Anda di halaman 1dari 24

Daftar Isi

Daftar Isi 1

Ringkasan Eksekutif 2

BAB I Pendahuluan 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Maksud dan Tujuan 5
1.3 Tinjauan Regulasi Evaluasi Renstra 6

BAB II Pembahasan 8
2.1 Misi 8
2.2 Tujuan 9
2.3 Sasaran Strategis 11
2.4 Indikator Kinerja Sasaran Strategis 13
2.5 Target Indikator Kinerja Sasaran Strategis 14
2.6 Sasaran Program 14
2.7 Sasaran Kegiatan 15
2.8 Rincian Output 17
2.9 Target Rincian Output 18

BAB III Rekomendasi 19


3.1 Misi 19
3.2 Tujuan 19
3.3 Sasaran Strategis 20
3.4 Indikator Kinerja Sasaran Strategis 20
3.5 Target Indikator Kinerja Sasaran Strategis 20
3.6 Sasaran Program 21
3.7 Sasaran Kegiatan 21
3.8 Rincian Output 22
3.9 Target Rincian Output 22

BAB IV Kesimpulan dan Saran 23


4.1 Kesimpulan 23
4.2 Saran 24

1
Ringkasan Eksekutif

Dalam mendukung pembangunan nasional dan mewujudkan amanat dari Undang-Undang


Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Badan Informasi
Geospasial (BIG) telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang telah ditetapkan dengan Peraturan
Badan Informasi Geospasial Nomor 1 Tahun 2021 tentang Rencana Strategis Badan Informasi
Geospasial Tahun 2020-2024. Renstra Badan Informasi Geospasial Tahun 2020-2024 merupakan
penjabaran lebih lanjut atas visi, misi, dan program prioritas Presiden dan Wakil Presiden serta
merupakan turunan teknis pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun (RPJMN) 2020-2024, khususnya untuk
penyelenggaraan informasi geospasial nasional.

Berdasarkan Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan


Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2017, disebutkan bahwa
Evaluasi Renstra Kementerian/Lembaga dilakukan setidaknya dua kali dalam satu periode yaitu pada
pertengahan periode dan akhir periode, serta merujuk Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
2019 bahwa perubahan terhadap Renstra Kementerian/Lembaga dapat dilakukan dalam hal adanya
perubahan struktur organisasi dan/atau tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga yang ditetapkan
melalui Peraturan Presiden mengenai struktur organisasi dan/atau tugas dan fungsi
Kementerian/Lembaga. Selain itu, mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Informasi Geospasial, yang menyebutkan bahwa Badan dapat melibatkan Instansi
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Setiap Orang dalam penyelenggaraan informasi geospasial.
Saat ini, BIG sedang menyiapkan regulasi terkait restrukturisasi lembaga dengan mengusulkan
perubahan Peraturan Presiden tentang Badan Informasi Geospasial. Tidak hanya itu, terbitnya
beberapa kebijakan oleh pemerintah seperti Kebijakan pencabutan Peraturan Pemerintah Nomor 8
Tahun 2013 tentunya memengaruhi lingkungan strategis yang tertuang pada Renstra Badan Informasi
Geospasial Tahun 2020-2024. Terlebih lagi dengan terbitnya Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 89 Tahun 2021 membuat BIG perlu melakukan
perbaikan terhadap penjenjangan kinerja.

Sehubungan dengan beberapa hal diatas, perlu dilakukan evaluasi Renstra Badan Informasi
Geospasial Tahun 2020-2024 secara menyeluruh. Harapannya dengan evaluasi Renstra Badan
Informasi Geospasial Tahun 2020-2024 yang komprehensif dan dapat dijadikan sebagai bahan
masukan atau rekomendasi perubahan Renstra Badan Informasi Geospasial Tahun 2020-2024.

2
Maksud dari kegiatan Evaluasi Renstra adalah untuk melihat capaian-capaian yang tertuang dalam
Renstra Badan Informasi Geospasial Tahun 2020-2024 dengan fokus pada capaian ketersediaan
informasi geospasial dasar dan terintegrasinya informasi geospasial. Hasil evaluasi Renstra akan
digunakan sebagai bahan masukan dalam menyusun perbaikan kebijakan ataupun kegiatan berikutnya
apabila diperlukan. Sedangkan tujuan dari penyusunan dokumen Evaluasi Renstra Badan Informasi
Geospasial Tahun 2020-2024 ini adalah sebagai bahan pertimbangan atau rekomendasi untuk
melakukan perubahan Renstra Badan Informasi Geospasial Tahun 2020-2024.

Berbagai sumber informasi digunakan sebagai acuan dalam evaluasi Renstra yang digunakan
sebagai landasan analisis kesenjangan Renstra. Acuan utama pada pelaksanaan evaluasi Renstra yaitu
peraturan-peraturan terkait dengan penyusunan serta evaluasi Renstra yang berlaku. Data yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan evaluasi Renstra adalah data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dengan metode wawancara dengan narasumber internal dan eksternal, pelaksanaan
workshop, dan pelaksanaan FGD, sedangkan metode perolehan data sekunder dengan mengumpulkan
dokumen-dokumen selain peraturan yang digunakan, yaitu dokumen Internal organisasi.

Mekanisme penyusunan Renstra yang menggunakan pendekatan logika sebab akibat


(pendekatan penjenjangan kinerja) secara top-down mensyaratkan penyusunan Renstra harus
dilakukan dengan benar sejak komponen tertinggi yaitu Visi, Misi dan Tujuan. Dengan pendekatan
penjenjangan kinerja, Tujuan akan diturunkan menjadi beberapa Sasaran Strategis, Sasaran Strategis
akan diturunkan menjadi beberapa Sasaran Program, dan seterusnya.

Dengan ditemukannya permasalahan pada Misi dan Tujuan BIG, penyempurnaan perlu
dilakukan pada kedua komponen tersebut dimana hal ini mempengaruhi semua komponen strategi
yang ada dibawahnya. Namun di sisi lainnya, penyempurnaan substansi Renstra di pertengahan
periode RPJMN 2020-2024 dibatasi dengan target-target yang telah ditetapkan dalam RPJMN
2020-2024 sehingga BIG perlu menyiasati revisi Renstra Badan Informasi Geospasial Tahun
2020-2024. Adapun saran berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
1. BIG perlu merevisi Renstra 2020-2024 dengan mempertajam tingkat kinerja yang dipersyaratkan
yaitu tingkat kinerja Impact untuk Tujuan dan Sasaran Strategis, tingkat kinerja Outcome untuk
Sasaran Program dan Sasaran Kegiatan.
2. BIG perlu merevisi Renstra 2020-2024 dengan menggunakan pendekatan Penjenjangan Kinerja
(Pohon Kinerja) sesuai dengan PermenpanRB No.89 Tahun 2021.

3
BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Dalam mendukung pembangunan nasional dan mewujudkan amanat dari Undang-Undang


Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian/Lembaga
perlu menyusun Rencana Strategis Kementerian/Lembaga. Rencana Strategi Kementerian/Lembaga
memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan
tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga yang disusun dengan berpedoman pada RPJM Nasional dan
bersifat indikatif. Oleh karena itu, Badan Informasi Geospasial telah menyusun rencana strategis yang
telah ditetapkan dengan Peraturan Badan Informasi Geospasial Nomor 1 Tahun 2021 tentang Rencana
Strategis Badan Informasi Geospasial Tahun 2020-2024.

Renstra Badan Informasi Geospasial Tahun 2020-2024 merupakan penjabaran lebih lanjut
atas visi, misi, dan program prioritas Presiden dan Wakil Presiden serta merupakan turunan teknis
pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2020-2024, khususnya untuk penyelenggaraan informasi geospasial
nasional. Selain itu, Renstra Badan Informasi Geospasial Tahun 2020-2024 merupakan arahan yang
akan dijabarkan ke dalam rencana program dan kegiatan di setiap satuan unit kerja di lingkungan
Badan Informasi Geospasial untuk mencapai sasaran-sasaran strategis lembaga dalam rangka
mendukung pencapaian sasaran nasional.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan


Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2017 tentang Pedoman
Evaluasi Pembangunan Nasional dijelaskan bahwa Evaluasi Renstra Kementerian/Lembaga dilakukan
setidaknya dua kali dalam satu periode yaitu pada pertengahan periode dan disampaikan paling lambat
pada Juli tahun ke 3 (tiga) dan akhir periode dan disampaikan paling lambat pada Januari tahun ke 5
(lima). Guna memenuhi amanat tersebut, maka pada tahun 2022 Badan Informasi Geospasial
melaksanakan evaluasi paruh waktu terhadap Renstra. Pentingnya evaluasi terhadap Renstra untuk
menilai efisiensi, efektivitas, relevansi, dampak dan keberlanjutan program/kegiatan. Informasi
tersebut dapat digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan atas kondisi yang ada, seperti
pengembangan kebijakan atau penghentian kebijakan serta sebagai bahan masukan dalam proses
penyusunan perencanaan dan penganggaran. Hasil evaluasi paruh waktu Renstra Badan Informasi
Geospasial Tahun 2020-2024 akan digunakan sebagai bahan utama dalam menyusun evaluasi paruh
waktu RPJMN Tahun 2020-2024.

4
Selain itu, sesuai dengan Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019 tentang Tata
Cara Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga Tahun 2020-2024 bahwa perubahan
terhadap Renstra Kementerian/Lembaga dapat dilakukan dalam hal adanya perubahan struktur
organisasi dan/atau tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga yang ditetapkan melalui Peraturan
Presiden mengenai struktur organisasi dan/atau tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga. Saat ini, BIG
sedang menyiapkan regulasi terkait restrukturisasi lembaga dengan mengusulkan perubahan Peraturan
Presiden tentang Badan Informasi Geospasial. Berdasarkan hal tersebut, BIG dapat melakukan
perubahan terhadap Renstra Badan Informasi Geospasial Tahun 2020-2024.

Saat ini, pelaksanaan Renstra Badan Informasi Geospasial Tahun 2020-2024 telah memasuki
tahun ketiga. Namun, dalam perjalanan dua tahun pelaksanaan Renstra Badan Informasi Geospasial
Tahun 2020-2024 terdapat beberapa kebijakan yang dikeluarkan pemerintah sebagai upaya
penyesuaian terhadap dinamika kondisi domestik yang terjadi. Kebijakan pencabutan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang tentunya memengaruhi
lingkungan strategis yang tertuang pada Renstra Badan Informasi Geospasial Tahun 2020-2024.
Selain itu, terbitnya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 89 Tahun 2021 membuat BIG perlu melakukan perbaikan terhadap penjenjangan kinerja.

Sehubungan dengan beberapa hal diatas, perlu dilakukan evaluasi Renstra Badan Informasi
Geospasial Tahun 2020-2024 secara menyeluruh. Agar evaluasi Renstra Badan Informasi Geospasial
Tahun 2020-2024 dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan pelaksanaan Evaluasi Renstra Badan
Informasi Geospasial Tahun 2020-2024. Harapannya dengan diadakannya proses evaluasi dapat
menghasilkan dokumen evaluasi Renstra Badan Informasi Geospasial Tahun 2020-2024 yang
komprehensif dan dapat dijadikan sebagai bahan masukan atau rekomendasi perubahan Renstra
Badan Informasi Geospasial Tahun 2020-2024.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari kegiatan Evaluasi Renstra adalah untuk menganalisis kualitas substansi dan
capaian-capaian yang tertuang dalam Renstra Badan Informasi Geospasial Tahun 2020-2024.

Sedangkan tujuan dari penyusunan dokumen Evaluasi Renstra Badan Informasi Geospasial
2020-2024 ini adalah untuk mengidentifikasi kesenjangan dan menyusun rekomendasi
penyempurnaan Renstra Badan Informasi Geospasial 2020-2024.

5
1.3 Tinjauan Regulasi Evaluasi Renstra

Hasil Evaluasi Renstra akan digunakan sebagai bahan masukan dalam menyusun kebijakan
berikutnya. Oleh karena itu, acuan yang digunakan dalam Evaluasi Renstra Badan Informasi
Geospasial Tahun 2020-2024 berperan besar terhadap hasil evaluasi ini.

Bahan Acuan Evaluasi Renstra meliputi data primer, yang dikumpulkan melalui wawancara
dengan narasumber internal dan eksternal, workshop, dan FGD, serta data sekunder, yaitu dokumen
peraturan dan dokumen yang digunakan di luar peraturan yang merupakan dokumen internal
organisasi. Adapun beberapa acuan yang digunakan sebagai dasar untuk menganalisis permasalahan
Renstra adalah sebagai berikut:
1. Perpres Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2020-2024
2. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019 Tentang Tata Cara Penyusunan
Rencana Strategis Kementerian/Lembaga Tahun 2020-2024
3. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia
Nomor 89 Tahun 2021 Tentang Penjenjangan Kinerja Instansi Pemerintah
4. Surat Edaran Bersama terkait Pedoman Redesain Sistem Perencanaan dan Penganggaran Nomor
S-122/MK.2/2020 dan B-157/M.PPN/D.8/PP.04.03/05/2020 Tanggal 24 Juni 2020.
5. Peraturan Badan Informasi Geospasial Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2020 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Informasi Geospasial
6. Peraturan Badan Informasi Geospasial Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2021 Tentang
Rencana Strategis Badan Informasi Geospasial Tahun 2020 - 2024
7. Hasil Evaluasi atas Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2021 Nomor
B/76/M.AA.05/2022 Tanggal 7 Maret 2022
8. Hasil Pemantauan Capaian Kegiatan Tahun 2019 - 2021
9. Hasil Workshop Evaluasi Renstra pada tanggal 10 - 11 Mei 2022 dengan Narasumber :
- Bapak Budi Prawira, S.E., M.M selaku Asisten Deputi Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan
dan Evaluasi Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur dan Pengawasan II dari
Kementerian PAN dan RB
- Bapak Drs. Sumedi Andono Mulyo, MA., Ph.d selaku Direktur Tata Ruang, Pertahanan dan
Penanganan Bencana, Kedeputian Bidang Pengembangan Regional dari Kementerian PPN /
Bappenas
- Bapak Agus Budi Setiawan mewakili Direktur Anggaran Bidang Pembangunan Manusia
dan Kebudayaan dari kementerian Keuangan
- Ibu Farida Rahmawati selaku Pakar Manajemen Strategis
6
BAB II Pembahasan

Berikut ini adalah paparan temuan kesenjangan Rencana Strategis (Renstra) BIG Tahun
2020-2024 yang teridentifikasi untuk selanjutnya dijadikan acuan dalam penyusunan rekomendasi
penyempurnaan berdasarkan Peraturan yang ada.

2.1 Misi

Visi Badan Informasi Geospasial adalah “Menjadi Penggerak Utama Penyelenggaraan


Informasi Geospasial yang Berhasil Guna dan Berdaya Guna dalam Mewujudkan Indonesia Maju
yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”. Untuk mewujudkan
Visi tersebut, Badan Informasi Geospasial telah menetapkan Misi Badan Informasi Geospasial sebagai
berikut :
1. Meningkatkan ketersediaan informasi geospasial nasional yang lengkap dan akurat dalam
rangka mendukung pembangunan nasional;
2. Mewujudkan penyelenggaraan informasi geospasial nasional yang berhasil guna dan berdaya
guna melalui koordinasi, integrasi, dan sinkronasi;
3. Mewujudkan infrastruktur informasi geospasial nasional yang berkualitas mencakup aspek
kebijakan, kelembagaan, SDM, teknologi, dan standar; dan
4. Melaksanakan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya dalam mendukung
`penyelenggaraan informasi geospasial nasional.

Menurut Peraturan, Misi didefinisikan sebagai rumusan umum mengenai upaya-upaya yang
akan dilaksanakan untuk mewujudkan Visi. Beberapa kriteria dalam penyusunan Misi
Kementerian/Lembaga adalah sebagai berikut:
1) Misi harus dapat menggambarkan penjabaran RPJMN serta tugas yang dibebankan oleh
Undang-undang terkait;
2) Misi harus sejalan dengan upaya pencapaian visi organisasi dan berlaku pada periode tertentu;
3) Misi harus dapat menggambarkan tindakan disesuaikan dengan tugas dan fungsi organisasi
Kementerian/Lembaga atau bersifat unik terhadap organisasi Kementerian/Lembaga lainnya;
dan
4) Misi harus dapat menjembatani penjabaran Visi Kementerian/Lembaga ke dalam tujuan
Kementerian/Lembaga.

Berdasarkan definisi Misi yang diatur dalam Peraturan, Misi Badan Informasi Geospasial
seharusnya menggambarkan upaya dalam mewujudkan Visi Badan Informasi Geospasial. Misi Badan

7
Informasi Geospasial saat ini belum menggambarkan upaya mewujudkan Visi Badan Informasi
Geospasial. Penetapan Misi Badan Informasi Geospasial menjadi 4 bagian mengikuti pembagian Unit
Organisasi Eselon 1 yang ada di Badan Informasi Geospasial. Khusus untuk Misi nomor 2, yaitu
‘Mewujudkan penyelenggaraan informasi geospasial nasional yang berhasil guna dan berdaya guna
melalui koordinasi, integrasi, dan sinkronasi’ merupakan pengulangan dari Visi Badan Informasi
Geospasial dalam hal Penyelenggaraan Informasi Geospasial yang Berhasil Guna dan Berdaya Guna.

Gambar 1. Ilustrasi keterkaitan antara Misi dan Organisasi Badan Informasi Geospasial

2.2 Tujuan

Definisi Tujuan yang ditetapkan dalam Peraturan adalah sebagai penjabaran Visi
Kementerian/Lembaga yang bersangkutan dan dilengkapi dengan rencana sasaran nasional yang
hendak dicapai dalam rangka mencapai sasaran program prioritas Presiden.

Tujuan disusun berdasarkan hasil identifikasi potensi dan permasalahan yang akan dihadapi
dalam rangka mewujudkan Visi dan melaksanakan Misi Kementerian/ Lembaga, dan pada tingkat
organisasi Kementerian/Lembaga, Tujuan berada pada tingkat kinerja dampak (impact).

Adapun kriteria yang harus diperhatikan dalam penyusunan Tujuan Kementerian/Lembaga,


yaitu 1) Tujuan harus sejalan dengan Visi dan Misi organisasi Kementerian/Lembaga pada periode

8
jangka menengah; 2) Tujuan harus dapat menunjukkan suatu kondisi yang ingin dicapai pada periode
jangka menengah; 3) Tujuan harus dapat dicapai dengan kemampuan yang dimiliki oleh
Kementerian/Lembaga; dan 4) Tujuan harus dapat mengarahkan perumusan Sasaran Strategis, Arah
Kebijakan dan Strategi, Serta Program dan Kegiatan dalam rangka merealisasikan Visi dan Misi
Kementerian/ Lembaga.

Badan Informasi Geospasial memiliki 4 Tujuan yaitu :


1. Tersedianya informasi geospasial dasar yang lengkap dan akurat.
2. Tersedianya informasi geospasial yang berhasil guna dan berdaya guna sesuai pembangunan
nasional.
3. Terselenggaranya infrastruktur informasi geospasial nasional yang berkualitas untuk
mendukung ketersediaan, akses, dan pemanfaatan informasi geospasial nasional.
4. Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya dalam mendukung
penyelenggaraan informasi geospasial nasional.

Berdasarkan Peraturan, Keluaran (Output) didefinisikan sebagai barang/jasa yang dihasilkan


oleh sebuah aktivitas yang dilaksanakan oleh organisasi dalam. Sedangkan Hasil (Outcome) adalah
hasil dari berfungsinya output. Dampak (Impact) adalah kondisi yang dirasakan oleh Masyarakat.

Tujuan nomor 1 dan 2 dari Badan Informasi Geospasial yang menggunakan kata ‘tersedianya’
menggambarkan ketersediaan barang/jasa sebagai hasil kerja. Tingkat kinerja untuk Tujuan nomor 1
dan 2 dapat dikategorikan ke dalam tingkat kinerja Output. Sedangkan Tujuan nomor 3 yang
menggunakan kata ‘terselenggaranya’ dan Tujuan nomor 4 yang menggunakan kata ‘terwujudnya’
menggambarkan berfungsinya output sehingga dapat dikategorikan sebagai tingkat kinerja Outcome.
Dari ke-4 Tujuan Badan Informasi Geospasial, tidak ada yang menggambarkan tingkat kinerja Impact
seperti yang dipersyaratkan oleh Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019 Tentang Tata
Cara Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga Tahun 2020-2024.

Tujuan Badan Informasi Geospasial merupakan pengulangan dari Misi Badan Informasi
Geospasial, yang disusun berdasarkan pembagian Unit Organisasi Eselon 1 yang ada di Badan
Informasi Geospasial.

Renstra kementerian lembaga, harus mengakomodasi aspirasi atau kebutuhan masyarakat.


Dari Hasil Evaluasi SAKIP Tahun 2021, terdapat catatan rekomendasi agar Badan Informasi
Geospasial “Mendorong penyempurnaan pada perencanaan kinerja pada level lembaga dan level unit
kerja agar merumuskan tujuan dan sasaran strategis yang menggambarkan kinerja/outcome yang
9
dirasakan stakeholder dan memastikan memiliki alat ukur atau indikator kinerja khususnya pada
tujuan yang ditetapkan, sehingga dapat tergambar pencapaian kinerja tujuan”. Selain itu, harapan
masyarakat terhadap Badan Informasi Geospasial juga disampaikan oleh Ibu Farida Rahmawati
sebagai Pakar Manajemen Strategi dalam Workshop Evaluasi Renstra yang menyatakan bahwa masih
sangat terbatasnya ruang untuk melakukan kolaborasi aktif dan inovasi. Hal ini sering kali
menyebabkan kelompok pengguna lain di luar pemerintah merasa tidak diakomodasi. Pihak-pihak
tersebut mencari bentuk dan ruang sendiri sehingga seringkali tidak menyadari hasil yang diperoleh di
luar standar yang ditetapkan oleh BIG sebagai pengampu penyelenggaraan IG nasional.

Kedua hal di atas menunjukkan bahwa Tujuan Badan Informasi Geospasial belum
menggambarkan upaya untuk memenuhi harapan pemangku kepentingan diluar BIG baik dari
masyarakat maupun pelaku usaha dalam hal penggunaan informasi geospasial.

Dalam Peraturan juga mensyaratkan bahwa Tujuan harus dapat menunjukkan suatu kondisi
yang ingin dicapai pada periode jangka menengah, dengan cara menetapkan indikator kinerja Tujuan.
Saat ini, Badan Informasi Geospasial belum menetapkan Indikator Kinerja Tujuan yang menjadi
target yang harus dicapai pada akhir periode Renstra.

2.3 Sasaran Strategis

Definisi dari Sasaran Strategis adalah kondisi yang akan dicapai secara nyata oleh
Kementerian/Lembaga yang mencerminkan pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya hasil satu atau
beberapa program. bahwa pada tingkat organisasi Kementerian/Lembaga, Sasaran Strategis berada
pada tingkat kinerja dampak (impact). Pada Peraturan tersebut juga menetapkan beberapa kriteria
yang harus diperhatikan dalam penyusunan Sasaran Strategis Kementerian/Lembaga, yaitu:

1) Sasaran Strategis Kementerian/Lembaga yang ditetapkan harus merupakan ukuran pencapaian


dari Tujuan Kementerian/Lembaga;
2) Sasaran strategis mencerminkan berfungsinya outcomes dari semua program dalam
Kementerian/Lembaga;
3) Sasaran Strategis Kementerian/Lembaga yang dirumuskan sama dengan sasaran
pembangunan yang ada dalam RPJMN maupun RPJPN 2005-2025 sesuai dengan tugas fungsi
Kementerian/Lembaga masing-masing dan/atau setingkat lebih rendah dari sasaran
pembangunan yang ada dalam RPJMN namun tetap sesuai dengan Visi, Misi dan tugas serta
fungsi Kementerian/Lembaga yang bersangkutan;

10
4) Sasaran Strategis Kementerian/Lembaga yang dirumuskan memiliki sebab akibat (causality)
secara logis dengan sasaran pembangunan dalam RPJMN maupun RPJPN;
5) Sasaran Strategis Kementerian/Lembaga harus dirumuskan dengan jelas dan terukur; dan
6) Sasaran Strategis Kementerian/Lembaga harus dilengkapi dengan indikator dan target kinerja.

Sasaran Strategis Badan Informasi Geospasial juga disusun berdasarkan pembagian Unit
Organisasi Eselon 1 yang ada di Badan Informasi Geospasial, yaitu :
1) Meningkatnya ketersediaan informasi geospasial dasar yang berkualitas dan siap pakai sesuai
kebutuhan pembangunan nasional.
2) Meningkatnya ketersediaan informasi geospasial tematik yang berkualitas sesuai kebutuhan
pembangunan nasional.
3) Terselenggaranya infrastruktur informasi geospasial yang berkualitas untuk mendukung
ketersediaan, akses, dan pemanfaatan informasi geospasial nasional.
4) Terwujudnya birokrasi yang bersih, efektif, dan terpercaya.

Sama dengan kondisi yang terjadi dengan tingkat kinerja Tujuan Badan Informasi Geospasial,
tingkat kinerja Sasaran Strategis Badan Informasi Geospasial juga masih belum menggambarkan
tingkat kinerja Dampak (Impact) seperti yang dipersyaratkan dalam Peraturan Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 2019 Tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga Tahun
2020-2024. Sasaran Strategis nomor 1 dan 2 dari Badan Informasi Geospasial yang menggunakan
kata ‘meningkatnya ketersediaan’ menggambar tingkat kinerja Output. Sedangkan Tujuan nomor 3
yang menggunakan kata ‘terselenggaranya’ dan Tujuan nomor 4 yang menggunakan kata
‘terwujudnya’ menggambarkan berfungsinya output sehingga dapat dikategorikan sebagai tingkat
kinerja Outcome.

Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi


Birokrasi Republik Indonesia Nomor 89 Tahun 2021, setiap Kementerian/Lembaga diminta untuk
menyusun komponen Renstra menggunakan pendekatan Pohon Kinerja. Karena penetapan Peraturan
ini dikeluarkan setelah penetapan Renstra Badan Informasi Geospasial, pendekatan Pohon Kinerja
belum diterapkan sebagai metodologi penyusunan komponen Renstra Badan Informasi Geospasial.
Akibatnya Sasaran Strategis Badan Informasi Geospasial tidak disusun sebagai Critical Success
Factor pencapaian Tujuan sehingga belum menjawab kebutuhan dalam mencapai Tujuan yang telah
ditetapkan. Sebagai contoh adalah Sasaran Strategis Badan Informasi Geospasial nomor 1, yaitu
‘Meningkatnya ketersediaan informasi geospasial dasar yang berkualitas dan siap pakai sesuai dengan
kebutuhan pembangunan nasional’ bukan merupakan kondisi yang diperlukan untuk mencapai Tujuan
nomor 1, yaitu ‘Tersedianya informasi geospasial dasar yang lengkap dan akurat’.
11
2.4 Indikator Kinerja Sasaran Strategis

Peraturan mendefinisikan Indikator Kinerja Sasaran Strategis Kementerian/Lembaga sebagai


alat ukur yang mengindikasikan keberhasilan pencapaian Sasaran Strategis Kementerian/Lembaga.
Peraturan ini juga menjelaskan bahwa setiap Sasaran Strategis dapat memiliki lebih dari satu indikator
kinerja Sasaran Strategis. Walaupun demikian, Badan Informasi Geospasial hanya memiliki 1
Indikator Kinerja untuk setiap Sasaran Strategis yang ada, yaitu Indikator Kinerja Persentase (%)
ketersediaan informasi geospasial dasar (IGD) yang berkualitas dan siap pakai yang mencakup
seluruh wilayah Indonesia sesuai kebutuhan pembangunan nasional untuk mengukur Sasaran Strategis
Meningkatnya ketersediaan informasi geospasial dasar yang berkualitas dan siap pakai sesuai
kebutuhan pembangunan nasional, Indikator Kinerja Persentase (%) ketersediaan informasi geospasial
tematik (IGT) yang berkualitas sesuai kebutuhan pembangunan nasional untuk mengukur Sasaran
Strategis Meningkatnya ketersediaan informasi geospasial tematik yang berkualitas sesuai kebutuhan
pembangunan nasional, Indikator Kinerja Indeks infrastruktur informasi geospasial yang berkualitas
untuk mengukur Sasaran Strategis Terselenggaranya infrastruktur informasi geospasial yang
berkualitas untuk mendukung ketersediaan, akses, dan pemanfaatan informasi geospasial nasional,
dan Indikator Kinerja Nilai Reformasi Birokrasi BIG untuk mengukur Sasaran Strategis Terwujudnya
birokrasi yang bersih, efektif, dan terpercaya.

Indikator Sasaran Strategis yang ada belum secara lengkap mengukur keberhasilan
pencapaian Sasaran Strategis yang telah ditetapkan. Sebagai contoh Indikator Kinerja Sasaran
Strategis ‘Persentase (%) ketersediaan informasi geospasial dasar (IGD) yang berkualitas dan siap
pakai yang mencakup seluruh wilayah Indonesia sesuai kebutuhan pembangunan nasional’ hanya
mengukur persentase (%) pencapaian target Badan Informasi Geospasial di akhir periode Renstra,
bukan akumulasi persentase (%) pencapaian secara kebutuhan nasional. Walaupun Indikator Kinerja
nya mencantumkan ‘kebutuhan pembangunan nasional’, namun dalam definisi perhitungannya tidak
mencerminkan pencapaian secara total nasional.

Gambar 3. Indikator Kinerja SS belum mencakup total kebutuhan Nasional

12
2.5 Target Indikator Kinerja Sasaran Strategis

Menurut Peraturan, Target adalah hasil dan satuan hasil yang direncanakan akan dicapai dari
setiap indikator kinerja. Adapun kriteria yang harus dipertimbangkan, antara lain bahwa Target harus
menggambarkan angka kuantitatif dan satuan yang akan dicapai dari setiap Indikator Kinerja Sasaran,
dan Penetapan Target harus relevan dengan indikator kinerjanya, logis, dan berdasarkan baseline data
yang jelas. Saat ini, Manual Indikator Kinerja yang dimiliki Badan Informasi Geospasial belum
mencantumkan baseline data sebagai rujukan penetapan target Indikator Kinerja Sasaran Strategis
Badan Informasi Geospasial.

Peraturan lainnya menjelaskan bahwa Target ditetapkan dengan mempertimbangkan kondisi


awal periode perencanaan dan kondisi yang diharapkan terjadi pada periode akhir perencanaan.
Peraturan ini juga mensyaratkan bahwa Target harus mengalami peningkatan dari kondisi awal sampai
kondisi akhir periode perencanaan.

Persyaratan peningkatan Target ini tidak dipenuhi untuk Indikator Sasaran Strategis
‘Persentase (%) ketersediaan informasi geospasial dasar (IGD) yang berkualitas dan siap pakai yang
mencakup seluruh wilayah Indonesia sesuai kebutuhan pembangunan nasional’ dimana target di tahun
2020 adalah 15.21%, di tahun 2021 meningkat menjadi 19.08%, kemudian meningkat lagi di tahun
2022 menjadi 23.30%, namun kemudian menurun di tahun 2023 menjadi 22.34%, dan kemudian
menurun lagi di tahun 2024 menjadi 20.07%. Berdasarkan Hasil Workshop Evaluasi Renstra pada
tanggal 10 - 11 Mei 2022 dengan narasumber Bapak Budi Prawira, S.E., M.M selaku Asisten Deputi
Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan dan Evaluasi Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur dan
Pengawasan II dari Kementerian PAN dan RB, Badan Informasi Geospasial diminta untuk
memastikan bahwa penentuan target Indikator Kinerja menggambarkan peningkatan dari tahun ke
tahun.

2.6 Sasaran Program

Badan Informasi Geospasial memiliki 5 Sasaran Program, yaitu :


1. Meningkatnya ketersediaan SRGI yang berkualitas dan siap pakai sesuai kebutuhan
pembangunan nasional
2. Meningkatnya ketersediaan peta dasar yang berkualitas dan siap pakai sesuai kebutuhan
pembangunan nasional
3. Meningkatnya ketersediaan tema dan informasi geospasial tematik sesuai kebutuhan
pembangunan nasional
13
4. Tersedianya infrastruktur informasi geospasial yang berkualitas dengan dukungan kebijakan,
standar, teknologi, kelembagaan dan SDM
5. Terwujudnya BIG yang akuntabel, transparan, dan profesional

Dalam Peraturan mensyaratkan bahwa Sasaran Program perlu memiliki keterkaitan dan
hubungan sebab-akibat dengan Sasaran Strategis Kementerian/Lembaga dan Sasaran Kegiatan.
Ketentuan mengenai hubungan sebab-akibat ini diperkuat oleh Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 89 Tahun 2021 yang
mensyaratkan Instansi Pemerintah untuk menggunakan pendekatan Penjenjangan Kinerja (Pohon
Kinerja) guna mendukung pencapaian Kinerja organisasi.

Terkait persyaratan hubungan sebab-akibat ini, dan penggunaan pendekatan Penjenjangan


Kinerja, Sasaran Program Badan Informasi Geospasial belum menggambarkan hubungan sebab-akibat
dengan Sasaran Strategis-nya. Sasaran Program yang ada belum menjawab kondisi yang diinginkan
dalam rangka mewujudkan Sasaran Strategis Badan Informasi Geospasial.

Selain itu, Sasaran Program yang dirumuskan harus menggambarkan hasil (outcome) dari
pelaksanaan program unit organisasi Eselon I sesuai tugas dan fungsinya. Dari 5 Sasaran Program
Badan Informasi Geospasial, hanya 1 Sasaran Program yang sudah menggambarkan tingkat kinerja
Hasil (outcome), yaitu Sasaran Program ‘Terwujudnya BIG yang akuntabel, transparan, dan
profesional’. Sedangkan 4 Sasaran Program lainnya masih menggambarkan tingkat kinerja Output
dengan penekanan pada ‘ketersediaan’.

2.7 Sasaran Kegiatan

Sasaran Kegiatan ditetapkan dalam Peraturan sebagai keluaran yang dihasilkan oleh suatu
kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan
yang dapat berupa barang atau jasa. Peraturan ini juga mensyaratkan bahwa Sasaran Kegiatan yang
dirumuskan harus dapat mendukung tercapainya Sasaran Program, dan bahwa Sasaran Kegiatan perlu
memiliki keterkaitan dan hubungan sebab-akibat dengan Sasaran Program.

Berdasarkan Sasaran Program yang ada, Badan Informasi Geospasial memiliki total 21
Sasaran Kegiatan yang ditetapkan dalam Peraturan Badan Informasi Geospasial Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2021 Tentang Rencana Strategis Badan Informasi Geospasial Tahun 2020-2024, yaitu
:

14
1. Sasaran Program Meningkatnya ketersediaan Sistem Referensi Geospasial Indonesia (SRGI)
yang berkualitas dan siap pakai sesuai kebutuhan pembangunan nasional memiliki Sasaran
Kegiatan:
- Meningkatnya ketersediaan SRGI Horisontal yang berkualitas dan siap pakai sesuai
kebutuhan pembangunan.
- Meningkatnya ketersediaan SRGI Vertikal yang berkualitas dan siap pakai sesuai
kebutuhan pembangunan nasional.
- Meningkatnya ketersediaan Datum Pasang Surut yang berkualitas dan siap pakai sesuai
kebutuhan pembangunan Nasional.
2. Sasaran Program Meningkatnya ketersediaan peta dasar yang berkualitas dan siap pakai
sesuai kebutuhan pembangunan nasional memiliki Sasaran Kegiatan:
- Meningkatnya ketersediaan Data Geospasial Dasar wilayah darat yang berkualitas dan siap
pakai sesuai kebutuhan pembangunan nasional.
- Meningkatnya ketersediaan Informasi Geospasial unsur peta dasar wilayah darat yang
berkualitas dan siap pakai sesuai kebutuhan pembangunan nasional.
- Meningkatnya ketersediaan Informasi Geospasial unsur peta dasar batas wilayah yang
berkualitas dan siap pakai sesuai kebutuhan pembangunan nasional.
- Meningkatnya ketersediaan Informasi Geospasial unsur peta dasar wilayah laut dan pantai
yang berkualitas dan siap pakai sesuai kebutuhan pembangunan nasional.
- Meningkatnya ketersediaan Data Geospasial Dasar wilayah laut dan pantai yang
berkualitas dan siap pakai sesuai kebutuhan pembangunan nasional
3. Sasaran Program Meningkatnya ketersediaan tema dan informasi geospasial tematik sesuai
kebutuhan pembangunan nasional memiliki Sasaran Kegiatan:
- Meningkatnya jumlah IGT yang telah dibina sesuai kebutuhan pembangunan nasional.
- Meningkatnya IGT Strategis sesuai kebutuhan pembangunan nasional.
- Meningkatnya jumlah IGT yang telah dibina sesuai kebutuhan pembangunan nasional.
- Meningkatnya IGT Strategis sesuai kebutuhan pembangunan nasional
4. Sasaran Program Tersedianya infrastruktur informasi geospasial yang berkualitas dengan
dukungan kebijakan, standar, teknologi, kelembagaan dan SDM memiliki Sasaran Kegiatan:
- Meningkatnya Simpul Jaringan yang optimal.
- Terpenuhinya standar teknis penyelenggaraan informasi geospasial untuk mendukung
pembangunan nasional.
- Terpenuhinya regulasi Sumber Daya Manusia dan Industri IG
- Meningkatnya pengelolaan, penyebarluasan dan pemanfaatan Informasi Geospasial.
- Meningkatnya kualitas layanan data center.

15
5. Sasaran Program Terwujudnya BIG yang akuntabel, transparan, dan profesional memiliki
Sasaran Kegiatan:
- Terselenggaranya pemerintahan yang bersih, akuntabel dan berkinerja tinggi.
- Meningkatnya pengendalian internal Badan Informasi Geospasial.
- Terselenggaranya penelitian dan layanan jasa /produk bidang Informasi Geospasial.

Sasaran Kegiatan Badan Informasi Geospasial di atas disusun berdasarkan pembagian


aspek/komponen dari Sasaran Program yang ingin dicapai, bukan berdasarkan analisis hubungan
sebab-akibat antara Sasaran Kegiatan dan Sasaran Program-nya. Sasaran Kegiatan bukan merupakan
kondisi (Critical Success Factor) yang dibutuhkan agar Sasaran Program tercapai.

Selain itu, dalam Peraturan lain juga menjelaskan bahwa Sasaran Kegiatan menggambarkan
tingkat kinerja Outcome (Immediate Outcome) atau Output.

Gambar 4. Sasaran Kegiatan dengan tingkat kinerja Immediate Outcome

Saat ini sebagian besar Sasaran Kegiatan Teknis Badan Informasi Geospasial memiliki tingkat
kinerja Output. Dari 17 Sasaran Kegiatan Teknis Badan Informasi Geospasial, hanya 2 yang memiliki
tingkat kinerja Outcome, yaitu Sasaran Kegiatan ‘Meningkatnya pengelolaan, penyebarluasan dan
pemanfaatan Informasi Geospasial’, dan Sasaran Kegiatan ‘Meningkatnya kualitas layanan data
center’.

2.8 Rincian Output

RSPP adalah Surat Edaran Bersama terkait Pedoman Redesain Sistem Perencanaan dan
Penganggaran yang dikeluarkan pada tanggal 24 Juni 2020. Dengan keluarnya Pedoman ini, Instansi
Pemerintah harus menyesuaikan cara penyusunan Matriks Usulan Kinerja dan Pendanaan pada
dokumen Renstra dengan ketentuan yang diatur di RSPP. Berikut adalah ilustrasi Matriks Usulan
Kinerja dan Pendanaan versi sebelum dan setelah RSPP :

16
Gambar 5. Matriks Usulan Kinerja dan Pendanaan versi sebelum RSPP

Gambar 6. Matriks Usulan Kinerja dan Pendanaan versi RSPP

Saat ini Matriks Usulan Kinerja dan Pendanaan Badan Informasi Geospasial masih
menggunakan versi sebelum RSPP.

2.9 Target Rincian Output

Terdapat beberapa Target Rincian Output yang tidak tercapai dalam periode 2020 dan/atau
2021. Hal ini mengakibatkan target total kumulatif di akhir tahun 2024 tidak akan tercapai jika target
tahun 2022, 2023, dan 2024 tetap sama.

Gambar 6. Target Rincian Output

17
BAB III Rekomendasi

Berdasarkan kesenjangan yang diidentifikasi pada bab sebelumnya, maka direkomendasikan


beberapa penyempurnaan yang dapat dilakukan oleh BIG untuk meningkatkan kualitas Renstra.
Rekomendasi pada bab ini disusun berdasarkan komponen Renstra.

3.1 Misi

Misi dari sebuah organisasi merupakan aspek yang sangat penting dan strategis karena Misi
akan menjadi landasan organisasi dalam pengambilan keputusan dan dalam menjalankan kegiatan
operasional. Tidak adanya Misi atau ketidakjelasan Misi akan menyebabkan kegiatan organisasi yang
tidak efektif dalam mengemban tugas dan fungsinya, hal ini mempengaruhi hasil atau realisasi dalam
mewujudkan Visi organisasi. Agar dapat mewujudkan Visi Badan Informasi Geospasial, perlu
dipastikan bahwa Misi yang disusun merupakan upaya strategis dalam rangka mewujudkan Visi.
Misi dan komponen Renstra lainnya akan menjadi dasar dalam penyusunan Struktur
Organisasi Kementerian/Lembaga. Pendekatan penyusunan Struktur Organisasi berdasarkan Rencana
Strategis diterapkan untuk memastikan bahwa Rencana Strategis yang disusun dapat dilaksanakan
dengan efektif oleh Organisasi. Oleh karena itu Badan Informasi Geospasial juga harus memastikan
bahwa Misi yang disusun tidak berlandaskan pembagian Unit Organisasi Eselon 1 yang ada di Badan
Informasi Geospasial. Namun Misi disusun secara murni sebagai upaya untuk mewujudkan Visi
Badan Informasi Geospasial.

3.2 Tujuan

Sebagai destinasi jangka menengah, Tujuan harus menggambarkan perjalanan Organisasi


dalam mewujudkan Visi dan menjalankan Misi Organisasi. Sasaran yang ingin dicapai di akhir
periode Renstra harus jelas dan terukur sehingga dapat memberikan arahan bagi seluruh Pegawai
dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan kegiatan organisasi.
Badan Informasi Geospasial perlu merevisi Tujuan dalam Renstra sebagai penjabaran dari
Visi dan Misi Badan Informasi Geospasial, menggambarkan peran Badan Informasi Geospasial
dalam mendukung pencapaian Sasaran Program Prioritas Presiden, memiliki tingkat kinerja Impact,
dan mengakomodasi harapan Masyarakat. Badan Informasi Geospasial juga perlu menetapkan
Indikator Kinerja Tujuan yang menggambarkan hasil yang ingin dicapai di akhir periode perencanaan.

18
3.3 Sasaran Strategis

Untuk setiap Tujuan yang telah ditetapkan, Organisasi perlu menurunkan Tujuan tersebut
menjadi beberapa Sasaran Strategis sebagai kondisi antara yang diperlukan agar Tujuan di akhir
periode jangka menengah dapat tercapai. Sasaran Strategis harus menjawab kebutuhan kondisi agar
Tujuan dapat tercapai, dan juga mengatasi permasalah strategis yang dapat menghambat Organisasi
dalam mencapai Tujuannya.
Badan Informasi Geospasial perlu merevisi Sasaran Strategis dalam Renstra menggunakan
pendekatan Penjenjangan Kinerja sehingga memiliki hubungan sebab akibat dan dapat menjawab
kebutuhan untuk mencapai Tujuan. Selain itu, karena Sasaran Strategis merupakan komponen
perencanaan di level Kementerian/Lembaga, Badan Informasi Geospasial perlu memastikan Sasaran
Strategis yang akan direvisi memiliki tingkat kinerja Impact.

3.4 Indikator Kinerja Sasaran Strategis

Indikator Kinerja digunakan oleh Organisasi untuk mengetahui seberapa jauh Organisasi telah
mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Untuk dapat dengan tepat mengetahui capaian dari sasaran,
organisasi harus dapat menentukan Indikator Kinerja yang tepat mengukur sasarannya. Berdasarkan
Peraturan, setiap Sasaran Strategis dapat memiliki lebih dari satu indikator kinerja Sasaran Strategis,
namun Badan Informasi Geospasial hanya memiliki 1 Indikator Kinerja untuk setiap Sasaran Strategis
yang ada.
Badan Informasi Geospasial perlu menentukan Indikator Kinerja Sasaran Strategis yang tepat
sesuai dengan kondisi yang ingin dicapai oleh Sasaran Strategis. Formula perhitungan Indikator
Kinerja dalam Manual Indikator Kinerja Sasaran Strategis juga perlu dipastikan mencakup seluruh
aspek kondisi yang ingin dicapai.

3.5 Target Indikator Kinerja Sasaran Strategis

Sebagai panduan fokus kegiatan dan anggaran, organisasi menetapkan Target Indikator
Kinerja. Target harus mengalami peningkatan dari kondisi awal sampai kondisi akhir periode
perencanaan. Persyaratan peningkatan Target ini tidak dipenuhi untuk Indikator Sasaran Strategis
‘Persentase (%) ketersediaan informasi geospasial dasar (IGD) yang berkualitas dan siap pakai yang
mencakup seluruh wilayah Indonesia sesuai kebutuhan pembangunan nasional’ dimana target di tahun
2020 adalah 15.21%, di tahun 2021 meningkat menjadi 19.08%, kemudian meningkat lagi di tahun

19
2022 menjadi 23.30%, namun kemudian menurun di tahun 2023 menjadi 22.34%, dan kemudian
menurun lagi di tahun 2024 menjadi 20.07%.
Badan Informasi Geospasial perlu menetapkan target yang menggambarkan peningkatan
terhadap capaian kinerja sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai. Baseline data sebagai landasan
penentuan target juga harus dihitung.

3.6 Sasaran Program

Peraturan mensyaratkan bahwa Sasaran Program perlu memiliki keterkaitan dan hubungan
sebab-akibat dengan Sasaran Strategis Kementerian/Lembaga dan Sasaran Kegiatan. Pendekatan
Penjenjangan Kinerja (Pohon Kinerja) dapat digunakan untuk memfasilitasi proses penurunan sasaran
sehingga menjamin adanya hubungan sebab-akibat.
Badan Informasi Geospasial perlu menurunkan Sasaran Strategis menjadi beberapa Sasaran
Program dengan pendekatan Penjenjangan Kinerja (Pohon Kinerja) untuk memastikan adanya
keterkaitan dan hubungan sebab-akibat antara Sasaran Program dengan Sasaran Strategis-nya. Badan
Informasi Geospasial juga perlu memastikan bahwa Sasaran Program yang disusun akan memiliki
tingkat kinerja Outcome.

3.7 Sasaran Kegiatan

Sebagai panduan fokus kegiatan di level Unit Organisasi Eselon 2, disusun Sasaran Kegiatan
yang merupakan penurunan dari Sasaran Program di atasnya. Untuk setiap Sasaran Program yang
disusun, Badan Informasi Geospasial perlu menentukan Sasaran Kegiatan dengan menggunakan
pendekatan Penjenjangan Kinerja (Pohon Kinerja) untuk memastikan adanya keterkaitan dan
hubungan sebab-akibat antara Sasaran Kegiatan dengan Sasaran Program-nya.
Badan Informasi Geospasial perlu mengupayakan agar Sasaran Kegiatan yang disusun
memiliki tingkat kinerja Outcome, terutama untuk Sasaran Kegiatan Teknis. Apabila kondisi tidak
memungkinkan untuk menentukan tingkat kinerja Outcome, Badan Informasi Geospasial dapat
menyusun Sasaran Kegiatan dengan tingkat kinerja Output.

3.8 Rincian Output

Matriks Usulan Kinerja dan Pendanaan dalam Renstra Kementerian/Lembaga merupakan data
rinci mengenai hasil/output yang akan dihasilkan oleh Kementerian/Lembaga selama periode
perencanaan, termasuk anggaran yang dibutuhkan untuk menghasilkan output tersebut.

20
Dalam rangka memenuhi persyaratan Pedoman Redesain Sistem Perencanaan dan
Penganggaran Nomor S-122/MK.2/2020 dan B-157/M.PPN/D.8/PP.04.03/05/2020 Tanggal 24 Juni
2020 (RSPP), Badan Informasi Geospasial harus merevisi semua Rincian Output Renstra mengikuti
persyaratan RSPP, dimana Saat ini Matriks Usulan Kinerja dan Pendanaan masih menggunakan versi
sebelum RSPP.

3.9 Target Rincian Output

Sama halnya dengan Target pada komponen perencanaan lainnya, Target Rincian Output juga
digunakan sebagai panduan kerja dan sekaligus sebagai cara untuk mengevaluasi capaian Output yang
telah ditetapkan.
Dalam hal pencapaian Target Rincian Output di Badan Informasi Geospasial, terdapat
beberapa Target Rincian Output yang tidak tercapai dalam periode 2020 dan/atau 2021. Hal ini dapat
menyebabkan target total kumulatif Renstra di akhir tahun 2024 tidak akan tercapai. Untuk
memastikan pencapaian target akhir periode Renstra Badan Informasi Geospasial, yang juga
merupakan target RPJMN, Badan Informasi Geospasial perlu merevisi Target Tahunan Rincian
Output (RO) untuk tahun 2023 dan 2024.

21
BAB IV Kesimpulan dan Saran

4.1 Kesimpulan

Evaluasi Renstra disusun untuk melihat kualitas substansi dan capaian-capaian yang tertuang
dalam Renstra Badan Informasi Geospasial Tahun 2020-2024 dengan fokus pada meningkatnya
kontribusi Informasi Geospasial sesuai kebutuhan Pembangunan Nasional dan masyarakat. Evaluasi
sebagai langkah konkrit dalam mewujudkan perbaikan maupun perubahan kebijakan, aturan dan
perencanaan pada BIG. Hasil evaluasi ini dapat digunakan sebagai bahan perbaikan Renstra Badan
Informasi Geospasial Tahun 2020-2024.

Dari kegiatan evaluasi Renstra yang telah dilakukan, telah diidentifikasi 9 area kesenjangan
yang perlu mendapat perhatian untuk dapat meningkatkan kualitas Renstra Badan Informasi
Geospasial. Jenis kesenjangan yang teridentifikasi adalah permasalahan substansi yang belum sesuai
dengan ketentuan dari Peraturan terkait, dan permasalahan pencapaian target kinerja.

Mekanisme penyusunan Renstra yang menggunakan pendekatan logika sebab akibat


(pendekatan penjenjangan kinerja) secara top-down mensyaratkan penyusunan Renstra harus
dilakukan dengan benar sejak komponen tertinggi yaitu Visi, Misi dan Tujuan. Dengan pendekatan
penjenjangan kinerja, Tujuan akan diturunkan menjadi beberapa Sasaran Strategis, Sasaran Strategis
akan diturunkan menjadi beberapa Sasaran Program, dan seterusnya.

Dengan ditemukannya permasalahan pada Misi dan Tujuan Badan Informasi Geospasial,
penyempurnaan perlu dilakukan pada kedua komponen perencanaan tersebut. Perubahan pada Tujuan
Badan Informasi Geospasial akan mempengaruhi semua komponen strategi yang ada dibawahnya. Hal
ini akan mengakibatkan perubahan secara menyeluruh pada substansi Renstra Badan Informasi
Geospasial jika penyusunan Renstra menggunakan pendekatan penjenjangan kinerja.

Namun di sisi lainnya, penyempurnaan substansi Renstra di pertengahan periode RPJMN


2020-2024 dibatasi dengan target-target yang telah ditetapkan dalam RPJMN 2020-2024. Untuk itu
Badan Informasi Geospasial perlu menyiasati revisi Renstra Badan Informasi Geospasial 2020-2024
agar tetap dapat mengikuti kaidah peraturan terkait mekanisme penyusunan Renstra yang baik, dan
secara bersamaan menjaga agar revisi yang dilakukan masih berada dalam koridor target RPJMN
2020-2024.

22
4.2 Saran

Setelah teridentifikasinya beberapa kesenjangan dalam Renstra Badan Informasi Geospasial,


perlu dilakukan beberapa penyempurnaan terhadap dokumen Renstra yang ada. Berikut adalah saran
penyempurnaan yang dapat dilakukan sebagai kelanjutan dari hasil Evaluasi Renstra :

1. Badan Informasi Geospasial perlu menindaklanjuti hasil evaluasi ini dengan merevisi Renstra
2020-2024. Revisi Renstra yang akan dilakukan harus memperhatikan aspek tingkat kinerja yang
dipersyaratkan yaitu tingkat kinerja Impact untuk Tujuan dan Sasaran Strategis, tingkat kinerja
Outcome untuk Sasaran Program dan Sasaran Kegiatan.
2. Revisi Renstra yang akan dilakukan juga harus menggunakan pendekatan Penjenjangan Kinerja
(Pohon Kinerja) sesuai dengan PermenpanRB No.89 Tahun 2021. Hal ini akan menjamin adanya
hubungan sebab-akibat antar komponen perencanaan.
3. Penyusunan revisi Renstra perlu melibatkan para Pimpinan Badan Informasi Geospasial,
terutama Pimpinan Unit Eselon 1. Hal ini diperlukan untuk mendapatkan arahan dan komitmen
dalam proses penyusunan dan pelaksanaan Renstra.

23

Anda mungkin juga menyukai