Anda di halaman 1dari 142

Untouchable Man: Special Edition

A Romance Story by

Viallynn
Penerbit SaLiNel Publisher
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014
Tentang Hak Cipta

(1). Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana diamaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf I untuk penggunaan secara
komersial dipidana dengan pidana penjara paling penjara paling lama 1 (satu)
tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).
(2). Setiap orang yang dengan tanpa hak dan atau tanpa izin pencipta atau
pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana
dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, dan huruf f, dan atau huruf h,
untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama
3 (tiga) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).
(3). Setiap orang yang dengan tanpa hak dan atau tanpa izin pencipta atau
pemegang hak melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana
dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan atau huruf g,
untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama
4 (empat) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp. 1.000.000.000.00 (satu
miliar rupiah).
(4). Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp.
4.000.000.000.00 (empat miliar rupiah).
Untouchable Man:
Special Edition

Viallynn
Untouchable Man: Special Edition
Viallynn
14x20 cm, viii + 134 Halaman;

Copyright 2021 by Viallynn


Cetakan Pertama : April 2021

Penyunting : Team Salinel


Penata Letak : Kesha Art
Desain Sampul : Team Salinel

Diterbitkan melalui:

SALINEL Publisher
Mall Botania 2 Blok O no.4
Batam Centre – Batam
081290712019

Email : salinelpublisher@gmail.com
Wattpad : Salinel Publisher
Instagram : Sali.nel
Facebook : Salinel Publisher
Youtube : Salinel Publisher
Kata Pengantar
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT
yang telah memberikan saya kesempatan untuk dapat
menyelesaikan cerita Untouchable Man: Special Edition
ini dengan baik.
Terima kasih saya ucapkan kepada imajinasi
saya yang muncul secara tiba-tiba ketika sedang patah
semangat. Saya tidak menyangka jika kesedihan saya
dapat menghasilkan sebuah karya yang bisa kalian
nikmati.
Kedua, untuk segala dukungan serta kritikan dari
keluarga dan para sahabat, saya juga ucapkan terima
kasih. Tanpa ucapan pedas kalian, saya tidak akan nekat
dan melangkah sampai sejauh ini.
Ketiga, saya ucapkan terima kasih kepada tim
Salinel Publisher yang dengan sabar membantu dan
menunggu saya menyelesaikan naskah ini sampai terbit.
Kalian keren!
Terakhir dan yang paling penting adalah pembaca
setia saya. Tanpa kalian saya bukan apa-apa. Berawal dari
wattpad, akhirnya saya bisa memenuhi keinginan kalian
untuk mencetak novel ini. Terima kasih untuk kalian

Viallynn - v
semua yang mengikuti cerita ini dan membeli buku
ini sebagai bentuk apresiasi kalian. Maaf bila masih
ada kekurangan. Semoga untuk ke depannya, saya bisa
menghasilkan karya yang lebih baik lagi.

Best Regards,

Viallynn

vi - Untouchable Man: Special Edition


Daftar Isi
Kata Pengantar V

Daftar Isi.......... vii

Kehidupan Baru... ...............1

Mengenang Masa Lalu..... 13

Kado Istimewa ... 26

Hidup Mandiri .39

Berdamai dengan Masa Lalu 51

Suami Cemburu........ .67

Bulan Madu Dadakan.... .79

Keturunan Mahesa .94

Istri Cemburu .... 106

Keluarga Bahagia..... 121

Tentang Penulis 134

Viallynn – vii
Kehidupan Baru

ulan madu yang berlangsung selama dua minggu


B cukup membuat Naya betah dan tidak ingin
kembali. Baginya waktu dua minggu belum cukup untuk
menikmati indahnya tanah Papua. Jika tidak ingat
dengan pekerjaan Rezal dan kuliahnya, tentu Naya akan
meminta tinggal lebih lama.
Setelah mengambil koper, Rezal menghampiri
Naya yang tengah duduk di kursi tunggu. Terlihat jelas
jika wanita itu masih mengantuk. Tangan besar Rezal
bergerak untuk mengelus kepala Naya pelan, mencoba
membangunkan istrinya dengan lembut.
“Ayo, lanjut tidur di mobil aja.”

Viallynn - 1
Dengan menguap, Naya berdiri dan memeluk
lengan Rezal sebagai tumpuan. Mereka berlalu keluar
dari bandara.
Setelah menikmati waktu bersama selama
dua minggu, Naya tidak merasa sungkan lagi untuk
melakukan kontak fisik dengan suaminya. Bagaimana
dengan Rezal? Jangan ditanya. Pria itu masih sama.
Meskipun terlihat dingin, tapi jika berdua dengan
Naya, pria itu bisa berubah panas. Seolah memiliki dua
kepribadian yang saling bertolak belakang.
“Kitapulang kemana?” tanyaNayamulai memasang
sabuk pengaman.
“Mau ke rumah Ibuk dulu atau Mama?” tanya Rezal.
“Aku ikut kata Mas Rezal aja.”
Rezal melirik Naya dengan dahi yang berkerut,
tampak berpikir. “Pulang dulu ke rumah, ya? Taruh
barang, habis itu ke rumah Ibuk, sekalian ambil sisa baju
kamu.”
“Oke.” Naya mengangguk dan mulai memejamkan
matanya. Dia benar-benar mengantuk. Entah kenapa
semenjak menikah dia jadi lebih suka tidur, apalagi
sekarang sudah ada Rezal yang menemaninya tidur.
Selamaperjalanan, tangan kiri Rezal menggenggam
erat tangan Naya. Sesekali dia juga melirik istrinya
yang tengah tertidur. Perlahan senyum tipis menghiasi

2 - Untouchable Man: Special Edition


wajahnya. Dia masih tidak percaya jika wanita yang
berada di sampingnya adalah istrinya.
Jikamelihatmasalalu,tentu Rezal tidakmenyangka
jika Naya yang akan menjadi istrinya. Pertemuan mereka
sungguh konyol, bahkan juga memberikan kesan negatif
di benak Rezal karena Nayayang pernah menghancurkan
piring-piring di restorannya. Namun setelah pertemuan
kedua mereka, semuanya berubah. Naya muncul dengan
almamater kebanggaannya. Gadis itu berhasil membuat
hati Rezal kembali terbuka.
Memasuki halaman rumah, Rezal dibuat bingung
dengan suasana yang terlihat ramai. Apa ada acara di
rumahnya?
Rezal mencoba membangunkan Naya. Sebenarnya
dia tidak tega. Bisa saja Rezal menggendong Naya untuk
masuk tapi saat melihat jika ada banyak orang, Rezal
mengurungkan niatnya. Ingat, dia masih tidak bisa jika
bermesraan di depan umum.
“Nay,” panggil Rezal mengelus pipi istrinya.
“Ngantuk, Mas.” Naya merengek dan semakin
meringkuk.
“Bangun sebentar, pindah ke kamar. Kita udah
sampe.”
Perlahan mata Naya terbuka dan melihat ke sekitar.
Tanpa banyak bicara dia bersiap dan keluar dari mobil.

Viallynn - 3
Ekspresinya sama seperti Rezal. Dia menatap rumah
mertuanya dengan bingung.
“Kok rame, Mas?” tanya Naya saat Rezal mendekat.
“Nggak tau. Ayo, masuk.”
Naya mengikuti Rezal sambil mengusap wajahnya,
berusaha menghilangkan wajah bantalnya. Saat masih
belum sadar sepenuhnya, Naya dikejutkan dengan suara
sorakan ketika ia memasuki rumah.
“Penganten baru udah pulang!” Suara teriakan Ibu
Rezal membuat Naya membuka lebar kedua matanya.
Hilang sudah rasa kantuknya.
Rezal dan Naya diam mematung di depan pintu. Di
depannya banyak sekali ibu-ibu yang menatap mereka
dengan tatapan menggoda.
“Mas,” bisik Naya bingung harus melakukan apa.
“Kebetulan banget kalian pulangnya sekarang.” Ibu
Rezal menarik tangan Naya dan membawanya ke tengah
ruangan. “Jeng, ini kenalin menantuku. Cantik kan?” Ibu
Rezal memperkenalkan Naya.
Mau tidak mau Naya tersenyum canggung. Dia
masih belum bisa memproses apa yang sebenarnya
terjadi. “Saya Naya, Buk,” ucapnya memperkenalkan diri.
“Ternyata aslinya cantik ya, Jeng. Kemarin pas di
resepsi pake make-up tebel udah cantik, eh tanpa make

4 - Untouchable Man: Special Edition


up juga cantik ternyata.”
Mendengar pujian itu, Naya hanya bisa tersenyum
malu. Tentu saja dia malu. Biasanya ibu-ibu arisan itu
bermulut pedas, tapi Naya bersyukur bisa mendapatkan
pujian dari mereka saat ini.
“Bener, Jeng. Cantik ternyata. Kalau gini kan saya
nggak nyesel nggak jadi jodohin anak saya sama Rezal,
orang istrinya jauh lebih cantik dari anak saya.” Semua
ibu-ibu tertawa mendengar itu.
Naya hanya bisa tertawa canggung. Bagaimana bisa
wanita itu menghina anaknya sendiri? Jika bisa, Naya
ingin segera pergi. Dia bisa gila jika terus bersama ibu
ibu sosialita yang sedang arisan ini.
“Gimana, Nay? Enak, nggak?” tanya mertuanya
dengan alis yang naik-turun.
“Enak apanya, Ma?” tanya Naya pura-pura tidak
mengerti. Tentu saja! Tidak mungkin dia menjawabnya
jujur di depan para ibu-ibu ini.
“Aduh, Zal. Kamu beneran bulan madu kan? Kok
Naya masih polos gini sih?” Kali ini Rezal yang menjadi
sasaran ibunya.
Melihat Naya yang bingung dan menatapnya
minta tolong, akhirnya Rezal maju dan menarik istrinya
pelan. “Capek banget, Ma. Kita masuk dulu ya.” Rezal
berpamitan.

Viallynn - 5
“Duh, penganten baru nggak sabar banget pingin
ketemu kasur.” Celetukan ibu-ibu itu membuat suasana
kembali riuh.
Naya dan Rezal berlalu cepat ke dalam kamar.
Bukan hanya Naya, sepertinya Rezal juga akan gila jika
terus bersama dengan teman-teman ibunya.
“Temen-temennya Mama Rika serem, Mas.” Naya
bergidik ngeri. “Aku nggak mau kayak gitu kalo jadi
ibuk-ibuk.”
Rezal tersenyum dan meletakkan kopernya di
samping lemari. Bagaimana bisa Naya berpikir sejauh
itu? Bahkan Rezal belum berpikir sampai ke sana.
“Kamu mandi dulu, terus tidur.”
Naya hanya mengangguk sebagai jawaban.
Bukannya langsung bergegas, dia malah asik melihat
keadaan kamar Rezal. Ini adalah kali kedua Naya
memasuki kamar bujang suaminya. Yang pertama dia
tidak terlalu memperhatikan keadaan kamar.
“Ini Mas Rezal?” tanya Naya melihat foto seorang
remaja yang menggunakan seragam SMA.
“Iya.” Rezal berjalan mendekat dan ikut melihat
apa yang Naya lihat.
“Ganteng banget, kayak model iklan,” ucap Naya
polos.

6 - Untouchable Man: Special Edition


“Mama pernah minta aku ikut casting dulu.”
Rezal mulai bercerita. Dia tersenyum mengingat masa
mudanya.
“Serius? Bisa jadi artis dong dulu?”
Rezal mengangguk. “Tapi aku nggak mau.”
“Lah, kenapa? Kan keren.”
Rezal meraih pinggang Naya dan memintanya
berbalik. “Kalau aku jadi artis, kita nggak akan mungkin
ketemu.”
“Ih, bener juga. Nggak boleh!” Naya ikut memeluk
pinggang Rezal erat. Seperti anak yang sedang memeluk
bonekanya.
Reza mencium kening Naya dan mengusap dahinya
lembut, mencoba menikmati wajah istrinya yang entah
kenapa semakin terlihat cantik setelah menjadi istrinya.
Bahkan Naya tidak mengenakan riasan apapun. Memang
benar, pesona pengantin baru sangatlah luar biasa. Jika
tidak ingat Naya sedang kelelahan, maka Rezal tak ragu
lagi untuk mengajaknya mandi bersama. Mendapat
pahala bukan?
“Ayo, cepet mandi. Nanti malam kita ke rumah
Ibuk.”
Era mengangguk dan mencium bibir Rezal cepat.
Setelah itu dia berlalu masuk ke dalam kamar mandi.
Rezal sendiri masih diam mematung sambil mengusap
Viallynn - 7
bibirnya.
Sekarang Rezal tahu jika menikah itu rasanya
sangat luar biasa.

❖❖❖

Ditinggal selama dua minggu, keadaan rumah


Naya tidak banyak berubah. Justru yang terlihat berbeda
adalah tanaman yang ada di halaman. Jumlah mereka
semakin bertambah dan mulai rimbun.
Naya turun dari mobil dengan tidak sabar. Tak
lupa dia juga menunggu Ibu Rezal yang kali ini juga
ikut berkunjung. Sudahkah Naya berkata jika dia sangat
bersyukur memiliki mertua yang baik? Mulai saat ini dia
tidak akan bosan mengatakannya.
“Ibuk?” Panggil Naya mulai memasuki rumah.
Terlihat wanita paruh baya keluar dari kamar dan
terkejut melihat kedatangannya anaknya.
“Naya!” ucapIbu Naya memeluk anaknyaerat. “Ibuk
kangen.” Bahkan ada air mata yang keluar dari matanya.
Tentu saja dia terharu, Naya adalah satu-satunya anak
yang dia miliki.
“Ibuk,” sapa Rezal mencium tangan mertuanya.
“Kalian kok nggak kabarin Ibuk kalau udah
pulang?”

8 - Untouchable Man: Special Edition


“Saya juga nggak tau kalau mereka pulang hari ini.
Anak-anak emang jail, mau bikin kejutan.” Cerita Ibu
Rezal.
“Ya udah, ayo duduk semuanya. Ibuk bikinin
minum dulu.”
“Aku bantu,” ucap Naya mengikuti ibunya masuk
ke dalam dapur.
Selama membuat minum, Ibu Naya tak henti
melirik anaknya. Sesekali dia tersenyum melihat Naya
yang tampak fokus membantunya.
“Cuma dua minggu tapi kamu udah ada
perubahan.”
Alis Naya terangkat mendengar itu. “Maksud
Ibuk?”
“Gimana jadi istri? Enak?” tanyanya.
Naya terkekeh dan mengangguk mantap. “Enak,
Buk. Bedanya kalo sekarang nggak bisa mikirin diri
sendiri. Ada Mas Rezal yang juga harus dipikirin.”
“Bagus kalau kamu ngerti. Pernikahan itu sebuah
komitmen. Sekarang bukan lagi soal kamu, tapi juga
Rezal. Ibarat kata kalian itu udah sepaket. Apapun yang
kamu lakukan pasti ada nama Rezal di belakangnya
begitu juga Rezal. Makanya harus saling jaga sikap dalam
hubungan. Jangan sampe kayak ibuk.”

Viallynn - 9
Naya mengelus bahu ibunya lembut. “Aku ngerti
kok, Buk. aku janji akan jaga hubungan aku sama Mas
Rezal.”
“Ibuk sayang sama kamu, Nay.”
“Aku juga.” Naya memeluk ibunya erat. Mulai
dari sekarang bukan hanya ucapan ibunya yang harus
dia patuhi, tapi juga suaminya. Selama itu untuk
kebaikannya, Naya akan berusaha sebaik mungkin.
“Ya udah. Sana, kasih kopinya ke suami kamu.”
Naya mengangguk dan berlalu ke ruang tengah di
mana suami dan mertuanya berada. Setelah meletakkan
minuman, Naya ikut bergabung dengan mereka.
Malam yang dingin tidak mengganggu mereka saat
ini. Justru keadaan di sekitar mereka berubah hangat
dengan adanya komunikasi yang akrab. Rezal dan Naya
hanya bisa menjadi penonton. Mereka sangat bahagia
melihat kedekatan antar dua keluarga itu. Bahkan
masalah yang pernah menimpa mereka dulu seolah
tidak pernah ada.
“Aku bahagia, Mas.” Naya bersandar di bahu Rezal.
“Aku juga.”
Waktu dua jam terasa seperti satu menit. Setelah
asik mengobrol, tidak terasa jam sudah menunjukkan
pukul sembilan malam. Dengan berat hati, mereka
harus berpamitan. Sebagai seorang istri, Naya akan ikut
10 - Untouchable Man: Special Edition
suaminya. Dia tidak bisa lagi tinggal di rumah ini. Itu
juga yang membuatnya sedih. Naya harus meninggalkan
ibunya sendiri.
“Kamu nggak papa?” tanya Rezal khawatir saat
Naya mendadak diam.
“Nggak papa, kok.” Naya menggeleng sambil
mengambil beberapa oleh-oleh yang dia siapkan untuk
ibunya.
“Kamu mau nginep di sini?” tanya Rezal yang peka
dengan apa yang istrinya rasakan.
“Ha?” Naya terkejut.
“Kamu mau nginep malam ini? Masih kangen ibuk,
kan?” Tawar Rezal.
“Nggak papa, Mas?” tanya Naya hati-hati.
“Nggak masalah. Besok hari minggu, aku masih
libur. Kita temenin Ibuk dulu.”
Perlahan Naya tersenyum lebar. Dia memeluk
Rezal sebentar sebelum kembali masuk untuk menemui
Ibunya.

❖❖❖

Keadaan kamar yang gelap tidak kunjung membuat


mata Naya terpejam. Dia semakin masuk ke dalam
pelukan suaminya untuk mendapatkan kenyamanan,

Viallynn - 11
berharap jika rasa kantuknya akan segera datang.
“Tidur, Nay.” Rezal bergumam pelan.
“Maaf ya, Mas. Ranjangnya sempit.” Naya terkekeh
geli. Tempat tidurnya memang muat untuk dua orang
tapi itu juga berdempetan, apalagi dengan tubuh besar
Rezal. Sepertinya pria itu sedikit tidak nyaman.
“Nggak masalah. Nanti aku belikan ranjang baru
buat kamarmu.”
Naya kembali terkekeh dan semakin erat memeluk
pinggang suaminya. “Buat apa ranjang baru?”
“Buat kita tidur, Nay. Biar enak nanti.”
“Enak ngapain?” tanya Naya jahil.
Tanpa banyak bicara, Rezal mulai merubah
posisinya. Naya sendiri menutup mulutnya agar tidak
memekik. Dia tidak ingin mengeluarkan suara aneh
yang akan membuat ibunya curiga.
“Belum ngantuk kan? Kita main dulu kalau gitu.”
Naya hanya bisa pasrah. Ini adalah salah satu
perbedaan pada diri Rezal setelah menikah. Pria itu
sangat mengaguminya. Bukan percaya diri, tapi itu benar
adanya.

❖❖❖

12 - Untouchable Man: Special Edition


Mengenang Masa Lalu

S uaralangkah sepatu yang terdengar tegas mulai


memasuki
melirik jam tangannya
ruangan
yangdepartemen humas. pukul
masih menunjukkan Rezal

setengah tujuh pagi. Meskipun masih pagi, tapi sudah


banyak karyawan yang datang.
“Selamat pagi,” sapa Rezal yang membuat semua
orang terkejut.
“Loh, udah balik, Pak?” tanya Raga bingung.
“Asli! Wajahnya makin cerah sekarang,” ucap Jedi
dengan nada menggoda.
“Ya cerah lah, Jed. Kan habis bulan madu.” Kali ini
Fira yang berbicara.

Viallynn - 13
Arman terkekeh, “Udah dong, guys. Kalian nggak
liat itu wajahnya Pak Rezal udah merah. Pasti malu
banget.”
Rezal hanya bisa pasrah saat semua orang mulai
menggodanya. Dia tidak marah, dia hanya malu. Apalagi
jika pembahasan sudah menjurus ke arah yang lebih
sensitif. Apa yang bisa Rezal katakan?
“Oleh-oleh mana, Pak?” tanya Jedi mengulurkan
tangannya.
“Saya nggak minta oleh-oleh, Pak. Saya cuma minta
ponakan yang lucu aja.” Fira bertepuk tangan senang.
Wajahnya tampah cerah membayangkan Rezal dan Naya
junior yang menggemaskan.
“Dih, kan baru belah duren, Fir. Loaja yang duluan,”
celetuk Arman.
“Pak, beneran nggak ada oleh-oleh?” tanya Jedi
tidak percaya.
Rezal bersandar di meja Jedi dengan tangan yang
ia masukkan ke dalam saku celana. “Ada, besok saya
bawain.”
“Kabar Naya gimana, Pak? Kok saya kangen ya?”
Pertanyaan Raga membuat Rezal menatapnya tajam.
Oh, ayo lah, Raga hanya bercanda. Sekarang semua
orang tahu jika Rezal adalah tipe pria yang mudah
cemburu.
14 - Untouchable Man: Special Edition
“Melotot dia, Ga. Ati-ati lo.” Fira bergidik ngeri.
Bukannya takut, Raga malah tertawa. Dia masih
ingat betapa tak acuhnya Rezal dulu pada Naya dan
lihatlah mereka sekarang. Semua orang di departemen
humas tentu tahu akan perjalanan kisah cinta Rezal dan
Naya, seorang manager dan anak magang. Masih sulit
dipercaya tapi memang benar begitu adanya.
“Dulu cuek banget sama Naya, eh sekarang posesif
banget.” Semua orang kembali tertawa.
Melihat keadaan yang mulai tidak kondusif, Rezal
bergegas untuk masuk ke ruangannya. Jika terlalu lama
di luar, dia bisa gila mendengar celotehan aneh para
karyawannya.
“Oh ya, nanti siang kita makan bersama,” ucap
Rezal di depan pintu ruangannya.
“Kan belum hari Jum’at, Pak?” tanya Fira bingung.
“Nggak papa, nanti kita ke restoran saya.”
“Tapi saya mau makan siang sama Astrid, Pak.”
Raga berucap sedih.
Alis Rezal terangkat mendengar itu. “Ajak Astrid
juga kalau gitu.” Lanjutnya dan berlalu masuk ke dalam
ruangan.
Rezal memang sudah membuat janji dengan
ibunya untuk makan bersama di restoran nanti, bersama

Viallynn - 15
Naya juga. Rezal hanya ingin bernostalgia dan Naya pasti
juga akan senang.

❖❖❖

Naya keluar dari aula setelah selesai mengikuti


kuliah tamu. Hari ini mata kuliahnya hanya satu, yaitu
di pagi hari dan itu pun digunakan untuk kuliah tamu.
Sambil mengeratkan almamaternya, Naya
menunggu di depan lift sambil memainkan ponselnya.
Jika tidak ada keperluan lain, dia memilih untuk pulang
sekarang. Setelah memastikan tidak ada kegiatan dengan
teman-temannya, Naya memasukkan kembali ponselnya
ke dalam saku almamater.
Belum ada satu menit, ponselnya kembali berbunyi.
Kali ini ibu mertuanya yang menghubunginya. Ada apa?
“Halo, Assalamualaikum, Ma.”
“Halo, Waalaikumsalam, Nak. Gimana? Udah
selesai belum kelasnya?”
Naya masuk ke dalam lift dengan ponsel di
telinganya. “Udah kok, Ma. Ini mau pulang? Ada apa?”
“Bagus! Ini Mama udah di depan fakultasmu. Cepet
keluar ya.”
“Loh ngapain, Ma?” tanya Naya bingung. Dia
juga sedikit panik saat mendengar ibu mertuanya

16 - Untouchable Man: Special Edition


yang menjemputnya. Naya memang tidak membawa
motornya hari ini, Rezal mengantarnya tadi pagi.
“Temenin Mama ke salon, ya?”
Naya menghela napas lega. Dia pikir terjadi sesuatu.
“Iya, ini aku udah mau keluar, Ma.”
“Oke, Mama tunggu. Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.” Naya dengan cepat mematikan
panggilannya dan bergegas keluar gedung. Dia tidak
ingin membuat ibu mertuanya menunggu.

❖❖❖

Naya menatap bangunan di depannya dengan


wajah pias. Dia pikir Ibu Rezal mengajaknya ke salon
untuk potong rambut, tapi ternyata yang wanita itu
maksud adalah klinik kecantikan. Bukan, bukan itu yang
membuat Naya resah, tapi klinik itu adalah klinik milik
Rana, wanita yang pernah hampir dijodohkan dengan
Rezal.
“Mama mau perawatan?” tanya Naya sambil
menggaruk lengannya gelisah.
“Iya, sekalian mau daftarin kamu jadi member.”
Naya menaikkan sebelah alisnya bingung. “Aku
udah pakai skincare kok, Ma. Nggak perlu perawatan
lain lagi.”

Viallynn - 17
“Eh, nggak boleh! Buat apa uang Rezal kalau nggak
dibuat seneng-seneng,” ucapnya yang langsung menarik
lengan Naya untuk masuk ke dalam klinik.
Naya hanya bisa menurut dengan wajah bodohnya.
Bagaimana bisa Ibu Rezal mengajarinya untuk
menghabiskan uang anaknya sendiri? Benar-benar
mertua idaman.
“Klinik ini punya anaknya teman Mama.” Cerita
Ibu Rezal.
Naya mengangguk mengerti. “Punya Tante Rana
kan, Ma? Aku kenal sama dia.”
“Kamu kenal Rana?” tanya Ibu Rezal terkejut.
“Kenal, Ma. Dulu Tante Rana pernah pakai jasaku
buat foto katalog produk,” jelas Naya.
“Eh, serius? Pinter banget sih menantu Mama,”
ucapnya bangga.
Rasa sayang Ibu Rezal pada Naya memang benar
adanya. Wanita itu sangat menyayangi para menantunya.
Entah kenapa dia bersyukur akan pilihan anak-anaknya
yang juga dia sukai. Sebenarnya Ibu Rezal adalah tipe
pemilih. Dia tidak suka menjodohkan anak-anaknya.
Namun untuk Rezal adalah kasus yang berbeda. Pria itu
sudah terlalu lama sendiri dan menutup diri, terpaksa
akhirnya dia yang turun tangan. Meskipun begitu, tidak
ada satupun wanita yang berhasil menarik perhatian

18 - Untouchable Man: Special Edition


Rezal. Justru pria itu malah jatuh hati pada pesona gadis
muda yang polos seperti Naya.
“Tante Rika?” panggil seseorang yang membuat
Naya menoleh.
Rana, wanita itu yang memanggil Ibu mertuanya.
Ini kedua kalinya Naya bertemu dengan Rana. Ibu Rezal
memang mengundang Rana untuk datang ke acara
resepsi pernikahan, tapi sepertinya wanita itu tidak
datang kemarin.
“Loh, kamu Naya kan?” tanya Rana terkejut.
“Iya, Tan.” Naya hanya bisa tersenyum canggung.
“Kok bisa sama Tante Rika?”
Naya menatap mertuanya meminta bantuan.
Bukan tidak ingin menjawabnya sendiri, tapi ada sedikit
rasa tidak enak di hati Naya.
“Kan Naya menantu Tante, Rana. Kamu sih kemarin
nggak dateng jadi nggak tau deh istrinya Rezal.”
Benar dugaan Naya. Rana sangat terkejut
mendengar fakta itu. Wanita itu memang tahu jika istri
Rezal bernama Naya, tapi dia tidak menyangka jika Naya
yang dimaksud adalah Naya teman keponakannya.
“Jadi kamu, Nay?” tanya Rana masih terkejut. Naya
hanya mengangguk dan tersenyum.

Viallynn - 19
“Aku nggak nyangka loh. Dunia sempit banget ya?
Aku pikir kamu dulu gebetannya Rama.”
Kening Ibu Rezal berkerut mendengar itu. “Siapa
Rama?”
“Temen kampus aku, Ma. Keponakannya Tante
Rana juga. Rama itu yang promosiin aku ke Tante Rana
buat jasa foto katalog produk,” jelas Naya cepat. Dia tidak
ingin ada salah paham di sini.
“Oh, Mama pikir siapa.” Ibu Rezal bernapas lega.
Meskipun sudah menikah, tapi wanita itu masih takut
jika Naya akan berpaling. Bukannya tidak percaya pada
anaknya, hanya saja kejadian masa lalu benar-benar
membuatnya trauma.
“Tante mau perawatan?” tanya Rana semangat.
Bersyukur Naya melihat senyum itu, ternyata Rana
tidak bersikap sinis. Pikiran Naya terbang terlalu jauh.
Seharusnya dia tahu jika Rana memanglah wanita yang
dewasa dan bijaksana.
Dan sekarang Naya bingung. Kenapa di antara
banyaknya wanita cantik dan elegan itu Rezal malah
memilihnya? Dia sangat bersyukur akan hal itu.
“Iya, Tante mau perawatan, sekalian ini sama
menantu Tante,” ucap Ibu Rezal semangat.
“Ya udah, kalau gitu ayo kita masuk. Khusus Tante
Rika sama Naya, saya yang tanganin.”
20 - Untouchable Man: Special Edition
❖❖❖

Pukul 11 siang, Naya dan Ibu Rezal sudah selesai


dengan rangkaian perawatan kulit di klinik kecantikan
milik Rana. Bagi Naya, ini adalah kali pertama dia
melakukan ini. Bukannya tidak mampu, tapi dia masih
memiliki banyak keperluan yang harus didahulukan.
Namun sepertinya tidak lagi untuk sekarang. Ibu
mertuanya adalah tipe wanita sosialita, mau tidak mau
Naya juga ikut merasakan dampaknya.
“Kita makan dulu ya, Nay.” Ajak Ibu Rezal.
“Makan di mana, Ma?” tanya Naya masuk ke dalam
mobil.
“Tadi Rezal telepon mau makan di restoran sama
anak-anak humas. Kita samperin aja ya?”
Mata Naya berubah cerah. “Ayo, Ma!” ucapnya
semangat. Tentu saja dia senang karena bisa bertemu
lagi dengan para seniornya saat magang dulu.
Lima belas menit perjalanan, mereka sampai di
depan restoran Sunda milik keluarga Mahesa. Naya
baru tahu jika restoran ini bukanlah satu-satunya. Saat
bulan madu kemarin, Rezal bercerita banyak tentang
keluarganya, termasuk dengan 18 cabang restoran Sunda
yang tersebar di kota besar di Indonesia.
Seperti biasa, jika ada kegiatan makan bersama
dengan karyawan humas, mereka selalu berada

Viallynn - 21
di ruangan VIP. Definisi jalur orang dalam yang
sesungguhnya.
“Selamat siang!” sapa Naya masuk ke dalam
ruangan. Senyuman lebar menghiasi wajahnya.
“Naya! Kangen banget!” ucap Fira yang langsung
memeluk Naya erat.
“Aduh, pengantin baru makin bening wajahnya,”
goda Astrid.
“Kalau bahagia gini kan gue jadi rela lepasin lo buat
Pak Rezal.” Kali ini Jedi yang berbicara.
Naya hanya terkekeh dan menghampiri Rezal yang
duduk di kursi paling ujung. Pria itu memilih diam
dan mengamati interaksi para karyawannya. Sesekali
dia juga tersenyum mendengar candaan yang cukup
menggelikan.
“Mas,” sapa Naya mencium tangan Rezal.
“Manis banget, sih! Yang, nanti kalo udah nikah
kamu cium tangan aku juga ya,” ucap Raga pada Astrid.
“Gampang itu, Ga. Tinggal nikahnya aja kapan?”
goda Ibu Rezal.
“Bulan depan,” jawab Raga mantap.
Astrid terdiam mendengar itu. Dia tidak tahu Raga
serius dengan ucapannya atau tidak.
“Serius?” tanya Naya terkejut.

22 - Untouchable Man: Special Edition


“Kamu serius, Yang?” tanya Astrid ikut bingung.
“Iya, aku udah nggak sabar nikah. Liat Pak Rezal
sama Naya yang gemes kayak gini jadi iri,” ucap Raga.
Rezal terkekeh mendengar itu. “Siapin cuti jauh
jauh hari kalau gitu, Ga.”
“Siap, Pak. Nanti amplopnya yang tebel ya,” ucap
Raga. “Dan buat kalian, jangan lupa taruhannya.” Raga
menatap teman-temannya lekat.
“Dih, dosa lo.” Jedi mencibir.
“Udah-udah ayo dimakan nanti dingin.” Perintah
Ibu Rezal yang sudah kelaparan.
Nayadudukdi samping Rezaldanmulai mengambil
piring. Dia mengambil nasi dan memberikan piring itu
pada Rezal.
“Lauknya apa?” tanya Naya pelan, tidak ingin
menarik perhatian banyak orang.
“Ayam aja,” ucap Rezal.
“Lalapan?” tanya Naya lagi.
“Boleh.”
Naya dengan sigap mengambil makanan pilihan
suaminya. Sebenarnya Rezal tidak pernah meminta
Naya untuk melayaninya seperti ini. Dia bukan tipe
orang yang selalu ingin dimanjakan oleh pasangan.
Namun Naya berbeda, wanita itu melakukan semuanya

Viallynn - 23
dengan inisiatifnya sendiri. Mungkin ini adalah salah
satu pesan dari Ibunya. Kejadian masa lalu benar
benar sangat mempengaruhi. Meskipun begitu, tanpa
peristiwa masa lalu pun, Rezal tidak pernah berpikir
untuk meninggalkan Naya. Hanya gadis itu yang sabar
dan mengerti dirinya.
“Mau makan apa?” Kali ini Rezal yang bertanya.
Naya berpikir sambil menatap banyaknya jenis
makanan di depannya. “Mau udang aja.”
Belum sempat Naya mengambilnya, Rezal sudah
lebih dulu melakukannya. Dia memang bukan tipe
pria yang romantis, tapi dia tahu bagaimana caranya
untuk memanjakan istri, meskipun dengan cara yang
sederhana sekalipun.
“Jangan banyak-banyak, Mas.” Naya mencoba
menolak saat Rezal meletakkan udang besar yang kelima
di piringnya.
“Makan yang banyak,” jawabnya singkat.
“Duh, sumpah ya! Dunia berasa milik berdua.” Raga
kembali menggoda Naya dan Rezal. “Fix, bulan depan
gue nikah. Nggak bisa gue liat yang gemes-gemes kayak
gini.”
Rezal hanya bisa menggelengkan kepalanya dan
tersenyum tipis. Lagi-lagi godaan karyawannya hanya dia
tanggapi dengan santai. Berbeda dengan Naya. Wanita

24 - Untouchable Man: Special Edition


itu menunduk dengan malu. Naya mulai memakan
nasinya lahap berusaha untuk menutupi senyuman yang
ingin dia keluarkan.
Ada lagi perbedaan padadiri Nayadan Rezal setelah
menikah. Naya tidak lagi seagresif dulu, tapi Rezal
berubah menjadi sebaliknya. Sifatcueknyadulu perlahan
mulai menghilang. Apalagi jika hanya berdua dengan
Naya, seperti kata Raga, dunia seperti milik berdua.

❖❖❖

Viallynn - 25
Kado Istimewa

i hari Rabu pagi, ketika matahari belum muncul


D dengan sempurna, Rezal sudah berada di taman
komplek untuk berolah raga. Dia hanya sendiri dan
meninggalkan Naya yang masih tertidur. Ini kali pertama
Rezal kembali berolah raga setelah menikah. Dia sudah
mulai terlena akan kehidupan rumah tangga yang
menyenangkan sehingga lupa akan segalanya.
“Mas Rezal kok olahraga sendiri?” tanya salah satu
wanita yang Rezal ingat sebagai tetangganya. “Mana
istrinya, Mas?”
“Masih tidur,” jawab Rezal dengan senyuman tipis.

26 - Untouchable Man: Special Edition


“Pasti kecapekan ya?” Kali ini ibu dari wanita itu
yang berbicara. Rezal hanya bisa tersenyum tipis. Tidak
berniat menjawab pertanyaan yang sering dia dapatkan
setelah menikah.
“Tante jarang liat istri kamu keluar rumah, Zal?
Kenapa?”
Rezal mengumpat dalam hati. Dia pikir dengan
tidak menjawab, kedua wanita itu akan pergi, tapi
ternyata tidak. Bukannya tidak sopan, tapi Rezal sedikit
sensitif dengan ibu-ibu rumpi. Dia juga tidak lupa
jika wanita di depannya adalah salah satu orang yang
membicarakannya saat gagal menikah dulu.
“Istri saya masih kuliah, Bu. Jadi dia sering habisin
waktu di kampus sama di rumah,” jawab Rezal pada
akhirnya. Dia berdoa jika ini akan menjadi pertanyaan
terakhir.
“Oh, udah kuliah ternyata. Tante kira masih SMA.”
Tanpa rasa bersalah wanita itu tertawa.
Rezal menghentikan kegiatannya dan menatap
wanita paruh baya itu tidak percaya. Masih SMA
katanya? Sulit dipercaya. Jika benar pun, dia pasti sudah
gila karena menikahi gadis SMA.
“Udah semester atas kok, Bu. Habis ini juga lulus.”
Rezal merenggangkan tubuhnya. “Kalau gitu saya lanjut

Viallynn - 27
lari ya. Permisi.”
Rezal memilih untuk pergi. Dia bisa gila jika
terus bersama dengan tetangga rumpi yang berusaha
mengorek informasi. Memang selama ini Rezal menutup
telinga akan omongan tetangga tentang masa lalunya
yang kelam. Namun sekarang jika sudah menyangkut
istrinya, Rezal harus memberi sedikit ketegasan.
Tak terasa, kaki Rezal membawanya ke sebuah
rumah yang terlihat baru selesai di bangun. Rumah itu
terlihat kokoh dengan desain yang berbeda dari rumah
lainnya. Hanya tinggal melakukan proses pengecatan
dan menyelesaikan sentuhan akhir, maka semuanya
akan terlihat sempurna.
Rezal tersenyum dan mulai masuk ke dalam rumah.
Di sana sudah ada beberapa tukang yang tampak baru
bangun tidur.
“Eh, Pak Rezal. Pagi banget Pak datengnya?” tanya
salah satu tukang yang sudah terbangun sempurna.
“Kebetulan lewat, jadi saya sekalian mampir.” Rezal
menyentuh pilar besar di sampingnya. “Gimana? Aman
semua?”
“Aman, Pak. Ini tinggal cat sama bersihin lantai.”
Rezal mengangguk dan mulai melihat ke sekitar.
Ya, rumah ini adalah rumahnya bersama Naya nanti.
Dia memang belum membicarakan ini pada Naya. Rezal

28 - Untouchable Man: Special Edition


ingin memberikan kejutan. Sengaja Rezal memilih
rumah yang tidak jauh dari rumah orang tuanya. Itu
memang permintaan Ibunya. Wanita itu masih belum
bisa terbebas dari bayang-bayang masa lalu.
“Kapan rencananya pindah, Pak? Biar sekalian saya
bantu atur barang,” ucap salah satu tukang di belakang
Rezal.
“Belum tau.” Rezal berjalan semakin dalam untuk
masuk ke halaman belakang. “Kalian punya temen
tukang kebun? Boleh saya minta kontaknya? Saya mau
buat taman kecil di sini.”
“Ada, Pak. Nanti saya hubungi temen saya.”
Rezal mengangguk dan kembali ke pintu utama.
“Hubungin saya kalau perlu sesuatu. Saya pulang dulu.”
“Iya, Pak.”
Rezal keluar dari rumah dan menatap langit
yang mulai terang. Dia harus segera pulang agar tidak
terlambat untuk pergi ke kantor.
Sesampainya di rumah, Rezal langsung menuju
kamarnya. Keadaan kamar masih gelap dan Rezal yakin
jika Naya masih tidur. Satu lagi kebiasaan Naya yang dia
tahu setelah menikah. Wanita itu suka dan mudah sekali
untuk tidur.
Dengan tubuh yang sedikit basah karena keringat,
Rezal beringsut untuk berbaring di samping istrinya.
Viallynn - 29
Dengan jahil dia memeluk Naya erat, membuat wanita
itu mulai mengerang kesal.
“Kamu kelas jam berapa hari ini?” bisik Rezal
mencium rambut Naya.
Dengan mata yang terpejam Naya menjawab. “Jam
11 siang, tapi kosong. Dosennya ada seminar jadi cuma
dikasih tugas.”
“Jadi di rumah aja nanti?” tanya Rezal lagi.
“Iya, mau ngerjain tugas aja.” Naya masih bertahan
dengan mata yang terpejam.
“Bangun, Nay. Udah pagi.”
Naya kembali mengerang dan semakin masuk
ke dalam pelukan suaminya. Namun alisnya langsung
bertaut saat merasakan pipinya basah.
“Mas Rezal habis olah raga ya?” tanya Naya
menjauhkan kepalanya kesal.
“Iya.” Rezal terkekeh dan menarik Naya untuk
kembali masuk ke pelukannya.
“Pantes kecut.” Naya merenggangkan tubuhnya
sebentar. “Tapi seger,” lanjutnya kembali memeluk Rezal.
Rezal tersenyum dan balas memeluk Naya erat.
Tanpa melihat pun Rezal tahu jika Naya kembali tertidur.
Dengan sekali lirik, Rezal berusaha memastikan. Benar
bukan? Wanita itu kembali tertidur.

30 - Untouchable Man: Special Edition


“Bangun, Nay. Aku mau mandi.”
Naya mengerang dan semakin memeluk Rezal erat.
“Besok-besok ajak aku ya kalo mau olah raga.”
“Kenapa?” tanya Rezal bingung.
“Mau jagain Mas Rezal biar nggak digodain ibu-ibu
komplek.”
Rezal terkekeh dan menatap wajah Naya yang
polos. Dalam keadaan mata terpejam pun wanita itu
masih bisa marah. Benar-benar menggemaskan.
“Oh iya, Mas. Besok Sabtu Ibuk mau ke Jogja.” Kali
ini Naya membuka matanya lebar. Dia teringat dengan
niat ibunya yang ingin mengunjungi kampung halaman
untuk menemui saudaranya.
“Jogja? Berapa hari?” tanya Rezal mulai bangkit
dari kasur. Dia melepas kaos yang dia pakai dan duduk
di meja rias. Rezal butuh udara untuk mengeringkan
tubuhnya dari keringat sebelum mandi.
“Belum tau berapa hari, tapi yang pasti hari Sabtu
ibuk berangkat.” Jelas Naya mulai duduk di kasur.
Tangannya meraih jedai dan menggulung rambutnya
asal.
“Naik apa?” tanya Rezal sambil membuka tirai
jendela, membiarkan cahaya matahari memasuki
kamarnya.

Viallynn - 31
“Kereta kayanya.”
“Nanti aku pesenin tiket pesawat,” ucap Rezal tiba
tiba.
“Nggak usah, Mas.” Naya menggeleng cepat.
“Kasian ibuk kalau naik kereta, nanti capek di jalan.
Kalau naik pesawat kan cepet.”
Perlahan Naya mengangguk. Dia memilih untuk
menurut. Toh benar kata Rezal, itu semua demi kebaikan
Ibunya. Naya bersyukur jika Rezal juga memperhatikan
Ibunya. Benar-benar menantu idaman.
“Ya udah, nanti kita beli oleh-oleh buat dibawa
Ibuk ke Jogja.”
Naya kembali menggeleng. “Nggak usah repot
repot, Mas.”
“Nggak repot kalau buat keluarga sendiri.” Rezal
mengecup bibir Naya cepat sebelum akhirnya masuk ke
dalam kamar mandi. Dia harus segera bersiap agar tidak
terlambat pergi ke kantor.
Melihat Rezal yang masuk ke dalam kamar mandi,
Naya kembali menghempaskan tubuhnya di atas
kasur. Mata kantuknya menatap langit kamar dengan
pandangan menerawang. Perlahan rasa kantuk kembali
menghampirinya. Naya menggeleng keras berusaha
untuk tetap terjaga. Dia memang sedikit lelah karena
ber-olahraga dengan Rezal semalam, tapi itu bukan
32 - Untouchable Man: Special Edition
alasan untuknya bermalas-malasan.
Ingat, Naya tinggal bersama orang tua Rezal
sekarang. Meskipun wanita itu menyayanginya, tapi
Naya tetap harus memberikan kesan positif agar cap
menantu idaman tidak luntur dari namanya.

❖❖❖

Seperti apa yang dikatakan Rezal tadi pagi, mereka


akan membeli sedikit oleh-oleh untuk keluarga Naya
di Jogja. Di sini lah mereka sekarang, di sebuah pusat
perbelanjaan yang cukup ternama. Kali ini Rezal juga
mengajak ibu Naya langsung, hitung-hitung memberi
sedikit perhatian kepada mertuanya yang saat ini hanya
tinggal sendiri.
“Ibuk nggak mau ini?” tanya Rezal menunjuk baju
gamis yang tampak menarik perhatiannya.
“Nggak usah, Nak. Ini aja udah cukup.” Ibu Naya
menggeleng sambil menunjukkan beberapa kantong
belanjaan di tangannya.
“Ibuk cantik kalo pake ini.” Kali ini Naya yang
berbicara.
“Nggak usah, Nay. Baju Ibuk masih banyak yang
bagus, kok.”
Rezal masih diam sambil memperhatikan pakaian
di depannya. “Ibuk ukurannya apa, Nay?” tanya Rezal

Viallynn - 33
pada istrinya.
“XXL, Mas.”
“Oke, sekalian aku mau beli buat Mama.” Tanpa
menunggu jawaban Naya dan Ibunya, pria itu mulai
memanggil pegawai yang berjaga.
“Nggak usah, Zal.” Ibu Naya kembali menolak.
“Nggak papa, Buk. Duit Mas Rezal banyak. Jangan
sedih.” Naya terkekeh geli.
Pukulan keras mendarat di kepala Naya, “Kamu itu
ya! Dasar matre.”
Rezal terkekeh dan mengelus kepala istrinya yang
dipukul oleh Ibunya. “Nggak masalah, Buk. Naya sama
Ibuk kan udah jadi keluarga saya sekarang.”
“Tuh, denger. So sweet kan Mas Rezal.” Naya
memeluk pinggang suaminya erat.
Ibu Naya hanya bisa mendengkus. Namun
kekesalan itu tidak bertahan lama. Dari belakang dia
tersenyum melihat interaksi Rezal dan Naya di meja
kasir. Dia bersyukur jika Naya bisa mendapatkan pria
yang bertanggung jawab seperti Rezal. Meskipun sedikit
kaku tapi menantunya itu sangat menghormatinya. Dia
juga bersyukur jika Rezal mau berdamai dengan masa
lalu dan tetap memilih Naya untuk menjadi pendamping
hidup.

34 - Untouchable Man: Special Edition


“Habis ini ke mana?” tanya Naya keluar dari toko.
“Mau ke toko perabotan?” Tawar Rezal pada Naya.
“Buat apa?” tanya Naya bingung.
Rezal tersenyum misterius. “Liat-liat aja, siapa tau
ada yang kamu suka.”
“Ayo, deh. Sekalian Ibuk mau liat alat masak,” ucap
Ibu Naya.
Di dalam toko perabotan, justru Rezal yang terlihat
semangat di sini. Pria itu tidak lelah berjalan ke sana-ke
mari untuk melihat beberapa barang yang dia sukai.
“Ini bagus nggak, Nay?” tanya Rezal menduduki
sofa yang menarik perhatiannya sedari tadi.
“Bagus, sih. Empuk juga, tapi buat apa, Mas?” tanya
Naya bingung.
“Kamu suka warna apa? Abu-abu atau coklat?”
Rezal mengabaikan pertanyaan Naya dan fokus pada
kegiatannya.
“Aku suka abu muda, lebih estetik aja.”
“Bener juga,” gumam Rezal. Sepertinya seleranya
sama seperti Naya. Dia ingin rumah yang didominasi
warna putih, abu-abu, dan hitam. Warna itu akan
membuat rumahnya terlihat lebih luas dan elegan.
“Kalau karpetnya?” tanya Rezal lagi.
“Buat apa, Nak?” tanya Ibu Naya ikut bingung.

Viallynn - 35
Rezal menatap Ibu mertuanya dengan senyuman
tipis. “Saya udah bangun rumah buat Naya, Buk.”
“Apa?!” Kali ini bukan hanya Naya yang terkejut,
melainkan Ibunya juga.
“Kamu serius, Mas? Kok nggak bilang?” tanya Naya
dengan mata yang membulat.
“Maaf, sengaja buat kado ulang tahun kamu.” Rezal
tersenyum manis, senyum yang hanya muncul di depan
istri dan keluarganya.
“Ulang tahun?” tanya Naya bingung.
Pukulan keras kembali mendarat di kepala Naya.
“Kamu kan ulang tahun besok, Nay. Kok lupa sih?”
“Besok tanggal berapa?” tanya Naya bingung.
“Tanggal 27, Sayang.” Rezal kembali mengelus
kepala Naya yang dipukul Ibunya.
Naya menatap Rezal dengan mata yang membulat.
“Serius, Mas? Kado buat aku?”
Rezal mengangguk, “Besok kita liat rumahnya.”
Rezal beralih pada Ibu Naya. “Besok Ibuk juga harus liat
sebelum berangkat ke Jogja.”
“Mama Rika gimana, Mas? Nggak papa?” tanya
Naya ketika ingat dengan ibu mertuanya. Dia tidak lupa
dengan Ibu Rezal yang cukup protektif pada anaknya.
Naya pikir, wanita itu lebih setuju untuk tinggal bersama

36 - Untouchable Man: Special Edition


dari pada terpisah.
“Justru ini ide Mama. Ya meskipun masih satu
perumahan tapi kita juga harus belajar hidup mandiri,
kan?”
Mata Ibu Naya memanas mendengar itu. Dia
sekarang tahu jika kehidupan anaknya jauh lebih bahagia
saat ini. Naya sekarang memiliki seseorang yang benar
benar menyayangi dan mencintainya. Sebagai seorang
Ibu, tentu dia sangat berterima kasih pada Rezal karena
pria itu sudah berusaha membuat anaknya bahagia.
“Makasih ya, Nak Rezal. Ibuk nggak tau harus
bilang apa lagi. Makasih udah bahagiain anak Ibuk.”
“Udah tugas saya sebagai suami, Buk. Lagipula
Naya juga memberikan kebahagiaan yang sama buat
keluarga saya.”
Naya meremas tangannya gemas. Dia menatap
suaminya dengan pandangan terharu, senang, dan
mendamba. Jika tidak berada di tempat umum, mungkin
sekarang mereka sudah berpelukan erat sampai tak ingin
terpisah.
“Ya udah, sekarang kamu pilih barang penting dulu.
Mulai dari sofa, tempat tidur, lampu, sama peralatan
dapur. Barang lain bisa beli pelan-pelan nanti.”
MendengarituNayadengansigapmulai berkeliling,
ditemani ibunya juga. Bahkan kaki mereka tidak merasa

Viallynn - 37
lelah sama sekali.
Rezal hanya bisa tersenyum di belakang mereka.
Dia senang jika bisa memanjakan Naya. Sebenarnya
sudah dari dulu Rezal ingin memanjakan Naya seperti
ini, bahkan saat sebelum mereka menikah. Namun Naya
adalah wanita yang unik, dia pasti akan menolak semua
pemberiannya.
Selain itu, Rezal juga ingat akan ucapan Ibunya
saat sebelum akad nikah dilakukan.
“Jaga Naya, Zal. Buat dia bahagia hidup sama kamu.
Mama nggak mau masa lalu terulang lagi. Mama udah
terlanjur sayang sama Naya. Kamu udah berani minta
dia ke orang taunya, berarti kamu juga harus berani
untuk bertanggung jawab atas hidupnya, baik lahir
maupun batin.”
Ucapan itu yang masih Rezal simpan di kepalanya.
Dia sudah berjanji pada Ibunya untuk menjaga Naya
serta membuatnya bahagia dan itu yang sedang Rezal
lakukan sekarang.

❖❖❖

38 - Untouchable Man: Special Edition


Hidup Mandiri

engan kehendak Tuhan, kehidupan seseorang bisa


D langsung berubah dalam waktu sekejap. Hal ini
terjadi pada Naya. Meski sebelum menikah dia sudah
hidup bahagia bersama Ibunya tapi setelah menikah
kebahagiaan itu menjadi berkali-kali lipat. Naya yang
memang tidak pernah merasakan kasih sayang dari
seorang pria di hidupnya sangat bersyukur dengan
kehadiran Rezal.
“Mama niatnya mau beli tanah di sebelah rumah
kita, Nay. Kosong kan ya? tapi ternyata nggak dijual sama
yang punya. Kan enak kalau kita tetanggaan,” ucap Ibu
Rezal yang duduk di kursi belakang bersama Ibu Naya.

Viallynn - 39
“Kan masih satu perumahan, Ma. Cuma beda gang
aja.” Kali ini Rezal yang berbicara dan mobil berhenti
tepat di sebuah rumah berlantai dua yang terlihat mewah
bagi Naya.
“Ini rumah kita, Mas?” tanya Naya dengan mata
yang memanas.
“Kemarin Mama maunya tiga lantai, Nay. Tapi
Rezal nggak mau. Dia lebih milih ambil dua rumah dan
digabung jadi satu dari pada tingkat ke atas.”
Ibu Naya tersenyum mendengar ucapan besannya.
Tidak heran mengingat jika mereka memang berasal
dari keluarga yang berada. Berbeda dengan dirinya yang
hidup sederhana namun berkecukupan.
“Ayo, keluar.” Ajak Rezal dan semua orang mulai
keluar dari mobil.
Dari jauh, Naya bisa melihat Fadil, Kakak Rezal
yang berdiri di teras bersama anak dan istrinya. Naya
yakin jika rumah ini juga di-desain langsung oleh kakak
iparnya.
“Dita, Sayang.” Naya mengulurkan tangannya
untuk menggendong anak Fadil yang masih kecil, sangat
lucu dan menggemaskan.
“Mas Fadil yang desain rumah ini ya?” tanya Naya
dengan wajah yang berbinar.

40 - Untouchable Man: Special Edition


“Iya, permintaan khusus suami kamu. Hadiah
pernikahan kalian dari kita.”
Naya menatap Rezal sambil menahan senyumnya.
Dia menyenggol bahu suaminya dan menaik-turunkan
alisnya menggoda. “Mas Rezal sayang banget ya sama
aku? Sampe dikasih kejutan kayak gini?”
Rezal hanya melirik sebentar dan berlalu menuju
pintu utama. Naya tertawa melihat wajah Rezal yang
memerah. Seperti biasa, pria itu tidak akan mau
bertingkah manis di depan umum.
“Jangan goda suamimu gitu, ah.” Tegur Ibu Naya.
“Nggak papa, Buk. Rezal emang harus sering
digituin biar wajahnya nggak kaku,” ucap Ibu Rezal
terkekeh, mendukung apa yang Naya lakukan.
Naya bergegas menghampiri Rezal dengan Dita
yang masih berada di gendongannya. Sebenarnya Naya
tidak terlalu suka dengan anak kecil, tapi jika anak
kecil itu adalah keluarganya sendiri, itu pengecualian.
Sebenarnya bukan tidak suka, tapi Naya tidak tahu harus
bertingkah seperti apa di depan anak kecil.
Pintu terbuka dan Naya menatap rumahnya
dengan mulut yang terbuka. Ini di luar dugaan. Naya
tidak menyangka jika rumahnya akan seluas ini.
“Mas,” bisik Naya dengan mata yang berkaca-kaca.
“Ini berlebihan banget.”

Viallynn - 41
“Nggak ada yang berlebihan kalau buat kamu. Ayo
masuk.” Kali ini Rezal berbisik agar keluarganya tidak
bisa mendengar.
Bukan hanya Naya, bahkan Ibunya juga merasa
terharu. Lagi-lagi dia berucap syukur pada Tuhan. Dia
tidak pernah bosan untuk melakukannya. Ibu Naya akan
berdoa agar anaknya terus bahagia sampai tua nanti.
“Kan, bener saran Mama. Ini bagus kalau dikasih
tangga.” Ibu Rezal tampak semangat melihat rumah
baru anaknya. Dia berdiri di undakan tangga yang
memisahkan ruang tamu dan ruang tengah.
“Nanti kalau ada tamu, lewatnya pintu ini, Nay.
Biar kalau kalian atau anak-anak kalian mau keluar
nanti nggak perlu ketemu langsung sama tamu,” jelas
Ibu Rezal semangat.
“Ini sofa dari siapa?” tanya Rezal menunjuk sofa di
ruang tengah. Dia juga melihat lampu kristal yang tidak
pernah ia beli sebelumnya.
“Dari gue!” teriak seseorang dari pintu utama. Tak
lama, Naro dan Naomi muncul dengan cengiran khasnya.
Rezal terkejut dan menatap kakaknya meminta
penjelasan.
“Semalem Naro telepon, dia pinjem kunci rumah
buat taruh barang,” jelas Fadil.

42 - Untouchable Man: Special Edition


“Nggak perlu repot-repot, Mbak.” Naya menjadi
tidak enak.
Naomi menggeleng keras dan mulai menghampiri
Naya. “Nggak ada yang direpotin, Nay. Justru kita semua
di sini makasih sama kamu karena udah mau sabar sama
Rezal selama ini.”
“Emang gue apaan?” Rezal mencibir.
“Jangan sok deh, lo! Semua orang juga tau kalo lo
itu orang yang paling nggak bisa disentuh sama cewek,
dan cuma Naya yang berhasil.” Naro bertepuk tangan
senang. “Lo hebat, Nay!” Lanjutnya.
Nayahanyabisa tersenyum. Adasedikitkebanggaan
di hatinya mendengar itu. Namun dia juga sedih saat
ingat jika Rezal menjadi pria tak tersentuh karena ulah
ayahnya.
Mendadak Naya berpikir, apa ini karma untuk
keluarganya? Karena ulah ayahnya, Naya yang
bertanggung jawab dan berakhir menyerahkan hidupnya
pada Rezal. Jika benar, maka Naya akan menganggap
karma itu adalah karma terindah dari Tuhan.

❖❖❖

Hari Minggu, hari di mana menjadi hari bebas


untuk Rezal. Jika sebelum menikah biasanya dia
menghabiskan waktu untuk berolah raga, tapi tidak

Viallynn - 43
untuk sekarang. Ketika matahari sudah muncul
menerangi bumi, Rezal masih asik bergelung santai di
balik selimut. Keadaan kamar yang masih gelap semakin
membuatnya nyaman.
Apa yang Rezal lakukan berbanding terbalik
dengan istrinya. Naya sudah bangun sedari tadi. Bisa
dihitung dengan jari berapa kali dia bangun pagi karena
inisiatif-nya sendiri. Naya memang sudah mempunyai
rencana hari ini, yaitu mendekor rumahnya.
Naya yang termasuk wanita mandiri dan kreatif
berusaha untuk membuat rumahnya menjadi tempat
ternyaman. Di sini lah dia sekarang, di halaman belakang
rumah dengan kanvas yang cukup besar. Bahkan tinggi
kanvas bisa setengah dari tubuhnya.
Beruntung matahari pagi hari inicukup bersahabat,
sehingga Naya tidak perlu repot-repot untuk membuka
payung taman. Hitung-hitung dia juga bisa berjemur
untuk merefleksikan tubuhnya.
Sambil menggigit ujung kuas, Naya menatap
kanvas-nya dengan dahi yang berkerut. Dia sedang
berpikir untuk melukis apa sekarang. Naya memang
tidak terlalu pandai menggambar tapi jika untuk gambar
abstrak, dia masih bisa melakukannya.
Akhirnya Naya memilih warna putih, abu-abu,
dan hitam sebagai warna utama. Dia akan membuat

44 - Untouchable Man: Special Edition


lukisan abstrak dengan sentuhan warna yang sama
dengan rumahnya. Jika sudah selesai, Naya akan
menggantungnya di ruang tengah, tempat di mana dia
bersantai bersama Rezal sambil menonton film.
Saat masih asik dengan kegiatannya, Naya
dikejutkan dengan suara Rezal di belakangnya. Dia
menoleh dan mendapati suaminya tengah bersandar di
pintu kaca dengan wajah bantalnya.
“Kamu ngapain?” tanya Rezal bingung.
“Ngelukis,” jawab Naya dengan cengiran khasnya.
Rezal mendekat dan ikut melihat hasil karya
istrinya. Tidak buruk, bahkan bisa dibilang bagus. Cukup
estetik jika dipajang di rumahnya.
“Dipajang di mana?” tanya Rezal dengan tangan
yang terlipat di dada.
“Ruang tamu kalo nggak ruang tengah.”
Rezal mengangguk paham. “Buat lagi, Nay. Tapi
ukurannya yang beda-beda.”
Naya mengangguk setuju. “Niatnya gitu, aku udah
pesen kanvas baru kemarin. Kayanya nanti sore dateng.”
Alis Rezal bertaut mendengar itu. “Kok nggak
bilang? Habis berapa?”
“Nggak mahal kok.” Naya berucap takut.
“Nanti aku transfer.”

Viallynn - 45
“Nggak usah, Mas. Nggak mahal kok.” Ini yang
Naya tidak suka. Setelah menikah, Rezal berusaha untuk
memenuhi segala kebutuhannya, bahkan sekecil apapun
itu. Seperti saat ini, hanya karena kanvas, otot Rezal
mulai ikut menegang.
“Tetep aku transfer nanti. Uang kamu ditabung aja.”
Setelah mengucapkan itu, Rezal berlalu menjauh. Jika
sudah seperti ini, artinya pria itu tidak ingin dibantah.
Lagi-lagi Naya hanya bisa pasrah.
Setelah menyelesaikan lukisannya, Naya berbalik
dan melihat Rezal yang sibuk memainkan ponselnya di
pinggir kolam renang.
“Nggak mandi, Mas?” tanya Naya bingung.
“Mau berenang dulu.” Rezal meletakkan ponselnya
dan mulai melepas kaosnya. Tak lama dia sudah berada
di dalam air dan berenang ke sana-ke mari.
“Mau minum kopi atau jus?” tanya Naya dari
pinggir kolam renang.
“Kopi,” jawab Rezal singkat.
Naya mendengkus dan mencibir pelan. “Hah? Apa?
Jus jeruk? Oke,” ucap Naya dan langsung berlalu pergi.
Bukannya apa, tapi dia tidak bisa membiarkan Rezal
terus meminum kopi. Sesuatu yang berlebihan itu tidak
baik.
❖❖❖

46 - Untouchable Man: Special Edition


Tepat di malam hari, hujan deras tampak
mengguyur Ibu Kota. Semua orang memilih untuk
bersantai di rumah sebelum kembali beraktivitas esok
hari. Termasuk Rezal dan Naya malam ini. Awalnya
mereka berniat untuk makan malam di luar, tapi cuaca
tidak mendukung. Udara yang dingin membuat mereka
malas untuk keluar rumah.
“Mau nonton apa?” tanya Rezal sambil menutup
laptopnya dan mulai menyalakan televisi.
“Horror?” tanya Naya yang berada di dapur bersih,
tidak ada pembatas antara ruang tengah dan dapur
bersih.
“Nggak mau fantasi?”
Naya mendengkus. “Horror, Mas. Biar romantis.”
Rezal tanpa membantah mulai mencari film yang
sekiranya belum mereka tonton. Ada persamaan pada
dirinya dan Naya. Mereka tidak terlalu suka berada di
tempat umum. Jika disuruh memilih, Naya dan Rezal
lebih suka menonton film di rumah dari pada di bioskop.
Namanya juga pasangan halal, tentu mereka lebih
suka jika berduaan.
“Mas, tadi aku dimasukin ke grup ibu-ibu komplek
sama Tante Sonya,” ucap Naya meletakkan teh hangat
yang dia buat ke atas meja.

Viallynn - 47
“Terus?” tanya Rezal merentangkan tangan
kirinya, meminta Naya untuk duduk dan masuk ke
dalam pelukannya.
“Aku digodain, malu banget.” Naya mengusap
wajahnya yang memerah. “Apalagi aku yang paling
muda.”
Rezal terkekeh pelan. Bukan hanya Naya, tapi dia
juga merasakan hal yang sama. Bahkan tetangganya
tak ragu lagi untuk menggodanya secara langsung jika
bertatap muka.
“Biarin aja. Mereka seneng ada mangsa baru.”
“Tapi aku malu, Mas. Masa mereka tanya soal anu..
itu..” Naya memainkan tangannya gelisah.
“Apa?”
“Anu..”
“Anu apa? Bicara yang jelas.”
“Masalah malam pertama. Kan aku malu!” Naya
menyembunyikan wajahnya di lengan Rezal.
Rezal tidak bisa menahan diri. Dia tertawa sambil
meraih wajah Naya. Tangan besar Rezal menangkup
wajah istrinya yang memerah.
“Kenapa malunya baru sekarang? Bukannya dulu
kamu yang sering godain aku?” tanya Rezal bingung.

48 - Untouchable Man: Special Edition


“Beda lah, Mas. Kalo dulu Mas Rezal emang harus
digoda biar es batunya mencair,” ucap Naya menunjuk
dada Rezal dengan jari telunjuknya.
Rezal tersenyum dan meraih tangan Naya untuk
digenggamnya erat. Matanya menatap wajah istrinya
dengan pandangan teduh. Rezal sering melakukan hal
itu pada Naya saat istrinya tidur.
“Aku nggak tau gimana jadinya kalau kamu nggak
ngejar aku dulu.”
Naya menyeringai. “Ya aku nggak mungkin ada di
sini. Aku nggak mungkin ada di pelukan Mas Rezal. Bisa
aja aku lagi kencan sama pacar baru sekarang.”
Senyum Rezal luntur. “Jangan ngawur,” ucapnya
mendorong pelan wajah Naya. “Kalau pun kamu nggak
deketin aku waktu itu, pasti Tuhan punya rencana lain
supaya kita tetep sama-sama.”
“Iya, sih. Tapi kayanya tetep nggak mungkin kalo
Mas Rezal yang duluan deketin aku.” Naya berpikir
dengan dahi yang berkerut.
“Kenapa nggak mungkin?”
“Mas Rezal kan takut sama cewek. Mbak Fira aja
sampe mikir kalo Mas Rezal itu homo gara-gara trauma.”
Rezal menggeleng tidak percaya. “Makin ngawur
aja kamu.”

Viallynn - 49
“Aku hampir percaya dulu, tapi ya gimana? Udah
naksir duluan masa mundur? Ya pertahanin lah.” Naya
terkekeh mendengar ucapannya sendiri. “Dan usaha
tidak mengkhianati hasil. Aku dapetin Mas Rezal
sekarang.”
Rezal kembali menatap Naya dengan senyum yang
tertahan. Lagi-lagi wanita itu mampu membuat hatinya
menghangat. “Aku juga beruntung dapetin kamu.”
“Ih, gemes banget! Cium.” Minta Naya memajukan
bibirnya.
Tanpa ragu Rezal mengecup bibir Naya. Dulu dia
harus menahan diri untuk tidak menyentuh Naya, tapi
tidak untuk sekarang. Mereka bahkan bebas melakukan
apapaun saat ini. Ternyata berpacaran setelah menikah
jauh lebih enak dan membawa aura positif.
Selama sudah mampu secara finansial dan
kedewasaan, kenapa tidak?

❖❖❖

50 - Untouchable Man: Special Edition


Berdamai dengan Masa Lalu

C matanya
ahayakilat yang terang membuat Naya menutup
rapat.
yang membuat Takorang,
semua lamatermasuk
terdengardirinya petir
suara mulai

membaca doa dalam hati. Entah kenapa cuaca akhir


akhir ini begitu menakutkan. Naya terpaksa meneduh di
pinggir jalan saat hujan turun dengan derasnya.
Hari ini Naya memang disibukkan dengan kegiatan
kampusnya sampai malam. Ketika dia akan pulang,
ternyata Tuhan tidak mengabulkan doanya. Naya sudah
berdoaagar hujan tidak turun, tapi takdir berkata lain. Di
sini lah dia sekarang, meneduh di pinggir jalan bersama
dengan pengendara motor lainnya.

Viallynn - 51
Pada saat seperti ini Naya hanya bisa berdecak
dalam hati. Dia menyesal tidak siap sedia jas hujan di
motornya. Sudah menjadi kebiasaannya melupakan
benda penting itu.
Saat akan menghubungi Rezal pun, Naya kembali
berdecak kesal. Lagi-lagi dia mengumpati kebodohannya
sendiri. Ternyata baterai ponselnya habis. Naya tidak
bisa memberi kabar pada suaminya. Apa yang harus dia
lakukan sekarang?
Naya melirik jam tangannya yang menunjukkan
pukul sembilan malam. Sudah cukup larut untuknya
pulang ke rumah. Apa Rezal akan mencarinya? Demi
Tuhan, yang Naya khawatirkan saat ini adalah suaminya.
Diatakutjikapriaituakanmarahkarenasifatcerobohnya.
“Ini kapan redan?” gumam Naya sambil melihat
langit malam yang masih menurunkan air yang begitu
deras.
“Gue harus ngapain sekarang? Mas Rezal pasti
khawatir.”
Naya memeluk tubuhnya sendiri saat merasakan
hawa dingin yang mulai menusuk kulitnya. Dia jatuh
terduduk dengan lemas. Tidak ada yang bisa Naya
lakukan selain berdoa dan menunggu.
Dengan mata yang berat, Naya berusaha untuk
tetap terjaga. Dia membenci dirinya sendiri yang begitu

52 - Untouchable Man: Special Edition


mudah untuk merasa kantuk. Bahkan kebiasaannya itu
juga tidak melihat kondisi dan situasi.
Naya mengulurkan tangannya untuk merasakan
air hujan yang masih turun. Tidak sederas tadi tapi tetap
saja bisa membasahi tubuhnya jika nekat menerobos.
Naya melirik sekitar dan melihat sudah banyak orang
yang memilih untuk menerobos. Mendadak Naya takut
jika dia sendiri. Tanpa menunggu waktu dia melakukan
hal yang sama. Bermodalkan kardigan tipis, Naya mulai
menerjang hujan.
Beruntung keadaan jalan tidak begitu padat.
Akhirnya Naya sampai di rumah dengan keadaan basah
kuyup. Dia tidak peduli dengan keadaan tubuhnya.
Sampai di rumah dengan keadaan selamat saja ia sudah
sangat bersyukur.
Ketika melepas sepatu basahnya, Naya dikejutkan
dengan cahaya mobil yang memasuki rumah. Mata Naya
menyipit melihat itu. Mobil itu milik Rezal. Apa pria itu
baru saja pulang dari kantor? Dia pikir mobil suaminya
berada di garasi.
Saat mobil sudah terparkir sempurna, Rezal
keluar dengan tergesa. Baju santai yang pria itu pakai
membuktikan jika ia tidak kembali dari kantor. Jadi
kemana pria itu pergi?

Viallynn - 53
“Mas,” panggil Naya takut. Dia bisa melihat tatapan
tajam Rezal yang menakutkan.
“Kamu dari mana aja?” tanya Rezal cukup keras.
“Kamu nggak tau ini jam berapa?!”
“Maaf, Mas. Aku—”
“Kenapa HP-mu nggak bisa dihubungi?” tanya
Rezal lagi.
Naya menunduk takut. “Baterainya habis, Mas.”
Naya bisa mendengar Rezal menghela napas
kasar. Dia sadar jika pria di depannya itu ingin sekali
memarahinya, tapi ia lebih memilih untuk menahannya.
“Buat apa punya HP mahal kalau nggak bisa
dihubungi?”
Ucapan Rezal begitu menohok Naya. Mata wanita
itu perlahan mulai memanas dan buram. Ini pertama
kalinya dia melihat Rezal semarah ini. Naya sadar jika
dia memang keterlaluan. Dia pulang malam tanpa kabar.
Tentu Rezal khawatir, terbukti jika pria itu keluar untuk
mencarinya tadi.
“Maaf.” Hanya itu yang bisa Naya katakan. Dia
memilih untuk menunduk sedari tadi. Tidak berani
menatap Rezal secara langsung yang akan semakin
membuatnya ingin menangis.
“Masuk,” ucap Rezal pada akhirnya.
Tanpa mempedulikan tubuh basahnya, Naya mulai

54 - Untouchable Man: Special Edition


berlalu masuk ke dalam rumah, diikuti Rezal yang
berjalan di belakangnya.
Kamar mandi adalah tujuan Naya saat ini. Dia ingin
membersihkan diri dan menenangkan diri. Melihat
wajah marah Rezal membuatnya takut. Ternyata jika
marah, pria itu sangat menakutkan.
Entah sudah berapa lama Naya berada di
kamar mandi. Cukup lama, mengingat jika dia harus
mengeringkan rambutnya yang basah sebelum tidur.
Selain itu, Naya juga ingin menyiapkan diri, menyiapkan
diri dari segala amarah Rezal padanya.
Perlahan Naya membuka pintu kamar mandi dan
terkejut melihat keadaan kamarnya yang sudahgelap. Dia
menghela napas lelah saat melihat Rezal sudah berbaring
di kasur dengan selimut yang menutupi tubuhnya. Ada
sedikit rasa lega di hati Naya melihat Rezal yang sudah
tidur, tapi dia juga tidak bisa tenang jika pria itu masih
marah padanya.
Tidak ingin berpikir macam-macam, perlahan
Naya juga ikut berbaring di kasur. Dia menatap Rezal
yang tidur terlentang. Dari samping, Naya bisa melihat
ada gurat kelelahan di wajah suaminya. Terbukti dengan
suara tarikan napas yang terdengar teratur. Pria itu
benar-benar sudah tidur.

❖❖❖

Viallynn - 55
Cahaya matahari yang masuk ke dalam kamar
membuat Nayamengerang. Perlahandia merenggangkan
kedua tangannya dan membuka mata. Sadar jika pagi
telah tiba, Naya menatap sampingnya cepat. Tidak ada
Rezal di sana. Naya dengan cepat bangun dan meraih
ponselnya yang tersambung dengan kabel pengisi daya.
Kening Naya berkerut. Dia ingat jika tidak mengambil
ponselnya semalam dan memilih langsung tidur.
Sepertinya Rezal yang melakukannya.
Melihat jam yang sudah menunjukkan pukul
delapan, Naya mengusap wajahnya kasar. Lagi-lagi dia
merutuki kebodohannya. Niat awal ingin berbicara
dengan Rezal dengan kepala dingin harus sirna karena
pria itu pasti sudah berada di kantor sekarang.
Naya menggulung rambutnya asal. Masih ada
waktu tiga jam untuknya bersiap sebelum berangkat ke
kampus. Naya memang ada kelas hari ini sampai jam dua
siang.
Naya bersandar di kepala ranjang sambil
memainkan ponselnya. Seketika matanya membulat
melihat betapa banyaknya panggilan tak terjawab dan
pesan singkat dari suaminya kemarin. Mendadak Naya
merasa bersalah dan menyesal. Hatinya gelisah saat sadar
jika hubungannya dengan Rezal masih belum membaik
hingga saat ini.

56 - Untouchable Man: Special Edition


❖❖❖

Sepulang dari kampus, Naya memutuskan untuk ke


pasar terlebih dahulu untuk membeli bahan makanan.
Malam ini dia ingin membuat makan malam yang
spesial untuk suaminya sebagai permintaan maaf. Jujur
saja, sampai sore Rezal masih tidak menghubunginya.
Meskipun sebelumnya juga jarang, tapi setidaknya
ada satu atau dua pesan singkat yang pria itu kirimkan
padanya setiap hari.
Dengan membawa dua plastik berukuran besar,
Naya terlihat kesulitan membawanya masuk ke
dalam rumah. Di hari pertama pindah, Rezal sempat
mengutarakan niatnya untuk menggunakan jasa pekerja
rumah tangga, tapi Naya menolaknya. Dia masih bisa
melakukannya sendiri untuk saat ini. Akhirnya Rezal
mengalah dan memilih untuk berbagi tugas. Dia tidak
bisa membebani semua urusan rumah pada Naya karena
wanita itu adalah istrinya, bukan pekerja yang dia bayar.
Sebelum memasak, Naya membuka buku resep
pemberian Ibunya. Buku itu adalah buku pribadi yang
hanya ditulis menggunakan tangan. Bisa dibilang resep
turun temurun dari keluarganya yang memang hobi
memasak.
Tidak ada waktu untuk bersantai. Waktu dua
jam yang Naya gunakan di dapur belum cukup untuk

Viallynn - 57
menyelesaikan masakannya. Dia memang memasak dua
menu di sini, ditambah dengan satu makanan penutup.
Naya sesekali melirik jam yang ada di dapur untuk
memastikan. Sebentar lagi suaminya akan pulang dan
Naya hanya tinggal menyelesaikan makanan penutup
sebelum memasukkannya ke dalam lemari pendingin.
Ketika semua sudah selesai, Naya mencuci semua
perlengkapan dapur yang dia gunakan. Setelah ini dia
akan mandi dan menunggu Rezal pulang. Rasa lelahnya
akan terbayar saat melihat betapa lahapnya Rezal
memakan makanannya nanti. Dia yakin itu.
Ketika masih mencuci peralatan dapur, Naya
mendengar bel rumahnya berbunyi. Siapa yang
berkunjung? Jika Rezal pulang pun, pria itu akan
langsung masuk ke dalam rumah.
Naya bergegas ke pintu utama sambil mengelap
tangannya. Saat pintu terbuka, dia dikejutkan dengan
kedatangan dua orang yang berdiri di depannya saat ini.
Naya tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya.
“Naya,” sapa pria yang menjadi walinya ketika
menikah dulu.
“Ayah,” gumam Naya bingung. “Ayah di sini?”
Ayah Naya tersenyum dan menarik anaknya untuk
masuk ke dalam pelukannya. Naya yang masih bingung
memilih untuk menurutdan memejamkan matanya erat.

58 - Untouchable Man: Special Edition


Dia merindukan pelukan ayahnya tapi dia juga bingung
akan kedatangannya yang tiba-tiba. Pria itu tidak sendiri,
ada Luna di sampingnya. Wanita yang sempat menjadi
rival terkuat dalam usahanya untuk mendapatkan hati
Rezal.
“Kamu sehat, Nak?” tanya Faisal melepaskan
pelukannya.
“Sehat, Yah.” Naya mencium tangan ayahnya sopan.
Dia beralih pada Luna dan tersenyum tipis.
Luna sendiri memilih untuk diam. Dia hanya
tersenyum saat Naya tersenyum padanya. Matanya
menatap keadaan Naya dengan jeli. Terlihat baik-baik
saja. Wanita itu tampak bahagia sekarang.
“Ayah kenapa nggak kabarin aku?” tanya Naya
bingung.
“Kebetulan Ayah ada pekerjaan di sini, jadi mampir
dulu sebelum kembali ke Kalimantan.”
Naya mengangguk paham. Dia masih bingung
harus berkata dan berbuat apa lagi. Tidak masalah jika
hanya ada ayahnya, tapi di sini juga ada Luna. Dalam hati
Naya yang terdalam, dia masih belum bisa memaafkan
wanita itu. Luna sudah menyakiti dua pria yang sangat
berarti di hidup Naya. Bukan hanya dua pria tapi juga
dua keluarga.

Viallynn - 59
Saat mereka masih terdiam, Naya dikejutkan
dengan mobil yang memasuki pekarangan rumah. Itu
adalah mobil Rezal. Naya menghela napas kasar melihat
itu. Apa akan ada perang dunia lagi?
“Itu Rezal?” tanya Faisal.
“Iya, Yah. Baru pulang kerja.”
Benar dugaannya, Rezal keluar dari mobil dengan
wajah yang mengeras. Naya hanya bisa mengumpat
dalam hati. Permasalahan semalam belum selesai dan
sekarang ditambah dengan kedatangan ayahnya yang
bisa saja semakin memperkeruh suasana.
“Pak,” sapa Rezal. Dia hanya melirik Luna sebentar
tanpa berniat menyapa.
Rezal menghampiri Naya dan mencium keningnya
setelah wanita itu mencium tangannya. Dari tatapannya
saja, Naya sudah tahu jika Rezal sama bingungnya.
“Ada apa Bapak datang?” tanya Rezal.
Faisal tersenyum. “Cuma mau jenguk Naya, Zal.”
Rezal mengangguk dan membuka pintu rumahnya
lebar. “Silahkan masuk.”
“Aku mau buat minum dulu,” ucap Naya saat semua
orang sudah duduk di sofa.
“Aku bantu.” Rezal berdiri untuk mengikuti langkah
istrinya menuju dapur.

60 - Untouchable Man: Special Edition


Naya memang menyiapkan minuman, tapi tidak
dengan Rezal. Pria itu bersandar di lemari piring dengan
tangan yang terlipat di dada.
“Kenapa Ayah kamu datang?” tanya Rezal dengan
dahi yang berkerut.
“Aku juga nggak tau, Mas. Ayah baru aja dateng,
jadi aku belum ngobrol banyak. Katanya mau mampir
sebentar sebelum pulang.” Naya berbalik menatap
suaminya yang melamun. “Mas Rezal nggak papa?”
tanya Naya khawatir. Sebenarnya dia juga takut karena
ada Luna di sini. Siapa yang yakin jika wanita itu sudah
benar berubah atau belum?
“Nggak papa.” Rezal menggeleng dan mengambil
nampan dari tangan Naya.
Dari belakang, Naya bisa melihat punggung Rezal
yang menjauh. Tidak bisa dibohongi jika perasaan
mereka sama-sama resahnya saat ini. Naya menyusul ke
ruang tamu dan duduk di samping suaminya.
“Ayah cuma mau mampir sebentar sebelum ke
bandara nanti malam. Kalian nggak usah tegang gitu.”
Faisal terkekeh sambil meminum kopi buatan anaknya.
“Nggak mau nginep, Pak?” tanya Rezal yang
membuat Naya mengumpat dalam hati. Pertanyaan
macam apa itu?

Viallynn - 61
Faisal tersenyum dan menggeleng. “Nggak bisa dan
nggak mau juga,” ucapnya melirik Luna. “Pesawatnya
berangkat jam sembilan nanti.”
“Bapak nggak bilang kalau mau ke Jakarta?” tanya
Rezal bingung. Meskipun ada jarak di antara mereka,
tapi Rezal akan tetap menghormati Faisal sebagai ayah
Naya serta mertuanya. Biar bagaimanapun tanpa restu
Faisal, pernikahannya dengan Naya tidak akan pernah
terjadi.
“Ada pekerjaan.” Faisal beralih pada anaknya. “Tadi
Ayah ke rumah Nay, tapi Ibu kamu nggak ada.”
“Ibuk ke Jogja, Pak,” ucap Rezal.
“Bapak tau dari mana alamat rumah kita?” tanya
Naya bingung.
“Dari tetangga kamu.”
Naya dan Rezal kompak mengangguk.
“Kamu bahagia, Nay?” Pertanyaan itu tiba-tiba
keluar dari bibir Ayahnya.
Tanpa ragu Naya mengangguk. “Bahagia, Yah,”
ucapnya mantap sambil menggenggam erat tangan
Rezal.
“Bagus kalau gitu.” Faisal beralih pada Rezal.
“Jaga Naya ya, Zal. Jangan sakiti anak Bapak. Apa yang
terjadi di masa lalu murni kesalahan kami, nggak ada

62 - Untouchable Man: Special Edition


hubungannya sama Naya.”
Rezal mengangguk mantap. “Saya paham, Pak.
Saya juga nggak mau inget masa lalu lagi. Saya udah
bahagia sama Naya.”
“Seneng Bapak dengernya.” Faisal kemudian
beralih pada Luna yang terus menunduk. Dengan sekali
senggolan, wanita itu mulai mengangkat wajahnya.
“Aku juga mau bilang sesuatu,” ucap Luna untuk
yang pertama kalinya. “Aku mau minta maaf atas semua
kesalahan yang pernah aku lakuin sama kalian semua.
Aku sadar sekarang.”
Naya menatap Rezal saat pria itu menggenggam
tangannya erat. Perlahan Naya mengelus tangan
suaminya yang berada di pangkuannya.
“Saya udah lupain semuanya. Justru saya bersyukur,
kalau nggak ada kejadian itu, saya nggak mungkin bisa
bersama dengan Naya sekarang.”
Ucapan Rezal membuat Faisal tersenyum lega. Dia
mulai yakin akan keseriusan pria itu. Bukannya tidak
percaya, Faisal hanya takut jika Rezal memanfaatkan
Naya hanya untuk balas dendam. Namun ternyata tidak,
Naya dan Rezal hidup bahagia sekarang, terbukti dengan
pancaran wajah Naya yang begitu cerah.
“Kalau gitu Ayah pulang dulu, Nay.”

Viallynn - 63
Naya dengan cepat menahan ayahnya. “Nggak mau
makan dulu, Yah? Tadi aku masak banyak.”
Cukup lama mereka terdiam sampai akhirnya
Faisal tersenyum dan mengangguk. “Boleh.”
Mereka semua berlalu menuju ruang makan.
Di dalam hati, Faisal berterima kasih pada Rezal yang
memberikan kehidupan layak pada anaknya. Bahkan
interaksi kecil antara Naya dan Rezal ketika makan tidak
luput dari pandangan Faisal.
“Masakan kamu enak, Nay,” ucap ayahnya.
“Ini resep Ibuk, Pak.” Naya tersenyum saat ayahnya
memuji masakannya.
“Masakan istri saya memang nggak pernah gagal,
Pak.” Kali ini Rezal yang memuji Naya.
Naya menunduk dengan wajah yang memerah. Hal
itu membuat Faisal kembali tersenyum.
“Makasih atas makanannya, Nak. Kita harus ke
bandara sekarang supaya nggak ketinggalan pesawat.”
Mereka semua berdiri dan berlalu menuju pintu utama.
Ayah Naya menghampiri Rezal dan menepuk
bahunya pelan. “Kali ini saya benar-benar minta sama
kamu, tolong jaga anak saya.”
Rezal mengangguk. “Pasti.”
“Dan kamu Naya, jangan nakal. Turuti suami kamu.

64 - Untouchable Man: Special Edition


Hidup bahagia ya, Nak.”
Naya mengangguk dan mencium tangan ayahnya.
“Iya, Yah.”
“Kita permisi. Assalamualaikum.” Pamit Faisal.
“Waalaikumsalam,” ucap Rezal dan Naya kompak.
Melihat taksi yang dinaiki ayahnya berlalu pergi,
Naya mulai menghela napas lega. Semua terjadi begitu
mendadak dan tak terencana.
“Kamu kenapa?” tanya Rezal bingung.
Naya menggeleng dan memeluk pinggang Rezal
erat. Wajahnya yang merajuk membuat kedua alis Rezal
terangkat.
“Kamu kenapa?” tanya Rezal lagi.
“Mas Rezal masih marah sama aku?”
Rezal menghela napas lelah. “Aku nggak marah,
cuma kesel aja.”
Naya berjinjit dan mencium pipi Rezal cepat.
“Sekarang masih kesel?”
Rezal tampak berpikir. “Sedikit.”
Naya kembali berjinjit dan mencium bibir Rezal
cepat. “Masih kesel?”
Rezal menyeringai dan menggeleng. Dengan cepat
dia menarik Naya masuk ke dalam rumah dan menutup
pintu utama dengan kakinya.

Viallynn - 65
“Aku bisa gila gara-gara kamu, Nay,” geram Rezal
mulai menggendong Naya.
Naya memberontak saat Rezal membawanya
masuk ke dalam kamar. “Aku belum mandi, Mas!” teriak
Naya histeris.
“Bagus, kita mandi bersama kalau gitu.”
Mata Naya membulat mendengar itu. “Nggak mau!
Ibuk tolong!” teriak Naya lagi saat Rezal membawanya
masuk ke dalam kamar mandi.
Lagi-lagi Rezal mempraktekkan pacaran versi halal
pada Naya. Dasar pria!

❖❖❖

66 - Untouchable Man: Special Edition


Suami Cemburu

ernikahan bukanlah akhir dari perjuangan,


P melainkan awal dari sebuah kenyataan. Pada tahap
ini, tiap pasangan dituntut untuk saling menerima satu
sama lain. Baik itu sifat baik dan sifat buruk, baik itu
kekurangan ataupun kelebihan.
Seperti yang terjadi pada Rezal dan Naya setelah
menikah. Masa pendekatan yang begitu singkat
membuat mereka sama-sama terkejut dengan kebiasaan
masing-masing. Naya yang masih muda cenderung
santai dan apa adanya, berbeda dengan Rezal yang lebih
disiplin dan bijaksana. Jarak usia juga bisa menjadi
faktor perbedaannya. Namun itu tidak membuat mereka
saling menarik diri, justru dengan adanya perbedaan itu

Viallynn - 67
mereka saling melengkapi dan jatuh cinta setiap hari.
Di sebuah kamar, Rezal tampak berbaring santai
dengan laptop Naya di pangkuannya. Tidak ada yang
dia lakukan, hanya melihat-lihat isi folder yang ada.
Sedangkan istrinya tengah berada di kamar mandi untuk
membersihkan diri.
Jam yang menunjukkan pukul 10 pagi tidak
membuat Rezal segera bangkit dan membersihkan diri.
Dia malah semakin santai dengan selimut tebal yang
menutupi tubuhnya. Keadaan kamar masih gelap karena
tirai jendela yang masih tertutup rapat.
Pasangan suami-istri itu
memang bangun
kesiangan. Entah apa yang mereka lakukan semalam
hingga lupa waktu seperti ini. Sebenarnya Rezal ada
rencana untuk menghabiskan waktu bersama Naya hari
ini tapi ternyata wanita itu tidak bisa karena harus kerja
kelompok.
Rezal mendengkus mendengar itu. Sudah berapa
tahun dia tidak mendengar kalimat itu?
Pintu kamar mandi terbuka dan Naya keluar
dengan rambut basahnya. “Mandi, Mas.”
“Nanti,” jawab Rezal merenggangkan tubuhnya.
Diamenutuplaptop istrinyadankembali berbaring.
Tangannya meraih guling dan memeluknya erat. Tidak,
Rezal tidak kembali tidur. Dia hanya mencari posisi yang

68 - Untouchable Man: Special Edition


nyaman untuk melihat kegiatan istrinya.
Mengagumi tanpa berbicara.
“Pulang jam berapa?” tanya Rezal menatap lekat
kaki jenjang Naya.
“Belum tau,” jawab Naya yang membelakangi
suaminya.
“Yakin nggak mau dianter?” tanya Rezal lagi. Kali
ini pandangannya mulai naik ke pinggang Naya.
“Yakin.”
Rezal kembali diam dan masih memperhatikan
aksi istrinya. Bahkan Naya tidak berniat menggodanya,
tapi kenapa pikiran Rezal selalu terbang ke mana-mana?
Mungkin dia harus mandi untuk menyegarkan pikiran
kotornya.
Bunyi telepon terdengar, Naya menatap ponselnya
yang ada di samping ranjang dengan dahi yang berkerut.
“Siapa yang telepon, Mas?” tanya Naya sambil
memoles wajahnya dengan sedikit make-up.
Rezal meraih ponsel Naya dan dahinya berkerut
melihat nama yang menghubungi istrinya. “Rama. Siapa
Rama?”
“Temen aku. Angkat, Mas.”
Rezal tampak berpikir sebentar sebelum akhirnya
menekan tombol merah. Ya, dia mematikan panggilan

Viallynn - 69
itu.
“Kok dimatiin?” tanya Naya berjalan mendekat.
“Ngapain dia telepon kamu?” tanya Rezal terlihat
tidak suka.
“Ya kan dia kelompok aku. Mas Rezal kenapa
sih? Masa lupa sama Rama, dia dateng ke resepsi kita
kemarin.”
Rezal menggeleng tidak peduli. “Aku nggak inget.”
Ponsel Naya kembali berdering. Dia menatap Rezal
sebentar sebelum meraih ponselnya.
“Loudspeaker.” Pinta Rezal.
Naya mendengkus dan menurut. Dia langsung
mengangkat panggilan Rama.
“Halo, Ram. Ada apa?” tanya Naya duduk di ujung
kasur.
“Lo udah berangkat?”
“Belum. Kenapa?”
“Mau gue jemput? Kebetulan gue habis sarapan di
depan perumahan lo.”
Mata Rezal membulat mendengar itu. Naya hanya
bisa mengumpat dalam hati. Dia melirik suaminya yang
terlihat kesal. Ayo lah, tidak ada apa-apa di antara dirinya
dan Rama. Kenapa Rezal sensitif sekali?
“Nggak usah, gue berangkat sendiri aja.”

70 - Untouchable Man: Special Edition


“Nggak mau sekalian, Nay? Jujur, gue nggak tau
rumahnya Tasya. Bareng aja ya?” ajak Rama lagi.
Belum sempat menjawab, Naya terkejut saat Rezal
meraih ponselnya. “Maaf, tapi Naya saya antar.”
“Ini siapa, ya?” tanya Rama bingung.
“Saya suaminya. Kamu lupa kalau Naya sudah
menikah?”
Mendengar itu, Naya menepuk dahinya keras.
Kepalanya menggeleng tidak percaya melihat tingkah
suaminya. Setelah menikah, Rezal mulai menunjukkan
sifat aslinya. Pria itu mudah sekali cemburu.
“Oh, Pak Rezal ya? Maaf Pak bukannya mau
ganggu Naya, tapi saya beneran nggak tau rumahnya
Tasya.” Rama tampak ketakutan.
“Mas,” bisik Naya pelan, meminta Rezal untuk
segera mengakhiri panggilannya.
“Ya udah, nanti kamu ikuti mobil saya dari
belakang.”
“Siap, Pak. Nanti kabarin ya kalau udah mau
berangkat. Saya tunggu di depan perumahan.”
Panggilan terputus dan Rezal menatap Naya
dengan pandangan datar. “Temen kamu aneh,” ucapnya.
“Mas Rezal yang aneh. Kenapa cemburu sama
Rama sih?”

Viallynn - 71
“Siapa yang cemburu?” Rezal bangkit dari kasur
dan memakai celananya yang berada di atas lantai.
“Dih, nggak perlu gengsi.” Naya mencibir. “Lagian
aneh, sama Rama kok cemburu.”
“Kamu itu udah punya suami, nggak boleh deket
deket sama cowok lain.” Rezal meraih wajah Naya dan
menangkupnya gemas.
“Ya, tapi ini kan Rama, Mas. Keponakannya Tante
Rana. Dia itu salah satu orang yang berjasa untuk
hubungan kita.”
“Terserah, aku mau mandi.” Rezal berlalu masuk
ke dalam kamar mandi, tidak mempedulikan Naya yang
menatapnya kesal.
Rezal berdiri di depan cermin dan memperhatikan
wajahnya jeli. “Gue ganteng, nggak mungkin Naya
berpaling,” ucapnya percaya diri.
Rezal mulai meraih sikat gigi. “Lagian apa salahnya
cemburu? Bukannya seneng malah marah?” gumamnya
pada diri sendiri. “Bukannya dulu dia yang lebih
cemburu? Dasar cewek aneh, tapi aku cinta.”

❖❖❖

Tepat pukul 12 siang, mobil Rezal berhenti di depan


rumah Tasya, salah satu teman Naya di kampus. Rezal
melirik kaca mobil untuk melihat keberadaan Rama.

72 - Untouchable Man: Special Edition


Pria itu sudah masuk ke dalam rumah Tasya setelah
pagar dibuka.
Kening Rezal berkerut, bingung pada dirinya
sendiri. Kenapa dia bisa cemburu saat Naya dekat pria
lain? Rezal sadar jika Rama adalah teman baik Naya,
tapi tetap saja hatinya tidak tenang. Bisa dibilang Rezal
kurang percaya diri. Padahal pada kenyataannya dia tidak
perlu mengkhawatirkan apapun. Naya sudah menjadi
miliknya.
“Aku keluar dulu ya, Mas.” Naya mencium tangan
Rezal dan bergegas keluar.
Saat tersadar akan sesuatu, Rezal membuka jendela
mobilnya cepat. “Nanti telepon kalau udah selesai.”
Naya menjawab dengan hormat, setelah itu dia
kembali berlari kecil memasuki rumah temannya.
Senyum Rezal mulai mengembang. Dia seperti ayah yang
tengah mengantarkan anaknya bermain. Sangat konyol.
Rezal melajukan mobilnya ke sebuah kafe untuk
bertemu dengan Naro. Pria itu ternyata sama bosannya
dengan dirinya karena Naomi yang pergi ke Jepang untuk
menjenguk Neneknya.
Masuk ke dalam kafe, Rezal bisa melihat Naro
tengah duduk di bagian outdoor. Pria itu terlihat santai
dengan rokok di tangannya. Berbeda dengan Rezal yang
pasif, Naro adalah perokok yang aktif.

Viallynn - 73
“Lama?” tanya Rezal yang mulai duduk di depan
Naro.
“Lama, gue sampe bosen nunggunya.”
Rezal terkekeh dan mulai membuka buku menu.
“Lo kok bisa ke sini? Katanya mau keluar sama
Naya?” tanya Naro bingung.
“Cancel.” Rezal mulai memanggil salah satu
pegawai kafe. “Dia ada kerja kelompok.”
Mendengar itu, tawa Naro pecah. Bahkan dia juga
sempat tersedak. “Gimana rasanya nikah sama bocah?”
Rezal bersandar sambil menatap gedung-gedung
Ibu kota yang tinggi. “Ya gitu.”
“Gitu gimana? Nggak enak?” tanya Naro serius.
Rezal menatap Naro tajam. Apanya yang tidak
enak? Justru Rezal merasa enak setiap hari.
“Enak lah,” jawab Rezal mantap. “Gue nyesel nggak
ketemu Naya dari dulu kalau tau rasanya nikah itu kayak
gini.”
“Dih, kasmaran lo.” Naro menggoda dan
menyenggol pelan kaki Rezal.
“Ro, lo pernah cemburu nggak?” tanya Rezal tiba
tiba.
“Cemburu?” Naro menyesap kopinya pelan. “Ya
pernah lah.”

74 - Untouchable Man: Special Edition


“Itu normal?” tanya Rezal ragu.
“Masih normal kalau cemburunya nggak kayak
orang gila.” Naro mulai menatap Rezal serius. “Lo
kenapa? Cemburu?”
“Enggak.” Rezal menggeleng mantap, “Cuma nggak
suka aja kalau Naya deket sama cowok lain.”
“Ya, sama aja, sialan! Lo itu cemburu.”
Rezal terkekeh pelan. Dia memang mengakui
jika dirinya cemburu dan dia juga merupakan pria
pencemburu, tapi selama ini dia masih bisa menahannya
dengan baik. Sampai akhirnya tadi pagi dia merasa
kesal dengan Rama yang berniat menjemput istrinya.
Beruntung Rezal sempat merebut ponsel Naya tadi pagi.
Jika istrinya meng-iya-kan permintaan Rama, maka sakit
sudah hati Rezal. Bagaimana bisa Naya menolak untuk
ia antar tapi mau jika bersama Rama?
“Tapi keliatan sih, Zal. Lo bucin banget sama Naya.”
“Nggak juga.” Rezal menatap sepatunya gelisah.
“Tapi serius, gue was-was kalau Naya lagi nggak di sekitar
gue. Apalagi dia masih kuliah. Gue nggak bisa awasi tiap
hari, takut banyak cowok yang deketin dia di kampus.”
Naro kembali tertawa. Dia sangat maklum dengan
apa yang Rezal rasakan. Bisa dibilang ini adalah kali
pertama Rezal benar-benar jatuh cinta. Bukan berniat
membedakan, tapi saat bersama Luna, Rezal tidak

Viallynn - 75
pernah terlihat cemburu. Mungkin itu juga salah satu
faktor yang membuat Luna menduakannya.
Namun dengan Naya, Rezal bertingkah berbeda.
Baik Naro ataupun Naomi sadar jika ada sifat baru yang
Rezal tunjukkan, yaitu sifat posesif.
Rezal memang tidak terlalu menunjukkan rasa
posesif-nya karena dia menahan dirinya sendiri untuk
tidak berlebihan. Dia mencoba meyakinkan dirinya
sendiri jika Naya hanya mencintainya. Wanita itu tidak
akan lari meninggalkannya.
“Lo minder?” tanya Naro serius.
“Kalau masalah wajah, gue bisa diadu. Kalau
masalah umur itu yang bikin minder.”
Naro mengangguk mengerti. “Lo takut Naya pergi?”
Rezal mengangguk. “Takut banget.”
“Nggak usah minder kali.” Naro memajukan
tubuhnyaagar bisa lebihdekat. “Justru umur-umur kayak
kita gini yang dicari sama anak-anak muda,” bisiknya.
Hidung Rezal berkerut. “Geli gue.”
Naro kembali duduk bersandar. “Lo nggak percaya?
Sebenernya gue nggak mau ngomong gini tapi liat
samping kanan lo.”
Tanpa ragu Rezal menoleh. Di sana ada satu meja
yang diduduki oleh sekelompok wanita yang terlihat

76 - Untouchable Man: Special Edition


masih muda, mungkin seumuran dengan istrinya.
“Kenapa?” tanya Rezal bingung.
“Sebelum lo dateng, mereka liatin gue.” Naro
dengan percaya dirinya menjawab. “Tapi setelah lo
dateng, mereka jadi liatin lo.”
Rezal kembali menolehdan benarsaja. Sekelompok
wanita itu kompak mengalihkan pandangannya
saat Rezal menoleh. Bukannya senang, Rezal malah
mendengkus melihat itu. Dia merasa risih.
“Jadi inti pesannya itu, lo nggak perlu minder sama
temen-temennya Naya. Naya udah mau nikah sama lo
dan itu artinya lo udah menang.”
“Tapi nggak ada salahnya kan gue was-was?” Rezal
menyesap kopinya. “Kapan juga Naya lulus? Jauh dari dia
bikin gue overthinking.”
Naro kembali tertawa. Entah kenapa dia merasa
senang melihat Rezal yang seperti ini. Pria itu terlihat
lebih manusiawi dengan ekspresi resahnya.
“Terus kalau dia udah lulus, lo mau kunci dia di
rumah gitu?”
Rezal mengedikkan bahunya pelan. “Kalau dia mau
nggak masalah.”
“Gila ya lo? Gue baru tau seorang Rezal Mahesa
cemburunya bisa sampe kayak gini.” Naro bertepuk

Viallynn - 77
tangan pelan.
Rezal hanya bisa membatin dalam hati. Naya
mempunyai daya tarik yang luar biasa. Dia bisa
melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang dia
mau. Terbukti dulu saat Naya menginginkan dirinya.
Wanita itu akan melakukan apapun untuk membuatnya
tertarik. Tanpa membutuhkan waktu lama, Naya berhasil
melakukannya. Rezal berhasil jatuh pada pesona Naya
yang luar biasa.
Rezal kembali meminum kopinya. Dia melirik
jam tangannya sebentar sebelum kembali menghela
napas kasar. Belum ada satu jam tapi dia sudah sangat
merindukan istrinya.
Rezal mulai bertanya-tanya, apa perasaannya itu
wajar? Dia takut jika rasa posesif-nya membuat Naya
risih dan berujung meninggalkannya.
Rezal menggeleng pelan. Dia harus segera
mengenyahkan pikiran negatif itu. Naya akan selalu
berada di sisinya. Rezal tidak akan membuat Naya pergi.
Tidak setelah wanita itu berhasil membuatnya jatuh
cinta yang sedalam-dalamnya.

❖❖❖

78 - Untouchable Man: Special Edition


Bulan Madu Dadakan

ezal memasuki rumahnya sambil merenggangkan


R dasi yang terasa mencekik leher. Hari ini jadwalnya
cukup padat tapi sebisa mungkin dia akan pulang tepat
waktu. Entah kenapa setelah menikah, Rezal jarang
lembur di kantor. Jika memang ada pekerjaan, dia
lebih memilih untuk mengerjakannya di rumah sambil
menikmati wajah ayu istrinya.
Dengan bersiul, Rezal membuka pintu kamarnya.
Di kamar, dia melihat Naya tengah mengambil beberapa
baju dari lemari. Di sampingnya juga ada koper kecil
berwarna hitam.
“Kamu ngapain?” tanya Rezal bingung.

Viallynn - 79
Naya menoleh dan tersenyum melihat kedatangan
suaminya. Saat Rezal sudah berada di depannya, Naya
segera mencium tangan suaminya. Sebagai tanda
hormat, kebiasaan yang tidak pernah ia lupakan sejak
masih pacaran.
“Ini lagi nyiapin bajunya Mas Rezal buat besok,”
ucap Naya kembali memilih beberapa kemeja.
“Aku bisa packing sendiri, Nay.”
“Nggak papa lah, apa salahnya bantu suami?”
Rezal tersenyum dan mencium kepala Naya sayang.
“Nggak ada. Makasih ya.”
“Di Bali berapa hari?” tanya Naya.
“Cuma dua hari. Kamu yakin nggak mau ikut?”
Naya menggeleng cepat. Selain karena takut
mengganggu pekerjaan Rezal, Naya juga tidak bisa
meninggalkan kelasnya. Akan banyak hal yang dia
lewatkan jika memilih untuk izin meskipun hanya satu
kelas saja.
Rezal sudah mengatakannya jauh-jauh hari. Hari
Kamis dia ada pekerjaan ke Bali selama dua hari. Dia
juga berniat mengajak Naya untuk menghabiskan akhir
pelan. Namun Rezal lupa jika istrinya itu adalah seorang
pelajar yang tidak bisa meninggalkan kelasnya hanya
untuk liburan. Rezal tidak bisa memaksa, toh dia juga
tipe orang yang selalu mengedepankan pendidikan.
80 - Untouchable Man: Special Edition
Selain itu dia juga ingin Naya segera lulus dari perguruan
tinggi. Berlebihan rasanya meminta Naya absen hanya
untuk liburan.
“Nyusul nggakmau?”tanyaRezalmulaimelepaskan
kemejanya. Dia berniat untuk mandi sekarang.
“Sendiri?” tanya Naya ragu. Sebenarnya dia
juga ingin ikut, tapi karena jadwal kuliah yang
tidak memungkinkan, akhirnya ia mengurungkan
keinginannya.
“Kamu takut?” tanya Rezal geli.
“Ya takut lah, belum pernah naik pesawat sendiri.”
Naya mendengkus kesal.
“Nggak mau coba? Enak loh traveling sendiri.”
Naya menatap Rezal datar. “Aku itu beda sama Mas
Rezal. Kalo Mas Rezal emang udah biasa pergi sendiri
dari dulu, orang nggak punya pacar, temen pun cuma
Mas Naro sama Mbak Naomi.”
Rezal menatap Naya tidak percaya. “Kamu ledekin
suami kamu?”
Naya menahan senyumnya. “Bukan ledekin, tapi
kenyataan.”
Rezal menggelengkan kepalanya pelan. Dengan
kesal dia mendatangi Naya dan menangkupwajah wanita
itu. Rezal menghujani wajah Naya dengan ciuman

Viallynn - 81
ciumannya.
“Dosa tau ledekin suami,” geram Rezal.
“Mas, mandi sana. Bau!” Naya terkekeh di tengah
aksi Rezal.
“Emang kamu sebelum nikah pergi sama siapa?
Ke mana aja?” Rezal menghentikan ciumannya dan
menatap Naya lekat.
“Temenku kan banyak, Mas. Kita biasa traveling
bareng.”
“Cowok atau cewek?” tanya Rezal dengan mata
yang menyipit.
“Ya dua-duanya lah. Siapa yang nyetir mobil kalo
bukan cowok?”
Rezal melepaskan wajah Naya cepat. Dia kembali
berdiri tegak dengan tangan yang terlipat di dada.
Sekarang dia tahu jika kehidupan Naya sebelum menikah
dengannya begitu bebas. Bebas dalam artian yang bukan
negatif. Nayabisamenghabiskanwaktuseharianbersama
teman-temannya untuk mencari banyak pengalaman di
luarsana. Cukup membuatRezalresahjika meninggalkan
Naya sendiri. Rasa posesif-nya seketika muncul karena
takut jika Naya akan menghabiskan waktunya bersama
teman-temannya. Rezal tidak mempermasalahkan
teman wanita, tapi teman pria yang dia permasalahkan.
Rezal paham jika cemburunya itu tidak mendasar tapi

82 - Untouchable Man: Special Edition


dia tidak bisa menahannya. Dia benar-benar takut jika
Naya berpaling pada pria yang jauh lebih menarik dari
dirinya.
“Kok ngelamun?” tanya Naya melambaikan
tangannya.
“Hari Jum’at aku pesenin kamu tiket,” ucap Rezal
pada akhirnya.
“Ke Bali?” tanya Naya terkejut. “Nggak usah ah,
Mas.”
“Kalau nggak mau sekalian aja berangkat besok
sama aku.”
Naya menatap Rezal kesal. “Kok Mas Rezal gitu
sih? Aku udah ada janji sama temen-temenku besok.”
Benar bukan? Yang Rezal takutkan benar terjadi.
“Temen cewek atau cowok?”
Naya menggaruk lengannya pelan. “Ya dua-duanya,
Mas. Mas Rezal kenapa sih cemburuan banget?”
“Karena aku cinta sama kamu.” Rezal mengecup
bibir Naya cepat.
“Tapi masa cemburunya sama temen kuliah?
Nggak asik tau.” Naya mencebikkan bibirnya kesal.
Rezal menghela napas lelah. “Besok, Jum’at sore
kamu tetep berangkat. Kita liburan berdua, mumpung
aku ada waktu. Kalau sama temen-temen, kamu udah

Viallynn - 83
sering ketemu di kampus. Jadi, kosongin waktumu buat
suami. Oke?”
Naya memutar matanya jengah. Dia tahu jika itu
tidak sopan, tapi dia tidak bisa menahannya. Rezal dan
sifat posesif-nya benar-benar menggelikan. Sifat mereka
seperti tertukar sekarang.
“Jadi gimana istriku?” tanya Rezal lagi.
“Terserah. Aku nurut sama suami, tapi awas ya kalo
kita seharian di hotel. Aku mau jalan-jalan!”
“Siap, tuan puteri.” Rezal tersenyum dan berlalu
masuk ke dalam kamar mandi.
Naya menatap punggung Rezal dengan mencibir.
Dia memukul koper di depannya dengan gemas. Tidak,
Naya tidak merasa terkekang dengan sikap Rezal. Pria
itu tidak pernah melarangnya bermain dengan teman
temannya, tapi dia cukup sensitif jika ada pria lain
di sekitar istrinya. Naya harus bisa membujuk Rezal
sedemikian rupa agar diizinkan untuk pergi.
“Cemburunya bener-bener nggak keren.”

❖❖❖

Tepat pukul tujuh malam, Naya keluar dari


bandara dengan mata yang mengedar ke segala arah.
Di punggungnya ada tas ransel yang berisikan beberapa
pakaian dan kebutuhannya selama dua hari. Awalnya

84 - Untouchable Man: Special Edition


dia berniat untuk membawa koper, tapi Naya ingat
jika suaminya juga membawa koper. Aneh rasanya
membawa dua koper hanya untuk dua hari.
Belum sempat menghubungi Rezal, dari kejauhan
Naya bisa melihat pria itu berjalan ke arahnya. Senyum
mulai mengembang di wajah Naya. Entah kenapa
jantungnya selalu berdetak kencang saat Rezal berada
di dekatnya. Rasanya masih sama seperti dulu. Bahkan
Naya masih tidak percaya jika dia benar-benar sudah
memenangkan hati Rezal dan membuat pria itu jatuh
cinta padanya.
“Mas,” sapa Naya mencium tangan suaminya.
“Gimana penerbangan kamu? Aman? Nggak takut
kan?” tanya Rezal mengambil alih tas ransel Naya.
“Cuma agak bingung tadi, untung pramugarinya
ramah jadi aku banyak dibantu.”
“Bagus.” Rezal merangkul bahu Naya dan
membawanya berjalan ke arah mobil yang dia sewa.
“Tadi ke bandara diantar siapa?” tanya Rezal
membukakan pintu mobil untuk Naya.
“Nebeng Papa, Mas. Sekalian Papa mau ke toko
bangunan tadi.”
Rezal mengangguk paham dan ikut masuk ke
dalam mobil. Selama perjalanan, Naya tidak terlalu
memperhatikan jalan. Tubuhnya cukup lelah dan
Viallynn - 85
ingin segera berbaring di kasur. Meskipun perjalanan
dari Jakarta ke Bali tidak membutuhkan waktu lama
tapi tetap saja terasa berat untuknya karena ini adalah
penerbangan pertamanya seorang diri.
“Mau makan apa?” tanya Rezal melirik Naya yang
matanya mulai terpejam. Tangan Rezal terulur untuk
merapikan rambut istrinya. “Jangan tidur dulu. Mau
makan apa?” tanyanya lagi.
“Mas Rezal nginepdi mana?” tanya Naya menikmati
elusan tangan Rezal di wajahnya.
“Baru tadi sore pindah ke villa, kenapa?”
Mata Naya mulai berbinar mendengar itu. “Makan
di villa aja boleh? Sambil santai. Aku capek banget.”
“Oke.” Rezal mulai melajukan mobilnya ke arah
villa yang dia sewa untuk dua hari, khusus untuk Naya.
Memang sebelumnya dia hanya tinggal di hotel biasa
bersama rekan kerjanya.
“Kalau capek tidur dulu, nanti aku bangunin.
Perjalannya masih satu jam lagi.”
Naya hanya mengangguk dan mulai mengatur
posisi kursinya. Tanpa butuh waktu lama dia sudah jatuh
tertidur. Seperti kebiasaannya, di mana pun dia berada
jika sudah mengantuk maka ia akan mudah tertidur
dengan nyenyak.
❖❖❖

86 - Untouchable Man: Special Edition


Naya merenggangkan tubuhnya saat tempat
tidurnya bergoyang. Dia masih belum sadar sepenuhnya
sampai sebuah selimut kembali membungkus tubuhnya.
Perlahan Naya membuka matanya dan menatap
ke sekitar kamar. Sekarang pemandangan terlihat
lebih jelas. Semalam Naya memang tidak terlalu bisa
menikmati pemandangan karena kelelahan, tapi lihatlah
sekarang. Villa yang dia tempati ternyata sangat indah
dengan sentuhan khas Bali.
“Kok bangun?” tanya Rezal yang tengah membuka
lebar pintu kaca kamarnya. Saat pintu terbuka, Naya
bisa melihat pemandangan laut yang indah. Matahari
belum muncul sempurna dan sekarang Naya tahu jika
Rezal sengaja membuka pintu lebar agar mereka bisa
menikmati sunrise dari tempat tidur.
“Ayo, tidur lagi.” Entah kenapa Rezal terlihat ceria.
Bahkan pria itu melompat ke atas kasur dan menarik
Naya untuk masuk ke dalam pelukannya.
“Aku nggak tau kalo di depan kita itu laut,” gumam
Naya dengan mata yang terpejam. Dia merasa nyaman
bersandar di dada bidang Rezal.
“Semalem emang gelap, makanya nggak keliatan.”
“Cantik,” bisik Naya tersenyum.
“Kamu suka?” tanya Rezal senang. Tentu saja dia
senang karena sudah berhasil membuat istrinya bahagia.

Viallynn - 87
Naya mengangguk dan semakin masuk ke dalam
pelukan Rezal. Perlahan matanya kembali terpejam. Dia
menikmati tepukan tangan Rezal pada punggungnya.
Persis seperti seorang ayah yang berusaha menidurkan
putrinya.
“Hari ini mau ke mana?” tanya Rezal.
“Di villa aja.”
Rezal terkekeh pelan. “Masa jauh-jauh ke Bali cuma
di kamar?”
“Di kamar aja udah bagus, Mas. Liat tuh, udah
kayak pantai pribadi.”
“Bulan madu dadakan nih ceritanya?” Rezal
menggoda Naya.
Naya mengeratkan pelukannya dan berdecak.
“Bagiku nggak ada bedanya bulan madu atau enggak.
Mas Rezal sama-sama mesumnya.”
Mendengar itu Rezal tertawa dan kembali menepuk
punggung Naya. Membiarkan istrinya kembali tertidur
dengan nyaman di pelukannya. Memang Rezal tidak
memiliki rencana khusus untuk pergi ke suatu tempat
hari ini. Selama dia berdua dengan Naya, itu tidak
masalah. Itu tujuan awalnya, liburan berdua bersama
istrinya di tengah kesibukan yang ada.
Sambil menggosok gigi, Naya mengintip keadaan
Rezal dari kamar mandi. Dia berdecak saat melihat

88 - Untouchable Man: Special Edition


suaminya masih tertidur dengan nyenyak. Sudah
beberapa kali Naya berusaha membangunkan Rezal
siang ini, tapi pria itu masih betah membenamkan
wajahnya di atas bantal.
“Mas!” Kesal Naya sambil menyibak selimut.
Tangannya dengan jahil mencabut bulu kaki Rezal yang
lumayan lebat.
“Aduh, sakit, Nay.” Rezal berdecak sambil kembali
membungkus tubuhnya dengan selimut.
“Ayo, jalan-jalan.” Naya merengek sambil memukul
pantat Rezal.
“Nanti sore ya? Kamu nggak capek apa?” tanya
Rezal dengan mata yang terpejam.
Naya mendengkus. Jika ditanya lelah atau
tidak tentu dia lelah. Tubuhnya terasa remuk setelah
pergulatan mereka tadi pagi. Namun Naya tidak bisa
menyia-nyiakan waktu. Hanya dua hari mereka bisa
menikmati keindahan Bali bersama.
“Ya makanya mandi biar seger badannya.”
“Nanti sore aja ya.” Rezal tampak sabar.
Mendengar nada bicara Rezal yang seperti itu,
akhirnya Naya memilih untuk mengakhiri aksinya.
Sepertinya Rezal benar-benar lelah, atau hanya malas?
“Ya udah, kalo gitu aku mau main sendiri ke pantai.”

Viallynn - 89
Dengan kesal Naya mengambil beberapa lebar uang dari
dompet Rezal dan berlalu keluar villa. Sesekali kepalanya
melirik Rezal yang masih tertidur dengan nikmat.
“Katanya mau jalan-jalan? Kalo gini namanya ya
Cuma pindah tidur.”
Dengan menggunakan dress pantai yang dia lapisi
cardigan putih, Naya mulai memasuki area pantai.
Bersyukur jarak villa dan pantai tidak jauh dan ada akses
jalan yang memudahkannya.
Di pantai terlihat sudah banyak orang yang sedang
bermain, baik wisatawan dalam negeri maupun luar
negeri. Tak jarang Naya juga melihat mereka tengah
berjemur di pantai.
Mengabaikan terik matahari yang terasa menusuk,
Naya mulai berjalan ke pinggir pantai. Dia tersenyum
saat air laut mulai menyentuh ujung kakinya. Ternyata
dugaannya salah, air laut itu tidak sehangat yang dia
pikirkan, bahkan terasa segar. Naya memutuskan untuk
tetap berjalan di pinggir pantai sambil menikmati air
yang menyentuh kakinya. Sesekali dia mengambil
gambarnya sendiri dengan ponselnya untuk kenang
kenangan.
“Sayang banget Mas Rezal nggak mau ikut,”
gumam Naya sedih saat melihat beberapa pasangan yang
bermesraan di depannya.

90 - Untouchable Man: Special Edition


“Gini nih kalo punya suami aneh. Sekali cuek ya
cuek banget, sekali posesif behh jangan ditanya.” Naya
menggelengkan kepalanya pasrah.
Sadar jika dia sudah terlalu lama berpanas-panasan,
akhirnya Naya memilih untuk menghampiri sebuah mini
bar tradisional yang menjual beberapa minuman.
“Siang, Bli. Saya mau kelapa mudasatu ya, Bli.” Naya
memesan minumannya sambil duduk di kursi tinggi.
Matanya terpejam sambil menikmati angin pantai yang
menerbangkan rambutnya.
“Bli, saya pesen kelapa muda satu ya,” ucap seorang
pria yang duduk di samping Naya.
Naya membuka matanya dan bergerak sedikit
menjauh untuk memberi jarak. Setelah itu dia kembali
menikmati suasana dan pemandangan di sekitarnya.
“Sendirian?” tanya pria yang duduk di samping
Naya.
Naya terkejut dan tersenyum tipis. “Nggak kok,”
jawabnya.
“Sama siapa? Aku liat dari tadi kamu main sendiri
di pinggir pantai.”

Naya kembali terkejut. Ternyata pria di sampingnya


sudah memperhatikannya sedari tadi dan memang
sengaja mendekatinya. Naya tidak sepolos itu untuk
tidak mengetahui modus seorang pria. Jangan lupakan
Viallynn - 91
dia yang juga merupakan ratu penggoda saat berusaha
mendapatkan hati Rezal dulu.
Belum sempat menjawab, Naya dikejutkan dengan
tangan yang tiba-tiba merangkulnya. Dia menoleh dan
tersenyum lega saat melihat Rezal sudah berada di
sampingnya. Perlahan Naya kembali menoleh pada pria
yang bertanya padanya tadi.
“Sama suami,” balas Naya santai.
Terlihat pria asing itu terkejut dan menggaruk
lehernya pelan. Senyum tidak enak mulai menghiasi
wajahnya.
“Cari yang lain ya, yang ini sudah punya saya,” ucap
Rezal sambil memperlihatkan cincin yang melingkar di
jarinya.
Naya hanya menunduk dan menahan senyum. Dia
bisa melihat dengan jelas wajah Rezal yang memerah.
Pria itu tengah menahan emosinya dan menutupinya
dengan ekspresi santai. Ekspresi santai yang sering
Rezal gunakan saat Naya mencoba untuk menarik
perhatiannya dulu.
“Habis ini kita makan siang.” Rezal memeluk Naya
dari belakang dan mencium pundak istrinya.
“Habisin ini dulu.” Naya mendorong kelapa
mudanya agar bisa dinikmati berdua.

92 - Untouchable Man: Special Edition


“Lain kali jangan keluar sendirian. Aku nggak
suka,” bisik Rezal tajam di telinga Naya.
Bukannya takut, Naya semakin senang melihat
tingkah kepanasan Rezal. Suaminya benar-benar
menggemaskan!

❖❖❖

Viallynn - 93
Keturunan Mahesa

Hari yang panas membuat Naya ingin segera


membersihkan diri. Setelah pulang dari kampus
dia berniat untuk mengurung diri di kamar. Entah
mengerjakan tugas, mengedit video, mengedit foto, atau
yang lainnya. Naya hanya ingin bersantai mengingat jika
akhir-akhir ini waktunya cukup terkuras untuk tugas
kampus. Tentu saja, dia sudah semester atas. Naya tidak
bisa lagi berleha-leha seperti saat menjadi mahasiswa
baru dulu.

94 - Untouchable Man: Special Edition


Setelah menyalakan AC, Naya menghempaskan
tubuhnya di tempat tidur. Tangannya meraih ponsel dan
melihat pesan singkat dari Rezal. Hanya sebuah gambar,
tidak ada tulisan sebagai penjelas. Begitu singkat dan
tidak bisa berbasa-basi.
Naya terkekeh saat melihat foto yang dikirimkan
Rezal. Pria itu mengambil gambar Raga yang tampak
menjambak rambut Jedi di ruang rapat. Naya masih ingat
ruangan itu. Mendadak dia merindukan suasana kantor.
“Mereka kenapa?” tanya Naya membalas pesan
yang dikirim Rezal.
“Ribut soal nikahan Raga.”
Mata Naya membulat membaca pesan itu. Ternyata
Raga benar-benar serius dengan ucapannya untuk
menikahi Astrid.
“Jadi kapan?” tanya Naya lagi.
“Dua minggu lagi. Aku udah dapet undangannya.”
Naya kembali terkejut. Dia ikut bahagia mendengar
kabar ini. Bukan rahasia lagi jika Astrid memang ingin
sekali menikah, tapi Raga memilih untuk menundanya.
Bukan karena tidak yakin, tapi dia masih memiliki
beberapacicilandulu.WajarjikaRagaingin menundanya.
“Ada kabar lagi.”

Viallynn - 95
Naya membaca pesan yang kembali dikirim Rezal.
“Apa itu?” tanya Naya.
“Fira hamil.”
Kali ini Naya bangkit dan menutup mulutnya
yang terbuka. Benar-benar kabar yang membahagiakan.
Entah kenapa mendengar berita itu, Naya langsung
menyentuh perutnya. Dia baru sadar jika dia telat datang
bulan. Seketika mata Naya membulat.
Naya menggelengkan kepalanya cepat. “Nggak
mungkin,” ucapnya mencoba untuk menenangkan diri.
Naya tidak merasa ada yang aneh atau berbeda dari
tubuhnya. Mungkin siklus bulanannya tidak terlalu
lancar akhir-akhir ini karena padatnya kegiatan yang dia
lakukan.
Saat akan kembali merebahkan diri, Naya
dikejutkan dengan suara panggilan seseorang dari luar.
Mendengar suara nyaring itu, Naya dengan segera keluar
dari kamar. Di ruang tamu dia bisa melihat mertuanya
tengah memandu dua orang pria untuk mengangkat
sesuatu.
“Ma, bawa apa?” tanya Naya bingung.
Ibu Rezal berjalan mendekat dan bertepuk tangan
senang. “Mama beliin panggangan buat kamu.”
Naya menatap mertuanya tidak percaya.
“Panggangan Ma?”
96 - Untouchable Man: Special Edition
“Iya, buat di taman belakang.”
“Terus itu apa?” tanya Naya melihat kotak besar
yang dibawa oleh salah satu pria suruhan mertuanya.
“Oh, kalo itu ayunan.” Ibu Rezal tertawa.
“Ayunan?” Naya semakin tidak mengerti dengan
jalan pikiran mertuanya yang begitu acak.
“Iya, buat dipasang di halaman belakang juga.” Ibu
Rezal mulai berjalan masuk. “Ayo, Pak. Bawa masuk sini.”
Naya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal
dan ikut menyusul ibu mertuanya ke taman belakang.
Setelah dua bulan lebih menikah, Naya sudah paham
dengan tingkah laku mertuanya. Naya tidak terganggu,
dia hanya belum terbiasa dengan segala kemewahan
yang tiba-tiba menghampirinya.
“Bagus kan ayunanannya?” tanya Ibu Rezal
merangkul bahu Naya. “Ini buat main anak-anak kalian
nanti.”
Naya menatap Ibu Rezal bingung. Kenapa wanita
itu sudah berpikir jauh tentang seorang cucu? Bahkan
baik dirinya dan Rezal jarang membicarakan hal ini.
Mereka memang ingin menghabiskan waktu bersama
dulu untuk mengganti masa-masa pacaran yang begitu
singkat.
“Aku kan masih kuliah, Ma.”

Viallynn - 97
“Emang kenapa kalaukuliah? Nayaudah besarkan?”
Naya hanya bisa mengangguk. Lebih baik dia diam
dan menurut dari pada membuat hati Ibu mertuanya
sedih karena mengharapkan kehadiran cucu yang belum
bisa dia beri.
“Kalian nggak nunda kan?” tanya Ibu Rezal tiba
tiba. Seketika Naya bingung untuk menjawabnya.
“Nggak kok, Ma. Cuma aku sama Mas Rezal mau
pacaran dulu aja. Nikmati waktu berdua.”
Ibu Rezal mengangguk paham. “Mama paham,
apalagi kalian pacarannya cuma sebentar dulu. Tapi
serius Nay, umur kamu yang segini ini lagi subur
suburnya. Kalo bisa jangan ditunda ya, Mama pingin
gendong cucu dari kalian.”
Naya kembali mengangguk dan tersenyum.
Dia akan membicarakan hal ini pada Rezal nanti dan
mencari jalan keluar. Naya tidak akan membantah
ucapan mertuanya karena dia tahu betul perasaan
wanita itu. Dibalik sikap cerianya, Ibu Rezal menyimpan
banyak kenangan buruk di masa lalu. Itu juga yang
membuat Naya memilih untuk tidak membantah ucapan
mertuanya. Dia takut membuat wanita itu menjadi
semakin sedih.
“Fadil sama istrinya udah Mama suruh program
lagi, tapi kata mereka nunggu Dita umurnya lima tahun.

98 - Untouchable Man: Special Edition


Kan kelamaan Nay, Mama udah pingin gendong bayi
lagi.”
Naya tersenyum dan mengelus bahu Ibunya pelan.
“Nanti aku omongin sama Mas Rezal ya, Ma.”
“Siap! Sayang banget sama menantu Mama.” Ibu
Rezal mencium pipi Naya gemas.
Salah satu hal yang membuat Naya menyayangi
mertuanya adalah sifat penyayangnya. Wanita itu sangat
menyayangi keluarganya dan Naya beruntung masuk ke
dalam keluarga harmonis ini. Meskipun hanya menantu,
tapi Ibu Rezal benar-benar memperhatikannya. Bahkan
tak jarang wanita itu lebih membela Naya dari pada Rezal
yang merupakan adalah anaknya sendiri.

❖❖❖

Saat masuk ke dalam rumah, Rezal melihat ada


sesuatu yang berbeda dari taman belakangnya. Dia
berjalan mendekat dan melihat keadaan taman melalui
dinding kaca. Kerutan di dahinya muncul saat melihat
ada ayunan dan panggangan yang berada di atas
rerumputan.
“Naya beli panggangan?” gumam Rezal bingung.
Perlahan dia naik ke lantai atas menuju kamarnya.
Di dalam kamar, istrinya tengah berbaring tengkurap
dengan laptop di depannya. Telinganya juga ditutupi

Viallynn - 99
oleh headset berwarna putih.
Saat pintu kamar terbuka, Naya mendongak dan
tersenyum melihat suaminya. Seperti sudah kebiasaan,
dia selalu menyambut kedatangan Rezal dengan
senyumannya.
“Kamu beli panggangan, Nay?” tanya Rezal tanpa
basa-basi.
Naya duduk dan menggeleng. “Mama yang beli,
Mas. Tadi siang Mama dateng buat pasang kursi ayunan.”
Kening Rezal berkerut. “Random banget Mama
tiba-tiba beli. Buat apa?”
“Buat anak-anak katanya.” Naya berjalan mendekat
dan berdiri di depan Rezal. Perlahan tangannya terulur
untuk melepaskan dasi suaminya.
“Anak-anak?”
“Anak kita nanti,” gumam Naya pelan. “Mama udah
pingin cucu, Mas. Gimana?”
Rezal menatap mata Naya dengan teduh. “Kamu
gimama? Udah siap?” tanya Rezal.
Dengan ragu Naya menggeleng. Mereka sudah
pernah membicarakan masalah ini saat awal pernikahan
dulu.
“Masih takut?” tanya Rezal mengelus pipi Naya.

100 - Untouchable Man: Special Edition


“Bukan takut hamilnya, Mas. Tapi takut kalo nanti
aku nggak bisa jaga.”
Rezal menggeleng tegas. Dia tidak setuju dengan
ucapan Naya dan dia juga tidak menyukainya. Dia
yakin jika Naya bisa menjaga anaknya. Mereka akan
mengasuhnya bersama. Memang seperti itu bukan arti
dari sebuah keluarga?
“Kenapa kamu mikir gitu? Liat aku, berat badanku
naik tujuh kilo semenjak nikah sama kamu.”
Naya terkekeh. “Kalo itu emang Mas Rezal aja yang
doyan makan.”
“Kalau kamu belum siap, aku nggak maksa. Kita
serahin semua sama Allah.”
Naya mengangguk setuju. Mereka memang berniat
untuk tidak mempunyai anak dulu, tapi mereka juga
tidak melakukan pencegahan. Semua mengalir apa
adanya. Jika memang Tuhan mempercayakan seorang
anak di perut Naya maka dia akan siap lahir batin. Jika
belum, baik Naya dan Rezal tidak ingin terburu-buru
dan menikmati waktu berdua terlebih dahulu.
“Tapi aku telat, Mas.” Seketika Naya teringat dengan
tamu bulanannya.
Mata Rezal membulat mendengar itu. “Berapa
hari?”

Viallynn - 101
Naya mengedikkan bahunya ragu. “Udah satu
bulan belum datang bulan.”
“Mau cek?” tanya Rezal penuh perhatian. Dia
benar-benar tidak mau memaksa Naya.
Naya menggeleng cepat. “Belum siap. Aku juga
nggak ngerasain apa-apa. Mungkin emang lagi nggak
lancar aja.” Naya berbalik dan kembali duduk di atas
kasur.
“Emang kamu beneran belum mau punya anak,
Nay? Kan lucu. Rumah jadi rame.” Rezal menggoda Naya
dan menatap istrinya jenaka.
“Nggak mau. Lulus kuliah dulu.” Naya menutup
telinganya rapat.
Rezal tertawa dan menarik tangan Naya dan
kembali berbicara, “Tapi kan lucu, Nay. Aku mau satu.”
“Jangan macem-macem ya!” Naya mulai beranjak
menjauh. Sinyal tanda bahaya mulai berbunyi. Dia tahu
dengan ekspresi wajah Rezal yang seperti ini.
“Pasti Mama sama Ibuk seneng dapet cucu.” Rezal
mencoba meraih tangan Naya.
“Iya, tapi nanti aja.” Naya mulai gelisah melihat
tingkah Rezal.
Naya merengek saat Rezal menahan tangannya
agar tidak lari. Dia benar-benar takut jika Rezal

102 - Untouchable Man: Special Edition


menyentuhnya setelah perbincangan mengenai bayi.
Naya cukup sensitif dengan hal itu.
“Kalau dikasihnya cepet gimana?”
“Ya makanya jaga jarak. Jangan deket-deket.” Naya
mendorong wajah Rezal.
“Dosa loh nolak suami.” Rezal mengucapkan
kalimat andalannya.
“Ya nggak gitu juga, Mas.” Naya kembali merengek.
Di dalam hati, Rezal merasa puas karena berhasil
menggoda Naya. Hanya pada wanita itu, sikap jahilnya
bisa muncul. Naya benar-bena menggemaskan ketika
marah. Bahkan marahnyasamasekali tidak menakutkan.
“Kenapa? Aku kan pingin peluk, Nay.” Rezal
menarik Naya mendekat. Wanita itu masih berusaha
untuk melepaskan diri.
“Nggak mau, takut!” Naya memejamkan matanya
erat. Dia seperti ini bukan karena takut hamil, tapi Rezal
sudah membuatnya geli. Pria itu seperti om-om yang
sedang menggoda daun muda.
“Takut kenapa? Emang aku mau ngapain kamu?”
Rezal semakin menggoda Naya.
“Ih, mandi sana!” Naya kembali mendorong wajah
Rezal.
“Cium dulu.”

Viallynn - 103
“Ih, om-om mesum! Nggak mau, mandi sana!”
Tawa Rezal pecah. Dengan gemas dia mendorong Naya
hingga berbaring dan memeluk tubuh istrinya erat.
Mengabaikan rengekan dan tawa Naya yang keluar secara
bersamaan.
“Gemes!” Rezal mencium pipi Naya berulang kali.
“Mandi!” Naya berhenti memberontakdan menarik
bulu halus di lengan Rezal.
“Nanti aja. Udah posisi enak,” bisik Rezal semakin
memeluk Naya erat.
Naya mendongak dan memperhatikan wajah Rezal
yang tengah terpejam. Sepertinya pria itu kelelahan.
Terlihat dari gurat wajahnya yang lesu.
“Mandi dulu, Mas. Biar seger. Habis itu kita makan
malem.” Naya mengusap dahi Rezal sayang.
“Sebentar lagi,” gumam Rezal.
Naya tersenyum tipis dan entah dorongan dari
mana dia bergerak untuk mencium bibir Rezal.
Rezal membuka matanya lebar saat merasakan
ada sesuatu yang menyentuh bibirnya. Dia tersenyum di
sela-sela ciuman Naya. Tanpa membuang waktu, Rezal
ikut membalas ciuman itu. Tanpa berbicara, mereka
saling mengungkapkan cinta yang tidak pernah pudar.
Pandangan mata Naya mulai sayu. Begitu juga

104 - Untouchable Man: Special Edition


Rezal. Posisi mereka berdua sudah berubah dan terlihat
sangat memungkinkan untuk terus berlanjut.
“Naya,” bisik Rezal di sela-sela ciumannya.
Kegiatan mereka mendadak terhenti saat Naya
mendorong tubuh Rezal kuat. Dengan tergesa dia
langsung berlari ke kamar mandi dan meninggalkan
Rezal yang kembali berbaring sambil memijat kepalanya
yang pening.
“Mas!” teriak Naya dari dalam kamar mandi.
“Kenapa?” tanya Rezal sabar.
“Aku dateng bulan,” ucap Naya.
Rezalmenghelanapaskasarmendengaritu.Dengan
kesal dia memukul kasur penuh emosi. Kepalanya masih
berdenyut karena kegiatannya yang tiba-tiba terhenti
dan sekarang Rezal terpaksa harus mengakhiri semuanya
karena tamu bulanan Naya yang datang secara tiba-tiba.
Rasanya begitu menyiksa.

❖❖❖

Viallynn - 105
Istri Cemburu

Naya menatap pantulan dirinya di depan cermin


dengan lekat. Dress selutut berwarna hitam yang
dia pakai terlihat pas di tubuhnya. Rambutnya juga
terurai indah dengan gelombang di bagian ujungnya.
Naya melakukan semuanya sendiri, termasuk make
up sederhana di wajahnya.
Malam ini Rezal mengajaknya untuk datang ke
acara penghargaan di hotel. Pria itu akan mendapatkan
penghargaan dan sebisa mungkin Naya akan berusaha
terlihat sempurna.
“Udah selesai?” tanya Rezal masuk ke dalam kamar.
“Belum.” Naya menggeleng dan kembali menatap
pantulan dirinya di depan cermin. Sesekali matanya

106 - Untouchable Man: Special Edition


melirik meja yang terdapat beberapa aksesoris untuk
menunjang penampilannya.
Rezal berdiri di belakang Naya dan perlahan
senyum bangga menghiasi wajahnya. Naya tampak
berbeda malam ini. Jika biasanya Rezal hanya melihat
Naya menggunakan pakaian santai di rumah dan celana
jeans saat di kampus, tapi kali ini berbeda. Wanita itu
terlihat lebih dewasa.
“Kurang apa?” tanya Rezal menyentuh bahu Naya.
“Aksesoris. Aku bingung pilihnya.”
Rezal maju dan ikut melihat beberapa perhiasan
yang juga merupakan mas kawin pernikahan mereka
dulu. Tangan Rezal terulur mengambil sebuah kalung
sederhana yang terlihat mewah.
“Ini aja,” ucapnya sambil memasang kalung itu di
leher Naya.
“Ini juga.” Rezal mengambil satu cincin dan
memasangnya di jari tengah istrinya.
Senyum Naya merekah melihat perhatian Rezal.
Pria itu memang lebih suka bertindak dari pada
berbicara. Seperti yang dia lakukan saat ini. Setelah
membantu Naya memasang perhiasan, Rezal memeluk
istrinya dari belakang. Tanpa bicara, mata mereka saling
bertatapan melalui cermin.

Viallynn - 107
“Cantik,” bisik Rezal mencium leher Naya sebelum
melepaskan pelukannya. “Ayo, nanti kita telat.”
Naya memasang sepatu dan mengambil tas
tangannya sebelum keluar dari kamar. Di ruang tengah
dia bisa melihat ibu dan mertuanya tengah berbincang.
Memang setelah kembali dari Jogja, Ibu Naya memilih
untuk menginap beberapa hari di rumahnya dan selama
itu pula Ibu Rezal selalu datang berkunjung untuk
membicarakan bisnis.
Ya, mereka ingin membuka sebuah kafe.
Ibu Rezal beralih pada anak-anaknya yang berjalan
mendekat. Senyum puas tampak menghiasi wajahnya.
“Mantuku,” ucapnya senang dan berdiri
menghampiri Naya. “Cantik banget.”
Naya terkekeh mendengar pujian itu. Dia tertawa
bukan karena ucapan mertuanya, melainkan tingkah
mertuanya yang menggemaskan. Bisa dibilang jika Ibu
Rezal adalah support system-nya. Apapun yang Naya
lakukan selalu mendapat dukungan penuh.
“Gimana, Bu? Mereka cocok kan?” tanya Ibu Rezal
pada Ibu Naya. “Mama yakin kalian akan jadi pusat
perhatian nanti. Untuk pertama kalinya Bapak Manager
Rezal Mahesa datang bersama istrinya.” Ibu Rezal
bertepuk tangan heboh, bertingkah seolah menjadi
seorang MC.

108 - Untouchable Man: Special Edition


“Ma,” tegur Rezal tampak malu dengan godaan
Ibunya.
“Nay, kamu udah belajar table manner, kan ya?” Kali
ini Ibu Naya yang bertanya. Dia khawatir jika anaknya
tidak bisa menahan diri saat melihat banyak makanan
yang enak nanti.
“Udah dong, Buk. Ber-ser-ti-fi-kat juga,” ucap Naya
bangga.
“Bagus.”
“Ya udah, kalau gitu kita berangkat dulu ya Ma,
Buk.” Pamit Rezal.
“Ya udah, kalian hati-hati.”
Naya dan Rezal mengangguk dan berlalu ke luar
rumah. Dengan jantung yang berdetak kencang, Naya
masuk ke dalam mobil. Selama perjalanan, dia memilih
untuk diam. Dia mencoba menenangkan hati dan
pikirannya agar tidak membuat kesalahan. Jujur saja
Naya memang gugup. Ini pertama kalinya dia datang
menemani Rezal ke acara formal.
“Ayo turun,” ucap Rezal saat mobil sudah berhenti
di depan hotel.

“Aku takut, Mas.” Naya menggenggam erat tangan


Rezal.

Viallynn - 109
Rezal menatap tangan Naya l terkejut. Tangan
wanita itu begitu dingin dan terlihat sekali ada raut
gugup di wajahnya.
“Kamu kenapa takut?” tanya Rezal geli.
“Ih, nggak bantu tenangin malah ngeledek.” Naya
melepaskan genggaman tangannya.
“Kamu cuma temenin aku, Nay. Aku yang naik
panggung, kamu cukup duduk aja.”
“Aku takut malu-maluin Mas Rezal,” bisik Naya.
Rezal menggeleng saat mendengar kalimat itu.
Dia tidak suka mendengar ucapan Naya. Dia tidak suka
melihat istrinya tidak percaya diri. Lihat wanita itu
sekarang, begitu cantik dan menakjubkan. Justru Rezal
yang takut jika banyak pria yang melirik istrinya nanti.
“Jangan mikir gitu. Ayo masuk, di dalem ada kue
kesukaan kamu.”
Mau tidak mau Naya tertawa mendengar itu.
Bahkan makanan tidak terlintas di pikirannya saat
ini. Yang Naya pikirkan hanya bagaimana caranya
dia mendampingi Rezal sampai selesai tanpa adanya
masalah.
“Ayo, Sayang,” ajak Rezal lagi.
Akhirnya Naya mengangguk dan keluar dari mobil.
Acara ini memang sangat berbanding terbalik dengan
kehidupan asli Naya, tapi demi Rezal, dia akan berusaha

110 - Untouchable Man: Special Edition


sebaik mungkin.
❖❖❖

Naya bertepuk tangan saat mendengar nama Rezal


yang dipanggil untuk naik ke atas panggung. Semua
pasang mata mulai tertuju pada mereka saat ini. Naya
tidak menyangka jika kehadiran Rezal ditunggu oleh
banyak orang. Terbukti dengan tepuk tangan yang
terdengar riuh dan baru berakhir saat Rezal sudah berdiri
di atas panggung.
“Nay, kamu kenal MC-nya itu?” bisik Fira. Ya, wanita
itu juga datang sebagai anggota departemen humas
perusahaan mereka. Hanya Rezal, Fira, dan Arman yang
ikut mewakili perusahaan malam ini.
“Enggak, Mbak. Kenapa?” tanya Naya masih
memperhatikan Rezal yang memberikan ucapan terima
kasih. Di sampingnya ada wanita cantik yang bertugas
sebagai MC.
“Dia namanya Viona,” ucap Fira lagi dengan
berbisik.
“Nggak usah gossip deh, Fir.” Kali ini Arman yang
berbicara.
“Kenapa dia, Mbak?” tanya Naya mengabaikan
ucapan Arman.
“Dia pernah ngaku-ngaku jadi pacarnya Pak Rezal
dulu.”

Viallynn - 111
Mata Naya membulat mendengar itu. “Serius,
Mbak?”
Fira mengangguk dan menatap Viona sinis. “Dulu
humas sering pake dia buat jadi MC acara, tapi lama
lama kita sebel sama tingkahnya. Untung kontrak kerja
udah selesai.”
“Tapi sekarang udah enggak kan, Mbak?” Naya
bertanya khawatir. Matanya kembali menatap Viona
yang tampak tersenyum lebar di samping Rezal. Sesekali
wanita itu juga berbicara dan mengeluarkan candaan.
Sebenarnya Naya tidak mempermasalahkan hal itu,
tapi saat Fira mengatakan yang sebenarnya, Naya mulai
khawatir.
“Udah lama nggak ketemu, tapi aku masih sebel
sama dia. Liat itu, cari perhatian Pak Rezal terus.” Fira
mengerutkan hidungnya kesal. Ibu hamil itu benar
benar sensitif.
“Mbak, jangan gitu dong.” Naya mulai resah.
“Udah, Nay. Jangan dengerin Fira. Lagian Viona
cuma masa lalu,” ucap Arman.
“Dih, lo udah maafin Viona? Gue sih enggak.” Fira
menatap Arman kesal.
“Emang dulu dia ngapain aja, sampe kalian sekesel
ini?” tanya Naya.

112 - Untouchable Man: Special Edition


“Dulu dia pernah ngaku-ngaku deket sama Pak
Rezal, katanya sempet pacaran juga tapi diem-diem. Kita
kan jadi segan sama dia, tapi ternyata cuma bohong.”
Arman terkekeh mengingat masa lalu.
“Gila sih kalo inget dulu.” Fira menggelengkan
kepalanya tidak percaya.
“Ekstrim banget,” ucap Naya pelan. Dia sadar jika
Rezal memang memiliki pesona yang kuat mengingat
begitu tertutup dan misteriusnya pria itu. Namun yang
membuat Naya tidak percaya adalah ada banyak wanita
wanita gila di sekitar Rezal, seperti Viona dan Luna.
“Pak Rezal kan udah nikah sama kamu, Nay. Udah
bucin banget malah. Nggak usah khawatir.” Arman
terkekeh melihat raut wajah Naya yang masam.
Tanpa menjawab, Naya kembali menatap
panggung. Tatapannya bertemu dengan mata Rezal.
Pria itu tersenyum dan Naya tanpa berpikir langsung
balas tersenyum. Naya mengangkat dia ibu jarinya dan
kembali bertepuk tangan.
Naya kembali menatap Viona dan ternyata wanita
itu juga menatapnya. Belum sempat Naya melemparkan
senyum, wanita itu sudah mengalihkan pandangannya.
Mata Naya membulat melihat itu.
“Kok gitu?” batin Naya dalam hati.

Viallynn - 113
Meskipun tidak saling mengenal, apa harus
wanita itu langsung mengalihkan pandangannya tanpa
tersenyum? Jika itu terjadi pada Naya, meskipun kenal
atau tidak, selama dia tahu jika seseorang itu adalah
rekan kerja suaminya, Naya akan tetap tersenyum saat
ada kontak mata. Dia tidak langsung mengalihkan
pandangannya karena itu sangat tidak sopan.
“Asli, ngeri banget dia,” bisik Naya pada Fira.
“Lo sih, Fir. Sensitif banget jadi bumil. Kepikiran
kan Naya jadinya.” Arman menyalahkan Fira.
“Gue kesel banget sama dia, Man. Sumpah bossy
bangetdulu. Pingin rasanya gue jambak rambutnya!” Fira
meremas tangannya erat. Nayayang melihat itu langsung
mengelus bahu Fira pelan, mencoba menenangkan Ibu
hamil yang sangat sensitif itu.
Tepuk tangan kembali terdengar saat Rezal turun
dari panggung. Selama kembali ke meja, mata Rezal
terus tertuju pada Naya. Wanita itu terlihat anggun dan
cantik dari kejauhan. Beruntung Rezal memiliki wanita
itu untuk berada di sisinya selamanya. Meskipun sifat asli
Naya sangat bar-bar, tapi wanita itu bisa menyesuaikan
diri dengan kondisi yang ada.
“Selamat ya, Mas.” Naya menyambut kedatangan
Rezal.

114 - Untouchable Man: Special Edition


“Selamat ya, Pak.” Arman dan Fira menjabat tangan
Rezal.
“Bangga banget! Keren banget bos gue,” ucap
Arman.
“Makasih.” Rezal tersenyum senang. Tentu saja dia
senang, apalagi ditemani istrinya saat ini.
Jika mengingat jaman dulu, hidup Rezal sangatlah
menyedihkan. Ketika ada acara formal dia selalu datang
sendiri, saat pulang ke rumah hanya ada orang tuanya
yang menyambut, saat makan siang dia hanyabisamakan
siang sendiri. Berbeda dengan sekarang karena semua
hal yang dia lakukan selalu ada Naya di sampingnya.
“Ini kapan sih makannya, gue laper.” Fira berdecak
kesal, mengabaikan kehadiran Rezal sebagai atasannya.
“Mau kue-ku, Mbak?” Tawar Naya pada kuenya
yang masih utuh. Dia maklum dengan ibu hamil yang
selalu lapar itu.
Fira menggeleng cepat. Dia hanya ingin makanan
berat. Fira sempat mencuri dengar jika makanannya
nanti adalah daging. Dia sudah tidak sabar mencicipinya.
“Nih, makan punya gue.” Arman mendorong piring
kecilnya. Dia memang diberi pesan oleh suami Fira
untuk mengawasi wanita itu.
“Ngidam daging gue,” bisik Fira sambil tertawa.

Viallynn - 115
Rezal melirik jam tangannya sebentar. “Makan
malamnya habis pengumuman penghargaan ini selesai.”
“Sebentar lagi, Mbak. Sabar ya.” Naya mengelus
perut Fira yang terlihat sedikit menonjol.
Makan malam berlangsung dengan hangat.
Beruntung meja mereka hanya diisi oleh orang-orang
dari perusahaan mereka saja sehingga topik pembicaraan
tidak pernah habis.
Setengah jam kemudian, acara telah berakhir.
Sebelum meninggalkan hotel, Naya dan Rezal diminta
untuk mengambil beberapa foto di spot acara. Naya
bisa menebak jika Rezal adalah salah satu bintang acara
malam ini. Dia yakin jika Rezal masih berstatus single,
pasti banyak wanita yang menghampirinya.
“Capek?” tanya Rezal saat fotografer kembali
meminta gambar mereka.
“Cuma kakiku yang capek. Pake heels soalnya.”
“Habis ini kita pulang.” Rezal meremas pinggang
Naya pelan. Matanya kembali menatap kamera yang
tertuju pada mereka.
Setelah semua berakhir, Naya dan Rezal berpisah
dari Fira dan Arman. Mereka akan pulang sekarang. Saat
berada di lobi hotel, terdengar seseorang memanggil
nama Rezal.

116 - Untouchable Man: Special Edition


Naya menoleh dan terkejut saat melihat Viona
berjalan ke arah mereka.
“Pak, selamat ya.” Viona menjabat tangan Rezal.
“Terima kasih,” jawab Rezal singkat.
“Saya kirain tadi dateng sendiri, Pak.”
“Saya dateng sama istri.” Rezal menarik Naya
mendekat.
Naya dengan cepat mengulurkan tangannya.
“Naya,” ucap Naya mengenalkan diri.
“Viona,” jawab Viona. “Saya pernah kerja sama Pak
Rezal dulu, makanya saya kenal.”
Naya tersenyum dan mengangguk paham. Dalam
hatinya dia mencibir tingkah Viona yang berubah ramah
padanya. Dia masih ingat saat wanita itu mengalihkan
pandangan darinya tadi.
“Pak Rezal nggak undang saya kemarin, jadi
saya nggak tau kalau kamu istrinya.” Viona kembali
tersenyum, tapi senyum itu tidak pas dengan ucapannya
yang seolah menyindir Naya.
Tidak bisa dibiarkan. Perlahan Naya ikut tersenyum
manis. “Iya, memang kemarin sengaja undang orang
orang yang kenal aja.”
Senyum Viona luntur. Mengabaikan Naya, wanita
kembali menatap Rezal dan tersenyum manis. “Sekali

Viallynn - 117
lagi selamat ya, Pak. Kalau misal humas butuh MC, bisa
hubungi saya lagi.”
“Humas udah ada MC khusus kan ya, Mas?” tanya
Naya menatap Rezal. Dia ingat saat masih magang dulu,
ada Citra dan Firman yang bisa mengambil alih tugas
MC.
Rezal hanya tersenyum dan mengelus bahu
istrinya. Dia sadar jika Naya sedang kesal sekarang.
“Kalau gitu kita pulang dulu. Duluan, Viona.” Rezal
menarik Naya untuk segera pergi.
Benar dugaan Rezal. Istrinya tidak suka dengan
Viona. Terlihat dari wanita itu yang melepaskan
pelukannya saat mereka sudah sampai di tempat parkir.
“Pelan-pelan jalannya, Nay.” Rezal meringis saat
Naya menghentakkan kakinyayang masih menggunakan
heels.
“Cepet buka pintunya!” Naya mengetuk kaca mobil
kesal.
Rezal menghela napas lelah dan mulai membuka
mobil. Naya bergegas masuk ke dalam dan mengabaikan
Rezal.
“Kamu kenapa?” tanya Rezal saat sudah berada di
dalam mobil.
“Nggak tau ah males.”

118 - Untouchable Man: Special Edition


“Kenapa sih, Nay? Kalau kamu nggak cerita, mana
bisa aku tau?”
Naya menatap Rezal tajam. “Bisa nggak sih Mas
Rezal nggak usah ganteng-ganteng?”
Tawa Rezal pecah mendengar itu. Dia tahu jika
Naya marah, tapi dia tidak tahu jika kalimat itu yang
akan keluar dari mulut istrinya.
“Emang kenapa sih?”
“Udah nikah aja masih ada yang deketin. Di depan
aku lagi. Kesel banget!”
“Viona?” tebak Rezal ragu.
“Siapa lagi?”
“Dia cuma karyawan kontrak humas dulu, Nay.
Jarang ketemu juga.”
“Tetep aja! Coba aja kalo Mbak Fira nggak cerita
tentang tingkah dia dulu, nggak mungkin aku sekesel
ini.”
Rezal menutup mulutnya rapat. Sekarang dia
tahu kenapa Naya bisa semarah ini. Memang apa yang
Viona lakukan dulu cukup membuat departemen humas
gempar, tapi itu semua sudah masa lalu.
“Cuma masa lalu, Nay. Nggak perlu dipikirin. Yang
penting sekarang kita udah sama-sama.” Rezal meraih
tangan Naya dan menggenggamnya erat.

Viallynn - 119
“Jangan deket-deket dia lagi,” bisik Naya dengan
menunduk.
“Iya, Sayang.” Rezal mencium kening Naya dan
mulai menjalankan mobil.
Menurut Rezal, hari ini berlangsung cukup
menyenangkan. Setelah beberapa bulan menikah,
akhirnya dia bisa melihat Naya yang kembali cemburu.
Aneh, tapi juga menggemaskan. Rezal akan tetap terus
mengingat kejadian langka ini.

❖❖❖

120 - Untouchable Man: Special Edition


Keluarga Bahagia

M enjadi seorang istri di usia muda tidak pernah


Naya pikirkan sebelumnya. Meskipun usianya
sudah menginjak 21 tahun, tetap saja di jaman sekarang
usia tersebut masih terbilang cukup muda untuk
membina rumah tangga.
Berbeda dengan kebanyakan anak muda lainnya,
Naya memilih untuk mengambil jalannya sendiri. Dia
rela mengorbankan masa mudanya untuk menikah
dengan Rezal. Bersyukur pria itu juga mengerti dirinya.
Selama empat bulan ini, Rezal berperan sebagai
suami yang bijaksana. Dia sadar akan usia Naya yang
masih muda. Rezal membiarkan istrinya melakukan
apapun dan meng-eksplor apapun selama masih

Viallynn - 121
ingat akan tanggung jawabnya sebagai istri. Rezal
membebaskan Naya karena dia tahu betul karakter
istrinya. Naya bukanlah wanita muda yang hanya hobi
bersenang-senang. Hidup hanya berdua bersama ibunya
membuat Naya bisa bertanggung jawab akan apa yang
harus dia lakukan dan apa yang harus dia hindari. Naya
bisa membedakan dua hal itu dengan baik.
Hingga saat ini, Naya dan Rezal masih
memutuskan untuk hidup hanya berdua. Bukannya
tidak menginginkan buah hati, hanya saja Naya tidak
mempercayai dirinya sendiri. Sebagai istri dan seorang
pelajar, masih banyak tanggung jawab yang harus dia
kerjakan. Dia takut jika tidak bisa mengurus anaknya
di tengah kesibukannya. Bukannya egois, tapi Naya juga
memikirkan betul kehidupan anaknya nanti.
Rezal tidak mempermasalahkan keputusan Naya,
meskipun jauh di dalam hatinya dia juga menginginkan
seorang anak. Dia sudah mendengar permintaan Ibunya
tentang cucu hampir setiap hari, tapi Rezal memberi
pengertian pada Ibunya jika mereka ingin menghabiskan
waktu berdua terlebih dahulu. Hitung-hitung sebagai
bentuk ganti rugi karena masa berpacaran mereka yang
cukup singkat dulu. Jika bukan paksaan Ibunya, Rezal
yakin jika dia masih berpacaran dengan Naya hingga saat
ini.

122 - Untouchable Man: Special Edition


“Mas Rezal! Ini kaos kakinya ilang satu! Dibuang ke
mana?” teriak Naya dari lantai atas.
Rezal yang berada di dapur untuk membuat teh
mulai menggaruk tengkuknya pelan. Dia juga bingung
pada dirinya sendiri yang hobi sekali menghilangkan
kaos kaki.
“Emang nggak ada, Nay?” tanya Rezal dengan
suara keras.
“Nggak ada!”
“Ya udah biarin, nanti juga ketemu sendiri.” Rezal
berucap acuh dan kembali fokus pada tehnya.
Suaralangkahkakiyang menurunitanggamembuat
Rezal menoleh. Dia melihat Naya turun dengan bibirnya
yang bergumam. Rezal yakin jika wanita itu tengah
mengomelinya sekarang. Rezal harus bersiap.
“Hobi banget sih ilangin kaos kaki?” tanya Naya
kesal.
Bukannya takut, Rezal terkekeh melihatkemarahan
Naya. Wanita itu tidak terlihat menakutkan sama sekali.
Dengan daster batik dan rambut yang digulung acak,
Naya mulai mirip dengan seorang ibu-ibu yang memiliki
lima anak. Seketika Rezal bertanya-tanya. Apa sesulit itu
hidup dengannya sampai Naya terlihat frustrasi seperti
ini?

Viallynn - 123
“Nanti juga ketemu.” Rezal berjalan mendekat
dengan dua cangkir teh hangat.
“Boros tau beli kaos kaki terus. Yang ini baru beli
kemarin kan? Sekarang udah ilang lagi pasangannya.”
Naya mengangkat kaos kaki yang hanya tinggal satu.
“Nanti aku cari ya. Jangan marah-marah. Ini minum
tehnya.” Rezal memberikan satu cangkir teh yang dia
bawa pada Naya.
Masih cemberut, Naya duduk sambil menyesap
tehnya. Baru sekali teguk, Naya mengerutkan keningnya
bingung.
“Kok manis?” tanya Naya kesal.
Rezal menautkan alisnya bingung. “Kamu tadi
minta teh manis hangat kan?”
“Aku kan minta teh tawar, Mas.”
Rezal menggeleng keras. “Nggak, aku inget kamu
minta teh manis. Lagian sejak kapan kamu minum teh
tawar?”
“Sejak tadi!” Naya meletakkan cangkirnya kesal.
“Udah lah aku mau jemur pakaian dulu.”
Rezal mengedipkan matanya tidak percaya. Dia
menatap punggung Naya yang kembali naik ke lantai
atas dengan bingung. Apa yang terjadi? Kenapa Naya
sangat sensitif pagi ini? Seharusnya di hari sabtu ini,

124 - Untouchable Man: Special Edition


mereka bisa bersantai dengan tenang, tapi telinga Rezal
sudah panas mendengar omelan Naya yang tak kunjung
berhenti.
“Biar aku aja yang jemur, Nay!” ucap Rezal.
“Nggak perlu! Mas Rezal jemurnya lama.”
Lagi?
Kenapa pagi ini begitu banyak kesalahan yang
Rezal lakukan? Dia tidak kesal, dia malah kebingungan.
Adaapadengan Naya? Apaadasesuatu yang mengganggu
istrinya hingga mempengaruhi suasana hatinya? Tidak
bisa dibiarkan. Rezal tidak mau akhir pekan mereka
hancur hanya karena masalah sepele.

❖❖❖

Rezal memasuki rumah orang tuanya dengan


lemas. Siang hari seperti ini biasanya dia menghabiskan
waktu bersama dengan Naya di kamar, entah untuk
menonton film atau hanya sekedar tidur siang. Namun
entah kenapa sikap Naya hari ini sedikit menyebalkan.
Wanita itu tidak mau dipeluk dan selalu marah-marah.
Rezal sempat bertanya baik-baik, tapi Naya kembali
marah. Akhirnya dia pasrah dan memilih untuk pergi ke
rumah orang tuanya, meninggalkan Naya yang tengah
tidur siang.

Viallynn - 125
“Ma?” Panggil Rezal dan menghempaskan
tubuhnya di atas sofa.
“Kamu kenapa, Zal?” Ayah Rezal keluar dari kamar
saat mendengar panggilan dari anaknya.
“Nggak papa,” jawab Rezal.
“Naya mana?” tanya pria paruh baya itu.
“Tidur.” Rezal kembali menjawab singkat.
“Kalian bertengkar?”
Rezal hanya diam dan berpikir. Apa dia harus
menceritakan masalahnya pada Ayahnya? Karena jujur
saja, Rezal tidak tahu harus berbuat apa sekarang.
“Mama sering marah-marah nggak jelas nggak,
Pa?” tanya Rezal pada akhirnya.
Tanpa disangka Ayah Rezal tertawa. “Ya jelas, tiap
hari Mama kamu itu ngomel-ngomel.”
“Bukan gitu, pernah nggak Mama tiba-tiba jadi
aneh?”
Ayah Rezal tampak berpikir, “Mama kamu aneh
tiap hari, Zal.”
“Serius, Pa.” Rezal berdecak kesal.
Pria tua itu kembali tertawa. “Naya kenapa? Dia
marah-marah?”
Rezal mengangguk kesal. “Dia ngomel terus dari
tadi pagi. Padahal kemarin nggak ada masalah.”

126 - Untouchable Man: Special Edition


Ayah Rezal tampak berpikir. “Mama kamu juga
pernah mendadak diem, padahal aslinya selalu ngomel
tiap hari.”
“Kapan?” tanya Rezal penasaran.
“Dulu, waktu Mama hamil kamu.”
Rezal dan ayahnya terdiam setelah itu. Mereka
mencoba mencerna kalimat yang baru saja keluar. Tak
lama mata mereka kompak membulat karena terkejut.
“Hamil?” tanya Rezal tidak percaya.
“Mama!” Panggil Ayah Rezal pada istrinya. “Coba
sini bentar.”
“Apa Naya hamil ya, Pa?” Rezal tampak antusias.
“Nggak tau, tanya Mama aja. Papa nggak ngerti
soal ini.” Ayah Rezal juga sama bingungnya.
“Ada apa sih? Mama kan mau tidur?” Ibu Rezal
keluar dari kamar dengan wajah bantalnya.
“Gejala hamil itu kayak gimana, Ma?” tanya Rezal
tanpa basa-basi.
“Gejala.. gejala.. emang penyakit?” tanya Ibu Rezal
sinis.
“Jawab aja, Ma.” Kali ini suaminya yang berucap.
“Kalian ini kenapa? Siapa yang hamil?” tanyanya
bingung. Tak lama matanya membulat seolah mengerti
dengan apa yang baru saja terjadi.

Viallynn - 127
“Naya hamil? Menantuku hamil?!” Ibu Rezal
berteriak.
“Nggak tau, Naya marah-marah terus dari
tadi. Mood-nya nggak bagus,” jawab Rezal.
“Tunggu sebentar.” Ibu Rezal berlari ke dalam
kamar dan keluar dengan kotak kecil di tangannya.
“Cepet kamu suruh Naya pake ini. Ayo Mama temenin.”
“Ini apa?” tanya Rezal melihat kotak di tangannya.
“Test pack. Mama beli banyak kemarin buat tes
kakak iparmu. Ayo cepet kita ke rumahmu. Papa ikut
juga, jangan lupa kunci pintu.” Ibu Rezal menarik lengan
anaknya cepat. Dia tidak sabar menanti kabar bahagia.
Meskipun belum tentu pasti, tapi apa salahnya berharap?
Rezal memasuki rumahnya dengan langkah
tergesa. Di belakangnya ada orang tuanya yang ikut
menemani. Rezal masuk ke kamar dan melihat Naya
tengah terduduk di atas kasur sambil menangis.
Apa lagi ini?
“Kamu kenapa, Nay?” tanya Rezal terkejut. Dengan
segera dia menghampiri Naya yang masih menangis.
“Mas Rezal ke mana? Kok aku ditinggal?” Naya
masih menangis dan memeluk pinggang Rezal erat.
Orang tua Rezal yang berdiri di ambang pintu
terkejut melihat tingkah Naya. Mereka tidak pernah

128 - Untouchable Man: Special Edition


melihat menantunya semanja ini.
“Naya, Sayang.” Ibu Rezal mulai mendekati
menantunya. “Rezal habis dari rumah Mama.”
“Kenapa nggak bilang?” Naya masih menangis.
“Aku ditinggal sendiri.”
Rezal menggaruk kepalanya bingung. Bagaimana
bisa dia bilang jika Naya lebih dulu mengusirnya tadi?
“Udah ya, jangan nangis. Sekarang Naya coba
pake ini.” Ibu Rezal dengan sabar menghapus air mata
menantunya.
“Ini apa?” tanya Naya menerima kotak alat tes
kehamilan itu.
“Test pack,” jawab Rezal cepat.
Naya seketika menghentikan tangisnya. “Siapa
yang hamil?” tanyanya bingung.
“Makanya kamu coba dulu ya biar kita tau siapa
yang hamil,” ucap Ibu Rezal.
“Ini gimana pakenya, Ma?” tanya Naya sambil
membolak-balik kotak di tangannya.
“Ini ada tata caranya. Sekarang kamu ke kamar
mandi ya. Mama tunggu di sini.”
Dengan ragu, Naya bangkit dan masuk ke kamar
mandi. Di kamar, Rezal dan kedua orang tuanya tampak
menunggu dengan gelisah. Jantung mereka seolah saling

Viallynn - 129
berlomba untuk menjadi pemenang.
Cukup lama Naya berada di kamar mandi. Rezal
memilih berdiri di depan kamar mandi dengan gelisah,
menunggu Naya yang tampak lama di dalam sana.
Tak lama pintu kamar mandi terbuka dan Naya
keluar dengan dahi yang berkejut. Dia memberikan
alat tes kehamilan itu pada Rezal karena dia tidak tahu
bagaimana cara membacanya.
“Itu hasilnya apa?” tanya Naya bingung.
“Nggak tau. Ini apa, Ma?” tanya Rezal menyerahkan
alat tes itu pada ibunya.
Dengan mata yang menyipit, Ibu Rezal tampak
serius melihat alat tes di tangannya. Di sampingnya juga
ada suaminya yang ikut penasaran.
“Gimana, Ma?” tanya Naya was-was.
Bukan jawaban yang mereka dengar, Ibu Rezal
malah berteriak dengan suarayang memekakkan telinga.
“Kita punya cucu lagi, Pa!” teriaknya senang dan
memeluk suaminya.
Rezal dan Naya kompak terdiam. Mereka masih
menatap dua orang di depannya dengan bingung.
“Cucu?” gumam Rezal tidak percaya.
Tangan Naya terangkatuntuk menyentuh perutnya.
“Anak?” tanyanya pelan.

130 - Untouchable Man: Special Edition


Mata Naya perlahan memanas dan dia kembali
menangis. Dia masih tidak menyangka jika ada nyawa di
dalam perutnya.
“Kamu hamil,” bisik Rezal pada Naya. “Anak kita,”
lanjutnya.
“Aku hamil?” tanya Naya sambil menutup
mulutnya tidak percaya.
Rezal yang sudah sadar mulai memeluk Naya erat.
Matanya juga berkaca-kaca saat mendengar kabar yang
sangat membahagiakan ini.
“Makasih,” bisik Rezal mencium kening Naya lama.
“Akhirnya, cucuku!” Ibu Rezal mendorong
anaknya menjauh dan memeluk Naya erat. “Dijaga ya
kesehatannya. Nggak perlu mikir aneh-aneh. Mama
yakin kamu bisa jagain anak kamu.”
Naya mengangguk dan kembali menangis. Entah
kenapa dia merasa bahagia dengan kabar ini. Meski
tanpa direncanakan, anak itu benar-benar hadir di dalam
perutnya. Mulai saat ini, Rezal tidak perlu merengek
menginginkan anak setiap malam karena keinginannya
sudah terwujud sekarang.
“Ayo, kalian siap-siap. Langsung periksa ke rumah
sakit. Jangan lupa kabarin Ibu kamu, Nay.”
Naya mengangguk dan langsung menghapus
air matanya. Baik dirinya dan Rezal bergegas untuk
Viallynn - 131
berangkat ke rumah sakit. Meskipun alat tes kehamilan
sudah berkata positif, tapi mereka harus tetap
memeriksanya untuk mendapat jawaban yang lebih
akurat.
Sekarang Rezal paham kenapa Naya begitu sensitif
hari ini. Ternyata wanita itu sedang hamil. Perasaannya
semakin lega saat mendengar perkataan dokter yang
membenarkan jika Naya menang sedang hamil.
Tak henti-hentinya Rezal berucap syukur dan
terima kasih pada Tuhan atas karunianya. Dia juga
berterima kasih pada Naya yang tampak menerima
kehamilannya, mengingat jika wanita itu tidak berniat
untuk memiliki anak terlebih dahulu saat ini.
“Terima kasih,” bisik Rezal setelah mereka selesai
memeriksakan kandungan.
“Aku bakal jadi Ibu, Mas.” Naya mengelus perut
datarnya tidak percaya.
“Iya, kamu harus hati-hati mulai dari sekarang.
Ada apa-apa, atau mau minta apa-apa langsung bilang
sama aku.”
“Aku ngerti.” Naya mengangguk dan tersenyum
manis. Perlahan dia mendekat dan mencium pipi Rezal
cepat. Beruntung mereka berada di dalam mobil saat ini
sehingga tidak ada yang memperhatikan.
“Kita ke rumah Ibuk sekarang?” tanya Rezal.

132 - Untouchable Man: Special Edition


Naya mengangguk semangat. Dia tidak sabar
memberikan kabar bahagia ini. Selama ini Naya dan
Ibunya hanya hidup berdua dan pastinya wanita itu akan
senang dengan kedatangan anggota baru di keluarganya.
Takdir Tuhan memang benar-benar menakjubkan.
Tidak pernah terpikir di kepala Rezal jika dia akan
menjadi seorang ayah suatu hari nanti. Namun lihatlah
sekarang, impiannya terwujud.
Rezal tidak sabar menanti kebahagiaan barunya
lahir ke dunia. Dia berjanji dalam hati, baik dirinya,
Naya, dan anak-anaknya akan menjadi keluarga yang
bahagia. Rezal akan melakukan apapun untuk membuat
keluarga kecilnya hidup sejahtera.

❖❖❖

- SELESAI -

Viallynn - 133
Tentang Penulis
Viallynn. Nama yang saya gunakan untuk
mencurahkan imajinasi saya ke dalam bentuk tulisan.
Menulis merupakan hobi yang saya lakukan untuk
mengisi kekosongan waktu seorang pelajar. Dengan
mengamati keadaan sekitar serta ditambah bumbu
khayalan, saya sudah menghasilkan beberapa cerita
dengan berbagai genre yang bisa kalian baca. Bagi saya,
tidak ada batasan untuk berkarya.

You can find me on :


Wattpad : Viallynn
Instagram : @viallynn.story

134 - Untouchable Man: Special Edition

Anda mungkin juga menyukai