Anda di halaman 1dari 25

PANDUAN PENGELOLAAN OBAT HIGH

ALERT MEDICATIONS RSUS


HARAPAN SEHAT

Rumah Sakit Umum Swasta Harapan Sehat – Meulaboh


Jl. Sisingamangaraja , Desa Gampa Meulaboh
Aceh Barat 23615 Tel/Fax : 06557551735 - 085260859947
Email : rsusharapansehat@gmail.com

KABUPATEN ACEH BARAT


PROVINSI ACEH
TAHUN 2023
BAB I
DEFINISI

High alert medications atau obat-obatan yang perlu diwaspadai adalah obat-obatan yang sering
menyebabkan terjadinya kesalahan/kesalahan serius (sentinel event) dan obat yang beresiko tinggi
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome). Seperti obat-obat LASA (Look Alike Sound
Alike)/ NORUM (Nama Obat Rupa Ucapan Mirip), obat dengan konsentrasi tinggi (High Concentrate), obat
dengan indeks terapi sempit, obat sitotoksik.

TUJUAN

1. Menyediakan panduan untuk rumah sakit/ fasilitas kesehatan lainnya mengenai kebijakan manajemen dan
pemberian obat-obatan yang tergolong dalam kategori high alert medications (obat-obatan dengan
pengawasan)Meningkatkan kewaspadaan akan high alert medications sehingga meningkatkan keselamatan
pasien.
2. Memberikan pelayanan kesehatan dengan kualitas tinggi dan meminimalisasi terjadinya kesalahan-
kesalahan medis dan menurunkan potensi risiko terhadap pasien.

2
BAB II
RUANG LINGKUP

A. KEBIJAKAN
1. High alert medications memiliki risiko yang lebih tinggi dalam menyebabkan komplikasi, efek
samping, atau bahaya. Hal ini dapat dikarenakan adanya rentang dosis terapeutik dan keamanan yang
sempit atau karena insiden yang tinggi akan terjadinya kesalahan.
Metode untuk meminimalisasi kesalahan ini meliputi beberapa strategi seperti:
a. Menyediakan akses informasi mengenai high alert medications
b. Membatasi akses terhadap high alert medications
c. Menggunakan label dan tanda ‘peringatan’ untuk high alert medications
1) Untuk obat High Alert tandai pada tempat penyimpanannya dengan stiker berwarna merah
dengan tulisan HIGH ALERT
2) Untuk obat LASA/NORUM tandai pada tempat penyimpanannya dengan stiker berwarna
HIJAU dengan tulisan LASA
d. Penyimpanan terpisah dari obat-obatan lain, untuk obat dengan kategori LASA/NORUM harus
diatur untuk memisahkan obat-obatan tersebut dengan diberi jarak/diseling dengan obat lain.
e. Obat High Concentrate, narkotika dipisahkan di simpan di lemari terkunci. Untuk wadah dan area
penyimpanan diberi tanda warna merah yang jelas yang dapat membedakan dengan obat lain.
f. Melakukan prosedur pengecekan ganda¸ untuk obat-obat high concentrate.
2. Obat-obatan jenis baru dan informasi keselamatan tambahan lainnya akan ditinjau ulang dalam audit
dan revisi high alert medications oleh petugas farmasi yang ditunjuk
3. Obat-obat yang termasuk dalam kategori high alert medications:
Tabel Obat-obatan dalam Kategori High Alert Medications
Kategori / Kelas Obat-obatan Contoh Jenis obat
Agonis adnergik IV Epinefrin
Antagonis adrenergic IV Propanolol
Agen anestesi (umum, inhalasi, dan Propofol, ketamin
IV)
Anti-trombotik, termasuk:
a. Antikoagulan  Heparin IV, Inviclot inj

Trombolitik  CILOSTAZOL
b.
 CLOPIDOGREL
 PENTOXIFYLLINE
 FONDAPARINUX
Insulin Insulin Regular

3
Opioid / narkose:
a. IV  Petidin, Morphine inj, Fentanyl inj
Agen blok neuromuskular Rokuronium, atrakurium
Konsentrat KCl untuk injeksi
Injeksi Magnesium Sulfat (MgSO4)

4. Daftar obat kategori High Alert yang tersedia di RS TK.IV IM 07.02 MEULABOH dapat dilihat pada
Lampiran :
a. Daftar nama obat di Instalasi Farmasi
b. Daftar obat High Alert.
c. Daftar obat LASA (Look Alike Sound Alike) atau NORUM (Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip)

B. PRINSIP
1. Kurangi atau eliminasi kemungkinan terjadinya kesalahan
a. Mengurangi jumlah high alert medications yang disimpan di suatu unit.
b. Mengurangi konsentrasi dan volume obat yang tersedia.
c. Hindarkan penggunaan high alert medications sebisa mungkin.
2. Lakukan pengecekan ganda
3. Minimalisasi konsekuensi kesalahan
a. Pisahkan obat-obat dengan nama atau label yang mirip.
b. Minimalisasi instruksi verbal dan hindarkan penggunaan singkatan.
c. Batasi akses terhadap high alert medications.
d. Gunakan tabel dosis standar (daripada menggunakan dosis perhitungan berdasarkan berat badan/
fungsi ginjal, di mana rentan terjadi kesalahan).

4
BAB III
TATA LAKSANA

Lakukan tatalaksana dengan aman dan hati-hati selama memberikan instruksi, mempersiapkan,
memberikan obat, dan menyimpan high alert medications.

A. PERESEPAN
1. Jangan berikan instruksi hanya secara verbal mengenai high alert medications
2. Instruksi ini harus mencakup minimal:
a. Nama pasien dan nomor rekam medis.
b. Tanggal dan waktu instruksi dibuat.
c. Nama obat (generik), dosis, jalur pemberian, dan tanggal pemberian setiap obat.
d. Kecepatan dan atau durasi pemberian obat.
3. Dokter harus mempunyai diagnosis, kondisi, dan indikasi penggunaan setiap high alert medications
secara tertulis Jika memungkinkan, peresepan high alert medications haruslah terstandarisasi dengan
menggunakan instruksi tertulis/tercetak.

B. PENYIMPANAN DAN PERSIAPAN


1. Elektrolit pekat hanya boleh disimpan di : ICU dan Farmasi..
2. Penyimpanan obat High Alert selain Elektrolit Pekat disimpan di :
a. Farmasi
b. ICU
c. IGD
d. OK

3. Semua tempat penyimpanan harus diberikan label yang jelas dan dipisahkan dengan obat-obatan rutin
lainnya. Jika high alert medications harus disimpan di area perawatan pasien, kuncilah tempat
penyimpanan dengan diberikan label ‘Peringatan: high alert medications’ pada tutup luar tempat
penyimpanan.
4. Jika menggunakan dispensing cabinet untuk menyimpan high alert medications, berikanlah pesan
pengingat di tutup cabinet agar pengasuh/ perawat pasien menjadi waspada, dan berhati-hati dengan high
alert medications. Setiap kotak/ tempat yang berisi high alert medications harus diberi label.
5. Infus intravena high alert medications harus diberikan label yang jelas dengan menggunakan huruf /
tulisan yang berbeda dengan sekitarnya.

5
C. PEMBERIAN OBAT
1. Perawat harus selalu melakukan pengecekan ganda (double-check) terhadap semua high alert
medications sebelum diberikan kepada pasien.
2. Pengecekan ganda terhadap high alert medications
a. Tujuan: identifikasi obat-obatan yang memerlukan verifikasi atau pengecekan ganda oleh
petugas kesehatan lainnya (sebagai orang kedua) sebelum memberikan obat dengan tujuan
meningkatkan keselamatan dan akurasi.
b. Kebijakan:
1) Pengecekan ganda diperlukan sebelum memberikan high alert medications tertentu/ spesifik
dan disaat pelaporan pergantian jaga atau saat melakukan transfer pasien.
2) Pengecekan ganda ini akan dicatat pada rekam medis pasien atau pada catatan pemberian
medikasi pasien.
3) Pengecekan pertama harus dilakukan oleh petugas yang berwenang untuk
menginstruksikan, meresepkan, atau memberikan obat-obatan, antara lain: perawat, ahli
farmasi, dan dokter.
4) Pengecekan kedua akan dilakukan oleh petugas yang berwenang, teknisi, atau perawat
lainnya. (petugas tidak boleh sama dengan pengecek pertama)
5) Kebutuhan minimal untuk melakukan pengecekan ganda/ verifikasi oleh orang kedua
dilakukan pada kondisi-kondisi seperti berikut:
 Setiap akan memberikan injeksi obat
 Untuk infus:
 Saat terapi inisial
 Saat terdapat perubahan konsentrasi obat
 Saat pemberian bolus
 Saat pergantian jaga petugas, perawat atau transfer pasien
 Setiap terjadi perubahan dosis obat
6) Pengecekan tambahan dapat dilakukan sesuai dengan instruksi dari dokter.
c. Berikut adalah high alert medications yang memerlukan pengecekan ganda:
High alert medications yang Memerlukan Pengecekan Ganda
untuk Semua Dosis Termasuk Bolus
Obat-obatan
Heparin
Insulin
Infus Magnesium sulfat pada pasien obstetric

6
Infus kateter saraf epidural dan perifer
* obat-obatan yang sebaiknya tidak diberikan sebagai bolus dari kantong infus / vial

7
Obat-obatan yang Memerlukan Pengecekan Ganda jika Terdapat Perubahan
Kantong Infus

Obat-obatan
Infus benzodiazepine
Infus opioid
Infus epidural
Infus kateter saraf perifer

Obat-obatan yang Memerlukan Pengecekan Ganda jika Terdapat Perubahan Dosis / Kecepatan
Pemberian

Obat-obatan
Epoprostenol
Treprostinil
Infus bensodiazepin
Infus opioid, epidural
Heparin

d. Prosedur:
1) Untuk dosis inisial atau inisiasi infus baru
 Petugas kesehatan mempersiapkan obat dan hal-hal di bawah ini untuk menjalani
pengecekan ganda oleh petugas kedua:
o Rekam medis pasien, catatan pemberian medikasi pasien, atau resep/ instruksi tertulis
dokter.
o Obat yang hendak diberikan lengkap dengan labelnya.
 Petugas kedua akan memastikan hal-hal berikut ini:
o Obat telah disiapkan dan sesuai dengan instruksi.
o Perawat pasien harus memverifikasi bahwa obat yang hendak diberikan telah sesuai
dengan instruksi dokter.
o Obat memenuhi 7 Benar.
o Membaca label dengan suara lantang kepada perawat untuk memverifikasi prinsip 7
Benar ini:
 Obat benar.
 Dosis atau kecepatannya benar, termasuk pengecekan ganda mengenai penghitungan
dan verifikasi pompa infus.
 Rute pemberian benar.

8
 Frekuensi / interval benar.
 Diberikan kepada pasien yang benar.
 Informasi benar.
 Dokumentasi benar.
 Pada beberapa kasus, harus tersedia juga kemasan/ vial obat untuk memastikan bahwa obat
yang disiapkan adalah obat yang benar, misalnya: dosis insulin.
 Ketika petugas kedua telah selesai melakukan pengecekan ganda dan kedua petugas puas
bahwa obat telah sesuai, lakukanlah pencatatan pada rekam medis/ catatan pemberian
medikasi pasien.
 Petugas kedua harus menulis ‘dicek oleh:’ dan diisi dengan nama pengecek.
 Pengecekan ganda akan dilakukan sebelum obat diberikan kepada pasien.
 Pastikan infus obat berada pada jalur/ selang yang benar dan lakukan pengecekan selang
infus mulai dari larutan/ cairan infus, pompa, hingga tempat insersi selang.
 Pastikan pompa infus terprogram dengan kecepatan pemberian yang tepat, termasuk
ketepatan data berat badan pasien.

2) Untuk pengecekan saat pergantian jaga perawat atau transfer pasien:


 Petugas kedua akan memastikan hal-hal berikut ini:
o Obat yang diberikan harus memenuhi ketujuh persyaratan.
o Perawat berikutnya akan membaca label dengan lantang kepada perawat sebelumnya
untuk memverifikasi kelima persyaratan (seperti yang telah disebutkan di atas).
 Saat pengecekan telah selesai dan kedua perawat yakin bahwa obat telah sesuai, lakukanlah
pencatatan pada bagian ‘pengecekan oleh perawat’ di rekam medis pasien.
3. Sesaat sebelum memberikan obat, petugas farmasi yang ditunjuk mengecek nama pasien,
memberitahukan kepada pasien mengenai nama obat yang diberikan, dosis, dan tujuannya (pasien
dapat juga berperan sebagai pengecek, jika memungkinkan).
4. Semua pemberian high alert medications intravena dan bersifat kontinu harus diberikan melalui
pompa infus IV. Pengecualian dapat diberikan pada pasien di Ruang Rawat Intensif Neonatus
(Neonates Intensive Care Unit – NICU), atau pada pasien risiko tinggi mengalami kelebihan cairan
(volume over- load). Setiap selang infus harus diberi label dengan nama obat yang diberikan di ujung
distal selang dan pada pintu masuk pompa (untuk mempermudah verifikasi dan meminimalkan
kesalahan)
5. Pada situasi emergensi, di mana pelabelan dan prosedur pengecekan ganda dapat menghambat/
menunda penatalaksanaan dan berdampak negatif terhadap pasien, perawat atau dokter pertama-tama

9
harus menentukan dan memastikan bahwa kondisi klinis pasien benar-benar bersifat emergensi dan

1
0
perlu ditatalaksana segera sedemikian rupa sehingga pengecekan ganda dapat ditunda. Petugas yang
memberikan obat harus menyebutkan dengan lantang semua terapi obat yang diberikan sebelum
memberikannya kepada pasien.
6. Obat yang tidak digunakan dikembalikan kepada depo farmasi, dan dilakukan peninjauan ulang oleh
ahli farmasi atau apoteker apakah terjadi kesalahan obat yang belum diberikan.
7. Dosis ekstra yang digunakan ditinjau ulang oleh apoteker untuk mengetahui indikasi penggunaan
dosis ekstra.

D. CONTOH KETENTUAN PENANGANAN HIGH ALERT MEDICATIONS


1. Agonis Adrenergik IV (epinefrin, fenilefrin, norepinefrin)
a. Instruksi medikasi harus meliputi ‘kecepatan awal’.
b. Saat titrasi obat, haruslah meliputi parameternya
c. Konsentrasi standar untuk infus kontinu:
1) Epinefrin: 4 mg/250ml
2) Norepinefrin: 8 mg/250ml
d. Pada kondisi klinis dimana diperlukan konsentrasi infus yang tidak sesuai standar, spuit atau botol
infus harus diberi label ‘konsentrasi yang digunakan adalah ….’
e. Gunakan monitor kardiovaskular pada semua pasien dengan pemasangan vena sentral
2. Infus kontinu Heparin
a. Protokol standar indikasi adalah untuk thrombosis vena dalam (Deep Vein Thrombosis – DVT),
sakit jantung, stroke, dan ultra-filtrasi.
b. Singkatan ‘u’ untuk ‘unit’ tidak diperbolehkan. Jangan menggunakan singkatan.
c. Standar konsentrasi obat untuk infus kontinu:
1) heparin: 25.000 unit/500ml dekstrosa 5% (setara dengan 50 unit/ml)
2) lepirudin: 50 mg/250ml dan 100 mg/250ml
3) argatroban: 250 mg/250ml
d. Gunakan pompa infus
e. Lakukan pengecekan ganda
f. berikan stiker atau label pada vial heparin dan lakukan pengecekan ganda terhadap adanya
perubahan kecepatan pemberian.
g. Untuk pemberian bolus, berikan dengan spuit (daripada memodifikasi kecepatan infus)
h. Obat-obatan harus diawasi dan dipantau
i. Warfarin harus diinstruksikan secara harian berdasarkan pada nilai INR / PT harian.

1
1
3. Insulin IV
a. Singkatan ‘u’ untuk ‘unit’ tidak diperbolehkan. Jangan menggunakan singkatan.
b. Infus insulin: konsentrasi standar = 1 unit/ml, berikan label ‘high alert’ , ikuti protokol standar ICU
c. Vial insulin yang telah dibuka memiliki waktu kadaluarsa dalam 30 hari setelah dibuka.
d. Vial insulin disimpan pada tempat terpisah di dalam kulkas dan diberi label.
e. Pisahkan tempat penyimpanan insulin dan heparin (karena sering tertukar)
f. Jangan pernah menyiapkan insulin dengan dosis U100 di dalam spuit 1 cc, selalu gunakan spuit
insulin (khusus)
g. Lakukan pengecekan ganda
h. Perawat harus memberitahukan kepada pasien bahwa mereka akan diberikan suntikan insulin.
i. Distribusi dan penyimpanan vial insulin dengan beragam dosis:
1) Simpan dalam kulkas secara terpisah dan diberi label yang tepat
2) Semua vial insulin harus dibuang dalam waktu 30 hari setelah dibuka (injeksi jarum suntik).
Tanggal dibuka / digunakannya insulin untuk pertama kali harus dicatat pada vial.
4. Infus narkose / opiate, termasuk infus narkose epidural11
a. Opiate dan substansi lainnya harus disimpan dalam lemari penyimpanan yang terkunci de depo
farmasi dan di ruang perawatan pasien.
b. Bila memungkinkan, instruksi yang dicetak (print) sebaiknya tersedia dalam meresepkan obat.
c. Berikan label ‘high alert’: untuk infus kontinu dengan konsentrasi non-standar yang diberikan
/diantarkan ke unit rawat, jika dperlukan sewaktu-waktu.
d. Konsentrasi standar:
1) Morfin: 1 mg/ml
2) Fentanil (penggunaan ICU): 10 mcg/ml
e. Konsentrasi tinggi: (berikan label ‘konsentrasi tinggi’)
1) Morfin: 5 mg/ml
2) Hidromorfin: 1 mg/ml (lima kali lebih poten dibandingkan morfin)
3) Fentanil (penggunaan ICU): 50 mcg/ml
f. Instruksi penggunaan narkose harus mengikuti Kebijakan Titrasi.
g. Pastikan tersedia nalokson atau sejenisnya di semua area yang terdapat kemungkinan menggunakan
morfin
h. Tanyakan kepada semua pasien yang menerima opiate mengenai riwayat alergi.
i. Hanya gunakan nama generik.
j. Jalur pemberian epidural:
Berikan label pada ujung distal selang infus epidural dan selang

10
infus IV untuk membedakan.
k. Jika diperlukan perubahan dosis, hubungi dokter yang bertanggungjawab
l. Lakukan pengecekan ganda
5. Agen sedasi IV (propofol)
a. Setiap infus obat sedasi kontinu memiliki standar dosis, yaitu:
Propofol: 10 mg/ml
b. Lakukan monitor selama pemberian obat (oksimetri denyut, tanda vital, tersedia peralatan resusitasi)

6. Obat penghambat neuromuscular (Rokuronium, atrakurium,)


a. Harus disimpan di area khusus dan spesifik, seperti: kamar operasi, Ruang Rawat Intensif
(Pediatric Intensive Care Unit / Neonates Intensive Care Unit / Intensive Care Unit), IGD.
b. Berikan label yang terlihat jelas dan dapat dibedakan dengan obat-obatan lainnya.
c. Penyimpanan harus dipisahkan dari obat-obatan lainnya, misalnya dengan kotak berwarna,
penyekatan, dan sebagainya.
d. Untuk setiap container obat baru yang disediakan oleh farmasi (misalnya: vial, spuit, dan
sebagainya), pengecekan ganda harus dicatat oleh kedua petugas di rekam medis pasien.
e. Catatlah jika ada perubahan instruksi, termasuk perubahan kecepatan infus dan pengaturan pompa
infus.
f. Bila memungkinkan, instruksi yang dicetak (print) sebaiknya tersedia. Instruksi juga harus
menyatakan ‘Pasien harus terpasang ventilator’.
g. Harus dihentikan pemberiannya pada pasien yang diekstubasi dan tidak menggunakan ventilator lagi.

8. Konsentrat elektrolit (KCl, NaCl 3%, MgSo4, dan Na Bicarbonat,) : dijelaskan pada ketentuan khusus untuk
obat-obat High Concentrate

E. PEMBERIAN HIGH ALERT MEDICATIONS PADA PEDIATRIK DAN NEONATUS6


1. High alert medications pada neonatus dan pediatric serupa dengan obat-obatan pada dewasa, dan obat-
obatan di bawah ini: Insulin (semua jalur pemberian)
2. Prosedur pemberian obat:
a. Lakukan pengecekan ganda oleh 2 orang petugas kesehatan yang berkualitas (perawat, dokter, ahli
farmasi)
b. Berikut adalah konsentrasi standar obat-obatan untuk penggunaan secara kontinu infus intravena untuk
semua pasien pediatric yang dirawat, PICU, dan NICU. Berikan label ‘konsentrasi …….’ untuk spuit
atau botol infus dengan konsentrasi modifikasi.

11
Tabel Konsentrasi Standar Obat-obatan untuk Pediatric,PICU, NICU
Obat Konsentrasi 1 Konsentrasi 2 Konsentrasi 3
KCl 0,1 mEq/ml 0,2 mEq/ml
(10 mEq/100ml) (20 mEq/100ml),
anya untuk infus vena
sentral
Spesifik untuk pediatric / PICU
Epinefrin 16 mcg/ml 64 mcg/ml
(4 mg/250ml) (16 mg/250ml)
Norepinefrin 16 mcg/ml 32 mcg/ml 64 mcg/ml
(4 mg/250ml) (8 mg/250ml) (16 mg/250ml)
Insulin, regular 0,5 unit/ml 1 unit/ml
Spesifik untuk NICU
Epinefrin 20 mcg/ml 40 mcg/ml
Insulin, regular 0,1 unit/ml 0,5 unit/ml
Fentanil 4 mcg/ml 12,5 mcg/ml

c. Hanya staf yang berpengalaman dan kompeten yang diperbolehkan memberikan obat.
d. Simpan dan instruksikan hanya 1 (satu) konsentrasi.
e. Harus memberikan instruksi dalam satuan milligram, tidak boleh menggunakan satuan milliliter.
f. Jangan menginstruksikan penggunaan obat-obatan ini sebagai rutinitas / jika perlu. Jika diperlukan
pemberian obat secara pro re nata (jika perlu), tentukan dosis maksimal yang masih diperbolehkan
(misalnya: dosis maksimal 500 mg perhari).

F. PEDOMAN KHUSUS PENGELOLAAN OBAT KONSENTRASI PEKAT (HIGH CONCENRATE)

KETENTUAN UMUM
1. Penyimpanan:
a. Elektrolit pekat dibatasi di ruang dengan kriteria ‘critical ill’ yakni :

1) ICU
2) Farmasi
b. Ruang perawatan yang boleh menyimpan elektrolit pekat harus memastikan bahwa elektrolit pekat
disimpan di lokasi dengan akses terbatas bagi petugas yang diberi wewenang. Obat diberi penandaan
yang jelas berupa label “High Alert” warna merah dan “Elektrolit pekat, harus diencerkan sebelum
diberikan”
d. Pisahkan obat elektrolit pekat dari obat lain.
12
e. Lakukan penandaan pada penyimpanannya seperti memberikan selotip merah pada sekeliling tempat
penyimpanan.
2. Peresepan :
a. Instruksi lisan hanya diperbolehkan dalam keadaan emergensi dan sesegera mungkin dibuat dokumen
tertulis yang dilengkapi legalisasi dokter yang meresepkan lisan.
b. Dokter memeriksa kelengkapan dan ketepatan resep: pasien, no rekam medik, indikasi, ketepatan obat,
dosis dan rute pemberian.

3. Penyiapan :
a. Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) melakukan verifikasi resep obat elektrolit pekat.
b. Jika apoteker tidak ada di tempat, maka penanganan obat elektrolit pekat dapat didelegasikan pada TTK
yang sudah mendapat pelatihan mengenai obat elektrolit pekat.
c. Lakukan pemeriksaan kedua oleh petugas farmasi yang berbeda sebelum obat diserahkan kepada
dokter, perawat atau keluarga pasien disertai informasi yang memadai.

4. Pemberian :
a. Sebelum perawat memberikan obat elektrolit pekat kepada pasien maka perawat lain harus melakukan
pemeriksaaan kembali secara independen:
1) Identitas pasien.
2) Kesesuaian antara obat dengan rekam medik/instruksi dokter.
3) Ketepatan perhitungan dosis obat.
b. Obat elektrolit pekat infus harus dipastikan:
1) Ketepatan kecepatan pompa infus.
2) Jika obat lebih dari satu, tempelkan label nama obat pada syringe pump dan di setiap ujung jalur
selang.
c. Setiap kali pasien pindah ruang rawat, perawat pengantar menjelaskan kepada perawat penerima pasien
bahwa pasien mendapatkan obat elektrolit pekat.

KETENTUAN KHUSUS
1. MAGNESIUM SULFAT INJEKSI
a. Rekonstitusi
Diluen yang dapat digunakan untuk melakukan proses rekonstitusi magnesium sulfat yaitu D5W (5%
Dextrose in Water) dan NS (Normal Saline).
Preparasi pengenceran standar dilakukan sesuai perbandingan sebagai berikut:

Jumlah Obat Volum Infus Durasi Infus

13
1 gram 50 ml 30 menit
2 gram 100 ml 60 menit
3 gram 100 ml 2 jam
4 gram 250 ml 3 jam

Magnesium sulfat memiliki inkompatibilitas terhadap :


□ Alkohol (dosis tinggi) □ Salisilat
□ Alkali karbonat dan bikarbonat □ Stronsium
□ Alkali hidroksida □ Tartat
□ Arsenat
□ Barium
□ Clindamycin fosfat
□ Kalsium
□ Logam berat
□ Natrium suksinat hidrokortison
□ Posfat
□ Polymixin B sulfat
□ Prokain hidroklorida

Magnesium dapat menurunkan aktivitas antibiotik dari Streptomycin, Tetrasiklin, dan Tobramycin pada
penggunaan bersamaan.
b. Prosedur Pemberian
1) Digunakan untuk pencegahan dan pengendalian terhadap seizure pada toxemia pregnancy,
nefritis akut, dan kondisi lainnya.
2) Rute pemberian secara intravena atau intramuskular.
3) Untuk injeksi intravena, sebaiknya menggunakan konsentrasi di bawah 20%, laju injeksi tidak
melebihi 1,5 ml dari larutan atau ekuivalen 10% per menit. Untuk injeksi intramuskular,
konsentrasi 25 atau 50% sesuai bagi dewasa sedangkan pengenceran 20% diperlukan bagi
bayi dan anak.
4) Administrasi larutan konsentrat dilakukan menggunakan infusion pumps. Alat-alat infus lainnya
memerlukan perhatian khusus, seperti penghitungan laju infus.
5) Larutan intravena diencerkan sampai 200 mg/ml.

14
6) Laju infus tidak lebih dari 150mg/menit kecuali pada severe eclampsia.
c. Labelling
Label tambahan yang perlu diberikan pada kemasanmagnesium sulfat :
 High Alert Drug
 Encerkan sebelum penggunaan (Dilute Before Use)
Label ditulis menggunakan warna mencolok misalnya merah.

Sering terjadi kesalahan dalam membedakan antara MS/MSO4 untuk morfin sulfat, dengan
MgSO4 untuk magnesium sulfat sehingga terdapat larangan penyingkatan morfin maupun
magnesium.
d. Penyimpanan
Penyimpanan obat-obat kewaspadaan tinggi (High alert) di empat tempat tersebut di atas, harus
didalam tempat terpisah dari obat-obat lain, disimpan di tempat yang aman dan diberikan stiker
berwarna merah yang bertulisan high alert. Untuk High Alert LASA / NORUM obat tidak boleh
diletakkan berdekatan, Narkotika disimpan dilemari dengan double lock, kemudian untuk obat
High Alert High Concentrate disimpan dilemari dengan double ceck, suhu penyimpanan
disesuaikan dengan jenis obat yang disimpan.
Misal, Injeksi magnesium sulfat disimpan pada suhu ruang dan terlindung dari suhu > 30 oC dan
terhindar dari proses pembekuan. Proses refrigerasi ampuls dapat mencegah presipitasi dan
kristalisasi. Penyimpanan high alert drug seperti magnesium sulfat dipastikan berada pada tempat
yang tidak mudah untuk dijangkau dengan disertai informasi aturan penggunaan dan
pengadministrasian.
Pada konsentrasi 40 g/L dalam 5% dekstrosa dalam air, magnesium sulfat stabil selama 60 hari
pada suhu 0oC.
e. Monitoring (Pemantauan)
1) Penggunaan konsentrat elektrolit memerlukan perhatian khusus,
termasuk persyaratan permintaan yang terbatas dan perlunya
penyimpanan serta dokumentasi yang jelas.
2) Membutuhkan protokol khusus dalam penggunaan magnesium
sulfat.
3) Check dan re-check dilakukan khususnya pada penghitungan dosis
dengan memperhatikan dosis maksimum sehari.
4) Perlu pengawasan khusus oleh petugas medis, terutama pada 1 jam
pertama pemberian magnesium sulfat.

15
2. NACL 3% INFUS

a. PENYIAPAN DAN STABILITAS


1) Larutan hipertonis NaCl 3% dapat langsung digunakan.
2) Penambahan obat atau zat lain ke dalam larutan tidak
direkomendasikan.
3) Stabil pada suhu ruang.
4) Paparan terhadap panas sebaiknya dihindari, namun NaCl 3% tidak
akan rusak sampai paparan panas pada suhu 40°C.
5) Hindari penyimpanan di freezer.
6) Bila larutan tidak jernih, larutan tidak boleh digunakan.

b. ADMINISTRASI & RUTE PEMBERIAN:


1) IV intermiten : laju maksimum 100 mL/jam
2) IV infus kontinu : laju maksimum 100 mL/jam
3) Untuk infus intermittent:
Administrasikan 3% atau 5% NaCl melalui vena besar dan hindari terjadinya infiltrasi. Setelah
100 mL pertama pemberian, konsentrasi NaCl, dan bikarbonat harus direevaluasi untuk
menentukan jumlah yang harus diadministrasikan pada pemberian berikutnya.
4) Laju pemberian : Tidak melebihi 100 mL/jam atau 1 meq/kg/ jam
5) Kompatibilitas : Kompatibel dengan D5W, D10W, ringer dan ringer
laktat, kombinasi dekstrosa/ringer, kombinasi dekstrosa/ringer laktat, kombinasi dekstrosa/ NaCl
0.9%, 1/6 M Na laktat.
c. KONTRAINDIKASI
Larutan hipertonis NaCl 3 % tidak boleh digunakan pada pasien dengan peningkatan, sedikit
penurunan, atau kadar serum natrium yang normal, pasien dengan retensi cairan atau hipernatremia.

d. PERHATIAN
1) Pasien dengan gagal jantung kongestif (CHF), sirosis hati, gagal ginjal parah, obstruksi saluran
kemih.

2) Pasien yang mengkonsumsi obat yang dapat menyebabkan retensi natrium seperti glukokortikoid
dan kortikotropin.

e. MONITORING

16
1) Pemantauan keseimbangan cairan (intake & output, adanya tanda edema) selama terapi.
2) Pemantauan gejala hiponatremia (sakit kepala, takikardia, lesu, membrane mucus kering, mual,
muntah, keram otot) atau hipernatremia (edema, penambahan bobot badan, hipertensi,
takikardia, demam, kulit kemerahan) selama terapi.
3) Pemantauan kadar natrium, kalium, bikarbonat dan klorida serta keseimbangan asam basa untuk
pasien dengan terapi NaCl jangka panjang.
4) Pemantauan osmolaritas serum

3. KALIUM KLORIDA (KCl) INJEKSI


a. Pelarutan dan Administrasi :
Harus dilarutkan dan dicampur dengan baik sebelum digunakan dan pemberian dilakukan
berdasarkan petunjuk dari produsen. Kalium klorida dapat ditambahkan ke infus NaCl 0,9%,
dicampur hingga homogen dan diberikan perlahan selama 2 sampai 3 jam. Konsentrasi untuk
larutan infus, kalium klorida 11,2% (112mg, rata-rata 1,5 mmol masing-masing K + dan Cl- /mL)
dalam 20 mL ampul. Untuk infus intravena konsentrasi larutan tidak boleh melebihi 3,2 g/L (43
mmol/L). Penyesuaian pH dapat dilakukan dengan penambahan HCl. Ekstravasasi sebaiknya
dihindari. Terapi pengganti kalium awal tidak boleh mencakup infus glukosa karena glukosa dapat
menyebabkan penurunan konsentrasi kalium dalam plasma.

b. Cara Penyimpanan :
Larutan sebaiknya disimpan pada suhu ruangan yang terkontrol dan digunakan hanya jika berwarna
bening.

c. Monitoring :
Pengukuran kalium dalam plasma secara kontinu diperlukan untuk menentukan apakah pemberian
infus dibutuhkan serta untuk menghindari terjadinya hiperkalemia yang biasanya terjadi pada
gangguan fungsi ginjal. Pemberian kalium klorida dilakukan berdasarkan anjuran dari spesialis dan
dilakukan monitoring EKG pada kasus yang berat, serta diperlukan perhatian khusus pada pasien
dengan gangguan ginjal.

d. Labeling :
Informasi yang harus ada pada tiap kemasan dengan tinta yang tahan air antara lain nama produk,
nilai produk, nama dan alamat produsen, negara asal, nomor batch, dan berat bersih.
e. Peringatan :
Hindari penggunaan rutin. Terapi ini juga beresiko tinggi untuk menyebabkan hiperkalemia. Dapat

17
menyebabkan toksisitas kardiak pada infus cepat.

f. Informasi Tambahan :
KCl kompatibel secara fisik dengan ceftazidime. Penambahan KCl pada larutan manitol 20 atau
25% larutan dapat menyebabkan endapan manitol. KCl injeksi 80 mEq/L ditambahkan dengan
dekstrosa 5% dalam air dalam botol gelas menghasilkan endapan yang mengandung silika dan
alumina. Perlakuan yang baik diperlukan ketika dilakukan penambahan KCl ke larutan infus, baik
dalam wadah fleksibel maupun dalam botol. Penambahan KCl pada larutan infus tergantung posisi
penggunaan, khususnya pada wadah fleksibel, hasil dalam penyatuan KCl dan bolus dari obat yang
diberikan ke pasien, dengan konsekuensi yang serius atau bahkan fatal. Percobaan untuk
mencampurkan KCl dalam wadah kontainer dengan baik dengan cara menekan wadah dalam posisi
tergantung tidak berhasil. Direkomendasikan obat telah dicampurkan dengan larutan dalam wadah
fleksibel ketika dalam posisi injection arm pada wadah paling atas. Pada botol dan wadah fleksibel
inversi dan pergejolakan yang diulang dan berlanjut diperlukan untuk mendapatkan campuran yang
sempurna.

3. NATRIUM BIKARBONAT INJEKSI

Kategori Resiko Kehamilan : C


Nama Dagang : Meylon
a. Pemberian

Preparasi
o Mengukur level elektrolit.

Pelarutan dan kompaktibilitas


o Untuk infus I.V. larutkan dengan dilute WFI steril, larutan saline normal, D5W atau pelarut I.V.
lainnya dengan konsentrasi yang sesuai, tergantung .kondisi pasien dan peralatan.
o Menggunakan larutan hanya jika bening
o Jangan dicampurkan dengan obat lain

Perhatian infusi
o Pemberian melalui infus I.V. perlahan pada laju yang telah ditetapkan, dengan dikontrol
menggunakan alat khusus.
- Pada anak-anak, jangan diberikan lebih dari 8 mEq/kg/hari.

18
- Hindari infusi langsung, yang bisa menyebabkan tetanus; pada anak-anak hal itu dapat
menurunkan tekanan cairan serebrospinal dan dapat menyebabkan hemoragi intrakranial.
- Jangan diberikan bersamaan ketika pasien dalam penggunaan kalsium atau katekolamin
(seperti norepineprin, dobutamin atau dopamin). Jika pasien sedang dalam penggunaan obat-
obat tersebut, flush I.V. line dengan cermat setelah pemberian tiap dosis obat tersebut untuk
mencegah kontak antara obat-obat tersebut dengan natrium
Monitoring
- Monitor level elektrolit dan hasil gas darah .
- Siaga pada tanda dan gejala ketidakseimbangan elektrolit dan alkalosis metabolik.
o Monitor cairan intake dan output. Assess untuk kelebihan cairan.
o Perhatikan terjadinya inflamasi pada wilayah I.V.

b. Penyimpanan
Simpan pada suhu 15-300C (59-860F); batas yang diperbolehkan sampai 400C (1040F). jangan
disimpan di freezer.

c. Toksisitas dan overdosis


o Pemberian yang berlebihan dan terlalu cepat bisa menyebabkan alkalosis dengan hiperiritabilitas
atau tetanus.
o Dalam alkalosis, infus yang tidak dilanjutkan dan menyediakan perawatan menurut derajat
alkalosis, seperti pemberian I.V. terhadap laritan saline untuk injeksi. Penggunaannya saat
dipesan dan dibutuhkan, berikan KCl untuk hipokalemia, Kalsium glukonat untuk
hiperiritabilitas atau tetanus, dan agen pengasam (seperti ammonium klorida) untuk alkalosis
berat.

19
d. PRINSIP TERAPI BIKNAT
o Tidak memberikan secara cepat melalui intravena kecuali kasus cardio pulmonary resuscitation
(CPR).
o Diberikan sampai pH 7,25
■ Konsentrasi bikarbonat dalam serum harus mencapai 15 mEq/L jika pasien tidak dapat
mencapai pCO2 < 35 mmHg.
o Diberikan secara perlahan-perlahan yaitu ½ dari total defisit pada 1 jam pertama jika pH kurang
dari 7,15 dan selanjutnya diberi 2-3 jam berikutnya. Hal ini karena asam laktat sebagai produksi
dari koreksi akan dimetabolisme menjadi bikarbonatsetelah direhidrasi dan diberi oksigen serta
glukosa.
o Dilakukan pemeriksaan analisa gas darah secara serial. Pengobatan yang paling baik untuk
asidosis adalah mengoreksi keadaan yang menyebabkan kelainan, seringkali pengobatan ini
menjadi sulit terutama pada penyakitkronis yang menyebabkan gangguan fungsi paru atau gagal
ginjal. Untuk menetralkan kelebihan asam sejumlah besar natrium bikarbonat dapat diserap
melalui mulut. Natrium bikarbonat diabsorbsi dari traktus gastroinstestinal ke dalam darah dan
meningkatkan bagian bikarbonat pada sistem penyangga bikarbonat sehingga meningkatkan pH
menuju normal. Natrium bikarbonat dapat juga diberikan secara intravena. Untuk pengobatan
asidosis respiratorik dapat diberikan O2 dan juga obat-obatan yang bersifat bronkodilator.

20
BAB IV
DOKUMENTASI

A. Pelaporan Insiden / Kejadian Obat_Obatan High Alert Yang Tidak Berlabel.


1. Setiap petugas yang menemukan adanya obat High Alert yang tidak berlabel harus segera melapor
kepada Instalasi Farmasi / Depo Farmasi. Kemudian petugas farmasi menempelkan sticker High Alert.
2. Petugas harus memberikan laporan kepada atasan langsung mengenai obat High Alert yang tidak
berlabel untuk dilaporkan ke PMKP sebagai bahan evaluasi.
3. Contoh kesalahan yang dapat terjadi adalah :
a. Menemukan obat High Alert tidak berlabel.
b. Menemukan obat Elektrolit Pekat berada di ruang tindakan.
c. Kesalahan tulisan dokter tidak terbaca.
d. Kesalahan pengambilan obat LASA
e. Kesalahan memberikan obat kepada pasien dengan nama sama.

4. Kesalahan juga termasuk insiden yang terjadi akibat adanya kesalahan pemberian obat dengan atau
tanpa menimbulkan bahaya, dan juga insiden yang hampir terjadi dimana kesalahan terdeteksi sebelum obat
diminum oleh pasien.
5. Beberapa penyebab umum terjadinya kesalahan pemberian obat :
a. Kesalahan pada resep tidak terbaca.
1) Salah memberikan etiket obat.
2) Kesalahan mengambil LASA
3) Kesalahan mengisi obat karena salah nama atau Nomor Rekam Medis.
4) Penulisan aturan pemakaian dari dokter tidak terbaca.
5) Pemberian obat oleh perawat baru atau peserta didik yang tidak diorientasi.

b. Kesulitan komunikasi.
1) Hambatan akibat tidak ditulis alamat atau alamat pasien tidak jelas.
2) Kegagalan untuk pemeriksaan kembali obat sebelum diserahkan kepada pasien.
3) Kurangnya pelayanan Informasi obat kepada pasien.

6. Jika terjadi insiden akibat kesalahan pemberian obat, dilakukan hal berikut ini :

21
a. Pastikan keamanan dan keselamatan pasien.
b. Pastikan bahwa tindakan pencegahan cedera telah dilakukan.
c. Jika suatu prosedur telah dilakukan pada pasien yang salah atau dilakukan di tempat yang salah,
para pegawai harus memastikan bahwa langkah-langkah yang penting telah diambil untuk melakukan
prosedur yang tepat pada pasien yang tepat.

B. Revisi Dan Audit


1. Kebijakan ini akan dikaji ulang dalam kurun waktu 2 tahun.
2. Rencana audit akan disusun dengan berkoordinasi dengan Panitia Peningkatan Mutu dan Keselamatan
Pasien (PMKP), dan dilaksanakan dalam waktu 6 bulan setelah implementasi kebijakan. Audit klinis ini
meliputi
:
a. Jumlah persentase obat-obatan High Alert yang telah diberi label.
b. Pastikan Elektrolit pekat tidak boleh berada di unit pelayanan pasien.
c. Alasan mengapa obat High Alert tidak diberi label.
d. Insiden yang terjadi dan berhubungan dengan obat-obat High Alert.

3. Setiap pelaporan insiden yang berhubungan dengan penanganan obat-obatan yang perlu diwaspadai
akan dipantau,ditindaklanjuti dan dilakukan revisi kebijakan.

22
BAB V
PENUTUP

Demikian Buku Pedoman Pengelolaan Obat-obatan Dengan Pengawasan Tinggi (High Alert
Medications) dibuat sejalan dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan di rumah
sakit, maka pelaksanaan kegiatan Pengelolaan Obat-obatan Dengan Pengawasan Tinggi (High Alert
Medications) di rumah sakit sangatlah penting. Melalui pedoman High Alert Medications ini diharapkan terjadi
penurunan resiko cedera bermakna pada pasien jika obat yang digunakan secara salah sehingga dapat lebih
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap Rumah Sakit Umum Swasta Harapan Sehat. Pedoman High
Alert Medications merupakan motivasi yang cukup tinggi, untuk bersedia melaksanakan High Alert
Medications secara benar, berkesinambungan dan berkelanjutan.

Ditetapkan di Meulaboh
Pada tanggal 05 Januari 2022
Direktur RSUSHS

dr. Herdianta

23

Anda mungkin juga menyukai