri tegak dengan tangan yang terlipat di dada.
Sekarang dia tahu jika kehidupan Naya sebelum menikah
dengannya begitu bebas. Bebas dalam artian yang bukan
negatif. Nayabisamenghabiskanwaktuseharianbersama
teman-temannya untuk mencari banyak pengalaman di
luarsana. Cukup membuatRezalresahjika meninggalkan
Naya sendiri. Rasa posesif-nya seketika muncul karena
takut jika Naya akan menghabiskan waktunya bersama
teman-temannya. Rezal tidak mempermasalahkan
teman wanita, tapi teman pria yang dia permasalahkan.
Rezal paham jika cemburunya itu tidak mendasar tapi
Viallynn - 83
sering ketemu di kampus. Jadi, kosongin waktumu buat
suami. Oke?”
Naya memutar matanya jengah. Dia tahu jika itu
tidak sopan, tapi dia tidak bisa menahannya. Rezal dan
sifat posesif-nya benar-benar menggelikan. Sifat mereka
seperti tertukar sekarang.
“Jadi gimana istriku?” tanya Rezal lagi.
“Terserah. Aku nurut sama suami, tapi awas ya kalo
kita seharian di hotel. Aku mau jalan-jalan!”
“Siap, tuan puteri.” Rezal tersenyum dan berlalu
masuk ke dalam kamar mandi.
Naya menatap punggung Rezal dengan mencibir.
Dia memukul koper di depannya dengan gemas. Tidak,
Naya tidak merasa terkekang dengan sikap Rezal. Pria
itu tidak pernah melarangnya bermain dengan teman
temannya, tapi dia cukup sensitif jika ada pria lain
di sekitar istrinya. Naya harus bisa membujuk Rezal
sedemikian rupa agar diizinkan untuk pergi.
“Cemburunya bener-bener nggak keren.”
❖❖❖
Viallynn - 87
Naya mengangguk dan semakin masuk ke dalam
pelukan Rezal. Perlahan matanya kembali terpejam. Dia
menikmati tepukan tangan Rezal pada punggungnya.
Persis seperti seorang ayah yang berusaha menidurkan
putrinya.
“Hari ini mau ke mana?” tanya Rezal.
“Di villa aja.”
Rezal terkekeh pelan. “Masa jauh-jauh ke Bali cuma
di kamar?”
“Di kamar aja udah bagus, Mas. Liat tuh, udah
kayak pantai pribadi.”
“Bulan madu dadakan nih ceritanya?” Rezal
menggoda Naya.
Naya mengeratkan pelukannya dan berdecak.
“Bagiku nggak ada bedanya bulan madu atau enggak.
Mas Rezal sama-sama mesumnya.”
Mendengar itu Rezal tertawa dan kembali menepuk
punggung Naya. Membiarkan istrinya kembali tertidur
dengan nyaman di pelukannya. Memang Rezal tidak
memiliki rencana khusus untuk pergi ke suatu tempat
hari ini. Selama dia berdua dengan Naya, itu tidak
masalah. Itu tujuan awalnya, liburan berdua bersama
istrinya di tengah kesibukan yang ada.
Sambil menggosok gigi, Naya mengintip keadaan
Rezal dari kamar mandi. Dia berdecak saat melihat
Viallynn - 89
Dengan kesal Naya mengambil beberapa lebar uang dari
dompet Rezal dan berlalu keluar villa. Sesekali kepalanya
melirik Rezal yang masih tertidur dengan nikmat.
“Katanya mau jalan-jalan? Kalo gini namanya ya
Cuma pindah tidur.”
Dengan menggunakan dress pantai yang dia lapisi
cardigan putih, Naya mulai memasuki area pantai.
Bersyukur jarak villa dan pantai tidak jauh dan ada akses
jalan yang memudahkannya.
Di pantai terlihat sudah banyak orang yang sedang
bermain, baik wisatawan dalam negeri maupun luar
negeri. Tak jarang Naya juga melihat mereka tengah
berjemur di pantai.
Mengabaikan terik matahari yang terasa menusuk,
Naya mulai berjalan ke pinggir pantai. Dia tersenyum
saat air laut mulai menyentuh ujung kakinya. Ternyata
dugaannya salah, air laut itu tidak sehangat yang dia
pikirkan, bahkan terasa segar. Naya memutuskan untuk
tetap berjalan di pinggir pantai sambil menikmati air
yang menyentuh kakinya. Sesekali dia mengambil
gambarnya sendiri dengan ponselnya untuk kenang
kenangan.
“Sayang banget Mas Rezal nggak mau ikut,”
gumam Naya sedih saat melihat beberapa pasangan yang
bermesraan di depannya.
❖❖❖
Viallynn - 93
Keturunan Mahesa
Viallynn - 95
Naya membaca pesan yang kembali dikirim Rezal.
“Apa itu?” tanya Naya.
“Fira hamil.”
Kali ini Naya bangkit dan menutup mulutnya
yang terbuka. Benar-benar kabar yang membahagiakan.
Entah kenapa mendengar berita itu, Naya langsung
menyentuh perutnya. Dia baru sadar jika dia telat datang
bulan. Seketika mata Naya membulat.
Naya menggelengkan kepalanya cepat. “Nggak
mungkin,” ucapnya mencoba untuk menenangkan diri.
Naya tidak merasa ada yang aneh atau berbeda dari
tubuhnya. Mungkin siklus bulanannya tidak terlalu
lancar akhir-akhir ini karena padatnya kegiatan yang dia
lakukan.
Saat akan kembali merebahkan diri, Naya
dikejutkan dengan suara panggilan seseorang dari luar.
Mendengar suara nyaring itu, Naya dengan segera keluar
dari kamar. Di ruang tamu dia bisa melihat mertuanya
tengah memandu dua orang pria untuk mengangkat
sesuatu.
“Ma, bawa apa?” tanya Naya bingung.
Ibu Rezal berjalan mendekat dan bertepuk tangan
senang. “Mama beliin panggangan buat kamu.”
Naya menatap mertuanya tidak percaya.
“Panggangan Ma?”
96 - Untouchable Man: Special Edition
“Iya, buat di taman belakang.”
“Terus itu apa?” tanya Naya melihat kotak besar
yang dibawa oleh salah satu pria suruhan mertuanya.
“Oh, kalo itu ayunan.” Ibu Rezal tertawa.
“Ayunan?” Naya semakin tidak mengerti dengan
jalan pikiran mertuanya yang begitu acak.
“Iya, buat dipasang di halaman belakang juga.” Ibu
Rezal mulai berjalan masuk. “Ayo, Pak. Bawa masuk sini.”
Naya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal
dan ikut menyusul ibu mertuanya ke taman belakang.
Setelah dua bulan lebih menikah, Naya sudah paham
dengan tingkah laku mertuanya. Naya tidak terganggu,
dia hanya belum terbiasa dengan segala kemewahan
yang tiba-tiba menghampirinya.
“Bagus kan ayunanannya?” tanya Ibu Rezal
merangkul bahu Naya. “Ini buat main anak-anak kalian
nanti.”
Naya menatap Ibu Rezal bingung. Kenapa wanita
itu sudah berpikir jauh tentang seorang cucu? Bahkan
baik dirinya dan Rezal jarang membicarakan hal ini.
Mereka memang ingin menghabiskan waktu bersama
dulu untuk mengganti masa-masa pacaran yang begitu
singkat.
“Aku kan masih kuliah, Ma.”
Viallynn - 97
“Emang kenapa kalaukuliah? Nayaudah besarkan?”
Naya hanya bisa mengangguk. Lebih baik dia diam
dan menurut dari pada membuat hati Ibu mertuanya
sedih karena mengharapkan kehadiran cucu yang belum
bisa dia beri.
“Kalian nggak nunda kan?” tanya Ibu Rezal tiba
tiba. Seketika Naya bingung untuk menjawabnya.
“Nggak kok, Ma. Cuma aku sama Mas Rezal mau
pacaran dulu aja. Nikmati waktu berdua.”
Ibu Rezal mengangguk paham. “Mama paham,
apalagi kalian pacarannya cuma sebentar dulu. Tapi
serius Nay, umur kamu yang segini ini lagi subur
suburnya. Kalo bisa jangan ditunda ya, Mama pingin
gendong cucu dari kalian.”
Naya kembali mengangguk dan tersenyum.
Dia akan membicarakan hal ini pada Rezal nanti dan
mencari jalan keluar. Naya tidak akan membantah
ucapan mertuanya karena dia tahu betul perasaan
wanita itu. Dibalik sikap cerianya, Ibu Rezal menyimpan
banyak kenangan buruk di masa lalu. Itu juga yang
membuat Naya memilih untuk tidak membantah ucapan
mertuanya. Dia takut membuat wanita itu menjadi
semakin sedih.
“Fadil sama istrinya udah Mama suruh program
lagi, tapi kata mereka nunggu Dita umurnya lima tahun.
❖❖❖
Viallynn - 99
oleh headset berwarna putih.
Saat pintu kamar terbuka, Naya mendongak dan
tersenyum melihat suaminya. Seperti sudah kebiasaan,
dia selalu menyambut kedatangan Rezal dengan
senyumannya.
“Kamu beli panggangan, Nay?” tanya Rezal tanpa
basa-basi.
Naya duduk dan menggeleng. “Mama yang beli,
Mas. Tadi siang Mama dateng buat pasang kursi ayunan.”
Kening Rezal berkerut. “Random banget Mama
tiba-tiba beli. Buat apa?”
“Buat anak-anak katanya.” Naya berjalan mendekat
dan berdiri di depan Rezal. Perlahan tangannya terulur
untuk melepaskan dasi suaminya.
“Anak-anak?”
“Anak kita nanti,” gumam Naya pelan. “Mama udah
pingin cucu, Mas. Gimana?”
Rezal menatap mata Naya dengan teduh. “Kamu
gimama? Udah siap?” tanya Rezal.
Dengan ragu Naya menggeleng. Mereka sudah
pernah membicarakan masalah ini saat awal pernikahan
dulu.
“Masih takut?” tanya Rezal mengelus pipi Naya.
Viallynn - 101
Naya mengedikkan bahunya ragu. “Udah satu
bulan belum datang bulan.”
“Mau cek?” tanya Rezal penuh perhatian. Dia
benar-benar tidak mau memaksa Naya.
Naya menggeleng cepat. “Belum siap. Aku juga
nggak ngerasain apa-apa. Mungkin emang lagi nggak
lancar aja.” Naya berbalik dan kembali duduk di atas
kasur.
“Emang kamu beneran belum mau punya anak,
Nay? Kan lucu. Rumah jadi rame.” Rezal menggoda Naya
dan menatap istrinya jenaka.
“Nggak mau. Lulus kuliah dulu.” Naya menutup
telinganya rapat.
Rezal tertawa dan menarik tangan Naya dan
kembali berbicara, “Tapi kan lucu, Nay. Aku mau satu.”
“Jangan macem-macem ya!” Naya mulai beranjak
menjauh. Sinyal tanda bahaya mulai berbunyi. Dia tahu
dengan ekspresi wajah Rezal yang seperti ini.
“Pasti Mama sama Ibuk seneng dapet cucu.” Rezal
mencoba meraih tangan Naya.
“Iya, tapi nanti aja.” Naya mulai gelisah melihat
tingkah Rezal.
Naya merengek saat Rezal menahan tangannya
agar tidak lari. Dia benar-benar takut jika Rezal
Viallynn - 103
“Ih, om-om mesum! Nggak mau, mandi sana!”
Tawa Rezal pecah. Dengan gemas dia mendorong Naya
hingga berbaring dan memeluk tubuh istrinya erat.
Mengabaikan rengekan dan tawa Naya yang keluar secara
bersamaan.
“Gemes!” Rezal mencium pipi Naya berulang kali.
“Mandi!” Naya berhenti memberontakdan menarik
bulu halus di lengan Rezal.
“Nanti aja. Udah posisi enak,” bisik Rezal semakin
memeluk Naya erat.
Naya mendongak dan memperhatikan wajah Rezal
yang tengah terpejam. Sepertinya pria itu kelelahan.
Terlihat dari gurat wajahnya yang lesu.
“Mandi dulu, Mas. Biar seger. Habis itu kita makan
malem.” Naya mengusap dahi Rezal sayang.
“Sebentar lagi,” gumam Rezal.
Naya tersenyum tipis dan entah dorongan dari
mana dia bergerak untuk mencium bibir Rezal.
Rezal membuka matanya lebar saat merasakan
ada sesuatu yang menyentuh bibirnya. Dia tersenyum di
sela-sela ciuman Naya. Tanpa membuang waktu, Rezal
ikut membalas ciuman itu. Tanpa berbicara, mereka
saling mengungkapkan cinta yang tidak pernah pudar.
Pandangan mata Naya mulai sayu. Begitu juga
❖❖❖
Viallynn - 105
Istri Cemburu
Viallynn - 107
“Cantik,” bisik Rezal mencium leher Naya sebelum
melepaskan pelukannya. “Ayo, nanti kita telat.”
Naya memasang sepatu dan mengambil tas
tangannya sebelum keluar dari kamar. Di ruang tengah
dia bisa melihat ibu dan mertuanya tengah berbincang.
Memang setelah kembali dari Jogja, Ibu Naya memilih
untuk menginap beberapa hari di rumahnya dan selama
itu pula Ibu Rezal selalu datang berkunjung untuk
membicarakan bisnis.
Ya, mereka ingin membuka sebuah kafe.
Ibu Rezal beralih pada anak-anaknya yang berjalan
mendekat. Senyum puas tampak menghiasi wajahnya.
“Mantuku,” ucapnya senang dan berdiri
menghampiri Naya. “Cantik banget.”
Naya terkekeh mendengar pujian itu. Dia tertawa
bukan karena ucapan mertuanya, melainkan tingkah
mertuanya yang menggemaskan. Bisa dibilang jika Ibu
Rezal adalah support system-nya. Apapun yang Naya
lakukan selalu mendapat dukungan penuh.
“Gimana, Bu? Mereka cocok kan?” tanya Ibu Rezal
pada Ibu Naya. “Mama yakin kalian akan jadi pusat
perhatian nanti. Untuk pertama kalinya Bapak Manager
Rezal Mahesa datang bersama istrinya.” Ibu Rezal
bertepuk tangan heboh, bertingkah seolah menjadi
seorang MC.
Viallynn - 109
Rezal menatap tangan Naya l terkejut. Tangan
wanita itu begitu dingin dan terlihat sekali ada raut
gugup di wajahnya.
“Kamu kenapa takut?” tanya Rezal geli.
“Ih, nggak bantu tenangin malah ngeledek.” Naya
melepaskan genggaman tangannya.
“Kamu cuma temenin aku, Nay. Aku yang naik
panggung, kamu cukup duduk aja.”
“Aku takut malu-maluin Mas Rezal,” bisik Naya.
Rezal menggeleng saat mendengar kalimat itu.
Dia tidak suka mendengar ucapan Naya. Dia tidak suka
melihat istrinya tidak percaya diri. Lihat wanita itu
sekarang, begitu cantik dan menakjubkan. Justru Rezal
yang takut jika banyak pria yang melirik istrinya nanti.
“Jangan mikir gitu. Ayo masuk, di dalem ada kue
kesukaan kamu.”
Mau tidak mau Naya tertawa mendengar itu.
Bahkan makanan tidak terlintas di pikirannya saat
ini. Yang Naya pikirkan hanya bagaimana caranya
dia mendampingi Rezal sampai selesai tanpa adanya
masalah.
“Ayo, Sayang,” ajak Rezal lagi.
Akhirnya Naya mengangguk dan keluar dari mobil.
Acara ini memang sangat berbanding terbalik dengan
kehidupan asli Naya, tapi demi Rezal, dia akan berusaha
Viallynn - 111
Mata Naya membulat mendengar itu. “Serius,
Mbak?”
Fira mengangguk dan menatap Viona sinis. “Dulu
humas sering pake dia buat jadi MC acara, tapi lama
lama kita sebel sama tingkahnya. Untung kontrak kerja
udah selesai.”
“Tapi sekarang udah enggak kan, Mbak?” Naya
bertanya khawatir. Matanya kembali menatap Viona
yang tampak tersenyum lebar di samping Rezal. Sesekali
wanita itu juga berbicara dan mengeluarkan candaan.
Sebenarnya Naya tidak mempermasalahkan hal itu,
tapi saat Fira mengatakan yang sebenarnya, Naya mulai
khawatir.
“Udah lama nggak ketemu, tapi aku masih sebel
sama dia. Liat itu, cari perhatian Pak Rezal terus.” Fira
mengerutkan hidungnya kesal. Ibu hamil itu benar
benar sensitif.
“Mbak, jangan gitu dong.” Naya mulai resah.
“Udah, Nay. Jangan dengerin Fira. Lagian Viona
cuma masa lalu,” ucap Arman.
“Dih, lo udah maafin Viona? Gue sih enggak.” Fira
menatap Arman kesal.
“Emang dulu dia ngapain aja, sampe kalian sekesel
ini?” tanya Naya.
Viallynn - 113
Meskipun tidak saling mengenal, apa harus
wanita itu langsung mengalihkan pandangannya tanpa
tersenyum? Jika itu terjadi pada Naya, meskipun kenal
atau tidak, selama dia tahu jika seseorang itu adalah
rekan kerja suaminya, Naya akan tetap tersenyum saat
ada kontak mata. Dia tidak langsung mengalihkan
pandangannya karena itu sangat tidak sopan.
“Asli, ngeri banget dia,” bisik Naya pada Fira.
“Lo sih, Fir. Sensitif banget jadi bumil. Kepikiran
kan Naya jadinya.” Arman menyalahkan Fira.
“Gue kesel banget sama dia, Man. Sumpah bossy
bangetdulu. Pingin rasanya gue jambak rambutnya!” Fira
meremas tangannya erat. Nayayang melihat itu langsung
mengelus bahu Fira pelan, mencoba menenangkan Ibu
hamil yang sangat sensitif itu.
Tepuk tangan kembali terdengar saat Rezal turun
dari panggung. Selama kembali ke meja, mata Rezal
terus tertuju pada Naya. Wanita itu terlihat anggun dan
cantik dari kejauhan. Beruntung Rezal memiliki wanita
itu untuk berada di sisinya selamanya. Meskipun sifat asli
Naya sangat bar-bar, tapi wanita itu bisa menyesuaikan
diri dengan kondisi yang ada.
“Selamat ya, Mas.” Naya menyambut kedatangan
Rezal.
Viallynn - 115
Rezal melirik jam tangannya sebentar. “Makan
malamnya habis pengumuman penghargaan ini selesai.”
“Sebentar lagi, Mbak. Sabar ya.” Naya mengelus
perut Fira yang terlihat sedikit menonjol.
Makan malam berlangsung dengan hangat.
Beruntung meja mereka hanya diisi oleh orang-orang
dari perusahaan mereka saja sehingga topik pembicaraan
tidak pernah habis.
Setengah jam kemudian, acara telah berakhir.
Sebelum meninggalkan hotel, Naya dan Rezal diminta
untuk mengambil beberapa foto di spot acara. Naya
bisa menebak jika Rezal adalah salah satu bintang acara
malam ini. Dia yakin jika Rezal masih berstatus single,
pasti banyak wanita yang menghampirinya.
“Capek?” tanya Rezal saat fotografer kembali
meminta gambar mereka.
“Cuma kakiku yang capek. Pake heels soalnya.”
“Habis ini kita pulang.” Rezal meremas pinggang
Naya pelan. Matanya kembali menatap kamera yang
tertuju pada mereka.
Setelah semua berakhir, Naya dan Rezal berpisah
dari Fira dan Arman. Mereka akan pulang sekarang. Saat
berada di lobi hotel, terdengar seseorang memanggil
nama Rezal.
Viallynn - 117
lagi selamat ya, Pak. Kalau misal humas butuh MC, bisa
hubungi saya lagi.”
“Humas udah ada MC khusus kan ya, Mas?” tanya
Naya menatap Rezal. Dia ingat saat masih magang dulu,
ada Citra dan Firman yang bisa mengambil alih tugas
MC.
Rezal hanya tersenyum dan mengelus bahu
istrinya. Dia sadar jika Naya sedang kesal sekarang.
“Kalau gitu kita pulang dulu. Duluan, Viona.” Rezal
menarik Naya untuk segera pergi.
Benar dugaan Rezal. Istrinya tidak suka dengan
Viona. Terlihat dari wanita itu yang melepaskan
pelukannya saat mereka sudah sampai di tempat parkir.
“Pelan-pelan jalannya, Nay.” Rezal meringis saat
Naya menghentakkan kakinyayang masih menggunakan
heels.
“Cepet buka pintunya!” Naya mengetuk kaca mobil
kesal.
Rezal menghela napas lelah dan mulai membuka
mobil. Naya bergegas masuk ke dalam dan mengabaikan
Rezal.
“Kamu kenapa?” tanya Rezal saat sudah berada di
dalam mobil.
“Nggak tau ah males.”
Viallynn - 119
“Jangan deket-deket dia lagi,” bisik Naya dengan
menunduk.
“Iya, Sayang.” Rezal mencium kening Naya dan
mulai menjalankan mobil.
Menurut Rezal, hari ini berlangsung cukup
menyenangkan. Setelah beberapa bulan menikah,
akhirnya dia bisa melihat Naya yang kembali cemburu.
Aneh, tapi juga menggemaskan. Rezal akan tetap terus
mengingat kejadian langka ini.
❖❖❖
Viallynn - 121
ingat akan tanggung jawabnya sebagai istri. Rezal
membebaskan Naya karena dia tahu betul karakter
istrinya. Naya bukanlah wanita muda yang hanya hobi
bersenang-senang. Hidup hanya berdua bersama ibunya
membuat Naya bisa bertanggung jawab akan apa yang
harus dia lakukan dan apa yang harus dia hindari. Naya
bisa membedakan dua hal itu dengan baik.
Hingga saat ini, Naya dan Rezal masih
memutuskan untuk hidup hanya berdua. Bukannya
tidak menginginkan buah hati, hanya saja Naya tidak
mempercayai dirinya sendiri. Sebagai istri dan seorang
pelajar, masih banyak tanggung jawab yang harus dia
kerjakan. Dia takut jika tidak bisa mengurus anaknya
di tengah kesibukannya. Bukannya egois, tapi Naya juga
memikirkan betul kehidupan anaknya nanti.
Rezal tidak mempermasalahkan keputusan Naya,
meskipun jauh di dalam hatinya dia juga menginginkan
seorang anak. Dia sudah mendengar permintaan Ibunya
tentang cucu hampir setiap hari, tapi Rezal memberi
pengertian pada Ibunya jika mereka ingin menghabiskan
waktu berdua terlebih dahulu. Hitung-hitung sebagai
bentuk ganti rugi karena masa berpacaran mereka yang
cukup singkat dulu. Jika bukan paksaan Ibunya, Rezal
yakin jika dia masih berpacaran dengan Naya hingga saat
ini.
Viallynn - 123
“Nanti juga ketemu.” Rezal berjalan mendekat
dengan dua cangkir teh hangat.
“Boros tau beli kaos kaki terus. Yang ini baru beli
kemarin kan? Sekarang udah ilang lagi pasangannya.”
Naya mengangkat kaos kaki yang hanya tinggal satu.
“Nanti aku cari ya. Jangan marah-marah. Ini minum
tehnya.” Rezal memberikan satu cangkir teh yang dia
bawa pada Naya.
Masih cemberut, Naya duduk sambil menyesap
tehnya. Baru sekali teguk, Naya mengerutkan keningnya
bingung.
“Kok manis?” tanya Naya kesal.
Rezal menautkan alisnya bingung. “Kamu tadi
minta teh manis hangat kan?”
“Aku kan minta teh tawar, Mas.”
Rezal menggeleng keras. “Nggak, aku inget kamu
minta teh manis. Lagian sejak kapan kamu minum teh
tawar?”
“Sejak tadi!” Naya meletakkan cangkirnya kesal.
“Udah lah aku mau jemur pakaian dulu.”
Rezal mengedipkan matanya tidak percaya. Dia
menatap punggung Naya yang kembali naik ke lantai
atas dengan bingung. Apa yang terjadi? Kenapa Naya
sangat sensitif pagi ini? Seharusnya di hari sabtu ini,
❖❖❖
Viallynn - 125
“Ma?” Panggil Rezal dan menghempaskan
tubuhnya di atas sofa.
“Kamu kenapa, Zal?” Ayah Rezal keluar dari kamar
saat mendengar panggilan dari anaknya.
“Nggak papa,” jawab Rezal.
“Naya mana?” tanya pria paruh baya itu.
“Tidur.” Rezal kembali menjawab singkat.
“Kalian bertengkar?”
Rezal hanya diam dan berpikir. Apa dia harus
menceritakan masalahnya pada Ayahnya? Karena jujur
saja, Rezal tidak tahu harus berbuat apa sekarang.
“Mama sering marah-marah nggak jelas nggak,
Pa?” tanya Rezal pada akhirnya.
Tanpa disangka Ayah Rezal tertawa. “Ya jelas, tiap
hari Mama kamu itu ngomel-ngomel.”
“Bukan gitu, pernah nggak Mama tiba-tiba jadi
aneh?”
Ayah Rezal tampak berpikir, “Mama kamu aneh
tiap hari, Zal.”
“Serius, Pa.” Rezal berdecak kesal.
Pria tua itu kembali tertawa. “Naya kenapa? Dia
marah-marah?”
Rezal mengangguk kesal. “Dia ngomel terus dari
tadi pagi. Padahal kemarin nggak ada masalah.”
Viallynn - 127
“Naya hamil? Menantuku hamil?!” Ibu Rezal
berteriak.
“Nggak tau, Naya marah-marah terus dari
tadi. Mood-nya nggak bagus,” jawab Rezal.
“Tunggu sebentar.” Ibu Rezal berlari ke dalam
kamar dan keluar dengan kotak kecil di tangannya.
“Cepet kamu suruh Naya pake ini. Ayo Mama temenin.”
“Ini apa?” tanya Rezal melihat kotak di tangannya.
“Test pack. Mama beli banyak kemarin buat tes
kakak iparmu. Ayo cepet kita ke rumahmu. Papa ikut
juga, jangan lupa kunci pintu.” Ibu Rezal menarik lengan
anaknya cepat. Dia tidak sabar menanti kabar bahagia.
Meskipun belum tentu pasti, tapi apa salahnya berharap?
Rezal memasuki rumahnya dengan langkah
tergesa. Di belakangnya ada orang tuanya yang ikut
menemani. Rezal masuk ke kamar dan melihat Naya
tengah terduduk di atas kasur sambil menangis.
Apa lagi ini?
“Kamu kenapa, Nay?” tanya Rezal terkejut. Dengan
segera dia menghampiri Naya yang masih menangis.
“Mas Rezal ke mana? Kok aku ditinggal?” Naya
masih menangis dan memeluk pinggang Rezal erat.
Orang tua Rezal yang berdiri di ambang pintu
terkejut melihat tingkah Naya. Mereka tidak pernah
Viallynn - 129
berlomba untuk menjadi pemenang.
Cukup lama Naya berada di kamar mandi. Rezal
memilih berdiri di depan kamar mandi dengan gelisah,
menunggu Naya yang tampak lama di dalam sana.
Tak lama pintu kamar mandi terbuka dan Naya
keluar dengan dahi yang berkejut. Dia memberikan
alat tes kehamilan itu pada Rezal karena dia tidak tahu
bagaimana cara membacanya.
“Itu hasilnya apa?” tanya Naya bingung.
“Nggak tau. Ini apa, Ma?” tanya Rezal menyerahkan
alat tes itu pada ibunya.
Dengan mata yang menyipit, Ibu Rezal tampak
serius melihat alat tes di tangannya. Di sampingnya juga
ada suaminya yang ikut penasaran.
“Gimana, Ma?” tanya Naya was-was.
Bukan jawaban yang mereka dengar, Ibu Rezal
malah berteriak dengan suarayang memekakkan telinga.
“Kita punya cucu lagi, Pa!” teriaknya senang dan
memeluk suaminya.
Rezal dan Naya kompak terdiam. Mereka masih
menatap dua orang di depannya dengan bingung.
“Cucu?” gumam Rezal tidak percaya.
Tangan Naya terangkatuntuk menyentuh perutnya.
“Anak?” tanyanya pelan.
❖❖❖
- SELESAI -
Viallynn - 133
Tentang Penulis
Viallynn. Nama yang saya gunakan untuk
mencurahkan imajinasi saya ke dalam bentuk tulisan.
Menulis merupakan hobi yang saya lakukan untuk
mengisi kekosongan waktu seorang pelajar. Dengan
mengamati keadaan sekitar serta ditambah bumbu
khayalan, saya sudah menghasilkan beberapa cerita
dengan berbagai genre yang bisa kalian baca. Bagi saya,
tidak ada batasan untuk berkarya.