Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keamanan dan keselamatan pasien merupakan hal pokok yang paling
mendasar yang wajib diperhatikan oleh seluruh tenaga medis saat memberikan
pelayanan kesehatan kepada pasien. Peraturan tentang keselamatan pasien tertulis
dengan jelas dalam UU RI No. 17 Tahun 2023. Dalam peraturan ini dijabarkan juga
mengenai penyelenggraraan keselamatan pasien, penanganan kejadian sentinel yang
berdampak luas, serta komite nasional keselamatan pasien. Standar ini bertujuan
untuk melindungi hak pasien dalam menerima pelayanan kesehatan dari tenaga medis
dengan sebagaimana mestinya tanpa membahayakan keselamatan pasien itu sendiri.
Sasaran keselamatan pasien adalah mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan
pasien. Salah satunya adalah meningkatkan keamanan obat-obat yang perlu
diwaspadai (high alert medication) berupa sejumlah obat-obatan yang memiliki risiko
tinggi menyebabkan bahaya yang besar pada pasien jika tidak digunakan secara tepat
Pelayanan kefarmasian di rumah sakit merupakan salah satu pelayanan
kesehatan yang diberikan rumah sakit yang berorientasi pada keselamatan pasien yang
melindungi pasien dari penggunaan obat yang tidak rasional. Salah satu pelayanan
kefarmasian adalah dalam pengelolaan obat high alert. Obat ini merupakan kelompok
obat-obatan yang dianggap remeh sehingga dalam proses penanganan dan
penyimpanannya masih sering diabaikan. Akibat yang ditimbulkan jika proses
pengelolaan obat high alert ini tidak ditangani dengan benar dapat menyebabkan
meningkatnya insiden Adverse Drug Events/ADEs, Medication Errors/MEs, dan
Adverse Drug Reaction/ADR yang dapat membahayakan pasien bahkan hingga
berujung kematian
High-Alert Medication adalah obat-obat yang secara signifikan berisiko
membahayakan pasien bila digunakan dengan salah atau pengelolaan yang kurang
tepat. Di Indonesia, pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 58 Tahun 2014
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit mengharuskan rumah sakit
untuk mengembangkan kebijakan pengelolan obat untuk meningkatkan keamanan
khususnya high-alert medications. Obat ini sering menyebabkan kesalahan serius
(sentinel event) dan dapat menyebabkan reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD).

1
B. Tujuan Panduan
1. Tujuan Umum
Menciptakan standar keamanan penggunaan obat High alert yang memenuhi
persyaratan sehingga dapat melindungi pasien maupun petugas dari bahaya.
2. Tujuan Khusus
a. Mempunyai kebijakan dan SOP yang mengatur tentang keamanan obat high
alert
b. Melaksanakan keamanan obat high alert sesuai dengan UU.

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Unit Farmasi rumah sakit, dan unit keperawatan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Obat yang Perlu Diwaspadai (High-Alert Medications) adalah sejumlah
obatobatan yang memiliki risiko tinggi menyebabkan bahaya yang besar pada
pasien jika tidak digunakan secara tepat (drugs that bear a heightened risk of
causing significant patient harm when they are used in error (ISMP- Institute for
Safe Medication Practices).

Obat yang Peru Diwaspadai (High-Alert Medications) merupakan obat yang


persentasinya tinggi dalam menyebabkan terjadinya kesalahan / error dan / atau
kejadian sentinel (sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak
yang tidak dinginkan (adverse outcome) termasuk obat-obat yang tampak mirip
(nama Obat, rupa dan ucapan mirip/ NORUM, atau Look-Alike
Sound-Alike/LASA), termasuk pula elektrolit konsentrasi tinggi. Jadi, obat yang
perlu diwaspadai merupakan obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi, terdaftar
dalam kategori obat berisiko tinggi, dapat menyebabkan cedera serius pada pasien
jika terjadi kesalahan dalam penggunaan.

B. TUJUAN PENINGKATAN KEAMANAN OBAT


1. Memberikan pedoman dalam manajemen dan pemberian obat yang perlu
diwaspadai (high-alert medications) sesuai standar pelayanan farmasi dan
keselamatan pasien rumah sakit
2. Meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit
3. Mencegah terjadinya sentinel event atau adverse outcome.
4. Mencegah terjadinya kesalahan / error dalam pelayanan obat yang perlU
diwaspadai kepada pasien.
5. Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

C. DAFTAR OBAT YANG PERLU DIWASPADAI


Obat yang perlu diwaspadai dapat dibedakan menjadi :
1. Kelompok obat yang memiliki rupa mirip (Look-Alike)

3
2. Kelompok obat yang memiliki nama mirip (Sound Alike)

3. Kelompok obat elektrolit konsentrat tinggi


a. kalium /Potassium klorida (KCI) (sama dengan 25 mEq/ml atau yang lebih
pekat)
b. natrium / sodium klorida (NaCl) lebih pekat dari (0,9%)
c. magnesium sulfat (MgSO4) (sama dengan 50% atau lebih pekat)

D. IDENTIFIKASI AREA YANG MEMBUTUHKAN ELEKTROLIT


KONSENTRAT
Berdasarkan pelayanan medis yang diberikan kepada pasien maka unit yang
dinilai membutuhkan penempatan elektrolit konsentrat tinggi di unit pelayanan
hanya ada di:
1. ICU
2. UGD
3. Kamar operasi
Elektrolit tersebut tidak boleh ada di ruang perawatan, kecuali diruang tersebut di
atas, dengan syarat tersimpan di tempat terpisah, akses terbatas, jumlah terbatas,

4
dan diberi label yang jelas untuk menghindari penggunaan yang tidak sengaja, dan
diberi label "harus diencerkan sebelum digunakan.
Peresepan, penyimpanan, penyiapan, pemberian elektrolit konsentrat di ruang
tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku tentang manajemen obat yang perlu
diwaspadai (high-alert-medication).

E. PERESEPAN DAN INSTRUKSI MEDIS


Penulisan resep untuk obat yang termasuk kelompok obat yang perlu diwaspadai
(High-Alert Medications) harus sesuai dengan ketentuan penulisan resep yang
baku serta beberapa hal penting berikut:
1. Dokter memeriksa kelengkapan dan ketepatan resep penulisan resep, indikasi
ketepatan obat, dosis,rute pemberian.
2. Penulisan obat yang termasuk kelompok obat LASA/NORUM haru:
menggunakan huruf kapital semua serta mencantumkan dengan jelas dosis
dan satuan obat. Contoh IR 15 1U seharusnya dituliskan IR 15 International
Unit.
3. Instruksi lisan hendaknya dihindari, jika sangat terpaksa diperbolehkan dalam
keadaan emergensi yang diatur sesuai dengan pedoman komunikasi efektif
dengan tekhnik SBAR.
4. Apoteker atau Asisten Apoteker yang menerima resep, harus melakukan
konfirmasi jika terdapat penulisan yang tidak sesuai (nama obat/sediaan,
satuan, dll)
5. Penulisan instruksi terapi oleh dokter dan perawat di rekam medis (catatan
terintegrasi) juga sesuai dengan penulisan resep, yaitu:
 Ditulis huruf kapital
 Satuan tertentu harus ditulis lengkap
 Dosis dan pemberian harus ditulis jelas
 Pemberian elektrolit konsentrat hendaknya memberikan penjelasan untuk
mengingatkan perawat tentang dosis dan cara pemberiannya.
 Satuan obat haru ditulis lengkap, Misal: IU harus ditulis International Unit

F. PENYIMPANAN
1. Lokasi penyimpanan

5
Lokasi penyimpanan obat yang perlu diwaspadai berada di logistik farmasi
dar pelayanan farmasi, khusus untuk elektrolit konsentrasi tinggi terdapat juga
di uni pelayanan, yaitu ICU, UGD, kamar operasi dalam jumlah yang
terbatas. Obat disimpan sesuai dengan kriteria penyimpanan perbekalan
farmasi, utamanya dengan memperhatikan jenis sediaan obat (rak/kotak
penyimpanan,lemari pendingin), sistem FIFO dan FEFO serta ditempatkan
sesuai ketentuan obat "High Alert".

2. Penyimpanan elektrolit konsentrat tinggi


Asisten apoteker (logistik farmasi / pelayanan farmasi) yang menerima obat
segera memisahkan obat yang termasuk kelompok obat yang (High Alert)
sesuai Daftar Obat High Alert. Tempelkan stiker merah bertuliskan (High
Alert) pada setiap kemasan obat high alert Berikan selotip merah pada
sekeliling tempat penyimpanan obat high alert yang terpisah dariobat lain.

3. Penyimpanan obat LASA (Look Alike)


a) Look Alike Sound Alike) merupakan sebuah peringatan (warning) untuk
keselamatan pasien(patient safety ): obat-obatan yang bentuk / rupanya
mirip dan pengucapannya namanya mirip tidak boleh diletakkan
berdekatan.
b) Walaupun terletak pada kelompok abjad yang sama harus diselingi dengan
minimal (dua) obat dengan kategori LASA diantara atau ditengahnya.
c) Biasakan mengeja nama obat dengan kategori LASA saat
memberi/menerima instruksi

4. Pemberian Label
Label untuk obat yang perlu diwaspadai dapat dibedakan menjadi dua jenis:
a) "HIGH ALERT" untuk elektrolit konsentrasi tinggi, jenis injeksi atau infus
tertentu misalnya heparin, insulin, dll. Penandaan obat High Alert
dilakukan dengan stiker (High Alert Double Check) pada obat.

6
b) "LASA" untuk obat-obat yang termasuk kelompok LASA/NORUM

c) Obat kategori Look Alike Sound Alik Diberikan penanda dengan stiker
LASA pada tempat penyimpanan obat. Apabila obat dikemas dalam paket
untuk kebutuhan pasien, maka diberikan tanda LASA pada kemasan
primer obat.

5. Penyiapan obat High Alert


a) Apoteker, Asisten Apoteker memberi memverifikasi resep obat high alert
sesua Pedoman Pelayanan farmasi Penanganan High Alert
b) Garis bawahi setiap obat high alert pada lembar resep dengan tinta merah.
c) Jika apoteker tidak ada di tempat, maka penanganan obat high alert dapat
didelegasikan kepada asisten apoteker yang sudah ditentukan.
d) Dilakukan pemeriksaan kedua oleh petugas farmasi yang berbeda sebelum
obat diserahkan kepada perawat.
e) Petugas farmasi pertama dan kedua, membubuhkan tanda tangan dan nama
jelas di bagian belakang resep sebagai bukti telah dilakukan double check.
f) Obat diserahkan kepada perawat/pasien disertai dengan infomasi yang
memadai dan menandatangani buku serah terima obat rawat inap.

G. PEMBERIAN OBAT PERLU DIWASPADAI


1. penyimpanan obat yang perlu diwaspadai (High Alert) diruang perawatan
Penyiapan dan pemberian obat kepada pasien yang perlu diwaspadai temasuk
elektrolit konsentrasi tinggi harus memperhatikan kaidah berikut:
7
a) aSetiap pemberian obat menerapkan prinsip 7 benan
b) Pemberian elektrolit pekat harus dengan pengenceran dan penggunaan
lebel khusus
c) Pastikan pengenceran dan pencampuran obat dilakukan oleh orang yang
berkompeten
d) Pisahkan atu beri jarak penyimpan obat dengan kategori LASA
e) Tidak menyimpan obat kategori kewaspadaan tinggi didekat meja pasien
tanpa pengawasan.
f) Tidak menyimpan obat kategori obat LASANORUM, look alike sound
alike nama obat mirip rupa, saat memberi/ menerima instruksi

2. Cara Pencegahan Obat yang Perlu diwaspadai (High Alett) di riang


perawatan:
a) KCL 7,46% injeksi (konsentasi sediaan yang ada adalah ImEq =1 ml)
harus diencekan sebelum digunakan dengan perbandingan 1 ml KCI: 1
ml pelarut (WFI/NaCI 0,9%). Konsentrasi dalam larutan maksimum
adalah 10 mea/10 ml. pemberian KCI melalui perifer diberikan secara
perlahan- lahan dengan kecepatan infus 10 meq /jam ( atau 10 meg KCI
dalam 100 ml pelarut/ jam. Pemberian obatKCI melalui central line (vena
sentral) konsentrasi maksimum adalah 20 meg/100 ml kecepatan infuse
maksimal 20 meqKCI dalam 100 ml pelarut/jam.
b) Nacl 0,3% injeksi intravena diberikan melajui vena sentrai dengan
kecepatan infuse tidak lebih dari 100mL/jam.
c) Natrium Bicarbonat (Meylone vial 8.4%) injeksi harus diencerkan
sebelum digunakan. Untuk penggunaan bolus, diencerkan dengan
perbandingan 1 ml Na bicarbonate : 1 ml pelarut WFI untuk pemberia
bolus dengan kecepatan maksimum 10 meq/ menit untuk penggunaan
infuse drip, diencerkan dengan perbandingan 0,5 ml Na bicarbonate : 1
ml dextrose 5% pemberian drip infuse dilakukan dengan kecepatan
maksimum 1meq/KgBB/jam

3. Cek 7 benar obat pasien:


a) Benar obat
b) Benar waktu dan frekuensi pemberian

8
c) Benar dosis
d) Benar rute pemberian
e) Benar identitas pasien (nama, tanggal lahir, nomor RM)
f) benar informasi
g) benar dokumentasi
4. Pemberian obat yang perlu diwaspadai (high Alert) di ruang perawatan:
1. sebelum perawat memberikan obat high alert kepada pasien maka perawat
lain harus melakukan pemeriksaan kembali (double check) secara
independen:
a) kesesuaian antara obat dengan rekam medik/instruksi dokter.
b) ketepatan perhitungan dosis obat.
c) Identitas pasien.
2. Obat high alert in fus harus dipastikan
a) ketepatan kecepatan pompa infus (infuse pump).
b) Jika obat lebih dari satu, tempelkan label nama obat pada syringe pump
dan di setiap ujung selang.
3. Obat high alert elektrolit konsentrasi tinggi harus diberikan sesuai
perhitungan standar yang telah berlaku, yang berlaku di semua ruang
perawatan. Setiap kali pasien pindah ruang rawat, perawat pengantar
menjelaskan kepada perawat penerima pasien bahwa pasien mendapatkan
obat high alert, dan menyerahkan formulir pencatatan obat.
4. Dalam keadaan emergency yang dapat menyebabkan pelabelan dan tindak
pencegahan terjadinya kesalahan obat high alert dapat mengakibatkan
tertundanya pemberian terapi dan memberikan dampak yang buruk pada
pasien, maka dokter dan perawat harus memastikan terlebih dahulu
keadaan klinis pasien yang membutuhkan terapi segera (cito) sehingga
double check dapat tidak dilakukan, namun sesaat sebelum memberikan
obat, perawat harus menyebut secara lantang semua jenis obat yang
diberikan kepada pasien sehingga diketahui dan didokumentasikan dengan
baik oleh perawat yang lainnya.

H. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


1. Setiap depo farmasi, ruang rawat, poliklinik harus memiliki daftar obat high
alert.

9
2. Setiap tenaga kesehatan harus mengetahui penanganan khusus untuk obat
high alert
3. Prosedur peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai dilakukan mulai
dari peresepan, penyimpanan, penyiapan di farmasi dan ruang perawatan dan
pemberian obat
4. Obat high alert disimpan di tempat terpisah, akses terbatas, diberi label High
Alert.
5. Pengecekan dengan dua (2) orang petugas yang berbeda untuk menjamin
kebenaran obat high alert yang digunakan. Tidak menyimpan obat kategori
kewaspadaan tinggi di meja dekat pasien tanpa pengawasan
Definisi Obat High Alert Obat high alert adalah obat yang perlu diwaspadai
dan

10

Anda mungkin juga menyukai