Anda di halaman 1dari 21

BAB I

DEFINISI

High alert medication atau obat-obatan yang perlu diwaspadai


A. Pengertian
High alert medication atau obat-obatan yang perlu diwaspadai adalah obat-
obatan yang sering menyebabkan terjadinya kesalahan/kesalahan serius (sentinel event)
dan obat yang beresiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan ( adverse
outcome). Seperti obat-obatan LASA (Look Alike Sound Alike)/ NORUM (Nama Obat
Rupa Ucapan Mirip ),obat dengan konsentrasi tinggi (High Concentrate),SITOSTATIKA.

B. TUJUAN
1. Menyediakan panduan untuk rumah sakit / fasilitas kesehatan lainnya mengenai kebi-
jakan manajemen dan pemberian obat-obatan yang tergolong dalam kategori high
alert medications( obat-obatan dengan pengawasan ).
2. Meningkatkan kewaspadaan akanhigh alert medications sehingga meningkatkan ke-
selamatan pasien.
3. Memberikan pelayanan kesehatan dengan kualitas tinggi dan meminimalisasi ter-
jadinya kesalahan-kesalahan medis dan menurunkan potensi risiko terhadap pasien.

( SKP III ) Panduan Obat High Alert 1


BAB II
RUANG LINGKUP

A. KEBIJAKAN
1. High alert medications memiliki risiko yang lebih tinggi dalam menyebabkan
komplikasi ,efek samping,atau bahaya. Hal ini dapat dikarenakan adanya rentang dosis
terapeutik dan keamanan yang sempit atau karena insidens yang tinggi akan terjadinya
kesalahan.
2. Metode untuk meminimalisasi kesalahan ini meliputi beberapa strategi seperti :
a. Menyediakan akses informasi mengenai high alert medications
b. Membatasi akses terhadap high alert medications
c. Menggunakan label dan tanda “peringatan “ untuk high alert medications
1) Untuk obat High Alert tandai pada tempat penyimpanannya dengan stiker
berwarna merah dengan tulisan HIGH ALERT

Contoh gambar :
H
HIGH ALERT
H
I
G

2) Untuk obat LASA/NORUM tandai pada tempat penyimpanannya dengan stiker


berwarna hijau dengan tulisan NORUM
Contoh gambar :

N
NORUM/O
R
LASA U
M

d. Penyimpanan terpisah dari obat-obatan lain, untuk obat dengan kategori LASA/NO-
RUM harus diatur untuk memisahkan obat-obatan tersebut dengan diberi jarak/dis-
eling dengan obat lain.
e. Untuk obat High Concentrate,wadah dan area penyimpanan diberi tanda warna
merah yang jelas yang dapat membedakan dengan obat lain
f. Melakukan prosedur pengecekan ganda,untuk obat-obat tertentu
( SKP III ) Panduan Obat High Alert 2
3. Obat-obatan jenis baru dan informasi keselamatan tambahan lainnya akan ditinjau
ulang dalam audit dan revisi high alert medications oleh Panitia Farmasi dan Terapi.
4. Daftar obat kategori High Alert yang tersedia di RS TK.II dr. Soepraoen dapat dilihat
pada lampiran :
a. Daftar obat Elektrolit Pekat
b. Daftar Obat LASA ( Look Alike Sound Alike ) atau NORUM ( Nama Obat Rupa dan
Ucapan Mirip )
c. Daftar Obat SITOSTATIK

B. PRINSIP
1. Kurangi atau eliminasi kemungkinan terjadinya kesalahan
a. Mengurangi jumlah high alert medications yang disimpan di suatu unit
b. Mengurangi konsentrasi dan volume obat yang tersedia
c. Hindarkan penggunaan high alert medications sebisa mungkin
2. Lakukan pengecekan ganda
3. Minimalisasi konsekuensi kesalahan
a. Pisahkan obat-obatan dengan nama atau label yang mirip
b. Minimalisasi instruksi verbal dan hindarkan penggunaan singkatan
c. Batasi akses terhadap high alert medications
d. Gunakan table dosis standar ( daripada menggunakan dosis perhitungan
berdasarkan berat badan / fungsi ginjal,dimana rentan terjadi kesalahan ).

( SKP III ) Panduan Obat High Alert 3


BAB III
TATA LAKSANA

Lakukan tatalaksana dengan aman dan hati-hari selama memberikan instruksi,


mempersiapkan, memberikan obat, dan menyimpan high alert medications.

A. PERESEPAN
1. Jangan berikan instruksi hanya secara verbal mengenai high alert medications
2. Instruksi ini harus mencakup minimal:
a. Nama psien dan nomor rekam medis
b. Tanggal dan waktu instruksi dibuat
c. Nama obat ( generik ), dosis, jalur pemberian, dan tanggal pemberian setiap
obat
d. Kecepatan dan atau durasi pemberian obat.
3. Dokter harus mempunyai diagnosis, kondisi, dan indikasi penggunaan setiap high
alert medications secara tertulis
Jika memungkinkan, peresepan high alert medications haruslah terstandarisasi
dengan menggunakan instruksi tertulis/tercetak.

B. PENYIMPANAN DAN PERSIAPAN


1. Elektrolit pekat hanya boleh disimpan di : ICU / NICU, IGD, Depo Farmasi, dan Ke-
bidanan.
2. Penyimpanan obat High Alert selain Elektrolit Pekat disimpan di :
a. Depo Farmasi Rawat Jalan, IGD, Rawat Inap, dan Kamar Operasi.
b. Trolly Emergency ruang Perawatan Rawat Inap
c. Hemodialisa.
d. Radiologi.
3. Semua tempat penyimpanan harus diberikan label yang jelas dan dipisahkan den-
gan obat-obatan rutin lainnya. Jika high alert mediacations harus disimpan di area
perawatan pasien, kuncilah tempat penyimpanan dengan diberikan label ‘
Peringatan : high alert medications’ pada tutup luar tempat penyimpanan.
4. Jika menggunakan dispensing cabinet untuk menyimpan high alert medications,
berikanlah pesan pengingat di tutup cabinet agar pengasuh / perawat pasien men-

( SKP III ) Panduan Obat High Alert 4


jadi waspada, dan berhati-hati dengan high alert medications. Setiap kotak /tem-
pat yang berisi high alert medications harus diberi label.
5. Infus intravena high alert medications harus diberikan label yang jelas dengan
menggunakan huruf / tulisan yang berbeda dengan sekitarnya.

C. PEMBERIAN OBAT
1. Perawat harus selalu melakukan pengecekan ganda( double-check ) terhadap se-
mua high alert medications sebelum diberikan kepada pasien.
2. Pengecekan ganda terhadap high alert medications
a. Tujuan :
Identifikasi obat-obatan yang memerlukan verifikasi atau pengecekan ganda
oleh petugas kesehatan lainnya ( sebagai orang kedua ) sebelum memberikan
obat dengan tujuan meningkatkan keselamatan dan akurasi.
b. Kebijakan :
1) Pengecekan ganda perlu diperlukan sebelum memberikan high alert
medications tertentu / spesifik dan disaat pelaporan pergantian jaga atau
saat melakukan transfer pasien.
2) Pengecekan ganda ini akan dicatat pada rekam medis pasien atau pada
catatan pemberian medikasi pasien.
3) Pengecekan pertama harus dilakukan oleh petugas yang berwenang un-
tuk menginstruksikan, meresepkan, atau memberikan obat-obatan, antara
lain: perawat, ahli farmasi, dan dokter.
4) Pengecekan kedua akan dilakukan oleh petugas yang berwenang,
teknisi, atau perawat lainnya. ( petugas tidak boleh sama dengan penge-
cek pertama ).
5) Kebutuhan minimal untuk melakukan pengecekan ganda / verifikasi oleh
orang kedua dilakukan pada kondisi-kondisi seperti berikut :
 Setiap akan memberikan injeksi obat
 Untuk infuse :
- Saat terapi inisial
- Saat terdapat perubahan konsentrasi obat
- Saat pemberian bolus
- Saat pergantian jaga perawat atau transfer pasien
- Setiap terjadi perubahan dosis obat

( SKP III ) Panduan Obat High Alert 5


6) Pengecekan tambahan dapat dilakukan sesuai dengan instruksi dari dok-
ter.
c. Berikut adalah high alert medications yang memerlukan pengecekan ganda :
High alert medications yang Memerlukan Pengecekan Ganda
untuk Semua Dosis Termasuk Bolus

Obat – obatan
Infus Magnesium sulfat pada pasien obstetric

* obat-obatan yang sebaiknya tidak diberikan sebagai bolus dari kantong


infus / vial

d. Prosedur :
1) Untuk dosis inisial atau inisiasi infuse baru
 Petugas kesehatan mempersiapkan obat dan hal-hal di bawah ini un-
utk menjalani pengecekan ganda oleh petugas kedua :
o Rekam medis pasien, catatan pemberian medikasi pasien, atau
resep / instruksi tertulis dokter
o Obat yang hendak diberikan lengkap dengan labelnya.
 Petugas kedua akan memastikan hal-hal berikut ini :
o Obat telah disiapkan dan sesuai dengan instruksi
o Perawat pasien harus memverifikasi bahwa obat yang hendak
diberikan telah sesuai dengan instruksi dokter.
o Perawat mendokumentasikan pada RM, Obat yang hendak
diberikan telah dilakukan dobel cek
o Obat memenuhi 7 Benar
o Membaca label dengan suara lantang kepada perawat untuk
memverifikasi prinsip 7 Benar ini :
1. Obat benar
2. Dosis atau kecepatannya benar, termasuk pengecekan
ganda mengenai penghitungan dan verifikasi pompa infuse
3. Rute pemberian benar
4. Frekuensi / interval benar
5. Diberikan kepada pasien yang benar

( SKP III ) Panduan Obat High Alert 6


6. Informasi benar
7. Dokumentasi benar
 Ketika petugas kedua telah selesai melakukan pengecekan ganda
dan kedua petugas puas bahwa obat telah sesuai, lakukanlah pen-
catatan pada rekam medis / catatan pemberian pasien.
 Petugas kedua harus menulis ‘ dicek oleh’ dan diisi dengan nama
pengecek.
 Pengecekan ganda akan dilakukan sebelum obat diberikan kepada
pasien.
 Pastikan infuse obat berada pada jalur / selang yang benar dan
lakukan pengecekan selang infuse mulai dari larutan / cairan infuse,
pompa, hingga tempat insersi selang.
 Pastikan pompa infuse terprogram dengan kecepatan pemberian yang
tepat, termasuk ketepatan data berat badan pasien.
2) Untuk pengecekan saat pergantian jaga perawat atau transfer pasien :
 Petugas kedua akan memastikan hal-hal berikut ini :
o Obat yang diberikan harus memenuhi kelima persyaratan.
o Perawat berikutnya akan membaca label dengan lantang kepada
perawat sebelumnya untuk memverifikasi kelima persyaratan
( seperti yang telah disebutkan diatas ).
 Saat pengecekan telah selesai dan kedua perawat yakin bahwa obat
telah sesuai, lakukanlah pencatatan pada bagian ‘ pengecekan oleh
perawat ‘ di rekam medis pasien.

3. Sesaat sebelum memberikan obat, perawat mengecek nama pasien, memberi-


tahukan kepada pasien mengenai nama obat yang diberikan, dosis, dan tujuannya
( pasien dapat juga berperan sebagai pengecek, jika memungkinkan ).
4. Semua pemberian high alert medications intravena dan bersifat kontinu harus
diberikan melalui pompa infuse IV. Pengecualian dapat diberikan pada pasien di
Ruang Rawat Intensif Neonatus ( Neonates Intensive Care Unit – NICU ), atau
pada pasien risiko tinggi mengalami kelebihan cairan ( volume over-load). Setiap
selang infuse harus diberi label dengan nama obat yang diberikan diujung distal
selang dan pada pintu masuk pompa ( untuk mempermudah verifikasi dan memini-
malkan kesalahan).

( SKP III ) Panduan Obat High Alert 7


5. Pada situasi emergensi, di mana pelabelan dan prosedur pengecekan ganda da-
pat menghambat / menunda penatalaksanaan dan berdampak negative terhadap
pasien, perawat atau dokter pertama – tama harus menentukan dan memastikan
bahwa kondisi klinis pasien benar-benar bersifat emergensi dan per;u ditatalak-
sana segera sedemikian rupa sehingga pengecekan ganda dapat ditunda. Petugas
yang memberikan obat harus menyebutkan dengan lantang semua terapi obat
yang diberikan sebelum memberikannya kepada pasien.
6. Obat yang tidak digunakan dikembalikan kepada depo farmasi, dan dilakukan pen-
injauan ulang oleh ahli farmasi atau apoteker apakah terjadi kesalahan obat yang
belum diberikan.
7. Dosis ekstra yang digunakan ditinjau ulang oleh apoteker untuk mengetahui in-
dikasi penggunaan dosis ekstra.

D. CONTOH KETENTUAN PENANGANAN HIGH ALERT MEDICATIONS


Konsentrat elektrolit ( KCL, NaCl 3%, MgSo4, dan Na Bicarbonat ) : dijelaskan
pada ketentuan khusus untuk obat-obat High Concentrate.

E. PEMBERIAN HIGH ALERT MEDICATIONS PADA PEDIATRIK DAN NEONATUS


1. Prosedur pemberian obat :
a. Lakukan pengecekan ganda oleh 2 orang petugas kesehatan yang berkuali-
tas ( perawat, dokter, ahli farmasi )
b. Berikut adalah konsentrasi standar obat-obatan untuk penggunaan secara
kontinu infuse intravena untuk semua pasien pediatric yang dirawat, PICU,
dan NICU. Berikan label ‘ konsentrasi…….’ Untuk spuit atau botol infuse den-
gan konsentasi modifikasi.
Tabel Konsentrasi Standar Obat-obatan untuk Padiatric, PICU, NICU

Obat Konsentrasi 1 Konsentrasi 2 Konsentrasi 3


KCL 0,1 mEq/ml 0,2 mEq/ml
(10 mEq/100ml) (20 mEq/100ml),
Hanya untuk
infuse vena
sentral

( SKP III ) Panduan Obat High Alert 8


c. Hanya staf yang berpengalaman dan kompeten yang diperbolehkan mem-
berikan obat.
d. Simpan dan instruksikan hanya 1 ( satu ) konsentrasi
e. Harus memberikan instruksi dalam satuan milligram, tidak boleh menggu-
nakan satuan milliliter.
f. Jangan menginstruksikan penggunaan obat-obatan ini sebagai rutinitas / jika
perlu. Jika diperlukan pemberian obat secara pro re nata ( jika perlu ), ten-
tukan dosis maksimal yang masih di perbolehkan ( misalnya : dosis maksimal
500 mg perhari )

F. PEDOMAN KHUSUS PENGELOLAAN OBAT KONSENTRASI PEKAT ( HIGH CON-


CENTRATE )
1. KETENTUAN UMUM
1) Penyimpanan :
a. Elektrolit pekat dibatasi di ruang dengan kriteria ‘ critical ill’ yakni :
- ICU
- PICU / NICU
- IGD
- Depo Farmasi
- Kebidanan
b. Ruang perawatan yang boleh menyimpan elektrolit pekat harus memas-
tikan bahwa elektrolit pekat disimpan di lokasi dengan akses terbatas
bagi petugas yang di beri wewenang. Obat diberi penandaan yang jelas
berupa label “ High Alert” warna merah dan “Elektrolit pekat, harus di-
encerkan sebelum diberikan” ( Untuk KCL)
c. Pisahkan obat elektrolit pekat dari obat lain
d. Lakukan penandaan pada penyimpanannya seperti memberikan selotip
merah pada sekeliling tempat penyimpanan.
2) Peresepan :
a. Instruksi lisan hanya diperbolehkan dalam keadaan emergensi dan ss-
esegera mungkin dibuat dokumen tertulis yang dilengkapi legalisasi dok-
ter yang meresepkan lisan
b. Dokter memeriksa kelengkapan dan ketepatan resep : pasien, nomor
rekam medik, indikasi, ketepatan obat, dosis dan rute pemberian.

( SKP III ) Panduan Obat High Alert 9


3) Penyiapan :
a. Apoteker / Tenaga Teknis Kefarmasian ( TTK ) melakukan verifikasi re-
sep obat elektrolit pekat.
b. Jika apoteker tidak ada di tempat, maka penanganan obat elektrolit pekat
dapat didelegasikan pada TTK yang sudah mendapat pelatihan menge-
nai obat elektrolit pekat.
c. Lakukan pemeriksaan kedua oleh petugas farmasi yang berbeda se-
belum obat diserahkan kepada dokter, perawat atau keluarga pasien dis-
ertai informasi yang memadai.
4) Pemberian :
a. Sebelum perawat memberikan obat elektrolit pekat kepada pasien maka
perawat lain harus melakukan pemeriksaan kembali secara independen :
- Identitas pasien
- Kesesuaian antara obat dengan rekam medik / instruksi dokter
- Ketetapan perhitungan dosis obat
b. Obat elektrolit pekat infuse harus dipastikan :
- Ketepatan kecepatan pompa infuse
- Jika obat lebih dari satu, tempelkan label nama obat pada syringe
pump dan di setiap ujung jalur selang
c. Setiap kali pasien pindah ruang rawat, perawat pengantar mejelaskan
kepada perawat penerima pasien bahwa pasien mendapatkan obat elek-
trolit pekat.

( SKP III ) Panduan Obat High Alert 10


2. KETENTUAN KHUSUS
1) Magnesium Sulfat Injeksi
a. Rekonstitusi
Diluen yang dapat digunakan untuk melakukan proses rekonstitusi
magnesium sulfat yaitu D5W ( 5% Dextrose in Water ) dan NS ( Normal
Saline ).
Preparasi pengenceran standar dilakukan sesuai perbandingan sebagai
berikut :
Jumlah Obat Volum Infus Durasi Infus
1 gram 50 ml 30 menit
2 gram 100 ml 60 menit
3 gram 100 ml 2 jam
4 gram 250 ml 3 jam

Magnesium sulfat memiliki inkompatibilitas terhadap :


 Alkohol ( dosis tinggi )
 Alkali karbonat dan bikarbonat
 Alkali hidroksida
 Arsenat
 Barium
 Clindamycin fosfat
 Kalsium
 Logam berat
 Natrium suksinat hidrokotison
 Posfat
 Polymixin B sulfat
 Prokain hidroklorida
 Salisilat
 Stronsium
 Tartat
Magnesium dapat menurunkan aktivitas antibiotic dari Streptomycin,
Tetrasiklin, dan Tobramycin pada penggunaan bersamaan.
b. Prosedur Pemberian

( SKP III ) Panduan Obat High Alert 11


1) Digunakan untuk pencegahan dan pengendalian terhadap seizure
pada toxemia pregnancy, nefritis akut, dan kondisi lainnya.
2) Rute pemberian secara intravena atau intramuscular.
3) Unutk injeksi intravena, sabaiknya menggunakan konsentrasi di
bawah 20%, laju injeksi tidak melebihi 1,5 ml dari larutan atau
ekuivalen 10 % per menit. Untuk injeksi intramuscular, konsentrasi
25 atau 50% sesuai bagi dewasa sedangkan pengenceran 20%
diperlukan bagi bayi dan anak.
4) Administrasi larutan konsentrat dilakukan menggunakan infusion
pumps. Alat-alat infuse lainya memerlukan perhatian khusus,
seperti penghitungan laju infuse.
5) Larutan intravena diencerkan sampai 200 mg/ml
6) Laju infuse tidak lebih dari 150 mg/menit kecuali pada severe
eclampsia.

c. Labeling
Label tambahan yang perlu diberikan pada kemasan magnesium
sulfat :
 High Alert Drug
 Encerkan sebelum penggunaan ( Dilute Before Use )
Label ditulis menggunakan warna mencolok misalnya merah.
Sering terjadi kesalahan dalam membedakan antara MS/MSO4 untuk
morfin sulfat, dengan MgSO4 untuk magnesium sulfat sehingga
terdapat larangan penyingkatan morfin maupun magnesium.

d. Penyimpanan
Injeksi magnesium sulfat disimpan pada suhu ruang dan terlindung dari
suhu >40°C dan terhindar dari proses pembekuan. Proses refrigerasi
ampuls dapat mencegah presipitasi dan kristalisasi. Penyimpanan high
alert drug seperti magnesium sulfat dipastikan berada pada tempat
yang tidak mudah untuk dijangkau dengan disertai informasi aturan
penggunaan dan pengadministrasian. Pada konsentrasi 40 g/L dalam
5% dekstrosa dalam air, magnesium sulfat stabil selama 60 hari pada
suhu 0°C.

( SKP III ) Panduan Obat High Alert 12


e. Monitoring ( Pemantauan )
1) Penggunaan konsentrat elektrolit memerlukan perhatian khusus,
termasuk persyaratan permintaan yang terbatas dan perlunya
penyimpanan serta dokumentasi yang jelas.
2) Membutuhkan protocol khusus dalam penggunaan magnesium
sulfat.
3) Check dan re-check dilakukan khususnya pada perhitungan dosis
dengan memperhatikan dosis maksimum sehari.
4) Perlu pengawasan khusus oleh petugas medis, terutama pada 1
jam pertama pemberian magnesium sulfat.

2 . NACL 3% INFUS
a. PENYIAPAN DAN STABILITAS
1) Larutan hipertonis NaCl 3% dapat langsung digunakan
2) Penambahan obat atau zat lain ke dalam larutan tidak direkomen-
dasikan
3) Stabil pada suhu ruangan
4) Paparan terhadap panas sebaiknya dihindari,namun NaCl 3% tidak
akan rusak sampai paparan panas pada suhu 40°C
5) Hindari penyimpanan di freezer
6) Bila larutan tidak jernih,larutan tidak boleh digunakan

b. ADMINISTRASI & RUTE PEMBERIAN


1) IV intermiten: laju maksimum 100 mL/jam
2) IV infus kontinu : laju maksimum 100 mL/jam
3) Untuk infus intermittent :
Administrasikan 3% atau 5% NaCl melalui vena besar dan hindari
terjadinya infiltrasi. Setelah 100 mL pertama pemberian , konsetrasi
NaCl, dan bikarbonat harus direevaluasi untuk menentukan jumlah
yang harus diadministrasikan pada pemberian berikutnya.
4) Laju pemberian: Tidak melebihi 100mL/jam atau 1 meq/kg/jam
5) Kompatibilitas : Kompatibel dengan D5W,D10W, ringer dan ringer
laktat,kombinasi dekstrosa/ringer,kombinasi dekstrosa/ringer
laktat,kombinasi dekstrosa/NaCl 0.9%,1/6 M Na laktat.

( SKP III ) Panduan Obat High Alert 13


c. KONTRAINDIKASI
Larutan hipertoni s NaCl 3% tidak boleh digunakan pada pasien dengan
peningkatan,sedikit penurunan,atau kadar serum natrium yang
normal,pasien dengan retensi cairan atau hipernatremia
d. PERHATIAN
1) Pasien dengan gagal jantung kongestif ( CHF ),sirosis hati,gagal gin-
jal parah,obstruksi saluran kemih.
2) Pasien yang mengkonsumsi obat yang dapat menyebabkan retensi
natrium seperti glukokortikoid dan kortikotropin.
e. MONITORING
1) Pemantauan keseimbangan cairan ( intake & output,adanya tanda
edema) selama terapi
2) Pemantauan gejala hiponatremia ( sakit kepala,takikardia,lesu,mem-
brane mucus kering,mual ,muntah,keram otot ) atau hipernatremia
(edema,penambahan bobot badan,hipertensi,takikardia, demam,
kulit kemerahan ) selama terapi
3) Pemantauan kadar natrium,kalium,bikarbonat dan klorida serta kese-
imbangan asam basa untuk pasien dengan terapi NaCl jangka pan-
jang
4) Pemantauan osmolaritas serum

3. KALIUM KLORIDA (KCL) INJEKSI


a. Pelarutan dan Administrasi :
Harus dilarutkan dan dicampur dengan baik sebelum digunakan dan
pemberian dilakukan berdasarkan petunjuk dari produsen. Kalium
klorida dapat ditambahkan ke infus NaCl 0,9%, dicampur hingga
homogen dan diberikan perlahan selama 2 sampai 3 jam.
Konsentrasi untuk larutan infus ,kalium klorida 11,2% (112mg ,rata-
rata 1,5 mmol masing-masing K+ dan Cl- /mL) dalam 20 mL ampul.
Untuk infus intravena konsentrasi larutan tidak boleh melebihi 3,2 g/L
(43 mmol/L). Penyesuaian pH dapat dilakukan dengan penambahan
HCL. Ektravasasi sebaiknya dihindari. Terapi pengganti kalium awal
tidak boleh mencakup infus glukosa karena glukosa dapat
menyebabkan penurunan konsentrasi kalium dalam plasma.

( SKP III ) Panduan Obat High Alert 14


b. Cara Penyimpanan
Larutan sebaiknya disimpan pada suhu ruangan yang terkontrol dan
digunakan hanya jika berwarna bening
c. Monitoring :
Pengukuran kalium dalam plasma secara kontinu diperlukan untuk
menentukan apakah pemberian infus dibutuhkan serta untuk
menghindari terjadinya hiperkalemia yang biasanya terjadi pada
gangguan fungsi ginjal. Pemberian kalium klorida dilakukan
berdasarkan anjuran dari spesialis dan dilakukan monitoring EKG
pada kasus yang berat,serta diperlukan perhatian khusus pada
pasien dengan gangguan ginjal.
d. Labeling :
Informasi yang harus ada pada tiap kemasan dengan tinta yang
tahan air antara lain nama produk, nilai produk, nama dan alamat
produsen, negara asal, nomor batch, dan berat bersih.
e. Peringatan :
Hindari penggunaan rutin. Terapi ini juga beresiko tinggi untuk
menyebabkan hiperkalemia. Dapat menyebabkan toksisitas kardiak
pada infus cepat.
f. Informasi Tambahan:
KCL kompatibel secara fisik dengan ceftazidime. Penambahan KCl
pada larutan manitol 20 atau 25% larutan dapat menyebabkan
endapan manitol. KCl injeksi 80 mEg/L ditambahkan dengan
dekstrosa 5% dalam air dalam botol gelas menghasilkan endapan
yang mengandung silika dan alumina. Perlakuan yang baik
diperlukan ketika dilakukan penambahan KCl ke larutan infus, baik
dalam wadah fleksibel maupun dalam botol. Penambahan KCl pada
larutan infus tergantung posisi penggunaan, khususnya pada wadah
flesibel, hasil dalam penyatuan KCl dan bolus dari obat yang
diberikan ke pasien, dengan konsekuensi yang serius atau bahkan
fatal. Percobaan untuk mencampurkan KCl dalam wadah kontainer
dengan baik dengan cara menekan wadah dalam posisi tergantung
tidak berhasil. Direkomendasikan obat telah dicampurkan dengan
larutan dalam wadah fleksibel ketika dalam posisi injection arm pada

( SKP III ) Panduan Obat High Alert 15


wadah paling atas. Pada botol dan wadah fleksibel inversi dan
pengejolakan yang diulang dan berlanjut diperlukan untuk
mendapatkan campuran yang sempurna.

4). NATRIUM BICARBONAT INJEKSI


Kategori Resiko Kehamilan : C
Nama Dagang : Meylon
a. Pemberian

Preparasi
o Mengukur level elektrolit

Pelarutan dan kompaktibilitas

o Untuk infus I.V. larutkan dengan dilute WFI steril, larutan saline nor-
mal, D5W atau pelarut I.V. lainnya dengan konsentrasi yang sesuai,
tergantung kondisi pasien dan peralatan.
o Menggunakan larutan hanya jika bening
o Jangan dicampurkan dengan obat lain

Perhatian infusi
o Pemberian melalui infus I.V. perlahan pada laju yang telah ditetap-
kan, dengan dikontrol menggunakan alat khusus.
- Pada anak-anak, jangan diberikan lebih dari 8 mEq/kg/hari.
- Hindari infusi langsung, yang bisa menyebabkan tetanus; pada
anak-anak hal itu dapat menurunkan tekanan cairan serebrospinal
dan dapat menyebabkan hemoragi intrakranial.
- Jangan diberikan bersamaan ketika pasien dalam penggunaan kal-
sium atau katekolamin (seperti norepineprin, dobutamin, atau
dopamin). Jika pasien sedang dalam penggunaan obat- obat terse-
but, flush I.V. line dengan cermat setelah pemberian tiap dosis obat
tersebut untuk mencegah kontak antara obat-obat tersebut dengan
natrium.

( SKP III ) Panduan Obat High Alert 16


Monitoring
- Monitor level elektrolit dan hasil gas darah.
- Siaga pada tanda dan gejala ketidakseimbangan elektrolit dan alka-
losis metabolik.
o Monitor cairan intake dan output. Assess untuk kelebihan cairan.
o Perhatikan terjadinya inflamasi pada wilayah I.V.
Nilai normal
Pengukuran
(arteri)
pH (rentang) 7.4 (7.36-7.44)
pO2(mmHg) (turun sesuai usia) 80-100
pCO2(mmHg) 36-44
SaO2(turun sesuai usia) >95
HCO3 (mEq/L) 22-26
BE -2 s.d +2

b. Penyimpanan
Simpan pada suhu 15-30°C (59-86°F); batas yang diperbolehkan
sampai 40°C (104°F). Jangan disimpan di freezer.

c. Toksisitas dan overdosis


o Pemberian yang berlebihan dan terlalu cepat bisa menye-
babkan alkalosis dengan hiperiritabilitas atau tetanus.
o Dalam alkalosis, infus yang tidak dilanjutkan dan menyediakan
perawatan menurut derajat alkalosis, seperti pemberian I.V. ter-
hadap larutan saline untuk injeksi. Penggunaannya saat
dipesan dan dibutuhkan, berikan KCl untuk hipokalemia, Kal-
sium glukonat untuk hiperiritabilitas atau tetanus, dan agen
pengasam (seperti ammonium klorida) untuk alkalosis berat.

d. Prinsip terapi biknat


o Tidak memberikan secara cepat melalui intravena kecuali ka-
sus cardio pulmonary resuscitation (CPR).
o Diberikan sampai pH 7,25
o Konsentrasi bikarbonat dalam serum harus mencapai 15mEq/L
jika pasien tidak dapat mencapai pCO2< 35 mmHg.
( SKP III ) Panduan Obat High Alert 17
o Diberikan secara perlahan- perlahan yaitu ½ dari total defisit
pada 1jam pertama jika pH kurang dari 7,15 dan selanjutnya
diberi 2-3 jam berikutnya. Hal ini karena asam laktat sebagai
produksi dari koreksi akan metabolisme menjadi bikarbonat
setelah direhidrasi dan diberi oksigen serta glukosa.
o Dilakukan pemeriksaan analisa gas darah secara serial. Pen-
gobatan yang paling baik untuk asidosis adalah mengoreksi
keadaan yang menyebabkan kelainan, seringkali pengobatan
ini menjadi sulit terutama pada penyakit kronis yang menye-
babkan gangguan fungsi paru atau gagal ginjal. Untuk mene-
tralkan kelebihan asam sejumlah besar natrium bikarbonat da-
pat diserap melalui mulut. Natrium bikarbonat diabsorbsi dari
traktus gastroinstestinal kedalam darah dan meningkatkan
bagian bikarbonat pada sistem penyangga bikarbonat sehingga
meningkatkan pH menuju normal. Natrium bikarbonat dapat
juga diberikan secara intravena. Untuk pengobatan asidosis
respiratorik dapat diberikan O2 dan juga obat-obatan yang
bersifat bronkodilator.

( SKP III ) Panduan Obat High Alert 18


BAB IV
DOKUMENTASI

A. Pelaporan Insiden / Kejadian Obat-Obatan High alert Yang Tidak berlabel


1. Setiap petugas yang menemukan adanya obat High Alert yang tidak berlabel harus
segera melapor kepada Instalasi Farmasi / Depo Farmasi. Kemudian petugas far-
masi menempelkan sticker High Alert.
2. Petugas harus memberikan laporan kepada atasan kangsung mengenai obat High
Alert yang tidak berlabel untuk dilaporkan ke PMKP sebagai bahan evaluasi.
3. Contoh kesalahan yang dapat terjadi adalah :
a) Menemukan obat High Alert tidak berlabel
b) Menemukan obat Elektrolit Pekat berada di ruang tindakan.
c) Kesalahan tulisan dokter tidak terbaca
d) Kesalahan pengambilan obat LASA / NORUM
e) Kesalahan memberikan obat kepada pasien dengan nama sama.
1. Kesalahan juga termasuk insiden yang terjadi akibat adanya kesalahan pemberian obat
dengan atau tanpa menimbulkan bahaya, dan juga insiden yang hampir terjadi dimana
kesalahan terdeteksi sebelum obat diminum oleh pasien.
2. Beberapa penyebab umum terjadinya kesalahan pemberian obat :
a) Kesalahan pada resep tidak terbaca.
1. Salah memberikan etiket obat.
2. Kesalahan mengambil LASA /NORUM.
3. Kesalahan mengisi obat karena salah nama atau Nomor Rekam Medis.
4. Penulisan aturan pemakaian dari dokter tidak terbaca.
5. Pemberian obat oleh perawat baru atau peserta didik yang tidak diorientasi.
b) Kesulitan Komunikasi
1. Hambatan akibat tidak ditulis alamat atau alamat pasien tidak jelas.
2. Kegagalan untuk pemeriksaan kembali obat sebelum diserahkan kepada
pasien.
3. Kurangnya pelayan informasi obat kepada pasien.
4. Jika terjadi insiden akibat kesalahan pemberian obat, dilakukan hal berikut ini :
a. Pastikan keamanan dan keselamatan pasien.
b. Pastikan bahwa tindakan pencegahan cedera telah dilakukan.

( SKP III ) Panduan Obat High Alert 19


c. Jika suatu prosedur telah dilakukan pada pasien yang salah atau di-
lakukan di tempat yang salah, para pegawai harus memastikanbahwa
langkah-langkah yang penting telah diambil untuk melakukan prosedur
yang tepat pada pasien yang tepat.

B. Revisi dan Audit


1. Kebijakan ini akan dikaji dalm waktu 2 tahun
2. Rancana audit akan disusun dengan berkoordinasi dengan panitia Peningkatan
Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP), dan dilaksanakan dalam waktu 6 bulan
setelah implementasi kebijakan. Audit klinis ini meliputi :
a. Jumlah persentase obat-obatan High Alert yang telah diberi label.
b. Pastikan Elerktrolit pekat tidak boleh berada di unit pelayanan pasien.
c. Alasan mengapa obat High Alert tidak diberi label.
d. Insiden yang terjadi dan berhubungan deng obat-obatan High Alert.
3. Setiap pelaporan insiden yang berhubungan dengan penanganan obat obatan
yang perlu diwaspadai akan dipantau dan ditindaklanjuti saat dilakukan revisi kebi-
jakan.

( SKP III ) Panduan Obat High Alert 20


BAB V
PENUTUP

Demikian Buku Pedoman Pengelolaan Obat-Obatan dengan Pengawasan Tinggi ( High Alert
Medications ) dibuat sejalan dengan semakin meningkatnya tuntuan masyarakat terhadap
pelayanan di rumah sakit, maka pelaksanaan kegiatan Pengelolaan Obat-Obatan Dengan
Pengawasan Tinggi (High Alert Medications) dirumah sakit sangatlah penting. Melalui
pedoman High Alert Medications ini diharapkan terjadi penurunan resiko cedera bermakna
pada pasien jika obat yang digunakan secara salah sehingga dapat lebih meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap Rumah Sakit dr. Soepraoen. Pedoman High Alert
Medications merupakan motivasi yang cukup tinggi, untuk bersedia melaksanakan High Alert
Medications secara benar,berkesinambungan dan berkelanjutan.

Ditetapkan : Di Malang
Pada Tanggal : Juli 2022

Kepala Rumah Sakit TK. II dr. Soepraoen,

dr. Muh Hafid Akbar, Sp.JP(K), FIHA


Kolonel Ckm NRP.32555

( SKP III ) Panduan Obat High Alert 21

Anda mungkin juga menyukai