Anda di halaman 1dari 101

cover - 1 -

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i
DAFTAR GAMBAR ii
DAFTAR TABEL iv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. 1
1.2. 4
1.2.1. 4
1.2.2. 6
BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN KEMENTERIAN/LEMBAGA 19
2.1. 19
2.2. 20
2.3. 21
2.4. 23
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA KELEMBAGAAN DAN
KERANGKA REGULASI 25
3.1. 25
3.2. 27
3.3. 32
3.4. 35
BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN 38
4.1. 38
4.1.1. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Sasaran Strategis 39
4.1.2. Indikator Kinerja Program 42
4.1.3. Indikator Kinerja Kegiatan 43
4.2. 80
BAB V PENUTUP 81
LAMPIRAN 82
Lampiran 1. Matriks Kinerja dan Pendanaan 83
Lampiran 2. Matriks Kerangka Regulasi 94

- 1 -
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1. Peta Wilayah Provinsi DKI Jakarta 1


Gambar 1. 2. Capaian Kegiatan pada Kantor Wilayah BPN Provinsi DKI Jakarta
Tahun 2015-2019 4
Gambar 1. 3. Penetapan Isu-isu Strategis Kanwil BPN DKI Jakarta 7
Gambar 1. 4. Permasalahan Pertanahan dan Ruang di Provinsi DKI Jakarta 9

Gambar 2. 1. Visi dan Misi Tujuan dan Sasaran Strategis Pertanahan dan Ruang
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
2020-2024 (Bagian 1) 22
Gambar 2. 2. Visi dan Misi Tujuan dan Sasaran Strategis Pertanahan dan Ruang
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
2020-2024 (Lanjutan) 23
Gambar 2. 3. Perspektif Manajemen Kinerja Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional 2020-2024 24

Gambar 3. 1. Misi RPJMN Tahun 2020-2024 25


Gambar 3. 2. Tujuh Agenda dalam RPJMN ke IV 26
Gambar 3. 3. Lima Arahan Presiden Tahun 2020-2024 26
Gambar 3. 4. Perspektif Global Pengelolaan Pertanahan (dan Ruang) dalam
Pembangunan Berkelanjutan 28
Gambar 3. 5. Tematik Tahunan Pembangunan Pertanahan dan Tata Ruang 32
Gambar 3. 6. Proses Kinerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional 35
Gambar 3. 7. Struktur Organisasi Kantor Wilayah BPN Provinsi DKI Jakarta 37

Gambar 4. 1. Perspektif Manajemen Pertanahan dalam Konteks Provinsi DKI


Jakarta 39
Gambar 4. 2. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Strategis (IKSS) pada
Tujuan 1 40
Gambar 4. 3. Cascading Kinerja pada Tujuan 2 41
Gambar 4. 4. IKSS 6 Terwujudnya Tata Kelola Kelembagaan yang Komprehensif
dan Berstandar Kepemerintahan yang Baik 42
Gambar 4. 5. Gambaran Isu Strategis 1 di Provinsi DKI Jakarta 44
Gambar 4. 6. Strategi dalam Mewujudkan Keadilan Pertanahan (Isu 1 A) 44
Gambar 4. 7. Kegiatan Dukungan Manajemen One Map Project di Provinsi DKI
Jakarta dalam rangka Integrasi Data Administrasi Pertanahan 46
Gambar 4. 8. Kegiatan Dalam Rangka Perbaikan Regulasi dan Pengembangan
Sistem 47
Gambar 4. 9. Fiscal Policy untuk Mengoptimalkan Land to Value 47
Gambar 4. 10. Pelaksanaan Kegiatan Fiscal Policy untuk mengoptimalkan Land
to value 50
Gambar 4. 11. Konsep Easement atau Servitude untuk Pengembangan Kawasan
Sempadan Sungai dan Sempadan Pantai 51
Gambar 4. 12. Isu Strategis 2 Kantor Wilayah BPN Provinsi DKI Jakarta 62
Gambar 4. 13. Strategi Perbaikan Prosedur 63
- 2 -
Gambar 4. 14. Strategi Perbaikan Waktu 64
Gambar 4. 15. Strategi Perbaikan Biaya 65
Gambar 4. 16. Kondisi Kualitas Data Administrasi Pertanahan di DKI Jakarta
66
Gambar 4. 17. Target Kinerja Reformasi Birokrasi pada Kantor Wilayah BPN
Provinsi DKI Jakarta 72
Gambar 4. 18. Target Indeks Akuntabilitas Kinerja (SAKIP) dan Keuangan (IKPA)
79

- 3 -
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1. Tabel Kedudukan Rencana Tata Ruang dalam Perizinan 18

Tabel 3. 1. Arah Kebijakan dan Strategi 30


Tabel 3. 2. Usulan dan Kerangka Matrik Regulasi 33

Tabel 4. 1. Target Kinerja Sasaran Strategis 40


Tabel 4. 2. Tabel IKSS pada Tujuan 3 42
Tabel 4. 3. Matrik Kinerja Kegiatan pada Isu Strategis 1A 46
Tabel 4. 4. Matrik Kinerja Kegiatan pada Isu Strategis 1B 50
Tabel 4. 5. Matrik Kinerja Kegiatan pada Isu Strategis 1C 53
Tabel 4. 6. Matrik Kinerja Kegiatan Isu Strategis 2 69

- 4 -
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Kondisi Umum

Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta merupakan ibukota negara


Indonesia. Luas area Provinsi DKI Jakarta adalah sebesar 68.051 Hektar terdiri
atas 5 Wilayah Kota Administrasi dan 1 Kabupaten, terdiri atas 44 Kecamatan
dan 267 Kelurahan. Provinsi DKI Jakarta memiliki jumlah penduduk sebesar
10.557.810 jiwa (Provinsi DKI Jakarta dalam Angka Tahun 2020) dengan
kepadatan penduduk 16.704 jiwa per kilometer persegi.

Gambar 1. 1. Peta Wilayah Provinsi DKI Jakarta

Sebagai pusat bisnis, politik, dan kebudayaan, Jakarta merupakan


tempat kedudukan lembaga-lembaga pemerintahan, tempat berdirinya kantor-
kantor pusat BUMN, perusahaan swasta, dan perusahaan asing. Komodifikasi
ruang yang terus terjadi di Jakarta, menyebabkan permasalahan pertanahan
dan ruang yang demikian kompleks, pada satu sisi Jakarta harus terus
mengikuti tuntutan global dan publik seperti dalam hal kemudahan berusaha
yang biasa diukur oleh World Bank melalui EoDB (Ease of Doing Business) dan
disisi lain harus tetap menjadi pilar dalam pengentasan kemiskinan,
pengurangan kesenjangan, dan perlindungan lingkungan sebagaimana
terangkum dalam 17 tujuan dan 169 target SDG’s (Sustainable Development
Goals) yang memastikan bahwa setiap orang memperoleh manfaat dari

- 1 -
kemajuan pembangunan, termasuk orang-orang yang mengalami marginalisasi,
diskriminasi dan eksklusi.

DKI Jakarta sebagai Ibukota negara memiliki kompleksitas dan tantangan


sendiri dalam isu-isu pertanahan dan ruang. Kota Jakarta menjadi megacity
melalui proses reorganisasi ruang yang sangat cepat. Di banyak lokasi,
permukiman lama dan ekosistemnya yang dihuni masyarakat miskin berubah
menjadi kawasan pemukiman dan perkantoran berkelas menengah dan atas
yang biasa disebut gentrifikasi (gentrification). Dimulai oleh kombinasi gerakan
investasi modal yang bermotifkan keuntungan, perubahan desain tata ruang
kota, dan kerja perancangan para profesional ahli arsitektur dan lainnya.
Akibatnya adalah penghuni permukiman lama tergusur, datang penghuni baru
dalam kawasan perkantoran dan permukiman. Ekosistem dan identitas budaya
kampung hilang, dibangun identitas dan budaya para penghuni baru, dan efek
multiplier pada sektor perdagangan. Kecepatan pembangunan kawasan
dimungkinkan juga oleh kepastian hukum yang menjamin operasinya yaitu
fasilitas infrastruktur kota (transportasi, telekomunikasi dan lainnya), hingga
pasokan energi (listrik dan lainnya) dan layanan alam (air dan lainnya).

Sehubungan dengan pelaksanaan ketentuan Pasal 8 Peraturan Presiden


Nomor 48 Tahun 2020 tentang Badan Pertanahan Nasional, Kantor Wilayah
Badan Pertanahan Nasional Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
merupakan instansi vertikal Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional di Provinsi DKI Jakarta yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional sebagaimana terdapat pada Peraturan Menteri Agraria dan
Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 17 Tahun 2020 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan
Kantor Pertanahan.

Kantor Wilayah Badan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta melaksanakan


sebagian tugas dan fungsi Badan Pertanahan Nasional dalam wilayah Provinsi
DKI Jakarta yaitu menyelenggarakan fungsi pengorganisasian, pembinaan, dan
pelaksanaan kegiatan pada Kantor Wilayah dan 5 (lima) Kantor Pertanahan
yang terdapat di wilayah Provinsi DKI Jakarta yaitu Kantor Pertanahan Kota

- 2 -
Administrasi Jakarta Pusat, Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta
Barat, Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Timur, Kantor Pertanahan
Kota Administrasi Jakarta Utara, dan Kantor Pertanahan Kota Administrasi
Jakarta Selatan.

Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi DKI Jakarta


berdasarkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 17 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan
melaksanakan fungsi sebagai berikut:

a. Pengoordinasian, pembinaan, dan pelaksanaan penyusunan rencana,


program dan anggaran Kantor Wilayah dan Kantor Pertanahan di wilayahnya;
b. Pengoordinasian, pembinaan, dan pelaksanaan survei, pengukuran dan
pemetaan, penetapan hak tanah, pendaftaran tanah dan pemberdayaan
masyarakat, penataan pertanahan, pengadaan tanah, pengendalian
pertanahan dan penanganan sengketa dan perkara;
c. Pengoordinasian penyeleisan tindak lanjut temuan hasil pengawasan;
d. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kegiatan pertanahan di
Kantor Wilayah dan Kantor Pertanahan; dan
e. Pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi Kantor
Wilayah dan pengordinasian tugas ddan pembinaan administrasi pada
Kantor Pertanahan.

Isu-isu strategis menjadi kerangka utama dalam penyusunan visi, misi,


tujuan dan sasaran strategis Renstra Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional Provinsi DKI Jakarta. Pada periode tahun 2014-2019 Kantor Wilayah
Badan Pertanahan Nasional Provinsi DKI Jakarta telah melaksanakan Program
Strategis Nasional, Prioritas Bidang maupun Prioritas Kementerian/Lembaga.
Hingga Tahun 2019 terdapat 1,6 juta tanah terdaftar, Rencana Detail Tata
Ruang telah terwujud untuk seluruh wilayah DKI Jakarta, terwujudnya
penataan kampung kumuh di 7 lokasi di Provinsi DKI Jakarta, Pengadaan tanah
di seluruh wilayah DKI Jakarta, penyelesaian permasalahan pertanahan
(pemberantasan Mafia Tanah) dan penatagunaan tanah wilayah pesisir, wilayah
pulau kecil, dan wilayah tertentu. Adapun capaian Kantor Wilayah Badan

- 3 -
Pertanahan Nasional Provinsi DKI Jakarta periode 2014-2019 terdapat pada
gambar berikut.

Gambar 1. 2. Capaian Kegiatan pada Kantor Wilayah BPN Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015-
2019

Rencana Strategis Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi


DKI Jakarta yang dijabarkan dari Rencana Strategis Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional disusun untuk mengatasi dan
menyelaraskan serta memudahkan masyarakat Jakarta dalam hal kemudahan
berusaha melalui indikator registering property dan bagaimana tetap
memanusiakan penduduk DKI Jakarta melalui target-target yang ada pada
SDG's khususnya yang berkaitan dengan isu-isu pertanahan dan tata ruang.
Capaian yang program yang dilaksanakan pada periode 2015-2019 menjadi
baseline dalam penentuan target dan arah kebijakan yang akan dituju pada
periode 2020-2024.

1.2. Potensi dan Permasalahan

Rencana Strategis Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi


DKI Jakarta disusun dengan memperhatikan potensi, permasalahan, dan isu
strategis yang ada di Provinsi DKI Jakarta.

1.2.1.Potensi
a. Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara

Peran Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara, pusat pemerintahan


dan kota internasional sekaligus etalase negara Indonesia, menuntut DKI

- 4 -
Jakarta mampu menampilkan citra bangsa dan negara bagi dunia luar.
Jakarta sebagai tempat berkedudukan hampir keseluruhan perangkat
pemerintahan tingkat nasional, perwakilan negara-negara asing, pusat-
pusat perusahaan multinasional, dan gerbang utama wisatawan
mancanegara, menuntut DKI Jakarta untuk terus berbenah dan mampu
melayani masyarakat internasional. Percepatan pembangunan dan
perbaikan pelayanan publik untuk mengatasi dan mengantisipasi
berbagai permasalahan serta untuk mencapai kesejahteraan masyarakat
terus dilakukan di DKI Jakarta.

Sebagai ibukota Negara, Provinsi DKI Jakarta merupakan Kota Jasa


(service city) dimana pembangunan yang dilakukan untuk fungsi-fungsi
pelayanan publik baik untuk kepentingan lokal, nasional maupun
internasional. Jakarta sebagai Pusat Pelayanan Masyarakat, Pusat
Perdagangan dan Distribusi, Pusat Keuangan, Pusat Informasi dan Pusat
Perkembangan. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberikan dukungan
yang besar dalam peningkatan program dan layanan administrasi
pertanahan yang dilaksanakan oleh Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional Provinsi DKI Jakarta. Dukungan yang diberikan tersebut dalam hal
pembenahan regulasi, dukungan pembiayaan melalui dana hibah yang diterima
oleh Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi DKI Jakarta, dan
dukungan dalam pelaksanaan tugas serta fungsi pertanahan dan tata ruang di
Provinsi DKI Jakarta. Terdapat beberapa Perjanjian Kerjasama (PKS) antara
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan Kanwil BPN Provinsi DKI Jakarta
diantaranya terkait Pengitegrasian Data dan Layanan Administrasi Pertanahan
serta Legalisasi Aset yang didalamnya selain memuat tentang Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap juga memiliki ruang lingkup dalam Peningkatan Kualitas
Data Bidang Tanah di Provinsi DKI Jakarta dan Pemetaan Nilai Tanah berbasis
bidang yang dilaksanakan melalui Pendaftaran Tanah Kota Lengkap (PTKL).

Selain itu, posisi Jakarta sebagai etalase Indonesia menjadikan DKI


Jakarta sebagai Pilot Project dalam hal pembangunan dan perbaikan
pelayanan publik. Dukungan dari Pemerintah Pusat sangat besar dalam
menciptakan iklim berusaha seperti dalam peningkatan integrasi data dan
layanan administrasi pertanahan yang sejalan dengan pelaksanaan Undang-
Undang Cipta Kerja di Provinsi DKI Jakarta.

- 5 -
b. Potensi Sosial Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap kesejahteraan


masyarakat. Pertumbuhan ekonomi biasanya diikuti oleh pengurangan
angka kemiskinan, peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM),
serta perluasan lapangan kerja. Wilayah di Provinsi DKI Jakarta memiliki
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dibandingkan dengan wilayah lain di
Indonesia, memiliki kontribusi yang tinggi bagi perekonomian nasional
yaitu sekitar 17% dari total produk domestik bruto nasional. Momentum
pertumbuhan ekonomi harus tetap dijaga dengan tetap meningkatkan
upaya-upaya pengurangan kemiskinan. Pertanahan dan tata ruang
memiliki kontribusi besar terhadap kegiatan perekonomian, hal ini bisa
terlihat dari kontribusi BPHTB, pergerakan perekonomian melalui
besarnya hak tanggungan. Hingga bulan Desember pada tahun 2020,
kontribusi kegiatan pertanahan terhadap BPHTB Provinsi DKI Jakarta
sebesar Rp3.944.180.103.025,00 dan besarnya hak tanggungan sebesar
Rp 865.861.971.264.334,00.

c. Potensi Bidang Pertanahan

Persentase Bidang Tanah Terdaftar terhadap keseluruhan bidang


tanah adalah 98,61% (tanah terdaftar yang berasal dari bidang tanah dari
tahun 1960 sejumlah 1.199.046 bidang, produk PTSL K1, K2, K3 2017
s/d 2019 sejumlah 579.603 bidang dengan total bidang tanah 1.778.649
bidang, Jumlah bidang keseluruhan adalah 1.778.649 dengan jumlah
bidang belum terdaftar 28.133 bidang sehingga jumlah bidang
keseluruhan di DKI Jakarta 1.803.7826. Kondisi saat ini, bidang tanah
terpetakan di Provinsi DKI Jakarta adalah sebesar 95,82% dengan
persentase persil valid sebesar 90,63%. Persentase sertipikat terpetakan
sebesar 98,47% dengan persentase buku tanah valid sebesar 98,47%.
Sertipikat di Provinsi DKI Jakarta sebagian besar sudah dilakukan
digitalisasi yaitu sebesar 86,41% dan sudah dinyatakan valid sebesar
80,62%.

1.2.2.Permasalahan dan Isu Strategis


A. Permasalahan Pertanahan di Provinsi DKI Jakarta

- 6 -
Permasalahan adalah perbedaan/kesenjangan (gap) pencapaian
antara kinerja yang dicapai saat ini dengan yang direncanakan, serta
antara apa yang akan dicapai di masa mendatang dengan kondisi saat ini.
Permasalahan bisa dijabarkan melalui indikator kinerja dari setiap target
yang belum mencapai hasil yang diinginkan berdasarkan standar World
Bank terkait Ease of Doing Business (EoDB), Standar Nasional,
Kementerian Keuangan, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi, dan Sustainable Development Goals (SDGs).
Standar tersebut dibandingkan dengan capaian saat ini (Realisasi Renstra
2015-2019 sebagai baseline). Adapun skema komponen pembentuk isu
strategis Kantor Wilayah BPN Provinsi DKI Jakarta dapat disajikan dalam
gambar berikut:

Gambar 1. 3. Penetapan Isu-isu Strategis Kanwil BPN DKI Jakarta

Secara umum kondisi yang berkaitan dengan pertanahan dan


ruang di Provinsi DKI Jakarta pada saat ini (2019-2020) sebagai berikut:

● Peringkat Kemudahan Berusaha (Ease of Doing Business)

- 7 -
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh World Bank dari Indikator
Registering Property, Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2019 berada
pada peringkat 106 dari 180 negara, dengan uraian sebagai berikut:

Prosedur : 6 prosedur

Waktu : 28 hari

Biaya : 8,5% dari total nilai properti


● Proporsi dari penduduk dewasa yang mendapatkan hak atas tanah
yang didasari oleh dokumen hukum dan yang memiliki hak atas tanah
berdasarkan jenis kelamin dan tipe kepemilikan (Target 1.4.2 SDG’S)
Berdasarkan data Statistik Kesejahteraan Rakyat (BPS, 2019) hanya
47,12% penduduk DKI Jakarta yang memiliki properti sendiri, sisanya
masih kontrak/sewa (36,36%) bebas sewa (15,38) dan lainnya (1,13%).
Terdapat penduduk DKI Jakarta yang bertempat tinggal pada 422
kampung kumuh di Provinsi DKI Jakarta.

● Nilai Predikat SAKIP (Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah)

Nilai SAKIP pada satuan kerja di lingkungan Kantor Wilayah BPN DKI
Jakarta tahun 2019 memiliki predikat "A" (MEMUASKAN) dengan nilai
rata-rata 83,40.

● Kualitas Data Administrasi Pertanahan

Indeks kualitas data administrasi pertanahan di Provinsi DKI Jakarta


menurut World Bank adalah 15,5 (0-30) pada 2020, dengan rincian
sebagai berikut:

➢ Indeks Transparansi Informasi Pada Tahun 2020 memiliki nilai 3,0


dari rentang 0-8.
➢ Indeks Cakupan Geografis Pada Tahun 2020 memiliki nilai 0 dari
rentang 0-8
➢ Indeks Resolusi Sengketa Tanah pada tahun 2020mendapat nilai 7,8
dari rentang 0-8
➢ Indek Akses yang sama terhadap kepemilikan properti pada tahun
2020 mendapatkan nilai 0 dari rentang nilai minus 2 - 0

- 8 -
Pendaftaran Tanah yang sudah dilakukan di Provinsi DKI Jakarta
adalah sebesar 98,61%, kedepannya akan dimaksimalkan melalui
Program PTSL maupun Rutin, secara bersamaan melakukan validasi
data tekstual maupun spasial menuju DKI Jakarta Lengkap dan
melaksanakan pelayanan elektronik guna mewujudkan BPN setara
dengan institusi yang berstandar dunia. adalah sebagai berikut:

● Indeks sertipikat yang digugat di pengadilan

Nilai indeks keamanan tanah di Provinsi DKI Jakarta adalah sebesar


58,54. Indeks Keamanan Tanah dihitung dari luas bidang bersertipikat
yang terpetakan dikurangi dengan luas bidang yang sengketa
dibandingkan dengan luas wilayah.

● Indeks Akurasi Nilai Tanah

Nilai indeks akurasi nilai tanah di Provinsi DKI Jakarta adalah sebesar
70-75% dengan mengacu kepada standar deviasi pembuatan peta zona
nilai tanah yang syaratnya <30% dari rata-rata data transaksi yang
menjadi sampel dalam setiap zona.

Adapun permasalahan pertanahan dan ruang yang terdapat di Provinsi


DKI Jakarta dapat diuraikan sebagaimana gambar berikut:

Gambar 1. 4. Permasalahan Pertanahan dan Ruang di Provinsi DKI Jakarta

Kondisi saat ini data-data administrasi pertanahan di Provinsi DKI


Jakarta masih dikerjakan secara sektoral dan belum ada standar data

- 9 -
spasial yang digunakan. Fungsi administrasi pertanahan yang terdiri atas
land tenure, land use, land value, dan land development memiliki standar
data yang berbeda. Pada fungsi land tenure yang berupa penguasaan dan
pemilikan tanah digunakan Peta Pendaftaran yang dilaksanakan Badan
Pertanahan Nasional. Fungsi land value yang berkaitan dengan
perpajakan berupa PBB-P2 dan BPHTB menggunakan Peta Blok PBB-P2
yang dikelola oleh Badan Pendapatan Daerah Provinsi DKI Jakarta.
Fungsi land use yang mengatur penggunaan dan penataan ruang
menggunakan Peta Rencana Tata Ruang (RTRW) dan Peta Rencana Detail
Tata Ruang (RDTR) yang diselenggarakan oleh Dinas Cipta Karya,
Pertanahan dan Tata Ruang Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Perizinan
pemanfaatan ruang dalam fungsi land development menggunakan Peta
Lampiran Izin Properti yang diatur oleh Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Satu Pintu. Berdasarkan kondisi tersebut terlihat bahwa silos
informasi geospasial di Provinsi DKI Jakarta pada khususnya sehingga
diperlukan integrasi data dan layanan administrasi pertanahan dalam
mewujudkan kemudahan berusaha dan memudahkan masyarakat DKI
Jakarta.

B. Isu Strategis Pertanahan di Provinsi DKI Jakarta

Pelaksanaan pembangunan nasional mengharuskan adanya


pengaturan dan pengelolaan bidang agraria/pertanahan dan tata ruang
yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip
pembangunan berkelanjutan. Hasil evaluasi Rencana Strategis Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015-
2019 digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Strategis dan
perbaikan kinerja Tahun 2020-2024. Kinerja periode Tahun 2020-2024
akan diselenggarakan dengan mengoptimalkan mandat pengelolaan
bidang agraria/pertanahan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, sebagaimana amanat Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 33 dan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) serta
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Berdasarkan Evaluasi Renstra Kantor Wilayah Badan Pertanahan
- 10 -
Nasional Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014-2019, terdapat 2 (dua) isu
strategis yang harus direspon dan diselesaikan dalam lima tahun ke
depan di Provinsi DKI Jakarta yaitu:

Gambar 3. Isu Strategis Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional


Provinsi DKI Jakarta

Isi strategis 1: Berkembangnya Kota Jakarta menjadi megacity


melalui proses reorganisasi ruang yang sangat cepat, memberi dampak
sosial, ekonomi maupun tekanan pada kelestarian lingkungan yang
ditandai dengan: a. Urbanisasi, ketimpangan sosial, gentrifikasi,
komodifikasi tanah, sebagian lokasi tumpang tindih dengan kepemilikan
pihak lain yang rawan menimbulkan sengketa/konflik. b. Land to value
yang belum optimal. c. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang terutama pemanfaatan sempadan sungai sebagian
besar memerlukan penataan.

Lokasi-lokasi permukiman dari orang-orang yang menghidupi diri


dalam sektor informal ini hidup memadati kampung-kampung kota.
Secara historis, banyak lokasi kampung kota demikian itu adalah ruang
sosial hasil dari perjuangan kolektif warga menempati tanah secara
informal dan memodifikasi bermacam karakteristik tata guna tanah,
mulai dari yang terbuka, terlantar, dan terabaikan, hingga bantaran
sungai yang memiliki fungsi sabuk ekosistem perantara antara sungai
dengan ruang lain, seperti permukiman, perkantoran, gudang, dan
lainnya.

- 11 -
Pada umumnya, kampung kota Jakarta jenis ini sangat lemah
dalam hal bukti status kepemilikan dari tanah-tanah permukiman yang
mereka huni itu. Kedudukan mereka lemah dalam status hukum
kepemilikan tanah, terutama hal pembuktian klaim kepemilikan atas
tanah yang menjadi alas huniannya, dan situasi itu menjadi jelas ketika
harus berhadapan dengan pihak lain yang berkepentingan menggusur.
Warga-warga kampung kota ini sangat sering harus kalah ketika
berhadapan dengan kepentingan proyek-proyek infrastruktur
transportasi, normalisasi sungai, perkantoran pemerintah hingga
kepentingan pihak perusahaan-perusahaan properti/pengembang besar
untuk membangun apartemen, real estate, atau usaha-usaha skala besar
lainnya. Para warga yang tinggal di lokasi kampung kota hasil okupasi ini
biasanya adalah kelompok-kelompok masyarakat dengan kemampuan
ekonomi lemah, yang tidak bisa mendapatkan tempat tinggal dengan cara
membeli tanah dan rumah secara formal. Kelompok-kelompok
masyarakat ini bisa berasal dari dalam kota Jakarta sendiri, atau juga
para pendatang yang migrasi ke Jakarta karena terdesak pindah dari
kota-kota lain, atau, yang mayoritas, migrasi penduduk yang tidak
memiliki tanah pindah ke Jakarta dan menjadi penghuni kampung kota
(informal settlement).

Isu Strategis 2: Sistem Administrasi Pertanahan terintegrasi yang


harus mendukung kemudahan berinvestasi (Registering Property dalam
EoDB)

Gambar 4. Registering Property di Jakarta

- 12 -
Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 2019 tentang Percepatan
Kemudahan Berusaha (EoDB), yang bertujuan mengidentifikasi dan
mengkaji perundang–undangan yang dinilai menghambat kemudahan
berusaha dan investasi di masing–masing kementerian/ lembaga, maka
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
(Kementerian ATR/BPN) berusaha untuk meningkatkan performa di
bidang pelayanan pertanahan, yaitu memperbaiki regulasi/peraturan
perundang-undangan maupun kondisi data di Kantor Pertanahan.

Indeks EoDB (Ease of Doing Business Index) merupakan sebuah


indeks yang dibuat oleh bank dunia dalam rangka kemudahan berbisnis
pada suatu negara (rangking) sejak tahun 2002. Peringkat yang tinggi
menunjukkan peraturan untuk berbisnis yang lebih baik (usually as
simple as possible) dan kuatnya perlindungan atas hak milik. Setiap
negara di dunia berlomba lomba memperbaiki seluruh aspek atau
indikator yang menjadi penilaian EoDB tersebut, tak terkecuali Indonesia,
dalam hal ini Provinsi DKI Jakarta yang merupakan sebagai ibukota
negara yang mencerminkan etalase pertumbuhan perekonomian di
Indonesia. Peringkat Indonesia pada EoDB tahun 2020 berada pada posisi
73 (urutan kedua terakhir di ASEAN) terhadap 10 indikator penilaian
EoDB, Target Presiden Republik Indonesia harus meningkat menjadi
peringkat 60 pada tahun 2021. Provinsi DKI Jakarta merupakan salah
satu lokasi yang dipilih oleh World Bank dalam survei kemudahan
berusaha di Indonesia.

C. Permasalahan dan Isu Strategis Tata Ruang

Produktivitas Produk Rencana Tata Ruang

Produk Rencana Tata Ruang (RTR) merupakan acuan dalam


kegiatan pemanfaatan ruang yang dirujuk oleh masyarakat umum demi
terciptanya tertib tata ruang sehingga kesejahteraan bersama dapat
terwujud. Fungsi pengendali pembangunan ini sangat penting agar
degradasi lingkungan dapat diminimalisasi, ketimpangan daerah dapat

- 13 -
dikendalikan, dan upaya optimalisasi potensi daerah dapat
dimaksimalkan.

Pentingnya kedudukan produk RTR, terutama pada skala yang


lebih detail dan bersifat ketentuan teknis, tidak diimbangi dengan jumlah
produk RTR yang ada saat ini. Isu strategis aspek produktivitas RTR ini
di antaranya terkait dengan hal-hal sebagai berikut:

1. tidak tersedianya atau masih rendahnya kualitas data dasar sektoral


yang digunakan sebagai input penyusunan rencana tata ruang,
terutama data peta dasar yang tersedia tidak sesuai dengan
kebutuhan detail rencana tata ruang;
2. minimnya penggunaan teknologi informasi dalam proses penyusunan
rencana tata ruang, seperti penggunaan big data, pembuatan peta,
melakukan survei primer yang dapat mempermudah, mempercepat
dan menghemat anggaran;
3. belum adanya standar kompetensi SDM pelaksana perencanaan tata
ruang dan pemanfaatan ruang; dan
4. prosedur legalisasi rencana tata ruang yang banyak dan
membutuhkan waktu lama, mempengaruhi kebermanfaatan produk
terhadap dinamika pembangunan yang cepat.

Selain aspek produktivitas RTR, penting juga diperhatikan


mengenai kualitas dari produk yang dihasilkan tersebut. Setidaknya,
indikator dari kualitas produk RTR dapat berupa: (a) akurasi data dan
analisis dalam perencanaan wilayah atau kawasan di masa depan; (b)
tingkat keterlibatan publik dalam proses penyusunan dan implementasi
rencana tata ruang; (c) persentase perwujudan arahan/ketentuan yang
ditetapkan dalam produk rencana menjadi program sektoral; dan (d)
operasionalisasi produk RTR dalam skema program percepatan
pembangunan. Adapun isu strategis yang berkaitan dengan kualitas
produk RTR dan implementasi RTR adalah sebagai berikut:

1. minimnya ketersediaan NSPK penyusunan teknis rencana tata ruang


dan peraturan zonasi menyebabkan kesulitan dalam proses analisis
dan penyusunan muatan rencana tata ruang;
- 14 -
2. belum tersedianya NSPK pelaksanaan pemanfaatan ruang seperti
mekanisme monitoring dan evaluasi, aturan insentif dan disinsentif,
mekanisme land banking, pedoman penyusunan indikasi program dan
sebagainya;
3. belum terakomodasinya isu strategis nasional dalam rencana tata
ruang seperti ketahananan terhadap bencana, perubahan iklim dan
keamanan negara di daerah perbatasan, dinamika perekonomian
regional dan global, percepatan investasi wilayah, dan pembangunan
dari pinggiran; dan
4. rendahnya tingkat kepatuhan dan kesesuaian program pembangunan
(sektoral) dengan rencana tata ruang baik nasional dengan daerah
maupun antardaerah, mengakibatkan visi dan tujuan pembangunan
wilayah tidak tercapai.

Efektivitas Perencanaan Tata Ruang dan Pemanfaatan Ruang

Efektivitas yang dimaksudkan adalah terkait dampak yang


diberikan oleh adanya produk RTR kepada daerah yang menyusunnya.
Dampak tersebut seharusnya tercermin dari pencapaian tujuan yang
ditentukan dalam RTR. Efektivitas juga menyangkut proses penyusunan
rencana tata ruang yang terkoordinasi dengan baik di antara para
pemangku kepentingan yang terlibat. Adapun isu strategis yang berkaitan
dengan efektivitas penataan ruang di antaranya adalah:

1. masih tingginya conflict of interest dalam penyusunan rencana tata


ruang dan pelaksanaan pemanfaatan ruang, menyebabkan lambatnya
proses legalisasi rencana tata ruang, ditemukannya perbedaan
muatan teknis dengan muatan peraturan daerah, dan banyak
terjadinya konflik pemanfaatan ruang;
2. lemahnya fungsi TKPRD di daerah dalam penyusunan rencana tata
ruang dan pelaksanaan pemanfaatan ruang, dikarenakan masih
rendahnya kapasitas dan kapabilitas SDM penataan ruang daerah,
ego sektoral yang masih tinggi, tata kelola lembaga yang masih
berbelit-belit, dan masih sedikitnya acuan standar teknis
penyelenggaraan penataan ruang daerah;

- 15 -
3. terdapat hambatan koordinasi penyelenggaraan penataan ruang
antara pemerintah dengan pemerintah daerah karena tidak ada
hubungan kerja vertikal antara Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/BPN dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dan
masih lemahnya hubungan kerja horizontal antara Kanwil/Kantah
BPN dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;
4. masih terdapat tumpang tindih kebijakan dan regulasi antar sektor
terkait penataan ruang seperti kawasan hutan di KLHK, peta dasar
dan peta tematik di BIG, kawasan industri di Kementerian
Perindustrian, LP2B di Kementerian Pertanian, kawasan rawan
bencana di BNPB, kawasan perbatasan di BPKP, wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil di KKP, dan sebagainya, sehingga diperlukan
harmonisasi peraturan perundang-undangan terkait; dan
5. keterbukaan informasi publik terhadap pelaksanaan perencanaan
tata ruang dan pemanfaatan ruang masih terbatas sehingga memicu
timbulnya konflik penataan ruang antar pemangku kepentingan.

Dalam perkembangan pembangunan di Indonesia, produk Rencana


Tata Ruang atau yang merupakan aturan pokok yang utama dalam
pembangunan suatu daerah yang berperan penting dalam menentukan
letak–letak dan pengaturan tata wilayah dalam suatu daerah. Jenjang
skala yang terdapat dalam RTR tersebut diatur sesuai dengan tingkat
kedetailannya, dari bersifat arahan hingga kepada ketentuan-ketentuan
peruntukan ruang. RTR, dengan demikian, menjadi penting untuk diacu
semua pemangku kepentingan agar tercipta pembangunan yang
terstruktur, terarah, dan berkelanjutan.

Di antara isu-isu strategis penataan ruang, berdasarkan


kecenderungan global, peningkatan penduduk yang tinggal di daerah
perkotaan akan mewarnai penataan ruang di masa sekarang dan
mendatang. Dalam hal ini, perkotaan juga menjadi pusat aktivitas
ekonomi dan tempat bermuaranya aliran investasi untuk kegiatan
ekonomi yang menarik penduduk untuk berurbanisasi. Urbanisasi, lebih
lanjut, juga semakin banyak terjadi di daerah—bukan hanya di kota-kota
besar saja, yang selanjutnya menjadikannya sebagai kawasan bercirikan

- 16 -
perkotaan. Selain itu, isu ketimpangan wilayah dan batasan
pembangunan (development constraint) terkait daya dukung dan daya
tampung wilayah juga perlu mendapat perhatian.

Dalam konteks tersebut, Rencana Tata Ruang menjadi acuan dalam


pemberian izin pemanfaatan ruang (izin prinsip, izin lokasi, izin
penggunaan pemanfaatan tanah, IMB) dan menjadi pertimbangan dalam
penerbitan izin sektoral lainnya (izin lingkungan, IUP pertambangan, izin
usaha pertambangan), maka kedudukan produk rencana tata ruang,
khususnya Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR)/Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) menjadi sangat vital sebagai alat pengendali dan dasar perizinan
pembangunan, sehingga aspek keberlanjutan, keadilan ruang, serta
peningkatan daya saing dan kesejahteraan masyarakat dapat terjamin.
Namun demikian, pentingnya peran RDTR tersebut tidak diimbangi
dengan produktivitas, kualitas, dan efektivitas RDTR yang dihasilkan.
Hasil evaluasi hingga Desember 2019 menunjukkan jumlah RDTR yang
telah ditetapkan menjadi peraturan daerah sebanyak 54 Perda RDTR di
35 Kabupaten/kota atau kurang dari 3% dari total 1.838 RDTR yang
harus ditetapkan berdasarkan amanat RTRW Kabupaten/Kota.

Urgensi percepatan penyediaan RDTR merupakan upaya


mempersiapkan acuan dan percepatan bagi hadirnya investasi untuk
pembangunan di Indonesia, yang diharapkan dapat memberikan dampak
ekonomi secara lebih luas kepada masyarakat dalam menciptakan
lapangan kerja serta pengembangan wilayah. Hal ini yang kemudian
diatur dalam Undang-Undang No.11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja,
bahwa Pemerintah Daerah wajib menyusun dan menyediakan RDTR
sebagai acuan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang dalam bentuk
digital dan sesuai standar, dan Pemerintah Pusat wajib mengintegrasikan
RDTR tersebut dalam bentuk digital ke dalam sistem Perizinan Berusaha
secara elektronik (OSS).

- 17 -
Tabel 1. 1. Tabel Kedudukan Rencana Tata Ruang dalam Perizinan

- 18 -
BAB II

VISI, MISI, DAN TUJUAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

2.1. Visi Kementerian/Lembaga

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional


menetapkan Visi dan Misi untuk mendukung pencapaian Visi dan Misi Presiden
yang tertuang dalam RPJMN. Visi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional selama lima tahun ke depan adalah:

Visi tersebut akan menjadi guidance, motivasi dan target kinerja yang
ingin dicapai dalam lima tahun yang akan datang dengan mewujudkan
pengelolaan ruang dan pertanahan dan yang terpercaya dan berstandar dunia
guna mendukung Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden dalam melayani
masyarakat menuju “Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”. Visi ini secara langsung sangat
relevan dengan 7 Agenda RPJMN 2020-2024 seperti agenda: “Memperkuat
Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas” yang akan
dioperasionalisasikan melalui penataan ruang serta pengelolaan dan pelayanan
pertanahan. Agenda “Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi
dan Pelayanan Dasar” sangat bergantung pada kualitas dan reliabilitas
administrasi pertanahan dan tata ruang. Begitu juga guna memenuhi agenda
“Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan” dan “Membangun
Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana dan Perubahan Iklim”,
kebijakan pertanahan dan penataan ruang yang kuat dan berkeadilan sangat
menentukan. Agenda “Meningkatkan Sumber daya Manusia yang Berkualitas
dan Berdaya Saing”, akan didukung dengan Sasaran Strategis, Sasaran
Program dan kegiatan yang terkait dengan Reforma Agraria dan pemberdayaan,
yang diharapkan mampu meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat
- 19 -
penerima program, sehingga berkontribusi dalam upaya penanggulangan
kemiskinan yang akan ber impact pada peningkatan kualitas sumber daya
manusia.

Frasa “berstandar dunia” dimaknai sebagai penerapan international best


practices dalam upaya-upaya: meningkatkan efektivitas manajemen dan mutu
pelayanan administrasi pertanahan dan tata ruang secara berkesinambungan;
meningkatkan kepercayaan dan kepuasan masyarakat yang berdampak pada
peningkatan manfaat dan kualitas (output to impact) layanan pertanahan dan
penataan ruang serta pemeringkatan Ease Of Doing Business (kemudahan
berusaha) khususnya dari aspek Registering Property.

2.2. Misi Kementerian/Lembaga

Untuk mencapai visi tersebut, berdasarkan mandat Kementerian Agraria


dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dijalankan melalui 2 Misi dengan
uraian sebagai berikut:

Misi Pertama: Menyelenggarakan Penataan Ruang dan Pengelolaan


Pertanahan yang Produktif, Berkelanjutan, dan Berkeadilan
dioperasionalisasikan dengan berorientasi terhadap pembangunan yang
berkelanjutan yang mencakup aspek-aspek: (1) aspek ekonomi: dengan
penyelenggaraan penataan ruang dan pertanahan yang produktif; (2) aspek
lingkungan: yaitu penyelenggaraan penataan ruang dan pertanahan yang
berkelanjutan; dan (3) aspek sosial: yaitu penyelenggaraan penataan ruang dan
pertanahan yang berkeadilan.

Sedangkan Misi Kedua ini diemban oleh Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional untuk mewujudkan visi kementerian
- 20 -
sehingga disamping penyelenggaraan pelayanan pertanahan dan penataan
ruang yang dilakukan oleh kementerian adalah berstandar dunia agar mampu
bersaing dengan negara lain dalam lingkup regional maupun global, tetapi juga
mendorong terwujudnya masyarakat yang semakin sejahtera dan maju.

2.3. Tujuan Kementerian/Lembaga

Tujuan disusun sebagai implementasi atau penjabaran Misi, dengan


target yang spesifik dan terukur dalam suatu sasaran. Tujuan dan Sasaran
menjadi penting untuk dirumuskan dengan memperhatikan berbagai aspek
secara komprehensif. Penjabaran Tujuan ke dalam Sasaran Strategis disusun
dengan memperhatikan Paradigma Manajemen Ruang dan Pertanahan (Land
Management Paradigm).

Dilandasi prinsip-prinsip tersebut, Misi Pertama yaitu:


“Menyelenggarakan Penataan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan yang
Produktif, Berkelanjutan, dan Berkeadilan” dilaksanakan untuk mencapai 2
Tujuan, yaitu :

1) Pengelolaan Pertanahan untuk Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat


2) Penataan Ruang yang Adil, Aman, Nyaman, Produktif dan Lingkungan
Hidup yang Berkelanjutan

Sedangkan Misi Kedua yaitu: “Menyelenggarakan Pelayanan Pertanahan


dan Penataan Ruang yang Berstandar Dunia” dilaksanakan untuk mencapai
Tujuan :

3) Pelayanan Publik dan Tata Kelola Kepemerintahan yang Berkualitas dan


Berdaya Saing (disebut Tujuan 3)

Visi, Misi, dan Tujuan tersebut, dalam 5 tahun ke depan diarahkan pada
Sasaran Strategis sebagaimana dituangkan dalam diagram berikut:

- 21 -
Gambar 2. 1. Visi dan Misi Tujuan dan Sasaran Strategis Pertanahan dan Ruang Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional 2020-2024 (Bagian 1)

- 22 -
Gambar 2. 2. Visi dan Misi Tujuan dan Sasaran Strategis Pertanahan dan Ruang Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional 2020-2024 (Lanjutan)

2.4. Sasaran Strategis Kementerian/Lembaga

Sasaran Strategis beserta Indikator Kinerjanya dalam bagan (Gambar 2.1.


dan Gambar 2.2) merupakan Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional yang menjadi tanggung
jawab Menteri dan Wakil Menteri. Perencanaan kinerja sebagai bagian dari
manajemen kinerja (performance Management) yang mengalirkan (cascade) visi
dan misi pada tujuan dan sasaran yang disertai indikator kinerjanya, akan
dikelola berdasarkan 4 (empat) perspektif untuk memudahkan pengendalian
dan evaluasi. Keempat perspektif adalah perspektif consumers dan stakeholders
- 23 -
serta perspektif internal dan manajemen. Secara lebih lengkap elaborasi
keempat perspektif tersebut dijelaskan pada gambar berikut:

Gambar 2. 3. Perspektif Manajemen Kinerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan


Pertanahan Nasional 2020-2024

Perspektif stakeholders dan consumers akan menjadi alat ukur kinerja


bagi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, agar
kebijakan, program dan kegiatan yang dilaksanakan mampu menghasilkan dan
memberikan impact yang positif bagi masyarakat. Dukungan manajemen dan
perspektif internal yang akan selalu dikembangkan melalui institutional building
dan capacity building merupakan agenda yang tidak dapat dipisahkan untuk
mewujudkan impact dari kinerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional.

- 24 -
BAB III

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA KELEMBAGAAN DAN KERANGKA


REGULASI

3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional

Rencana Strategis Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan


Pertanahan Nasional disusun dengan mengacu pada RPJMN Tahun 2020-2024,
untuk mendukung capaian Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden Tahun
2020-2024. Visi Presiden dan Wakil Presiden tahun 2020-2024 adalah:

Visi tersebut dipertajam dengan 9 (Sembilan) Misi, yaitu:

Gambar 3. 1. Misi RPJMN Tahun 2020-2024

Misi RPJMN Tahun 2020-2024 berfokus pada peningkatan kualitas SDM,


keberlanjutan kelestarian lingkungan dan kemajuan kebudayaan, penegakan
hukum yang berkeadilan, serta sinergitas tata kelola pemerintahan diakselerasi
dengan 7 (tujuh) agenda pembangunan berikut:

- 25 -
Sumber: Kementerian PPN/Bappenas, RPJMN 2020-2024

Gambar 3. 2. Tujuh Agenda dalam RPJMN ke IV

Penekanan pembangunan lima tahun kedepan diarahkan untuk


mendukung prioritas pembangunan nasional sebagaimana disebutkan dalam
pidato pelantikan Presiden pada 20 Oktober 2019 di hadapan MPR, yang
digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3. 3. Lima Arahan Presiden Tahun 2020-2024

- 26 -
Sebagai pendukung kebijakan nasional, Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional juga berkewajiban mewujudkan 7 (tujuh)
Agenda dalam RPJMN ke IV yaitu ”Memperkuat ketahanan ekonomi untuk
pertumbuhan yang berkualitas dan berkeadilan”, “Mengembangkan wilayah
untuk mengurangi kesenjangan dan menjamin pemerataan”, “Meningkatkan
sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing”, “Revolusi mental
dan pembangunan kebudayaan”, “Memperkuat infrastruktur untuk
mendukung pengembangan ekonomi dan pelayanan dasar”, “Membangun
lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana dan perubahan iklim”,
serta “Memperkuat stabilitas polhukhankam dan transformasi pelayanan
publik”.

3.2. Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian/Lembaga

Cakupan objek kajian dalam Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan


Pertanahan Nasional meliputi dua hal, yaitu: 1) tanah/lahan yang bersifat
individu (piece of land as it is) yang mencakup di dalamnya nilai dan kepemilikan
(value, tenure) dan segala hak yang melekat padanya, dan 2) tanah/lahan yang
saling berkaitan dalam konteks kewilayahan karena di dalamnya mencakup
faktor penggunaan dan pembangunan (use and development, or land with its
connectiveness, as space), sehingga kajian multi sektor menjadi penting untuk
dilekatkan dalam kinerja. Secara garis besar, kedua hal tersebut menjadi main
core pengelolaan organisasi di masa mendatang. Basis pengelolaan organisasi
yang mengakomodir kedua komponen objek kajian tersebut adalah Land
Management Paradigm. Paradigma berdasarkan teori dan praktik yang
mengakomodir objek kajian tersebut di atas senantiasa mengalami
perkembangan dan tantangan yang dinamis. Pada era E-Governance (Electronic
Governance) misalnya, tantangan untuk pengelolaan institusi yang berbasis
data digital yang diharapkan mampu meningkatkan efisiensi, efektivitas,
reliabilitas dan akuntabilitas sistem yang berjalan. Sementara itu, di era T-
Governance (Transformational Governance), potensi untuk meningkatkan
keterlibatan dan keterhubungan semua pihak menjadi penting untuk
membangun sistem pengelolaan organisasi. Tak luput, dengan munculnya A-
Governance (Adaptive Governance), menuntut pola pengelolaan sistem menjadi
lebih resilient terhadap adanya gangguan baik terduga maupun tak terduga,
sehingga pengelolaan sistem menjadi siap dalam segala kondisi.
- 27 -
Arah kebijakan yang dipilih Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional pada Tahun 2020-2024 adalah dengan menerapkan
paradigma manajemen pertanahan (Land Management Paradigm/LMP) yang
terdiri dari Land Tenure, Land Value, Land Use, Land Development dan Cadastre
and Land Infrastructure Information sebagai landasan untuk mencapai tujuan.
Paradigma manajemen pertanahan diformulasikan sebagai kebijakan untuk
mengelola urusan tanah dan ruang, dalam hal ini perencanaan dan penataan
ruang merepresentasikan fungsi Land Use. Pengaturan penguasaan dan
kepemilikan tanah merepresentasikan fungsi Land Tenure, serta penilaian dan
pengembangan pertanahan masing-masing merepresentasikan Land Value dan
Land Development.

Secara diagramatik, perspektif manajemen global yang dikaitkan dengan


Pembangunan Berkelanjutan dapat disajikan dalam Gambar

Gambar 3. 4. Perspektif Global Pengelolaan Pertanahan (dan Ruang) dalam Pembangunan


Berkelanjutan

Dalam diagram tersebut komponen operasional dalam manajemen


pertanahan pada dasarnya berupa operasionalisasi fungsi administrasi. Fungsi
administrasi pertanahan akan sangat tergantung pada kondisi dan kapasitas di
suatu negara yang mencakup (1) Kebijakan Pertanahan, (2) Ketersediaan dan
kualitas informasi pertanahan, dan (3) Kerangka institusional yang berlaku.
Terkait dengan hal tersebut, dipandang relevan untuk menggarisbawahi
komponen kebijakan pertanahan mencakup aneka hal, sebagian diantaranya
adalah kebijakan tanah untuk kelompok miskin, pencegahan spekulasi atas
- 28 -
tanah, pencegahan konflik atas tanah, serta manajemen keberlanjutan dan
kontrol atas pemanfaatan tanah. Sehingga kegiatan penyediaan tanah menjadi
relevan untuk mendukung poin terakhir. Kegiatan tersebut telah dan masih
dilakukan oleh perangkat Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional sembari menunggu kehadiran Bank Tanah yang sedang
dalam proses inisiasi regulasi dan kelembagaan.

Kesemuanya ini penting untuk memastikan kontrol dan pengelolaan


obyek tanah dan ruang fisik berikut outcome ekonomi, sosial dan
lingkungannya. Hal tersebut untuk menjamin bahwa Tujuan Kementerian yang
mengacu pada LMP sejalan dengan target pemerintah dalam mewujudkan
tercapainya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Strategi yang diterapkan
dalam rangka mewujudkan tujuan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional berbasis LMP adalah penguatan aspek spasial (data bidang
tanah terkait kepentingan hak, batasan dan tanggung jawab yang ditimbulkan
dari penguasaan, pemilikan, pemanfaatan tanah dan ruang), aspek institusional
(mekanisme, prosedur dan proses melibatkan para pihak terkait urusan tanah
dan ruang), aspek legal (kebijakan dan peraturan yang diperlukan untuk
memastikan tercapainya tujuan Kementerian) yang berbasis data dengan
cakupan yang lengkap, memiliki reliabilitas tinggi, dan transparan.

Salah satu ciri menonjol dalam penerapan LMP adalah kepastian


informasi terkait bidang tanah. Dalam hal ini proses penyusunan output produk
kadaster dan informasi pertanahan perlu disusun secara efisien dan efektif,
meniadakan proses redundansi yang tidak perlu dan menutup celah yang ada.
Dalam hal ini, peran teknologi informasi dan komunikasi dalam mendukung
pencapaian misi pertama dan kedua melalui digitalisasi proses dan layanan
sangat krusial untuk mendukung implementasi kebijakan pertanahan. Arah
Kebijakan dan Strategi digambarkan pada Tabel berikut

- 29 -
Tabel 3. 1. Arah Kebijakan dan Strategi

- 30 -
Berdasarkan strategi dan arah kebijakan di atas maka tema tahunan
selama 5 (lima) tahun periode rencana strategis dijelaskan sebagai berikut.
Fokus perencanaan di dua tahun pertama diawali dengan peningkatan kualitas
pada tahun 2020-2021. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional berupaya melakukan percepatan dan peningkatan
kapasitas untuk siap memasuki transformasi digital di tahun 2021. Hal ini
meliputi percepatan pendaftaran bidang tanah di seluruh Indonesia, penyiapan
kelengkapan data, infrastruktur fisik, metode layanan serta kompetensi sumber
daya manusia. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia menjadi hal utama
mengingat sumber daya manusia merupakan penggerak utama untuk
mewujudkan visi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional, dimana diperlukan nilai-nilai organisasi yang bisa mengarahkan
pegawai bergerak menuju ke tujuan yang sama, mengarahkan dan mendasari
- 31 -
perilaku pegawai dalam menjalankan tugas, membentuk budaya kerja
organisasi, sehingga dapat melayani masyarakat dengan kejelasan prosedur,
biaya dan ketepatan waktu.

Dalam mewujudkan institusi berstandar dunia, diperlukan strategi,


komitmen serta perspektif baru dalam menyikapi peralihan media layanan
sehingga pada tahun 2022 dan 2023 layanan pertanahan dan tata ruang
semakin mudah diakses dan transparan berbasis elektronik. Dimana saat ini
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional telah
berhasil mengalihkan beberapa pelayanan menjadi layanan elektronik, seperti
mengimplementasikan Hak Tanggungan elektronik secara nasional.

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional terus


berbenah menuju ke arah perubahan. Dengan inovasi-inovasi yang bertujuan
untuk meningkatkan akuntabilitas, integritas dan kualitas organisasi, inovasi
juga dihasilkan untuk memberikan kemudahan dalam melakukan pelayanan
kepada masyarakat. Setelah 4 (empat) tahun membangun pondasi layanan
pertanahan dan tata ruang berkualitas serta berbasis elektronik, di tahun 2024
diharapkan memberikan dampak pada kepastian hak atas tanah yang
selanjutnya mendukung tercapainya visi Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional pada tahun 2024 menjadi institusi
berstandar dunia. Adapun tematik tahunan Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3. 5. Tematik Tahunan Pembangunan Pertanahan dan Tata Ruang

3.3. Kerangka Regulasi pada Kantor Wilayah BPN Provinsi DKI Jakarta

Dalam rangka melaksanakan Pelayanan Publik dan Tata Kelola


Pemerintahan yang lebih berkualitas dan berdaya saing perlu dilakukan

- 32 -
penataan peraturan perundang-undangan agar kebijakan Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional bisa tepat terlaksana dengan baik
pada tingkat satuan kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi
DKI Jakarta. Adapun sejumlah reviu dan usulan kebutuhan akan regulasi di
Provinsi DKI Jakarta berkaitan dengan Pelayanan Publik dalam data dan
layanan administrasi pertanahan untuk peningkatan rangking EoDB di Provinsi
DKI Jakarta dapat diuraikan dalam tabel berikut:

Tabel 3. 2. Usulan dan Kerangka Matrik Regulasi

Kerangka Urgensi Pembentukan


Unit Penanggung Unit Terkait / Target
No Regulasi/Kebutuhan Berdasarkan Evaluasi Regulasi
Jawab Institusi Penyelesaian
Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian

1. Revisi Regulasi pengaturan Pasal 6 menetapkan besaran Bapenda Biro Hukum, 1 tahun
pajak atas tanah: Perda BPHTB 5% mengacu pada UU No BPAD, BPN anggaran
nomor 18 tahun 2010 28 tahun 2009 Tentang Pajak
tentang Bea Perolehan Hak Daerah & Retribusi Daerah Pasal
Atas Tanah dan Bangunan 88 (1) Tarif Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan
ditetapkan paling tinggi sebesar
5% (lima persen). Pengurangan
besaran persentase pengenaan
bea (2-3%)

2. Revisi Regulasi Pengaturan Pengenaan pajak progresif atas Bapenda Biro Hukum, 1 tahun
Pajak Atas Bumi dan kepemilikan bidang tanah yang Biro Tata anggaran
Bangunan: melebihi dari jumlah yang Pemerintahan,
Peraturan Daerah Provinsi ditentukan sebanyak 5 (lima) BPN, BPAD
DKI Jakarta Nomor 16 bidang tanah
Tahun 2011 tentang Pajak
Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan

3. Regulasi interconnecting Kebutuhan Pemangkasan BPN, Dinas Cipta Biro Hukum, 1 tahun
pelayanan: SAMSAT prosedur dan waktu perizinan Karya Tata Biro Kerjasama anggaran
PERTANAHAN (Sistem yang saling terhubung antar Ruang dan
Administrasi Manunggal instansi sehingga mewujudkan Pertanahan,
Satu Atap) kemudahan berusaha dan Bapenda,PTSP
birokrasi
4. Regulasi Pemanfaatan Kebutuhan pemanfaatan Bappeda Bapenda, Dinas maksimal 1
Informasi Bidang tanah informasi pertanahan dalam Cipta Karya, tahun
sebagai acuan mendukung pelaksanaan tupoksi Tata Ruang, anggaran
pembangunan sektoral dalam mewujudkan dan
pembangunan yang Pertanahan,,
berkelanjutan BPAD, BPN
5. Regulasi Perbaikan, Validasi Proses teknis dalam pelaksanaan Bappeda Kominfo, BPN, maksimal 1
dan Verifikasi data kegiatan perbaikan dalam Bappenda, tahun
pertanahan rangka validasi dan verifikasi Cipta Karya, anggaran
data pertanahan secara kontinu Perijinan, dll
perlu dilakukan sehingga
pengujian materiil terhadap data
hasil kegiatan tersebut dapat
dilakukan, hal ini mendukung
proses-proses peningkatan
kualitas data, informasi dan
layanan pertanahan untuk
masyarakat.
- 33 -
6. Regulasi SIAP Draft Peraturan Bupati/Perda Bappeda 1 tahun
tentang SIAP penilaian tingkat
maturitas SIAP yang akan
dijalankan

7. Revisi Regulasi Pengesahan Keputusan gubernur No 924 Biro Hukum BPN,Citata, 1 tahun
Pertelaan tahun 1991 mengacu pada UU PTSP, Perkim,
No 16 tahun 1985 Ttg Rumah KDH, SeKDA
Susun ( diperbaharui UU No 20
tahun 2011)
8. Regulasi risk manajemen Untuk menjamin terwujudnya Biro Pemerintah 1 tahun
SIAP, maka pemilik risiko
(satuan kerja) harus melakukan
manajemen risiko, dimulai dari
identifikasi risiko, analisis risiko,
evaluasi risiko, dan penanganan
risiko
9. Revisi standar audit Regulasi yang ada sudah tidak Biro Pemerintah 1 tahun
relevan.

10. Revisi Regulasi pelaksanaan Untuk menjamin kepastian BPAD BPAD, 1 tahun
Inventarisasi dan Legalisasi hukum dan terwujudnya tertib Citata,KPK,
Aset Pemerintah Provinsi, administrasi pengelolaan aset BPN
Pemerintah Daerah dan dari pemerintah di wilayah DKI
Kewajiban Fasos/Fasum Jakarta dan aset dari kewajiban
fasos/fasum

Perlu adanya pengusulan revisi Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009


tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Hal ini disebabkan karena
Peraturan Presiden tidak bisa menganulir Undang-Undang. Untuk itu
diusulkan agar dalam pendaftaran tanah pertama kali tidak dikenakan pajak
terutang terkait pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB) dan Pajak Penghasilan (PPh), melainkan diberikan tarif Rp. 0,- (nol
rupiah). Hal ini dikarenakan proses pendaftaran tanah pertama kali oleh
masyarakat seringkali terkendala. Dalam pengusulan revisi Undang-Undang
tersebut perlu koordinasi terlebih dahulu antar kementerian terkait instansi
mana yang bertanggung jawab dalam penyusunan revisi Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009. Selain itu, PP 128 Tahun 2015 juga perlu dilakukan
perbaikan/revisi untuk mendukung kegiatan Layanan Elektronik yang pada
saat ini sudah diberlakukan secara 100% di Provinsi DKI Jakarta dan untuk
memastikan layanan yang ada saat ini bisa lebih murah dalam hal biaya,
prosedur yang lebih sedikit dan waktu yang lebih singkat untuk mendukung
tercapainya peningkatan kemudahan berusaha pada indikator Registering
Property.

- 34 -
3.4. Kerangka Kelembagaan Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi
DKI Jakarta

Penataan kelembagaan didasarkan pada ketepatan fungsi (berdasarkan


mandat), ketepatan proses bisnis dan ketepatan ukuran sesuai beban kerjanya.
Penataan kelembagaan didasarkan pada paradigma manajemen pertanahan
dan penataan ruang (Land Management Paradigm) untuk mewujudkan
tercapainya Tujuan, Sasaran, Program dan Kegiatan Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional pada Tahun 2024, yang digambarkan
sebagai berikut:

Visi: Terwujudnya Penataan Ruang dan Pengelolaan


Pertanahan yang Terpercaya dan Berstandar Dunia
dalam Melayani Masyarakat untuk Mendukung
Tercapainya “Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri
dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”

Gambar 3. 6. Proses Kinerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan


Nasional

Alur (flow) dalam LMP merupakan alur proses yang menjadi dasar dalam
memetakan alur fungsi dari masing-masing struktur yang akan dibentuk, agar
mampu meningkatkan efektifitas dan efisiensi kinerja untuk menghindari
redundancy dan pengulangan (double) kinerja. Sebagai gambaran, proses inti
adalah proses yang terkait penerapan fungsi administrasi pertanahan dan tata
ruang yang meliputi Land Use, Land Tenure, Land Value dan Land Development.
Adapun proses pendukung atau proses prasyarat adalah ketersediaan kadaster
dan informasi pertanahan yang lengkap, dapat dipercaya, transparan serta
dapat dijangkau. Ciri informasi pertanahan ini merupakan syarat hadirnya
administrasi pertanahan yang prima. Tidak kalah penting adalah adanya proses
manajemen untuk memastikan tujuan kedua dari Kementerian Agraria dan

- 35 -
Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dapat dicapai yaitu adanya dukungan
manajemen yang andal dari aspek operasional dan dari aspek penjaminan
mutu.
Struktur organisasi untuk pengelolaan tanah untuk setiap negara
berbeda-beda, tergantung dari sejarah, budaya dan setting tatanan
kelembagaan yang diberlakukan dalam penerapan kebijakan pengelolaan tanah
dan tata kelola. Namun secara umum aktivitas pengelolaan tanah akan
mencakup tiga hal yaitu: Kebijakan, Infrastruktur dan Administrasi tanah
(pertanahan). Kerangka kelembagaan Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional sesuai dengan mandat yang dimiliki dan
menyelaraskan goals yang ingin dicapai, maka perlu dirumuskan perekayasaan
kelembagaan (Reengineering) dengan menyesuaikan proses bisnis dan visi-misi
institusi (Goal Based Organization-Performance Based Organization) yang adaptif
dan transformatif terhadap isu strategis yang harus diselesaikan dan
meningkatkan daya saing institusi.
Sementara untuk mendukung operasional akan mencakup fungsi
administrasi pertanahan dalam rangka memastikan mengenai Rights, Role,
Responsibility and Risk terkait dengan pemanfaatan tanah. Dengan demikian
fungsi administrasi pertanahan diperlukan untuk membangun infrastruktur
informasi terkait lahan (tanah) termasuk kadastral dan kelengkapan atributnya
terkini. Semua hal ini akan dijalankan oleh mekanisme kelembagaan yang
ditentukan. Adapun kerangka lengkap organisasi dapat dilihat pada Gambar
berikut.

- 36 -
Gambar 3. 7. Struktur Organisasi Kantor Wilayah BPN Provinsi DKI Jakarta

- 37 -
BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

Bab ini akan menjelaskan mengenai target kinerja dan kerangka pendanaan berdasarkan arsitektural
Program dan Kegiatan dalam kerangka Isu Strategis di Provinsi DKI Jakarta yang mengacu pada
Rencana Strategis Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

4.1. Target Kinerja


Komponen operasional paradigma manajemen pertanahan meliputi
fungsi-fungsi rentang administrasi pertanahan yang memastikan pengelolaan
yang tepat terhadap hak tanah (rights), pembatasan (restrictions), tanggung
jawab (responsibilities) dan resiko (risk) yang berkaitan dengan properti, tanah
dan sumber daya alam. Fungsi-fungsi itu meliputi (i) land tenure (hak tanah),
(ii) land value (nilai tanah) dalam rangka penilaian pajak tanah dan bangunan,
(iii) land use (perencanaan dan pengendalian penggunaan tanah dan ruang serta
sumberdaya alam), dan (iv) land development (perencanaan dan perizinan dalam
pembangunan utilitas, infrastruktur dan konstruksi). Fungsi-fungsi
administrasi pertanahan itu sendiri harus berbasis bidang tanah dan tersedia
dalam bentuk infrastruktur informasi pertanahan yang memadai, yang terdiri
dari basis data kadastral dan dataset topografi serta kemudahan akses yang
lengkap dan terbarukan (up to date) tentang lingkungan terbangun dan alami.
Dengan demikian, manajemen pertanahan yang baik merupakan proses
operasional yang termasuk dalam implementasi kebijakan pertanahan secara
komprehensif dan berkelanjutan. Namun, di banyak negara, terdapat
kecenderungan untuk memisahkan hak tanah (tenurial) dari hak penggunaan
tanah (land use rights). Tidak ada mekanisme kelembagaan yang efektif untuk
menyambungkan perencanaan dan kontrol penggunaan tanah dengan nilai
tanah dan operasi pasar tanah. Masalah-masalah ini sering diperparah oleh
prosedur administrasi dan manajemen yang buruk yang gagal memberikan
layanan yang dibutuhkan.

- 38 -
Gambar 4. 1. Perspektif Manajemen Pertanahan dalam Konteks Provinsi DKI Jakarta

Oleh sebab itu sejalan dengan visi kementerian ATR/BPN dalam


mengimplementasikan Land Management Paradigm pada Kantor Wilayah BPN
Provinsi DKI Jakarta dapat dijabarkan fungsi-fungsinya sebagaimana
dijabarkan dalam sasaran strategis dan indikator kinerja sasaran strategis yang
kemudian diturunkan dalam indikator kinerja program dan indikator kinerja
kegiatan pada Kantor Wilayah BPN Provinsi DKI Jakarta.

4.1.1. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Sasaran Strategis


Sasaran strategis Kantor Wilayah BPN Provinsi DKI Jakarta disusun
untuk mencapai Visi dan Misi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional sesuai dengan permasalahan dan isu strategis di Provinsi
DKI Jakarta.

A. Tujuan 1

Tujuan 1 dari Visi/Misi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan


Pertanahan Nasional adalah Pengelolaan pertanahan untuk mewujudkan
kesejahteraan rakyat, dengan Sasaran Strategis: Penguasaan, pemilikan,
penggunaan dan pemanfaatan yang berkepastian hukum dan produktif.
Ketercapaian sasaran strategis ini diukur dengan beberapa Indikator Kinerja
Sasaran Strategis sebagaimana gambar berikut:

- 39 -
Gambar 4. 2. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Strategis (IKSS) pada Tujuan 1

Indikator Kinerja Sasaran Startegis ini dilaksanakan oleh fungsi


Penetapan Hak dan Pendaftaran Tanah, Fungsi Pengendalian Pertanahan dan
Penanganan Sengketa, Fungsi Survei dan Pemetaan Pertanahan, Fungsi
Pengadaan Tanah dan Pengembangan dan Fungsi Penataan Pertanahan.
Terhadap Sasaran Strategis 1 tersebut telah ditetapkan memiliki Indikator
Kinerja Sasaran Strategis dengan target Kinerja sebagai berikut:

Tabel 4. 1. Target Kinerja Sasaran Strategis

IKSS Ukuran 2020 2021 2022 2023 2024


IKSS 1: Penurunan Indeks Gini Indeks 0,00002 0,0008 0,00025 0,00047 0,00061
Ketimpangan Pemilikan Tanah

IKSS 2: Peningkatan Pendapatan per Persentase 5 10 15 20 25


Kapita Penerima Reforma Agraria

IKSS 3: Nilai Kepastian dan Nilai 4 4 5 5 5


Perlindungan Hak atas Tanah

IKSS 4: Peningkatan Kemudahan Peringkat, 106 (60) 80 65 (72) 50 (76) 40


Investasi (Registering Property dalam (skor) (68) (78)
EoDB)

B. Tujuan 2

Tujuan 2 dari Visi dan Misi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN
adalah: Penataan Ruang yang Adil, Aman, Nyaman, Produktif dan
Lingkungan Hidup Yang Berkelanjutan, memiliki Sasaran Strategis:
Peningkatan Kualitas dan Pemenuhan Rencana Tata Ruang serta
- 40 -
Perwujudan Tertib Tata Ruang, ketercapaian sasaran strategis ini diukur
dengan indikator (IKSS) Indeks Penyelenggaraan Penataan Ruang. Kewenangan
pelaksanaan penataan ruang pada Kanwil dan Kantah di Provinsi DKI Jakarta
dalam hal percepatan penyediaan RTR di Provinsi DKI Jakarta merujuk pada
cascading kinerja Direktur Jenderal Tata Ruang. Percepatan penyediaan
Rencana Tata Ruang di Provinsi DKI Jakarta yang dilaksanakan meliputi
kegiatan bimbingan teknis penyusunan materi teknis dan raperda RDTR Kota
dan bimbingan teknis penyusunan peninjauan kembali/revisi materi teknis dan
raperda RTRW Provinsi/Kota. Indikator ini dilaksanakan oleh Fungsi
Pengendalian Pertanahan dan Fungsi Penataan Pertanahan.

Gambar 4. 3. Cascading Kinerja pada Tujuan 2

C. Tujuan 3

Pada Tujuan 3: Pelayanan Publik dan Tata Kelola Kepemerintahan yang


Berkualitas dan Berdaya Saing, dengan Sasaran Strategis: Terwujudnya Tata
Kelola Kelembagaan yang Komprehensif dan Berstandar Kepemerintahan yang
Baik. Indikator dalam Sasaran Strategis ini adalah Indeks Reformasi Birokrasi
untuk menunjukkan sudah ber kinerjanya Good Governance melalui perubahan
Mindset dan Culture Set yang meliputi 8 (delapan) area perubahan yaitu: 1)

- 41 -
Manajemen Perubahan, 2) Penataan Peraturan Perundang-undangan, 3)
Penataan dan Penguatan Organisasi, 4) Penataan Tatalaksana, 5) Penataan
Sumberdaya Manusia, 6) Penguatan Akuntabilitas Kinerja, 7) Penguatan
Pengawasan dan 8) Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik, pencapaian dari
delapan area tersebut diukur setiap tahun.

Gambar 4. 4. IKSS 6 Terwujudnya Tata Kelola Kelembagaan yang Komprehensif dan


Berstandar Kepemerintahan yang Baik

Target Kinerja Indikator Kinerja Sasaran Strategis di Provinsi DKI Jakarta


dapat diuraikan dalam tabel berikut:

Tabel 4. 2. Tabel IKSS pada Tujuan 3

IKSS Ukuran 2020 2021 2022 2023 2024

IKSS 6: Indeks Reformasi Birokrassi Indeks 80 85 87 90 92

4.1.2. Indikator Kinerja Program


Indikator Kinerja Sasaran Strategis yang telah ditetapkan oleh
Kementerian Agraria dan Tata Ruang menjadi tolok ukur dalam penentuan
Kegiatan dan Indikator Kinerja Kegiatan pada Kantor Wilayah BPN Provinsi DKI
Jakarta sebagai terjemahan dari Sasaran Program dan Indikator Kinerja
Program yang telah ditetapkan pada Renstra Kementerian ATR/BPN namun
mengacu pada isu strategis dan permasalahan yang ada di Provinsi DKI Jakarta.
Terdapat 3 (tiga) Program yang dilaksanakan oleh Kantor Wilayah BPN Provinsi
DKI Jakarta yaitu Program Pengelolaan dan Pelayanan Pertanahan, Program
Penyelenggaran Penataan Ruang, dan Program Dukungan Manajemen.

- 42 -
Program Pengelolaan Pertanahan di Provinsi DKI Jakarta terdiri atas Sasaran
Program dan Indikator Kinerja Program sebagai berikut:

Program Penataan Ruang di Provinsi DKI Jakarta terdiri atas Sasaran Program
dan Indikator Kinerja Program sebagai berikut:

Program Dukungan Manajemen di Provinsi DKI Jakarta terdiri atas Sasaran


Program dan Indikator Kinerja Program sebagai berikut:

4.1.3. Indikator Kinerja Kegiatan


Perumusan kegiatan dalam lingkup Kantor Wilayah dan Kantor
Pertanahan di Provinsi DKI Jakarta bertujuan untuk menggambarkan
keterkaitan antara Indikator Kinerja Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja
Program yang menjadi acuan pelaksanaan kegiatan dan anggaran untuk
mewujudkan visi dan misi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional. Perumusan kegiatan dalam lingkup Kantor Wilayah dan
Kantor Pertanahan di Provinsi DKI Jakarta didasarkan pada isu strategis di
Provinsi DKI Jakarta, sehingga Indikator Kinerja Kegiatan dapat diuraikan
sebagai berikut:

A. Isu Strategis 1 Provinsi DKI Jakarta

- 43 -
Gambar 4. 5. Gambaran Isu Strategis 1 di Provinsi DKI Jakarta

Strategi yang dilakukan untuk menyelesaikan isu strategis tersebut dan


untuk mendukung efisiensi dan efektifitas operasionalisasi kegiatan adalah:

1. Fiscal Policy untuk Mewujudkan Keadilan Pertanahan

Gambar 4. 6. Strategi dalam Mewujudkan Keadilan Pertanahan (Isu 1 A)

Sebagai pusat pemerintahan dan bisnis tentu saja Jakarta sangat padat
dengan aktivitas masyarakat yang datang dari berbagai daerah di seluruh
Indonesia, baik yang bekerja disektor formal maupun informal. Sebagian dari
mereka yang tidak beruntung adalah mereka yang bekerja disektor informal dan
menghuni kampung-kampung kota yang sangat jauh dari kondisi tempat
tinggal yang layak. Karena terbatasnya akses atas tanah bagi masyarakat ini
serta ketimpangan ekonomi yang ada serta nilai tanah yang cukup tinggi
mengakibatkan tools redistribusi tanah belum efektif untuk penanganan
ketimpangan Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah
(P4T). Dan hal ini mengesankan terjadinya free fight liberalism P4T, dimana

- 44 -
sebagian besar tanah dikuasai oleh pemilik modal, sehingga sebagian tanah
yang dikuasai oleh pemilik modal tersebut cenderung menjadi komoditas untuk
menarik keuntungan.

Untuk menekan ketimpangan P4T dan free fight liberalism P4T, strategi
yang diinisiasi untuk dilakukan oleh Kanwil BPN DKI Jakarta melalui perjanjian
kerjasama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta adalah membangun basis
data yang terintegrasi antara data bidang tanah (NIB), data kependudukan (NIK)
dan data objek pajak (NOP) sebagai tools untuk pengenaan pajak progresif atas
kepemilikan bidang tanah yang melebihi dari jumlah yang ditentukan sebanyak
5 (lima) bidang tanah. Tools ini juga akan digunakan untuk pengenaan Capital
Gain Tax (pajak pertambahan nilai) atas bidang tanah yang akan ditarik dari
selisih nilai beli dengan nilai jual bidang tanah yang ditransaksikan. Strategi ini
akan mendorong pemilik tanah yang jumlah bidang tanahnya melebihi dari lima
bidang dan para spekulan yang menjadikan tanah sebagai komoditas akan
berpikir untuk menyimpan tanahnya sebagai modal dan mendorong mereka
untuk menjual/melepas tanahnya.

Penguatan peraturan perundang-undangan terkait dengan penerapan


Undang-undang Cipta Kerja sangat diperlukan dengan memasukkan substansi
pengenaan pajak progresif dan capital gain tax. Kerjasama antara Kanwil BPN
Provinsi DKI Jakarta dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta perlu dilakukan
dalam rangka revisi Peraturan Daerah tentang Pengenaan Pajak PBB-P2, Pajak
Progresif dan capital gain tax.

Dalam menjalankan strategi tersebut dibutuhkan kerjasama dari


berbagai counterparts terkait dengan menunjuk pimpinan dari counterparts
tersebut sebagai Person In Charge (PIC). PIC ini terdiri dari internal dan eksternal
Kementerian ATR/BPN. PIC internal Kementerian ATR/BPN terdiri dari : (i)
Kepala Pusat Data dan Informasi Pertanian dan LP2B, (ii) Kepala Biro Hukum,
Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama, Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi
DKI Jakarta. Sedangkan PIC eksternal adalah: (i) Kepala Badan Pendapatan
Daerah Provinsi DKI Jakarta, (ii) Kepala Kantor Pajak Pratama se-DKI Jakarta,
(iii) Para Pejabat Pembuat Akta Tanah se DKI Jakarta, dan (iv) Bank persepsi.

Kegiatan yang dilakukan untuk menyelesaikan isu strategis tersebut


dapat dilaksanakan melalui Program Pengelolaan dan Pelayanan Pertanahan

- 45 -
yang dilaksanakan oleh Fungsi Survei dan Pemetaan, Fungsi Penataan
Pertanahan, dan Fungsi Penetapan Hak dan Pendaftaran. Untuk menekan
ketimpangan P4T dan free fight liberalism P4T yang dilakukan melalui integrasi
data bidang tanah (NIB), data kependudukan (NIK) dan data objek pajak (NOP)
sebagai tools untuk pengenaan pajak progresif melalui kegiatan/Rincian Output
(RO): Dukungan Manajemen Kegiatan One Map Project dengan target berupa
paket/kegiatan. Kegiatan ini dilaksanakan dengan pendanaan dari PHLN
(Proyek/Hibah Luar Negeri) yang dilaksanakan oleh Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional bersama Kantor Wilayah BPN Provinsi
DKI Jakarta. Pelaksanaan kegiatan direncanakan dalam 2 (dua) tahun yaitu
tahun 2021 dan tahun 2022.

Tabel 4. 3. Matrik Kinerja Kegiatan pada Isu Strategis 1A

Sasaran Kegiatan : Tersedianya Informasi Bidang Tanah dan Ruang

Indikator Kinerja Kegiatan : Persentase Jumlah Desa/Kelurahan Lengkap dan Informasi untuk menunjang
Penanganan Sengketa, Permasalahan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Uraian Kegiatan : Tahun 2021: Koordinasi-Set Up Tim-Standarisasi Data-Project Piloting-Project Piloting


Interoperability
Tahun 2022: Scaling Up Project

Pelaksanaan Kegiatan dalam rangka Integrasi Data Administrasi Pertanahan


dapat digambarkan sebagaimana bagan berikut:

Gambar 4. 7. Kegiatan Dukungan Manajemen One Map Project di Provinsi DKI Jakarta dalam
rangka Integrasi Data Administrasi Pertanahan

Dalam rangka pengenaan Pajak Progresif untuk tanah ke-5 dan


pengenaan capital gain tax kegiatan yang harus dilakukan adalah Perbaikan
Regulasi dan Pengembangan Sistem, untuk mewujudkan hal tersebut, kegiatan
yang harus dilakukan adalah:

- 46 -
Gambar 4. 8. Kegiatan Dalam Rangka Perbaikan Regulasi dan Pengembangan Sistem

2. Fiscal Policy untuk Mengoptimalkan Land to Value

Gambar 4. 9. Fiscal Policy untuk Mengoptimalkan Land to Value

Berdasarkan indikator registering property pada peringkat Kemudahan


Berusaha (EoDB) di Indonesia, dimana salah satu faktor yang mendegradasi
penilaianya adalah biaya peralihan hak atas tanah yang dinilai tinggi. Hal ini
juga mengakibatkan keengganan dari subyek hak yang melakukan peralihan
hak atas tanah melakukan pendaftaran peralihan hak atas tanahnya. Dampak
yang nyata adalah tidak tertibnya administrasi pertanahan. Selanjutnya
dampak turunannya adalah tidak eligiblenya sertipikat hak atas tanah tersebut
dijadikan objek hak tanggungan.

Strategi yang disiapkan oleh Kanwil BPN Provinsi DKI Jakarta melalui
kerjasama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mendorong
perbaikan peringkat EoDB dari indikator registering property adalah dengan
melakukan perbaikan data nilai tanah dan memperluas rentang subjek pajak
serta menyediakan nilai pasar tanah (land market value) yang up to date sebagai
- 47 -
referensi bersama (benchmark) yang tujuannya untuk mengoptimalkan
pendapatan daerah dari BPHTB serta mendorong penurunan persentase
pengenaan tarifnya guna perbaikan peringkat indikator registering property.

Untuk itu diperlukan penyusunan kerangka regulasi yang dimulai dari


penyusunan peraturan turunan dari Undang-undang Cipta Kerja, Undang-
undang 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Undang-
undang 20 tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 21
Tahun 1997 tentang BPHTB. Selanjutnya perlu juga dilakukan reviu terhadap
beberapa Peraturan Daerah, Peraturan Gubernur dan Surat Edaran yang
terkait, yaitu : (i) Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 18 Tahun 2010
tentang BPHTB, (ii) Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 16 Tahun
2011 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (P2), (iii)
Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 103 Tahun 2011 tentang
Pemberian, Pengurangan Keringanan, dan Pembebasan BPHTB, (iv) Peraturan
Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 112 Tahun 2011 tentang Prosedur
Pengenaan BPHTB, (v) Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 126
Tahun 2017 tentang Pengenaan 0 (nol) Persen Atas BPHTB.

Dalam menjalankan strategi tersebut tentu dibutuhkan kerjasama dari


berbagai counterparts terkait dengan menunjuk pimpinan dari Counterparts
tersebut sebagai Person In Charge (PIC). PIC ini terdiri dari internal dan eksternal
Kementerian ATR/BPN. PIC internal Kementerian ATR/BPN terdiri dari : (i)
Kepala Pusat Data dan Informasi Pertanian dan LP2B, (ii) Kepala Biro Hukum,
Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama, Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi
DKI Jakarta. Sedangkan PIC eksternal adalah : (i) Kepala Badan Pendapatan
Daerah Provinsi DKI Jakarta, (ii) Kepala Kantor Pajak Pratama se-DKI Jakarta,
(iii) Para Pejabat Pembuat Akta Tanah se DKI Jakarta, dan (iv) Bank persepsi.

Strategi untuk mewujudkan isu strategis 1 melalui Fiscal Policy untuk


mengoptimalkan Land to value dapat dilaksanakan melalui fungsi Pengadaan
Tanah dan Pengembangan dan Fungsi Survei dan Pemetaan dengan kegiatan
sebagai berikut:

a. Kegiatan Pemetaan Nilai Bidang Tanah untuk seluruh wilayah DKI Jakarta
dengan luas total 65.538 Hektar (luas untuk DKI Jakarta daratan 64.668
Ha dan luas kepulauan 870 Ha). Kegiatan ini bertujuan untuk

- 48 -
menghasilkan nilai pasar tanah yang berkeadilan sesuai dengan potensi
ekonomi yang dimiliki setiap bidang tanah, sehingga peningkatan
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang ditargetkan 10 (sepuluh) kali
lipat dari pemeliharaan data pertanahan, informasi pertanahan dan tata
ruang dapat terwujud. Selanjutnya nilai bidang tanah ini bisa dijadikan
referensi bersama oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam Pengenaan
BPHTB yang memang ditargetkan secara persentase pengenaannya bisa
diturunkan kurang dari 5% guna perbaikan peringkat EoDB pada indikator
registering property.
b. Kegiatan Pembaharuan Peta Nilai Tanah untuk seluruh DKI Jakarta.
Kegiatan Pembaharuan nilai bidang tanah diperlukan untuk menghasilkan
nilai bidang tanah yang uptodate. Diharapkan dari nilai bidang tanah yang
uptodate bisa mendukung perencanaan pembangunan, peningkatan PNBP
pelayanan pertanahan dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
melalui pajak daerah (BPHTB).
c. Kegiatan Dukungan Manajemen Kegiatan One Map Project dilaksanakan
dengan target berupa paket/kegiatan. Kegiatan ini dilaksanakan dengan
pendanaan dari PHLN (Proyek/Hibah Luar Negeri) atau PHDN yang
dilaksanakan oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional bersama Kantor Wilayah BPN Provinsi DKI Jakarta. Pelaksanaan
kegiatan direncanakan dalam 2 (dua) tahun yaitu tahun 2021 dan tahun
2022 dengan uraian kegiatan untuk mewujudkan nilai tanah tunggal dan
pengenaan BPHTB optimal sebagaimana Gambar berikut.

Gambar 4. 10. Pelaksanaan Kegiatan Fiscal Policy untuk mengoptimalkan Land to value

- 49 -
Tabel 4. 4. Matrik Kinerja Kegiatan pada Isu Strategis 1B

Sasaran Kegiatan : 1. Tersedianya Informasi Bidang Tanah dan Ruang


2. Tersedianya informasi nilai tanah, ekonomi pertanahan dan Lisensi
Penilai Pertanahan

Indikator Kinerja Kegiatan : 1. Persentase Jumlah Desa/Kelurahan Lengkap dan Informasi untuk
menunjang Penanganan Sengketa, Permasalahan dan Pengendalian
Pemanfaatan Ruang
2. Peningkatan cakupan informasi nilai tanah dan ekonomi pertanahan
3. Persentase Peta Nilai Tanah yang dimanfaatkan

Program/Kegiatan/RO Lokasi Sumber Satuan Target


(Kanwil/ka Dana
ntah)
2020 2021 2022 2023 2024

Pengelolaan dan Pelayanan Pertanahan

> Penilaian Tanah dan Ekonomi Pertanahan

>> Peta Nilai Bidang Tanah Kanwil PHDN & Hektar 64.668 870 - -
APBN

>> Pembaruan Peta Nilai Tanah Kanwil APBN Bidang 5.000 5.000 5.000

> Pengukuran dan Pemetaan Kadastral

>> Dukungan Manajemen Kegiatan One Kanwil PHLN/PHD Kegiatan/ 1 1 - -


Map Project N Paket

- 50 -
3. Pengenalan Konsep Easement atau Servitude untuk Pengembangan
Kawasan Sempadan Sungai dan Sempadan Pantai

Gambar 4. 11. Konsep Easement atau Servitude untuk Pengembangan Kawasan Sempadan
Sungai dan Sempadan Pantai

Berkembangnya Kota Jakarta menjadi megacity melalui proses


reorganisasi ruang yang sangat cepat memberi dampak sosial, ekonomi maupun
tekanan pada kelestarian lingkungan. Perkembangan ini ditandai dengan
tingginya urbanisasi, gentrifikasi, komodifikasi tanah, sebagian lokasi tumpang
tindih dengan kepemilikan pihak lain yang rawan menimbulkan
sengketa/konflik, pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang, sebagian besar memerlukan penataan.

Banyaknya penduduk urban yang menghuni tanah negara, tanah aset


Pemerintah Provinsi, kementerian/lembaga, termasuk aset perorangan dan
badan hukum yang lain. Tidak ada data reliabel terkait jumlah subjek
(masyarakat urban), objek (jumlah bidang tanah yang dikuasai masyarakat
urban) maupun data aset (tanah negara, tanah aset Pemprov,
kementerian/lembaga, termasuk aset perorangan dan badan hukum yang lain).

Saat ini pengaturan tenurial di Jakarta belum secara jelas mengatur


easment dan servitude, belum memperhatikan 3R (right, restriction, dan
responsibility) untuk setiap bidang tanah. Tanah memiliki fungsi sosial,
sehingga setiap bidang tanah harus memberikan kemudahan akses bagi
penggunaan lainnya. Oleh karena itu dalam pemberian hak harus
memperhatikan aspek restriction dan responsibilities untuk penggunaan sesuai
dengan Rencana Detail Tata Ruang. Dalam penataan kawasan Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil diatur dalam Permen ATR/Peraturan Kepala BPN No. 17

- 51 -
Tahun 2016, yang mana 70% dari luas bidang tanah tersebut dapat dikuasai
dan 30 % merupakan akses public. Proses pemanfaatan pantai merupakan
kewenangan dari Kementerian Kelautan, sehingga Kementerian ATR/BPN
menetapkan hak di atas air. Dalam proses pemberian hak pada sempadan
sungai, harus mengacu pada tata ruang suatu wilayah tersebut. Saat ini
sempadan tidak dimasukan pada proses penetapan batas bidang tanah,
padahal jika hal tersebut dapat dilakukan, akan memudahkan dalam proses
pengaturan dan penataan kawasan sempadan pantai dan sempadan sungai di
Provinsi DKI Jakarta, dimana terdapat 445 kampung kumuh yang terdapat
pada sempadan sungai.

Adapun target yang ingin dicapai pada tahun 2024 adalah memastikan
bahwa semua pria dan wanita, yang tinggal di 22 kampung miskin dan rentan
di Provinsi DKI Jakarta, memiliki hak yang sama terhadap sumber daya
ekonomi, serta akses terhadap pelayanan dasar terutama kepemilikan dan
kontrol atas tanah. Untuk mewujudkan hal tersebut strategi yang akan
dilaksanakan yaitu:

1. Memasukan sempadan ke dalam hak (right) namun pemanfaatannya wajib


sesuai dengan RDTR (restriction & responsibilities)
2. Pencantuman restriction dan responsibilities sebagai pembatasan
penggunaan tanah dalam ruang (Buku Tanah dan dan Sertipikat)
3. Pencatatan restriction dan responsibilities sebagai pembatasan penggunaan
tanah dalam gambar (hal 2-3) dan hal-hal lain (hal 4) Surat Ukur.

Dalam upaya menindaklanjuti Isu strategis dalam rangka Pengenalan


Konsep Easement atau Servitude untuk Pengembangan Wilayah Sempadan
Sungai dan Pantai dilaksanakan melalui Program Pengelolaan Pertanahan dan
Pelayanan yang dilaksanakan oleh fungsi Penetapan Hak dan Pendaftaran,
Fungsi Survei dan Pemetaan, Fungsi Penataan Pertanahan dan Pemebrdayaan,
Fungsi Pengadaan Tanah dan Pengembangan, dan Fungsi Pengendalian dan
Penanganan Sengketa.

Salah satu bentuk pengaturan hubungan hukum antara orang dengan


tanah adalah dengan diberikannya hak atas tanah kepada orang sehingga orang
tersebut mempunyai hak untuk menguasai, memiliki dan menggunakannya,
sebagaimana Pasal 4 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960. Pemberian hak

- 52 -
atas tanah ini bukan hanya melekat hak orang atas tanah, akan tetapi di
dalamnya melekat pula kewajiban. Keseimbangan antara pelaksanaan hak dan
kewajiban ini baik secara langsung dan tidak langsung akan berpengaruh
terhadap kepentingan umum, peningkatan ekonomi, keseimbangan
lingkungan, dan kesejahteraan rakyat.

Kurangnya kesadaran para pemegang Hak Atas Tanah/DPAT untuk


memenuhi kewajiban sebagaimana disebut dalam surat keputusan pemberian
Hak Atas Tanah/DPAT dan peraturan perundang-undangan lainnya,
menimbulkan dampak negatif. Dampak tersebut di antaranya adalah timbulnya
sengketa dan konflik dengan masyarakat, penyerobotan lahan, kebakaran lahan
dan bahkan memberikan kontribusi terhadap perubahan iklim. Oleh karena itu
pengendalian pertanahan penting dalam memantau dan mengevaluasi
pelaksanaan pemenuhan kewajiban para pemegang hak atas tanah/DPAT.

Sampai dengan tahun 2020, Kantor Wilayah BPN Provinsi DKI Jakarta
telah melakukan kegiatan pemantauan dan evaluasi hak atas tanah/DPAT
sebanyak 3.084 bidang yang meliputi 5 (lima) Kantor Pertanahan dengan
sumber dana dari APBN Rupiah Murni (RM). Sedangkan untuk tahun 2021
dengan target 5 bidang dengan sebaran di 5 (lima) Kantor Pertanahan.

Adapun target yang ingin dicapai sampai dengan tahun 2024, Kantor
Wilayah BPN Provinsi DKI Jakarta dapat melakukan kegiatan pemantauan dan
evaluasi hak atas tanah/DPAT sebanyak 3.500 bidang yang meliputi 5 (lima)
Kantor Pertanahan. Dengan uraian kegiatan sebagai berikut:

Tabel 4. 5. Matrik Kinerja Kegiatan pada Isu Strategis 1C

Sasaran Kegiatan : Terkendalinya Hak Atas Tanah/ Dasar Penguasaan Atas Tanah, Alih Fungsi
Lahan, Wilayah Pesisir, Pulau-pulau Kecil, Perbatasan, dan Wilayah Tertentu

Indikator Kinerja Kegiatan : Rasio Peningkatan Produktivitas P4T Hasil Hak Atas Tanah/Dasar Penguasaan
Atas Tanah, Alih Fungsi Lahan, Wilayah Pesisir, Pulau-pulau Kecil, Perbatasan
dan Wilayah Tertentu

Target
Lokasi
Sumber
Program/Kegiatan/RO (Kanwil/ka Satuan
Dana
ntah)
2020 2021 2022 2023 2024

Pengelolaan dan Pelayanan Pertanahan

> Pengendalian dan Pemantauan Pertanahan

>> Data Pengendalian Hak Atas Kanwil & Bidang 60 5 492 200 200
Tanah/Dasar Penguasaan Atas Tanah Kantah

- 53 -
>> Data Pengendalian Penguasaan dan Kanwil Hektar - - 62,1 169,08 258,47
Pemilikan Tanah di Wilayah Pesisir,
Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan, dan
Wilayah Tertentu

Output Data Pengendalian Penguasaan dan Pemilikan Tanah di Wilayah


Pesisir, Pulau-pulau Kecil, Perbatasan, dan Wilayah Tertentu dilaksanakan
dalam rangka Penataan Kawasan Pulau dan Kawasan Sungai di Provinsi DKI
Jakarta. Target Tahun 2022 dilaksanakan Pemantauan dan Evaluasi Wilayah
Pesisir dengan luas 62,1 Hektar pada wilayah Kepulauan Seribu. Data yang
nantinya dihasilkan dari kegiatan ini bisa menjadi rujukan Pemerintah Provinsi
dalam menetapkan peraturan daerah dalam rangka pemanfaatan kawasan
pulau. Penataan Kawasan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil diatur
dalam Permen ATR/Peraturan Kepala BPN No. 17 Tahun 2016, di mana Pulau
dapat dikuasai sebanyak 70% sedangkan 30% adalah akses publik.

Pada Fungsi Penataan Pertanahan dan Pemberdayaan, saat ini Provinsi


DKI Jakarta dan sekitarnya semakin berkembang menjadi megacity. Hal ini
terlihat bahwa di banyak lokasi permukiman dan ekosistem yang dihuni oleh
orang miskin berubah menjadi kawasan pemukiman dan perkantoran
menengah keatas, atau umumnya disebut dengan gentrifikasi (gentrification).
Sebagai akibatnya, penghuni permukiman lama tergusur digantikan dengan
penghuni baru dari kawasan perkantoran dan pemukiman menengah keatas.
Ekosistem dan identitas budaya kampung hilang tergantikan identitas dan
budaya penghuni baru.

Pada umumnya, kampung kota seperti ini lemah dalam bukti status
kepemilikan dari tanah yang mereka huni, terutama mengenai pembuktian
klaim kepemilikan atas tanah. Situasi seperti ini tentu menjadi semakin sulit
bila berhadapan dengan kepentingan lain seperti, pembangunan infrastruktur,
normalisasi sungai, perkantoran, hunian apartemen, real estate, maupun usaha
skala besar lainnya.

Reforma Agraria sebagai wujud penataan kembali struktur penguasaan,


pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah yang lebih berkeadilan melalui
penataan aset dan disertai dengan penataan akses untuk kemakmuran rakyat
Indonesia, hadir dan menjadi wadah untuk mengatasi berbagai permasalahan
pertanahan di Ibukota. Hal ini juga sesuai dengan tujuan SDG’s, pertama

- 54 -
mengentaskan segala bentuk kemiskinan. Pada tahun 2030 memastikan bahwa
semua pria dan wanita, khususnya masyarakat miskin dan rentan, memiliki
hak yang sama terhadap sumberdaya ekonomi, serta akses terhadap pelayanan
dasar, kepemilikan dan kontrol atas tanah dan bentuk kepemilikan lain, seperti
properti, warisan, sumber daya alam, teknologi baru dan jasa keuangan,
termasuk keuangan mikro. Keberhasilan pencapaian tujuan ini terlihat melalui
indikator proporsi dari penduduk dewasa yang mendapatkan hak atas tanah,
yang didasari oleh dokumen hukum dan yang memiliki hak atas tanah
berdasarkan jenis kelamin dan tipe kepemilikan (proportion of total adult
population with secure tenure rights to land, with legally recognized
documentation and who perceive their rights to land as secure, by sex and by type
of tenure).

Tujuan kedua, membangun kota dan permukiman yang inklusif, aman,


tangguh dan berkelanjutan. Pada tahun 2030 menjamin akses bagi semua
terhadap perumahan yang layak, aman, terjangkau, dan pelayanan dasar
permukiman, serta menata kawasan kumuh. Keberhasilan tujuan ini dapat
dilihat dengan indikator proporsi populasi penduduk urban yang tinggal di
daerah kumuh, permukiman liar atau rumah yang tak layak (proportion of urban
population living in slums, informal settlements or inadequate housing).

GTRA dilaksanakan dalam rangka mendukung kegiatan Pengaturan


Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan tanah, yaitu dengan
pengumpulan Data GTRA. Target pelaksanaan kegiatan Data GTRA sebanyak 1
(satu) data untuk tiap tahunnya melalui tahapan inventarisasi identifikasi,
pengolahan, analisa, dan updating. Data GTRA dimaksud mencakup informasi
mengenai data by name by address di masing-masing lokasi kegiatan yang
diperlukan dalam rangka penataan aset dan penataan aset.

Matrik Kinerja Kegiatan

Sasaran Kegiatan : Teredistribusikannya tanah objek Reforma Agraria

Indikator Kinerja Kegiatan : Jumlah bidang tanah yang diredistribusi/ Proporsi populasi penduduk urban
yang tinggal di daerah kumuh, permukiman liar atau rumah yang tak layak

Target
Lokasi
Sumber
Program/Kegiatan/RO (Kanwil/ Satuan
Dana
kantah)
2020 2021 2022 2023 2024

- 55 -
Pengelolaan dan Pelayanan Pertanahan

> Pengaturan Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan

>>Data GTRA Kanwil Data 1 1 1 1 1

Keterangan (Penyusuna 7 kampung (6 12 17 22


n naskah lokasi pada
akademik stream Kali
22 kampung Ciliwung lama)
)

Keterangan: Target pada Tahun 2030 sebanyak 445 Kampung telah terentaskan

Indikator keluarannya dari Kegiatan ini adalah Proporsi dari penduduk


dewasa yang mendapatkan hak atas tanah yang didasari oleh dokumen hukum
dan yang memiliki hak atas tanah berdasarkan jenis kelamin dan tipe
kepemilikan (SDG's 1.4.2). Saat ini progress yang dilakukan oleh Kanwil BPN
DKI Jakarta adalah Pembentukan Tim Penggerak GTRA Provinsi DKI Jakarta,
Penyusunan Naskah Akademik Penataan Kampung,

Tim Penggerak GTRA dibentuk berdasarkan pada Surat Tugas Gubernur


Provinsi DKI Jakarta Nomor 347/-082.74 tanggal 17 September 2020 tentang
Tim Penggerak Gugus Tugas Reforma Agraria, melibatkan unsur akademisi dan
unsur masyarakat. Tugas dari Tim Penggerak GTRA antara lain:

1. Mendampingi dan menggerakkan perumusan pandangan, arahan dan


nasihat kebijakan terkait Gugus Tugas Reforma Agraria sebagaimana
dimaksudkan dalam Keputusan Gubernur Nomor 574 Tahun 2019;
2. Menyampaikan pandangan kepada para pihak yang relevan perihal isu-isu
kunci yang dapat memberi pengaruh terhadap masalah, situasi dan
keputusan strategis berkenaan dengan pencapaian tujuan Gugus Tugas
Reforma Agraria dengan didampingi oleh anggota lain;
3. Mendampingi dan menggerakkan penyusunan rumusan peta jalan,
rencana aksi dan kerangka acuan kegiatan Gugus Tugas reforma Agraria
Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan pada studi, pengalaman praktis dan
konsultasi dengan para pihak yang relevan untuk pencapaian tujuan
Gugus Tugas Reforma Agraria;
4. Dalam pelaksanaan koordinasi dengan pihak di luar instansi Pemerintah
Daerah Khusus Ibukota Jakarta harus mendapat surat izin dari Ketua
Gugus Tugas Reforma Agraria.

- 56 -
Lokasi pelaksanaan kegiatan Gugus Tugas Reforma Agraria mengacu
pada Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 878 Tahun 2018
tentang Gugus Tugas Pelaksanaan Kampung dan Masyarakat, yang mencakup
21 titik lokasi penataan dan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor
90 Tahun 2018 tentang Peningkatan Kualitas Permukiman dalam rangka
Penataan Kawasan Permukiman Terpadu, mencakup 445 titik lokasi. Pada
tahun 2030 diharapkan seluruh 445 kampung dapat ditata sehingga akses
masyarakat terhadap lingkungan huni yang layak dan kehidupan lebih
sejahtera dapat tercapai.

Naskah akademik berisikan tentang pilihan-pilihan Hak Atas Tanah dan


bangunan untuk kampung-kampung yang menjadi lokasi kegiatan Gugus
Tugas Reforma Agraria yang disusun oleh Tim Kerja Studio GTRA. Tim kerja
studio GTRA telah bekerja menyusun naskah akademik sejak awal bulan
Agustus 2019 dengan mendengar, mewawancarai, berbincang, serta berdiskusi
bersama kepala dan staf lembaga-lembaga Pemerintah Daerah di Provinsi DKI
Jakarta, organisasi non-pemerintah, sejumlah ahli dari Perguruan Tinggi dan
berbagai profesi, serta tokoh kampung, baik secara terpisah maupun
berkelompok. Selain itu, informasi juga dikumpulkan dari inspirasi dan
pengalaman para pegiat dan pengkaji perkotaan sebagaimana tersaji dalam
buku dan artikel jurnal.

Tujuan disusunnya naskah akademik ini adalah menunjukkan pilihan-


pilihan alternatif untuk penataan kampung melalui kegiatan Gugus Tugas
Reforma Agraria di Provinsi DKI Jakarta yang berbeda bila dibandingkan dengan
daerah yang lain. Alternatif dalam naskah akademik ini merupakan suatu
inovasi kebijakan penguasaan tanah (tenurial options) kampung-kampung kota
dalam konteks menghadapi kekuatan arus besar gentrifikasi yang dapat
memperbesar kesenjangan ekonomi dan segregasi spasial. Fokus bahasan
naskah akademik yaitu konteks lokasi terkait dengan tata guna dan cagar
budaya, keterkaitan fisik dan yuridis, peraturan yang berlaku baik tata ruang
dan pertanahan serta alternatif pilihan keamanan bermukim (security of tenure).

Tahun 2019 telah disusun naskah akademik untuk 6 (enam) kampung


yang menjadi lokasi pelaksanaan kegiatan Gugus Tugas Reforma Agraria.
Keenam lokasi tersebut berada pada stream Kali Ciliwung Lama, yaitu Kampung

- 57 -
Kunir, Kampung Walang, Kampung Tongkol, Kampung Lodan, Kampung Krapu,
dan Kampung Akuarium. Keenam lokasi tersebut adalah kampung Prioritas
yang masuk dalam Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 878
Tahun 2018 dan telah melalui tahapan Community Action Plan pada 2018.

Selanjutnya tahun 2020 ditargetkan naskah akademik untuk 16


kampung dapat diselesaikan, sehingga total naskah akademik untuk 22
kampung yang termasuk dalam Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI
Jakarta Nomor 878 Tahun 2018 dapat selesai. Dilanjutkan tahun 2021 disusun
naskah akademik untuk tahun 2021 sebanyak 7 (tujuh) kampung, tahun 2022
sebanyak 12 kampung, tahun 2023 sebanyak 17 kampung, dan tahun 2024
sebanyak 22 kampung. Strategi yang akan dilakukan selanjutnya adalah:

1. Identifikasi dan Analisis Data Fisik.


2. Identifikasi dan Analisis Data Yuridis.
3. Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan, Pemanfaatan dan
Penataan.
4. Identifikasi, Analisis, Evaluasi Pemanfaatan Lintas Kepentingan.
5. Legalisasi Aset, Pemberian Akses dan Kontrol Atas Tanah.

Kegiatan Gugus Tugas Reforma Agraria tidak akan berhasil tanpa


keterlibatan berbagai pihak yaitu: Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi DKI
Jakarta, Kepala Bidang Penataan dan Pemberdayaan, Kepala Bidang Survei dan
Pemetaan, Kepala Bidang Penetapan dan Pendaftaran Hak, Kepala Bidang
Pengadaan Tanah dan Pengembangan, Kepala Dinas Cipta Karya, Tata Ruang,
dan Pertanahan, Kepala Badan Pengelolaan Aset Daerah, Kepala Dinas
Perumahan Rakyat Dan Kawasan Permukiman, Kepala Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, dan Kepala Dinas Sumber Daya Air.

Reforma Agraria dalam kaitannya memberikan akses dan aset. Akses


dalam kaitannya dengan fungsi sosial dan aset terkait dengan tanah-tanah
pemerintah yang harus diperhatikan. Tujuan penataan aset Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta adalah agar didapatkan data yang akuntabel terkait
jumlah aset Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Untuk mengamankan aset
daerah, dikembangkan beberapa sistem. Pengendalian pemanfaatan ruang
merupakan hal yang penting.

- 58 -
Matrik Kinerja Kegiatan

Sasaran Kegiatan : Terwujudnya pemberian Akses Reforma Agraria

Indikator Kinerja Kegiatan : Jumlah Kepala Keluarga Penerima Akses RA

Target
Lokasi
Sumber
Program/Kegiatan/RO (Kanwil/ Satuan
Dana
kantah)
2020 2021 2022 2023 2024

Pengelolaan dan Pelayanan Pertanahan

> Penanganan Akses Reforma Agraria

>> Akses Reforma Agraria Kantah APBN KK 11.481 500 151 200 150

>> Database Penerima Akses Kanwil APBN Data 1 1 1 1 1


Reforma Agraria

Pelaksanaan Reforma Agraria di Provinsi DKI Jakarta sangatlah penting


terkait dengan penataan kampung kumuh sekitar sungai dan kampung lama
yang belum tersentuh. Kerjasama dan koordinasi terus dilaksanakan. hal ini
dikarenakan perlu pendekatan untuk mengatasi penataan kawasan kumuh di
DKI Jakarta dan ini merupakan kerja lintas sektor. Pendapatan perkapita
penerima Reforma Agraria di lokasi penataan kawasan permukiman terpadu
harus meningkat. Kondisi saat ini, akses bagi perumahan yang layak, aman,
terjangkau, dan pelayanan dasar permukiman belum terjamin bagai semua
orang sehingga kawasan menjadi kumuh. Proporsi populasi penduduk urban
yang tinggal di daerah kumuh, permukiman liar atau rumah yang tak layak
masih sangat besar namun demikian baseline data pendapatan perkapita
penerima Reforma Agraria masih belum lengkap.

Indikator ketercapaian isu strategis 1C adalah jumlah kampung kumuh


yang terentaskan. Untuk mencapai hal tersebut, strategi yang akan dilakukan:

1. Identifikasi dan Analisis Data Fisik.


2. Identifikasi dan Analisis Data Yuridis.
3. Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan, Pemanfaatan dan
Penataan.
4. Identifikasi, Analisis, Evaluasi Pemanfaatan Lintas Kepentingan.
5. Legalisasi Aset, Pemberian Akses dan Kontrol Atas Tanah.

- 59 -
Matrik Kinerja Kegiatan

Sasaran Kegiatan : Terwujudnya penggunaan dan pemanfaatan tanah yang optimal dan
berkelanjutan

Indikator Kinerja Kegiatan : Jumlah data dan informasi spasial yang berbasis wilayah dalam rangka
menunjang penyelenggaraan reforma agraria

Program/Kegiatan/RO Lokasi Sumber Satuan Target


(Kanwil/ Dana
kantah)

2020 2021 2022 2023 2024

Pengelolaan dan Pelayanan Pertanahan

> Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah

>> Neraca Penatagunaan Tanah Kanwil APBN Neraca


&
Kantah

>> Data Potensi Penataan Wilayah Kanwil APBN SP


Pesisir, Pulau-pulau Kecil,
Perbatasan dan Wilayah Tertentu

>> Layanan Penatagunaan Tanah Kantah APBN Layana 66 112 97 120 120
n

Pada Fungsi Pengadaan Tanah dan Pengembangan isu strategis


yang akan dicapai dalam 4 (empat) tahun kedepan adalah terwujudnya
kualitas lingkungan tempat tinggal masyarakat yang sehat dengan proporsi
luas ruang yang cukup untuk bergerak dan beraktivitas. Kondisi saat ini
banyak perkampungan kota yang dipadati oleh masyarakat kaum urban
dengan proporsi space (ruang) tinggal yang sangat sempit dengan
lingkungan yang kurang sehat. Hal ini terjadi karena terbatasnya luas
tanah yang dimiliki masyarakat dan mengakibatkan rumah-rumah yang
dibangun sangat sempit. Untuk menghitung keberhasilan program
perbaikan lingkungan dan proporsi luas ruang tempat tinggal digunakan
indikator luas ruang rumah tinggal dalam satuan Kepala Keluarga.
Indikator ini akan menjadi benchmark luas ruang per kepala keluarga
sebesar 36 M2.

Permasalahan yang dihadapi oleh Kanwil BPN Provinsi DKI Jakarta


adalah sulitnya membangun konsensus bersama dengan masyarakat
pemilik tanah untuk mengikuti konsolidasi tanah vertikal sebagai opsi
keterbatasan luas tanah yang tersedia. Untuk itu diperlukan pendekatan

- 60 -
sosial kemasyarakatan dan pendekatan ekonomi guna meyakinkan
masyarakat akan manfaat Konsolidasi Tanah Vertikal (KTV).

Matrik Kinerja Kegiatan

Sasaran Kegiatan : Terwujudnya bidang-bidang tanah yang tertata pada lokasi konsolidasi tanah
dan peningkatan nilai tanah pada loksai konsolidasi tanah dan pengembangan
tanah

Indikator Kinerja Kegiatan : Peningkatan nilai tanah pada lokasi konsolidasi tanah dan pengembangan
pertanahan

Program/Kegiatan/RO Lokasi Sumber Satuan Target


(Kanwil/ Dana
kantah)
2020 2021 2022 2023 2024

Pengelolaan dan Pelayanan Pertanahan

> Konsolidasi Tanah dan Pengembangan Pertanahan

>> Materi Teknis Perencanaan Kantah APBN Kecamat - 1 1 2 -


Konsolidasi Tanah an

>> Berita Acara Penerapan Desain Kanwil APBN Data - - 100 100 100
Konsolidasi Tanah

>> Bantuan Teknis Pengembangan Kantah APBN Dataset - 2 1 1 1


Pertanahan dan Pemanfaatan Tanah

>> Basis Data Pemanfaatan Tanah Kanwil APBN Dataset 1 1 1 1


dan Pengembangan Pertanahan

>> Fasilitasi Konsolidasi Tanah dan Kanwil APBN Satker 1 1 1 1


Pengembangan Pertanahan

> Survei dan Pemetaan Tematik

>> Peta Tematik Pertanahan dan Kantah APBN Bidang - 1000 1000 1000 1000
Ruang

>> Peta Tematik Kawasan Kanwil APBN Hektar - 12.000 25.000 20.000 20.000

Indikator keberhasilan dari kegiatan ini adalah terealisasikannya


Konsolidasi Tanah Vertikal (KTV) dan meningkatnya nilai tanah. Kegiatan
ini didukung dengan program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh). Untuk
mencapai indikator keberhasilan kegiatan ini, strategi yang dilakukan oleh
Kanwil BPN Provinsi DKI Jakarta adalah:

1. Melakukan pemetaan potensi KTV


2. Melakukan pendekatan kepada pemilik tanah lokasi obyek KTV
3. Menggali potensi pengembang yang akan berperan dalam
pembangunan Tower pada lokasi KTV
4. Menganalisis nilai bidang tanah dan unit dalam tower yang akan
didapat oleh peserta KTV
5. Membangun konsensus bersama dengan peserta KTV

- 61 -
Untuk mewujudkan isu strategis ini juga dibutuhkan dukungan
dari fungsi Survei dan Pemetaan melalui terwujudnya sistem informasi
geospasial tematik pertanahan dan ruang dalam rangka menunjang
pelaksanaan pemetaan tematik pertanahan, ruang dan kawasan.

B. Isu Strategis 2 Kantor Wilayah BPN Provinsi DKI Jakarta

Gambar 4. 12. Isu Strategis 2 Kantor Wilayah BPN Provinsi DKI Jakarta

Terdapat 3 indikator EoDB (Ease of Doing Business) yang relevan


dengan Provinsi DKI Jakarta, yaitu: starting business, registering property,
dan dealing with construction permits. Namun demikian fokus bidang
pertanahan adalah terkait dengan Registering Property. Indonesia berada
pada urutan 106 dalam registering property, dengan kondisi yang dapat
diuraikan sebagai berikut:

a. Jumlah Prosedur yang harus dijalankan pada proses peralihan hak hak
atas tanah masih lebih banyak untuk dikatakan berkelas dunia.
b. Waktu yang dibutuhkan pada proses peralihan hak masih lebih banyak
untuk dikatakan berkelas dunia.
c. Biaya yang dibutuhkan untuk peralihan hak atas tanah masih tinggi
dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia Timur & Pasifik,
sehingga sulit untuk dikatakan berkelas dunia.
d. Indeks Kualitas Administrasi Pertanahan telah banyak mengalami
peningkatan. Buku Tanah, Surat Ukur dan Peta Bidang Tanah
mayoritas sudah tersimpan dalam bentuk digital sepenuhnya dan
dipelihara oleh 5 Kantor Pertanahan di DKI Jakarta. Data digital ini
tersimpan dalam database yang terhubung melalui Nomor Identifikasi
Bidang (NIB), namun belum pada tingkat terpercaya dan berstandar
dunia.

- 62 -
Strategi yang dilaksanakan untuk melaksanakan isu strategis 2 di
Provinsi DKI Jakarta yaitu Pengembangan Sistem Administrasi Pertanahan
terintegrasi yang harus mendukung kemudahan berinvestasi (Registering
Property dalam EoDB) yang terdiri dari:

a. Perbaikan Prosedur

Gambar 4. 13. Strategi Perbaikan Prosedur

Jumlah Prosedur yang dibutuhkan dalam peralihan hak pada


tahun 2020 sebanyak 6 prosedur akan dikurangi menjadi 4 pada 2021 dan
3 prosedur pada 2023 dan 2024. Saat ini sudah terdapat 5 negara yang
hanya membutuhkan 1 prosedur. Data kepemilikan tanah (land tenure) di
Kantor Pertanahan saat ini belum terintegrasi dengan data nilai tanah (land
value) di Kantor Badan Pendapatan Daerah (Bapenda). Selain itu, Buku
Tanah, Surat Ukur dan Peta Bidang Tanah yang sudah dalam bentuk
digital sepenuhnya serta sudah di upload ke dalam aplikasi KKP, mayoritas
belum valid sehingga memerlukan revalidasi agar sesuai dengan data
analognya. Hal ini menyebabkan prosedur dalam peralihan hak
membutuhkan prosedur yang panjang.

Prosedur dalam pelayanan peralihan hak pada tahun 2020


dilakukan dalam 6 (enam) tahapan, yang terdiri dari:

1. Pengecekan Sertipikat
2. Pembayaran PPh dan BPHTB
3. Validasi PPh pada Kantor Pajak Pratama
4. Pembuatan Akta Peralihan Hak Atas Tanah di depan PPAT
5. Pendaftaran Peralihan di Kantor Pertanahan

- 63 -
6. Pendaftaran Peralihan Subjek Pajak pada Kantor Sub Badan
Pendapatan Daerah (BAPENDA).

Pada tahun 2022 ditargetkan jumlah prosedur yang dilalui dalam


proses peralihan hak di Provinsi DKI Jakarta menjadi 4 (empat) prosedur,
yang terdiri dari:

1. Pengecekan sertipikat
2. Pembayaran PPh Final dan Pembayaran BPHTB serta validasi PPh
online
3. Pembuatan Akta Peralihan Hak Atas Tanah di depan PPAT
4. Pendaftaran Akta Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftaran
Peralihan Subjek Pajak

Adapun penanggung jawab untuk terlaksananya perbaikan


prosedur dalam peralihan hak yaitu: 1. Kepala Pusat Data dan Informasi
Kementerian ATR/BPN; 2. Kepala Biro Hukum Kementerian ATR/BPN; 3.
Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Kementerian ATR/BPN; 4. Kepala
Kantor Wilayah BPN DKI (a. Kepala Bidang Survei dan Pemetaan; b. Kepala
Bidang Penetapan dan Pendaftaran Hak; c. Kepala Kantor Pertanahan); 5.
Kepala Dinas Badan Pendapatan Daerah; 6. Kepala Kantor Pajak Pratama;
7. PPAT; dan 8. Bank persepsi.

b. Perbaikan Waktu

Gambar 4. 14. Strategi Perbaikan Waktu

Waktu yang dibutuhkan dalam peralihan hak 28 hari (Tahun 2020).


Jumlah waktu yang dibutuhkan dalam peralihan hak: (2021-2024: 7 hari).
- 64 -
Saat ini sudah terdapat 2 negara yang hanya membutuhkan 1 hari. Data
kepemilikan tanah (land tenure) di Kantor Pertanahan belum terintegrasi
dengan data subjek pajak pada fungsi nilai tanah (land value) di Kantor
Badan Pendapatan Daerah. Waktu yang dibutuhkan dalam peralihan hak
28 hari (pada tahun 2020). 2021 menjadi 7 hari, yaitu: 1). Pengecekan
sertipikat (kurang dari 1 hari), 2). Pembayaran PPh, BPHTB, dan validasi
PPh secara online (kurang dari 1 hari), 3). Pembuatan Akta Jual Beli di
depan PPAT (2 hari), 4). Balik nama sertipikat dan balik nama PBB (4 hari).

c. Perbaikan Biaya

Gambar 4. 15. Strategi Perbaikan Biaya

Jumlah biaya yang dibutuhkan dalam peralihan hak: (2022-2024


sebesar 4%, yang terdiri dari BPHTB 1,5%; PPh 1,5%; Biaya AJB dan
pendaftarannya 1%). Saat ini di negara-negara Asia Timur dan Pasifik
tercatat sebesar 4,5%, Arab Saudi bahkan 0%. Kondisi saat ini biaya
peralihan hak atas tanah sangat tinggi dan belum ada nilai pasar tanah
yang digunakan sebagai referensi bersama (BPN, BAPENDA, DJP). Biaya
peralihan hak pada tahun 2020 sebesar 8,5% dari nilai tanah. Terkait
dengan hal tersebut diperlukan Reformasi peraturan perundang-
undangan terkait besarnya pengenaan biaya peralihan hak atas tanah
dan penggunaan Nilai Pasar Tanah yang sama sebagai acuan persentase
pengenaan biaya. Dimulai tahun 2022 biaya peralihan hak pada tahun
2022-2024 ditargetkan sebesar 4%, yang terdiri dari BPHTB 1,5%; PPh
1,5%; Biaya AJB dan pendaftaran 1%).

- 65 -
Kegiatan pada Program Pengelolaan dan Pelayanan Pertanahan
yang dapat dilaksanakan untuk mewujudkan hal tersebut yaitu:
Dukungan Manajemen Kegiatan One Map Project/EoDB. Kegiatan ini
harus dilaksanakan secara terintegrasi dan kolaboratif antara unit
Kementerian dengan Kanwil BPN DKI Jakarta. Hal ini dikarenakan pihak
yang terlibat dalam kegiatan ini antara lain:

1. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian ATR/BPN


2. Kepala Biro Hukum Kementerian ATR/BPN.
3. Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Kementerian ATR/BPN.
4. Kepala Kantor Wilayah BPN DKI
a. Kepala Bidang Survei dan Pemetaan
b. Kepala Bidang Penetapan dan Pendaftaran Hak
c. Kepala Kantor Pertanahan
5. Kepala Dinas Badan Pendapatan Daerah
6. Kepala Kantor Pajak Pratama (DJP)
7. PPAT
8. Bank persepsi

d. Peningkatan Kualitas Data Administrasi Pertanahan

Gambar 4. 16. Kondisi Kualitas Data Administrasi Pertanahan di DKI Jakarta

Kualitas Administrasi Pertanahan telah banyak ditingkatkan.


Kebijakan Kementerian ATR/BPN yang menerapkan 100% layanan
- 66 -
elektronik pada Tahun 2021 belum 100% didukung oleh kelengkapan dan
kepastian data administrasi pertanahan. Buku Tanah, Surat Ukur dan
Persil Peta Bidang Tanah mayoritas sudah dalam bentuk digital
sepenuhnya yang tersimpan dan dipelihara oleh 5 Kantor Pertanahan.
Database tersebut terhubung melalui Nomor Identifikasi Bidang (NIB),
namun belum pada tingkat terpercaya dan berstandar dunia.
Ketidaksesuaian antara documentary boundary, spatial boundary dan
physical boundary. Kebijakan Kementerian ATR/BPN yang menerapkan
100% layanan elektronik pada Tahun 2021 belum 100% didukung oleh
kelengkapan dan kepastian data administrasi pertanahan. Indeks kualitas
administrasi pertanahan (0-30) pada tahun 2020 sebesar 15,5 dengan
komponen sebagai berikut:

a. Indeks keandalan infrastruktur pada tahun 2020 sebesar 5 dari


rentang skor 0-8. Terdapat 5 Kantor Pertanahan yang bertanggung
jawab atas pendaftaran tanah dan penunjukan batas di DKI Jakarta.
Buku Tanah, Surat Ukur dan Persil Bidang Tanah mayoritas sudah
dalam bentuk digital sepenuhnya maupun scan. Akta PPAT dan
warkah lainnya mulai di scan. Layanan pengecekan sepenuhnya
dilaksanakan secara elektronik. Layanan pertanahan (Hak
Tanggungan, Jual beli dll) mulai dilakukan secara elektronik. Peta
Bidang Tanah mayoritas tersimpan dalam format digital sepenuhnya.
Terdapat database elektronik untuk menyimpan batas bidang tanah,
mengecek Surat Ukur dan menyajikan informasi kadastral (Sistem
Informasi Geografis) yang menggunakan aplikasi KKP. Informasi
Pendaftaran Tanah disimpan oleh Kantor Pertanahan dalam database
tunggal terintegrasi dengan Peta Kadaster menggunakan nomor
identifikasi yang sama yaitu Nomor Identifikasi Bidang (NIB). Indeks
keandalan infrastruktur pada tahun 2021-2024 ditargetkan
menjadi sebesar 8.
b. Indeks Transparansi Informasi Pada Tahun 2020 memiliki nilai 3,0
dari rentang 0-8. Melalui Portal atrbpn.go.id dan aplikasi mobile
sentuh tanahku Masyarakat atau pemilik tanah dapat mengakses
berbagai informasi kepemilikan tanah dan berbagi informasi. sentuh
tanahku Sudah tersedia dan dapat di Unduh di Google play store dan
- 67 -
Apple App Store. dapat diakses dimanapun dan kapanpun melalui
handphone pintar sampai saat ini lebih dari 1 juta pengguna.
Berbagai informasi syarat-syarat pengurusan pelayanan, prosedur
dan jangka waktu disajikan beserta simulasi biaya yang interaktif
sehingga masyarakat umum dapat memprediksikan besaran biaya
yang diperlukan dan waktu penyelesaian untuk pengurusan layanan
pertanahan. Terdapat nomor dan email kantor pada fitur cari berkas
untuk memantau progres berkas tanah yang berfungsi untuk
mengkomunikasikan kendala permohonan layanan pendaftaran
tanah. Sentuh tanahku menyajikan fitur untuk partisipasi plot bidang
tanah jika sertipikat tanah Anda belum terdata sebagai persil bidang
pada peta yang bisa diperiksa pada fitur Lokasi Bidang Tanah.
Masyarakat bisa membagi informasi sertipikat kepada sesama user
sehingga memudahkan untuk transaksi jual beli. Terdapat 5 Kantor
Pertanahan di DKI jakarta yang bertanggung jawab melakukan update
dan peningkatan kualitas data peta pendaftaran tanah yang di
publikasikan melalui Aplikasi Web atrbpn.go.id dan aplikasi mobile
sentuh tanahku.
c. Indeks Cakupan Geografis Pada Tahun 2020 memiliki nilai 0 dari
rentang 0-8. Di Provinsi DKI Jakarta terdapat 207 kelurahan yang
sudah 93,93% bidang tanah terpetakan, 98,41 % sertipikat
terpetakan, 80,43 sertipikat tergitalkan. Melalui kegiatan PTKL
peningkatan kualitas data pada tahun 2021 bidang tanah terpetakan,
sertipikat terpetakan dan sertipikat tergitalkan dapat mencapai 100
%.
d. Indeks Resolusi Sengketa Tanah pada tahun 2020 mendapat nilai 7,8
dari rentang 0-8. Upaya-upaya preventif dilakukan oleh Kementerian
ATR/BPN berdasarkan pada Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Ka BPN No 8 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Pengaduan.
Dalam pelaksanaanya akan menggunakan aplikasi Lapor, Hotline di
seluruh satuan kerja di Provinsi DKI Jakarta, dan Aplikasi Tanya BPN
di media sosial pada Kantor Wilayah BPN Provinsi DKI Jakarta.
e. Indeks Akses yang sama terhadap kepemilikan property (-2-0): 0 pada
2020. Indek Akses yang sama terhadap kepemilikan property pada

- 68 -
tahun 2020 mendapatkan nilai 0 dari rentang nilai minus 2 - 0. Tidak
ada perbedaan gender Hak Atas Tanah di Indonesia dan Akses NIK
dari Dukcapil sudah memiliki informasi gender (L/P).

Dalam mewujudkan sistem administrasi pertanahan yang


terintegrasi dalam mendukung EoDB diperlukan kegiatan yang
dilaksanakan oleh:

1. Fungsi Survei dan Pemetaan Pertanahan melalui penyediaan


infrastruktur dasar geospasial tematik pertanahan dan ruang, sistem
informasi tematik pertanahan dan ruang dan tersedianya informasi
bidang tanah dan ruang.
2. Fungsi Penetapan Hak dan Pendaftaran Tanah melalui Penetapan Hak
dan Pendaftaran Hak.
3. Fungsi Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan melalui
penyelesaian sengketa pertanahan, penanganan perkara pertanahan, dan
penyelesaian konflik dan kejahatan pertanahan secara holistik antara
instansi dan lembaga.

Selain itu dibutuhkan kegiatan Dukungan Manajemen untuk


EoDB dalam upaya, membangun integrasi dan konsolidasi, penataan
regulasi, dan evaluasi terhadap upaya-upaya yang telah dilakukan dalam
rangka peningkatan peringkat EoDB dalam aspek Registering Property.
Kegiatan tersebut berupa paket-paket kegiatan yaitu penyusunan naskah
akademik, penelitian, Focus Group Discussion dalam rangka menemukan
formulasi dan strategi yang terukur hubungannya dengan
kementerian/lembaga/instansi terkait dalam upaya peningkatan peringkat
registering property.

Tabel 4. 6. Matrik Kinerja Kegiatan Isu Strategis 2

Sasaran Kegiatan : 1. Terwujudnya pengaturan dan penetapan hak atas tanah ruang atas dan
ruang bawah untuk badan hukum dan perorangan
2. Terlaksananya Pendaftaran Tanah dan Pendaftaran ruang bawah tanah
dan ruang atas tanah yang berkepastian hukum dan berbasis elektronik
3. Terselesaikannya Sengketa Pertanahan
4. Terselesaikannya Perkara Pertanahan
5. Terselesaikannya konflik dan kejahatan pertanahan secara holistik antar
instansi
6. Tersedianya Infrastruktur Dasar Geospasial Tematik Pertanahan dan
Ruang
7. Tersedianya Informasi Bidang Tanah dan Ruang

Indikator Kinerja Kegiatan : 1. Jumlah bidang tanah badan hukum dan perorangan yang ditetapkan

- 69 -
2. Jumlah bidang tanah dan ruang yang terdaftar
3. Jumlah Penyelesaian Sengketa Pertanahan
4. Jumlah Penyelesaian Penanganan Perkara Pertanahan
5. Jumlah Penyelesaian Kejahatan Pertanahan secara holistik antar
instansi/lembaga
6. Cakupan Luas Peta Dasar Pertanahan
7. Cakupan Luas Bidang Tanah Terpetakan Tervalidasi
8. Jumlah Desa/Kelurahan Lengkap dan Informasi untuk Menunjang
Penanganan Sengketa, Permasalahan dan Pengendalian, Pemanfaatan
Ruang

Target
Lokasi Satuan
Sumber
Program/Kegiatan/RO (Kanwil/
Dana
kantah)
2020 2021 2022 2023 2024

Pengelolaan dan Pelayanan Pertanahan

> Penetapan Hak Tanah dan Ruang

>> SK Penetapan Hak Atas Tanah Kanwil& APBN SK


6.673 7.644 6.834 7.716 7.993
Perorangan dan Badan Hukum Kantah

>> SK Penetapan Hak Ruang Bawah Kanwil& APBN SK


dan Ruang Atas Tanah Perorangan Kantah 6.200 4.315 2.552 2.193 2.380
dan Badan Hukum

>> SK Penetapan Hak Atas Tanah Kanwil& APBN SK


Instansi Pemerintah, BUMN, dan Kantah 130 355 257 390 400
BUMD

>> SK Penetapan Hak Ruang Bawah Kanwil& APBN SK


dan Ruang Atas Tanah INstansi Kantah
Pemerintah, BUMN dan BUMD

>> Data tanah instansi pemerintah, Kanwil PHDN Kecamat 1 42 - - -


BUMN, dan BUMD an

> Pendaftaran Tanah dan Ruang

>> Bidang Tanah Terdaftar Kanwil& APBN


144.047 189.258 42.797 49.972 49.176
Kantah

>> Layanan Informasi Pertanahan Kantah APBN 405.005 7008

>> Layanan Pemeliharaan Data Kantah APBN 174.730


Pertanahan

>> Layanan Dukungan Manajemen Pusat APBN/ Paket 1 1 - -


untuk EoDB dan PHLN
Kanwil

> Penanganan Sengketa Pertanahan

>> Penyelesaian Sengketa Kanwil APBN Perkara 35 60 165 165 165


Pertanahan &
Kantah

>Penanganan Perkara Pertanahan

>> Penanganan Perkara Pertanahan Kanwil APBN Perkara 30 60 165 165 165
&
Kantah

> Pencegahan dan Penanganan Konflik Pertanahan

>> Penyelesaian Kejahatan Kanwil APBN Kasus 4 4 4 5 5


Pertanahan

>> Rekomendasi upaya pencegahan Kanwil APBN Rekome 6 6 6 6 6


sengketa, konflik dan perkara & ndasi
pertanahan Kantah

> Pengelolaan Infrastruktur Dasar Geospasial Tematik Pertanahan dan Ruang

>> Peta Dasar Pertanahan Kanwil PHDN Hektar 65.100 - - -

- 70 -
>>Surveyor Kadastral Kanwil APBN Orang 60 60 60 60

>> Kerangka Kadastral Nasional Kanwil APBN TDT 21 15 18 20


&
Kantah

>> Pemeliharaan Peralatan Kanwil APBN Unit 2 2 19 19 19


& kantah

> Pengukuran dan Pemetaan Kadastral

>> Data dan Informasi Bidang Tanah Kantah PHDN Bidang 973.936 - - -
dan Ruang

>> Peta Bidang Tanah dan Ruang Kanwil APBN Bidang 25.150 27.208 27.208 27.208
(Layanan) & kantah

>> Peta Bidang Tanah dan Ruang Kanwil APBN Bidang 1.536 280
(non layanan) & kantah

>> Data Infrastruktur Keagrariaan Kanwil PHDN Bidang - 1.382.738 - - -


&
Kantah

>> Dukungan Manajemen Kegiatan Pusat & PHLN Paket - 1 1 - -


One Map Project kanwil

C. Pelayanan Publik dan Tata Kelola Kepemerintahan yang Berkualitas


dan Berdaya Saing

Dalam mewujudkan Tujuan 3: Pelayanan Publik dan Tata Kelola


Kepemerintahan yang Berkualitas dan Berdaya Saing dengan Sasaran
Strategis: Terwujudnya Tata Kelola Kelembagaan yang Komprehensif dan
Berstandar Kepemerintahan yang Baik diperlukan Program Dukungan
Manajemen dan Pelaksana Tugas lainnya untuk mendukung
terlaksananya isu-isu strategis Kantor Wilayah BPN Provinsi DKI Jakarta
Tahun 2020-2024. Sebagaimana Tujuan ke 16.6. Sustainable Development
Goal’s yaitu Mengembangkan lembaga yang efektif, akuntabel, dan
transparan di semua tingkat dan secara substansial mengurangi korupsi
dan penyuapan dalam segala bentuk dalam upaya peningkatan kualitas
publik sebagai wujud kemudahan berusaha di Provinsi DKI Jakarta. Hal
ini dapat diukur melalui proporsi penduduk yang puas terhadap pelayanan
administrasi pertanahan di Provinsi DKI Jakarta.

Dalam upaya peningkatan indeks/rangking EODB (Ease of Doing


Business) di DKI Jakarta diperlukan peningkatan tata kelola
kepemerintahan agar berdaya saing dan kondusif terhadap peningkatan
kualitas publik. Tata kelola kepemerintahan yang berdaya saing dan
kondusif bukan hanya sebagai kegiatan yang normatif, namun juga
- 71 -
menghasilkan dan melindungi perubahan. Tidak hanya untuk mencapai
tujuan dan hasil yang spesifik, namun juga melakukan pengaturan umum
terhadap suatu tindakan.

Dibutuhkan upaya untuk meningkatkan implementasi, hasil yang


diperoleh maupun pengawasan reformasi birokrasi di Kanwil BPN DKI
Jakarta. Tata laksana perkantoran masih harus dikelola dengan lebih baik.
Proses bisnis dan SOP kegiatan pelayanan baik internal maupun eksternal
belum menyeluruh. Persentase ketersediaan dan pemenuhan aktivitas riil
pelayanan sehari-hari terhadap proses bisnis dan SOP yang sudah ada.
Target reformasi birokrasi pada Kantor Wilayah BPN Provinsi DKI Jakarta
adalah sebagai berikut:

Gambar 4. 17. Target Kinerja Reformasi Birokrasi pada Kantor Wilayah BPN Provinsi DKI
Jakarta

Strategi yang akan dilaksanakan untuk melaksanakan peningkatan


tata kelola kepemerintahan agar berdaya saing dan kondusif terhadap
peningkatan kualitas publik dan untuk mewujudkan target yang telah
ditetapkan di Provinsi DKI Jakarta yaitu:

a. Melaksanakan seluruh poin di area perubahan yang menjadi tuntutan


RB/ZI sehingga mencapai indeks/score paling sedikit 85%;
b. Melakukan uji kompetensi kepada jajaran pegawai dilingkungan Kanwil
BPN Provinsi DKI paling tidak satu kali dalam setahun bagi > 85%
pegawai dan pelatihan bagi 100 % pegawai/security/pramubakti paling
kurang sekali dalam setahun, serta melaksanakan sosialisasi nilai-nilai
Melayani, Profesional dan Terpercaya bagi seluruh jajaran Kanwil;
c. Melakukan Percepatan penyusunan peta proses bisnis di internal Kanwil
sehingga tersedia peta proses bisnis >85% dan pelaksanaan serta;

- 72 -
d. Pengawasan pelaksanaan layanan di Kanwil BPN Provinsi DKI Jakarta
agar sesuai SOP >85%.

Oleh karena itu, dibutuhkan Tim Pokja yang bekerja berdasarkan


jadwal dan secara konsisten memperbaiki pelaksanaan RB di Kanwil BPN
Prov DKI Jakarta serta secara aktif mengkomunikasikan kepada pimpinan
dalam rangka rekomendasi perbaikan secara terus menerus. Semua Pokja
harus bisa menyiapkan evidence pelaksanaan RB sesuai area perubahan
masing-masing dan terus diperbaharui sesuai dengan dinamika atau
kemajuan pelaksanaan RB di jajaran Kanwil DKI. Semua area perubahan
RB/ZI dijalankan oleh Pokja sesuai dengan ketentuan dalam SK dan
kemudian diawasi dan dievaluasi secara berkala oleh pembina yaitu
Kakanwil dan Para pejabat Administrator di Kanwil serta dilaporkan
pelaksanaannya ke Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional (Inspektorat Jenderal dan Biro Organisasi dan
Kepegawaian). Strategis untuk mencapai hal tersebut adalah dengan (1)
Pembentukan Tim RB kanwil BPN Provinsi DKI Jakarta melalui SK
Kakanwil yang terdiri dari beberapa Pokja (kelompok kerja); (2)
Pelaksanaan pengawasan dan evaluasi bagi pelaksanaan dan penyiapan
evidence setiap Pokja; (3) Penyusunan laporan rutin secara berjenjang dan
(4) Melaksanakan Continuous Improvement dalam pelaksanaan RB di
Kanwil BPN Provinsi DKI Jakarta.

Reformasi Birokrasi dan poin-poin penting pelaksanaannya akan


menjadi isu dan topik penting yang akan senantiasa dilakukan sosialisasi
dan internalisasi di jajaran Kanwil BPN Provinsi DKI Jakarta beserta
seluruh Kantor Pertanahan di bawahnya. Mindset bahwa pelaksanaan RB
di daerah hanyalah tentang peningkatan Tunjangan Kinerja harus diubah
dengan pemahaman yang lebih komprehensif tentang Reformasi
Birokrasi/Zona Integritas/WBK dan WBBM di seluruh kalangan pejabat
dan staf Kanwil BPN Provinsi DKI Jakarta dan Kantor Pertanahan yang ada
di wilayahnya. Sosialisasi, internalisasi dan evaluasi Pimpinan dan Tim RB
melibatkan Tim dari Inspektorat dan Biro Orpeg tentang pelaksanaan RB
di lingkungan Kanwil BPN Provinsi DKI diadakan sekali dalam 3 (tiga)
bulan. Frekuensi sosialisasi, internalisasi dan evaluasi harus diperbanyak
serta dilaksanakan pengukuran tentang hasil berupa pemahaman dan
- 73 -
tingkat keterlibatan seluruh pegawai dalam pelaksanaan RB di jajaran
Kanwil BPN Provinsi DKI Jakarta. Strategi yang akan dilaksanakan: (1)
Pelaksanaan evaluasi internal oleh Tim RB/Pokja Kanwil BPN Provinsi DKI
Jakarta; (2) Pelaksanaan Sosialisasi dan Internalisasi oleh Tim dari
Inspektorat dan Biro Orpeg kepada jajaran pegawai Kanwil BPN Prov. DKI
Jakarta; (3) Evaluasi bersama.

Road Map RB dan Renstra Kanwil BPN Prov DKI disesuaikan


dengan Road Map RB dan Renstra Kementerian ATR/BPN. Jumlah
Sosialisasi dan Penyusunan Roadmap RB untuk jajaran Kanwil BPN Prov
DKI Jakarta. Road Map RB belum dimiliki sehingga harus diadakan untuk
mempermudah perencanaan dan memastikan keberhasilan pelaksanaan
RB di lingkungan Kanwil BPN Provinsi DKI Jakarta. SDM Tim RB dibawah
bimbingan dan supervisi tim pusat serta good will dari seluruh jajaran
pimpinan Kanwil BPN Prov DKI Jakarta untuk melaksanakan dan
mensukseskan RB.

Agen perubahan merupakan katalis perubahan institusi sesuai


dengan semangat dan nilai nilai RB sehingga secara efektif menjadi
representasi dari semangat perubahan di Kanwil BPN Prov DKI.
Penunjukan agen perubahan agar diberikan ruang dan fungsi yang jelas
sebagai katalisator perubahan institusi. Agen perubahan harus memiliki
fungsi dan ruang gerak yang jelas dan terukur untuk melaksanakan
perannya sebagai katalisator perubahan institusi. Penyamaan Persepsi dan
standarisasi bagi tugas, peran dan fungsi agen perubahan. Saat ini agen
perubahan belum memiliki wadah penyamaan persepsi dalam peran, tugas
dan fungsinya bagi instansi. Tersedianya forum atau naskah pedoman
standar bagi para agen perubahan.

Evaluasi terhadap para agen perubahan diperlukan untuk


melakukan updating baik terhadap kelayakan maupun terhadap
pengetahuan dan arah perannya. Strategi yang akan dilaksanakan: (1)
Penunjukan dan penugasan SDM sebagai agen perubahan (dengan melalui
penilaian dan evaluasi kelayakan); (2) Penyusunan ukuran peran dan
fungsi agen perubahan.

- 74 -
Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan RB di lingkungan Kanwil BPN
Provinsi DKI Jakarta dilaksanakan secara teratur dan berkesinambungan
untuk memastikan keberhasilan pelaksanaannya baik dalam hal
internalisasi nilai-nilai RB dan nilai Kementerian yaitu Melayani,
Profesional, Terpercaya maupun dalam keberhasilan pelaksanaan
indikator-indikator pelaksanaan RB oleh Pokja yang sudah dibentuk.
Pelaksanaan Monitoring dan evaluasi RB tidak lagi hanya karena ada
kepentingan evaluasi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi namun menjadi agenda rutin dan berkala dalam
rangka memastikan keberhasilan pelaksanaan RB di jajaran Kanwil BPN
Provinsi DKI Jakarta.

Untuk itu, perlu secara konkret dilaksanakan program reformasi


birokrasi pada unit kerja melalui upaya pembangunan Zona Integritas.
Zona Integritas merupakan predikat yang diberikan kepada instansi
pemerintah yang pimpinan dan jajarannya mempunyai komitmen untuk
mewujudkan WBK/WBBM melalui reformasi birokrasi, khususnya dalam
hal pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas pelayanan publik.
Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) merupakan predikat yang diberikan
kepada suatu unit kerja yang memenuhi sebagian besar kriteria dalam
manajemen perubahan, penataan tatalaksana, penataan sistem
manajemen SDM, penguatan pengawasan, dan penguatan akuntabilitas
kinerja, sedangkan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM)
merupakan predikat yang diberikan kepada suatu unit kerja yang
memenuhi sebagian besar kriteria manajemen perubahan, penataan
tatalaksana, penataan sistem manajemen SDM, penguatan pengawasan,
penguatan akuntabilitas kinerja, dan penguatan kualitas pelayanan
publik.

Capaian Zona Integritas sampai dengan saat ini dari total satuan
kerja Kantor Pertanahan Kota Administrasi di lingkungan Kantor Wilayah
BPN Provinsi DKI Jakarta sebanyak 5 (lima) baru Kantor Pertanahan yang
telah berhasil diusulkan ke Kementerian PAN dan RB untuk dilakukan
penilaian oleh TPN, dengan target dan capaian sebagai berikut :

- 75 -
Tabel 4. 7. Target Capaian Pembangunan Zona Integritas

Jumlah Satker Jumlah Satker yang berhasil


No Tahun Kinerja
diusulkan ke Itjen diusulkan ke Menpan

a b c d e =d/c

1 2020 5 1 0,2

2 2021 5 5 1

3 2022 6 5 0,83

4 2023 6 6 1

5 2024 6 6 1

Untuk mencapai pelayanan publik dan tata kelola kepemerintahan


yang berkualitas dan berdaya saing serta untuk mewujudkan 2 (dua) Isu
Strategis Kantor Wilayah BPN Provinsi DKI Jakarta, kegiatan yang harus
dilaksanakan pada Program Dukungan Manajemen yaitu:

1. Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Manusia

Profesionalisme, Kompetensi dan integritas SDM yang berbasis


teknologi dalam pelaksanaan tugas dan pelayanan masyarakat harus terus
ditingkatkan. Kompetensi dan basis penguasaan teknologi SDM dalam
pelaksanaan tugas dan pelayanan kepada masyarakat. Profesionalisme,
Kompetensi dan integritas SDM yang berbasis teknologi dalam
pelaksanaan tugas dan pelayanan masyarakat yang harus terus
ditingkatkan. Potensi saat ini (1) Mekanisme rekruitmen SDM yang
semakin membaik. (2) Kualitas SDM yang makin meningkat. Strategi yang
akan dilaksanakan antara lain (1)Peningkatan kompetensi dan kualitas
SDM; (2) Penempatan SDM sesuai Kualifikasi dan Kompetensi. (3)
Mekanisme rekrutmen PPNPN melalui CBT PPSDM.

Meningkatnya standar Profesionalitas ASN adalah kriteria yang


digunakan untuk mengukur tingkat profesionalitas ASN yang mencakup
dimensi kualifikasi, kompetensi, kinerja dan disiplin pegawai. Dimensi
kualifikasi digunakan untuk mengukur data/informasi mengenai tingkat
pendidikan formal PNS dari tingkat paling tinggi sampai jenjang paling
- 76 -
rendah. Dimensi Kompetensi digunakan untuk mengukur data/informasi
mengenai riwayat pengembangan kompetensi yang pernah diikuti oleh PNS
dan memiliki kesesuaian dalam pelaksanaan tugas jabatannya. Indikator
yang digunakan untuk mengukur dimensi kompetensi antara lain: Diklat
Kepemimpinan, Diklat Fungsional, Diklat Teknis, dan
Seminar/Workshop/Magang/Kursus/sejenisnya. Dimensi Kinerja
digunakan untuk mengukur data/informasi mengenai penilaian kinerja
yang dilakukan berdasarkan perencanaan kinerja pada tingkat individu
dan tingkat unit, organisasi dengan memperhatikan target, capaian, hasil
dan manfaat yang dicapai serta perilaku PNS.Dimensi disiplin digunakan
untuk mengukur data/informasi kepegawaian lainnya yang memuat
hukuman yang pernah diterima PNS.

Diklat yang dibutuhkan di DKI Jakarta 2020-2024 yaitu:

1. Diklat Teknis Pengenalan Peta Tata Ruang


2. Diklat Penyusunan Naskah Akademik

Untuk Meningkatkan Indek Profesionalitas ASN tersebut diatas perlu


diupayakan beberapa hal :

1. Mendorong ASN dengan pendidikan rendah agar mempunyai minat


untuk meningkatkan tingkat pendidikan yang sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
2. Bekerjasama dengan PPSDM dan Biro Orpeg untuk dapat lebih banyak
memberikan kesempatan membuat program diklat teknis untuk ASN
yang belum pernah ikut diklat apapun sesuai jenis pekerjaan ASN.
3. Lebih banyak memberi kesempatan untuk mengikuti
workshop/kursus/Seminar untuk ASN.
4. Melakukan Pengawasan terhadap ASN agar pelaksanaan mencapai
Sasaran Kinerja Pegawai seperti yang diharapkan.
5. Meningkatkan disiplin pegawai yang melibatkan atasan dan pimpinan
unit kerjanya.

Indikator telah meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Provinsi


DKI Jakarta dapat diukur melalui: Indeks Profesionalitas ASN, Human
Capital Index, dan level Kompetensi SDM.

- 77 -
Target Indikator Kinerja Kegiatan: Indeks Profesionalitas Aparatur Sipil
Negara (ASN) di Provinsi DKI Jakarta tahun 2020-2024 adalah kenaikan
indeks sebesar 2 (dua) poin setiap tahun.

2. Usulan Perbaikan Peraturan Perundangan-undangan

Peraturan Perundang-undangan yang saling mendukung dan tidak


tumpang tindih dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan publik
terutama dalam peningkatan iklim berusaha bagi seluruh penduduk DKI
Jakarta yang tercermin melalui indeks/ranking EODB (ease of doing
business) di Jakarta. Dalam fungsi dukungan manajemen untuk
mendukung EoDB, reviu terhadap peraturan perundangan, perbaikan dan
penambahan dalam upaya peningkatan kualitas layanan publik dan
peningkatan indeks/ranking EODB (ease of doing business) di Jakarta.
Salah satu yang penting dilakukan adalah usulan reviu dan perbaikan
terhadap PP 128/2015 dan Usulan Regulasi interconnection platform
layanan: SAMSAT PERTANAHAN (Sistem Administrasi Manunggal Satu
Atap) dalam rangka peningkatan kualitas layanan publik dan peningkatan
indeks/rangking EoDB, karena perlu adanya regulasi untuk
interconnecting platform layanan yang terintegrasi untuk mendukung EoDB
di Provinsi DKI Jakarta dan perlu dilakukan reviu terhadap PP 128/2015
untuk mendukung pengaturan Pelayanan Publik Berbasis Elektronik dan
Peningkatan EoDB. Kerjasama dan kolaborasi dengan Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta sangat penting dalam pengusulan perbaikan Peraturan
Daerah dan Peraturan Gubernur yang telah ada.

Usulan perbaikan regulasi yang harus dilakukan yaitu:

1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan


Retribusi Daerah
2. Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 18 Tahun 2010 tentang
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
3. Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 16 Tahun 2011 tentang
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
4. Peraturan Pemerintah Nomor 128 Tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif
atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

- 78 -
5. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nomor 1 Tahun 2010 tentang
Tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan

3. Perencanaan dan Penganggaran

Mengembangkan lembaga yang efektif, akuntabel, dan transparan


di semua tingkat melalui Indeks Akuntabilitas Kinerja (SAKIP) dan
Keuangan (IKPA) sebagai bentuk Peningkatan Tatakelola kepemerintahan
agar berdaya saing dan kondusif terhadap peningkatan kualitas publik
terutama dalam peningkatan indeks/ranking EODB (ease of doing
business) di Jakarta. Hal tersebut sejalan dengan Tujuan 16 dari
Sustainable Development Goal’s yaitu [...] membangun lembaga yang
efektif, akuntabel, dan inklusif di semua tingkatan. Indikator Kinerja
Kegiatan ini terukur dari Proporsi pengeluaran utama pemerintah terhadap
anggaran yang disetujui, menurut sektor (atau kode anggaran atau
sejenisnya) yang tercantum dalam Nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (SAKIP) dan Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran
(IKPA). Target yang akan dicapai adalah harus memiliki predikat AA
(SANGAT MEMUASKAN) pada Tahun 2024.

Untuk mencapai target tersebut, Perencanaan Kinerja, Pengukuran


Kinerja, Pelaporan Kinerja, Evaluasi Internal dan Capaian Kinerja harus di
tingkatkan. Peningkatan Kualitas Data Pokok, Data Pertanahan, dan Data
Pendukung lainnya sebagai dasar perencanaan sehingga rencana yang
dihasilkan berkualitas dan dapat dilaksanakan. Selain itu, Rencana
Strategis digunakan sebagai dasar penyusunan rencana tahunan.

Target Nilai SAKIP dan IKPA pada Tahun 2024 pada satuan kerja di
lingkungan kanwil BPN DKI Jakarta memiliki predikat "AA" (SANGAT
MEMUASKAN).

- 79 -
Gambar 4. 18. Target Indeks Akuntabilitas Kinerja (SAKIP) dan Keuangan (IKPA)

4.2. Kerangka Pendanaan

Upaya untuk mencapai Tujuan dan Sasaran Strategis yang telah


ditetapkan membutuhkan dukungan berbagai macam sumber daya, baik
berupa prasarana, dukungan regulasi, maupun sumber pendanaan. Sumber
pendanaan yang untuk melaksanakan program dan kegiatan diperoleh dari
APBN maupun Non APBN.

Dana APBN berupa alokasi anggaran baik berupa Rupiah Murni dan
alokasi yang berasal dari pelayanan langsung dari negara yang diterima oleh
pihak pengguna jasa layanan pertanahan/PNBP. Selain berasal dari APBN,
pendanaan juga berasal dari Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN) dan Hibah
Dalam Negeri (PHDN). Kantor Wilayah BPN Provinsi DKI Jakarta sejak tahun
2017-2020 mendapatkan dana hibah dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

- 80 -
BAB V PENUTUP

Rencana Strategis Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi


DKI Jakarta Tahun 2020-2024 disusun sebagai turunan dari Rencana Strategis
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional yang dalam
rangka mewujudkan tujuan pembangunan nasional selama 5 (lima) tahun
mendatang yang telah ditetapkan dalam RPJMN Tahun 2020-2024. Rencana
Strategis ini disusun dengan memertimbangan kondisi Provinsi DKI Jakarta, isu
strategis, permasalahan dan potensi yang terdapat di Provinsi DKI Jakarta
dengan mempertimbangkan hasil evaluasi Renstra 5 Tahun sebelumnya.
Rencana Strategis Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional Tahun 2020-2024 mengusung Visi “Terwujudnya
Penataan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan yang Terpercaya dan Berstandar
Dunia Dalam Melayani Masyarakat untuk Mendukung Tercapainya: “Indonesia
Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong
Royong”. Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi DKI Jakarta
mendukung Visi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional tersebut dan menurunkannya dalam program dan kegiatan.
Kinerja organisasi harus dapat terukur sehingga diperlukan upaya keras
dan profesional dari berbagai pihak untuk mewujudkan Rencana Strategis yang
telah disusun. Rencana Strategis Kantor Wilayah BPN Provinsi DKI Jakarta ini
digunakan sebagai acuan kinerja pada Kantor Wilayah BPN Provinsi DKI
Jakarta. Dalam implementasinya Rencana Strategis ini akan dievaluasi dan
dimonitoring setiap tahun, pada tengah periode dan akhir periode berlakunya
Rencana Strategis. Selanjutnya Rencana Strategis ini akan digunakan untuk
penyusunan Rencana Kerja (Renja) yang didalamnya terdapat rencana kinerja
dan penganggaran setiap tahunnya.

- 81 -
LAMPIRAN

- 82 -
Lampiran 1. Matriks Kinerja dan Pendanaan

MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN KANTOR WILAYAH PROVINSI DKI JAKARTA


KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Program Target
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Lokasi
/ Sumber Data
Kegiatan (Output)/Indikator (Kanwil/Kantah)
Kegiatan

Satuan 2020 2021 2022 2023 2024 2


KANTOR BPN PROVINSI DKI JAKARTA
Sasaran
Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan
Strategis
Tanah yang Berkepastian Hukum dan Produktif
1:

Penurunan Indeks Gini Ketimpangan


1.1 Daerah Indeks 0,00002 0,0008 0,00025 0,00047 0,00061
Pemilikan Tanah

Peningkatan Pendapatan Perkapita


1.2. Daerah Persentase 5 10 15 20 25
Penerima Reforma Agraria

Indikator
Kinerja
Sasaran
Nilai Kepastian dan Perlindungan Hak Atas
Strategis 1.3 Daerah Nilai 4 4 5 5 5
Tanah
1:

Peningkatan kemudahan investasi Peringkat,


1.4 Daerah World Bank 106 (60) 80 65 (72) 50 (76) 40
(Registering Property dalam EoDB) Skor (0-100)

Sasaran Terwujudnya tata kelola kelembagaan yang


Strategis komprehensif dan berstandar kepemerintahan yang
3: baik
Indikator
Kinerja Indeks Reformasi Birokrasi Daerah Indeks 85 87 90 92
Sasaran

- 83 -
Strategis
3:

Program
Pengelolaan dan Pelayanan Pertanahan
A:

Penertiban Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan


Pemanfaatan Tanah

Kegiatan
1.1:
Terwujudnya Tertib Penguasaan,
Sasaran
1.1 Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan
Kegiatan
Tanah
Indikator Rasio Pengurangan Tuna Lahan Hasil
Kinerja 1.1 Penertiban Penguasaan, Pemilikan, Daerah Rasio
Kegiatan Penggunan dan Pemanfaatan Tanah
Materi
Rancangan NSPK Bidang Penertiban
Teknis/
1 Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pusat
Rancangan
Pemanfaatan Tanah
Peraturan
2 Data Indikasi Pelanggaran P4T Daerah Hektar
Rekomendasi Penertiban penguasaan dan
Output 3 Daerah Hektar
pemilikan tanah
(RO)
Rekomendasi Penertiban Penggunan dan
4 Daerah Hektar
Pemanfaatan Tanah
Dokumen perencanaan dan Pemantauan
Kinerja serta Kebijakan Penertiban
5 Pusat Dokumen
Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan
Pemanfaatan Tanah

Kegiatan
Pengendalian dan Pemantauan Pertanahan
1.2:

Terkendalinya Hak Atas Tanah/Dasar


Sasaran Penguasaan Atas Tanah, Alih Fungsi
1.2
Kegiatan Lahan, Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil,
Perbatasan dan Wilayah Tertentu

- 84 -
Rasio Peningkatan Produktifitas P4T Hasil
Indikator Hak Atas Tanah/Dasar Penguasaan Atas
Kinerja 1.2 Tanah, Alih Fungsi Lahan, Wilayah Pesisir, Daerah Rasio
Kegiatan Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah
Tertentu
Materi
Rancangan NSPK Bidang Pengendalian Hak
Teknis/
1 Tanah, Alih Fungsi Lahan, Kepulauan dan Pusat
Rancangan
Wilayah Tertentu
Peraturan
Data Pengendalian Hak Atas Tanah/Dasar
2 Kanwil & Kantah Bidang 30,0 5,0 377,0 418,0 605,0
Penguasaan Atas Tanah
Data Pengendalian Alih Fungsi Lahan
3 Daerah Hektare
Sawah
Data Pengendalian Penguasaan dan
Output
Pemilikan Tanah di Wilayah Pesisir, Pulau-
(RO) 4 Daerah Hektare 62 169 258
Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah
Tertentu
Data Hasil Pengendalian HGU Habis, Tanah
5 Tidak Termanfaatkan, dan Pelepasan Daerah Bidang
Sebagian
Dokumen Perencanaan dan Pemantauan
Kinerja serta Kebijakan Pengendalian Hak
6 Pusat Dokumen
Tanah, Alih Fungsi Lahan, Kepulauan dan
Wilayah Tertentu

Kegiatan Pengaturan Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan


2.1: Pemanfaatan Tanah

Sasaran Teredistribusikannya tanah objek Reforma


2.1
Kegiatan Agraria
Indikator
Kinerja 2.1 Jumlah bidang tanah yang diredistribusi Daerah Bidang
Kegiatan
1 Rancangan NSPK Pusat NSPK
Pusat dan
2 SK Redistribusi Bidang
Daerah
Output
Pusat dan
(RO) 3 Data GTRA Data 1 1 1 1 5
Daerah
Data dan Informasi Penguasaan, Pemilikan, Pusat dan
4 Data
Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah Daerah

Kegiatan
Penanganan Akses Reforma Agraria (Acces Reform)
2.2:

- 85 -
Sasaran Terwujudnya pemberian Akses Reforma
2.2
Kegiatan Agraria
Indikator
Jumlah Kepala Keluarga penerima akses
Kinerja 2.2 Daerah Lokasi 500 500 200 150
RA
Kegiatan
1 Rancangan NSPK Pusat NSPK
Pusat dan
Output 2 Akses Reforma Agraria KK 11.481 500 500 200 150
Daerah
(RO)
Pusat dan
3 Database Penerima Akses Reforma Agraria Data 1 1 1 1 1
Daerah

Kegiatan
Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah
2.3:

Terwujudnya penggunaan dan


Sasaran
2.3 pemanfaatan tanah yang optimal dan
Kegiatan
berkelanjutan
Indikator Jumlah data dan informasi spasial yang
Kinerja 2.3 berbasis wilayah dalam rangka menunjang Daerah Data
Kegiatan penyelenggaraan reforma agraria
1 Rancangan NSPK Pusat NSPK
Neraca Penatagunaan Tanah (Regional dan Pusat dan
2 Neraca 6 2 5 6 6
Sektoral) Daerah
Data Potensi Penataan Wilayah Pesisir,
Output Pusat dan
3 Pulau-pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah SP 1000 2 4 4 4
(RO) Daerah
Tertentu
4 Layanan Penatagunaan Tanah (PNBP) Daerah Layanan 66 112 97 120 120
Pusat dan
5 Data Penatagunaan Tanah Data
Daerah

Kegiatan
Penetapan Hak Tanah dan Ruang
3.1:

Terwujudnya pengaturan dan penetapan


hak atas tanah ruang atas dan ruang
3.1.1
bawah untuk badan hukum dan
Sasaran perorangan
Kegiatan Terwujudnya pengaturan dan penetapan
hak atas tanah ruang atas dan ruang
3.1.2
bawah untuk instansi pemerintah, BUMN,
dan BUMD
Jumlah kebijakan teknis pengaturan
Indikator
3.1.1.1 penetapan hak atas tanah dan ruang Pusat NSPK
Kinerja
badan hukum dan perorangan

- 86 -
Kegiatan Jumlah bidang tanah badan hukum dan
3.1.1.2 Daerah Keputusan
1 perorangan yang ditetapkan
Rancangan Norma, Standard, Prosedur dan
1 Pusat NSPK
Kriteria untuk pengaturan hak atas tanah
Surat Keputusan Penetapan Hak Atas Pusat dan
2 APBN SK 6.673 7.644 6.834 7.716 7.993 2
Tanah Perorangan dan Badan Hukum Daerah
Pembinaan/Monitoring/Evaluasi
3 Penetapan Hak Tanah dan Ruang Pusat Laporan
Output
Perorangan dan Badan Hukum
(RO)
Surat Keputusan Penetapan Hak Ruang
4 Bawah dan Ruang Atas Tanah Perorangan Daerah APBN SK 6.200 4.315 2.552 2.193 2.380
dan Badan Hukum
5 Unit Layanan Pertanahan Khusus Pusat Unit
Data Penetapan Hak atas tanah Badan
6 Pusat Database
Hukum dan Perorangan
Jumlah kebijakan teknis pengaturan dan
Indikator
3.1.2.1 penetapan hak atas tanah instansi Pusat NSPK
Kinerja
pemerintah, BUMN dan BUMD
Kegiatan
Jumlah bidang tanah instansi pemerintah,
2 3.1.2.2 Daerah Keputusan
BUMN dan BUMD yang ditetapkan
Rancangan Norma, Standard, Prosedur dan
Kriteria untuk pengaturan hak atas tanah
1 Pusat NSPK
dan ruang Instansi Pemerintah, BUMN dan
BUMD
Surat Keputusan Penetapan Hak Atas
Pusat dan
2 Tanah Instansi Pemerintah, BUMN, dan APBN Bidang 130 355 257 390 400
Daerah
BUMD
Pembinaan/Monitoring/Evaluasi
3 Penetapan Hak Tanah dan Ruang Instansi Pusat Laporan
Output
Pemerintah, BUMN dan BUMD
(RO)
Surat Keputusan Penetapan Hak Ruang
4 Bawah dan Ruang Atas Tanah Instansi Daerah SK 55 55 60 60 60
Pemerintah, BUMN, dan BUMD
Surat Keputusan Penetapan Hak Atas
5 Daerah Bidang
Tanah di Atas Hak Pengelolaan
Surat Keputusan Penetapan Hak
6 Pusat Bidang
Pengelolaan
Data Tanah Tanah Instansi Pemerintah,
7 Pusat PHDN Database 1 42
BUMN, dan BUMD

Kegiatan
Pendaftaran Tanah dan Ruang
3.2:

Terlaksananya pendaftaran tanah dan


Sasaran pendaftaran ruang bawah tanah dan ruang
3.2
Kegiatan atas tanah yang berkepastian hukum dan
berbasis elektronik
Indikator Jumlah kebijakan teknis terkait
Kinerja 3.2.1 pengaturan pendaftaran tanah, Pusat NSPK
Kegiatan pemeliharaan data dan informasi

- 87 -
Jumlah bidang tanah dan ruang yang
3.2.2 Daerah Bidang Tanah
terdaftar
Rancangan Norma, Standard, Prosedur dan
1 Pusat NSPK
Kriteria (NSPK)
Output
2 Bidang tanah terdaftar Daerah Bidang 144.047 189.258 42.797 49.972 49.176
(RO)
3 Layanan informasi Pertanahan Daerah Bidang 72.425 73.169 76.689 82.334 87.803 1
4 Layanan Pemeliharaan Data Pertanahan Daerah Bidang 100.409 128.115 106.160 131.526 139.626 2

Kegiatan
Pengaturan Tanah Komunal, Hubungan Kelembagaan dan PPAT
3.3:

Terwujudnya pengaturan dan pendaftaran


Sasaran tanah komunal dan penatausahaan tanah
3.3
Kegiatan ulayat serta terwujudnya kerja sama
kelembagaan yang terintegrasi
Jumlah kebijakan teknis pengaturan tanah
3.3.1 komunal, Hubungan Kelembagaan dan Pusat NSPK
KePPATan
Jumlah satker yang menjadi tujuan
Indikator 3.3.2 Pusat Satuan Kerja
sosialisasi tanah ulayat
Kinerja
3.3.3 Jumlah Pendaftaran Hak Komunal Pusat Bidang Tanah
Kegiatan
Jumlah peningkatan kerja sama lembaga
3.3.4 Pusat Laporan
atau instansi yang bermitra
3.3.5 Jumlah Lisensi PPAT Pusat Keputusan
3.3.6 Jumlah Analis Yuridis berlisensi Pusat Orang
Rancangan Norma, Standard, Prosedur dan
1 Pusat NSPK
Kriteria
2 sosialisasi tanah ulayat Pusat Satker
Output
3 Hak Komunal Pusat Bidang
(RO)
4 Mitra Kelembagaan Pusat Laporan
5 Lisensi PPAT Pusat Keputusan
6 Lisensi Analis Yuridis Pusat Orang

Kegiatan
Penanganan sengketa pertanahan
4.1:

Sasaran
4.1 Terselesaikannya sengketa Pertanahan
Kegiatan
Indikator
Kinerja 4.1 Jumlah Penyelesaian Sengketa pertanahan Daerah Kasus 35 60 165 240 240
Kegiatan
Pusat dan
Output 1 Penyelesaian Sengketa Pertanahan Kasus 35 60 165 240 240
Daerah
(RO)
2 Rancangan NSPK (Pusat) Pusat NSPK

- 88 -
Supervisi, Pemantauan dan Evaluasi
3 Pusat Satker
Penanganan Sengketa Pertanahan
Pembinaan/Sosialisasi/Evaluasi/Konsultas
4 Daerah Satker 1 1 1 1 1
i

Kegiatan
Penanganan perkara pertanahan
4.2:

Sasaran Terselesaikannya penanganan perkara


4.2
Kegiatan pertanahan
Indikator
Jumlah penyelesaian penanganan Perkara
Kinerja 4.2 Daerah Kasus 30 60 165 230 230 5
Pertanahan
Kegiatan
Pusat dan
1 Penanganan Perkara Pertanahan Kasus 30 60 165 230 230 5
Daerah
Output Tindak Lanjut Pelaksanaan Putusan
2 Pusat Kasus
(RO) Pengadilan
Supervisi, Pemantauan dan Evaluasi
3 Pusat Satker
Penanganan Perkara

Kegiatan
Pencegahan dan Penanganan Konflik Pertanahan
4.3:

Terselesaikannya konflik dan kejahatan


4.3.1
pertanahan secara holistik antar instansi
Sasaran
Terciptanya pemahaman yang sama dalam
Kegiatan
4.3.2 masyarakat mengenai pertanahan dan
ruang
Jumlah penyelesaian konflik pertanahan
4.3.1.1 Daerah Kasus 1 1 1
secara holistik antar instansi/lembaga.
Jumlah penyelesaian kejahatan pertanahan
Indikator
4.3.1.2 pertanahan secara holistik antar Daerah Kasus 4 5 5 5 5
Kinerja
instansi/lembaga.
Kegiatan
Penurunan pengaduan masyarakat atas
4.3.2 permasalahan sengketa, konflik dan Daerah Persentase
perkara pertanahan
penyelesaian konflik pertanahan secara Pusat dan
1 Kasus 1 1 1
holistik antarinstansi/lembaga. Daerah
Pembinaan Pencegahan kejahatan
2 Pusat Kegiatan 6 6 6 6
Output pertanahan
(RO) 3 Penyelesaian kejahatan pertanahan Daerah Kasus 4 4 4 5 5
4 Rancangan NSPK Pusat NSPK
Pembinaan Pencegahan Sengketa, Konflik Pusat dan
5 Kegiatan 4 5 5 5 5
dan Perkara Pertanahan Daerah

- 89 -
Rekomendasi upaya pencegahan sengketa, Pusat dan
6 Rekomendasi 6 6 6 1
konflik dan perkara pertanahan Daerah
Supervisi, Pemantauan dan Evaluasi
7 Pusat Satker
Penanganan Konflik

Kegiatan
Pengadaan Tanah dan Pencadangan Tanah
5.1:

Sasaran Terwujudnya Ketersediaan Tanah Bagi


5.1
Kegiatan Pembangunan
Indikator Realisasi Luas Tanah yang disediakan bagi
Kinerja 5.1 pembangunan untuk Kepentingan Umum Daerah Hektar 15 20 20 20
Kegiatan dan Kepentingan Lainnya
Rancangan Norma, Standard, Prosedur,
1 Pusat NSPK
dan Kriteria (NSPK) IKK 1
Data Lokasi Indikatif Pengadaan Tanah IKK Pusat dan
2 Data set 6 6 6 6
1 Daerah
Output
Pusat dan
(RO) 3 Basis Data Pengadaan Tanah IKK 1 Data Set 1 6 1 1
Daerah
4 Pencadangan Tanah/Bank Tanah IKK 1 Pusat Lokasi
Fasilitasi Pengadaan Tanah dan
5 Daerah Satuan Kerja 6 6 6 6
Pencadangan Tanah IKK 1

Kegiatan
Konsolidasi Tanah dan Pengembangan Pertanahan
5.2:

Terwujudnya bidang-bidang tanah yang


tertata pada lokasi konsolidasi tanah dan
Sasaran
5.2 peningkatan nilai tanah pada lokasi
Kegiatan
konsolidasi tanah dan pengembangan
pertanahan
Peningkatan nilai tanah pada lokasi
5.2.1 konsolidasi tanah dan pengembangan Daerah Persentase 0 30 40 50
pertanahan
Realisasi Bidang Tanah yang ditata di
Indikator 5.2.2 Daerah Bidang 0 100 100 100
lokasi Konsolidasi Tanah
Kinerja
Tingkat keikutsertaan jumlah peserta
Kegiatan 5.2.3 Daerah Persentase 0 100 100 100
Konsolidasi tanah
Persentase luas sumbangan tanah
5.2.4 konsolidasi tanah dalam penyediaan tanah Daerah Persentase 0 30 30 30
untuk pembangunan
Rancangan Norma, Standard, Prosedur,
1 Pusat NSPK
Output dan Kriteria (NSPK) IKK 1
(RO) Materi Teknis Perencanaan Konsolidasi Pusat dan
2 Kecamatan 1 1 3 2 2
Tanah IKK 3 Daerah

- 90 -
Berita Acara Penerapan Desain Konsolidasi Pusat dan
3 Bidang 100 100 100 100
Tanah IKK 4 Daerah
4 Konsolidasi Tanah Swadaya IKK 4 Daerah Bidang
Data Spasial dan Tekstual Konsolidasi
5 Pusat Data
Tanah (data) IKK 2
Bantuan Teknis pengembangan pertanahan Pusat dan
6 Data set 2 1 1 1
dan pemanfaatan tanah IKK 1 Daerah
Basis Data Pemanfaatan Tanah dan
Pusat dan
7 Pengebangan Pertanahan Data Set 3 5 5 5
Daerah
IKK 1
Fasilitasi Konsolidasi Tanah dan
8 Daerah Satuan Kerja 6 6 6 6
Pengembangan Pertanahan

Kegiatan
Penilaian Tanah dan Ekonomi Pertanahan
5.3:

Sasaran Tersedianya informasi nilai tanah, ekonomi


5.3
Kegiatan pertanahan dan Lisensi Penilai Pertanahan
Peningkatan cakupan informasi nilai tanah
5.3.1 Daerah Persentase 0 0 0 0
Indikator dan ekonomi pertanahan
Kinerja Persentase Peta Nilai Tanah yang
5.3.2 Daerah Persentase 100 100 100 100
Kegiatan dimanfaatkan
5.3.3 Jumlah lisensi penilai pertanahan Pusat Keputusan
Rancangan Norma, Standard, Prosedur,
1 Pusat NSPK
dan Kriteria (NSPK), IKK 1
Pusat dan
2 Peta Zona Nilai Tanah IKK 1 PHDN & APBN Hektar 64668 12.440 + 870
Daerah
Pusat dan
3 Peta Nilai Bidang Tanah IKK 1
Daerah
Lisensi Penilai Tanah (PNBP Operasional)
4 Pusat SK
IKK 3
Output Layanan Pertanahan Bidang Pengadaan
(RO) Tanah (termasuk layanan permohonan
5 Daerah Layanan 12980 13000
pemetaan nilai tanah/PNBP operasional)
IKK 1
Bantuan Teknis Pemanfaatan Peta Nilai
6 Daerah Data Set 1 1 1
Tanah IKK 2
7 Nilai Aset Properti IKK 1 Daerah Aset 1 1 1 1
8 Pembaruan Peta Nilai Tanah IKK 1 Daerah Bidang 5.000 5.000 5.000 5.000
Fasilitasi Penilaian Tanah dan Ekonomi
9 Daerah Satuan Kerja 6 6 6 6
Pertanahan IKK 1

Kegiatan Pengelolaan Infrastruktur Dasar Geospasial Tematik


6.1: Pertanahan dan Ruang

- 91 -
Sasaran Tersedianya Infrastruktur Dasar Geospasial
6.1
Kegiatan Tematik Pertanahan dan Ruang
6.1.1 Cakupan luas Peta Dasar Pertanahan Daerah Persentase 100
Indikator
Surveyor Kadastral berkualitas yang
Kinerja 6.1.2 Daerah Persentase 100 100 100 100
dihasilkan (termasuk Penata kadastral)
Kegiatan
6.1.3 Panjang Batas Kawasan Hutan dengan APL Pusat Persentase 100
Rancangan Norma, Standard, Prosedur dan
1 Pusat NSPK
Kriteria (NSPK)
2 Peta Dasar Pertanahan Pusat dan daerah Hektar 0 6.510
3 Surveyor Kadastral Pusat Orang 60 60 60 60
Output 4 Panjang Batas Kawasan Hutan Pusat Km
(RO) Basis Data dan Sistem Informasi Data
5 Pusat Dataset
Dasar Pertanahan
6 Kerangka Dasar Kadastral Nasional Daerah TDT 21 15 18 20
Pusat dan
7 Pemeliharaan Peralatan Unit 2 2 19 19 19
Daerah

Kegiatan
Survei dan Pemetaan Tematik
6.2:

Sasaran Terwujudnya Sistem Informasi Geospasial


6.2
Kegiatan Tematik Pertanahan dan Ruang
Cakupan Luas Peta Tematik Pertanahan Pusat dan
6.2.1 Persentase 15,00 25,00 30,00 30,00
Indikator dan Ruang Daerah
Kinerja Pusat dan
6.2.2 Cakupan Luas Peta Tematik Kawasan Persentase
Kegiatan Daerah
6.2.3 Jumlah Tema Informasi Geospasial Tematik Pusat Persentase
Rancangan Norma, Standard, Prosedur dan
1 Pusat NSPK
Kriteria (NSPK)
Pusat dan
2 Peta Tematik Pertanahan dan Ruang Bidang 1000,00 1000,00 1000,00 1000,00 1000,00
Daerah
Output Pusat dan
3 Peta Tematik Kawasan Hektar 12000,00 12000,00 25000,00 20000,00 20000,00
(RO) Daerah
Data dan Informasi Geospatial Tematik
4 Pusat Hektar
Pertanahan dan Ruang
Pusat dan
5 Layanan Peta Tematik Kawasan Hektar
Daerah

Kegiatan
Pengukuran dan Pemetaan Kadastral
6.3:

Sasaran Tersedianya Informasi Bidang Tanah dan


6.3
Kegiatan Ruang
Cakupan luas bidang tanah terpetakan
6.3.1 Daerah Persentase 100,00
tervalidasi

- 92 -
6.3.2 Cakupan satuan ruang yang terpetakan Pusat Persentase
Indikator Jumlah Desa/Kelurahan Lengkap dan
Kinerja Informasi Untuk Menunjang Penanganan
6.3.3 Daerah Persentase
Kegiatan Sengketa, Permasalahan dan Pengendalian
Pemanfaatan Ruang
Rancangan Norma, Standard, Prosedur dan
1 Pusat NSPK
Kriteria (NSPK)
Data dan Informasi Bidang Tanah dan
2 Pusat Bidang 973.936
Ruang
Hektar/Bidan
3 Peta Bidang Tanah dan Ruang (Layanan) Daerah 25.150 27.208 27.208 27.208
g
Peta Bidang Tanah dan Ruang (Non
4 Daerah Bidang 1.536 280 280 280
Layanan)
5 Peta Bidang Tanah K4 Daerah Bidang 23.924 1
Output
6 Berita Acara Penyuluhan Daerah Paket
(RO)
Laporan Pembinaan, Monev Supervisi
7 Daerah Laporan 6 6 6 6 6
Daerah
8 Data Infrastruktur Keagrariaan Daerah Warkah 1.382.738
Dukungan Manajemen Kegiatan One Map
9 Daerah Paket 1 1
Project
Rekomendasi Desa/Kelurahan Lengkap
dan Informasi untuk menunjang
10 Daerah Rekomendasi 155 155 155 186
penanganan Sengketa, Permasalahan dan
Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Program
Dukungan Manajemen
C:

Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya


1: di Daerah

Sasaran
Terlaksananya Dukungan Manajemen dan
Kegiatan 1.7
Tugas Teknis lainnya di Daerah
:
Indeks Akuntabilitas Kinerja (SAKIP) dan Indeks
1.7.1 Daerah Pusat 88 (A) 90 (A) 92 (AA) 93 (AA) 95 (AA)
Keuangan (IKPA) Akuntabilitas
Indeks
Indeks Profesionalitas Aparatur Sipil Kenaikan 2 Kenaikan 2 Kenaikan 2 Kenaikan Kenaikan
1.7.2 Daerah Profesionalitas
Indikator Negara point point point 2 point 2 point
ASN
Kinerja
Nilai 2,75 3,50 3,90
Kegiatan 2,0 3,10
1.7.3 Indeks Maturitas SPIP Daerah Maturitas (Berkembang (Terdefinis (Terdefinisi
(Berkembang) (Terdefinisi)
SPIP ) i) )
Persentase Terpenuhinya Layanan
1.7.4 Daerah Persentase 100 100 100 100 100
Perkantoran

- 93 -
Persentase Pengelolaan Tindak Lanjut Pusat dan
1.7.5 Persentase 100 100 100 100 100
Pengaduan Masyarakat Daerah
Persentase layanan permohonan informasi Pusat dan
1.7.6 Persentase 90 90 90 100 100
publik Daerah
Persentase Pelaksanaan 4 (empat) Metode Pusat dan
1.7.7 Persentase 90 100 100 100 100
Strategi Komunikasi Publik Daerah
1 Layanan Dukungan Manajemen Daerah Daerah Layanan 1 1 1 1 1 11
2 Layanan Perencanaan Daerah Layanan 1 1 1 1 1
3 Layanan Pemantauan dan Evaluasi Daerah Layanan 1 1 1 1 1
Layanan manajemen Sumber Daya
4 Daerah Layanan 1 1 1 1 1
Manusia (SDM)
5 Layanan Manajemen Keuangan Daerah Layanan 1 1 1 1 1
Layanan manajemen Barang Milik Negara
6 Daerah Layanan 1 1 1 1 1
Output (BMN)
(RO) 7 Layanan Hukum Pusat Layanan 1 1 1 1 1
Layanan Hubungan Masyarakat dan
8 Daerah Layanan 1 1 1 1 1
Informasi
9 Layanan Reformasi Birokrasi Daerah Layanan 1 1 1 1 1
10 Layanan Umum Daerah Layanan 1 1 1 1 1
11 Layanan Data dan Informasi Daerah Layanan 1 1 1 1 1
12 Layanan Dukungan Manajemen Satker Daerah Layanan 1 1 1 1 1
13 Layanan Perkantoran Daerah Layanan 1 1 1 1 1

- 94 -
Lampiran 2. Matriks Kerangka Regulasi

Kerangka Urgensi Pembentukan


Unit Penanggung Unit Terkait / Target
No Regulasi/Kebutuhan Berdasarkan Evaluasi Regulasi
Jawab Institusi Penyelesaian
Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian

1. Revisi Regulasi pengaturan Pasal 6 menetapkan besaran Bapenda Biro Hukum, 1 tahun
pajak atas tanah: Perda BPHTB 5% mengacu pada UU No BPAD, BPN anggaran
nomor 18 tahun 2010 28 tahun 2009 Tentang Pajak
tentang Bea Perolehan Hak Daerah & Retribusi Daerah Pasal
Atas Tanah dan Bangunan 88 (1) Tarif Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan
ditetapkan paling tinggi sebesar
5% (lima persen). Pengurangan
besaran persentase pengenaan
bea (2-3%)

2. Revisi Regulasi Pengaturan Pengenaan pajak progresif atas Bapenda Biro Hukum, 1 tahun
Pajak Atas Bumi dan kepemilikan bidang tanah yang Biro Tata anggaran
Bangunan: melebihi dari jumlah yang Pemerintahan,
Peraturan Daerah Provinsi ditentukan sebanyak 5 (lima) BPN, BPAD
DKI Jakarta Nomor 16 bidang tanah
Tahun 2011 tentang Pajak
Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan

3. Regulasi interconnecting Kebutuhan Pemangkasan BPN, Dinas Cipta Biro Hukum, 1 tahun
pelayanan: SAMSAT prosedur dan waktu perizinan Karya Tata Biro Kerjasama anggaran
PERTANAHAN (Sistem yang saling terhubung antar Ruang dan
Administrasi Manunggal instansi sehingga mewujudkan Pertanahan,
Satu Atap) kemudahan berusaha dan Bapenda,PTSP
birokrasi
4. Regulasi Pemanfaatan Kebutuhan pemanfaatan Bappeda Bapenda, Dinas maksimal 1
Informasi Bidang tanah informasi pertanahan dalam Cipta Karya, tahun
sebagai acuan mendukung pelaksanaan tupoksi Tata Ruang, anggaran
pembangunan sektoral dalam mewujudkan dan
pembangunan yang Pertanahan,,
berkelanjutan BPAD, BPN
5. Regulasi Perbaikan, Validasi Proses teknis dalam pelaksanaan Bappeda Kominfo, BPN, maksimal 1
dan Verifikasi data kegiatan perbaikan dalam Bappenda, tahun
pertanahan rangka validasi dan verifikasi Cipta Karya, anggaran
data pertanahan secara kontinu Perijinan, dll
perlu dilakukan sehingga
pengujian materiil terhadap data
hasil kegiatan tersebut dapat
dilakukan, hal ini mendukung
proses-proses peningkatan
kualitas data, informasi dan
layanan pertanahan untuk
masyarakat.
6. Regulasi SIAP Draft Peraturan Bupati/Perda Bappeda 1 tahun
tentang SIAP penilaian tingkat
maturitas SIAP yang akan
dijalankan

7. Revisi Regulasi Pengesahan Keputusan gubernur No 924 Biro Hukum BPN,Citata, 1 tahun
Pertelaan tahun 1991 mengacu pada UU PTSP, Perkim,
No 16 tahun 1985 Ttg Rumah KDH, SeKDA
Susun ( diperbaharui UU No 20
tahun 2011)
8. Regulasi risk manajemen Untuk menjamin terwujudnya Biro Pemerintah 1 tahun
SIAP, maka pemilik risiko
(satuan kerja) harus melakukan

- 95 -
manajemen risiko, dimulai dari
identifikasi risiko, analisis risiko,
evaluasi risiko, dan penanganan
risiko
9. Revisi standar audit Regulasi yang ada sudah tidak Biro Pemerintah 1 tahun
relevan.

10. Revisi Regulasi pelaksanaan Untuk menjamin kepastian BPAD BPAD, 1 tahun
Inventarisasi dan Legalisasi hukum dan terwujudnya tertib Citata,KPK,
Aset Pemerintah Provinsi, administrasi pengelolaan aset BPN
Pemerintah Daerah dan dari pemerintah di wilayah DKI
Kewajiban Fasos/Fasum Jakarta dan aset dari kewajiban
fasos/fasum

- 96 -

Anda mungkin juga menyukai