Anda di halaman 1dari 9

PANDUAN OBAT HIGH ALERT 2023

High Alert Medications (obat yang perlu di waspadai)


merupakan obat yang persentasenya tinggi dalam
menyebabkan terjadinya kesalahan dan atau kejadian
sentinel, obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak
RSUD SANANA
yang tidak diinginkan termasuk dalamnya obat-obat yang
tampak mirip (nama obat rupa sama dan ucapan/NORUM
atau Look Alike Sound Alike/ LASA Termasuk pula elektrolit
konsentrasi tinggi.
Tindakan Nama Jabatan Tandatangan Tanggal

Disiapkan

Diperiksa

Disetujui
PANDUAN OBAT HIGH ALERT
BAB I
DEFENISI

Sasaran keselamatan pasien terdiri dari enam sasaran, salah satunya adalah
peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai yaitu obat High Alert yang
terdiri dari LASA/NORUM dan Elektrolit Pekat/Elektrolit Konsentrat.
High Alert adalah obat yang memiliki resiko tinggi menyebabkan bahaya yang
bermakna pada pasien jika obat digunakan secara salah.Untuk meminimalisasi
kesalahan tersebut maka dilakukan beberapa strategi antaralain :
a. Menyediakan akses informasi mengenai obat yang perlu diwaspadai
b. Membatasi akses terhadap obat yang perlu diwaspadai
c. Menggunakan label dan tanda khusus untuk obat yang perlu diwaspadai
d. Menstandarisasi prosedur penyimpanan, peresepan, penyiapan, pemberian,
penggunaan obat yang perlu diwaspadai.
e. Melakukan prosedur pengecekan ganda untuk obat-obat tersebut.

I. RUANG LINGKUP
Banyaknya jenis obat, jenis tes, jenis prosedur, jumlah pasien, dan jumlah
staf rumah sakit, sehingga merupakan hal yang berpotensi terjadinya kesalahan.
Ada beberapa hal yang perlu di perhatikan diantaranya :
1. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike, Sound-Alike
Medication Names).
Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM), yang membingungkan staf
pelaksana adalah salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan
obat (medication error) dan ini merupakan suatu keprihatinan di seluruh
dunia. Dengan puluhan ribu obat yang ada saat ini, maka sangat signifikan
potensi terjadinya keselahan akibat bingung terhadap nama merk atau
generik serta kemasan. Solusi NORUM ditekankan pada penggunaan
protocol untuk pengurangan risiko dan memastikan terbacanya resep, label,
atau penggunaan perintah yang dicetak lebih dulu, maupun dalam
pembuatan resep.
2. Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated).
Semua obat-obatan dan media kontras memiliki profil risiko, cairan
elektrolit pekat yang digunakan khususnya untuk injeksi adalah berbahaya.
Rekomendasinya adalah membuat standardisasi dari unit dosis, istilah atau
singkatan nama obat dan pencegahan terjadinya pencampuran atas
penyimpanan obat yang bisa menyebabkan bingung tentang cairan
elektrolit pekat yang spesifik.
3. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan.
Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat
transisi/pengalihan. Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan) medikasi adalah
suatu proses yang didesain untuk mencegah salah obat (medication errors)
pada titik-titik transisi pasien. Rekomendasinya adalah menciptakan suatu
daftar yang paling lengkap dan akurat serta seluruh medikasi yang
perbandingan dengan daftar saat admisi, penyerahan dana atau perintah
pemulangan,bilamana menuliskan perintah medikasi dan komunikasi daftar
tersebut kepada petugas layanan yang berikut dimana pasien akan
ditransfer atau dilepaskan.

II. TATA LAKSANA


1. Penyediaan (Pengadaan) Obat High Alert
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk
merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus
menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang
terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan dilakukan melalui :
(a) Secara E-purchasing melalui E-katalog Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah sesuai dengan amanat
Perpres 70 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah
(b) Secara langsung dari distributor/Pedagang Besar Farmasi dengan cara
pengadaan langsung
2. Penyimpanan Obat High Alert
a. Obat high alert/elektrolit pekat diunit perawatan disimpan dalam
container/ rak obat yang tertutup rapat dan dilengkapi dengan stiker
obat high alert.
b. Obat high alert/elektrolit pekat tidak boleh disimpan di area
perawatan pasien kecuali kamar operasi, ICU, dan IGD.
c. Obat-obat high alert secara umum disimpan di unit pelayanan farmasi.
d. Obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya sama
(NORUM/LASA) disimpan dengan memberikan jarak/ disela dengan
2 – 3 nama obat yang lain.
e. Metode penulisan nama obat NORUM/ LASA dikotak penyimpanan
obat menggunakan metode Tallman.
f. Simpan obat narkotika sesuai dengan aturan penyimpanan narkotika.
3. Pemberian Label
Obat-obat high alert harus diberi label yang jelas dan tidak
menutupi nama obat sehingga mudah dibaca dan diambil.
a. Label “High Alert” berbentuk persegi warna dasar merah.
Label ini untuk obat-obat yang diwaspadai termasuk elektrolit pekat
dan setiap kemasan primer obat ditempeli label “high alert”. Kecuali
obat tablet, label ditempel pada kotak obat tersebut.
b. Label “LASA” berbentuk persegi warna dasar hijau.
Label ini untuk ucapan mirip dan rupa mirip dengan kandungan obat
yang berbeda.
4. Peresepan
a. Dokter menuliskan resep obat High Alert.
b. Dokter memeriksa kembali kelengkapan resep yang terdiri dari
ketepatan pasien, ketepatan obat, dosis obat, cara pemberian dan
waktu pemberian.
c. Resep diberikan keperawat dan diserahkan ke instalasi farmasi.
d. Apoteker penanggungjawab memverifikasi resep yang telah
dituliskan oleh dokter.
e. Apabila penulisan atau kelengkapan resep kurang jelas, maka
Apoteker mengkomunikasikan langsung kedokter yang menulis resep
atau ke petugas perawatan, baik secara langsung maupun via I phone.
5. Penyiapan obat high alert
a. Apoteker/Asisten apoteker memverifikasi obat high alert sesuai
pedoman penanganan obat high alert.
b. Garis bawahi setiap obat high alert golongan NAPZA dengan tinta
merah dan elektrolit konsentrat pekat dengan tinta hitam
c. Jika apoteker tidak berada ditempat, maka penanganan obat high alert
dapat didelegasikan pada asisten apoteker yang sudah ditentukan.
d. Dilakukan pemeriksaan kedua oleh petugas farmasi yang berbeda
sebelum obat diserahkan.
e. Obat diserahkan kepada perawat/pasien disertai dengan informasi
yang memadai.
6. Penyaluran obat
Untuk pasien rawat inap, penyerahan obat dilakukan dari
petugas instalasi farmasi kepada perawat/bidan yang bertanggungjawab
di instalasi masing-masing disertai dengan edukasi dan informasi
apabila obat tersebut masuk dalam daftar high alert.
Untuk pasien rawat jalan, penyerahan obat langsung diserahkan oleh
apoteker disertai dengan pemberian informasi tentang aturan pakai dan
indikasi obat tersebut.
7. Pemberian obat
a. Sebelum perawat/ bidan memberikan obat high alert kepada pasien,
maka perawat/ bidan lain harus melakukan pemeriksaan kembali
secara independent yang terdiri dari :
 Kesesuaian antara obat dengan rekam medic/ instruksi dokter dengan
resep
 Ketepatan pemberian dosis
 Identitas pasien
b. Setiap pemberian obat menerapkan prinsip 5 benar yang meliputi
benar pasien, benar obat, benar dosis, benar cara pemberian, benar
waktu pemberian.
c. Perawat yang memberikan obat high alert melalui infus harus
memastikan ketepatan kecepatan infus, jika obat yang diberikan lebih
dari satu tempelkan label nama obat pada syringe pump dan setiap
ujung jalur selang.
d. Setiap kali pasien pindah ruang rawat, perawat pengantar
menjelaskan kepada perawat penerima pasien bahwa pasien
mendapatkan obat high alert dan menyerahkan formulir pencatatan
obat.
8. Penggunaan obat high alert
Instalasi farmasi, ruang rawat dan poliklinik harus memiliki daftar
obat high alert dan panduan penanganan obat high alert. Setiap tenaga
kesehatan harus mengetahui penanganan khusus untuk obat high alert.
Obat high alert harus disimpan ditempat terpisah dari obat yang lainnya
dan diberi label yang jelas.
9. Pemantauan (monitoring)
Farmasis melakukan pemantauan (monitoring) pemakaian obat
disetiap ruang perawatan meliputi :
a) Melakukan pemantauan dan pengecekan :
 Pemakaian obat high alert (NORUM/LASA) yang ada disetiap unit-
unit pelayanan.
 Penyimpanan obat high alert
 Perbekalan farmasi yang telah kadaluarsa.
 Perbekalan farmasi yang kurang/lebih.
b) Melakukan penarikan perbekalan farmasi yang telah kadaluarsa dan
sisa pemakaian obat disetiap unit-unit pelayanan.
c) Melakukan pendokumentasian perbekalan farmasi hasil dari
pemantauan dan pengecekan serta penarikan yang diketahui oleh KA.
Unit masing-masing perawatan.
d) Membuat berita acara penarikan perbekalan farmasi dari setiap unit-
unit pelayanan yang terkait.
10. Pendokumentasian obat high alert
Pencatatan penggunaan dan penyimpanan obat high alert
(NORUM/LASA) dan elektrolit konsentrat yang ada berdasarkan daftar
obat high alert, daftar NORUM / LASA yang ada di setiap unit
pelayanan.
11. Pelaporan kesalahan obat
Setiap kesalahan obat yang ditemukan wajib dilaporkan oleh
petugas yang menemukan/ terlibat langsung engan kejadian tersebut
kepada atasan langsungnya. Laporan dibuat secara tertulis dengan
menggunakan format kesalahan obat yang ditetapkan. Laporan
kesalahan meliputi :
a. Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
b. Kejadian Tidak Cedera (KTC)
c. Kejadian Tidak Diinginkan (KTD)
d. Kejadian sentinel kesalahan kategori KTC dan KTD dilaporkan ke
Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit
e. Kesalahan obat kategori KTC dan KTD harus dilaporkan maksimal 2
x 24 jam setelah ditemukannya insiden.
III. DOKUMEN
1. Daftar obat NORUM/LASA
2. Daftar obat high alert
3. Daftar elektrolit pekat
4. Daftar obat yang memiliki efek samping mengantuk
5. Format laporan kesalahan pemberian obat
6. SPO Penyediaan (Pengadaan) Obat High Alert
7. SPO penyimpanan obat high alert
8. SPO penyimpanan elektrolit pekat
9. SPO penataan dan pelabelan obat high alert dan LASA
10. SPO peresepan obat high alert
11. SPO penyiapan obat high alert
12. SPO penyaluran obat high alert
13. SPO pemberian obat high alert
14. SPO penggunaan obat high alert
15. SPO pemantauan (monitoring) obat high alert
16. SPO pendokumentasian obat high alert
17. SPO pelaporan kesalahan obat
18. Dokumentasi Penyimpanan Obat High Alert

Anda mungkin juga menyukai