Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MANDIRI

MANAGEMENT RUMAH SAKIT PERT 4

NAMA : ROSDINI SIHOMBING

Nim : 2048201023

S1 Farmasi

Universitas Imelda Medan

T.A 2021/2022
Patient safety atau keselamatan pasien menjadi salah satu parameter akreditasi rumah sakit
yang tercantum dalam Undang-Undang No.44 Tahun 2009 yang menyebutkan dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan rumah sakit wajib melakukan standar keselamatan pasien. Salah
satu upaya untuk meningkatan mutu pelayanan yaitu pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai di rumah sakit haruslah dilaksanakan secara
multidisiplin, terkoordinir, dan menggunakan proses yang efektif.

Rumah sakit harus menyusun kebijakan terkait manajemen penggunaan obat yang efektif,
dan perlu mengembangkan kebijakan pengelolaan obat untuk meningkatkan keamanan,
khususnya obat yang perlu diwaspadai (high-alert medication). High-alert medication adalah
obat yang harus diwaspadai karena sering menyebabkan terjadi kesalahan atau kesalahan
serius (sentinel event) dan obat yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak
Diinginkan (ROTD). Obat kewaspadaan tinggi merupakan sejumlah obat yang memiliki
risiko yang dapat membahayakan pasien jika obat tersebut digunakan secara keliru. Obat
yang tergolong kewaspadaan tinggi adalah obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya
mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip /NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA),
elektrolit konsentrasi tinggi, obat-obat sitostatika serta obat yang digunakan di UGD dan
ICU.

Prinsip Umum Penanganan High-Alert Medication

1. Penyimpanan

a. High alert medication disimpan di laci atau lemari di area yang terkunci dan terpisahdari
produklain.
b. Setiap high alert medication diberikan label “High-Alert” yang berwarna merah pada sisi

depan kemasan tanpa menutupi informasi yang ada padakemasan

c. Setiap elektrolit konsentrat disimpan di farmasi, kecuali NaHCO3 8.4% di simpanjuga


di
ICU/ ICCU, dan UGD. MgSO4 ≥ 20% disimpan di farmasi, emergency kit di UGD dan ruang
bersalin.

d. Narkotika disimpan dalam lemari yang kokoh, tidak mudah dipindahkan dan memiliki
dua kunci yangberbeda.

e. Obat anestesi disimpan di tempat yang hanya bisa diakses oleh dokter, perawat danstaf
farmasi

f. Obat sitostatika, Insulin dan heparin hanya disimpan di farmasi atau di areayang
terkunci di mana obatdiresepkan.

g. Dextrose ≥ 20% hanya disimpan di Farmasi, UGD, ICU dan troliemergensi

h. Penyimpanan obat NORUM dipisahkan, tidak diletakkan bersebelahan, danharus


diberikan label“LASA”

2. Peresepan Obat HightAlert


a. Membuat panduan penetapan dosis untuk antikoagulan, narkotik, insulin, dan sedasi
sesuai panduan praktek klinik dan clinicalpathway

b. Tulisan resep jelas danlengkap

c. Berat badan pasien harus ditimbang untuk obat-obat yang perlu diresepkan sesuaiberat
badanpasien

3. Penyiapan dan Distribusi Obat HightAlert

a. Independent double check dilakukan oleh dua staf yang berbeda pada tahap penyiapan
dan distribusi obat kemudian didokumentasikan dengan pemberian paraf di lembar
pemesananobat.

b. Pengenceran elektrolitkonsentrat

c. Setiap elektrolit konsentrat harus diencerkan sebelum diserahkan atau diberikankepada


staf ataupasien.

d. Pengenceran dilakukan oleh staf farmasi yang terlatih kecuali dalam kondisi operasi
bedah jantung, pengenceran KCl 7.46% dapat dilakukan langsung oleh perawat/dokter.
e. Setiap elektrolit konsentrat yang telah diencerkan, diberikan label “drug added” yang

terisi lengkap dan label “high alert” tanpa menutupi nama obat, tanggal kadaluarsadan

nomorbatch.

4. Pemberian Obat HighAlert

a. Lakukan independent double check sebelum pemberian obat dengan melakukan 5benar
pemberianobat.

b. Berikan edukasi kepada pasien untuk penggunaan insulin sendiri olehpasien

c. Staf farmasi memberikan penjelasan dan konseling high-alert medication kepada pasien/
perwakilan pasien di rawat jalan. Brosur informasi obat dapat digunakan untuk
meningkatkan pemahaman dan pengertianpasien.

Penanganan untuk obat high alert yang paling efektif adalah dengan cara mengurangi
kesalahan dalam pemberian obat, yaitu dengan cara meningkatkan proses penyimpanan
obatobat yang perlu diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit
farmasi ke pelayanan pasien.

Untuk memonitoring penggunaan obat high alert, farmasi melakukan pengecekan di semua
ruang perawatan untuk memastikan penyimpanan high alert medication sesuai dengan
regulasi. Farmasi juga melakukan pemantauan terhadap efek terapi dan efek samping
pemberian obat high alert pada pasien, contohnya obat antikoagulan biasanya menimbulkan
pendarahan, obat narkotik menimbulkan depresi, insulin menimbulkan hipoglikemia atau
hiperglikemia, dan obat sedatif terutama menyebabkan hipotensi, depresi susunan saraf pusat,
atau risiko jatuh.

Daftar Pustaka :

[1] Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Edisi III.Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia.2015.

[2] Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2016tentang


Standar Pelayanan Kefarmasian di RumahSakit

[3] Alfiannor Saputera, M, dkk (2019). Kesesuaian Penyimpanan Obat Hgh Alert di
Instalasi Farmasi RSUD Idaman Banjarbaru. Jurnal Insan Farmasi Indonesia, volume 2(2)pp
: 205-211.

Anda mungkin juga menyukai